faktor-faktor yang berhubungan dengan...

184
i FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA PEMBUATAN PIPA DAN MENARA TAMBAT LEPAS PANTAI (EPC3) DI PROYEK BANYU URIP PT REKAYASA INDUSTRI, SERANG-BANTEN TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : AMELIA MARIF NIM : 109101000036 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: lamhuong

Post on 14-Jun-2018

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN

PADA PEKERJA PEMBUATAN PIPA DAN MENARA TAMBAT LEPAS

PANTAI (EPC3) DI PROYEK BANYU URIP PT REKAYASA INDUSTRI,

SERANG-BANTEN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

AMELIA MARIF

NIM : 109101000036

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Agustus 2013

Amelia Marif, NIM: 109101000036

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Pembuatan

Pipa Dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) Di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

xx + (136) halaman, (31) tabel, (2) bagan, (4) lampiran

ABSTRAK

Kelelahan merupakan perlambatan pada proses faal syaraf dan otot yang

ditandai dengan pemanjangan waktu reaksi. Kelelahan yang terjadi disebabkan oleh

adanya faktor-faktor penyebab kelelahan seperti kebisingan dan tekanan panas yang

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan

pada pekerja yang berlangsung di bulan April-Juli 2013.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross

sectional study. Pengumpulan data dependen dengan reaction timer test, sedangkan

data independen dengan kuesioner. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip,

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013. Sampel penelitian berjumlah 100

pekerja. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa seluruh pekerja mengalami

kelelahan, yaitu 29% pekerja mengalami kelelahan ringan, 45% pekerja mengalami

kelelahan sedang dan 26% pekerja mengalami kelelahan berat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna

dengan kelelahan, yaitu umur, tekanan panas dan kebisingan. Sedangkan variabel

yang paling dominan berhubungan dengan kelelahan adalah tekanan panas.

Untuk mencegah kelelahan kerja, PT Rekayasa Industri perlu membatasi beban

kerja, mengadakan kegiatan olahraga, membuat tempat istirahat yang sejuk,

pemberian informasi mengenai pakaian yang tepat dan mengenai cara minum yang

baik, menempatkan air minum pada jarak yang relatif dekat, pengawasan intensif

terhadap pemakaian Alat Pelindung Telinga (APT) dan membuat sanksi untuk

pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT).

Kata Kunci : kelelahan pada pekerja, waktu reaksi.

Daftar Bacaan : 66 (1970 – 2013)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

iv

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

DEPARTMENT STUDY OF PUBLIC HEALTH

Specialisation HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, August 2013

Amelia Marif, NIM: 109101000036

Factors Associated With Fatigue On Construction Workers

Offshore Pipeline And Mooring Tower (EPC3) In Banyu Urip Project,

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten in 2013

xx + (136) pages, (31) tables, (2) chart, (4) attachment

ABSTRACT Fatigue is decelaration of nerve and muscle function that marked with

elongation of the reaction timer. Fatigue occurs from the causes of fatigue like noise

and heat stress that above Threshold Limit Value (TLV). In order that, researcher

interested to study about factors that associated about fatigue in worker at April to

July 2013.

This study used a quantitative approach with a cross-sectional study design.

Dependent data have collected with reaction timer test, and independent data by

questionnaire. Population of study is all employee who make offshore pipeline and

mooring tower (EPC3) in Banyu Urip project, PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

in 2013. Sample of population is 100 workers. Analyze data by univariate, bivariate,

and multivariate analyzes.

Based in this study, have known that all worker have fatigue, which is 29%

have a mild fatigue, 45% worker as many as fatigue, and 26% worker have a heavy

fatigue. The result showed that there are three variables have a significant association

with fatigue, that is age, heat stress and noise. While the most dominant variable is

heat stress.

To prevent fatigue in the workplace, PT Rekayasa Industri need to restrict the

workload, establish sports activities, make comfortable resting place, provide

information about the right clothes and the way of a good drink, puts drinking water

at close distance, intensive control about using Hearing Protection Equipment (HPE)

and create punishment for workers who do not use Hearing Protection Equipment

(HPE).

Keywords : Fatigue in work, reaction timer

Reading List : 66 (1970 – 2013)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat
Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat
Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

vii

RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Amelia Marif

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 31 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Parung bingung, Jl. Siat I RT: 04 RW: 10 No.54

Rangkapan Jaya Baru Pancoranmas, Depok 16434

No. Telp : 08978607600

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. 1997 - 2003 : SD Negeri Parung Bingung I

2. 2003 - 2006 : Mts. Al-Zaytun

3. 2006 - 2009 : MA Al-Zaytun

4. 2009 – Juli 2013 : S1-Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program

Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kelelahan pada Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai

(EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013” dapat diselesaikan tepat waktu.

Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa Program Studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada:

1. Orangtua dan keluarga, yang senantiasa mendo’akan dan mendukung penulis

dalam menyelesaikan salah satu tugas kuliah ini. Terima kasih atas perhatian dan

kasih sayang yang diberikan setiap saat.

2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA dan ibu Catur Rosidati, MKM selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dan meluangkan waktu

untuk bimbingan mengenai penelitian skripsi ini.

5. Ibu Iting Shofwati, SKM, MKKK selaku penanggung jawab peminatan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang banyak memberikan masukan baik

mengenai tugas kuliah, atau mengenai pelajaran hidup.

6. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu,

terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

ix

7. Bapak M. Yuzar Virza yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan

bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi.

8. Seluruh karyawan di site office EPC3-Banyu Urip, Banten khususnya bapak

Alfian, bapak Anton, bapak Ridwan, bapak Tikno dan bapak Ganjar dan

karyawan di PT Rekayasa Industri, khususnya Bapak Tommy yang telah

membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.

9. Bapak Ahmad Gozali yang telah membantu administrasi mahasiswa dari awal

hingga akhir perkuliahan.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan K3 angkatan 2009 (Denis, Nia, Fadil, Diana,

Vijeh, Rifky, Mufil, Dio, Ubay, Ipeh, Heni, Pikih, Sca, Lina, Desi, Reza, Novan,

Sandy, Defri) Keep in touch!!

11. Partner in crime in Cilegon city, mblo Daniawati, serta sahabat-sahabat istimewa:

Mentary, Indry, Amay, Nani. Terimakasih untuk perhatian, nasehat dan candaan

yang tidak pernah ada habisnya. Trust and belief that the sky will be reached

shortly~~*

12. Kak Ami 2007 dan kak Septi yang sedikit banyak direpotkan untuk penelitian ini,

serta seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan

dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari

semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Agustus 2013

Amelia Marif

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

LEMBAR PENGESAHAN v

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN vi

RIWAYAT HIDUP vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR BAGAN xv

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR LAMPIRAN xx

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Pertanyaan Penelitian 8

D. Tujuan Penelitian 11

1. Tujuan Umum 11

2. Tujuan Khusus 11

E. Manfaat Penelitian 14

1. Bagi PT Rekayasa Industri 14

2. Bagi Pekerja di PT Rekayasa Industri 14

3. Bagi Peneliti Lain 14

F. Ruang Lingkup Penelitian 14

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xi

BAB II TINJAUAN PUSAKA 16

A. Definisi Kelelahan 16

B. Gejala Kelelahan 18

C. Mekanisme Kelelahan 19

D. Klasifikasi Kelelahan 20

1. Kelelahan Berdasarkan Proses 20

2. Kelelahan Berdasarkan Waktu 21

3. Kelelahan Berdasarkan Penyebab 22

E. Pengukuran Kelelahan 22

1. Pengukuran Kualitas dan Kuantitas Kerja 22

2. Perasaan Kelelahan Subyektif 23

3. Uji Psikomotorik 23

4. Uji Perfoma Mental 25

5. Uji Fusi Kelipan (flicker fusion test) 26

6. Electroenchepalography (EEG) 27

F. Dampak Kelelahan 27

G. Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan 28

1. Jenis Kelamin 28

2. Umur 29

3. Status Gizi 30

4. Status Kesehatan 32

5. Lama Tidur 34

6. Status Perkawinan 35

7. Konsumsi Alkohol dan Obat-obatan 35

8. Konsumsi Rokok 36

9. Masa Kerja 37

10. Pekerjaan Monoton 38

11. Beban Kerja 39

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xii

12. Waktu Kerja 41

13. Shift Kerja 42

14. Ergonomis 44

15. Tekanan Panas 44

16. Kebisingan 50

17. Getaran 54

18. Pencahayaan 55

19. Ventilasi 56

H. Pencegahan Kelelahan 57

I. Kontraktor 57

J. Kerangka Teori Penelitian 58

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN 61

A. Kerangka Konsep 61

B. Definisi Operasional 64

C. Hipotesis Penelitian 66

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 68

A. Desain Penelitian 68

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 68

C. Populasi dan Sampel 68

D. Jenis dan Sumber Data 72

1. Data Primer 72

2. Data Sekunder 72

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 73

1. Teknik Pengumpulan Data 73

2. Instrumen Penelitian 73

F. Pengolahan Data 81

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xiii

1. Coding Data 81

2. Editing Data 82

3. Structure Data 83

4. Entry Data 83

5. Cleaning Data 83

G. Analisis Data 84

1. Analisis Univariat 84

2. Analisis Bivariat 84

3. Analisis Multivariat 85

BAB V HASIL PENELITIAN 86

A. Gambaran Umum PT Rekayasa Industri 86

1. Visi dan Misi PT Rekayasa Industri 86

B. Gambaran Umum Proyek Offshore Pipeline and Mooring

Tpwer (EPC3), Banyu Urip 87

C. Hasil Analisis Univariat 91

1. Gambaran Kelelahan 91

2. Gambaran Umur 92

3. Gambaran Status Gizi 93

4. Gambaran Lama Tidur 93

5. Gambaran Status Perkawinan 94

6. Gambaran Konsumsi Rokok 95

7. Gambaran Masa Kerja 95

8. Gambaran Tekanan Panas 96

9. Gambaran Kebisingan 97

D. Hasil Analisis Bivariat 99

1. Hubungan Antara Umur Dengan Kelelahan 99

2. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kelelahan 100

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xiv

3. Hubungan Antara Lama Tidur Dengan Kelelahan 101

4. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Kelelahan 102

5. Hubungan Antara Konsumsi Rokok Dengan Kelelahan 103

6. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kelelahan 104

7. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Kelelahan 105

8. Hubungan Antara Kebisingan Dengan Kelelahan 106

E. Hasil Analisis Multivariat 107

BAB VI PEMBAHASAN 111

A. Keterbatasan Penelitian 111

B. Gambaran Kelelahan Pada Pekerja 111

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Pada Pekerja 114

1. Umur 114

2. Status Gizi 116

3. Lama Tidur 119

4. Status Perkawinan 121

5. Konsumsi Rokok 123

6. Masa Kerja 125

7. Tekanan Panas 127

8. Kebisingan 130

BAB VII PENUTUP 133

A. Simpulan 133

B. Saran 134

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Nomor Halaman

2.1 Kerangka Teori Penelitian 60

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 63

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xvi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1. Indeks Masa Tubuh (IMT) 30

2.2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,

Suhu Tubuh dan Denyut Jantung 40

2.3. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) 48

2.4. Instensitas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan 52

2.5. Standar Tingkat Pencahayaan di Lingkungan Kerja 56

3.1. Definisi Operasional Penelitian 64

4.1. Perhitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi 70

4.2. Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) 75

4.3. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung 78

4.4. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) 79

5.1. Distribusi frekuensi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

Menara tambatlepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 91

5.2. Distribusi frekuensi umur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 92

5.3. Distribusi frekuensi status gizi pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 93

5.4. Distribusi frekuensi lama tidur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 94

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xvii

5.5. Distribusi frekuensi status perkawin pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 94

5.6. Distribusi frekuensi konsumsi rokok pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 95

5.7. Distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 96

5.8. Distribusi frekuensi tekanan panas pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 97

5.9. Distribusi frekuensi kebisingan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 98

5.10. Tabulasi silang antara umur dengan kelelahan pada pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 99

5.11. Tabulasi silang antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 100

5.12. Tabulasi silang antara lama tidur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 101

5.13. Tabulasi silang antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xviii

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 102

5.14. Tabulasi silang antara konsumsi rokok dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 103

5.15. Tabulasi silang antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 104

5.16. Tabulasi silang antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 105

5.17. Tabulasi silang antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja

Pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 106

5.18. Distribusi frekuensi kelelahan pada pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 107

5.19 Hasil analisis bivariat antara variabel umur, status gizi,

konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan dengan

kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013. 108

5.20 Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda antara umur,

status gizi, konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan

dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013 109

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xix

5.21. Hasil analisis multivariat antara masa kerja dan tekanan panas dengan

kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013. 109

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 2. Denah Lokasi Kegiatan di Proyek EPC3, Bakrie Construction Yard

Lampiran 3. Lembar Kuesioner

Lampiran 4. Output Analisis Data

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan kerja menurut Frank E. Bird dan George L. Germain (1990)

adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan kerugian

pada manusia, kerusakan properti, ataupun kerugian proses kerja sebagai akibat

dari kontak dengan substansi atau sumber energi yang melebihi batas

kemampuan tubuh, alat atau struktur.Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya

digolongkan menjadi faktor manusia dan kondisi lingkungan pekerjaan.

Berdasarkan studi yang dilakukan Herbert W. Heinrich pada 75.000 kecelakaan

di industri, didapatkan bahwa 88 % kecelakaan berasal dari tindakan tidak aman,

10 % berasal dari lingkungan yang tidak aman dan 2 % nya adalah kejadian yang

tidak dapat dihindarkan (Goetsch, 2008).

Kecelakaan yang berasal dari tindakan tidak aman, erat kaitannya dengan

faktor manusia. Manusia yang juga pekerja merupakan sebuah “alat produksi”

yang dinilai tidak efisien dalam memanfaatkan aspek tenaga, keluaran fisik dan

mental (Silalahi, 1985). Terlebih lagi karena semakin meningkatnya persyaratan

kerja dan daya saing,pekerja dituntut harus tetap meningkatkan kinerja dan

produktivitasnya. Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya kejadian kelelahan

pada pekerja.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

2

Kelelahan menurut Occupational Safety and Health (2003) merupakan

penurunan sementara atau ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam

menanggapi suatu kondisi atau situasi dikarenakan aktivitas mental dan fisik

yang berlebih. Kelelahan merupakan suatu perasaan dan aneka keadaan yang

disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja yang dapat

dilihat dari adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot yang ditandai

dengan pemanjangan waktu reaksi (Suma’mur, 1999). Kelelahan bersifat akut

dan/atau kronis yang sangat mengacu pada kelelahan fisik dan mental sehingga

membuat pekerjaterbatas untuk melakukan kegiatan sebagaimana mestinya dan

dapat memperlambat waktu reaksi, penurunan aktivitas dan kesulitan dalam

mengambil keputusan, penurunan kinerja dan menambahnya tingkat kesalahan

kerja sehingga memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri

(Workcover NSW, 2008).

Maurits dan Widodo (2008) menyimpulkan bahwa kelelahan yang terjadi

di tempat kerja memberikan kontribusi sebesar 50 % terhadap terjadinya

kecelakaan di tempat kerja. Selain itu, Dirjen Pembinaan dan Pengawasan

Ketenagakerjaan (PPK) Kemenakertrans I Gusti Made Arka mengatakan bahwa

kecelakaan yang relatif tinggi khususnya di sektor kontruksi dapat disebabkan

oleh waktu kerja pada proyek yang dikerjakan relatif lama dan nonstop atau

biasanya pekerjaan dilakukan selama 24 jam. Hal ini menyebabkan tingkat

kelelahan pekerja yang tinggi sehingga berdampak pada kecelakaan kerja

(antaranews.com).

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

3

Selain berdampak terhadap terjadinya kecelakaan, pekerja yang mengalami

kelelahan beresiko mengidap penyakit diabetes, asma, tekanan darah tinggi,

depresi, penyakit ginjal, penyakit jantung dan menderita anxiety (Workcover

NSW, 2008). Kelelahan juga mengakibatkan perhatian menurun, perlambatan

persepsi, sukar berpikir, penurunan kemauan dalam bekerja, dan melemahnya

aktivitas fisik dan mental sehingga dapat mengganggu produktivitas kerja

(Suma’mur, 1999).

Terdapat beberapa penelitian di Indonesia yang membahas mengenai

kelelahan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Mauludi (2009) pada

pekerja di proses produksi kantong semen pbd (paper bag division)

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor, yang menyebutkan

bahwa seluruh pekerja yang dijadikan sampel mengalami kelelahan dengan

tingkat kelelahan berbeda-beda. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian

Nurhidayati (2009) pada pekerja di bagian produksi PT Tifico, Tbk Tahun 2009

yang menyimpulkan bahwa dari 154 pekerja didapatkan 81 pekerja (52,6%)

mengalami kelelahan.

Kelelahan dengan berbagai faktor penyebabnya banyak dijumpai di tempat

kerja. Hal tersebut dibuktikan dari beberapa hasil penelitian yang menyimpulkan

bahwasannya terdapat beberapafaktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pekerja. Ramdan (2007) menyatakan bahwa shift kerja merupakan salah satu

faktor terjadinya kelelahan pada tenaga kerja di bagian produksi PT LJP Provinsi

Kalimantan Timur. Begitu juga dengan penelitian Ihsan dan Salami (2010) yang

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

4

menyatakan bahwa shift kerja merupakan prediktor terbesar yang mempengaruhi

perubahan kelelahan kerja.

Faktor yang mempengaruhi kelelahan lainnya dapat berasal dari faktor

individu. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan Puspita (2009) didapatkan

bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang berumur

>25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Sedangkan Mauludi (2010) menyebutkan bahwa

dari hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara status perkawinan dengan

kelelahan, didapatkan Pvalue sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara status perkawinan dengan kelelahan.

Faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan beberapa

diantaranya adalah kebisingan dan tekanan panas. Hasil penelitian yang

dilakukan Hanifa (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kebisingan dengan kelelahan. Dimana dari 18 sample yang diteliti, dapat

disimpulkan bahwa kebisingan dapat menyebabkan kelelahan sebesar 42,8%.

Ramdan (2007) menambahkan bahwa selain kebisingan, suhu di lingkungan

kerja juga dapat mempengaruhi kejadian kelelahan.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kelelahan pada

pekerja dapat ditemukan ditempat kerja.Demikian juga di PT Rekayasa Industri

yang merupakan salah satu sektor industri yang bergerak di bidang Engineering,

Procurement, Construction and Commissioning (EPCC) yaitu di bidang teknik,

konstruksi pengadaan, dan uji-coba operasi untuk pabrik-pabrik industri besar di

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

5

Indonesia. PT Rekayasa Industri telah menyelesaikan banyak proyek

pembangunan pabrik, seperti pembuatan pabrik migas, pabrik pupuk, pabrik

pembangkit listrik, pabrik bahan peledak dan lain sebagainya. Saat ini

PT Rekayasa Industri menjadi salah satu perusahaan kontraktor yang dipercaya

untuk mengerjakan salah satu fokus kegiatan di proyek Banyu Urip yang

fabrikasinya berlokasi di Bakrie Construction yard, Serang-Banten.

Unit fokus kegiatan di proyek Banyu Urip terbagi menjadi 5 Engineering,

Procurement, Construction and Commissioning (EPC)yang terdiri dari: EPC1

Central Processing Facilities (CPF), EPC2 Onshore Export Pipeline, EPC3

Offshore Pipelineand Mooring Tower, EPC4 FSO (a floating storage and

offloading) tanker conversion dan EPC5 Infrastructure. Dalam hal ini,

PT Rekayasa Industri bertanggung jawab penuh dalam unit fokus kegiatan EPC3

Offshore Pipeline and Mooring Tower yaitu fokus kegiatan pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai yang digunakan untuk mengekspor minyak yang

diproduksi ke bagian floating storage and offloading (FSO).

Proyek EPC3 Offshore Pipeline and Mooring Tower, Banyu Urip

diperkirakan akan menghabiskan waktu selama satu tahun. Aktivitas yang

dilakukandiantaranya adalah bongkar muat material dan bahan baku, persiapan

pengerjaan mesin, pemotongan bahan atau material (besi, plat, pipa, stainless),

pengelasan, penyetelan (preassembly) dan perakitan (erection). Aktivitas tersebut

dilakukan pada lokasi utama yaitu workshop area dan open area fabrication

yard.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

6

Berdasarkan hasil dari monthly accident summary report proyek EPC3,

didapatkan bahwa dari periode bulan Februari sampai Maret 2013 terdapat

460 total kejadian unsafe act dan unsafe condition,10 kejadian First aid case,

1 kejadian nearmiss dan 2 damage property. Hal ini dapat terjadi karena diduga

pekerja mengalami kelelahan yang kemudian berdampak pada penambahan

tingkat kesalahan kerja dan memberikan peluang terhadap kejadian kecelakaan

kerja.

Untuk memenuhi persyaratan kerja dan memenuhi target penyelesaian,

PT Rekayasa Industri menjalankan proses kerja selama 8 jam dalam sehari. Di

lingkungan kerja juga dapat ditemukan adanya faktor penyebab kelelahan seperti

kebisingan yang terdapat di workshop yang mencapai 95 dB dan suhu yang

terdapat di workshop areaberkisar antara 380 C – 39

0 C. Selain itu, berdasarkan

hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April 2013

didapatkan bahwa dari 10 pekerja, 90 % pekerja mengalami kelelahan, yang

terbagi menjadi 4 pekerja mengalami kelelahan ringan, 4 pekerja mengalami

kelelahan sedang, dan 1 pekerja mengalami kelelahan berat. Oleh sebab itu,

diperlukan adanya upaya preventif untuk mencegah timbulnya kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai dengan mengeleminasi

atau mengurangi penyebab kelelahan baik yang berasal dari dalam pekerja

ataupun dari pekerjaan.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

7

B. Rumusan Masalah

Kelelahan ditempat kerja akan berdampak buruk terhadap keselamatan,

kesehatan dan produktivitas pekerja dalam bekerja. Kelelahan dapat terjadi jika

ditemukan adanya faktor-faktor penyebab kelelahan ditempat kerja, seperti

intensitas kerja fisik dan mental, circadian rhythm, status kesehatan, keadaan

gizi, problem fisik serta faktor lingkungan kerja yaitu ventilasi, pencahayaan,

ergonomi, kebisingan dan tekanan panas. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa

faktor penyebab kelelahan yaitu kebisingan dan tekanan panas ditemukan pada

kegiatan Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) proyek Banyu Urip,

PT Rekayasa Industri.

Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat kebisingan yang terdapat di

workshop area mencapai 95 dB dan jika dibandingan dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011, tingkat kebisingan sudah melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Selain itu, hasil pengukuran suhu

lingkungan workshop area, didapatkan bahwa suhu lingkungan kerja adalah

sebesar 380 C – 39

0 C dan suhu tersebut melebihi comfort zone temperature

berdasarkanKeputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002 yaitu

sebesar 180 C – 30

0 C.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada

10 pekerja, didapatkan sebanyak 9 pekerja (90%) mengalami kelelahan, yang

terbagi menjadi 4 pekerja (40%) mengalami kelelahan kerja ringan (KKR),

4 pekerja (40%) mengalami kelelahan kerja sedang (KKS), dan 1 pekerja (10%)

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

8

mengalami kelelahan kerja berat (KKB). Berdasarkan hal tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Pembuatan Pipa Dan

Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa

Industri, Serang-Banten Tahun 2013”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa

Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran umurpada pekerja pembuatan pipa dan menara

tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013?

3. Bagaimana gambaran status gizi pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa

Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

4. Bagaimana gambaran lama tidur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

5. Bagaimana gambarankonsumsi rokokpada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

9

6. Bagaimana gambaran status perkawinan pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

7. Bagaimana gambaran masa kerja pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

8. Bagaimana gambaran tekanan panas pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

9. Bagaimana gambaran kebisingan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

10. Apakah terdapat hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

11. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

12. Apakah terdapat hubungan antara lama tidur dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

10

13. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi rokokdengan kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

14. Apakah terdapat hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

15. Apakah terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

16. Apakah terdapat hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

17. Apakah terdapat hubungan antara kebisingan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai(EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

18. Apa faktor paling dominan yang mempengaruhi kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013?

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

11

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

b. Diketahuinya gambaran umur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

c. Diketahuinya gambaran status gizi pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

d. Diketahuinya gambaran lama tidur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

e. Diketahuinya gambaran konsumsi rokok pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

12

f. Diketahuinya gambaran status perkawinan pada pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

g. Diketahuinya gambaran masa kerja pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

h. Diketahuinya gambaran tekanan panas pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

i. Diketahuinya gambaran kebisingan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

j. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

k. Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

l. Diketahuinya hubungan antara lama tidur dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

13

m. Diketahuinya hubungan antara konsumsi rokok dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

n. Diketahuinya hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3)

di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-BantenTahun

2013.

o. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

p. Diketahuinya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

q. Diketahuinya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

r. Diketahuinya faktor paling dominan yang mempengaruhi kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3)

di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

14

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi PT Rekayasa Industri

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam

merancang program manajemen yang tepat untuk mengatasi permasalahan

kelelahan di setiap proyek PT Rekayasa Industri.

2. Bagi Pekerja di PT Rekayasa Industri

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan pada

pekerjaterkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan, sehingga

pekerja dapat melakukan pencegahan terhadap timbulnya kelelahan.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk peneliti

lain ketika melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan secara mendetail dan mendalam.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelelahan pada pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan desain cross sectional dan pengambilan sample dengan menggunakan

simple random sampling yang dilaksanakan pada bulan April sampai Juli Tahun

2013 oleh mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data Primer

didapatkan dari pengukuran kelelahan menggunakan Reaction Timer, variabel

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

15

tekanan panas dengan Wet Bulb Globe Temperature (WBGT), variabel

kebisingan dengan Sound Level Meter(SLM), variabel status gizi dengan

pengukuran berat badan dengan timbangan dan pengukuran tinggi badan dengan

microtoise. Untuk variabel umur, lama tidur, konsumsi rokok, status perkawinan

dan masa kerja pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Sedangkan data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu data yang

diperoleh dari perusahaan seperti data kecelakaan,data ketenagakerjaan dan profil

perusahaan.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Tinjauan Pustaka membahas mengenai definisi kelelahan, gejala

kelelahan, mekanisme kelelahan, klasifikasi kelelahan, pengukuran kelelahan

dengan bebagai macam metode pengukuran dan dampak kelelahan. Selain itu

terdapat penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab kelelahan berdasarkan teori

yang dikemukakan Kroemer dan Grandjean (1997), Suma’mur (1999) dan

Bridger (2003). Tinjuan pustaka juga membahas mengenai cara pencegahan

kelelahan ditempat kerja serta definisi kontraktor yang merupakan objek dari

penelitian ini.

A. Definisi Kelelahan

Para ahli telah banyak mengemukakan mengenai definisi kelelahan. Secara

umum semua definisi menunjukkan bahwa akibat dari kelelahan adalah berupa

gangguan negatif yang akan diterima tenaga kerja. Menurut Occupational Safety

and Health (2003) kelelahan merupakan penurunan sementara atau

ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam menanggapi suatu kondisi atau

situasi dikarenakan aktivitas mental atau fisik yang berlebih. Dengan kelelahan

fisik, otot seseorang tidak dapat melakukan kegiatan apapun semudah seperti

sebelumnya dan dengan kelelahan mental seseorang tidak dapat memusatkan

pikiran seperti sebagaimana mestinya (Spiritia, 2004).

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

17

Suma’mur (1999) mendefinisikan kelelahan kerja sebagai aneka keadaan

yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja serta

lambatnya merespon suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh kelelahan yang

sumber utamanya adalah kelelahan visual (indera penglihatan), kelelahan fisik

umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton dan kelelahan

oleh lingkungan yang bersifat kronis atau terus menerus sebagai faktor secara

menetap. Kejadian kelelahan pada pekerja ini dapat dilihat dari adanya

perlambatan pada proses faal syaraf dan otot yang ditandai dengan pemanjangan

waktu reaksi.

L.R Hartley dalam artikel Fatigue and Driving juga menyimpulkan bahwa

kelelahan merupakan suatu keadaan dimana individu menyatakan bahwa dirinya

tidak ingin melanjutkan tugas lagi, dikarenakan tuntutan tugas yang harus

dikerjakan meningkat dan membuat kinerja mereka menurun (Karwowski, 2001).

Sedangkan Bridger (2003) mendeskripsikan kelelahan menjadi tiga definisi

umum, yang pertama yaitu kelelahan merupakan kantuk (kelelahan yang

disebabkan karena kurangnya waktu tidur dan adanya gangguan irama sirkadian),

kelelahan juga disebut dengan “capek” karena melakukan aktivitas fisik yang

berat atau berlebih dan juga mengacu pada kelelahan mental akibat melakukan

pekerjaan yang sama berulang-ulang.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

18

B. Gejala Kelelahan

Kelelahan memang mudah untuk dihilangkan, dengan istirahat yang cukup

perasaan lelah akan segera hilang. Namun, kelelahan yang terjadi secara terus

menerus akan berakibat pada kelelahan yang bersifat kronis (Suma’mur, 2009).

Oleh sebab itu, baik tenaga kerja ataupun pengusaha perlu mengetahui kejadian

kelelahan yang dapat dikenali dengan melihat gejala kelelahan. Adapun gejala

kelelahan menurut Suma’mur (2009) adalah sebagai berikut:

1. Perasaan berat dikepala

2. Menjadi lelah seluruh badan

3. Kaki merasa berat

4. Menguap

5. Pikiran terasa kacau

6. Menjadi Mengantuk

7. Merasakan beban pada mata

8. Kaku dan canggung dalam

gerakan

9. Tidak seimbang ketika

berdiri

10. Ingin berbaring

11. Susah dalam berpikir

12. Lelah berbicara

13. Menjadi gugup

14. Tidak dapat berkonsentrasi

15. Tidak mempunyai perhatian

terhadap sesuatu

16. Cenderung untuk lupa

17. Kurang kepercayaan

18. Cemas terhadap sesuatu

19. Tidak dapat mengontrol

sikap

20. Tidak dapat tekun dalam

pekerjaan

21. Sakit kepala

22. Bahu terasa kaku

23. Punggung terasa nyeri

24. Pernafasan terasa tertekan

25. Haus

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

19

26. Suara Serak

27. Merasa pening

28. Spasme dari kelopak mata

29. Tremor pada anggota badan

30. Merasa kurang sehat

C. Mekanisme Kelelahan

Perasaan kelelahan merupakan reaksi fungsionil dari cortex cerebri yang

merupakan pusat kesadaran yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu

sistem penghambat atau inhibisi yang terdapat di dalam thalamus yang berfungsi

menurunkan kemampuan manusia dalam bereaksi dan membuat seseorang ingin

beristirahat atau tidur. Serta sistem penggerak atau aktivasi yang terdapat di

dalam formatio retikularis yang bekerja merangsang pusat vegetatif untuk

konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh untuk bekerja, melarikan diri dan

lain-lain (Suma’mur, 2009).

Keadaan seseorang sangat dipengaruhi oleh kedua sistem tersebut yang

bekerja secara berlawanan (protagonis). Jika sistem penghambat lebih kuat, maka

seseorang akan merasakan kelelahan dan penyesuaian trofotropik akan beraksi

sehingga tindakan organ motorik akan menurun. Begitu juga sebaliknya, jika

sistem penggerak bekerja secara dominan, maka seseorang akan merasa segar,

penyesuaian ergotropik berjalan dan terdapat ketersediaan organ motorik untuk

bekerja (Sastrowinoto, 1985).

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

20

D. Klasifikasi Kelelahan

1. Kelelahan Berdasarkan Proses

a. Kelelahan Otot

Kelelahan otot atau dapat juga dikenal dengan kelelahan lokal dapat

disebabkan oleh jenis pekerjaan. Kelelahan otot menandakan bahwa tubuh

tidak dapat melanjutkan kegiatan, sehingga menjadikan seseorang berhenti

melakukan kegiatan. Kelelahan otot juga merupakan sinyal agar seseorang

beristirahat sebelum terjadinya kelelahan lebih berat dan mengalami

kerusakan otot (Kroemer et al, 2010).

Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar

adalah berkurangnya kecepatan gerakan pekerja (Budiono dkk, 2003).

Gejala lain yang menunjukan adanya kelelahan otot adalah penerimaan

stimulus dengan kontraksi awal jaraknya semakin lama atau lamban,serta

perlambatan pada kontraksi dan relaksasi otot (Kroemer et al, 2010).

b. Kelelahan Umum

Kelelahan umum yaitu kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya

kemampuan dalam bekerja yang dapat disebabkan oleh monotoni,

intensitas, lama kerja, keadaan lingkungan, kondisi mental, status

kesehatan dan gizi seseorang (Suma’mur, 2009). Gejala kelelahan umum

ditandai dengan adanya perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh,

sehingga aktivitas kerja menjadi terganggu dan terhambat (Budiono dkk,

2003).

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

21

2. Kelelahan Berdasarkan Waktu

a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut biasanya mempunyai gejala yang terjadi secara cepat

dan berakhir dengan cepat pula. Kelelahan akut dapat terjadi ketika kerja

suatu organ atau seluruh organ tubuh berlebihan dan datang secara tiba-

tiba. Salah satu cara untuk menghilangkan kelelahan akut adalah dengan

istirahat yang cukup.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis terjadi akibat adanya akumulasi efek kelelahan pada

jangka waktu yang panjang dan kerap muncul saat bangun di pagi hari dan

terjadi sebelum tenaga kerja melakukan pekerjaan (Budiono dkk, 2003).

Pekerja yang menderita kelelahan kronis akan menjadi sumber

permasalahan (trouble maker) diperusahaan (Suma’mur, 2009).

Penyebab kelelahan kronis diantaranya adalah faktor fisik ditempat

kerja, faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin dalam darah

dan faktor psikologis yaitu komplik yang mengakibatkan stres emosional

yang berkepanjangan. Sedangkan gejala kelelahan kronis seperti sakit

kepala, rasa pusing, sulit tidur, jantung berdebar, berkeringat secara tiba-

tiba, nafsu makan menurun dan adanya gangguan pencernaan (Kroemer

dan Grandjean, 1997).

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

22

3. Kelelahan Berdasarkan Penyebab

a. Kelelahan Fisiologis

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya

perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan fisiologis berasal

dari faktor lingkungan fisik di tempat kerja seperti penerangan, kebisingan,

dan suhu panas (Soetomo, 1981).

b. Kelelahan Psikologis

Kelelahan psikologis dapat terjadi apabila pengaruh atau hal-hal

diluar diri pekerja seperti suasana kerja, hubungan dengan sesama pekerja

maupun dengan atasan, berinteraksi dengan faktor yang terdapat didalam

diri pekerja sehingga berdampak pada tingkah laku atau perbuatan

seseorang. Indikator menurunnya keadaan fisik dan psikis seseorang

adalah adanya alat pelindung alami seperti perasaan letih, merasa haus,

lapar dan lainnya (Depnakertrans, 2004).

E. Pengukuran Kelelahan

1. Pengukuran Kualitas dan Kuantitas Kerja

Kualitas dan kuantitas dari hasil kerja kadang kala digunakan sebagai

cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industri atau pada tempat

kerja. Kuantitas atau jumlah output dapat digambarkan sebagai angka dari

masing-masing unit proses. Waktu yang dihabiskan pada masing-masing unit

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

23

dan output yang dihasilkan menunjukan angka atau jumlah kinerja operasional

per unit waktu (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan dan rata-rata jumlah produksi tentunya saling berhubungan

secara umum, akan tetapi hal ini tidak dapat digunakan sebagai bentuk

pengukuran langsung dikarenakan masih banyak faktor lainnya yang harus

dipertimbangkan, seperti target produksi, faktor sosial, dan sikap psikologi

dalam bekerja. Kadang kala kelelahan membutuhkan pertimbangan dalam

hubungannya dengan kualitas hasil (kinerja buruk, produk gagal, dan properti

yang rusak) atau kejadian kecelakaan, dan yang terakhir yakni keberadaan

kelelahan tidak menjadi satu-satunya faktor penyebab kualitas dan kuantitas

kerja yang buruk (Kroemer dan Grandjean, 1997).

2. Perasaan Kelelahan Subyektif

Metode pengukuran kelelahan secara subyektif atau The Subjective

Symptom Test (SST) pertama kali dikeluarkan oleh Industrial Fatigue

Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC

Jepang) pada tahun 1967. The Subjective Symptom Test (SST) merupakan

pengukuran kelelahan berbentuk kuesioner yang berisi 30 pertanyaan

mengenai gejala kelelahan kerja (Susetyo, 2008).

3. Uji Psikomotorik

Uji Psikomotorik merupakan salah satu cara pengujian kelelahan dengan

mengukur fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motorik (Kroemer dan

Grandjean, 1997). Uji yang digunakan pada umumnya adalah dengan

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

24

melakukan pengukuran waktu reaksi (Reaction Timer Test) untuk melihat

waktu reaksi yang sederhana atau rangsangan tunggal secara selektif pada

tenaga kerja (Suma’mur, 1999).

Waktu reaksi adalah interval selama implus saraf dihantarkan ke otak

dan kemudian diteruskan ke otot. Waktu reaksi merupakan jangka waktu dari

pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau

dilaksanakan kegiatan. Waktu reaksi yang panjang menunjukan adanya

perlambatan pada proses faal syaraf dan otot (Suma’mur, 2009).

Reaction Timer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

pengukuran tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi. Prinsip

kerja dari alat ini adalah memberikan rangsangan tunggal berupa rangsangan

cahaya atau lampu yang kemudian tenaga kerja akan meresponnya, sehinga

dapat dihitung waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk merespon signal

tersebut. Pada keadaan yang sehat, tenaga kerja akan lebih cepat merespon

rangsang yang diberi sedangkan pekerja yang mengalami kelelahan akan lebih

lama merespon rangsang yang diberi (Koesyanto dan Tunggul, 2005).

Pengukuran waktu reaksi dilakukan sebanyak 5 kali, setiap hasil

pengukuran dijumlahkan, kemudian diambil nilai rata-ratanya. Eksperimen

menggunakan Reaction Timer sangat penting dan menarik. Hal tersebut

dikarenakan hasil yang didapatkan dari pengukuran ini tidak hanya sekedar

mengetahui perbedaan kecepatan persepsi individu, akan tetapi akan

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

25

didapatkan informasi mengenai kegunaan fungsi sistem syaraf yaitu atensi,

kemampuan proses persepsi dan proses kecepatan reaksi.

Kelebihan dari pengukuran kelelahan dengan Reaction Timer

diantaranya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan keahlian khusus,

murah dan memungkinkan jika ingin melakukan pengukuran rutin. Hasil

pengukuran dengan Reaction Timer akan dibandingkan dengan standar

pengukuran kelelahan yaitu : (Koesyanto dan Tunggul, 2005)

a. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

b. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 mili

detik

c. Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0– < 580,0 mili detik

d. Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik.

4. Uji Performa Mental

Uji performa mental merupakan pengukuran kelelahan yang meliputi:

(Kroemer dan Grandjean, 1997)

a. Masalah aritmatika

b. Uji konsentrasi (crossing-out test)

c. Uji estimasi (dengan uji estimasi interval waktu)

d. Uji memori atau ingatan

Konsep awal dari uji perfoma mental hampir sama dengan uji

psikomotorik. Uji ini dapat memacu seseorang untuk menentukan dan

mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berperan adalah akibat

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

26

pelatihan dan pengalaman. Apabila uji terus dilakukan, maka gejala kelelahan

akan muncul dengan sendirinya (Kroemer dan Grandjean, 1997).

5. Uji Fusi Kelipan (flicker fusion test)

Menurut Suma’mur (2009) flicker fusion test merupakan salah satu

metode pengukuran kelelahan kerja. Frekuensi kerlingan mulus

(Flicker Fusion Frequency) dari mata adalah kemampuan mata untuk

membedakan cahaya berkedip dengan cahaya yang dipancarkan secara terus-

menerus. Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat

kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang

diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk

mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja

(Tarwaka dkk, 2004).

Cara melakukan uji fusi kelipan adalah menempatkan responden yang

diteliti kemampuannya di depan sumber cahaya yang berkedip. Kedipan

dimulai dari lambat (frekuensi rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikkan

semakin cepat dan lama-lama cahaya tersebut akan menjadi cahaya yang

kontinu (mulus). Frekuensi batas/ambang dari kelipan itulah disebut

”frekuensi kelipan mulus”.

Bagi orang yang tidak lelah, frekuensi ambang jika memakai cahaya

pendek adalah 2 Hertz atau 0.6 Hertz jika memakai cahaya siang (day light).

Jika seseorang dalam keadaan lelah, maka angka frekuensi berkurang dari

2 Hertz atau 0.6 Hertz. Pada seseorang yang lelah sekali atau setelah

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

27

menghadapi pekerjaan monoton, angka frekuensi kerling mulus bias antara

0.5 Hertz atau lebih dibawah frekuensi kerling mulus dari orang yang sedang

dalam keadaan tidak lelah (Sastrowinoto,1985).

6. Electroenchepalography (EEG)

Electroenchepalography (EEG) merupakan metode pengukuran

kelelahan yang paling tepat. Yaitu dengan mengukur gelombang listrik pada

otak. Metode ini banyak digunakan dalam penelitian laboratorium.

Pengukuran kelelahan dengan EEG yaitu dengan merekam gelombang listrik

yang terdapat di otak, sehingga diketahui berbagai amplitudo dan frekuensi

yang menunjukan keadaan kelelahan (Kroemer dan Grandjean, 1997).

F. Dampak Kelelahan

Kelelahan pada pekerja akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan,

antara lain menurunnya perhatian, perlambatan dalam persepsi, lambat dan sulit

dalam berpikir, menurunnya keinginan atau dorongan untuk melakukan

pekerjaan dan berkurangnya efisiensi kegiatan fisik dan mental (Depnakertrans,

2004). Salah satu dampak yang pasti dari adanya perasaan kelelahan pada tenaga

kerja adalah berkurangnya tingkat kewaspadaan, yang disebabkan tenaga kerja

tidak mampu untuk berkonsentrasi secara terus-menerus untuk aktifitas fisik

ataupun mental. Akibatnya, akan terjadi gangguan persepsi dan kecepatan reaksi

akan berkurang (Sastrowinoto, 1985).

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

28

Tenaga kerja yang merasa lelah akan mengalami penurunan daya tahan

tubuh, sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan, menurunnya

produktivitas kerja, bahkan biasa menyebabkan kecelakaan bagi tenaga kerja.

Workcover NSW (2008) juga mengatakan bahwa apabila seseorang mengalami

kelelahan, maka pekerja tersebut beresiko mengidap penyakit diabetes,asma,

tekanan darah tinggi, depresi, penyakit ginjal, penyakit jantung dan menderita

anxiety.

G. Faktor- Faktor Penyebab Kelelahan

1. Jenis Kelamin (Bridger,2003) (Suma’mur, 1999)

Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara

umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik

atau kekuatan otot laki-laki (Suma’mur, 1999). Walaupun dengan umur,

berat badan dan kondisi fisik yang sama, dapat dipastikan bahwa wanita

memiliki kekuatan yang lebih rendah dari pria (Lehto dan Buck, 2008).

Tenaga kerja wanita mengalami siklus biologis (menstruasi) setiap

bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini

menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat

kelelahan pria (Suma’mur, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Virgy (2011) disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan kelelahan pada karyawan di instalasi

gizi RSUD Pasar Rebo, Jakarta.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

29

2. Umur (bridger,2003) (Suma’mur, 1999)

Semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat

kelelahan yang dirasakan (Ihsan dan Salami, 2010). Davis (2001)

menyatakan bahwa pekerja yang berumur diatas 35 tahun memiliki

kelemahan pada saat melakukan pekerjaan dengan temperatur panas

dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda. Oleh sebab itu, dapat

disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang, maka akan semakin besar

tingkat kelelahan yang dirasakan.

Pemikiran terkini menekankan bahwa fenomena dasar adanya penuaan

adalah hilangnya fungsi otot, terjadinya penurunan curah jantung, dan

hilangnya kapasitas aerobik sehingga hal tersebut menurunkan kapasitas

kerja seseorang (Bridger, 2003). Suma’mur (1999) juga menyatakan bahwa

kelelahan yang terjadi sejalan dengan meningkatnya umur seseoraang

disebabkan oleh adanya perubahan fungsi faal pada tubuh yang kemudian

mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. Hal ini juga

sebanding dengan peneltian yang dilakukan Puspita (2009) yang

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja

yang berumur > 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

30

3. Status Gizi (OHS, 2003) (Suma’mur, 1999) (Lehto, 2008) (bridger,2003) (Kroemer dan Grandjean

Status gizi adalah ukuran keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009). Status gizi

seseorang dapat diketahui dari perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Adapun cara perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

𝐼𝑀𝑇 =BB (Dalam kg )

TB ² (Dalam m)

Hasil perhitungan IMT tesebut akan dibandingkan dengan standar

yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) Tahun 2004.

Adapun standar IMT yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Keadaan gizi merupakan salah satu faktor individu yang menyebabkan

kelelahan pada pekerja (Kroemer dan Grandjean, 1997). Seorang pekerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Budiono dkk, 2003). Pada

keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan

Berat IMT (kg/ m 2)

Sangat Kurus < 17

Kurus 76.0 – 18.4

Normal 18.5 – 24.9

Kelebihan Berat Badan 25.0 – 26.9

Gemuk 27.0 – 28.9

Sangat gemuk > 29

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

31

menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit

penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan. Wiegand (2009) juga

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi berlebih atau dengan

IMT obesitas dengan kelelahan. Seseorang dengan IMT obesitas akan

merasakan kelelahan yang lebih berat dibandingkan dengan IMT non-

obesitas. Seseorang dengan IMT obesitas akan mudah merasakan gangguan

tidur dan terjangkit penyakit degeneratif seperti diabetes yang kemudian

berdampak pada kejadian kelelahan.

Keadaan kurang atau kelebihan gizi pada orang dewasa atau usia 18

tahun ke atas juga merupakan masalah penting. Kekurangan dan kelebihan

gizi dapat menimbulkan suatu penyakit tertentu dan mempengaruhi

produktivitas kerja. Dalam kondisi kekurangan gizi, maka simpanan zat gizi

pada tubuh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bila keadaan ini

berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan dapat terjadi

kemerosotan jaringan sehingga menyebabkan perubahan biokimia dan

rendahnya zat gizi dalam darah berupa rendahnya Hb, serum vitamin A dan

Karoten. Selain itu, akan terjadi peningkatan beberapa hasil metabolisme

seperti asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Bila keadaan ini

berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya perubahan

fungsi tubuh dengan gejala seperti lemah, pusing, kelelahan, nafas pendek

dan lain-lain (Supriasa dkk, 2002).

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

32

4. Status Kesehatan (OSS, (Suma’mur Lehto 2008 (bridger,2003) (WORKCOVER, 2008) (Kroemer dan

Kroemer dan Grandjean (1997) menyatakan bahwa kelelahan secara

fisiologis dan psikologis dapat terjadi jika tubuh dalam kondisi tidak fit/sakit

atau seseorang mempunyai keluhan terhadap penyakit tertentu. Beberapa

penyakit memiliki kontribusi besar terhadap terjadinya kelelahan. Adapun

penyakit yang berkontribusi besar terhadap terjadinya kelelahan adalah:

a. Penyakit Jantung: Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika

kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga

paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami

sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan.Penderita penyakit

jantung cenderung mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen

jika terus menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi

metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang

mempercepat kelelahan (Santoso, 2004).

b. Penyakit Gangguan Ginjal: Pada penderita gangguan ginjal, sistem

pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam

darah (uremi). Pada penderita gangguan ginjal, pengeluaran asupan

makanan dan cairan/elektrolit ataupun keringan sulit untuk

dikendalikan, sehingga meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung

meningkat dan kelelahan akan mudah terjadi (Suma’mur, 1999).

c. Penyakit Asma: Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran

udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

33

karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida

dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses

tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.

d. Tekanan Darah Rendah: Pada penderita tekanan darah rendah, kerja

jantung dalam memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan

kurang maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak

terpenuhi, sehingga proses kerja terhambat karena kurangnya

ketersediaan oksigen.

e. Tekanan Darah Tinggi: Tekanan darah tinggi menyebabkan kerja

jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar dan tidak lagi

mampu memompa darah untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sehingga

terjadi sesak nafas akibat pertukaran oksigen (O2) terhambat. Pada

penderita hipertensi aliran darah pada otot (ketika berkontraksi) sangat

terbatas, otot menekan pembuluh darah sehingga oksigen yang dibawa

berkurang dan memungkinkan terjadinya kelelahan (Santoso, 2004).

f. Penyakit Paru: Pada penyakit paru, oksigen (O2) dan karbondioksida

(CO2) terganggu sehingga banyak yang tertimbun yang akhinya akan

menyebabkan seseorang cepat mengalami kelelahan.

g. Masalah Psikologis: Tenaga kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang

produktif, sehingga kesehatan psikis perlu diperhatikan untuk mencapai

produktivitas yang tinggi. Tenaga kerja yang mempunyai masalah

psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

34

(Budiono dkk, 2003). Stres yang timbul saat pekerjaan, maka akan dapat

menimbulkan kelelahan saat bekerja (Bridger, 2003).

5. Lama Tidur (WORKCOVER, 2008) (OSHS, 2003) (OHS, 2003) (Kroemer dan Grandjean, 1997).

Menurut Occupational Safety and Health (2003) hal-hal yang dapat

menghilangkan perasaan kelelahan seseorang diantaranya adalah waktu

istirahat atau lama tidur. Tidur merupakan suatu proses otak yang

dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Rata-rata

orang dewasa sehat membutuhkan lama tidur sekitar 7-8 jam tiap malam

(Kozier et al, 2008). Tidur dimalam hari ataupun waktu bebas disiang hari

memberikan kontibusi bagi istirahat psikis dan fisik sehingga kesehatan dan

efisiensi tubuh terjaga dan kejadian kelelahan dapat dihilangkan (Budiono

dkk, 2003).

Nadia (2009) menyatakan bahwa pencegahan kelelahan pada tenaga

kerja yang paling baik dilakukan adalah dengan mengelola jam kerja, lama

tidur dan mengelola bahaya yang terkait dengan kelelahan. Penelitian Nadia

(2009) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi kelelahan antara

responden yang memiliki jam tidur optimal dengan responden yang tidak

memiliki lama tidur optimal. Responden yang tidak memiliki jam tidur yang

optimal memiliki peluang 4 kali lebih besar untuk mengalami kelelahan

dibandingkan dengan responden dengan lama tidur optimal.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

35

6. Status Perkawinan (WORKCOVER, 2008)

Seseorang yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka akan

mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu setelah bekerja

digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk beristirahat

(Puspita, 2009). Selain itu, pekerja yang memiliki tanggung jawab khusus,

dalam hal ini seorang suami atau istri akan memiliki tanggung jawab lebih

dalam memenuhi kebutuhan keluarga (Workcover NSW, 2008).

Penelitian Mauludi (2009) yang dilakukan pada 100 pekerja di proses

produksi kantong semen pbd (paper bag division) PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk, didapatkan Pvalue sebesar 0,045 yang berarti terdapat

hubungan bermakana antara status perkawinan dengan kelelahan.

7. Konsumsi Alkohol dan Obat-obatan (WORKCOVER 2008) (bridger,2003)

Dapat diketahui bahwa obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan

gangguan koordinasi bagi penggunanya (Astrand dan Rodahl, 1970).

Dengan mengkonsumsi alkohol, detak jantung akan meningkat, pembuluh

darah di lengan dan kulit melebar, dan tekanan darah menurun. Sedangkan

jika mengkonsumi alkohol secara rutin, maka akan menyebabkan kesulitan

bergerak, berbicara dan berkonsentrasi, kemudian akan berlanjut pada

kejadian kelelahan yang berkombinasi dengan keadaan muak atau cepat

bosan, sakit perut, pusing, meningkatnya sensitivitas pada suara dan menjadi

marah (Hanson dan Venturelli, 1983).

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

36

Bridger (2003) juga mengatakan bahwa mengkonsumsi alkohol akan

berefek buruk pada fungsi hati dan dapat menyebabkan rendahnya

kandungan glukosa dalam darah yang berfungsi sebagai pembentuk energi

untuk meningkatkan kapasitas kerja fisik seseoarang. Selain itu, konsumsi

alkohol juga dapat mengganggu kualitas tidur seseorang, yang kemudian jika

kualitas tidur buruk akan menyebabkan kelelahan (Workcover NSW, 2008).

Kelelahan memiliki berbagai macam penyebab yang salah satunya

juga dikarenakan efek samping pemakaian obat-obatan (Neel, 2012). Baik

obat-obatan ataupun narkotika memiliki pengaruh selektif pada susunan

syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan

perilaku. Beberapa obat-obatan dapat mengganggu fungsi susunan syaraf

pusat seperti koordinasi dan kewaspadaan (Harkness, 1984).

8. Konsumsi Rokok (bridger,2003) (WORKCOVER, 2008).

Kebiasaan merokok menurut Bustan (2000) adalah kegiatan yang

dilakukan berulang-ulang dalam menghisap rokok mulai dari satu batang

ataupun lebih dalam satu hari. Kebiasaan merokok akan menurunkan

kapasitas paru, sehingga kemampuan untuk membawa oksigen menurun dan

menurunkan kesegaran jasmani seseoarang, dan jika seseorang bekerja maka

kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kelelahan kerja (Tarwaka dkk,

2004).

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

37

Bahaya pada rokok umumnya terdapat pada hasil pembakaran pada

rokok yaitu asap rokok, baik asap utama (mainstream smoke) dan asap

sampingan (sidestream smoke). Asap pada rokok mengandung bahan kimia

beracun dan bersifat karsinogenik. Setiap menghisap rokok, terdapat 107

radikal dalam komponen asap yang didominasi oleh radikal oksigen, nitrit

oksid, peroksil dan lain sebagainya. Secara kimia, radikal tersebut akan

segera bereaksi membentuk komponen lain seperti superoksida dan memicu

untuk menghasilkan peroksida yang secara terus menerus akan merusak

sistem pernapasan manusia (Susanto dkk, 2011).

Rokok cenderung dapat mengurangi kapasitas fisik. Penurunan

kapasitas fisik seseorang merupakan salah satu bentuk kelelahan. Merokok

dapat menurunkan kapasitas kerja akibat kelelahan yang disebabkan adanya

penurunan oksigen yang dibawa oleh darah (Bridger, 2003). Orang yang

mengkonsumsi satu pak atau lebih rokok dalam sehari dapat menurunkan

denyut jantung dua atau tiga denyutan tiap menitnya (Hanson dan Venturelli,

1983).

9. Masa Kerja (Suma’mur 1999) (WORKCOVER, 2008) (OHS, 2003)kroemer dan grandjean

Masa kerja adalah lama waktu yang telah ditempuh seseorang untuk

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan

dengan baik (Ranupandojo, 1984). Selain memberikan dampak positif

seperti menurunkan ketegangan, peningkatan efektivitas dan perfomance

kerja, semakin lama masa kerja seseorang dapat membawa efek negatif

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

38

berupa adanya batas ketahanan tubuh terhadap proses kerja yang berakibat

terhadap timbulnya kelelahan. Pekerjaan yang dilakukan secara kontinyu

dapat berpengaruh terhadap sistem peredaran darah, sistem pencernaan, otot,

syaraf dan sistem pernafasan (Suma’mur, 1999).

Dampak dari masa kerja lainnya adalah timbulnya keadaan

melemahnya kinerja otot yang ditunjukkan dengan semakin rendahnya/

menurunnya gerakan. Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab

tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan–

tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang

(Occupational Safety and Health, 2003). Semakin lama seseorang

melakukan pekerjaan akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan serta

semakin banyak terpapar bahaya yang terdapat di lingkungan kerja (Budiono

dkk, 2003). Penelitian Nurhidayati (2009) menyatakan adanya hubungan

antara pekerja yang memiliki masa kerja lama dengan kelelahan.

10. Pekerjaan Monoton (WORKCOVER, 2008) (Suma’mur 1999)

Pekerjaan yang monoton dan berulang akan menyebabkan kelelahan

fisik ataupun mental (Suma’mur, 1999). Pekerjaan monoton yaitu

melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang sama dalam

periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan

biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Budiono dkk, 2003).

Kondisi kerja yang berulang-ulang merupakan salah satu bentuk

suasana monoton yang dapat berakumulasi menjadi rasa bosan, serta

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

39

menjadikan pekerja merasakan kelelahan dan kejenuhan (Kroemer dan

Grandjean, 1997). Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup

lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot,

tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang

bersifat berulang. Macleod (2000) juga menyatakan bahwa kerja statis atau

monoton menyebabkan kelelahan kerja yang kemudian dapat berdampak

pada kecelakaan, buruknya kualitas kerja serta menurunnya produktivitas.

11. Beban Kerja (Suma’mur 1999) (WORKCOVER, 2008) (OHS, 2003) (Kroemer dan Grandjean, 1997).

Beban kerja adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh pekerja

dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bekerja (Sudrajat

dkk, 1998). Setiap pekerjaan atau aktivitas merupakan beban bagi

pelakunya. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Apabila beban kerja lebih besar daripada

kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak nyaman, kelelahan,

kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun (Santoso,

2004). Pekerjaan yang tergolong menjadi pekerjaan berat adalah semua

pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik yang besar yang dapat dilihat

melalui jumlah konsumsi energi dan yang mengakibatkan penekanan pada

kerja jantung dan paru-paru (Kroemer dan Grandjean, 1997).

Dewasa ini, beban kerja lebih mengarah pada pembebanan pada kerja

fisik atau yang sering disebut kerja otot. Permenakertrans No. 13 Tahun

2011 mengelompokan beban kerja menjadi beban kerja ringan, sedang dan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

40

berat. Penetapan beban kerja tersebut sampai saat ini selalu dikaitkan dengan

konsumsi energi atau jumlah kalori yang dikeluarkan pekerja. Padahal

derajat ketegangan fisik atau beban kerja seseorang tidak seluruhnya

bergantung pada pengeluaran kalori,tetapi dapat dilakukan dengan

melakukan pengukuran denyut jantung, metabolisme, respirasi dan suhu

tubuh (Sastrowinoto, 1985).

Konz (1998) menyatakan bahwa jika berada dalam keadaan yang stabil

atau tidak emosi, denyut jantung merupakan salah satu estimasi laju

metabolisme yang baik. Berikut disajikan kategori beban kerja berdasarkan

metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung (Christensen 1996

dalam Tarwaka dkk, 2004).

Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme,

Respirasi, Suhu Tubuh dan denyut jantung

Sumber: (Christensen, 1996) Encyclopedia of Occupational Health and

Safety. ILO Ganeva)

Kategori Beban

Kerja

Konsumsi

Oksigen

(l/min)

Ventilasi

Paru

(l/min)

Suhu

Rektal

Denyut

Jantung

(denyut/min)

Ringan 0,5 – 1,0 11 – 20 37,5 75 – 100

Sedang 1,0 – 1,5 21 – 30 37,5 – 38,0 101 – 125

Berat 1,5 – 2,0 31 – 43 38,0 – 38,5 125 – 150

Sangat Berat 2,0 – 2,5 44 – 56 38,5 – 39,0 151 – 175

Sangat Berat Sekali 2,5 – 4,0 57 – 100 > 39 > 175

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

41

12. Waktu Kerja (WORKCOVER 2008) (Suma’mur 1999) (OHS, 2003) (Kroemer dan Grandjean, 1997).

Waktu kerja adalah lamanya waktu yang dihabiskan pekerja

melakukan pekerjaan dalam satu hari. Lamanya seseorang bekerja secara

baik pada umumnya adalah 6-8 jam setiap harinya, sedangkan sisanya (16-

18 jam) dapat digunakan untuk bersosialisasi dengan keluarga, istirahat,

tidur dan lain-lain (Suma’mur, 2009). Di Indonesia telah ditetapkan lamanya

waktu kerja sehari maksimum adalah 8 jam. Memperpanjang waktu kerja

akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan

dan penyakit akibat kerja (Tarwaka dkk, 2004).

Waktu kerja akan menentukan status kesehatan seseorang, efisiensi,

efektivitas dan produktivitas kerjanya. Suma’mur (1999) menyatakan bahwa

produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus

(apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di

dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal setengah

jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh

kesempatan untuk makan dan menambah energi yang diperlukan tubuh

untuk bekerja. Semakin lama durasi dan insentisas dalam bekerja, maka

perasaan kelelahan akan semakin besar dirasakan oleh pekerja (Kroemer dan

Grandjean, 1997).

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

42

13. Shift Kerja (WORKCOVER, 2008) (OHS, 2003)

Shift kerja adalah periode waktu dimana suatu kelompok pekerja

dijadualkan bekerja pada tempat kerja tertentu (Maurits dan Widodo, 2008).

Dalam upaya menghasilkan produksi yang berkesinambungan, suatu

perusahaan terkadang mempekerjakan karyawannya dalam sistem shift

selama 24 jam. Adapun yang termasuk dalam kriteria kerja shift adalah

apabila terdapat pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja yang normal,

yaitu diluar pukul 07.00 sampai 18.00 (Workcover NSW, 2008).

Shift kerja memiliki berbagai macam dampak negatif yang salah

satunya adalah kelelahan. Kelelahan karena pengaruh shift kerja dapat

menyebabkan kesulitan konsentrasi dalam bekerja, meningkatkan resiko

kesalahan (human error), berdampak kepada kualitas kerja dan kecepatan

kerja, dan akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja (Kodrat, 2011).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kecelakaan banyak terjadi

pada shift malam sehubungan dengan gangguan pada irama sirkadian

(Lerman et al, 2012). Pekerja yang bekerja pada shift malam tentu lebih

mudah merasa lelah dan mengantuk, karena pekerja sudah terbiasa bekerja di

pagi hari dan memiliki pola kantuk dan tidur tertentu, yang tentu butuh

penyesuaian jika harus berganti ke shift malam (Kodrat, 2011). Seseorang

yang memutuskan untuk bekerja melawan pengaturan biologis (untuk tidur)

dan dengan waktu yang panjang akan mengganggu worker’s body clock dan

menimbulkan kelelahan (Workcover NSW, 2008).

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

43

Pekerja yang bekerja pada shift malam akan mengganggu pola dan

waktu tidur. Waktu tidur seseorang merupakan salah satu siklus tetap yang

diatur oleh mekanisme khusus yang disebut dengan circadian rhythms.

Seseorang yang kekurangan waktu tidur atau memiliki gangguan circadian

rhythms lebih berpotensi untuk mengalami kelelahan. Circadian rhythms

adalah pengaturan berbagai macam fungsi tubuh dalam sehari yang meliputi

pengaturan dalam tidur, bekerja dan semua proses otonom vegetatif yang

meliputi metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, tekanan darah dan

pelepasan hormon (Kroemer dan Grandjean, 1997). Ganguan pada circadian

rhythms dapat diakibatkan oleh jet lag atau shift kerja (Barness et al, 2008).

Metabolisme dan faktor faal tubuh juga tidak sepenuhnya dapat

beradaptasi dengan waktu bekerja pada malam hari dan istirahat/tidur di

siang hari (Suma’mur, 2009). Hal tersebut terbukti didalam penelitian

Ramdan (2007) yang menyatakan bahwa tingkat kelelahan giliran kerja atau

shift malam lebih tinggi dibandingkan dengan giliran kerja atau shift siang.

Begitu juga dengan penelitian Ihsan dan Salami (2010) yang menyatakan

bahwa shift kerja merupakan prediktor terbesar yang mempengaruhi

perubahan kelelahan kerja.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

44

14. Ergonomis OHS, 2003 Suma’mur, 1999 Kroemer dan Grandjean,

Ergonomis adalah kesesuaian antara peralatan dan perlengkapan kerja

dengan kondisi dan kemampuan manusia untuk mencapai kesehatan tenaga

kerja dan produktivitas kerja yang optimal. Occupational Safety and Health

(2003) menyebutkan bahwa sarana dan prasana yang tidak ergonomis

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan. Penyebab kelelahan

akibat tidak ergonomisnya kondisi saran, prasarana dan lingkungan kerja

merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas

kerja seorang tenaga kerja (Kroemer et al, 2010).

Perancangan tugas, peralatan, dan workstation harus sesuai dengan

keadaaan tenaga kerja, bukan menunggu tenaga kerja dapat beradaptasi

dengan peralatan, sehingga hal ini dapat mengurangi kesalahan, kecelakaan,

dan kesakitan (Lerman et al, 2012). Hal tersebut juga dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa apabila antara sarana,

prasarana atau peralatan kerja dengan pekerja sudah cocok, maka kelelahan

dapat dicegah sehingga proses kerja akan lebih efisien dan berdampak pada

produktivitas yang tinggi.

15. Tekanan Panas Suma’mur 1999 WORKCOVER OHS (bridger, 2003) (Kroemer dan Grandjean,

Tekanan Panas atau yang dikenal dengan iklim kerja menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 13 Tahun 2011 adalah

hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan

panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

45

sebagai akibat pekerjaannya. Suhu nyaman bagi orang indonesia atau

comfort zone temperature adalah 240 C -26

0 C dan pada umumnya orang

Indonesia akan beraklimatisasi pada suhu iklim tropis, yaitu 280 C -32

0 C

dengan kelembaban sekitar 85-95 % atau lebih (Suma’mur, 2009).

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002 juga telah

menetapkan bahwa suhu yang terdapat di Industri sebaiknya berkisar antara

180

C - 300C. Diluar comfort zone temperature, maka produktivitas pekerja

mengalami penurunan dan risiko kecelakaan akan bertambah.

Tekanan Panas sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia,

serta lingkungan yang ekstrim (panas) memiliki efek yang signifikan pada

kapasitas kerja (Bridger, 2003). Tekanan Panas dapat mempengaruhi daya

kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerja. Bekerja dengan suhu

yang tinggi dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

sehingga untuk bekerja pada lingkungan dengan suhu tinggi, perlu upaya

penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan perlindungan yang tepat

kepada tenaga kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 2009).

Beberapa penelitian menghubungan antara pengaruh tekanan panas

dengan kelelahan pada pekeja. Salah satunya adalah penelitian Fahri dan

Pasha (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tekanan

panas dengan kelelahan di bagian drilling Pertamina UBEP Kenali Asam

Jambi. Ramdan (2007) juga menyatakan bahwa lingkungan fisik kerja yang

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

46

terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah karena kehilangan

cairan dan garam.

a. Pengukuran Tekanan Panas

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja, pengukuran panas dilingkungan kerja juga dapat

diketahui dengan menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah

dan Bola) yang dimana ketentuan-ketentuannya memperhatikan hal-

hal berikut ini:

1) Suhu Udara Kering (dry bulb temperature): suhu yang

ditunjukkan oleh termometer suhu kering.

2) Suhu Basah Alami (natural wet bulb temperature): suhu yang

ditunjukkan oleh termometer bola basah alami. Merupakan

suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan

terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini biasanya

lebih rendah dari suhu kering.

3) Suhu Bola (globe temperature) : suhu yang ditunjukkan oleh

termometer bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

47

Pengukuran beberapa faktor lingkungan yang telah disebutkan

diatas dapat dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan alat

ukur Thermal Environmental Monitor atau yang biasa disebut dengan

WBGT (Wet Bulb Globe Temperature). WBGT memiliki 3

termometer yang masing-masing berfungsi untuk mengkur suhu

kering, suhu bola basah, suhu radian atau suhu global.

Perhitungan hasil pengukuran panas lingkungan kerja dapat

dibedakan menjadi dua kelompok uaitu:

1) Indoor area, yaitu lingkungan yang tidak terpajan oleh cahaya

matahari secara langsung. ISBB untuk pekerjaan tanpa panas

radiasi adalah :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola

2) Outdoor area, yaitu lingkungan kerja yang terpajan oleh

cahaya matahari secara langsung. ISBB untuk pekerjaan

diluar ruangan dengan panas radiasi adalah :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola

+ 0,1 Suhu Kering

Dalam penerapannya di lapangan, pengukuran tekanan panas

dengan WBGT dilaksanakan bersamaan dengan perhitungan jumlah

panas metabolik yang diterima pekerja (beban kerja) sesuai dengan

klasifikasi beban kerja menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011

dan pengaturan waktu kerja tenaga kerja setiap jam.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

48

Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Pengaturan waktu

kerja setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31.0 28.0 -

50% - 75% 31.0 29.0 27.5

25% - 50% 32.0 20.0 29.0

0 % - 25% 32.2 31.1 30.5

Adapun cara pengukuran takanan panas dengan WBGT

sesuai SNI 16-7061 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1) Prinsip

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu

yang ditentukan, suhu basah alami, suhu kering dan suhu

bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah dan bola

diperhitungkan dengan rumus.

2) Peralatan

Alat-alat yang dipakai harus telah dikalibrasi oleh

laboratorium yang terakreditasi untuk melakukan kalibrasi,

minimal 1 tahun sekali.

Alat-alat yang digunakan terdiri dari:

a) Termometer suhu basah alami yang mempunyai

kisaran –50

C sampai dengan 500 C dan bergraduasi

maksimal 0,50 C

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

49

b) Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran –

5oC sampai dengan 50

0 C dan bergraduasi maksimal

0,50 C

c) Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran –

5oC sampai dengan 100

0 C dan bergraduasi

maksimal 0,50 C

3) Prosedur kerja

Langkah-langkah prosedur kerja adalah sebagai berikut:

a) Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah

alami dengan air suling, jarak antara dasar lambung

termometer dan permukaan tempat air 1 inci.

Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 30

menit - 60 menit.

b) Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan

paparkan selama 30 menit – 60 menit.

c) Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga

warna hitam (diameter 15 cm, kecuali alat yang

sudah dirakit dalam satu unit), lambung termometer

tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan alat

pada statif dan paparkan selama 20 menit – 30 menit.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

50

d) Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik

pengukuran dengan lambung termometer setinggi 1

meter – 1,25 meter dari lantai.

e) Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam

kerja yaitu pada awal shift kerja, pertengahan shift

kerja dan akhir shift kerja.

4) Penentuan titik pengukuran

Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat

tenaga kerja melakukan pekerjaan.

16. Kebisingan (Suma’mur 1999) (OSHS (bridger,2003) (WORKCOVER 2008) (Kroemer dan Grandjean, 1997

Salah satu bahaya fisik yang terdapat di lingkungan yang dapat

mempengaruhi kelelahan adalah kebisingan. Menurut Permenakertrans No.

13 Tahun 2011 kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Bahaya dari kebisingan berasal dari suara yang merupakan hasil

kombinasi dari frekuensi, intensitas atau durasi yang menyebabkan

penurunan pendengaran yang dapat terjadi pada popolasi tertentu (Goetsch,

2008). Kebisingan merupakan stressor yang dapat meningkatkan denyut

jantung dan mengurangi efisiensi jantung, sehingga mempengaruhi kinerja

dari kapasitas fisik seseorang (Bridger, 2003). Selain itu, disimpulkan bahwa

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

51

kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan komunikasi pekerja di tempat

kerja.

Paparan kebisingan untuk jangka waktu yang panjang dapat

menghasilkan perasaan subjektif ketidaknyamanan dan peningkatan

kelelahan (Lerman et al, 2012). Suara yang terlalu bising dan berlangsung

lama dapat menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan

pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan

berdenging. Timbulnya sensasi suara ini akan menyebabkan pula stimulasi

nucleus ventralateralis thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls

dari kumparan otot dengan kata lain hal ini akan menggerakkan atau

menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang berada pada thalamus.

Jika sistem inhibisi lebih kuat maka akan meningkatkan perasaan kelelahan

seseorang (W.F.Ganong,1999).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fahri dan Pasha (2010)

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kebisingan dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja. Penelitian

Hanifa (2006) juga menyatakan bahwa dari 18 sample yang diteliti, dapat

disimpulkan bahwa kebisingan dapat menyebabkan kelelahan sebesar 42,8%

dan sisanya dipengaruhi faktor lain.

Menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, NAB yang ditentukan

untuk kebisingan selama 8 jam bekerja adalah sebesar 85 dBA. Sedangkan

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

52

kebisingan yang melebihi NAB, waktu pemaparannya dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 2.4.

Instensitas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan

Waktu Pemaparan Dalam Satu Hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7.5 103

3,75 106

1.88 109

0.94 112

28.12 Detik 115

14.06 118

7.03 121

3.52 124

1.76 127

0.88 130

0.44 133

0.22 136

0.11 139

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

53

a. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan di tempat kerja dapat dilakukan dengan

Sound Level Meter. Alat ini dapat mengukur kebisingan diantara 30 –

130 dB dan dari frekuensi 20 – 20000 Hz (Suma’mur, 2009). Selain

itu, ntuk mengukur nilai ambang pendengaran dapat menggunakan

Audiometer. Sedangkan, untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih

tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak

menetap pada suatu tempat kerja selama ia melakukan pekerjaan.

Cara melakukan pengukuran kebisingan dapat dilihat

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2009 tentang

metode pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja. Pengukuran

kebisingan pada dasarnya meliputi pengukuran intensitas kebisingan,

frekuensi dan dosis kebisingan.

Adapun cara pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter

sesuai SNI 7231 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1) Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

2) Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam

kondisi baik.

3) Pastikan skala pembobotan.

4) Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan

karakteristik sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi

relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

54

5) Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia

yang ada di tempat kerja.

6) Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang

sumber bunyi.

7) Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan

karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber

bunyi, 70o – 80

o dari sumber bunyi).

8) Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi

sinambung setara (Leq) Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

9) Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar

pengukuran.

17. Getaran (Mark L lehto. 2008) (WORKCOVER.

Menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, getaran adalah gerakan

yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan

keseimbangannya. Getaran dapat diklasifikasikan menjadi Whole body

Vibration (WBV) dan Hand Arm Vibration (HAV). WBV atau yang dikenal

getaran pada seluruh tubuh dapat menyebabkan kelelahan pada pekerja yang

mana hal ini disebabkan adanya kenaikan denyut jantung, penarikan oksigen

dan kecepatan pernafasan meningkat (Lehto, 2008). Adanya getaran di

lingkungan kerja akan menjadikan pekerja cepat lelah dan dapat

mengganggu performa kerja (Workcover NSW, 2008).

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

55

18. Pencahayaan (Suma’mur 1999)

Pencahayaan di tempat kerja merupakan hal penting yang harus

diperhatikan untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain itu

pencahayaan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih

baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa kurangnya pencahayaan di

lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya kelelahan fisik

dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.

A. Wolska dalam Karwowski (2001) menyatakan bahwa pencahayaan

ditempat kerja bergantung pada luminances dari sumber cahaya, tingkat

adaptasi luminance (background luminance), jumlah sumber cahaya serta

daerah sumber dan sudut antara objek utama dan sumber cahaya. Jika

pencahayaan ditempat kerja kurang, dapat menyebabkan adanya perasaan

tidak nyaman, gangguan atau sakit yang meningkat seiring waktu, dan dapat

menyebabkan kelelahan.

Standar pencahayaan yang seharusnya diterima pekerja adalah antara

100 sampai 200 Lux, dengan mempertimbangakan tingkat kesilauan (glare),

pantulan dari permukaan yang berkilat dan peningkatan suhu ruangan

(Silalahi, 1985). Adapun standar pencahayaan di tempat kerja menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002 adalah berikut ini:

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

56

Tabel 2.5. Standar Tingkat Pencahayaan di Lingkungan Kerja

Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan

Minimal (lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar dan

tidak terus-menerus

100

Ruang penyimpanan & ruang

peralatan/instalasi yang

memerlukan pekerjaan yang

kontinyu

Pekerjaan kasar dan

terus-menerus

200

Pekerjaan dengan mesin dan

perakitan kasar

Pekerjaan rutin

300

Ruang administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin &

perakitan/penyusun

Pekerjaan agak

halus

500

Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor,

pekerjaan pemeriksaan atau

pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus

1000

Pemilihan warna, pemrosesan

tekstil, pekerjaan mesin halus

& perakitan halus

Pekerjaan amat

halus

1500

Mengukir dengan tangan,

pemeriksaan pekerjaan mesin

dan perakitan yang sangat

halus

Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,

perakitan sangat halus

19. Ventilasi (bridger, 2003)

Menurut Bridger (2003) ventilasi merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi penurunan kapasitas kerja akibat kelelahan. Ventilasi

di dalam suatu industri atau tempat pertukaran udara di dalam industri

merupakan suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan

menciptakan udara suatu ruangan yang sesuai dengan kebutuhan proses

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

57

produksi atau kenyamanan pekerja. Ventilasi ditempat kerja yang memadai

akan mencegah kelelahan yang tidak perlu terjadi sebagai akibat lingkungan

kerja yang terlalu sesak (LeBouef, 1979).

H. Pencegahan Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai cara. Salah satu

contohnya adalah memperhatikan keadaan umum di lingkungan tempat kerja

seperti pengaturan jam kerja, pengaturan waktu istirahat, menyediakan tempat

atau ruangan untuk beristirahat, melakukan rekreasi dan lain sebagainya

(Suma’mur 2009). Selain itu, menurut Occupational Safety and Health (2003)

kelelahan dapat dikurangi dengan menyediakan waktu istirahat, tidur yang

cukup, relaksasi, gizi yang cukup, kegiatan yang menarik, kondisi kesehatan

yang baik, adanya kegiatan yang membangkitkan semangat, pemberian reward

untuk para pekerja, dukungan teman dan keluarga dan lain sebagainya.

I. Kontraktor

Kontraktor menurut Holt (2005) adalah setiap orang/ suatu badan yang

menjalankan bisnis atau usaha baik untuk keuntungan atau tidak dan telah

menyanggupi untuk mengelola atau melakukan pekerjaan konstruksi, atau

mengatur setiap orang di tempat kerja di bawah kekuasaannya (termasuk setiap

karyawan) untuk melaksanakan atau mengelola pekerjaan konstruksi. Kontraktor

bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Jasa konstruksi menurut undang-undang

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

58

nomor 18 tahun 1999 dapat didefinisikan sebagai layanan jasa konsultasi

perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Sampai saat ini, Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terutama di sektor konstruksi masih memprihatinkan. Data Kemenakertrans

menyebutkan bahwa kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada tahun

2010 sektor kontruksi tercatat sebanyak 65.000 kasus kecelakaan kerja

(antaranews.com). Kecelakaan yang sering terjadi tersebut 85% nya diakibatkan

oleh faktor manusia (Endroyo, 2010).

J. Kerangka Teori Penelitian

Kelelahan memiliki beragam penyebab yang berbeda-beda. Menurut

Kroemer dan Grandjean (1997) mengelompokkan penyebab kelelahan menjadi

intensitas kerja fisik dan mental, faktor lingkungan, circadian rhythm status

kesehatan, keadaan gizi, serta problem fisik seseorang yang berasal dari adanya

tanggung jawab, konflik dan kekhawatiran. Selain dari penyebab kelelahan yang

telah disebutkan, Suma’mur (1999) menambahkan bahwa kelelahan juga dapat

disebabkan oleh faktor monotoni. Sedangkan Bridger (2003) juga menyebutkan

secara rinci penyebab menurunnya kapasitas kerja seseorang karena perasaan

kelelahan yang berasal dari faktor personal seperti umur, status gizi, jenis

kelamin, konsumsi rokok dan alkohol, status gizi, gaya hidup dan motivasi serta

dari faktor lingkungan di tempat kerja seperti kualitas udara, ventilasi,

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

59

kebisingan, dan iklim kerja (panas dan dingin). Untuk lebih mudahnya, faktor

yang mempengaruhi kelelahan dapat dilihat pada gambar kerangka teori dibawah

ini:

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

60

Bagan 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber: (Kroemer dan Grandjean 1997, Suma’mur 1999 dan Bridger 2003)

Status Gizi

Getaran

Lama Tidur

Tekanan Panas

Shift Kerja

Waktu Kerja

Status Kesehatan

Status Perkawinan

Alkohol dan Obat-obatan

Kebiasaan Merokok

Masa kerja

Pekerjaan Monoton

Beban Kerja

Umur

Jenis Kelamin

Pencahayaan

Ventilasi

Kelelahan

Ergonomis

Kebisingan

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

61

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu pada faktor penyebab kelelahan yang

terdapat di lingkungan pekerjaan yang diteliti, fakta-fakta kejadian dan

penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Kerangka konsep

terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

Variabel bebas terdiri dari umur, status gizi, lama tidur, status perkawinan,

konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan. Sedangkan

variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan pada pekerja.

Adapun variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini, yaitu:

1. Variabel jenis kelamin, tidak diteliti karena mayoritas pekerja

berjenis kelamin laki-laki.

2. Variabel status kesehatan, tidak diteliti karena status sehat

(keadaan fit) merupakan persyaratan responden penelitian.

Selain itu status sehat merupakan persyaratan dari pihak

perusahaan untuk seluruh kontraktor yang bekerja (tidak

memiliki riwayat penyakit). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua pekerja dalam keadaan sehat dan tidak memiliki penyakit

tertentu.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

62

3. Variabel konsumsi alkohol dan obat-obatan, tidak diteliti karena

kemungkinan besar orang yang mengkonsumsi alkohol dan

obat-obatan tidak mengakui hal tersebut untuk menjaga norma/

budaya Indonesia, sehingga dapat berpotensi bias.

4. Variabel pekerjaan monoton, tidak diteliti karena berdasarkan

hasil observasi di lapangan, pekerjaan di Proyek Banyu Urip,

EPC3 bukan merupakan pekerjaan monoton disebabkan setiap

hari terdapat perubahan pada aktivitas/ kegiatan.

5. Variabel waktu kerja, tidak diteliti karena semua pekerja

melakukan pekerjaan selama 8 jam.

6. Variabel beban kerja, tidak menjadi variabel yang berdiri

sendiri, namun perhitungannya digabung bersamaan dengan

variabel takanan panas.

7. Variabel shift kerja, tidak diteliti karena saat berlangsungnya

penelitian, perusahaan tidak menerapkan shift kerja.

8. Variabel ergonomis, tidak diteliti karena merupakan

keterbatasan penelitian akibat adanya keterbatasan waktu dan

tenaga dalam penelitian

9. Variabel pencahayaan tidak diteliti karena berdasarkan hasil

studi pendahuluan, pencahayaan di siang hari sudah sesuai

dengan standar yang berlaku menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002 yaitu lebih dari 1000 lux

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

63

dan pencahayaan di malam hari menggunakan yard lighting

system menggunakan lampu TL dan lampu Halogen 1000 watt.

10. Variabel getaran, tidak diteliti karena tidak ditemukan adanya

sumber getaran yang berarti di lingkungan kerja yang memapar

pekerja.

11. Variabel ventilasi tidak diteliti karena area produksi memiliki

ventilasi terbuka sehingga sirkulasi udara di tempat kerja dirasa

sudah baik.

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Umur

Status Gizi

Lama Tidur

Konsumsi Rokok

Masa kerja

Kebisingan

Tekanan Panas

Status Perkawinan

Kelelahan

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

64

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

No.

Variabel

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Kelelahan Keadaan melemahnya kondisi fisik dan

mental pada pekerja yang dilihat dari

adanya perlambatan pada proses faal

syaraf dan otot yang ditandai dengan

pemanjangan waktu reaksi.

Reaction

Timer Test

Reaction Timer (0) Normal: 150.0 – 240.0 mili detik

(1) Kelelahan Kerja Ringan (KKR):

> 240.0 - < 410.0 mili detik

(2) Kelelahan Kerja Sedang (KKS):

410 - < 580 mili detik

(3) Kelelahan Kerja Berat (KKB):

≥ 580 mili detik

(Koesyanto dan Tunggul, 2005)

Ordinal

2. Umur Jumlah tahun dari awal lahir sampai

berlangsungnya penelitian.

Wawancara Kuesioner (0) Muda: ≤ 37 Tahun

(1) Tua: > 37 Tahun

(Mean Populasi)

Ordinal

3. Status Gizi Kondisi keadaan gizi pada pekerja yang

diperoleh melalui perhitungan Indeks

Masa Tubuh (IMT) berdasarkan berat

badan dan tinggi badan.

Pengukuran

Langsung

Kuesioner,

Timbangan,

Microtoise,

Kalkulator.

(0) Normal (18.5 – 24.9 kg/m2)

(1) Tidak Normal: (< 18.5 kg/m2 dan

≥ 25 kg/m2)

(Depkes RI 2004)

Ordinal

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

65

No.

Variabel

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur

4. Lama Tidur Rata-rata jumlah waktu dalam jam yang

dihabiskan pekerja untuk tidur dalam satu

hari selama bekerja di proyek BanyuUrip

Wawancara Kuesioner (0) 7-8 jam

(1) < 7 dan > 8 jam

(Kozier et al, 2008)

Ordinal

5. Status

Perkawinan

Keterangan yang menunjukkan riwayat

perkawinan tenaga kerja.

Wawancara

Kuesioner (0) Tidak Kawin

(1) Kawin

Ordinal

6. Konsumsi

Rokok

Kegiatan menghisap rokok mulai dari

satu batang ataupun lebih dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner (0) Tidak merokok

(1) Merokok

Ordinal

7. Masa Kerja Akumulasi waktu dalam tahun yang

ditempuh pekerja dalam melaksanakan

jenis-jenis pekerjaan kontruksi.

Wawancara Kuesioner (0) Baru: < 11 Tahun

(1) Lama: ≥ 11 Tahun

(Median Populasi)

Ordinal

8. Tekanan

Panas

Hasil perpaduan antara suhu,

kelembaban, kecepatan gerakan udara dan

panas radiasi dengan tingkat pengeluaran

panas dari tubuh yang dibandingkan

dengan Permenaker No 13 Tahun 2011

Pengukuran

Langsung

WBGT,

Stopwatch

(0) Tidak Terpapar

(1) Terpapar

(Permenaker No 13 Tahun 2011)

Ordinal

9. Kebisingan Suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat produksi dan atau

alat-alat kerja yang dapat menimbulkan

gangguan pada pekerja.

Pengukuran

Langsung

Sound Level

Meter

(0) Tidak Terpapar: < 85 dB

(1) Terpapar: ≥ 85 dB

(Permenaker No 13 Tahun 2011)

Ordinal

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

66

C. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

2. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

3. Terdapat hubungan antara lama tidur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

4. Terdapat hubungan antara konsumsi rokok dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

5. Terdapat hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

6. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

7. Terdapat hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

67

8. Terdapat hubungan antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

9. Terdapat faktor yang memiliki hubungan yang lebih dominan yang

mempengaruhi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara

tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

68

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah desain

cross sectional study. Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di fokus kegiatan EPC3 Offshore Pipeline and

Mooring Tower, Proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri yang beralamat di

Site Office Bakrie Yard, Desa Sumuranja, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten

Serang Propinsi Banten pada bulan April – Juli Tahun 2013

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa

Industri, Serang-Banten Tahun 2013. Jumlah populasi sekitar 200 pekerja. Dalam

pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik simple random sampling,

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

69

yaitu memilih sampel dengan cara undian dengan menulis nomor absen semua

pekerja pada secarik kertas dan menggulung kertas tersebut kemudian

memasukannya dalam sebuah kotak dan mengocok gulungan kertas tersebut.

Setelah dikocok, gulungan kertas akan diambil satu persatu sampai pada

gulungan kertas yang ke seratus.

Sedangkan untuk menghitung besar sample menggunakan uji hipotesis

beda 2 proporsi dengan rumus (Lamshow et al, 1990 dalam Notoatmodjo, 2010):

𝑛 =(Z1− α/2 2𝑃(1− 𝑃) + 𝑍1 − 𝛽 𝑃1(1− 𝑃1) + 𝑃2(1− 𝑃2))²

(𝑃1− 𝑃2)²

Keterangan:

n : Besar sampel minimal

P1 : Proporsi kejadian kelelahan pada partisipasi kelompok resiko tinggi

P2 : Proporsi kejadian kelelahan pada partisipasi kelompok resiko rendah

P : Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2

Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan 10 %, 5 %, 1 % = 1.64 , 1.96 , 2.58

Z1-β : Nilai Z pada kekuatan uji power 80, 90, 95 = 0.84 , 1.28 , 1.64

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

70

Maka, berdasarkan rumus diatas, besar sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah:

Tabel 4.1. Perhitungan Sampel Berdasarkan

Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi

Variabel P1 P2 α (%) β (%) N

Umur

P1 : Tua

P2 : Muda

0.75

0.25

10

80

12

5 15

1 22

10

90

19

5 19

1 28

Kebisingan

P1 : Terpapar

P2 : Tidak Terpapar

1

0.762

10

80

22

5 28

1 42

10

90

30

5 37

1 53

Shift Kerja

P1 : Ya

P2 : Tidak

0.921

0.562

10

80

18

5 23

1 34

10

90

24

5 30

1 42

Tekanan Panas

P1 : Terpapar

P2 : Tidak Terpapar

0.971 0.775 10

80

35

5 45

1 66

10

90

48

5 59

1 84

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

71

Berdasarkan hasil perhitungan sampel pada tabel diatas, jumlah sampel

yang akan diambil adalah 45 orang (P1: Proporsi pada kategori terpapar tekanan

panas yang mengalami kelelahan dan P2: Proporsi pada kategori tidak terpapar

tekanan panas yang mengalami kelelahan pada α: 5% dan β: 80%). Dari hasil

tersebut, kemudian dilakukan perhitungan sampel minimal dengan menggunakan

perbandingan dari hasil penelitian Fahri dan Pasha (2010) yaitu prevalensi dari

responden yang tidak kelelahan sebesar 48.7 % adalah:

45 = 48.7 X N

100

N = 45 x 100

48.7

= 93 pekerja

Namun, untuk menghindari adanya drop out atau missing jawaban dari

pekerja, maka peneliti membulatkan jumlah sampel penelitian menjadi 100

pekerja.

Adapun sampel yang akan dipilih oleh peneliti mempunyai persamaan

dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Karakteristik umum yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah:

a. Pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri

b. Berjenis kelamin laki-laki.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

72

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi objek penelitian atau sampel penelitian.

b. Pekerja dalam status kesehatan kurang baik (tidak fit) dan

penderita penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah

rendah, tekanan darah tinggi, paru dan mengalami masalah

psikologis serta buta warna berdasarkan dari pengakuan pekerja.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan pengukurang langsung, yaitu

pengukuran kelelahan dengan Reaction Timer, tekanan panas

menggunakan Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT), kebisingan

menggunakan Sound Level Meter, pengukuran berat badan dengan

tinbangan dan tinggi badan meter untuk melihat Indeks Masa Tubuh (IMT)

atau variabel status gizi. Sedangkan untuk variabel umur, lama tidur, status

perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja didapatkan dari kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yaitu

meliputi data kecelakaan, data ketenagakerjaan dan profil perusahaan.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

73

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini melibatkan pekerja dengan

tujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja. Adapun data yang

didapatkan melalui wawancara adalah: variabel umur, lama tidur,

status perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja.

b. Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

Proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri Tahun 2013. Adapun

pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kelelahan, tekanan

panas, kebisingan dan status gizi.

2. Instrumen Penelitian

a. Kelelahan

Pengukuran kelelahan menggunakan Reaction Timer Timer.

Reaction Timer merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan

berdasarkan kecepatan waktu reaksi. Prinsip kerja dari alat ini adalah

memberikan rangsangan tunggal berupa rangsangan lampu yang

kemudian tenaga kerja akan meresponnya, sehinga dapat dihitung

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

74

waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk merespon rangsangan

tersebut.

Pemberian rangsangan dilakukan sebanyak 5 kali dalam satu

waktu, yang artinya akan didapatkan waktu rekasi pekerja sebanyak 5

hasil pengukuran. Setiap hasil pengukuran waktu reaksi di setiap

pemberian rangsangan akan dijumlahkan, kemudian diambil nilai rata-

ratanya. Pengukuran waktu reaksi dilakukan selama ± 5 menit pada

setiap pekerja secara bergantian setelah bekerja selama 4 jam (saat jam

istirahat).

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran

kelelahan yaitu :

1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi > 240,0 - < 410,0

mili detik

3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS): waktu reaksi 410,0 - < 580,0

mili detik

4) Kelelahan Kerja Berat (KKB): waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik.

b. Status Gizi

Data status gizi pada pekerja dengan mengukur secara langsung

Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB), sehingga di dapatkan

Indeks Masa Tubuh (IMT) pekerja yang bersangkutan.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

75

1) Berat Badan

Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara

melakukan penimbangan berat badan langsung menggunakan

timbangan badan.

2) Data Tinggi Badan

Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan

langsung menggunakan microtoise. Kemudian mencatat hasil

pengukuran yang ada.

Adapun pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebagai

berikut:

𝐼𝑀𝑇 =BB (Dalam kg)

TB²(Dalam m)

Hasil perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan hasil

pengukuran berat badan dan tinggi badan akan dikelompokan menjadi

2 kategori IMT yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat IMT kg/ m 2

Normal 18.5 – 24.9

Tidak Normal < 18.5 dan ≥ 25

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

76

c. Tekanan Panas

Data Tekanan Panas di Proyek EPC3, Banyu Urip didapatkan

dengan melakukan pengukuran Tekanan Panas menggunakan Wet

Bulb Globe Thermometer, pengukuran lama waktu kerja dan

mengukur beban kerja / data panas metabolik yang diterima pekerja.

Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Indeks Suhu Basah dan

Bola (ISBB) sesuai ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

1) Data Panas Lingkungan

Data mengenai panas lingkungan diperoleh dengan cara

pengukuran langsung pada lokasi penelitian dengan

menggunakan alat ukur Thermal Environmental Monitor atau

yang biasa disebut dengan Wet Bulb Globe Temperature

(WBGT).

Adapun langkah-langkah pengukuran takanan panas

dengan WBGT adalah sebagai berikut:

a) Tekan tombol enter I/O untuk menyalakan alat

b) Perhatikan layar untuk melihat daya baterai, jika daya

baterai sudah menunjukkan 6.4 Volt atau kurang, ganti

atau lakukan isi ulang baterai

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

77

c) Lakukan kalibrasi alat dengan membuka sensor 1 dan

menyamakan nilai pada kalibrator dengan nilai yang

tertera pada hasil kalibrasi. Kemudian pasang kembali

sensor 1.

d) Lakukan setting pengukuran.

e) Pastikan sumbu bola basah bersih.

f) Buka penutup reservoir dan isi dengan air suling atau

air de-ionized kemudian tutup kembali.

g) Letakan instrumen di area kerja dengan ketinggian 3.5

kaki atau 1 meter dari permukaan lantai

h) Pastikan alat dalam kondisi yang sama dengan

lingkungan pekerja tetapi alat diletakkan di tempat

yang aman.

i) Biarkan instrumen selama 10 menit untuk

menstabilkan suhu lingkungan sekitar/adaptasi

lingkungan baru

j) Tekan RUN untuk memulai pengumpulan data.

k) Gunakan tombol panah untuk menampilkan

pengukuran yang diinginkan.

l) Setelah pengukuran selesai, lakukan download data

dengan mengirim data ke QSPII

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

78

2) Data Panas Metabolik

Data panas metabolik/ beban kerja didapatkan dengan

memperhitungkan jumlah denyut jantung melalui pengukuran

jumlah denyut nadi dalam satu menit. Kategori beban kerja

menurut Christensen (1996) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.3. Kategori Beban Kerja Berdasarkan

Denyut Jantung

Kategori Beban Kerja

Denyut Jantung

(denyut/min)

Ringan 75 – 100

Sedang 101 – 125

Berat > 125

Perhitungan denyut nadi dilakukan satu kali setelah bekerja

selama 1 menit oleh tenaga yang memiliki keahlian dalam

pengukuran denyut nadi. Adapun cara pengukuran denyut nadi

adalah sebagai berikut:

a) Tempelkan dengan sedikit menekan jari telunjuk, dan jari

tengah tangan kanan pada salah satu pergelangan tangan

pekerja sampai dirasakan adanya denyut nadi.

b) Menghitung denyut nadi selama 30 detik. Kemudian,

hasilnya dikalikan 2.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

79

Jika telah didapatkan hasil pengukuran tekanan panas

dengan WBGT, beban kerja berdasarkan jumlah denyut nadi,

dan telah diketahui pengaturan waktu kerja di perusahaan, maka

hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Nilai Ambang

Batas (NAB) Iklim Kerja sesuai Indeks Suhu Basah dan Bola

(ISBB) yang diperkenankan oleh Permenakertrans No. 13 Tahun

2011.

Tabel 4.4. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Pengaturan waktu

kerja setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100 % 31,0 28,0 -

50% - 75 % 31,0 29,0 27,5

25% - 50% 32,0 20,0 29,0

0 % - 25% 32,2 31,1 30,5

3) Waktu dan Titik Pengukuran

Pengukuran tekanan panas dilakukan satu kali dalam

setiap titik selama 1 jam, tepatnya pada pukul 09.00 – 16.00

dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang

sebenarnya karena pada jam tersebut pekerja melakukan

aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran dilakukan pada 5 titik

area kerja tempat pekerja melakukan aktivitas yaitu pada

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

80

workshop 1, workshop 5, pre-cut area, chamber area dan open

area fabriacation.

d. Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan satu kali dalam setiap titik

selama 10 menit, tepatnya pada pukul 09.00 – 16.00 dengan tujuan

dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang sebenarnya karena

pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi.

Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat pekerja

melakukan aktivitas yaitu pada workshop 1, workshop 5, pre-cut,

chamber dan open area fabriacation.

Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter.

Pengukuran kebisingan pada dasarnya meliputi pengukuran intensitas

kebisingan, frekuensi dan dosis kebisingan. Adapun cara pengukuran

kebisingan dengan Sound Level Meter adalah sebagai berikut:

1) Hidupkan Sound Level Meter

2) Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam

kondisi baik.

3) Pastikan skala pembobotan.

4) Pengaturan pembobotan waktu respon alat ukur dengan

karakteristik S untuk sumber bunyi relatif konstan

5) Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia

yang ada di tempat kerja.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

81

6) Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang

sumber bunyi.

7) Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi

8) Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi

sinambung setara (Leq) Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

9) Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar

pengukuran.

F. Pengolahan Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah melalui beberapa tahapan,

diantaranya adalah:

1. Coding Data

Coding Data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan

memberi kode untuk masing-masing kelas. Adapun kode pada variabel

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kelelahan

{0} Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

{1} KKR : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik

{2} KKS : waktu reaksi 410,0– <580,0 mili detik

{3} KKB : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik.

b. Umur

{0} Muda: ≤ 37 Tahun

{1} Tua: > 37 Tahun

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

82

c. Status Gizi

{0} Normal: 18.5 – 24.9 kg/m2

{1} Tidak Normal: < 18.5 dan ≥ 25 kg/m2

d. Lama Tidur

{0} Baik: 7-8 jam

{1} Buruk: < 7 dan > 8 jam

e. Status Perkawinan

{0} Tidak Kawin

{1} Kawin

f. Konsumsi Rokok

{0} Tidak Merokok

{1} Merokok

g. Masa Kerja

{0} Baru: < 11 Tahun

{1} Lama: ≥ 11 Tahun

h. Tekanan Panas

{0} Tidak Terpapar

{1} Terpapar

i. Kebisingan

{0} Tidak Terpapar: < 85 dB

{1} Terpapar: ≥ 85 dB

2. Editing Data

Merupakan kegiatan penyuntingan data sebelum proses pemasukan

data. Data yang telah terkumpul dilakukan pengecekan kembali untuk

melihat kelengkapan variabel yang diukur. Jika terjadi kekurangan data,

maka peneliti akan segera menghubungi responden kembali.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

83

3. Structure Data

Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu

membuat tamplate sesuai dengan format kuisioner yang digunakan.

4. Entry Data

Merupakan tahap memasukkan data dari hasil kuesioner dan

pengukuran setelah memberikan kode pada masing-masing variabel. Data

yang di entry akan dianalisis dengan menggunakan program komputer

SPSS version 16.0. untuk dilakukan analisis univariat (untuk mengetahui

gambaran secara umum), bivariat (mengetahui variabel yang berhubungan)

dan multivatiat (untuk mengetahui variabel dominan yang mempengaruhi

kelelahan)

5. Cleaning Data

Merupakan tahap terakhir dalam pengolahan data. Tahap ini

bertujuan untuk memeriksa kembali data yang telah masuk dalam software

apakah terdapat kesalahan-kesalahan atau tidak. Contohnya melakukan

pengecekan terhadap data yang telah di entry, Jika terdapat angka 3 pada

kolom entry status perkawinan, sedangkan kode pada variabel hanya angka

1 yaitu tidak kawin dan angka 2 yaitu kawin, maka kesalahan tersebut

dapat diminimalisir dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan

menilai kelogisannya.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

84

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian untuk

memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian.

Penggambaran dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi

masing-masing variabel. Analisis univariat bertujuan melihat besarnya

presentase masing-masing variabel independen dan dependen. Adapun

variable yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat adalah

gambaran karakteristik kelelahan, umur, status gizi, lama tidur, status

perkawinan, konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen dengan melakukan uji Chi Square.

Uji Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dan kategorik.

Adapun variabel yang dianalisis dengan uji Chi Square umur, status gizi,

lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas

dan kebisingan yang akan dihubungkan dengan variabel kelelahan.

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

85

Dalam uji Chi square, besarnya alfa yang ditentukan adalah 0,05

(α = 5%) dan interval kepercayaan (CI = 95%). Dengan derajat

kepercayaan 95% dapat diperoleh asumsi bahwa:

a. Bila nilai Pvalue ≤ 0,05 maka disimpulkan ada hubungan antara

variabel dependen dengan independen.

b. Bila nilai Pvalue > 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan

antara variabel dependen dengan independen.

3. Analisis Multivariat

Dalam analisis multivariat uji yang digunakan adalah uji regresi

logistik berganda, dimana variabel yang dapat dilakukan pengujian adalah

variabel yang telah dilakukan analisis bivariat dengan uji chi square yang

memiliki nilai p < 0,25. Hasil analisis multivariat akan didapatkan variabel

bebas (independent) yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat

(dependent) yaitu yang memiliki nilai Pvalue < 0,05

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

86

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT Rekayasa Industri

PT Rekayasa Industri (REKIND) didirikan oleh pemerintah Republik

Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981 untuk mengembangkan kemampuan

nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi

dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia.

PT Rekayasa Industri merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.

Bidang usaha rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji coba operasi ini

(EPCC) meliputi pabrik-pabrik pada industri: gas, panas bumi, kilang,

petrokimia, mineral, pengelolaan lingkungan dan infrastruktur. Selain itu,

perusahaan ini menyediakan jasa untuk studi kelayakan proyek/pabrik dan

perawatan pabrik.

1. Visi dan Misi PT Rekayasa Industri

Adapun visi dari PT Rekayasa Industri adalah:

Menjadi perusahaan kelas dunia di bidang rancang bangun dan

perekayasaan industri yang terintegrasi serta investasi yang kompetitif.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

87

Sedangkan misi PT Rekayasa Industri adalah:

a. Memberikan jasa rancang bangun dan perekayasaan yang lengkap

dan kompetitif, baik di dalam maupun luar negeri, dengan

mengutamakan keunggulan mutu dan inovasi teknologi.

b. Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan organisasi yang

responsif dan tangkas.

c. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.

d. Meningkatkan nilai perusahaan jangka panjang melalui investasi.

e. Memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan, pemegang saham,

karyawan, dan masyarakat dengan mempertimbangkan

pertumbuhan perusahaan.

B. Gambaran Umum Proyek Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3),

Banyu Urip

Proyek Banyu Urip adalah suatu proyek pengembangan minyak dan gas

bumi (Migas) yang bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan minyak

mentah dan gas bumi nasional serta pengembangan dan pemanfaatan energi

unkonvensional. Proyek yang diresmikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan

pengeboran 42 sumur di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa

Timur yang dikelola Mobil Cepu Ltd. dan akan mulai beroperasi untuk

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

88

mendukung tercapainya produksi puncak Blok Cepu yaitu sebesar 165 ribu barel

per hari di akhir tahun 2014.

Proyek Banyu Urip terbagi menjadi 5 Engineering, Procurement,

Construction and Commissioning (EPC), yaitu EPC1 Central Processing

Facilities (CPF), EPC2 Onshore Export Pipeline, EPC3 Offshore Pipeline and

Mooring Tower, EPC4 FSO (a floating storage and offloading) tanker

conversion dan EPC5 Infrastructure. Dalam hal ini, PT Rekayasa Industri

bertanggung jawab penuh dalam unit fokus kegiatan EPC3 Offshore Pipeline and

Mooring Tower yaitu fokus kegiatan pembuatan pipa dan menara tambat lepas

pantai yang digunakan untuk mengekspor produksi minyak ke bagian floating

storage and offloading (FSO).

Proyek Offshore Pipeline and Mooring Tower (EPC3) yang berlangsung

kurang lebih selama satu tahun ini meliputi pengerjaan pemasangan pipa laut

sepanjang 23 kilometer dengan diameter 20 inci dan pemasangan menara tambat

(Mooring Tower) sekitar 2.600 metrik ton pada kedalaman air 33 meter lepas

pantai serta penyimpanan FSO / kapal tanker pemuatan ekspor. Dalam hal ini,

peneliti hanya memfokuskan pada fokus kegiatan pembuatan menara tambat

(Mooring Tower) lepas pantai yang fabrikasinya berlokasi di Bakrie Construction

yard, Serang-Banten. Adapun aktivitas atau proses produksi pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) diantaranya adalah:

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

89

1. Pengadaan material dan bahan baku.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi berupa pipa yang

disimpan di material storage yang terdapat di lokasi kegiatan.

2. Bongkar muat material dan bahan baku.

Kegiatan bongkar muat material dilakukan di bagian penyimpanan

material yard Sumuranja. Pengangkatan material didahului oleh

pemeriksaan bahwa alat yang digunakan seperti crane, slings, chain,

clamps, dan sebagainya dalam keadaan layak.

3. Pemotongan dan pembentukan

Pemotongan bahan atau material (besi, plat, pipa, stainless, dan lain-lain)

dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan gas LPG (Liquid

Petroleum Gas) atau oksigen dan dilakukan secara manual.

4. Proses Penyetelan

Proses penyetelan pipa yang telah dipotong sesuai dengan bentuk dan

ukuran yang dikehendaki sebelum dilakukan pengelasan. Penyetelan

bagian–bagian dan potongan–potongan bahan pipa dilakukan berdasarkan

gambar (assembly drawing) yang telah disediakan.

5. Proses Pengelasan dan Penggerindraan

Proses pengelasan dapat dilakukan di workshop area dan open area

fabrication. Proses pengelasan menggunakan acetylene yang sudah jadi

atau dilakukan dengan mesin las otomatis

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

90

6. Proses Pemasangan

Proses pemasangan / assembly akan dilaksanakan sesuai dengan gambar

dan persyaratan teknis lainnya.

7. Proses penghalusan/penyetelan dengan mesin

Proses ini dilakukan dengan mesin. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada

produk–produk container crane dan peralatan angkat lainnya.

8. Proses kegiatan blasting

Kegiatan blasting bertujuan untuk membersihkan karat–karat dan kotoran

yang menempel pada permukaan struktur material. Tujuan lainnya agar

semua struktur pipa terlindung dan tahan terhadap air laut atau tidak

mudah korosif.

9. Proses Pelapisan

Proses pelapisan (coating) bertujuan untuk melapisi permukaan struktur

dari pengaruh lingkungan sehingga dapat memperlambat terjadinya

proses korosi. Coating dilakukan pada permukaan pipa terutama yang

berada pada zona splash dan bersentuhan langsung dengan air laut dan

udara bebas.

10. Proses Pengecatan

Kegiatan pengecatan atau painting selain bertujuan untuk pewarnaan

digunakan pula untuk mencegah korosi. Pengecatan dilakukan dalam

halte dan ruangan khusus namun tidak menutup kemungkinan dilakukan

dilahan terbuka pada lokasi perakitan.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

91

11. Proses Perakitan/Pemancangan

Pembentukan menara tambat dilakukan dengan merakit (erection) satu

persatu setiap bagian sampai terbentuk hasil produksi yang diinginkan.

C. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Kelelahan

Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kelelahan pada pekerja

diperoleh dari hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction Timer Test.

Gambaran kelelahan terbagi menjadi 4 (empat) kategorik yaitu normal

jika waktu reakasi 150,0 – 240,0 mili detik, kelelahan kerja ringan (KKR)

jika waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 mili detik, kelelahan kerja sedang

(KKS) jika waktu reaksi 410 - < 580 mili detik dan kelelahan kerja berat

(KKB) jika waktu reaksi ≥ 580 mili detik.

Adapun hasil penelitian tentang gambaran kelelahan pada pekerja

dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Distribusi frekuensi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Tingkat Kelelahan Jumlah (n) Persentase (%)

KKR 29 29,0

KKS 45 45,0

KKB 26 26,0

Total 100 100

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

92

Data di atas memperlihatkan gambaran tingkat kelelahan pekerja

yang cukup bervariasi. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada

pekerja dalam keadaan normal atau tidak mengalami kelelelahan. Semua

pekerja yang menjadi sampel penelitian mengalami tingkat kelelahan

yang bervariasi. Tingkat kelelahan yang paling terbanyak adalah KKS

yaitu sebanyak 45 pekerja (45%) sedangkan tingkat kelelahan yang paling

sedikit adalah KKB yaitu sebanyak 26 pekerja (26%).

2. Gambaran Umur

Data umur diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan

menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini umur dikategorikan

berdasarkan nilai mean pada populasi, yaitu muda jika umur ≤ 37 Tahun

dan tua jika umur > 37 Tahun. Hasil penelitian mengenai gambaran umur

pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi frekuensi umur pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pekerja dalam masing-

masing kelompok umur (tua dan muda) tidak memiliki perbedaan

presentase yang cukup tinggi. Dalam tabel 5.2. dapat disimpulkan bahwa

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

Muda 51 51,0

Tua 49 49,0

Total 100 100

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

93

pekerja yang memiliki umur lebih banyak adalah kelompok umur muda

yaitu sebanyak 51 pekerja (51%).

3. Gambaran Status Gizi

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung Indeks Masa

Tubuh (IMT) setiap pekerja. Hasil perhitungan dikategorikan menjadi

2 (dua), yaitu normal jika IMT sebesar 18,5 – 24,9 kg/m2

dan tidak

normal jika < 18,5 kg/m2 dan ≥ 25 kg/m

2. Hasil penelitian mengenai

gambaran status gizi pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi frekuensi status gizi pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja

memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 65 pekerja (65%).

4. Gambaran Lama Tidur

Data lama tidur diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan

menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran lama tidur

pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.4.

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Normal 65 65,0

Tidak Normal 35 35,0

Total 100 100

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

94

Tabel 5.4.

Distribusi frekuensi lama tidur pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa lebih banyak pekerja

masuk dalam kategori lama tidur buruk, yaitu yang memiliki rata-rata

lama tidur kurang dari 7 jam dan lebih dari 8 jam. Pekerja yang memiliki

lama tidur buruk sebanyak 53 pekerja (53%).

5. Gambaran Status Perkawinan

Data status perkawinan diperoleh melalui wawancara pada pekerja

dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran

status kawin pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi frekuensi status perkawin pada pekerja pembuatan

pipa menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Lama Tidur Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 47 47,0

Buruk 53 53,0

Total 100 100

Status Kawin Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Kawin 21 21,0

Kawin 79 79,0

Total 100 100

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

95

Berdasarkan hasil penelitian mengenai status perkawinan dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja masuk dalam kelompok

kawin, yaitu sebanyak 79 pekerja (79%).

6. Gambaran Konsumsi Rokok

Data konsumsi rokok diperoleh dari wawancara pada pekerja

dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran

konsumsi rokok pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi frekuensi konsumsi rokok pada pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

PT Rekayasa Industri Tahun 2013 mengkonsumsi rokok, yaitu sebanyak

63 pekerja (63%)

7. Gambaran Masa Kerja

Data masa kerja diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan

menggunakan kuesioner. Hasil wawancara mengenai masa kerja

kemudian dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan nilai

Konsumsi Rokok Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Merokok 37 37,0

Merokok 63 63,0

Total 100 100

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

96

median populasi. Yaitu masa kerja baru jika jumlah tahun bekerja di

sektor konstruksi < 11 tahun dan masa kerja lama jika ≥ 11 Tahun. Hasil

penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan lama kerja

(dalam tahun) yang dihabiskan pekerja melakukan pekerjaan di sektor

konstruksi.

Tabel 5.7.

Distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja

berdasarkan kategori masa kerja dalam keadaan seimbang, yaitu masing-

masing kategori berjumlah 50 pekerja (50%).

8. Gambaran Tekanan Panas

Tekanan panas di ukur pada lima titik yang merupakan area dimana

pekerja melakukan pekerjaan. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan

dengan menghitung pengaturan waktu kerja dan beban kerja yang dialami

pekerja dan kemudian dibandingkan dengan standar Nilai Ambang Batas

(NAB) tekanan panas/ WBGT menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

No. 13 Tahun 2011.

Masa Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

Baru 50 50,0

Lama 50 50,0

Total 100 100

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

97

Untuk mempermudah, berikut disajikan hasil penelitian yang

menjelaskan mengenai gambaran pekerja yang terpapar tekanan panas

dan yang tidak terpapar tekanan panas yang telah dibandingkan dengan

standar WBGT pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi frekuensi tekanan panas pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah pekerja

yang terpapar tekanan tekanan panas dan pekerja yang tidak terpapar

tekanan panas tidak memiliki perbedaan yang cukup berarti. Namun,

pekerja yang tidak terpapar tekanan panas memiliki jumlah yang lebih

besar yaitu sebanyak 58 pekerja (58%).

9. Gambaran Kebisingan

Pengukuran kebisingan di tempat kerja menggunakan Sound Level

Meter pada 5 titik tempat pekerja melakukan pekerjaan. Hasil pengukuran

kebisingan dibandingkan dengan standar NAB kebisingan yang diizinkan

untuk pekerja yang bekerja selama 8 jam sehari. Hasil penelitian

menggambarkan dua kelompok pekerja yang terpapar kebisingan ≥ 85 dB

Tekanan Panas Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Terpapar 58 58,0

Terpapar 42 42,0

Total 100 100

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

98

dan yang tidak terpapar kebisingan < 85 dB. Untuk lebih mudahnya, hasil

pengukuran dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9.

Distribusi frekuensi kebisingan pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah pekerja

yang terpapar kebisingan dan pekerja yang tidak terpapar kebisingan

tidak memiliki perbedaan presentase yang cukup berarti. Namun, pekerja

yang tidak terpapar kebisingan memiliki jumlah yang lebih besar yaitu

sebanyak sebanyak 53 pekerja (53%).

Kebisingan Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Terpapar 53 53,0

Terpapar 47 47,0

Total 100 100

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

99

D. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Umur Dengan Kelelahan

Hubungan antara umur dengan kelelahan pada pekerja dapat dilihat

pada tabel 5.10 dibawah ini:

Tabel 5.10.

Tabulasi silang antara umur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Umur

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Muda 20 39,2 22 43,1 9 17,6 51 100

0,037 Tua 9 18,4 23 46,9 17 34,7 49 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.10 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kelelahan dengan presentase terbesar yang dirasakan pekerja baik dalam

kategori umur muda ataupun umur tua adalah kelelahan kerja sedang.

Dimana diantara 51 pekerja dalam kategori muda, sebesar 43,1 %

mengalami kelelahan sedang. Sedangkan dari 49 pekerja dalam kategori

tua, sebanyak 46,9 % mengalami kelelahan sedang.

Dilihat dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,037 yang

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara umur dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

100

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

2. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kelelahan

Hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja dapat

dilihat pada tabel 5.11 dibawah ini:

Tabel 5.11.

Tabulasi silang antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Status Gizi

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Normal 22 33,8 25 38,5 18 27,7 65 100

0,176 Tidak Normal 7 20,0 20 57,1 8 22,9 35 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.11 hasil penelitian menunjukkan bahwa

diantara 65 pekerja dengan status gizi normal, tingkat kelelahan berat

dialami oleh 18 pekerja (27,7%) sedangkan dari 35 pekerja dengan status

gizi tidak normal,tingkat kelelahan berat dialami oleh 8 pekerja (22,9%).

Dilihat dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,176 yang

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

101

3. Hubungan Antara Lama Tidur Dengan Kelelahan

Hubungan antara lama tidur dengan kelelahan pada pekerja dapat

dilihat pada tabel 5.12 dibawah ini:

Tabel 5.12.

Tabulasi silang antara lama tidur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Lama

Tidur

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Baik 13 27,7 24 51,1 10 21,3 47 100

0,463 Buruk 16 30,2 21 39,6 16 30,2 53 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.12 hasil penelitian menunjukkan bahwa baik

pada kelompok dengan lama tidur baik ataupun buruk, tingkat kelelahan

dengan prsentase terbanyak yang dirasakan adalah tingkat kelelahan

sedang. Dimana diantara 47 pekerja dengan lama tidur yang baik, 51,1%

mengalami kelelahan sedang. Sedangkan dari 53 pekerja dengan lama

tidur buruk sebesar 39,6% mengalami kelelahan sedang. Dilihat dari hasil

uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,463 yang artinya pada α = 5%

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

lama tidur dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara

tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013.

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

102

4. Hubungan Antara Status Perkawinan Dengan Kelelahan

Hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja

dapat dilihat pada tabel 5.13 dibawah ini:

Tabel 5.13.

Tabulasi silang antara status perkawinan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3)

di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Status

Perkawinan

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Tidak Kawin 7 33,3 11 52,4 3 14,3 21 100

0,387 Kawin 22 27,8 34 43,0 23 29,1 79 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.13 hasil penelitian menunjukkan bahwa

diantara 21 pekerja dengan status tidak kawin, tingkat kelelahan berat

dialami oleh 3 pekerja (14,3%). Sedangkan dari 79 pekerja dengan status

kawin,tingkat kelelahan berat dialami oleh 23 pekerja (29,1%). Dilihat

dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,387 yang artinya pada

α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

103

5. Hubungan Antara Konsumsi Rokok Dengan Kelelahan

Hubungan antara konsumsi rokok dengan kelelahan pada pekerja

dapat dilihat pada tabel 5.14 dibawah ini:

Tabel 5.14.

Tabulasi silang antara konsumsi rokok dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3)

di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Konsumsi

Rokok

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Tidak merokok 8 21,6 22 59,5 7 18,9 37 100

0,084 Merokok 21 33,3 23 36,5 19 30,2 63 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.14 hasil penelitian menunjukkan bahwa baik

pada kelompok yang tidak merokok ataupun merokok, tingkat kelelahan

yang dirasakan adalah tingkat kelelahan sedang. Dimana diantara 37

pekerja yang tidak merokok sebesar 59,5 % mengalami kelelahan sedang.

Sedangkan dari 63 pekerja yang merokok sebesar 36,5% mengalami

kelelahan sedang. Dilihat dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue

sebesar 0,084 yang artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi rokok dengan

kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

104

6. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kelelahan

Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja dapat

dilihat pada tabel 5.15 dibawah ini:

Tabel 5.15.

Tabulasi silang antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Masa Kerja

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Baru 19 38,0 22 44,0 9 18,0 50 100

0,071 Lama 10 20,0 23 46,0 17 34,0 50 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.15 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kelelahan berat lebih banyak dirasakan oleh masa kerja kategori lama.

Dilihat dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,071 yang

artinya pada α= 5% dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu

Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

105

7. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Kelelahan

Hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja

dapat dilihat pada tabel 5.16 dibawah ini:

Tabel 5.16.

Tabulasi silang antara tekanan panas dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013

Tekanan

Panas

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Tidak terpapar 22 37,9 25 43,1 11 19,0 58 100 0,038

Terpapar 7 16,7 20 47,6 15 35,7 42 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.16 hasil penelitian menunjukkan bahwa

diantara 58 pekerja yang tidak terpapar panas, tingkat kelelahan berat

dialami oleh 11 pekerja (19%). Sedangkan dari 42 pekerja yang terpapar

panas, tingkat kelelahan berat dialami oleh 15 pekerja (35,7%). Jika

melihat pada hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,038 yang

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

106

8. Hubungan Antara Kebisingan Dengan Kelelahan

Hubungan antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja dapat

dilihat pada tabel 5.17 dibawah ini:

Tabel 5.17.

Tabulasi silang antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di

proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten

Tahun 2013

Kebisingan

Kelelahan Total

Pvalue KKR KKS KKB

N

% N % N % N %

Tidak terpapar 21 39,6 21 39,6 11 20,8 53 100

0,043 Terpapar 8 17,0 24 51,1 15 31,9 47 100

Total 29 29,0 45 45,0 26 26,0 100 100

Berdasarkan tabel 5.17 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

53 pekerja yang tidak terpapar kebisingan sebesar 20,8% pekerja

mengalami tingkat kelelahan berat, sedangkan dari 47 pekerja yang

terpapar kebisingan, 26% pekerja mengalami tingkat kelelahan berat.

Dilihat dari hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,043 yang

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

107

E. Hasil Analisis Multivariat

Untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek

Banyu Urip, PT Rekayasa Industri Tahun 2013, maka perlu dilakukan analisis

multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Namun, sebelum

analisis multivariat dilakukan, berdasarkan ketentuan uji regresi logistik

berganda, kategori kelelahan yang terbagi menjadi 4 (empat) pada BAB

sebelumnya, di ubah menjadi 2 kategori yaitu kelelahan ringan dan kelelahan

berat. Pembagian kategori kelelahan dapat dilihat pada tabel 5.18. dibawah ini

terbagi menjadi kelelahan ringan jika hasil pengukuran waktu reaksi

< 474,00 mili detik dan kelelahan berat jika waktu reaksi ≥ 474,00 mili detik.

Tabel 5.18.

Distribusi frekuensi kelelahan pada pada pekerja pembuatan pipa

dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

1. Pemilihan Variabel Kandidat Analisis Multivariat

Pada penelitian ini variabel yang masuk dalam kandidat analisis

multivariat adalah variabel umur, status gizi, konsumsi rokok, masa kerja,

tekanan panas dan kebisingan. Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis

multivariat adalah variabel yang telah dilakukan analisis bivariat dan

Kelelahan Jumlah (n) Persentase (%)

Kelelahan Ringan 50 50,0

Kelelahan Berat 50 50,0

Total 100 100

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

108

memiliki nilai Pvalue < 0,25. Adapun hasil analisis bivariat antara variabel

independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.19.

Tabel 5.19.

Hasil analisis bivariat antara variabel umur, status gizi, konsumsi

rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan dengan kelelahan

pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013.

No. Variabel Pvalue

1. Umur 0,037

2. Status Gizi 0,176

3. Konsumsi Rokok 0,084

4. Masa Kerja 0,071

5. Tekanan Panas 0,038

6. Kebisingan 0,043

2. Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling Berpengaruh

Adapun hasil dari analisis multivariat adalah didapatkannya model

yang terbaik dalam menentukan determinan (faktor penentu) kelelahan

kerja pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai di

proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri. Dalam pemodelan ini semua

variabel kandidat dianalisis secara bertahap atau dengan metode enter.

Model terbaik akan dipertimbangkan pada variabel yang memiliki nilai

Pvalue < 0,05. Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara

semua variabel independen yang menjadi kandidat yang memenuhi syarat

dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang memiliki Pvalue

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

109

> 0,05 dikeluarkan dari model satu-persatu. Secara keseluruhan hasil

pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.20.

Tabel 5.20.

Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda antara umur, status

gizi,konsumsi rokok, masa kerja, tekanan panas dan kebisingan

dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat

lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri,

Serang-Banten Tahun 2013.

No. Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5

1. Umur 0,753 0,758 - - -

2. Status Gizi 0,910 - - - -

3. Konsumsi Rokok 0,362 0,365 0,364 - -

4. Masa Kerja 0,077 0,071 0,018 0,024 0,006

5. Tekanan Panas 0,004 0,004 0,004 0,003 0,005

6. Kebisingan 0,064 0,064 0,044 0,058 -

Jika melihat pada hasil analisis multivariat di tabel 5.20. dapat

diketahui bahwa dari 6 (enam) variabel yang masuk dalam analisis, 2 (dua)

diantaranya yaitu variabel masa kerja dan tekanan panas mempunyai

Pvalue < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut

merupakan variabel yang mempunyai hubungan secara signifikan dengan

kelelahan kerja pada pekerja.

Tabel 5.21.

Hasil analisis multivariat antara masa kerja dan tekanan panas

dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara

tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

No. Variabel B Pwald OR 95% CI Pvalue

1. Masa Kerja 1,205 7,562 3,338 1,414 – 7,883 0,006

3. Tekanan Panas 1,240 7,731 3,457 1,442 – 8,288 0,005

Constant -1,118 8,988 0,327 –

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

110

Dalam Tabel 5.21. dapat diketahui bahwa pada variabel masa kerja

memiliki nilai OR = 3,338 menunjukan bahwa masa kerja akan berubah

sebesar 3,338 kali terhadap kejadian kelelahan apabila tidak terdapat

tekanan panas yang melebihi NAB di tempat kerja. Sedangkan pada

variabel tekanan panas, nilai OR = 3,457 yang artinya bahwa tekanan

panas akan berubah sebesar 3,457 kali terhadap kejadian kelelahan jika

adanya kontrol dari masa kerja yang dihabiskan pekerja.

Sedangkan jika dilihat dari koefisien B dan nilai OR pada tabel 5.20

dapat disimpulkan bahwa dari dua variabel yang memiliki hubungan

signifikan, variabel tekanan panas merupakan variabel yang paling

dominan yang mempengaruhi kelelahan karena memiliki nilai koefisien

B dan OR yang paling tinggi.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

111

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menyadari terdapat keterbatasan dan

kelemahan penelitian, diantaranya adalah:

1. Pengukuran tekanan panas dan kebisingan hanya dilakukan satu kali karena

adanya keterbatasan alat, tenaga dan waktu penelitian. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan pengukuran pada jam kerja (saat pekerja melakukan

aktivitas) untuk mendapatkan hasil ukur yang benar-benar menggambarkan

keadaan di tempat kerja.

2. Kemungkinan terjadinya recall bias karena peneliti menanyakan kembali

kejadian yang telah lalu, yaitu untuk mengetahui rata-rata lama tidur

selama tiga hari terakhir.

B. Gambaran Kelelahan Pada Pekerja

Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dari adanya penurunan

sementara atau ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam menanggapi suatu

kondisi atau situasi dikarenakan aktivitas mental atau fisik yang berlebih

(Occupational Safety and Health, 2003). Kelelahan dapat berdampak pada

penurunan daya tahan tubuh, sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan,

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

112

menurunnya produktivitas kerja, bahkan biasa menyebabkan kecelakaan bagi

tenaga kerja. Workcover NSW (2008) juga mengatakan bahwa apabila seseorang

mengalami kelelahan, maka pekerja tersebut beresiko mengidap penyakit

diabetes,asma, tekanan darah tinggi, depresi, penyakit ginjal, penyakit jantung

dan menderita anxiety.

Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan Reaction Timer

Test yaitu pemberian rangsangan berupa nyala lampu yang dilakukan pada setiap

pekerja secara bergantian dalam 5 kali pengukuran pada satu waktu. Hasil 5 kali

pengukuran tersebut akan dijumlahkan kemudian dilihat rata-rata pengukuran

tersebut. Pengukuran kelelahan di lakukan setelah pekerja melakukan pekerjaan

minimal selama 4 jam. Hasil dari rata-rata pengukuran tersebut akan didapatkan

waktu reaksi yang menunjukan bahwa semakin besar angka waktu reaksi

menunjukkan adanya menunjukan adanya perlambatan pada proses faal syaraf

dan otot yang merupakan bentuk dari adanya kelelahan.

Berdasarkan tabel 5.1 gambaran tingkat kelelahan kerja pada 100 pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) PT Rekayasa Industri

Tahun 2013 menunjukan bahwa tingkat kelelahan yang terbanyak adalah

kelelahan kerja sedang (KKS) yaitu sebanyak 45 pekerja (45%) sedangkan

tingkat kelelahan yang paling sedikit adalah tingkat kelelahan kerja berat (KKB)

yaitu sebanyak 26 pekerja (26%).

Timbulnya kondisi lelah pada diri pekerja merupakan hasil dari adanya

berbagai penyebab kelelahan baik yang berasal dari pekerja ataupun lingkungan

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

113

pekerjaan. Penyebab kelelahhan tersebut juga di duga terdapat di penelitian yang

dilakukan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3)

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013, dimana kelelahan yang

dialami pekerja di duga kuat berasal dari lingkungan pekerjaan yaitu kebisingan

dan tekanan panas dan pengerahan beban kerja khususnya beban fisik karena

adanya target produksi dari perusahaan yang menjadikan pekerja dituntut untuk

melakukan kegiatan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mempercepat

terjadinya kelelahan. Selain itu, kelelahan yang dialami oleh pekerja pembuatan

pipa dan menara tambat ini juga di duga dipengaruhi oleh faktor individu seperti

umur, status gizi, lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja.

Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya kelelahan, diperlukan upaya

untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab-penyebab kelelahan yaitu

dengan cara memberikan pelatihan/informasi secara lebih mendalam mengenai

kelelahan, penyebab-penyebab, dampak dan cara menanggulangi kelelahan

akibat kerja untuk pekerja. Selain itu diperlukan adanya pengendalian bahaya di

lingkungan kerja seperti pengendalian kebisingan dan tekanan panas yang

menyebabkan terjadinya kelelahan mengingat bahwa sebagian besar penyebab

terjadinya kecelakaan kerja erat kaitannya dengan kelelahan.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

114

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat menyebabkan

kelelahan pada pekerja pembuatan pipa menara tambat lepas pantai

(EPC3) di Proyek Banyu Urip yang digambarkan melalui nilai waktu

reaksi. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa pekerja

dengan umur yang lebih tua berpeluang lebih tinggi mengalami kelelahan

dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih muda.

Berdasarkan hasil uji statistik, dalam tabel 5.10 didapatkan bahwa

pekerja yang memiliki umur kategori tua atau > 37 Tahun memiliki

presentase lebih besar pada tingkat kelelahan kerja berat dibandingkan

dengan pekerja yang berumur lebih muda atau ≤ 37 Tahun. Melalui uji

Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,037 yang artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu

Urip, PT Rekayasa Industri Serang-Banten Tahun 2013. Hasil penelitian

ini juga ditemukan di penelitian Ihsan dan Salami (2010) yang

menunjukan adanya pengaruh umur terhadap kelelahan pada pekerja di

pabrik perakitan mobil Indonesia.

Keadaan ini juga sebanding dengan penyataan Bridger (2003) bahwa

penurunan kapasitas kerja seseorang akibat kelelahan disebabkan oleh

adanya fenomena dasar penuaan seperti hilangnya fungsi otot, terjadinya

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

115

penurunan curah jantung, dan hilangnya kapasitas aerobik. Suma’mur

(1999) juga menyatakan bahwa kelelahan yang terjadi sejalan dengan

meningkatnya umur seseoraang disebabkan oleh adanya perubahan fungsi

faal pada tubuh.

Adanya hubungan antara umur dengan kelelahan pekerja dapat

terjadi karena aktivitas fisik pada pekerja yang berumur lebih tua tidak

memiliki perbedaan dengan yang berumur muda. Dari aktivitas fisik yang

dilakukan pekerja, maka akan diperoleh beban kerja baik ringan, sedang

ataupun berat yang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan pada pekerja.

Dalam hal ini, perusahaan tidak melakukan distribusi pekerjaan dan

pembatasan beban kerja berdasarkan umur seseoarang. Semua pekerja

baik yang berumur tua ataupun muda memiliki pekerjaan dengan beban

kerja yang sama. Hal ini disebabkan bahwa pekerja yang berumur tua

dianggap memiliki pengalaman dan keahlian yang lebih baik

dibandingkan dengan pekerja yang berumur muda. Sehingga pekerja yang

berumur tua melakukan pekerjaan diluar kapasitas kerja fisik.

Adapun upaya pencegahan kelelahan yang sudah dilakukan

perusahaan salah satunya adalah penggunaan alat/mesin produksi yaitu

dan penyediaan alat angkut dan angkat seperti crane dan forklift untuk

mengurangi beban kerja yang diterima pekerja. Selain itu untuk

mengurangi kejadian kelelahan pada pekerja di proyek EPC3-Banyu Urip

akibat umur, upaya pencegahan yang perlu dilakukan perusahaan yaitu

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

116

dengan membatasi beban kerja yang diterima pekerja yang lebih tua.

Contohnya dengan membatasi paparan kebisingan ataupun tekanan panas

yang menjadikan adanya beban tambahan bagi pekerja serta perlu

diadakannya kegiatan olahraga seperti kebugaran atau senam fisik setiap

minggu untuk menjaga kesehatan dan stamina pekerja.

2. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor individu yang dapat

menyebabkan kelelahan pada pekerja. Berdasarkan hasil penelitian pada

tabel 5.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa jika dibandingkan antara

kelompok dengan kategori status gizi normal dengan tidak normal, yang

memiliki perbedaan presentase cukup berarti adalah pada tingkat

kelelahan sedang, dimana dari 65 pekerja dengan status gizi normal,

25 pekerja (38,5%) mengalami kelelahan sedang. Sedangkan dari 35

pekerja dengan status gizi tidak normal, 20 pekerja (57,1%) mengalami

kelelahan sedang.

Selain itu, ketika dilakukan uji statistik, tidak dapat ditemukan

adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kelelahan pada

pekerja. Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan pernyataan Wiegand

(2009) yang menyatakan bahwa seseorang dengan IMT obesitas atau

dengan status gizi tidak normal akan mudah mengalami kelelahan

dibandingkan dengan seseorang dengan IMT normal. Supriasa (2002) juga

melengkapi bahwa selain seseorang dengan IMT obesitas, seseorang

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

117

dengan IMT kurus juga akan lebih mudah merasakan kelelahan akibat

adanya perubahan fungsi tubuh karena simpanan zat gizi habis dan terjadi

kemerosotan jaringan sehingga menyebabkan perubahan biokimia dan

rendahnya zat gizi dalam darah berupa rendahnya Hb, serum vitamin A

dan Karoten.

Perbedaan hasil temuan pada penelitian ini mungkin dapat

disebabkan karena terdapat beberapa hal atau faktor lain yang juga

memungkinkan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang yang

kemudian mengakibatkan kelelahan. Namun, hasil penelitian mengenai

kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai

(EPC3) ini ditemukan pula pada penelitian yang dilakukan oleh Virgy

(2011) terhadap karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo Jakarta

Tahun 2011 dan Riyanti (2011) pada pekerja di PT Cosmar Indonesia

Serpong Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara status gizi dengan kelelahan.

Tidak adanya hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) salah

satunya adalah akibat adanya keterkaitan dengan aktivitas fisik seseorang.

Aktivitas fisik akan melahirkan beban kerja yang diterima pekerja yang

kemudian erat kaitannya dengan status gizi pekerja (Tarwaka dkk, 2004).

Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa pekerja dengan

status gizi baik/normal kemungkinan lebih banyak melakukan aktivitas

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

118

fisik yang lebih intens karena memiliki kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja dengan status gizi

tidak normal.

Selain itu, penyebab tidak adanya hubungan antara status gizi dengan

kelelahan adalah mengenai asupan makanan yang diterima pekerja.

Pekerja dari kategori status gizi normal ataupun tidak normal mengalami

kelelahan yang sama. Hal ini diduga karena berdasarkan hasil observasi di

tempat kerja, pekerja tidak mendapatkan asupan makanan yang baik

selama bekerja. Selama bekerja atau jika istirahat sesaat pekerja hanya

minum kopi untuk memulihkan tenaga. Selain itu, karena perusahaan

tidak menyediakan makan siang pada jam istirahat, keadaan tersebut tidak

menjamin pekerja mendapatkan asupan makanan dengan gizi yang cukup

untuk memulihkan tenaga. Padahal asupan makanan saat bekerja harus

tetap terjaga untuk tetap menyeimbangkan kapasitas kerja seseorang.

Asumsi ini juga diperkuat oleh teori yang dikemukakan Tarwaka dkk

(2004) yang mana menyebutkan bahwa perlu adanya istirahat setiap dua

jam dengan sedikit kudapan. Selain itu Fatmah (2011) juga menambahkan

sebanding bahwa kapasitas fisik saat bekerja akan terjaga jika tersedianya

kebutuhan makronutrien dan mikronutrien, terlebih lagi jika seseorang

sedang melakukan aktifitas yang cukup intens, maka kebutuhan

mikronutrien dan makronutrien harus tetap tersedia yang didapat dari

asupan makanan untuk mencegah timbulnya kelelahan.

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

119

3. Lama Tidur

Waktu tidur seseorang merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kelelahan. Tidur seseorang dapat digunakan sebagai salah satu

cara pemulihan atau recovery untuk mencegah terjadinya kelelahan pada

pekerja (Occupational Safety and Health, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa baik pada

kelompok dengan lama tidur baik ataupun buruk, tingkat kelelahan yang

dirasakan adalah tingkat kelelahan sedang. Namun, jika mengarah pada

presentase jumlah pekerja yang mengalami kelelahan berat dapat

disimpulkan bahwa seseorang akan mengalami kelelahan berat jika

memiliki jam tidur yang buruk. Selain itu, berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji chi square, disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara lama tidur dengan kelelahan.

Hasil analisis yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan

hasil penelitian Nadia (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan proporsi kelelahan antara responden yang memiliki jam tidur

optimal dengan responden yang tidak memiliki lama tidur optimal. Namun

sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti (2011) yang

menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama tidur dengan

kelelahan pada pekerja bagian produksi di PT Cosmar Indonesia Serpong

Tahun 2011.

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

120

Tidak ditemukan adanya hubungan antara lama tidur dengan

kelelahan pada penelitian ini dapat terjadi karena pekerja yang memiliki

lama tidur buruk juga sebagian besar pada kategori pekerja yang memiliki

umur tua. Dimana hal ini dibuktikan dari hasil uji crosstab dengan tujuan

melihat presentase pekerja berumur tua yang memiliki jam tidur buruk,

didapatkan bahwa dari 49 pekerja berumur tua, 29 pekerja (59,18%)

memiliki lama tidur yang buruk. Hasil distribusi tersebut mengakibatkan

tidak begitu terlihat hubungan antara lama tidur dalam uji statistik. Selain

itu, kemungkinan lain dari penyebab tidak adanya hubungan antara lama

tidur dengan kelelahan adalah adanya kemungkinan bias mengenai

jawaban lama tidur pekerja dalam sehari karena peneliti me-recall

akumulasi lama tidur pekerja selama 3 hari.

Kemungkinan lain penyebab tidak adanya hubungan antara lama

tidur dengan kelelahan adalah adanya keterkaitan mengenai kualitas tidur

pekerja. Walaupun pekerja memiliki jam tidur yang cukup yaitu 7-8 jam

setiap hari, namun jika memiliki kualitas tidur yang buruk, maka

kelelahan pada pekerja masih dapat terjadi. Kualitas tidur meliputi aspek

kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang

diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif

seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Buysse, Daniel J et al. 1988). Jika

pekerja memiliki kualitas tidur yang buruk maka pemulihan kondisi fisik

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

121

dan psikis pekerja tidak akan berjalan dengan baik sehingga pekerja akan

tetap merasakan kelelahan.

Asumsi ini didukung oleh teori Lerman et al (2012) yang

menyatakan bahwa selain waktu tidur yang cukup, kualitas tidur seseorang

juga mempengaruhi terjadinya kelelahan, kewaspadaan, keselamatan,

termasuk memperlambat waktu reaksi, ketidaktepatan kemampuan

pengambilan keputusan, pertimbangan yang buruk, gangguan yang

kompleks saat bekerja, dan hilangnya kesadaran. Oleh sebab itu,

diharapkan untuk peneliti lain selain meneliti mengenai lama tidur,

diharapkankan dapat memperhatikan mengenai kualitas tidur seseorang.

4. Status Perkawinan

Status perkawinan merupakan salah satu faktor yang diduga

mempengaruhi kelelahan pada pekerja. Menurut Puspita (2009) seseorang

yang sudah menikah akan mengalami kelelahan yang penyebabnya adalah

waktu setelah bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan

untuk beristirahat. Workcover NSW (2008) juga menyatakan bahwa

pekerja yang sudah menikah memiliki tanggung jawab khusus dalam

memenuhi kebutuhan keluarga.

Jika mengacu pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

pekerja yaitu 79% memiliki status kawin sehingga hal tersebut

mendukung terjadinya kelelahan pada pekerja. Namun berdasarkan hasil

analisis bivariat dengan chi square tidak ditemukan adanya hubungan

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

122

yang bermakna antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu

Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013. Hasil penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mauludi (2009) pada 100

pekerja diproses produksi kantong semen pbd (paper bag division)

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dimana didapatkan Pvalue sebesar

0,045 yang berarti terdapat hubungan antara status perkawinan dengan

kelelahan.

Perbedaan hasil temuan ini sangat mungkin disebabkan oleh data

yang kurang bervariasi. Data pada tabel 5.5. dapat diketahui bahwa

sebagian besar pekerja memiliki status kawin. Data yang tidak bervariasi

inilah yang mungkin dapat menyebabkan tidak terlihat adanya hubungan

antara status kawin dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan

menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013.

Selain itu jika mengacu pada pernyataan Puspita (2009) dapat

disimpulkan bahwa kelelahan lebih cenderung terjadi pada pekerja wanita.

Hal ini disebabkan karena pada pekerja wanita yang sudah menikah

setelah pulang dari bekerja, wanita atau istri lebih memiliki tanggung

jawab yang besar terhadap keluarga, seperti melayani anak dan suami

serta melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan menyapu.

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

123

Sehingga hal ini tidak sesuai dengan populasi dalam penelitian ini yaitu

pekerja dengan jenis kelamin laki-laki.

5. Konsumsi Rokok

Merokok dapat menurunkan kapasitas kerja akibat kelelahan yang

disebabkan adanya penurunan oksigen yang dibawa oleh darah (Bridger,

2003). Orang yang mengkonsumsi satu pak atau lebih rokok dalam sehari

dapat menurunkan denyut jantung dua atau tiga denyutan tiap menitnya

(Hanson dan Venturelli, 1983).

Berdasarkan tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pekerja mengkonsumsi rokok. Berdasarkan wawancara pada beberapa

pekerja penyebab pekerja mengkonsumsi rokok adalah bahwa dengan

merokok pekerja merasa lebih percaya diri/ bergairah, lebih berkonsentrasi

dan dapat menghilangkan rasa lelah sehingga mengkonsumsi rokok

menjadi kebiasaan yang dilakukan pekerja. Konsumsi rokok yang sudah

menjadi sebuah kebiasaan dapat menyebabkan zat-zat yang terdapat di

rokok seperti nikotin, tar, benzene, arsen dan sebagainya menumpuk

didalam tubuh perokok yang menyebabkan terjadinya kelelahan.

Namun berdasarkan hasil analisis bivariat dengan chi square

menunjukan nilai Pvalue sebesar 0,084 yang berarti konsumsi rokok tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan di tempat kerja.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mauludi (2009) pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

124

(Paper Bag Division) PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-

Bogor Tahun 2010 yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara konsumsi rokok dengan kelelahan.

Tidak adanya hubungan antara konsumsi rokok dengan kelelahan

dapat disebabkan oleh adanya kemungkinan bahwa pekerja yang tidak

merokok atau perokok pasif juga terpapar oleh asap rokok baik di

lingkungan kerja ataupun dirumah. Hal ini disebabkan adanya

kecenderungan pekerja beristirahat saat bekerja secara bersama-sama dan

tidak tersedianya tempat khusus merokok di tempat kerja (tempat istirahat

pekerja yang merokok dengan yang tidak merokok sama) yang

menyebabkan pekerja yang tidak merokok juga terpapar asap rokok yang

dihasilkan dari perokok aktif. Sehingga dalam hal ini, pekerja yang tidak

merokok juga merasakan kelelahan yang sama dengan pekerja yang

merokok.

Asumsi ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan Susanto (2011)

dimana bahwa secara kimia, kandungan zat-zat atau substansi yang

terdapat didalam asap rokok hampir sama, yang membedakan adalah

konsentrasinya. Hal ini menyebabkan pekerja yang tidak merokok atau

perokok pasif mengalami keadaan yang sama seperti yang dialami

perokok aktif. Selain itu, hasil yang menunjukan bahwa tidak adanya

hubungan antara konsumsi rokok dengan kelelahan karena ada

kecenderungan bahwa efek yang ditimbulkan dari bahaya rokok bersifat

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

125

kronik, sehingga penulis menduga bahwa konsumsi rokok yang menjadi

kebiasaan pekerja tersebut belum menimbulkan efek yang berarti pada

kapasitas fisik pekerja. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai kelelahan akibat rokok dengan menggali lebih

dalam kebiasaan merokok pekerja.

6. Masa Kerja

Masa kerja adalah lama waktu yang telah ditempuh seseorang untuk

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan

dengan baik (Ranupandojo, 1984). Budiono (2003) menjelaskan bahwa

semakin lama seseorang mengerjakan pekerjaan yang sama di tempat

kerja yang sama, maka kelelahan akan mudah dirasakan akibat semakin

banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan pekerjaannya.

Dalam penelitian ini, masa kerja dikategorikan menjadi 2 (dua)

kategori, yaitu masa kerja baru jika waktu yang dihabiskan bekerja di

sektor konstruksi < 11 Tahun dan masa kerja lama jika waktu yang

dihabiskan bejerha di sektor konstruksi ≥ 11 Tahun. Dari tabel dapat

diketahui bahwa jumlah pekerja yang mengalami kelelelahan berat lebih

besar pada kategori masa kerja lama. Oleh sebab itu, maka diduga kuat

kelelahan yang terjadi pada pekerja di proyek EPC3 disebabkan pekerja

memiliki masa kerja yang lama. Namun, setelah dilakukan uji chi square,

tidak dapat dibuktikan bahwa masa kerja memiliki hubungan yang

bermakna dengan kelelahan. Walaupun demikian, variabel masa kerja

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

126

tetap masuk kedalam kandidat analisis multivariat karena hasil uji chi

square didapatkan Pvalue sebesar 0,073.

Berdasarkan analisis multivariat, diketahui bahwa variabel masa

kerja merupakan satu dari dua variabel yang memiliki hubungan yang

signifikan terhadap kejadian kelelahan pada pekerja yang dapat dilihat

nilai Pvalue setelah dilakukan uji regresi logistik berganda sebesar 0,006 .

Dari hasil analisis multivariat tersebut menandakan bahwa adanya

perbedaan secara nyata kejadian kelelahan pada kelompok dengan masa

kerja lama dengan kelompok masa kerja baru. Masa kerja yang lama

dapat membawa efek negatif berupa adanya batas ketahanan tubuh

terhadap proses kerja yang berakibat terhadap timbulnya kelelahan.

Pekerjaan yang dilakukan secara kontinyu dapat berpengaruh terhadap

sistem peredaran darah, sistem pencernaan, otot, syaraf dan sistem

pernafasan (Suma’mur, 1999).

Keadaan ini dapat terjadi karena pekerja di proyek EPC3, Banyu Urip

menerima tekanan–tekanan atau terpapar bahaya yang terakumulasi setiap

hari seperti tekanan panas dan kebisingan yang terdapat di tempat kerja.

Selain itu, karena pekerja di proyek EPC3, Banyu Urip ini memiliki masa

kerja yang lama hal tersebut menimbulkan kejenuhan atau kebosanan yang

dapat menimbulkan kelelahan. Terlebih lagi karena pekerja hanya

melakukan pekerjaan sesuai dengan keahliannya, seperti welder yang

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

127

hanya melakukan pekerjaan welding maka dapat menimbulkan kejenuhan

dan melemahnya kinerja otot para pekerja.

7. Tekanan Panas

Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah satu faktor lingkungan ditempat

kerja adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah hasil perpaduan antara

suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan

tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaannya.

Berdasarkan hasil observasi tempat kerja, pekerja melakukan

kegiatan di beberapa titik yang memiliki tekanan panas yang berbeda-

beda. Tekanan panas diukur menggunakan Heat Stress Monitor Questemp

34 atau Indeks WBGT. Selain itu pengukuran tekanan panas juga melihat

pengaturan waktu kerja perusahaan dan beban kerja masing-masing

pekerja.

PT Rekayasa Industri mengatur waktu kerja selama 8 jam dengan

waktu istirahat 1 jam. Sehingga pengaturan waktu kerja setiap jam masuk

dalam kategori 75% - 100%. Beban kerja dihitung melalui pengukuran

denyut nadi dalam satu menit pada masing-masing individu dan kemudian

hasilnya dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu beban kerja ringan jika

denyut nadi 75-100/menit, beban kerja sedang jika denyut nadi 101-

125/menit dan beban kerja berat jika denyut nadi > 125/menit.

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

128

Berdasarkan analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang

bermakna antara tekanan panas dengan kelelahan. Selain itu, setelah

dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda,

didapatkan bahwa tekanan panas merupakan variabel paling dominan

yang mempengaruhi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara

tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri

Serang-Banten Tahun 2013. Hasil penelitian ini ditemukan pada penelitian

yang dilakukan Ramdan (2007) yang menyimpulkan bahwa lingkungan

fisik kerja yang terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah.

Penelitian lainnya yang dapat membuktikan adanya hubungan antara

tekanan panas dengan kelelahan adalah penelitian Fahri dan Fasha (2010)

terhadap tenaga kerja di bagian Drilling PERTAMINA UBEP Kenali

Asam Jambi.

Adanya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada

pekerja di EPC3-Banyu Urip ini disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja

dan daerah tempat kerja memiliki suhu yang cukup tinggi. Dalam hal ini

dapat diketahui bahwa pekerja melakukan pekerjaan di workshop area dan

open area fabrication. Atap atau langit-langit di workshop area yang

terbuat dari zincalume yaitu lapisan galvanis campuran seng dan

aluminium membuat suhu di dalam workshop semakin panas sehingga

pekerja akan mendapatkan beban kerja tambahan yang berasal dari tempat

kerja (panas).

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

129

Berbeda lagi dengan kondisi di open area fabrication. Karena adanya

pengaruh dari cuaca daerah tempat kerja, hal ini menyebabkan suhu yang

terdapat ditempat kerja cukup tinggi. Pekerja yang berada di open area

fabrication terpapar panas matahari secara langsung dan kondisi tersebut

juga mengakibatkan pekerja cepat kehilangan asupan cairan dan garam

sehingga menyebabkan pekerja cepat merasa lelah. Hal ini diperkuat dari

adanya keluhan para pekerja ketika peneliti melakukan wawancara,

dimana sebagian besar pekerja mengeluh dengan adanya lingkungan kerja

yang cukup panas, terlebih lagi pekerja yang melakukan pekerjaan di open

area fabrication. Namun, dalam hal ini perusahaan telah melakukan

pencegahan untuk mengurangi dampak akibat adanya tekanan panas

seperti menyediakan air minum untuk pekerja.

Kelelahan yang dirasakan pekerja tersebut disebabkan oleh adanya

beban tambahan yang berasal dari lingkungan panas yang diterima

pekerja. Jika pekerja terpapar panas akan organ tubuh akan bekerja lebih

keras untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, sehingga beban

fisik yang diterima pekerja akan lebih besar dan pekerja akan mengalami

kelelahan yang lebih cepat. Tenaga kerja yang terpapar tekanan panas

akan mengakibatkan daya kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi

kerjanya akan menurun (Suma’mur, 1999). Selain itu tekanan panas juga

sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia, serta lingkungan

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

130

yang ekstrim (panas) memiliki efek yang signifikan pada kapasitas kerja

(Bridger, 2003).

Lingkungan kerja yang memiliki tekanan panas yang cukup tinggi

hendaknya dilakukan upaya pengendalian dengan menyediakan tempat

istirahat yang sejuk dengan suhu nyaman bagi orang indonesia atau

comfort zone temperature adalah 240 C - 26

0 C. Perusahaan juga

sebaiknya menyarankan kepada pekerja untuk mengenakan pakaian

khusus yang terbuat dari bahan katun dan berwarna cerah atau putih yang

dapat menyerap keringat. Selain itu, perusahaan juga disarankan untuk

memberikan informasi kepada pekerja untuk minum sebanyak 150-200 cc

setiap 15-20 menit supaya suhu tubuh tetap dalam keadaan normal. Oleh

sebab itu, dalam hal ini air minum sebaiknya ditempatkan pada jarak yang

relatif dekat dari semua area tempat kerja.

8. Kebisingan

Faktor lingkungan pekerjaan lain yang diduga dapat mempengaruhi

terjadinya kelelahan di tempat kerja adalah kebisingan. Kebisingan

merupakan stressor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan

mengurangi efisiensi jantung, sehingga mempengaruhi kinerja dari

kapasitas fisik seseorang (Bridger, 2003). Paparan kebisingan untuk

jangka waktu yang panjang dapat menghasilkan perasaan subjektif

ketidaknyamanan dan peningkatan kelelahan (Lerman et al, 2012).

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

131

Pengukuran kebisingan di tempat kerja di lakukan di 5 (lima) titik

tempat pekerja melakukan pekerjaan. Pengukuran kebisingan

menggunakan Sound Level Meter selama 10 menit dalam setiap titik.

Dimana didapatkan dalam beberapa titik area tempat kerja, tingkat

kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 yaitu di workshop 1,

Pre-cut dan area Chamber. Berdasarkan hasil observasi tempat kerja,

kebisingan yang terdapat di tempat kerja berasal dari dari mesin gerinda,

mesin las, mesin kompresor, mesin generator ataupun mesin peralatan

bermotor lainnya seperti crane

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa kelelahan tingkat berat

lebih banyak di rasakan oleh pekerja yang terpapar kebisingan. Hal ini

juga sejalan dengan hasil uji Chi Square dimana didapatkan Pvalue

sebesar 0,043 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

kebisingan dengan kelelahan pada pekerja pembuatan menara tambat

lepas pantai di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri Tahun 2013.

Hasil penelitian ini ditemukan juga pada penelitian yang dilakukan

Mauludi (2009) terhadap pekerja di proses produksi kantong semen PBD

(Paper Bag Division) PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-

Bogor Tahun 2010 dan penelitian yang dilakukan Hanifa (2006) yang

menyatakan bahwa dari 18 sample yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

132

kebisingan dapat menyebabkan kelelahan sebesar 42,8% dan sisanya

dipengaruhi faktor lain.

Pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang bising akan memiliki

beban tambahan sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Adapun

upaya perusahaan dalam mengurangi kebisingan yaitu dengan melakukan

isolasi pada mesin yang menimbulkan bising seperti generator dengan

memberikan bantalan atau peredam berupa karet. Selain itu, perusahaan

juga sudah memberikan Alat Pelindung Telinga (APT) berupa earplug

untuk mereduksi kebisingan di tempat kerja. Namun, hal ini tidak

menjamin dapat mereduksi kebisingan karena berdasarkan hasil observasi

peneliti, masih ditemukan pekerja yang tidak menggunakan earplug,

sehingga pekerja masih terpapar kebisingan di atas NAB yang ditentukan.

Oleh sebab itu, untuk mengurangi kejadian kelelahan akibat

kebisingan, dalam hal ini perusahaan sebaiknya melakukan pengawasan

intensif untuk menjaga agar pekerja menggunakan Alat Pelindung Telinga

(APT) yang disediakan oleh perusahaan dan membuat kebijakan berupa

sanksi jika ditemukan pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga

(APT) di tempat yang bising.

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

133

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Dari seluruh pekerja yang dijadikan sampel penelitian, seluruh pekerja

mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang bervariasi yaitu 29%

pekerja mengalami kelelahan ringan, 45% pekerja mengalami kelelahan

sedang dan 26% pekerja mengalami kelelahan berat.

2. Berdasarkan hasil analisis univariat, maka dapat disimpulkan bahwa, 51%

pekerja berumur muda, 65% pekerja memiliki status gizi normal, 53%

pekerja memiliki lama tidur buruk, 79% pekerja dengan status kawin, 63%

pekerja mengkonsumsi rokok, 50% pekerja masuk dalam kategori masa

kerja lama, 58% pekerja tidak terpapar panas dan 53% pekerja tidak

terpapar kebisingan.

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

134

3. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square dapat

disimpulkan bahwa:

a. Variabel umur, tekanan panas dan kebisingan memiliki hubungan

yang bermakna dengan kelelahan.

b. Variabel status gizi, lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok

dan masa kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

kelelahan.

4. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik ganda (multiple logistic regretions) dapat disimpulkan bahwa

variabel yang memiliki hubungan paling dominan terhadap kelelahan pada

pekerja pembuatan menara tambat lepas pantai di proyek Banyu Urip,

PT Rekayasa Industri Tahun 2013 adalah variabel tekanan panas.

B. Saran

1. Bagi PT Rekayasa Industri

a. Untuk mencegah kelelahan akibat umur, sebaiknya perusahaan

membatasi beban kerja yang diterima pekerja yang lebih tua dan

perlu diadakannya kegiatan olahraga seperti kebugaran atau senam

fisik untuk menjaga kesehatan dan stamina pekerja.

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

135

b. Untuk mencegah kelelahan akibat tekanan panas, maka perusahaan

sebaiknya:

1) Menyediakan tempat istirahat yang sejuk dengan suhu nyaman

2) Memberikan informasi kepada pekerja untuk mengenakan

pakaian khusus yang terbuat dari bahan katun dan berwarna

cerah atau putih yang dapat menyerap keringat.

3) Memberikan informasi kepada pekerja untuk minum sebanyak

150-200 cc setiap 15-20 menit dan menempatkan air minum

pada jarak yang relatif dekat dari semua area tempat kerja.

c. Untuk mencegah kelelahan akibat kebisingan maka sebaiknya

perusahaan melakukan:

1) Pengawasan intensif untuk menjaga agar pekerja menggunakan

Alat Pelindung Telinga (APT)

2) Membuat kebijakan berupa sanksi sanksi jika ditemukan

pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) di

tempat yang bising

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

136

2. Bagi Pekerja di PT Rekayasa Industri

a. Diharapkan pekerja untuk dapat mengenali timbulnya kelelahan, dan

menghentikan pekerjaan sesaat untuk menghindari kejadian yang

tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja

b. Diharapkan pekerja mematuhi semua peraturan yang terdapat di

perusahaan, salah satunya adalah memakai Alat Pelindung Telinga

(APT) yang disediakan oleh perusahaan.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Diharapkan agar dapat mengikutsertakan variabel lain yang diduga

berhubungan dengan kelelahan yang tidak diteliti pada penelitian ini,

misalnya status kesehatan, getaran dan lain-lain.

b. Diharapkan agar dapat melakukan penelitian lebih mendalam,

khususnya untuk variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian

ini, seperti konsumsi rokok, lama tidur dan lain-lain.

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Astrand, Per-Olof and Rodahl, Kaare. 1970. Textbook of Physiology. Tokyo: Mc

Grawhill Koga

Barness, F.J et all. 2008. What Aspects of Shiftwork Influence off-shift well-being of

Healthcare Workers?, Applied Ergonomis Journals 39:586-596. United States:

Elsevier

Bird, Frank E, Jr dan Germain, George, L. 1990. Practical loss control leadership.

Institute Publishing Division of International loss control Institute, Loganville.

Bridger, R.S. 2003. Introduction to Ergonomics 2nd editoin. London: by Taylor &

Francis

Budiono, Sugeng, A.M dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang:

Badan penerbit UNDIP .

Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Buysse, Daniel J et al. 1988. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A new Instrument

for psychiatric Practice and Research. Psychiatry Research, United States:

Elsevier

Christensen. 1996. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO Ganeva

Davis, Bobby R. 2001. Occupational Safety and Health Program: A guide to

preventing Heat stress. New Zealand: Departement of Labour

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (DEPNAKERTRANS). 2004.

Pengawasan K3 Lingkungan Kerja. Materi 8. Evaluasi dan Penunjukan Calon

Ahli K3

Endroyo, Bambang. 2010. Faktor-faktor yang berperan terhadap peningkatan Sikap

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Para pelaku jasa konstruksi di

Semarang. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, No. 2 volume 12 – juli 2010

Fatmah. 2011 Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung, CV Lubuk Agung

Fahri, Sukmal dan Pasha, Eko. 2010. Kebisingan dan tekanan panas dengan

perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian drilling Pertamina EP

Jambi. Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010 diakses dari

jurnal.unimus.ac.id

Goetsch, L. David. 2008. Sixth editions: Occupational safety and health for

technologists, Engineers and Managers. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Hanifa, Tri Yuni Ulfa. 2006. Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada tenaga

kerja industri pengolahan kayu Brumbung perum perhutani Semarang Tahun

2005. Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Hanson, Glen and Venturelli, J. Peter. 1983. Drugs and Society. Fourth edition.

London: Joes and Bartlett Publishers International.

Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Diterjemahkan oleh Agoes, Goeswin dan

Widianto,B. Mathilda. Bandung: Penerbit ITB

Holt, Allan St John. 2005. Principles of Construction Safety. Great Britain: Blackwell

Ihsan, Taufiq dan Salami, S. Rahmatiah. 2010. Hubungan antara shift kerja dengan

tingkatan kelelahan kerja pada pekerja di pabrik perakitan mobil indonesia.

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Bandung: Program Studi Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil

dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Karwowski, Waldemar. 2001. International Encyclopedia of Ergonomic and Human

Factors. London: Taylor & Francis e-Library

Kemenakertrans Prioritaskan Pengawasan Pekerja Sektor Jasa Konstruksi, diakses

dari antaranews.com tanggal 14 Mei 2013

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405 Tahun 2002 tentang

Persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri

Kodrat, Kimberly Febrina. 2011. Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan pekerja

pabrik kelapa sawit di PT. X labuhan batu. Jurnal teknik industri, volume 12,

No. 2, Agustus 2011.

Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium

Kesehatan & Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press.

Konz, 1998. Work/Rest: Part 1-Guidelines for the practitioner, International journal

of industrial ergonomics, 22, 67-71

Kozier, B, et al. 2008. Fundamental of nursing: concepts, process and practice (7th

ed). New Jersey: Prentice-Hall,Inc

Kroemer H.E Karl et al,. 2010. Engineering Physiology, Bases of Human Factors

Engineering/Ergonomics, Fourth Edition. New York: Spinger

Kroemer, K.H.E dan Grandjean, E. 1997. Fitting the Task to the Human: A Textbook

of Occupational Ergonomics 5th edition. London: Taylor & Francis

LeBouef, Michael. 1979. Working Smart . Jakarta: Tangga Pustaka

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Lehto, L. Mark. dan Buck, R. James. 2008. Human Factor and Ergonomics for

engineers. New york: Lawrence Erlbaum Associates Taylor & Francis Group

Lemshow, S., et al. 1990. Adequacy Of Sample Size in Health Studies. Chichester:

John Wiley & Sons

Lerman, E. Steven et al. 2012. Fatigue risk management in the workplace. Los

Angeles: American College of Occupational and Environmental Medicine

Macleod, Dan. 2000. The rules of work: A practical engineering guide to ergonomics.

United States: Taylor & Francis Group

Mauludi, Moch Noval. 2010. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan

pada pekerja di proses produksi kantong semen pbd (paper bag division) PT.

Indocement tunggal prakarsa tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010. Jakarta:

Skrpisi Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, Universitas Islam Negeri

Jakarta

Maurits, Lientje Setyawati dan Widodo, Imam Djati. 2008. Faktor dan penjadualan

shift kerja. Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember 2008

Nadia, Casie. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pengumpul

tol di gerbang cililitan PT Jasa Marga Cabang CTC Tahun 2011. Depok:

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Neel, Armond B. 2012. 9 Types of medications that can lead to chronic fatigue.

Diakses dari http://www.aarp.org tanggal 20 mei 2013

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Nurhidayati, Putri. 2009. Hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan

kerja pada pekerja di bagian produksi PT Tifico,Tbk Tahun 2009. Jakarta:

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Occupational Safety and Health. 2003. Healthy Work, Managing stress and fatigue in

the workplace. New Zealand: Department of Labour

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 13 Tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

Puspita, Giri Irma. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelelahan berdasarkan

karakteristik Pekerja di bagian produksi jahit garmen PT. Lestari Busana

Anggun Mahkota Tahun 2009. Jakarta: Skripsi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ramdan, M. Irwan. 2007. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap

Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur. The

Indonesian Journal of Public Health, Volume 4, Nomor 1, Juli 2007

Ranupandojo, Suad Husnan, dan Heidrahman. 1984. Manejemen Personalia Cetakan

ke III, Yogyakarta: BPFE UGM

Riyanti, Fajar Anita. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja

pada pekerja bagian produksi di PT Cosmar Indonesia Serpong Tahun 2011.

Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktivitas dengan ergonomi. Jakarta:

PT Pustaka Binaman pressindo

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Silalahi, Nb. Bannet dan Silalahi, B. Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo

Soetomo, 1981. Kelelahan dalam penerbangan. Diakses dari www.kalbe.co.id

tanggal 21 Desember 2012

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan

di Tempat Kerja Tahun 2009

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Pengukuran iklim kerja (panas) dengan

parameter indeks suhu basah dan bola Tahun 2004

Sudrajat dkk, 1998. Manajemen Lingkungan Kerja. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Suma’mur. 1999. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata: CV Haji Masagung

Suma’mur. 2009. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta:

Sagung Seto

Supariasa dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Susetyo, Joko dkk,. 2008. Jurnal Teknologi: Prevalensi Keluhan Subjektif atau

kelelahan karena sikap kerja yang tidak ergonomis pada pengerajin perak. FK

Udayana: Teknik Industri

Susanto, Dwi Agus. 2011. Berhenti Merokok pedoman penatalaksanaan untuk dokter

di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: Jakarta

Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas

kerja. Surakarta: UNIBA Press.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Virgy, Sulistya. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

karyawan di Instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo,

Jakarta Tahun 2011, Jakarta: Skripsi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

W.F Ganong. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

Wiegand, Douglas M et al. 2009. Commercial Motor vehicle health and fatigue study,

The national Surface Transportation safety center for excellence. Blackburg:

Virginia Technology Transportation Institute

Workcover New South Wales (NSW). 2008. Fatigue prevention in the workplace.

Melbourne: Worksafe Victoria

Yayasan Spiritia. 2004. Kelelahan. Diakses dari www.spiritia.or.id pada tanggal 2

Mei 2013

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat
Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat
Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Saya Amelia Marif, mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian

untuk tugas akhir mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013”. Saya mengharapkan kesediaan bapak

guna menjawab kuesioner ini dengan sejujur mungkin tanpa ada rasa takut, karena tidak ada

penilaian benar atau salah untuk jawaban yang telah bapak berikan. Segala bentuk jawaban akan

dijamin kerahasiaannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

NO. RESPONDEN :

Nama : Unit Kerja :

A. Karakteristik Pekerja

1. A1 Berapakah usia saudara saat ini? ………Tahun

2. A2 Indeks Masa Tubuh (Diisi Oleh Peneliti)

Berat Badan ................ kg

Tinggi Badan ............... cm

3. A3 Berapa lama rata-rata waktu tidur saudara dalam satu hari saat bekerja di

proyek ini?............ Jam

4. A4 Status Perkawinan

0. Tidak kawin 1. Kawin

5. A5 Apakah saudara merokok? (Jika tidak langsung ke no. 6)

Berapa banyak rokok yang dihabiskan dalam sehari?

1. Kurang dari 10 batang 2. 10-20 Batang 3. Lebih dari 20 Batang

6. A6 Sudah berapa lama saudara bekerja di sektor konstruksi? ............ Tahun

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

B. Hasil Pengukuran (Diisi oleh peneliti)

8. Paparan Kebisingan

0. Tidak Terpapar Bising: < 85 dB 1. Terpapar Bising: ≥ 85 dB

A8

9. Tekanan Panas

a. Denyut Nadi: ............. denyut/min

b. WBGTi/WBGTo: ............. 0 C

0. Tidak Terpapar Tekanan Panas 1. Terpapar Tekanan Panas

A9

10. Pengukuran Kelelahan dengan Reaction Timer

Hasil (mili detik)

Rata2

Keterangan B1

1. 2. 3. 4. 5.

(0) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

(1) KKR : waktu reaksi >240,0 - <410,0 mili detik

(2) KKS : waktu reaksi 410,0– <580,0 mili detik

(3) KKB : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

NPar Tests

Umur

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Umur 100 37.18 9.001 20 55

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Umur

N 100

Normal Parametersa Mean 37.18

Std. Deviation 9.001

Most Extreme

Differences

Absolute .094

Positive .071

Negative -.094

Kolmogorov-Smirnov Z .938

Asymp. Sig. (2-tailed) .342

Masa Kerja

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MasaKerja

N 100

Normal Parametersa Mean 11.490

Std. Deviation 7.9242

Most Extreme

Differences

Absolute .156

Positive .156

Negative -.091

Kolmogorov-Smirnov Z 1.558

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Statistics

N Valid 100

Missing 0

Mean 11.490

Median 11.000

Mode 5.0

Std. Deviation 7.9242

Minimum .5

Maximum 28.0

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Frequencies

Statistics

Kelelahan Umur

Status

Gizi

Lama

Tidur

Status

Perkawinan

Konsumsi

Rokok

Masa

Kerja

Tekanan

Panas Kebisingan

N Valid 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Kelelahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KKR 29 29.0 29.0 29.0

KKS 45 45.0 45.0 74.0

KKB 26 26.0 26.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Muda 51 51.0 51.0 51.0

Tua 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Status Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Normal 65 65.0 65.0 65.0

Tidak Normal 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Lama Tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 47 47.0 47.0 47.0

Buruk 53 53.0 53.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Kawin 21 21.0 21.0 21.0

Kawin 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Konsumsi Rokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Merokok 37 37.0 37.0 37.0

Merokok 63 63.0 63.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baru 50 50.0 50.0 50.0

Lama 50 50.0 50.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tekanan Panas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Terpapar 58 58.0 58.0 58.0

Terpapar 42 42.0 42.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kebisingan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Terpapar 53 53.0 53.0 53.0

Terpapar 47 47.0 47.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Crosstabs

Umur * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Umur Muda Count 20 22 9 51

% within Umur 39.2% 43.1% 17.6% 100.0%

Tua Count 9 23 17 49

% within Umur 18.4% 46.9% 34.7% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Umur 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.619a 2 .037

Likelihood Ratio 6.763 2 .034

Linear-by-Linear Association 6.470 1 .011

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,74.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Umur (Muda / Tua) a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

Status Gizi * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Status Gizi Normal Count 22 25 18 65

% within Status Gizi 33.8% 38.5% 27.7% 100.0%

Tidak Normal Count 7 20 8 35

% within Status Gizi 20.0% 57.1% 22.9% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Status Gizi 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.473a 2 .176

Likelihood Ratio 3.512 2 .173

Linear-by-Linear Association .333 1 .564

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,10.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Status Gizi (Normal / Tidak Normal) a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Lama Tidur * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Lama Tidur Baik Count 13 24 10 47

% within Lama Tidur 27.7% 51.1% 21.3% 100.0%

Buruk Count 16 21 16 53

% within Lama Tidur 30.2% 39.6% 30.2% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Lama Tidur 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.541a 2 .463

Likelihood Ratio 1.548 2 .461

Linear-by-Linear Association .183 1 .669

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,22.

Status Perkawinan * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Status Perkawinan Tidak Kawin Count 7 11 3 21

% within Status Perkawinan 33.3% 52.4% 14.3% 100.0%

Kawin Count 22 34 23 79

% within Status Perkawinan 27.8% 43.0% 29.1% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Status Perkawinan 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.897a 2 .387

Likelihood Ratio 2.087 2 .352

Linear-by-Linear Association 1.234 1 .267

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,46.

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Konsumsi Rokok * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Konsumsi Rokok Tidak Merokok Count 8 22 7 37

% within Konsumsi Rokok 21.6% 59.5% 18.9% 100.0%

Merokok Count 21 23 19 63

% within Konsumsi Rokok 33.3% 36.5% 30.2% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Konsumsi Rokok 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.964a 2 .084

Likelihood Ratio 4.978 2 .083

Linear-by-Linear Association .001 1 .976

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,62.

Masa Kerja * Kelelahan

Masa Kerja * Kelelahan Crosstabulation

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Masa Kerja Baru Count 19 22 9 50

% within Masa Kerja 38.0% 44.0% 18.0% 100.0%

Lama Count 10 23 17 50

% within Masa Kerja 20.0% 46.0% 34.0% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Masa Kerja 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.277a 2 .071

Likelihood Ratio 5.364 2 .068

Linear-by-Linear Association 5.211 1 .022

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Tekanan Panas * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Tekanan Panas Tidak Terpapar Count 22 25 11 58

% within Tekanan Panas 37.9% 43.1% 19.0% 100.0%

Terpapar Count 7 20 15 42

% within Tekanan Panas 16.7% 47.6% 35.7% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Tekanan Panas 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.537a 2 .038

Likelihood Ratio 6.751 2 .034

Linear-by-Linear Association 6.346 1 .012

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,92.

Kebisingan * Kelelahan

Crosstab

Kelelahan

Total KKR KKS KKB

Kebisingan Tidak Terpapar Count 21 21 11 53

% within Kebisingan 39.6% 39.6% 20.8% 100.0%

Terpapar Count 8 24 15 47

% within Kebisingan 17.0% 51.1% 31.9% 100.0%

Total Count 29 45 26 100

% within Kebisingan 29.0% 45.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.306a 2 .043

Likelihood Ratio 6.498 2 .039

Linear-by-Linear Association 5.119 1 .024

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,22.

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Analisis Multivariat

Kelelahan 2 Kategorik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelelahan 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Kelelahan Mean 564.580 29.5081

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 506.029

Upper Bound 623.130

5% Trimmed Mean 520.653

Median 474.000

Variance 8.707E4

Std. Deviation 2.9508E2

Minimum 326.4

Maximum 1930.0

Range 1603.6

Interquartile Range 186.8

Skewness 2.603 .241

Kurtosis 7.079 .478

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelelahan .252 100 .000 .666 100 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

kelelahan Ringan 0

Kelelahan Berat 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur 4.842 1 .028

Status Gizi .396 1 .529

Konsumsi Rokok .043 1 .836

Masa Kerja 7.840 1 .005

TekananPanas 8.046 1 .005

Kebisingan 4.857 1 .028

Overall Statistics 19.083 6 .004

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.765 6 .002

Block 20.765 6 .002

Model 20.765 6 .002

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 117.864a .188 .250

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Classification Tablea

Observed

Predicted

FATIGUE Percentage

Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 1 FATIGUE kelelahan Ringan 33 17 66.0

Kelelahan Berat 18 32 64.0

Overall Percentage 65.0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Umur .180 .572 .099 1 .753 1.197 .390 3.673

Status Gizi .055 .486 .013 1 .910 1.056 .408 2.737

Konsumsi Rokok .449 .492 .832 1 .362 1.566 .597 4.106

Masa Kerja .992 .561 3.124 1 .077 2.697 .898 8.104

TekananPanas 1.364 .468 8.490 1 .004 3.912 1.563 9.791

Kebisingan .910 .491 3.441 1 .064 2.485 .950 6.504

Constant -1.888 .631 8.960 1 .003 .151

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Status Gizi, Konsumsi Rokok, Masa Kerja, TekananPanas, Kebisingan.

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES FATIGUE2

/METHOD=ENTER Umur Konsumsi Rokok Masa Kerja TekananPanas Kebisingan

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

kelelahan Ringan 0

Kelelahan Berat 1

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE Kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur 4.842 1 .028

Konsumsi Rokok .043 1 .836

Masa Kerja 7.840 1 .005

TekananPanas 8.046 1 .005

Kebisingan 4.857 1 .028

Overall Statistics 19.082 5 .002

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.752 5 .001

Block 20.752 5 .001

Model 20.752 5 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 117.877a .187 .250

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Classification Tablea

Observed

Predicted

FATIGUE Percentage

Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 1 FATIGUE Kelelahan Ringan 33 17 66.0

Kelelahan Berat 18 32 64.0

Overall Percentage 65.0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Umur .176 .570 .095 1 .758 1.192 .390 3.647

Konsumsi Rokok .443 .489 .821 1 .365 1.557 .597 4.061

Masa Kerja 1.002 .555 3.261 1 .071 2.722 .918 8.074

TekananPanas 1.363 .468 8.488 1 .004 3.908 1.562 9.778

Kebisingan .913 .490 3.467 1 .063 2.492 .953 6.516

Constant -1.870 .609 9.419 1 .002 .154

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Konsumsi Rokok, Masa Kerja, TekananPanas, Kebisingan

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES FATIGUE2

/METHOD=ENTER Konsumsi Rokok Masa Kerja TekananPanas Kebisingan

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kelelahan Ringan 0

Kelelahan Berat 1

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE Kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Konsumsi Rokok .043 1 .836

Masa Kerja 7.840 1 .005

TekananPanas 8.046 1 .005

Kebisingan 4.857 1 .028

Overall Statistics 19.028 4 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 20.658 4 .000

Block 20.658 4 .000

Model 20.658 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 117.972a .187 .249

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Table

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 1 FATIGUE kelelahan Ringan 35 15 70.0

Kelelahan Berat 19 31 62.0

Overall Percentage 66.0

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Konsumsi Rokok .444 .489 .825 1 .364 1.559 .598 4.065

Masa Kerja 1.096 .465 5.553 1 .018 2.991 1.202 7.441

TekananPanas 1.354 .466 8.435 1 .004 3.873 1.553 9.657

Kebisingan .953 .473 4.051 1 .044 2.593 1.025 6.558

Constant -1.846 .603 9.368 1 .002 .158

a. Variable(s) entered on step 1: Konsumsi Rokok, Masa Kerja, TekananPanas, Kebisingan.

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES FATIGUE2

/METHOD=ENTER Masa Kerja TekananPanas Kebisingan

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kelelahan Ringan 0

Kelelahan Berat 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Masa Kerja 7.840 1 .005

TekananPanas 8.046 1 .005

Kebisingan 4.857 1 .028

Overall Statistics 18.376 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 19.819 3 .000

Block 19.819 3 .000

Model 19.819 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 118.810a .180 .240

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

FATIGUE

Percentage

Correct

Kelelahan Ringan

Kelelahan

Berat

Step

1

FATIGUE Kelelahan

Ringan 35 15 70.0

Kelelahan

Berat 19 31 62.0

Overall Percentage 66.0

a. The cut value is ,500

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

Masa Kerja 1.019 .453 5.061 1 .024 2.771 1.140 6.736

TekananPanas 1.366 .464 8.655 1 .003 3.921 1.578 9.744

Kebisingan .877 .462 3.599 1 .058 2.404 .971 5.949

Constant -1.491 .439 11.531 1 .001 .225

a. Variable(s) entered on step 1: Masa Kerja, TekananPanas, Kebisingan.

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES FATIGUE2

/METHOD=ENTER Masa Kerja TekananPanas

/PRINT=CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kelelahan Ringan 0

Kelelahan Berat 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

FATIGUE Percentage

Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step 0 FATIGUE Kelelahan Ringan 0 50 .0

Kelelahan Berat 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26492/1/AMELIA... · Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Masa Kerja 7.840 1 .005

TekananPanas 8.046 1 .005

Overall Statistics 15.267 2 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 16.131 2 .000

Block 16.131 2 .000

Model 16.131 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 122.498a .149 .199

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

FATIGUE Percentage

Correct Kelelahan Ringan Kelelahan Berat

Step

1

FATIGUE Kelelahan Ringan 22 28 44.0

Kelelahan Berat 8 42 84.0

Overall Percentage 64.0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Masa Kerja 1.205 .438 7.562 1 .006 3.338 1.414 7.883

TekananPanas 1.240 .446 7.731 1 .005 3.457 1.442 8.288

Constant -1.118 .373 8.988 1 .003 .327

a. Variable(s) entered on step 1: Masa Kerja, TekananPanas.