faktor eksploitasi

10
EKSTERNAL: 1. Pendidikan 2. Faktor Sosial Budaya 3. Pengaruh Teman 4. Modernisasi, Industrialisasi, Migrasi, dan Urbanisasi. INTERNAL: 1. Kemiskinan 2. Keluarga yang Tidak Harmonis 3. Keinginan Untuk Memiliki Uang Sendiri 4. Keinginan Untuk Hidup Bebas 1. Penidikan Pendidikan terkait erat dengan permasalahan eksploitasi anak. Kelangkaan fasilitas pendidikan, rendahnya kualitas pendidikan dasar, rendahnya kesadaran masyarakat khususnya orang tua, terhadap pentingnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang kurang akomodatif terhadap tantangan kerja masa depan, mahalnya biaya pendidikan menyebabakan pendidikan dipandang sebagai suatu hal yang elit dan mewah terutama dikalangan masyarakat miskin. Kondisi ini mendorong anak untuk memasuki dunia kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang bekrja sebagian besar berpendidikan rendah. 2. Faktor Sosial Budaya

Upload: jamal

Post on 23-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

EKSTERNAL: 1. Pendidikan2. Faktor Sosial Budaya3. Pengaruh Teman4. Modernisasi, Industrialisasi, Migrasi, dan Urbanisasi.

INTERNAL:1. Kemiskinan2. Keluarga yang Tidak Harmonis3. Keinginan Untuk Memiliki Uang Sendiri4. Keinginan Untuk Hidup Bebas

1. PenidikanPendidikan terkait erat dengan permasalahan eksploitasi anak. Kelangkaan fasilitas pendidikan, rendahnya kualitas pendidikan dasar, rendahnya kesadaran masyarakat khususnya orang tua, terhadap pentingnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang kurang akomodatif terhadap tantangan kerja masa depan, mahalnya biaya pendidikan menyebabakan pendidikan dipandang sebagai suatu hal yang elit dan mewah terutama dikalangan masyarakat miskin. Kondisi ini mendorong anak untuk memasuki dunia kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang bekrja sebagian besar berpendidikan rendah. 2. Faktor Sosial BudayaDalam konteks sosial budaya masyarakat Indonesia, anak yang bekerja dianggap sebagai wahana positif untuk memperkenalkan disiplin serta menanamkan etos kerja pada anak. Hal ini sudah menjadi bagian dari budaya dan tata kehidupan keluarga Indonesia. Banyak orang merasa bahwa bekerja merupakan hal positif bagi perkembangan anak sehingga sejak dini anak dikutsertakan dalam proses kerja. Pada beberapa komunitas tertentu sejak kecil anak-anak sudah dididik untuk bekerja misalnya di sektor pertanian, perikanan, industri kerajinan, nelayan dan lain-lain. Namun, pekerjaan yang dilakukan tidaklah berbahaya bagi kondisi kesehatan anak secara fisik, mental dan sosial sehingga tidak melanggar hak mereka sebagai anak. Proses ini seakan menjadi wadah bagi anak untuk belajar bekerja. Sayangnya dalam perkembangan selanjutnya, proses belajar bekerja tidak lagi berkembang sebagaimana mestinya. Berbagai faktor menyebabkan anak terpaksa bekerja dalam situasi dan kondisi kerja yang tidak layak dan berbahaya bagi perkembangannya.3. Kemiskinan/ Faktor Ekonomi.Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah anak jalanan di kota besar. Karena hidup dalam kemiskinan, anak-anak yang seharusnya mengenyam pendidikan di bangku sekolah terpaksa putus sekolah.Orang tua mereka tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari apalagi untuk membiayai anaknya bersekolah. Anak-anaknya terpaksa turun ke jalanan, untuk membantu orang tuanya.4. Pengaruh TemanSelain di rumah, kita juga bersosialisasi dengan teman sekitar kita, di sekolah maupun luar sekolah. Teman mempunyai andil yang besar terhadap kepribadian kita.Jika kita berteman dengan orang yang senang mabuk-mabukan, mengkonsumsi narkotika, dengan mudah kita bisa terpengaruh untuk melakukan hal tersebut. Jika sudah ketagihan, maka merekaakan menghalalkan segala cara untuk mendaptkan barang haram tersebut, salah satunya dengan mencuri di tempat wisata atau keramaian kota yang penuh sesak dengan orang.5. Modernisasi, Industrialisasi, Migrasi, dan Urbanisasi.Hal-hal semacam inilah juga dapat menyebakan anak anak turun ke jalanan. Seperti adanya kegiatan urbanisasi yang dilakukan orang-orang desa yang pergi ke kota. Mereka menganggap kalau hidup di kota itu mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan akan hidup dengan banyaknya fasilitas. Namun tanpa dibekali dengan keahlian khusus, hanya membuat mereka tersisih di kota.6. Keluarga yang Tidak HarmonisKeluarga adalah media sosialisasi primer atau yang utama. Peran keluarga sangatlah penting bagi pola pikir dan perilaku anak. Keluarga yang harmonis menghasilkan anak dengan kepribadian yang baik Sebaliknya dengan keluarga yang tidak harmonis, tentu saja akan menghasilkan anak yang tidak baik. Anak yang sudah tidak nyaman untuk tinggal di rumahnya sendiri, akan nekat kabur dari rumah. Karena mereka di luar sana tidak mempunyai tujuan yang jelas, mau tidak mau ia berprofesi sebagai anak jalanan untuk menyambung hidupnya.7. Keinginan Untuk Memiliki Uang Snediri.Di dunia ini tak ada orang yang tidak membutuhkan uang.Uang merupakan alat pembayaran sah untuk membeli sesuatu.Orang bekerja demi mencari uang, dan uang itu mereka gunakan untuk membeli kebutuhan hidupnya maupun keluargnya.Faktor inilah yang menyebabkan banyak anak yang tertarik untuk mempunyai uang sendiri. Mereka tidak mau merepotkan orang tuanya maupun orang lain untuk mendapatkan sesuatu hal yang diinginkannya. Tanpa dibekali dengan keahlian khusus, mereka nekat untuk bekerja di jalanan yang panas dan rawan bagi dirinya.8. Keinginan Untuk Hidup BebasHidup bebas merupakan hal yang diinginkan oleh banyak anak remaja. Mereka tidak mau dikekang dan hidup dalam aturan yang berlebihan oleh orang tuanya. Anak yang tidak mau hidupnya dikekang, maka mereka akan mencari cara agar bisa keluar dari rumah. Prinsip yang tidak baik inilah, yang dapat menyebkan mereka hidup di jalanan, hidup dengan kebebasan tanpa kekangan dari siapapun.

Dampak Meningkatnya Anak Jalanan di Kota Besar

Ada beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh maraknya anak jalanan,. Diantaranya adalah sebagai berikut:1. Menjamurnya benih-benih premanismeAnak jalanan yang ada di kota-kota besar menimbulkan dampak negatif di lingkungan sekitarnya, misalnya saja menjamurnya benih-benih premanisme. Hal ini bisa terjadi karena mereka mencukupi kebutuhannya dengan cara menganacam, menakut-menakuti orang yang lewat dan meminta uang secara paksa.2. Terganggunya kenyaman pemakai jalan rayaJika kita berada di kota-kota besar, kita sering melihat banyak anak jalanan di pinggir jalan. Misalnya saja pada saaat lampu merah, banyak anak jalanan yang mendatangi pemakai jalan raya untuk menawarkan barang dagangannya, ada yang mengamen, dan mengemis. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan pemakai jalan raya. 3. Mengganggu keindahan dan ketertiban kotaKeindahan dan ketertiban kota tentu saja didukung oleh banyak hal. Jika banyak anak jalanan yang tinggal di kota menyebabkan keindahan dan ketertiban di kota berkurang. Hal ini bisa terjadi, karena banyak anak jalanan yang hidup di kolong jembatan, pinggiran rel kereta api, atau lingkungan yang kumuh untuk berlindung dari panas dan hujan.4. Terbengkalainya pendidikan anak-anak tersebutPendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Tanpa adanya ilmu, tentu kita tidak akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Bagi anak yang berusia 6-15 tahun, sebenarnya berhak untuk mengenyam pendidikan. Namun tidak bagi anak jalanan, karena faktor ekonomi keluarga, mereka putus sekolah dan turun ke jalanan untuk bekerja agar bisa bertahan hidup.5. Mengundang pola urbanisasi yang tinggi, serta mendorong tindakan-tindakan kriminal di jalan raya.Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak penduduk desa yang berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka berpikir mencari pekerjaaan di kota itu mudah. Namun pada kenyatannya, tanpa dibekali keterampilan dan keahlian khusus, mereka akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dampak dari adanya anak jalanan yaitu pola urbanisasi yang tinggi Hal ini bisa terjadi karena anak jalanan yang pulang ke kampung asli mengiming-imingi penduduk desa kalau hidup di kota itu enak.6. Masa depan bangsa dipertanyakanAnak bangsa merupakan generasi muda penerus bangsa untuk menjadikan bangsa ke arah yang lebih baik. Untuk bisa menjadikan bangsa yang berkualitas, damai, makmur, sejahtera diperlukan penduduk yang berkualitas juga. Namun ironisnya, banyak anak bangsa yang seharusnya mengenyam pendidikan malah berprofesi menjadi anak jalanan. Jika jumlah anak jalanan terus bertambah, maka masa depan bangsa ini perlu dipertanyakan.Di dalam kegiatannya, peredaran anak jalan itu tidak berdiri sendiri, melainkan ada suatu lembaga ilegal yang terus mendorong anak jalanan agar terus tumbuh dan berkembang demi keuntungan pribadi semata.Dimana mereka diajarkan bagaimana meminta-minta, mereka harus memberikan uang setoran kepada BOS. Selain itu, tingkat pendidikan yang minim membuat mind set mereka dapat di setting sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan beragam iming-iming, mereka perlahan dikeluarkan dari ajaran agamanya. Yang menjadi sasaran, kebanyakan adalah anak-anak usia sekolah dasar. Biasanya anak-anak itu diiming-imingi makanan, uang, janji kehidupan yang lebih baik, janji disekolahkan dan lain lain.Dari lika-liku kehidupan anak jalanan, dapat disimpulkan bahwa masalah krisis ekonomi dapat memicu masyarakat menjadi kehilangan arah dan tidak terkendali, seperti maraknya anak jalanan.Dimana pekerjaan sebagai anak jalanan menjadi pekerjaan yang wajar karena bagi mereka kehidupan dijalan raya menjadi lahan yang subur untuk mendapatkan uang.Mereka menganggap bahwa dengan merengek, memelas dan mengamen dijalan raya dapat membuat mereka mendapatkan uang dengan mudah. Dukungan dari orang tua membuat mereka tetap bertahan dengan keadaan seperti ini. Para anak jalanan pun sepertinya bahagia saja menjalani kehidupan tersebut.

Upaya Mengatasi Anak Jalanan di Kota BesarUpaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak jalanan antara lain :

1. Program Perlindungan AnakPenyediaan dan atau pemberian pelayanan-pelayanan sosial dasar bagi anak, utamanya yang berasal dari keluarga miskin sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi.2.Program Rumah SinggahProgram Rumah Singgah kepada anak-anak jalanan merupakan pemberian kesempatan anak untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal belajar dan bermain sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan selaras fisik maupun psikis3.Program Pelatihan dan Pemberian Bantuan Modal Usaha bagi Anak JalananProgram ini bertujuan untuk memberi latihan dasar keterampilan bagi anak jalanan dengan tujuan agar anak mampu melakukan usaha ekonomis produktif, misalnya home industri.

4.Pemberian Layanan Pendidikan GratisProgram ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membebaskan biaya sekolah bagi anak jalanan di sekolah-sekolah formal yang ditunjuk dan memberikan layanan pendidikan model seperti Perpustakaan Keliling di mana guru yang mendatangi tempat-tempat yang biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk berkumpul serta memberikan materi pelajaran di tempat tersebut5.Upaya penanganan masalah kemiskinanDapat dilakukan dengan cara penyediaan fasilitas umum dan sosial kepada masyarakat kurang mampu, program penyelamatan, program penciptaan lapangan kerja, program pemberdayaan, jaminan sosial dan program beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Kasus Eksploitasi Anak dalam Perspektif Ilmu Kriminologi dengan Pendekatan Antropologi

Kegiatan eksploitasi anak oleh orang tua dilihat dari kacamata ilmu kriminologi merupakan suatu perilaku menyimpang. Tidak seharusnya anak yang dibawah umur dibiarkan berkeliaran mencari nafkah dijalanan. Namun, masih ada juga orang tua yang menyuruh anaknya turun ke jalan mencari nafkah. Padahal undang-undang tentang perlindungan anak telah diatur dalam uu R.I no. 23 tahun 2002.Jika anak anak tetap dibiarkan tumbuh dan berkembang dijalanan, maka lama kelamaan akan timbul kenakalan kenakalan atau lebih dikenal dengan nama Delinkuensi dalam kriminologi. Pengertian Delinkuensi menurut Clifford R. Shaw adalah akibat terlepasnya anak dari ikatan social konvensional dan bukan pengaruh factor biologis atau psikologis.Jika kita melihat kasus ini dari pendekatan antropologi, kita tidak juga bisa menyalahkan orangtua sepenuhnya. Ada factor factor yang menjadi alasan mereka berbuat seperti itu. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi masalah ini. Program program yang tepat sasaran harus diciptakan agar kasus eksploitasi terhadap anak anak ini tidak terus menerus terjadi.