faktor

7
Menurut Fujaya ( 2000), tingkat kelarutan oksigen dalam perairan kadarnya bertolak belakang dengan beberapa parameter kualitas air lainnya. Kadar oksigen akan meningkat pada suhu yang rendah dan akan berkurang seiring dengan naiknya suhu. Kelarutan oksigen juga akan menurun bila terjadi kenaikan salinitas, pH, dan kadar CO2. Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas. Dengan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan (Salmin, 2000). Kehadiran karbon dioksida (CO2) sangat erat kaitanya dengan kuantitas atau jumlah keberadaan kadar oksigen dalam air, dimana kenaikan kadar karbondioksida akan selalu diikuti oleh penurunan kadar oksigen sehingga ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup suatu organisme yang hidup dalam lingkup perairan (Susanto, 1991). Kenaikan kadar oksigen di perairan secara umum disebabkan oleh berlangsungnya proses fotosintesis. Pada siang hari saat terjadi proses fotosintesis kadar oksigen dalam perairan mencukupi untuk kebutuhan respirasi. Namun pada saat suhu yang tinggi yang kemudian mempengaruhi aktifitas biota budidaya akan mengakibatkan kadar oksigen berkurang. Proses respirasi tumbuhan dan hewan pada malam hari juga mengakibatkan hilangnya oksigen (Afrianto dan Liviawaty, 1991). Pada umumnya perairan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal ini karena oksigen terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap. Selain itu bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air sehingga makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya (Lesmana dan Bambang, 2001). Menurut Susanto (1991), suhu adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan pada ikan. Suhu juga dapat mempengaruhi makhluk hidup dalam pertukaran zat-zat atau metabolisme. Keadaan ini jelas terlihat pada jumlah plankton yang beriklim sedang lebih banyak dibanding yang beriklim tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim panas, proses perombakannya berlangsung lebih cepat sehingga tidak memungkinkan plankton untuk tumbuh dalam jumlah yang besar. Menurut Achmad (2004), pengaruh suhu sangat penting dalam kasus oksigen. Kelarutan oksigen dalam air pada berbagai suhu

Upload: riki-tristanto

Post on 03-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: faktor

Menurut Fujaya ( 2000), tingkat kelarutan oksigen dalam perairan kadarnya bertolak belakang dengan beberapa parameter kualitas air lainnya. Kadar oksigen akan meningkat pada suhu yang rendah dan akan berkurang seiring dengan naiknya suhu. Kelarutan oksigen juga akan menurun bila terjadi kenaikan salinitas, pH, dan kadar CO2.Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas. Dengan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan (Salmin, 2000).Kehadiran karbon dioksida (CO2) sangat erat kaitanya dengan kuantitas atau jumlah keberadaan kadar oksigen dalam air, dimana kenaikan kadar karbondioksida akan selalu diikuti oleh penurunan kadar oksigen sehingga ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup suatu organisme yang hidup dalam lingkup perairan (Susanto, 1991).Kenaikan kadar oksigen di perairan secara umum disebabkan oleh berlangsungnya proses fotosintesis. Pada siang hari saat terjadi proses fotosintesis kadar oksigen dalam perairan mencukupi untuk kebutuhan respirasi. Namun pada saat suhu yang tinggi yang kemudian mempengaruhi aktifitas biota budidaya akan mengakibatkan kadar oksigen berkurang. Proses respirasi tumbuhan dan hewan pada malam hari juga mengakibatkan hilangnya oksigen(Afrianto dan Liviawaty, 1991).Pada umumnya perairan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal ini karena oksigen terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap. Selain itu bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air sehingga makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya (Lesmana dan Bambang, 2001).Menurut Susanto (1991), suhu adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan pada ikan. Suhu juga dapat mempengaruhi makhluk hidup dalam pertukaran zat-zat atau metabolisme. Keadaan ini jelas terlihat pada jumlah plankton yang beriklim sedang lebih banyak dibanding yang beriklim tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim panas, proses perombakannya berlangsung lebih cepat sehingga tidak memungkinkan plankton untuk tumbuh dalam jumlah yang besar.Menurut Achmad (2004), pengaruh suhu sangat penting dalam kasus oksigen. Kelarutan oksigen dalam air pada berbagai suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas dalam air. Dengan kenaikan suhu air, terjadi penurunan kelarutan oksigen (O2) yang dibarengi dengan naiknya kecepatan pernapasan organisme perairan, sehingga sering menyebabkan adanya suatu keadaan naiknya kebutuhan oksigen diikuti oleh turunnya kelarutan gas tersebut dalam air.Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis dalam lingkup perairan terutama pada tumbuhan.

Page 2: faktor

Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Kecerahan sangat penting dalam kehidupan ekositem perairan terutama ikan (Erikarianto, 2008).Pada perairan kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di sebut dengan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh fitoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air. Secara umum kecerahan perairan dalam media budidaya yang baik berkisar antara 30 – 40 cm (Effendi, 2003).

2.3.1 SuhuCahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan danperubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsungsecara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memilikisuhu yang lebih tinggi dan densitas yang lebih kecil dari pada lapisan bawah.Kondisi ini pada perairan tergenang akan menyebabkan terjadinya stratifikasithermal pada kolom air (Effendi, 2003).Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk kedalam air.Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, jugaberpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air. Sedangkanperubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan arus secara vertikal. Secaralangsung maupun tidak langsung, suhu berperan dalam ekologi dan distribusiplankton baik fitoplankton maupun zooplankton (Subarijanti, 1994).Suhu mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap fitoplankton.Efek langsung yaitu toleransi organisme terhadap keadaan suhu, sedangkan efektidak langsung yaitu melalui lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu airsampai batas tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen (Boney dalamSudaryanti, 1989).2.3.2 KecerahanSecara vertikal, kecerahan akan mempengaruhi intensitas cahaya yangakan menentukan tebalnya lapisan eufotik. Dalam distribusi fitoplankton, faktorcahaya sangat penting karena intensitas cahaya sangat diperlukan dalam prosesfotosintesis (Arfiati,1992).Bagian spektrum cahaya yang efektif untuk fotosintesis adalah cahayayang mempunyai panjang gelombang 390-710nm dengan penyimpangan ±10 nmdan yang menyusun 0,46-0,48% dari keseluruhan energi matahari. Di danauhanya 0,056% dari total energi radiasi yang jatuh dipermukaan bumi yangdimanfaatkan oleh fitoplankton setiap tahunnya dan di perairan sangat produktifhanya dapat menggunakan energi ini sekitar 3% (Mahmudi, 2005).2.3.3 Padatan Total Tersuspensi

Page 3: faktor

Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampelmengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1985). Padatanyang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel,seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.Tabel 1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran DiameterKlasifikasi Padatan Ukuran Diameter (μm) Ukuran Diameter (mm)Padatan terlarut <10-3 <10-6

Koloid 10-3 – 1 10-6 – 10-3

Padatan tersuspensi >1 >10-3

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahanbahantersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan pada saringan milipore dengandiameter pori 0,45μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasadrenik, yang terutama disebabkan oleh erosi tanah yang terbawa kebadanair.Bahan-bahan terlarut dan tersuspensi pada perairan alami tidak bersifat toksik,akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan,yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air danakhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).2.3.4 Derajat KeasamanDerajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen danmenunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Kisaran pH airyang maksimal untuk produksi ikan adalah 6,5 sampai 9 (Boyd,1981).Fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi, karena gaskarbondioksida yang dihasilkannya. Semakin banyak karbondioksida yangdihasilkan dari proses respirasi, maka pH akan semakin rendah. Namunsebaliknya jika aktivitas fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pHsemakin tinggi (Kordi, 2000).2.3.5 Karbondioksida (CO2)Karbondioksida merupakan produk dari respirasi yang dilakukan olehtanaman maupun hewan. Ketersediaan karbondioksida adalah sumber utamauntuk fotosintesis, dan pada banyak cara menunjukkan hubungan keterbalikandengan oksigen. Meskipun suhu merupakan faktor utama dalam regulasikonsentrasi oksigen dan karbondioksida, tetapi hal ini juga tergantung padafotosintesis tanaman, respirasi dari semua organisme, aerasi air, keberadaan gas –gas lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin terjadi (Goldman dan Horne, 1983).Ketersediaan karbondioksida terlarut di air dapat bersumber dari air tanah,dekomposisi zat organik, respirasi organisme air, senyawa kimia dalam airmaupun dari udara namun dalam jumlah yang sangat sedikit (Subarijanti, 1990).Tumbuhan akuatik, misalnya alga, lebih menyukai karbondioksida sebagaisumber karbon dibandingkan dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonatsebenarnya dapat berperan sebagai sumber karbon. Namun di dalam kloroplas

Page 4: faktor

bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida denganbantuan enzim karbonik anhidrase (Boney, 1989 dalam Effendi, 2003).2.3.6 Nitrat (N-NO3)Nitrogen selalu tersedia di ekosistem perairan dan melimpah dalam bentukgas. Nitrogen hadir dalam bentuk kombinasi dari amonia, nitrat, nitrit, urea, dansenyawa organik terlarut dalam jumlah yang sedikit. Dari seluruh kombinasitersebut, nitrat merupakan yang paling penting. Sel hidup mengandung sekitar 5%total nitrogen dari berat keringnya. Ketersediaan dari berbagai bentuk nitrogentersebut dipengaruhi oleh varietas, kelimpahan dan nutrisi dari hewan maupuntanaman akuatik. Nitrogen sering hadir dalam jumlah yang dapat menjadi faktorpembatas bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini umumnya terjadi pada daerahberiklim hangat dan daerah dimana ketersediaan pospor dan silikon relatif tinggikarena erosi alami dan pencemaran (Goldman dan Horne, 1983).Nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air tawar. Bentukkombinasi lain dari elemen ini bisa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dankomponen organik. Kombinasi elemen ini sering dimanfaatkan oleh fitoplanktonterutama kalau unsur nitrat terbatas. Nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan olehjenis blue-green algae dengan cara fiksasi nitrogen (Herawati,1989).2.3.7 Ortofosfat (P-PO4

3)Fosfor tidak dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan tanaman,tidak seperti karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen. Tapi fosfor merupakan salahsatu elemen pembatas baik di tanah maupun di perairan tawar, karena fosforsangat langka dan terkandung dalam batuan dengan jumlah yang sedikit danfosfor tidak memiliki bentuk gas dalam siklusnya sehingga tidak dapat difiksasiseperti nitrogen, selain itu fosfor terikat secara reaktif pada berbagai jenis tanah(Goldman dan Horne, 1983).Secara umum ada tiga bentuk fosfor di ekosistem akuatik, yaitu fosfatterlarut, fosfor total terlarut dan fosfor partikulat. Fosfat di danau terdapat baikdalam organik maupun anorganik. Bentuk anorganik fosfat sebagian besar adalahortofosfat (PO4

-) dan sebagian lagi bentuk monofosfat (HPO4

-) dan dihydrogenfosfat (H2PO4

-) (Goldman dan Horne, 1983).Input utama fosfor ke danau berasal dari aliran sungai dan pengendapan.Air hujan juga merupakan sumber fosfor namun hanya sedikit mengandung fosfordari pada nitrogen. Sebagian besar fosfor terbawa ke danau yang tidak terpolusisebagai partikel organik dan anorganik. Hampir setengah dari fosfor yangtekandung dalam limbah rumah tangga berasal dari detergen (Goldman danHorne, 1983).2.3.8 Oksigen Terlarut/ Dissolved Oxygen (DO)

Page 5: faktor

Oksigen merupakan faktor penting bagi kehidupan makro dan mikroorganisme perairan karena diperlukan untuk proses pernafasan. Sumber oksigenterlarut di perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer(sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton.Fluktuasi harian oksigen dapat mempengaruhi parameter kimia yang lain,terutama pada saat kondisi tanpa oksigen, yang dapat mengakibatkan perubahansifat kelarutan beberapa unsur kimia di perairan (Effendi, 2003).