faizal

108
PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BMT MITRA USAHA UMMAT The Influince Of Leadership Toward Employees Performance at BMT Mitra Usaha Ummat SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam Oleh: RICCO PRASETYO 05423004 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010

Upload: muhammad-faizal

Post on 27-Jun-2015

1.518 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pengaruh

TRANSCRIPT

Page 1: faizal

 

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA BMT MITRA USAHA UMMAT

The Influince Of Leadership Toward Employees Performance at BMT

Mitra Usaha Ummat

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam

Program Studi Ekonomi Islam

Oleh: RICCO PRASETYO

05423004

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: faizal

 

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : RICCO PRASETYO

NIM : 05423004

Program Studi : Ekonomi Islam

Fakultas : Ilmu Agama Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat.

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat

ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di

kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus

bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Islam

Indonesia.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

Yogyakarta, 20 Maret 2010

Ricco Prasetyo

Page 3: faizal

v  

NOTA DINAS Yogyakarta, 25 Desember 2010 Hal : SKRIPSI

Kepada : Yth. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta. Assalamu’alaikum wr. Wb. Berdasarkan penunjukan Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam

Indonesia dengan surat nomor: 148/Dek/70/FIAI/VII/09 tanggal 31 Juli 2009 atas tugas kami sebagai pembimbing skripsi Saudara:

Nama :

Nomor Pokok/NIMKO : 05423004 /

Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia

Jurusan / Program Studi : Ekonomi Islam / Ekonomi Islam

Tahun Akademik : 2009 / 2010

Judul Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat

Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, akhirnya kami

berketetapan bahwa skripsi saudara tersebut di atas memenuhi syarat untuk

diajukan ke sidang munaqasah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam

Indonesia.

Demikian, semoga dalam waktu dekat bisa munaqasahkan, dan bersama ini

kami kirimkan 4 (empat) eksemplar skripsi dimaksud.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Dosen Pembimbing,

Drs. Yusdani, M.Ag  

Page 4: faizal

vi  

MOTTO

 “Demi masa. Sungguh manusia pasti akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal

saleh, serta saling berwasiat untuk berpegang teguh pada kebenaran dan berwasiat untuk

berlaku sabar”

(QS. Al-‘Ashr : 1-3)

“Orang yang cerdik adalah yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati,

sedangkan orang yang bodoh ialah yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia

mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.”

(HR. At-Tirmidzi)

Kadang kala kita terlalu tinggi hati untuk mengakui kebenaran orang lain, kita enggan untuk

menyetujui pendapat mereka. Bukan karena pendapat mereka yang salah, tetapi karena kita tak

mau merasa dikalahkan, dan kita sering terpesona dengan rasa picik dan tak suka jika ada orang

yang lebih baik

(kata mutiara)

Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, karena apa

yang kita inginkan biasanya lebih besar dari apa yang kita butuhkan, sehingga tidak

akan puas dengan apa yang kita terima.

(Penulis)

Setiap manusia dilahirkan sebagai seorang pemimpin

(Penulis)

   

Page 5: faizal

vii  

 

ABSTRAKS PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA BMT MITRA USAHA UMMAT

RICCO PRASETYO

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan untuk memperoleh suatu profit, dimana setiap perkembangannya cukup mempengaruhi bagi perekonomian nasional. Namun kemajuan ataupun kemunduran suatu perusahaan sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di dalamnya, baik itu pemimpinnya maupun karyawan. Pemimpin memiliki pengaruh lebih besar terhadap keberhasilan organisasi dalam mengahadapi tantangan yang muncul. Pemimpin merupakan bagian dari sistem kepemimpinan. Dimana kepemimpinan adalah pangkal pertama dan utama penyebab dari adanya kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap mental dari sekelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.

Di Indonesia sambutan masyarakat terhadap BMT cukup baik, mengingat sasaran BMT adalah masyarakat menengah bawah. BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah). Namun sambutan yang baik belum tentu menjamin perkembangan BMT. Karena pengaruh kepemimpinan turut serta di dalam perkembangan dan kemajuaan dari BMT itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra Usaha Ummat, serta menganalisis pengaruh konsep dasar kepemimpinan dan penerapannya terhadap kinerja karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan field research), sifat penelitian eksploratif deskriptif, dimana penelitian menggunakan analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden karyawan, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dan penerapan kepemimpinan BMT Mitra Usaha Ummat sudah berjalan efektif. Dimana hal ini terlihat pada koefisien determinasi diperoleh dari R Square sebesar 0,346 , yang artinya bahwa 34,6% perubahan variabel dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent (kepemimpinan) hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Selain itu pengaruh konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra usaha Umat juga cukup positif, Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014 dimana bahwa secara bersama-sama variabel independen (kepemimpinan) dengan indikator hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) pada BMT Mitra Umat.

Kata kunci : Pengaruh Kepemimpinan, Kinerja Karyawan.

Page 6: faizal

viii  

 

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TOWARDS CUSTOMER SATISFACTION AT BTN SHARIAH BRANCH

YOGYAKARTA

ARIKA EDY MULYANTO

BTN Shariah Branch Yogyakarta as one of finance shariah institutions in Indonesia, always need to increase the quality of service to assure customer satisfaction. This is crucial to maintain customer loyality, and so that it is able to maintain the success reached all the time, and in the future it is improved continuously because good service quality, hence customer satisfaction will grow continuously.

this research was aimed to know is there any influences of service quality to

the customer satisfaction at BTN Shariah Branch Yogyakarta, and what most influencing factors of service towards customer satisfaction at BTN Shariah Branch Yogyakarta. Research methods is field research, research characteristics is descriptive analysis, while qualitative-quantitative data are analyzed in this research.

The result of this research shows that there are 40 respondents who fulfill the questionnaire completely out of 50 respondents. It is found that the calculation result of mean value of service quality of the BTN Shariah Branch Yogyakarta based on Reliability dimensions (4.03), TKI (0.90); Assurance (4.05), TKI (0.89); and Empathy (4.16), TKI (0.90) are considered as very good while dimensions of Tangible (3.81), TKI (0.86) and Responsiveness (3.90), TKI (0.89) is considered as good. However, from the performance analysis, it is found out that five service quality dimensions, clients are not satisfied shown by TKI that is smaller than 1. It indicates that even though the service quality of the BTN Shariah Branch Yogyakarta is categorized as good and very good, yet the performance of service is not satisfying for the clients. Besides, regression analysis shows that the five dimensions: Reliability (8.263), Assurance (7.992), Tangibles (9.595), Empathy (4.926), and Responsiveness (7.865) are significantly influential as a whole towards clients’ satisfaction, and processing result shows that dimension of Tangibles has the most significant impact. Therefore, it can be said that the changing in service quality of the five dimensions is sensitive towards enhancing customer satisfaction especially the changing of Tangibles dimension. It means that if the service quality is poorer, customer satisfaction is also decreasing.

Keywords: Service Quality, Customer Satisfaction, 5 SERVQUAL dimensions  

Page 7: faizal

ix  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

• Allah SWT. Hamba sadar bahwa semua

ini tidak lepas dari Rahmat-Mu Ya

Rabbi.

• Bapak tercinta (alm. H. Kuat Santoso),

yang telah mendidik dan mengajarkanku

tentang arti sebuah kehidupan.

• Mama tercinta (Hj. Arminingrum) yang

selama ini selalu mendoakan setiap

langkahku dan berjuang dengan penuh

ikhlas.

• Istriku tercinta (Nikke Ariani) yang

selalu mendukung dan mendoakan serta

setia menemani disetiap langkahku.

• Anakku tersayang (Salsabila Sativa

Santoso), terima kasih nak, kamu adalah

sumber inspirasi ayah.

• Keluarga besarku di Magetan, Jogja, dan

Denpasar. Terima kasih atas doanya.

• Untuk semua yang sudah membantu

penulis.

   

Page 8: faizal

x  

KATA PENGANTAR

الحمد هللا الذي نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ باهللا من شرور أنفسنا . له ومن سيئات أعمالنا من يهدى اهللا فال مضل له، ومن يضلله فال هادي . ورسولهال إله إال اهللا وحده ال شريك له، وأشهد أن محمدا عبده أشهد أن

أما بعد. Alhamdulillahirabbil’aalamin, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indonesia.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak,

berkaitan dengan itu, rasa hormat, terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis

sampaikan kepada:

1. Alm. Bpk H Kuat Santoso dan Ibu Arminingrum, Bapak dan Ibu Penyusun.

Alhamdulillah Anak telah dapat menyelesaikan kewajiban Anak. Semoga semua

perjuangan dan pengorbanan Bapak dan Mama selama ini , mendapatkan balasan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

2. Istriku (Nikke Ariani) dan anakku (Salsabila S.S). Alhamdulillah ayah berhasil

menyelesakan pendidikan strata satu ini. Skali lagi terima kasih dukungan dan

doa dari kalian.

3. Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid. M.Ec

4. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Drs. H. Fajar Hidayanto, MM.

5. Kajur Ekonomi Islam dan Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Nur Kholis,

S.Ag, M.Sh.Ec. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini

6. Dosen Pembimbing Skripsi, Drs. Yusdani, M.Ag. Terima kasih atas arahan dan

bantuannya kepada penulis. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh staff di Fakultas Ilmu Agama Islam. Terima kasih atas bantuanya.

8. Pimpinan dan Manager BMT Mitra Usaha Ummat Bpk. Drs. H. Muhammad

Sularno. M. Ag dan Bpk Agus Sulistiyo. Terima kasih telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian. Demikian juga Seluruh staff BMT

Page 9: faizal

xi  

Mitra Usaha Ummat yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

9. Saudara-saudaraku KOPMA UII dan Teman-teman organisasi HMI MPO serta

FKEI, satu almamater, satu perjuangan dan satu tujuan. Berkat kalian penulis

memperoleh perubahan yang positif sampai sekarang ini. Terima kasih buat

semuanya dan sukses selalu.

10. Untuk teman-teman:

Ekis ’05 (Iqbal, Anjar, Aisyah, Edi, Gatot, Hario, Fadli, Hendri, Dhika, Shidiq,

Zaenal, Habib dan Rio), Terima kasih telah mengisi hari-hariku selama

mengemban ilmu. Semoga kita dapat bertemu kembali dipanggung yang lebih

besar.

KKN 38 sukses selalu dan semoga kita dapat berjumpa kembali.

11. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu,

terimakasih buat semua yang sudah kalian berikan.

Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan balasan dan ridho dari

Allah SWT dan semoga juga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta

dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan masyarakat

khususnya ekonomi Islam. Semua yang benar itu adalah dari Allah SWT dan

kekurangan itu dari diri pribadi penulis.

Yogyakarta, 20 Maret 2010

Ricco Prasetyo

Page 10: faizal

xii  

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan

bahasa lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan

bahasa ‘Arab ke bahasa latin.

Penulisan transliterasi ‘Arab-Latin di sini menggunakan transliterasi dari

keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah

sebagai berikut:

1. Konsonan tunggal Huruf Arab

Nama Huruf latin Keterangan

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

sa’ S es (dengan dengsn titik diatas ) ث

Jim J Je ج

Ha H ha (dengan titik di bawah) ح

Kha Kh ka dan ha خ

Dal D De د

Żal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Page 11: faizal

xiii  

Sin S Es س

Syin Sy es dan ye ش

Sad S es (dengan titik di bawah) ص

Dad D de (dengan titik di bawah) ض

Ta T te (dengan titik di bawah) ط

Za Z zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik (di atas)‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Ki ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha H Ha ه

hamzah ‘ Apostrof ء

Ya Y Ye ي

Page 12: faizal

xiv  

2. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

------ Fathah a a

------ Kasrah i i

------ Dammah u u

Contoh:

آتب

kataba يذهب

yadzhabu

سئل

su’ila ذ آر

dzukira

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan ya ai a dan i -----ى

Fathah dan wawu au a dan u -----و Contoh:

haula هول kaifa آيف

Page 13: faizal

xv  

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda:

A. Fathah + huruf alif, ditulis = a dengan garis di atas, seperti

rijālun رجالB. Fathah + huruf alif layyinah, ditulis = a dengan garis di atas, seperti

ىموس mūsā

C. Kasrah + huruf ya' mati, ditulis = i dengan garis di atas, seperti

mujībun مجيب

D. Dammah + huruf wawu mati, ditulis = u dengan garis di atas, seperti:

qulūbuhum قلوبهم

4. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua:

a. Ta’ Marbutah hidup

Ta’ Marbutah yang hidup atau yang mendapat harakah fathah, kasrah dan

dammah, transliterasinya adalah “t”.

b. Ta’ Marbutah mati

Ta’ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah

“h”

Contoh: طلحة – Talhah

c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’

marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

Page 14: faizal

xvi  

Contoh: روضة الجنة - Raudah al-jannah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut

dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah

itu.

Contoh: ر بنا – rabbana na’ima - نعم

6. Penulisan Huruf Alif Lam

A. Jika bertemu dengan huruf qamariyah,maupun qomariyah ditulis dengan

metode yang sama yaitu tetapi ditulis al-, seperti :

al-karīm al-kabīr الكريم الكبير

’al-rasūl al-nisa الرسول النساء

B. Berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf capital, seperti :

الحكيم العزيز al-Azīz al-hakīm

C. Berada di tengah kalimat, ditulis dengan huruf kecil, seperti :

Yuhib al-Muhsinīn يحب المحسنين

7. Hamzah

Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan

apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di

akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam

tulisan Arab berupa alif.

Page 15: faizal

xvii  

Contoh:

umirtu أمرت syai’un شئ

8. Penulisan Kata atau Kalimat

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim

dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang

dihilangkan. Dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut ditulis dengan kata

sekata.

Contoh:

نوان اهللا لهو خير الرازقي Wa innallāha lahuwa khairu al-Rāziqīn

Fa ‘aufū al-Kaila wa al- Mīzān فأوفوا الكيل و الميزان

9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti

yang berlaku dalam EYD, seperti huruf kapital yang digunakan untuk menuliskan

huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap harus awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh: wamā Muhammadun illā Rasūl وما محمد اال رسول

10. Kata yang sudah bahasa Arab yang sudah masuk bahasa Indonesia maka kata

tersebut ditulis sebagaimana yang biasa ditulis dalam bahasa Indonesia. Seperti

kata: al-Qur'an, hadis, ruh, dan kata-kata yang lain. Selama kata-kata tersebut

tidak untuk menulis kata bahasa Arab dalam huruf Latin.

Page 16: faizal

xviii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

NOTA DINAS ................................................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................... v

Page 17: faizal

xix  

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xx

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxi

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

E. Telaah Pustaka ......................................................................... 7

F. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8

BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................. 10

A. Pengertian Kepemimpinan ...................................................... 10

1. Kepemimpinan dalam Islam ................................................ 13

2. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ............................. 14

3. Idealitas Pemimpin .............................................................. 20

4. Sifat Ideal Pemimpin ........................................................... 21

5. Fungsi Kemimpinan ............................................................ 24

6. Hubungan Manusiawi .......................................................... 26

7. Pola Kepemimpinan ............................................................ 30

B. Pengertian Kinerja .................................................................... 36

Page 18: faizal

xx  

C. Hubungan antara Kinerja dan Kepemimpinan ......................... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 39

A. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 41

1. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................ 41

2. Tipe Penelitian .................................................................... 41

3. Sifat Penelitian .................................................................... 41

4. Pendekatan Penelitian ......................................................... 41

5. Subyek Penelitian ................................................................ 42

6. Metode Pengumpulan data .................................................. 42

7. Sumber Data ........................................................................ 42

8. Variabel Penelitian .............................................................. 43

9. Teknik Pengukuran Instrumen ............................................ 43

B. Metode Analisis Data ............................................................. 44

1. Analisis Deskriptif .............................................................. 44

2. Analisis Kuantitatif ............................................................. 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49

A. Analisis Deskriptif ................................................................... 49

1. Karakterisitk Responden ..................................................... 49

B. Analisis Kuantitatif .................................................................. 50

1. Pengujian Reabilitas ............................................................ 50

2. Pegujian Validitas ................................................................ 51

3. Uji Regresi ........................................................................... 53

C. Pembahasan .............................................................................. 60

BAB V : Penutup ........................................................................................ 64

Page 19: faizal

xxi  

A. Kesimpulan ............................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Deskripsi Umur Responden ....................................................... 46

Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Responden .......................................... 46

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden .................................. 47

Tabel 4.4 Uji Reabilitas .............................................................................. 48

Tabel 4.5 Uji Validitas ................................................................................ 48

Page 20: faizal

xxii  

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ......................................................................... 51

Tabel 4.7 Uji Regresi Linear Berganda ...................................................... 54

 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Normal Probability Plots .............................................................. 50

Gambar 4.2 Uji Autokorelasi ........................................................................... 51

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 53

 

 

 

Page 21: faizal

xxiii  

         

Page 22: faizal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan

untuk memperoleh suatu profit, dimana setiap perkembangannya cukup

mempengaruhi bagi perekonomian nasional. Namun kemajuan ataupun

kemunduran suatu perusahaan sangat ditentukan oleh komponen-komponen

yang ada didalamnya, baik itu pemimpinnya maupun karyawan. Schein,

Kouzer dan Posner menyatakan bahwa pemimpin memiliki pengaruh lebih

besar terhadap keberhasilan organisasi dalam mengahadapi tantangan yang

muncul.1

Pemimpin dengan manager sesungguhnya memiliki suatu perbedaan,

dimana bahwa seorang manager hanya berurusan dengan benda-benda,

struktur, sistem dan efisiensi yang semuanya bersifat prosedural dan teknis.

Sedangkan seorang Pemimpin berurusan dengan efektivitas, orang,

memberdayakan dan menyalurkan potensi yang dimiliki oleh orang lain serta

memiliki pandangan jauh kedepan.2

Pemimpin merupakan bagian dari proses pengembangan Sumber

Daya Manusia, dimana SDM merupakan asset dari sebuah organisasi atau

perusahaan yang apabila dikelola secara tepat maka akan memberikan nilai

tambah bagi perusahaannya. Selain itu pemimpin juga memegang peran

kunci dalam memformasikan strategi organisasi, sehingga peranannya akan

mempengaruhi keberhasilan organisasi. Dalam Islam kepemimipinan atau

yang lebih dikenal dengan istilah khalifah berarti “wakil Tuhan”. Dimana

bahwa khalifah haruslah mempergunakan amanat yang diembannya untuk

kemaslahatan umat dan setiap hal yang dilakukan oleh seorang pemimpin itu

akan dipertangggungjawabkan di hadapan Allah, serta tidak bertentangan

dengan Al-Quran dan Hadis. Allah memberikan amanat kepada pemimpin

1 www.emeraldinsight.com. Diakses pada 15 Oktober 2009. 2www.eljabars.wordpress.com. Diakses pada 10 februari 2010.

Page 23: faizal

2

untuk mengatur urusan orang yang dipimpinnya, mengarahkan perjalanan

sekelompok manusia yang dipimpinnya guna mencapai tujuan bersama dan

juga untuk menjaga serta melindungi kepentingan yang dipimpinnya.3 Hal ini

tidak terkecuali pengaruh kepemimpinan pada Baitul Maal Wat Tamwil atau

yang lebih dikenal dengan sebutan BMT. Dimana sama halnya dengan

perusahaan pada umumnya di dalam BMT sendiri pengaruh kepemimpinan

sangatlah menentukan didalam arah perkembangan perusahaan.

Di Indonesia sambutan masyarakat terhadap BMT cukup baik,

mengingat sasaran BMT adalah masyarakat menengah bawah. Sejarah BMT

sendiri muncul setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Hal ini

dikarenakan operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat

kecil menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga

keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk

mengatasi hambatan operasionalissi di daerah.4 BMT adalah lembaga

keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah).

Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait = Rumah,

at Tamwil = Pengembangan Harta) - melakukan kegiatan pengembangan

usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi

pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung

dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait =

Rumah, Maal = Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah

serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.5

Perkembangan BMT sendiri meski di awalnya mendapat sambutan

yang cukup baik dari masyarakat, namun seperjalanannya tidak selalu mulus,

bahkan ada BMT yang pada akhirnya gulung tikar. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal sendiri

yang menjadi permasalahan antara lain sumber daya manusia (SDM),

permodalan dan sumber pendanaan, inovasi di bidang pemasaran, serta

teknologi informasi. Kemudian faktor eksternal adalah persaingan, tingkat

3 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 11. 4 Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : EKONISIA,2003), hal 97. 5 http://kiamifsifeui.wordpress.com, Diakses pada 20 Oktober 2009.

Page 24: faizal

3

kepercayaan nasabah, jaringan, kebijaksanaan pemerintah, serta pengawasan

dan pembinaan. Maka kompleksitas persoalan tersebut menimbulkan

hambatan bagi BMT secara umum.6

Dewasa ini mulai timbul permasalahan terhadap pengkikisan aqidah,

yang penyebabnya tidak hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam, melainkan

juga karena faktor lemahanya ekonomi masyarakat. Rasulullah SAW

bersabda, “kefakiran itu mendekati kekufuran”. sehingga diharapkan

keberadaan BMT mampu mengatasi permasalahan tersebut melalui

pemenuhan-pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.7 Namun harapan

dan tujuan mulia dari BMT belum dapat menjamin perkembangan serta

kemajuan dari BMT. Karena seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa

kualitas Sumber Daya Manusia turut menjadi penentu didalam perkembangan

bagi BMT kedepannya.

Melihat hal ini maka sangat diperlukan adanya sinergisitas dalam

kepemimpinan dengan karyawan guna memajukan perusahaan atau lembaga

keuangan yang dipimpinnya. Karena dalam suatu perusahaan tidak hanya

produk ataupun jaminan fatwa saja yang menentukan, melainkan juga dari

kualitas pelayanan, profesionalitas dan kinerja dari karyawan perusahaan

tersebut. Kinerja tentunya tidak akan dapat terbentuk apabila tidak adanya

semangat didalam suatu tugas dan pekerjaan. Untuk itu pengaruh dari

kepemimpinan sangat penting didalam memberikan semangat dan motivasi

terhadap karyawan, karena akibat dari kepemimpinan yang buruk adalah

penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak pada penurunan

kinerja total karyawan.

Kemimpinan seseorang tidak hanya dituntut untuk tegas dan sigap

dalam menghadapi setiap persoalan yang ada, melainkan juga harus mengerti

akan keinginan ataupun kebutuhan dari setiap karyawannya. Hal ini

dikarenakan pemimpin merupakan salah seorang anggota kelompok yang

paling berpengaruh terhadap aktifitas kelompoknya dan yang memainkan

peranan penting dalam merumuskan ataupun mencapai tujuan-tujuan

6 http://gampito.blogspot.com, Diakses pada 14 April 2010. 7 Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : EKONISIA,2003), hal 97.

Page 25: faizal

4

kelompoknya.8 Kepemimpinan adalah hubungan dimana didalamnya antara

orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau kerjasama berbagi tugas

untuk mencapai keinginan sang pemimpin.9 Kepemimpinan juga merupakan

pangkal pertama dan utama penyebab dari adanya kegiatan, proses atau

kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap mental dari sekelompok

orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.10 Maka

untuk memaksimalkan motivasi setiap karyawan, pemimpin harus memahami

dan menanggapi keanekaragaman kebutuhan dan keinginan serta perbedaan

kepribadian karyawan tersebut.

Disamping itu kepemimpinan juga harus memiliki pengaruh yang

cukup kuat terhadap bawahannya guna tercapainya tujuan dari perusahaan

tersebut. Karena kepemimpinan yang berpengaruh adalah kepemimpinan

yang memiliki aura atau talenta dimana dengan hal tersebut orang yang

dipimpinnya senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh

tanggung jawab. Menurut Chester L. Bernard, seorang pemimpin haruslah

memiliki 2 keunggulan, yaitu keunggulan dalam bidang tehnik

kepemimpinan (fisik, kemahiran, pengetahuan, ingatan) dan juga dalam hal

tekad (ketegasan, keuletan, ketahanan, keberanian).11 Dengan adanya 2 hal

tersebut, seorang pemimpin pastinya akan lebih mampu mempengaruhi orang

yang dipimpinnya untuk mencapai apa yang diharapkannya guna keefektifan

kepemimpinannya.

Kepemimpinan dan kepengikutan merupakan dua hal yang berbeda,

namun kedua hal tersebut sama-sama penting dalam suatu perusahaan.

Kepengikutan atau followership berarti seseorang yang menjadi pengikut.

Kepengikutan atau Followership dapat didefinisikan sebagai kesediaan

bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, memperlihatkan kemampuan

bekerjasama dalam kelompok dan membangun suasana saling mendukung

dalam kelompok.12 Bahkan ada yang mengatakan bahwa pada hakikatnya

8 Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 7. 9 Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal. 3. 10 Aden Widjan dkk, Studi Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: Pusat Studi Islam UII, 2004), hal.3. 11 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hlm 43. 12 www.hariansumutpos.com. Diakses pada 14 april 2010.

Page 26: faizal

5

kepemimpinan adalah kepengikutan (leadership is follower). Istilah ini

adakalanya diberi makna luas, bahwa pemimpin yang baik dihasilkan dari

pengikut yang baik. Manusia pengikut di sini tidak dapat dipersepsi sebagai

robot, melainkan mereka adalah manusia biasa yang memiliki perasaan,

kebutuhan, harapan, dan aspek manusiawi lainnya. Tanpa pemahaman

terhadap aspek-aspek manusiawi yang dipimpin, kepemimpinan akan gagal.

Untuk itu perlu adanya keseimbangan diantara kepemimpinan dan

kepengikutan.13

Alasan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah bahwa sumber

daya manusia menduduki peran yang cukup penting di dalam suatu

perusahaan. Untuk itu peneliti memilih judul pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan. Dimana dalam suatu perusahaan sumber daya

manusia yang terdiri dari pemimpin dan karyawan merupakan suatu

permasalahan dan penentu yang cukup penting bagi perusahaan. Selain itu

pemimpin melalui penerapan kepemimpinannya memiliki pengaruh yang

sangat besar bagi perusahaan yang dipimpinnya dan setiap kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkannya akan mempengaruhi kualitas kinerja yang

dihasilkan oleh karyawannya. Terkadang seorang pemimpin lupa akan

komponen yang ada di sekitarnya, sehingga yang tercipta rasa tidak nyaman

di dalam komponen perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak pada

perusahaannya, karena suatu perusahaan dapat berkembang semakin maju

juga disebabkan dengan adanya sinergisitas yang baik dalam perusahaan itu

sendiri

Dari uraian yang disampaikan diatas, dapat dilihat bahwa

kepemimpinan merupakan penentu atas keberhasilan dan kemunduran dari

perusahaan yang dipimpinnya. Mengingat hal tersebut maka penelitian ini

memilih BMT Mitra Usaha Ummat, dimana lembaga keuangan syariah

tersebut dirasa telah cukup sukses berkembang seperti saat ini yang semua

tidak lepas dari sumber daya manusia di dalamnya, terlebih kepemimpinan

yang dilakukan pemimpinnya. BMT Mitra Usaha Ummat sendiri berdiri pada

13 www.managementfile.com. Diakses pada14 April 2010.

Page 27: faizal

6

tanggal 15 Desember 1995 oleh pemuda dan pemuka masyarakat yang

difasilitasi oleh LPM UII Yogyakarta dengan diresmikan oleh Rektor UII

Prof H. Zaini Dahlan MA yang menjabat pada saat itu. Kemudian barulah

pada tanggal 12 Oktober 1998 memperoleh pengesahan koperasi serba usaha

syariah dari pemerintah. Perkembangan dari BMT Mitra Usaha Ummat juga

mengalami pertumbuhan yang cukup baik, meski usianya masih tergolong

muda. Hal tersebut terlihat dari kondisi keuangannya yang telah memiliki

asset lebih dari 5 milliar rupiah serta empat kantor cabang yang tersebar di

daerah Sleman.14

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai: ”PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA KARYAWAN pada BAITUL MAAL WATTAMWIL

MITRA USAHA UMMAT”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra

Usaha Ummat?

2. Bagaimana pengaruh konsep dasar kepemimpinan dan penerapannya

terhadap kinerja karyawan BMT Mitra Usaha Ummat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di

BMT Mitra Usaha Ummat.

2. Untuk menganalisis pengaruh konsep dasar kepemimpinan dan

penerapannya terhadap kinerja karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.

14 Data BMT Mitra Usaha Ummat.

Page 28: faizal

7

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademisi diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan

referensi penelitian berikutnya tentang kepemimpinan yang ideal dan

sesuai Syariah, serta memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu

ekonomi Islam.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu

pertimbangan dan evaluasi bagi komponen yang ada di dalam BMT

Mitra Usaha Ummat guna peningkatan prestasi kerja karyawan.

E. Telaah Pustaka

Pada bagian ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Ahmad Fadli (2004), melakukan penelitian kepemimpinan berupa:

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada

PT.Kawasan industri Medan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT.

Kawasan lndustri Medan. Hasilnya adalah Gaya kepemimpinan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan, dimana pengaruh yang signifikan ini

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh nyata (berarti)

terhadap kinerja karyawan, dengan kata lain dengan gaya kepemimpinan baik

maka kinerja karyawan tinggi.15

Widya Sistha Prima (2007), melakukan penelitian dengan judul

”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah Sakit pada Rumah Sakit

Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”. Dimana penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan direktur Rumah Sakit Jiwa

Dokter Soeroyo Magelang dan peranan kepemimpinan tersebut terhadap

kinerja Rumah Sakit Jiwa Dokter Soeroyo Magelang. Hasil dari penelitian ini

bahwa kepemimpinan demokratis memiliki pengaruh terhadap kinerja Rumah

15 Ahmad Fadli, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Kawasan industri Medan”, Skripsi Universitas Sumatera Utara tahun 2004.

Page 29: faizal

8

Sakit Jiwa , dimana terlihat dari peningkatan pendapatan dan loyalitas serta

kesadaran yang tinggi pada bawahannya dengan penuh tanggung jawab. 16

Mardin Idris (2003), melakukan suatu penelitian yang berjudul

”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap Disiplin Kerja

Pegawai Perguruan Tinggi Islam Yogyakarta”. Tujuan penelitiannya adalah

untuk mengetahui konsep kepemimpinan Islam dan pengaruhnya terhadap

etos kerja bagi pegawai administrasi Perguruan Tinggi Islam Swasta di

Yogyakarta. Berdasarkan pada penelitian tersebut dapat diterangkan bahwa

pengetahuan kepemimpinan Islam ternyata ada hubungan atau pengaruh

terhadap disiplin kerja pegawai.17

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya terletak bahwa penelitian ini mengamati pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Dimana melalui konsep dasar dan

penerapan kepemimpinannya sudah berjalan efektif atau tidak dan terjadi

pengaruh yang positif di dalamnya atau tidak. Adapun pengaruh yang diteliti

di dalamnya berdasarkan dua indikator yaitu hubungan manusiawi dan pola

kepemimpinan. Sedangkan dalam sepengetahuan peneliti, belum ditemukan

adanya penelitian yang berdasarkan indikator hubungan manusiawi di

dalamnya untuk mengukur pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan. Harapannya hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi komponen yang ada di dalam BMT mengenai kepemimpinan

yang efektif guna kemajuan BMT maupun perusahaan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan

penelitian ini adalah dengan menggunakan lima bab utama, diantaranya

adalah:

16 Widya Sistha Prima, ”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah Sakit pada Rumah Sakit Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”, Skripsi Universitas Islam Indonesia tahun 2007. 17 Mardin Idris, ”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap Disiplin Kerja. Pegawai Perguruan Tinggi Islam Yogyakrta”, Jurnal fenomena, Vol. 14 (2003) No 2.

Page 30: faizal

9

BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang pendahuluan yang

menggambarkan bentuk isi yang dijabarkan dalam; latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, serta

sistematika pembahasan.

BAB II : Landasan Teori. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang

berkaitan dengan kepemimpinan dan kinerja karyawan, serta hal-hal yang

mempengaruhinya. Masalah tersebut dibahas dengan maksud memberikan

gambaran yang lebih jelas mengenai teori dasar masalah yang menjadi

pandangan dalam penelitian ini.

BAB III : Metode Penelitian. Bab ini menguraikan tentang jenis dan lokasi,

tipe, sifat, pendekatan, subjek penelitian, dan cara pengumpulan data, dan

metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi data-data yang

dihasilkan dari lapangan dianalisis sesuai dengan metode penelitian yang

telah ditentukan sebelumnya dan dilakukan pembahasan. Dalam bab ini

merupakan inti dari penelitian dengan menguraikan data-data yang telah

diolah sehingga terlihat hasil akhir dari penelitian ini.

BAB V : Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah

yang telah dibahas sebagai jawaban atas pokok masalah. Yang kemudian

disertakan saran-saran yang diharapkan menjadi masukan sebagai tindak

lanjut dari penelitian ini.

Page 31: faizal

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan

Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi maupun perusahaan

ditentukan oleh kepemimpinan di dalam perusahaan tersebut. Dimana

kepemimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan

organisasi dalam menghadapi suatu tantangan. sehingga kepemimpinan

merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan suatu perusahaan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata

pimpin yang artinya dibimbing, dituntun.18 Menurut Kamus Bahasa Arab

Pemimpin (AL Qaid) artinya yang menuntun. Sedangkan secara etimologis

Pemimpin adalah orang yang berada di depan sebagai penunjuk kebaikan dan

pembimbing ke arah keselamatan bagi pengikutnya.19

Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, dimana

prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan memberikan manfaat bagi umat

manusia. Kepemimpinan merupakan pangkal utama dan pertama penyebab

daripada kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau

sikap (mental, fisik) daripada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan

organisasi formal maupun informal.20

Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan atau kecerdasan

dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, agar

bersedia berbuat sesuatu sesuai derngan keinginan pemimpin.21

Kepemimpinan adalah merupakan: “Hubungan yang erat antara seorang dan

sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu

ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia

yang seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin

atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal 874. 19 www.boyhadiconsist.wordpress.com. Diakses pada 11 Februari 2010. 20 Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1. 21 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal 32.

Page 32: faizal

11

yang “dipimpin”).22 Selain itu kepemimpinan adalah hubungan dimana di

dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerja

sama membagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.23 Ada

banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh pakar menurut sudut

pandang masing-masing. Banyaknya definisi kepemimpinan hampir sama

jumlahnya dengan mereka yang mendefinisikannya, walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa ada kesamaan di dalam definisi tersebut.

Pengertian kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sisi

kepemimpinan itu sendiri. Seperti kepemimpinan yang diuraikan oleh

Mumford dimana dia mengutarakan bahwa kepemimpinan sebagai

keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses

mengontrol gejala-gejala social.24 Maka dari itu jika menyimak pandangan

dari dua tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai

focus proses-proses kelompok.

Definisi-definisi tersebut mengarahkan perhatian pada pentingnya

struktur kelompok dan proses kelompok dalam pembahasan mengenai

kepemimpinan. Namun pandangan dari dua pakar tersebut berbeda dengan

pandangan dari Bigham dan Bogardus. Mereka berpandangan bahwa

kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya. Seperti pandangan

dari Bigham yang mendefinisikan bahwa pemimpin sebagai seorang individu

yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan (baik).

Begitu juga definisi Bogardus bahwa kepribadian yang tampil dalam kondisi

kelompok, tidak hanya kepemimpinan sebagai kepribadian dan gejala

kelompok, tetapi menyangkut juga proses sosial yang melibatkan beberapa

individu dalam kelompok mental dimana seorang individu akan lebih

dominan daripada yang lainnya.

Kemudian terdapat pandangan sedikit berbeda dari Stuart dimana

bahwa pemimpin itu sebagai kemampuan yang memberikan kesan tentang

keinginan pemimpin, sehingga dapat menumbuhkan kepatuhan, rasa hormat, 22 Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta : Yayasan Kanisius. 1973), hal 5. 23 Soehardi Sigit, Teori Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Armurrita, 1983), hal 15. 24 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 2-4.

Page 33: faizal

12

loyalitas dan kerjasama. Sehingga dari pandangan Stuart tersebut dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain.

Begitu juga definisi yang diungkapkan oleh Bernard yang mengatakan

bahwa pemimpin dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-

harapan dari para anggota kelompok, yang pada gilirannya ia memusatkan

perhatian dan pendayagunaan energi anggota kelompok kearah yang

diinginkannya.25Lalu ada kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh,

seperti yang disampaikan oleh Bass yaitu usaha individu untuk mengubah

tingkah laku orang lain, bila orang lain benar-benar berubah maka bentuk

perubahan tersebut merupakan kepemimpinan yang berhasil.26 Kemudian ada

kepemimpinan sebagai bentuk persuasi oleh Schenk yang menyampaikan

kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan inspirasi

daripada melalui pemaksaan langsung.27

Kepemimpinan menurut Imam Munawir mengandung dua segi, yaitu:

1. Pemimpin Formal, yaitu orang yang secara resmi diangkat dalam

jabatan kepemimpinan, teratur dalam organisasi secara hirachi,

tergambar dalam suatu bagan yang tergantung dalam tiap-tiap kantor.

Kepemimpinan formal ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah

”kepala”.

2. Pemimpin Informal, yaitu kepemimpinan ini tidak mempunyai dasar

pengankatan resmi, tidak nyata terlihat dalam hirarchi organisasi, juga

tidak terlihat dalam gambar bagan.

Dalam kalangan Islam, maka kepemimpinan informal mendapat

tempat yang tersendiri di hati ummat, misalnya dengan banyaknya ulama,

zuama, ustadz, dan tokoh-tokoh organisasi dengan aneka ragam warna dan

coraknya. Mereka memiliki pula pengikut yang tak kalah banyaknya dengan

pemimpin formal.28

25 www.syafrizalhelmi.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010. 26 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 5-6. 27 Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 93.

Page 34: faizal

13

1. Kepemimpinan dalam Islam

Dalam Al-Quran diajarkan bagaimana menjalani kehidupan ini

dengan baik sehingga akan menciptakan suasana yang aman dan tenteram.

Disamping itu juga selalu mengingatkan kepada kaum muslim untuk selalu

meningkatkan ketaqwaan serta kepedulian kepada lingkungannya dan

menjunjung tinggi persamaan derajat yang tidak hanya sesama kaum muslim

saja, tetapi juga kaum non muslim. Karena pada hakikatnya manusia itu

adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang harus senantiasa hidup

berdampingan, begitu juga terhadap alam, hewan dan tumbuhan haruslah

tercipta keharmonisan satu sama lain.29

Namun dalam Islam sendiri di dalam sejarah mengalami pasang surut

pada sistem kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman

pemimpinnya terhadap masa depan mengenai bagaimana mengatur strategi

dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh umat dalam segala posisi

kehidupan untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu kepemimpinan

sangatlah mempengaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah akan mencapai

suatu kejayaan atau bahkan suatu kemunduran. Karena bukan rahasia umum

lagi bahwa Islam pernah mencapai suatu masa kejayaan ketika abad-abad

perkembangan awal Islam. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari peran

pemimpinnya dikala itu, sehingga mampu membawa umat Islam masuk era

keemasan. Kepemimpinan dalam Islam berarti bagaimana ajaran Islam dapat

memberi corak dan arah kepada pemimpin itu, dan dengan kepemimpinannya

mampu merubah pandangan atau sikap mental yang selama ini hinggap,

menghambat dan mengidap pada sekelompok masyarakat maupun

perorangan.30

Seorang pemimpin menurut Islam tidak hanya dilihat dari faktor fisik

semata, namun haruslah dilihat pada ahlak seorang pemimpin itu sendiri.

Karena ahlak seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi

kepemimpinannya dan orang-orang yang dipimpinnya, apakah nantinya

29 Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1 30 Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1.

Page 35: faizal

14

kepemimpinan tersebut mampu membawa mereka kedalam kebahagiaan

dunia dan akhirat atau justru sebaliknya akan membawa pada kenistaan.

Sebagai contoh tepat adalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang

juga sebagai panutan suri tauladan seluruh umat di dunia sebagai

kepemimpnan yang paling ideal serta sukses yang tidak hanya dalam dunia

dagang, tetapi juga dalam memimpin dan membawa umatnya dari zaman

kegelapan menuju zaman yang terang benderang.31 Allah berfirman:

ô‰s) ©9 tβ%x. öΝä3s9 ’Îû ÉΑθß™u‘ «!$# îο uθó™é& ×πuΖ|¡ym ⎯yϑÏj9 tβ% x. (#θã_ö tƒ ©!$#

tΠöθu‹ø9$# uρ t ÅzFψ$# t x. sŒuρ ©!$# #ZÏV x. ∩⊄⊇∪

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.32

2. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW terlahir dari suku bangsa Quraisy tanggal 12

rabiul awal dalam tarikh tahun gajah di Makkah. Muhammad memiliki

sebuah arti yaitu terpuji. Ayah beliau yang bernama Abdullah bin Abdul

Muthalib telah wafat ketika beliau masih di dalam kandungan sang ibu, yaitu

Aminah binti Wahib. Namun sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Arab,

maka Muhammad kecil harus berpisah dari ibunya untuk disusui oleh

Halimah Sa’diyah selama empat tahun lamanya. Namun tidak lama beliau

bersama sang ibu, karena sepulang dari kunjungan dari tempat kerabat

ayahnya di Madinah menuju Mekkah Aminah wafat dan dikebumikan di

Abwa’, yaitu sebuah daerah antara Mekkah dan Madinah. Selepas kepergian

sang ibu, Nabi Muhammad diasuh oleh kakek beliau yaitu Abdul Muthalib.

Jiwa kepemimpinannya telah terbentuk semenjak beliau masih kecil, hal ini

31 Idem. 32 QS. Al Ahzab: 21.

Page 36: faizal

15

tidak terlepas dari sosok sang kakek di dalam memimpin bangsa Quraisy.

Abdul-Muthalib merupakan sosok pemimpin yang sangat dihormati dan

disegani oleh umatnya pada saat itu.33

Namun untuk kesekian kalinya beliau kembali di tinggal oleh orang-

orang yang dikasihinya, yaitu meninggalnya Abdul Muthalib. Selanjutnya

beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib, dan disinilah jiwa

kepemimpinan beliau ditempa habis-habisan oleh paman beliau. Diawali dari

belajar menggembala kambing, belajar menjalankan amanah dengan

membantu sang paman di dalam berdagang hingga beliau mencetak sejarah

yang sangat menakjubkan dalam menengahi perselisihan orang-orang

Quraisy dalam merenovasi Ka’bah. Hal ini di karenakan beliau mampu

memberikan solusi kepada seluruh suku dengan keputusannya yang dirasa

cukup tepat dan adil mengenai hak peletakan batu Al-Hajar Aswad. Lalu atas

keberhasilannya ini, beliau mendapat julukan Al-Amin.34

Beliau sangat pandai di dalam berdagang, hal ini juga dikarenakan

beliau selalu menerapkan kejujuran, sehingga karena kejujurannya tersebut

Siti Khodijah tertarik pada beliau dan menikah dengan Nabi Muhammad di

usia 40 tahun yang ketika itu Nabi berusia 25 tahun. Dari pernikahan tersebut

lahir 2 orang anak yaitu Hasan dan Husain, namun meninggal ketika masih

anak-anak.

Pada tanggal 17 Ramadhan saat Nabi berada di gua hiro di bukit Nuur

datang malaikat Jibril membawa wahyu pertama dari Allah. Peristiwa

tersebut merupakan awal kerasulan Nabi dalam membawa ajaran Islam.

Dimana Islam yang di dibawa beliau merupakan mata rantai ajaran Islam

yang dibawa rasull sebelum beliau. Allah SWT menamakan beliau sebagai

pamungkas para nabi dan memuji beliau karena kemuliaan ahlaknya. Para

nabi termasuk Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah SWT untuk

memimpin umat dan menegakkan keadilan. Mereka diberikan otoritas untuk

menentukan hukum dan undang-undang, serta mereka juga harus ditaati.

33 Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal 23. 34 Idem.

Page 37: faizal

16

Pengangkatan nabi sebagai pemimpin semata-mata karena kehendak Allah,

tanpa campur tangan kehendak selainnya. Allah memandang bahwa ketatan

kepada nabi, sama halnya ketaatan kepada-Nya dan ketaatan perintah serta

melanggar perintah nabi berarti melanggar perintah-Nya35. Hal ini sangatlah

jelas Allah sampaikan di dalam beberapa firmannya sebagai berikut:

ö≅ è% (#θãè‹ÏÛ r& ©!$# š^θß™§9$# uρ ( βÎ* sù (#öθ©9uθs? ¨β Î* sù ©!$# Ÿω =Ïtä† t⎦⎪ÍÏ≈s3 ø9$# ∩⊂⊄∪

”Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya”36

!$tΒ uρ $ uΖ ù= y™ ö‘ r& ⎯ÏΒ @Αθß™§‘ ωÎ) tí$ sÜ ã‹Ï9 Âχ øŒÎ* Î/ «!$# 4 öθs9uρ öΝ ßγ ¯Ρ r& ŒÎ) (#þθßϑ n=¤ß

öΝ ßγ |¡àΡ r& x8ρâ™ !$y_ (#ρãx øótGó™$$ sù ©!$# tx øótGó™$#uρ ÞΟ ßγ s9 ãΑθß™ §9$# (#ρ ߉y uθs9 ©!$# $ \/# §θ s?

$VϑŠ Ïm§‘ ∩∉⊆∪

”Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul melainkan agar ditaati dengan izin

Allah”37

!$Β u™!$ sùr& ª!$# 4’n? tã ⎯ Ï& Î!θß™ u‘ ô⎯ÏΒ È≅÷δr& 3“ t à) ø9$# ¬Tsù ÉΑθß™ §=Ï9uρ “Ï% Î!uρ 4’n1öà) ø9$#

4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ È⎦⎫ Å3≈|¡ yϑ ø9$#uρ È⎦ø⌠$# uρ È≅‹ Î6¡¡9$# ö’s1 Ÿω tβθä3 tƒ P' s!ρ ߊ t⎦÷⎫t/ Ï™!$ uŠÏΨøî F{$# öΝ ä3Ζ ÏΒ 4

35 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 91. 36 QS. Ali Imran, (3): 32. 37 QS. An-Nisa, (4): 64.

Page 38: faizal

17

!$ tΒuρ ãΝ ä39s?#u™ ãΑθß™ §9$# çνρ ä‹ ã‚sù $tΒ uρ öΝ ä39pκ tΞ çμ ÷Ψtã (#θßγ tFΡ $$sù 4 (#θà) ¨? $#uρ ©!$# ( ¨βÎ) ©!$#

߉ƒÏ‰x© É>$ s) Ïèø9$# ∩∠∪

”Apa yang dibawakan oleh Rasul maka ambillah dan apa yang dilarang

olehnya maka hentikanlah”38

Nabi Muhammad merupakan seorang pemimpin agama, dimana

beliau mengembangkan agama yang menjadi landasan dalam kehidupan

ummat manusia seperti fondasi dari satu bangunan. Landasan itu ialah

TAUHID, yaitu kepercayaan yang bulat dan mutlak terhadap ke-Esaan Allah

SWT dan hanya kepada Allah SWT sajalah manusia wajib berbakti dan

menyembah. Sebagai pemimpin agama, maka titik awal dan titik berat ajaran

yang dikembangkan oleh beliau ialah menanamkan Tauhid, yang dalam Al-

Quran disebutkan dengan predikat "Syaratun-thaiyibah" ; yaitu pohon yang

baik, yang memenuhi syarat-syarat untuk hidup dan memberikan kehidupan.

Apabila pohon Tauhid itu sudah tegak, kecuali dia kelihatan indah, daunnya

yang rindang dapat dijadikan tempat berteduh di panas yang terik, buahnya

bisa dinikmati kelezatannya, pun maha penting ia berdiri tegak dan mantap

(istiqamah), tidak bergoncang ditiup angin taufan sekalipun, sebab akarnya

telah tertancap jauh ke dalam bumi (iman yang kuat dan kokoh).39

Di samping merupakan sosok pemimpin dalam agama, Nabi

Muhammad SAW juga seorang pemimpin negara, yaitu setelah Rasulullah

hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti yang sudah terlatih dan

terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh kaum Anshar, maka dalam

masa kurang lebih 10 tahun, satu masa yang relatif pendek, Rasulullah telah

berhasil membangun satu pemerintahan Islam, DAULAH ISLAMIYAH,

yang lengkap memenuhi unsur-unsur yang diperlukan dalam membangun dan

mengembangkannya. Dalam segala bidang kehidupan, Rasulullah 38 QS. Al-Hasyr : 7. 39 www.cahayamuslim.blogspot.com. Dikutip pada 10 februari 2010.

Page 39: faizal

18

melaksanakan essensi dari pokok-pokok kehidupan suatu negara dan ummat,

yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad kemudian terkenal dengan

istilah: kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan (liberte, egalite,

fraternite). Ajaran Islam memberikan hak-hak kemerdekaan kepada

pemeluknya yang menjadi warganegara DAULAH ISLAMIYAH yang baru

dibangun pada masa itu. Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan

pendapat dalam pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang

bernama Muhammad.40

Di samping itu, baik melalui ketentuan-ketentuan dalam pemerintahan

maupun dalam sikap dan pergaulan sehari-hari, beliau mengembangkan ruh

dan semangat persamaan serta persaudaraan. Beliau menghapuskan

perbedaan-perbedaan karena keturunan, kekayaan, kebangsaan, perbedaan

warna, dan kulit serta lain-lain sebagainya, sehingga orang-orang asing

seperti Salman Al Farisi yang berkebangsaan Persia, diberikan kedudukan

dan memegang peranan yang penting dalam pemerintahan Islam. Dalam

pergaulan dan urusan-urusan keagamaan, seorang yang berkulit hitam dan

tadinya pernah menjadi budak seperti Bilal bin Rabah, mendapat kedudukan

sesuai dengan kemampuannya dan loyalitasnya. Walaupun kepemimpinan

Nabi Muhammad S.A.W. sebagai utusan Allah (Rasulullah) senantiasa

mendapat bimbingan dan petunjuk Ilahi, tapi mengenai pelaksanaan sesuatu

hal yang tidak ditetapkan oleh wahyu, beliau selalu bermusyawarah dengan

para pembantunya serta para sahabat pada umumnya, sesuai dengan garis-

garis yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi.41 Allah berfirman:

⎦È⌡ s9uρ öΝ šF •Β ÷ρ r& öΝ çFù= ÏF è% ’n< Z} «!$# tβρ ç|³ øt éB ∩⊇∈∇∪

"Bermusyawarahlah dengan mereka dalam beberapa urusan."42

40 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal. 257. 41 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal. 257. 42 QS. Ali Imran (3): 159.

Page 40: faizal

19

t⎦⎪Ï% ©!$#uρ (#θç/$ yftGó™$# öΝ ÍκÍh5tÏ9 (#θãΒ$s% r& uρ nο4θn=¢Á9$# öΝ èδãøΒ r&uρ 3“ u‘θä© öΝ æηuΖ÷ t/ $ £ϑ ÏΒuρ öΝ ßγ≈uΖ ø% y— u‘

tβθà) ÏΖム∩⊂∇∪

"Urusan-urusan mereka haruslah (diputuskan) dengan musyawarah diantara

mereka sendiri."43.

Sesungguhnya Suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad saw tidak

terlepas dari tiga hal, yaitu pemimpin yang holistic, accepted, dan proven.

Kepemimpinan holistic Nabi Muhammad SAW terlihat dari strategi

pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir

semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan

masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar-benar

mendapat perlindungan tanpa melihat apakah itu muslim maupun nonmuslim.

Kemudian beliau adalah pemimpin yang accepted, yaitu seorang

pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan,

kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Terlepas dari wahyu

yang disampaikan, akhlak beliau juga patut diterima dan dijadikan suri

tauladan.

Dan terakhir Nabi Muhammad saw adalah pemimpin yang proven.

Figur pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat.

Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti riil, tidak sekadar kata-

kata persuasif dan pemimpin yang berorientasi ke depan.44

Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin yang mampu

mengembangkan kepemimpinan dalam berbagai bidang kehidupan dan

kepemimpinannya mampu meresap ke berbagai nuansa kehidupan melalui

43 QS. As-Syura: 38. 44 www.andaluarbiasa.com. Dikutip pada 10 februari 2010.

Page 41: faizal

20

celah-celah. Beliau memulai mengembangkan kepemimpinannya berawal

dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Selain itu semangat kepemimpinan bisnis

dan wirausaha yang ditunjukan semasa masih muda sangat menakjubkan,

dimana kegiatan bisnis yang dilakukan hampir tidak pernah mengalami

kerugian. Semua itu tidak lepas dari kepribadian beliau yang tekun, jujur dan

bersahaja.

3. Idealitas Pemimpin

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang sangat ideal

untuk diikuti oleh umat manusia, khususnya umat muslim. Allah sendiri telah

berfirman dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya Rasulullah merupakan suri

tauladan yang baik, yaitu:

ô‰ s) ©9 tβ%x. öΝ ä3s9 ’Îû ÉΑθß™ u‘ «!$# îο uθó™ é& ×π uΖ|¡ ym ⎯ yϑ Ïj9 tβ%x. (#θã_ötƒ ©!$# tΠöθu‹ø9$#uρ tÅz Fψ$#

tx. sŒuρ ©!$# #ZÏVx. ∩⊄⊇∪

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”45

Bahkan para pemikir-pemikir Islam menyatakan bahwa model

kepemimpinan yang telah dipraktikkan oleh Nabi adalah sebuah metodelogi

yang paling efektif dan paling berhasil dalam mencapai tujuan dan target

yang ingin dicapai. Adapun perbedaan didalam memandang suatu peran

pemimpin dalam perspektif barat dan Islam terletak dimana dalam teori-teori

barat umumnya menitikberatkan pembahasannya dalam membentuk

kemampuan manajerial seorang pemimpin, dan keberhasilannya diukur dari

pencapaian yang sifatnya materi. Berbeda dengan Islam dimana

45 QS. Al-Ahzab: 21.

Page 42: faizal

21

menitikberatkan keberhasilan seorang pemimpin itu pada kemampuannya

dalam mentransfer nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan dan lain-lain, yang

tentunya sifatnya immamateri dan abstrak, sehingga sebelum menjadi

pemimpin, kredibilitasnya harus bersih dari noda-noda pelanggaran dan

parameter kemampuannya justru diukur dari keinginannya dalam

menegakkan agama Allah untuk mencapai tatanan masyarakat yang bermoral

tinggi.46

Disamping itu seseorang dapat disebut pemimpin yang berhasil serta

ideal apabila dengan kepribadiaannya dapat membuat Khairu Ummah

(sebaik-baiknya ummat) yang Rahmatan lil’ alamin (menjadi rahmat seluruh

alam, dan ia dapat memprodusir dan memancarkan pengaruh terhadap ummat

atau kelompok orang-orang tertentu, sehingga mereka bersedia (willing)

untuk merubah fikiran, pandangan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya.47

4. Sifat Ideal Pemimpin

Pemimpin ideal disamping sukses dalam mencapai tujuan atau

keinginannya tentunya juga adalah pemimpin yang dapat menciptakan suatu

kebaikan dan juga mampu membuat orang-orang yang dipimpinnya merasa

nyaman dan aman. Untuk itu seorang pemimpin haruslah memiliki suatu sifat

ideal sebagai seorang pemimpin. Pemahaman sifat ideal seorang pemimpin

tidaklah selalu sama antara pandangan barat dan dalam pandangan Islam.

Keith Davis (1972) sebagaimana yang dikutip oleh Miftah Thoha

(1999) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai

pengaruh terhadap kepemimpinan organisasi:

1. Kecerdasan, dimana hasil penelitian ini pada umumnya membuktikan

bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang dipimpin. Meskipun pemimpin juga tidak bisa

melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.

46 Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal 31-32. 47 Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 15.

Page 43: faizal

22

2. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung

menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunayai

perhatian yang luas terhadap aktifitas-aktifitas sosial. Dia mempunyai

keinginan menghargai dan dihargai.

3. Motifasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif

mempunyai dorongan motifasi yang kuat untuk berprestasi.

4. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil

mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu

berpihak kepadanya.48

Menurut John D. Millet kepemimpinan cenderung untuk dikatakan

sebagai ciri kepribadian seseorang, dimana kepribadian dalam kepemimpinan

seseorang merupakan sesuatu yang sangat vital. Millet mengemukakan

delapan sifat kepemimpinan, yaitu:

1. Kesehatan yang baik, kekuatan pribadi, dan ketahanan fisik.

2. Memahami tugas pokok, komitmen pribadi, terhadap kegiatan atau tujuan

bersama antusiasme, kepercayaan diri.

3. Mempunyai perhatian terhadap orang lain, ramah tamah.

4. Inteligensi ( tidak perlu memiliki pengetahuan yang mendetail atau ahli,

tetapi memiliki ”common sense” yang baik), selalu siap, cepat dan tepat

memahami unsur-unsur yang esensial dari informasi yang diperlukan, dan

mampu menggunakan pengetahuan.

5. Intregitas, memahami kewajiban moral dan kejujuran, berkemauan untuk

ikut serta dalam pendapatan tujuan bersama, berkemampuan untuk

menetapkan standar/norma tingkah laku pribadi yang akan menghasilkan

sikap hormat dari orang lain.

6. Sikap persuasif, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menerima

keputusan-keputusannya.

7. Kritis, kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-

orang yang berkerjasama dengannya dan bagaimana memperoleh

kemanfaatan secara maksimal bagi organisasi.

48 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 41.

Page 44: faizal

23

8. Kesetiaan, yaitu mempunyai perhatian penuh kepada kegiatan bersama

dan juga terhadap orang-orang yang berkerja dengannya, serta

mempunyai semangat untuk mempertahankan kelompoknya terhadap

serangan dari luar.49

Dalam Islam sendiri seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat

ideal yang tentunya tidak bertentangan dengan ajaran Islam seperti:

1. Mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum

memimpin orang lain.

2. Memiliki kemampuan manajerial yang baik karena seorang pemimpin itu

harus dipilih dari orang-orang dengan kualitas terbaik.

3. Memiliki konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin harus mampu

menjembatani berbagai perbedaan yang ada di tengah-tengah

masyarakatnya.

4. Visinya adalah Al-Quran dan misinya adalah menegakkan kebenaran.

5. Memiliki sikap tawawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban amanah

Allah, karena pada prinsipnya kepemimpinan itu bukan hanya saja harus

dipertanggungjawabkan di depan lembaga formal tapi yang lebih penting

dihadapan Allah SWT.

6. Memiliki sifat siddiq (benar), amanah (terpercaya), Tabligh

(menyampaikan apa adanya), fathonah (pandai), serta menyadari

sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan yang berbeda-beda

bagi setiap orang dan menerimanya dengan rasa syukur dan ikhlas.50

Dari uraian tersebut dapat terlihat dan disimpulkan perbedaan dalam

memandang ideailitas sifat pemimpin dalam perspektif Islam dan Barat yaitu

bahwa sifat ideal seorang pemimpin itu dalam Islam sebagai suatu proses

yang tidak hanya mengandung unsur-unsur materi saja, melainkan juga aspek

keyakinan atau agama. Hal ini dikarenakan bahwa kepemimpinan itu tidak

hanya suatu tanggung jawab dalam kehidupan di dunia, melainkan juga

49 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 44. 50 Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal 33-34.

Page 45: faizal

24

amanah yang diembankan Allah SWT sehingga nantinya akan diminta

pertanggungjawabannya oleh Allah. Berbeda dengan perspektif barat, dimana

kepemimpinan itu hanyalah sebuah tanggung jawab kepada orang-orang yang

dipimpinnya saja dan parameternya cenderung hanya bersifat materi.

5. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat berjalan dengan baik apabila fungsinya telah

terpenuhi, oleh sebab itu seorang pemimpin haruslah dapat menggunakan

peran yang dimilikinya secara optimal sehingga akan dapat mewujudkan

fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dari orang-orang yang dipimpinnya.

Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership,

menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan51, yaitu :

1. Fungsi Menjalankan Tugas, dimana fungsi ini harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :

a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah,

menyarankan gagasan gagasan baru, dan sebagainya.

b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul

atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.

c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya

dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang

serupa.

d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang

diterima.

e. Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat

mengembangkan pengertian.

f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan

mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu

kesatuan.

51 www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010.

Page 46: faizal

25

g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain

menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah

didiskusikan dalam kelompok.

h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan

menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.

i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah

ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah

ditetapkan.

j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah

selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi

untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.

2. Fungsi Pemeliharaan, fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi

pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan

hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :

a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan

dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan

menyetujui sumbangan fikiran orang lain.

b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota

berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok

lain berkesempatan untuk mendengar.

c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan

penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan

keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.

d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap

sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan

mengambil keputusan.

e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai

penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.52

Berbeda dengan Haris yang berpendapat bahwa Seorang pemimpin

dikatakan telah melaksanakan fungsinya dengan baik apabila dia mampu.

52 www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010

Page 47: faizal

26

a. Memenuhi pemuasan kebutuhan langsung dari para bawahan.

b. Menyusun rencana untuk pencapaian tujuan.

c. Menyingkirkan rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian

tujuan.

d. Modifikasi tujuan-tujuan karyawan agar dapat bermanfaat pula bagi

organisasi yang bersangkutan.53

Rustandi dalam teorinya kepemimpinan klasik disebutkan bahwa

fungsi kepemimpinan meliputi: pengorganisasian dan pengendalian. Penganut

aliran behaviourisme cenderung berpendapat bahwa fungsi dan peranan

kepemimpinan adalah:

a. Menetapkan tujuan dan menugaskan arah untuk mencapai tujuan.

b. Melengkapi sarana untuk mencapai tujuan.

c. Melengkapi dan menegaskan tatanan organisasi.

d. Memberikan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dan

mengadakan hubungan antar kegiatan.

e. Memberikan fasilitas kepada kelompok dalam melaksanakan

tugasnya.54

6. Hubungan Manusiawi

Manusia adalah makhluk sosial yang ingin hidup bersama-sama

dengan manusia lainnya, dan saling berhubungan satu sama lain. Hal ini tidak

terkecuali dalam organisasi, dimana dalam organisasi, terjadi hubungan

antarmanusia dikarenakan adanya usaha mempengaruhi orang lain secara

sengaja untuk melakukan apa yang diinginkan. Hubungan manusiawi

merupakan suatu kegiatan yang cukup berpengaruh dalam suatu organisasi.

Karena di dalamnya terdapat interaksi satu sama lain baik itu sesama

karyawan maupun hubungan antara kepemimpinan dengan karyawan dan

sebaliknya. Dengan terciptanya hubungan manusiawi yang baik dalam

53 Haris, Managing people at work, concept and in interpesoncel bahaviour (new york: johnwilly and soms, inc, 1985), hal. 105 54 Rustandi, Gaya Kepemimpinan, Pendekatan Bakat Situasional, Cetakan Kedua, (Bandung: Armico, 1987) hal. 25

Page 48: faizal

27

kepemimpinan dengan karyawan, maka akan berdampak pada kinerja dari

karyawan itu sendiri.55 Allah berfirman:

$ pκ š‰r'¯≈tƒ â¨$ ¨Ζ9$# $Ρ Î) /ä3≈oΨø) n= yz ⎯ ÏiΒ 9x. sŒ 4©s\Ρ é& uρ öΝ ä3≈oΨù= yèy_ uρ $ \/θãèä© Ÿ≅Í←!$ t7 s% uρ (#þθèùu‘$ yètGÏ9 4

¨β Î) ö/ä3 tΒtò2r& y‰ΨÏã «!$# öΝ ä39s) ø? r& 4 ¨β Î) ©!$# îΛ⎧ Î=tã × Î7 yz ∩⊇⊂∪

Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan

perempuan. Lalu kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar kamu saling mengenal. Yang teramat mulia diantaramu di sisi Allah,

ialah orang yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui dan

Mengenal.56

Firman Allah SWT tersebut pada kalimat, “lalu kami jadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”,

menjelaskan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan ditakdirkan

untuk hidup bersama dan saling berinteraksi. Di lingkungan umat Islam setiap

pemimpimpin memikul kewajiban dan tanggung jawab menciptakan dan

membina hubungan manusiawi yang efektif, tidak saja dalam kepemimpinan

bidang keagamaan, tetapi juga dalam semua bidang kehidupan. Hubungan

manusiawi dalam kepemimpinan adalah kemampuan dan cara seorang dalam

memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya. Dimana pelakuan itu akan

menimbulkan respon yang akan berpengaruh pada usaha mewujudkan

eksistensi kelompok atau organisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemampuan atau cara tersebut tidak sekedar berbentuk komunikasi lisan dan

tertulis, akan tetapi berhubungan juga dengan gaya dan sikap yang

55 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal 43. 56 QS. Al-Hujarat. 13.

Page 49: faizal

28

dipergunakan seorang pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan orang-

orang yang dipimpinnya.57

Kepemimpinan yang menggunakan pendekatan hubungan manusiawi

dalam memimpin karyawan, akan memperoleh hasil yang baik. Dimana

tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Selain itu

pemimpin juga akan memperoleh dukungan kuat dari karyawan, karena

mereka merasa nyaman dan senang dengan pemimpinnya. Dalam hubungan

manusiawi, fungsi komunikasi sangatlah penting. Hal ini dikarenakan

komunikasi berguna untuk memperbaiki hubungan insani, menyampaikan

gagasan dan mengalirkan pesan-pesan kepemimpinan ke seluruh bagian

organisasi, serta dapat menghindarkan konflik, terutama komunikasi

antarpribadi.

Penting juga penggunaan analisis transaksi yang berguna untuk

membuat prediksi dan mengantisipasi perilaku yang akan muncul dari

seseorang, sehingga dapat dihindari kesalahpahaman. Pemimpin merupakan

seorang komunikator, dimana pada umumnya memiliki kemampuan untuk

melakukan komunikasi atau hubungan yang efektif dalam kepemimpinannya,

sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang

yang dipimpinnya. Hubungan maupun komunikasi yang baik tentunya akan

menciptakan atmosfer yang merangsang anggotanya untuk berpartisipasi aktif

di dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakan hasil

keputusan.58

Ada dua bentuk hubungan manusiawi, yaitu:

a. Hubungan Manusiawi Efektif (positif).

Hubungan ini ditandai dengan kesediaan saling mendekat, karena

menyenangkan kedua belah pihak yang saling berinteraksi. Dalam

57 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal 43. 58 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 170.

Page 50: faizal

29

kepemimpinan, hubungan ini mendorong tumbuhnya kemauan untuk

ikut berpartisipai dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi.

Kebersamaan itu kemudian akanmemunculkan rasa memiliki terhadap

organisasi dan seluruh kegiatannya, yang kemudian menumbuhkan

rasa tanggung jawab terhadap organisasinya.

b. Hubungan Manusiawi tidak efektif (negatif).

Hubungan ini ditandai dengan kehendak untuk saling menjauh karena

tidak menyenangkan salah satu atau kedua belah pihak yang saling

berinteraksi. Dalam kepemimpinan, hubungan ini menciptakan

perasaan seperti orang luar yang merasa tidak ikut bertanggung jawab

terhadap organisasi. Akibatnya kepemimpinan tidak dapat berjalan

efektif, dikarenakan rasa tidak percaya dan suka terhadap pimpinan.59

Allah berfirman:

$ pκ š‰r'¯≈tƒ t⎦⎪ Ï%©!$# (#θãΖtΒ#u™ (#θç7 Ï⊥ tGô_$# #ZÏW x. z⎯ÏiΒ Çd⎯©à9$# χ Î) uÙ÷èt/ Çd⎯ ©à9$# ÒΟ øOÎ) ( Ÿωuρ

(#θÝ¡ ¡¡ pg rB Ÿωuρ =tGøótƒ Ν ä3 àÒ÷è−/ $ ³Ò÷èt/ 4 =Ït ä†r& óΟ à2߉ tnr& β r& Ÿ≅à2ù'tƒ zΝ óss9

ÏμŠ Åz r& $ \GøŠ tΒ çνθßϑ çF ÷δÌs3sù 4 (#θà) ¨? $#uρ ©!$# 4 ¨β Î) ©!$# Ò>#§θs? ×Λ⎧ Ïm§‘ ∩⊇⊄∪

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

prasangka buruk. Sesungguhnya sebagian prasangka buruk itu

adalah dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, dan

janganlah bergunjing antar sesamamu. Adakah seseorang

diantaramu mau memakan daging saudaranya yang sudah mati?

59 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal 46.

Page 51: faizal

30

Tentu hal itu menjijikan bagimu. Dan bertaqwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.60

Berdasarkan firman diatas menjelaskan bahwa sebagai umat muslim

tidak diperbolehkan untuk saling mencari kesalahan orang lain dan

bergunjing, karena selain perbuatan itu merupakan dosa dan juga dapat

berdampak pada buruknya hubungan manusiawi karena adanya saling tidak

suka sehingga menimbulkan hubungan manusiawi yang tidak efektif.

Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan manusiawi yang efektif

sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja dan tanggung jawab dari

karyawan. Dimana semakin lancar proses komunikasi serta sikap saling

terbuka dan mendekatkan diri maka akan terbentuk suatu hubungan yang

positif. Untuk itu kemampuan dan sifat-sifat yang dapat menciptakan

hubungan yang dinamis perlu dimiliki dalam kepemimpinan.

7. Pola Kepemimpinan

Pola atau gaya kepemimpinan memiliki suatu pengaruh terhadap

iklim kerja perusahaan. Dimana kepemimpinan dapat berjalan dengan efektif

bila komponen yang ada di dalam perusahaan tersebut mampu merasa

nyaman dengan perusahaannya tersebut. Pada dasarnya di dalam setiap gaya

kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive

behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut

gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek

kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai

dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun

sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap

semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota

mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing

60 QS. Al-Hujarah.12.

Page 52: faizal

31

memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan

pemimpin.

2. Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya

kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang

ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada

kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang

sedang dihadapi.

3. Gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih

besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan

sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran

tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi

keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

4. Gaya kepemimpinan kendali bebas dimana pada gaya kepemimpinan ini

seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai

saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan

sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin

hanya berperan sebagai pemantau saja.61

Pendapat Gatto mengungkapkan bahwa ada empat gaya

kepemimpinan, yaitu:

1. Gaya Direktif (otoriter), dimana pemimpin yang direktif umumnya

membuat keputusan-kepeutusan penting dan banyak terlibat di dalam

pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit

kebebasan orang berkreasi dan bertindak yang diizinkan.

2. Gaya konsultatif, gaya ini dibangun atas gaya direktif, kurang otoriter dan

lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota

organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan komsultasi,

memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka

mencapai tujuan.

61 www.arismaduta.org. Diakses pada 11 februari 2010.

Page 53: faizal

32

3. Gaya partisipatif, gaya partisipatif bertolak dari gaya konsultatif yang bisa

berkembang kearah semakin percaya antara pemimpin dan bawahan.

Pemimpin cenderung memberikan kepercayaan pada kemampuan staf

untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka.

Sementara itu kontak konsultatif terus berjalan.

4. Gaya free-rein atau gaya delegasi, yaitu gaya yang mendorong

kemampuan staff untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol

yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan

apabila staf memperhatikan tingkat kompetensi dan keyakinan akan

mengejar tujuan dan sasaran organisasi.62

Berbeda dengan Hadari Nawawi yang mengelompokan gaya

kepemimpinan menjadi tiga tipe utama dalam kepemimpinan yang dikatakan

bersifat teoritis, karena dalam praktik atau pelaksanaannya mungkin saja

dilakukan secara murni, tetapi tidak mustahil juga berlangsung kombinasi.

Adapun ketiga tipe atau gaya kepemimpinan tersebut yaitu:

1. Tipe kepemimpinan otoriter, dimana perilaku yang mendominasi tipe ini

adalah perilaku otokrasi. Oleh karena itu kepemimpinan ini menempatkan

kekuasaan pada seseorang atau sekelompok kecil orang yang bertindak

sebagai penguasa. Disamping menjadi penguasa pemimpin juga selalu

merasa dirinya sebagai yang paling mampu dan yan paling benar,

sehingga tidak boleh dibantah intruksi atau perintah atasan tidak boleh

ditafsirkan dan harus dilaksanakan tanpa perubahan. Keputusan pimpinan

adalah yang terbaik, harus dilaksanakan tanpa komentar atau pertanyaan-

pertanyaan. Jika terjadi kesalahan selalu ditimpakan pada pelaksana,

meskipun mungkin sumbernya dari keputusan atau perintah yang tidak

baik.

Kepemimpinan bertipe otoriter dari sudut pandangan atau ajaran

Islam tidak sepenuhnya dapat diterima, karena yang berhak mewujudkan

kepemimpinan ini secara murni hanyalah Allah SWT. Sebagai contoh

kepemimpinan otoriter adalah kepemimpian Fir’aun. Dimana

62 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal. 45.

Page 54: faizal

33

kepemimpinan otoriternya telah membawanya pada kedurhakaan yang

tidak akan berampun, karena telah menyatakan bahwa dirinya adalah

Tuhan. Dan pada surat AL-Qashash ayat 4 jelas Fir’aun telah berlaku

sewenang-wenang sebagai pemimpin dan membuat penduduknya

terpecah belah menjadi beberapa golongan. Allah SWT berfirman dalam

surat Al-Qashash ayat 4 sebagai berikut:

¨β Î) šχ öθtãöÏù Ÿξtã ’Îû ÇÚö‘ F{$# Ÿ≅yèy_uρ $ yγ n= ÷δr& $ Yèu‹ Ï© ß# ÏèôÒtGó¡ o„ Zπ x Í←!$ sÛ öΝ åκ ÷]ÏiΒ

ßxÎn/x‹ ムöΝ èδu™!$ oΨö/r& ⎯Ä©÷∏tGó¡ o„ uρ öΝ èδu™!$ |¡ ÏΡ 4 … çμ ¯Ρ Î) šχ%x. z⎯ ÏΒ t⎦⎪ωš ø ßϑø9$# ∩⊆∪

“bahwasanya Fir’aun telah berlaku sewenang-wenang di muka bumi.

Dia telah memecah belah penduduknya menjadi beberapa golongan

diantara mereka, menyembelih bayi mereka yang laki-laki, dan

membiarkan hidup bayi-bayi mereka yang perempuan. Sesungguhnya

Fir’aun terbilang orang perusak.63

2. Tipe kepemimpinan bebas, yaitu merupakan kebalikan dari tipe

kepemimpinan otoriter. Perilaku yang dominan dalam kepemimpinan ini

adalah perilaku dalam gaya kepemimpinan kompromi dan perilaku

kepemimpian pembelot. Dalam prosos kepemimpinan ini pemimpin tidak

melakukan fungsinya dalam menggerakkan orang-orang yang

dipimpinnya.

Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan kepada

semua anggota organisasi dalam menetapkan keputusan dan

melaksanakan menurut kehendaknya masing-masing. Sehingga bilamana

terjadi suatu kesalahan, pemimpin dengan mudah menuding pada anggota

yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain pemimpin berpendapat

bukan dirinya yang perlu atau harus dimintai pertanggungan jawab.

63 QS.Al-Qashash: 4.

Page 55: faizal

34

Kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab ini terjadi dilingkungan

orang-orang kafir, meskipun baru terlihat setelah dimintai pertanggungan

jawab oleh Allah SWT di akherat.

Rasullah SAW bersabda: “hendaknya kamu berpegang pada jama’ah,

dan kamu jauhilah perpecahan(menyendiri), karena sesungguhnya setan

itu bersama orang menyendiri, dan dia menjauhkan diri dari dua orang.

Barang siapa hendak tinggal di surga, maka hendaklah ia

menetapi(mengikuti) jama’ah.”

3. Tipe kepemimpinan demokratis, yaitu kepemimpinan ini menempatkan

manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam sebuah organisasi.

Dalam kepemimpinan ini setiap individu dihargai dan dihormati

eksistensinya serta peranannya dalam memajukan dan mengembangkan

organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam gaya kepemimpinan yang

dominan pada tipe kepemimpinan ini adalah perilaku memberi

perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan dan

mengembangkan organisasi, serta perilaku eksekutif (pelaksana).

Kepemimpinan demokratis bersifat aktif, dinamis, dan terarah. Aktif

dalam menggerakkan dan memotovasi. Dinamis dalam mengembangkan

dan memajukan organisasi. Terarah pada tujuan bersama yang jelas,

melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang relevan secara efektif dan

efisien. Kepemimpinan demokratis di dalam pelaksanaannya selalu

melibatkan anggota organisasinya melalui rapat dan musyawarah.

Keputusan seperti itu akan dilaksanakan oleh semua anggota organisasi

secara serius, tanpa rasa takut. Dalam mewujudkan hubungan kerja tidak

ada rasa takut tertekan, sedang pemimpin selalu dihormati dan disegani.

Konsep seperti itu sejalan dengan ajaran Islam yang sangat

mengutamakan perilaku yang membedakan antara yang haq dan yang

batil.64 Allah SWT berfirman daslam surat Al-Baqarah ayat 42 bahwa

64 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal. 161.

Page 56: faizal

35

dalam Islam mengajarkan untuk tidak menyembunyikan yang Haq (suatu

kebenaran) dan yang batil (suatu kesalahan atau keburukan).

Ÿωuρ (#θÝ¡ Î6ù=s?  Y ysø9$# È≅ÏÜ≈t7 ø9$$Î/ (#θãΚ çGõ3 s? uρ ¨,ysø9$# öΝ çFΡr&uρ tβθçΗs>÷ès? ∩⊆⊄∪

“Janganlah kamu campur adukkan antara yang haq dan yang batil, dan

janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, padahal kamu

mengetahui.”65

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan mengenai gaya

kepemimpinan yang paling ideal, dimana bahwa gaya kepemimpinan

demokratis adalah yang paling sesuai di dalam Islam yang sangat

mementingkan keterbukaan, melalui kesediaan pemimpin mendengarkan

dan memanfaatkan sesuatu yang benar dan baik dari orang-orang yang

dipimpin. Di sisi lain kepemimpinan demokratis mendukung atau

mementingkan musyawarah mufakat di dalam pelaksanaannya, yang telah

dijelaskan dalam firman Allah SWT bahwa kita di perintahkan untuk

berunding atau bermusyawarah mencari suatu kebajikan dan taqwa. Hal

ini sesuai dalam surat Al-Mujadilah ayat 9, yaitu:

$ pκ š‰r'¯≈tƒ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#þθãΖ tΒ# u™ #sŒÎ) ÷Λä⎢ øŠ yf≈uΖ s? Ÿξsù (# öθyf≈oΨoKs? ÉΟ øOM} $$ Î/ Èβ≡uρ ô‰ãèø9$#uρ

ÏM uŠ ÅÁ÷è tΒuρ ÉΑθß™ §9$# (#öθyf≈uΖs? uρ ÎhÉ9ø9$$Î/ 3“ uθø) −G9$# uρ ( (#θà) ¨? $#uρ ©!$# ü“ Ï%©!$# Ïμ ø‹s9Î)

tβρç|³ øt éB ∩®∪

“Hai orang-orang beriman, jika kamu mengadakan perundingan

rahasia, janganlah kamu merundingkan hal-hal yang menyangkut dosa,

permusuhan dan menantang rasul, namun berundinglah mengenai

65 QS. Al-Baqarah: 42.

Page 57: faizal

36

kebajikan dan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu akan

dikembalikan kepadanya.”66

Selain itu dari macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat

dikembalikan lagi sesuai dengan tingkat kondisi masing-masing

organisasi atau perusahaan dimana bahwa kepemimpinan demokrasi atau

partisipatif ditujukan untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi

dengan komitmen yang bervariasi di tiap-tiap anggota.

Kepemimpinan otokrasi atau otoriter lebih sesuai untuk anggota

yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi sehingga

keinginan sang pemimpin dapat berjalan sesuai dengan kehendaknya,

meskipun tidak dapat dipungkiri banyak efek negatifnya pada gaya

kepemimpinan ini. Kemudian kepemimpinan pembinaan atau konsultatif

lebih untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen

rendah. Sementara itu terakhir, kepemimpinan kendali bebas delegasi

lebih tepat untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen

tinggi untuk perusahaannya.

B. Pengertian Kinerja

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.67 Maluyu S.P. Hasibuan menyatakan bahwa kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesunguhan serta waktu.68

Prawirosentono adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

kewenangannya dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai

66 QS. Al-Mujadilah: 9. 67 www.perpus.yarsi.ac.id. Diakses pada 12 februari 2010. 68 www.detiknews.com. Diakses pada 12 februari 2010.

Page 58: faizal

37

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan

sesuai dengan moral maupun etika.69 Ungkapan seperti output, kinerja,

efisiensi, efektisitas sering dihubungkan dengan produktifitas. Produktifitas

merupakan rasio output terhadap input. Bahkan ada yang melihat kinerja

dengan memberikan penekanan kepada nilai efisien, yang diartikan sebagai

rasio output dan input, sedang pengukuran efisien menggantikan penentuan

outcome tersebut. Selain efisiensi, produktifitas juga dikaitkan dengan

kualitas output yang diukur berdasarkan beberapa standar yang ditentukan

sebelumnya (Bernard). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

kinerja sebagai sesuatu yang dapat dicapai, prestasi yang diperlihatkan,

kemampuan kerja.70

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dicapai seseorang, dimana dilaksanakan atas tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan keahliannya untuk

bersama-sama memajukan perusahaan dan tidak melanggar ketentuan hukum

serta etika di dalam pelaksanaannya.

Di dalam situasi kerja bisa terjadi perbedaan kinerja seseorang dengan

orang lain. Menurut Maier perbedaan kinerja orang tersebut terjadi karena

perbedaan karakteristik dari seseorang seperti perbedaan kemampuan.71

Biasanya orang yang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk

meningkatkan prestasi kerjanya akan menghasilkan kinerja yang optimal.

Sebaiknya orang yang tidak mempunyai kemampuan dan motivasi

berprestasinya rendah cenderung menghasilkan kinerja yang rendah pula. Di

samping itu orang yang sama dapat menghasilkan kinerja yang berbeda

didalam situasi dan kondisi yang berbeda. Orang bekerja di suatu tempat

dimana secara psikologis, sosial, di lingkungan fisik memungkinkan dia

melahirkan kinerja secara optimal, akan menghasilkan pekerjaan sesuai

dengan tuntutan kerjanya.

69 Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.2. 70 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 570. 71 Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.5.

Page 59: faizal

38

Heider yang dikutip Moh. As’ad menyatakan bahwa kinerja itu adalah

hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan yang dikenal dengan teori

harapan (expectancy theory) yang dirumuskan dengan P = M x A (P adalah

Performance, M = Motivation, dan A = Ability). Dengan demikian orang

yang tinggi motivasinya tetapi mempunyai kemampuan yang rendah akan

menghasilkan kinerja yang rendah. Begitu juga orang yang kemampuannya

tinggi mempunyai motovasi yang rendah akan menghasilakn kinerja yang

rendah. Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi seseorang harus mempunyai

motivasi dan kemampuan yang tinggi, sebaliknya apabila seseorang

mempunyai kemampuan dan motivasi yang rendah maka kinerja yang

dihasilkan rendah pula.72

Tujuan organisasi hanya dapat dicapai bilamana organisasi tersebut

didukung kinerja karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu kinerja

organisasi dinilai dengan cara menilai kinerja para pelaku atau karyawan

dalam organisasi bersangkutan, yakni meliputi:

1. Menilai Kinerja Karyawan Pada Pemasaran atau Marketing.

Dalam suatu organisasi perusahaan, bagian pemasaran merupakan

ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan

berhubungan langsung dengan anggota masyarakat yang memerlukan jasa

pelayanan dari perusahaan. Tugas pokok dari karyawan pemasaran adalah

upaya penjualan atau penawaran produk dan memberikan pelayanan kepada

nasabah atau konsumen sebaik-baiknya. Kegagalan dalam menentukan

strategi pemasaran maka akan ikut mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

organisasi.

2. Menilai Kinerja Karyawan pada Keuangan dan Akuntansi

Transaksi-transaksi yang telah diadministasikan oleh akunting,

disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan tersebut seorang

pemimpin perusahaan dapat mengetahui tingkat likuiditas dan rentabilitas

perusahaan. Dengan perkataan lain, pimpinan perusahaan dapat mengetahui

posisi dan keadaan keuangan berdasarkan hasil kinerja bagian akuntansi dan

72 Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.3

Page 60: faizal

39

keuangan. Hal ini penting untuk diketahui, sebab tidak sedikit keputusan

pimpinan perusahaan harus berlandaskan informasi tentang posisi likuiditas

dan kemampuan keuntungan yang dapat diraih. Adapun karyawan dibagian

keuangan atau akuntansi selain akunting adalah:

Kasir:

− kinerja seorang kasir diukur dengan kejujuran dan keandalannya

menjaga likuiditas kas, agar pengeluaran harian untuk menunjang

operasi perusahaan berjalan lancar.

− Kinerja kasir dinilai dari keramahannya, kecepatan dan ketepatan

memproses pengeluaran dan pemasukan uang sehari-hari.

− Kinerja kasir dinilai dari kesigapannya dan ketelitiannya

menyiapkan dokumen pendukung atas kas-kredit dan kas-debet.

− Kinerja kasir dinilai dari ketelitiaannya melakukan pembayaran

melalui cek. Ketelitian tersebut berkaitan dengan pengecekan

saldo pada rekening bank perusahaan. Bila saldonya

memungkinkan, kasir akan membuat dan mengamati segala

dokumen pendukung untuk selanjutnya menyiapkan cek untuk

ditandatangani oleh atasan yang berwenang.

Tugas karyawan keuangan dan akuntansi adalah menyiapkan

informasi-onformasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan

kebijakan perusahaan selanjutnya. Bila informasi tersebut tidak tepat dan

cepat berarti kinerja karyawan tersebut dianggap jelek. Selain itu karyawan

keuangan dan akuntansi bertugas mencatat seluruh transaksi yang terjadi

diperusahaan sehingga menghasilkan berbagai laporan keuangan.73

C. Hubungan Antara Kinerja dan Kepemimpinan

Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun

berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada

73 Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.246.

Page 61: faizal

40

mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.

Siagian (1999) berpendapat bahwa kiranya dapat dikatakan mutu

kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan

yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para

pegawainya.74

Dikutip dari Gede Muninjaya (2004) bahwa terdapat faktor lain yang

diperkirakan akan mempengaruhi aktifitas staf melaksanakan tugas adalah

motivasi dan kemauan, kemampuan atau kecakapan mereka. Faktor ini

disebut faktor kesiapan atau kedewasaan staf dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Selain itu rasa tanggung jawab juga berperan bagi kemajuan suatu

perusahaan, dimana tanggung jawab berkaitan dengan disiplin dan semakin

baik disiplin karyawan, maka diharapkan kinerja untuk mencapai tujuan

perusahaan tersebut semakin baik pula. Terlebih apabila kedisiplinan tersebut

disertai dengan inisiatif dan motifasi yang merupakan pencerminan kreatifitas

ide yang bernuansa daya dorong dalam mencapai suatu tujuan perusahaan

agar semakin lebih baik. Namun hal ini tentunya akan tercipta apabila terjadi

ketepatan di dalam pembagian tanggung jawab dan wewenang yang jelas dari

pemimpinnya.75

74 www.pdfqueen.com. Diakses pada 14 februari 2010. 75 Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.32.

Page 62: faizal

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field research)76.

Objek yang menjadi sasaran penelitian adalah BMT Mitra Usaha Ummat.

Penelitian ini berlokasi di Jl. Jangkang Widodomartani Ngemplak Sleman

Yogyakarta.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan tipe eksploratif. Penelitian

eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala yang sedang atau telah

terjadi di masa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif,

dapat dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian historis,

deskriptif, korelasional dan eksprimen. Oleh karena itu, eksploratif sering disebut

penelitian pendahuluan.77

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilakukan menggunakan eksploratif deskriptif. Yaitu

data yang diperoleh dari penelitian dikembangkan untuk memberikan penjelasan

mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena tertentu.78 Karena sifatnya

yang eksploratif, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi penelitian selanjutnya.

4. Pendekatan Penelitian79

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

kuantitatif. Dapat dilihat dari tujuannya termasuk penelitian lapangan.

Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah selain untuk mendeskripsikan gejala,

76 Jenis penelitian ini dapat juga disebut sebagai penelitian empiris, yaitu penelitian yang data dan

informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan) kerja penelitian. Lihat Supardi, 2005, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII Press, hal. 34.

77 Mastahu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 27. 78 Rosady Ruslan, Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2003), hal. 296. 79Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke

Arah Penguasaan Model Aplikasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 4.

Page 63: faizal

42

Penelitian ini juga bertujuan untuk memecahkan masalah tentang pengaruh

pemimpin terhadap kinerja karyawan yang dilakukan di BMT Mitra Usaha

Ummat.

5. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah Pimpinan dan karyawan BMT Mitra Usaha

Ummat. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah kepemimpinan di

BMT Mitra Usaha Ummat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

a. Populasi Penelitian.80

Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu

serta dengan kualitas tertentu yang diamati. Penelitian ini populasinya adalah

karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.

6. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara.81

Penelitian ini menggunakan metode wawancara berstruktur yaitu peneliti

mempersiapkan daftar pertanyaan. Pada wawancara kali ini peneliti

melakukan wawancara pada pimpinan BMT Mitra Usaha Ummat.

b. Kuesioner.82

Kuesioner yaitu metode yang digunakan dengan memberikan lembar

pertanyaan kepada responden. Proses ini ditujukan kepada para karyawan

BMT Mitra Usaha Ummat. Dengan kuesioner ini diperoleh data tentang

pandangan karyawan terhadap kepemimpinannya di BMT Mitra Usaha

Ummat.

7. Sumber Data

Sumber data diperoleh dengan mengumpulkan langsung dari responden

melalui teknik pengumpulan data seperti yang dijelaskan diatas (kuesioner atau

wawancara). Dimana yang menjadi populasi penelitian ini adalah pimpinan dan

karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.

80 Supardi, Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press, 2005) hal. 101. 81 Soehadi, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial Bisnis Manajemen, (Yogyakarta: Lukman

Offset, 1999), hal. 59. 82 Muhammad. Hariwijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, cet. 4

(Yogyakarta: Oryza, 2008), hal. 61.

Page 64: faizal

43

8. Variabel Penelitian

Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini pengaruh kepemimpinan

merupakan variabel independent dengan dua dimensi yaitu hubungan manusiawi

dan pola kepemimpinan. Kemudian kinerja karyawan adalah variabel dependent.

a. Pengaruh kepemimpinan (X) yaitu dilihat dari hubungan manusiawi serta

pola kepemimpinan.

− Hubungan manusiawi, yaitu suatu alat dalam mewujudkan proses

kepemimpinan dimana adanya kegiatan saling berbagi makna

dengan memngirimkan dan menerima isyarat simbolik.

− Pola kepemimpinan yaitu suatu bentuk atau cara di dalam

memimpin suatu perusahaan.

b. Kinerja Karyawan (Y) yaitu dilihat dari ketelitian, ketepatan, kerapian

dan kebersihan kerja dari karyawan yang dibandingkan dengan standar

yang ditetapkan oleh perusahaan.

− kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang, dimana

dilaksanakan atas tugas dan tanggung jawabnya masing-masing

sesuai dengan keahliannya untuk bersama-sama memajukan

perusahaan dan tidak melanggar ketentuan hukum serta etika di

dalam pelaksanaannya.

9. Teknik Pengukuran Instrumen

Teknik pengukuran variabel-veriabel penelitian ini menggunakan dengan

memberikan nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden sesuai

dengan format R.S.Likert (model skala likert).83 Adapun skalanya adalah:

1) Sangat tidak setuju (STS) bobot nilai: 1

2) Tidak setuju (TS) bobot nilai: 2

3) Netral (N) bobot nilai: 3

4) Setuju (S) bobot nilai: 4

5) Sangat setuju (SS) bobot nilai: 5

83 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, hal. 144-146.

Page 65: faizal

44

B. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini bersifat uraian penjelasan tentang karakteristik responden

yang meliputi usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir responden.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis dengan mengolah data dari hasil yang telah dinyatakan dalam

satuan angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel

obyek yang diteliti.

1) Pengujian reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu

variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas

dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir

pertanyaan. Uji reliabilitas diolah dengan menggunakan SPSS

dimana jika nilai alpa > 0,60 maka reliabel.84

2) Pengujian validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana

instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji

validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

varibel.85 Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu

kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan

pada setiap butir pertanyaan. Adapun jenis validitas yang

digunakan adalah validitas konstruksi, yaitu validitas yang

berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur

pengertian suatu konsep yang diukurnya, dimana kuisioner yang

baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian

84 V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2007) hal. 187 85 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 247.

Page 66: faizal

45

yang dilakukan.86 Hasilnya kita bandingkan dengan r tabel dimana

df=n-2 dengan 5%. Jika r hitung > r tabel maka valid.87

3) Pengujian regresi.

Penulis menggunakan metode analisis kuantitatif yang

merupakan analisis yang didasarkan pada angka-angka dan

perhitungan metode statistik. Dalam hal ini penulis juga

mengunakan alat analisis Regresi Linier Berganda yaitu regresi

yang memiliki satu varibel dependent dan lebih dari satu variabel

independent.88 Namun demikian, sebelum dilakukan uji regresi

linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

a. Uji asumsi klasik

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

sekunder yang menggunakan alat analisis regresi. Model regresi

akan signifikan jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut

dengan asumsi klasik, dimana asumsi tersebut dapat dipenuhi

apabila tidak terdapat autokorelasi, multikolinearitas, dan

heterokedastisitas diantara variabel-variabel bebas tersebut.

1.) Normalitas.

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi tersebut variabel dependen,

variabel independen, atau keduanya berdistribusi normal atau

tidak digunakan normal probability plots dan Kolmogorov-

Smirnov. Normalitas adalah pengujian tentang kenormalan

distribusi data.89 Dalam pengujian ini dilakukan menggunakan

SPSS, maka uji statistik dengan uji beda untuk

mengindikasikan ada beda atau tidak dilihat dari 86 Purbayu. B. S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: Andi, 2005) hal. 247. 87 V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2007) hal. 187. 88 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 144. 89 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 231.

Page 67: faizal

46

signifikansinya. Data dikatakan berdistribusi normal jika

signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05.

2.) Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara data yang satu

dengan data yang lainnya dalam satu variabel dan variabel

dependent tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksudnya

yaitu variabel dependent tidak berhubungan denagan nilai

variabel itu sendiri. Autokorelasi ini dapat terjadi pada variabel

dependen maupun variabel independen. Teknik pengujian

autokorelasi adalah durbin Watson test. Batasan dalam durbin

Watson test untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut:

Tidak ada autokorelasi

Autokorelasi positif Grey area autokorelasi negatif

Besar nilai dL dan dU dilihat dari tabel durbin-watson

test dengan mempertimbangkan jumlah variable independen

(k), alpha atau tingkat kesalahan (α) dan jumlah data (n). Data

4-

d

dL 4-dLdU 4-dU

Page 68: faizal

47

dikatakan berdistribusi normal jika terletak diantara dU dan 4-

dU. 90

3.) Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya antar variabel independen

yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna

atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas yaitu dengan cara melihat nilai variance

inflation factors (VIF) yaitu faktor pertambahan ragam. Data

memenuhi syarat jika batas tolerance value lebih besar dari

0,10 dan variance inflatio factors (VIF) lebih kecil dari 10.

4.) Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian

residual dari suatu model regresi. Uji heterokedastisitas ini

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian residual dari satu observasi dengan yang

lain. Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan

cara yakni:

a) Kolom Plots. Jika pola grafiknya tidak jelas atau titik-titik

menyebar keatas dan di bawah nol pada sumbu Y maka

tidak ada heterokedastis, tetapi jika ada pola tertentu

seperti gelombang, melebar lalu menyempit maka model

regresi tersebut heterokedastisitas. 91

b) Uji Regresi Linier Berganda

Model Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :

90 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 240. 91 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 243.

Page 69: faizal

48

Y = α + β1 HM + β2 PK

Dimana :

Y = Risiko sistematik, yang ditunjukan dengan beta.

α = Konstanta

β1 β2 = Koefisien regresi variabel independen.

HM = Hubungan manusiawi

PK = Pola kepemimpinan

Page 70: faizal

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Karakteristik Responden

Kuesioner berjumlah 23 dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Identitas responden dalam kuesioner, yaitu : umur, jenis kelamin, dan

pendidikan. Adapun gambaran tentang identitas responden dapat dilihat mulai

dari tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Deskripsi Umur Responden

Umur Jumlah responden Persentase

< 22 tahun

23-30 tahun

31-40 tahun

> 40 tahun

3

9

6

5

13,04%

39,14%

26,08%

21,74%

Jumlah 23 100%

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden

adalah berumur antara 23-30 tahun yaitu 9 responden (39,14%), dan yang paling

sedikit adalah responden yang berusia < 22 tahun yaitu 3 responden (13,04%).

Tabel 4.2

Deskripsi jenis kelamin responden

Jenis kelamin Jumlah responden Persentase

Laki-laki

Perempuan

14

9

60,86%

39,14%

Jumlah 23 100%

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Page 71: faizal

50

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki

yaitu 14 responden (60,86%) dan responden perempuan sebanyak 9 responden

(39,14%).

Tabel 4.3

Deskripsi tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan Jumlah responden Persentase

SD

SMP

SMA

Akademi

Strata 1

Strata 2

0

0

9

8

6

0

0%

0%

39,14%

34,78%

26,08%

0%

Jumlah 23 100%

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah SMA

yaitu sebanyak 9 responden (39,14%), kemudian akademi sebanyak 8 responden

(34,78) dan terakhir strata 1 yaitu sebanyak (26,08). Untuk SD, SMP, dan Strata

2 tidak ada.

B. Analisis Kuantitatif

1. Pengujian Reliabilitas

Merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam

menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang

merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk

kuisioner.92 Penelitian ini diujikan pada 23 responden. Uji reliabilitas diolah

dengan menggunakan SPSS dimana perhitungan nilai koefisien reliabilitas

92 V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2007) hal. 187.

Page 72: faizal

51

untuk instrument penelitian yang digunakan diperoleh hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien alpha Keterangan

Hubungan manusiawi (X1) 0,713 Reliabel

Pola kepemimpinan (X2) 0,764 Reliabel

Kinerja karyawan (Y) 0,859 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrument

penelitian, karena diperoleh nilai koefisien reliabilitas > 0.60 maka dapat

disimpulkan bahwa instrument penelitian tersebut dinyatakan reliabel.

2. pengujian validitas

Merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur

mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas ini digunakan untuk

mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam

mendefinisikan suatu varibel.93 Adapun jenis validitas yang digunakan adalah

validitas konstruksi, yaitu validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu

alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya, dimana

kuisioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian

yang dilakukan.94 Diujikan pada 23 responden dengan perhitungan nilai

correlation untuk instrument penelitian yang digunakan hasilnya sebagai berikut:

93 Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi, 2006) hal. 247. 94 Purbayu. B. S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: Andi, 2005) hal. 247.

Page 73: faizal

52

Tabel 4.5

Hasil uji validitas

Item Item-total

correlation

R tabel Keterangan

Hubungan Manusiawi (X1)

Hubungan Manusiawi 1 0,356 0,352 Valid

Hubungan Manusiawi 2 0,464 0,352 Valid

Hubungan Manusiawi 3 0,658 0,352 Valid

Hubungan Manusiawi 4 0,499 0,352 Valid

Hubungan Manusiawi 5 0,410 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan (X2)

Pola Kepemimpinan 1 0,504 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 2 0,398 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 3 0,367 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 4 0,408 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 5 0,409 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 6 0,418 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 7 0,508 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 8 0,524 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 9 0,375 0,352 Valid

Pola Kepemimpinan 10 0,379 0,352 Valid

Kinerja karyawan (Y)

Kinerja karyawan 1 0,561 0,352 Valid

Kinerja karyawan 2 0,412 0,352 Valid

Kinerja karyawan 3 0,509 0,352 Valid

Kinerja karyawan 4 0,483 0,352 Valid

Kinerja karyawan 5 0,666 0,352 Valid

Kinerja karyawan 6 0,706 0,352 Valid

Kinerja karyawan 7 0,473 0,352 Valid

Kinerja karyawan 8 0,763 0,352 Valid

Kinerja karyawan 9 0,820 0,352 Valid

Page 74: faizal

53

Kinerja karyawan 10 0,469 0,352 Valid

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Suatu data dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r table

dimana df=n-2 dengan sig 5%. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh

item pertanyaan dalam kuesioner mempunyai item-total correlation (r hitung) >

0,352 maka disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam kuesioner valid.

Adapun perolehan 0,352 diperoleh dari df=23-2. Dan berdasarkan tabel r pada sig

5% jika df=1 maka r tabel adalah 0,352.

3. Uji Regresi

Uji regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan manusiawi

dan pola kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Karena alat analisis yang

dipakai untuk melakukan uji pengaruh adalah regresi linier berganda, peneliti

melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji ini dilakukan untuk memastikan

bahwa asumsi klasik yang mendasari persamaan regresi linier berganda telah

terpenuhi sehingga hasil regresi tidak bias.

a. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan harus memenuhi asumsi-asumsi klasik

untuk memastikan bahwa persamaan atau model penelitian adalah valid.

Asumsi-asumsi klasik tersebut adalah data terdistribusi normal.

1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan normal

probability plots. Hasil dari pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel

4.6 dan plots dibawah ini :

Page 75: faizal

54

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Exp

ecte

d C

um P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y

Gambar 4.1 (Normal Probability Plots)

Dari hasil pengujian normal probability plots terlihat bahwa titik-

titik residual berada dan mengikuti garis diagonal. Dimana kesamaan

antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan

dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis

probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Sehingga dapat

disimpulkan data berdistribusi normal karena titik-titik residual berada

disekitar garis diagonal..

2) Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji durbin-

watson sebagaimana terlihat pada tabel 4.7 di bawah ini

Table 4.6

Model Durbin Watson

1 1,680

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Page 76: faizal

55

Hasil uji durbin-watson pada tabel 4.7 menunjukkan nilai sebesar

1,680. Sedangkan nilai dL dan dU dari tabel durbin Watson dengan

α=5%, n = 23 dan k = 2 menunjukkan nilai dL= 1,17 dan dU= 1,54.

Sehingga nilai 4-dL= 2,83 dan nilai 4-dU= 2,46. Sehingga dapat

digambar sebagai berikut :

Aturan pengujian:

Gambar 4.2

Adapun aturan pengujiannya sebagai berikut:

• d < dL yaitu terjadi masalah autokorelasi yang positif, yang perlu

perbaikan.

• dL < d < du yaitu terjadi masalah autokorelasi positif tetapi lemah,

dimana perbaikan akan lebih baik.

• du < d < 4-du yaitu tidak ada masalah autokorelasi.

• 4-du < d < 4-dL yaitu masalah autokorelasi lemah, dimana dengan

perbaikan akan lebih baik.

• 4-dl < d yaitu masalah autokorelasi serius.

Dari aturan pengujian tersebut karena nilai durbin-watson test

sebesar 1,680(d) terletak antara 1,54(du) dan 2,46(4-du) maka dapat

disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

3) Uji multikolinearitas

4-dU

dU

1,17 2,83 1,54 2,46

1,680

Page 77: faizal

56

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan

cara melihat nilai variance inflation factors (VIF) yaitu faktor

pertambahan ragam. Data memenuhi syarat jika batas tolerance value

lebih besar dari 0,10 dan variance inflatio factors (VIF) lebih kecil dari

10. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai VIF sebesar

2,312 sehingga tidak terjadi multikolinearitas karena nilai 2,312 berada

dantara 0,10 dan 10.

4) Uji heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian residual dari suatu

model regresi. Uji heterokedastisitas ini untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu observasi

dengan yang lain.95 Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan

menggunakan cara yakni:

a. Kolom Plots. Jika pola grafiknya tidak jelas atau titik-titik

menyebar keatas dan di bawah nol pada sumbu Y maka tidak ada

heterokedastis, tetapi jika ada pola tertentu seperti gelombang,

melebar lalu menyempit maka model regresi tersebut

heterokedastisitas.

95 V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2007) hlm. 180.

Page 78: faizal

57

Regression Standardized Predicted Value3210-1-2

Regr

essi

on S

tude

ntiz

ed R

esid

ual

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Gambar 4.3 (Kolom Plots)

Dari grafik terlihat bahwa residual plot tidak menggambarkan pola

tertentu, bergelombang, melebar kemudian menyempit, tetapi bersifat

acak, maka model regresi tersebut bebas dari heterokedastis.

b. Uji Regresi Linier Berganda

Hasil uji regresi linier berganda secara keseluruhan dapat dilihat di

lampiran. Dari hasil uji regresi linier berganda tersebut, diperoleh

ringkasan hasil seperti tampak pada tabel 4.7.

Page 79: faizal

58

Tabel 4.7

Variabel Beta t value p value VIF

Constant 2,245 2,127 0,046

Hubungan manusiawi 0,923 2,787 0,011 2,312

Pola kepemimpinana -0,383 -0,999 0,330 2,312

R 0,346

Adj. Rsquare 0,280

F test 5,283

Sig.(2-tailed) 0,014

Durbin watson 1,680

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

1) Hipotesis:

Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima dan jika Sig < 0,05 maka Ho

ditolak.

2) Kesimpulan:

Berdasarkan pada table 4.7 diatas, nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan

signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014. Artinya hubungan manusiawi

dan pola kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

karena Ho ditolak.

Berkaitan dengan hipotesis penelitian, dari tabel 4.7 dapat

disimpulkan pengambilan keputusan dengan hipotesis sebagai berikut :

Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap hubungan manusiawi

menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,787 dengan signifikansi < 5%

Page 80: faizal

59

yaitu 0,011. Jadi hubungan manusiawi berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja karyawan.

Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap pola kepemimpinan

menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,999 dengan signifikansi > 5%

yaitu 0,330 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial pola

kepemimpinan tidak berpengaruh secara terhadap kinerja karyawan.

Masih mengacu pada tabel 4.7, tampak bahwa koefisien determinasi

diperoleh dari R Square sebesar 0,346. Artinya 34,6% perubahan variabel

dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent

hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4%

dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

Persamaan regresi linier berganda dari tabel 4.7 adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2

Y = 2,245 + 0,923 HM – 0,383 PK

Keterangan:

Y = kinerja karyawan

α = konstanta

β = koefisien regresi

sX1 = hubungan manusiawi

sX2 = pola kepemimpinan

Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut, masing-masing

variabel dapat di interpretasikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan

sebagai berikut :

Page 81: faizal

60

1. Konstanta sebesar 2,245 menyatakan bahwa jika tidak ada hubungan

manusiawi dan pola kepemimpinan, maka kinerja karyawan adalah

sebesar 2,245.

2. Koefisien regresi sebesar 0,923 menyatakan bahwa setiap

penambahan hubungan manusiawi sebesar 1 (satu) satuan, maka

kinerja karyawan juga akan naik sebesar 0,923.

3. Koefisien regresi sebesar -0,383 menyatakan bahwa setiap

penambahan pola kepemimpinan sebesar 1 (satu) satuan, maka

kinerja karyawan juga akan naik sebesar -0,383.

C. Pembahasan

Kinerja karyawan dalam suatu perusahaan akan tercipta bilamana

adanya hubungan yang positif antara pemimpin dan karyawan. Kemampuan

atau cara tersebut tidak sekedar berbentuk komunikasi lisan dan tertulis, akan

tetapi berhubungan juga dengan gaya dan sikap yang dipergunakan seorang

pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan orang-orang yang

dipimpinnya.96 Hubungan manusiawi maupun komunikasi yang baik tentunya

akan menciptakan atmosfer yang merangsang anggotanya untuk

berpartisipasi aktif di dalam pengambilan keputusan maupun dalam

melaksanakan hasil keputusan.97

Hasil dari penelitian tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat dilihat dari dua dimensi, yaitu

hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan dengan berdasarkan konsep

dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra Usaha Ummat adalah

kepemimpinan demokratis. Adapun hasilnya ditunjukkan bahwa berdasarkan

uji regresi yang telah dilakukan dan terlihat pada table 4.8 diatas dapat

dijelaskan bahwa nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan signifikansi < 5%

(0,05) yaitu sebesar 0,014 sehingga dapat disimpulkan sbahwa secara

bersama-sama hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan berpengaruh

96 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2001), hal. 43. 97 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal. 170.

Page 82: faizal

61

signifikan terhadap kinerja karyawan..98 Dimana sesuai dengan makna dari

pemimpin itu sendiri yang merupakan salah seorang anggota kelompok yang

paling berpengaruh terhadap aktifitas kelompoknya dan yang memainkan

peranan penting dalam merumuskan ataupun mencapai tujuan-tujuan

kelompoknya.99

Selain itu berkaitan dengan hipotesis penelitian, dari tabel 4.7 dapat

disimpulkan pengambilan keputusan berkaitan dengan hipotesis sebagai

berikut :

• Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap hubungan manusiawi

menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,787 dengan signifikansi

< 5% yaitu 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan

manusiawi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

• Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap pola kepemimpinan

menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,999 dengan signifikansi

> 5% yaitu 0,330 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial

pola kepemimpinan tidak berpengaruh secara terhadap kinerja

karyawan.

Berdasarkan hasil pengujian SPSS yang telah dilakukan

mengahasilkan persamaan regresi linier berganda, masing-masing variabel

dapat di interpretasikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan sebagai

berikut :

1. Konstanta sebesar 2,245 menyatakan bahwa jika tidak ada

hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan, maka kinerja

karyawan adalah sebesar 2,245. Ini berarti 2,245 merupakan besar

kinerja karyawan secara murni tanpa dipengaruhi faktor

pemimpin.

98 V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2007) hal. 137-141. 99 Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 7.

Page 83: faizal

62

2. Koefisien regresi sebesar 0,923 menyatakan bahwa setiap

penambahan hubungan manusiawi sebesar 1 (satu) satuan, maka

kinerja karyawan juga akan naik sebesar 0,923.

3. Koefisien regresi sebesar -0,383 menyatakan bahwa setiap

penambahan pola kepemimpinan sebesar 1 (satu) satuan, maka

kinerja karyawan juga akan naik sebesar -0,383.

Disamping itu terdapat koefisien determinasi dengan pengujian SPSS

juga. Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa

besar perubahan dari variabel dependent bisa dijelaskan oleh variabel

independent. Variabel dependent disini yang dimaksud adalah kinerja

karyawan dan variabel independent adalah hubungan manusiawi dan pola

kepemimpinan. Pada koefisien determinasi diperoleh R Square sebesar 0,346.

Dimana ini berarti bahwa 34,6% perubahan variabel dependent (kinerja

karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent hubungan manusiawi

dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel lain

di luar variabel yang digunakan.

Dalam penelitian ini guna mengukur keefektifan suatu kepemimpinan,

peneliti memasukkan beberapa referensi unsur-unsur Islam seperti yang

dijelaskan sebelumnya. Adapun referensi yang digunakan adalah hal-hal yang

berkaitan dengan kepemimpinan dalam Islam, seperti Kepemimpinan Nabi

Muhammad SAW. Dimana seperti diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW

merupakan sosok pemimpin yang sukses tidak hanya dalam dunia dagang

saja, tetapi juga dalam memimpin dan membawa umatnya dari zaman

kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Allah berfirman:

ô‰s) ©9 tβ%x. öΝ ä3 s9 ’Îû ÉΑθß™ u‘ «!$# îοuθó™é& ×π uΖ |¡ ym ⎯ yϑ Ïj9 tβ%x. (#θã_ötƒ ©!$# tΠöθu‹ ø9$#uρ tÅz Fψ$#

tx. sŒuρ ©!$# #ZÏVx. ∩⊄⊇∪

Page 84: faizal

63

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) orang-orang yang mengaharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.100

Dari Firman Allah SWT tersebut jelas mengatakan bahwa

kepemimpinan Nabi Muhammad adalah kepemimpinan yang paling ideal dan

merupakan contoh yang patut untuk diikuti. Disamping itu penelitian ini juga

memasukkan firman Allah SWT (ayat-ayat Al-Quran) dan Sabda Rasull (Al-

Hadits) sebagai pedoman di dalam penelitian.

100 QS. Al Ahzab: 21.

Page 85: faizal

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dibahas pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden karyawan, dapat

disimpulkan bahwa konsep dasar dan penerapan kepemimpinan BMT Mitra

Usaha Ummat sudah berjalan efektif. Dimana hal ini terlihat pada koefisien

determinasi diperoleh dari R Square sebesar 0,346 , yang artinya bahwa

34,6% perubahan variabel dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan

oleh variabel independent (kepemimpinan) hubungan manusiawi dan pola

kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar

variabel yang digunakan.

2. Pengaruh konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra usaha

Umat cukup positif, Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 5,283

dengan signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014 dimana bahwa secara

bersama-sama variabel independen (kepemimpinan) dengan indikator

hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) pada BMT Mitra Umat.

Page 86: faizal

65

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka penulis mencoba

untuk memberi saran terhadap BMT Mitra Usaha Ummat sebagai berikut:

1. Perlu adanya suatu peningkatan hubungan yang baik didalam

komponen BMT Mitra Usaha Ummat, baik secara komunikasi

maupun dalam hal kerjasama. Sehingga nantinya akan tercipta kinerja

yang maksimal khususnya bagi karyawan.

2. Perlu adanya pendekatan pemimpin kepada karyawan yang lebih

intensif, baik itu melalui acara pengajian maupun sekedar acara

silahturahmi. Diharapkan dengan ini lebih tercipta keharmonisan

antara pemimpin dan karyawan.  

Page 87: faizal

66

Daftar Pustaka

Aden, Widjan dkk, 2004, Studi Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: Pusat Studi Islam UII.

Ahmad Fadli, 2002, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada PT Kawasan industri” Medan, diakses dari http://library.usu.ac.id.

As'ad, 1982, Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty Press. Aunur, Rohim F dan Iip Wijayanto, 2001, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta :

UII Press. Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis

dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cahyono, 1984, Psikologi Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional. Fiedler, 1967, A Teory of Leadershif Effectiveness, New York: McGrow-Hill

Book Company. Haris, 1985, Managing people at work, concept and in interpesoncel bahaviour,

New york: johnwilly and soms, inc. Heri Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta :

EKONISIA. Imam Moedjiono, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian, Yogyakarta: UII

Press. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, 2001, Jakarta: Balai Pustaka. Mardin Idris, 2003, ”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap

Disiplin Kerja. Pegawai Perguruan Tinggi Islam Yogyakrta”, Jurnal fenomena, Vol. 14 No 2.

Mastahu, 2005, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Muhammad., Hariwijaya dan Triton, 2008, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, cet. 4, Yogyakarta: Oryza.

Purbayu Budi S dan Ashari, 2006, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi.

Rustandi, 1987, Gaya Kepemimpinan, Pendekatan Bakat Situasional, Cetakan Kedua, Bandung: Armico.

Rosady, Ruslan, 2003, Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soehadi, 1999, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial Bisnis Manajemen, Yogyakarta: Lukman Offset.

Supardi, 2005, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII Press.

Suyadi Prawirosentono, 2008, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE. Toto Tasmara, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, cet, 1, Jakarta: Gema

Insani. Veitzhal Rivai, 2008. kepemimpinan dan perilaku organisasi. Rajagravindo

Persada V. Wiratna Sujarweni, 2007, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, Yogyakarta:

Global Media Informasi.

Page 88: faizal

67

Widya Sistha Prima, 2007, ”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah Sakit pada Rumah Sakit Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”, Skripsi Universitas Islam Indonesia.

Winardi, 1979, Pimpinan dan Kepemimpinan dalam Manajemen, Bandung: Alumni.

Page 89: faizal

68

INTERNET: www.arismaduta.org. Diakses pada 11 februari 2010 www.andaluarbiasa.com. Dikutip pada 10 februari 2010 www.boyhadiconsist.wordpress.com. Diakses pada 11 Februari 2010 www.cahayamuslim.blogspot.com. Dikutip pada 10 februari 2010 www.detiknews.com. Diakses pada 12 februari 2010 www.diah_aryati.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada 18 Oktober 2009. www.eljabars.wordpress.com. Diakses pada 10 februari 2010 www.emeraldinsight.com. Diakses pada 15 Oktober 2009 www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010 www.kiamifsifeui.wordpress.com, Diakses pada 20 Oktober 2009. www.perpus.yarsi.ac.id. Diakses pada 12 februari 2010 www.pdfqueen.com. Diakses pada 14 februari 2010 www.syafrizalhelmi.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010

Page 90: faizal

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 91: faizal

HASIL PENGUJIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

usia responden

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Valid <22 tahun 3 13.0 13.0 13.0

23-30 tahun 9 39.1 39.1 52.2

31-40 tahun 6 26.1 26.1 78.3

40 tahun 5 21.7 21.7 100.0 Total 23 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Valid pria 14 60.9 60.9 60.9

wanita 9 39.1 39.1 100.0

Total 23 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent Valid sma 9 39.1 39.1 39.1

akademi 8 34.8 34.8 73.9

strata 1 6 26.1 26.1 100.0 Total 23 100.0 100.0

Page 92: faizal

HASIL UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.713 5

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.764 10 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.859 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

x11 16.13 3.119 .356 .706 x12 16.26 2.565 .464 .670 x13 16.48 1.988 .658 .575 x14 16.30 2.767 .499 .657 x15 16.39 2.885 .410 .689

Page 93: faizal

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

x21 36.74 8.747 .504 .735 x22 37.26 9.020 .398 .748 x23 37.00 9.182 .367 .752 x24 37.09 8.719 .504 .747 x25 36.91 8.901 .409 .746 x26 37.04 8.589 .418 .746 x27 37.13 7.755 .508 .733 x28 37.39 8.340 .524 .730 x29 37.13 8.937 .375 .751 x210 36.87 9.209 .379 .750

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlatio

n

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

y1 39.91 17.083 .561 .847 y2 40.17 17.696 .412 .859 y3 40.13 16.846 .509 .852 y4 40.22 16.723 .483 .855 y5 40.00 16.455 .666 .838 y6 40.04 16.680 .706 .836 y7 40.48 16.352 .473 .859 y8 40.22 15.996 .763 .830 y9 40.04 16.771 .820 .832 y10 40.26 17.474 .469 .854

Page 94: faizal

HASIL PENGUJIAN REGRESI

ANOVA(b)

Model

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 1.554 2 .777 5.283 .014(a)

Residual 2.941 20 .147 Total 4.495 22

a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error 1 (Constant) 2.245 1.055 2.127 .046

X1 .923 .331 .766 2.787 .011 .433 2.312X2 -.383 .383 -.275 -.999 .330 .433 2.312

a Dependent Variable: Y

Model Summary(b)

Model R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .588(a) .346 .280 .38348 1.680 a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y

Page 95: faizal

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y

Page 96: faizal

Regression Standardized Predicted Value3210-1-2

Reg

ress

ion

Stu

den

tize

d R

esid

ual

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Page 97: faizal

Profil BMT Mitra Usaha Ummat

1. Latar Belakang Berdirinya BMT Mitra Usaha Ummat

BMT Mitra Usaha Ummat berdiri pada tanggal 15 Desember 1995. Dimana

didirikan oleh pemuda dan pemuka masyarakat yang difasilitasi oleh LPM UII

Yogyakarta. Peresmian BMT Mitra Usaha Ummat dilakukan oleh Rektor UII Prof H.

Zaini Dahlan MA yang menjabat pada saat itu.

BMT Mitra Usaha Ummat memperoleh pengesahan koperasi serba usaha syariah

dari pemerintah pada Tanggal 12 Oktober 1998. Perkembangan dari BMT Mitra Usaha

Ummat juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik, meski usianya masih tergolong

muda. Hal tersebut terlihat dari kondisi keuangannya yang telah memiliki asset lebih dari

5 milliar rupiah serta empat kantor cabang yang tersebar di daerah Sleman.1

2. Visi dan Misi BMT Mitra Usaha Ummat

Visi dari BMT Mitra usaha Ummat yaitu:

• Mensosialisasikan sistem lembaga keuangan syariah secara komprehensif,

dengan menawarkan produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat.

• Secara sistematis dan berkesinambungan melakukan penyempurnaan

dalam pengelolaan produk untuk pencapaian pelayanan yang berkualitas

dan bernilai syariah.

• Mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas dengan motivasi

kerja dan integritas tinggi, disiplin, dinamis, didukung penguasaan

teknologi informasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

• Melaksanakan bisnis dengan pendampingan dan pemberdayaan usaha

kecil dan menengah yang berbasis komunitas untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas usaha.

• Melaksanakan sosialisasi akan pentingnya zakat, infaq, sodaqoh dan

wakaf, sekaligus menjadi pengelolanya.

1 Data “BMT Mitra Usaha Ummat”

Page 98: faizal

Misi dari BMT Mitra Usaha Ummat yaitu:

Memberikan pelayanan keuangan dengan pola syariah, serta pelayanan

pengelolaan ziswaf kepada masyarakat, sehingga berperan dalam peningkatan

kualitas usaha kecil dan menengah dengan profesional , berdasarkan prinsip

keadilan dan saling menguntungkan.

BMT Mitra Usaha Ummat melakukan operasi berdasarkan badan hukum

koperasi dimana menjunjung tinggi kepercayaan masyarakat yang beroperasi di

Yogyakarta dan sekitarnya.

3. Legalitas

Adapun legalitas BMT Mitra Usaha Ummat sebgai berikut:

− Badan Hukum no. 13/BH/DK/X/1998

− Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)

no. 173/1202/TDUP/XII/1998

− NPWP: 01.852.410.8-42.000

− Anggota Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (ABSINDO)

− Anggota Puskopsyah Formes (Sleman)

− Anggota Puskopsyah Mitra Nugraha (DIY)

− Anggota Dekopin

4. Struktur Organisasi

:

Gambar 4.1

Rapat Anggota Tahunan

Pengurus Ketua

Sekretaris Bendahara

Page 99: faizal

Sumber: Data dari BMT Mitra Usaha Ummat.

5. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Ummat

Dalam memgembangkan produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah BMT

Mitra Usaha Ummat mengeluarkan beberapa produk sebagai berikut:

a. Produk Simpanan.

Sebagai lembaga keuangan yang mempunyai tujuan mengangkat

perekonomian usaha kecil dan memberikan alternatif simpanan bebas riba,

maka BMT Mitra Usaha Ummat produk-produk sebgai berikut:

− Simpanan Al-Wadiah, merupakan penitipan barang atau uang dimana

BMT berwenang untuk mengelola dana tersebut. Penyetoran dan

penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan mendapatkan bonus

keuntungan sesuai kebijakan BMT.

− Simpanan Mudharabah, merupakan simpanan yang setoran dan

penarikannya bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dan mendapatkan bagi hasil setiap bulannya. Adapun produk-produk

Simpanan Mudharabah yaitu:

1. Simpanan Mudharabah Harian (SIMUDA), adalah simpanan yang

yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-

waktu.

2. Simpanan Masa Depan (SIMADE), adalah simpanan yang

penyetorannya dilakukan secara periode dan berkelanjutan dengan

penarikan dana sesuai perjanjian. Jenis kegunaannya untuk biaya

pendidikan, lebaran, qurban, pensiunan, haji, dsb.

Manajer

Akunting/Pembukuan Marketing Teller/CSO

Page 100: faizal

3. Simpanan Mudharabah berjangka (SIJAKA), adalah simpanan ini

bertujuan agar pihak BMT dalam mengelola dana dari masyarakat

akan lebih mudah karena model penarikannya lebih teratur yaitu 3

bulan, 6 bulan dan 12 bulan dengan jumlah setoran minimal Rp.

500.000,-.

4. Simpanan Penyertaan Tidak Tetap, adalah simpanan dengan

jangka waktu penarikan minimal 18 bulan dan jumlah setoran

minimal Rp. 500.000,-.

b. Produk Pembiayaan.

Produk Pembiayaan yaitu fasilitas penyediaan/talangan dana dari BMT untuk

memenuhi kebutuhan ummat baik yang bersifat produktif (modal kerja atau

investasi) maupun konsumtif (membeli barang perlengakapan/kebutuhan).

Adapun jenis produk pembiayaan:

− Jual Beli atau Murabahah, yaitu kontrak jual beli dengan ketentuan

dimana penjualan barang oleh BMT kepada nasabah dengan jenis

barang yang sesuai kebutuhan anggota. Nantinya pembyaran dilakukan

dengancara mengangsur/tangguh/jatuh tempo dan pihak BMT

mendapat keuntungan dengan menaikkan harga.

− Ijaroh, dimana BMT menyediakan barang yang akan disewa untuk

kepentingan anggota akan membayar sewa sesuai yang disepakati

(pokok sewa ditambah profit BMT) dengan jangka waktu yang

disepakati pula.

− Muyarokah, yaitu kerjasama usaha antara anggota dan BMT dengan

sistem bagi hasil dimana permodalan dari BMT dan anggota. Adapun

nisbah bagi hasil nantinya sesuai kesepakatan serta sistem dan jangka

waktu pembayaran sesuai kesepakatan.

− Mudharabah (bagi hasil), yaitu kerjasama usaha antara anggota dan

BMT dengan sistem bagi hasil, dimana permodalan seluruhnya dari

BMT dan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan. Adapun sistem dan

jangka waktu pembayaran sesuai kesepakatan.

Page 101: faizal

6. Syarat dan Prosedur Produk-Produk BMT Mitra Usaha Ummat

a. Produk Simpanan:

− Mengisi formulir menjadi anggota.

− Mengisi formulir simpanan.

− Menyerahkan foto copy KTP/SIM.

− Tidak ada beban atau potongan biaya.

b. Produk Pembiayaan:

− Mengisi formulir permohonan pembiayaan.

− Menyerahkan foto copy KTP dan kartu keluarga (rangkap 2)

− Menyerahkan foto copy jaminan (setifikat/BPKB dan STNK) rangkap 2.

− Slip gaji terakhir (karyawan negeri/swasta)

− Persyaratan lainnya yang masih diperlikan akan di informasikan

kemudian.

7. Perkembangan perusahaan

Perkembangan BMT Mitra Usaha Ummat tergolong cukup baik, dimana di

usianya yang tergolong muda disamping memiliki kantor pusat juga memiliki

beberapa kantor cabang. Adapun lokasi kantor pusat dan kantor cabang BMT

Mitra Usaha Ummat yaitu:

− Sekretariat Pusat: JL. Kaliurang km 15 Ruko Pasar Degolan.

− Kantor Cabang :

1. Jangkang Widodomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta.

2. JL. Kaliurang km 15 Ruko Pasar Degolan Ngemplak Sleman

Yogyakarta.

3. Jambon Sindumartani Ngemplak Sleman Yogyakarta.

4. JL. Perum Pertamina No. 12 Bromonilan.

Page 102: faizal

Daftar Pertanyaan Panduan

Pimpinan BMT Mitra Usaha Ummat

Judul: ”Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada BMT Mitra Usaha Umat” Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maksud diadakannya penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Ilmu Agama Islam. Demi tercapainya tujuan penelitian ini, saya berharap Bapak berkenan untuk mengisi beberapa pertanyaan di bawah ini. Saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kesediaan Bapak yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi pertanyaan ini dan saya mohon maaf apabila terdapat pertanyaan yang kurang berkenan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

1. Langkah apa yang bapak telah ambil dalam kepemimpinan anda yang membuat BMT Mitra

Usaha Umat dapat sesukses sekarang pak?

2. Dalam mengambil keputusan apakah bapak melakukannya seorang diri atau melibatkan

karyawan juga?

3. Bagaimana bapak melakukan pendekatan terhadap karyawan?

4. Apa bapak setuju bahwa pemimpin sangat berpengaruh di dalam kinerja karyawan?alasannya?

5. Apa yang bapak lakukan dalam meningkatkan kinerja dari karyawan?

6. Bagaimana menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan bagi karyawan pak?

7. Bilamana terjadi konflik diantara karyawan, tindakan apa yang akan bapak lakukan untuk

mengatasinya?

8. Apakah selama 3 tahun terakhir ini BMT Mitra Usaha Umat mengalami peningkatan di tiap

tahunnya pak?baik dari sisi manajemen,kinerja karyawannya, maupun sisi keuangannya?

9. Menurut bapak mengapa dalam suatu kepemimpinan diperlukan adanya keseimbangan antara

aspek realigi dan pekerjaan?

Page 103: faizal

10. Bagaimanakah sosok pemimpin yang ideal menurut bapak?

11. Bagaimana menciptakan suatu sinergisitas / kerjasama yang baik di dalam hubungan antara bapak

dengan karyawan?

*****Terima Kasih*****

Page 104: faizal

KUESIONER PENELITIAN ”Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada BMT Mitra Usaha Umat” Assalamu’alaikum Wr. Wb. Maksud diadakannya penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam jurusan Ekonomi Islam di Fakultas Ilmu Agama Islam. Demi tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti berharap Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur, identitas dan jawaban Bapak/Ibu dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini dan tidak lupa peneliti mohon maaf apabila terdapat pertanyaan yang kurang berkenan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Identitas Responden

1. Umur :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*

3. Pendidikan : Keterangan : * Coret yang tidak perlu Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban pertanyaan yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu.

Daftar Pertannyaan untuk Karyawan: Pengaruh Kepemimpinan ( X ) Hubungan Manusiawi

1. Diperlukan hubungan yang baik antara pemimpin dengan para karyawan? a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

2. Pemimpin selama ini sangat mendekatkan diri dengan karyawan

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Page 105: faizal

3. Bila terjadi konflik antara karyawan, pemimpin mendiskusikan penyelesaiannya dengan karyawan yang terlibat konflik.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

4. Komunikasi antara pemimpin dengan karyawan selama ini berjalan dengan baik.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

5. Pemimnpin selalu menciptakan hubungan manusiawi yang efektif dengan karyawannya.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Pola Kepemimpinan

1. Proses pengambilan keputusan yang menyangkut BMT sepenuhnya dilakukan oleh pimpinan dengan mendengarkan masukan dari karyawan sebelumnya?

f. Sangat setuju g. Setuju h. Netral i. Kurang setuju j. Tidak setuju

2. Pola kepemimpinan BMT Mitra Usaha Umat, telah sesuai dengan idealitas dalam kepemimpinan Islam?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

3. Pemimpin disamping suka memberikan perintah juga mengarahkan?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Page 106: faizal

4. Pemimpin menerima setiap saran atau masukan dari karyawan tetapi keputusan sepenuhnya ditentukan pemimpin.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

5. Pemimpin memberikan bonus pada karyawan berprestasi guna peningkatan kinerja karyawan.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

6. Kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin selama ini mampu memberikan kemajuan bagi BMT Mitra

Usaha Umat a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

7. Pemimpin mendiskusikan dengan bijaksana penyelesaian permasalahan yang terjadi dan mencari solusinya

bila ada penurunan ninerja karyawan a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

8. Di dalam melaksanakan tugas pekerjaan pemimpin memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada

karyawan tetapi dalam pengawawsan pemimpin a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

9. Pemimpin selalu mengedepankan ketepatan waktu di dalam bekerja

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Page 107: faizal

10. Kinerja dan semangat dari karyawan sangatlah ditentukan dari kualitas pemimpinnya a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Kinerja Karyawan ( Y )

1. Hasil kerja Bapak/Ibu memiliki ketepatan dalam menjalankan tugas sesuai dengan pekerjaan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

2. Hasil kerja Bapak/Ibu memiliki ketelitian dalam menjalankan tugas sesuai dengan pekerjaan.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

3. Setiap pekerjaan yang telah diselesaikan, diteliti kembali sebelum pekerjaan tersebut diperiksa pemimpin?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

4. Hasil kerja yang dilakukan selalu menghasilkan kerapaian?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

5. Setiap hasil kerja yang telah diselesaikan selalu mengahasilkan pekerjaan yang bersih?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

6. Hasil pekerjaan yang telah anda selesaikan selalu memberikan kepuasan bagi pemimpin.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

Page 108: faizal

7. Sehari-hari anda dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan baik? a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

8. Besar persentase jumlah pekerjaan yang dapat anda selesaikan dalam sehari lebih dari 90%

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

9. Besar persentase anda dalam menunda pekerjaaan kurang dari 10%

a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

10. Setujukah bahwa anda selalu melaksanakan tugas pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin dengan tepat

waktu? a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Kurang setuju e. Tidak setuju

*****Terima Kasih*****