f2 demam berdarah dengue
DESCRIPTION
InternshipTRANSCRIPT
![Page 1: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Demam dengue/DD dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang
disertai oleh leukopenia ,ruam, limfadenopati,trombositopeni,dan diatesis
hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syok
2.2. Epidemiologi
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu
infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit
demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam
sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang
dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala.
Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit
ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi
virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD
yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain
seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968 penyakit
DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat
tinggi. Pada tahun 1999, morbiditas berkurang sebanyak 2%.
2.3.Etiologi
1
![Page 2: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/2.jpg)
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4
serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3
merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan
dengan kasus berat.
2.4. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak
bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus
antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut :
1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat
dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a.C5a menyebabkan meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan
dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun masing-
masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan
terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya anafilatoksin
dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung inaktivator ampuh
terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya perannya dalam proses
terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi tersebut.
Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan histamin
2
![Page 3: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/3.jpg)
dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang meningkat
dalam air seni 24 jam pada pasien DHF.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat
meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III
yang merangsang koagulasi intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin
degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin
yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah.
3
![Page 4: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/4.jpg)
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu
diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis
meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut:
1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag
dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.
2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik
pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus
dengue pada permukaan sel fogosit mononukleus.
3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus
yang telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS
ialah jumlah sel yang terinfeksi.
4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated
intravaskular coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya
4
![Page 5: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/5.jpg)
mediator-mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi itu.
Mediator tersebut berupa monokin dan mediator lain yang mengakibatkan
aktivasi komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding
pembuluh darah, serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.
2.5.Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar–
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DD disebabkan oleh kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DD dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem
kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskular. Berakibat
berkurangnya volum plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi pleura dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari
saat permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien
dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
5
![Page 6: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/6.jpg)
bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang
dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi
trombosit dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun
mungkin disebabkan proses imunologis dengan terdapatnya sistem koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terganggu
oleh aktivitasi sistem koagulasi.
DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan.
Pada awal DHF pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan
plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan,
maka akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
6
![Page 7: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/7.jpg)
7
![Page 8: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/8.jpg)
2.6. Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue,
SSD).
Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
DD
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
Dapat disertai trombositopenia. Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Terdapat satu dari manifestasi pendarahan berikut: Uji torniquet positif. Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura. Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri. Hepatomegali. Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke
rongga peritoneal. Trombositopenia. Hemokonsentrasi. Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
SSD
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok). Gejala syok:
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis. Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg. Akral dingin, capillary refill turun. Diuresis turun, hingga anuria.
Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue
Tabel 2. Derajat penyakit DBD
Derajat Kriteria
8
![Page 9: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/9.jpg)
Penyakit
DBD derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
DBD derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
DBD derajat III
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat IV
Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Keterangan:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama
perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
Uji torniquet positif : terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Uji Laboratorium:
1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositiosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
2. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
3. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
4. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan
pembekuan darah.
9
![Page 10: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/10.jpg)
5. Protein/ albumin: dapat terjadi hiproteinemia akibat kebocoran plasma.
6. SGOT/ SGPT dapat meningkat.
7. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
8. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
9. Golongan darah dan crossmatch:bilaakan diberikan transfuse darah atau
komponen darah.
10. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM terhadap dengue.
11. Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, untuk kepentingan surveilans.
12. NS1: antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan spesifitas
100% sama tingginya dengan spesifitas gold standar kultur virus. Hasil
negative antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa
kerlainan yang dapat dideteksi yaitu :
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali dan efusi perikard
4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati
5. Caran dalam rongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
2.8. Diagnosis
Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia,
lemah, nyeri pada punggung, tulang, persendian , dan kepala,
berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
10
![Page 11: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau
hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (≤ 100.000/µl)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup
untuk menegakkan diagnogsis kerja DBD.
2.9. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untun demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. PAPDI menyusun protocol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa
yang terbagi dalam 5 kategori:
Protokol 1: penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.
Dilakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), dan trombosit, bila :
1. Hb normal, Ht normal, trombosit normal (100.000-150.000) pasien
dipulangkan dengan anjuran control atau berobat jalan (tiap 24 jam).
2. Hb normal, Ht normal, trombosit < 100.000/mm3 pasien dianjurkan untuk
dirawat.
3. Hb meningkat, Ht meningkat, trombosit normal (100.000-150.000/mm3) atau
turun juga dianjurkan untuk dirawat.
Protokol 2: pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.
Rumus : 1500 + (20 x (BB dalam kg – 20)
11
![Page 12: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/12.jpg)
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb dan Ht tiap 24 jam:
Bila Hb dan Ht menignkat 10-20% dan trombosit <100.000, jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb, Ht, trombo dilakukan
tiap 12 jam.
Bila Hb dan Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan
sesuai dengan protocol 3.
Protokol 3: penatalaksaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.
Berarti tubuh telah kehilangan cairan sebesar 5%. Terapi awal berupa infus
kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam.
Keadaan membaik: Ht menurun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil
produksi urin meningkat maka cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam.
Bila membaik pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Keadaan memburuk: Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20 mmHg,
produksi urin menurun maka jumlah infus dinaikan menjadi 10 ml/kgBB/jam dan
bila didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protocol
tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa.
Protokol 4: penatalaksanaan pendarahan spontan pada DBD dewasa.
Pendarahan spontan :
Pendarahan Hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah
diberikan tampon hidung
Pendarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia)
Pendarahan saluran kencing (hematuria)
Pendarahan Otak atau pendarahan tersembunyi dengan jumlah
pendarahan sebanyak 4-5ml/kkBB/jam
Pemberian Heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan
tanda-tanda koagulasi intravascular diseminata (KID). FFP diberikan bila terdapat
12
![Page 13: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/13.jpg)
defisiensi factor-faktor pembekuan darah. PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari
10g/dl dan transfusi trombosit diberikan pada pasien DBD dengan pendarahan
spontan dan massif dengan jumlah trombosit <100.000/mm3 disertai atau tanpa
KID.
Protokol 5: tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada dewasa.
Angka kematian SSD ini sepuluh kali lipat dibanding dengan penderita DBD
tanpa renjatan. Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang
diberikan. Penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit.
Ketika keadaan sudah normal pemberian infuse harus segera dihentikan karena
bisa mengakibatkan hipervolemi, edeme paru atau gagal jantung.
13
![Page 14: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/14.jpg)
14
![Page 15: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/15.jpg)
Tabel 3. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:• Syok• Muntah terus menerus• Kejang• Kesadaran turun• Muntah darah• Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik Secara klinis tampak perbaikan Hematokrit stabil Tiga hari setelah syok teratasi Trombosit > 50.000/uL Tidak dijumpai distres
pernafasan
2.10. Komplikasi DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh
lemah / lelah (fatigue) saat fase pemulihan.
Penyebab kematian pada deman berdarah dengue:
Syok berkepanjangan (prolonged shock)
Kelebihan cairan
Perdarahan masif
Manifestasi yang jarang :
Ensefalopati dengue
Gagal ginjal akut
Ensefalopati DBD
Diduga akibat disfungsi hati, udem otak,
perdarahan kapiler serebral
atau kelainan metabolik
15
![Page 16: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/16.jpg)
Ditandai dengan kesadaran menurun dengan atau tanpa kejang, baik pada
DBD dengan atau tanpa syok
Ketepatan diagnosis
Bila ada syok, harus diatasi dulu
Pungsi lumbal setelah syok teratasi, hati-hati trombosit < 50000/ul
Transaminase, PT/PTT, gula darah, analisa gas darah, elektrolit,
amoniak darah
16
![Page 17: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berumur 19 tahun dirawat di Bangsal Penyakit Dalam
RSUD Pariaman pada tanggal 21 Januari 2013 dengan:
Keluhan utama:
Demam yang semakin meningkat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Anamnesa:
Demam semakin meningkat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam awalnya sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu, pasien telah
berobat ke bidan namun demam tidak turun. Demam tinggi mendadak,
tidak menggigil, dan tidak disertai keringat.
Badan terasa letih sejak 4 hari yang lalu
Nyeri sendi sejak4 hari yang lalu
Sakit kepala sejak 4 hari yang lalu
Mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu, frekuensi 5x dalam sehari, jumlah
± ½ gelas tiap kali, isi apa yang dimakan, bercampur darah 1x.
BAK berwarna seperti teh sejak 4 hari yang lalu
BAB hitam disangkal
Pendarahan dari gusi dan hidung disangkal
Batuk (-)
17
![Page 18: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/18.jpg)
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis cooperatif
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 105x/I ,pengisian cukup
Nafas : 24x/i
Suhu : 37, 8o C
Status Generalisata
Kulit : ikterik (-), flushing (+), bleaching (+)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,konjungtiva
hiperemis (+)
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Paru
I : simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis)
Pa : fremitus kiri = kanan
Pe : sonor di seluruh lapangan paru
Au : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
18
![Page 19: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/19.jpg)
I : iktus tidak terlihat
Pa : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : cardiomegali (-)
Au : irama teratur, bunyi jantung murni
Abdomen
I : perut tidak tampak membuncit
Pa : hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)
Pe : timpani
Au : bising usus (+) normal
Extremitas : udem -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-,akral hangat
Pemeriksaan Penunjang:
Hb : 18 gr/dl
Ht : 54%
Leukosit : 8.600/ mm3
Trombosit : 84.000/ mm3
Diagnosis Kerja:
Dengue hemoragic fever
19
![Page 20: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/20.jpg)
Diagnosis Banding:
Demam chikungunya
Terapi:
Ist/ MB
IVFD RL 6jam/kolf
Paracetamol 3x1 tab
Ranitidin 3x1 IV
Ondansentron 3x1 IV
Propepsa
Follow Up
22/1/13
S/ demam berkurang, badan letih, BAK seperti teh pekat, nafsu makan berkurang, nyeri sendi (-), mual (-), muntah (-)
O/ TD: 110/70, Nadi: 81x/I, RR: 22x/I, T: 37oC
Hb: 15,7 gr/dl
Ht: 41%
Leukosit: 8.120
Trombosit: 64.000
20
![Page 21: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/21.jpg)
Kesan: DHF grade I (hari ke-5)
23/1/13
S/ demam (-), nyeri sendi (-), mual(-), muntah (-), BAB dan BAK biaas, nafsu makan berkurang
O/ TD: 110/90, nadi: 86x/I, RR: 21x/I, T: 36,5oC
Hb: 14,9
Ht: 40%
Leukosit: 5.810
Trombosit: 71.000
Kesan: DHF grade I (hari ke- 6)
24/1/13
S/ demam (-), nyeri sendi (-), mual(-), muntah (-), BAB dan BAK biasa, nafsu makan membaik
O/ TD; 110/70, nadi: 83x/I, RR: 21x/I, T: 36,5oC
Hb: 13,9
Ht: 37%
Leukosit: 5.600
Trombosit: 104.000
Kesan: DHF grade I (hari ke- 7)
25/1/13
S/ demam (-), nyeri sendi (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK biasa, nafsu makan membaik
O/ TD: 110/70, nadi 83x/I, RR: 21x/I, T: 36,5oC
21
![Page 22: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/22.jpg)
Pasien dipulangkan.
22
![Page 23: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/23.jpg)
BAB III
DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan demam yang semakin meningkat sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesa didapatkan demam sudah
dirasakan sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi mendadak, dan pasien merasakan
nyeri sendi, badan letih, penurunan nafsu makan, mual dan muntah serta BAK
yang berwarna seperti teh pekat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan flushing dan bleaching pada kulit, dan
konjungtiva yang hiperemis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
hemoglobin 15,7 gr/dl, hematocrit 41%, leukosit 8.120/mm3, trombosit
64.000/mm3 dengan kesan hemokonsentrasi dan trombositpeni.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
ditegakkan diagnosis kerja yaitu demam berdarah dengue Pasien diberikan terapi
berupa diet makanan biasa, infus RL, paracetamol, ondansentron, ranitidine, dan
propepsa.
23
![Page 24: F2 Demam Berdarah Dengue](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/563db8e7550346aa9a981677/html5/thumbnails/24.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Demam Berdarah Dengue: Pelatihan Bagi Pelatih, Dokter
Spesialis Anak, dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dalam Tatalaksana Kasus
DBD. 1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control, Second Edition. WHO: 1997.
3. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
24