f a k u l t a srepository.upstegal.ac.id/640/1/ilda wiguna.docx · web viewpengantar ilmu hukum....
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI DINAS PERHUBUNGAN UNTUK REKAYASA LALU LINTAS DI WILAYAH
KABUPATEN TEGAL PASCA PEMBANGUNAN RUAS TOL PEJAGAN PEMALANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Hukum
Oleh :
ILDA WIGUNA
NPM.5116500095
F A K U L T A S H U K U M
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2020
1
2
3
ABSTRAK
4
Ilda Wiguna, IMPLEMENTASI DINAS PERHUBUNGAN UNTUK REKAYASA LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL PASCA PEMBANGUNAN RUAS TOL PEJAGAN- PEMALANG. Skripsi, Tegal : Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal, 2020.
Rekayasa Lalu lintas merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh dinas perhubungan untuk mengantisipasi adanya kemacetan atau suatu hal lain yang berdampak dalam penggunaan lalu lintas jalan.
Penelitian ini bertujuan untuk(1) Mendeskripsikan Implementasi Dinas Perhubungan dalam melakukan rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal (2) Mendeskripsikan hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melasanakan Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal.Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) data-data atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian berasal dari kepustakaan baik berupa buku jurnal, literature, buku, laporan penelitian, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan. Pengumpulan data diperoleh dari bahan hukum sekunder, pendekatan bersifat normatif (legal research). Pendekatan yuridis normative yakni pendekatan yang dilakukan dalam bentuk mencari kebenaran dengan melihat asas-asas dalam ketentuan baik masalah perundangan
Hasil penelitian, (1) Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melaksanakan manajemen rekayasa lalu lintas penataan lalu lintas di Kabupaten Tegal tercantum dalam Pasal 12 Peraturan Bupati Tegal Nomor: 01 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan dan Perlengkapan Jalan di Kabupaten Tegal, yaitu (a) Merencanakan pengaturan lalu lintas di jalan kota termasuk jalan propinsi dan jalan nasional di wilayah Kabupaten Tegal dan merencanakan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), (b) pelaksanaan perencanaan pengaturan lalu lintas di wilayah Talang-Adiwerna, jalan utama baru. Sedangkan pelaksanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan APILL yaitu dengan memasang rambu-rambu, marka jalan dan APILL di kawasan pusat kota yang rawan macet. (2) Faktor penghambat Dinas Perhubungan Kabuapten Tegal dalam rekayasa lalu lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan-Pmalang yang melintasi wilayah kecamatan Talang dan Kecamatan Adiwerna adalah (a) kurangnya koordinasi yang baik antar instansi yang mengelola masalah transportasi, (b) tingkat kesadaran masyarakat pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu lalu lintas yang telah di pasang masih kurang. Hambatan samping yang tinggi yang menggunakan badan jalan ikut menjadi penghambat dalam Rekayasa Lalu Lintas.
Kata Kunci : Implementasi, Dinas Perhubungan, Rekayasa Lalu Lintas
ABSTRACT
5
Ilda Wiguna, IMPLEMENTATION OF TRANSPORTATION SERVICES FOR TRAFFIC ENGINEERING IN TEGAL REGENCY, POST-DEVELOPMENT OF THE PEJAGAN-PEMALANG TOLL ROADS. Thesis, Tegal: State Administration Law Study Program, Faculty of Law, University of Pancasakti Tegal, 2020.
Traffic Engineering is a plan carried out by the transportation department to anticipate traffic jams or other things that have an impact on the use of road traffic.This study aims to (1) Describe the Implementation of the Transportation Agency in engineering the Talang-Adiwerna Tegal highway traffic engineering (2) Describe the Tegal District Transportation Department obstacles in implementing the traffic engineering implementation of the Talang-Adiwerna Tegal highway.
This type of research is a library research (library research) data or materials needed to complete research comes from the literature in the form of books, journals, literature, books, research reports, and so forth related to the problem. Data collection was obtained from secondary legal materials, a normative approach (legal research). The juridical normative approach is the approach taken in the form of finding the truth by looking at the principles in terms of both the issue of legislationThe results of the study, (1) Tegal Regency Transportation Department in carrying out traffic management in traffic management in Tegal Regency are listed in Article 12 of Tegal Regent's Regulation Number: 01 of 2018 concerning Procedures for Implementing Road Traffic and Road Equipment in Tegal Regency, namely ( a) Planning traffic management on city roads including provincial roads and national roads in the Tegal Regency area and planning needs, procurement, placement and maintenance of traffic signs, road markings and traffic signaling tools (APILL), (b) implementation of planning traffic control in the Talang-Adiwerna area, a new main road. While the implementation of the needs, procurement, placement and maintenance of traffic signs, road markings and APILL is to install signs, road markings and APILL in the downtown area that is prone to traffic jams. (2) The inhibiting factors of the Tegal District Transportation Office in traffic engineering after the construction of the Pejagan-Pmalang toll road that crosses the Talang and Adiwerna subdistricts are (a) lack of good coordination between agencies that manage transportation problems, (b) the level of awareness of the user community the road in obeying traffic signs that have been installed is still lacking. High side barriers that use the road body become a barrier in Traffic Engineering.
Keywords: Implementation, Transportation Department, Traffic Engineering
M O T T O
6
Barang siapa belajar satu babdari pada ilmu untuk diajarkan kepada manusia, maka aku akan berikan ke padanya pahala tujuh
puluh orang shidiq/ benar
(HR.Abu Mansyur)
PERSEMBAHAN
7
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk orang-orang tercinta :
Bapak Sutikno, dan Ibu HawitenSuami, Fauzan Yudi AdiPratama
Rekan – rekan yang telah memberikan motivasiSegenap Aktivitas Akademika UPS Tegal
8
KATA PENGANTAR
Dipanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas perkenan-
Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Implementasi Dinas
Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas Di Wilayah Kabupaten Tegal Pasca
PembangunanRuas Tol Pejagan Pemalang”sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka
penyelesaian studi untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum
pada Faultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.
Berkenaan dengan penyusunan skripsi inilah, penulis menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya serta terima kasih yang sebesar-besar kepada
yang terhormat :
1. Bapak Dr.H.Burhan Eko Purwanto,M.Hum, Rektor Universitas Pancasakti Tegal.
2. Bapak Dr. H. Achmad Irwan Hamzani, SHI, M.Ag, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pancasakti Tegal.
3. Bapak Dr. H. Imawan Sugiharto, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran serta petunjuk yang berharga bagi penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. Moh. Khamim, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran serta petunjuk yang berharga bagi penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Abdul Honi, S.H.,M.M. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal,
beserta staf yang telah memberi ijin penelitian
9
6. Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf yang telah membimbing dan membantu
melancarkan penulis dalam menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas
Pancasakti Tegal.
7. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu
sehingga terselesaikannya Skripsi ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
penyusunan skripsi ini, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itulah kritik
konstruktif senantiasa penulis diharapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di
lingkungan akademik maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
Tegal, Januari 2020
Penulis.
10
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL……………………………….....…………………………... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....…..…………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN..…………………………………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................…………………………….. iv
HALAMAN ABSTRAK……………...………………………………………....... v
HALAMAN MOTTO...…………………………………………………................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………..……………………………........ viii
KATA PENGANTAR...........................................……………………………....... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah..………………………………………….... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................………………............ 9
D. Manfaat Penelitian...........................................…………………........ 9
E. Tinjauan Pustaka………..……………………………..….................. 10
F. Metode Penelitian………..……………………………..……............. 12
G. Sistematika Penulisan…..……………………………..…................... 15
BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL…………...………………………………. 16
11
A. TinjauanPerencanaan Lalu Lintas...………….……………….......... 16
B. Tinjauan Otonomi Daerah........................................................ .........
C. Tinjauan tentang Perlengkapan Jalan.................................................
20
27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….…... 43
A. Hasil Penelitian
1. Implementasi Dinas Perhubungan dalam Melakukan
Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-
Adiwerna Kabupaten
Tegal........................................
2. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-
Adiwerna Kabupaten Tegal, Pasca Pembangunan
Ruas Jalan Tol Pejagan-Pemalang.............................
3. Hambatan Dinas Perhubungan dalam Melakukan
Rekayasa Lalu Lintas................................................
B. Pembahasan.........................................................................................
43
43
54
75
79
BAB IV PENUTUP………………………………………………….………....... 90
A. Simpulan……….……..…………………………………………....... 90
B. Saran ……..……………………………..…………………………... 91
DAFTAR PUSTAKA………………..…………………………………………..... 92
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
12
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pada
tahun 2002, mengisyaratkan konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang
sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3)
yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Utrecht menyaakan
bahwa hokum dipahami sebagai himpunan petunjuk hidup beupa perintah dan
larangan dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh anggota masyarakat, jika
dilanggar akan melahirkan indakan dari pemerintah.1
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan
panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik
ataupun ekonomi. Namun demikian, penerapan prinsip negara hukum Indonesia
didasarkan pada unsur-unsur negara hukum secara umum, yaitu adanya upaya
perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya penyelenggaraan
pemerintahan yang didasarkan pada peraturan perundang undangan yang berlaku
dan adanya peradilan administrasi negara.2Agar tercapai tujuan Negara hukum
Indonesia sebagaimana dicita-citakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka seluruh unsur dimaksud harus
1Anugerah Ayu Sendari,Tujuan Negara Republik Indonesia Sesuai UUD 1945,https://www.liputan6. com/citizen6/read/3872982/tujuan-negara-republik-indonesia-sesuai-uud-1945,diaksespada 17 januari 2019.12:172
Sri Harini Dwiyatmi. Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013.
13
1
diterapkan secara konsisten. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea keempat
yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial …” Fungsi Negara adalah
menylenggarakan kesejahteraan umum (bestuurzorg). Sesuai dengan asasrule of
law, maka segala tindakan administrasi negara harus berdasarkan hokum, yaitu
hukum administrasi Negara.3
Sistem administrasi Negara Indonesia ini merupakan tugas dari
pemerintah, sehinga diperlukan pula sudut pandang dan aspirasi dari masyarakat.
Hal ini akan melingkupi pandangan hidup rakyat mengenai tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat, yang terakomodir dalam sebuah
otonomi daerah. Sejalan dengan itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah mengaturnya pada Pasal 18 Ayat 1-7, 18A Ayat 1
dan 2, serta 18B ayat 1 dan 2.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya membagi
kewenangan-kewenangan pemerintah daerah dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
3Ibid
14
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Pemerintah Kabubaten Tegal telah menerbitkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Tegal dan Peraturan Bupati Tegal.Berdasarkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan pemerintahan daerah
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai
dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang
diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah
dengan berdasar atas asas tugas pembantuan.
3. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang
menjadi kewenangan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada
gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN).
Salah satu urusan wajib bukan urusan dasar yang diamanatkan dalam
Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah
urusan bidang perhubungan. Dinas Perhubungan sebagai salah satu perangkat
daerah yang melaksanakan fungsi penunjang pelaksanaan urusan pemerintahan
Kabupaten Tegal di bidang teknis lalu lintas dan keselamatan jalan, angkutan jalan
dan terminal, perkeretaapian, dan pelayaran, penyelenggaraan urusan
15
pemerintahan dan pelayanan bidang perhubungan, pembinaan dan pelaksanaan
tugas bidang perhubungan.
Salah satunya yaitu dalam perundang-undangan negara kita, misalnya
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).Undang-undang
tersebut berisi tentang peraturan- peraturan dalam berlalu lintas dan juga peraturan
untuk angkutan dan jalan. Undang-undang tersebut seharusnya dapat menjadi
acuan masyarakat untuk berperilaku baik dan tertib dalam berlalu lintas dan
memanfaatkan fasilitas jalan, sehingga semakin tertibnya masyarakat Indonesia
semakin besar pula peluang untuk sejahtera.Lalu lintas dan angkutan jalan yang
tertib adalah wajah bangsa, sehingga masyarakat harus dibiasakan berperilaku
tertib danbenar dalam berlalulintas.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, menyatakan Rekayasa Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat
(RLL) dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Cakupan kegiatan RLL meliputi:
kajian lalu lintas, perencanan transportasi dan geometrik, Serta operasi lalu lintas
agar sesuai dengan standar dan ketentuan lainnya serta administrasi.4
Kesemerawutan dalam berlalu lintas merupakan salah satu fenomena
masyarakat yang saat ini tengah menjadi gambaran umum di kota-kota besar
maupun kota-kota kecil yang mempunyai kepadatan penduduk cukup
tinggi.Beberapa faktor yang biasanya menjadi penyebab terjadinya
kesemerawutan dalam berlalu lintas adalah soal pertambahan jumlah kendaraan,
4 Soerjono Soekanto,1986, Polisi dan Lalu Lintas, Bandung: Mandar Maju
16
baikpengangkut umum maupun kendaraan pribadi; serta rendahnya disiplin
pengguna jalan.5Kondisi ini mengakibatkan kemacetan di jalan raya, didukung
tidak seimbangnya atau lebih besarnya volume (jumlah) kendaraan yang melalui
suatu jalan dalam waktu tertentu arus lalu lintas terhadap kapasitas jalan
(kemapuan maksimum suatu jalan untuk menampung sejumlah kendaraan).
Lalu-lintas merupakan permasalahan rumit yang sering terjadi disetiap
daerah perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang
wilayah dan sistem jaringan transportasi itu sendiri sebagai sebuah kesatuan tata
ruang. Tata ruang yang dimaksud adalah perwujudan dari standar ruang dan pola
ruang, yaitu perwujudan dari susunan pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Struktur dan
pola ruang sebagai perwujudan dari satu kesatuan wilayah atau wadah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memeliharaan
kelangsungan hidupnya.6
Masing-masing dari kesatuan wilayah ini memiliki karakteristik fisik,
demografi, sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda dan unik, dan hal ini sangat
berpengaruh terhadap pola aktivitas setiap kesatuan wilayah. Jaringan
infrastruktur transportasi dalam konteks tata ruang dalam hat ini ditujukan sebagai
penghubung antar kesatuan wilayah, akan lebih berdaya gunaapabila didukung
oleh adanya sistem jaringan pelayanan transportasi.
5Adi Sulistiono, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, Jakarta : Pensil-324, 2006.6Leksmono.S.P, Rekayasa Lalu Lintas, Malang : Indeks. 2007.
17
Pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan suatu hasil dari proses
interaksi dan akumulasi dari berbagai sistem aktivitas yang saling bersifat
ketergantungan untuk memperkuat sistem dalam upaya mengoptimalkan
percepatan perkembangan kota, sementara lokasi perkembangan dari setiap
aktivitas tersebut berada pada ruang wilayah yang saling berbeda. Pertumbuhan
dan perkembangan kota atau wilayah akan berimplikasi pada meningkatnya
permintaan transportasi akibat peningkatan aktivitas pergerakan orang dan barang
dalam suatu arah atau kota, yang mana aktivitas pergerakan ini mutlak
memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai baik secara kualitas
maupun kuantitas.7
Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada
hakikatnya sudah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi,
meskipun pergerakan atau perpindahan itu dilakukan dengan sederhana.
Transportasi merupakan suatu bentuk keterkaitan dan keterikatan antara
penumpang, barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka
perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam tatananbaik secara alami
maupun buatan. Proses berlangsungnya kegiatan transportasi biasanya melibatkan
3 elemen penting yaitu adanya jaringan jalan, moda angkutan dan faktor kegiatan
(tata guna lahan).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah khususnya Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia untuk mengantisipasi sekaligus juga menangani
kesemerawutan dalam berlalu-lintas.Salah satunya yaitu melalui penambahan
sarana prasarana jalan dan fasilitas rambu lalu lintas, termasuk dalam hal ini
7Ibid.
18
bekerja-sama dengan Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
menambah pembangunan jalan.
Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa utamanya ruas Cirebon Pejagan
Pemalang, melewati Kabupaten Tegal dari ujung barat sampai dengan ujung timur
dengan total luas wilayah Kabupaten Tegal yang dilalui oleh jalan tol Kanci
Pejagan-Pemalang adalah 426,19 Ha yang meliputi 276,22 hektar (77,91%)
lahan persawahan, 12,15 hektar (5,37%) lahan permukiman dan 27,82 hektar
(16,72%) lahan kosong, tegalan dan lain-lain.
Pengembangan Jalan Tol ruas Pejagan-Pemalang ini berimplikasi
terhadap tata kelola sistem transportasi di wilayah Kabupaten Tegal, dimana
Dinas Perhubungan merupakan leading sector pengelolaan sistem trasportasi yang
aman, nyaman, tertib, selamet dan lancar.
Sebagai pemangku kepentingan dalam sistem transportasi di wilayah
Kabupaten Tegal, maka Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal melakukan
rekayasa dalam tata kelola sistem trasportasi, mulai dari tahap perencanaan,
harmonisasi regulasi sampai pada tahap implementasi program rekayasa lalu
lintasKeluaran yang diharapkan dalam pelaksanaan rekayasa lalu lintas adalah
terciptanya sistem transportasi yang Kamtibcar di wilayah Kabupaten Tegal.
Jalan Raya Talang-Adiwerna merupakan salah satu ruas jalan di Kabupaten
Tegal yang terkena implikasi atas pembangunan ruas tol Pejagan-Pemalang, hal
ini mengingat dalam ruas jalan raya Talang-Adiwerna terdapat pintu tol (gardu
keluar tol).Ruas Tol Pejagan-Pemalang Toll Road (PPTR) khususya di exit tol
Adiwerna Tegal Jawa Tengah berpotensi menjadi titik bottle neck saat arus mudik
dan balik Lebaran 2019 beberapa bulan yang lalu. Meski dijanjikan ruas tol sudah
19
fungsional, tapi jika malam hari mungkin belum bisa dioperasikan penuh,
terutama dari Adiwerna ke arah timur, seperti Pemalang-Pekalongan-Batang
bahkan ke Semarang.8Adiwerna merupakan salah satu titik keluarnya kednaraan
dari tol (exit tol) di Tegal.Daerah itu juga menjadi jalur utama yang
menghubungkan patura Jawa, Tegal ke selatan Jawa, seperti Purwokerto,
Purbalingga sampai ke Jogjakarta sampai ke Jawa Timur.
Untuk mewujudkan sistem transportasi yang kamtibcar di sepanjang ruas
jalan Talang-Adiwerna ini, diperlukan adanya suatu Implementasi yang integratif
diantara institusi pemangku kepentingan di wilayah Kabupaten Tegal sehingga
masyarakat pengguna lalu lintas tetap terlayani dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang menarik
untuk penulis teliti yaitu mengenai bagaimana Implementasi Dinas Perhubungan
Untuk Rekayasa Lalu Lintas di Wilayah Kabupaten Tegal, Pasca Pembangunan
Ruas Tol Pejagan-Pemalang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. BagaimanaImplementasi Dinas Perhubungan untuk melakukan rekayasalalu
lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal ?
2. Bagaimana hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalammelasanakan
Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten
Tegal ?
8 http://beritatrans.com/2018/05/07/mengantisipasi-kemacetan-panjang-di-exit-tol-adiwerna-tegal/
20
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan Implementasi Dinas Perhubungan dalam melakukan rekayasa
lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal.
2. Mendeskripsikanhambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam
melasanakan Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-
Adiwerna Kabupaten Tegal.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam rangka pembaharuan peraturan perundang-undangan tentang
jalan dan pembaharuan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal tentang rekayasa
lalu lintas di Kabupaten Tegal;
2. Secara praktis :
a. Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya
di dalam ilmu pengetahuan hukum di dalam Implementasi Dinas
Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaten Tegal
Pasca Pembangunan Ruas Tol Pejagan-Pemalang
21
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan hukum, serta dapat bermanfaat sebagai
sumber informasi bagi para pihak yang ingin mengetahui dan memahami
Implementasi Dinas Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas di wilayah
Kabupaten Tegal
c. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, secara refrensi terhadap penelitian sejenis.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesamaan terhadap penelitian
sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, maka perlu kiranya untuk memaparkan
penelitian-penelitian sebelumnya.
1. Adi Sulistiono, dkk, meneliti tentang Benang Kusut Lalu Lintas, hasil
penelitiannya bahwa “penyebab kemacetan bisa beragam : ada yang sistematis
dan kronis, namun ada pula penyebab kemacetan yang bersifat sementara.
Cotohnya jika hujan deras mengguyur yang mengakibatkan beberapa daerah
tergenang air. Ini memicu kemacetan dimana-mana. Kemacetan bisa pula
terjadi karena ada iring-iringan kendaraan orang penting (pejabat) yang hendak
lewat. Bisa juga kemacetan disebabkan karena ada kendaraan mogok dijalan.9
Kemacetan yang terjadi secara sistematis dan kronis selalu terjadi berulang
hampir setiap hari dengan penyebab yang sama. Penyebabnya beragam, tetapi
dalam banyak kasus sering terjadi karena faktor jumlah kendaraan sudah
9Adi Sulistiono, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, editor : Hermawan Sulistyo, (Jakarta : Pensil-324, 2006).
22
melebihi kapasitas jalan yang tersedia; tingginya angka perjalanan; kemacetan
yang bersumber dari konstruksi jalan yang tidak beres; pengalihan fungsi jalan
menjadi tempat parkir; ketidak tertiban dan ketidak-patuhan pemakai jalan
terhadap rambu-rambu lalu lintas.10Masalah kesemerawutan dan kemacetan
dalam berlalu lintas perkotaan adalah adanya ketidak seimbangan antara
kapasitas atau ruang jalan sebagai prasarana transportasi dengan jumlah
kendaraan sebagai mana transportasi. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang
besar pada kenyataannya kurang diimbangi oleh ketersediaan kapasitas
jaringan jalan yang cukup akibatnya timbul permasalahan diseputar transportasi
yaitukemacetan, Polusi udara, Penurunan kondisi jalan membuat daya guna
jalan menjadi semakin tidak optimal dan menambah biaya transportasi.11
2. Homburger & Kell, meneliti tentang ‘Rekayasa Lalu-lintas’hasil penelitiannya
adalah suatu penangananyang berkaitan dengan perencanaan, perancangan
geometrik dan operasi lalulintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan
lahan serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.12Di Indonesia istilah
rekayasa lalu-lintas merupakan salah satu cabang dari ilmu teknik sipil yang
menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu-lintas pergerakan
orang dan/atau barang secara aman dan effisien dengan merencanakan,
membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan dilengkapi dengan
rambu lalu-lintas, marka jalan serta alai pemberi isyarat lalu lintas. Dalam
Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
10 Ibid11Arif budiarto dan Mahmuda, Rekayasa Lalu Lintas, Surakarta: UNSPress, 2007.12Wiki buku media, 2013,https://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan, diubah pada 3 agustus 2013,pukul 14.04
23
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan bahwa rekayasa lalulintas
dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan 26
lalu-lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu-lintas dan angkutan jalan. Ruang lingkup rekayasa lalu-lintas
dalam prakteknya mencakup 5 bagian penting,
3. Alik Ansyori Alamsyah, meneliti tentang ‘Ruang Lingkup Rekayasa
LaluLintas’,hasil penelitiannya adalah lingkup Rekayasa Lalu Lintas dalam
prakteknya mencakup 5 (Iima) bagian penting meliputi 13: (a) Studi
Karakteristik Lalu Lintas, mencakup (1) faktor-faktor kendaraan dan manusia,
(2) Volume lalu lintas, kecepatan dan kerapatan, (3) arus lalu lintas, kapasitas
jalan dan persimpangan, (4) Pola perjalanan, faktor pertumbuhan dan asal
tujuan lalu lintas, (5) Faktor-faktor mengenai parkir dan terminal, (6)
Pelayanan fasilitas dan pemakainya, (7) Analisis kecelakaan lalu lintas. (b)
Perencanaan Transportasi yang meliputi (1) Studi transportasi regional, (2)
Perencanaan jangka panjang mengenai jaringan jalan, sistem transportasi
umum, terminal dan parker, (3) Perencanaan khusus pembangunan,
peningkatan atau penyebaran kembali lalu lintas, (4) Studi tentang dampak
lingkungan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam menulis skripsi ini, penulis melakukan penelitian yuridis
empiris.Menurut Soerjono Soekanto penelitian yuridis empiris adalah
13Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas,Malang:Ummpress,2008.
24
penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum
normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi
dalam masyarakat.14Dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap keadaan
sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud
untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta yang dibutuhkan, setelah bahan
yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah
yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.Adapaun bahan yang
digunakan berupa dokumen - dokumen yang dikumpulkan untuk mendukung
penelitian ini sangat beragam, mulai dokumen di Dinas Perhubungan
Kabupaten Tegal, sampai dengan peraturan-peraturan terkait.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan
normatif , yaitu meninjau permasalahan hukum secara normatif (boleh atau
tidak boleh menurut hukum yang berlaku)15. Adapun dokumen yang digunakan
tentunya berkaitan dengan bentuk penelitian terhadap norma hukum tertulis,
yang antara lain meliputi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
3. Sumber Data Penelitian
Data diperoleh penulis bersumber dari data sekunder.Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada16.Dalam
penelitian ini, sumber data yang penulis gunakan meliputi Undang-Undang
14Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2014,15Ibid16Ibid
25
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan.
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data penulis lakukan dengan cara :
a. Data primer
Dikumpulkan dengan cara metode wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung mengenai
gambaran umum dan masalah yang berhubungan dengan pokok masalah
penelitian kepada pegawai yang berwenang untuk menggunakan data-data
tersebut. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui
tatap muka maupun telpon17.Penulis menggunakan teknik wawancara tak
terstruktur, dimana penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang
sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data, melainkan pedoman
wawancara dilakukan sesuai kebutuhan saja.
b. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Arikunto mengatakan bahwa “metode dokumentasi
merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya”18.
17Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta, 201118 S. Arikunto, Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
26
5. Metode Analisis Data
Bahan penelitian penulis olah secara kualifikasi dan generalisasi,
kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis hukum, yaitu menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan teori hukum dan ketentuan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
G. Rencana Sistimatika Penelitian
Bab I Pendahuluan.Pada bab ini berisimengenai (1) Latar Belakang
Masalah; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Manfaat Penelitian;
(5) Tinjauan Pustaka; (6) Metode penelitian; (7) Rencana Sistematika Penulisan;
Bab II Tinjauan Konseptual. Pada bab ini menguraikan tentang norma-
norma hukum, teori-teori hukum yang berhubungan dengan memperhatikan
variabel penelitian yang termuat dalam judul ini.
Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan.Pada bab ini menguraikan
data hasil penelitian yang telah diolah, dianalisis dan ditafsirkan. Data penelitian
akan tampak jelas bagaimana disusun sesuai urutan permasalahan dalam
pembahasannya yang telah dikonstalasikan dengan tinjauan konseptual.
Bab IV Penutup, meliputi :Kesimpulan; Saran-saran.
27
BAB II
TINJAUAN KOSEPTUAL
A. Tinjauan Perencanaan Lalu Lintas
1. Pengertian Perencanaan Lalu Lintas
Menurut George R Terry :
“Planning is the selecting and relacting and relating of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and formulation of proposed activation believed neessry to achieve desired result”19(Perencanaan adalah memilih dan berkaitan dengan fakta dan pembuatan dan penggunaan asumsi mengenai masa depan dalam visualisasi dan perumusan usulan aktivasi yang diusulkan percaya untuk mencapai hasil yang diinginkan).
Dalam kontek manajemen, perencanaan (planning) merupakan proses yang
akan menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus
diambil untuk mencapainya. “Lewat perencanaan seorang pimpinan atau
manajer mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi
hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi cara-cara unuk
mencapainya”.20
Menurut Terry dan Rue :“perencanaan didefinisikan sebagai proses menentukan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama jangka waktu yang akan datang dan apa yang akan dilakuan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai, perencanaan efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi bukan atas dasar emosi dan keinginan”.21
19Irham Fahmi. Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 201720Tommy Suprapto. Pengantar Teori Manajemen Komunikasi. Yogjakarta: MedPress. 2009.21Goerge R Terry dan Leslie W. Rue.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara Cetakan Ke Lima Belas. 2014.
28
Perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat
pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat
pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan
dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan
persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan.penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan.
Dalam menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain
dengan memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan,
kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek
lingkungan, aspek sosial dan ekonomi.penetapan pemecahan permasalahan lalu
lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya. Maksud
rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi:
penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap
ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta
pemeliharaan rambu rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu
lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau
tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada
masyarakat.
2. Pengertian Lalu Lintas
Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri maka perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau seluruh
wilayah dan pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu memadukan
sarana transportasi lain. Menyadari peranan transportasi maka lalu lintas ditata
29
dalam sistem transpotasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan
tersedianya jasa trnasportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas
yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan biaya yang
terjangkau olehmasyarakat.
Pengembangan lalu lintas yang ditata dalam satu kesatuan sistem
dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendominasikan unsurnya yang
terdiri dari jaringan transportasi jalan kendaraan beserta dengan pengemudinya,
peraturanperaturan dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu
totalitas yang utuh, berdayaguna, dan berhasil. Lalu lintas dan angkutan jalan
perlu diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar
lebih luas daya jangkau dan pelayanan kepada masyarakat dengan
memperhatikan sebesarbesarnya kepentingan umum dan
kemampuan/kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan, koordinasi antara
wewenang pusat dan daerah serta unsur instansi sektor, dan antar unsur terkait
serta terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelesaian lalu
lintas dan angkutan jalan, serta sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem
transportasi nasional yang handal dan terpadu. Untuk memahami pengertian
lalu lintas, penulis akan mengemukakan pengertian lalu lintas menurut
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, maupun pendapat dari para pakar. Menurut Pasal 1 Undangundang
Nomor 22 tahun 2009, lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan, adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dengan
fasilitas pendukungnya. Menurut Muhammad Ali, lalu lintas adalah berjalan,
30
bolak balik, perjalanan dijalan. Ramdlon Naning juga menguraikan pengertian
tentang lalu lintas yaitu gerak pindah manusia dengan atau tanpa alat
penggerak dari satu tempat ketempat lainnya.Sedangkan menurut W.J.S.
Poerwodarminto1 bahwa lalu lintas adalahPerjalanan bolak-balik, Perihal
perjalanan di jalan dan sebagainya, pserta erhubungan antara sebuah tempat.
Subekti juga memberikan definisi tentang lalu lintas, ia mengemukakan
bahwa lalu lintas adalah segala penggunaan jalan umum dengan suatu
pengangkutannya. Pengertian dan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa lalu lintas dalam arti luas adalah setiap hal yang berhubungan dengan
sarana jalan umum sebagaisarana utama untuk tujuan yang ingin dicapai.
Selain dapat ditarik kesimpulan juga pengertian lalu lintas dalam arti sempit
yaitu hubungan antar manusia dengan atau tanpa disertai alat penggerak dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.
3. Manajemen Lalu Lintas
Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian
usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka
mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran LaluLintas. Manajemen lalu lintas adalah upaya-upaya
pemanfaatan semaksimal mungkin sistem jaringan jalan yang ada dan bisa
menampung lalu lintas sebanyak mungkin atau menampung pergerakan orang
sebanyak mungkin dan memperhatikan keterbatasan lingkungan (Kapasitas
Lingkungan), memberikan prioritas untuk kelompok pengguna jalan tertentu
31
dan penyesuaian kebutuhan kelompok pemakai jalan lainnya serta menjaga
kecelakaan lalu lintas sekecil mungkin. Melakukan pengendalian jangka
pendek, gerakan gerakan manusia dan barang secara selamat(safety) dan
efisien, serta selaras dengan lingkungan sosial (kearifan lokal) melalui
koordinasi di dalam perencanaan implementasi berbagai elemen manejemen
lalu lintas sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan satu dengan lainnya,
bahkan apabila memungkinkan elemen-elemen tersebut saling memperkuat.
Prinsip yang digunakan dalam mengendalikan lalu lintas adalah
mengambil langkah untuk secara terus menerus mengendalikan lalu lintas serta
upaya yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan lalu lintas yang timbul
serta memprediksi sebelum permasalahan tersebut terjadi, untuk kemudian
dipersiapkan solusi, jangan sampai permasalahan membesar dan tidak
terkendali seperti yang sekarang bisa kita amati dari pertumbuhan lalu lintas
sepeda motor yang luar biasa dan lalu lintasnya cenderung selalu melanggar
aturan lalu lintas tanpa ada langkah untuk melakukan penindakan hukum yang
nyata/significant terhadap pelanggaran yang dibuat.
B. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri,
sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya.Otonomi
daerah dengan demikian berarti kemandrian suatu daerah dalam kaitan
32
pembuatan dan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendri.22Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
“Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah”23
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga
sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan
cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan
bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali
sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
2. Dasar hukum
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18
Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2, Pasal 18B ayat 1 dan 2.
b. Ketetapan Majlis Permusyawarata Rakya Republik Indonesia Nomor
XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,
pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan,
serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
NegaraKesatuan Republik Indonesia
22 Ubedilah,dkk, Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani,,Jakarta ,Indonesia Center for CivicEducation, 2000
23https://wikipedia.id/Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses, 14 Januari 2020
33
c. Ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
e. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
f. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Revisi Undang Undang Republik IndonesiaNomor 32
Tahun 2004tentang Pemerintah Daerah)
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam
rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat
disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah
masing-masing. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan
penyelenggaraanotonomi daerah.24sehingga digantikan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
24https://wikipedia.id/Konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses 15 Januari 20120
34
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844). Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah
daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan
yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan
oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah.
Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun
daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.25
4. Tujuan
Pelaksanaan otonomi daerah memiliki tujuan adalah sebagai berikut
a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
25Ibid
35
f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
h. Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang
meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang
ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah
adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai
politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan
administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah
adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah,
termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi
pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya
peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.26
5. Asas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
26 Ibid
36
6. Desentralisasi
Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengurus Urusan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonom.
7. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur
dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
8. Tugas pembantuan
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada
Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
9. Ciri-ciri Otonomi Daerah
Otonomi daerah di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, memiliki asas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, namun memiliki ciri-ciri
yang membedakan dengan otonomi di negara federal. Ciri-ciri otonomi daerah
dimaksud terdapat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Ciri-ciri Otonomi Daerah
37
Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerah
Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)
Setiap daerah mempunyai UUD daerah yang tidak bertentangan dengan UUD negara (hukum tersendiri)
Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)
Perda terikat dengan UU UUD daerah tidak terikat dengan UU negara Perda terikat dengan UU
Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hokum
Presiden/Raja berwenang mengatur hukum untuk negara sedangkan kepala daerah untuk daerah
Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hukum
DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR
DPRD (provinsi/negara bagian/dst) punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR
DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR
Perda dicabut pemerintah pusat
Perda dicabut DPR dan DPD setiap daerah
Perda dicabut pemerintah pusat
Sentralisasi Desentralisasi Semi sentralisasiBisa interversi dari kebijakan pusat
Tidak bisa interversi dari kebijakan pusat
Bisa interversi dari kebijakan pusat
Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat
Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat
Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat
APBN dan APBD tergabung
APBD untuk setiap daerah dan APBN hanya untuk Negara
APBN dan APBD tergabung
Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan
Pengeluaran APBN dan APBD dihitung pembagian
Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan
Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat
Setiap daerah diakui sebagai negara berdaulat dan sejajar
Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat
Daerah diatur pemerintah pusat Daerah harus mandiri Daerah harus mandiri
Keputusan pemda diatur pemerintah pusat
Keputusan pemda tidak ada hubungan dengan pemerintah pusat
Keputusan pemda diatur pemerintah pusat
Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan
Ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan
Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan
Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama
Masalah daerah merupakan tanggung jawab pemda
Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama
3 kekuasaan daerah tidak diakui 3 kekuasaan daerah diakui 3 kekuasaan daerah tidak
diakuiHanya hari libur nasional Hari libur terdiri dari pusat Hanya hari libur nasional
38
Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerahdiakui dan daerah diakuiBendera nasional hanya diakui
Bendera nasional serta daerah diakui dan sejajar
Bendera nasional hanya diakui
Hanya bahasa nasional diakui
Beberapa bahasa selain nasional diakui setiap daerah
Hanya bahasa nasional diakui
Sumber :https://wikipedia.id/ Diakses 15 Januari 20120
C. Tinjauan Tentang Perlengkapan Jalan
1. Perlengkapanjalan
a. Rambu
Rambu dalam lalu lintas terdiri dari rambu peringatan, larangan, dan
petunjuk yang digunakan untuk mengatur kecepatan, arah arus lalu lintas,
larangan arah arus lalu lintas, peringatan untuk memperlambat kecepatan
atau hati hati kemungkinan terjadi gangguan atau halangan pada ruas jalan
tersebut. Lokasi dan posisi rambu harus dipasang sedemikian rupa agar
mudah dilihat, mudah diketahui, mudah dimengerti maksud rambu atau hal
yang dihadapi pengemudi/pengguna jalan akan keadaan jalan didepannya.
Jarak rambu teradap keadaan jalan harus cukup dan disesuaikan dengan
kecepatan izin diruas jalantersebut.
Rambu adalah alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan dan
mengarahkan lalu lintas.Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal
berikut:
a. Memenuhikebutuhan.
b. menarik perhatian dan mendapat respek penggunajalan.
c. memberikan pesan yang sederhana dan mudahdimengerti.
39
d. menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam
memberikanrespon.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan- pertimbangan
yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu adalah:
1) Keseragaman bentuk dan ukuranrambu
Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas
pengemudi untuk mengenal, memahami dan memberikan respon.
Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan
menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi.
2) Desainrambu
Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar
akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan
memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi dalam memberikan
respon
3) Lokasi,rambu
4) Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang
berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup
dalam memberikan respon.
5) Operasirambu
6) Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan
lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan memasang
rambu yang sesuai kebutuhan.
40
7) Pemeliharaanrambu
8) Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.
9) JarakPenempatan
a) Rambu di sebelah kiri
b) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar
jarak tertentu dan tepi paling luar bahu jalan kendaraan dan tidak
merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalankaki.
c) Jarak penempatan antara rambu yang terdekat dengan bagian tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal
0,60meter.
d) Penempatan rambu harus mudah dilihat dengan jelas oleh
pemakaijalan.
Gambar 1Rambu Terletak di Sebelah Kiri
e) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan
kondisi lalu lintas rambu dapat ditempatkan disebelah kanan atau di
atas daerah manfaatjalan.
f) Rambu di sebelah kanan jalan atau daerah manfaat jalan harus
41
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain geografis, geometris
jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan kecepatanrencana.
g) Rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median) ditempatkan
dengan jarak 0,30 meter dari bagian paling luar dari pemisahjalan.
Gambar 2Posisi Tinggi Rambu Lalu Lintas
10) Tinggirambu
a) Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter
dan maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan jalan sampai
dengan sisi daun rambu bagian bawah, atau papan tambahan bagian
bawah apabila rambu dilengkapi dengan papantambahan.
Gambar 3Posisi Penempatan Rambu dari Tepi Jalan dan Tingg Rambu
42
Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan kaki
minimum 2,00 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dari
permukaan fasilitas pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu
bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah, apabila rambu
dilengkapi dengan papantambahan
b) Khusus untuk rambu peringatan pada Gambar 25 (Lampiran I Tabel
1 Nomor 1i dan Nomor 1j Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
61 tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan)
ditempatkan dengan ketinggian 1,20 meter diukur dari permukaan
jalan sampai dengan sisi rambu bagianbawah.
Gambar 4Posisi Penempatan Rambu Peringatan Lalu Lintas
Ketinggian penempatan rambu di atas daerah manfaat jalan adalah
Gambar 5 Posisi Penempatan Rambu Peringatan Lalu Lintas
43
minimum 5,00 meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagianbawah.
11) PosisiRambu
a) Pada kondisi jalan yang lurus atau melengkung ke kiri, rambu yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu digeser 3°
(derajat) searah jarum jam dan posisi tegak lurus sumbu jalan.
Gambar 6Posisi Penempatan Rambu pada Jalan Melengkung
b) Rambu petunjuk pada Gambar 28e (Lampiran I Tabel 3 Nomor 5,
6k, 6r, 8 dan rambu petunjuk fasilitas Tabel 3 Nomor 9 Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-Rambu
Lalu Lintas di Jalan), pemasangan posisi rambunya sejajar dengan
sumbujalan.
44
Gambar 7Posisi Penempatan Rambu pada Jalan Melengkung
Pada kondisi jalan yang melengkung ke kanan, rambu petunjuk yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu tegak lurus
terhadap sumbujalan.
c) Rambu jalan yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas
daerah manfaat jalan pada jalan 1 arah, pemasangan posisi rambu
tegak lurus terhadap sumbu jalan dan ditempatkan ditengah-tengah
dari lebarmedian.
Gambar 8Posisi Penempatan Rambu pada Pemisah Jalan
d) Posisi rambu tidak boleh terhalangi oleh bangunan, pepohonan
atau benda-benda lain yang dapat berakibat mengurangi atau
45
menghilangkan arti rambutersebut.
Gambar 9 Posisi Rambu Terhalangi Pepohonan
e) Daun rambu harus dipasang pada tiang yang khusus disediakan
untuk pemasangan daunrambu
f) Pemasangan daun rambu pada satu tiang maksimum 2 (dua) buah
daunrambu
Gambar 10Rambu Peringatan Lalu Lintas
b. RambuPeringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada
bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan.
46
Gambar 1Rambu Peringatan
Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau
tulisanberwarna hitam.
1) Penempatan RambuPeringatanditempatkan pada sisi
2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-
Rambu Lalu Lintas di Jalan) ditempatkan
padasisisebelahluarbahujalanataujalurlalulintas dimulai pada awal
tikungan sampai dengan akhir tikungan, jarak antara masing-masing
rambu sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2Posisi Penempatan Rambu pada Pemisah Jalan
a) Untuk rambu peringatan pada Gambar 36 (Lampiran I Tabel 1 Nomor
22a Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan), jarak penempatannya diukur dari
perlintasan kereta api yangterdekat
Rambu peringatan Tabel 1 Nomor 22b jarak penempatannya diukur
dari rel kereta api yang terdekat serta dapat dilengkapi dengan rambu
peringatan seperti pada Gambar 37 (Tabel 1 Nomor 24a, 24b, dan 24c
47
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas diJalan)
b) BujurSangkar
c) Empat Persegi Panjang
c. RambuLarangan
Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan
bewarna hitam atau merah
Gambar 3
48
Rambu Larangan Lalu Lintas
12) Penempatan RambuLarangan
a. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada awal bagian jalan
dimulainya rambularangan
Gambar 4
Penempatan Rambu Larangan Lalu Lintas
b. Rambu larangan pada Gambar 46b (Tabel 2A Nomor l e, 4a, dan 4b
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan) ditempatkan pada sisi jalan pada
awal bagian jalan dimulainya rambularangan
c. Rambu larangan pada Gambar 48 (Tabel 2A Nomor 4a dan 4b
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan) yang ditempatkan secara berulang
dengan jarak lebih dari 15 meter, dapat dilengkapi dengan papan
49
tambahan yang menyatakan jaraktertentu
Gambar 5
Jarak Papan Larangan Lalu Lintas
d. Markaterdiri dari marka sejajar jalan dan marka melintang jalan. Marka
sejajar jalan berfungsi mengarahkan arus lalu lintas. Marka garis penuh
merupakan batas lajur yang pada umumnya tidak boleh dipotong arus
lalu lintas, sedangkan marka putus putus sebagai pembatas lajur yang
dapat dipotong arus lalu lintas bila memungkinkan.Marka melintang
jalan juga ada yang garis penuh maupun putus putus. Marka melintang
garis penuh yang berada dipersimpangan dinamakan garis stop,
sedangkan marka melintang garis putus putus merupakan marga
prioritas (give way). Marka juga digunakan untuk menunjukkan lokasi
parker maupun lokasi dilarang parker. Marka yang berada di
persimpangan disebut boxjunction.
e. Apillmerupakan alat pengatur isyarat lalu lintas yang lazimnya
dipasang dipersimpangan untuk mengatur waktu gerak arus lalulintas
dimasing masing arah dan kaki simpang. Waktu hijau untuk masing
masing arah arus harus sebanding dengan besarnya volume dibagi arus
jenuh untuk masing masing arah tersebut, agar terjadi efisiensiyang
50
tinggi dalam penggunaan ruang persimpangantersebut.
f. Median dan Barrier
1) Medianmerupakan pembatas fisik arus lalu lintas yang berlawanan arah,
yang berguna untuk meningkatkan kelancaran dan keselamatan arus lalu
lintas tersebut. Median ditempatkan pada ruas jalan yang sekurang
kurangnya memiliki empat lajur dua arah, atau dua lajur masing masing
arah. Lebar dan ketinggian median harus memenuhisyarat.
2) Barriermerupakan pembatas arus lalu lintas baik satu arah maupun dua
arah, yang berfungsi untuk pengarah dan menjamin keselamatan
lalulintas.
g. Separator
Separatormerupakan batas fisik arus lalu lintas satu arah.Biasanya
digunakan sebagai pembatas arus lalu lintas yang berbeda kecepatan, jenis
kendaraan, atau punya fungsikhusus.
h. Bukaan;
Median dan separator dalam keadaan tertentu disediakan bukaan.
Bukaan putaran balik atau U turn untuk median, bukaan sejenis off ramp atau
on ramp untuk separator. Bukaan yang baik dilengkapi dengan lajur tunggu
(storage lane) dan taper.Jarak antar bukaan juga harus memenuhi syarat agar
tidak mengganggu arus lalu lintasmenerus.
i. Kerb dantrotoar
Kerb,merupakan struktur beton peninggi untuk trotoar, median,
separator, pulau jalan, dan prasarana lainnya. Jenis kerb ada beberapa seperti
kerb penghalang, kerb peninggi, dan kerb berparit.Pada jarak tertentu
51
diperlukan kerb yang berlubang untuk mengalirkan air hujan dari permukaan
jalan kedalam saluran tepi dibawahtrotoar.
Trotoar,merupakan prasarana pejalan kaki yang biasanya berada diluar
jalur lalu lintas dan sejajar dengan jalan. Ruang antara trotoar dan jalan
sebaiknya digunakan untuk jalur tanaman dan perlengkapan jalan.lebar
trotoar disesuaikan dengan kebutuhan volume pejalan kaki. Trotoar yang
baik harus memperhatikan para penyandang cacat dangender.
j. Ramp
Kelandaian trotoar disesuaikan dengan kebutuhan. Ramp untuk akses
tertentu perlu disiapkan apabila memang diperlukan seperti para penyandang
cacat dan lanjut usia.
k. Bukaan
Akses tertentu yang memotong trotoar harus disiapkan dan didesain
dengan baik agar fungsi pejalan kaki masih tidak terganggu dan tingkat
keselamatan masihdijaga.
l. Penyeberangan pejalankaki
1) Zebra cross;merupakan tempat penyebrangan pejalan kaki yang diberi
marka khusus. Zebra cross harus dipasang pada lokasi dimana banyak
penyeberang jalan dengan jarak pandang yang cukup. Rambu
penyeberang jalan harus dipasang pada lokasiini.
2) Apill,penyeberang jalan dengan apill dapat disediakan pada
persimpangan atau ruas jalan dengan jarak pandang yang cukup.
3) Pelican, Penyeberangan jalan jenis ini biasanya disediakanpada ruasjalan
denganjarakpandang yangcukup.
52
4) Jembatan;dipasang pada ruas jalan dengan voume lalu lintas yang tinggi,
pada jalan dengan jumlah lajur dua ataulebih.
5) Terowongan/underpass;sebagai alternative dari kembatan
penyeberangan jalan yang didasarkan pada pertimbangan teknis dan
ekonomis lebihmenguntungkan.
6) Akses, ramp, dankanalisasi
Akses masuk dan keluar; disediakan dengan jarak antar akses yang
cukup pada lokasi dengan jarak pandang yang memadai dan dilengkapi
denganramp.On ramp dan off ramp; diperlukan untuk melengkapi akses
dan bukaan separator pada jalan berlajur banyak dengan volume dan
kecepatan lalu lintas yangtinggi.
Kanalisasi dan pulau jalan; diperlukan pada daerah konflik yang
kompleks seperti persimpangan.Bentuk plau dan arah arus lalu lintas
harus jelas.Diberi marka dan rampuyangmemadai.
2. Prasarana lain yang Diperlukan
Apabila dipandang perlu ada prasarana lain yang berguna untuk manajemen
lalu lintas dapat diterapkan dengan rencana yang baik danteliti. Prasarana
manjemen lalu-lintas merupakan bagian yang penting dari perangkat yang
digunakan untuk mengupayakan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki yang
efisien di sepanjang jalan dan persimpangan.Lalu lintas merupakan suatu
interaksi dari berbagai komponen dan perilaku yang membentuk suatu kondisi
arus lalu lintas.Pada dasarnya komponen utama lalu lintas jalan raya terdiri dari
tigakomponen utama yaitu (1) pemakai jalan, dibagi menjadi pengemudi dan
pejalan kaki, (2) kendaraa, dan (3) jalan.
53
Dari ketiganya masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
untuk masing-masing lokasi ruas jalan.Oleh karena itu mengetahui
karakteristik dari ketiga komponen utama tersebut sangat penting untuk bisa
melakukan indentifikasi dan analisis tentang kondisi arus lalu lintas di jalan
raya.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
54
1. Implementasi Dinas Perhubungan dalam Melakukan Rekayasa Lalu
Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal
Merujuk pada Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, pengertian Rekayasa Lalu Lintas adalah
serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam
rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.
a. Dekripsi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal
Dinas Perhubungan merupakan salah satu perangkat daerah yang
melaksanakan fungsi penunjang pelaksanaan urusan pemerintahan
Kabupaten Tegal (a) bidang teknis lalu lintas dan keselamatan jalan, (b)
angkutan jalan dan terminal, perkeretaapian, dan (c) pelayaran,
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan bidang perhubungan,
pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perhubungan, Dinas Perhubungan
Kabupaten Tegal telah menyusun Rencana Strategis Dinas Perhubungan
Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019 yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2014,
sebagai pedoman perencanaan program dan kegiatan di Dinas Perhubungan
Kabupaten Tegal dari Tahun 2014 sampai 2019.
Pada perjalanannya, Renstra yang telah ditetapkan tersebut perlu
ditinjau kembali, karena terdapat perubahan peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu
berlakunya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
55
43
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Perubahan peraturan perundang-undangan tersebut berdampak pada
perubahan pembagian urusan dan kewenangan pemerintah daerah,
perubahan bentuk dan susunanperangkatdaerah, serta pembagian tugas
pokok dan fungsi pada setiap perangkat daerah. Untuk itu Pemerintah
Kabubaten Tegal telah menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal
Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Tegal dan Peraturan Bupati Tegal Nomor 71 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta tata kerja
dinas-dinas daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tegal .
Bersamaan dengan penataan organisasi perangkat daerah, Pemerintah
Kabupaten Tegal juga telah merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU)
melalui Peraturan Bupati Tegal No Tahun2017.Oleh sebab itu, maka setiap
perangkat daerah perlu melakukan review Renstra untuk mengintepretasikan
ulang target dan indikator kinerja yang telah tertuang dalam Renstra
perangkat daerah yang lama, dengan menyesuaikan bentuk dan susunan
perangkat daerah yang baru, tugas pokok dan fungsi yang baru, dan
perspektif Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan baik pada
tingkatan pemerintah daerah maupun perangkat daerah. Intrepretasi target
dan indikator kinerja tersebut tetap berpedoman dan mengarah pada
pencapaian visi dan misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
56
Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019. Hal ini dilakukan karena
Pemerintah Kabupaten Tegal telah mengambil kebijakan untuk tidak
melakukan perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Tegal No. 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019.
Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Tahun2014-
2019memuattujuan,sasaran,program,dankegiatanpembangunan dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan wajib di bidang di bidang teknis
lalu lintas dan keselamatan jalan, angkutan jalan dan terminal,
perkeretaapian, dan pelayaran, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan bidang perhubungan, pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang
perhubungan, merupakan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten
Tegal. Review Renstra menjadi pedoman dalam penyusunan program dan
kegiatan tahunan yang dituangkan dalam dalam Rencana Kerja (Renja) ke
depan, dan menjadi tolak ukur dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pencapaian tujuan, sasaran dan target kinerja yang mengarah pada penilaian
capaian Indikator Kinerja Utama.
Penyusunan Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal 2014-
2019 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019, dengan menyelaraskan tujuan,
sasaran, program, dan kegiatan pembangunan yang ditetapkan dalam
rencana strategis perangkat daerah di tingkat provinsi dan rencana strategis
kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang terkait untuk
57
tercapainya sasaran pembangunan nasional. Perumusan tujuan, sasaran,
program, dan kegiatan pada Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten
Tegal 2014-2019 telah menyelaraskan dengan tujuan dan sasaran Renstra
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 dan Rencana
strategis Kementrian Perhubungan Tahun 2015-2019. Penyelarasan tersebut
diperlukan agar program pembangunan daerah di tingkat kabupaten/kota
dapat bersinergi dengan program pembangunan daerah di tingkat provinsi
dan pembangunan nasional di tingkat pusat. Analisis terhadap Renstra Dinas
Perhubungan Provinsi Jawa TengahTahun2015-
2019dilakukandalamtahapanpenyusunanRenstra untuk menilai keserasian,
keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan
Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten terhadap sasaran perangkat daerah
terkait di tingkat provinsi dan lembaga terkait di tingkatpusat.
b. Tugas Pokok dan Fungsi dan Struktur Oranisasi
Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Tegal. Berdasarkan Peraturan Bupati
Tegal Nomor 71 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta tata kerja dinas-dinas daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Tegal, maka Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal
mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan urusan
pemerintah Daerah di bidang Perhubungan. Sedangkan fungsi Dinas
Perhubungan :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lalu Lintas dan Keselamatan
58
Jalan, Bidang Angkutan Jalan dan Terminal, Bidang Perkeretaapian
danPelayaran;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan di bidang
perhubungan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang-bidangperhubungan
d. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas;dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati yang berkaitan
dengan lingkup tugas di bidang bidangperhubungan.
c. Kewenangan :
1) Penetapan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan
fasilitas perlengkapan jalan untuk jaringan jalan dalam kabupaten;
2) Penyediaan perlengkapan jalan meliputi Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas (APILL), Rambu lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Penerangan
Jalan berupa Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU), Alat Pengendali
Pemakai Jalan, Alat Pengaman Pengguna Jalan dan Fasilitas Pendukung
Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan jalan yang berada di jalan dan
diluar badan jalan serta fasilitas pendukung penyelenggaraan di jalan
daerah kabupaten kecuali jalandesa;
3) Penetapan rencana penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas di
jalankabupaten;
4) Penetapan tingkat pelayanan jalankabupaten;
5) Penilaian, Persetujuan dan Pengawasan hasil analisis dampak lalu lintas
(Andalalin) pada jalanKabupaten
59
6) Penetapan teknologi informasi dan komunikasi lalu lintas jalan;
7) Pengawasan dan pengendalian operasional penyelenggaraan fasilitas
parkir untuk umum pada bahu jalan dalam daerahKabupaten;
8) Penegakan hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan melalui
Penyidik pegawai Negeri Sipil(PPNS);
9) Pemeriksaan dan penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutanjalan;
10) Penyusunan dan penetapan kelas jalan pada jaringan jalan Kabupaten;
11) Penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan JalanKabupatenPeyediaan angkutan umum untuk jasa
angkutan orang dan/atau barang dalam daerahKabupaten;
12) Penataan kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan perkotaan
dalam 1 (satu) daerahKabupaten;
13) Penataan rencana umum jaringan trayek perkotaan dalam 1 (satu)
daerahKabupaten;
14) Penataan rencana umum jaringan trayek pedesaan yang
menghubungkan 1 (satu) daerahKabupaten;
15) Penertiban rekomendasi izin penyelenggaraan taksi dan angkutan
kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam
daerahkabupaten;
16) Penetapan wilayah operasi angkutan orang dengan menggunakan taksi
dalam kawasan perkotaan yang wilayah operasinya berada dalam
daerahkabupaten;
60
17) Penerbitan rekomendasi izin penyelenggaraan angkutan orang dalam
trayek pedesaan dan perkotaan dalam 1 (satu) daerahkabupaten;
18) Penetapan tarif kelas ekonomi untuk angkutan orang yang melayani
trayek antarkota dalam daerah kabupaten serta angkutan perkotaan dan
pedesaan yang wilayah pelayanannya dalam daerah kabupaten;
19) Penyelenggaraan angkutan perintis dalam kabupaten;
20) Pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan jalan
selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan kabupaten;
21) Pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan
latihanmengemudi;
22) Perencanaan, penetapan, simpul, lokasi, penetapan terminal penumpang
tipe C, pembangunan sarana dan prasarana serta sisteminformasi;
23) Penetapan standar operasional prosedur operasional terminal
penumpang tipeC;
24) Penetapan standar pelayanan terminal penumpang tipeC;
25) Pembinaan, pengawasan dan penilaian kinerja terminal tipeC;
26) Pembangunan dan pengelolaan terminal angkutanbarang;
27) Penyelenggaraan audit dan inspeksi keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan di jalan kabupaten;
28) Penyelenggaraanpengujianberkala kendaraan bermotor;dd. Manajemen
dan penanganan keselamatan dijalan kabupaten;
29) Pengumpulan,pengolahandata, dan analisis kecelakaan lalu lintas di
wilayah kabupaten;
61
30) Pemberian rekomendasi izinpenyelenggaraan usaha bengkel
umum kendaraanbermotor;
31) Promosi dan kemitraan keselamatan lalu lintas danangkutan jalan;
32) Pembinaandan pengawasanpenilaian fisik kendaraan bermotor
milikpemerintah;
33) Pengawasan kelaikan kendaraanbermotor;
34) Penetapan manajemen perkeretaapian pada perlintasan lalu lintas
angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutanlaut;
35) Penetapan kebijakan perlintasan sebidang pada jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan
angkutan laut di dalam daerah kabupaten;
36) Pengelolaan, keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas pada perlintasan sebidang, lalu lintas angkutan sungai, danau dan
penyeberangan dan angkutanlaut;
37) Pengelolaan, pengawasan dan pengedalian perlintasan sebidang, lalu
lintas angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutanlaut;
38) Penyediaan perlengkapan jalan pada lokasi perlintasan sebidang
yang meliputi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL), Rambu Lalu
Lintas, alat pengaman perlintasan sebidang untuk pengguna jalan dan
fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas pada perlintasan sebidang yang
berada di jalan dalam daerah kabupaten;
39) Pengumpulan, pengolahan dan analisis data kecelakaan lalu lintas
pada perlintasan sebidang, lalu lintas angkutan sungai, danau dan
penyeberangan dan angkutanlaut;
62
40) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan
laut bagi badan usaha yang berdomisili dalam daerah Kabupaten dan
beroperasi pada lintas pelabuhan di Daerah Kabupaten;
41) Pemberianrekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan laut
pelayaran rakyat bagi orang perorangan atau badan usaha yang
berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam daerah
kabupaten;
42) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan sungai,
danausesuai dengan domisili orang perorangan warga negara indonesia
atau badan usaha;
43) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan trayek angkutan sungai
dan danau untuk kapal yang melayani trayek dalam DaerahKabupaten;
44) Penetapanlintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian kapal
dalam Daerah Kabupaten yang terletak pada jaringan jalan Kabupaten
dan/atau jaringan jalur kereta api kabupaten;
45) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha penyelenggaraan
angkutan penyeberangan sesuai dengan domisili badanusaha;
46) Penetapanlintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian untuk
kapal yang melayani penyeberangan dalam daerah kabupaten;
47) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraanusaha jasa terkait dengan
perawatan dan perbaikankapal;
48) Penetapan tarif angkutan penyeberangan penumpang kelas
ekonomi dan kendaraan beserta muatannya pada lintas penyeberangan
dalam daerah kabupaten;
63
49) Pembangunan,pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan
pembangunan dan pengoperasian pelabuhan pengumpanlokal;
50) Pembangunan dan pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan dan
pembangunan dan pengoperasian pelabuhan sungai dandanau;
d. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan
Sesuai Peraturan Bupati Tegal Nomor 71 Tahun 2016
susunanorganisasiDinasPerhubunganKabupatenTegaladalah Kepala
sebagai pucuk pimpinan atau top management (pemangku jabatan top
manager) pada Dinas Perhubungan. Unsur kepala dijabat oleh seorang
pejabat dengan eselonering II/b. Di bawah kepala secara hierarkhi dan
mencerminkan jalur komando terdapat empat unsur pimpinan dengan
eselonering tiga dan merupakan unsur manajemen tingkat menengah (midle
manager sebagai pemangku jabatan). Keempat unsur itu adalahSekretariat
dijabat seorang Sekretaris, Bidang Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan,
Bidang Angkutan Jalan dan Terminal, Bidang Perkeretaapian dan
Pelayaran, yang masing-masing dijabat oleh Kepala Bidang.
Masing-masing tingkatan manajemen itu membawahi manajemen
tingkat bawah (lower management) yang secara berturut-turut adalah :
64
Seksi pengawasan pengendalian operasional lalu lintas dan pengujian
kendaraan bermotor
Seksi Pengelolaan TerminalSeksi Pelayaran
Seksi Manajemen dan rekayasa lalu lintasSeksi Angkutan Jalan
Seksi Perkeretaapian
Bidang Lalu lintas dan keselamatan
Bidang Angkutan jalan dan terminal
Bidang Perkeretaapian danPelayaran
Sub bagian Perencanaan dan Keuangan
Sub bagian Umum dan Kepegawaian
Sekretaris
Kepala
1) Bagian Sekretariat membawahi sub Bagian Perencanaan dan Keuangan,
2) Sub Bagian Uum dan Kepegawaian.
3) Bidang Lalu Lintas dan Keselamatan membawahi Seksi Manajemen dan
rekayasa Lalu Lintas dan Seksi Pengawasan Pengendalian Operasional
Lalu Lintas dan Pengujian Kendaraan Bermotor,
4) Bidang Angkutan Jalan dan Terminal membawahi Seksi Angkutan Jalan
dan Seksi Pengelolaan Terminal,
5) Bidang Perkeretaapian dan Pelayaran membawahi Seksi Perkeretaapian
dan Seksi Pelayaran, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dapat dilihat bagan
pada dibawah ini :
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal terdiri dari :
65
a. KepalaDinas
b. Sekretaris
1) Sub Bagian Perencanaan danKeuangan
2) Sub Bagian Umum danKepegawaian
c. Bidang Lalu Lintas dan Keselamatanjalan
1) Seksi Manajemen dan Rekayasa LaluLintas
2) Seksi Pengawasan Pengendalian OperasionalLalu Lintas dan Pengujian
KendaraanBermotor
d. Bidang Angkutan Jalan danTerminal
1) Seksi AngkutanJalan
2) Seksi PengelolaanTerminal
e. Bidang Perkeretaapian danPelayaran
1) SeksiPerkeretaapian
2) SeksiPelayaran
f. Kelompok JabatanFungsional
Penguji Kendaraan Bermotor
2. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna Kabupaten
Tegal, Pasca Pembangunan Ruas Jalan Tol Pejagan-Pemalang.
a. Rekayasa Lalu Lintas
Rekayasa lalu lintas menurut Homburger & Kell adalah suatu
penanganan yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan geometrik
dan operasi lalu lintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan
serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.27Sedangkan, istilah
27 Novia Arisandi. Https://Www.Academia.Edu/29120332/Tugas_I.Rekayasa_Lalu_Lintas
66
Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan di Indonesia adalah salah satu
cabang dari teknik sipil yang menggunakan pendekatan rekayasa untuk
mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan
merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan
dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat
lalu lintas.
Secara garis besar dalam rekayasa lalu lintas kita hanya me
manajemen lau lintas tersebut tanpa harus membuat atau membangun suatu
fasilitas baru. Contoh dari rekayasa lalu lintas yaitu, adanya rambu-rambu
lalu lintas, traffic light, buka-tutup jalur, membuat bundaran, satu arah, dan
sekarang kebijakan yang baru saja dibuat seperti ganjil-genap merupakan
sebagian contoh dari rekayasa lalu lintas itu sendiri.
Dalam merekayasa lalu lintas kita juga membutuhkan suatu
manajemen lalu lintas untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi
contohnya masalah kemacetan, yang dapat direkayasa kemacetan dengan
cara buka-tutup jalur dan lain-lain.
Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya
untuk melakukan pemecahan permasalahan transportasi sehingga
mengakibatkan permasalahan menjadi bertambah parah dengan berjalannya
waktu. Untuk bisa memecahkan permasalahan lalu lintas perlu diambil
langkah-langkah yang disesuaikan dengan masalah tersebut, misalnya:
1) Kemacetan lalu lintas
67
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai
dengan menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang
seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan banyak
terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota
menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang
tidak sedikit. Kemacetan ini disebabkan beberapa permasalahan:
a) Rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan
Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia, kota-kota di Indonesia
mempunyai rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan yang
cenderung rendah, sebagai contoh, Jakarta hanya memiliki ratio
sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar di
antara 25-35 persen di Eropah berkisar antara 15 persen sampai 25
persen. Padahal jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat
tinggi sehingga kemacetan merupakan salah satu permasalahan di
kota-kota besar Indonesia.
b) Geometrik jalan yang tidak memenuhi persyaratan
Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak
memenuhi persyaratan, keadaan ini mendorong tingginya angka
kecelakaan serta berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan yang
terkait geometik antara lain meliputi:
68
(1) rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak
memenuhi persyaratan karena radius tikung, jarak pandang
bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak memenuhi persyaratan
(2) ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga
dapat membahayakan pengguna
(3) drainase yang tidak direncanakan dengan baik
(4) konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik,
sehingga banyak kerusakan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
(5) pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan
baik.
c) Jaringan jalan yang tidak memadai
Dibagi lagi dalam beberapa jenis dan kriteria,yaitu :
(1) Jaringan jalan untuk kendaraan
Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak
memiliki konsep jaringan yang memadai yang mengakibatkan
pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban
jalan-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini
diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi, sebagai
contoh panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya
mencapai 1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to
bumpertidak akan mencukupi panjang jalan yang ada DKI
Jakarta, dan kalau menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang
jalan per kapita hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau
69
dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-kota di
Eropah berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara
berkisar 5 m/kapita).
(2) Jaringan jalan bagi pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang
cukup oleh pemerintah daerah, dan kalaupun fasilitas pejalan
kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain yang baik
sehingga tidak bisa digunakan oleh pngguna yang berkebutuhan
khusus baik yang menggunakan kursi roda maupun yang
penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang
kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun digunakan untuk
kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan
kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang
dikendalikan didaerah pusat kota, ataupun ketidak patuhan
pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan
perioritas terhadap pejalan kaki.
(3) Tata Ruang yang tidak terkendali
Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak
terkendali sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan, di
antaranya jalan yang tidak teratur terutama dikawasan
pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang
yang ada sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran
sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.
(4) Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi
70
Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi
antara 8 sampai 13 persen setahun yang pada gilirannya
digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi
semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar
sudah mencapai angka 300 an kendaraan per 1000 orang, suatu
angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini
didominasi oleh sepeda motor dengan pangsa hampir sebesar 80
persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada
gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup
serius dengan serinnya dilakukan pelanggaran parkir.
(5) Tidak memadainya pelayanan angkutan umum
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat
untuk menggunakan kendaraan pribadi. Permasalahan pelayanan
angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah khususnya
dikawasan perkotaan di antaranya adalah:
(a) Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani
angkutan tidak mencukupi, khususnya pada saat permintaan
puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi
kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan
operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan,
(b) Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang
ada, di banyak kota pelayanan angkutan pada koridor utama
dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan
71
umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya
pada kisaran 10 orang.
(c) Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
(d) Jadual yang tidak teratur
(e) Fasilitis perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak
dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang
melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan
jadual.
2) Pelanggaran ketentuan lalu lintas
Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat
kian tambah memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya
akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban
meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak
tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan
menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban
masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran
yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan
oleh petugas. Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat:
a) Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah
tidak ada batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama
menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi
b) Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan
lampu lalu lintas khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran
72
terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor,
pengemudi angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain
yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan
pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu
lintas didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas
yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan
terkunci.
c) Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau
bundaran lalu lintas, pelanggaran ini pada gilirannya
mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang pengertian
masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat
rendah terutama pada persimpangan yang dilengkapi dengan rambu
beri kesempatan ataupun rambu stop.
d) Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan
berjalan menggunakan jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah
dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama
dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
e) Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus
bus yang lebih dikenal sebagai Busway.
f) Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm
dan sabuk keselamatan yang cenderung masih tinggi terutama di
kawasan pinggiran kota.
73
3) Kecelakaan lalu lintas
Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara lain di Asean. Berbagai langkah
perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:
a) Jaringan pelayanan yang tidak memadai
(1) Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat
perpindahan, jadwal dan tiketing yang belum optimal
(2) Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik
b) Faktor manusia
Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling
besar, bisa mencapai 85 persen dari seluruh kejadian
kecelakaan.Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului dengan
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu
lintas dan angkutan. Faktor manusia berupa keahlian yang tidak
memadai dalam menjalankan kendaraan, kesalahan
menginterprestasikan aturan, pengemudi sedang mabuk atau sakit,
atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin lebih
cepat sampai di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih
cepat dari ketentuan atau sengaja melanggar lampu lalu lintas dan
berbagai penyebab lainnya.
c) Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan di antaranya yang paling sering terjadi
adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya,
74
kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah,
peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab
lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan
teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap
kendaraan.Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan
perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban
untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.
d) Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik
jalan, kemiringan permukaan jalan (super elevasi jalan),pagar
pengaman di daerah pegunungan, tidak adanya median jalan, jarak
pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak memadainya bahu
jalan fasilitas pejalan kaki yang sering diabaikan atau tidak
tersedia. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
e) Faktor cuaca
Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk
kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan
menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya
hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap
dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah
pegunungan.
75
f) Manajemen lalu lintas yang tidak optimal
Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka
kecelakaan yang tinggi menjadi lebih parah kalau tidak didukung
dengan manajemen lalu lintas untuk mengurangi angka kecelakaan,
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan, meningkatkan
efisiensi sistem transportasi.
g) Pencemaran lingkungan
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat
perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk
dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran,
bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai
terjadi pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif sebagai akibat performansi lalu lintas
yang jelek, bahan bakar yang buruk serta teknologi kendaraan yang
sudah ketinggalan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:
1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas
CO, HC, NOx, Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai
partikel seperti senyawa karbon lepas, timbal dan berbagai partikel
lainnya.
2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu
terjadinya perubahan iklim. Peran gas rumah kaca dari sektor
76
transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen yang
merupakan angka yang tidak kecil.
b. Deskripsi Jalan Tol Pejagan-Pemalang
Proyek pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang seksi III (Brebes
Timur-Tegal) yang melintasi lima kecamatan di Kabupaten Tegal
diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat setempat.
Gambar 3.2
Rerencanaan Infrastruktur Tol di Pulau Jawa
Gambar 3.3.
Infrastruktur Tol Pejagan-Pemalang
Terkait dengan pembangunan jalan tol yang pembangunannya melintasi
wilayah Kabupaten Tegal, MantanSekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten
Tegal,Haron Bagas Prakoso mengatakan, kecamatan yang diharapkan ikut
terkena imbas positif pembangunan tol di antaranya di Kecamatan Pangkah.
77
Sebab di wilayah tersebut nantinya dibuat exit tol Brebes Timur-Tegal,
tepatnya di Desa Balmoa.
“Semula exit tol rencana di Desa Kalimati, Kecamatan Adiwerna, tapi karena di situ padat penduduk, maka dipindah di sekitar Desa Balamoa.Itu merupakan usulan dari pemerintah daerah, jika exit tol berada di Desa Balamoa, masyarakat setempat dan sekitarnya dapat diuntungkan. Sebab, ruas jalan Balamoa-Larangan, Kramat tentunya akan berubah status dari milik kabupaten menjadi milik negara atau provinsi. Dengan begitu, ruas jalan yang menjadi jalur alternatif arus mudik tersebut akan dilebarkan. Begitu pula dengan ruas Jalan Raya Balamoa-Bogares- Jatinegara dan ruas Jalan Raya Balamoa-Kedungjati-Babadan.28
Di dua ruas tersebut diharapkan juga bisa berubah status menjadi jalan milik
negara sehingga ikut mengangkat perekonomian setempat.Kecenderungan
apabila statusnya milik negara, jalan pasti dilebarkan dan kualitasnya lebih
bagus. Perekonomian di sekitar jalan itu akan semakin ramai. Adapun
kondisi di Kecamatan Adiwerna hingga Kecamatan Talang yang juga
dilintasi tol, rencananya akan dibangun flyover atau jalan layang.
Flyoverakan dibangun mulai dari Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna
hingga Desa Pekiringan, Kecamatan Talang.
Di dua wilayah tersebut mobilitasnya cukup tinggi, jadi dibangun
jalan layang mulai jalan dua sekitar Sate Batibul sampai Pekiringan, sebelah
timur Kali Gung.ga bertindak sebagai Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan
Tol Kabupaten Tegal ini juga memastikan proses pembebasan lahan terus
berjalan dan minim permasalahan. Menurut Bagas, jika ada tanah bengkok
atau wakaf yang masih bermasalah segera dibuatkan regulasi dari
pemerintah daerah. Sehingga pemerintah desa akan mengacu pada regulasi
28Haron Bagas Prakosa, Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan Tol Kabupaten TegalWawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019
78
tersebut. “Pembangunan jalan tol ini harus sukses, sebab ini merupakan
program dari Presiden Jokowi,” katanya. Ruas jalan tol Pejagan-Pemalang
di Kabupaten Tegal akan melewati lima kecamatan, yakni Kecamatan
Dukuhturi, Adiwerna, Talang, Tarub, Suradadi, dan Warureja. Total panjang
ruas jalan yang akan dibangun di wilayah Kabupaten Tegal mencapai 30
(tiga puluh) kilometer.
Sementara itu, seorang pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Harjo Rasdi
berharap para pengusaha lokal bisa lebih banyak dilibatkan dalam
pembangunan tol Pejagan-Pemalang seksi III.Sebab, pembangunan jalan tol
ini sepertinya dimonopoli oleh PT Waskita Karya,” kata pengusaha Alat
Berat asal Desa Margasari, Kecamatan Margasari ini. Menurut Harjo, para
pengusaha yang terdiri dari pengusaha angkutan, pengusaha alat berat, dan
pengusaha penambangan sangat mendukung program pembangunan jalan
Tol Pejagan-Pemalang. Namun, mereka mengeluh karena tidak bisa
berpartisipasi aktif dalam proyek nasional itu.
“Sesuai dengan aturan, seharusnya masyarakat diberikan kesempatan 20
persen untuk berperan aktif dalam setiap pelaksanaan proyek.Tol ini
dibagi menjadi empat bagian: (1) Bagian I (Pejagan-Brebes Barat),
sepanjang 14,20 kilometer (8,82 mi), beroperasi 13 Juni 2016, (2) Bagian
II (Brebes Barat – Brebes Timur) sepanjang 6 kilometer (3,7 mil),
beroperasi 13 Juni 2016, (3) Bagian III (Brebes Timur – Tegal Timur),
panjang 10,40 kilometer (6,46 mi), (4) Bagian IV (Tegal Timur –
Pemalang), sepanjang 26,90 kilometer (16,71 mi)”29 .
Gambar 3.4Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah
29Harjo Rasdi, pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Wawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019
79
Gambar 3.5.Area Transit Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah
Akses keluar dari Jalan Tol Pejagan-Pemalang ini awalnya diharapkan
menjadi pengurai kemacetan. Namun, kenyataannya kendaraan pemudik
parkir bersama dengan panjang antrean mencapai 18 kilometer.Berdasarkan
dokumentasi Dishub Kabupaten Tegal, hal ini terjadi pada 1 Juli 2016 atau
lima hari jelang Lebaran 2016. Kendaraan Mengular 18 Kilometer Menuju
Brebes Timur Macet total lebih dari 20 jam ini menyebabkan banyak korban
berjatuhan. Setidaknya 12 orang meninggal akibat kelelahan.30
Sejatinya, kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang tersebut mulai terlihat dua
hari sebelumnya.Puncaknya pada hari itu, antrean kendaraan mengular
hingga jelang pintu keluar Brexit.Kendaraan melintas di Tol Pejagan-
Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Perawatan dilakukan guna
30Dokumentasi Dishub Kabupaten Tegal kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang, 2016
80
persiapan arus mudik 2018.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV
(Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat
digunakan pada arus mudik lebaran 2018.
Perawatan dilakukan guna persiapan arus mudik 2018. Ruas Tol
Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba
beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018.Padahal
PT Pejagan Pemalang Toll Road selaku operator jalan tol ini sudah
membuka seluruh 8 gardu yang ada. Dan seluruh gardu digunakan untuk
exit atau keluar kendaraan.
Masalah utama setelah GT Brexit adalah kemacetan di jalan pantai
utara Jawa (Pantura).Dari pantauan Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com,
jalur utama Pantura Jawa memang sudah dipadati kendaraan sejak siang
harinya.Hal ini berimbas pada kondisi arus lalu lintas di ruas Tol Pejagan-
Pemalang.Kendaraan baru bisa bergerak setiap 20 menit hingga 30
menit.Dalam kurun waktu itu pula kendaraan dari Pejagan yang menuju
Brebes Timur benar-benar berhenti dan terlihat seperti parkir
berjamaah.Foto udara jalur ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa
Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV
(Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat
digunakan pada arus mudik lebaran 2018.
Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)
siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran
2018.Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa
Tengah, seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi
81
sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Tol Pejagan-
Pemalang terbagi ke dalam empat seksi.Seksi 1 dan 2 yaitu dari Pejagan
hingga Brebes Timur sudah beroperasi dan dikenakan tarif. Sementara Seksi
3 dan 4 mulai dari Brebes Timur hingga Pemalang akan dibuka fungsional.
Meski demikian, kondisi jalan di dua seksi terakhir sepanjang 37,3(tiga tuju
koma tiga) kilometer ini, sudah seperti layaknya jalan tol yang beroperasi.
Dengan demikian, para pengguna jalan yang akan melintasi jalur ini, cukup
membayar tarif untuk ruas Pejagan-Brebes Timur sebesar Rp 20.000 (dua
puluh ribu rupiah)
Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa
Tengah, seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) telah beroperasi sehingga
dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Simpang susun Adiwerna
ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa Tengahseksi II dan IV (Brebes
Timur-Pemalang) telah beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus
mudik lebaran 2018.
Status fungsional yang masih tersemat di dua seksi terakhir
disebabkan proses uji laik fungsi dan operasi yang belum beres
dilaksanakan. Proses pengujian tersebut dilakukan oleh Kementerian PUPR,
Kementerian Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri. Sementara itu,
Kementerian PUPR menyediakan 13 gardu tol sementara di KM 294 untuk
menjangkau transaksi pembayaran pemudik yang melintasi Brebes Timur
dari Cikampek menuju Semarang.
Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa
Tengah Saat puncaknya, jalan tol yang dikelola anak usaha PT. Waskita Toll
82
Road, PT Pejagan Pemalang Toll Road itu, diperkirakan bakal dilewati
sekitar 85.000 (delapan puluh lima ribu rupiah) kendaraan, dengan
penambahan gardu tol menjadi 13. Fokus menyelesaikan pembangunan rest
area, bahwa pengelola telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi
kemacetan yang akan terjadi. Dari pengalaman tahun 2017, volume
kendaraan yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang cenderung turun setelah
melewati Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Penurunan itu bahkan mencapai 49 persen atau hanya menyisakan
sekitar 51 persen yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang.Prediksi, penurunan
kendaraan hanya sekitar 40 persen lantaran kondisi Seksi 3 dan 4 (Brebes
Timur-Pemalang) yang sudah cukup baik untuk dilintasi Kendaraan.
Dalam hal tarif, beredar di Watchup Rp 57.000 (lima puluh tujuh ribu
rupiah) Pejagan-Pemalang, namun sebetulnya tetap Rp 20.000(dua puluh
ribu rupiah),-. Bahkan, pada hari tertentu yakni ada diskon 10 persen yang
diberikan kepada pengguna jalan tol.Imbasnya, tarif yang berlaku pada saat
itu hanya Rp 18.000 (delapan belas ribu rupiah).
c. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang – Adiwerna Kabupaten
Tegal.
1) Kapasitas
Ditinjau dari volumeLalu Lintas pasca Ruas Jalan Raya Talang –
Adiwerna Kabupaten Tegal,kapasitas dibagi menjadi tiga:
a) Kapasitas dasar (basic capacity), yaitu jumlah kendaraan maksimum
yangdapat melintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan selama satu
jampada kondisi jalan dan lalu lintas yang paling ideal. Kondisi ideal
83
dimaksudyaitu arus lalu lintas tidak terganggu, bebas dari gangguan
samping ataupejalan kaki, arus lalu lintas hanya terdiri dari mobil
penumpang, lebar lajurminimal 3,6 m, lebar bahu jalan minimal 1,8 m,
jalan datar–sedemikiansehingga alinemen horizontal dan alinemen
vertikal memenuhi kecepatan120 km/jam dengan jarak pandang
menyiap yang cukup untuk jalan dualajur atau tiga lajur.
b) Kapasitas yang mungkin, yaitu jumlah kendaraan maksimum yang
dapatmelintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan selama satu jam
padakondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku pada jalan
tersebut.
c) Kapasitas praktis (practical capacity) yaitu jumlah kendaraan
maksimumyang dapat melintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan
selamasatu jam dengan kepadatan lalu lintas yang cukup besar, yang
dapatmenyebabkan perlambatan yang berarti bagi kebebasan
pengemudikendaraan melakukan gerakan pada kondisi jalan dan lalu
lintas yangberlaku saat ini.
2) PertumbuhanLalu Lintas pasca Ruas Jalan Raya Talang – Adiwerna
Kabupaten Tegal,
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan raya merupakan satu-satunya produk hukum undang-
undang yang mengatur seluruh aspek lalu lintas dan transportasi. Pada
dasarnya, undang-undang ini merupakan pembaharuan dari produk
hukum peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1930an yang di
adobsi oleh pemerintah pada tahun 1951 dan diperbaharui pada tahun
84
1965, kemudian di perbaharui kembali pada tahun1992 dan yang terakhir
tahun 2009. Undang-undang ini disiapkan untuk berbagai perkembangan
baru, terutama konsep-konsep dan teknologi baru dalam manajemen dan
rekayasa lalu lintas. Undang- undang ini kemudian dimanifestasikan
kedalam empat Peraturan Pemerintah (PP), yaitu :
a) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 tentang Transportasi
Jalan Raya,
b) Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemeriksaan Kendaraan
c) Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Prasarana Jalan Raya Lalu
Lintas
d) Pemerintah Nomor 21 Tahun 2012tentang tentang Kendaraan dan
Pengemudi.
Sejalan dengan peraturan pemerintah tersebut, diterbitkan beberapa
keputusan Menteri yang menjadi pedoman teknis bagi penerapan berbagi
peraturan diatas. Contohnya adalah : Kepmen No. 60/1993 tentang
Marka Jalan, Kepmen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu jalan, dan
Kepmen No. 62/1993 tentang lampu Lalu Lintas. Pertumbuhan volume
lalu lintas merupakan gabungan dari ketiga macam tipepertumbuhan
berikut ini
e) Normal Traffi c Growth
85
Pertumbuhan volume lalu lintas akibat bertambahnya
kepemilikankendaraan yang terjadi di daerah tersebut.Kepemilikan
kendaraan biasadilihat dari jumlah BPKB baru di wilayah dimaksud.
f) Generated Traffi c
Pertumbuhan volume lalu lintas akibat tumbuhnya prasarana
baru missalmal, dan sebagainya.Dengan adanya prasarana baru, maka
muncultarikan pergerakan sekaligus bangkitan pergerakan.
g) Development Traffi c
Pertumbuhan volume lalu lintas akibat perkembangan
lingkungan,misalnya adanya jalan baru atau perbaikan jalan
lama.Pada kasus yang terjadi, misalnya di ruas jalan luar kota di suatu
daerah yangmerupakan tempat perlintasan pergerakan lalu lintas
menerus (through traffi c),maka perhitungan pertumbuhan lalu lintas
di ruas jalan tersebut harus dilakukandengan sangat hati-hati. Jika
normal traffi c growthpada ruas jalan hanya dilakukan dengan
pertimbangan pertumbuhan jumlahkendaraan di lokasi studi, maka
hasil yang didapat akan keliru karena semestinyanormal traffi c
growth-nya lebih dominan didasarkan atas pergerakan lalu lintasdari
eksternal ke eksternal.
3. Hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam Melasanakan
Implementasi Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna
Kabupaten Tegal
86
Tingginya jumlah kendaraan sepeda motor yang yang berada di jalur
lalu lintas jalan raya Talang – Adiwerna pasca pembangunan jalan Tol
Pejagan-Pemalang pada dasarnya masih dapat dikendalikan oleh Dinas
Pehubungan yang bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas Polres
Tegal.Merujuk pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintasdan Angkutan Jalan yang mengatur mengenai mekanisme peraturan lalu
lintas dan angkutan barang merupakan salah satu hukum positif di Indonesia.
Termasuk di dalamnya, Pasal 48 Ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan merupakan salah satu hukum
positif di Indonesia, telah dimplementasikan oleh Dinas Pehubungan yang
bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas Polres Tegal, seara baik dan optimal.
Jalur lalu lintas pada ruas jalan Talang – Adiwerna masih didominasi oleh
meningkatnya jumlah pemakain kendaraan bermotor, yang memadati jalan
sekitar Pasar Benjaran, sehinga sering menimbulkan kemacetan di ruas jalan
tersebut. Dalam konteks kepadatan arus lalu lintas yang ditimbul;kan oleh
kendaraan sepeda motor, pada hakekatnya berdasarkan Pasal 48 Ayat (1)
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di
jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Kemudian pada Pasal
48 Ayat (2) persyaratan teknis yang dimaksud adalah: a. Susunan; b.
Perlengkapan; c. Ukuran; d. Karoseri; e. Rancangan teknis kendaraan sesuai
peruntukannya; f. Pemuatan; g. Penggunaan; h. Penggandengan kendaraan
bermotor dan atau penempelan kendaraan bermotor. Demikian pula pada Pasal
48 Ayat (3) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
87
ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur
sekurangkurangnya terdiri atas:
a. Emisi gas buang; b. Kebisingan suara; c. Efisiensi system rem utama; d.
Efisiensi sitem rem parkir; e. Kincup roda depan; f. Suara klakson; g. Daya
pancar dan arah sinar lampu utama; h. Radius putar; i. Kesesuaian; j. Alat
penunjuk kecepatan; k. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan l.
Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan.
Persyaratan teknis yang tertera pada Pasal 48 Ayat (1), (2) dan (3) Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
tersebut secara spesifik untuk sepeda motor dipertegas pada Pasal 285 Ayat (1)
yang menyebutkan bahwa:
“Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu
utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur
kecepatan, knalpot dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 Ayat (3) juncto Pasal 48 Ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah)”. Pasal 106 Ayat (3) Undang-undang Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya harus memenuhi
syarat teknis dan laik jalan.
Berkaitan dengan ketentuan persyaratan teknis dan laik jalan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Polres
Kabupaten Tegal telah melakukan penanggulangan baik yang bersifat preemtif,
88
preventif maupun represif atau penindakan hukum bagi pengemudi kendaraan
sepeda motor.Namun masih terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh
pengemudi kendaraan sepeda motor di wilayah hukum Polres Kabupaten
Tegal. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa Lalu
Lintas, Satuan Lalu Lintas, Polisi Resort Slawi, Ipda Jarwanta pada wawancara
pada Senin 16 Februari 2016. Pada tahun 2015 jumlah pelanggaran syarat
teknis dan laik jalan di Kabupaten Tegal berjumlah 701 pengemudi sepeda
motor yang melanggar ketentuan syarat teknis dan laik jalan. Jumlah tersebut
menurun jika dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah pelanggar 813
pengemudi sepeda motor.Meskipun jumlah pelanggaran menurun, namun di
Kabupaten Tegal jumlah kecelakaan sepeda motor yang disebabkan oleh
pelanggaran syarat teknis dan laik jalan justru meningkat. Berdasarkan data
yang diperoleh peneliti pada 18 Juli 2016, pada tahun 2014 terdapat 5 orang
korban meninggal dunia akibat 3 orang korban melanggar laik jalan karena rem
tidak dapat difungsikan, kemudian 2 orang korban meninggal dunia karena
melanggar persyaratan teknis tidak menggunakan perlengkapan mengemudikan
sepeda motor yaitu helm. Selanjutnya terdapat 14 orang korban luka berat
akibat 7 orang korban melanggar laik jalan karena kondisi ban tidak sesuai
dengan peruntukannya sehingga licin, kemudian 4 orang korban melanggar
persyaratan teknis karena melebihi muatan sepeda motor, kemudian 3 orang
korban akibat melanggar laik jalan rem tidak dapat difungsikan. Selanjutnya
terdapat 18 orang korban luka ringan akibat 9 orang korban melanggar laik
jalan dimana saat mengemudikan sepeda motor pada malam hari namun tidak
memiliki sinar lampu utama, kemudian 7 orang korban luka ringan karena
89
melanggar persyaratan teknis melibihi muatan sepeda motor dan 2 orang
korban akibat melakukan penggandengan atau penempelan sepeda motor tidak
sesuai dengan peruntukannya. Pada tahun 2015 terdapat 8 orang korban
meninggal dunia akibat 2 orang korban melanggar laik jalan karena rem tidak
dapat difungsikan, kemudian 3 orang korban melanggar persyaratan teknis
berupa perlengkapan mengemudi sepeda motor yaitu helm dan 3 orang korban
karena melanggar laik jalan karena tidak memiliki lampu saat malam hari.
Selanjutnya 12 orang korban luka berat akibat 7 orang korban melanggar
persyaratan teknis merubah rancangan teknis kendaraan sehingga tidak sesuai
peruntukannya, kemudian 5 orang korban luka berat karena melanggar laik
jalan karena sistem rem yang tidak dapat difungsikan. Selanjutnya 19 orang
korban luka ringan akibat 6 orang korban melanggar laik jalan karena kondisi
ban sudah tidak sesuai dengan peruntukannya, kemudian 7 orang korban
mengalami luka ringan karena melanggar persyaratan teknis yaitu merancang
kembali kendaraan dengan tidak memperhatikan aspek keselamatan, kemudian
6 orang korban melanggar perlengkapan mengemudikan sepeda motor karena
tidak menggunakan helm. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat
dikemukakan polisi dalam penanggulangan pelanggaran syarat teknis dan laik
jalan oleh pengemudi sepeda motor belum makismal. Halhal tersebut disinyalir
masih terdapat hambatan dari pihak polisi dalam penanggulangan pelanggaran
syarat teknis dan laik jalan oleh pengemudi sepeda motor di wilayah hukum
Polres Tegal.
90
B. Pembahasan
1. Implementasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam Manajemen
Rekayasa lalu lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan – Pemalang di jalan
Talang-Adiwerna
Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan Undang-undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dapat bertindak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan
bertindak yang dimiliki Dinas Perhubungan ini dalam sistem transportasi
secara yuridis memang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, namun dalam eksekusi di lapangan
Dinas Perhubungan adalah pelaksana teksis dari undang-undang itu sendiri,
sehingga dalam hal melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas di jalan
Dinas Perhubungan menjadi lembaga pembantu Kepolisian yang berperan
sebagai penegak hukum.
Dalam penegakan lalu lintas di jalan, karena kewenangan menindak
tetap berada di bawah kekuasaan Kepolisian sehingga peran Penyidik PPNS
Dinas Perhubungan secara mutlak tidak dapat melakukan tindakan hukum
apapun tanpa pendampingan dan koordinasi dari Kepolisian. Penerapan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan dinilai berjalan di tempat.
Penyebab utama penghambat kelancaran implementasi undang-
undang ini adalah tidak mendukungnya pelaksanaan dilapangan yang terkesan
masih setengah-setengah dapat dilakukan Dinas Perhubungan dan Kepolisian,
serta pembagian kekuasaan kewenangan bertindak antara Dinas Perhubungan
91
dan Kepolisiasn. Sarana diluar hal teknis (rambu-rambu lalu lintas) yang perlu
disediakan untuk mendukung kelancaran implementasi Undang-undang ini
adalah struktur organisasi yang terorganisir dan sistematis yang memiliki
pemisahan kewenangan dalam melaksanakan norma peraturan yang berlaku.
Kendala inilah yang timbul dalam penerapan peraturan perundang-undangan
lalu lintas karena dalam undang-undang ini Dinas Perhubungan hanyalah
sebagai pelaksana teknis dari undang-undang tetapi penindakan pelanggaran
lalu lintas tetap berada dibawah Kepolisian yang dalam Undang-undang ini
memang tidak dijelaskan secara jelas tentang pemisahan kewenangan
penindakan antara Dinas Perhubungan dan Kepolisian.
Dinas Perhubungan yang dalam sistem lalu lintas sebagai pelaksana
teknis Undang-undang hanya bertindak sebagimana kewenangannya dalam
Undangundang saja tanpa bisa melakukan tindakan hukum lain diluar
kewenangan yang dimiliki dari Undang-undang lalu lintas itu sendiri. Hal ini
terlihat dari kebebasannya bertindak (menindak pelanggran lalu lintas) yang
dapat dilakuakn sepenuhnya hanya dalam lingkup Terminal saja, sedangkan
untuk penindakan pelanggaran lalu lintas yang terjadi dijalan harus dengan
koordinasi dan pendampingan dari Kepolisian sebagai law enforcement
(penegak hukum).14 Menurut Suwondo, keberadaan penyidik PPNS Dinas
Perhubungan dalam Dinas Perhubungan sendiri memang tidak sebanyak
keberadaan pegawai Dinas Perhubungan yang ada. Faktor kurangnaya Sumber
Daya Manusia (penyidik PPNS) yang memiliki potensi dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiaban dalam lingkup lalu lintas lah yang
menyebabkan terjadinya hal ini.15 Faktor ketidakcakapan pegawai Dinas
92
Perhubungan sendiri sedikit banyak terjadi karena kurangnya pemahaman
dan/atau kemampuan mengaplikasikan aturan hukum atas pelanggaran lalu
lintas, kurangnya perhatian dan pelatihan dari pusat yang membuat minimnya
kedayagunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas perhubungan dalam
peneggakan dan penindakan lalu lintas.16 Lebih lanjut Darsono menyatakan,
terdapat kendala kurangnya keberadaan aparat penegak hukum (pegawai
penyidik PPNS Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal). Faktor kurangnya
aparat penegak hukum dalam penindakan pelanggaran lalu lintas ini menjadi
salah satu poin yang dapat memunculkan pertanyaan bagaimana peran Dinas
Perhubungan dalam melakukan penegakan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai
dengan Undang-undang yang berlaku.Melihat fungsi dari Dinas Perhubungan
itu sendiri yang merupakan pelaksana teknis Undang-undang, keberadaan
Penyidik PPNS Dinas Perhubungan dalam penegakan lalu lintas telah tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Bila dikaji lebih dalam lagi
memang peran penyidik PPNS Dinas Perhubungan hanya seperti pendamping
dan pembantu Kepolisian dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu
lintas, hal ini termasuk pula tindakan penyidik PPNS Dinas Perhubungan untuk
melakukan penindakan yang memerlukan pemeriksaan khusus oleh penyidik
PPNS Dinas Perhubungan. Apabila pengertian peran Dinas Perhubungan dalam
penegakan lalu lintas sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
khususnya dalam hal penindakan pelanggaran lalu lintas ditelaah lebih dalam
lagi.Maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Perhubungan berfungsi untuk
melakukan upaya penyediaan sarana dan prasarana penegakan lalu lintas
(rambu-rambu lalu lintaas, traffic light, marka jalan) sedangkan yang berhak
93
melakukan penindakan atas pelanggran lalu lintas tersebut adalah Kepolisian.
Keberadaan Dinas Perhubungan penyidik PPNS Dinas Perhubungan yang
berada dijalan hanya sebagai pemberi informasi dan fasilisasi kepada Polisi
yang bertindak dijalan untuk melakukan penindakan atas pelanggaran lalu
lintas yang terjadi. Adapun pengawasan yang dilakukan dijalan oleh Kepolisian
bersama dengan Dinas Perhubungan apabila tidak ada pelanggaran yang
membutuhkan penindakan oleh Dinas Perhubungan maka kedudukan Dinas
Perhubangan itu sendiri hanya dapat berperan sebagai pendamping polisi, atau
dapat dikatakan hanya sebagai pemantau kelancaran sisitem lalu
lintas.Kenyataan dilapangan atas kewenangan Dinas Perhubungan dan
Kepolisian inilah yang kemudian memunculkan permasalahan bagaimana
Dinas Perhubunagn dapat melakukan penegakan lalu lintas apabila
kewenangan bertindak dilapangan tidak secara penuh dimiliki Dinas
Perhubungan.Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal hanya mempunyai satu
penyidik PPNS yang dapat melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas
sesuai kewenangannya. Sesuai dengan pembagian tugas dan kewajibannya,
penyidik PPNS Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal ini merupakan bagian
dari bidang operasional dari sub struktur bidang Dinas Perhubungan yang
didalamnya terdapat seksi operasional dan keselamatan yang berdasarkan
bidang yang dibawahi tersebut penyidik PPNS Dinas Perhubungan tersebut
dapat melakukan penindakan atas pelanggaran lalu lintas dengan melakukan
koordinasi Kepolisian untuk mewujudkan penegakan Lalu Lintas. Sesuai
dengan ketentuan Pasal 262 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Tindakan Dinas Perhubungan dalam
94
melakukan segala tindakan berdasarkan otoritasnya dilingkup Terminal
dan/atau segala sesuatu yang berhubungan dengan angkutan umum/barang juga
mempunyai kekuatan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang yang
berlaku. Berdsarkan Pasal 262 ayat (1) huruf b, c, e, f, dapat dikatakan pula
otoritas yang dimiliki
Dinas Perhubungan tidak hanya berdasarkan otonomi daerah tetapi juga
berdasarkan Undang-undang yang kekuatan hukumnya dapat dijadikan payung
hukum bagi Dinas Perhubungan dalam melakukan segala tindakannya.
Kewenangan menindak pelanggaran lalu lintas yang dapat dilakukan Dinas
Perhubungan di lingkup Terminal dapat dilakukan dengan segala otoritas yang
dimiliki dalam lingkup Terminal dapat berupa pelanggaran yang bersifat
perizinan, kelengkapan surat-surat/ dokumen, dan tata cara berlalu lintas dalam
lingkup angkutan jalan. Penindakan pelanggaran lalau lintas tersebut
diantaranya mengatur tentang kelengkapan surat-surat dan dokumen-dokumen
muatan, hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran perizinan angkutan, dan
yang berkaitan dengan tata cara dan pengawasan muatan. yang didalamnya
mengatur tentang kelengkapan surat-surat dan dokumen muatan. Kewenangan
menindak pelanggaran lalu lintas yang sepenuhnya dimiliki Dinas
Perhubungan hanya berupa pelanggaran yang bersifat administratif.Sedangkan
pelanggaran yang bersifat teknis yang dapat ditindak oleh Dinas Perhubungan
lebih banyak dilakukan di jalan walaupun penindakan tersebut harus berdasar
koordinasi dan didampingi oleh Kepolisisan.Tumpang tindih kewenangan
melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas antara Dinas Perhubungan dan
Kepolisian dapat dilihat ketika Dinas Perhubungan dan Polisi melakukan
95
pengaturan lalu lintas dijalan raya. Pada saat Kepolisian melakukan tugas dan
kewenangannya dijalan (operasi tilang) sementara itu Dinas Perhubungan
hanya dapat melakukan pengaturan lalu lintas dengan melakukan rekayasa lalu
lintas atau melakukan perannya yang lain seperti melakukan pemasangan atau
penertiban rambu lalu lintas, atau bahkan membantu orang menyebrang
jalan.21 Kenyataan di lapangan itulah yang menimbulkan tumpang tindih
kewenangan Dinas Perhubungan dan Kepolisian dalam melakukan penindakan
lalu lintas dijalan. Jika melihat pada payung hukum yang digunakan sebagai
dasar hukum atas kewenangan yang dimiliki Dinas Perhubungan dalam
melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas, memang berdasarkan
Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
telah ditentukan Dinas Perhubungan mana yang dapat melakukan penindakan
lalu lintas. Dalam Pasal 262 ayat (3) telah dirumuskan tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS Dinas Perhubungan) yang dapat melakukan
penindakan di jalan.
Akses keluar dari Jalan Tol Pejagan-Pemalang ini awalnya diharapkan
menjadi pengurai kemacetan. Namun, kenyataannya masih ditemui kendaraan
pemudik parkir bersama dengan panjang antrean mencapai 18 kilometer. Hal
ini terjadi pada 1 Juli 2016 atau lima hari jelang Lebaran 2016. Kendaraan
Mengular 18 Kilometer Menuju Brebes Timur Macet total lebih dari 20 jam ini
menyebabkan banyak korban berjatuhan. Setidaknya 12 orang meninggal
akibat kelelahan.Sejatinya, kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang tersebut mulai
terlihat dua hari sebelumnya.Puncaknya pada hari itu, antrean kendaraan
mengular hingga jelang pintu keluar Brexit.
96
Dua tahun kemudian (2018) kendaraan melintas di Tol Pejagan-
Pemalang, Jawa Tengah, perawatan dilakukan Ruas Tol Pejagan-Pemalang
seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga
dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Kendaraan melintas di Tol
Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Perawatan dilakukan guna
persiapan arus mudik 2018.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes
Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada
arus mudik lebaran 2018.Padahal PT Pejagan Pemalang Toll Road selaku
operator jalan tol ini sudah membuka seluruh 8 gardu yang ada. Dan seluruh
gardu digunakan untuk exit atau keluar kendaraan. Masalah utama setelah GT
Brexit adalah kemacetan di jalan pantai utara Jawa (Pantura).Dari pantauan
Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com, jalur utama Pantura Jawa memang
sudah dipadati kendaraan sejak siang harinya.Hal ini berimbas pada kondisi
arus lalu lintas di ruas Tol Pejagan-Pemalang.Kendaraan baru bisa bergerak
setiap 20 menit hingga 30 menit.Dalam kurun waktu itu pula kendaraan dari
Pejagan yang menuju Brebes Timur benar-benar berhenti dan terlihat seperti
parkir berjamaah.Kondisi faktual ruas tol dengan panjang total 57,5 kilometer
ini tengah dilakukan perawatan. Mulai dari peletakan rubber cone, penegasan
marka jalan, hingga pemasangan lampu penerang jalan di beberapa Simpang
Susun.Kepala Seksi Pemeliharaan Tol Pejagan-Pemalang Mita Lolita
menuturkan, pemeliharaan dilakukan secara berkala.Jelang mudik tahun ini,
aktivitas tersebut makin intensif dilakukan."Kami ingin pemudik merasa
nyaman melakukan perjalanannya.Untuk biaya pemeliharaan kami tidak bisa
menyebutkan.Tapi yang pasti ini terus kami tingkatkan".
97
Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)
siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran
2018.Foto udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di
Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan
IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat
digunakan pada arus mudik lebaran 2018.
Dengan demikian, para pengguna jalan yang akan melintasi jalur ini, cukup
membayar tarif untuk ruas Pejagan-Brebes Timur sebesar Rp 20.000. Foto
udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa
Tengah.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)
siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran
2018. Proses pengujian dilakukan oleh Kementerian PUPR, Kementerian
Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri.
Menurut Kepala Cabang Tol Pejagan-Pemalang Ian Dwinanto, puncak
arus mudik yang bakal terjadi di ruas tol ini pada H-5 atau tanggal 10 Juni
2018. Foto udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di
Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan
IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat
digunakan pada arus mudik lebaran 2018.
Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)
siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran
2018.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) Saat puncaknya,
jalan tol yang dikelola anak usaha PT Waskita Toll Road, PT Pejagan
Pemalang Toll Road itu, diperkirakan bakal dilewati sekitar 85.000 (delapan
98
puluh lima ribu) kendaraan. "Ini sudah kami antisipasi dengan penambahan
gardu tol menjadi 13.Kami juga tengah fokus menyelesaikan pembangunan rest
area," kata Ian. Hal ini diperkuat pernyataan Direktur Operasi Waskita Toll
Road Mokhamad Sadali sebelumnya yang mengatakan bahwa pengelola telah
menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi kemacetan yang akan terjadi.
"Kami sudah siapkan pintu dari delapan menjadi 13.Gardu di Pejagan kita
tambah," kata Sadali di Jakarta, Kamis (31/5/2018).Dari pengalaman tahun
2017, volume kendaraan yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang cenderung
turun setelah melewati Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).Penurunan itu bahkan
mencapai 49 persen atau hanya menyisakan sekitar 51 persen yang melintasi
Tol Pejagan-Pemalang. Untuk tahun ini, ia memprediksi, penurunan kendaraan
hanya sekitar 40 persen lantaran kondisi Seksi 3 dan 4 (Brebes Timur-
Pemalang) yang sudah cukup baik untuk dilintasi pemudik. "Tapi itu belum
ditarifkan. Kalau yang beredar di WA itu kan Rp 57.000 (lima puluh tujuh ribu
rupiah) Pejagan-Pemalang, kita enggak, tetap Rp 20.000 (dua puluh ribu
rupiah)," kata dia. Bahkan, pada hari tertentu yakni 13-14 Juni dan 18-19 Juni,
ada diskon 10 persen yang diberikan kepada pengguna jalan tol. Imbasnya, tarif
yang berlaku pada saat itu hanya Rp 18.000 (delapan belas ribu rupiah).
Disebutkan dalam Undang Undang Noomor 22 tahun 2009 tentang Lalu
lintas dan Angkutan Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau (APILL) adalah
lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan
jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu
lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan
dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.Pengaturan lalu lintas di
99
persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada
masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara
bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus yang ada.Atau alat
yang memberikan prioritas bergantian dalam suatu periode waktu dengan
tujuan untuk menghindarkan terjadinya pergerakan yang saling berpotongan
melalui titik-titik konflik pada saat bersamaan.
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) bermanfaat untuk (1)
Meningkatkan keselamatan Lalu lintas pada persimpangan, (2)
Mengurangi/menghilangkan konflik, (3) Mengontrol kecepatan kendaraan, (4)
meningkatkan effesiensi pergerakan Lalu lintas pada persimpangan melalui
efektivitas pemanfaatan kapasitas persimpangan, (5) Pemberian fasilitas bagi
penyeberang pejalan kaki, (6) pengaturan distribusi dari kapasitas berbagai arah
arus lalu lintas (kendaraan umum, kendaraan pribadi, sepeda motor dan lain-
lain). Adapun Keberhasilan ditentukan oleh berkurangnya penundaan waktu
(delay), dan angka kecelakaan berkurang.
Dalam manajemen rakayasa lalu lintas sistem pengaturan APILL antara
lain dapat dikemukakan sebagai manual, yaitu digerakkan oleh manusia
(Manual Actuated Traffic Light Controller). Full manual : perpindahan nyala
lampu secara penuh dilakukan secara manual. Semi manual mempunyai
program tetap, namun penyalaan lampu hijau dapat diatur secara manual oleh
petugas.Kontrol dengan waktu tetap (Pre-timed)mempunyai pengaturan waktu
hijau yang telah ditentukan sebelumnya.Vehicle Actuated, waktu hijau sesuai
volume arus lalu lintas yang melalui detector kendaraan untuk memperkecil
waktu tunggu, kesulitan koordinasi. Semi Vehicle Actuated
100
Waktu Hijau min. yang tetap untuk semua fase (Fixed time), sesuai dengan
keadaan lalu lintas, waktu min. Dapat diperpanjang hingga mencapai waktu
maksimum dan dipergunakan pada jalan-jalan yang tidak simetris beban lalu
lintasnya. Sistem Koordinasi, Gelombang Hijau (Green Waves).
Sistem koordinasi adalah pengabungan beberapa APILL yang berdekatan
sehingga kendaraan yang berada dalam sistem tersebut akan selalu mendapat
nyala hijau (green waves).Mengabungkan beberapa APILL yang berdiri sendiri
(isolated) dengan kecepatan tertentu dan tetap.
BAB IV
PENUTUP
101
A. Kesimpulan
Manajemen rekayasa lalu lintas dari perspektif Dinas Perhubungan Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melaksanakan manajemen
rekayasa lalu lintas mencakup (a) Merencanakan pengaturan lalu lintas di jalan
kota termasuk jalan propinsi dan merencanakan kebutuhan, pengadaan,
penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat
pemberi isyarat lalu lintas (APILL), (b) pelaksanaan perencanaan pengaturan
lalu lintas di wilayah Kabupaten yaitu dengan mengalihakan lalu lintas dari
simpang adiwerna menuju arah barat jalan dua singkil – adiwerna. Sedangkan
pelaksanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-
rambu lalu lintas, marka jalan dan APILL yaitu dengan memasang
rambu-rambu, marka jalan dan APILL di kawasan pusat kota yang rawan
macet.
2. Faktor penghambat Dinas Perhubungan Kabuapten Tegal dalam rekayasa lalu
lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan-Pmalang yang melintasi wilayah
kecamatan Talang da Kecamatan Adiwerna adalah (a) kurangnya koordinasi
yang baik antar instansi yang mengelola masalah transportasi, (b) tingkat
kesadaran masyarakat pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu lalu
lintas yang telah di pasang masih kurang. Hambatan samping yang tinggi yang
menggunakan badan jalan ikut menjadi penghambat dalam Rekayasa Lalu
Lintas.
B. Saran
102
90
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlumeningkatkan sumber daya
manusia yang kompeten, dengan mengirim para pegawai guna mengikuti
pendidikan dan pelatihan tentang lalu lintas, dan mengadakan penerimaan
pegawai negeri sipil baru yang sesuai dibidang transportasi.
2. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlu meningkatkan koordinasi antar
instansi guna mencari pemecahan dari kemacetan lalu lintas seperti yang
tertuang di undang –undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan, ataupun pembuatan ruas jalan utama baru guna menciptakan
transportasi yang baik dan bebas dari kemacetan.
3. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlu melakukan sosialisasi atau
penyuluhan hukum secara terus menerus dan berkesinambungan, guna
memberikan kesadaran kepada pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu
lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku- Buku
Sulistiono Adi, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, Jakarta : Pensil-324, 2006.
103
Alamsyah AnsyoriAlik, Rekayasa Lalu Lintas,Malang:Ummpress,2008.
Arif budiarto dan Mahmuda, Rekayasa Lalu Lintas, Surakarta: UNSPress,.
Wiki buku media,2007,
Goerge R Terry dan Leslie W. Rue.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara
Cetakan Ke Lima Belas. 2014.
Fahmi Irham,Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta, 2017
Leksmono.S.P, Rekayasa Lalu Lintas, Malang : Indeks. 2007.
SoekantoSoerjono Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia,
2014
Soekanto Soerjono,1986, Polisi dan Lalu Lintas, Bandung: Mandar Maju
Sri Harini Dwiyatmi. Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta, 2011
S. Arikunto, Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2008
SupraptoTommy. Pengantar Teori Manajemen Komunikasi. Yogjakarta: MedPress.
2009.
Ubedilah,dkk, Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani,,Jakarta ,Indonesia Center
for CivicEducation, 2000
Website
Anugerah Ayu Sendari,Tujuan Negara Republik Indonesia Sesuai UUD
1945,https://www. liputan6 .com/citizen6/read/3872982/tujuan-negara-
republik-indonesia-sesuai-uud-1945,diaksespada 17 januari
104
2019.12:172013
,https://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan,
diubah pada 3 agustus 2013,pukul 14.04
https://wikipedia.id/Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses, 14
Januari 2020
https://wikipedia.id/Konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Diakses 15 Januari 20120
ArisandiNovia. Https://Www.Academia.Edu/29120332/Tugas_I.Rekayasa_Lalu_Lintas
Undang- Undang
Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu intas dan Angkutan Jalan
Wawancara Dan Dokumentasi
Prakoso Bagas Haron, Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan Tol Kabupaten
TegalWawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah
Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019
Rasdi Harjo, pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Wawancara mengenai Rekayasa
Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November
2019
105
Dokumentasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal kepadatan di Tol Pejagan-
Pemalang,2016
106
1
1