f a k u l t a srepository.upstegal.ac.id/640/1/ilda wiguna.docx · web viewpengantar ilmu hukum....

167
IMPLEMENTASI DINAS PERHUBUNGAN UNTUK REKAYASA LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL PASCA PEMBANGUNAN RUAS TOL PEJAGAN PEMALANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Hukum Oleh : ILDA WIGUNA NPM.5116500095 1

Upload: others

Post on 24-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

IMPLEMENTASI DINAS PERHUBUNGAN UNTUK REKAYASA LALU LINTAS DI WILAYAH

KABUPATEN TEGAL PASCA PEMBANGUNAN RUAS TOL PEJAGAN PEMALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Hukum

Oleh :

ILDA WIGUNA

NPM.5116500095

F A K U L T A S H U K U M

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2020

1

Page 2: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

2

Page 3: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

3

Page 4: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

ABSTRAK

4

Page 5: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Ilda Wiguna, IMPLEMENTASI DINAS PERHUBUNGAN UNTUK REKAYASA LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL PASCA PEMBANGUNAN RUAS TOL PEJAGAN- PEMALANG. Skripsi, Tegal : Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal, 2020.

Rekayasa Lalu lintas merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh dinas perhubungan untuk mengantisipasi adanya kemacetan atau suatu hal lain yang berdampak dalam penggunaan lalu lintas jalan.

Penelitian ini bertujuan untuk(1) Mendeskripsikan Implementasi Dinas Perhubungan dalam melakukan rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal (2) Mendeskripsikan hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melasanakan Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal.Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) data-data atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian berasal dari kepustakaan baik berupa buku jurnal, literature, buku, laporan penelitian, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan. Pengumpulan data diperoleh dari bahan hukum sekunder, pendekatan bersifat normatif (legal research). Pendekatan yuridis normative yakni pendekatan yang dilakukan dalam bentuk mencari kebenaran dengan melihat asas-asas dalam ketentuan baik masalah perundangan

Hasil penelitian, (1) Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melaksanakan manajemen rekayasa lalu lintas penataan lalu lintas di Kabupaten Tegal tercantum dalam Pasal 12 Peraturan Bupati Tegal Nomor: 01 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan dan Perlengkapan Jalan di Kabupaten Tegal, yaitu (a) Merencanakan pengaturan lalu lintas di jalan kota termasuk jalan propinsi dan jalan nasional di wilayah Kabupaten Tegal dan merencanakan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), (b) pelaksanaan perencanaan pengaturan lalu lintas di wilayah Talang-Adiwerna, jalan utama baru. Sedangkan pelaksanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan APILL yaitu dengan memasang rambu-rambu, marka jalan dan APILL di kawasan pusat kota yang rawan macet. (2) Faktor penghambat Dinas Perhubungan Kabuapten Tegal dalam rekayasa lalu lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan-Pmalang yang melintasi wilayah kecamatan Talang dan Kecamatan Adiwerna adalah (a) kurangnya koordinasi yang baik antar instansi yang mengelola masalah transportasi, (b) tingkat kesadaran masyarakat pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu lalu lintas yang telah di pasang masih kurang. Hambatan samping yang tinggi yang menggunakan badan jalan ikut menjadi penghambat dalam Rekayasa Lalu Lintas.

Kata Kunci : Implementasi, Dinas Perhubungan, Rekayasa Lalu Lintas

ABSTRACT

5

Page 6: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Ilda Wiguna, IMPLEMENTATION OF TRANSPORTATION SERVICES FOR TRAFFIC ENGINEERING IN TEGAL REGENCY, POST-DEVELOPMENT OF THE PEJAGAN-PEMALANG TOLL ROADS. Thesis, Tegal: State Administration Law Study Program, Faculty of Law, University of Pancasakti Tegal, 2020.

Traffic Engineering is a plan carried out by the transportation department to anticipate traffic jams or other things that have an impact on the use of road traffic.This study aims to (1) Describe the Implementation of the Transportation Agency in engineering the Talang-Adiwerna Tegal highway traffic engineering (2) Describe the Tegal District Transportation Department obstacles in implementing the traffic engineering implementation of the Talang-Adiwerna Tegal highway.

This type of research is a library research (library research) data or materials needed to complete research comes from the literature in the form of books, journals, literature, books, research reports, and so forth related to the problem. Data collection was obtained from secondary legal materials, a normative approach (legal research). The juridical normative approach is the approach taken in the form of finding the truth by looking at the principles in terms of both the issue of legislationThe results of the study, (1) Tegal Regency Transportation Department in carrying out traffic management in traffic management in Tegal Regency are listed in Article 12 of Tegal Regent's Regulation Number: 01 of 2018 concerning Procedures for Implementing Road Traffic and Road Equipment in Tegal Regency, namely ( a) Planning traffic management on city roads including provincial roads and national roads in the Tegal Regency area and planning needs, procurement, placement and maintenance of traffic signs, road markings and traffic signaling tools (APILL), (b) implementation of planning traffic control in the Talang-Adiwerna area, a new main road. While the implementation of the needs, procurement, placement and maintenance of traffic signs, road markings and APILL is to install signs, road markings and APILL in the downtown area that is prone to traffic jams. (2) The inhibiting factors of the Tegal District Transportation Office in traffic engineering after the construction of the Pejagan-Pmalang toll road that crosses the Talang and Adiwerna subdistricts are (a) lack of good coordination between agencies that manage transportation problems, (b) the level of awareness of the user community the road in obeying traffic signs that have been installed is still lacking. High side barriers that use the road body become a barrier in Traffic Engineering.

Keywords: Implementation, Transportation Department, Traffic Engineering

M O T T O

6

Page 7: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Barang siapa belajar satu babdari pada ilmu untuk diajarkan kepada manusia, maka aku akan berikan ke padanya pahala tujuh

puluh orang shidiq/ benar

(HR.Abu Mansyur)

PERSEMBAHAN

7

Page 8: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk orang-orang tercinta :

Bapak Sutikno, dan Ibu HawitenSuami, Fauzan Yudi AdiPratama

Rekan – rekan yang telah memberikan motivasiSegenap Aktivitas Akademika UPS Tegal

8

Page 9: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

KATA PENGANTAR

Dipanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas perkenan-

Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Implementasi Dinas

Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas Di Wilayah Kabupaten Tegal Pasca

PembangunanRuas Tol Pejagan Pemalang”sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka

penyelesaian studi untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum

pada Faultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.

Berkenaan dengan penyusunan skripsi inilah, penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya serta terima kasih yang sebesar-besar kepada

yang terhormat :

1. Bapak Dr.H.Burhan Eko Purwanto,M.Hum, Rektor Universitas Pancasakti Tegal.

2. Bapak Dr. H. Achmad Irwan Hamzani, SHI, M.Ag, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Pancasakti Tegal.

3. Bapak Dr. H. Imawan Sugiharto, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran serta petunjuk yang berharga bagi penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. H. Moh. Khamim, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan saran serta petunjuk yang berharga bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Abdul Honi, S.H.,M.M. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal,

beserta staf yang telah memberi ijin penelitian

9

Page 10: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

6. Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf yang telah membimbing dan membantu

melancarkan penulis dalam menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas

Pancasakti Tegal.

7. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu

sehingga terselesaikannya Skripsi ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam

penyusunan skripsi ini, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itulah kritik

konstruktif senantiasa penulis diharapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di

lingkungan akademik maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.

Tegal, Januari 2020

Penulis.

10

Page 11: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……………………………….....…………………………... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....…..…………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN..…………………………………………………… iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................…………………………….. iv

HALAMAN ABSTRAK……………...………………………………………....... v

HALAMAN MOTTO...…………………………………………………................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………..……………………………........ viii

KATA PENGANTAR...........................................……………………………....... ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah..………………………………………….... 1

B. Perumusan Masalah............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................………………............ 9

D. Manfaat Penelitian...........................................…………………........ 9

E. Tinjauan Pustaka………..……………………………..….................. 10

F. Metode Penelitian………..……………………………..……............. 12

G. Sistematika Penulisan…..……………………………..…................... 15

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL…………...………………………………. 16

11

Page 12: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

A. TinjauanPerencanaan Lalu Lintas...………….……………….......... 16

B. Tinjauan Otonomi Daerah........................................................ .........

C. Tinjauan tentang Perlengkapan Jalan.................................................

20

27

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….…... 43

A. Hasil Penelitian

1. Implementasi Dinas Perhubungan dalam Melakukan

Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-

Adiwerna Kabupaten

Tegal........................................

2. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-

Adiwerna Kabupaten Tegal, Pasca Pembangunan

Ruas Jalan Tol Pejagan-Pemalang.............................

3. Hambatan Dinas Perhubungan dalam Melakukan

Rekayasa Lalu Lintas................................................

B. Pembahasan.........................................................................................

43

43

54

75

79

BAB IV PENUTUP………………………………………………….………....... 90

A. Simpulan……….……..…………………………………………....... 90

B. Saran ……..……………………………..…………………………... 91

DAFTAR PUSTAKA………………..…………………………………………..... 92

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

12

Page 13: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pada

tahun 2002, mengisyaratkan konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang

sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3)

yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Utrecht menyaakan

bahwa hokum dipahami sebagai himpunan petunjuk hidup beupa perintah dan

larangan dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh anggota masyarakat, jika

dilanggar akan melahirkan indakan dari pemerintah.1

Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan

panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik

ataupun ekonomi. Namun demikian, penerapan prinsip negara hukum Indonesia

didasarkan pada unsur-unsur negara hukum secara umum, yaitu adanya upaya

perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian

kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya penyelenggaraan

pemerintahan yang didasarkan pada peraturan perundang undangan yang berlaku

dan adanya peradilan administrasi negara.2Agar tercapai tujuan Negara hukum

Indonesia sebagaimana dicita-citakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka seluruh unsur dimaksud harus

1Anugerah Ayu Sendari,Tujuan Negara Republik Indonesia Sesuai UUD 1945,https://www.liputan6. com/citizen6/read/3872982/tujuan-negara-republik-indonesia-sesuai-uud-1945,diaksespada 17 januari 2019.12:172

Sri Harini Dwiyatmi. Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013.

13

1

Page 14: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

diterapkan secara konsisten. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea keempat

yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial …” Fungsi Negara adalah

menylenggarakan kesejahteraan umum (bestuurzorg). Sesuai dengan asasrule of

law, maka segala tindakan administrasi negara harus berdasarkan hokum, yaitu

hukum administrasi Negara.3

Sistem administrasi Negara Indonesia ini merupakan tugas dari

pemerintah, sehinga diperlukan pula sudut pandang dan aspirasi dari masyarakat.

Hal ini akan melingkupi pandangan hidup rakyat mengenai tingkat kemakmuran

dan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat, yang terakomodir dalam sebuah

otonomi daerah. Sejalan dengan itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 telah mengaturnya pada Pasal 18 Ayat 1-7, 18A Ayat 1

dan 2, serta 18B ayat 1 dan 2.

Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-undang

Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya membagi

kewenangan-kewenangan pemerintah daerah dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. sebagaimana telah diubah beberapa

kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

3Ibid

14

Page 15: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Pemerintah Kabubaten Tegal telah menerbitkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Kabupaten Tegal dan Peraturan Bupati Tegal.Berdasarkan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan pemerintahan daerah

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai

dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang

diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah

dengan berdasar atas asas tugas pembantuan.

3. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang

menjadi kewenangan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada

gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN).

Salah satu urusan wajib bukan urusan dasar yang diamanatkan dalam

Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah

urusan bidang perhubungan. Dinas Perhubungan sebagai salah satu perangkat

daerah yang melaksanakan fungsi penunjang pelaksanaan urusan pemerintahan

Kabupaten Tegal di bidang teknis lalu lintas dan keselamatan jalan, angkutan jalan

dan terminal, perkeretaapian, dan pelayaran, penyelenggaraan urusan

15

Page 16: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

pemerintahan dan pelayanan bidang perhubungan, pembinaan dan pelaksanaan

tugas bidang perhubungan.

Salah satunya yaitu dalam perundang-undangan negara kita, misalnya

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).Undang-undang

tersebut berisi tentang peraturan- peraturan dalam berlalu lintas dan juga peraturan

untuk angkutan dan jalan. Undang-undang tersebut seharusnya dapat menjadi

acuan masyarakat untuk berperilaku baik dan tertib dalam berlalu lintas dan

memanfaatkan fasilitas jalan, sehingga semakin tertibnya masyarakat Indonesia

semakin besar pula peluang untuk sejahtera.Lalu lintas dan angkutan jalan yang

tertib adalah wajah bangsa, sehingga masyarakat harus dibiasakan berperilaku

tertib danbenar dalam berlalulintas.

Pasal 8 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, menyatakan Rekayasa Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat

(RLL) dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan

gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Cakupan kegiatan RLL meliputi:

kajian lalu lintas, perencanan transportasi dan geometrik, Serta operasi lalu lintas

agar sesuai dengan standar dan ketentuan lainnya serta administrasi.4

Kesemerawutan dalam berlalu lintas merupakan salah satu fenomena

masyarakat yang saat ini tengah menjadi gambaran umum di kota-kota besar

maupun kota-kota kecil yang mempunyai kepadatan penduduk cukup

tinggi.Beberapa faktor yang biasanya menjadi penyebab terjadinya

kesemerawutan dalam berlalu lintas adalah soal pertambahan jumlah kendaraan,

4 Soerjono Soekanto,1986, Polisi dan Lalu Lintas, Bandung: Mandar Maju

16

Page 17: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

baikpengangkut umum maupun kendaraan pribadi; serta rendahnya disiplin

pengguna jalan.5Kondisi ini mengakibatkan kemacetan di jalan raya, didukung

tidak seimbangnya atau lebih besarnya volume (jumlah) kendaraan yang melalui

suatu jalan dalam waktu tertentu arus lalu lintas terhadap kapasitas jalan

(kemapuan maksimum suatu jalan untuk menampung sejumlah kendaraan).

Lalu-lintas merupakan permasalahan rumit yang sering terjadi disetiap

daerah perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang

wilayah dan sistem jaringan transportasi itu sendiri sebagai sebuah kesatuan tata

ruang. Tata ruang yang dimaksud adalah perwujudan dari standar ruang dan pola

ruang, yaitu perwujudan dari susunan pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Struktur dan

pola ruang sebagai perwujudan dari satu kesatuan wilayah atau wadah, tempat

manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memeliharaan

kelangsungan hidupnya.6

Masing-masing dari kesatuan wilayah ini memiliki karakteristik fisik,

demografi, sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda dan unik, dan hal ini sangat

berpengaruh terhadap pola aktivitas setiap kesatuan wilayah. Jaringan

infrastruktur transportasi dalam konteks tata ruang dalam hat ini ditujukan sebagai

penghubung antar kesatuan wilayah, akan lebih berdaya gunaapabila didukung

oleh adanya sistem jaringan pelayanan transportasi.

5Adi Sulistiono, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, Jakarta : Pensil-324, 2006.6Leksmono.S.P, Rekayasa Lalu Lintas, Malang : Indeks. 2007.

17

Page 18: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan suatu hasil dari proses

interaksi dan akumulasi dari berbagai sistem aktivitas yang saling bersifat

ketergantungan untuk memperkuat sistem dalam upaya mengoptimalkan

percepatan perkembangan kota, sementara lokasi perkembangan dari setiap

aktivitas tersebut berada pada ruang wilayah yang saling berbeda. Pertumbuhan

dan perkembangan kota atau wilayah akan berimplikasi pada meningkatnya

permintaan transportasi akibat peningkatan aktivitas pergerakan orang dan barang

dalam suatu arah atau kota, yang mana aktivitas pergerakan ini mutlak

memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai baik secara kualitas

maupun kuantitas.7

Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada

hakikatnya sudah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi,

meskipun pergerakan atau perpindahan itu dilakukan dengan sederhana.

Transportasi merupakan suatu bentuk keterkaitan dan keterikatan antara

penumpang, barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka

perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam tatananbaik secara alami

maupun buatan. Proses berlangsungnya kegiatan transportasi biasanya melibatkan

3 elemen penting yaitu adanya jaringan jalan, moda angkutan dan faktor kegiatan

(tata guna lahan).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah khususnya Kementerian

Perhubungan Republik Indonesia untuk mengantisipasi sekaligus juga menangani

kesemerawutan dalam berlalu-lintas.Salah satunya yaitu melalui penambahan

sarana prasarana jalan dan fasilitas rambu lalu lintas, termasuk dalam hal ini

7Ibid.

18

Page 19: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

bekerja-sama dengan Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk

menambah pembangunan jalan.

Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa utamanya ruas Cirebon Pejagan

Pemalang, melewati Kabupaten Tegal dari ujung barat sampai dengan ujung timur

dengan total luas wilayah Kabupaten Tegal yang dilalui oleh jalan tol Kanci

Pejagan-Pemalang adalah 426,19 Ha yang meliputi 276,22 hektar (77,91%)

lahan persawahan, 12,15 hektar (5,37%) lahan permukiman dan 27,82 hektar

(16,72%) lahan kosong, tegalan dan lain-lain.

Pengembangan Jalan Tol ruas Pejagan-Pemalang ini berimplikasi

terhadap tata kelola sistem transportasi di wilayah Kabupaten Tegal, dimana

Dinas Perhubungan merupakan leading sector pengelolaan sistem trasportasi yang

aman, nyaman, tertib, selamet dan lancar.

Sebagai pemangku kepentingan dalam sistem transportasi di wilayah

Kabupaten Tegal, maka Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal melakukan

rekayasa dalam tata kelola sistem trasportasi, mulai dari tahap perencanaan,

harmonisasi regulasi sampai pada tahap implementasi program rekayasa lalu

lintasKeluaran yang diharapkan dalam pelaksanaan rekayasa lalu lintas adalah

terciptanya sistem transportasi yang Kamtibcar di wilayah Kabupaten Tegal.

Jalan Raya Talang-Adiwerna merupakan salah satu ruas jalan di Kabupaten

Tegal yang terkena implikasi atas pembangunan ruas tol Pejagan-Pemalang, hal

ini mengingat dalam ruas jalan raya Talang-Adiwerna terdapat pintu tol (gardu

keluar tol).Ruas Tol Pejagan-Pemalang Toll Road (PPTR) khususya di exit tol

Adiwerna Tegal Jawa Tengah berpotensi menjadi titik bottle neck saat arus mudik

dan balik Lebaran 2019 beberapa bulan yang lalu. Meski dijanjikan ruas tol sudah

19

Page 20: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

fungsional, tapi jika malam hari mungkin belum bisa dioperasikan penuh,

terutama dari Adiwerna ke arah timur, seperti Pemalang-Pekalongan-Batang

bahkan ke Semarang.8Adiwerna merupakan salah satu titik keluarnya kednaraan

dari tol (exit tol) di Tegal.Daerah itu juga menjadi jalur utama yang

menghubungkan patura Jawa, Tegal ke selatan Jawa, seperti Purwokerto,

Purbalingga sampai ke Jogjakarta sampai ke Jawa Timur.

Untuk mewujudkan sistem transportasi yang kamtibcar di sepanjang ruas

jalan Talang-Adiwerna ini, diperlukan adanya suatu Implementasi yang integratif

diantara institusi pemangku kepentingan di wilayah Kabupaten Tegal sehingga

masyarakat pengguna lalu lintas tetap terlayani dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang menarik

untuk penulis teliti yaitu mengenai bagaimana Implementasi Dinas Perhubungan

Untuk Rekayasa Lalu Lintas di Wilayah Kabupaten Tegal, Pasca Pembangunan

Ruas Tol Pejagan-Pemalang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BagaimanaImplementasi Dinas Perhubungan untuk melakukan rekayasalalu

lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal ?

2. Bagaimana hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalammelasanakan

Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten

Tegal ?

8 http://beritatrans.com/2018/05/07/mengantisipasi-kemacetan-panjang-di-exit-tol-adiwerna-tegal/

20

Page 21: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Implementasi Dinas Perhubungan dalam melakukan rekayasa

lalu lintas ruas jalan raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal.

2. Mendeskripsikanhambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam

melasanakan Implementasi rekayasa lalu lintas ruas jalan raya Talang-

Adiwerna Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka pembaharuan peraturan perundang-undangan tentang

jalan dan pembaharuan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal tentang rekayasa

lalu lintas di Kabupaten Tegal;

2. Secara praktis :

a. Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya

di dalam ilmu pengetahuan hukum di dalam Implementasi Dinas

Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaten Tegal

Pasca Pembangunan Ruas Tol Pejagan-Pemalang

21

Page 22: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kontribusi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan hukum, serta dapat bermanfaat sebagai

sumber informasi bagi para pihak yang ingin mengetahui dan memahami

Implementasi Dinas Perhubungan Untuk Rekayasa Lalu Lintas di wilayah

Kabupaten Tegal

c. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

lanjut, secara refrensi terhadap penelitian sejenis.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesamaan terhadap penelitian

sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, maka perlu kiranya untuk memaparkan

penelitian-penelitian sebelumnya.

1. Adi Sulistiono, dkk, meneliti tentang Benang Kusut Lalu Lintas, hasil

penelitiannya bahwa “penyebab kemacetan bisa beragam : ada yang sistematis

dan kronis, namun ada pula penyebab kemacetan yang bersifat sementara.

Cotohnya jika hujan deras mengguyur yang mengakibatkan beberapa daerah

tergenang air. Ini memicu kemacetan dimana-mana. Kemacetan bisa pula

terjadi karena ada iring-iringan kendaraan orang penting (pejabat) yang hendak

lewat. Bisa juga kemacetan disebabkan karena ada kendaraan mogok dijalan.9

Kemacetan yang terjadi secara sistematis dan kronis selalu terjadi berulang

hampir setiap hari dengan penyebab yang sama. Penyebabnya beragam, tetapi

dalam banyak kasus sering terjadi karena faktor jumlah kendaraan sudah

9Adi Sulistiono, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, editor : Hermawan Sulistyo, (Jakarta : Pensil-324, 2006).

22

Page 23: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

melebihi kapasitas jalan yang tersedia; tingginya angka perjalanan; kemacetan

yang bersumber dari konstruksi jalan yang tidak beres; pengalihan fungsi jalan

menjadi tempat parkir; ketidak tertiban dan ketidak-patuhan pemakai jalan

terhadap rambu-rambu lalu lintas.10Masalah kesemerawutan dan kemacetan

dalam berlalu lintas perkotaan adalah adanya ketidak seimbangan antara

kapasitas atau ruang jalan sebagai prasarana transportasi dengan jumlah

kendaraan sebagai mana transportasi. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang

besar pada kenyataannya kurang diimbangi oleh ketersediaan kapasitas

jaringan jalan yang cukup akibatnya timbul permasalahan diseputar transportasi

yaitukemacetan, Polusi udara, Penurunan kondisi jalan membuat daya guna

jalan menjadi semakin tidak optimal dan menambah biaya transportasi.11

2. Homburger & Kell, meneliti tentang ‘Rekayasa Lalu-lintas’hasil penelitiannya

adalah suatu penangananyang berkaitan dengan perencanaan, perancangan

geometrik dan operasi lalulintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan

lahan serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.12Di Indonesia istilah

rekayasa lalu-lintas merupakan salah satu cabang dari ilmu teknik sipil yang

menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu-lintas pergerakan

orang dan/atau barang secara aman dan effisien dengan merencanakan,

membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan dilengkapi dengan

rambu lalu-lintas, marka jalan serta alai pemberi isyarat lalu lintas. Dalam

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

10 Ibid11Arif budiarto dan Mahmuda, Rekayasa Lalu Lintas, Surakarta: UNSPress, 2007.12Wiki buku media, 2013,https://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan, diubah pada 3 agustus 2013,pukul 14.04

23

Page 24: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan bahwa rekayasa lalulintas

dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan 26

lalu-lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu-lintas dan angkutan jalan. Ruang lingkup rekayasa lalu-lintas

dalam prakteknya mencakup 5 bagian penting,

3. Alik Ansyori Alamsyah, meneliti tentang ‘Ruang Lingkup Rekayasa

LaluLintas’,hasil penelitiannya adalah lingkup Rekayasa Lalu Lintas dalam

prakteknya mencakup 5 (Iima) bagian penting meliputi 13: (a) Studi

Karakteristik Lalu Lintas, mencakup (1) faktor-faktor kendaraan dan manusia,

(2) Volume lalu lintas, kecepatan dan kerapatan, (3) arus lalu lintas, kapasitas

jalan dan persimpangan, (4) Pola perjalanan, faktor pertumbuhan dan asal

tujuan lalu lintas, (5) Faktor-faktor mengenai parkir dan terminal, (6)

Pelayanan fasilitas dan pemakainya, (7) Analisis kecelakaan lalu lintas. (b)

Perencanaan Transportasi yang meliputi (1) Studi transportasi regional, (2)

Perencanaan jangka panjang mengenai jaringan jalan, sistem transportasi

umum, terminal dan parker, (3) Perencanaan khusus pembangunan,

peningkatan atau penyebaran kembali lalu lintas, (4) Studi tentang dampak

lingkungan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam menulis skripsi ini, penulis melakukan penelitian yuridis

empiris.Menurut Soerjono Soekanto penelitian yuridis empiris adalah

13Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas,Malang:Ummpress,2008.

24

Page 25: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum

normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi

dalam masyarakat.14Dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap keadaan

sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud

untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta yang dibutuhkan, setelah bahan

yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah

yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.Adapaun bahan yang

digunakan berupa dokumen - dokumen yang dikumpulkan untuk mendukung

penelitian ini sangat beragam, mulai dokumen di Dinas Perhubungan

Kabupaten Tegal, sampai dengan peraturan-peraturan terkait.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan

normatif , yaitu meninjau permasalahan hukum secara normatif (boleh atau

tidak boleh menurut hukum yang berlaku)15. Adapun dokumen yang digunakan

tentunya berkaitan dengan bentuk penelitian terhadap norma hukum tertulis,

yang antara lain meliputi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

3. Sumber Data Penelitian

Data diperoleh penulis bersumber dari data sekunder.Data sekunder

adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui perantara atau secara

tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada16.Dalam

penelitian ini, sumber data yang penulis gunakan meliputi Undang-Undang

14Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2014,15Ibid16Ibid

25

Page 26: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan.

4. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data penulis lakukan dengan cara :

a. Data primer

Dikumpulkan dengan cara metode wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung mengenai

gambaran umum dan masalah yang berhubungan dengan pokok masalah

penelitian kepada pegawai yang berwenang untuk menggunakan data-data

tersebut. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan

secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui

tatap muka maupun telpon17.Penulis menggunakan teknik wawancara tak

terstruktur, dimana penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang

sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data, melainkan pedoman

wawancara dilakukan sesuai kebutuhan saja.

b. Data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Arikunto mengatakan bahwa “metode dokumentasi

merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya”18.

17Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta, 201118 S. Arikunto, Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

26

Page 27: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

5. Metode Analisis Data

Bahan penelitian penulis olah secara kualifikasi dan generalisasi,

kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis hukum, yaitu menganalisis

permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan teori hukum dan ketentuan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

G. Rencana Sistimatika Penelitian

Bab I Pendahuluan.Pada bab ini berisimengenai (1) Latar Belakang

Masalah; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Manfaat Penelitian;

(5) Tinjauan Pustaka; (6) Metode penelitian; (7) Rencana Sistematika Penulisan;

Bab II Tinjauan Konseptual. Pada bab ini menguraikan tentang norma-

norma hukum, teori-teori hukum yang berhubungan dengan memperhatikan

variabel penelitian yang termuat dalam judul ini.

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan.Pada bab ini menguraikan

data hasil penelitian yang telah diolah, dianalisis dan ditafsirkan. Data penelitian

akan tampak jelas bagaimana disusun sesuai urutan permasalahan dalam

pembahasannya yang telah dikonstalasikan dengan tinjauan konseptual.

Bab IV Penutup, meliputi :Kesimpulan; Saran-saran.

27

Page 28: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

BAB II

TINJAUAN KOSEPTUAL

A. Tinjauan Perencanaan Lalu Lintas

1. Pengertian Perencanaan Lalu Lintas

Menurut George R Terry :

“Planning is the selecting and relacting and relating of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and formulation of proposed activation believed neessry to achieve desired result”19(Perencanaan adalah memilih dan berkaitan dengan fakta dan pembuatan dan penggunaan asumsi mengenai masa depan dalam visualisasi dan perumusan usulan aktivasi yang diusulkan percaya untuk mencapai hasil yang diinginkan).

Dalam kontek manajemen, perencanaan (planning) merupakan proses yang

akan menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus

diambil untuk mencapainya. “Lewat perencanaan seorang pimpinan atau

manajer mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi

hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi cara-cara unuk

mencapainya”.20

Menurut Terry dan Rue :“perencanaan didefinisikan sebagai proses menentukan tujuan-tujuan apa yang akan dikejar selama jangka waktu yang akan datang dan apa yang akan dilakuan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai, perencanaan efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi bukan atas dasar emosi dan keinginan”.21

19Irham Fahmi. Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 201720Tommy Suprapto. Pengantar Teori Manajemen Komunikasi. Yogjakarta: MedPress. 2009.21Goerge R Terry dan Leslie W. Rue.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara Cetakan Ke Lima Belas. 2014.

28

Page 29: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat

pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat

pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan

dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan

persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor

kecepatan dan keselamatan.penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan.

Dalam menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain

dengan memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan,

kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek

lingkungan, aspek sosial dan ekonomi.penetapan pemecahan permasalahan lalu

lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya. Maksud

rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi:

penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan

persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap

ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta

pemeliharaan rambu rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu

lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau

tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada

masyarakat.

2. Pengertian Lalu Lintas

Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri maka perlu

dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau seluruh

wilayah dan pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu memadukan

sarana transportasi lain. Menyadari peranan transportasi maka lalu lintas ditata

29

Page 30: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

dalam sistem transpotasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan

tersedianya jasa trnasportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas

yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan biaya yang

terjangkau olehmasyarakat.

Pengembangan lalu lintas yang ditata dalam satu kesatuan sistem

dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendominasikan unsurnya yang

terdiri dari jaringan transportasi jalan kendaraan beserta dengan pengemudinya,

peraturanperaturan dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu

totalitas yang utuh, berdayaguna, dan berhasil. Lalu lintas dan angkutan jalan

perlu diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar

lebih luas daya jangkau dan pelayanan kepada masyarakat dengan

memperhatikan sebesarbesarnya kepentingan umum dan

kemampuan/kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan, koordinasi antara

wewenang pusat dan daerah serta unsur instansi sektor, dan antar unsur terkait

serta terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelesaian lalu

lintas dan angkutan jalan, serta sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem

transportasi nasional yang handal dan terpadu. Untuk memahami pengertian

lalu lintas, penulis akan mengemukakan pengertian lalu lintas menurut

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, maupun pendapat dari para pakar. Menurut Pasal 1 Undangundang

Nomor 22 tahun 2009, lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan

orang di ruang lalu lintas jalan, adalah prasarana yang diperuntukkan bagi

gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dengan

fasilitas pendukungnya. Menurut Muhammad Ali, lalu lintas adalah berjalan,

30

Page 31: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

bolak balik, perjalanan dijalan. Ramdlon Naning juga menguraikan pengertian

tentang lalu lintas yaitu gerak pindah manusia dengan atau tanpa alat

penggerak dari satu tempat ketempat lainnya.Sedangkan menurut W.J.S.

Poerwodarminto1 bahwa lalu lintas adalahPerjalanan bolak-balik, Perihal

perjalanan di jalan dan sebagainya, pserta erhubungan antara sebuah tempat.

Subekti juga memberikan definisi tentang lalu lintas, ia mengemukakan

bahwa lalu lintas adalah segala penggunaan jalan umum dengan suatu

pengangkutannya. Pengertian dan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa lalu lintas dalam arti luas adalah setiap hal yang berhubungan dengan

sarana jalan umum sebagaisarana utama untuk tujuan yang ingin dicapai.

Selain dapat ditarik kesimpulan juga pengertian lalu lintas dalam arti sempit

yaitu hubungan antar manusia dengan atau tanpa disertai alat penggerak dari

satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.

3. Manajemen Lalu Lintas

Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian

usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,

pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam rangka

mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban,

dan kelancaran LaluLintas. Manajemen lalu lintas adalah upaya-upaya

pemanfaatan semaksimal mungkin sistem jaringan jalan yang ada dan bisa

menampung lalu lintas sebanyak mungkin atau menampung pergerakan orang

sebanyak mungkin dan memperhatikan keterbatasan lingkungan (Kapasitas

Lingkungan), memberikan prioritas untuk kelompok pengguna jalan tertentu

31

Page 32: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

dan penyesuaian kebutuhan kelompok pemakai jalan lainnya serta menjaga

kecelakaan lalu lintas sekecil mungkin. Melakukan pengendalian jangka

pendek, gerakan gerakan manusia dan barang secara selamat(safety) dan

efisien, serta selaras dengan lingkungan sosial (kearifan lokal) melalui

koordinasi di dalam perencanaan implementasi berbagai elemen manejemen

lalu lintas sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan satu dengan lainnya,

bahkan apabila memungkinkan elemen-elemen tersebut saling memperkuat.

Prinsip yang digunakan dalam mengendalikan lalu lintas adalah

mengambil langkah untuk secara terus menerus mengendalikan lalu lintas serta

upaya yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan lalu lintas yang timbul

serta memprediksi sebelum permasalahan tersebut terjadi, untuk kemudian

dipersiapkan solusi, jangan sampai permasalahan membesar dan tidak

terkendali seperti yang sekarang bisa kita amati dari pertumbuhan lalu lintas

sepeda motor yang luar biasa dan lalu lintasnya cenderung selalu melanggar

aturan lalu lintas tanpa ada langkah untuk melakukan penindakan hukum yang

nyata/significant terhadap pelanggaran yang dibuat.

B. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri,

sedangkan dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya.Otonomi

daerah dengan demikian berarti kemandrian suatu daerah dalam kaitan

32

Page 33: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

pembuatan dan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendri.22Otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

“Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah”23

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga

sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan

cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan

bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali

sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

2. Dasar hukum

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18

Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2, Pasal 18B ayat 1 dan 2.

b. Ketetapan Majlis Permusyawarata Rakya Republik Indonesia Nomor

XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,

pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan,

serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka

NegaraKesatuan Republik Indonesia

22 Ubedilah,dkk, Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani,,Jakarta ,Indonesia Center for CivicEducation, 2000

23https://wikipedia.id/Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses, 14 Januari 2020

33

Page 34: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

c. Ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan

Otonomi Daerah.

d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

e. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

f. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah (Revisi Undang Undang Republik IndonesiaNomor 32

Tahun 2004tentang Pemerintah Daerah)

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam

rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah

masing-masing. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi

dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan

penyelenggaraanotonomi daerah.24sehingga digantikan dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

24https://wikipedia.id/Konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses 15 Januari 20120

34

Page 35: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami

beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844). Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah

daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan

yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan

oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah.

Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun

daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.25

4. Tujuan

Pelaksanaan otonomi daerah memiliki tujuan adalah sebagai berikut

a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

b. Pengembangan kehidupan demokrasi.

c. Keadilan nasional.

d. Pemerataan wilayah daerah.

e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

25Ibid

35

Page 36: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.

g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

h. Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang

meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang

ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah

adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai

politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan

administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah

adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah,

termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi

pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai

dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya

peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.26

5. Asas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, terdapat 3 jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

dasar bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, yaitu asas

Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

26 Ibid

36

Page 37: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

6. Desentralisasi

Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

untuk mengurus Urusan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonom.

7. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah

Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur

dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

8. Tugas pembantuan

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah

otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada

Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

9. Ciri-ciri Otonomi Daerah

Otonomi daerah di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, memiliki asas

desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, namun memiliki ciri-ciri

yang membedakan dengan otonomi di negara federal. Ciri-ciri otonomi daerah

dimaksud terdapat dalam tabel berikut.

Tabel 1

Ciri-ciri Otonomi Daerah

37

Page 38: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerah

Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)

Setiap daerah mempunyai UUD daerah yang tidak bertentangan dengan UUD negara (hukum tersendiri)

Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)

Perda terikat dengan UU UUD daerah tidak terikat dengan UU negara Perda terikat dengan UU

Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hokum

Presiden/Raja berwenang mengatur hukum untuk negara sedangkan kepala daerah untuk daerah

Hanya Presiden/Raja berwenang mengatur hukum

DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR

DPRD (provinsi/negara bagian/dst) punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR

DPRD (provinsi/negara bagian/dst) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR

Perda dicabut pemerintah pusat

Perda dicabut DPR dan DPD setiap daerah

Perda dicabut pemerintah pusat

Sentralisasi Desentralisasi Semi sentralisasiBisa interversi dari kebijakan pusat

Tidak bisa interversi dari kebijakan pusat

Bisa interversi dari kebijakan pusat

Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

APBN dan APBD tergabung

APBD untuk setiap daerah dan APBN hanya untuk Negara

APBN dan APBD tergabung

Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan

Pengeluaran APBN dan APBD dihitung pembagian

Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan

Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat

Setiap daerah diakui sebagai negara berdaulat dan sejajar

Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat

Daerah diatur pemerintah pusat Daerah harus mandiri Daerah harus mandiri

Keputusan pemda diatur pemerintah pusat

Keputusan pemda tidak ada hubungan dengan pemerintah pusat

Keputusan pemda diatur pemerintah pusat

Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan

Ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan

Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan

Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama

Masalah daerah merupakan tanggung jawab pemda

Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama

3 kekuasaan daerah tidak diakui 3 kekuasaan daerah diakui 3 kekuasaan daerah tidak

diakuiHanya hari libur nasional Hari libur terdiri dari pusat Hanya hari libur nasional

38

Page 39: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Negara Kesatuan Negara Federal Otonomi daerahdiakui dan daerah diakuiBendera nasional hanya diakui

Bendera nasional serta daerah diakui dan sejajar

Bendera nasional hanya diakui

Hanya bahasa nasional diakui

Beberapa bahasa selain nasional diakui setiap daerah

Hanya bahasa nasional diakui

Sumber :https://wikipedia.id/ Diakses 15 Januari 20120

C. Tinjauan Tentang Perlengkapan Jalan

1. Perlengkapanjalan

a. Rambu

Rambu dalam lalu lintas terdiri dari rambu peringatan, larangan, dan

petunjuk yang digunakan untuk mengatur kecepatan, arah arus lalu lintas,

larangan arah arus lalu lintas, peringatan untuk memperlambat kecepatan

atau hati hati kemungkinan terjadi gangguan atau halangan pada ruas jalan

tersebut. Lokasi dan posisi rambu harus dipasang sedemikian rupa agar

mudah dilihat, mudah diketahui, mudah dimengerti maksud rambu atau hal

yang dihadapi pengemudi/pengguna jalan akan keadaan jalan didepannya.

Jarak rambu teradap keadaan jalan harus cukup dan disesuaikan dengan

kecepatan izin diruas jalantersebut.

Rambu adalah alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan dan

mengarahkan lalu lintas.Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal

berikut:

a. Memenuhikebutuhan.

b. menarik perhatian dan mendapat respek penggunajalan.

c. memberikan pesan yang sederhana dan mudahdimengerti.

39

Page 40: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

d. menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam

memberikanrespon.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan- pertimbangan

yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu adalah:

1) Keseragaman bentuk dan ukuranrambu

Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas

pengemudi untuk mengenal, memahami dan memberikan respon.

Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan

menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi.

2) Desainrambu

Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar

akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan

memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi dalam memberikan

respon

3) Lokasi,rambu

4) Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang

berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup

dalam memberikan respon.

5) Operasirambu

6) Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan

lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan memasang

rambu yang sesuai kebutuhan.

40

Page 41: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

7) Pemeliharaanrambu

8) Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.

9) JarakPenempatan

a) Rambu di sebelah kiri

b) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar

jarak tertentu dan tepi paling luar bahu jalan kendaraan dan tidak

merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalankaki.

c) Jarak penempatan antara rambu yang terdekat dengan bagian tepi

paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal

0,60meter.

d) Penempatan rambu harus mudah dilihat dengan jelas oleh

pemakaijalan.

Gambar 1Rambu Terletak di Sebelah Kiri

e) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan

kondisi lalu lintas rambu dapat ditempatkan disebelah kanan atau di

atas daerah manfaatjalan.

f) Rambu di sebelah kanan jalan atau daerah manfaat jalan harus

41

Page 42: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

mempertimbangkan faktor-faktor antara lain geografis, geometris

jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan kecepatanrencana.

g) Rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median) ditempatkan

dengan jarak 0,30 meter dari bagian paling luar dari pemisahjalan.

Gambar 2Posisi Tinggi Rambu Lalu Lintas

10) Tinggirambu

a) Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter

dan maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan jalan sampai

dengan sisi daun rambu bagian bawah, atau papan tambahan bagian

bawah apabila rambu dilengkapi dengan papantambahan.

Gambar 3Posisi Penempatan Rambu dari Tepi Jalan dan Tingg Rambu

42

Page 43: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan kaki

minimum 2,00 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dari

permukaan fasilitas pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu

bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah, apabila rambu

dilengkapi dengan papantambahan

b) Khusus untuk rambu peringatan pada Gambar 25 (Lampiran I Tabel

1 Nomor 1i dan Nomor 1j Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

61 tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan)

ditempatkan dengan ketinggian 1,20 meter diukur dari permukaan

jalan sampai dengan sisi rambu bagianbawah.

Gambar 4Posisi Penempatan Rambu Peringatan Lalu Lintas

Ketinggian penempatan rambu di atas daerah manfaat jalan adalah

Gambar 5 Posisi Penempatan Rambu Peringatan Lalu Lintas

43

Page 44: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

minimum 5,00 meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi

daun rambu bagianbawah.

11) PosisiRambu

a) Pada kondisi jalan yang lurus atau melengkung ke kiri, rambu yang

ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu digeser 3°

(derajat) searah jarum jam dan posisi tegak lurus sumbu jalan.

Gambar 6Posisi Penempatan Rambu pada Jalan Melengkung

b) Rambu petunjuk pada Gambar 28e (Lampiran I Tabel 3 Nomor 5,

6k, 6r, 8 dan rambu petunjuk fasilitas Tabel 3 Nomor 9 Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-Rambu

Lalu Lintas di Jalan), pemasangan posisi rambunya sejajar dengan

sumbujalan.

44

Page 45: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Gambar 7Posisi Penempatan Rambu pada Jalan Melengkung

Pada kondisi jalan yang melengkung ke kanan, rambu petunjuk yang

ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu tegak lurus

terhadap sumbujalan.

c) Rambu jalan yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas

daerah manfaat jalan pada jalan 1 arah, pemasangan posisi rambu

tegak lurus terhadap sumbu jalan dan ditempatkan ditengah-tengah

dari lebarmedian.

Gambar 8Posisi Penempatan Rambu pada Pemisah Jalan

d) Posisi rambu tidak boleh terhalangi oleh bangunan, pepohonan

atau benda-benda lain yang dapat berakibat mengurangi atau

45

Page 46: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

menghilangkan arti rambutersebut.

Gambar 9 Posisi Rambu Terhalangi Pepohonan

e) Daun rambu harus dipasang pada tiang yang khusus disediakan

untuk pemasangan daunrambu

f) Pemasangan daun rambu pada satu tiang maksimum 2 (dua) buah

daunrambu

Gambar 10Rambu Peringatan Lalu Lintas

b. RambuPeringatan

Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada

bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan.

46

Page 47: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Gambar 1Rambu Peringatan

Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau

tulisanberwarna hitam.

1) Penempatan RambuPeringatanditempatkan pada sisi

2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-

Rambu Lalu Lintas di Jalan) ditempatkan

padasisisebelahluarbahujalanataujalurlalulintas dimulai pada awal

tikungan sampai dengan akhir tikungan, jarak antara masing-masing

rambu sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2Posisi Penempatan Rambu pada Pemisah Jalan

a) Untuk rambu peringatan pada Gambar 36 (Lampiran I Tabel 1 Nomor

22a Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang

Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan), jarak penempatannya diukur dari

perlintasan kereta api yangterdekat

Rambu peringatan Tabel 1 Nomor 22b jarak penempatannya diukur

dari rel kereta api yang terdekat serta dapat dilengkapi dengan rambu

peringatan seperti pada Gambar 37 (Tabel 1 Nomor 24a, 24b, dan 24c

47

Page 48: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang

Rambu-Rambu Lalu Lintas diJalan)

b) BujurSangkar

c) Empat Persegi Panjang

c. RambuLarangan

Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan

bewarna hitam atau merah

Gambar 3

48

Page 49: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Rambu Larangan Lalu Lintas

12) Penempatan RambuLarangan

a. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada awal bagian jalan

dimulainya rambularangan

Gambar 4

Penempatan Rambu Larangan Lalu Lintas

b. Rambu larangan pada Gambar 46b (Tabel 2A Nomor l e, 4a, dan 4b

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang

Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan) ditempatkan pada sisi jalan pada

awal bagian jalan dimulainya rambularangan

c. Rambu larangan pada Gambar 48 (Tabel 2A Nomor 4a dan 4b

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang

Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan) yang ditempatkan secara berulang

dengan jarak lebih dari 15 meter, dapat dilengkapi dengan papan

49

Page 50: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

tambahan yang menyatakan jaraktertentu

Gambar 5

Jarak Papan Larangan Lalu Lintas

d. Markaterdiri dari marka sejajar jalan dan marka melintang jalan. Marka

sejajar jalan berfungsi mengarahkan arus lalu lintas. Marka garis penuh

merupakan batas lajur yang pada umumnya tidak boleh dipotong arus

lalu lintas, sedangkan marka putus putus sebagai pembatas lajur yang

dapat dipotong arus lalu lintas bila memungkinkan.Marka melintang

jalan juga ada yang garis penuh maupun putus putus. Marka melintang

garis penuh yang berada dipersimpangan dinamakan garis stop,

sedangkan marka melintang garis putus putus merupakan marga

prioritas (give way). Marka juga digunakan untuk menunjukkan lokasi

parker maupun lokasi dilarang parker. Marka yang berada di

persimpangan disebut boxjunction.

e. Apillmerupakan alat pengatur isyarat lalu lintas yang lazimnya

dipasang dipersimpangan untuk mengatur waktu gerak arus lalulintas

dimasing masing arah dan kaki simpang. Waktu hijau untuk masing

masing arah arus harus sebanding dengan besarnya volume dibagi arus

jenuh untuk masing masing arah tersebut, agar terjadi efisiensiyang

50

Page 51: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

tinggi dalam penggunaan ruang persimpangantersebut.

f. Median dan Barrier

1) Medianmerupakan pembatas fisik arus lalu lintas yang berlawanan arah,

yang berguna untuk meningkatkan kelancaran dan keselamatan arus lalu

lintas tersebut. Median ditempatkan pada ruas jalan yang sekurang

kurangnya memiliki empat lajur dua arah, atau dua lajur masing masing

arah. Lebar dan ketinggian median harus memenuhisyarat.

2) Barriermerupakan pembatas arus lalu lintas baik satu arah maupun dua

arah, yang berfungsi untuk pengarah dan menjamin keselamatan

lalulintas.

g. Separator

Separatormerupakan batas fisik arus lalu lintas satu arah.Biasanya

digunakan sebagai pembatas arus lalu lintas yang berbeda kecepatan, jenis

kendaraan, atau punya fungsikhusus.

h. Bukaan;

Median dan separator dalam keadaan tertentu disediakan bukaan.

Bukaan putaran balik atau U turn untuk median, bukaan sejenis off ramp atau

on ramp untuk separator. Bukaan yang baik dilengkapi dengan lajur tunggu

(storage lane) dan taper.Jarak antar bukaan juga harus memenuhi syarat agar

tidak mengganggu arus lalu lintasmenerus.

i. Kerb dantrotoar

Kerb,merupakan struktur beton peninggi untuk trotoar, median,

separator, pulau jalan, dan prasarana lainnya. Jenis kerb ada beberapa seperti

kerb penghalang, kerb peninggi, dan kerb berparit.Pada jarak tertentu

51

Page 52: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

diperlukan kerb yang berlubang untuk mengalirkan air hujan dari permukaan

jalan kedalam saluran tepi dibawahtrotoar.

Trotoar,merupakan prasarana pejalan kaki yang biasanya berada diluar

jalur lalu lintas dan sejajar dengan jalan. Ruang antara trotoar dan jalan

sebaiknya digunakan untuk jalur tanaman dan perlengkapan jalan.lebar

trotoar disesuaikan dengan kebutuhan volume pejalan kaki. Trotoar yang

baik harus memperhatikan para penyandang cacat dangender.

j. Ramp

Kelandaian trotoar disesuaikan dengan kebutuhan. Ramp untuk akses

tertentu perlu disiapkan apabila memang diperlukan seperti para penyandang

cacat dan lanjut usia.

k. Bukaan

Akses tertentu yang memotong trotoar harus disiapkan dan didesain

dengan baik agar fungsi pejalan kaki masih tidak terganggu dan tingkat

keselamatan masihdijaga.

l. Penyeberangan pejalankaki

1) Zebra cross;merupakan tempat penyebrangan pejalan kaki yang diberi

marka khusus. Zebra cross harus dipasang pada lokasi dimana banyak

penyeberang jalan dengan jarak pandang yang cukup. Rambu

penyeberang jalan harus dipasang pada lokasiini.

2) Apill,penyeberang jalan dengan apill dapat disediakan pada

persimpangan atau ruas jalan dengan jarak pandang yang cukup.

3) Pelican, Penyeberangan jalan jenis ini biasanya disediakanpada ruasjalan

denganjarakpandang yangcukup.

52

Page 53: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

4) Jembatan;dipasang pada ruas jalan dengan voume lalu lintas yang tinggi,

pada jalan dengan jumlah lajur dua ataulebih.

5) Terowongan/underpass;sebagai alternative dari kembatan

penyeberangan jalan yang didasarkan pada pertimbangan teknis dan

ekonomis lebihmenguntungkan.

6) Akses, ramp, dankanalisasi

Akses masuk dan keluar; disediakan dengan jarak antar akses yang

cukup pada lokasi dengan jarak pandang yang memadai dan dilengkapi

denganramp.On ramp dan off ramp; diperlukan untuk melengkapi akses

dan bukaan separator pada jalan berlajur banyak dengan volume dan

kecepatan lalu lintas yangtinggi.

Kanalisasi dan pulau jalan; diperlukan pada daerah konflik yang

kompleks seperti persimpangan.Bentuk plau dan arah arus lalu lintas

harus jelas.Diberi marka dan rampuyangmemadai.

2. Prasarana lain yang Diperlukan

Apabila dipandang perlu ada prasarana lain yang berguna untuk manajemen

lalu lintas dapat diterapkan dengan rencana yang baik danteliti. Prasarana

manjemen lalu-lintas merupakan bagian yang penting dari perangkat yang

digunakan untuk mengupayakan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki yang

efisien di sepanjang jalan dan persimpangan.Lalu lintas merupakan suatu

interaksi dari berbagai komponen dan perilaku yang membentuk suatu kondisi

arus lalu lintas.Pada dasarnya komponen utama lalu lintas jalan raya terdiri dari

tigakomponen utama yaitu (1) pemakai jalan, dibagi menjadi pengemudi dan

pejalan kaki, (2) kendaraa, dan (3) jalan.

53

Page 54: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Dari ketiganya masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda

untuk masing-masing lokasi ruas jalan.Oleh karena itu mengetahui

karakteristik dari ketiga komponen utama tersebut sangat penting untuk bisa

melakukan indentifikasi dan analisis tentang kondisi arus lalu lintas di jalan

raya.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

54

Page 55: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

1. Implementasi Dinas Perhubungan dalam Melakukan Rekayasa Lalu

Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna Kabupaten Tegal

Merujuk pada Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, pengertian Rekayasa Lalu Lintas adalah

serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,

pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam

rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran Lalu Lintas.

a. Dekripsi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal

Dinas Perhubungan merupakan salah satu perangkat daerah yang

melaksanakan fungsi penunjang pelaksanaan urusan pemerintahan

Kabupaten Tegal (a) bidang teknis lalu lintas dan keselamatan jalan, (b)

angkutan jalan dan terminal, perkeretaapian, dan (c) pelayaran,

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan bidang perhubungan,

pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perhubungan, Dinas Perhubungan

Kabupaten Tegal telah menyusun Rencana Strategis Dinas Perhubungan

Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019 yang telah ditetapkan dengan Keputusan

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2014,

sebagai pedoman perencanaan program dan kegiatan di Dinas Perhubungan

Kabupaten Tegal dari Tahun 2014 sampai 2019.

Pada perjalanannya, Renstra yang telah ditetapkan tersebut perlu

ditinjau kembali, karena terdapat perubahan peraturan perundang-undangan

yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu

berlakunya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

55

43

Page 56: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Perubahan peraturan perundang-undangan tersebut berdampak pada

perubahan pembagian urusan dan kewenangan pemerintah daerah,

perubahan bentuk dan susunanperangkatdaerah, serta pembagian tugas

pokok dan fungsi pada setiap perangkat daerah. Untuk itu Pemerintah

Kabubaten Tegal telah menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal

Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah Kabupaten Tegal dan Peraturan Bupati Tegal Nomor 71 Tahun 2016

tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta tata kerja

dinas-dinas daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tegal .

Bersamaan dengan penataan organisasi perangkat daerah, Pemerintah

Kabupaten Tegal juga telah merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU)

melalui Peraturan Bupati Tegal No Tahun2017.Oleh sebab itu, maka setiap

perangkat daerah perlu melakukan review Renstra untuk mengintepretasikan

ulang target dan indikator kinerja yang telah tertuang dalam Renstra

perangkat daerah yang lama, dengan menyesuaikan bentuk dan susunan

perangkat daerah yang baru, tugas pokok dan fungsi yang baru, dan

perspektif Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan baik pada

tingkatan pemerintah daerah maupun perangkat daerah. Intrepretasi target

dan indikator kinerja tersebut tetap berpedoman dan mengarah pada

pencapaian visi dan misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

56

Page 57: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019. Hal ini dilakukan karena

Pemerintah Kabupaten Tegal telah mengambil kebijakan untuk tidak

melakukan perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan

Daerah Kabupaten Tegal No. 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019.

Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Tahun2014-

2019memuattujuan,sasaran,program,dankegiatanpembangunan dalam

rangka pelaksanaan urusan pemerintahan wajib di bidang di bidang teknis

lalu lintas dan keselamatan jalan, angkutan jalan dan terminal,

perkeretaapian, dan pelayaran, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan bidang perhubungan, pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang

perhubungan, merupakan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten

Tegal. Review Renstra menjadi pedoman dalam penyusunan program dan

kegiatan tahunan yang dituangkan dalam dalam Rencana Kerja (Renja) ke

depan, dan menjadi tolak ukur dalam melakukan monitoring dan evaluasi

pencapaian tujuan, sasaran dan target kinerja yang mengarah pada penilaian

capaian Indikator Kinerja Utama.

Penyusunan Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal 2014-

2019 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019, dengan menyelaraskan tujuan,

sasaran, program, dan kegiatan pembangunan yang ditetapkan dalam

rencana strategis perangkat daerah di tingkat provinsi dan rencana strategis

kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang terkait untuk

57

Page 58: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

tercapainya sasaran pembangunan nasional. Perumusan tujuan, sasaran,

program, dan kegiatan pada Review Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten

Tegal 2014-2019 telah menyelaraskan dengan tujuan dan sasaran Renstra

Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 dan Rencana

strategis Kementrian Perhubungan Tahun 2015-2019. Penyelarasan tersebut

diperlukan agar program pembangunan daerah di tingkat kabupaten/kota

dapat bersinergi dengan program pembangunan daerah di tingkat provinsi

dan pembangunan nasional di tingkat pusat. Analisis terhadap Renstra Dinas

Perhubungan Provinsi Jawa TengahTahun2015-

2019dilakukandalamtahapanpenyusunanRenstra untuk menilai keserasian,

keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan

Renstra Dinas Perhubungan Kabupaten terhadap sasaran perangkat daerah

terkait di tingkat provinsi dan lembaga terkait di tingkatpusat.

b. Tugas Pokok dan Fungsi dan Struktur Oranisasi

Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Tegal Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Tegal. Berdasarkan Peraturan Bupati

Tegal Nomor 71 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas dan Fungsi serta tata kerja dinas-dinas daerah dan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Tegal, maka Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal

mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah Daerah di bidang Perhubungan. Sedangkan fungsi Dinas

Perhubungan :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lalu Lintas dan Keselamatan

58

Page 59: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Jalan, Bidang Angkutan Jalan dan Terminal, Bidang Perkeretaapian

danPelayaran;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan di bidang

perhubungan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang-bidangperhubungan

d. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas;dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati yang berkaitan

dengan lingkup tugas di bidang bidangperhubungan.

c. Kewenangan :

1) Penetapan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang meliputi

perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan

fasilitas perlengkapan jalan untuk jaringan jalan dalam kabupaten;

2) Penyediaan perlengkapan jalan meliputi Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas (APILL), Rambu lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Penerangan

Jalan berupa Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU), Alat Pengendali

Pemakai Jalan, Alat Pengaman Pengguna Jalan dan Fasilitas Pendukung

Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan jalan yang berada di jalan dan

diluar badan jalan serta fasilitas pendukung penyelenggaraan di jalan

daerah kabupaten kecuali jalandesa;

3) Penetapan rencana penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas di

jalankabupaten;

4) Penetapan tingkat pelayanan jalankabupaten;

5) Penilaian, Persetujuan dan Pengawasan hasil analisis dampak lalu lintas

(Andalalin) pada jalanKabupaten

59

Page 60: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

6) Penetapan teknologi informasi dan komunikasi lalu lintas jalan;

7) Pengawasan dan pengendalian operasional penyelenggaraan fasilitas

parkir untuk umum pada bahu jalan dalam daerahKabupaten;

8) Penegakan hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan melalui

Penyidik pegawai Negeri Sipil(PPNS);

9) Pemeriksaan dan penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutanjalan;

10) Penyusunan dan penetapan kelas jalan pada jaringan jalan Kabupaten;

11) Penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan

Angkutan JalanKabupatenPeyediaan angkutan umum untuk jasa

angkutan orang dan/atau barang dalam daerahKabupaten;

12) Penataan kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan perkotaan

dalam 1 (satu) daerahKabupaten;

13) Penataan rencana umum jaringan trayek perkotaan dalam 1 (satu)

daerahKabupaten;

14) Penataan rencana umum jaringan trayek pedesaan yang

menghubungkan 1 (satu) daerahKabupaten;

15) Penertiban rekomendasi izin penyelenggaraan taksi dan angkutan

kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam

daerahkabupaten;

16) Penetapan wilayah operasi angkutan orang dengan menggunakan taksi

dalam kawasan perkotaan yang wilayah operasinya berada dalam

daerahkabupaten;

60

Page 61: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

17) Penerbitan rekomendasi izin penyelenggaraan angkutan orang dalam

trayek pedesaan dan perkotaan dalam 1 (satu) daerahkabupaten;

18) Penetapan tarif kelas ekonomi untuk angkutan orang yang melayani

trayek antarkota dalam daerah kabupaten serta angkutan perkotaan dan

pedesaan yang wilayah pelayanannya dalam daerah kabupaten;

19) Penyelenggaraan angkutan perintis dalam kabupaten;

20) Pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan jalan

selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan kabupaten;

21) Pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan

latihanmengemudi;

22) Perencanaan, penetapan, simpul, lokasi, penetapan terminal penumpang

tipe C, pembangunan sarana dan prasarana serta sisteminformasi;

23) Penetapan standar operasional prosedur operasional terminal

penumpang tipeC;

24) Penetapan standar pelayanan terminal penumpang tipeC;

25) Pembinaan, pengawasan dan penilaian kinerja terminal tipeC;

26) Pembangunan dan pengelolaan terminal angkutanbarang;

27) Penyelenggaraan audit dan inspeksi keselamatan lalu lintas dan

angkutan jalan di jalan kabupaten;

28) Penyelenggaraanpengujianberkala kendaraan bermotor;dd. Manajemen

dan penanganan keselamatan dijalan kabupaten;

29) Pengumpulan,pengolahandata, dan analisis kecelakaan lalu lintas di

wilayah kabupaten;

61

Page 62: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

30) Pemberian rekomendasi izinpenyelenggaraan usaha bengkel

umum kendaraanbermotor;

31) Promosi dan kemitraan keselamatan lalu lintas danangkutan jalan;

32) Pembinaandan pengawasanpenilaian fisik kendaraan bermotor

milikpemerintah;

33) Pengawasan kelaikan kendaraanbermotor;

34) Penetapan manajemen perkeretaapian pada perlintasan lalu lintas

angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutanlaut;

35) Penetapan kebijakan perlintasan sebidang pada jaringan jalan dan

gerakan lalu lintas angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan

angkutan laut di dalam daerah kabupaten;

36) Pengelolaan, keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu

lintas pada perlintasan sebidang, lalu lintas angkutan sungai, danau dan

penyeberangan dan angkutanlaut;

37) Pengelolaan, pengawasan dan pengedalian perlintasan sebidang, lalu

lintas angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutanlaut;

38) Penyediaan perlengkapan jalan pada lokasi perlintasan sebidang

yang meliputi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL), Rambu Lalu

Lintas, alat pengaman perlintasan sebidang untuk pengguna jalan dan

fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas pada perlintasan sebidang yang

berada di jalan dalam daerah kabupaten;

39) Pengumpulan, pengolahan dan analisis data kecelakaan lalu lintas

pada perlintasan sebidang, lalu lintas angkutan sungai, danau dan

penyeberangan dan angkutanlaut;

62

Page 63: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

40) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan

laut bagi badan usaha yang berdomisili dalam daerah Kabupaten dan

beroperasi pada lintas pelabuhan di Daerah Kabupaten;

41) Pemberianrekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan laut

pelayaran rakyat bagi orang perorangan atau badan usaha yang

berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam daerah

kabupaten;

42) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha angkutan sungai,

danausesuai dengan domisili orang perorangan warga negara indonesia

atau badan usaha;

43) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan trayek angkutan sungai

dan danau untuk kapal yang melayani trayek dalam DaerahKabupaten;

44) Penetapanlintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian kapal

dalam Daerah Kabupaten yang terletak pada jaringan jalan Kabupaten

dan/atau jaringan jalur kereta api kabupaten;

45) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan usaha penyelenggaraan

angkutan penyeberangan sesuai dengan domisili badanusaha;

46) Penetapanlintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian untuk

kapal yang melayani penyeberangan dalam daerah kabupaten;

47) Pemberian rekomendasi izin penyelenggaraanusaha jasa terkait dengan

perawatan dan perbaikankapal;

48) Penetapan tarif angkutan penyeberangan penumpang kelas

ekonomi dan kendaraan beserta muatannya pada lintas penyeberangan

dalam daerah kabupaten;

63

Page 64: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

49) Pembangunan,pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan

pembangunan dan pengoperasian pelabuhan pengumpanlokal;

50) Pembangunan dan pemberian rekomendasi izin penyelenggaraan dan

pembangunan dan pengoperasian pelabuhan sungai dandanau;

d. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan

Sesuai Peraturan Bupati Tegal Nomor 71 Tahun 2016

susunanorganisasiDinasPerhubunganKabupatenTegaladalah Kepala

sebagai pucuk pimpinan atau top management (pemangku jabatan top

manager) pada Dinas Perhubungan. Unsur kepala dijabat oleh seorang

pejabat dengan eselonering II/b. Di bawah kepala secara hierarkhi dan

mencerminkan jalur komando terdapat empat unsur pimpinan dengan

eselonering tiga dan merupakan unsur manajemen tingkat menengah (midle

manager sebagai pemangku jabatan). Keempat unsur itu adalahSekretariat

dijabat seorang Sekretaris, Bidang Lalu Lintas dan Keselamatan Jalan,

Bidang Angkutan Jalan dan Terminal, Bidang Perkeretaapian dan

Pelayaran, yang masing-masing dijabat oleh Kepala Bidang.

Masing-masing tingkatan manajemen itu membawahi manajemen

tingkat bawah (lower management) yang secara berturut-turut adalah :

64

Page 65: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Seksi pengawasan pengendalian operasional lalu lintas dan pengujian

kendaraan bermotor

Seksi Pengelolaan TerminalSeksi Pelayaran

Seksi Manajemen dan rekayasa lalu lintasSeksi Angkutan Jalan

Seksi Perkeretaapian

Bidang Lalu lintas dan keselamatan

Bidang Angkutan jalan dan terminal

Bidang Perkeretaapian danPelayaran

Sub bagian Perencanaan dan Keuangan

Sub bagian Umum dan Kepegawaian

Sekretaris

Kepala

1) Bagian Sekretariat membawahi sub Bagian Perencanaan dan Keuangan,

2) Sub Bagian Uum dan Kepegawaian.

3) Bidang Lalu Lintas dan Keselamatan membawahi Seksi Manajemen dan

rekayasa Lalu Lintas dan Seksi Pengawasan Pengendalian Operasional

Lalu Lintas dan Pengujian Kendaraan Bermotor,

4) Bidang Angkutan Jalan dan Terminal membawahi Seksi Angkutan Jalan

dan Seksi Pengelolaan Terminal,

5) Bidang Perkeretaapian dan Pelayaran membawahi Seksi Perkeretaapian

dan Seksi Pelayaran, dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dapat dilihat bagan

pada dibawah ini :

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal

Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal terdiri dari :

65

Page 66: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

a. KepalaDinas

b. Sekretaris

1) Sub Bagian Perencanaan danKeuangan

2) Sub Bagian Umum danKepegawaian

c. Bidang Lalu Lintas dan Keselamatanjalan

1) Seksi Manajemen dan Rekayasa LaluLintas

2) Seksi Pengawasan Pengendalian OperasionalLalu Lintas dan Pengujian

KendaraanBermotor

d. Bidang Angkutan Jalan danTerminal

1) Seksi AngkutanJalan

2) Seksi PengelolaanTerminal

e. Bidang Perkeretaapian danPelayaran

1) SeksiPerkeretaapian

2) SeksiPelayaran

f. Kelompok JabatanFungsional

Penguji Kendaraan Bermotor

2. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna Kabupaten

Tegal, Pasca Pembangunan Ruas Jalan Tol Pejagan-Pemalang.

a. Rekayasa Lalu Lintas

Rekayasa lalu lintas menurut Homburger & Kell adalah suatu

penanganan yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan geometrik

dan operasi lalu lintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan

serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.27Sedangkan, istilah

27 Novia Arisandi. Https://Www.Academia.Edu/29120332/Tugas_I.Rekayasa_Lalu_Lintas

66

Page 67: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan di Indonesia adalah salah satu

cabang dari teknik sipil yang menggunakan pendekatan rekayasa untuk

mengalirkan lalu lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan

merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan, dan

dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat

lalu lintas.

Secara garis besar dalam rekayasa lalu lintas kita hanya me

manajemen lau lintas tersebut tanpa harus membuat atau membangun suatu

fasilitas baru. Contoh dari rekayasa lalu lintas yaitu, adanya rambu-rambu

lalu lintas, traffic light, buka-tutup jalur, membuat bundaran, satu arah, dan

sekarang kebijakan yang baru saja dibuat seperti ganjil-genap merupakan

sebagian contoh dari rekayasa lalu lintas itu sendiri.

Dalam merekayasa lalu lintas kita juga membutuhkan suatu

manajemen lalu lintas untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi

contohnya masalah kemacetan, yang dapat direkayasa kemacetan dengan

cara buka-tutup jalur dan lain-lain.

Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya

untuk melakukan pemecahan permasalahan transportasi sehingga

mengakibatkan permasalahan menjadi bertambah parah dengan berjalannya

waktu. Untuk bisa memecahkan permasalahan lalu lintas perlu diambil

langkah-langkah yang disesuaikan dengan masalah tersebut, misalnya:

1) Kemacetan lalu lintas

67

Page 68: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai

dengan menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang

seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh

banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan.

Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan banyak

terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota

menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang

tidak sedikit. Kemacetan ini disebabkan beberapa permasalahan:

a) Rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan

Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia, kota-kota di Indonesia

mempunyai rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan yang

cenderung rendah, sebagai contoh, Jakarta hanya memiliki ratio

sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar di

antara 25-35 persen di Eropah berkisar antara 15 persen sampai 25

persen. Padahal jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat

tinggi sehingga kemacetan merupakan salah satu permasalahan di

kota-kota besar Indonesia.

b) Geometrik jalan yang tidak memenuhi persyaratan

Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak

memenuhi persyaratan, keadaan ini mendorong tingginya angka

kecelakaan serta berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan yang

terkait geometik antara lain meliputi:

68

Page 69: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

(1) rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak

memenuhi persyaratan karena radius tikung, jarak pandang

bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak memenuhi persyaratan

(2) ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga

dapat membahayakan pengguna

(3) drainase yang tidak direncanakan dengan baik

(4) konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik,

sehingga banyak kerusakan yang dapat mengakibatkan

kecelakaan.

(5) pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan

baik.

c) Jaringan jalan yang tidak memadai

Dibagi lagi dalam beberapa jenis dan kriteria,yaitu :

(1) Jaringan jalan untuk kendaraan

Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak

memiliki konsep jaringan yang memadai yang mengakibatkan

pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban

jalan-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini

diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi, sebagai

contoh panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya

mencapai 1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to

bumpertidak akan mencukupi panjang jalan yang ada DKI

Jakarta, dan kalau menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang

jalan per kapita hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau

69

Page 70: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-kota di

Eropah berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara

berkisar 5 m/kapita).

(2) Jaringan jalan bagi pejalan kaki

Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang

cukup oleh pemerintah daerah, dan kalaupun fasilitas pejalan

kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain yang baik

sehingga tidak bisa digunakan oleh pngguna yang berkebutuhan

khusus baik yang menggunakan kursi roda maupun yang

penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang

kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun digunakan untuk

kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan

kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang

dikendalikan didaerah pusat kota, ataupun ketidak patuhan

pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan

perioritas terhadap pejalan kaki.

(3) Tata Ruang yang tidak terkendali

Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak

terkendali sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan, di

antaranya jalan yang tidak teratur terutama dikawasan

pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang

yang ada sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran

sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.

(4) Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi

70

Page 71: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi

antara 8 sampai 13 persen setahun yang pada gilirannya

digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi

semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar

sudah mencapai angka 300 an kendaraan per 1000 orang, suatu

angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini

didominasi oleh sepeda motor dengan pangsa hampir sebesar 80

persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada

gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup

serius dengan serinnya dilakukan pelanggaran parkir.

(5) Tidak memadainya pelayanan angkutan umum

Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat

untuk menggunakan kendaraan pribadi. Permasalahan pelayanan

angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah khususnya

dikawasan perkotaan di antaranya adalah:

(a) Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani

angkutan tidak mencukupi, khususnya pada saat permintaan

puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi

kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan

operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan,

(b) Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang

ada, di banyak kota pelayanan angkutan pada koridor utama

dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan

71

Page 72: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya

pada kisaran 10 orang.

(c) Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai

(d) Jadual yang tidak teratur

(e) Fasilitis perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak

dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang

melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan

jadual.

2) Pelanggaran ketentuan lalu lintas

Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat

kian tambah memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya

akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban

meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak

tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan

menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban

masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran

yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan

oleh petugas. Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat:

a) Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah

tidak ada batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama

menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi

b) Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan

lampu lalu lintas khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran

72

Page 73: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor,

pengemudi angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain

yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan

pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu

lintas didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas

yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan

terkunci.

c) Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau

bundaran lalu lintas, pelanggaran ini pada gilirannya

mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang pengertian

masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat

rendah terutama pada persimpangan yang dilengkapi dengan rambu

beri kesempatan ataupun rambu stop.

d) Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan

berjalan menggunakan jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah

dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama

dilakukan oleh pengguna sepeda motor.

e) Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus

bus yang lebih dikenal sebagai Busway.

f) Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm

dan sabuk keselamatan yang cenderung masih tinggi terutama di

kawasan pinggiran kota.

73

Page 74: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

3) Kecelakaan lalu lintas

Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila

dibandingkan dengan negara-negara lain di Asean. Berbagai langkah

perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:

a) Jaringan pelayanan yang tidak memadai

(1) Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat

perpindahan, jadwal dan tiketing yang belum optimal

(2) Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik

b) Faktor manusia

Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling

besar, bisa mencapai 85 persen dari seluruh kejadian

kecelakaan.Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului dengan

pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu

lintas dan angkutan. Faktor manusia berupa keahlian yang tidak

memadai dalam menjalankan kendaraan, kesalahan

menginterprestasikan aturan, pengemudi sedang mabuk atau sakit,

atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin lebih

cepat sampai di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih

cepat dari ketentuan atau sengaja melanggar lampu lalu lintas dan

berbagai penyebab lainnya.

c) Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan di antaranya yang paling sering terjadi

adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya,

74

Page 75: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah,

peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab

lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan

teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap

kendaraan.Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan

perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban

untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

d) Faktor jalan

Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik

jalan, kemiringan permukaan jalan (super elevasi jalan),pagar

pengaman di daerah pegunungan, tidak adanya median jalan, jarak

pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak memadainya bahu

jalan fasilitas pejalan kaki yang sering diabaikan atau tidak

tersedia. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan

pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.

e) Faktor cuaca

Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk

kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan

menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena

penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya

hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap

dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah

pegunungan.

75

Page 76: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

f) Manajemen lalu lintas yang tidak optimal

Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka

kecelakaan yang tinggi menjadi lebih parah kalau tidak didukung

dengan manajemen lalu lintas untuk mengurangi angka kecelakaan,

mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan, meningkatkan

efisiensi sistem transportasi.

g) Pencemaran lingkungan

Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat

perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk

dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran,

bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai

terjadi pencemaran lingkungan.

Salah satu dampak negatif sebagai akibat performansi lalu lintas

yang jelek, bahan bakar yang buruk serta teknologi kendaraan yang

sudah ketinggalan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:

1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas

CO, HC, NOx, Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai

partikel seperti senyawa karbon lepas, timbal dan berbagai partikel

lainnya.

2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu

terjadinya perubahan iklim. Peran gas rumah kaca dari sektor

76

Page 77: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen yang

merupakan angka yang tidak kecil.

b. Deskripsi Jalan Tol Pejagan-Pemalang

Proyek pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang seksi III (Brebes

Timur-Tegal) yang melintasi lima kecamatan di Kabupaten Tegal

diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat setempat.

Gambar 3.2

Rerencanaan Infrastruktur Tol di Pulau Jawa

Gambar 3.3.

Infrastruktur Tol Pejagan-Pemalang

Terkait dengan pembangunan jalan tol yang pembangunannya melintasi

wilayah Kabupaten Tegal, MantanSekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten

Tegal,Haron Bagas Prakoso mengatakan, kecamatan yang diharapkan ikut

terkena imbas positif pembangunan tol di antaranya di Kecamatan Pangkah.

77

Page 78: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Sebab di wilayah tersebut nantinya dibuat exit tol Brebes Timur-Tegal,

tepatnya di Desa Balmoa.

“Semula exit tol rencana di Desa Kalimati, Kecamatan Adiwerna, tapi karena di situ padat penduduk, maka dipindah di sekitar Desa Balamoa.Itu merupakan usulan dari pemerintah daerah, jika exit tol berada di Desa Balamoa, masyarakat setempat dan sekitarnya dapat diuntungkan. Sebab, ruas jalan Balamoa-Larangan, Kramat tentunya akan berubah status dari milik kabupaten menjadi milik negara atau provinsi. Dengan begitu, ruas jalan yang menjadi jalur alternatif arus mudik tersebut akan dilebarkan. Begitu pula dengan ruas Jalan Raya Balamoa-Bogares- Jatinegara dan ruas Jalan Raya Balamoa-Kedungjati-Babadan.28

Di dua ruas tersebut diharapkan juga bisa berubah status menjadi jalan milik

negara sehingga ikut mengangkat perekonomian setempat.Kecenderungan

apabila statusnya milik negara, jalan pasti dilebarkan dan kualitasnya lebih

bagus. Perekonomian di sekitar jalan itu akan semakin ramai. Adapun

kondisi di Kecamatan Adiwerna hingga Kecamatan Talang yang juga

dilintasi tol, rencananya akan dibangun flyover atau jalan layang.

Flyoverakan dibangun mulai dari Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna

hingga Desa Pekiringan, Kecamatan Talang.

Di dua wilayah tersebut mobilitasnya cukup tinggi, jadi dibangun

jalan layang mulai jalan dua sekitar Sate Batibul sampai Pekiringan, sebelah

timur Kali Gung.ga bertindak sebagai Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan

Tol Kabupaten Tegal ini juga memastikan proses pembebasan lahan terus

berjalan dan minim permasalahan. Menurut Bagas, jika ada tanah bengkok

atau wakaf yang masih bermasalah segera dibuatkan regulasi dari

pemerintah daerah. Sehingga pemerintah desa akan mengacu pada regulasi

28Haron Bagas Prakosa, Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan Tol Kabupaten TegalWawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019

78

Page 79: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

tersebut. “Pembangunan jalan tol ini harus sukses, sebab ini merupakan

program dari Presiden Jokowi,” katanya. Ruas jalan tol Pejagan-Pemalang

di Kabupaten Tegal akan melewati lima kecamatan, yakni Kecamatan

Dukuhturi, Adiwerna, Talang, Tarub, Suradadi, dan Warureja. Total panjang

ruas jalan yang akan dibangun di wilayah Kabupaten Tegal mencapai 30

(tiga puluh) kilometer.

Sementara itu, seorang pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Harjo Rasdi

berharap para pengusaha lokal bisa lebih banyak dilibatkan dalam

pembangunan tol Pejagan-Pemalang seksi III.Sebab, pembangunan jalan tol

ini sepertinya dimonopoli oleh PT Waskita Karya,” kata pengusaha Alat

Berat asal Desa Margasari, Kecamatan Margasari ini. Menurut Harjo, para

pengusaha yang terdiri dari pengusaha angkutan, pengusaha alat berat, dan

pengusaha penambangan sangat mendukung program pembangunan jalan

Tol Pejagan-Pemalang. Namun, mereka mengeluh karena tidak bisa

berpartisipasi aktif dalam proyek nasional itu.

“Sesuai dengan aturan, seharusnya masyarakat diberikan kesempatan 20

persen untuk berperan aktif dalam setiap pelaksanaan proyek.Tol ini

dibagi menjadi empat bagian: (1) Bagian I (Pejagan-Brebes Barat),

sepanjang 14,20 kilometer (8,82 mi), beroperasi 13 Juni 2016, (2) Bagian

II (Brebes Barat – Brebes Timur) sepanjang 6 kilometer (3,7 mil),

beroperasi 13 Juni 2016, (3) Bagian III (Brebes Timur – Tegal Timur),

panjang 10,40 kilometer (6,46 mi), (4) Bagian IV (Tegal Timur –

Pemalang), sepanjang 26,90 kilometer (16,71 mi)”29 .

Gambar 3.4Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah

29Harjo Rasdi, pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Wawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019

79

Page 80: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Gambar 3.5.Area Transit Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah

Akses keluar dari Jalan Tol Pejagan-Pemalang ini awalnya diharapkan

menjadi pengurai kemacetan. Namun, kenyataannya kendaraan pemudik

parkir bersama dengan panjang antrean mencapai 18 kilometer.Berdasarkan

dokumentasi Dishub Kabupaten Tegal, hal ini terjadi pada 1 Juli 2016 atau

lima hari jelang Lebaran 2016. Kendaraan Mengular 18 Kilometer Menuju

Brebes Timur Macet total lebih dari 20 jam ini menyebabkan banyak korban

berjatuhan. Setidaknya 12 orang meninggal akibat kelelahan.30

Sejatinya, kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang tersebut mulai terlihat dua

hari sebelumnya.Puncaknya pada hari itu, antrean kendaraan mengular

hingga jelang pintu keluar Brexit.Kendaraan melintas di Tol Pejagan-

Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Perawatan dilakukan guna

30Dokumentasi Dishub Kabupaten Tegal kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang, 2016

80

Page 81: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

persiapan arus mudik 2018.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV

(Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat

digunakan pada arus mudik lebaran 2018.

Perawatan dilakukan guna persiapan arus mudik 2018. Ruas Tol

Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba

beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018.Padahal

PT Pejagan Pemalang Toll Road selaku operator jalan tol ini sudah

membuka seluruh 8 gardu yang ada. Dan seluruh gardu digunakan untuk

exit atau keluar kendaraan.

Masalah utama setelah GT Brexit adalah kemacetan di jalan pantai

utara Jawa (Pantura).Dari pantauan Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com,

jalur utama Pantura Jawa memang sudah dipadati kendaraan sejak siang

harinya.Hal ini berimbas pada kondisi arus lalu lintas di ruas Tol Pejagan-

Pemalang.Kendaraan baru bisa bergerak setiap 20 menit hingga 30

menit.Dalam kurun waktu itu pula kendaraan dari Pejagan yang menuju

Brebes Timur benar-benar berhenti dan terlihat seperti parkir

berjamaah.Foto udara jalur ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa

Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV

(Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat

digunakan pada arus mudik lebaran 2018.

Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)

siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran

2018.Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa

Tengah, seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi

81

Page 82: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Tol Pejagan-

Pemalang terbagi ke dalam empat seksi.Seksi 1 dan 2 yaitu dari Pejagan

hingga Brebes Timur sudah beroperasi dan dikenakan tarif. Sementara Seksi

3 dan 4 mulai dari Brebes Timur hingga Pemalang akan dibuka fungsional.

Meski demikian, kondisi jalan di dua seksi terakhir sepanjang 37,3(tiga tuju

koma tiga) kilometer ini, sudah seperti layaknya jalan tol yang beroperasi.

Dengan demikian, para pengguna jalan yang akan melintasi jalur ini, cukup

membayar tarif untuk ruas Pejagan-Brebes Timur sebesar Rp 20.000 (dua

puluh ribu rupiah)

Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa

Tengah, seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) telah beroperasi sehingga

dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Simpang susun Adiwerna

ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa Tengahseksi II dan IV (Brebes

Timur-Pemalang) telah beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus

mudik lebaran 2018.

Status fungsional yang masih tersemat di dua seksi terakhir

disebabkan proses uji laik fungsi dan operasi yang belum beres

dilaksanakan. Proses pengujian tersebut dilakukan oleh Kementerian PUPR,

Kementerian Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri. Sementara itu,

Kementerian PUPR menyediakan 13 gardu tol sementara di KM 294 untuk

menjangkau transaksi pembayaran pemudik yang melintasi Brebes Timur

dari Cikampek menuju Semarang.

Simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa

Tengah Saat puncaknya, jalan tol yang dikelola anak usaha PT. Waskita Toll

82

Page 83: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Road, PT Pejagan Pemalang Toll Road itu, diperkirakan bakal dilewati

sekitar 85.000 (delapan puluh lima ribu rupiah) kendaraan, dengan

penambahan gardu tol menjadi 13. Fokus menyelesaikan pembangunan rest

area, bahwa pengelola telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi

kemacetan yang akan terjadi. Dari pengalaman tahun 2017, volume

kendaraan yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang cenderung turun setelah

melewati Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).

Penurunan itu bahkan mencapai 49 persen atau hanya menyisakan

sekitar 51 persen yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang.Prediksi, penurunan

kendaraan hanya sekitar 40 persen lantaran kondisi Seksi 3 dan 4 (Brebes

Timur-Pemalang) yang sudah cukup baik untuk dilintasi Kendaraan.

Dalam hal tarif, beredar di Watchup Rp 57.000 (lima puluh tujuh ribu

rupiah) Pejagan-Pemalang, namun sebetulnya tetap Rp 20.000(dua puluh

ribu rupiah),-. Bahkan, pada hari tertentu yakni ada diskon 10 persen yang

diberikan kepada pengguna jalan tol.Imbasnya, tarif yang berlaku pada saat

itu hanya Rp 18.000 (delapan belas ribu rupiah).

c. Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang – Adiwerna Kabupaten

Tegal.

1) Kapasitas

Ditinjau dari volumeLalu Lintas pasca Ruas Jalan Raya Talang –

Adiwerna Kabupaten Tegal,kapasitas dibagi menjadi tiga:

a) Kapasitas dasar (basic capacity), yaitu jumlah kendaraan maksimum

yangdapat melintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan selama satu

jampada kondisi jalan dan lalu lintas yang paling ideal. Kondisi ideal

83

Page 84: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

dimaksudyaitu arus lalu lintas tidak terganggu, bebas dari gangguan

samping ataupejalan kaki, arus lalu lintas hanya terdiri dari mobil

penumpang, lebar lajurminimal 3,6 m, lebar bahu jalan minimal 1,8 m,

jalan datar–sedemikiansehingga alinemen horizontal dan alinemen

vertikal memenuhi kecepatan120 km/jam dengan jarak pandang

menyiap yang cukup untuk jalan dualajur atau tiga lajur.

b) Kapasitas yang mungkin, yaitu jumlah kendaraan maksimum yang

dapatmelintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan selama satu jam

padakondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku pada jalan

tersebut.

c) Kapasitas praktis (practical capacity) yaitu jumlah kendaraan

maksimumyang dapat melintasi suatu penampang jalan atau ruas jalan

selamasatu jam dengan kepadatan lalu lintas yang cukup besar, yang

dapatmenyebabkan perlambatan yang berarti bagi kebebasan

pengemudikendaraan melakukan gerakan pada kondisi jalan dan lalu

lintas yangberlaku saat ini.

2) PertumbuhanLalu Lintas pasca Ruas Jalan Raya Talang – Adiwerna

Kabupaten Tegal,

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan raya merupakan satu-satunya produk hukum undang-

undang yang mengatur seluruh aspek lalu lintas dan transportasi. Pada

dasarnya, undang-undang ini merupakan pembaharuan dari produk

hukum peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1930an yang di

adobsi oleh pemerintah pada tahun 1951 dan diperbaharui pada tahun

84

Page 85: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

1965, kemudian di perbaharui kembali pada tahun1992 dan yang terakhir

tahun 2009. Undang-undang ini disiapkan untuk berbagai perkembangan

baru, terutama konsep-konsep dan teknologi baru dalam manajemen dan

rekayasa lalu lintas. Undang- undang ini kemudian dimanifestasikan

kedalam empat Peraturan Pemerintah (PP), yaitu :

a) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 tentang Transportasi

Jalan Raya,

b) Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemeriksaan Kendaraan

c) Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Prasarana Jalan Raya Lalu

Lintas

d) Pemerintah Nomor 21 Tahun 2012tentang tentang Kendaraan dan

Pengemudi.

Sejalan dengan peraturan pemerintah tersebut, diterbitkan beberapa

keputusan Menteri yang menjadi pedoman teknis bagi penerapan berbagi

peraturan diatas. Contohnya adalah : Kepmen No. 60/1993 tentang

Marka Jalan, Kepmen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu jalan, dan

Kepmen No. 62/1993 tentang lampu Lalu Lintas. Pertumbuhan volume

lalu lintas merupakan gabungan dari ketiga macam tipepertumbuhan

berikut ini

e) Normal Traffi c Growth

85

Page 86: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat bertambahnya

kepemilikankendaraan yang terjadi di daerah tersebut.Kepemilikan

kendaraan biasadilihat dari jumlah BPKB baru di wilayah dimaksud.

f) Generated Traffi c

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat tumbuhnya prasarana

baru missalmal, dan sebagainya.Dengan adanya prasarana baru, maka

muncultarikan pergerakan sekaligus bangkitan pergerakan.

g) Development Traffi c

Pertumbuhan volume lalu lintas akibat perkembangan

lingkungan,misalnya adanya jalan baru atau perbaikan jalan

lama.Pada kasus yang terjadi, misalnya di ruas jalan luar kota di suatu

daerah yangmerupakan tempat perlintasan pergerakan lalu lintas

menerus (through traffi c),maka perhitungan pertumbuhan lalu lintas

di ruas jalan tersebut harus dilakukandengan sangat hati-hati. Jika

normal traffi c growthpada ruas jalan hanya dilakukan dengan

pertimbangan pertumbuhan jumlahkendaraan di lokasi studi, maka

hasil yang didapat akan keliru karena semestinyanormal traffi c

growth-nya lebih dominan didasarkan atas pergerakan lalu lintasdari

eksternal ke eksternal.

3. Hambatan Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam Melasanakan

Implementasi Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan Raya Talang-Adiwerna

Kabupaten Tegal

86

Page 87: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Tingginya jumlah kendaraan sepeda motor yang yang berada di jalur

lalu lintas jalan raya Talang – Adiwerna pasca pembangunan jalan Tol

Pejagan-Pemalang pada dasarnya masih dapat dikendalikan oleh Dinas

Pehubungan yang bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas Polres

Tegal.Merujuk pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintasdan Angkutan Jalan yang mengatur mengenai mekanisme peraturan lalu

lintas dan angkutan barang merupakan salah satu hukum positif di Indonesia.

Termasuk di dalamnya, Pasal 48 Ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan merupakan salah satu hukum

positif di Indonesia, telah dimplementasikan oleh Dinas Pehubungan yang

bekerja sama dengan Satuan Lalu Lintas Polres Tegal, seara baik dan optimal.

Jalur lalu lintas pada ruas jalan Talang – Adiwerna masih didominasi oleh

meningkatnya jumlah pemakain kendaraan bermotor, yang memadati jalan

sekitar Pasar Benjaran, sehinga sering menimbulkan kemacetan di ruas jalan

tersebut. Dalam konteks kepadatan arus lalu lintas yang ditimbul;kan oleh

kendaraan sepeda motor, pada hakekatnya berdasarkan Pasal 48 Ayat (1)

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan

Jalan menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di

jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Kemudian pada Pasal

48 Ayat (2) persyaratan teknis yang dimaksud adalah: a. Susunan; b.

Perlengkapan; c. Ukuran; d. Karoseri; e. Rancangan teknis kendaraan sesuai

peruntukannya; f. Pemuatan; g. Penggunaan; h. Penggandengan kendaraan

bermotor dan atau penempelan kendaraan bermotor. Demikian pula pada Pasal

48 Ayat (3) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

87

Page 88: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur

sekurangkurangnya terdiri atas:

a. Emisi gas buang; b. Kebisingan suara; c. Efisiensi system rem utama; d.

Efisiensi sitem rem parkir; e. Kincup roda depan; f. Suara klakson; g. Daya

pancar dan arah sinar lampu utama; h. Radius putar; i. Kesesuaian; j. Alat

penunjuk kecepatan; k. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan l.

Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan.

Persyaratan teknis yang tertera pada Pasal 48 Ayat (1), (2) dan (3) Undang-

undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan

tersebut secara spesifik untuk sepeda motor dipertegas pada Pasal 285 Ayat (1)

yang menyebutkan bahwa:

“Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu

utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur

kecepatan, knalpot dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal

106 Ayat (3) juncto Pasal 48 Ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 250.000,00

(dua ratus lima puluh ribu rupiah)”. Pasal 106 Ayat (3) Undang-undang Nomor

22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan setiap

orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya harus memenuhi

syarat teknis dan laik jalan.

Berkaitan dengan ketentuan persyaratan teknis dan laik jalan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Polres

Kabupaten Tegal telah melakukan penanggulangan baik yang bersifat preemtif,

88

Page 89: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

preventif maupun represif atau penindakan hukum bagi pengemudi kendaraan

sepeda motor.Namun masih terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh

pengemudi kendaraan sepeda motor di wilayah hukum Polres Kabupaten

Tegal. Hal ini dikemukakan oleh Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa Lalu

Lintas, Satuan Lalu Lintas, Polisi Resort Slawi, Ipda Jarwanta pada wawancara

pada Senin 16 Februari 2016. Pada tahun 2015 jumlah pelanggaran syarat

teknis dan laik jalan di Kabupaten Tegal berjumlah 701 pengemudi sepeda

motor yang melanggar ketentuan syarat teknis dan laik jalan. Jumlah tersebut

menurun jika dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah pelanggar 813

pengemudi sepeda motor.Meskipun jumlah pelanggaran menurun, namun di

Kabupaten Tegal jumlah kecelakaan sepeda motor yang disebabkan oleh

pelanggaran syarat teknis dan laik jalan justru meningkat. Berdasarkan data

yang diperoleh peneliti pada 18 Juli 2016, pada tahun 2014 terdapat 5 orang

korban meninggal dunia akibat 3 orang korban melanggar laik jalan karena rem

tidak dapat difungsikan, kemudian 2 orang korban meninggal dunia karena

melanggar persyaratan teknis tidak menggunakan perlengkapan mengemudikan

sepeda motor yaitu helm. Selanjutnya terdapat 14 orang korban luka berat

akibat 7 orang korban melanggar laik jalan karena kondisi ban tidak sesuai

dengan peruntukannya sehingga licin, kemudian 4 orang korban melanggar

persyaratan teknis karena melebihi muatan sepeda motor, kemudian 3 orang

korban akibat melanggar laik jalan rem tidak dapat difungsikan. Selanjutnya

terdapat 18 orang korban luka ringan akibat 9 orang korban melanggar laik

jalan dimana saat mengemudikan sepeda motor pada malam hari namun tidak

memiliki sinar lampu utama, kemudian 7 orang korban luka ringan karena

89

Page 90: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

melanggar persyaratan teknis melibihi muatan sepeda motor dan 2 orang

korban akibat melakukan penggandengan atau penempelan sepeda motor tidak

sesuai dengan peruntukannya. Pada tahun 2015 terdapat 8 orang korban

meninggal dunia akibat 2 orang korban melanggar laik jalan karena rem tidak

dapat difungsikan, kemudian 3 orang korban melanggar persyaratan teknis

berupa perlengkapan mengemudi sepeda motor yaitu helm dan 3 orang korban

karena melanggar laik jalan karena tidak memiliki lampu saat malam hari.

Selanjutnya 12 orang korban luka berat akibat 7 orang korban melanggar

persyaratan teknis merubah rancangan teknis kendaraan sehingga tidak sesuai

peruntukannya, kemudian 5 orang korban luka berat karena melanggar laik

jalan karena sistem rem yang tidak dapat difungsikan. Selanjutnya 19 orang

korban luka ringan akibat 6 orang korban melanggar laik jalan karena kondisi

ban sudah tidak sesuai dengan peruntukannya, kemudian 7 orang korban

mengalami luka ringan karena melanggar persyaratan teknis yaitu merancang

kembali kendaraan dengan tidak memperhatikan aspek keselamatan, kemudian

6 orang korban melanggar perlengkapan mengemudikan sepeda motor karena

tidak menggunakan helm. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat

dikemukakan polisi dalam penanggulangan pelanggaran syarat teknis dan laik

jalan oleh pengemudi sepeda motor belum makismal. Halhal tersebut disinyalir

masih terdapat hambatan dari pihak polisi dalam penanggulangan pelanggaran

syarat teknis dan laik jalan oleh pengemudi sepeda motor di wilayah hukum

Polres Tegal.

90

Page 91: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

B. Pembahasan

1. Implementasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam Manajemen

Rekayasa lalu lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan – Pemalang di jalan

Talang-Adiwerna

Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan Undang-undang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan dapat bertindak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan

bertindak yang dimiliki Dinas Perhubungan ini dalam sistem transportasi

secara yuridis memang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, namun dalam eksekusi di lapangan

Dinas Perhubungan adalah pelaksana teksis dari undang-undang itu sendiri,

sehingga dalam hal melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas di jalan

Dinas Perhubungan menjadi lembaga pembantu Kepolisian yang berperan

sebagai penegak hukum.

Dalam penegakan lalu lintas di jalan, karena kewenangan menindak

tetap berada di bawah kekuasaan Kepolisian sehingga peran Penyidik PPNS

Dinas Perhubungan secara mutlak tidak dapat melakukan tindakan hukum

apapun tanpa pendampingan dan koordinasi dari Kepolisian. Penerapan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan

Jalan dinilai berjalan di tempat.

Penyebab utama penghambat kelancaran implementasi undang-

undang ini adalah tidak mendukungnya pelaksanaan dilapangan yang terkesan

masih setengah-setengah dapat dilakukan Dinas Perhubungan dan Kepolisian,

serta pembagian kekuasaan kewenangan bertindak antara Dinas Perhubungan

91

Page 92: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

dan Kepolisiasn. Sarana diluar hal teknis (rambu-rambu lalu lintas) yang perlu

disediakan untuk mendukung kelancaran implementasi Undang-undang ini

adalah struktur organisasi yang terorganisir dan sistematis yang memiliki

pemisahan kewenangan dalam melaksanakan norma peraturan yang berlaku.

Kendala inilah yang timbul dalam penerapan peraturan perundang-undangan

lalu lintas karena dalam undang-undang ini Dinas Perhubungan hanyalah

sebagai pelaksana teknis dari undang-undang tetapi penindakan pelanggaran

lalu lintas tetap berada dibawah Kepolisian yang dalam Undang-undang ini

memang tidak dijelaskan secara jelas tentang pemisahan kewenangan

penindakan antara Dinas Perhubungan dan Kepolisian.

Dinas Perhubungan yang dalam sistem lalu lintas sebagai pelaksana

teknis Undang-undang hanya bertindak sebagimana kewenangannya dalam

Undangundang saja tanpa bisa melakukan tindakan hukum lain diluar

kewenangan yang dimiliki dari Undang-undang lalu lintas itu sendiri. Hal ini

terlihat dari kebebasannya bertindak (menindak pelanggran lalu lintas) yang

dapat dilakuakn sepenuhnya hanya dalam lingkup Terminal saja, sedangkan

untuk penindakan pelanggaran lalu lintas yang terjadi dijalan harus dengan

koordinasi dan pendampingan dari Kepolisian sebagai law enforcement

(penegak hukum).14 Menurut Suwondo, keberadaan penyidik PPNS Dinas

Perhubungan dalam Dinas Perhubungan sendiri memang tidak sebanyak

keberadaan pegawai Dinas Perhubungan yang ada. Faktor kurangnaya Sumber

Daya Manusia (penyidik PPNS) yang memiliki potensi dan kemampuan dalam

melaksanakan tugas dan kewajiaban dalam lingkup lalu lintas lah yang

menyebabkan terjadinya hal ini.15 Faktor ketidakcakapan pegawai Dinas

92

Page 93: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Perhubungan sendiri sedikit banyak terjadi karena kurangnya pemahaman

dan/atau kemampuan mengaplikasikan aturan hukum atas pelanggaran lalu

lintas, kurangnya perhatian dan pelatihan dari pusat yang membuat minimnya

kedayagunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas perhubungan dalam

peneggakan dan penindakan lalu lintas.16 Lebih lanjut Darsono menyatakan,

terdapat kendala kurangnya keberadaan aparat penegak hukum (pegawai

penyidik PPNS Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal). Faktor kurangnya

aparat penegak hukum dalam penindakan pelanggaran lalu lintas ini menjadi

salah satu poin yang dapat memunculkan pertanyaan bagaimana peran Dinas

Perhubungan dalam melakukan penegakan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku.Melihat fungsi dari Dinas Perhubungan

itu sendiri yang merupakan pelaksana teknis Undang-undang, keberadaan

Penyidik PPNS Dinas Perhubungan dalam penegakan lalu lintas telah tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Bila dikaji lebih dalam lagi

memang peran penyidik PPNS Dinas Perhubungan hanya seperti pendamping

dan pembantu Kepolisian dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu

lintas, hal ini termasuk pula tindakan penyidik PPNS Dinas Perhubungan untuk

melakukan penindakan yang memerlukan pemeriksaan khusus oleh penyidik

PPNS Dinas Perhubungan. Apabila pengertian peran Dinas Perhubungan dalam

penegakan lalu lintas sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

khususnya dalam hal penindakan pelanggaran lalu lintas ditelaah lebih dalam

lagi.Maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Perhubungan berfungsi untuk

melakukan upaya penyediaan sarana dan prasarana penegakan lalu lintas

(rambu-rambu lalu lintaas, traffic light, marka jalan) sedangkan yang berhak

93

Page 94: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

melakukan penindakan atas pelanggran lalu lintas tersebut adalah Kepolisian.

Keberadaan Dinas Perhubungan penyidik PPNS Dinas Perhubungan yang

berada dijalan hanya sebagai pemberi informasi dan fasilisasi kepada Polisi

yang bertindak dijalan untuk melakukan penindakan atas pelanggaran lalu

lintas yang terjadi. Adapun pengawasan yang dilakukan dijalan oleh Kepolisian

bersama dengan Dinas Perhubungan apabila tidak ada pelanggaran yang

membutuhkan penindakan oleh Dinas Perhubungan maka kedudukan Dinas

Perhubangan itu sendiri hanya dapat berperan sebagai pendamping polisi, atau

dapat dikatakan hanya sebagai pemantau kelancaran sisitem lalu

lintas.Kenyataan dilapangan atas kewenangan Dinas Perhubungan dan

Kepolisian inilah yang kemudian memunculkan permasalahan bagaimana

Dinas Perhubunagn dapat melakukan penegakan lalu lintas apabila

kewenangan bertindak dilapangan tidak secara penuh dimiliki Dinas

Perhubungan.Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal hanya mempunyai satu

penyidik PPNS yang dapat melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas

sesuai kewenangannya. Sesuai dengan pembagian tugas dan kewajibannya,

penyidik PPNS Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal ini merupakan bagian

dari bidang operasional dari sub struktur bidang Dinas Perhubungan yang

didalamnya terdapat seksi operasional dan keselamatan yang berdasarkan

bidang yang dibawahi tersebut penyidik PPNS Dinas Perhubungan tersebut

dapat melakukan penindakan atas pelanggaran lalu lintas dengan melakukan

koordinasi Kepolisian untuk mewujudkan penegakan Lalu Lintas. Sesuai

dengan ketentuan Pasal 262 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Tindakan Dinas Perhubungan dalam

94

Page 95: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

melakukan segala tindakan berdasarkan otoritasnya dilingkup Terminal

dan/atau segala sesuatu yang berhubungan dengan angkutan umum/barang juga

mempunyai kekuatan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang yang

berlaku. Berdsarkan Pasal 262 ayat (1) huruf b, c, e, f, dapat dikatakan pula

otoritas yang dimiliki

Dinas Perhubungan tidak hanya berdasarkan otonomi daerah tetapi juga

berdasarkan Undang-undang yang kekuatan hukumnya dapat dijadikan payung

hukum bagi Dinas Perhubungan dalam melakukan segala tindakannya.

Kewenangan menindak pelanggaran lalu lintas yang dapat dilakukan Dinas

Perhubungan di lingkup Terminal dapat dilakukan dengan segala otoritas yang

dimiliki dalam lingkup Terminal dapat berupa pelanggaran yang bersifat

perizinan, kelengkapan surat-surat/ dokumen, dan tata cara berlalu lintas dalam

lingkup angkutan jalan. Penindakan pelanggaran lalau lintas tersebut

diantaranya mengatur tentang kelengkapan surat-surat dan dokumen-dokumen

muatan, hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran perizinan angkutan, dan

yang berkaitan dengan tata cara dan pengawasan muatan. yang didalamnya

mengatur tentang kelengkapan surat-surat dan dokumen muatan. Kewenangan

menindak pelanggaran lalu lintas yang sepenuhnya dimiliki Dinas

Perhubungan hanya berupa pelanggaran yang bersifat administratif.Sedangkan

pelanggaran yang bersifat teknis yang dapat ditindak oleh Dinas Perhubungan

lebih banyak dilakukan di jalan walaupun penindakan tersebut harus berdasar

koordinasi dan didampingi oleh Kepolisisan.Tumpang tindih kewenangan

melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas antara Dinas Perhubungan dan

Kepolisian dapat dilihat ketika Dinas Perhubungan dan Polisi melakukan

95

Page 96: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

pengaturan lalu lintas dijalan raya. Pada saat Kepolisian melakukan tugas dan

kewenangannya dijalan (operasi tilang) sementara itu Dinas Perhubungan

hanya dapat melakukan pengaturan lalu lintas dengan melakukan rekayasa lalu

lintas atau melakukan perannya yang lain seperti melakukan pemasangan atau

penertiban rambu lalu lintas, atau bahkan membantu orang menyebrang

jalan.21 Kenyataan di lapangan itulah yang menimbulkan tumpang tindih

kewenangan Dinas Perhubungan dan Kepolisian dalam melakukan penindakan

lalu lintas dijalan. Jika melihat pada payung hukum yang digunakan sebagai

dasar hukum atas kewenangan yang dimiliki Dinas Perhubungan dalam

melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas, memang berdasarkan

Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

telah ditentukan Dinas Perhubungan mana yang dapat melakukan penindakan

lalu lintas. Dalam Pasal 262 ayat (3) telah dirumuskan tentang Penyidik

Pegawai Negeri Sipil (PPNS Dinas Perhubungan) yang dapat melakukan

penindakan di jalan.

Akses keluar dari Jalan Tol Pejagan-Pemalang ini awalnya diharapkan

menjadi pengurai kemacetan. Namun, kenyataannya masih ditemui kendaraan

pemudik parkir bersama dengan panjang antrean mencapai 18 kilometer. Hal

ini terjadi pada 1 Juli 2016 atau lima hari jelang Lebaran 2016. Kendaraan

Mengular 18 Kilometer Menuju Brebes Timur Macet total lebih dari 20 jam ini

menyebabkan banyak korban berjatuhan. Setidaknya 12 orang meninggal

akibat kelelahan.Sejatinya, kepadatan di Tol Pejagan-Pemalang tersebut mulai

terlihat dua hari sebelumnya.Puncaknya pada hari itu, antrean kendaraan

mengular hingga jelang pintu keluar Brexit.

96

Page 97: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Dua tahun kemudian (2018) kendaraan melintas di Tol Pejagan-

Pemalang, Jawa Tengah, perawatan dilakukan Ruas Tol Pejagan-Pemalang

seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga

dapat digunakan pada arus mudik lebaran 2018. Kendaraan melintas di Tol

Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Perawatan dilakukan guna

persiapan arus mudik 2018.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes

Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada

arus mudik lebaran 2018.Padahal PT Pejagan Pemalang Toll Road selaku

operator jalan tol ini sudah membuka seluruh 8 gardu yang ada. Dan seluruh

gardu digunakan untuk exit atau keluar kendaraan. Masalah utama setelah GT

Brexit adalah kemacetan di jalan pantai utara Jawa (Pantura).Dari pantauan

Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com, jalur utama Pantura Jawa memang

sudah dipadati kendaraan sejak siang harinya.Hal ini berimbas pada kondisi

arus lalu lintas di ruas Tol Pejagan-Pemalang.Kendaraan baru bisa bergerak

setiap 20 menit hingga 30 menit.Dalam kurun waktu itu pula kendaraan dari

Pejagan yang menuju Brebes Timur benar-benar berhenti dan terlihat seperti

parkir berjamaah.Kondisi faktual ruas tol dengan panjang total 57,5 kilometer

ini tengah dilakukan perawatan. Mulai dari peletakan rubber cone, penegasan

marka jalan, hingga pemasangan lampu penerang jalan di beberapa Simpang

Susun.Kepala Seksi Pemeliharaan Tol Pejagan-Pemalang Mita Lolita

menuturkan, pemeliharaan dilakukan secara berkala.Jelang mudik tahun ini,

aktivitas tersebut makin intensif dilakukan."Kami ingin pemudik merasa

nyaman melakukan perjalanannya.Untuk biaya pemeliharaan kami tidak bisa

menyebutkan.Tapi yang pasti ini terus kami tingkatkan".

97

Page 98: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)

siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran

2018.Foto udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di

Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan

IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat

digunakan pada arus mudik lebaran 2018.

Dengan demikian, para pengguna jalan yang akan melintasi jalur ini, cukup

membayar tarif untuk ruas Pejagan-Brebes Timur sebesar Rp 20.000. Foto

udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di Tegal, Jawa

Tengah.Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)

siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran

2018. Proses pengujian dilakukan oleh Kementerian PUPR, Kementerian

Perhubungan dan Korps Lalu Lintas Polri.

Menurut Kepala Cabang Tol Pejagan-Pemalang Ian Dwinanto, puncak

arus mudik yang bakal terjadi di ruas tol ini pada H-5 atau tanggal 10 Juni

2018. Foto udara simpang susun Adiwerna ruas Tol Pejagan-Pemalang di

Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (2/6/2018).Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan

IV (Brebes Timur-Pemalang) siap diujicoba beroperasi sehingga dapat

digunakan pada arus mudik lebaran 2018.

Ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi II dan IV (Brebes Timur-Pemalang)

siap diujicoba beroperasi sehingga dapat digunakan pada arus mudik lebaran

2018.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) Saat puncaknya,

jalan tol yang dikelola anak usaha PT Waskita Toll Road, PT Pejagan

Pemalang Toll Road itu, diperkirakan bakal dilewati sekitar 85.000 (delapan

98

Page 99: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

puluh lima ribu) kendaraan. "Ini sudah kami antisipasi dengan penambahan

gardu tol menjadi 13.Kami juga tengah fokus menyelesaikan pembangunan rest

area," kata Ian. Hal ini diperkuat pernyataan Direktur Operasi Waskita Toll

Road Mokhamad Sadali sebelumnya yang mengatakan bahwa pengelola telah

menyiapkan berbagai strategi untuk mengatasi kemacetan yang akan terjadi.

"Kami sudah siapkan pintu dari delapan menjadi 13.Gardu di Pejagan kita

tambah," kata Sadali di Jakarta, Kamis (31/5/2018).Dari pengalaman tahun

2017, volume kendaraan yang melintasi Tol Pejagan-Pemalang cenderung

turun setelah melewati Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).Penurunan itu bahkan

mencapai 49 persen atau hanya menyisakan sekitar 51 persen yang melintasi

Tol Pejagan-Pemalang. Untuk tahun ini, ia memprediksi, penurunan kendaraan

hanya sekitar 40 persen lantaran kondisi Seksi 3 dan 4 (Brebes Timur-

Pemalang) yang sudah cukup baik untuk dilintasi pemudik. "Tapi itu belum

ditarifkan. Kalau yang beredar di WA itu kan Rp 57.000 (lima puluh tujuh ribu

rupiah) Pejagan-Pemalang, kita enggak, tetap Rp 20.000 (dua puluh ribu

rupiah)," kata dia. Bahkan, pada hari tertentu yakni 13-14 Juni dan 18-19 Juni,

ada diskon 10 persen yang diberikan kepada pengguna jalan tol. Imbasnya, tarif

yang berlaku pada saat itu hanya Rp 18.000 (delapan belas ribu rupiah).

Disebutkan dalam Undang Undang Noomor 22 tahun 2009 tentang Lalu

lintas dan Angkutan Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau (APILL) adalah

lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan

jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu

lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan

dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.Pengaturan lalu lintas di

99

Page 100: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada

masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara

bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus yang ada.Atau alat

yang memberikan prioritas bergantian dalam suatu periode waktu dengan

tujuan untuk menghindarkan terjadinya pergerakan yang saling berpotongan

melalui titik-titik konflik pada saat bersamaan.

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) bermanfaat untuk (1)

Meningkatkan keselamatan Lalu lintas pada persimpangan, (2)

Mengurangi/menghilangkan konflik, (3) Mengontrol kecepatan kendaraan, (4)

meningkatkan effesiensi pergerakan Lalu lintas pada persimpangan melalui

efektivitas pemanfaatan kapasitas persimpangan, (5) Pemberian fasilitas bagi

penyeberang pejalan kaki, (6) pengaturan distribusi dari kapasitas berbagai arah

arus lalu lintas (kendaraan umum, kendaraan pribadi, sepeda motor dan lain-

lain). Adapun Keberhasilan ditentukan oleh berkurangnya penundaan waktu

(delay), dan angka kecelakaan berkurang.

Dalam manajemen rakayasa lalu lintas sistem pengaturan APILL antara

lain dapat dikemukakan sebagai manual, yaitu digerakkan oleh manusia

(Manual Actuated Traffic Light Controller). Full manual : perpindahan nyala

lampu secara penuh dilakukan secara manual. Semi manual mempunyai

program tetap, namun penyalaan lampu hijau dapat diatur secara manual oleh

petugas.Kontrol dengan waktu tetap (Pre-timed)mempunyai pengaturan waktu

hijau yang telah ditentukan sebelumnya.Vehicle Actuated, waktu hijau sesuai

volume arus lalu lintas yang melalui detector kendaraan untuk memperkecil

waktu tunggu, kesulitan koordinasi. Semi Vehicle Actuated

100

Page 101: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Waktu Hijau min. yang tetap untuk semua fase (Fixed time), sesuai dengan

keadaan lalu lintas, waktu min. Dapat diperpanjang hingga mencapai waktu

maksimum dan dipergunakan pada jalan-jalan yang tidak simetris beban lalu

lintasnya. Sistem Koordinasi, Gelombang Hijau (Green Waves).

Sistem koordinasi adalah pengabungan beberapa APILL yang berdekatan

sehingga kendaraan yang berada dalam sistem tersebut akan selalu mendapat

nyala hijau (green waves).Mengabungkan beberapa APILL yang berdiri sendiri

(isolated) dengan kecepatan tertentu dan tetap.

BAB IV

PENUTUP

101

Page 102: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

A. Kesimpulan

Manajemen rekayasa lalu lintas dari perspektif Dinas Perhubungan Berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal dalam melaksanakan manajemen

rekayasa lalu lintas mencakup (a) Merencanakan pengaturan lalu lintas di jalan

kota termasuk jalan propinsi dan merencanakan kebutuhan, pengadaan,

penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat

pemberi isyarat lalu lintas (APILL), (b) pelaksanaan perencanaan pengaturan

lalu lintas di wilayah Kabupaten yaitu dengan mengalihakan lalu lintas dari

simpang adiwerna menuju arah barat jalan dua singkil – adiwerna. Sedangkan

pelaksanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-

rambu lalu lintas, marka jalan dan APILL yaitu dengan memasang

rambu-rambu, marka jalan dan APILL di kawasan pusat kota yang rawan

macet.

2. Faktor penghambat Dinas Perhubungan Kabuapten Tegal dalam rekayasa lalu

lintas pasca pembangunan jalan tol Pejagan-Pmalang yang melintasi wilayah

kecamatan Talang da Kecamatan Adiwerna adalah (a) kurangnya koordinasi

yang baik antar instansi yang mengelola masalah transportasi, (b) tingkat

kesadaran masyarakat pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu lalu

lintas yang telah di pasang masih kurang. Hambatan samping yang tinggi yang

menggunakan badan jalan ikut menjadi penghambat dalam Rekayasa Lalu

Lintas.

B. Saran

102

90

Page 103: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran antara lain:

1. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlumeningkatkan sumber daya

manusia yang kompeten, dengan mengirim para pegawai guna mengikuti

pendidikan dan pelatihan tentang lalu lintas, dan mengadakan penerimaan

pegawai negeri sipil baru yang sesuai dibidang transportasi.

2. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlu meningkatkan koordinasi antar

instansi guna mencari pemecahan dari kemacetan lalu lintas seperti yang

tertuang di undang –undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan, ataupun pembuatan ruas jalan utama baru guna menciptakan

transportasi yang baik dan bebas dari kemacetan.

3. Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal perlu melakukan sosialisasi atau

penyuluhan hukum secara terus menerus dan berkesinambungan, guna

memberikan kesadaran kepada pengguna jalan dalam menaati rambu-rambu

lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA

Buku- Buku

Sulistiono Adi, dkk, Benang Kusut Lalu Lintas, Jakarta : Pensil-324, 2006.

103

Page 104: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Alamsyah AnsyoriAlik, Rekayasa Lalu Lintas,Malang:Ummpress,2008.

Arif budiarto dan Mahmuda, Rekayasa Lalu Lintas, Surakarta: UNSPress,.

Wiki buku media,2007,

Goerge R Terry dan Leslie W. Rue.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara

Cetakan Ke Lima Belas. 2014.

Fahmi Irham,Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung:

Alfabeta, 2017

Leksmono.S.P, Rekayasa Lalu Lintas, Malang : Indeks. 2007.

SoekantoSoerjono Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia,

2014

Soekanto Soerjono,1986, Polisi dan Lalu Lintas, Bandung: Mandar Maju

Sri Harini Dwiyatmi. Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta, 2011

S. Arikunto, Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2008

SupraptoTommy. Pengantar Teori Manajemen Komunikasi. Yogjakarta: MedPress.

2009.

Ubedilah,dkk, Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani,,Jakarta ,Indonesia Center

for CivicEducation, 2000

Website

Anugerah Ayu Sendari,Tujuan Negara Republik Indonesia Sesuai UUD

1945,https://www. liputan6 .com/citizen6/read/3872982/tujuan-negara-

republik-indonesia-sesuai-uud-1945,diaksespada 17 januari

104

Page 105: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

2019.12:172013

,https://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Pendahuluan,

diubah pada 3 agustus 2013,pukul 14.04

https://wikipedia.id/Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diakses, 14

Januari 2020

https://wikipedia.id/Konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Diakses 15 Januari 20120

ArisandiNovia. Https://Www.Academia.Edu/29120332/Tugas_I.Rekayasa_Lalu_Lintas

Undang- Undang

Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu intas dan Angkutan Jalan

Wawancara Dan Dokumentasi

Prakoso Bagas Haron, Fasilitator Pembebasan Lahan Jalan Tol Kabupaten

TegalWawancara mengenai Rekayasa Lalu Lintas di wilayah

Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November 2019

Rasdi Harjo, pengusaha alat berat Kabupaten Tegal Wawancara mengenai Rekayasa

Lalu Lintas di wilayah Kabupaen Tegal, Wawancara, 3 November

2019

105

Page 106: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

Dokumentasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal kepadatan di Tol Pejagan-

Pemalang,2016

106

Page 107: F A K U L T A Srepository.upstegal.ac.id/640/1/ILDA WIGUNA.docx · Web viewPengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indnesia, 2013 Agar tercapai tujuan Negara hukum Indonesia sebagaimana

1

1