f 41323 penentuan sifat fisik
DESCRIPTION
teksTRANSCRIPT
PENENTUAN SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK
1. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Kromatografi adalah suatu metode fisik untuk pemisahan yang didasarkan atas
perbedaan afinitas senyawa-senyawa yang sedang dianalisis terhadap dua fasa yaitu fasa
stasioner/fasa diam dan fasa mobil/fasa gerak. Jadi campuran senyawa-senyawa dapat
mengalami adsorpsi dan desorpsi oleh fasa diam secara berturut-turut sehingga secara
berurutan fasa gerak juga akan melarutkan senyawa-senyawa tersebut dan proses pemisahan
dapat terjadi atau pemisahan dapat juga terjadi karena campuran senyawa memilik
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah proses pemisahan (kromatografi) berdasar pada
prinsip adsorpsi. Setelah sampel ditotolkan di atas fasa diam, senyawa-senyawa dalam sampel
akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-senyawa tersebut
(kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut dalam fasa gerak), sifat fasa diam
(kekuatan elektrostatis yang menarik senyawa di atas fasa diam) dan sifat fasa gerak
(kemampuan melarutkan senyawa). Pada KLT, secara umum senyawa-senyawa yang memiliki
kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar karena senyawa
polar terikat lebih kuat pada bahan silika yang mengandung silanol (SiOH2) yang pada dasarnya
memiliki afinitas yang kuat terhadap senyawa polar.
Kromatografi lapis tipis (KLT) banyak dipakai untuk melihat kemurnian suatu senyawa
organik. Jika analisis dilakukan dengan merubah pelarut beberapa kali (minimum 3 macam) dan
hasil elusi tetap menampakkan 1 noda maka dapat dikatakan bahwa sampel yang ditotolkan
murni. Selain itu, karena KLT juga bisa menampakkan jumlah senyawa-senyawa dalam
campuran sampel (menurut noda yang muncul), maka KLT dapat digunakan untuk
mengikuti/mengontrol jalannya reaksi organik maupun untuk mengontrol proses pemisahan
campuran yang dilakukan menggunakan Kromatografi Kolom. KLT juga merupakan suatu cara
yang umum dilakukan untuk memilih pelarut yang sesuai sebelum dilakukan pemisahan
menggunakan kromatografi kolom. Jadi secara ringkas KLT terutama berguna untuk tujuan
berikut :
a. mencari pelarut yang sesuai untuk kromatogarfi kolom
b. analisis fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
c. memonitor jalannya suatu reaksi kimia
d. identifikasi senyawa (uji kemurnian)
1
Beberapa kelengkapan KLT adalah :
Bejana kromatografi yang biasanya terbuat dari kaca dengan bentuk yang bervariasi dan
harus dilengkapi dengan tutup yang rapat.
Gambar 1. Model bejana kromatografi dan cara pemisahannya
Fasa diam yang berupa selapis tipis (0,25 mm) silika gel atau adsorben yang
lain (alumina, selulosa, kieselguhr) yang difikskan di atas sepotong kaca, plastik atau
alumunium dengan bantuan sebuah penghubung seperti CaSO4 anhidrat, tepung kanji
atau suatu polimer organik.
Sampel sebanyak 1 mikroliter dari larutan encer (2-5%) suatu campuran yang
ditotolkan pada satu titik di atas fasa diam (dengan bantuan suatu pipa kapiler) dan titik
tersebut letaknya juga di atas batas pelarut. Jika konsentrasi sampel yang ditotolkan
terlalu tinggi akan meyebabkan terjadinya tailing. Oleh karena itu konsentrasi zat yang
ditotolkan harus tepat untuk mengahsilkan noda yang baik.
2
A. Plat KLT 20X20 cm dalam bejana kromatografi kecil
B. Plat KLT 20X20 cm dalam bejana kromatografi modifikasi (beaker
glass)
Solven/pelarut/eluen murni atau campuran yang akan mengelusi senyawa-
senyawa dalam sampel sepanjang fasa diam. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemilihan eluen adalah :
- Eluen yang terlalu polar akan mengelusi semua senyawa dalam sampel, artinya
faktor yang menghambat elusi tidak cukup kuat.
- Kepolaran senyawa-senyawa dalam sampel berpengaruh terhadap pemilihan eluen
(berhubungan dengan sifat kepolarannya). Sebelum digunakan, eluen dalam bejana
harus dijenuhkan terlebih dahulu
Penampak noda, terutama digunakan jika yang dipisahkan bukan senyawa-senyawa
yang berwarna. Beberapa metode yang biasa digunakan adalah :
- sinar UV : beberapa senyawa akan nampak sebagai noda yang berpendar. Cara ini
berguna untuk senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap atau aromatis.
- Fluorescence : jika indikator fluorescent sudah terdapat dalam pelat lapis tipis yang
digunakan (ada tanda GF untuk silika gel), maka pelat tersebut akan menjadi
berfluorescence jika diletakkan di bawah lampu UV dan senyawa-senyawa akan
muncul sebagai noda gelap
- Iod : iod bereaksi dengan sebagian besar senyawa organik membentuk senyawa
kompleks berwarna kuning atau coklat. Noda akan dapat terdeteksi dengan jalan
meletakkan pelat kering dalam sebuah bejana yang telah berisi kristal iod dan
tertutup rapat sehingga bejana jenuh dengan uap iod. Penampak noda ini bersifat
umum, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya ikatan tunggal, ikatan rangkap
dan aromatis.
- Atomisasi : dilakukan dengan cara meletakkan suatu perekasi di atas pelat yang
akan dapat menyebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dengan pereaksi
tersebut.
-
2. TITIK LELEH
To determine a melting point, a small simple of the solid in close contact with a
thermometer is heated in a bath or block so that the temperatura rises at a slow,
controlled rate. At the melting point, termal energy is sufficient to overcome the forces
that hold the cristal intact, and melting occurs. Melting of a pure compound observed in
this way actually occurs over range of at least 1 to 2oC, because heat transfer to the
simple requires a finite time and the temperatura is being raised continuosly. Thus the
3
melting point should be recorded as the range between the first observable melting and
the disappearance of the last visible solid.
Instrumen yang biasa digunakan adalah alat Thiele dan Fisher John melting point
apparatus.
Gambar 2. Alat Thiele dan Melting Point apparatus
PROSEDUR :
I. Kromatografi Lapis Tipis
1. Tujuan :
Mengenal pemisahan berdasarkan perbedaan distribusi antara fasa diam dan
fasa gerak dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
2. Alat-alat :
Bejana kromatografi
Pipa kapiler
3. Bahan
Kloroform pa
Metanol pa
Pereaksi CeSO4
Tiga senyawa organik murni
4
4. Cara Kerja :
A. Kromatografi lapis tipis
- Siapkan tiga macam sistem eluen yang berbeda
a. kloroform pa 100%
b. metanol pa 100%
c. campuran kloroform dan metanol dengan komposisi yang anda
tentukan sendiri.
- Masukkan eluen kedalam bejana kromatografi (perkirakan jangan sampai spot
yang anda totolkan tercelup).
- Larutkan sampel yang telah diberikan oleh asisten ke dalam pelarut yang sesuai
dan totolkan dengan pipa kapiler pada plat TLC ( yang sudah ditandai dengan
pensil 1 cm dari tepi bawah dan ½ cm dari tepi atas).
- Keringkan plat TLC yang sudah ditotol dengan sampel di udara terbuka dan
masukkan ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan eluen
pertama (kloroform pa).
- Elusi dihentikan apabila eluen sudah mencapai batas atas.
- Periksa spot senyawa dengan sinar lampu UV pada panjang gelombang 254 dan
366 nm, catat warna fluorescente senyawa dan tandai. Kemudian plat KLT
ditentukan spot senyawa dengan pereaksi CeSO4 dan panaskan selama 5-10
menit pada suhu 110-120oC.
- Ulangi elusi dengan dua eluen lain untuk senyawa yang sama.
- Tentukan masing-masing Rf senyawa.
II. Penentuan Titik Leleh
1. Tujuan :
Mempelajari cara penentuan titik leleh senyawa organik yang merupakan salah
satu cara cara penentuan sifat físika senyawa organik.
2. Alat :
Plat KLT
Lampu UV
Kertas saring
Alat thiele
Mortar
Preparat
5
3. Bahan
Tiga senyawa organik murni (berbentuk padatan)
4. Cara kerja :
A. Penentuan titik leleh dengan ALAT THIELE
Siapkan pipa kapiler sepanjang ± 7 cm, yang salah satu ujungnya dipanaskan
dengan api Bunsen sehingga tetutup rapat.
Sedikit Kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lumpang
porselen dan digerus dengan mortar. Setelah itu, serbuk halus senyawa yang
akan ditentukan titik lelehnya pada pipa kapiler yang salah satu ujungnya telah
tertutup.
Pipa kapiler yang telah berisi serbuk kristal ini, diikatkan pada reservoir
thermometer dengan tali pengikat benang.
Alat Thiele diisi denga paraffin, sampai permukaan parafin , sampai permukaan
paraffin tepat berada pada percabangan, kemudian alat ini dipegang dengan
klem holder pada statip.
Ujung atas termometer digantung pada klem, sedangkan ujung bawah
dimasukkan ke dalam alat Thiele yang telah berisi paraffin. Usahakan jangan
sampai ujung terbuka kapiler tercelup pada paraffin.
Panaskan alat Tile dengan api Bunsen, sehingga terjadi aliran parafin dalam alat
Thiele.
Bacalah skala pada termometer tepat pada saat Kristal dalam kapiler mulai
meleleh dan baca pula skala pada termometer pada saat Kristal tetap meleleh
sempurna.
B. Penentuan Titik Leleh dengan FISHER JOHN MELTING POINT APPARATUS
Sedikit Kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lumpang
porselen dan digerus dengan mortar. Setelah itu, serbuk halus senyawa yang
akan ditentukan titik lelehnya tersebut diletakkan pada kaca preparat dan ditutup
dengan kaca preparat.
Letakkan kaca preparat yang telah berisi Kristal ini pada tempat yang tersedia di
alat Fisher John melting point apparatus.
Hidupkan (onkan) power.
6
Tunggu beberapa saat sampai pada skala termometer menunjukkan kenaikan
suhu.
Naikkan suhu secara perlahan-lahan (bertahap) dengan memutar tombol pada
alat.
Amati Kristal dengan lensa pembesar yang terpasang pada alat.
Baca skala termometer pada saat Kristal tepat mulai meleleh dan baca pula
skala termometer tepat pada saat Kristal meleleh sempurna.
Tanda meleleh = terjadi perubahan wujud dri padat menjadi cair, tampak adanya
cairan bening pada kaca preparat.
Gambar 3. Fisher John melting point apparatus
7