ez katka

72
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus mengenai anak laki-laki yang mengalami gangguan perkembangan karena cerebral palsy 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. FKUMP 2011 Page 1

Upload: syarif-a

Post on 15-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gg

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGBlok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus mengenai anak laki-laki yang mengalami gangguan perkembangan karena cerebral palsy

1.2 MAKSUD DAN TUJUANAdapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DATA TUTORIALTutor: dr. Asmarani Makmun, M. KesModerator: Ira MaulaniSekretaris Meja: Umi Chusnul ChotimahSekretaris Papan:Irvandra AfrenWaktu

: Selasa, 1 Juli 2014

Kamis, 3 Juli 2014Rule tutorial: 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4.Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan

2.2 SKENARIO KASUSBram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.

Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.

Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

2.3 SEVEN JUMP STEP2.3.1 KLARIFIKASI ISTILAH1Belum Tengkurap:Salah satu gangguan perkembangan bayi (motorik kasar)

2Susu formula:Susu yang dibuat dari susu sapi atau kedelai yang komposisinya disesuaikan mendekati komposisi ASI

3Reflex moro:Fleksi paha dan lutut bayi jarijari ruang membuka lebar disertai kedua lengan direntangkan kemudian ditarik kedalam. Ditimbulkan oleh rangsangan tiba-tiba. Reflex normal

4Reflex babinski :Dorsofleksi ibu jari kaki pada perangsangan telapak kaki, merupakan reflex normal pada bayi

5dismorfik:Gangguan pada bentuk dan struktur organism, organ, atau bagian tertentu (dorlan 685)

6Reflex tendo:Reflex yang ditimbulkan oleh ketukan tajam pada tendon atau otot ditempat yang tepat untuk meregangkan otot tersebut sesaat yang kemudian diikuti oleh kontraksi otot tersebut. (Dorland 926)

7Tungkai :Keseluruhan ekstremitas bawah (paha-telapak kaki)

8Reflex menggenggam:Palmar graf reflex. Gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi.

9Memiringkan badan:Usaha untuk membalikkan badan (merotasi)

10mengoceh:Berkata yang bukan-bukan atau meracau

11Meraih benda:Kemampuan bayi untuk menggapai suatu benda, merupakan indicator motorik halus pada bayi

12Apgar Score:Angka yang menunjukkan kondisi bayi baru lahir berdasarkan HR, RR, tonus otot, iritabilitas, reflex dan warna kulit. (Dorland 967)

13Kontak mata:Pandangan mata yang menuju ke lawan bicara

2.3.2 IDENTIFIKASI MASALAH1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan.

2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.

3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali.

4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.

5. Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki2.3.3 ANALISIS MASALAH1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan.

a. Bagaimana proses perkembangan bayi usia 6-8 bulan? (motorik kasar)

Jawab:

Milestone perkembangan motorik kasar usia 6-8 bulan adalah

Usia 3-6 bulan

1. Berbalik dari telungkup ke terlentang

2. Mengangkat kepala setinggi 90o3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

Usia 6-9 bulan

1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)

2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 30)b. Apa saja yang mempengaruhi proses perkembangan bayi (motorik)?Jawab:

Secara umum terdapat dua factor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Factor genetic

2. Factor lingkungan

Factor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:

a. Factor lingkungan prenatal

b. Factor lingkungan perinatal

c. Factor lingkungan pascanatal

Lingkungan biofisikopsikososial pada masa pascanatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:

1. Factor biologis

(ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, kondisi kesehatan kronis, fungsi metabolism, dan hormone)

2. Factor lingkungan fisik

(cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi)

3. Factor psikososial

(stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih saying, kualitas interaksi anak-orangtua)

4. Factor keluarga dan adat istiadat

(pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, pola pengasuhan, adat istiadat, norma, tabu, agama, urbanisasi, kehidupan politik)5. Factor kepribadian

Anak yang penakut, takut jatuh.

6. Retardasi mental

Sebagian besar anak dengan retardasi mental mengalami keterbatasan gerak motorik.

7. Kelainan tonus otot

Anak dengan serebral palsi, sering terjadiketerbatasan perkembangan motorik akibat dari spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang belakang (gross spinal defects), juga sering disertai dengan keterlambatan motorik.

8. Obesitas

Walaupun obesitas dapat mengakibatkan gangguan perkembangan motorik, tetapi tidak semua anak obesitas mengalami keterlambatan motorik.

9. Penyakit neuromuscular

Padaanak yang menderita penyakit Duchenne muscular dystrophy sering terlambat berjalan

10. Buta

Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan akibat dari tidak diberikan kesempatan untuk belajar.

(Soetjiningsih, 2013: 61-68)c. Apa gangguan perkembangan yang terjadi pada kasus?

Jawab:

Bram mengalami gangguan perkembangan motorik kasar

d. Apa saja dampak gangguan perkembangan?

Jawab:

Gangguan psikologis

Gangguan kognitif

e. Apa makna pada usia 8 bulan belum bisa tengkurap dan baru bisa memiringkan badan pada usia 6 bulan?

Jawab:

Maknanya terjadi perlambatan perkembangan motorik kasar. (Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

Hal ini terjadi karena kerusakan sel otak dan perlambatan proses meilinisasi.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( perfusi oksigen ke otak menurun ( hipoksia serebri ( iskemik serebri ( Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri ( kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) ( perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) ( perlambatan maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik ( perkembangan respon postural melambat ( perlambatan motorik kasar ( perlambatan tengkurap dan memiring-miringkan badan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.

a. Apa makna Bram belum bisa makan bubur, makan biscuit, mengoceh dan meraih benda?

Jawab:

Belum bisa makan bubur dan mengoceh ( gangguan oromotorik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Belum bisa makan biscuit sendiri, dan meraih benda ( gangguan motorik halus. (Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

Mengoceh ( gangguan bahasa. (Soetjiningsih, 2013) Belum bisa makan bubur dan mengoceh, terjadi akibat kekakuan oromotor.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( perfusi oksigen ke otak menurun ( hipoksia serebri ( iskemik serebri ( Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri ( kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) ( perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik), dan traktus piramidalis) ( hilangnya inhibisi sentral desendens (tractus piramidalis tractus kortikonuklearis (cabang tractus piramidalis yang bercabang di otak tengah menuju nuclei nervi kranialis motorik) nervus kranialis motorik (N. trigeminus devisi mandibularis, N. glossopharyngeus, N. hypoglosus)) pada sel-sel fusimotor (neuron motor ) yang mempersarafi spindel otot pengunyah, menelan dan lidah ( hipersensitivitas spindel otot ( hiperaktif kontraksi otot ( kekakuan otot-otot pengunyah, m. stylopharyngeus (membantu menelan) dan otot-otot lidah ( disfungsi oromotor ( gangguan menelan dan gangguan bicara ( belum bisa makan bubur dan belum bisa mengoceh.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999) Belum bisa makan biscuit sendiri (ia belum bisa memegang makanan tersebut sendiri) dan belum bisa meraih benda, terjadi akibat kerusakan sel otak dan perlambatan proses meilinisasi serta kekakuan pada otot tangan.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( perfusi oksigen ke otak menurun ( hipoksia serebri ( iskemik serebri ( Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri ( kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) ( perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) ( perlambatan maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik ( perkembangan respon postural melambat ( perlambatan motorik halus ( belum bisa makan biscuit sendiri dan belum bisa meraih benda

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

Akibat kekakuan otot ekstemitas superior ( gerakan ekstremitas terbatas ( belum bisa makan biscuit sendiri dan belum bisa meraih benda.

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

b. Bagaimana perkembangan anak usia 6-8 bulan? (motorik halus, bahasa (oromotor) dan komunikasi?

Jawab:

Milestone perkembangan motorik halus usia 6-8 bulan

Usia 3-6 bulan

1. Menggenggam pensil

2. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

3. Memegang tangannya sendiri

Usia 6-9 bulan

1. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya

2. Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda pada saat yang bersamaan

3. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 33)

Milestone perkembangan bahasa anak usia 6-8 bulan

Usia 6 bulan

1. Mulai mengenal kata-kata da da, papa, mama (bahasa reseptif)

2. Protes vocal, seperti berteriak (bahasa ekspresif)

Usia 7 bulan

1. Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, da da (bahasa reseptif)

2. Mulai mengeluarkan suara mirip kata-kata kacau (bahasa ekspresif)

Usia 8 bulan

1. Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil (bahasa reseptif)

2. Menirukan rangkaian suara (bahasa ekspresif)

(Soetjiningsih, 2013: 53)Milestone perkembangan personal-sosial bayi usia 6-8 bulan

Usia 3-6 bulan

1. Lebih menyukai ibu

2. Kedekatan (attachment) bayi ( orangtua

3. Tersenyum spontan

4. Suka tertawa keras

5. Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak social diputus

6. Menyukai cermin

7. Gembira pada saat melihat makanan

8. Berceloteh

Bayi usia 6-9 bulan

1. Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat berbeda

2. Menyukai ibu

3. Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak dikenal

4. Dekat pada orang dewasa yang sudah dikenal

5. Menangis bila ayah ibunya pergi

6. Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan

7. Bermain tepuk tangan/ciluk-ba

8. Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut

9. Makan kue sendiri

10. Senang bercermin

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 47)

c. Apa saja gangguan perkembangan yang terjadi pada masalah itu?

Jawab:

Gangguan perkembangan yang terjadi pada penderita adalah gangguan perkembangan motorik halus, perkembangan bahasa, perkembangan personal-sosial dan perkembangan kognitif.

d. Apa saja factor penyebab gangguan proses perkembangan motorik halus, bahasa dan komunikasi?

Jawab:

Gangguan motorik halus sering disebabkan (menyertai) retardasi mental dan serebral palsi.

Gangguan perkembangan bahasa :

Factor genetic, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, factor keluarga, kembar, psikosis, gangguan lateralisasi, masalah yang berhubungan dengan disleksia dan afasia.

Gangguan bicara dapat disebabkan oleh bibir sumbing, atau sumbing palatum, maloklusi, adenoid, dan serebral palsie. Apa makanan tambahan yang dapat diberikan pada bayi usia 6-8 bulan?

Jawab:6-7 bulan ASISaat dibutuhkan

1. Buah lunak/sari buah

2. Bubu: bubur havermout/bubur tepung beras1-2 kali sehari

7-9 bulanASISaat dibutuhkan

1. Buah-buahan

2. Hati ayam atau kacang-kacangan

3. Beras merah atau ubi

4. Sayuran (wortwl, bayam

5. Minyak/santan/advokad3-4 kali sehari

f. Apa saja indikasi pemberian susu formula?

Jawab:

Indikasi medis :

a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus

b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI dengan jangka waktu terbatas

c) Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif karena harus mendapatkan pengobatan sesuai dengan standar pelayanan medis

d) Kondisi medis ibu dengan HbsAg(+) dalam hal bayi belum diberikan vaksinasi hepatitis yang pasif dan aktif dalam 12 jam (peraturan menteri kesehatan republic indonesia nomor 39 tahun 2013)

g. Apa akibat Bram belum bisa makan bubur dan masih diberi susu formula pada usia 8 bulan?

Jawab:

Belum bisa makan bubur ( intake inadekuat ( MEP/KEP ( gangguan perkembangan otak ( retardasi mental dan mikrosefali. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013) h. Bagaimana indikasi MPASI?

Jawab:

Indikasi MPASI

1. Kemampuan bayi menegakkan kepala

2. Bayi menunjukkan keinginan untuk makan

3. Refeks menjulurkan lidah hilang

i. Apa saja instrument penilaian perkembangan yang dapat digunakan ?

Jawab:

Instrument skrining dan diagnosis yang tepat digunakan pada usia dibawah satu tahun adalah

1. Tes psikomotorik

a. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale

Fungsinya: menaksis stadium sensorimotor menurut Pieget

b. Gesell infant Scale dan Catell Infant Scale

Fungsinya: terutama menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa perkembangan social dan bahasa

c. Bayley Infant Scale Of DevelopmentFungsi: menaksir perkembangan motorik dan social

d. Denver Development Screening Test (DDST), direvisi menjadi Denver II

Fungsi: digunakan untuk menaksir perkembangan personal social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai umur 1 bulan sampai 6 tahun.

e. Yale Revised Development Test

Fungsinya: menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku social, dan bahasa.

f. Diagnosis perkembangan fungsi Munchen tahun pertama

Fungsi: menaksir perkembangan umur merangkak, duduk, berjalan, memegang, persepsi, berbicara, pengertian bahasa dan sosialisasi.

2. Tes Perilaku Adaptif

Vineland Adaptive Behavior Scale

Fungsi: wawancara orangtua/pengasuh anak dalam hal komunikasi, kehidupan sehari-hari, social, dan untuk anak yang lebih muda ditanyakan juga perkembangan motoriknya.

(Soetjiningsih, 2013: 179-181)3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali.

a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan BBL?

Jawab:

Hamil 37 minggu ( bayi aterm BB 2400 ( BBLR

ANC 3 kali ( ANC kurang lengkap karena seharusnya minimal dari pemeriksaan ANC adalah 4 kali.

b. Bagaimana hubungan status kehamilan dan kelahiran dengan kebutuhan utama?

Jawab:

Ibu: multiparitas, dan usia > 35 tahun ( faktor risiko terjadi BBLR dan asfiksia neonatorum ( faktor risiko terjadi Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( etiologi Cerebral Palsy (CP). (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Multipara & usia ibu > 35 tahun ( fungsi dari faal tubuh menurun dan aliran darah uteroplasenta mulai tergannggu + berisiko timbul penyulit kehamilan, anemia, kurang gizi dalam kehamilan ( metabolisme dan pematangan organ janin terganggu ( BBLR dan asfiksia neonatorum ( semakin berkurang produksi surfaktan dan pematangan paru ( Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( perfusi Oksigen ke otak menurun ( hipoksia serebri ( iskemik serebri ( Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri ( kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) ( perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) dan traktus piramidalis) ( hilangnya inhibisi sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor ) yang mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi area motorik serta gangguan implus di area motorik ( Spastisitas dan perlambatan perkembangan respon postural ( gangguan perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll ( Cerebral Palsy (CP)

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)

(Kosim Sholeh, dkk, 2009)

c. Apa dampak melakukan ANC hanya 3 kali selama kehamilan?

Jawab:ANC minimal dilakukan 4 kali apabila ANC tidak lengkap saat kehamilan dapat menyebabkan penyulit kehamilan tidak terdeteksi dini dan tidak dapat dikontrol sehingga dapat menimbulkan gangguan pada janin4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.

a. Bagaimana interpretasi keadaan bayi baru lahir?

Jawab:

Keadaan bayi Normal interpretasi

setelah lahir bayi menangisnormalNormal, tidak ada sumbatan saluran napas

skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8Normalnya 8-10Asfiksia ringan

Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapasTidak ada asfiksiaAbnormal, asfiksia neonatorum

b. Bagaimana hubungan skor Apgar dan dirawat 10 hari diRS dengan kondisinya sekarang?

Jawab:

Skor APGAR 1 menit 6, menit kelima 8 ( Asfiksia neonatorum

Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas ( Respiratory Distress Syndrome (RDS)

Asfiksia neonatorum dan Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( etiologi Cerebral Palsy (CP)

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ( perfusi Oksigen ke otak menurun ( hipoksia serebri ( iskemik serebri ( Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri ( kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) ( perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) dan traktus piramidalis) ( hilangnya inhibisi sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor ) yang mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi area motorik serta gangguan implus di area motorik ( Spastisitas dan perlambatan perkembangan respon postural ( gangguan perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll ( Cerebral Palsy (CP)

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)c. Apa dampak gangguan napas dirawat 10 hari di RS dengan pertumbuhan dan perkembangan?Jawab:

1. Hipoksia, bila berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan pada organ vital seperti otak, paru, jantng dan ginjal

2. Asidosis metabolic (hipoglikemis, hipotermia)

3. Problem hematologic misalnya: anemia, polisitemia

(Kosim, M. Sholeh, 2009: 127)

Akibat dari salah satu komplikasi tersebut dapat menimbulkan kerusakan permanen otak sehingga akan menyebabkan gangguan perkembangan neurologis yang akan berujung mengalami gangguan tumbuh kembang anak.Dalam buku Nelson juga menyatakan bahwa Asfiksia lahir merupakan penyebab CP yang tidak lazim. (Nelson, 2000: 2085)

d. Apa saja penyebab gangguan pernapasan pada neonatus?Jawab:

1. Obstruksi jalan napas (obstruksi koanae, edema nasalis, makroglosi, struma congenital, hemangioma)

2. Gangguan pada trachea (trakheomalasia, stenosis trachea)

3. Penyebab pulmonal (aspirasi mekonium, RDS, ateleksis, TTN, kelainan congenital, pneumonia)

4. Penyebab non pulmonal (gagal jantung kongesif, depresi neonatal, syok, hipotermia, bayi dari ibu dengan DM)

(Kosim, M. Sholeh, 2009: 130-131)e. Bagaimana cara pemeriksaan Apgar Score?

Jawab:

Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo : 2002).

Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo : 2002).5. Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

Jawab:

BB 6 kg ( sangat kurus

PB 68 cm ( normal

Garfik WHO

BB/U = < -3 interpretasi: sangat kurus

PB/U =persentil 0 (-2) interpretasi : Normal

Grafik CDC

Lingkar kepala:< persentil 5 interpretasi mikrosepali

LK 40 cm ( mikrocephali

Tidak ada gambaran dismorfik ( normal

Anak sadar ( normal

kontak mata baik ( normal

mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa ( gangguan social dan kemandirian

Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras ( gangguan auditori

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol ( normal6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan khusus (perkembangan)?

Jawab: Hasil Pemeriksaan FisikKeadaan NormalInterpretasi Pemeriksaan Fisik

Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik Normalnya keadaan tersebut sudah terjadi pada usia 3-6 bulan. Pada usia 8 bulan sudah dapat duduk sendiri, belajar berdiri, dan merangkak meraih mainan atau mendekati orang Adanya gangguan atau keterlambatan perkembangan motorik kasar

menyingkirkan adanya muscular dystrophy (lumpuh generalisata)

Reflex moro dan menggenggam masih ditemukan Reflex moro dan Refleks menggenggam dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan Menunjukkan adanya gangguan atau kerusakan pada SSP (korteks motorik, tractus piramidalis, nervus kranialis, dll) dan gangguan proses mielinisasi.

Biasanya dijumpai pada penderita cerebral palsy

Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3

3 = dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat, tetapi tidak dapat menggerakkan anggota badan untuk melawan tahanan pemeriksa Menunjukkan adanya kelemahan otot pada keempat ekstremitas ( quadriplegia ( menunjukkan gejala jenis CP yang terjadi yaitu CP quadriplegia tipe spastic

Lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk

Lengan dan tungkai tidak susah ditekukTerjadinya spastisitas (hipertonia) pada otot-otot ekstremitas ( menunjukkan adanya lesi di Upper Motor Neuron (UMN)

Menunjukkan gejala spastic sentral ( jenis CP yang terjadi yaitu CP quadriplegia tipe spastic

Refleks tendon meningkatRefleks tendon tidak meningkat Terjadinya Hiperreflexia ( menunjukkan adanya lesi di Upper Motor Neuron (UMN)

Menunjukkan gejala spastic sentral ( jenis CP yang terjadi yaitu CP quadriplegia tipe spastic

Releks Babinsky (+)Refleks Babinsky normal timbul pada bayi sampai usia 18 bulan dan menghilang setelah usia 18 bulan.

Bila masih ada pada umur 2-2,5 tahun ( menunjukkan adanya lesi piramidalNormal, tetapi pada kasus ini telah tejadi kerusakan atau lesi pada piramidal sehingga mungkin timbulnya refleks babinsky pada kasus ini semakin nyata, maka refleks babinsky pada kasus ini dapat berarti patologis akibat kerusakan piramidalis (lesi UMN) .

Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kakiTidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kakiNormal

Belum terjadi kontraktur sendi

Menghilangkan DD adanya gangguan otot dan tulang

(Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

b. Bagaimana cara pemeriksaan reflex moro?Jawab:

Refleks moro timbul akibat dari rangsangan yang mendadak.

Caranya: bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-45 (merubah posisi badan anak secara mendadak)

Refleks moro juga dapat ditimbulkan denngan menimbulkan suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara mendadak.

Refleks moro positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke keempat ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falang distaljari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segeri diikuti oleh adduksi-fleksi ke empat ekstremitas.

Refleks moro menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.

c. Bagaimana cara pemeriksaan reflex menggenggam?

Jawab:

Bayi ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap kedepan dan tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan menggunakan jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati sambil menekan permukaan telapak tangan. Positif apabila didapatkan fleksi seluruh jari (menggenggam jari pemeriksa)

(Darto Saharso.2005. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan Anak)d. Bagaimana cara pemeriksaan reflex tendon?

Jawab:

Memeriksa reflek kedalaman tendon Reflek fisiologis

a. Reflek bisep:

Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.

Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.

Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.

Respon : fleksi lengan pada sendi siku

b. Reflek trisep :

Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di siku

Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

c. Reflek brachiradialis

Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar di pangkuan pasien.

Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan

d. Reflek patella

posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang

Cara : ketukan pada tendon patella

Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

e. Reflek achiles

Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.

Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.

Cara : ketukan hammer pada tendon achilles

Respon: plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius. (Faqih Ruhyanudin. 2011)e. Bagaimana cara pemeriksaan reflex babinski?

Jawab:

Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.

Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya.

Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior

Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya. (Faqih Ruhyanudin. 2011)f. Apa hubungan social budaya dengan kasus ini? (bedong)

Jawab:

Penggunaan bedong

1. Mitos: supaya kaki bayi lurus

2. Fakta: tidak ada hubungan sama sekali

3. Dampak: gangguan perkembangan motorik pada tungkai

Penggunaan Gurita:

1. Mitos: supaya perut kencang, supaya hangat dan untuk melindungi pusat

2. Fakta: untuk menahan tali pusat yang masih basah

3. Dampak: tidak ada dampak yang signifikan

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?

Jawab:

Terdapat kriteria untuk menegakkan diagnosis CP, yaitu dengan membagi kelainan motorik atas 6 katagori:

1. Posture and movement pattern.

2. Oral motor pattern.

3. Strabismus.

4. Tone of muscle.

5. Evaluation of postural reactions and landmarks.

6. Reflexes Deep tendon, infantile and plantar.Menurut Levine disimpulkan bahwa:

Diagnosis CP dapat ditegakkan, jika minimum terdapat 4 abnormalitas dari 6 katagori di atas. Dengan kriteria diatas dapat dibedakan apakah ini CP atau bukan. Apabila terdapat hanya 1 katagori kelainan motorik diatas, bukan suatu diagnostik, hanya kecurigaan CP. (sumber: soetjiningsih 2014)

8. Apa saja WD pada kasus ini?Jawab:

CP tipe spasticCP tipe diskineticCP tipe ataxickasus

Jenis kelaminLk>PrLk>PrLk>PrLk

Motorik kasar (tengkurap)Terlambat dan statisTerlambat dan statisTerlambat dan statisUsia 8 bulan belum bisa

Anak pertama>>> 62,5%>>> 62,5%>>> 62,5%Anak kelima

Usia Ibu>40th>40th>40th36 tahun

Persalinan spontan87,5%87,5%87,5%+

Usia kehamilan75% aterm/preterm75% aterm/preterm75% aterm/pretermAterm

ANC FRFRFRANC 3 kali

Tidak langsung menangis>>+>>+>>+Langsung menangis

Apgar ScoreAsfiksia beratAsfiksia beratAsfiksia beratAsfiksia ringan

BBLBBLRBBLRBBLRBBLR

Motorik halus (makan biscuit sendiri, meraih benda, terlambatterlambatterlambat+

Bicara dan bahasaResiko bertambah pada quadriplegisBiasa terjadi karena otot orofaring terkenanormalBelum bisa mengoceh

BB>> malnutrisi>> malnutrisi>> malnutrisiKEP

Oromotor terganggutergangguterganggu+

mikrocephali+pada QuadriplegiaJarang karena kognitifnya jarang kena++

Gerak yang tidak terkontrol_+__

Reflex primitive (Moro, menggenggam, tendon meningkat++++

Kekuatan kedua lengan dan tungkaimenurunmenurunmenurunKekuatan 3 (menurun)

Lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk+__+

9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini?Jawab:

Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, gejalagejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.(Soetjiningsih, 1995) Berikut adalah beberapa tes yang digunakan untuk

mendiagnosis CP:

1. Elektroensefalogram (EEG)

EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)

2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana sarafsaraf mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan melalui elektrode, kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat pada salah satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot. Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot bekerja.

3. Tes Laboratorium

a. Analisis kromosom

Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali genetik (contohnya Downs Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada sistem organ.

b. Tes fungsi tiroid

Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.

c. Tes kadar ammonia dalam darah

Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia) bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan. 4. Imaging test

Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus, abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis jangka panjang seorang anak.

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada anakanak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas daripada metodemetode lainnya.

b. CT scan

Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer, menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.

c. Ultrasound

Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal. (Anonim, 2004).

d. Tes BERA10. Apa WD pada kasus ini?Jawab:

Cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP11. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?Jawab:Insidensi dari cerebral palsy sebanyak 2 kasus per 1000 kelahiran hidup, dimana 5 dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy. Lima puluh persen kasus termasuk ringan dan 10% termasuk kasus berat. Yang dimaksud ringan adalah penderita dapat mengurus dirinya sendiri dan yang tergolong berat adalah penderita yang membutuhkan pelayanan khusus. Dua puluh lima persen memiliki intelegensia (IQ) rata-rata normal sementara 30% kasus menunjukan IQ dibawah 70. Tiga puluh lima persen disertai kejang dan 50% menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari perempuan (1,4 : 1,0), dengan rata-rata 70 % ada pada tipe spastik, 15% tipe atetotik, 5% ataksia, dan sisanya campuran (Utomo, AHP. 2013).

Berdasarkan penelusuran rekam medis di Poliklinik Rawat Jalan Neurologi SMF Kesehatan Anak RSF dalam kurun waktu 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2010, didapatkan 191 pasien palsi serebral spastic. Rerata usia saat diagnosis palsi serebral spastik ditegakkan 27,8 bulan dengan rentang usia 7-60 bulan. Didapatkan subjek laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 1:1,1. Berdasarkan riwayat kelahiran didapatkan kelahiran spontan pada 160 subjek (83,8%), usia gestasi cukup bulan pada 151 subjek (79,1%) dan berat lahir normal didapatkan pada 147 subjek (77%). (Alinda Rubiati Wibowo & Deddy Ria Saputra. 2012)12. Apa saja etiologi pada kasus ini?Jawab:

Palsi serebral atau lumpuh otak disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi pada masa perkembangan otak baik pranatal, natal dan pasca natal. Penyebab dari gangguan tersebut antara lain:

Etiologi dari Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu prenatal, perinatal, dan pascanatal.

1. Prenatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan yang menonjol biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal), terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy.

Gangguan kromoson atau zat teratogenik yang terjadi pada 8 minggu pertama kehamilan yang mengganggu embriogenesis dan mengakibatkan malformasi organ yang berat.

Zat teratogenik yang mengganggu sesudah trimeter I kehamilan akan mempengaruhi maturasi otak.

2. Perinatal

a. Anoksia

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury. Keadaan inillah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada kedaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvis, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrument tertentu dan lahir dengan secsio caesaria .

b. Perdarahan otak

Perdarahan ortak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah hingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan pennyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan spatium subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis .

c. Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna .

d. Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.

e. Meningitis Purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa Cerebral palsy.

f. Hipoksik iskemik dapat menyebabkan kelainan mikro anatomi sekunder akibat migrasi neural crest dari neuron. Bila terjadi pada masa perinatal akan mengakibatkan iskemi atau perdarahan otak yang kemudian mengakibatkan infark otak.

3. Pascanatal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan cerbral palsy antara lain :

a) Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.

b) Infeksi misalnya meningitis bakterial, abses serebri,tromboplebitis,ensefalomielitis.

c) Kern icterus. Seperti kasus pada gejala sekuele neurogik dari eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim hati. (Utomo, AHP. 2013).

d) Pada masa pascanatal penyebabnya adalah infeksi, meningoensefalitis, trauma kepala, toksin dan lainnya. Oleh berbagai sebab di atas bila yang terkena korteks motorik akan timbul kelainan yang disebut palsi serebral suatu kelainan yang ditandai dengan lambatnya perkembangan motorik, kelainan sikap tubuh atau gerakan, dan tonus otot. (Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000)13. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini?Jawab:

Kelainan lain yang menyertai gangguan motorik pada palsi serebral adalah tuli frekuensi tinggi, gangguan penglihatan (antara lain strabismus) maupun disleksia, kemunduran intelektual, agnosia, disfagia dan disartria. Khususnya kemunduran intelegensi (kompetensi kognitif ) dapat terjadi primer mungkin akibat kerusakan otak yang juga menimbulkan palsi serebral ataupun sekunder akibat gangguan motorik dan kadang sensorik yang terjadi pada palsi serebral. Beberapa anak palsi serebral tak menunjukkan gangguan motorik yang mencolok tetapi terbukti mengalami gangguan belajar dengan kesulitan pada bidang menulis dan membaca. (Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000)

Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis CP. Kelainan fungsi motorik terdiri dari : (Anonim, 2002)

1. Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecemderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan pronasi, serta jarijari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan spastisitas ini meliputi penderita CP. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:

Monoplegia / monoparesis : kelumpuhan pada keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.

Hemiplegia / hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak / belahan tubuh yang sama

Diplegia / diparesis : kelumpuhan pada keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan

Tetraplegia / tetraparesis : kelumpuhan pada keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.

2. Tonus otot yang berubah

Bayi pada golongan ini pada bulan pertama kehidupannya tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang usia 1 tahun terjadi perubahan tonus otot dari yang rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring akan tampak flasid dan seperti kodok terlentang, tetapi apabila dirangsang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis.

3. Koreoatetosis

Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak bayi flasid, tetapi setelah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh asfiksia berat atau kernikterus pada masa neonatus. Golongan ini meliputi 5 15 % dari kasus CP.

4. Ataksia

Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum. Terdapat kirakira 5 % dari kasus CP.

5. Gangguan pendengaran

Terdapat pada 5 10 % anak dengan CP. Gangguan berupa kelainan neurologen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap katakata. Terdapat pada golongan koreoatetosis.

6. Gangguan bicara

Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otototot tersebut sehingga anak sulit membentuk katakata dan sering tampak anak berliur.

7. Gangguan penglihatan

Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25 % penderita CP menderita kelainan mata14. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? (edukasi ibu)Jawab:

Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai dengan lesi yang terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan motorik. Dengan kondisi tersebut penanganan penderita CP memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim yang terdiri atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan meningkatkan kemampuan untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial dan intelektual. Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seooptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai aspek dan diperlukan kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf, psikologi, rehabilitasi medis, ahli wicara, pekerja social, guru sekolah luar biasa. Disamping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Prinsip manajemen :

a. Komunikasi-Informasi-Edukasi

b. Terapi nutrisi

c. Stimulasi

d. Fisioterapi

e. Farmakologi

f. Operatif (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

1. Aspek medis

a. Aspek medis umum:

1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini. Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak perlu dilaksanakan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik. Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2 gr/hari. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi, perawatan kesehatan, dan lain-lain. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah posisi. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

b. Terapi dengan obat-obatan

Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox) intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Baclofen ( golongan skeletal muscle relaxant) ( cara kerjanya: analog GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal presinaptik dan mensupresi neurotransmitter eksitasi.

Dosisnya: 10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60 mg/hari (Hendy dan Soetjiningsih, 2013) Diazepam (golongan Benzodiazepine) ( untuk memicu relaksasi otot ( Dosisnya 0,8-0,12 mg/kg PO (Hendy dan Soetjiningsih, 2013) Botox( cara kerjanya: memblok asetilkolin di neuromuskular junction ( 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil menerima 1-2 U/kg dan otot besar 4-6 U/kg, injeksi (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)c. Terapi melalui pembedahan ortopedi

Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi. Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)d. Terapi rehabilitasi meliputi:

1. Fisioterapi

a. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, stretching, latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

b. Motor function training dengan menggunakan system khusus, yang umumnya dikelompokkan sebagai neuromuscular facilitation exercise. Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

2. Okupasional terapi

Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas bimanual. Latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu sisi hemisfer otak. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

3. Ortotik

Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial, stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)4. Terapi wicara

Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia, dan bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat berbahasa secara pasif dan aktif. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)5. Nightsplinting

Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

6. Pemakaian alat bantu

Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

II. Aspek non medis

a. Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB D). (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

b. Pekerjaan

Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai hidupnya. Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

c. Problem social

Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk membantu menyelesaikannya. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

d. Lain-lain

Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)15. Apa komplikasi pada kasus ini?Jawab:

a. Control neurologis abnormal

b. Sensasi dan persepsi abnormal

c. Gangguan gastrointestinal (missal:muntah, konstipasi, atau obstruksi usus)

d. Abnormalitas pendengaran dan penglihatan

e. Fungsi oral-motor terganggu

f. Massa tulang berkurang signifikan pada dewasa dan anak-anak yang tidak dirawat

g. Kesehatan mental

h. Kejang

i. Kontraktur dan spastisitas

j. Inkontinensia urin

k. Retardasi mental

l. Masalah pendengaran

m. Malnutrisi

n. Gagal tumbuh

o. Isolasi social

p. Osteoporosis

q. Dysphagia (Hendy & Soetjiningsih, 2013: hal 541-542)16. Bagaimana prognosis pada kasus ini?Jawab:

Quo Ad fungsionam : malam

Quo Ad Vitam : bonam

17. Bagaimana KDU pada kasus ini?Jawab:

KDU 2

18. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?

Jawab:

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :

Artinya :Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.2 (QS.al-Anfal ayat 28).

Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan.Jika anak yang di didik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.

2.3.4 KESIMPULANBram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et cause asfiksia neonatorum.2.3.5 KERANGKA KONSEP

BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANBram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et cause asfiksia neonatorum.DAFTAR PUSTAKA

Alinda Rubiati Wibowo & Deddy Ria Saputra. 2012. Prevalens dan Profil Klinis pada Anak Palsi Serebral Spastik dengan Epilepsi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Fatmawati, Jakarta. Diunduh dari URL: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-1-1.pdf. Tanggal 1 juli 2014.

Anonim. 2002. Cerebral Palsy dalam Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Editor : Rusepno Hasan dan Husein Alatas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Cetakan Kesepuluh (2002). Jakarta : Infomedika. Hal : 884-88.

Faqih Ruhyanudin. 2011. Pemeriksaan Neurologis. Staff UMM. Malang. Diunduh dari URL: http://faqudin.staff.umm.ac.id. Tanggal 2 juli 2014.

Hendy dan Soetjiningsih. 2013. Palsi Serebral. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Kosim, M. sholeh. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim, M. Sholeh, Yunanto, Ari dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi, Ed. 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Hal: 127-131

Kosim Sholeh, dkk (Penyunting). 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Mathias Baaehr dan Michael Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus: anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed. 4. Jakarta: EGC

Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000. Aspek Kognitif Dan Psikososial pada Anak Dengan Palsi Serebral. Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diunduh dari URL: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-2-7.pdf. Tanggal 1 juli 2014.

Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGCSoetjiningsih. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 61-68

Soetjiningsih. Instrument Skrining dan Diagnosis Perkembangan Anak. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 179-181

Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak / oleh Soetjiningsih ; Editor IG.N. Gde Ranuh. Jakarta : ECG, 223 35.

Soetjiningsih. 2013. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 53

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Motorik. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 30-33

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Personal-Sosial. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 47

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan kognitif. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 21

Sugitha Adnyana IGAN. 2013. Perkembangan Motorik. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Utomo, AHP. 2013. Cerebral Palsy Tipe Spastic Diplegy Pada Anak Usian Dua Tahun. Jurnal Medula, 1 (4).

Factor risiko

Multipara

Usia Ekstrim

BBLR

ANC tidak lengkap

Respiratory distress syndrome

Cerebral Palsy Quadriplegia tipe spastic

Gangguan perkembangan

Bahasa dan bicara

Belum bisa mengoceh

Social-kemandirian

Mau melihat tapi tidak mau tersenyum

Motorik kasar

Belum bisa tengkurap

Belum bisa makan biscuit sendiri

Motorik halus

Belum bisa meraih benda

Gangguan oromotor

FKUMP 2011Page 1