ex esdm bab 1- 4 thn lalu
DESCRIPTION
ESDMTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian suatu wilayah sangat di tentukan oleh berbagai macam faktor, selain
ketersediaan sumber daya alam (SDA) juga diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
memiliki kemampuan, keahlian atau keterampilan. Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk
sebesar ANGKA merupakan negara yang mempunyai SDM yang kurang berkualitas. Sebagian
besar masyarakat kota Semarang bekerja di sektor informal. Terbukti dengan jumlah penduduk
yang sebanyak ANGKA. Angka tersebut merupakan berapa persen dari total penduduk
kota Semarang.
Bruce. F Kaufman menuliskan dalam bukunya yang berjudul Economic of Labour bahwa
faktor yang mempengaruhi pendapatan diantaranya adalah pendidikan, kesehatan dan lain
sebagianya. Ironis ketika di Indonesia banyak ahli ekonom, namun dalam proses pembelajaran
menggunakan buku yang bersumber dari luar negeri. Tentu akan ini akan berbeda jika penelitian
serupa diterapkan di Indonesia.
Tingkat pendidikan yang rendah di Indonesia sebesar ANGKA merupakan salah satu
faktor yang dapat menentukan tingkat pendapatan yang rendah pula. Begitupun juga dengan
jenis kelamin, usia, curahan kerja dan lama kerja yang juga akan menentukan seberapa besar
tingkat pendapatan seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap pendapatan dalam sektor informal di kota
Semarang?
2. Bagaimana pengaruh usia terhadap pendapatan dalam sektor informal di kota Semarang?
3. Bagaimana pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan dalam sektor informal di kota
Semarang?
4. Bagaimana pengaruh lama kerja terhadap pendapatan dalam sektor informal di kota
Semarang?
5. Bagaimana pengaruh jumlah tanggungan terhadap pendapatan dalam sektor informal di
kota Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap pendapatan dalam sektor informal di
kota Semarang.
2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan dalam sektor informal di kota
Semarang.
3. Untuk mengetahui pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan dalam sektor informal di
kota Semarang.
4. Untuk mengetahui pengaruh lama kerja terhadap pendapatan dalam sektor informal di
kota Semarang.
5. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tanggungan terhadap pendapatan dalam sektor
informal di kota Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PASAR TENAGA KERJA
2.1.1 Pasar Kerja dan Ekonomi
Perangkat analitik pusat yang ekonom gunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah
konsep pasar tenaga kerja. Sebuah pasar yang ada setiap kali ada barang atau jasa yang ada
pembeli (demander) dan penjual (pemasok) yang terlibat saling tukar Suami atau perdagangan
barang ini. Ini pertukaran atau perdagangan biasanya terwujud ketika ada perjanjian comman
untuk harga per unit yang pembeli harus membayar penjual.
Hanya pasar yang ada mudah diamati untuk gandum, baja, dan ponsel otomatis, demikian
pula engkau yang mudah diamati pasar untuk tenaga kerja, atau lebih corectly, layanan tenaga
kerja (perbudakan adalah ilegal). Gandum, baja, dan lain barang perdagangan commadity atau
pasar produk. Buruh di sisi lain, merupakan faktor produksi yang dimiliki oleh individu dan pada
dasarnya, disewakan kepada perusahaan bisnis untuk jangka waktu tertentu (misalnya, sebuah
jam atau satu tahun) yang akan dilanjutkan dengan input faktor lain seperti tanah dan modal
untuk menghasilkan barang atau jasa. Buruh diperdagangkan dalam apa yang disebut ekonom
pasar faktor, seperti faktor-faktor produksi lainnya adalah tanah dan modal.
2.1.2 Fitur yang unik dari Pasar Tenaga Kerja
Mungkin fitur yang paling penting dari pasar tenaga kerja yang berbeda dari semua pasar
lainnya adalah bahwa item tersebut yang diwujudkan dalam pertukaran manusia, Kepemilikan
dan prosession dari commadity seperti gandum sepenuhnya dipindahtangankan antara pembeli
dan penjual. Namun, Kondisi yang sama tidak berlaku dalam pasar tenaga kerja. Buruh sebagai
layanan tidak terlepas dari orang yang memberikan itu, pekerja memasok labourand pembelian
perusahaan itu harus
2.1.3 Tingkat Perubahan dan Komposisi dari Penawaran Tenag Kerja
Kuantitas penawaran tenaga kerja tergantung pada:
1. Jumlah Populasi
2. Proporsi populasi yang memiliki keinginan untuk bekerja
3. Jam kerja per tahun
Kualitas penawaran tenaga kerja tergantung pada:
1.Tingkat Pendidikan
2. Keterampilan
3. Kesehatan sehingga memiliki tenaga untuk bekerja
2.1.4 Tingkat Perubahan dan Komposisi Permintaan Labour
Sama seperti jumlah dan karakteristik masyarakat yang ingin bekerja telah berubah
secara signifikan selama 50 tahun terakhir, sehingga memiliki jumlah dan karakteristik pekerjaan
yang majikan tawarkan. Salah satu fitur penting dari permintaan pengusaha untuk tenaga kerja
adalah pertumbuhan dari waktu ke waktu dalam jumlah pekerjaan tersedia. Sebuah fitur yang
sama penting kedua dari permintaan tenaga kerja adalah jenis pekerjaan yang tersedia dalam
perekonomian. Permintaan untuk barang dan jasa yang menghasilkan di pasar produk dari
pergeseran ekonomi dari waktu ke waktu. Dalam reaksi ini, permintaan tenaga kerja di beberapa
pekerjaan dan industri memperluas sementara itu kontrak di lain, menyebabkan perubahan besar
dalam keterampilan, pendidikan, dan lokasi geografis yang dibutuhkan pekerja.
2.1.5 Keseimbangan Antara Permintaan Dengan Penawaran
Kurve permintaan dan kurve penawaran adalah model (gambar yang disederhanakan)
tentang bagaimana pembeli dan penjual bertindak dalam suatu pasar. Untuk menunjukkan
bagaimana mereka berinteraksi menentukan harga dan jumlah yang diproduksi dan
diperjualbelikan, para ekonom menggambarkan kedua kurve itu dalam sebuah grafik yang sama.
Titik potong kedua kurve tersebut disebut titik keseimbangan pasar. Ekonom menggunakan
istilah keseimbangan untuk menggambarkan suatu keadaan di mana semua variabel atau
kekuatan internal berada dalam keadaan seimbang tanpa adanya kecenderungan untuk berubah.
Pada titik keseimbangan pasar, intensitas pembeli tepat berhubungan dengan intensitas
penjual, yaitu jumlah yang akan dibayar pembeli (jumlah yang diminta) persis sama dengan
jumlah yang akan dijual oleh para pemasok (jumlah yang ditawarkan). Jumlah ini disebut jumlah
keseimbangan, dan harga yang berhubungan dengannya disebut harga keseimbangan.
2.1.6 Penyesuaian Keseimbangan Pasar
Jika hubungan antara harga dengan jumlah tidak terpengaruh oleh variabel-variabel lain,
titik keseimbangan pasar akan berupa titik tetap, Namun, kurve penawaran dan permintaan
secara tetap akan bergeser kekanan atau kekiri sebagai tanggapan atas perubahan-perubahan
variabel-variabel ceteris paribus. Bila kurve-kurve itu bergeser, keseimbangan harga dan jumlah
juga bergeser, membuat titik keseimbangan harga dan jumlah juga bergeser, membuat titik
keseimbangan baru diantara kekuatan-kekuatan pasar yang berlawanan. Keluwesan dalam sistem
pasar ini memungkinkan harga jumlah saling menyesuaikan diri secara alami dengan keadaan-
keadaan permintaan dan penawar.
2.2 Teori Penawaran Kerja
Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat
upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Banyaknya tenaga kerja dapat berubah dari
waktu ke waktu tergantung dari variabel-variabel yang berpengaruh pada penawaran tenaga kerja
(Sudarsono, 1989), yaitu :
1. Tingkat Upah
Upah merupakan motivasi dasar orang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah maka
semakin banyak waktu yang ditawarkan untuk bekerja. Teori Klasik mengemukakan bahwa
dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor
produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi
imbalan sebesar nilai pertambahan nilai marjinal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa
pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan
hasil marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut (Payaman, 1996).
2. Preferensi
Preferensi seseorang terhadap pendapatan adalah makin curam kurva indeferen maka
makin lemah peranan pendapatan untuk mengkompensasikan berkurangnya waktu senggang
karena keharusan memperoleh pendapatan disebut leisure preferer dan sebaliknya disebut
income preferer. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasar kerja atau tingkat upah.
3. Penduduk
Banyaknya orang bekerja tergantung jumlah penduduk.
4. Partisipasi Angkatan Kerja
Semakin tinggi partisipasi angkatan kerja semakin besar penawaran tenaga kerja.
5. Tingkat Pengangguran
Perekonomian semakin memburuk sehingga pengangguran bertambah karena orang putus
asa mencari pekerjaan sehingga keluar dari pasar tenaga kerja. Selain itu orang bila mencari
pekerjaan bertambah sulit maka dapat memaksa anggota keluarga lain mencari pekerjaan.
6. Kekayaan Fisik
Kekayaan fisik dapat berdampak positif dan negatif, jika kekayaan fisik membutuhkan
pemeliharaan akan memaksa orang bekerja berarti berdampak positif, tetapi jika bersifat income
generating akan berdampak negatif.
7. Struktur Perekonomian
Pergeseran struktural dari sektor pertanian ke manufaktur dan jasa akan membawa
pengaruh perubahan pendapatan dan kesempatan kerja sehingga struktur ekonomi akan berkaitan
dengan tingkat partisipasi angkatan kerja.
2.3 Teori Labor Leissure Choice
Setiap individu mempunyai pilihan untuk menggunakan waktunya selama 168
jam/minggu dengan berbagai macam pilihan yang berbeda apakah untuk bekerja atau untuk
istirahat, yang pasti setiap individu membutuhkan waktu biologis yang tetap untuk istirahat,
makan, dan sebagainya. Dengan asumsi bahwa untuk kebutuhan yang tetap tersebut adalah 68
E3 E2
B
B’
Leissure
Upah
A
C1
C’
C2
D3 D1 D2
jam/minggu atau paling sedikit 10 jam/hari, maka waktu yang tersisa sebanyak 100 jam/minggu
dapat dilakukan pilihan yang berbeda (Kaufman dan Hotchkiss, 1999). Ada dua hal yang
mungkin dilakukan adalah bekerja dan leisure. Bekerja adala hak melakukan kegiatan yang akan
memperoleh pendapatan sedangkan leisure adalah kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan
non pasar.
2.3.1 Jam Kerja dan Perubahan Tingkat Upah
Kenaikan upah berarti pertambahan pendapatan. Dengan status ekonomi yang lebih
tinggi maka seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu senggang
lebih banyak, yang berarti mengurangi jam kerja (income effect). Di sisi lain kenaikan tingkat
upah juga berarti harga waktu menjadi lebih mahal. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong
keluarga mensubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih banyak bekerja menambah konsumsi
barang. Penambahan waktu tersebut dinamakan substitution effect dari kenaikan tingkat upah.
Sumber: Payaman, 1996
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat upah naik sedemikian rupa sehingga
budget line berubah dari BC1 menjadi BC2. Dalam Gambar 2.4 menunjukkan bahwa perubahan
tingkat upah tersebut menghasilkan pertambahan pendapatan seperti dilukiskan dengan garis
B’C’ yang sejajar dengan BC1. Pertambahan pendapatan tersebut mendorong keluarga untuk
mengurangi jumlah jam kerja dari HD1 menjadi HD2 (income effect). Selanjutnya perubahan
harga waktu menimbulkan substitution effect yaitu menggantikan waktu senggang untuk
pertambahan barangbarang konsumsi (melalui waktu bekerja yang lebih banyak). Substitution
effect tersebut diperlihatkan pertambahan jam kerja dari HD2 ke HD3 atau dari titik E2 ke titik
E3. Total effect dari perubahan tingkat upah tersebut adalah selisih dari income effect dan
substitution effect. Pertambahan tingkat upah akan mengakibatkan pertambahan jam kerja bila
substitution effect lebih dari income effect (Payaman, 1996). Jika tingkat upah (W) naik, jam
kerja seseorang dapat naik atau berkurang. Dampak substitusi cenderung meningkatkan jumlah
jam kerja sebab biaya menganggur menjadi naik. Tetapi dampak pendapatan cenderung
menyebabkan berkurangnya jumlah jam kerja sebab dengan naiknya W menyebabkan
pendapatannya naik, sehingga kemampuan untuk membeli leisure sekarang lebih tinggi.
2.4 Pengertian Sektor Informal
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan
ekonomi yang berskala kecil namun bukan berarti perusahaan berskala kecil karena sektor
informal dianggap sebagai suatu alat pertahanan ekonomi nasional dan pertumbuhan kesempatan
kerja dinegara sedang berkembang. Hal ini dikarenakan mereka yang memasuki kegiatan
berskala kecil terutama di kota bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari
pada memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya
miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran. Jelaslah
bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan
pengusaha seoerti yang dikenal pada umumnya (Alma dalam Rahmat Lubis, 2001).
2.5 Permintaan Tenaga Kerja
2.5.1 Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek
Permintaan untuk laboris peduli dengan tingkat kesempatan kerja yang diinginkan oleh
perusahaan bisnis. Analisis permintaan tenaga kerja ini dibagi menjadi dua bagian. Bab ini
meneliti permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek, sisakan sampai bab berikutnya
pertimbangan permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang. Dalam upayanya untuk
memaksimalkan keuntungan, sebuah perusahaan bisnis akan menyesuaikan penggunaan dari
tenaga kerja, modal, energi, dan masukan faktor lain untuk mencapai biaya terendah produksi.
Jika harga relatif dari tenaga kerja harus meningkatkan, perusahaan termotivasi untuk
mengurangi penggunaan tenaga kerja dan modal pengganti dan masukan faktor lain di
tempatnya.
- Pola kerja
Permintaan tenaga kerja tercermin dalam tingkat kerja antara perusahaan bisnis dan organisasi
nirlaba seperti pemerintah. Beberapa fitur kunci dari pola kerja di empat sektor utama: pertanian,
produksi barang industri lainnya (pertambangan, konstruksi produk Perusahaan, dan
manufaktur), pemerintah, dan layanan lain memproduksi industri (transportasi dan komunikasi,
perdagangan, keuangan, dan jasa)
- Teori produktivitas marginal permintaan tenaga kerja
Tingkat optimal kerja untuk perusahaan bisnis bergantung pada sejumlah faktor, seperti
biaya tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, tingkat produksi, dan harga perusahaan bisnis
dapat mengisi untuk produknya.
1. Model
Model sandart dari permintaan tenaga kerja di bidang ekonomi adalah teori neoklasik
produktivitas marjinal permintaan. Untuk mengembangkan model ini, asumsi menyederhanakan
beberapa harus dibuat. Pertama, asumed bahwa tujuan perusahaan bisnis adalah untuk
memaksimalkan keuntungan dolar. Kedua, untuk menyederhanakan analisis grafik, diasumsikan
bahwa perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi, modal dan tenaga kerja, untuk
menghasilkan ketiga produk, itu awalnya diasumsikan bahwa perusahaan bisnis beroperasi
dalam produk persaingan sempurna dan pasar tenaga kerja.
2. Fungsi Produksi
Hubungan antara jumlah input modal (K) dan penyerapan tenaga kerja (L) yang digunakan
dalam produksi dan output yang dihasilkan Q ditentukan oleh fungsi produksi perusahaan:
Q = F (K, L)
3. Produk marjinal dan rata-rata Tenaga Kerja
Dua ukuran produktivitas dapat dihitung dari data pada produk total dan input tenaga kerja.
Produk marjinal tenaga kerja didefinisikan sebagai peningkatan produksi total (Q) dari
menambahkan satu unit lagi dari tenaga kerja (L), yaitu:
4. Biaya Marjinal Tenaga Kerja
Data pendapatan margnal produk mengungkapkan manfaat marjinal bagi perusahaan untuk
mempekerjakan pekerja tambahan. Aturan keputusan untuk memaksimalkan keuntungan adalah
untuk terus mempekerjakan pekerja selama manfaat marjinal melebihi biaya marjinal.
5. Tingkat Keseimbangan Kerja
Kondisi ekuilibrium untuk permintaan tenaga kerja suatu perusahaan sehingga dapat dinyatakan
sebagai:
W = MRPL, atau W = MR. MPL
Untuk sebuah perusahaan yang kompetitif, persamaan 4.3 dapat juga ditulis sebagai:
W = P. MPL atau W / P = MPL
6. Para Jangka Pendek Permintaan Curve untuk Buruh
Jangka pendek kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan hubungan antara tingkat upah
dan tingkat perusahaan yang diinginkan kerja, modal memegang dan semua faktor lain konstan.
7. Kenaikan permintaan produk
Peningkatan permintaan produk di industri yang kompetitif akan menyebabkan harga produk
meningkat di pasar sebagai kurva permintaan produk bergeser ke kanan sepanjang kurva miring
ke atas pasokan yang diberikan.
8. Tidak sempurna Persaingan di Pasar Produk
Asumsikan perusahaan hanya satu di antara banyak perusahaan yang beroperasi di pasar produk
yang bersaing sempurna. Sebuah perusahaan yang kompetitif memiliki kurva permintaan produk
horisontal dan dapat menjual seluruh keluarannya pada harga konstan. Sebuah perusahaan
kompetitif tak sempurna, bagaimanapun, menghadapi kurva permintaan produk bangsal miring
ke bawah, yang menyiratkan bahwa untuk menjual lebih banyak output itu harus menurunkan
harga.
9. Permintaan Pasar Curve Untuk Buruh
Untuk berbagai tujuan penting untuk mengetahui tidak hanya kurva permintaan perusahaan
individu untuk tenaga kerja, tetapi juga permintaan tenaga kerja pada bagian dari semua
perusahaan dalam pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja yang bersangkutan bisa mencakup area
lokal, industri, atau bangsa secara keseluruhan, tergantung pada jenis tenaga kerja sedang
dianalisis.
10. Kritik terhadap teori permintaan tenaga kerja
Teori produktivitas marginal permintaan tenaga kerja yang diuraikan di atas dapat memprediksi
baik di tingkat optimal kerja bagi perusahaan dan bagaimana tingkat lapangan kerja akan
berubah dalam reaksi terhadap peristiwa ekonomi yang beragam.
11. Batas untuk kognisi manusia
Salah satu keberatan adalah bahwa informasi dan kebutuhan komputasi yang diperlukan untuk
mengoperasionalkan teori umumnya melebihi kemampuan mental atau kognitif kebanyakan
majikan dan manajer.
12. Memaksimasi perilaku
Kritik dari penawaran teori produktivitas marjinal dengan asumsi maksimisasi
keuntungan. Para ipetus mendorong perusahaan untuk membuat perhitungan produk pendapatan
marjinal terhadap biaya marjinal tenaga kerja adalah tujuan memaksimalkan keuntungan.
13. Tetap modal / tenaga kerja proporsi
Kritik ketiga dari teori ini menyatakan bahwa sifat teknologi tidak memungkinkan untuk
mendapatkan produk marjinal kontinyu (MPL)
14. Meningkatkan Kembali ke Buruh
Sebuah criticsm keempat dari teori produktivitas marjinal tenaga kerja yang dapat dikenakan
hasil yang meningkat dalam jangka pendek. Tidak semakin berkurang sebagai teori
mengasumsikan, menurut hukum hasil yang menurun, sebagai perusahaan memperluas lapangan
kerja, produk marjinal tenaga kerja harus menurun sebagai stok modal tetap yang tersebar di
lebih banyak pekerja.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini terinspirasi dari penelitian terdahulu diantaranya: penelitian yang dilakukan
oleh Rahmat Lubis (2009) yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai. Penelitian ini menggunakan alat analisis
regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja di sektor
informal yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, modal
operasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelima variabel independen diatas mampu
menjelaskan variabel dependen yaitu pendapatan sebesar 95%, sedangkan sisanya di jelaskan
oleh variabel lain.
Selain itu, penelitian mengenai pengaruh upah per bulan, umur, jenis kelamin, dan jumlah
tanggungan keluarga terhadap curahan jam kerja sektor informal di kabupaten Tegal yang
disusun oleh Yoshinta Kiranasari (2011). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi curahan jam kerja para pekerja di kabupaten Tegal. Data yang digunakan adalah
data primer (diperoleh melalui wawancara) dan data sekunder BPS. Sampel adalah 100 pekerja
di Kabupaten Tegal yang bekerja pada sektor informal umur 20 sampai 64 tahun dan menerima
upah. Analisis yang digunakan adalah diskripsi dan regresi linier berganda. Hasil analisis
menunjukkan bahwa upah per bulan, umur, jenis kelamin, dan jumlah tanggungan keluarga
secara bersama-sama berpengaruh terhadap curahan jam kerja di Kabupaten Tegal. Dimana
faktor upah per bulan dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap curahan jam
kerja. Variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap curahan jam kerja.
Sedangkan variabel umur berpengaruh negatif terhadap curahan jam kerja.
Kusmaryati Dwi Rahayu (2008) melakukan penelitian tentang peran perempuan pekerja
di sektor informal dalam peningkatan pendapatan keluarga di kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menganalisis tentang kontribusi apa saja yang diberikan oleh
para pekerja wanita tersebut dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga mereka.
Tuti Hidayati menjelaskan dalam penelitiannya mengenai sektor informal dan
pengembangan wilayah di Kota Binjai. Penelitian ini menganalisis tentang faktor yang
mempengaruhi seseorang bekerja di sektor informal yaitu jam kerja per hari, modal kerja,
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan. Hasil dari penelitian ini adanya pengaruh positif dari
variabel independen (jam kerja per hari, modal kerja, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan)
terhadap pendapatan pekerja di sektor informal. Kesimpulan tersebut dihasilkan dari analisis
penulis dengan menggunakan analisis deskriptif dan multiple regression methode.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Jenis Kelamin dalam studi ini dibedakan menjadi : laki-laki dan perempuan.
2. Usia seseorang yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun dan dalam
studi ini diukur dalam tahun penuh berdasarkan ulang tahun terakhir (Huclok, 2003).
3. Curahan Kerja adalah banyaknya waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan dinyatakan
dalam jam per hari.
4. Lama Kerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui seseorang dalam menjalankan
pekerjaan tersebut dan dalam studi ini dinyatakan dalam tahun.
5. Jumlah tanggungan dalam studi ini dinyatakan jumlah anak dan orang lain yang menjadi
tanggungan sehari-hari (makan dalam satu dapur).
6. Pendapatan dalam studi ini dinyatakan dalam pendapatan kotor per bulan yang diukur
dari rupiah dari pekerjaan utama.
3.2 Populasi dan Sampling
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan melalui kuisioner dan wawancara langsung. Jumlah responden kami
sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive random
sampling. Responden yang kami ambil adalah masyarakat Kota Semarang yang bekerja di sektor
informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari rumah makan, warung, toko serta
penjual di kaki lima seperti penjual buah, penjual gorengan, penjual sosis, penjual jamu, dll.
Sedangkan kelompok jasa terdiri dari sopir, pembantu rumah tangga, operator dan foto copy.
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari literatur-
literatur yang relevan. Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi pihak terkait,
seperti Badan Pusat Stastistik. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui internet, buku-buku
serta penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan. Data sekunder mencakup data
jumlah penduduk, data tingkat pendidikan dan beberapa data sekunder lain yang berkaitan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan teknik
kuisioner dan observasi. Teknik kuisioner dilakukan dengan wawancara langsung dengan
responden dan menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup. Sedangkan observasi
dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada obyek yang dijadikan sample.
3.4 Metode Analisis
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja di sektor
informal kota Semarang, maka digunakan analisis deskriptif kuantitatif.
BAB 4
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pengertian angkatan kerja menurut Soemitro Djojohadikusumo adalah sebagian dari
jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk
melakukan perkerjaan yang produktif. Berikut di bawah merupakan tabel angkatan kerja di Kota
semarang pada tahun 2006 sampai dengan 2010.
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah2006 528873 532128 10610012007 536453 539432 10758852008 546267 549394 10956612009 555870 558363 11142332010 539703 554681 1094384
Sumber : BPS
Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah para pekerja disektor informal
khususnya para pedagang makanan, warung-warung kecil, pedagang kaki lima dan penjual yang
menggunakan gerobak dan pekerja jasa misalnya pembantu rumah tangga dan sopir. Gambaran
umum pekerja sektor informal tersebut dalam uraian berikut :
15-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-650
2
4
6
8
10
12
4
10
7
4
21 1
21 1
USIA
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian kami yang
berusia 15-20 terdapat 4 responden, usia 21-25 sebanyak 10 responden, usia 26-30 sebanyak 7
orang, usia 31-35 sebanyak 4 orang, usia 36-40 sebanyak 2 orang, usia 41-45 sebanyak 1 orang,
usia 46-50 sebanyak 1 orang, usia 51-55 sebanyak 2 orang, usia 56-60 sebanyak 1 orang, dan
usia 61-65 sebanyak 1 responden
Jenis kelamin
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian pekerja yang bekerja di sektor
informal adalah laki-laki. Perempuan hanya sebesar 8 orang dalam jumlah responden sebanyak
30 orang dan sebesar 26,67 persen. Ini ditunjukkan dengan table dibawah.
No. Jenis Kelamin Jumlah Persen
1. Laki-Laki 22 73,00
2. Perempuan 8 27,00
Usia
Sedangkan tentang usia responden dapat diketahui bahwa usia yang bekerja di sektor
informal sangat bervariasi antara 18 samapai dengan 63 tahun. Tetapi yang paling mendominasi
adalah usia berkepala 2, seperti contohnya 22, 27, dll.
73%
27%
JENIS KELAMIN
LAKI - LAKIPEREMPUAN
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa pengaruh usia terhadap pendapatan pada sector
informal mengalami fluktuasi. Pada usia 18 tahun poenduduk kota Semarang memiliki
pendapatan sebesar Rp. 400.000, usia 20 tahun memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.400.000, usia
21 tahun memiliki pendapatan sebesar Rp. 400.000. Pada usia 22 -25 tahun memiliki pendapatan
yang berkisar antara Rp. 1.200.000-Rp. 1.500.000. Namun, terjadi penurunan pada pendapatan
responden yang berumur 27 tahun yaitu sebesar Rp. 600.000. Selain itu, responden yang berusia
31 tahun memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.500.000. Begitupun hal nya dengan responden
yang berusia sebesar 38 tahun memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.250.000, usia 40-52 tahun
memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp. 800.000 – Rp.1.400.000. Sedangkan responden
yang berusia 53 tahun memiliki pendapatan Rp. 1.500.000 dan responden yang berusia 63 tahun
memiliki pendapatan sebesar Rp 1.000.000. Berdasarkan uaraian diatas diketahui bahwa
pendapatan akan meningkat diusia produktif sehingga responden banyak melakukan suatu
kegiatan yang dapat memberikan keuntungan atau kepuasan bagi diri ,mereka. Terdapat
peningkatan yang signifikan pula pada responden yang berusia 53 tahun, hal ini dikarenakan
tuntutan hidup yang semakin tinggi.
Curahan kerja
Bedasarkan hasil penelitian curahan kerja para pekerja di sektor informal tersebut,
dinyatakan hasilnya sangat beragam yaitu mulai 6 jam sampai dengan 12 jam sehari. Dan dari
hasil table dibawah dapat dilihat curahan lama bekerja yang paling mendominasi adalah 7 jam
per hari sebesar 30 persen atau sebanyak 9 orang.
18 20 21 22 23 24 25 27 28 29 31 32 35 38 40 46 52 53 630
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
PENGARUH USIA TERHADAP PENDAPATAN
PENGARUH USIA TERHADAP PENDAPATAN
No. Curahan Jam Kerja / Hari Jumlah Persen
1. 6 jam / hari 7 23,33
2. 7 jam / hari 9 30
3. 8 jam / hari 4 13,33
4. 9 jam / hari 2 6,67
5. 10 jam / hari 0 0
6. 11 jam / hari 2 6,67
7. 12 jam / hari 6 20
Lama bekerja
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lama pekerja di sektor informal di Kota
Semarang sangat bevariasi. Pengalaman kerja mereka antara 1 sampai dengan 20 tahun.
Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa semakin lama kerja maka pendapatan yang
akan diterima pun cenderung semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan semakin lama
seseorang bekerja di sector informal , maka eksistensi nya pun akan semakin meningkat. Hasil
data lapangan menunjukkan menunjukkan bahwa jumlah jam kerja di sector informal memiliki
jam kerja yang berkisar anatara 1 – 20 tahun.
6 7 8 9 11 120
200,000400,000600,000800,000
1,000,0001,200,0001,400,0001,600,000
1,000,0001,120,000
837,500
1,260,0001,500,000
583,333
PENGARUH JAM KERJA DENGAN PENDAPATAN
PENGARUH JAM KERJA DENGAN PENDAPATAN
Jumlah tanggungan
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya tanggungan cukup banyak
mempengaruhi jumlah pendapatan responden kami. Rata-rata smakin banyak tanggungannya
maka terdapat kenaikan dalam pendapatannya. Dapat dilihat dalam tabel diatas pada
responden yang mempunyai tanggungan 1, 2, dan 4 anak jumlah pendapatan yang didapatkan
oleh responden kami terlihat menanjak jumlah pendapatannya. Tetapi pada responden kami
yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3, dan 5 terlihat pendapatannya lebih sedikit
daripada pendapatan responden kami yang lain. Hal ini juga dikarenakan oleh jenis pekerjaan
yang mereka lakukan.
1 2 3 4 50
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
980,000 1,025,000
798,333
1,172,000
800,000
PENGARUH JUMLAH TANGGUNGAN TERHADAP PENDAPATAN
PENGARUH JUMLAH TANGGUNGAN TERHADAP PENDAPATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 11 12 13 15 200
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
PENGARUH LAMA KERJA TERHADAP PENDAPATAN
PENGARUH LAMA KERJA TERHADAP PENDAPATAN