eve orto1

Upload: everin-yasinta

Post on 07-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ort

TRANSCRIPT

Kepopuleran GnatostatikKlasifikasi Angle diketahui memiliki beberapa kekurangan. Di tahun 1912, sebuah laporan dari British Society for the Study of Orthodontics menyarankan agar maloklusi diklasifikasikan dengan memperhitungkan deviasi pada dimensi transfersal, sagital, dan vertikal. Banyak kritik terhadap klasifikasi Angle menyebutkan bahwa tidak terdapat kesesuaian, antara susunan gigi terhadap bentuk wajah baik pada klasifikasi maupun pada rencana perawatan. Simon, dengan sistem gnatostatiknya, menggunakan facebow transfer dan mounting untuk merelasikan model studi dengan bagian wajah dan kranium dalam tiga bidang. Van Loon dan Simon merupakan orang pertama yang menghubungkan gigi dengan wajah dengan cara ini. Walaupun metode Simon tidak mudah digunakan, namun menujukkan suatu kemajuan. Simon menggunakan bidang Frankfort (digambarkan dengan garis dari porion ke orbital) dan sebuah garis tegak lurus dari Frankfort ditarik dari orbital, dan disebut sebagai bidang orbital. Model rahang atas kemudian ditarik garis yang sesuai dengan bidang orbiltal (Gambar 1-11).

Gambar 1-11 Gambar ini merupakan ilustrasi moderen konsep gnatostatik dari Simon dan hukum bidang orbital, menunjukkan percobaan realistis untuk menghubungkan gigi dengan wajah. Menurut Simon, bidang orbital (garis yang tegak lurus terhadap bidang Frankfort horisontal pada orbital) pada pasien dengan oklusi normal, akan melewati 1/3 distal dari gigi kaninus rahang atas. Teori Simon selanjutnya terbukti tidak sempurna, namun mengubah pandangan ortodontis terhadap keseimbangan dentofasial.

Simon meyakini bahwa pada oklusi normal, bidang orbital melewati 1/3 bagian distal dari gigi kaninus maxilla. Simon juga menyebutkan bahwa kondisi distooklusi, jika gigi kaninus maksila terletak lebih kedepan dari garis orbital, hal ini menunjukkan adanya masalah berada pada maksila, dan jika kaninus terletak pada posisi yang benar terhadap bidang orbital, maka masalah pada antero-posterior disimpulkan sebagai kondisi retrognatik mandibula. Garis referensi wajah Simon (bidang orbital) yaitu adalah key ridge (bagian terbawah dari sutura zigomatikomaksilaris) dan hal tersebut bertolakbelakang dengan skeletal angle. Angle menyakini bahwa akar dan puncak bonjol mesiobukal dari molar pertama maksila pada oklusi ideal berada tepat dibawah key ridge. Tidak butuh waktu lama hingga kedua konsep yang kurang sempurna ini ditinggalkan oleh para ahli.Jika bukan karena diperkenalkannya roentgenografi sefalometri sekitar tahun 1930 dan 1940, gnatostatik mungkin akan memberikan efek yang lebih lama pada bidang ortodonti. Dengan kemajuan pada sefalogram lateral, banyak hubungan dan relasi rahang atas dan bawah yang dapat ditentukan dan lebih mudah untuk diobservasi pada film sefalogram. Sefalometri radiografi, walaupun merupakan suatu evolusi dalam bidang ortodonti, namun masih memiliki kekurangan untuk mengamati gigi-geligi dan rahang dalam bidang tiga dimensi.

Masalah lain pada Klasifikasi AngleDengan semakin meningkatnya perawatan ortodonti dan kemampuan perawatan dimana ekspansi lengkung rahang telah dilakukan, beberapa masalah timbul berkaitan dengan klasifikasi Angle, yang semuanya hanya terfokus pada gigi geligi serta tidak adanya hubungan langsung antara diagnosis dengan rencana perwatan. Kesulitan ini semakin jelas ketika maloklusi yang ditemukan memiliki kesamaan dengan klasifikasi Angle, namun bersifat analog (hanya memiliki hubungan oklusal yang sama) dan tidak bersifat homolog (memiliki semua karakteristik yang sama). Meskipun ada tambahan tidak resmi pada sistem klasifikasi Angle yang digunakan oleh banyak ortodontis, terdapat kecenderungan untuk mengoreksi maloklusi dengan klasifikasi yang sama dengan perawatan yang serupa. Klasifikasi yang homolog dapat dikoreksi dengan perawatan yang sama, namun maloklusi analog membutuhkan pendekatan yang berbeda. Tidak diragukan, hasil perawatan yang kurang memuaskan disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat. Gambar 1-12 menunjukkan kasus kelas II divisi 1 maloklusi Angle yang hampir serupa pada anak dengan usia sama. Terdapat perbedaan proporsi skeletal dan hubungan gigi dengan rahang yang memiliki pola berbeda, dimana keduanya mempengaruhi profil wajah. Seorang orthodontist kemungkinan akan membuat rencana perawatan yang berbeda, namun kedua kasus ini tidak boleh dikoreksi dengan perawatan yang sama, karena merupakan maloklusi analog. Untuk pasien pertama, perawatan utama adalah untuk meretraksi gigi-gigi rahang atas tanpa menambah proklinasi gigi insisif rahang bawah. Bagi pasien kedua, proklinasi gigi inisisif rahang bawah masih dapat diterima dan penggunaan alat orthodonti intermaksiler dapat membantu meretraksi gigi-gigi rahang atas bersamaan dengan proklinasi gigi rahang bawah.

Gambar 1-12 Gambar tersebut menujukan dua pasien dengan usia yang hampir sama dan memiliki keadaan ortodonti yang sama jika dilihat dari oklusi giginya. Aspek skeletal dan kompensasi dental (contoh: inklinasi gigi insisif rahang bawah), begitu juga dengan profil jaringan lunak wajah, pada kedua kasus tersebut cukup berbeda. Kedua pasien analog ini membutuhkan perawatan yang cukup berbeda.

Dikarenakan Angle dan pengikutnya tidak mengenal adanya kebutuhan pencabutan dalam perawatan, sistem klasfikasi Angle tidak menghitung adanya kemungkinan masalah ketersediaan ruang dalam lengkung rahang. Diperkenalkannya kembali pencabutan dalam terapi ortodonti, menyebabkan perlunya ortodontis untuk menambahkan analisi lengkung rahang sebagai langkah tambahan dalam klasifikasi.Kesulitan terakhir pada prosedur klasifikasi Angle adalah tidak adanya penjelasan seberapa parah dan kompleksnya suatu kasus. Oleh karena alasan itulah, kami mengajukan untuk meningkatkan secara sistematis klasifikasi Angle terdahulu dengan menjelaskan lima karakteristik maloklusi.