evaluasi rasionalitas penggunaan … obat, tepat lama pemberian, tepat penilaian kondisi pasien 100%...
TRANSCRIPT
i
EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASIEN
ULKUS KAKI DIABETIKA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Debby Permata Sari Liwang
NIM: 148114057
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASIEN
ULKUS KAKI DIABETIKA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Debby Permata Sari Liwang
NIM: 148114057
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Never give up on what you really want to do.
The person with big dream is more powerful
than one with all the facts”
-Life’s Little Instructions-
“Don’t worry about failures,
worry about the chances you miss
when you don’t even try”
-Jack canfield-
Karya ini kupersermbahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mengasihi hidupku
Papi, mami, & adikku yang selalu memberi dukungan tak terbatas
Orang- orang disekitarku yang selalu memberi semangat
Almamaterku Universitas Sanata Dharm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha pengasih dan
penyayang karena atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode 2015-2016”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk
memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam segala proses hingga sampai akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak baik
melalui motivasi, tenaga dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Oleh karena
hal tersebut, pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, ilmu dan saran selama penyusunan
proposal penelitian hingga penyusunan naskah skripsi.
3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu, kritik, dan saran dalam
penelitian ini.
4. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi ilmu dan saran selama masa perkuliahan.
5. Segenap staff sekertariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah membantu menyediakan surat-surat yang dibutuhkan selama penelitian
hingga ujian skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Segenap staff, kepala rekam medis, dan apoteker RS Panti Rini atas waktu dan
bantuannya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
7. Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran UKDW yang telah memberikan arahan dan
menerbitkan Ethical Clearance penelitian ini.
8. Papi, mami, adik serta keluarga atas segala dukungan, semangat, kasih sayang dan
doa yang telah diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman “Konco Tisu” yaitu Ega, Tien, Clau, Nino, Dicky, Petrus, Vito, Nug
dan Denis atas dukungan dan kebersamaannya selama proses perkuliahan.
10. Yohana Rianthi dan Heppy Chintya Padaga atas kebersamaan, dukungan, motivasi
serta tempat berbagi cerita sejak SMA hingga selesainya naskah skripsi ini.
11. Maria Clara dan Angela Marselly Barus atas kebersamaan dan kerjasama sejak
SMA hingga perkuliahaan.
12. Teman- teman seperjuangan Ivon, Ana, Momon, Ika, Feli, Lintang, Deni atas segala
kebersamaannya selama masa perkuliahaan.
13. Teman-teman FSM B dan angkatan 2013 atas kebersamaannya selama proses
perkulihaan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas dukungan,
bantuan, dan doa yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih banyak kekurangan dan
belum sempurna, maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam naskah ini. Akhir kata,
penulis berharap naskah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan
bagi perkembangan ilmu farmasi klinis.
Yogyakarta, 4 Oktober 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…..………………………………………………….………..… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………....………………..…………. ii
HALAMAN PENGESAHAN......…………………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.…………………………………………..………... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………….……………..…...... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………...…vi
PRAKATA…………….....………………………………………………....…….....vii
DAFTAR ISI…………….....………………..…………………………….………... ix
DAFTAR TABEL….…..……………...........……………………………….…….… x
DAFTAR GAMBAR…..……………….…...………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………….………………………………………. xii
ABSTRAK………….......……………….....…………………………………........ xiii
ABSTRACT…………………………………..……………………….……...….…. xiv
PENDAHULUAN………………………………………………………………….... 1
METODE PENELITIAN………………………………………………………….… 3
Desain dan Subjek Penelitian………………………………………………… 3
Analisa Data………………………………………………………………..… 4
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………….... 5
Gambaran Pola Penggunaan Antibiotik…………………………………….... 5
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik……………………………..… 7
KESIMPULAN…………………………………………………………………...… 12
SARAN…………………………………………………………………………...… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 14
LAMPIRAN……………………………………………………………………...… 17
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………….... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penggunaan Antibiotik Tunggal dan Kombinasi Pasien Ulkus Kaki
Diabetika yang Menjalani Rawat Inap di RS Panti Rini Yogyakarta Periode
2015-2016……………………………………………………………….. 6
Tabel II. Ketepatan Dosis Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani Rawat Inap
di RS Panti Rini Periode 2015-2016 ………………………………….… 9
Tabel III. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang
Menjalani Rawat Inap di RS Panti Rini Periode 2015-2016.……...…… 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Sampel Penelitian Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani
Rawat Inap di RS Panti Rini periode 2015-2016….…………………... 3
Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang
Menjalani Rawat Inap di RS Panti Rini Yogyakarta Periode 2015-
2016………………………………………………….……………….. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance……………………………………………………. 18
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta………..… 19
Lampiran 3. Definisi Operasional Penelitian…………………………………….... 20
Lampiran 4. Antibiotik Empirik untuk Infeksi Kaki Diabetika pada IWGDF......... 21
Lampiran 5. Dosis antibiotik pada DIH 24th ed dan PIONAS…………………..… 23
Lampiran 6. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medis….......………….... 24
Lampiran 7. Contoh Evaluasi Rekam Medis Pasien................................................. 27
Lampiran 8. Check List Rasionalitas Penggunaan Antibiotik....…...…………...… 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Ulkus kaki diabetika merupakan salah satu komplikasi kronis dari diabetes
melitus yang berpotensi berkembang menjadi infeksi dan membutuhkan antibiotik
untuk terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik
dan mengevaluasi rasionalitas pemberian antibiotik pada pasien ulkus kaki diabetika di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta pada periode Januari 2015-
Desember 2016. Penelitian non eksperimental ini menggunakan desain penelitian
deskriptif evaluatif dan retrospektif. Data yang diambil berasal dari rekam medis pasien
ulkus kaki diabetika dengan total 35 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk penggunaan antibiotik tunggal terbanyak adalah golongan sefalosporin generasi
3 yaitu seftriakson sebanyak 48,57% dan untuk penggunaan antibiotik kombinasi
terbanyak adalah golongan sefalosporin generasi 3 dan nitroimidazol yaitu seftriakson
dan metronidazol sebanyak 14,28%. Hasil dari penelitian ini adalah tepat indikasi, tepat
pemilihan obat, tepat lama pemberian, tepat penilaian kondisi pasien 100% namun
tepat dosis dan tepat interval waktu pemberian 80%.
Kata Kunci: Ulkus Kaki Diabetika, Infeksi, Antibiotik, Rasionalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is one of chronic complications of diabetes mellitus which
may potentially develops into an infection and need Antibiotics for the therapy. The
purpose of this study are to describe the amount of antibiotic use and to evaluate the
rational use of antibiotics for patients with diabetic foot infection in Panti Rini hospital
in Yogyakarta since January 2015- Desember 2016. This non experimental study was
conducted with evaluative descriptive and retrospective study design. The data was
taken from medical record of patients with diabetic foot infection and the total number
are 35 patients. The result of this study showed that the mostly used antibiotic
monotherapy is Cephalosporin third generation with ceftriaxone use in amount of
48,57%, and for antibiotic combination is cephalosporin third generation and
nitroimidazole, it is ceftriaxone and metronidazole use in amount of 14,28%. The
Result of this study showed that the precise indication, the proper drug selection, the
duration of exact administration, precise assessment of the patient’s condition was in
100% but the correct dosage and the right time intervals of administration in 80%.
Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Infection, Antibiotic, Rationality
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik ditandai tingginya kadar gula
darah dalam tubuh akibat tidak normalnya sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(ADA, 2008). Menurut hasil Riset kesehatan daerah (Riskesdas) pada tahun 2013
jumlah proporsi penderita diabetes melitus di indonesia yang berumur ≥15 tahun adalah
6,9% (Kemenkes RI, 2014). Pasien yang mengalami diabetes melitus berisiko terhadap
komplikasi yang dapat ditimbulkan, baik komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi
akut yang dapat terjadi seperti ketoasidosis dan hipoglikemia. Komplikasi kronis yang
dapat terjadi yaitu penyakit pada ginjal, pembuluh darah, dan kaki (Perkeni, 2015).
Masalah pada kaki seperti ulkus, infeksi, osteomielitis, amputasi merupakan hal
umum yang terjadi pada pasien diabetes. Infeksi pada kaki diabetes dapat menurunkan
kualitas hidup dan meningkatkan morbiditas, stress fisik dan emosional, serta biaya
kesehatan (Bergman and Shah, 2016). Ulkus kaki diabetika merupakan luka terbuka
pada permukaan kaki yang disebabkan oleh gangguan neuropati perifer, vaskuler
perifer atau keduanya. Diperkirakan 15% dari pasien diabetes melitus mengalami ulkus
kaki diabetik. Sebagian besar (60-80%) dari pasien ulkus kaki bisa sembuh, namun 10-
15% tetap mengalami ulkus kaki, yang menyebabkan 5-24% dari mereka harus
mengalami amputasi ekstremitas bawah (Alexiadou and Doupis, 2012). Hasil riset di
salah satu rumah sakit tipe A di Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan 8,7% dari
pasien diabetes melitus mengalami ulkus kaki dan 1,3% dari mereka harus mengalami
amputasi (Kemenkes RI, 2014). Ulkus kaki diabetika mudah berkembang menjadi
infeksi karena masuknya bakteri dan keadaan kadar gula darah yang tinggi menjadi
tempat yang baik bagi bakteri untuk bertumbuh. Bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi adalah bakteri gram positif seperti Staphylococci spp, gram negatif seperti
Enterobacteriacae spp dan bakteri anaerob seperti Fusobacterium spp. Terapi utama
untuk ulkus kaki diabetika yang terinfeksi adalah dengan antibiotik. Untuk infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif dapat menggunakan antibiotik
sefalosporin generasi 2 atau generasi 3, dan dapat dikombinasikan dengan
metronidazol jika terdapat bakteri anaerob (Lipsky et al, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penggunaan antibiotik merupakan cara utama membunuh dan menghambat
bakteri yang tumbuh pada ulkus kaki diabetika. Pemberian antibiotik dengan intensitas
penggunaan yang relatif tinggi sering menyebabkan permasalahan dan menimbulkan
ancaman global bagi kesehatan terutama permasalahan resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Dampak resistensi terhadap antibiotik adalah meningkatnya morbiditas,
mortalitas, dan biaya kesehatan. Di rumah sakit, penggunaan antibiotik yang berlebihan
dapat mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resisten terhadap bakteri
tertentu yang akan menyebar melalui infeksi silang. Resistensi tidak dapat dihilangkan
namun dapat dicegah dengan penggunaan antibiotik yang bijak (Kemenkes RI, 2011b).
Penelitian evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada ulkus kaki diabetika
sudah pernah dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah evaluasi rasionalitas
penggunaan antibiotik pasien ulkus kaki diabetes melitus di Rumah Sakit Ibnu Sina
Pekanbaru periode 2013 dengan kesimpulan pemberian antibiotik belum dikatakan
rasional (Muharni et al., 2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian sebelumnya subjek uji digunakan yang mengalami ulkus kaki
diabetika karena komplikasi dari diabetes melitus tipe 2 sedangkan penelitian ini untuk
ulkus kaki diabetika karena komplikasi diabetes secara keseluruhan.
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta yang merupakan salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta cukup sering
dikunjungi oleh pasien dan belum banyak penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini
sehingga peneliti ingin melihat tingkat rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien
ulkus kaki diabetika yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik meliputi
golongan dan jenis antibiotik yang digunakan pada pasien ulkus kaki diabetik dan
mengevaluasi rasionalitas pemberian antibiotik pada pasien ulkus kaki diabetik dengan
menggunakan acuan Modul penggunaan obat rasional (Kemenkes RI, 2011a), IWGDF
Guidance on the Diagnosis and Management of Foot Infection in Person with Diabetes
(Lipsky et al., 2015), Drug Information Handbook 24th edition (APhA, 2015) dan
standar pelayanan medis Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Desain dan Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan metode
penelitian deskriptif evaluatif dan pengambilan data menggunakan pendekatan
retrospektif dengan mengambil data yang tercantum dalam rekam medis subjek
penelitian. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosis infeksi ulkus kaki diabetika dan menjalani rawat inap RS Panti Rini
Yogyakarta pada tahun 2015-2016. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini pada periode Januari 2015-Desember
2016 yang terdiagnosa ulkus kaki diabetika dan mendapatkan terapi antibiotik minimal
7 hari, serta tidak memiliki penyakit penyerta infeksi lain. Kriteria eksklusi penelitian
ini adalah Pasien dengan data rekam medis yang hilang, tidak lengkap dan tidak dapat
dibaca. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 rekam medis.
Rincian tentang jumlah sampel pada penelitian dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Sampel Penelitian Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani Rawat
Inap di RS Panti Rini periode 2015-2016
59 rekam medis pasien
ulkus kaki diabetika
periode 2015-2016
35 sampel rekam medis
yang digunakan pada
penelitian
Tidak memenuhi kriteria inklusi:
11 pasien memiliki penyakit penyerta infeksi
lain
7 pasien menerima antibiotik kurang dari 7 hari
3 pasien tidak menerima terapi antibiotik
3 pasien dengan rekam medis hilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penelitian ini telah mendapatkan ijin pengambilan data dari Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta dan tata cara yang digunakan selama proses penelitian ini serta data
yang diambil dari rekam medis telah disetujui oleh komisi etik Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan menerbitkan Ethical Clearance
untuk penelitian ini dengan nomor surat 432/C.16/FK/2017.
Data yang diambil dan digunakan dalam penelitian ini berasal dari rekam medis
pasien ulkus kaki diabetika yang menjalani rawat inap pada tahun 2015-2016 yang
berarti tidak dilakukan intervensi secara langsung terhadap subjek penelitian dan data
yang diambil dari rekam medis sepenuhnya hanya digunakan untuk keperluan dalam
penelitian ini. Sampel penelitian yang berupa rekam medis diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling yang artinya teknik pengambilan data
berdasarkan pertimbangan tertentu atau sesuai dengan kriteria inklusi (Sugiyono,
2013). Data yang diambil dari rekam medis meliputi nomor rekam medis, nama pasien,
jenis kelamin, tanggal lahir, umur, berat badan, tanggal masuk dan keluar rumah sakit,
riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi obat, keadaan pasien saat pulang, keluhan
utama, kondisi klinis awal pasien, diagnosa utama, diagnosa pembanding, hasil
pemeriksaan tanda vital, hasil uji laboratorium, hasil uji kepekaan antibiotik, terapi
yang diterima pasien saat di rumah sakit dan yang di bawa pulang meliputi jenis obat,
rute pemberian, dan aturan pakai atau dosis obat. Identitas subjek dalam penelitian ini
dirahasiakan dengan cara tidak memuat alamat dan nomor telepon pasien, serta
mengganti nama pasien dengan menggunakan inisial.
Analisa Data
Data profil pola penggunaan antibiotik yang digunakan oleh pasien ulkus kaki
diabetika dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi golongan dan jenis antibiotik.
Analisis profil pola penggunaan antibiotik dilakukan dengan menghitung jumlah kasus
kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan dan dikali dengan 100% untuk
mendapatkan persentase penggunaan golongan dan jenis antibiotik tersebut. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
itu, hasil data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yang memuat jumlah dan
persentase penggunaan antibiotik.
Rasionalitas penggunaan antibiotik dievaluasi dengan mengkaji data yang
diperoleh berdasarkan kriteria penggunaan obat yang rasional menurut Kemenkes pada
tahun 2011 yaitu tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval
waktu pemberian, tepat lama pemberian dan tepat penilaian kondisi pasien dengan
membandingkan data yang ada dengan literatur. Kriteria rasionalitas antibiotik yang
digunakan dipilih berdasarkan kondisi data pada rekam medis pasien. Literatur yang
digunakan sebagai pembanding dan sumber informasi dalam penelitian ini adalah
IWGDF Guidance on the Diagnosis and Management of Foot Infection in Person with
Diabetes (Lipsky et al., 2015), Drug Information Handbook 24th edition (APhA, 2015)
dan standar pelayanan medis RS Panti Rini Yogyakarta. Data yang telah didapatkan
dari penelitian kemudian dibandingkan dengan literatur yang digunakan. Penggunaan
obat dikategorikan rasional jika telah memenuhi seluruh kriteria penggunaan obat
rasional yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mendukung hasil analisa data
yang didapatkan dari penelitian ini maka dilakukan wawancara dengan apoteker bagian
rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang
Menjalani Rawat Inap di RS Panti Rini Periode 2015-2016
Pada penelitian ini seluruh sampel yang dimasukkan sebagai data penelitian,
menggunakan antibiotik sebagai terapi selama menjalani rawat inap. Hasil dari
penelitian ini, diperoleh profil penggunaan antibiotik oleh 35 pasien yang terbagi
menjadi 22 pasien (62,86%) penggunaan antibiotik tunggal dan 13 pasien (37,14%)
penggunaan antibiotik kombinasi. Pola Penggunaan antibiotik pada Pasien ulkus kaki
diabetika berdasarkan golongan dan jenis antibiotik yang digunakan disajikan pada
Tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tabel I. Penggunaan Antibiotik Tunggal dan Kombinasi Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang
Menjalani Rawat Inap di RS Panti Rini Yogyakarta Periode 2015-2016
Antibiotika Jumlah
Kasus
Persentase
Penggunaan (%)
(n=35)
Golongan Jenis Jenis Golongan
Tunggal Sefalosporin
generasi 2
Sefuroksim 4 11,43 11,43
Sefalosporin
generasi 3
Seftriakson 11 31,43 48,57
Seftazidim 6 17,14
Sulfonamid Trimetoprim+
sulfametoksazol 1 2,86 2,86
Kombinasi Sefalosporin
generasi 2 +
Linkosamid
Sefuroksim +
Klindamisin 1 2,86 2,86
Sefalosporin
generasi 3 +
Nitroimidazol
Sefotaksim +
Metronidazol 1 2,86
22,86
Seftazidim +
Metronidazol 1 2,86
Seftriakson +
Metronidazol 5 14,28
Sefoperazon +
Metronidazol 1 2,86
Sefalosporin
generasi 3 +
Linkosamid
Seftriakson +
Klindamisin 2 5,71
11,43 Seftazidim +
Klindamisin 2 5,71
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan antibotik tunggal tertinggi adalah
golongan sefalosporin generasi 3 sebanyak 17 pasien (48,57%), dan jenis antibiotik
yang sering digunakan adalah seftriakson sebanyak 11 pasien (31,43%). Penggunaan
tertinggi antibiotik kombinasi adalah kombinasi golongan sefalosporin generasi ke 3 +
nitroimidazol sebanyak 8 pasien (22,86%), dan jenis antibiotik yang sering digunakan
adalah kombinasi seftriakson + metronidazol sebanyak 5 pasien (14,28%).
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi 3 yang
memiliki spektrum luas (Sweetman, 2011). Seftriakson efektif dan indikasikan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
infeksi pada kulit dan struktur kulit seperti infeksi ulkus kaki diabetika. Seftriakson
berpotensi membasmi Enterobacteriacae, Streptococci spp dan Staphylococci spp
yang banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi ulkus kaki diabetika (APhA, 2015;
Patil and Mane, 2016). Seftriakson juga merupakan salah satu antibiotik empiris yang
disarankan dalam mengatasi infeksi pada ulkus kaki daibetika (Lipsky et al., 2012).
Metronidazol merupakan antibiotik pilihan dalam pemberian antibiotik
kombinasi pada pasien ulkus kaki diabetika untuk mengatasi bakteri anaerob yang
menjadi penyebab terjadinya infeksi seperti Clostridium spp dan Fusobacterium spp
karena memiliki efikasi dan keamanan yang baik (Lofmark et al., 2010; Sweetman,
2011). Dalam suatu penelitian diketahui bahwa bakteri yang paling banyak
menyebabkan infeksi pada ulkus kaki diabetika adalah gram positif fakultatif atau
obligat anaerob (Smith et al., 2016). Keadaan ulkus kaki diabetika yang menyebabkan
nekrosis pada jaringan dan tekanan oksigen yang rendah mendukung perkembangan
bakteri fakultatif atau obligat anaerob (Dunyach-Remy et al., 2014).
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Penggunaan obat rasional bertujuan menjamin pasien mendapatkan pengobatan
yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan harga
terjangkau (Kemenkes RI, 2011a).
Tepat Indikasi
Pemakaian antibiotik yang bijak yaitu diindikasikan untuk sindrom klinis yang
mengarah kepada keterlibatan bakteri tertentu sebagai penyebab infeksi (Permenkes
RI, 2011). Ulkus kaki membutuhkan terapi dengan menggunakan antibiotik jika ulkus
kaki mengalami infeksi bakteri yang dapat ditandai dengan adanya 2 atau lebih tanda
inflamasi seperti pembengkakan, eritema, nyeri, panas, bernanah atau ditemukan tanda
infeksi lokal seperti peningkatan jumlah sel darah putih (Dipiro et al., 2011; Lipsky et
al., 2012). Penggunaan antibiotik sesuai indikasinya yaitu infeksi karena bakteri dapat
mencegah terjadinya resistensi mikroba terhadap antibiotik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan indikasi penggunaan
antibiotik adalah 100% artinya semua pasien mendapat terapi dengan antibiotik sesuai
indikasi penyakitnya. Semua pasien dinilai mendapat terapi antibiotik sesuai indikasi
penyakit karena semua pasien memiliki kadar white blood cell yang lebih tinggi dari
normalnya dan juga dari diagnosa yaitu ulkus DM pedis atau ulkus DM luka terinfeksi.
Tepat Pemilihan Obat
Pemilihan obat tepat jika terapi dipilih setelah diagnosa ditegakkan dengan
benar, sehingga obat tersebut memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit
(Kemenkes RI, 2011a). Pemilihan antibiotik awal terapi biasanya merupakan antibiotik
empiris, yaitu antibiotik pada infeksi yang belum diketahui bakteri penyebabnya,
sehingga pemilihannya dengan memperkirakan antibiotik yang dapat mengatasi bakteri
yang diduga patogen (Lipsky et al., 2015; Permenkes RI, 2011). Untuk keparahan
infeksi ringan direkomendasikan penggunaan antibiotik spektrum sempit sedangkan
untuk infeksi sedang dan berat direkomendasikan penggunaan antibiotik spektrum
luas. Terapi empiris yang dipilih dapat menggunakan antibiotik yang aktif menghambat
pertumbuhan Staphylococci dan Streptococci, serta dipertimbangkan penambahan
antibiotik yang aktif untuk MRSA jika pasien memiliki resiko besar terinfeksi MRSA.
Antibiotik yang dapat mengatasi bakteri anaerob diberikan pada ulkus dengan nekrosis,
berbau, dan membutuhkan debridement (Lipsky et al., 2015).
Hasil penelitian menunjukkan 100% tepat pemilihan obat artinya semua pasien
menggunakan antibiotik sesuai acuan guideline dan standar pelayanan medis RS Panti
Rini Yogyakarta. Antibiotik golongan sefalosporin generasi 2 dan 3 menjadi pilihan
utama karena memiliki spektrum yang luas yaitu dapat melawan bakteri gram positif
dan gram negatif. Penggunaan sefalosporin generasi 2 dan 3 juga dapat dikombinasi
dengan metronidazol atau klindamisin pada pasien yang dicurigai juga terinfeksi
bakteri anaerob. Satu pasien menggunakan antibiotik trimetoprim/ sulfametoksazol
secara tunggal, yang direkomendasikan untuk infeksi dengan keparaan ringan dan
dapat melawan bakteri gram positif dan gram negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tepat Dosis
Efek terapi obat dipengaruhi oleh dosis pemberian obat tersebut. Jika dosis
berlebih atau terlalu kecil maka sangat beresiko menyebabkan timbulnya resistensi.
Tabel II. Ketepatan Dosis Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani Rawat Inap di RS
Panti Rini Periode 2015-2016
Ketepatan Dosis Jumlah pasien
(n = 35) Persentase (%)
Dosis Kurang 7 pasien 20
Dosis Tepat 28 pasien 80
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel II, menunjukkan bahwa 7 pasien
(20%) menggunakan antibiotik dengan dosis kurang dari dosis yang seharusnya
diberikan dan 28 pasien (80%) menggunakan antibiotik dengan dosis tepat. Tujuh
pasien tersebut menggunakan antibiotik tidak tepat interval waktu pemberian obat
sehingga menyebabkan dosis pemberian perhari menjadi kurang, seperti pada pasien
nomor 4 menggunakan metronidazol dengan dosis 1000 mg/hari, sedangkan pemberian
metronidazol seharusnya 1500-2000 mg/hari (APhA,2015). Pemberian dosis yang
kurang akan mengakibatkan tidak tercapainya efek terapi yang diinginkan karena tidak
mencapai kadar hambat minimum (KHM) dalam cairan tubuh yang menyebabkan
mikroorganisme yang menginfeksi tidak mati, sehingga dapat mempercepat terjadinya
resistensi bakteri yang tersisa dalam tubuh terhadap antibiotik (Lisni et al., 2015; Metz
and Shlaes, 2014).
Tepat Interval Waktu Pemberian
Interval waktu pemberian adalah jarak antar waktu pemberian antibiotik dalam
sehari. Secara farmakodinamik kerja antibiotik dibagi menjadi dua yaitu time
dependent killing dan concentration dependent killing, dimana untuk antibiotik yang
memiliki farmakodinamika time dependent killing seperti sefalosporin penting untuk
mempertahankan kadar antibiotik dalam darah diatas KHM sepanjang masa kerjanya
sedangkan untuk antibiotik dengan concentration dependent killing seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
metronidazol, semakin tinggi konsentrasi obat diatas KHM maka semakin tinggi juga
daya kerjanya melawan bakteri (Amin, 2014; Leekha et al., 2011 ).
Tabel III. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani
Rawat Inap di RS Panti Rini Periode 2015-2016
Ketepatan Dosis Jumlah pasien
(n = 35)
Persentase (%)
Interval waktu pemberian tidak tepat 7 pasien 20
Interval waktu pemberian tepat 28 pasien 80
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel III, 7 pasien (20%) menggunakan
antibiotik dengan interval waktu pemberian yang tidak tepat dan 28 pasien (80%)
dengan interval waktu pemberian yang tepat. Pasien nomor 4 menggunakan
metronidazol tiap 12 jam sedangkan seharusnya penggunaan metronidazol setiap 6-8
jam (APhA, 2015). Pasien nomor 1 dan 24 menggunakan klindamisin dengan interval
waktu pemberian tiap 8 jam sedangkan seharusnya klindamisin diberikan setiap 6 jam
(APhA, 2015). Pasien nomor 3, 5, 9, 24 dan 34 menggunakan sefuroksim dengan
interval waktu tiap 12 jam sedangkan seharusnya sefuroksim diberikan tiap 6-8 jam
(APhA, 2015). Pemberian antibiotik dengan interval waktu tidak tepat tidak menjamin
tercapainya outcome klinis atau kesembuhan terutama untuk antibiotik time dependent
killing seperti klindamisin dan sefuroksim.
Tepat Lama Pemberian
Pemberian terapi dengan menggunakan antibiotika harus memperhatikan lama
pemberian atau durasi pemberian kepada pasien karena pemberian yang terlalu singkat
atau terlalu lama akan mempengaruhi hasil pengobatan (Kemenkes RI, 2011a). Dalam
prakteknya durasi pemberian antibiotik disesuaikan dengan sindrom klinis, bakteri
penyebab dan juga respon pasien terhadap terapi (Gilbert, 2015). Untuk pasien infeksi
kaki diabetika dengan tingkat keparahan ringan dan sedang pemberian antibiotik
diberikan selama 1-2 minggu sedangkan untuk keparahan infeksi berat, terapi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
antibiotika diberikan selama 3 minggu (Lipsky et al., 2015). Berdasarkan hasil
penelitian ini, semua pasien (100%) sudah tepat lama pemberian yang berarti semua
pasien sudah menerima antibiotik dengan lama pemberian sesuai dengan guideline.
Dari data yang didapatkan, pasien biasanya diberikan antibiotik dengan lama
pemberian 13 hari dan pemberian antibiotik yang paling lama untuk pasien adalah 20
hari.
Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Respon pasien terhadap efek obat sangat beragam sehingga antibiotik yang
diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah derajat
infeksi, riwayat alergi antibiotik, dan adanya penyakit komorbid yang kontraindikasi
dengan penggunaan antibiotik pada pasien tersebut (Amin, 2014). Hasil penelitian
adalah tepat penilaian kondisi pasien 100%, artinya dalam penelitian ini tidak
ditemukan pasien alergi dan kontraindikasi dengan antibiotik yang digunakan. Pasien
nomor 9 mengalami CKD namun untuk pemberian Sefuroksim secara intravena pada
pasien dengan ClCr > 20 ml/menit tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis (APhA,
2015). Penilaian kondisi pasien dalam penelitian ini juga dievaluasi dari keadaan
pasien saat pulang.
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pada penelitian ini penggunaan antibiotik dikatakan rasional jika memenuhi
keenam kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan
antibiotik. Hasil penelitian ini adalah 28 pasien (80%) menggunakan antibiotik secara
rasional dan 7 pasien (20%) menggunakan antibiotik secara tidak rasional.
Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik pada 7 pasien disebabkan tidak tepatnya
dosis dan interval pemberian antibiotik. Dari hasil wawancara dengan apoteker bagian
rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini, dosis dan interval pemberian antibiotik yang
diresepkan oleh dokter biasanya didasarkan pada pengalaman dokter tersebut dalam
memberi terapi antibiotik kepada pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang Menjalani
Rawat Inap di RS Panti Rini Yogyakarta Periode 2015-2016
Penggunaan antibiotik tidak rasional dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu
pengetahuan tenaga kesehatan seperti kurangnya pengetahuan tentang informasi obat,
kualitas layanan kesehatan yang buruk seperti keterbatasan kapasitas laboratorium,
keterbatasan kesediaan obat, dan adanya promosi dari industri (Mao et al., 2015;
PAHO, 2010). Untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional diperlukan
monitoring penggunaan antibiotik, menggunakan dan merevisi standar pelayanan yang
digunakan, dan membuat kebijakan nasional tentang penggunaan obat (Lukali and
Michelo, 2015; WHO, 2012). Penggunaan antibiotik secara rasional dapat mengurangi
resiko resistensi antimikroba, dan meningkatkan pelayanan terhadap infeksi dengan
memaksimalkan outcome klinis dan mengurangi toksisitas (With et al., 2016).
Keterbatasan dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan retrospektif
sehingga tidak bisa mengevaluasi rasionalitas dengan seluruh kriteria yang ditetapkan
Kemenkes. Penelitian mengenai evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada
pasien ulkus kaki diabetika dapat dimanfaatkan oleh klinisi dan farmasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
KESIMPULAN
Penggunaan antibiotik tunggal terbanyak adalah golongan sefalosporin
generasi 3 yaitu seftriakson sebanyak 11 pasien (48,57%) dan penggunaan antibiotik
80%
20%
Rasional Irasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kombinasi terbanyak adalah kombinasi golongan sefalosporin generasi 3 dan
nitroimidazol yaitu kombinasi seftriakson dan metronidazol sebanyak 5 pasien
(14,28%). Berdasarkan hasil evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik semua pasien
(35 pasien) menggunakan antibiotik tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat lama
pemberian dan tepat penilaian kondisi pasien, namun hanya 28 pasien yang
menggunakan antibiotik dengan dosis dan interval waktu pemberian yang tepat.
SARAN
Untuk Rumah sakit Panti Rini, sebaiknya pada standar pelayanan medis
dicantumkan dosis dan interval waktu penggunaan antibiotik. Untuk peneliti
selanjutnya, perlu dilakukan penelitian serupa dengan rancangan prospektif agar dapat
mengevalusi rasionalitas dengan menggunakan keseluruhan kriteria rasionalitas
penggunaan obat selama terapi dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
DAFTAR PUSTAKA
Alexiadou, K., and Doupis, J., 2012. Management of Diabetic Foot Ulcers. Springer
Health Care, 3(4): 1-2.
American Diabetes Association, 2008. Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus. Diabetes Care, 31(1): 12-14.
American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook. 24th Edition.
Lexicomp Drug Reference Handbook, USA, pp. 362-1888.
Amin, L.Z., 2014. Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Medicinus, 27(3), 42.
Badan POM RI, 2015. Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Bergman, S., and Shah, P.J., 2016. Diabetic Foot Infection. Infection Primary Care, 3:
1-3.
Dipiro, T.D., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.,
2011. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 8th edition. McGraw
Hill, New York, pp. 1903-1905.
Dunyach-Remy, C., Cadiere, A., Richard, J.L., Schuldiner, S., Bayle, S., Roig, B.,
Sotto, A., and Lavigne, J.P., 2014, Polymerase Chain Reaction-Denaturing
Gradient Gel Electrophoresis (PCR-DGGE): A Promising Tool to Diagnose
Bacterial Infections in Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Metab, 40(6): 176-80.
Gilbert, G.L., 2015. Knowing When to Stop Antibiotic Therapy. Medical Journal,
202(3), 121-122.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011a. Modul Penggunaan Obat
Rasional, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta,
hal. 3-8, 19.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011b. Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Terapi Antibiotik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Jakarta, hal. 1, 8-9.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, hal 3-6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Leekha, S., Terrell, C.L., and Edson, R.S., 2011. General Principles of Antimicrobial
Therapy. Mayo Clin Proc, 86(2), 159 -161.
Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Cornia, P.B., Pile, J.C., Peters, E.J.G., Armstrong, D.G.,
Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., Karchmer, A.W., Pinzur, M.S., and
Senneville, E., 2012. 2012 Infectious Disease Society of America Clinical
Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot
Infections. IDSA Guideline, 15 (Juni), pp. 132, 141-142, 151.
Lipsky, B.A., Aragon-Sanchez, J., Diggle, M., Embil, J., Kono, S., Lavery, L.,
Senneville, E., Urbancic-Rovan, V., Van Asten, S., and Peters, E.J.G., 2015.
IWGDF Guidance on the Diagnosis and Management of Foot Infection in
Person with Diabetes. International Working Group on the Diabetic Foot.
Lisni, I., Iriani, S.O., and Sutrisno, E., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada
Pasien Faringitis di Suatu Rumah Sakit di Kota Bandung. Jurnal Farmasi
Galenika, 02(01), 47-49.
Lofmark, S., Edlund, C., and Nord, C.E., 2010. Metronidazole is Still the Drug of
Choice for Treatment of Anaerobic Infection. Clinical Infectious Disease,
50(1): 16-20.
Lukali, V., and Michelo, C., 2015. Factor Associated with Irrational Drug Use at A
District Hospital in Zambia: Patient Record-based Observation. Medical
Journal of Zambia, 42(1), 29.
Mao, W., Vu, H., Xie, Z., Chen, W., and Tang, S., 2015. Systematic Review on
Irrational Use of Medicines in China and Vietnam. Plos One, 10(3), 11.
Metz, M., and Shlaes, D.M., 2014. Eight More Ways to Deal with Antibiotic
Resistance. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 58(8), 4253-4256.
Muharni, S., Sandi N.H, and Susanto, L., 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika.
Perkembangan Terkini Sains Farmasi & Klinik, 5: 1-2.
Patil, S.V., and Mane, R.R., 2016. Comparison of Efficacy of Levofloxacin-
Metronidazole Combination Versus Ceftriaxone in Cases of Moderate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Diabetic Foot Infection. International Journal of Basic & Clinical
Pharmacology, 5(5): 1775-1776.
Pan American Health Organization (PAHO), 2010. Problems of Irrational Drug Use.
new.paho.org/hq/dmdocuments/2010/3_IrrationalSG.pdf, diakses tanggal 24
September 2017.
Permenkes RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, hal. 8-9, 19,34.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2015. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB. Perkeni, Jakarta,
hal. 23.
Smith, K., Collier, A., Townsend, E.M., O’Donnell, L.E., Bal, A.M., Butcher, J.,
Mackay, W.G., Ramage, G., and Williams, C., 2016. One Step Closer to
Understanding the Role of Bacteria in Diabetic Foot Ulcers: Characterising the
Microbiome of Ulcers. BMC Microbiology, 16(54): 1,8-9.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung, Hal.91-92.
Sweetman, S., 2011. Martindale: The Complete Drug Reference. Pharmaceutical Press,
London.
With, K., Allerberger, F., Amann, S., Apfalter, P., Brodt, H.R., Eckmanns, T.,
Fellhauer, M., Geiss, H.K., Janata, O., Krause, R., Lemmen, S., Meyer, E.,
Mittermayer, H., Porsche, U., Presterl, E., Reuter, S., Sinha, B., Straub, R.,
Wechsler-Fordos, A., Wenisch, C., and Kern, W.V., 2016. Strategies to
Enhance Rational Use of Antibiotics in Hospital: A Guidelinde by German
Society for Infectious Disease. Deutsche Gesellschaft for Infektiologie,
11(April), 395-360.
World Health Organization (WHO), 2012. Promoting Rational Prescribing.
Management Science for Health, 29, 3-4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian di RS Panti Rini Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 3. Definisi Operasional Penelitian
1. Pola penggunaan antibiotik adalah Golongan dan jenis antibiotik yang digunakan
oleh pasien yang mengalami ulkus kaki diabetika selama menjalani rawat inap di
RS Panti Rini Yogyakarta.
2. Kriteria Rasionalitas sesuai dengan Modul Penggunaan Obat Rasional (Kemenkes
RI, 2011a):
a. Tepat indikasi penyakit yaitu antibiotik diberikan berdasarkan indikasi dan bahwa
pasien telah terdiagnosis ulkus kaki diabetika yang terinfeksi bakteri.
b. Tepat pemilihan obat yaitu antibiotik yang diberikan kepada pasien sebagai terapi
dapat membunuh dan menghambat bakteri penyebab infeksi berdasarkan
klasifikasi ataupun bakteri yang menyebabkan infeksi pada ulkus kaki diabetika.
c. Tepat dosis yaitu dosis pemberian antibiotik atau kekuatan obat yang diterima
pasien per tiap pemberian maupun per hari disesuaikan dengan kondisi pasien
termasuk usia dan klasifikasi infeksi yang dialami pasien.
d. Tepat interval waktu pemberian obat yaitu interval pemberian antibiotik dalam
per hari antara pemberian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sesuai jumlah
pemberian per hari.
e. Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian atau durasi pemberian antibiotik
kepada pasien sesuai dengan keparahan infeksi yang dialami atau kondisi pasien.
f. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu pemberian antibiotik harus sesuai dengan
respon pasien setelah pemberian obat yang mungkin dapat mempengaruhi proses
ADME obat yang diberikan.
Penggunaan antibiotik akan dikatakan rasional jika keenam kriteria diatas
terpenuhi. Apabila salah satu dari keenam kriteria yang ada diatas tidak terpenuhi
maka penggunaan antibiotik dikategorikan tidak rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Antibiotik Empirik untuk Infeksi Kaki Diabetika pada IWGDF (2015)
Keparahan
infeksi
Faktor tambahan Patogen(s) Regimen antibiotik
empiric
Ringan Tidak ada faktor
penyulit
Gram positif
Cocci
Semisyntetic Penicillin-
resistant Penicillin ;
Sefalosporin generasi 1
Alergi beta laktam Gram positif
Cocci
Klindamisin,
Fluorokuinolon*,
Trimetoprim/
Sulfametoksazol ;
Makrolida ; Doksisiklin
Paparan antibiotik
dalam waktu dekat
Gram positif
Cocci + Gram
negatif Rod
Beta-laktam 1*,
Fluorokuinolon*,
Trimetoprim/
Sulfametoksazol
Resiko tinggi
MRSA
MRSA Linezolid ; Trimetoprim/
Sulfametoksazol ;
Doksisiklin ; Makrolida,
Fluorokuinolon*
Sedang dan
berat
Tidak ada faktor
penyulit
Gram positif
Cocci ± Gram
negatif Rod
Beta-laktam 1*,
Sefalosporin generasi 2
atau 3
Recent Antibiotics Gram positif
Cocci ± Gram
negatif Rod
Beta-laktam 2*,
Sefalosporin generasi 3 ;
Karbapenem 1*
(tergantung terapi
sebelumnya)
Macerated ulcer,
warm climate
Gram negatif
Rod, termasuk
Pseudomonas
Beta-laktam 2*,
Semisyntetic Penicillin-
resistant Penicillin +
Seftazidim, Semisyntetic
Penicillin resistant
Penicillin +
Siprofloksasin,
Karbapenem 2*
Ischemic limb/
nekrosis/ terbentuk
gas
Gram positif
Cocci ± Gram
negatif Rod ±
anaerob
Beta-laktam 1* atau 2*,
Karbapenem 1* atau 2*,
Sefalosporin generasi 2
atau 3 + Klindamisin atau
Metronidazol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Faktor resiko
MRSA
MRSA Penambahan atau
penggantian dengan
Glikopeptid ; Linezolid;
Daptomisin ; Asam
Fusidat ; Trimetoprim/
Sulfametoksazol ±
Rifampisin ; Doksisiklin,
Fluorokuinolon
Faktor resiko
resisten gram
negatif Rod
Extended
Spectrum Beta
Lactamase
producing
organism
Karbapenem ;
Fluorokuinolon ;
Aminoglikosida, Kolistin
Keterangan:
*Fluorokuinolon = yang memiliki aktivitas baik melawan gram positif Cocci (seperti
Levofloksasin atau Moksifloksasin)
*Beta-laktam 1 = Amoksisilin/ Klavulanat, Ampisilin/ Sulbaktam
*Beta-laktam 2 = Ticarcillin/ Clavulanate, Piperacillin/ Tazobactam
*Karbapenem 1= Ertapenem
* Carbapenem 2 = imipenem, meropenem, doripenem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 5. Dosis antibiotik pada DIH24th ed (2015) dan PIONAS (2015)
No Antibiotik Dosis
Golongan Sefalosporin
1. Sefadroksil 1-2 g perhari dosis tunggal tiap 24 jam
atau dibagi tiap 12 jam
2.
Sefuroksim Oral : 250-500 mg, dua kali sehari
IM, IV : 750 mg- 1,5 g tiap 6-8 jam atau
100-150 mg/kg/hari dibagi tiap
6-8 jam, maksimal 6 g perhari
3. Seftriakson IV: 1-2 g tiap 12-24 jam
4. Seftazidim IM, IV : 500 mg – 2 g tiap 8-12 jam
5. Sefotaksim IM, IV : 1 g tiap 12 jam
6. Sefoperazon 2-4 g perhari dibagi tiap 12 jam
7. Sefiksim 400 mg perhari dibagi tiap 12-24 jam
Golongan Fluorokuinolon
8.
Siprofloksasin Oral : 500-750 mg, dua kali sehari
selama 7-14 hari
IV : ringan sampai sedang : 400 mg tiap
12 jam selama 7-14 hari; berat :
400 mg tiap 8 jam selama 7-14 hari
9.
Levofloksasin Uncomplicated : 500 mg tiap 24 jam
selama 7-10 hari
Complicated : 750 mg tiap 24 jam
selama 7-14 hari
Golongan Sulfonamid
10.
Trimetoprim +
Sulfametoksazol
Oral : 1-2 tablet (Sulfamethoxazole 800
mg, trimethoprim 160 mg) tiap 12
jam selama 5-10 hari
Golongan Nitroimidazol
11. Metronidazol Oral, IV : 500 mg tiap 6-8 jam
(maksimal 4 g/hari)
Golongan Linkosamid
12.
Klindamisin Oral : 150-450 mg tiap 6 jam
IM,IV : 600 mg- 2,7 g perhari dibagi
menjadi 2-4 dosis, bisa di
tingkatkan sampai 4,8 g per hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 6. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medis
No. Rekam medis 5
Nama X
Jenis kelamin Perempuan
Tanggal lahir/ umur 20-07-40
Umur 74 thn
Berat Badan -
Tanggal masuk 05-05-2015
Tanggal keluar 11-03-2015
Riwayat Penyakit DM 20 tahun
Riwayat Pengobatan Insulin 3 x 10 U
Alergi obat -
Keadaan Pasien saat pulang Membaik
Hasil Pemeriksaan awal
Keluhan utama Nyeri kaki kanan selama 2 minggu
Kondisi klinis awal (tanda vital) Suhu tubuh : 36
TD : 90/60
Nadi : 88
Nafas : 16-20
Diagnosa utama DM, ulkus DM
Diagnosa pembanding -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tanda Vital
Tanggal 06-03-15 07-03-15 08-03-15
Jam 07.00 12.00 11.00 21.00 07.00 12.10
TD 130/80 90/50 80/60 97/58 120/60 120/80
Nadi 88 80 80 80 80 84
Nafas
Suhu Tubuh 36 35,8 36 37 37 36
Tanggal 09-03-15 10-03-15 11-03-15
Jam 07.00 18.00 07.00 07.00 18.00 07.00
TD 100/80 120/80 110/80 100/80 120/80 110/80
Nadi 80 60 80 80 60 80
Nafas
Suhu Tubuh 36,5 36 36 36,5 36 36
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Waktu Pemeriksaan
Nilai Rujukan 06-03-15 08-03-15 09-03-15 11-03-15
GDP H 158 70-105 mg/dl
GD2PP H 173 H 173
GDS H 173 H 290 70-140 mg/dl
WBC H 27,1 H 27,1 4-11 103/mm3
HB 14,2 13,2-17,3 g/dl
Ureum H 68 10-50 mg/dl
Kreatinin H 1,41 0,5-1,5 mg/dl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Terapi yang diterima pasien
Jenis terapi Rute
pemberian
Dosis
pemberian
Tanggal pemberian
06-
03-
15
07-
03-
15
08-
03-
15
09-
03-
15
10-
03-
15
11-
03-
15
Arcapec PO 3 x 2 tab
Cetirizine PO 3 x 1
Sanmol PO 2 x 1
Oxtercid
(Sefuroksim)
(+)
IV 2 x 1
Novorapid SC 3 x 10 u
Ketese IV 2 x 1
Farsix IV 2 x 1
Obat di bawa pulang
Obat Dosis
Furosemidium tab 40 mg 1 x 1 tab
PCT 500 mg 2 x 1 tab
Arcapec tab 3 x 2 tab
Cetirizine 10 mg 2 x 1 tab
Irbosyd 3 x 1 tab
Cefixime 100 mg (20) 2 x 2 caps
Novorapid flex pen 3 x 10 u
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 7. Contoh Evaluasi Rekam Medis Pasien
Pasien 5
Nama X
Umur 74 tahun
WBC H 27,1
Diagnosa DM, Ulkus DM
Kondisi pulang Membaik
Terapi antibiotik RS : Sefuroksim IV 2 x 1 g (6 hari)
Pulang : Sefiksim 100 mg 2 x 2 caps (5 hari)
Evaluasi rasionalitas antibiotik
Tepat indikasi Tepat, untuk ulkus diabetika yang terinfeksi
bakteri, peningkatan nilai WBC
Tepat pemilihan obat Tepat, karena merupakan salah satu antibiotik
empiris pilihan terapi ulkus kaki diabetika
Tepat dosis Tidak tepat, karena menurut DIH dosis
pemberian IV 750 mg- 1,5 g tiap 6-8 jam
Tepat interval waktu pemberian Tidak tepat, karena menurut DIH interval
pemberian tiap 6-8 jam sedangkan pasien
menggunakan tiap 12 jam
Tepat lama pemberian Tepat, pasien menggunakan antibiotik dalam
rentang waktu 1-2 minggu
Tepat penilaian kondisi pasien Tepat, karena keadaan pasien saat pulang
membaik dan tidak ada kontraindikasi dengan
keadaan pasien
Kesimpulan Penggunaan antibiotik irasional karena tidak
tepat dosis dan waktu pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 8. Check List Rasionalitas Penggunaan antibiotik
No Antibiotik
Kriteria rasionalitas
Pengobatan
rasional Tepat
indikasi
Tepat
pemilihan
obat
Tepat
dosis
Tepat
interval
waktu
pemberian
Tepat
lama
pemberian
Tepat
penilaian
kondisi
pasien
1.
Kombinasi
Klindamisin PO 3 x 300 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
√
√
×
×
√
√
I
2.
Kombinasi
Metronidazol IV 3 x 500 mg
Sefotaksim IV 2 x 1 g
√ √
√
√
√
√
R
3. Sefuroksim IV 2 x 1 g √ √ × × √ √ I
4.
RS :
Kombinasi :
Seftazidim IV 2 x 1 g
Metronidazol IV 2 x 500 mg
Pulang:
Sefadroksil 2 x 500 mg
√
√
×
×
√
√
I
5.
RS :
Sefuroksim IV 2 x 1 g
Pulang:
√
√
×
×
√
√
I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sefiksim 2 x 200 mg
6.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang:
Sefiksim 2 x 200 mg
√
√
√
√
√
√
R
7.
RS :
Kombinasi
Seftriakson IV 2 x 1 g
Klindamisin PO 4 x 300 mg
Pulang:
Sefadroksil 2 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
8.
RS :
Seftazidim IV 2 x 1 g
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg
(Trimetoprim 80 mg
,sulfametoksazol 400 mg) 2 x
1 tab
√
√
√
√
√
√
R
9. Sefuroksim IV 2 x 1 g √ √ × × √ √ I
10.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Sefadroksil 2 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
11.
RS :
Kombinasi
Seftriakson IV 2 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
√
√
√
√
√
√
R
12.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
sefadroksil 2 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
13. Seftazidim IV 2 x 1 g √ √ √ √ √ √ R
14.
Kombinasi
Seftriakson IV 1 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
√
√ √ √
√
√
R
15. Seftriakson IV 2 x 1 g √ √ √ √ √ √ R
16.
Kombinasi
Seftriakson IV 2 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
17. Seftriakson IV 2 x 1 g √ √ √
√
√ √ R
18.
Kombinasi
Sefoperazon 2 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
19.
RS :
Kombinasi
Seftriakson IV 2 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
Pulang :
Kombinasi
Sefadroksil 2 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
20.
RS :
Seftazidim IV 2 x 1 g
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
√
√
√
√
√
√
R
21. Seftazidim IV 2 x 1 g √ √ √ √ √ √ R
22.
RS :
Seftriakson IV 1 x 1 g
Pulang :
Klindamisin PO 2 x 300 mg
√
√
√
√
√
√
R
23.
RS :
Seftazidim IV 2 x 1 g
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
√
√
√
√
√
√
R
24. RS
Kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Sefuroksim IV 2 x 1 g
Klindamisin PO 3 x 300 mg
√ √ ×
×
√ √ I
25.
RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Sefadroksil 2 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
26.
Kombinasi
Seftazidim IV 3 x 1 g
Klindamisin PO 4 x 300 mg
√
√
√
√
√
√
R
27.
RS :
Seftazidim IV 2 x 1 g
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
√
√
√
√
√
√
R
28.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Sefadroksil 2 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
29.
RS :
Kombinasi
Seftazidim IV 2 x 1 g
Klindamisin PO 4 x 300 mg
Pulang :
Kombinasi
√
√
√
√
√
√
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Klindamisin 3 x 300 mg
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
30.
RS :
Kombinasi
Seftriakson IV 2 x 1 g
Metronidazol IV 3 x 500 mg
Pulang :
Kombinasi
Sefiksim 2 x 200 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
31.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Kombinasi
Sefiksim 2 x 100 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
√
√
√
√
√
√
R
32.
RS :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
Pulang :
Kotrimoksazol 480 mg 2 x 2
tab
√
√
√
√
√
√
R
33. RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
√
√
√
√
√
√
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Keterangan :
I : Irasional
R : Rasional
Pulang :
Klindamisin PO 2 x 300 mg
34.
RS:
Sefuroksim IV 2 x 1 g
Pulang :
Levofloksasin 1 x 500 mg
√
√
×
×
√
√
I
35.
RS :
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Klindamisin PO 2 x 300 mg
√
√
√
√
√
√
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BIOGRAFI PENULIS
Penulis naskah skripsi berjudul “Evaluasi Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Pasien Ulkus Kaki Diabetika yang menjalani Rawat Inap
di Rumah Sakit Panti Rini Periode 2015-2016” memiliki nama
lengkap Debby Permata Sari Liwang. Lahir di Makassar, 7
September 1996. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara yaitu dari pasangan Effendy Liwang dan Natalia
Palebangan. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis
yaitu TK Bunda Hati Kudus Palu (2000-2002), SD Katolik Santo Antonius Palu (2002-
2008), SMP Katolik Santo Paulus Palu (2008-2011), SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
(2011-2014). Pada tahun 2014, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan
tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis memiliki
pengalaman sebagai asisten Praktikum Farmakokinetika-Biofarmasetika pada tahun
2017, Praktikum Formulasi Tekhnologi Sediaan Farmasi pada tahun 2017, dan
Pratikum Pharmaceutical Care 2 pada tahun 2017. Selama kuliah, penulis juga aktif
dalam kegiatan kepanitiaan seperti Student Exchange Programme sebagai seksi acara
pada tahun 2016 dan Makrab Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia sebagai seksi
acara pada tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI