evaluasi penyusunan laporan realisasi anggaran dan neraca konsolidasian dinas pajak daerah dan...
DESCRIPTION
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu entitas ekonomi yang disajikan seolah-olah seperti satu entitas tunggal. Di dalamnya merupakan gabungan dari beberapa laporan keuangan entitas yang berada dibawah satu entitas konsolidator utama/induk, yang mempunyai kewajiban untuk mengkonsolidasikan laporan-laporan keuangan entitas dibawa hnya menjadi satu kesatuan laporan keuangan. Sehingga, akan dapat mencerminkan keadaan serta kinerja keuangan yang sebenarnya dari entitas-entitas yang ada di suatu lingkup pemerintahan atau pengelolaan keuangan lainnya secara utuh dan lebih lengkap.TRANSCRIPT
-
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
LAPORAN STUDI LAPANGAN
EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAN
NERACA KONSOLIDASIAN DINAS PAJAK DAERAH DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010
Diajukan oleh:
Anggit Pambudi
NPM: 093060016207
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan
Tahun 2012
-
ii
-
ii
-
ii
-
v
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas semua pertolongan dan berkah yang diberikan sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Studi Lapangan ini dengan baik. Tak lupa sholawat dan salam
penulis ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia terbaik sepanjang
zaman yang telah begitu luar biasa memperjuangkan cahaya Islam. Semoga kita bisa
terus istiqomah mengikuti jejak beliau hingga akhir zaman.
Laporan Studi Lapangan ini disusun guna memenuhi sebagian dari syarat
dinyatakan lulus dari Program Diploma III Akuntansi Pemerintahan Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara Tahun 2012. Segala kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan
Laporan Studi Lapangan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan motivasi dari
berbagai pihak. Atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan, penulis secara
khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta, atas segala doa, kasih sayang, dukungan moral dan
materiil, motivasi, nasehat serta semua yang telah diberikan kepada penulis.
2. Paman, bibi, saudara, kakek, nenek dan tetangga yang selalu membantu penulis di
saat penulis sedang kesusahan.
-
vi
3. Bapak Kusmandji, Ak., MBA, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,
Bapak Fadlil Usman, Ak., M.Acc. selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan
Ajun Akuntan serta seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama tiga tahun menjalani perkuliahan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara ini.
4. Bapak Ika Gunawan, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, pikiran, tenaga dan bimbingannya untuk penulis dalam penyusunan
Laporan Studi Lapangan ini.
5. Ibu Sulis, ibu Kombar, ibu Devi dan semua pegawai Dinas Pajak Daerah dan
Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin,
suasana yang nyaman selama pelaksanaan Praktek Studi Lapangan dan data untuk
penulisan laporan ini.
6. Teman-teman satu kosan di Hasan Kost yang sudah bersama hampir 3 tahun ini.
Semoga persahabatan dan pertemanan kita tidak pernah putus satu sama lain.
7. Teman-teman satu perjuangan dari daerah asal, Kota Yogyakarta. Yang telah
menemani dan bersama dengan penulis dimanapun penulis berada.
8. Teman-teman 1-T 09/10, 2-X 10/11 dan 3-E 11/12 Akuntansi Pemerintahan
yang telah memberikan warna tersendiri di kehidupan penulis selama menuntut
ilmu di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
9. Teman-teman satu bimbingan Laporan Studi Lapangan, yang selalu memberikan
motivasi dan semangat tersendiri dalam mengerjakan Laporan Studi Lapangan ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik langsung
maupun tidak langsung telah membantu dan memudahkan penulis. Terimakasih
atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikan.
-
vii
Penulis berharap dan berdoa semoga semua bantuan dan dukungan yang telah
kalian berikan mendapat balasan kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga
Laporan Studi Lapangan ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa
STAN pada khususnya dan masyarakat akademik pada umumnya. Amien.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Tangerang, Juli 2012
Penulis
Anggit Pambudi
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN...... ii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN ......................... iii
HALAMAN PERNYATAAN LULUS TIM PENILAI .......................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN . xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan ..................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Metode Pengumpulan Data................................................................... 4
E. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 5
BAB II DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota
Yogyakarta ........................................................................................... 7
1. Kondisi geografis ........................................................................... 7
2. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................. 8
3. Visi dan Misi .................................................................................. 9
-
ix
4. Struktur Organisasi Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan
(DPDPK) Kota Yogyakarta ............................................................ 9
B. Kebijakan Akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2010 .......................................................................................... 10
1. Pendapatan ..................................................................................... 11
2. Belanja ........................................................................................... 12
3. Pembiayaan .................................................................................... 12
4. Aset ................................................................................................ 12
5. Kewajiban ...................................................................................... 16
6. Ekuitas Dana .................................................................................. 17
C. Kertas Kerja Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Dinas
Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta .................. 17
D. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2010 .......................................................................................... 19
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ..................................................................................... 24
1. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi ........................................... 24
2. Laporan keuangan konsolidasian .................................................... 25
3. Prosedur konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah ............. 28
4. Penyajian laporan keuangan konsolidasian ..................................... 30
5. Konsolidasi laporan keuangan BLUD ............................................. 31
-
x
6. Konsolidasi menggunakan SIPKD .................................................. 34
B. Pembahasan ......................................................................................... 36
1. Evaluasi penyusunan laporan realisasi anggaran konsolidasian di dinas
pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun
2010 ............................................................................................... 36
2. Evaluasi penyusunan neraca konsolidasian di dinas pajak daerah dan
pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010 ......................... 43
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 56
B. Saran .......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 58
LAMPIRAN
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010
Lampiran 2 Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010
Lampiran 3 Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan
Lampiran 4 Kertas Kerja Konsolidasi LRA SKPD Gabungan
Lampiran 5 Kertas Kerja Konsolidasi LRA BUD
Lampiran 6 Kertas Kerja Konsolidasi Neraca Gabungan
Lampiran 7 Flow Chart Penyusunan LRA dan Neraca Konsolidasian
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu entitas ekonomi
yang disajikan seolah-olah seperti satu entitas tunggal. Di dalamnya merupakan
gabungan dari beberapa laporan keuangan entitas yang berada dibawah satu entitas
konsolidator utama/induk, yang mempunyai kewajiban untuk mengkonsolidasikan
laporan-laporan keuangan entitas dibawahnya menjadi satu kesatuan laporan
keuangan. Sehingga, akan dapat mencerminkan keadaan serta kinerja keuangan yang
sebenarnya dari entitas-entitas yang ada di suatu lingkup pemerintahan atau
pengelolaan keuangan lainnya secara utuh dan lebih lengkap.
Kelengkapan yang diperlukan dalam menyusun sebuah laporan keuangan
konsolidasian pemerintah daerah adalah bukti-bukti transaksi, laporan keuangan
dinas-dinas serta kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan dibuat dua macam, yaitu
laporan keuangan triwulan dan laporan keuangan tahunan. Berdasarkan PP Nomor 8
Tahun 2006, pemerintah daerah adalah entitas pelaporan yang wajib menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut
disusun oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dalam kapasitasnya
sebagai entitas pelaporan mewakili pemerintah daerah. Untuk menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah, PPKD akan mengkonsolidasikan seluruh laporan
-
2
keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungannya dengan laporan
keuangan PPKD sendiri selaku entitas akuntansi.
Sebagaimana dinyatakan di dalam pasal 240 ayat (2) Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 yang berbunyi Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun
laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi
laporan keuangan pemerintah daerah. Maka kepala SKPD mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan laporan keuangan kepada PPKD untuk kemudian disusun
menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Proses penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pun sudah banyak dijelaskan di dalam beberapa buku dan juga literatur
tentang pelaporan keuangan pemerintah.
Oleh karena itu, didasari atas rasa keingintahuan dan ketertarikan penulis terkait
proses pengkonsolidasian laporan keuangan SKPD-SKPD dan juga PPKD menjadi
laporan keuangan pemerintah daerah, penulis akan mencoba mengevaluasi proses
penyusunan laporan keuangan konsolidasian, khususnya pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Neraca yang dilakukan oleh Dinas Pajak Daerah dan
Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta untuk laporan keuangan tahun
2010 berdasarkan pada teori dan pemahaman pada langkah-langkah penyusunan
laporan keuangan konsolidasian yang sudah penulis dapatkan .
B. Ruang Lingkup
Untuk membatasi permasalahan, penulis membatasi pembahasan dalam laporan
ini pada evaluasi atas penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca
Konsolidasian berdasarkan laporan keuangan tahunan SKPD-SKPD dan juga PPKD
di DPDPK Kota Yogyakarta yang kemudian akan disusun menjadi Laporan Realisasi
-
3
Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010. Evaluasi dilakukan
dengan cara membandingkan antara langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2010 di DPDPK Kota Yogyakarta dengan langkah-langkah penyusunan
laporan konsolidasian pemerintah daerah yang ada pada literatur, buku, serta sumber-
sumber lainnya yang sesuai.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan laporan Studi Lapangan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat secara langsung sekaligus mempelajari laporan keuangan yang
disusun oleh DPDPK Kota Yogyakarta selaku penyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Yogyakarta.
2. Mengevaluasi penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca
Konsolidasian di DPDPK Kota Yogyakarta Tahun 2010 berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, teori yang ada dan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang ilmu yang telah diperoleh selama di
bangku perkuliahan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dalam bentuk Laporan
Studi Lapangan.
4. Untuk membandingkan teori yang sudah didapatkan semasa kuliah dengan
keadaan yang terjadi di dunia kerja sebenarnya.
5. Untuk memperoleh pengalaman tentang proses penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca Konsolidasian yang dilakukan di DPDPK Kota Yogyakarta.
-
4
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan serta sumber-sumber pendukung
lainnya yang dapat membantu penyusunan Laporan Studi Lapangan ini, penulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan.
Penelitian kepustakaan (library research) adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber tertulis yang
relevan dengan pokok pembahasan, yaitu dapat berupa buku-buku, literatur, media
cetak, karya atau jurnal ilmiah, situs-situs internet, perundangan-undangan yang
berlaku dan hasil penelitian lain baik yang telah ataupun belum dipublikasikan.
Metode penelitian ini berguna untuk memperoleh pemahaman awal tentang pokok
bahasan, pengertian-pengertian dasar serta landasan teori terkait dan konsep yang
digunakan sebagai acuan dalam memberikan evaluasi atas permasalahan yang
dibahas.
2. Penelitian lapangan
Penelitian Lapangan (field research) adalah metode penelitian yang dilakukan
dengan melihat secara langsung langsung objek yang menjadi pokok
permasalahan atau dengan memperoleh data sekunder dari pihak lain guna
memperoleh data-data yang diperlukan secara lengkap dan akurat. Dalam
penelitian lapangan tidak memerlukan pengetahuan yang mendalam akan literatur
yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Metode penelitian
lapangan ini didalamnya meliputi wawancara, observasi dan pengumpulan
dokumen-dokumen yang dapat membantu sumber data yang dibutuhkan.
-
5
E. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang uraian latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematikan pembahasan Laporan Studi Lapangan.
BAB II DATA DAN FAKTA
Berisi tentang data dan fakta terkait kondisi umum DPDPK Kota Yogyakarta,
kebijakan akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun
2010, kertas kerja konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca
DPDPK Kota Yogyakarta Tahun 2010, dan Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010.
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam menyusun laporan
Studi Lapangan, seperti teori tentang pengertian entitas pelaporan dan entitas
akuntansi, laporan keuangan konsolidasian, prosedur konsolidasi laporan
keuangan pemerintah daerah, penyajian laporan keuangan konsolidasian,
konsolidasi laporan keuangan BLUD, konsolidasi dengan menggunakan
SIPKD serta pembahasan mengenai evaluasi penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca Konsolidasian di DPDPK Kota Yogyakarta tahun 2010
yang dilakukan sebagai salah satu proses dalam menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan ringkasan dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya
serta saran-saran yang diberikan penulis terkait penyusunan Laporan Realisasi
-
6
Anggaran dan Neraca Konsolidasian Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan
Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta Tahun 2010.
-
7
BAB II
DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta dan Dinas Pajak Daerah dan
Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta
1. Kondisi geografis.
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai Ibukota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota.
Secara geografis Kota Yogyakarta terbentang antara 110 024
1 19
11 sampai 110
0 28
1
5311
Bujur Timur dan 070
151
2411
sampai 070
241
2611
Lintang Selatan. Jarak terjauh
dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,6 km.
Secara administratif Kota Yogyakarta berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kabupaten Sleman
Sebelah timur : Kabupaten Sleman dan Bantul
Sebelah selatan : Kabupaten Bantul
Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman
Kota Yogyakarta terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi, yang
memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%) dan berada pada
ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian wilayah
dengan luas 1.657 ha terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya
-
8
(1.593 ha) berada pada ketinggian antara 100-199 meter dpa. Sebagian besar jenis
tanahnya adalah regosol. Terdapat 3 (tiga) sungai yang mengalir dari arah utara ke
selatan, yaitu Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di
bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian barat kota.
Luas Kota Yogyakarta sekitar 32,5 km2
atau 1,02 % dari luas wilayah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan terdiri dari 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 RW
dan 2.521 RT.
2. Tugas pokok dan fungsi.
DPDPK Kota Yogyakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pajak daerah dan
pengelolaan keuangan daerah. DPDPK Kota Yogyakarta juga menjalankan fungsinya
sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sehingga otomatis merupakan
Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Yogyakarta dan mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan pengelolaan APBD.
b. Menyusun rancangan APBD
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah.
d. Melaksanakan fungsi sebagai Bendahara Umum Daerah.
e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
f. Menyusun rancangan perubahan APBD
-
9
g. Melaksanakan tugas pembantuan di bidang pajak daerah dan pengelolaan
keuangan.
3. Visi dan misi.
Visi dan misi yang dimiliki oleh Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Kota Yogyakarta adalah:
a. Visi.
Menjadi fasilitator dan motivator pengelolaan pajak daerah dan keuangan
daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
b. Misi.
1) Mewujudkan peningkatan pelayanan dan pendapatan daerah melalui pajak daerah.
2) Mewujudkan peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang
efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
4. Struktur organisasi dinas pajak daerah dan pengelolaan keuangan
kota yogyakarta.
Susunan organisasi Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK)
Kota Yogyakarta, terdiri dari:
a. Sekretariat, yang terdiri dari:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2) Sub Bagian Keuangan.
3) Sub Bagian Administrasi Data dan Pelaporan.
b. Bidang Pajak Daerah, yang terdiri dari:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.
-
10
2) Seksi Penetapan.
3) Seksi Penagihan dan Keberatan.
4) Seksi Pembukuan dan Pelaporan.
c. Bidang Anggaran, yang terdiri dari:
1) Seksi Perencanaan Anggaran.
2) Seksi Pengendalian Anggaran.
3) Seksi Penyediaan Dana.
d. Bidang Perbendaharaan, yang terdiri dari:
1) Seksi Pengelolaan Belanja Gaji.
2) Seksi Pengeloaan Belanja Non Gaji.
e. Bidang Pelaporan, yang terdiri dari:
1) Seksi Akuntansi.
2) Seksi Pembiayaan.
f. UPT
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
B. Kebijakan Akuntansi Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Yogyakarta Tahun 2010
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, sedangkan
entitas akuntansi adalah unit pemerintah pengguna anggaran/pengguna barang dan
-
11
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Laporan Realisasi APBD disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi
yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima pada Kas Umum Daerah atau dikeluarkan dari Kas Umum Daerah.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis
akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari Kas Umum
Daerah.
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2010 sebagian besar telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual. Dengan
demikian, dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta telah
diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintah
daerah.
Kebijakan akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Kota Yogyakarta adalah:
1. Pendapatan.
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
-
12
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah. Akuntansi
pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto. Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.
2. Belanja.
Belanja adalah semua pengeluaran Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayaran kembali oleh pemerintah daerah. Belanja diakui pada periode tahun
anggaran berjalan pada saat kas dikeluarkan dari Kas Daerah dan telah
dipertanggungjawabkan.
3. Pembiayaan.
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas
diterima pada Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas
Umum Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas
bruto.
4. Aset.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan yang diharapkan dapat diperoleh oleh
pemerintah daerah, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-
-
13
keuangan yang diperlukan untuk penyedia jasa bagi kepentingan masyarakat umum
dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset
diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
a. Aset lancar.
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal
pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di
Neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan
di Neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Neraca.
Piutang dinyatakan dalam Neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang
telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Persediaan dicatat di Neraca berdasarkan harga pembelian
terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian, menggunakan harga wajar atau
estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan dan menggunakan harga standar apabila diperoleh dengan
memproduksi sendiri.
b. Investasi.
-
14
Investasi adalah hak yang dimasukkan untuk memperoleh manfaat ekonomis
seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Investasi pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama
lebih dari setahun. Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Daerah per 31
Desember 2010 terbatas pada investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non
permanen dan permanen. Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang
yang tidak masuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimilki secara
tidak berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan
untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam
jangka panjang. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi
dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal neraca.
c. Aset tetap.
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
-
15
tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan Neraca SKPD/PPKD per 31 Desember 2010
pada harga perolehan/harga wajar saat perolehan. Menurut PSAP Nomor 07 tentang
Akuntansi Aset Tetap, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap
dikurangi akumulasi penyusutan (depresiasi). Namun, dalam LKPD Tahun 2010,
seluruh aset tetap yang dikelola oleh SKPD/PPKD selaku pengguna barang belum
disusutkan/didepresiasi.
d. Aset lainnya.
Aset lainnya adalah aset pemerintah daerah selain aset lancar, investasi jangka
panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA), Tagihan Perbendaharaan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR), yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Aset Tak Berwujud,
dan Aset Lain-Lain.
TPTGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai
negeri dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita
oleh pemerintah daerah sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari suatu
perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut
atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan TPTGR yang akan jatuh tempo
12 (dua belas) bulan setelah tanggal Neraca disajikan sebagai aset lancar. Kemitraan
dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama
dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang diimiliki.
-
16
Aset Tak Berwujud merupakan aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan
intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise,
hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hak jasa dan operasi Aset Tak
Berwujud dalam pengembangan. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak
dapat dikategorikan ke dalam TPA, TPTGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga.
5. Kewajiban.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Dalam
konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain,
atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah daerah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah daerah. Setiap kewajiban
dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat
atau peraturan perundang-undangan.
Kewajiban pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar untuk jatuh tempo dalam waktu dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang
Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang
Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
-
17
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk
dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah
daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya
seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang
asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum
disetorkan kepada pihak lain sampai akhir periode pelaporan. Nilai yang dicantumkan
dalam Neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang jatuh
tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
6. Ekuitas dana.
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih antara
aset dan utang pemerintah daerah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar
dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar
dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset
tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.
C. Kertas Kerja Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Dinas
Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta
Dalam menyusun Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Konsolidasian Tahun
2010, DPDPK menggunakan kertas kerja konsolidasi untuk membantu dalam proses
-
18
penggabungan laporan keuangan SKPD-SKPD dan PPKD. Untuk kertas kerja
konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran Gabungan pada lampiran III, di dalamnya
terdapat Kolom Uraian, Kolom Anggaran, Kolom LRA BUD, Kolom LRA SKPD
Gabungan, Kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010, Kolom Persentase dan Kolom
Realisasi Tahun 2009. Kolom LRA BUD berisi tentang Laporan Realisasi Anggaran
BUD dalam hal ini adalah DPDPK selaku PPKD, sehingga jumlah saldo yang ada di
dalam kolom ini adalah jumlah saldo dari LRA BUD saja yaitu DPDPK selaku
BUD/PPKD. Lalu untuk Kolom LRA SKPD Gabungan, berisi tentang jumlah saldo
total LRA seluruh entitas yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, baik
itu SKPD, DPDPK selaku SKPKD, dan juga LRA BLU yang sudah dikonversikan
sesuai dengan SAP.
Kolom Uraian memberikan penjelasan mengenai akun/rekening apa saja yang ada
pada LRA Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 sebagai hasil penggabungan
LRA seluruh entitas di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Kolom Anggaran
berisi tentang jumlah anggaran yang disediakan untuk masing-masing rekening baik
itu pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama satu tahun anggaran. Selanjutnya,
Kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010 berisi tentang jumlah dari saldo Kolom LRA
BUD ditambah dengan jumlah dari saldo pada Kolom LRA SKPD Gabungan. Jumlah
saldo pada kolom Realisasi Gabungan Tahun 2010 tersebut, merupakan jumlah saldo
keseluruhan Laporan Realisasi Anggaran entitas Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
tahun anggaran 2010.
-
19
Kemudian, Kolom Persentase menunjukkan tingkat ketercapaian penyerapan
anggaran selama tahun anggaran 2010, dalam hal ini merupakan hasil dari
penggunaan anggaran oleh entitas-entitas di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta
maupun dari penerimaan yang sudah dianggarkan sedemikian rupa pada awal tahun.
Ditambah lagi, Kolom Realisasi 2009 dapat digunakan sebagai pembanding antara
Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dengan realisasi
anggaran tahun sebelumnya.
Selanjutnya untuk Kertas Kerja Konsolidasi Neraca, didalamnya terdapat Kolom
Nama Rekening, Kolom Neraca Saldo BUD, Kolom Neraca Gabungan SKPD,
Kolom Jurnal Penutup, dan Neraca Saldo Setelah Eliminasi. Kolom Nama Rekening
menjelaskan tentang nama-nama akun yang terdapat pada Neraca. Kolom Neraca
Saldo BUD menunjukkan informasi posisi keuangan pada Neraca DPDPK selaku
BUD, sedangkan Kolom Neraca Gabungan SKPD menunjukkan informasi posisi
keuangan gabungan seluruh Neraca SKPD di lingkungan Pemerintah Kota
Yogyakarta untuk tahun anggaran 2010. Kolom Jurnal Penutup menunjukkan akun-
akun yang ditutup untuk Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta. Kemudian, terdapat
Kolom Neraca Gabungan Setelah Eliminasi yang menggambarkan Neraca Pemerintah
Kota Yogyakarta yang merupakan hasil konsolidasi dari Neraca BUD dan Neraca
SKPD Gabungan setelah proses eliminasi dan jurnal penutupan. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
D. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2010
-
20
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun
2010 merupakan hasil dari penggabungan/konsolidasi dari LRA dan Neraca seluruh
entitas-entitas yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Di dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan juga Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut,
tercermin tingkat penyerapan anggaran dan juga posisi keuangan Pemerintah Kota
Yogyakarta untuk tahun anggaran 2010.
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 terdiri
atas:
1. Pendapatan daerah.
Pendapatan adalah semua penerimaan uang melalui Kas Umum Daerah yang
menjadi hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan secara bruto, hal ini
mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarakan tidak boleh
dikurangi dengan belanja yang dipergunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan
tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah.
Pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi
hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak
-
21
dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian, dana otonomi khusus
serta bagian keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
2. Belanja daerah.
Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja
langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.
Sementara, belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, belanja bantuan keuangan kepada
pemerintah provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tak terduga.
3. Pembiayaan.
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang berjalan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah
ini terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan
pembiayaan meliputi Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran (SiLPA), pencairan
dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang
daerah. Sedangkan pengeluaran pembiayaan meliputi pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal, pembayaran pokok hutang, dan pemberian pinjaman daerah.
Penjelasan lebih lanjut mengenai Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota
Yogyakarta dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya, untuk Neraca Pemerintah
Kota Yogyakarta Tahun 2010 terdiri atas:
-
22
1. Aset daerah.
Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan/atau dikuasai dan dapat
diukur dengan satuan uang, tetapi tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan,
sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, kandungan pertambangan, dan harta
peninggalan sejarah seperti candi. Aset daerah dalam Neraca adalah seluruh barang
yang dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah Kota Yogyakarta, baik yang berasal dari
APBD Kota Yogyakarta, pelimpahan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
instansi vertikal, hasil swadaya masyarakat, maupun bantuan pihak ketiga lainnya.
Aset Pemerintah Kota Yogyakarta yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember
2010 diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap,
Dana Cadangan, dan Aset Lainnya. Aset Lancar terdiri dari Kas dan Setara Kas,
Investasi kangka Pendek, Piutang, dan Persediaan. Investasi Jangka Panjang meliputi
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah, Pemberian Pinjaman, dan Investasi Jangka
Panjang Lainnya. Sedangkan untuk Aset Tetap diklasifikasikan menjadi Tanah,
Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap
Lainnya, serta Konstruksi Dalam Pengerjaan. Aset Lainnya meliputi antara lain
Tagihan Penjualan Angsuran, Tagihan Sewa, Kemitraan Dengan Pihak Ketiga, Aset
Tak Berwujud dan Aset Lain-lain. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
2. Kewajiban daerah.
Kewajiban daerah dikategorikan menjadi Kewajiban Jangka Pendek dan
Kewajiban Jangka Panjang. Kewajiban Jangka Pendek harus dibayar kembali atau
jatuh tempo dalam satu periode akuntansi, antara lain berupa utang Perhitungan Fihak
-
23
Ketiga (PFK), Utang Bunga, Utang Kepada Fihak Ketiga, Bagian Lancar Utang
Dalam Negeri-Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. Sedangkan
utang jangka panjang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu
periode akuntansi, terdiri dari Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat dan Utang
Jangka Panjang Lainnya.
3. Ekuitas dana.
Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
jumlah aset dengan jumlah hutang, yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas
Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Untuk lebih jelasnya tentang Neraca
Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2.
-
24
BAB III
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Entitas pelaporan dan entitas akuntansi.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut PP Nomor 8 Tahun 2006 wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan yang
ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan, umumnya bercirikan:
a. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat
pemisahan kekayaan dari anggaran.
b. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan.
c. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat
negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat.
d. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak
langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
Entitas pelaporan pemerintah pusat mempunyai tanggungjawab untuk menyusun
laporan keuangan konsolidasian dari seluruh laporan keuangan gabungan kementerian
negara/lembaga yang selanjutnya ditambah dengan laporan yang berasal dari
penyelenggara fungsi perbendaharaan. Entitas pelaporan pemerintah daerah
-
25
menyusun laporan keuangan konsolidasian dari gabungan seluruh laporan keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang selanjutnya ditambah laporan yang
berasal dari penyelenggara fungsi perbendaharaan.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan entitas akuntansi adalah setiap unit
pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola barang yang wajib
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan dan secara periodik menyiapkan
laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan
tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam
rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan.
2. Laporan keuangan konsolidasian.
a. Pengertian.
Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan
oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya serta entitas
akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal
balik (reciprocal accounts) agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan
konsolidasian. Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan dan entitas
akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu kesatuan entitas tunggal.
Dalam PSAP Nomor 11 paragraf 2 disebutkan bahwa Laporan keuangan untuk
tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan
disajikan secara terkonsolidasi menurut standar ini agar mencerminkan satu kesatuan
entitas. Maksud terkonsolidasi adalah laporan yang dihasilkan oleh entitas pelaporan
-
26
merupakan penggabungan dari entitas-entitas akuntansi yang ada dibawah satu entitas
pelaporan dengan proses berjenjang dalam wadah Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat/Daerah.
Disamping hal tersebut, dilingkup pemerintah pusat diwajibkan untuk menyusun
laporan keuangan konsolidasian tingkat pemerintah pusat sesuai dengan PSAP Nomor
11 paragraf 3 yang mengatakan Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah
pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi,
termasuk laporan keuangan Badan Layanan Umum. Laporan Keuangan
Konsolidasian Pemerintah Pusat yang sering disebut Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) merupakan laporan gabungan seluruh entitas pelaporan ditingkat
kementerian negara/lembaga dan laporan yang berasal dari entitas pelaporan
Bendahara Umum Negara (BUN). Sedangkan Laporan Keuangan Konsolidasian
Pemerintah Daerah yang sering disebut juga Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) merupakan laporan yang berasal dari entitas pelaporan ditingkat pemerintah
daerah dan laporan yang berasal dari entitas pelaporan Bendahara Umum Daerah
(BUD).
b. Komponen laporan keuangan konsolidasian.
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 2006
setidak-tidaknya terdiri dari:
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Laporan Realisasi Anggaran atau Realisasi APBD untuk pemerintah daerah
menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja, dan
-
27
pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang diperbandingkan dengan
anggarannya masing-masing dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2) Neraca.
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu
yang terdiri dari aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana (kekayaan bersih).
3) Laporan Arus Kas (LAK).
LAK menyajikan informasi mengenai sumber penerimaan dan penggunaan kas
dari aktivitas operasi, investasi non keuangan, pembiayaan, dan aktivitas non
anggaran selama satu tahun anggaran. LAK akan menjelaskan perubahan saldo kas
yang dilaporkan di Neraca.
4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
CaLK menyajikan informasi tambahan ataupun rincian informasi dari ketiga
komponen laporan keuangan diatas, yaitu LRA, Neraca, LAK serta informasi lainnya
yang tidak berhubungan langsung dengan ketiga komponen laporan keuangan
tersebut tetapi dianggap relevan atau dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan, contoh: kondisi makro ekonomi, kebijakan keuangan pemerintah, dan
sebagainya. Khusus untuk LAK hanya dihasilkan dan disusun oleh entitas pelaporan
yang menjalankan fungsi perbendaharaan. Laporan keuangan tersebut menurut PSAP
Nomor 11 paragraf 6 menyebutkan bahwa Laporan keuangan konsolidasian terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
dimana LAK tidak dimasukkan dalam komponen laporan keuangan konsolidasian
akan tetapi hanya merupakan laporan yang disusun oleh BUN/BUD.
-
28
Sehingga dapat disimpulkan dari uraian tersebut yang termasuk dalam laporan
keuangan konsolidasian adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
b. Neraca.
c. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).
3. Prosedur konsolidasi laporan keuangan pemerintah daerah.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah laporan keuangan konsolidasian
dari Laporan Keuangan SKPD, Laporan Keuangan PPKD dan Laporan Keuangan
Konsolidator. Perbedaan utama dari LKPD dibandingkan dengan Laporan Keuangan
SKPD dan PPKD adalah tidak adanya rekening Rekening Koran (RK) SKPD maupun
PPKD. Rekening tersebut merupakan akun resiprokal yang dinihilkan melalui jurnal
eliminasi saat proses konsolidasi. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan
dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah:
a. Langkah pertama.
1) Membuat jurnal eliminasi.
Jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan eliminasi atau menihilkan saldo
akun-akun timbal balik yang ada di Neraca SKPD maupun PPKD. Akun timbal balik
adalah akun-akun Rekening Koran (RK), baik itu RK-SKPD maupun RK-PPKD.
Berikut ini adalah contoh dari jurnal eliminasi:
RK-PPKD xxx
RK-Dinas xxx
RK-Kantor xxx
-
29
RK-Badan xxx
2) Membuat kertas kerja.
Kertas kerja dibuat untuk mempermudah dan mempercepat penyusunan laporan
keuangan konsolidasian. Sumber-sumber angka yang diperlukan untuk menyusun
laporan keuangan konsolidasian dengan menggunakan kertas kerja berasal dari
laporan keuangan dinas atau unit kerja, neraca saldo dan jurnal eliminasi. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menyusun kertas kerja konsolidasi adalah sebagai
berikut:
a) Memasukkan angka-angka dari neraca saldo atau laporan keuangan Pemda dan
dinas sesuai dengan rekening/akun yang sudah disediakan.
b) Memasukkan angka-angka dari jurnal eliminasi ke dalam rekening di sisi debet
dan kredit dengan kolom yang sesuai.
c) Menghitung angka-angka yang akan disajikan di dalam laporan keuangan
konsolidasi yang merupakan gabungan kedua langkah di atas.
b. Langkah kedua.
Jurnal penutup adalah jurnal akhir yang dibuat untuk menutup saldo akun nominal
menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang
digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca, yaitu pendapatan, belanja,
dan pembiayaan. Dibawah ini adalah format jurnal penutup untuk laporan keuangan
konsolidasian:
Pendapatan xxx
Penerimaan Pembiayaan xxx
-
30
Apropriasi Belanja xxx
Estimasi Pengeluaran Pembiayaan xxx
Belanja xxx
Pengeluaran Pembiayaan xxx
Estimasi Pendapatan xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
SiLPA xxx
Jurnal Penutup akan mempengaruhi nilai SiLPA di Neraca dan Laporan Realisasi
Anggaran menjadi jumlah yang benar dan sesuai.
4. Penyajian laporan keuangan konsolidasian.
Pemerintah pusat/daerah menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari
gabungan semua laporan entitas pelaporan kepada lembaga legislatif. Laporan
keuangan konsolidasian tersebut disusun sesuai dengan periode pelaporan masing-
masing entitas pelaporan sebagaimana disebutkan dalam PSAP Nomor 11 paragraf 7
bahwa Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang
sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah
komparatif dengan periode sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian disusun
sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan dirinci menurut organisasi, fungsi,
subfungsi, program dan jenis belanja sehingga dapat diperbandingkan dengan
anggaran dan realisasi tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian disusun
dan disajikan secara komparatif sehingga dapat dilakukan analisis tentang perubahan
kenaikan dan penurunan penggunaan anggaran.
-
31
5. Konsolidasi laporan keuangan BLUD.
BLUD adalah SKPD atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Perlu dipahami bahwa aset dan kekayaan BLUD adalah tidak terpisahkan dari aset
dan kekayaan Pemerintah Daerah, sehingga instansi pemerintah/SKPD yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kepada PPKD sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan operasional BLUD. Laporan
Keuangan tersebut wajib disampaikan setiap triwulan, semester dan tahunan serta
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun instansi
pemerintah/SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD juga wajib menyusun dan
menyampaikan Laporan Keuangan kepada PPKD berdasarkan SAP untuk keperluan
integrasi/ konsolidasi dalam Laporan Keuangan Pemda.
Oleh karena itu, untuk pengintegrasian Laporan Keuangan BLUD dengan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah, BLUD mengembangkan Sub Sistem Akuntansi
Keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP. Apabila Sub
Sistem Akuntansi Keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD belum dapat menghasilkan
laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan Laporan Keuangan
SKPD/Pemerintah Daerah, BLUD Unit Kerja/SKPD melakukan konversi laporan
-
32
keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan
berdasarkan SAP.
Proses konversi Laporan Keuangan BLUD Unit Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke
dalam laporan keuangan berdasarkan SAP mencakup pengertian, klasifikasi,
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran. Penjelasan terkait konversi Laporan Keuangan BLUD Unit
Kerja/SKPD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian.
Pada umumnya, pengertian akun-akun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan
SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian
akun yang digunakan adalah pengertian akun menurut SAP.
b. Klasifikasi.
Klasifikasi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya perlu disesuaikan
dengan klasifikasi aset sesuai dengan Bagan Akun Standar yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Keuangan.
1) Mapping klasifikasi pendapatan dan belanja ke dalam perkiraan pendapatan dan
belanja berbasis SAI berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang
Bagan Akun Standar.
2) Mapping klasifikasi Neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas BLUD menjadi
aset, kewajiban, dan ekuitas dana sesuai dengan Bagan Akun Standar. Akun
penyisihan piutang tak tertagih, akumulasi penyusutan dan akumulasi amortisasi
-
33
tidak perlu disajikan di Neraca berdasarkan SAP, sepanjang aplikasi SAI belum
menerapkan penyisihan piutang tak tertagih, penyusutan dan amortisasi.
c. Pengakuan dan pengukuran.
SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, dan biaya. Pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih
timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat.
Biaya diakui jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal. Ini berarti pengakuan biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban atau penurunan aset, misalnya akrual hak karyawan atau penyusutan aset
tetap. SAP menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
serta basis kas dalam pengakuan belanja dan pendapatan. Pendapatan diakui pada saat
kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Belanja diakui pada saat terjadinya
pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah dan dipertanggungjawabkan.
Pendapatan (tidak termasuk pendapatan yang ditransfer dari APBD) dan belanja
BLUD diakui jika pendapatan dan belanja tersebut dilaporkan dengan mekanisme
SPM dan SP2D Pengesahan atas pendapatan dan belanja tersebut. Belanja yang
didanai dari pendapatan BLUD diakui sebagai belanja oleh BUD jika belanja tersebut
telah dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan. Untuk kepentingan
konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, perlu dilakukan
penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi akun
-
34
pendapatan dan belanja berbasis kas. Formula penyesuaian pendapatan dan belanja
akrual menjadi berbasis kas adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLUD + pendapatan diterima di muka
pendapatan yang masih harus diterima.
2) Belanja Berbasis Kas = Biaya BLUD Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk
penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka.
d. Pengungkapan.
Pengungkapan laporan keuangan sesuai dengan SAP harus mengikuti persyaratan
sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Konsolidasi Laporan Keuangan BLUD ke
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan secara berkala setiap
semester dan tahunan. Laporan keuangan yang dikonsolidasikan terdiri dari Neraca
dan LRA.
6. Konsolidasi menggunakan SIPKD.
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) merupakan aplikasi
yang dibangun oleh Direktorat Jendral Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri
dalam rangka percepatan transfer data dan efisiensi dalam penghimpunan data
keuangan daerah. Aplikasi SIPKD diolah oleh Subdit Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah pada Direktorat Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah. SIPKD adalah aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu
pemerintah daerah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari
berbagai regulasi di bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas
efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel.
-
35
Ada dua alternatif yang dapat dipilih dalam menghasilkan laporan keuangan
melalui Aplikasi SIPKD, yaitu:
a. Laporan keuangan lengkap.
1) Buku Jurnal SKPD.
2) Buku Jurnal PPKD.
3) Buku Besar Rekening Anggaran.
4) Buku Besar Rekening Neraca.
5) Laporan Realisasi Anggaran.
6) Laporan Arus Kas.
7) Neraca SKPD dan Neraca Konsolidasi.
b. Laporan keuangan standar.
Laporan Keuangan Standar antara lain menghasilkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
1) Laporan Realisasi Anggaran.
2) Laporan Arus Kas.
3) Neraca SKPD dan Neraca Konsolidasi.
Untuk tujuan konsolidasi, terdapat menu jurnal konsolidator, yang harus
dilakukan oleh SKPKD untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Laporan Arus Kas. Menu ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Jurnal-Penyetoran.
-
36
Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan
Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal
penerimaan kas dari STS yang sudah divalidasi Kas Daerah.
b. Jurnal-SP2D.
Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan
Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal
pengeluaran kas dari SP2D yang sudah divalidasi oleh Kas Daerah.
c. Jurnal-Transfer Antar Bank.
Berhubungan dengan Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan tepatnya dengan
Menu Validasi Kasda. Menu ini berfungsi untuk melakukan validasi atas jurnal
penerimaan kas dan atau pengeluaran kas dari transaksi transfer atas rekening kas
daerah yang sudah divalidasi kas daerah. Transfer atas rekening daerah terjadi pada
DBI yang memiliki Rekening Koran (rekening kas daerah) lebih dari satu.
Sehingga, untuk keperluan konsolidasi, masing-masing SKPD tinggal menginput
data keuangan, lalu data keuangan tersebut akan dikirimkan ke database SKPKD
untuk dikonsolidasikan secara terkomputerisasi menjadi laporan keuangan
konsolidasian.
B. Pembahasan
1. Evaluasi penyusunan laporan realisasi anggaran konsolidasian di dinas
pajak daerah dan pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010.
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta (Laporan Realisasi
APBD) merupakan gabungan dari LRA seluruh entitas akuntansi di lingkungan
-
37
Pemerintah Kota Yogyakarta berikut entitas pelaporannya, yaitu LRA seluruh
SKPD/Dinas dan LRA DPDPK selaku PPKD/BUD. LRA masing-masing SKPD
merupakan laporan pelaksanaan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD masing-
masing SKPD, sedangkan LRA DPDPK (selaku PPKD) merupakan laporan
pelaksanaan dari DPA PPKD. Dalam melakukan proses konsolidasi LRA SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, terlebih dahulu Dinas Pajak Daerah dan
Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta mengumpulkan laporan keuangan
SKPD-SKPD yang telah diterima dan diserahkan oleh bagian Sekretariat di DPDPK.
Kemudian, laporan-laporan keuangan tersebut diregister di bidang pelaporan lalu
diserahkan ke masing-masing pengampu/korektor SKPD di bidang pelaporan agar
diuji kelengkapan serta dikoreksi kebenaran pencatatannya melalui mekanisme
rekonsiliasi dengan catatan dari pengampu masing-masing SKPD yang sudah disusun
setiap bulannya, sehingga jika ada perbedaan maka DPDPK dapat segera
menginformasikan hal tersebut kepada SKPD terkait untuk dikoreksi dan diperbaiki
serta kemudian menyerahkan kembali laporan keuangannya ke DPDPK. Setelah
semua laporan keuangan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta diterima
dan selesai direkonsilisasi, DPDPK memasukkannya ke dalam Kertas Kerja
Konsolidasi LRA Pemerintah Kota Yogyakarta.
Di dalam kertas kerja itulah, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) masing-masing
SKPD berikut Laporan Realisasi Anggaran (LRA) DPDPK selaku PPKD dan juga
SKPD dikonsolidasikan. Tidak terdapat eliminasi akun-akun resiprokal dalam proses
pengkonsolidasian Laporan Realisasi Anggaran. Teknik konsolidasinya adalah
-
38
dengan menambahkan saldo pada rekening yang sama diantara LRA-LRA yang ada
dan memasukkannya ke kolom LRA Gabungan. Sedangkan untuk rekening yang
hanya ada pada satu LRA entitas akuntansi tertentu saja, rekening beserta saldonya
langsung dimasukkan ke Kolom LRA Gabungan. Sebagai contoh adalah rekening
pendapatan transfer yang tidak ada pada LRA SKPD Gabungan dan hanya ada di
LRA PPKD pada tabel III.1 berikut ini:
Tabel III.1
Kertas Kerja Konsolidasi Untuk LRA Pemkot Yogyakarta Tahun 2010
ANGGARAN LRA BUD
LRA SKPD
GABUNGAN LRA GABUNGAN
PENDAPATAN
TRANSFER 622,281,028,692.00 614,973,004,594.00 0.00 614,973,004,594.00
Transfer Pemerintah
Pusat- Dana Perimbangan 490,290,777,726.00 484,628,282,720.00 0.00 484,628,282,720.00
Dana Bagi Hasil Pajak 80,998,335,726.00 75,585,120,720.00 0.00 75,585,120,720.00
Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak (Sumber Daya Alam) 249,280,000.00 0.00 0.00 249,280,000.00
Dana Alokasi Umum 395,444,062,000.00 395,444,062,000.00 0.00 395,444,062,000.00
Dana Alokasi Khusus 13,599,100,000.00 13,599,100,000.00 0.00 13,599,100,000.00
Sumber: Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan
Dapat dilihat pada Lampiran III Kertas Kerja Konsolidasi LRA Gabungan, terjadi
akumulasi penambahan pada saldo akun kelompok Pendapatan Asli Daerah, yang
merupakan akibat dari konsolidasi yang dilakukan antara LRA SKPD-SKPD
(Gabungan) dengan LRA BUD selaku entitas pelaporan dan konsolidator. Saldo akun
total kelompok Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 179.423.640.057,51 merupakan
hasil dari total saldo Realisasi PAD BUD sebesar Rp 104.320.394.986,20 ditambah
dengan total saldo Realisasi PAD SKPD seluruh lingkungan Pemerintah Kota
-
39
Yogyakarta sebesar Rp 75.103.245.071,31. Kemudian, pada baris akun Pendapatan
Transfer pada kolom LRA Gabungan, jumlah saldo total Pendapatan Transfer
Pemerintah Kota Yogyakarta adalah sebesar Rp 614.973.004.594. Jumlah tersebut
seluruhnya merupakan hasil pendapatan transfer yang disalurkan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah melalui BUD sehingga dalam kolom LRA SKPD
Gabungan tidak terdapat adanya saldo terkait Akun Pendapatan Transfer. Karena,
transaksi pendapatan transfer dari pemerintah pusat hanya terjadi di DPDPK selaku
PPKD/BUD. Begitu juga pada baris Akun Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Jumlah
saldo sebesar Rp 21.099.280.000 keseluruhannya merupakan hasil dari kegiatan
transaksi BUD, karena hibah dicatat dan diterima hanya di PPKD saja.
Selanjutnya pada baris Akun Belanja Operasi, total saldo sebesar Rp
784.516.524.448,43 merupakan total saldo Realisasi Belanja Operasi BUD sebesar
Rp 87.890.978.224,43 berikut Realisasi Belanja Operasi SKPD-SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar Rp 696.625.546.224. Untuk
Realisasi Belanja Modal jumlah total pada kolom LRA Gabungan sebesar Rp
54.040.432.205 merupakan gabungan dari Realisasi Belanja Modal BUD sebesar Rp
81.696.700 dan Realisasi Belanja Modal SKPD Gabungan sebesar Rp
53.958.735.505. Sementara untuk akun Belanja Tak Terduga hanya berasal dari
Realisasi Belanja Tak Terduga BUD sebesar Rp 1.309.524.008. Proses penambahan
akun-akun LRA ini terus berlanjut sampai pada akun SiLPA yang menunjukan
besarnya sisa pembiayaan yang masih ada akibat adanya Surplus/Defisit yang dialami
-
40
oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebagai usaha untuk menutup
anggaran yang Defisit lewat pembiayaan.
Di dalam LRA SKPD Gabungan, sudah termasuk di dalamnya jumlah saldo LRA
Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta yang berupa BLUD. Untuk tujuan
konsolidasian, laporan keuangan BLUD yang berlandaskan SAK harus dikonversikan
terlebih dahulu sesuai dengan SAP pada akun pendapatan dan belanjanya. Karena
pendapatan dan belanja BLUD berbasis akrual, maka harus dikonversikan terlebih
dahulu menjadi berbasis kas agar LRA BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota
Yogyakarta dapat dikonsolidasikan. Rumus formula untuk konversi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLUD + pendapatan diterima di muka
pendapatan yang masih harus diterima.
b. Belanja Berbasis Kas = Biaya BLUD Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk
penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka.
Barulah ketika LRA BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta tersebut
pada akun pendapatan dan belanjanya sudah dikonversikan sesuai dengan SAP, LRA
BLUD Taman Pintar dan RSUD Kota Yogyakarta dapat dikonsolidasikan.
Langkah-langkah konsolidasi LRA yang dilakukan oleh DPDPK Kota Yogyakarta
sudah cukup benar. Tidak ada proses yang berbeda secara signifikan dalam hal
konsolidasian yang dilakukan dengan teori dan langkah-langkah konsolidasi yang ada
pada buku dan sumber-sumber yang ada. Namun, DPDPK Kota Yogyakarta masih
menggunakan cara manual untuk proses konsolidasinya, yaitu hanya menggunakan
-
41
program penghitungan Microsoft Excel dan belum disertai sistem konsolidasi/aplikasi
sistematis ataupun menggunakan prosedur konsolidasi SIPKD yang dapat
mempermudah proses konsolidasinya. Kemudian, untuk jurnal penutup akun-akun
nominal pada Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian juga belum ada catatannya,
dengan alasan bahwa jurnal tersebut merupakan jurnal yang sederhana sehingga
apabila diperlukan informasinya, tinggal melihat pada kertas kerja lalu menulisnya
sebentar saja sudah selesai. Memang, untuk pencatatan jurnal penutup tidaklah terlalu
rumit, dan prosesnya pun hampir sama seperti jurnal pembalik. Akan tetapi, jurnal
penutup diperlukan untuk membuat nilai saldo SiLPA pada akhir tahun anggaran di
LRA menjadi benar, serta mempengaruhi juga nilai saldo SiLPA di Neraca menjadi
sesuai dengan LRA. Jurnal penutup yang diperlukan untuk LRA adalah jurnal
penutup untuk Akun Pendapatan, Belanja serta Pembiayaan.
Berikut adalah jurnal penutup yang seharusnya dicatat oleh DPDPK Kota
Yogyakarta untuk LRA Gabungan tahun 2010:
o Pendapatan Pajak Daerah 78.254.579.242
Pendapatan Retribusi Daerah 32.214.650.779
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan 11.031.304.700,40
Lain-Lain pendapatan Asli Daerah Yang Sah 57.923.105.336,11
Dana Bagi Hasil Pajak 73.460.190.158
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 2.124.930.562
Dana Alokasi Umum 395.444.062.000
-
42
Dana Alokasi Khusus 13.559.100.000
Dana Penyesuaian 81.353.699.000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 48.991.022.874
Pendapatan Hibah 13.849.280.000
Pendapatan Lainnya 7.250.000.000
SiLPA 815.495.924.651,51
o SiLPA 839.866.480.661,43
Belanja Pegawai 559.146.974.048
Belanja Barang 159.119.638.920
Belanja Bunga 379.637.470,43
Belanja Hibah 30.530.575.535
Belanja Bantuan Sosial 35.339.698.475
Belanja Tanah 4.287.291.550
Belanja Peralatan dan Mesin 14.321.567.817
Belanja Gedung dan Bangunan 22.849.064.073
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 11.046.126.965
Belanja Aset Tetap Lainnya 1.296.757.800
Belanja Aset Lainnya 239.624.000
Belanja Tidak Terduga 1.309.524.008
o Penggunaan SiLPA 98.196.733.349,97
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 1.589.781.128
Penerimaan Piutang Daerah 318.363.751
-
43
SiLPA 100.104.878.228,97
o SiLPA 761.652.154,88
Pembayaran Pokok Hutang 761.652.154,88
Sehingga berdasarkan jurnal penutup diatas, nilai SiLPA untuk LRA tahun anggaran
2010 adalah sebesar = 815.495.924.651,51 839.866.480.661,43 +
(100.104.878.228,97-761.652.154,88) = 74.972.670.064,17. Nilai SiLPA tersebut
merupakan saldo akhir jumlah saldo pembiayaan yang masih tersisa di rekening
BUD/DPDPK selaku PPKD sebagai hasil dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan pada tahun anggaran 2010.
2. Evaluasi penyusunan neraca konsolidasian di dinas pajak daerah dan
pengelolaan keuangan kota yogyakarta tahun 2010.
Neraca Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan gabungan Neraca dari seluruh
entitas akuntansi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta berikut entitas
pelaporannya, yaitu Neraca seluruh SKPD dan Neraca DPDPK Kota Yogyakarta
selaku PPKD/BUD. Dalam proses pengkonsolidasian Neraca SKPD-SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, DPDPK selaku PPKD sekaligus entitas
akuntansi sebagaimana telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya,
mengumpulkan laporan keuangan SKPD yang telah diterima di bagian Sekretariat
DPDPK untuk diregister di bidang pelaporan, kemudian diserahkan ke masing-masing
pengampu/korektor agar di koreksi dan diuji kelengkapannya terlebih dahulu.
Selanjutnya, dilakukanlah rekonsiliasi untuk mencocokan antara catatan masing-
masing pengampu SKPD-SKPD di bidang pelaporan dengan laporan keuangan SKPD
-
44
yang telah diterima oleh bidang pelaporan. Apabila ditemukan adanya kesalahan atau
perbedaan baik saldo ataupun nama akun, maka bidang pelaporan dapat segera
memberitahukannya kepada SKPD terkait untuk mengkoreksi dan memperbaiki
laporan keuangannya.
Setelah itu, laporan keuangan SKPD yang telah dikoreksi dan diperbaiki
,diserahkan kembali ke bidang pelaporan di DPDPK untuk dilakukan proses
konsolidasi. Saldo-saldo yang terdapat di Neraca SKPD-SKPD dimasukkan ke dalam
kertas kerja konsolidasi Akuntansi BUD berdasarkan nama akun/rekening pada
format yang sudah disediakan. Di dalam kertas kerja konsolidasi tersebut,
dilakukanlah proses eliminasi akun-akun resiprokal seperti RK SKPD dan RK PPKD.
Teknik pengkonsolidasiannya secara umum sama seperti pada pengkonsolidasian
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu dengan menjumlahkan saldo yang ada pada
kolom Neraca BUD dengan saldo pada kolom Neraca SKPD Gabungan serta
kemudian memindahkannya pada kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi kecuali perlu
diperhatikan untuk beberapa hal sebagai berikut:
a. Untuk rekening timbal balik (akun resiprokal) harus dieliminasi satu dengan
lainnya dengan jurnal eliminasi, yaitu rekening RK PPKD di Neraca dinas-
dinas/SKPD Kota Yogyakarta dieliminasi dengan rekening RK SKPD yang ada di
Neraca DPDPK Kota Yogyakarta selaku PPKD. Cara membuat jurnal eliminasi
adalah seperti membuat jurnal pembalik, yaitu rekening yang saldonya di debet
kemudian dikreditkan dan yang saldonya di kredit kemudian didebetkan, sehingga
-
45
dengan demikian rekening-rekening timbal balik menjadi tidak ada lagi di Neraca
Gabungan.
b. Saldo SiLPA di Neraca PPKD dan SKPD-SKPD belum menunjukkan saldo
SiLPA yang sesungguhnya. Adapun saldo SiLPA yang sesungguhnya baru dapat
dilihat di Neraca Gabungan (konsolidasian) dan LRA Gabungan. Sehingga, saldo
SiLPA di Neraca Gabungan harus sama dengan saldo SiLPA di LRA Gabungan.
Oleh karena itu, untuk menentukan saldo SiLPA di Neraca Gabungan caranya
adalah dengan menjumlah seluruh kas yang ada di Neraca Pemerintah Kota
Yogyakarta baik itu Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran (yang
belum disetor ke Kasda) dan Kas di Bendahara Penerimaan (yang belum disetor
ke Kasda) dikurangi dengan uang milik pihak ketiga yang berasal dari utang
perhitungan pihak ketiga/utang PFK (contoh utang PFK adalah utang PPN/PPH,
utang potongan iuran Taspen, Askes yang belum disetor oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta ke pihak ketiga) dan Pendapatan Yang Ditangguhkan.
Hasil dari konsolidasi yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 6 Kertas Kerja
Konsolidasi Neraca. Saldo Akun-Akun Aset Lancar tidak ada eliminasi dan
konsolidasi dilakukan dengan cara memindahkan serta menjumlahkan langsung saldo
Aset Lancar yang ada di Neraca BUD dan Neraca Gabungan SKPD ke kolom Neraca
Saldo Setelah Eliminasi. Begitu juga dengan Akun-Akun Aset Tetap, teknik
konsolidasinya serupa dengan cara konsolidasi pada Akun-Akun Aset Lancar. Saldo
yang ada pada Neraca BUD dijumlahkan dengan saldo yang ada di Neraca Gabungan
-
46
SKPD, kemudian dipindahkan ke kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi karena
memang tidak terdapat eliminasi pada Akun-Akun Aset Tetap.
Lain halnya dengan Akun-Akun RK-SKPD yang ada di Neraca BUD maupun
RK-PPKD di Neraca Gabungan SKPD. RK-SKPD dan RK-PPKD merupakan akun-
akun timbal balik yang harus dieliminasi pada waktu proses pengkonsolidasian.
DPDPK Kota Yogyakarta tidak mencatat jurnal eliminasi terhadap akun-akun
resiprokal sewaktu melakukan proses konsolidasi. Eliminasi langsung dilakukan
dengan mengambil jumlah saldo yang dapat diambil langsung dari Buku Besar atau
Neraca. Berikut adalah jurnal-jurnal eliminasi untuk penyusunan Neraca
Konsoldasian DPDPK:
o RK-Taman Pintar 7.106.376.055
RK-PPKD 7.106.376.055
o RK-Dinas Kesehatan 5.786.705.046
RK-PPKD 5.786.705.046
o RK-RSUD 33.870.754.998
RK-PPKD 33.870.754.998
o RK-Kantor Kimpraswil 447.460.700
RK-PPKD 447.460.700
o RK-Kantor Kebakaran 9.500.000
RK-PPKD 9.500.000
o RK-Dinas Perizinan 4.774.569.998
RK-PPKD 4.774.569.998
-
47
o RK-SKPKD-DPDPK 498.477.562.720
RK-PPKD 498.477.562.720
o RK-Dindukcapil 1.160.049.000
RK-PPKD 1.160.049.000
o RK-Dinas Perhubungan 5.600.138.151
RK-PPKD 5.600.138.151
o RK-Badan Lingkungan Hidup 1.782.251.950
RK-PPKD 1.782.251.950
o RK-Dinas Perindagkoptan 377.937.010
RK-PPKD 377.937.010
o RK-Dinas Pariwisata 1.180.519.500
RK-PPKD 1.180.519.500
o RK-Dinas Pengelolaan Pasar 13.006.982.663
RK-PPKD 13.006.982.663
Bagian Debet jurnal eliminasi untuk saldo kredit RK-SKPD di Neraca DPDPK
sedangkan bagian Kredit adalah jurnal eliminasi untuk RK- PPKD di Neraca SKPD.
Jurnal eliminasi diatas merupakan jurnal eliminasi saldo RK-SKPD Kredit pada
Neraca PPKD (BUD). RK-SKPD Kredit adalah akun rekening SKPD-SKPD yang
menghasilkan pemasukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, contohnya adalah
Taman Pintar. Taman Pintar adalah BLUD yang memperoleh pendapatan dari
retribusi masuk pengunjung Taman Pintar, penjualan barang-barang di Taman Pintar
-
48
dan pendapatan-pendapatan lainnya. Begitu juga dengan Dinas Kesehatan,
memperoleh pendapatan dari retribusi pengunjung Puskesmas dan instansi kesehatan
lainnya yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Akan tetapi, tidak semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta
adalah SKPD yang dapat menghasilkan pemasukan bagi Kas Daerah, sebagai
contohnya adalah Inspektorat. Inspektorat tidak melakukan pemungutan apapun
sehingga tidak dapat memperoleh pendapatan yang nantinya dapat disetorkan ke Kas
Daerah. Oleh karena itu, Inspektorat tidak mempunyai rekening RK SKPD Kredit
pada Neraca DPDPK selaku BUD.
Kemudian, di dalam Kertas Kerja Konsolidasi Neraca juga terdapat eliminasi RK-
SKPD Debet pada kolom Neraca PPKD. Berlawanan dengan RK-SKPD Kredit yang
merupakan saldo dari SKPD penghasil pemasukan/pendapatan bagi Kas Daerah.
Semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki RK-SKPD Debet
di Neraca BUD. Hal ini dikarenakan semua SKPD di lingkungan Pemerintah Kota
Yogyakarta melakukan kewajiban pembayaran seperti membayar gaji pegawai,
belanja operasional dan juga belanja modal seperti halnya juga DPDPK selaku BUD.
Biaya-biaya tersebut dibiayai dari anggaran yang sudah disusun sedemikian rupa oleh
DPDPK untuk masing-masing SKPD sebagaimana peruntukannya masing-masing.
Berikut ini adalah jurnal eliminasi untuk RK-SKPD Debet di Kertas Kerja
Konsolidasi Neraca DPDPK:
o RK-PPKD 343.301.693.272
RK-Dinas Pendidikan 343.301.693.272
-
49
o RK-PPKD 7.328.004.036
RK-Kantor Pengelolaan Tapin 7.328.004.036
o RK-PPKD 53.131.530.425
RK-Dinas Kesehatan 53.131.530.425
o RK-PPKD 47.202.807.142
RK-RSUD 47.202.807.142
o RK-PPKD 30.772.399.232
RK-Dinas Kimpraswil 30.772.399.232
o RK-PPKD 4.789.917.144
RK-Kantor Penanggulangan Kebakaran
dan Linmas 4.789.917.144
o RK-PPKD 4.664.659,491
RK-Bappeda 4.664.659.491
o RK-PPKD 12.252.373.174
RK-Dinas Perhubungan 12.252.373.174
o RK-PPKD 27.995.348.664
RK-Badan Lingkungan Hidup 27.995.348.664
o RK-PPKD 3.168.692.460
RK-Dindukcapil 3.168.692.460
o RK-PPKD 2.058.515.667
RK-KPMP 2.058.515.667
o RK-PPKD 3.391.667.651
-
50
RK-Kantor KB 3.391.667.651
o RK-PPKD 10.130.217.453
RK-Dinkesostrans 10.130.217.453
o RK-PPKD 10.885.146.007
RK-Disperindagkoptan 10.885.146.007
o RK-PPKD 1.624.821.583
RK-Kesbang 1.624.821.583
o RK-PPKD 6.045.956.683
RK-DPRD 6.045.956.683
o RK-PPKD 698.848.133
RK-Kepda Wakepda 698.848.133
o RK-PPKD 34.225.855.326
RK-Sekretariat Daerah 34.225.855.326
o RK-PPKD 13.647.952.868
RK-Sekretariat DPRD 13.647.952.868
o RK-PPKD 3.620.565.048
RK-Inspektorat 3.620.565.048
o RK-PPKD 29.899.759.763
RK-BKD 29.899.759.763
o RK-PPKD 68.321.087.643,31
RK-DPDPK-SKPKD 68.321.087.643,31
o RK-PPKD 21.650.876.244
-
51
RK-DPDPK 21.650.876.244
o RK-PPKD 5.079.367.830
RK-Dinas Perizinan 5.079.367.830
o RK-PPKD 10.066.437.370
RK-Dinas Ketertiban 10.066.437.370
o RK-PPKD 2.340.236.205
RK-Kecamantan Tegalrejo 2.340.236.205
o RK-PPKD 1.799.309.099
RK-Kecamatan Jetis 1.799.309.099
o RK-PPKD 2.808.651.187
RK-Kecamatan Gondokusuman 2.808.651.187
o RK-PPKD 2.045.915.335
RK-Kecamatan Danurejan 2.045.915.335
o RK-PPKD 1.795.833.062
RK-Kecamatan Gedongtengen 1.795.833.062
o RK-PPKD 1.570.683.196
RK-Kecamatan Pakualaman 1.570.683.196
o RK-PPKD 1.579.203.407
RK-Kecamatan Ngampilan 1.579.203.407
o RK-PPKD 1.916.009.878
RK-Kecamatan Wirobrajan 1.916.009.878
o RK-PPKD 1.885.048.704
-
52
RK-Kecamatan Mantrijeron 1.885.048.704
o RK-PPKD 1.526.063.249
RK-Kecamatan Gondomanan 1.526.063.249
o RK-PPKD 1.526.063.249
RK-Kecamatan Mergangsan 1.979.281.155
o RK-PPKD 1.893.505.102
RK-Kecamatan Kraton 1.893.505.102
o RK-PPKD 3.550.746.968
RK-Kecamatan Umbulharjo 2.138.490.460
o RK-PPKD 2.138.490.460
RK-Kecamatan Kotagede 2.138.490.460
o RK-PPKD 548.877.979
RK-Sekretariat KPU 548.877.979
o RK-PPKD 3.152.418.076
RK-Kantor Arsip dan Perpustakaan 3.152.418.076
o RK-PPKD 6.387.683.821
RK-Dinas Parbud 6.387.683.821
o RK-PPKD 15.670.183.826
RK-Dinas Pengelolaan Pasar 15.670.183.826
Bagian debet adalah untuk jurnal eliminasi saldo rekening kredit RK-PPKD di
Neraca SKPD sedangkan bagian kredit adalah jurnal eliminasi untuk saldo rekening
debet RK-SKPD di Neraca DPDPK selaku BUD. Selain jurnal eliminasi yang tidak
-
53
dicatat oleh DPDPK sewaktu melakukan proses konsolidasi, masih ada lagi jurnal
penutup. Dikarenakan faktor kesederhanaan dari pencatatan jurnal yang bersangkutan,
DPDPK tidak membuat catatan secara tertulis terkait jurnal-jurnal tersebut. Akan
tetapi, kedua jurnal tersebut diperlukan untuk memperoleh informasi tentang proses
konsolidasi dan juga saldo SiLPA di akhir tahun anggaran yang ada di Neraca.
Berikut ini adalah jurnal penutup yang laporan konsolidasian berdasarkan Kertas
Kerja Konsolidasi Neraca DPDPK:
o Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 1.389.781.128
Penerimaan Piutang Daerah 518.363.751
SiLPA 1.908.144.879
Sehingga berdasarkan jurnal penutup tersebut diatas dapat diperoleh saldo SiLPA
untuk Neraca akhir tahun anggaran Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 dengan
perhitungan sebagai berikut: Kas Di Kasda + Kas di Bendahara Pengeluaran Utang
PFK Pendapatan Yang di Tangguhkan = 63.090.148.640,17+15.311.719.900-
1.850.599.553-1.578.598.923 = 74.972.670.064,17. Jumlah saldo SiLPA di Neraca
tersebut menunjukkan jumlah pembiayaan yang masih tersisa di rekening DPDPK,
dan jumlahnya pun sama dengan saldo rekening SiLPA di LRA Gabungan sebesar
74.972.670.064,17. Fungsi dari jurnal penutup di atas digunakan untuk menutup Akun
Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah dan Akun Penerimaan Piutang Daerah yang
merupakan Akun Pembiayaan. Kedua akun tersebut masuk ke dalam komponen
penerimaan pembiayaan untuk tahun 2010, sehingga saldo pembiayaan pada tahun
-
54
anggaran bersangkutan harus ditutup untuk penerimaan/pengeluaran pembiayaan
tahun selanjutnya.
Neraca Gabungan SKPD yang ada di Kertas Kerja Konsolidasi Neraca DPDPK
sudah termasuk di dalamnya gabungan dari Neraca SKPD Taman Pintar dan RSUD
Pemerintah Kota Yogyakarta yang berstatus BLUD. Neraca kedua BLUD tersebut
telah dikonversikan berdasarkan SAP agar dapat dikonsolidasikan dengan Neraca
DPDPK selaku BUD untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Yogyakarta Tahun 2010.
Proses penyusunan Neraca Gabungan (konsolidasian) yang dilakukan oleh Dinas
Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta untuk laporan keuangan
tahun 2010 juga sudah cukup baik. Namun, kekurangannya adalah ada pada sisi
pencatatan jurnal eliminasi dan juga jurnal penutup. Kedua jurnal tersebut masuk ke
dalam teori serta langkah-langkah yang seharusnya ada saat proses pengkonsolidasian
laporan keuangan. Hal ini dilatarbelakangi karena DPDPK merasa tidak perlu
mencatatnya dikarenakan hal tersebut merupakan proses yang tertulis berdasarkan
teori saja dan pada kenyataannya tidak terlalu diperlukan. Ditambah lagi,
sesungguhnya kedua jurnal tersebut berfungsi hanya sebagai pembantu saja dalam
proses pengkonsolidasian laporan keuangan. Pembaca dapat mencari tahu terhadap
kedua jurnal tersebut, karena pada Kertas Kerja Konsolidasi Neraca BUD, sudah
disediakan kolom Neraca Saldo Setelah Eliminasi, yang merupakan Neraca Saldo
hasil dari proses eliminasi yang dilakukan terhadap akun-akun resiprokal serta adanya
kolom Jurnal Penutup apabila diperlukan tentang informasi jurnal penutup.
-
55
Sebagai tambahan, proses penyusunan Neraca Konsolidasian ini juga masih
menggunakan proses manual. Hanya menggunakan Software Microsoft Excel untuk
membuat kertas kerja sekaligus penghitungannya. Proses secara manual seperti ini,
lebih rawan timbul kesalahan dibandingkan dengan menggunakan sistem yang sudah
terotomatisasi, contohnya adalah dengan menggunakan sistem SIPKD. Namun,
dikarenakan sumber daya manusia di DPDPK Kota Yogyakarta cukup berkompeten
dan handal dibidangnya masing-masing, maka kesalahan-kesalahan penghitungan
dapat diminimalisir, dan memberikan hasil yang cukup baik dengan diraihnya Opini
WTP untuk Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta selama 3 tahun berturut-
turut semenjak tahun 2009.
-
56
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan