evaluasi pengaruh konseling farmasis terhadap · pdf fileevaluasi pengaruh konseling farmasis...

4
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 99 EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN JKN PADA KASUS HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA Nurul Chusna* Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 73111 *Corresponding author email: [email protected] Abstrak Latar belakang: Farmasis memainkan peranan penting dalam meningkatkan outcome terapi pasien hipertensi. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa terapi hipertensi tidak mencapai tekanan darah terkontrol (tekanan darah sistolik <140 dan tekanan darah diastolik <90 mmHg) yang mungkin berasal dari ketidakpatuhan pengobatan pasien hipertensi. . Pemilihan ini berdasarkan banyaknya kejadian tidak tercapainya outcome terapi hipertensi yang berkaitan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dan Mengetahui hubungan kepatuhan terhadap hasil terapi pada pasien hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Pasien dikelompokan secara random menjadi dua kelompol subyek yang berbeda, yaitu kelompok yang mendapat intervensi berupa konseling dari farmasis/peneliti dan kelompok tanpa intervensi (kontrol), diikuti kurang lebih satu bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan dan hasil terapi (penurunan tekanan darah ) pada pasien hipertensi. Data dikumpulkan secara prospektif dan hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Hasil: Hasil uji Chi-Squre diperoleh angka significancy 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna skor MMAS pada kelompok kontrol dan skor MMAS pada kelompok intervensi. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang bermakna antara kategori MMAS dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi sedang, sedangkan tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kekuatan korelasi sedang. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penurunan hasil terapi pada tekanan darah sistolik dan diastolik dengan kategori MMAS. Kesimpulan: Konseling farmasis berpengaruh terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya (p<0,05). Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya (p<0,05). Kata kunci: Konseling farmasi, kepatuhan, pasien hipertensi. 1. PENDAHULUAN Farmasis memainkan peranan penting dalam meningkatkan outcome terapi pasien hipertensi. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa terapi hipertensi tidak mencapai tekanan darah terkontrol (tekanan darah sistolik <140 dan tekanan darah diastolik <90 mmHg) yang mungkin berasal dari ketidakpatuhan pengobatan pasien hipertensi. Pemilihan ini berdasarkan banyaknya kejadian tidak tercapainya outcome terapi hipertensi yang berkaitan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara pada observasi awal terhadap pasien hipertensi diketahui bahwa sebagian pasien hipertensi tidak patuh terhadap pengobatan yang diberikan. Maka perlu dilakukan penelitian untuk menilai pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan dan hasil terapi berupa perbaikan penurunan tekanan darah pasien. Konseling ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat (Jepson, 1990, Rantucci,2007). Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai

Upload: duongngoc

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP · PDF fileEVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP ... Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien ... menunjukkan

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

99

EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP

KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN JKN PADA KASUS

HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS

PALANGKARAYA

Nurul Chusna*

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 73111

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Latar belakang: Farmasis memainkan peranan penting dalam meningkatkan outcome terapi pasien hipertensi. Telah

banyak bukti yang menunjukkan bahwa terapi hipertensi tidak mencapai tekanan darah terkontrol (tekanan darah

sistolik <140 dan tekanan darah diastolik <90 mmHg) yang mungkin berasal dari ketidakpatuhan pengobatan pasien

hipertensi. . Pemilihan ini berdasarkan banyaknya kejadian tidak tercapainya outcome terapi hipertensi yang berkaitan

dengan kepatuhan pengobatan hipertensi.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan pada pasien

hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dan Mengetahui hubungan kepatuhan terhadap hasil terapi pada

pasien hipertensi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Pasien dikelompokan secara random menjadi dua

kelompol subyek yang berbeda, yaitu kelompok yang mendapat intervensi berupa konseling dari farmasis/peneliti dan

kelompok tanpa intervensi (kontrol), diikuti kurang lebih satu bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan dan hasil

terapi (penurunan tekanan darah ) pada pasien hipertensi. Data dikumpulkan secara prospektif dan hasil penelitian

disajikan secara deskriptif.

Hasil: Hasil uji Chi-Squre diperoleh angka significancy 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan bermakna skor MMAS pada kelompok kontrol dan skor MMAS pada kelompok intervensi. Hasil uji

korelasi menunjukkan hubungan yang bermakna antara kategori MMAS dengan tekanan darah sistolik dengan

kekuatan korelasi sedang, sedangkan tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kekuatan

korelasi sedang. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penurunan hasil terapi pada tekanan

darah sistolik dan diastolik dengan kategori MMAS.

Kesimpulan: Konseling farmasis berpengaruh terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangkaraya (p<0,05). Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien hipertensi di RSUD

dr. Doris Sylvanus Palangkaraya (p<0,05).

Kata kunci: Konseling farmasi, kepatuhan, pasien hipertensi.

1. PENDAHULUAN Farmasis memainkan peranan penting

dalam meningkatkan outcome terapi pasien

hipertensi. Telah banyak bukti yang

menunjukkan bahwa terapi hipertensi tidak

mencapai tekanan darah terkontrol (tekanan

darah sistolik <140 dan tekanan darah diastolik

<90 mmHg) yang mungkin berasal dari

ketidakpatuhan pengobatan pasien hipertensi.

Pemilihan ini berdasarkan banyaknya kejadian

tidak tercapainya outcome terapi hipertensi yang

berkaitan dengan kepatuhan pengobatan

hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara pada

observasi awal terhadap pasien hipertensi

diketahui bahwa sebagian pasien hipertensi tidak

patuh terhadap pengobatan yang diberikan. Maka

perlu dilakukan penelitian untuk menilai

pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan

dan hasil terapi berupa perbaikan penurunan

tekanan darah pasien.

Konseling ditujukan untuk

meningkatkan hasil terapi dengan

memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang

tepat (Jepson, 1990, Rantucci,2007). Kepatuhan

pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai

Page 2: EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP · PDF fileEVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP ... Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien ... menunjukkan

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

100

tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari

pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan

kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan

komplikasi yang sangat merugikan dan pada

akhirnya akan berakibat fatal (Hussar, 1995).

Terapi obat yang aman dan efektif akan terjadi

apabila pasien diberi informasi yang cukup

tentang obat-obat dan penggunannya (Cipolle,

Strand dan Morley, 2004).

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Instrumen Penelitian

Tingkat kepatuhan penggunaan obat

berdasarkan patien self report dinilai kuisioner

MMAS. Masing – masing dari 8 item mengukur

kebiasaan penggunaan obat dan bukan

menentukan kebiasaan kepatuhan penggunaan

obat. Ketegori respon terdiri dari jawaban iya

dan tidak (dichotomous response) dan 5 skala

Likert untuk item pertanyaan terakhir. MMAS

lebih tinggi tingkat reliabilitasnya dibandingkan

MMS (α = 0,83 vs α = 0,61). Nilai kepatuhan

penggunaan obat MMAS adalah 8 skala baru

untuk mengukur kebiasaan penggunaan obat

dengan rentang nilai 0 sampai 8 dan

dikategorikan menjadi 3 tingkat kepatuhan obat:

kepatuhan tinggi (nilai 8). Kepatuhan nilai

sedang (nilai 6-<8), dan kepatuhan rendah

(nilai<6). MMAS sudah divalidasi dan

digunakan untuk penelitian kepatuhan obat pada

pasien hipertensi dan pasien diabetes (Morisky et al., 2008).

2.2. Metode Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental semu. Pasien dikelompokan secara

random menjadi dua kelompol subyek yang

berbeda, yaitu kelompok yang mendapat

intervensi berupa konseling dari farmasis/peneliti

dan kelompok tanpa intervensi (kontrol), diikuti

kurang lebih satu bulan untuk mengamati tingkat

kepatuhan dan hasil terapi (penurunan tekanan

darah) pada pasien hipertensi. Data dikumpulkan

secara prospektif dan hasil penelitian disajikan

secara deskriptif.

2.3. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh

dengan wawancara responden menggunakan

kuesioner terstruktur, sedangkan data sekunder

berupa riwayat penyakit dan nilai tekananan

darah pasien diambil dari catatan medis.

Pengumpulan data dilakukan secara prospektif

dengan mengambil data pasien hipertensi yang

akan digunakan sebagai sampel penelitian .

Penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Pasien kelompok control adalah kelompok

pasien yang mendapat terapi hipertensi

pelayanan standar berupa penjelasan aturan pakai

obat dari farmasi tanpa memperoleh asuhan

kefarmasian dari farmasis (peneliti). Pelayanan

farmasi standar tidak termasuk asuhan

kefarmasian yang dimaksud oleh peneliti.

Kelompok intervensi adalah kelompok pasien

yang terdiagnosa hipertensi yang memperoleh

asuhan kefarmasian dari farmasis (peneliti).

2.4. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dengan metode

consecutive sampling yaitu semua subyek yang

datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan ke dalam penelitian. Pemilihan

subyek untuk tiap-tiap kelompok dilakukan

dengan cara subyek dengan urutan ganjil

dimasukkan ke dalam kelompok kontrol dan

subyek dengan urutan genap dimasukkan ke

dalam kelompok intervensi. Penelitian ini tidak

dilakukan proses matching (penyetaraan).

Pemantauan dan hasil terapi (tekanan darah)

pada pasien dilakukan selama satu bulan.

3. HASIL

Tabel 1. Hasil penilaian kepatuhan (MMAS) terhadap kelompok intervensi dan kelompok control

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Kepatuhan Tinggi 25 3

Kepatuhan Sedang 14 8

Kepatuhan Rendah 4 32

Page 3: EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP · PDF fileEVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP ... Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien ... menunjukkan

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

101

Tabel 2. Hubungan kategori Kepatuhan (MMAS) dengan penurunan tekanan darah

TDS TDD

Kategori

MMAS

R 0,576 0,472

P 0,000 0,000

arah korelasi positif positif

Keterangan:

MMAS: Morisky Medication Adherence Scale; TDS: Tekanan Darah Sistolik; TDD: Tekanan Darah

Diastolik; R : Koefisien korelasi; p : probabilitas

4. PEMBAHASAN

Dari penelitian ini diperoleh 100 subyek

penelitian yang termasuk kriteria inklusi. Subyek

yang mengikuti penelitian dari awal sampai akhir

sebanyak 86 subyek, terdiri dari 43 pasien

hipertensi yang tidak mendapat konseling dari

peneliti pada`awal penelitian (kelompok kontrol)

dan 43 pasien hipertensi yang mendapatkan

intervensi berupa konseling dari peneliti

(kelompok intervensi).

4.1. Penilaian Terhadap Kepatuhan

Hasil yang didapatkan adalah kepatuhan

tinggi (skor MMAS = 8) pada kelompok

intervensi lebih besar dibandingkan kelompok

kontrol (25 pasien > 3 pasien). Hal ini

menunjukkan bahwa konseling Apoteker dapat

memberikan dampak positif bagi kepatuhan

pasien pada kelompok intervensi.

Perbandingan secara statistik antara

kategori MMAS pada kelompok kontrol dengan

intervensi dilakukan dengan Chi-Squre. Hasil uji

tersebut diperoleh angka significancy 0,000 (p <

0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan bermakna skor MMAS pada

kelompok kontrol dan skor MMAS pada

kelompok intervensi.

Untuk engevaluasi kepatuhan yakni the

new 8-item self-report Morisky Medication

Adherence Scale (MMAS) Morisky et al., 2008).

Menurut Krousel-Wood et al., (2009) MMAS

secara statistik lebih signifikan dibanding

pharmacy fill dalam penelitiannya, MMAS

mengklasifikasikan tidak kurang dari 75% pasien

patuh atau tidak. Berdasarkan penilaian

kuesioner kepatuhan yang diberikan pada subyek

penelitian ditemukan 4 pasien yang tergolong

kepatuhan rendah, 14 pasien yang tergolong

kepatuhan sedang dan 25 pasien yang tergolong

kepatuhan tinggi. Kuesioner MMAS menyediakan

informasi mengenai kebiasaan yang

berhubungan dengan rendahnya kepatuhan yang

mungkin disebabkan oleh ketidaksengajaan

(contoh kelalaian), sengaja (tidak minum obat

saat merasa bertambah parah ataupun membaik).

Tabel 3 menunjukkan sebagian pasien tidak

patuh terhadap terapi yang dijalani disebabkan

karena pasien sering lupa untuk meminum obat

dan adanya pemahaman pasien yang salah

tentang penyakit mereka sehingga mereka

sengaja untuk tidak meminum obat mereka.

Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat

mereka juga disebabkan karena kurangnya

pemahaman pasien tentang risiko yang akan

terjadi apabila tekanan darah pasien tidak

mencapai target yang ditetapkan, yaitu < 140/90

mmHg untuk pasien hipertensi non diabetes

mellitus atau <130/80 mmHg untuk pasien

hipertensi dengan diabetes mellitus.

4.2. Hubungan Kepatuhan dan Hasil Terapi. Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap

keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak

akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya

kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat

menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula

menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan

dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Terapi

obat yang aman dan efektif akan terjadi apabila

pasien diberi informasi tentang obat-obat dan

penggunaannya (Husaar, 1995).

Hasil uji korelasi menunjukkan

hubungan yang bermakna antara kategori

MMAS dengan tekanan darah sistolik dengan

kekuatan korelasi sedang, sedangkan untuk

tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan

yang bermakna dengan kekuatan korelasi

sedang. Hal ini telah sesuai dengan kondisi yang

diharapkan, yaitu adanya hubungan yang

signifikan antara penurunan hasil terapi pada

tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

kategori MMAS. Kekuatan korelasi yang sedang pada tekanan diastolik dikarenakan konseling

bukanlah faktor yang dominan dalam

menurunkan tekanan darah. Adapun Faktor-

Page 4: EVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP · PDF fileEVALUASI PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP ... Adanya hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi pasien ... menunjukkan

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

102

faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara

lain ketepatan pemilihan obat, perubahan gaya

hidup, kepatuhan dalam terapi. Arah korelasi

pada tekanan darah sistolik dan diastolik adalah

positif, sehingga dapat disimpulkan semakin

tinggi tingkat kepatuhan pasien maka semakin

besar juga penurunan tekanan darahnya.

5. KESIMPULAN

Konseling farmasis berpengaruh

terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di

poliklinik penyakit dalam RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangkaraya (p<0,05). Adanya

hubungan antara kepatuhan terhadap hasil terapi

pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

(p<0,05).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Rektor UMPalangkaraya dan LP2M

UMPalangkaraya selaku pemberi hibah

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C.

2004, Pharamaceutical Care Practice: The

Clinican’s Guide, 2nd edition, The McGray

Hill Co. New York.

2. Hussar, DA., 1995.Patient Compliance, in

Remington: The Science and Practise of

pharmacy, Philadelphia Collage of

Pharmacy and science, USA, 2:1796-1807.

3. Jepson, M. H. 1990. Patient Compliance and

Counselling, Diana M., Aulton, ME.

(editor), London: Pharmaceutical Practice,

Churscill, Livingstone

4. Krousel-Wood, M., Islam T., Webber L.S.,

Richard N., 2009, New Medication

Adherence Scale Versus Pharmacy Fill

Rates in Senior With Hypertension, Am J

Manag Care, 15 (1):59-66.

5. Morisky, D.E., Ang A Krousel-Wood, M.A.,

Ward H 2008, Predictive Validity if A

Medication Adherence Measure in an

Outpatient Setting, Journal Health-System

Pharmacist, 10:348-54.

6. Rantucci, MJ., 2007. Komunikasi Apoteker-

Pasien (Edisi 2). Penerjemah: A. N. Sani.

Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.