peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik

26
PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran (Dosen: I Wayan Sumendra, M.Si / Gst Ayu Dwi Septiani, S.Pd.H) Disusun oleh : I Gde Wiyadnya 10 09 00 0895 STAH DHARMA NUSANTARA JAKARTA 2 0 1 2

Upload: wiyadnya

Post on 07-Dec-2014

7.357 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Makalah ini menyajikan bagaimana peranan layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik. Referensi definisi kesehatan mental juga disajikan dalam makalah ini. Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini lengkap, silahkan hubungi : [email protected] Penggunaan makalah ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut : Wiyadnya, I Gde. 2012. "Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik", Makalah tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

PERAN LAYANAN KONSELING

TERHADAP KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK

Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

(Dosen: I Wayan Sumendra, M.Si /

Gst Ayu Dwi Septiani, S.Pd.H)

Disusun oleh :

I Gde Wiyadnya

10 09 00 0895

STAH DHARMA NUSANTARA

JAKARTA

2 0 1 2

Page 2: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik i

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puja Astuti saya haturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

karena atas segala anugerah Beliau, saya dapat menyelesaikan penulisan

makalah yang berjudul “Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan

Mental Peserta Didik ” yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah

Strategi Pembelajaran.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna

dan tak lepas dari kekurangan. Untuk perbaikan di masa datang, sangat

diharapkan kritik dan saran. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak

dan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Jakarta, Desember 2012

I Gde Wiyadnya

Page 3: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Sistematika Penulisan 2

BAB II LANDASAN TEORI DAN DEFINISI ISTILAH 4

2.1. Bimbingan Konseling 4

2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling 4

2.1.2. Layanan Bimbingan Konseling 5

2.2. Kesehatan Mental 7

2.2.1. Pengertian Kesehatan Mental 7

2.2.2. Gangguan Mental dan Indikator Kesehatan Mental 8

2.3. Peserta Didik 10

BAB III PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP KESEHATAN 12 MENTAL PESERTA DIDIK

3.1. Konseling Kesehatan Mental 12

3.1.1 Layanan Konseling Kesehatan Mental 12

3.1.2. Teknik Konseling Kesehatan Mental 13

3.2. Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik 16

BAB IV KESIMPULAN 21

Daftar Pustaka 22

Lampiran

Page 4: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan yang dialami manusia tidak saja masalah kesehatan

yang terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan mental (jiwa). Sesuai dengan

defenisi sehat sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Republik

Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang menyebutkan kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh

lingkungan dan media telah memberikan pengaruh terhadap kesehatan mental di

masyarakat, baik masyarakat pada umumnya atau masyarakat sekolah pada

khususnya, termasuk di dalamnya peserta didik. Kesehatan Apabila kita

mengangkat data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang

dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan pada tahun 1995, antara lain

menunjukkan bahwa gangguan mental Remaja dan Dewasa terdapat 140 per

1000 anggota rumah tangga, gangguan mental Anak Usia Sekolah terdapat 104

per 1000 anggota rumah tangga.

Tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional (“UU Sisdiknas”) adalah untuk mengembangkan potensi potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Denga tujuan

ini maka peserta didik diharapkan menjadi manusia yang sehat, baik sehat

secara fisik maupun sehat secara mental.

Sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting

terhadap perkembangan kesehatan mental anak. Pada usia sekolah, rata-rata

waktu seorang anak akan banyak dihabiskan di sekolah sebagai peserta didik.

Masa sekolah dapat dikatakan sebagai masa yang menyenangkan, narnun

Page 5: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 2

demikian banyak pula yang mengenang masa sekolah sebagai masa yang berat

dan menakutkan.

Masa sekolah yang dibicarakan di sini adalah dari anak-anak dengan usia

5 tahun (taman kanak-kanak) sampai usia remaja akhir atau dewasa awal

(tingkat sarjana strata 1). Pada masa-masa tersebut terjadi perubahan baik

anatomis, fisiologis, emosional, seksual dan intelektual. Pada masa sekolah

tersebut juga merupakan masa transisi yang jika tidak disikapi dengan benar

akan menjadi sumber konflik yang akan berpengaruh pada perkembangan

kesehatan mental.

Peserta didik dalam sebuah sistem pendidikan merupakan subyek yang

selaku pribadi memiliki ciri khas dan otonomi, dimana peserta didik ingin

mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan

masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Keberhasilan

perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan

dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga dipengaruhi salah

satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disajikan, terdapat beberapa rumusah

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

a. Bagaimana bentuk layanan konseling kesehatan mental ?

b. Bagaimana peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta

didik ?

1.3. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penjabaran masalah serta pembahasan, tulisan ini

disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan . Bab ini menggambarkan latar belakang penulisan, rumusan

masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Definisi Istilah. Bab ini menyajikan landasan teori

dan definisi istilah yang akan digunakan dalam pembahasan masalah yang

dirumuskan.

Page 6: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 3

Bab III Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik.

Bab ini menguraikan bagaimana hubungan antara layanan konseling dengan

kesehatan mental peserta didik berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan.

Bab IV Kesimpulan. Bab ini merupakan bagian penutup yang menyajikan

kesimpulan singkat dari tulisan.

Page 7: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 4

BAB II

LANDASAN TEORI DAN DEFINISI ISTILAH

2.1. Bimbingan Konseling

2.1.1. Pengertian Bimbingan Konseling

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan

konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,

pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan

merupakan suatu proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi (1991 dalam

Erwintri, 2009) bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu

(peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri

secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi

hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004,

dalam Erwintri, 2009), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,

baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan

kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004, dalam Erwintri, 2009), mendefinisikan

bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada

individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-

kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam

kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel (dalam Erwintri, 2009),

mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap

individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka

antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan

kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.

Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya

Page 8: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 5

sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan

dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi

maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan

masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang

(Tolbert, dalam Erintri 2009).

Jones (dalam Erwintri, 2009) menyebutkan bahwa konseling merupakan

suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.

Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun

kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu

klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,

sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa

Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)

kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat

memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga

individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk

mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa

depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

2.1.2. Layanan Bimbingan Konseling

Bimbingan dan Konseling dilaksanakan melalui berbagai layanan, dengan

mempertimbangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan perkembangan

kehidupan pembelajaran serta perencanaan karir. Bentuk pelayanan bagi

peserta didik dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai cara dan

variasi sesuai kebutuhan sekolah, kekhasan atau karakteristik potensi daerah.

Jenis layanan yang dapat diberikan oleh Guru / konselor bimbingan dan

konseling adalah :

a. Layanan Orientasi , untuk membantu peserta didik memahami lingkungan

yang baru (sekolah dengan fasilitas yang ada, guru, karyawan dan teman

yang baru dikenal, dan kultur sekolah) guna mempermudah dan

memperlancar berperannya peserta didik dalam penyesuaian diri terhadap

lingkungan baru.

Page 9: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 6

b. Layanan Informasi , secara umum dilakukan bersamaan dengan Layanan

Orientasi, untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam

menerima dan memahami berbagai informasi yang terkait dengan

pengembangan pribadi, struktur kurikulum yang hendak dipelajari, jadwal

pelajaran, peraturan tata tertib sekolah pendidikan tinggi, karir / jabatan,

kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya

dan lingkungan.

c. Layanan Penempatan dan Penyaluran , memungkinkan peserta didik

memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat sesuai dengan

potensi, bakat, minat dan kondisi pribadinya, dan membantu perolehan

penempatan dan penyaluran di dalam kelas, pilihan program studi / jurusan

(IPA, IPS, Bahasa), pilihan kelanjutan studi melalui jalur program

Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) atau Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) melalui ujian tulis.

d. Layanan Penguasaan Konten , yaitu membantu peserta didik menguasai

konten tertentu, terutama kompetensi. Layanan Penguasaan Konten

berkaitan dengan fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan dan

pengembangan.

e. Layanan Konseling Individu , yaitu peserta didik memperoleh layanan

secara langsung bertatap muka dengan Guru Bimbingan Konseling /

Konselor. Dengan demikian diupayakan terbantu fungsi pengentasan dari

permasalahan yang dialami.

f. Layanan Konseling Kelompok , yaitu membantu pengembangan pribadi

dengan cara setiap anggota dapat saling mengungkapkan perasaan secara

leluasa yang berorientasi pada kenyataan yang dihadapi dan

mengembangkan kemampuan berhubungan sosial dalam kelompok untuk

meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan

dan tujuan kehidupan serta belajar dan/atau menghilangkan sikap perilaku

tertentu.

g. Layanan Konsultasi , merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh

konselor terhadap seorang pelanggan (di sekolah ; orang tua / wali peserta

didik). Dalam melaksanakan layanan konsultasi ini, Guru Bimbingan

Konseling / Konselor bisa bekerja sama dengan Guru Mata Pelajaran, Wali

Kelas dan instansi terkait (LPTK, psikolog, psikiater) dan dilaksanakan di

Page 10: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 7

kantor tempat praktik konseling, bagi Guru Bimbingan Konseling yang telah

berkewenangan membuka praktik di luar sekolah dengan cara mengambil

studi profesi konselor.

h. Layanan Mediasi , merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh

Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) terhadap dua pihak (atau lebih)

yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan sehingga

menjadikan kedua pihak (atau lebih) saling bertentangan dan jauh dari rasa

damai.

2.2. Kesehatan Mental

2.2.1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah merupakan alih bahasa dari Mental Hygiene

atau Mental Health. Definisi mengenai kesehatan mental yang diajukan para ahli

beragam dan diwarnai oleh keahlian masing-masing. Menurut World Health

Organization (dalam Sundari HS, 2005) disebutkan Sehat adalah suatu keadaan

bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu.

Definisi ini memberikan gambaran kancah yang luas dalam mewujudkan

kesejahteraan hidup

Sedangkan Surgeon General of United States, ahli bedah Amerika

Serikat (dalam Gladding, 2012), mendefinisikan kesehatan mental sebagai

berikut : “Kinerja fungsi mental yang sukses, yang menghasilkan aktivitas

produktif, hubungan dengan orang lain yang memuaskan, dan kemampuan

beradaptasi dengan perubahan dan menanangani kesulitan; dari sejak masa

kanak-kanak sampai kehidupan berikutnya, kesehatan mental adalah modal

untuk berpikir dan keahlian berkomunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi,

fleksibilitas, dan percaya diri”.

Zakiah Darojad (1982, dalam Sundari HS, 2005) dengan merangkum dari

beerapa definisi para ahli, memberikan definisi kesehatan mental adalah

“Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penjakit jiwa, dapat

menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada

semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta

mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup”.

Dalam definisi WHO disebutkan semata-mnata absensinya dari penyakit

atau lemah berarti tidak sekedar bebas dari penyakit. Menurut Zakiah (dalam

Page 11: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 8

Sundari, 2005), orang yang sehat mentalnya dapat menyesuaikan diri dan

memanfaatkan potensi serta mencapai keharmonisan jiwa. Jadi yang

bersangkutan mengalami keseimbangan dan tidak goncang. Mempunyai

kesetabilan emosi dalam mengahadapi persoalah serta mendapat kepuasan

dalam memenuhyi kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan metafisis .

Kestabilan/keseimbangan masing-masing individu berbeda karena diperoleh dari

pengalaman yang berbeda. Orang yang selalu stabil dalam menghadapi masalah

termasuk orang yang sehat mentalnya.

2.2.2. Gangguan Mental dan Indikator Kesehatan Ment al

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa

(PPDGJ) yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indoneisa tidak

dikenal istilah “penyakit jiwa” (mental disease / mental illness), namun istilah

yang digunakan adalah Gangguan Jiwa atau Gangguan Mental (Mental

disorder).

Konsep Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ II adalah “sindrom atau pola

perilaku, atau pikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermana, dan yang

secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (Distress) atau hendaya

(impairment / disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

manusia”. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi dalam segi perilaku,

psikologik atau biologic dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam

hubungan antara orang itu engan masyarakat.

Pengertian “disability” terkait dengan gangguan jiwa berdasarkan konsep

dari “The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders” adalah

keterbatasan / kekurang kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada

tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan

diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,

makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).

Berdasarkan konsep gangguan jiwa dan disability di atas, maka dapat

dirumuskan bahwa dalam konsep gangguan jiwa, didapatkan butir-butir berikut :

a. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa : Sindrom atau pola perilaku dan

sindrom atau pola psikologik.

b. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), anatara lain

dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi

orang tubuh, dll.

Page 12: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 9

c. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitias” (disability) dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan

kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri dan lainnya).

Struktur klasifikasi gangguan mental menurut PPDGJ – III dapat dilihat dalam

lampiran makalah ini.

Untuk mengetahui apakah seorang sehat atau terganggu mentalnya

adalah tidak mudah, karena tidak mudah diukur atau dipersika seperti halnya

kesehatan badan. Biasanya yang dijadikan tanda-tanda kesehatan mental

adalah tindakan, tingkah laku atau perasaan Suasthi & Suastawa (2008)

memberikan ciri-ciri mental sehat dan indikator mental tidak sehat.

Ciri-ciri mental sehat adalah sebagai berikut :

a. Selalu tampak gembira dan bahagia walaupun apapun yang dihadapinya.

b. Disenangi orang, tida ada yang membenci.

c. Pekerjaannya selalu berjalan lancer.

d. Sanggup menyesuaikan diri sehingga membawa orang pada kenikmatan

hidup, terhindar dari kecemasan, kegelisahan dan ketidakpuasan.

e. Penuh semangat dan kebahagiaan hidup.

f. Bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan dirinya sehingga

terhindar dari perasaan sedih, marah kepada dirinya maupun orang lain.

g. Mengenal keistimewaan orang di samping kekurangan atau kelemahan-

kelemahan orang lain.

h. Tingkah laku selalu berdasarkan norma, atuan dan adat istidadat di

lingkungannya sehingga terhindar dari tekanan dan frustasi.

i. Dapat menghormati fungsi-funsgi jiwa yaitu pikiran, perasaan dan kemauan.

Sedangkan indikator mental tidak sehat adalah sebagai berikut.

a. Sering cemas tanpa sebab.

b. Malas, tidak ada kegairahan untuk bekerja.

c. Rasa badan lesu dan mudah terserang penyakit yang sulit diobati.

d. Hidupnya penuh kegelisahan dan ketidakpuasan.

e. Serin mengeluh dan bersedih hati (murung).

f. Tidak cocok dengan orang lain, dalam pekerjaan tidak bersemangat dan tidak

dapat memikul tanggung jawab.

g. Tidak pernah merasa bahagia.

h. Suka mengganggu, melanggar hak dan ketenangan orang lain.

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini

secara lengkap silahkan menghubungi saya di :

[email protected]

Page 13: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 10

i. Suka memfitnah, mengadu domba, menyeleweng, menganiaya, dan menipu.

j. Menjauhi diri dari kehidupan orang banyak.

k. Pandangannnya jauh berbeda dengan pandangan orang pada umumnya,

dan jauh dari realita.

2.3. Peserta Didik

Pendidikan sebagai terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang merupakan

suatu kesatuan dalam sistem pendidikan. Unsur-unsur dalam pendidikan

melibatkan banyak hal, yaitu :

a. peserta didik (subyek yang dibimbing).

b. pendidik (orang yang membimbing ).

c. Interaksi edukatif (interaksi antara peserta didik dengan pendidik).

d. Tujuan pendidikan (kea rah mana bimbingan ditujukan).

e. Materi pendidikan (pengaruh yang diberikan dalam bimbingan).

f. Alat dan metode (cara yang digunakan).

g. Lingkungan Pendidikan (tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung).

Peserta didik merupakan salah satu unsur pendidikan yang penting dan

dalam pandangan modern, peserta didik adalah berstatus sebagai subyek didik.

Menurut UU Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sebagai subyek pendidikan, peserta didik adalah subyek atau pribadi

yang otonom, yang dingin diakui keberadaanya. Selaku pribadi yang memiliki ciri

khas dan otonomi, peserta didik ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara

terus-menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai

sepanjang hidupnya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami pendidik adalah :

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan pikis yang khas, sehingga merupakan

insan yang uik.

Manusia sejak lahir telah memiliki potensi yang ingin dikembangkan dan

diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan

bimbingan.

b. Individu yang sedang berkembang.

Page 14: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 11

Yang dimaksud dengan perkembangan di sini adalah perubahan yang terjadi

dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditunjukkan kepada diri sendiri

maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

Dalan proses perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan

bimbingan. Dalam diri peserta didik terdapat dua hal yaitu : (i) keadaan

peserta didik yang tidak berdaya menyebabkan ia membutukan bantuan dan

(ii) kemampuan memgembangkan diri membutuhkan bimbingan.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Dalam diri peserta didik ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, hal ini

menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua peserta didik untuk secara

bertahap memberikan kebebasan kepada peserta didik.

Dalam sebuah sistem pendidikan, hubunan antar unsur-unsur pendidikan

dapat digambarkan dalam gambar 1 dan dijelaskan sebagai berikut :

a. Unsur peserta didik (siswa) merupakan masukan mentah (raw input) yang

nantinya akan diproses menjadi tamatan (output).

b. Guru dan tenaga non kependidikan, administrasi sekolah, kurikulum,

anggaran pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan

instrumental yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan

mentah menjadi tamatan.

c. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan,

politik dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan

lingkungan yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap

berperannya masukan instrumental.

Gambar 1. Sistem Pendidikan

TAMATAN /

SISWA /

PROSES PENDIDIKAN

MASUKAN INSTRUMENTAL

MASUKAN LINGKUNGAN

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan

menghubungi saya di :

[email protected]

Page 15: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 12

BAB III

PERAN LAYANAN KONSELING TERHADAP

KESEHATAN MENTAL PESERTA DIDIK

Pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam UU Sisdiknas

adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas, maka salah satu

tujuan pendidikan yang ada adalah peserta didik diharapkan untuk menjadi

manusia yang sehat. Menjadi manusia yang sehat di sini adalah peserta didik

menjadi manusia yang sehat secara fisik dan secara mental. Kesehatan mental

dari seorang peserta didik akan berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik

dalam mengikuti pendidikan.

3.1. Konseling Kesehatan Mental

3.1.1. Layanan Konseling Kesehatan Mental

Konseling kesehatan mental dalam sejarahnya didefinisikan dengan

berbagai cara. Pada awalnya diuraikan sebagai bentuk konseling khusus yang

dilakukan dalam lingkungan berbasis komunitas non pendidikan atau lingkungan

kesehatan mental (Seller & Messina, 1979, dalam Gladding, 2012). Konseling

kesehatan mental mulai kemudian berevolusi, termasuk yang dipusatkan pada

perkembangan (Ivey, 1989, dalam Gladding, 2012), hubungan (Ginter, 1989,

dalam Gladding, 2012) dan condong ke arah perawatan, advokasi, atau

penanganan pribadi dan lingkungan (Hershenson, Power & Seligman, 1989,

dalam Gladding, 2012).

Bagi pendukung profesi konseling kesehatan mental, di luar kekurangan

yang terdapat dalam konseling kesehatan mental, konseling kesehatan mental

Page 16: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 13

adalah sebuah profesi yang khusus karena kurikulumnya (mencakup

psikodiagnosis, psikopatologi, psikofarmakologi, dan rencana perawatan).

Konseling kesehatan mental adalah suatu bidang antar-disiplin baik

dalam sejarahnya, lingkungan praktik, pengetahuan / keahlian, dan peran yang

dimainkan (Spruill & Fong, 1990, dalam Gladding, 2012). Sifatnya yang

multidisiplin ini merupakan suatu asset yang menghasilkan ide baru dan energi.

Namun juga sekaligus sebagai sebuah kelemahan dalam membantu mereka

yang mengidentifikasikan diri sebagai konselor kesehatan mental untuk

membedakan diri dengan praktisi kesehatan mental lainnya ya ng berkaitan erat

dengannya (Wilcoxon & Puleo, 1992, dalam Gladding, 2012).

Konselor kesehatan mental mempunyai keahlian konseling dasar selain

keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi

tertentu atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah

menilai dan menganalisa latar belakang dan informasi terkini mengenai klien,

mendiagnosa kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yang bisa

dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan.

3.1.2. Teknik Konseling Kesehatan Mental

Konselor kesehatan mental datang untuk memahami informasi dari klien

melalui observasi, wawancara dan tes sehingga mereka dapat menentukan

tindakan terbaik untuk membantu klien mereka. Mereka sering membantu klien

mereka berpikir dan membuat pilihan-pilihan positif.

Cara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam

praktek sangat bervariasi, dikarenakan lingkungan kerja mereka yang beraneka

ragam dan mempunyai kisaran fungsi konseling yang luas. Pemilihan teori yang

digunakan dalam konseling kesehatan mental oleh konselor berdasarkan

kebutuhan klien. Secara umum konseling kesehatan mental difokuskan pada

dua masalah utama yaitu :

• Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental

• Perawatan kelainan dan disfungsi.

Kedua fokus konseling kesehatan mental tersebut juga dapat berlaku bagi

konseling kesehatan mental di dunia pendidikan.

a. Pencegahan Primer dan Peningkatan Kesehatan Ment al

Dalam konseling kesehatan mental, pencegahan primer dan

peningkatan layanan kesehatan mental dijadikan penekanan utama.

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan

menghubungi saya di :

[email protected]

Page 17: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 14

Pencegahan primer dikarakteristikkan dengan “kualitas sebelum fakta

terjadi”, disengaja, dan beriorientasi kelompok atau massa bukan individual

(Baker & Shaw, 1987, dalam Gladding, 2012).

Hall dan Torres (2001, dalam Gladding, 2012) merekomendasikan

dua model pencegahan primer yang tepat untuk diterapkan pada remaja

dengan skala komunitas, yaitu model pencegahan konfigurasi Bloom (1996,

dalam Gladding, 2012) dan formulasi insidensi Albee (Albee & Gullota,

1997, dalam Gladding, 2012). Model Bloom berfokus pada tiga dimensi

yaitu :

• Pertama, konselor harus bekerja untuk meningkatkan kekuatan individu

dan mengurangi keterbatasan individu

• Kedua, mereka harus meningkatkan dukungan sosial (contohnya, melalui

orang tua, teman sebaya) dan mengurangi tekanan sosial.

• Akhirnya, variabel lingkungan, seperti kemiskinan, bencana alam dan

program komunitas bagi remaja harus diatasi.

Model Albee memiliki skala global dan menekankan bahwa konselor

harus mengurangi efek negatif dari biologi dan stress, sementara pada saat

yang sama meningkatkan efek positif dari keahlian remaja dalam

menghadapi masalah, harga diri dan sistem dukungan. Kedua model tersebut

membutuhkan kemauan konselor untuk membangun jaringan dan lembaga

individu lain. Konselor harus meluangkan waktu dan energi cukup banyak

dalam membuat program yang mungkin tidak langsung memberi hasil.

Bentuk pencegahan primer yang lain adalah menekankan

perkembangan yang sehat, yaitu penanganan secara positif dan

pertumbuhan sehingga individu dapat dengan efektif menangani krisis yang

mereka hadapi (Herhenson, 1982, 1992 dalam Gladding, 2012).

Pengintegrasian perkembangan manusia dan menekankan peningkatan

perkembangan dan pertumbuhan manusia yang sehat menghasilkan enam

tren perkembangan pribadi: pertahanan hidup, pertumbuhan komunikasi,

pengenalan, penguasaan dan pemahaman. Konseling kesehatan mental

diperlengkapi ke arah perbaikan diri dalam hubungan antar-pribadi dan

kinerja.

Memusatkan diri pada lingkungan seseorang adalah penekanan

pencegahan lainnya dari konselor kesehatan mental, baik dilakukan secara

Page 18: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 15

global atau lebih individu. Lingkungan memiliki karakter seperti manusia, dan

beberapa lingkungan dominan dan kaku, sementara sebagian lainnya lebih

fleksibel dan suportif. Untuk dapat memanfaatkan pandangan ekologi-sosial,

konselor kesehatan mental harus melakukan hal-hal berikut.

• Mengenali masalah sebagai sesuatu yang pada pokoknya berhubungan

dengan lingkungan tertentu.

• Memperoleh persetujuan dari klien dan pihak bermakna lainnya yang

berada di lingkungan klien.

• Mengukur kedinamisan variabel di suatu lingkungan. Konselor dapat

bekerjasama dengan klien untuk menentukan bagaimana lingkungan

berfungsi menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kebutuhan

klien.

• Menyelenggarakan perubahan sosial yang dan inisiatif penghakiman

sosial jika dibutuhkan. Konselor dapat membantu klien dengan metode-

metode khusus untuk meningkatkan lingkungannya sekarang ini.

• Mengevaluasi hasilnya. Tidak ada satu cara pun untuk melakukannya,

namun semakin jelas klien mengutarakan kriterianya mengenai

lingkungan yang ideal, semakin baik juga kemungkinan evaluasinya.

Secara keseluruhan yang ditekankan dalam pencegahan kesehatan

mental adalah kesejahteraan positif (aktivitas yang berhubungan dengan

kesehatan baik pencegahan maupun remediasi dan mempunyai nilai terapi

bagi individu yang melakukannya secara konsisten). Aktivitas semacam ini

termasuk makan-makanan alami, mengkonsumsi vitamin, pergi ke pusat

kebugaran, meditasi, olahraga teratur, dan menggali beraneka pendekatan

kemanusiaan dan antar pribadi (O’ Donnel, 1988 dalam Gladding, 2012).

b. Pencegahan Sekunder dan Tersier

Selain pencegahan primer, konselor kesehatan mental berkonsentrasi

pada pencegahan sekunder (mengendalikan masalah kesehatan mental

yang sudah ada di permukaan terapi belum parah) dan pencegahan tersier

(mengendalikan masalah kesehatan mental yang serius agar tidak menjadi

kronis atau mengancam kehidupan). Berbeda dengan pencegahan primer,

konselor kesehatan mental menilai fungsi klien dan kemudian, jika tepat,

menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan untuk merawat gejala dan

kondisi utama gejala.

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan

menghubungi saya di :

[email protected]

Page 19: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 16

Konselor kesehatan mental yang melakukan perawatan sering

menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah dalam memberi

respons yang baik terhadap sejumlah orang yang membutuhkan dan mencari

layanan esehatan mental. Tidak setiap orang yang membutuhkan layanan

perawatan untuk gangguan ringan maupun besar dapat ditangani dengan

baik oleh pemberi layanan kesehatan mental, seperti konselor, psikiater,

psikolog dan pekerja sosial.

3.2. Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Men tal Peserta Didik

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yaitu

landasan teori dan definisi istilah, bahwa layanan bimbingan konseling dilakukan

melalui berbagai jenis layanannya dengan mempertimbangkan kehidupan

pribadi, kehidupan sosial dan perkembangan kehidupan pembelajaran serta

perencanaan karir. Jenis-jenis layanan bimbingan konseling dapat membantu

peserta didik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya termasuk

permasalahan yang menyangkut kesehatan mental.

Keberhasilan perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar

bukan hanya ditentukan dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga

dipengaruhi salah satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik. Dengan

adanya layanan bimbingan konseling diharapkan menjadikan pengaruh yang

baik bagi para peserta didik terutama pada tingkah laku peserta didik, yaitu

peserta didik akan lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri,

tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan artinya

kesehatan mentalnya normal tidak dipengaruhi pada hal-hal yang negatif.

Kegiatan kerja umum dalam konseling kesehatan mental termasuk janji

penjadwalan klien, menyelesaikan penilaian risiko pada klien yang diperlukan,

berbicara dan konseling dengan klien (untuk membantu mereka membuat

keputusan tentang diri mereka sendiri, kehidupan mereka dan bahkan hubungan

dan tujuan masa depan), menyediakan perawatan dan pengobatan yang

konsisten program untuk klien, klien menyimpan catatan yang akurat, file dan

dokumentasi dan perencanaan perawatan yang paling efektif. Konselor akan

mendiagnosa kondisi mental dan emosiona peserta didik serta mengeksplorasi

solusi yang dibas dilakukan dan dikembangkan.

Page 20: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 17

Sekolah adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting

terhadap perkembangan jiwa anak, hal ini karena interaksi antara anak dengan

guru di sekolah cukup intensif dan berlangsung cukup lama. Sekolah tidak hanya

berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga berpengaruh terhadap kesehatan

mental seorang peserta didik.

Kesehatan mental memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan fisik

peserta didik, maka perlu dibina dan dicegahnya berkembangnya berbagai

macam gangguan mental sedini mungkin. Peran konselor melalui layanan

konselingnya sangat diperlukan di samping peran orang tua dan lingkungan,

karena persoalan-persoalanyang dihadapi oleh peserta didik sebagaian besar

dihadapi di sekolah.

Layanan konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat

memberikan pencegahan dan peningkatan kesehatan mental maupun untuk

perawatan kelainan dan disfungsi mental. Layanan konseling dapat mencegah

dan meningkatkan kesehatan mental untuk gangguan mental yang sering

dihadapi oleh peserta didik sebagai berikut :

a. Rasa tidak aman dari peserta didik

Rasa tidak aman dapat digambarkan sebagai suatu sikap atau keyakinan

individu bahwa dia tidak disukai oleh orang-orang, tidak memapu

mengerjakan sesuatu, dan perasaan tiak aman atau jiwanya terancam.

Dalam hal demikian, konselor dapat memberikan layanan konseling

kesehatan mental kepada peserta didik dengan teknik dan pendekatan

konseling yang sesuai. Layanan konseling yang diberikan akan memberikan

kepercayaan kepada siswa bahwa masih ada juga orang mencintai dirinya.

Konselor dapat membantu dengan mengurangi ketegangan yang dihadapi

oleh peserta didik dengan melakukan tatap muka konseling dengan peserta

didik untuk mengeluarkan isi hatinya.

b. Manifestasi dari rasa kurang harga diri peserta didik

Pada beberapa situasi, peserta didik cukup mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan, namun terkadang masih juga timbul

kurang percaya diri yang dialami peserta didik. Pada peserta didik yang

kurang dapat menyesuaikan diri tampak rasa kurang harga diri pada

sebagian besar dari tingkah lakunya.

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara lengkap silahkan

menghubungi saya di :

[email protected]

Page 21: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 18

Di kelas, peserta didik yang kurang harga diri dapat ditemui dalam bentuk

selalu membuat kegaduhan baik dengan bersuara, gerakan-gerakan kakinya

maupun tangannya dengan maksud mencari perhatian.

Para konselor yang ditugaskan di sekolah harus menyadari bahwa untuk

peserta didik yang menginjak usia dewasa, sedang berada dalam periode

yang kritis untuk timbul rasa harga diri. Layanan konseling baik layanan

konseling individu maupun layanan konseling kelompok dapat membantu

meningkatkan kondisi kesehatan mental perserta didik. Sebagai contoh

layanan konseling kelompok, dapat membuat peserta didik mengerti akan

permasalahannya dan bersama-sama dengan konselor menggali solusi yang

sesuai untuk peserta didik

c. Manifestasi Rasa Bermusuhan

Rasa bermusuhan adalah merupakan faktor yang penting dari beberapa jenis

gangguan mental. Reaksi cemas, suatu bentuk dari neurosa, timbul dari

impul-impuls bermusuhan dari bermacam-macam jenis.

Konselor di lingkungan pendidikan memegang peranan yang sangat penting,

sebab dia dapat melakukan teknik konseling melaluai pencegahan primer

dengan mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk

membantu peserta didik dan nantinya dapat mengubah suasana kehidupan

bagi peserta didik yang dapat memberi efek terapi.

Sebagi bentuk pencegahan primer dan peningkatan kesehatan mental,

konselor dapat memperkenalkan kepada peserta didik tentang pentingnya

kesehatan mental, agar peserta didik mampu menangani atau menyesuaikan

diri dengan situasi yang dihadapinya. Situasi yang sering dihadapi oleh

peserta didik adalah relasi emosional yang negatif dengan guru, suka

memberontah terhadap aturan dan disiplin sekolah, menentang otoritas guru

atau pendidik dan lain-lain.

d. Stressor psikososial

Masa sekolah bisa menjadi masa yang menyenangkan jika dilalui dengan

baik dan lancar atau menakutan jika terdapat banyak stressor atau tekanan-

tekanan yang didapatkan. Stressor psikosial dalam baas tertentu akan

mendukung perkembangan kepribadian manusia (Widiatmoko, 2001, dalam

Marchira, 2011). Nanmu stressor psikosial yang berat akan mengakibatkan

seorang peserta didik tidak mampu beradaptasi atau menanggulangi

Page 22: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 19

sehingga akan berpengaruh pada motivasi maupun prestasi yang dihasilkan.

Dan jika stressor yang ada sangat berat, seseorang bisa sampai mengalami

gangguan kejiwaan baik berupa rasa cemas, insomnia (sulit tidur), depresi

hingga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia.

Konselor di lingkungan pendidikan dapat melakukan pencgahan primer

dengan melalui deteksi dini pada peserta didik yang mengalami masalah

yang nantinya masalah tersebut mempengaruhi kesehatan mental peserta

didik. Konselor dapat melakukan pemantauan melalui pencapaian prestasi

akademik. Apaka terdapat penurunan prestasi ? apabila ada, apakah

penurunan tersebut disebabkan gangguan konsentrasi? gangguan memori?

Kecemasan, mood menurun, perubahan tingkah laku ?

Tindakan pencegahan primer sebagai layanan konseling yang dapat

diberikan adalah juga dengan memberikan edukasi dini terhadap lingkungan

pendidikan dari gangguan mental, yang melibatkan para siswa sebagai peer

group untuk turut mengenali gejala awal gangguan mental yang dialmi oleh

teman-temannya.

Peran layanan konseling terhadap kesehatan mental peserta didik dapat

digambarkan dalam gambar 2. Konseling kesehatan mental terhadap peserta

didik akan memberian ketenangan dan menghasilkan mental sehat yang akan

berujung kepada tingkah laku produktif peserta didik.

Gambar 2 Peran Layanan Konseling terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

GANGGUAN MENTAL PESERTA DIDIK

LAYANAN KONSELING

KETENANGAN

STIMULUS SOSIAL

MENTAL SEHAT

TINGKAH LAKU

PRODUKTIF

Bagi yang ingin mendapatkan makalah ini secara

lengkap silahkan menghubungi saya di :

[email protected]

Page 23: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 20

Kesehatan mental bernilai dalam membantu peserta didik untuk

memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila peserta didik memahami

dirinya sendiri dengan lebih baik dan menyadari dirinya berharga, maka peserta

didik mempunyai kesanggupan untuk meneysuaikan diri, sehingga akan

membawa kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari gangguan mental, seperti

kecemasan dan kegelisahan.

Page 24: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 21

BAB IV

KESIMPULAN

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehat dalam tujuan

pendidikan adalah baik sehat secara fisik maupun mental.

Keberhasilan perserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar

bukan hanya ditentukan dari inteligensi yand dimiliki oleh peserta didik tetapi juga

dipengaruhi salah satunya oleh faktor kesehatan mental peserta didik. Layanan

konseling yang diberikan kepada peserta didik dapat memberikan pencegahan

dan peningkatan kesehatan mental maupun untuk perawatan kelainan dan

disfungsi mental. Layanan konseling dapat mencegah dan meningkatkan

kesehatan mental untuk gangguan mental yang sering dihadapi oleh peserta

didik, misalnya gangguan rasa tidak aman, rasa kurang harga diri, rasa

bermusuan dan gangguan yang timbul dari stressor psikososial.

Page 25: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik 22

DAFTAR PUSTAKA.

Erwintri. 2009. Pengertian Bimbingan dan Konseling. http://ewintri.wordpress.com/2009/02/14/bimbingan-dan-konseling/ (online).

_______. 2012. Layanan Bimbingan Konseling. http://ewintri.wordpress.com/2012/01/04/layanan-bimbingan-konseling/#more-219 (online).

Departmen Kesehatan RI. 1995. Survei Kesehatan Rumah Tangga .

Gladding, Samuel T. Dialihbahasakan oleh Winarndo, PM, Dr, Ir dan Yuwono, Liaian, drg. 2012 (Edisi Bahasa Indonesia). Konseling: Profesi yang Menyeluruh . Jakarta: PT Indeks.

Marchira, Carla R. 2011. Faktor-Faktor Psikosial yang Berpengaruh pada Kesehatan Mental Siswa . Karya tidak dipublikasikan pada Lokakarya Kesehatan Mental di Sekolah dan Pendekatan Komprehensif. Fakultas Psikologi UGM,

Maslim, Rusdi, Dr (Editor). 1997. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III .

Republik Indonesia. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .

________________, 1992. Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan .

Suasthi & Suastawa. 2008 (Edisi Revisi). Psikologi Agama, Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga . Denpasar: Penerbit Widya Dharma.

Sundari HS, Siti, Dra, M.Pd. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan . Jakarta: Rineka Cita

Tirtarahardja, Umar, Prof, Dr, La Sulo, S, L, Drs. 2005 (Edisi Revisi). Pengantar Pendidikan . Jakarta: Rineka Cita.

Page 26: Peran Layanan Konseling Terhadap Kesehatan Mental Peserta Didik

I Gde Wiyadnya | Peran Layanan Konseling terhadap K esehatan Mental Peserta Didik Lamp

LAMPIRAN

Struktur klasifikasi gangguan mental menurut PPDGJ – III

Gangguan mental organik

Gangguan organik dan simtomatik

F0 Gangguan mental organik termasuk gangguan simtomatik

Gangguan akibat alcohol dan obat zat

F1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya

Gangguan mental psikotik

Skizofrenia dan gangguan yang terkait

F2 Skizofrenia, gangguan izotipal dan gangguan waham

Gangguan afektif F3 Gangguan suasana perasasaan (mood / afektif)

Gangguan neurotic dan gangguan kepribadian

Gangguan neurotik F4 Gangguan neuortik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stress

Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

F5 Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

F6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan

Returdasi mental F7 Retardasi mental Gangguan masa kanak, remaja & perkembangan

F8 Gangguan perkembangan psikologis F9 Gangguan perilaku dan emosional

dengan onset. Biasanya pada masa kanak dan remaja