evaluasi pembelajaran berbasis riset

227
EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET Dr. H.Fajri Ismail, M.Pd.I Dr.Hj.Mardiah Astuti, M.Pd.I Hani Atus Sholikhah, M.Pd.

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

i

EVALUASI PEMBELAJARAN

BERBASIS RISET

Dr. H.Fajri Ismail, M.Pd.I

Dr.Hj.Mardiah Astuti, M.Pd.I

Hani Atus Sholikhah, M.Pd.

Page 2: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

ii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Nomor 8 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, bahwa:

Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 3: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

iii

EVALUASI PEMBELAJARAN

BERBASIS RISET

Dr. H.Fajri Ismail, M.Pd.I

Dr.Hj.Mardiah Astuti, M.Pd.I

Hani Atus Sholikhah, M.Pd.

Page 4: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

iv

EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASI RISET

Lay out: Jumaidi

Desain Cover: KSM Press

Hak pengarang dan penyunting dilindungi undang-undang dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau

seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Penerbit Karya Sukses Mandiri (KSM) Jl. TPH. Sofyan Kenawas Perum Villa Bayani M8 Gandus, Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. 085366726111

Email: [email protected]

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Penulis: Dr. H.Fajri Ismail, M.Pd.I

Dr.Hj.Mardiah Astuti, M.Pd.I

Hani Atus Sholikhah, M.Pd. EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASI RISET Cet. I Palembang : Penerbit Karya Sukses Mandiri (KSM), Agustus 2020 x + 227 hlm. : 18 x 25 cm. ISBN: 978-623-94878-0-5

Page 5: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan puja senantiasa tercurahkan kepada Allah Swt. yang

telah menganugerahkan limpahan nikmat-Nya sehingga selesailah penyusunan

buku ini dengan baik. Salawat dan salam semoga terus tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw., semoga kita kelak dapat menjadi umat yang mendapat

syafaat dan pertolongan beliau, amin.

Buku ini sebagai salah satu sarana pengantar akademik pada bidang

pembelajaran, khususnya bidang evaluasi pembelajaran dan statistik

pendidikan, serta riset bidang pendidikan. Evaluasi pembelajaran merupakan

kegiatan yang sangat sistematis dan mencakup pengukuran dan penilaian

secara keseluruhan pada saat dimulainya suatu program pebelajaran sampai

berakhirnya program tersebut. Perbedaan yang paling mendasar antara

pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah evaluasi berujung kepada

pengambilan keputusan berdasarkan pengukuran dan penilaian. Kaitannya

dengan statistik dan riset adalah bahwa dalam pengelolaan aspek penilaian,

peneliti perlu memahami penghitungan yang mumpuni. Artinya, jika peneliti

dapat memahami dengan baik tiga keilmuan ini, maka akan semakin

memudahkannya dalam berbagai riset, terutama bidang kuantitatif dalam

dunia pendidikan.

Selanjutnya, selain bermanfaat bagi peneliti, buku ini juga bermanfaat

bagi pendidik. Dalam perannya sebagai pendidik, guru membelajarkan

keilmuan ditambah lagi dengan mengolah hasil penilaian pada anak (siswa)

bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, mengajar juga adalah hal yang

sangat menyenangkan terutama ketika guru dapat melihat kemajuan yang

meningkat pada siswa dan mereka mengetahui kalau mereka yang

menyebabkan hal demikian. Kesinambungan antara pemahaman siswa dengan

Page 6: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

vi

kemampuan penilaian inilah nantinya akan semakin membuat guru profesional

di bidangnya.

Peran-peran yang cukup banyak bagi guru bahasa, memerlukan

pemahaman sekaligus pengetahuan yang memadai tentang aspek-aspek yang

harus dikenali dan dikuasai guru. Oleh sebab itu, pada buku ini disampaikan

aspek-aspek yang dapat dijadikan sumber pengetahuan khususnya pada materi

dengan tujuan agar dapat membantu para guru dalam menghadapi siswanya.

Aspek-aspek yang dimaksud meliputi beberapa bagian, yakni tataran teori,

proses, hingga implementasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada jajaran pimpinan di UIN

Raden Fatah Palembang, Dekan FITK dan Ketua Prodi PGMI yang telah

memberikan bimbingan sehingga buku ini dapat penulis selesaikan dengan

baik. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan dan

semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan motivasi dalam

menyelesaikan buku ini.

Kiranya, buku ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih

pada pengembangan bidang teori penelitian dan evaluasi pembelajaran.

Penulis telah mengusahakan buku ini dengan sepenuh hati dan pikiran

sehingga setiap yang ditulis menjadi tanggung jawab penulis serta disadari

bahwa di dalam penulisan ini dimungkinkan masih terdapat kekurangan, dan

untuk itu penulis pun menyarankan agar pembaca dapat mendalami lebih

lanjut. Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan pengembangan dalam

pendidikan, terutama dalam bidang pembelajaran. Selamat membaca.

Palembang, Agustus 2020

Penulis

Page 7: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Permasalahan .................................................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6

BAB II

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN ......................................... 9

A. Pengertian Evaluasi .......................................................................... 9

B. Tujuan Evaluasi ................................................................................ 11

C. Fungsi Evaluasi ................................................................................. 13

BAB III

KONSEP PENILAIAN DAN PENYUSUNAN ...................................... 15

A. Tes .................................................................................................... 15

B. Non Tes ............................................................................................. 24

C. Teknik Non Tes Ranah Afektif ......................................................... 33

BAB IV

KONSEP BAHAN AJAR ........................................................................ 63

A. Pengertian Bahan Ajar ...................................................................... 63

B. Jenis-Jenis Bahan Ajar ...................................................................... 64

Page 8: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

viii

BAB V

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ...................................................... 67

A. Pengertian Validitas .......................................................................... 67

B. Uji Validitas Butir Soal .................................................................... 92

C. Pengertian Reliabilitas ...................................................................... 105

D. Jenis-Jenis Reliabilitas ...................................................................... 107

E. Rumus-rumus Uji Reliabilitas ........................................................... 113

BAB VI

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ............................................. 129

A. Penelitian Pengembangan ................................................................. 129

B. Perencanaan dan Kreativitas ............................................................. 130

BAB VII

TEORI STATISTIK DALAM PENELITIAN ...................................... 135

A. Pengertian Statistik ........................................................................... 135

B. Fungsi Statistik dalam Penelitian Ilmiah .......................................... 136

C. Langkah Pengolahan Data Statistik dalam Penelitian ...................... 137

BAB VIII

PERAN STATISTIK DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN ....... 139

A. Evaluasi dan Statistik ....................................................................... 139

B. Pembelajaran Evaluasi dan Statistik .................................................. 140

BAB IX

IMPLEMENTASI PADA METODOLOGI PENELITIAN ................ 145

A. Metode Penelitian ............................................................................. 145

Page 9: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

ix

B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 152

C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 154

D. Teknik Analisis Data ........................................................................ 157

BAB X

IMPLEMENTASI PADA HASIL PENELITIAN ................................. 161

A. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................. 161

B. Hasil Penelitian ................................................................................. 164

C. Pembahasan Penelitian ..................................................................... 196

BAB XII

PENUTUP .................................................................................................. 209

A. Kesimpulan ...................................................................................... 208

B. Rekomendasi ................................................................................... 210

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 211

GLOSARIUM ............................................................................................ 213

INDEKS ...................................................................................................... 215

Page 10: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

x

Page 11: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi dalam pembelajaran mendapatkan porsi yang sangat penting

dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, evaluasi dapat

dijadikan alat dalam proses penghitungan untuk mengumpulkan data dalam

rangka pencapaian belajar kelas atau kelompok dan kemudian menghasilkan

sebuah keputusan. Hasil penghitungan evaluasi diharapkan dapat mendorong

guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar

lebih baik. Jadi, Evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan guru untuk

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Informasi yang digunakan

untuk mengevaluasi program pembelajaran harus memiliki kesalahan sekecil

mungkin karena evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgment terhadap

hasil penilaian.

Daryanto (2008), mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah

kegiatan yang terjadi di sekolah dimana guru atau pengelola pengajaran

melakukan penilaian dengan maksud apakah usaha yang dilakukan melalui

pengajaran sudah tercapai atau belum. Ini berarti tujuan evaluasi mengandung

makna membuat keputusan terhadap peserta didik. Tylor (Sudaryono: 2012)

mengatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk mengembangkan suatu

kebijakan yang bertanggungjawab mengenai pendidikan. Mehrens dan

Lehman mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan evaluasi ialah untuk

membantu membuat keputusan.

Dalam pelaksanaannya materi evaluasi memiliki hubungan dengan

pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan evaluasi (evaluation)

bersifat hirarkis. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan

Page 12: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

2

kriteria angka, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,

sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku yang

di dalamnya ada pengambilan keputusan seperti tuntas/tidak tuntas, naik/tidak

naik atau lulus/tidak lulus. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa setiap

kegiatan evaluasi melibatkan penilaian dan pengukuran. Penilaian berarti

menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan

terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri pada ukuran atau kriteria tertentu,

seperti menilai seseorang sebagai orang yang pandai karena memiliki skor tes

inteligensi lebih dari 120, sedangkan evaluasi mencakup baik kegiatan

pengukuran maupun penilaian.

Dari beberapa pengertian di atas tentang evaluasi, dapat dipahami

bahwa kegiatan Evaluasi merupakan kegiatan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan pengukuran dan penilaian. Evaluasi merupakan kegiatan

yang sangat sistematis dan mencakup pengukuran dan penilaian secara

keseluruhan pada saat dimulainya suatu program pebelajaran sampai

berakhirnya program tersebut. Perbedaan yang paling mendasar antara

pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah evaluasi berujung kepada

pengambilan keputusan berdasarkan pengukuran dan penilaian.

Untuk memahami secara mendalam perbedaan istilah tersebut,

diilustrasikan skor yang didapat seorang siswa. Pengukuran adalah kegiatan

yang dilakukan untuk mengukur sesuatu yang bersifat angka, misalnya skor

siswa mulai dari 10, 20, 30 sampai 100. Dari contoh tersebut dapat dipahami

bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu,

sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan

mendasarkan diri atau berpegang pada kualitatif. Ketika seorang siswa

mendapatkan nilai 10, apakah skor siswa tersebut masuk kategori baik atau

tidak bergantung skala penskoran yang digunakan. Apabila skor yang

digunakan menggunakan skor interval 1 - 10, berarti siswa mencapai nilai

Page 13: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

3

maksimal atau sangat baik. Akan tetapi jika menggunakan interval 10 - 100,

skor siswa tersebut amat jelek. Baik, amat baik, jelek dan amat jelek

merupakan kegiatan penilaian yang sumber datanya berasal dari pengukuran.

Apa yang membedakannya dengan evaluasi. Yang membedakannya adalah

bahwa evaluasi mencakup aspek kualitatif dan aspek kuanitatif. Dengan

demikian, berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa evaluasi secara umum adalah suatu proses untuk

mendiagnosis kegiatan belajar dan pembelajaran yang diakhiri dengan

pengambilan keputusan oleh guru.

Evaluasi pembelajaran memiliki hubungan simbiosis mutualisme

dengan statistik. Dalam menghitung hasil penilaian dalam pembelajaran, ilmu

statistik sangat diperlukan. Karenanya, statistik memiliki porsi yang sangat

penting dalam keilmuan sehingga wajar jika ilmu ini disendirikan menjadi satu

mata kuliah. Sebagaimana di FITK Raden Fatah Palembang, MK statistik

terdapat di semua Prodi yang ada dalam naungan fakultas pendidikan. Dapat

dikatakan, baik evaluasi maupun statistik memiliki porsi yang sangat penting

dalam pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal, pelaksanaan pembelajaran evaluasi

memiliki kendala dalam proses pembelajarannya. Dari observasi awal

terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan FITK UIN Raden Fatah

Palembang, diketahui hal-hal sebagai berikut. Mereka umumnya belum

menguasai materi evaluasi dengan baik. Ironisnya, mereka tidak tahu lebih

mendalam tentang peran evaluasi dalam penelitian. Sebagian besar mereka

mempelajari evaluasi tidak sampai selesai. Dari 36 mahasiswa yang ditanya

hanya 12 orang (33 %) yang menerapkan materi Evaluasi pada MK pada

semester sebelumnya. Padahal, materi Evaluasi sangat berperan dalam

penelitian, khususnya penelitian eksperimen, RnD, dan lain-lain.

Page 14: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

4

Berdasarkan analisis di atas, diperlukan bahan yang mendukung pada

MK Evaluasi ketika mereka mengajar nantinya. Berangkat dari hal tersebut,

peneliti tertarik membahas penelitian dengan judul “PENGEMBANGAN

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN EVALUASI PEMBELAJARAN

BERBASIS RISET PADA MK STATISTIK PENDIDIKAN DI FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN RADEN FATAH

PALEMBANG”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, diidentifikasi masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut.

a. Para mahasiswa masih banyak yang tidak aktif dalam aktivitas

pembelajaran.

b. Materi perkuliahan belum terarah pada spesifikasi terhadap konten

penelitian.

c. Tugas perkuliahan belum maksimal pada aspek konten materi.

d. Hasil belajar mahasiswa dalam mengerjakan tugas (penilaian proses)

belum optimal.

2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada

pengembangan model ajar meliputi:

a. Model pembelajaran berbasis riset dibatasi pada riset dengan

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.

b. Materi dibatasi pada: instrumen penilaian kognitif (tes), instrumen

penilaian afektif dan psikomotor (nontes), uji validitas, uji reliabelitas,

teknik penghitungan nilai akhir.

Page 15: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

5

c. Produk diuji dengan bentuk uji efektivitas dan hasil belajar.

d. Program studi yang diteliti dibatasi pada dua Prodi saja, yakni PGMI

dan PAI, dengan alasan prodi ini merupakan prodi dengan jumlah

mahasiswa terbanyak di FITK.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a. Bagaimanakah prosedur perancangan Bahan ajar berbasis riset

Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan?

b. Bagaimana validitas penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan?

c. Bagaimanakah kepraktisan penerapan Bahan ajar berbasis riset

Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan?

d. Bagaimanakah efektivitas penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

a. Membuat perancangan Bahan ajar Evaluasi Pembelajaran berbasis riset

pada MK Statistik Pendidikan.

b. Melaksanakan prosedur operasional Bahan ajar Evaluasi Pembelajaran

berbasis riset pada MK Statistik Pendidikan.

c. Menguji validitas penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan.

d. Menguji kepraktisan penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan.

Page 16: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

6

e. Menguji efektivitas penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan.

2. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoretis

a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan

empiris bagi kepentingan akademis FITK UIN Raden Fatah Palembang

dalam bidang pengkajian pendidikan.

b. Mendorong guru berkembang secara profesional yang dapat memahami

tugasnya sebagai pendidik di kelas dalam memperbaiki pembelajaran

dengan mengetahui berbagai pembelajaran yang inovatif, serta dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul di kelasnya

secara profesional.

2) Kegunaan Praktis

a. Bagi mahasiswa, aktivitas dan hasil belajar yang menjadi subjek

pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan.

b. Bagi guru, guru dapat mendesain, mengimplementasikan dan mengevaluasi

desain pembelajaran berbasis dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah, memberikan masukan dan kontribusi yang bermanfaat dalam

upaya peningkatan penelitian di sekolah.

d. Bagi peneliti/pengembang, dapat dijadikan sebagai masukan untuk

melakukan pengembangan lebih lanjut dalam mendesain dan meng evaluasi

desain pembelajaran.

D. Tinjauan Pustaka

1) Fajri Ismail (2015), dengan judul penelitian “Evaluasi Implementasi

Kurikulum FITK UIN Raden Fatah Palembang”, Perbedaan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada aspek bahan

Page 17: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

7

penelitian, pengembangan penelitian, subjek penelitian, fokus

penelitian dan objek penelitian.

2) Hani Atus Sholikhah (2018), dengan judul penelitian “Pengembangan

Desain Pembelajaran Berbasis Reasoning Analysis pada MK

Metodologi Bahasa Indonesia MI”. Perbedaan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan adalah pada aspek bahan penelitian,

pengembangan penelitian, subjek penelitian, fokus penelitian dan

objek penelitian.

3) Renny Yossep Yusdahniar (2018), dengan judul penelitian

“Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam

Menganalisis Drama Berorientasi Karakter untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIPA SMAN 4

Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018”. Perbedaan dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah pada aspek tempat penelitian, subjek

penelitian, fokus penelitian dan metode penelitian.

4) Aquami (2018), dengan judul penelitian “Pengembangan Media

Pembelajaran IPA MI”. Perbedaan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan adalah pada aspek bahan penelitian, pengembangan

penelitian, subjek penelitian, fokus penelitian dan objek penelitian.

Page 18: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

8

Page 19: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

9

BAB II

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment terhadap nilai

atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini hevaluasi selalu

didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut ;Tyler (1950),

Evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah

tercapai. Evaluasi bukan hanya sebagai kumpulan pencapaian hasilJ lewat

pengukuran, akan tetapi Evaluasi merupakan sebuah proses, di mulai dari

identifikasi outcome dan berakhir kepada keputusan. “Evaluation of pupil

learning requires the use of number of techniques for measuring pupil

achievement... however evaluation is not merely a collection, it’s process... it

begins with the identification of the intended learning outcomes and ends with

a judgment“. (Gronlund and Linn, 1990). Stufflebam dan Shinkfield (1985)

mendefinisikan Evaluasi: “evaluation is the process of delineating, and

providing descriptive and judgmental information about the worth and merit

of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide

decision making, serve needs for accountability, and promote of the involved

phenomena”.

Evaluasi secara singkat juga dapat didefinisikan sebagai proses

mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau

kelompok dan kemudian menghasilkan sebuah keputusan. Hasil Evaluasi

diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong

peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, Evaluasi memberikan informasi

bagi kelas dan guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Informasi yang digunakan untuk meng Evaluasi program pembelajaran harus

Page 20: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

10

memiliki kesalahan sekecil mungkin karena Evaluasi pada dasarnya adalah

melakukan judgment terhadap hasil penilaian.

Dari beberapa pengertian di atas tentang evaluasi, dapat dipahami

bahwa kegiatan Evaluasi merupakan kegiatan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan pengukuran dan penilaian. Evaluasi merupakan kegiatan

yang sangat sistematis dan mencakup pengukuran dan penilaian secara

keseluruhan pada saat di mulainya suatu program pembelajaran sampai

berakhirnya program tersebut. Perbedaan yang paling mendasar antara

pengukuran, penilaian dan Evaluasi adalah Evaluasi berujung kepada

pengambilan keputusan berdasarkan pengukuran dan penilaian.

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan

antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan Evaluasi

(evaluation) bersifat hirarkis. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan

dengan kriteria angka, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil

pengukuran, sedangkan Evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu

perilaku yang di dalamnya ada pengambilan keputusan seperti tuntas/tidak

tuntas, naik/tidak naik atau lulus/tidak lulus. Sifat yang hirarkis ini

menunjukkan bahwa setiap kegiatan Evaluasi melibatkan penilaian dan

pengukuran. Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu

mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan

diri pada ukuran atau kriteria tertentu, seperti menilai seseorang sebagai orang

yang pandai karena memiliki skor tes inteligensi lebih dari 120, sedangkan

Evaluasi mencakup baik kegiatan pengukuran maupun penilaian.

Perbedaan antara evaluasi, penilaian dan pengukuran dapat dilihat dari

tabel berikut:

Page 21: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

11

Nama siswa Skor Nilai Keputusan

Fajri 87 A - Lulus paling

baik

Fahmi 85 B + Lulus amat baik

Fadila 85 B + Lulus amat baik

Hilal 80 B Lulus baik

Mardiah 75 B Lulus baik

Keterangan:

1. Skor merupakan kegiatan pengukuran

2. Kategori A-, B+, dan B merupakan kegiatan penilaian

3. Klasifikasi lulus paling baik, amat baik dan baik merupakan hasil

evaluasi

B. Tujuan Evaluasi

Tylor (Sudaryono: 2012) mengatakan bahwa tujuan Evaluasi ialah untuk

mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggungjawab mengenai pendidikan.

Mehrens dan Lehman mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan Evaluasi ialah

untuk membantu membuat keputusan. Daryanto (2008), mengatakan bahwa

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan yang terjadi di sekolah dimana guru atau

pengelola pengajaran melakukan penilaian dengan maksud apakah usaha yang

dilakukan melalui pengajaran sudah tercapai atau belum. Ini berarti tujuan

Evaluasi mengandung makna membuat keputusan terhadap peserta didik.

Berdasarkan nilai yang diperoleh seorang siswa, dengan adanya evaluasi,

guru dapat menimbang dan memutuskan secara obyektif dan cermat mengenai

hasil belajar siswa tersebut dan apa yang mesti dilakukan apabila peserta didik

Page 22: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

12

setelah evaluasi. Dengan demikian, tujuan utama dari Evaluasi hasil belajar adalah

membuat keputusan terhadap anak didik; tuntas atau tidak tuntas, naik atau tidak

naik kelas, lulus atau tidak lulus.

Sudaryono (2012) mengatakan lebih lanjut kaitan antara Evaluasi dan

pengambilan keputusan. Ada beberapa jenis keputusan yang diambil guru

terhadap siswa dengan adanya evaluasi:

1. Keputusan mengenai kelayakan siswa, yaitu keputusan yang berhubungan

dengan siswa, seperti mengenai lulus atau tidaknya siswa tersebut, naik

kelas atau tidak, atau program remedial bagi siswa yang belum berhasil.

2. Keputusan bersifat prediksi, nasihat yang dilakukan oleh seorang guru

dalam ukuran atau kuantitatif. Biasanya laporan yang diberikan kepada

orangtua siswa dalam bentuk buku rapor yang berisi nilai yang diperoleh

siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

3. Keputusan mengenai penempatan, yaitu guru harus menentukan jurusan

studi yang akan dimasuki oleh seorang siswa, apakah ia akan masuk ke

jurusan IPA, IPS atau jurusan lainnya.

4. Keputusan untuk menetapkan bagian-bagian mana dari suatu proses

pembelajaran yang perlu diperbaiki, yang dalam hal ini seorang guru harus

betul-betul cermat dalam menentukan apakah tujuan pelajaran harus

diperbaiki, apakah materi perlu disederhanakan, apakah proses belajar

harus diubah, apakah alat Evaluasi yang digunakan harus diubah pula, dan

sebagainya.

Di dalam Kurikulum 1975 (Buku III B - tentang Pedoman Penilaian),

dapat dibaca bahwa tujuan atau fungsi Evaluasi belajar siswa di sekolah pada

dasarnya dapat digolongkan ke dalam 4 (empat) kategori yaitu:

Page 23: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

13

1. Untuk memberi umpan balik (feedback) kepada guru, sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan revisi program dan

remedial program bagi siswa.

2. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing

siswa, yang antara lain diperlukan untuk memberikan laporan kepada para

orang tua siswa, penetapan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya

siswa.

3. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat

(misalnya dalam penentuan jurusan) sesuai dengan tingkat kemampuan

dan atau karakteristik lain yang dimiliki siswa.

4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) siswa

yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Yang hasilnya dapat dipakai

sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

C. Fungsi Evaluasi

Anas Sudjiono (2011) mengatakan tentang fungsi Evaluasi secara umum.

Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses didaktik setidak-tidaknya memiliki

lima macam fungsi pokok yaitu (a) diagnosa, (b) memberikan informasi, (c) bahan

penetapan status peserta didik (d) pedoman dan (e) menjadi petunjuk ketercapaian

program. Adapun secara khusus, fungsi Evaluasi di bidang pendidikan dapat

dilihat dari tiga segi, yaitu (a) segi psikologis, (b) segi pedagogis-didaktik, dan (c)

segi administratif.

1. Diagnosa

Fungsi dari Evaluasi adalah mendiagnosa atau memeriksa pada bagian-

bagian mana para peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau

cara-cara pemecahannya.

Page 24: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

14

2. Memberikan informasi penempatan (placement)

Dalam hubungan ini, Evaluasi sangat diperlukan untuk dapat menentukan

secara pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya

ditempatkan. Dengan kata lain: Evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan

peserta didik menurut kelompoknya masing-masing; misalnya: kelompok atas

(cerdas), Kelompok tengah (rata-rata), dan kelompok bawah (lemah). Jadi di sini

Evaluasi memiliki fungsi placement (penempatan).

3. Bahan penetapan status peserta didik (seleksi)

Dalam hubungan ini, Evaluasi pendidikan dilakukan untuk menetapkan

apakah seorang peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, naik kelas

ataukah tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu atau tidak, dapat

diberikan beasiswa ataukah tidak. Dengan demikian, Evaluasi memiliki fungsi

selektif.

4. Sebagai pedoman

Berlandaskan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat

memberikan petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik; misalnya:

tentang bagaimana cara belajar yang baik, cara mengatur waktu belajar, cara

membaca dan mendalami buku pelajaran dan sebagainya, sehingga kesulitan-

kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pebelajaran dapat

diatasi dengan sebaik-baiknya. Dalam keadaan seperti ini, Evaluasi memiliki

fungsi sebagai bimbingan.

5. Petunjuk ketercapaian program

Di sini Evaluasi dikatakan memiliki fungsi instruksional, yaitu melakukan

perbandingan antara Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan

masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh

peserta didik bagi masing-masing mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu

yang telah ditentukan.

Page 25: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

15

BAB III

KONSEP PENILAIAN DAN PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang

memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat

dalam mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu

variabel (Djaali dan Pudji: 2011). Ini berarti, dalam bidang pendidikan,

instrumen hasil belajar merupakan alat yang telah memiliki standar yang

digunakan untuk mengukur obyek dalam dunia pendidikan di antaranya hasil

belajar.

Di dalam evaluasi pendidikan, instrumen hasil belajar pada dasarnya

instrumen terbagi dua yaitu pertama tes dan kedua non tes:

A. Tes

1. Pengertian Tes

Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring

untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah,

dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan

untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang

merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.

Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok (Arikunto, 1995). Cronbach (1984) mendefinisikan tes sebagai

“a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it

with the aid of a numerical scale or category system”. Dengan demikian, tes

merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan

aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus

Page 26: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

16

jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-

butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku.

Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya.

Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes.

Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes

mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Butir-

butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa

yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan

tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku

yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.

Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali

informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi

(mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi

maksimum (Cronbach dalam Azwar). Tes hasil belajar adalah suatu prosedur

sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa

(Gronlund,1981). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui

“bobot” kemampuan yang dimiliki anak.

Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan

bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai (Gronlund, 1981;

Gronlund dan Linn, 1985; Popham, 1981; Nurkancana dan Sumartana, 1986;

Arikunto, 1995; Subino, 1987). Tes objektif terdiri dari menjodohkan, pilihan

ganda dan benar salah, sedangkan tes subjektif (esai) seperti tes uraian bebas

dan tes uraian terbatas.

Ditinjau dari segi kegunaan, Arikunto (2012) membaginya kepada tiga

kegunaan yaitu;

1. Tes diagnostik yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar dan

kemudian mencari solusi dalam mengatasi kesulitan tersebut.

Page 27: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

17

2. Tes formatif adalah tes yang dilakukan dalam selang waktu pendek

yang berguna dalam memberikan umpan balik (Djaali dan Pudji, 2011).

Tes ini biasanya dilakukan di tengah-tengah perjalanan sebuah program

pebelajaran, yaitu dilaksanakan setiap kali satuan pelajaran atau sub

pokok dapat diselesaikan.

3. Tes sumatif yaitu tes yang menentukan keberhasilan seorang siswa

dalam menempuh pelajaran atau sekumpulan materi pelajaran. Tes ini

seyogyanya dilakukan secara tertulis agar semua siswa memeroleh soal

yang sama. Ujian kenaikan kelas dan Ujian Nasional (UN) merupakan

contoh tes sumatif.

Ditinjau dari dari segi penyusunannya tes hasil belajar dibedakan atas

tiga jenis yaitu (Wayan dan Sunartana: 1990):

1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan

menggunakan tes tersebut

2. Tes buatan orang lain yang tidak distandardisasikan namun dianggap

cukup baik untuk dijadikan alat tes.

3. Tes yang telah terstandardisasi yaitu tes yang telah mengikuti uji tes

hasil belajar di antaranya telah lulus uji validitas dan reliabilitas, dan

berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup luas

dan representatif.

Suharsimi Arikunto (2012), menyebutkan perbedaan yang mendasar

antara tes standar dan tes buatan guru:

No Tes Standar Tes Buatan

1 Didasarkan atas bahan dan tujuan

umum dari sekolah-sekolah di

seluruh Negara

Didasarkan atas bahan dan tujua

khusus yang dirumuskan oleh guru

untuk kelasnya sendiri

Page 28: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

18

2 Mencakup aspek yang luas dan

pengetahuan atau keterampilan

dengan hanya sedikit butir tes

untuk setiap keterampilan atau

topik.

Dapat terjadi hanya mencakup

pengetahuan dan keterampilan yang

sempit

3 Disusun dengan kelengkapan staf

profesor, pembahas, editor, butir

tes

Biasanya disusun sendiri oleh guru

dengan sedikit atau tanpa bantuan

orang lain/tenaga ahli

4 Menggunakan butir-butir tes yang

sudah diujicobakan (try out),

dianalisis dan direvisi sebelum

menjadi sebuah tes

Sangat jarang menggunakan butir-

butir tes yang sudah diujicobakan,

dianalaisis dan direvisi

5 Mempunyai reliabilitas tinggi Mempunyai reliabilitas sedang atau

rendah

6 Dimungkinkan menggunakan

penilaian norma untuk seluruh

Negara

Norma kelompok terbatas kelas

tertentu

2. Prosedur Membuat Tes

Untuk membuat tes yang berkualitas, diperlukan langkah-langkah

dalam membuat tes tersebut (Djaali dan Pudji: 2012):

a. Menetapkan Tujuan Tes

Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan,

seperti:

Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan Ujian Nasional (UN)

atau ujian lain yang sejenis dengan UN. Kedua, tes yang bertujuan untuk

Page 29: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

19

mengadakan seleksi, misalnya untuk ujian saringan masuk perguruan tinggi

atau untuk menentukan penerima beasiswa bagi murid yang berbakat. Ketiga,

tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal

dengan sebutan tes diagnostik.

Untuk UN diperlukan tes yang terdiri atas butir-butir yang mudah

sampai dengan yang sukar. UN merupakan Mastery Test. Dari hasil UN dapat

dilihat mastery level murid, yakni sejauh mana ia mengusai suatu bidang studi.

Untuk tujuan seleksi dibutuhkan tes dengan butir-butir soal yang tingkat

kesukarannya disesuaikan dengan proporsi antara yang akan diterima dengan

pelamar. Tingkat kesukaran soal akan lebih tinggi jika calon yang akan

diseleksi cukup banyak. Biasanya diambil butir-butir soal yang tingkat

kasukarannya di atas rata-rata (kalau butir-butir soal itu diambil dari soal-soal

UN).

Untuk Tes diagnostik, soal-soalnya harus berbentuk uraian, karena soal

bentuk obyektif tidak mempunyai fungsi diagnostik. Artinya seorang siswa

yang menjawab salah satu soal bentuk obyektif tidak dapat diketahui mengapa

ia menjawab salah, sedangkan melalui tes bentuk uraian kita dapat menelusuri

jawaban siswa untuk mengetahui mengapa seseorang mejawab salah, atau

bagian mana kesulitan siswa, sehingga dia menjawab salah soal tersebut.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa untuk tes

diagnostik, butir-butir soal harus dinilai menurut pokok bahasan atau sub

pokok bahasan. Sebagai contoh sebuah tes berhitung dengan 60 butir soal,

terdiri atas penjumlahan 15 soal, pengurangan 15 soal, perkalian 15 soal, dan

pembagian 15 soal. Siswa A dapat menjawab semua soal tentang penjumlahan

dan pengurangan, tapi untuk perkalian, hanya mampu menyelesaikan dengan

benar 6 soal, sedangkan untuk pembagian ia gagal total. Skor akhir yang ia

peroleh adalah 6. Kalau dilihat dari nilai tersebut, maka si anak itu dapat naik

Page 30: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

20

kelas. Padahal ia akan gagal lagi di kelas-kelas yang lebih tinggi karena justru

di sana sangat ditekankan pengetahuan tentang perkalian dan pembagian.

Siswa akhirnya tidak bisa naik terus setelah dua kali mengulang di kelas yang

sama, ia dikeluarkan dari sekolah. Sungguh fatal sekali. Jumlah drop-out

bertambah hanya karena tidak ada diagnosis. Jadi kalau tes tersebut dibuat

untuk diagnostik, maka bukan nilai akhir itu yang diperhatikan, melainkan

nilai pada setiap pokok bahasan.

Dengan demikian, dapat dibuat remedial teaching untuk memberikan

pengetahuan dan pemahaman mengenai perkalian dan pembagian. Anak itu

dapat tertolong dari keadaan fatal tadi. Oleh karena itu, penyusunan soal-soal

tes harus disesuaikan dengan tujuan tes yang akan diselenggarakan.

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok

bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir

soal untuk setiap pokok bahasan soal obyektif atau bobot soal untuk bentuk

uraian, dalam membuat kisi-kisi tes. Menentukan bobot untuk setiap pokok

bahasan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah jam pertemuan yang tercantum

dalam kurikulum.

c. Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya.

Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya mempunyai

tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot setiap

pokok bahasan. Akan tetapi, dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot

setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam

buku pelajaran atau sumber materi belajarlainnya. Tes yang akan disusun

diharapkan dapat mencakup seluruh construct atau content (populasi materi)

yang diajarkan. Untuk itu, kedua langkah yang disebutkan tersebut sangat

Page 31: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

21

diperlukan untuk memperkecil eror dalam memilih sampel soal. Hal ini

penting karena apabila soal tidak disampel akan menghasilkan beratus-ratus

soal pada tiap bidang studi untuk mewakili populasi materi yang pernah

diajarkan. Hal ini sangat sulit dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan

peserta tes dalam menyelesaikan tes dengan butir soal sebanyak itu terlalu

lama. Untuk dapat memilih sampel yang tepat diperlukan (a) analisis

kurikulum, dan (b) analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya.

d. Membuat kisi-kisi

Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam

arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item-item atau

butir-butir tes mencakup keseluruhan materi (pokok bahasan atau sub pokok

bahasan) secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih

dahulu kita harus membuat kisi-kisi sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi

memuat jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal dan setiap

pokok bahasan serta untuk setiap aspek kemampuan yang hendak diukur.

5. Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus dirumuskan

secara operasional dan secara teknis menggunakan kata-kata operasional.

e. Penulisan Soal

Setelah kisi-kisi dalam dalam bentuk tabel spesifikasi telah tersedia,

maka kita akan membuat butir-butir soal atau item-item tes. Banyaknya butir

yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal dan untuk setiap pokok bahasan,

serta untuk setiap aspek kemampuan yang hendak diukur harus disesuaikan

dengan yang tercantum dalam kisi-kisi. Ada beberapa petunjuk yang perlu

Page 32: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

22

diperhatikan dalam membuat butir-butir soal atau item-item tes (khususnya tes

matematika sebagai contoh), yaitu:

1) Soal yang dibuat harus valid (validitas konstruk) dalam arti mampu

mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan.

2) Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu

kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang

tidak relevan. Oleh karena itu, soal matematika yang dibuat harus

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga

tidak menimbulkan salah tafsir atau tafsiran ganda.

3) Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan

dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang

sesungguhnya. Untuk soal bentuk uraian, dari penyelesaian dengan

langkah-langkah lengkap tersebut dapat dikembangkan pedoman

penilaian untuk setiap soal.

4) Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin kesalahan-

kesalahan ketik betapapun kecilnya, karena hal itu akan mempengaruhi

validitas soal.

5) Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk

setiap soal matematika yang dibuat.

6) Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk

setiap bentuk soal matematika dalam suatu tes.

f. Reproduksi tes terbatas

Tes yang sudah dibuat (sudah jadi) diperbanyak dalam jumlah yang

cukup menurut jumlah sampel uji–coba atau jumlah peserta yang akan

mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji-coba tes.

Page 33: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

23

g. Uji-coba Tes

Tes yang sudah dibuat dan sudah direproduksi atau diperbanyak itu

akan diuji-cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel uji

coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan

karakteristik peserta tes yang sesungguhnya. Untuk itu, cara penentuan sampel

yang harus dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat dan disesuaikan

dengan tujuan uji-coba.

h. Analisis hasil uji coba

Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis

butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi

pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut diadakan seleksi soal

dengan menggunakan kriteria (kriteria validitas) tertentu. Soal-soal yang tidak

valid akan di drop dan soal-soal yang valid akan ditetapkan untuk dipakai atau

dirakit menjadi suatu tes yang valid. Untuk memberikan gambaran mengenai

kualitas tes tersebut secara empirik dihitung reliabilitasnya.

i. Revisi soal

Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik

dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi

syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, soal-soal tersebut

selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, tetapi apabila soal-soal yang valid

belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat

dilakukan perbaikan terhadap beberapa soal yang diperlukan atau dapat disebut

sebut sebagai revisi soal.

Page 34: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

24

j. Merakit soal menjadi tes

Soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan

serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes

yang valid. Urutan soal dalam suatu tes pada umumnya dilakukan menurut

tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai soal yang sulit.

B. Non tes

Anas Sudiyono (2011) mengatakan bahwa teknik tes bukanlah satu-

satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik

lain yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu teknik non tes. Teknik

ini digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik tanpa menguji

peserta didik, melainkan dengan melakukan pengamatan dengan cara

sebagaimana yang dibahas di atas yaitu dengan menggunakan beberapa teknik

non tes. Dengan kata lain, teknik non tes ini digunakan untuk mengevaluasi

hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan

ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes digunakan

untuk mengevaluasi peserta didik dari segi ranah berpikir (cognitive domain).

Alat penilaian non-test yang digunakan untuk menilai ranah afektif di

antaranya adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun

partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka),

sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-

pertanyaan, dan sebagainya.

Dalam penulisan soal pada instrument non-tes, penulis butir soal harus

memperhatikan ketentuan/kaidah penulisannya. Kaidahnya adalah seperti

berikut ini (Sudaryono, dkk: 2012):

Page 35: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

25

1. Materi

a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan

dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap; aspek kognisi afeksi atau

konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).

2. Kontruksi

a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan

jelas.

b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang

dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan

saja.

c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang besifat negatif ganda.

d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.

e. Kalimatnya bebas dari pernyataan dapat diinterpretasikan sebagai

fakta.

f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih

dari satu cara.

g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau

dikosongkan oleh hampir semua responden.

h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.

i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua,

selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.

j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.

gunakanlah seperlunya.

3. Bahasa budaya

a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan

peserta didik atau responden.

Page 36: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

26

b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

Kaidah-kaidah penulisan tersebut secara lengkap dijelaskan disertai

contoh-contoh dalam pelajaran matematika sebagai berikut:

1. Hindari menulis pernyataan yang membicarakan kejadian yang lalu

kecuali jika objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.

Contoh yang kurang baik: Dulu ketika di sekolah dasar, saya

menghindari pelajaran matematika. Jika dulu menghindari pelajaran

matematika tidak secara otomatis akan menggambarkan sikap

sekarang. Interaksi dalam pembelajaran dan interaksi sosial antara

manusia secara umum sangat berpontensi untuk mempengaruhi dan

mengubah sikap seseorang. Sikap bukan merupakan aspek psikologi

yang stabil dalam waktu yang lama. Karena itu, pengukuran sikap

hamper selalu ditunjukkan untuk mengungkapkan sikap terhadap objek

psikologi masa sekarang. Pernyataan tersebut akan lebih baik jika

ditulis menjadi “saya menghindari pelajaran matematika”.

2. Hindari menulis pernyataan berupa fakta atau dapat ditafsirkan sebagai

fakta.

Contoh kurang baik: 1) matematika merupakan pelajaran tentang

angka; 2) matematika merupakan salah satu pelajaran di SMA; dan 3)

matematika adalah salah satu pelajaran yang sulit bagi peserta didik

pada umumnya. Ketiga pernyataan ini merupakan fakta atau kenyataan.

Setiap orang akan mendukung pernyataan seperti ini. Apa yang

terungkap bukanlah sikap terhadap matematika melainkan

pengetahuannya tentang objek tersebut. Pernyataan yang berisi fakta

tidak akan dapat memberikan informasi kepada kita mengenai

bagaimana sikap responden yang sebenarnya. Pernyataan–pernyataan

Page 37: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

27

tersebut akan lebih baik jika ditulis sebagai berikut: 1) pelajaran tentang

angka menarik untuk dipelajari; 2) kendatipun matematika merupakan

pelajaran wajib, saya tetap menghindarinyan; dan 3) Matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami.

3. Hindari menulis penyataan yang bermakna ganda.

Contoh kurang baik; saya membeli buku matematika hanya jika

diwajibkan oleh guru. Pernyataan ini akan menimbulkan penafsiran

yang berbeda bagi responden. Guru mungkin bermaksud menuliskan

pernyataan negatif terkait sikap terhadap matematika. Bagi peserta

didik yang berasal dari keluarga mampu, pernyataan tersebut benar

akan berfungsi sebagai pernyataan negatif sebab jika mereka memiliki

sikap positif dan berbakat terhadap mata pelajaran matematika maka

mereka akan membeli buku matematika kapan pun jika mereka mau.

Sebaliknya, yang berasal dari keluarga yang ekonominya pas-pasan,

pernyataan tersebut akan berfungsi sebagai pernyataan positif, sebab

kendatipun mereka memiliki sikap positif dan berbakat, namun tetap

akan kesulitan untuk membeli buku matematika, kecuali jika

diwajibkan oleh guru. Pernyataan tersebut akan lebih baik jika

diperbaiki menjadi; saya tidak ingin membeli buku matematika.

4. Hindari menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objeknya.

Contoh kurang baik; 1) Indonesia sangat ketinggalan dalam bidang

matematika; dan 2) setiap ke sekolah saya membawa buku matematika.

Pernyataan pertama tidak mempunyai kaitan dengan sikap terhadap

matematika. Benar bahwa bangsa Indonesia sangat ketinggalan dalam

bidang matematika dibanding negara-negara lain, namun peserta didik

yang setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan ini tidak dapat

Page 38: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

28

menggambarkan sikapnya terhadap matematika. Peserta didik yang

setuju bahwa Indonesia sangat ketinggalan dalam bidang matematika

sehingga perlu adanya upaya perbaikan dalam pembelajaran

matematika, belum tentu akan bersikap positif terhadap pelajaran

matematika. Sama halnya dengan pernyataan kedua, juga tidak

mempunyai kaitan dengan sikap terhadap matematika. Jika seandainya

peserta didik setuju bahwa setiap ke sekolah membawa buku

matematika maka mungkin saja setiap hari ada pelajaran tambahan

tentang matematika atau mungkin pula buku itu tidak pernah

dikeluarkan dari tas sekolahnya sehingga setiap hari harus selalu

terbawa ke sekolah. Sedangkan peserta didik yang tidak setuju juga

tidak otomatis langsung dimaknai memiliki sikap negatif terhadap

matematika, sebab sangat mungkin bagi peserta didik untuk membawa

buku pelajaran tertentu jika dalam jadwalnya tidak ada pelajaran itu.

Kedua pernyataan ini tidak akan lebih baik jika ditulis lebih spesifik.

Contoh lebih baik: 1) saya merasa ketinggalan dalam pelajaran

matematika; dan 2) setiap ada pelajaran matematika saya membawa

buku-buku yang diperlukan.

5. Hindari menulis pernyataan yang memungkinkan untuk disetujui oleh

hampir semua peserta atau bahkan hampir tidak seorang pun peserta

didik yang akan menyetujuinya.

Contoh kurang baikl; 1) peserta didik yang nilai ulangan

matematikanya rendah harus diberi remedial; 2) peserta didik yang

nilai ulangan matematikanya baik harus diberi pengayaan. Jika

pernyataan seperti ini dimaksudkan sebagai pengungkap sikap

terhadap mata pelajaran matematika maka sangat mungkin untuk

disetujui oleh semua peserta didik. Sehingga pernyataan-pernyataan ini

Page 39: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

29

tidak akan banyak menolong dalam mengukur sikap. Kedua pernyataan

tersebut harus dirumuskan kembali agar lebih relevan dalam

mengungkap sikap peserta didik. Contoh lebih baik; 1) pengajaran

remedial tidak dapat membuat saya untuk memahami pelajaran

matematika; dan 2) saya tertarik untuk mengikuti pengayaan mata

pelajaran matematika.

6. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu gagasan lengkap

Contoh kurang baik; matematika adalah pelajaran yang sulit dan

sekaligus membosankan. Pernyataan ini mengandung dua gagasan

yaitu “matematika adalah pelajaran yang sulit” dan matematika adalah

pelajaran yang membosankan”. Kendatipun kedua pernyataan ini

relevan untuk mengungkap sikap peserta didik terhadap mata pelajaran

matematika, namun dua gagasan yang digabung dalam satu pernyataan

mungkin mempunyai derajat afeksi yang berbeda tingkatannya.

Seorang peserta didik mungkin akan menyatakan sangat setuju dengan

pernyataan pertama, namun akan menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan kedua. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah memisahkan

kedua gagasan tersebut masing-masing dalam pernyataan yang

berbeda. Pernyataan tersebut harus dirumuskan kembali agar lebih

relevan dalam mengungkap sikap peserta didik contoh lebih baik; 1)

matematika adalah pelajaran yang sulit; dan 2) matematika adalah

pelajaran yang membosankan.

7. Hindari penggunaan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat

dimengerti oleh responden

Contoh kurang baik; kendatipun diberi umpan balik tetap tidak akan

meninggalkan motivasi saya dalam belajar matematika. Tampaknya

Page 40: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

30

tidak sukar memahami kalimat dalam pernyataan seperti ini, namun

apakah responden dapat memahami kalimat tersebut sebagaimana yang

diinginkan penulis pernyataan. Hal ini akan sangat bergantung pada

keadaan responden yang akan meresponnya. Sebagian peserta didik

mungkin akan memahami maksud kata umpan balik dan motivasi akan

tetapi bagi kebanyakan peserta didik mungkin kata umpan balik dan

motivasi tidak memberi gambaran apapun, juga mungkin mereka tidak

mengenalnya dalam percakapan sehari-hari. Contoh lebih baik; diberi

hadiah pun tetap akan meningkatkan kemampuan saya dalam belajar

matematika.

8. Hindari menulis pernyataan yang berisi kata negatif ganda

Contoh kurang baik; tidak membuat jadwal belajar matematika di

rumah bukan merupakan cara belajar yang baik. Kata “tidak” dan

“bukan” merupakan kata negatif yang dalam banyak hal dapat

membingungkan pembaca. Jika yang dimaksudkan hendak menulis

peryataan positif terhadap belajar matematika, maka kata “tidak” dan “

bukan ” dalam penyataan itu dapat dihilangkan sama sekali tanpa

mengubah kalimatnya. Contoh lebih baik; membuat jadwal belajar

matematika di rumah merupakan cara belajar baik.

9. Hindari menulis pernyataan yang akan disetujui karena isinya

menggambarkan sesuatu yang dianggap sudah semestinya.

Contoh kurang baik; setiap peserta didik SMA harus belajar

matematika. Lepas dari apakah peserta didik setuju atau tidak setuju

(bersikap positif atau negatif) peserta didik cenderung akan menyetujui

penyataan seperti ini karena pelajaran matematika merupakan bagaian

dari kurikulum yang harus dipelajari setiap peserta didik SMA. Dengan

Page 41: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

31

demikian, pernyataan ini tidak dapat berfungsi sebagaimana

seharusnya dan tidak ada gunanya pengukuran sikap.

10. Hindari pernyataan–pernyataan yang diperkirakan mencakup

keseluruhan skala afektif yang diinginkan

Masing-masing pernyataan mempunyai derajat afektif yang berbeda-

beda. Ada pernyataan yang mempunyai derajat afektif yang dalam

sehingga dapat mengungkap intensitas sikap yang dalam pula, ada

pernyataan yang mempunyai derajat afektif yang dangkal sehingga

hanya mengungkap intensitas sikap dangkal pula. Untuk skala sikap

secara keseluruhan, hendaknya terdiri atas beberapa derajat afektif

yang bertingkat sehingga ada penyataannya yang dapat mengungkap

intensitas sikap yang dalam dan pernyataan yang dibuat hanya untuk

mengungkap intensitas sikap yang sederhana. Dengan demikian, maka

akan diperoleh cakupan afektif yang luas. Contoh pernyataan yang

mempunyai derajat afektif yang dalam; Saya rajin belajar matematika.

Saya tidak enak makan jika PR matematika belum tuntas. Saya bercita-

cita menjadi ahli matematika. Ketiga pernyataan ini mempunyai

derajat afektif yang dalam. Jika seorang peserta didik rajin belajar

matematika, tidak enak makan jika belum menyelesaikan PR

matematika, atau dia bercita-cita menjadi seorang ahli matematika

maka sudah dipastikan bahwa peserta didik tersebut bersikap positif

dan berbakat terhadap pelajaran matematika.

11. Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas tidak lebih dari 20 kata dan

hindari kata-kata yang tidak diperlukan serta tidak memperjelas isi

pernyataan

Page 42: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

32

Contoh kurang baik; bagaimanapun saya belajar matematika tetap tidak

akan meninggalkan hasil belajar saya karena menurut saya pelajaran

matematika sangat sulit dan juga terkadang dalam kondisi tertentu

sangat membosankan. Pernyataan ini mengandung lebih dari 20 kata

dan menggunakan sejumlah kata-kata yang seharusnya tidak perlu

digunakan. Kalimat yang digunakan panjang dan berbelit-belit

sehingga sulit ditafsirkan. Butir ini akan lebih baik jika di pecah

menjadi beberapa pernyataan. Contoh lebih baik; kendatipun belajar

sungguh-sungguh hasil belajar matematika saya tetap tidak meningkat.

Saya benci pelajaran matematika. Belajar matematika terasa

membosankan.

12. Pernyataan yang berisi unsur-unsur yang bersifat umum, misalnya:

tidak pernah, semuanya, selalu, tidak seorangpun, dan semacamnya,

seringkali menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga

sedapat mungkin dihindari

Contoh kurang baik; 1) saya sama sekali tidak pernah membayangkan

untuk menjadi ahli matematika; 2) semua hal yang berhubungan

dengan matematika terasa menarik; dan 3) setiap kali guru mengajar

matematika di kelas selalu terasa membosankan. Pernyataan-

pernyataan ini menggunakan kata-kata yang bersifat universal sehingga

berpeluang untuk menimbulkan penafsiran ganda. Penyataan-

pernyataan tersebut akan lebih baik jika ditulis sebagai berikut: contoh

lebih baik; 1) saya tidak ingin menjadi ahli matematika; 2) hal-hal yang

berhubungan dengan matematika terasa menarik; dan 3) saya merasa

bosan ketika guru mengajar matematika.

Page 43: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

33

13. Kata-kata hanya, sekedar, sama sekali, dan/atau semata-mata, harus

digunakan seperlunya dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan

kesalah penafsiran. Contoh kurang baik: 1) saya belajar matematika

hanya untuk menyenangkan orang tua; 2) saya belajar matematika

sekedar untuk memenuhi tuntutan guru dari sekolah; 3) belajar

matematika sama sekali tidak ada manfaatnya; dan 4) tujuan saya

belajar matematika semata-mata untuk mendapatkan pengetahuan.

Penggunaan kata-kata hanya, sekedar, sekedar, sama sekali, semata-

mata pada pernyataan-pernyataan di atas dapat menimbulkan

kesalahpenafsiran. Pernyataan-pernyataan itu akan tetap bermakna

kendatipun tanpa menggunakan kata-kata tersebut. Oleh sebab itu,

penyataan-pernyataan itu akan lebih baik jika ditulis sebagai berikut;

1) saya belajar matematika untuk menyenangkan orang tua; 2) saya

belajar matematika untuk memenuhi tuntutan guru dari sekolah; 3)

belajar matematika tidak ada manfaatnya; dan 4) tujuan saya belajar

matematika untuk mendapatkan pengetahuan.

C. Teknik Non Tes Ranah Afektif

Selain teknik tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada

ranah kognitif, teknik non-tes tidak kalah pentingnya seorang guru untuk

mengukur keberhasilan siswa pada ranah afektif. Sikap, minat, bakat dan

motivasi merupakan pengukuran dan penilaian pada ranah afektif. Perbedaan

Page 44: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

34

yang paling mendasar antara teknik non tes dan tes adalah, teknik non tes tidak

berkaitan dengan benar atau salah, tetapi skala pengukurannya memiliki nilai

positif atau negatif. Ciri khas pengukuran non tes, sebarannya dibagi menjadi

dua macam pernyataan, yaitu: favorable dan unfavorable. Favorabel adalah

pernyataan sikap yang mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap,

yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Tidak

favorabel adalah kebalikan dari pernyataan favorabel yaitu pernyataan sikap

yang tidak mendukung ataupun kontra dengan objek sikap yang hendak

diungkap.

Karena ukurannya pada rentang positif atau negatif; ketika sikap,

minat, dan motivasi berada pada rentang positif, menandakan siswa tersebut

memiliki sikap yang positif terhadap sesuatu, berminat terhadap mata pelajaran

yang sedang diajarkan dan memiliki motivasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Sebaliknya, jika hasil pengukuran dan penilaian berada pada rentang negatif,

ini berarti siswa tersebut memiliki sikap yang rendah terhadap sesuatu, kurang

berminat terhadap mata pelajaran tertentu dan tidak memiliki motivasi dalam

kegiatan mengajar.

Menurut teori hasil belajar afektif yang dikemukakan oleh Kratwoll

(Sukiman: 2012), dikatakan bahwa hasil belajar afektif yang perlu

dikembangkan pada peserta didik paling tidak mencapai level atau tingkatan

yang ketiga (valuing), yakni peserta didik menerima nilai-nilai tertentu dan

mau untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

hasil belajar pada ranah afektif ditujukan agar siswa mau menerima nilai dari

mata pelajaran sekaligus mengamalkannya dalam kegiatan sehari-hari.

Di bawah ini beberapa instrumen yang secara umum digunakan untuk

mengukur keberhasilan belajar siswa pada ranah afektif:

Page 45: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

35

1. Skala Likert

Skala Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu

gejala atau fenomena pendidikan (Djaali dan Pudji: 2012). Pada skala Likert,

dikenal ada dua teknik dalam opsi jawaban; 1) opsi jawaban 4: Selalu, Sering,

Kadang-Kadang dan Tidak Pernah dengan teknik skoringnya: 4 untuk jawaban

Selalu, 3 untuk jawaban Sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang, 1 untuk

jawaban tidak pernah. dan 2) opsi jawaban lima: Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan dengan skoringnya: 5 untuk

jawaban SS, 4 untuk jawaban S, 3 untuk jawaban R, 2 untuk jawaban TS, dan

1 untuk jawaban STS:

a. Contoh alternatif jumlah jawaban empat:

Opsi Jawaban Skor Selalu 4 Sering 3 Kadang-kadang 2 Tidak Pernah 1

Opsi Jawaban Skor Sangat Baik 4 Baik 3 Tidak Baik 2 Sangat Tidak Baik 1

b. Contoh altenatif jumlah jawaban lima

Opsi Jawaban Skor Sangat Setuju 5 Setuju 4 Ragu-ragu 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1

Page 46: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

36

Opsi Jawaban Skor

Sangat Sering 5 Sering 4 Kadang-kadang 3 Tidak Pernah 2 Sangat Tidak Pernah

1

Contoh I : Skala Likert mengukur Sikap Siswa Dengan menggunakan huruf

pada Kolom Jawaban dan semua pernyataan positif.

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : .......................................

Kelas : ......................................

Petunjuk Pengisian : Pilihlah jawaban pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang ( X ) atau centang ( √ ) pada kolom yang dianggap paling sesuai:

Skala Sikap

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Berbuat sombong dilarang agama

2 Berbuat sombong sangat dibenci

3 Perbuatan sombong merupakan dosa

4 Perbuatan sombong tidak hanya

ditimpakan di akhirat saja, tetapi juga

di dunia

5 Perbuatan sombong merugikan diri

sendiri

Page 47: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

37

6 Perbuatan sombong dijauhi teman

7 Perbuatan sombong apapun alasannya

tidak boleh dilakukan

8 Perbuatan sombong tidak boleh

dilakukan apapun agamanya

Ket:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

R : Ragu Ragu

Penilaian:

SS S R TS STS

5 4 3 2 1

Contoh II : Dengan menggunakan angka pada Kolom Jawaban dan pernyataan

positif dan negatif

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : ........................................

Kelas : ........................................

Petunjuk Pengisian : Pilihlah jawaban pernyataan di bawah ini dengan cara

memberi tanda silang ( X ) atau centang ( √ ) pada

kolom yang dianggap paling sesuai:

Page 48: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

38

Skala Sikap

No Pernyataan 5 4 3 2 1

1 Pelajaran matematika membosankan

2 Sulit untuk belajar matematika

3 Rumus matematika sulit dipahami

4 Untuk memahami matematika harus

banyak belajar

5 Setiap PR matematika harus dikerjakan

6 Tidak semua siswa harus belajar

matematika

7 Belajar matematika membantu

memahami pelajaran lainnya

Ket:

5 = SS : Sangat Setuju 2 = TS : Tidak Setuju

4 = S : Setuju 1 = STS : Sangat Tidak Setuju

3 = R : Ragu Ragu

Perlu diperhatikan bahwa ada pernyataan positif dan negatif pada skala

di atas yaitu:

1. Pernyataan positif terdapat pada pernyataan soal nomor : 4, 5 dan 7

2. Pernyataan negatif terdapat pada pernyataan soal nomor : 1, 2, 3 dan 6

Demikian pula untuk penilaian jawaban pada dua pernyataan positif

dan negatif tersebut yaitu:

Penilaian Positif:

SS S R TS STS

5 4 3 2 1

Page 49: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

39

Penilaian Negatif:

SS S R TS STS

1 2 3 4 5

Contoh 3 : Skala Likert mengukur minat siswa

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : ........................................

Kelas : ........................................

Petunjuk Pengisian : Pilihlah jawaban pernyataan di bawah ini dengan cara

memberi tanda silang (X) atau centang (√) pada kolom

yang dianggap paling sesuai:

Skala Minat

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya senang mengikuti pelajaran ini

2 Saya rugi bila tidak mengikuti

pelajaran ini

3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat

4 Saya berusaha menyelesaikan

pekerjaan rumah saya tepat waktu

5 Saya berusaha memahami pelajaran

ini

6 Saya bertanya kepada guru apabila

ada materi yang tidak dipahami

7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di

rumah

Page 50: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

40

8 Saya mendiskusikan materi pelajaran

dengan teman

9 Saya berusaha memiliki buku dalam

pelajaran ini

10 Saya berusaha mencari bahan di

perpustakaan

Ket:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Penilaian:

SS S TS STS

4 3 2 1

2. Semantik Differensial

Zamroni sebagaimana dikutip oleh Sukiman (2012) mengatakan bahwa

teknik dengan menggunakan skala semantik differensial menampilkan

pernyataan yang mengandung suatu objek baik berupa konsep ataupun

perilaku. Model pengukuran ini bukan dalam bentuk pilihan ganda, check list,

akan tetapi tersusun dalam garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif

terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di

bagian kiri garis (Djaali dan Pudji: 2012). Alternatif jawaban merupakan

sepasang sifat yang bertolak belakang, misalnya; baik-buruk, indah-jelek,

menarik-membosankan, menyenangkan-membosankan.

Berdasarkan pendapat di atas, pada skala semantik diferensial pada opsi

jawaban terdiri dari dua kutub yang ekstrim dalam penyusunannya dimana

pada sebelah kanan mengandung pernyataan favorable (baik) dan di sebelah

Page 51: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

41

kiri merupakan pernyataan unfavorable (buruk). Langkah-langkah dalam

penyusunan skala ini adalah:

a. Menentukan objek atau perilaku yang hendak diukur

b. Mengindentifikasi atribut/sifat yang mungkin muncul dari sikap

seseorang terhadap objek/perilaku tersebut

c. Memasang dua atribut yang masing-masing menunjukkan dua kutub

yanng berlawanan sebagaimana contoh di atas.

d. Menentukan jarak rentangan pada skala. Mis: 4, 5, 6 dan seterusnya.

Contoh I penggunaan skala Semantik Diferensial untuk mengukur

sikap siswa dalam memberikan bantuan kepada orang lain:

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : ........................................

Kelas : ........................................

Petunjuk : Bacalah pernyataan di bawah ini dengan seksama, dan

lingkarilah angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, atau 7, sesuai dengan

perasaan dan pengalaman Anda.

Memberikan Pertolongan Kepada Orang Lain

Terpuji 7 6 5 4 3 2 1 Tercela

Baik 7 6 5 4 3 2 1 Buruk

Berpahala 7 6 5 4 3 2 1 Berdosa

Menguntungkan 7 6 5 4 3 2 1 Merugikan

Menyenangkan 7 6 5 4 3 2 1 Menyedihkan

Dibolehkan 7 6 5 4 3 2 1 Dilarang

Page 52: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

42

Siswa yang menjawab pada angka 7, berarti rasa menolong terhadap

orang yang membutuhkan adalah sangat positif, sedangkan siswa yang

memberikan penilaian pada angka 1 menunjukkan persepsi siswa terhadap rasa

menolong orang lain adalah sangat negatif.

Contoh penggunaan Skala Semantik Diferensial untuk mengukur sikap

siswa terhadap pelajaran matematika:

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : ........................................

Kelas : ........................................

Petunjuk : Bacalah pernyataan di bawah ini dengan seksama, dan

lingkarilah angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, atau 7, sesuai dengan

perasaan dan pengalaman Anda.

Sikap Terhadap Pelajaran Matematika

Menyenangkan 7 6 5 4 3 2 1 Membosankan

Mudah 7 6 5 4 3 2 1 Sulit

Menantang 7 6 5 4 3 2 1 Menjemukan

Membantu 7 6 5 4 3 2 1 Menyusahkan

Penalaran 7 6 5 4 3 2 1 Hapalan

Menggembirakan 7 6 5 4 3 2 1 Menyeramkan

Siswa yang menjawab pada angka 7, berarti memiliki persepsi positif

terhadap pelajaran matematika sedangkan siswa yang memberikan penilaian

pada angka 1 menunjukkan persepsi siswa terhadap pelajaran matematika

adalah sangat negatif.

Page 53: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

43

3. Wawancara

Pada teknik non-tes untuk mengukur ranah afektif dimungkinkan untuk

menggunakan teknik wawancara kepada siswa dalam mengumpulkan

informasi keberhasilan belajar pada ranah tersebut. Teknik ini menggunakan

wawancara yang bersifat lisan sepihak, berhadapan muka dan dengan tujuan

hasil tes belajar yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Anas Sudiyono (2011), ada dua jenis wawancara yang dapat

dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

a. Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal

dengan istilah wawancara terstruktur (structured inteview) atau

wawancara sistematis.

b. Wawancara tidak terpimpin (unguided interview) yang sering dikenal

dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau

wawancara tidak sistematis (non systematic interview), wawancara

bebas.

Pada konteks penelitian, wawancara terstruktur adalah jenis wawancara

yang semua daftar pertanyaan telah disusun sedemikian rupa. Jenis wawancara

ini bersifat terikat dengan aturan dan jumlah soal yang akan ditanyakan.

Pewawancara atau guru, melakukan wawancara berdasarkan sejumlah

pertanyaan yang telah disusun tadi kepada murid. Kalau jumlah soal tidak

terlalu banyak, ada baiknya soal tersebut dihapal oleh guru dengan tujuan

untuk memudahkan proses wawancara.

Contoh wawancara pada siswa terhadap pelajaran Kimia

1. Bagaimana menurut Anda pelajaran Kimia itu?

2. Menurut Anda, mengapa pelajaran Kimia itu membosankan?

Page 54: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

44

3. Menurut Anda, bagaimana cara menghapal rumus Kimia?

4. Dst.

5. Dst.

Sedangkan wawancara tidak terpimpin merupakan kebalikan dari

wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini tidak disiapkan sejumlah

pertanyaan sebelumnya sebagaimana sejumlah pertanyaan pada wawancara

terstruktur. Pewawancara atau guru hanya menghadapi suatu masalah secara

umum, misalnya tentang pelajaran matematika. Pewawancara atau guru boleh

menanyakan apa saja yang dianggap perlu untuk menggali infromasi yang

mendalam tentang sikap, minat dan motivasi murid terhadap pelajaran Kimia.

S. Nasution (2000) dan Arifin (1991) mengatakan tentang kelemahan

metode wawancara ini:

a. Jawaban yang diberikan oleh siswa belum tentu sesuai dengan apa yang

dikerjakan oleh siswa tersebut.

b. Pewawancara atau guru tidak konstan keadaannya dalam

mewawancarai berbagai siswa secara berturut-turut. Keletihan, kurang

konsentrasi atau faktor-faktor lain akan merubah sikap pewawancara.

c. Jika anggota sampel yang diwawancarai cukup banyak, maka banyak

menggunakan waktu, tenaga dan bahkan biaya.

d. Sering timbul sikap kurang baik dari yang diwawancarai dan sikap

overaction dari si pewawancara.

Page 55: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

45

4. Angket (Questionaire)

Prof. Sugiyono (2011) memberikan definisi tentang angket atau

kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. S. Nasution (200) mengatakan bahwa angket pada umumnya

meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga

mengenai pendapat atau sikap. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat

dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Dilaksanakan secara

langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai

keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itu

diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain.

Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.

Apabila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi

angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan

yang telah memiliki dua atau lebih jawaban. Si penjawab tidak diberikan ruang

untuk memberikan opsi jawaban lain. Si penjawab hanya memberikan jawaban

pada jawaban yang telah disediakan. Sedangkan angket terbuka adalah daftar

pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan

pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.

Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu

angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket

yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan

membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak

berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang dari

siswa, dan bersifat bebas. Angket model ini biasanya memberikan ruang bagi

anak atau siswa untuk memberikan jawaban beserta penjelasan-penjelasan dari

jawaban tersebut.

Page 56: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

46

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,

kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan angket antara lain:

1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari banyak siswa dengan

hanya membutuhkan waktu yang singkat.

2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

3. Dengan angket anak, pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga

apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan

kembali

2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua

anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi

secara mendetail

3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan

semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket

yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

Irene(pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/.../dikti/.../PerkemBeljrPsrtDidik_

Unit4.) secara lengkap menjelaskan prosedur pelaksanaan angket: di dalam

pengumpulan data dengan menggunakan angket terdapat tiga tahap yang lazim

ditempuh, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil. Tahap

pertama, persiapan penyusunan angket meliputi langkah: memerinci variabel-

variabel yang akan diukur, menetapkan model jawaban, dan menyusun angket.

Tahap kedua, pelaksanaan, meliputi: menyiapkan format angket dan lembar

jawaban jika diperlukan, melancarkan angket kepada sejumlah banyak

Page 57: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

47

responden yang dituju, dan membacakan petunjuk pengisian. Tahap ketiga,

analisis hasil, meliputi: memberikan kode pada pertanyaan-pertanyaan tertentu

jika akan dianalisis lebih lanjut atau lebih dikenal dengan penyekoran jawaban,

pengelompokkan setiap variabel, serta kesimpulan dan penginterpretasian.

Selanjutnya diuraikan tahap-tahap penyelenggaraan angket satu persatu.

a) Tahap persiapan

Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan angket ialah

memerinci atau menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur. Contohnya

dalam angket siswa variabel-variabelnya meliputi: riwayat pendidikan atau

sekolah, harapan-harapan, cita-cita, kebiasaan belajar, hobi, aktivitas di luar

sekolah atau keorganisasian, keadaan keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.

Langkah kedua adalah menetapkan model jawaban, yang ditentukan

oleh bentuk jawaban yang dikehendaki dari variabel angket tertentu. Seperti

jawaban uraian singkat, jawaban kategorikal, jawaban berskala, jawaban

tabuler, jawaban dengan cek atau pilihan ganda. Pada tahap ini perlu

dipertimbangkan juga kelebihan dan kelemahan masing-masing model

jawaban.

Langkah menyusun angket; yang perlu memperhatikan komponen-

komponen: pengantar, petunjuk pengisian, butir-butir pertanyaan, dan

penutup:

1) Pengantar

Maksud utama dari pengantar ialah mengadakan pendekatan terhadap

responden agar bersedia memberikan keterangan yang dibutuhkan. Dengan

demikian, pengantar perlu dirumuskan dengan baik, yang memuat tentang:

tujuan angket secara jelas dan diplomatis serta harapan kerjasama, dan

menunjukkan ketegasan tentang jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan

siswa.

Page 58: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

48

2) Petunjuk pengisian

Petunjuk pengisian angket harus dirancang dengan baik dan jelas sebab

akan mempermudah responden dalam mengisi setiap butir pertanyaan. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam petunjuk angket adalah: petunjuk pengisian

angket hendaknya dirumuskan dengan bahasa yang sederhana, singkat dan

mudah dimengerti, petunjuk memuat tentang cara mengisi angket, misal:

jawaban dengan melingkari, memberi tanda silang, memberi tanda cek, diisi

dengan jawaban bebas atau isian singkat, dan dimana mengisinya.

3) Penyusunan butir pertanyaan

Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan dalam menyusun butir

pertanyaan adalah susunan kalimat hendaknya sederhana dan jelas, gunakan

kata-kata yang tidak mempunyai arti ganda, pertanyaan hendaknya

disesuaikan dengan kemampuan responden, hindarkan kata-kata yang bersifat

sugestif, pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab, pertanyaan

jangan menuntut siswa/responden untuk berpikir terlalu berat, gunakan kata-

kata yang netral, hindarkan kata-kata yang tidak berguna atau tidak perlu.

4) Penutup

Bagian ini berisi ucapan terima kasih kepada responden atau siswa

karena dedikasinya dalam bekerjasama untuk kepentingan bimbingan.

b) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kita mempersiapkan instrumen angket beserta lembar

jawaban yang diperlukan. Kemudian membagikan instrumen tersebut untuk

diisi siswa/responden. Selanjutnya kita membacakan petunjuk pengisiannya

dan mengecek jumlah siswa/responden yang sudah mengembalikan angket dan

lembar jawabannya.

Berikut contoh pertanyaan non tes dengan menggunakan angket:

3. Terhadap teman-teman yang mendapatkan nilai baik pada pelajaran saya

a. Merasa tidak ingin meniru

Page 59: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

49

b. Merasa tidak ingin menjadi seperti mereka

c. Merasa ingin seperti mereka

d. Akan berusaha agar saya sama seperti mereka

e. Merasa iri hati dan ingin seperti mereka

4. Dalam belajar saya merasa:

a. Tidak fokus sama sekali pada mata pelajaran

b. Sulit untuk fokus pada pada mata pelajaran

c. Fokus walaupun cuma sebentar

d. Mudah fokus

e. Sangat fokus pada mata pelajaran

5. Guru seringkali mengatakan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, siswa

bodoh karena dia tidak belajar. Terhadap pernyataan ini, saya merasa:

a. Sangat tidak yakin kebenarannya

b. Tidak yakin kebenarannya

c. Ragu terhadap kebenarannya

d. Yakin kebenarannya

e. Sangat yakin kebenarannya

5. Observasi

Sugiono (2012), sebagaimana mengutip pendapat Sutrisno Hadi

mengemukakan bahwa observasi merupakan proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di

antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. S.

Nasution (2000) mengatakan bahwa observasi dilakukan untuk memeroleh

informasi tentang kelakuan manusia seperti dalam kenyataan.

Poerwandari tidak memberikan batasan tentang observasi tetapi

memberikan penjelasan tentang observasi sebagai berikut: “Observasi

barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua di bidang

Page 60: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

50

psikologi, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses

mengamati. Semua bentuk penelitian psikologis, baik itu kualitatif maupun

kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi

diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”.

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar

aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam

penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium

(eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Poerwandari 1998).

Sugiono (2011) mengatakan bahwa dalam segi proses pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua; pertama observasi

berperan serta (participant observation) yaitu dimana peneliti terlibat secara

langsung dengan kegiatan sehari-hari obyek yang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data dalam penelitian. Kedua observasi non partisipan (non

participant observation) dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dan

hanya sebagai pengamat independen.

Dalam konteks evaluasi pendidikan, penilaian observasi berdasarkan

hubungan antara pengamat (guru) dan yang diamati (siswa), observasi dapat

dilakukan dengan dua cara; pertama; guru terlibat langsung dengan anak murid

untuk mencari informasi keberhasilan penguasaan materi pelajaran pada ranah

afektif, kedua; guru tidak terlibat secara langsung dengan anak murid dan pada

pola observasi non partisipan ini guru sebagai pengamat.

Agar proses observasi dapat berjalan dengan baik, seorang guru harus

melengkapi dirinya dengan instrumen observasi. Beberapa instrumen

observasi untuk mengukur ranah afektif dengan menggunakan observasi di

antaranya: 1) daftar cek (checklist); 2) skala penilaian (rating scale); 3) catatan

anekdot (anecdotal record); dan 4) alat-alat mekanik (mechanical devices).

Page 61: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

51

a) Daftar cek

Sukiman (2011) mengatakan bahwa daftar cek merupakan seperangkat

instrumen evaluasi yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang

harus ditampilkan oleh peserta tes, yang merupakan indikator-indikator dari

keterampilan yang akan diukur. S. Eko (2012) mengatakan bahwa checklist

merupakan cara pengukuran hasil belajar baik berupa produk atau proses yang

dapat diperinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi

secara operasional dan sangat spesifik.

Gejala-gejala yang dapat diukur melalui kegiatan observasi dalam

ranah afektif dengan menggunakan cara ini adalah kebiasaan belajar, motivasi

dalam belajar, kepemimpinan dan kerjasama, cara bergaul dan kegiatan-

kegiatan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat

memengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.

Contoh ceklist dalam mengobservasi kebiasaan belajar siswa:

Nama Siswa :

No. Induk :

Kelas/program :

Jenis kelamin :

Tanggal observasi :

Tempat observasi :

Waktu :

Petunjuk : berilah tanda (V) pada kolom jawaban di bawah ini:

No Pernyataan Kemunculan

Ya Tidak

1 Membuka buku pelajaran

2 Aktif dalam berdiskusi dengan teman

3 Aktif dalam bertanya

Page 62: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

52

4 Mendengarkan penjelasan guru

5 Aktif mengerjakan soal-soal latihan

6 Menyelesaikan tugas tepat waktu

Komentar/kesimpulan:

..........................................................

..........................................................

..........................................................

................., 2013

Observer

.............................................

b) Skala Penilaian (rating scale)

S. Eko (2011) sebagaimana mengutip dari Asmawi Zaenul dan Noehi

mengatakan bahwa pengertian skala penilaian adalah instrumen pengukuran

non-tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memeroleh

informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu

dalam hubungannya dengan yang lain. Terstruktur diartikan sebagai prosedur

penilaian yang menggunakan aturan-aturan tertentu dan secara sistematis

dalam membuat penilaiannya.

Langkah-langkah dalam menyusun skala penilaian adalah:

1) Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang akan

diukur

2) Menentukan skala yang digunakan berupa kuantitatif

3) Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan

penampilannya.

Contoh membuat penilaian dengan menggunakan skala penilaian:

Nama Siswa :

Page 63: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

53

No. Induk :

Kelas/program :

Jenis kelamin :

Tanggal observasi :

Tempat observasi :

Waktu :

Petunjuk : berilah tanda (V) pada kolom jawaban di bawah ini:

No Pernyataan Penilaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Membuka buku pelajaran 2 Aktif dalam berdiskusi

dengan teman 3 Aktif dalam bertanya 4 Mendengarkan penjelasan

guru 5 Aktif mengerjakan soal-

soal latihan 6 Menyelesaikan tugas tepat

waktu

Komentar/Kesimpulan :

…………………………………….

…………………………………….

……………, …./……./2013 Observer,

……………………………..

Ket:

Pada rentangan skala 1 - 10 di atas, pedoman penilaiannya adalah:

9 – 10 berarti penilaiannya adalah selalu

7 – 8 berarti penilaiannya adalah sering

4 – 6 berarti penilaiannya jarang

1 – 3 berarti penilaiannya sangat jarang

Page 64: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

54

c) Anecdotal Record (Catatan)

Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku

anak yang dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam

yaitu anekdot insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi

sewaktu-waktu, tidak terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik

digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu yang terjadi secara insedental

dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai kegunaan dalam

melaksanakan observasi terhadap tingkah laku anak. Kegunaanya untuk

memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai individu yang

kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu problema

yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak

dalam belajar.

Irene (pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/.../dikti/.../PerkemBeljrPsrtDidik_

Uni), mengatakan bahwa catatan anekdot biasa juga dikenal dengan catatan

berkala. Dalam catatan berkala, observer tidak mencatat kejadian-kejadian

yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada waktu-waktu yang tertentu.

Apa yang dilakukan oleh observer adalah mengadakan observasi atas cara anak

bertindak dalam jangka waktu yang tertentu dan kemudian observer

memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu, observer

menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara

yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala

dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang

melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan

singkat dan objektif.

Berikut contoh form penilaian catatan anekdot:

Nama siswa :

Kelas :

Tempat kejadian :

Page 65: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

55

Tanggal :

Kejadian:

................................................................................................................................

................................................................................................................................

................................................................................................................................

................................................................................................................................

...................................................................................................................

Komentar:

................................................................................................................................

................................................................................................................................

................................................................................................................................

................................................................................................................................

...................................................................................................................

……........................, 21-02-2013

Pengamat,

........................................

6. Teknik Penskoran Non Tes Ranah Afektif

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa ranah afektif turut menentukan

keberhasilan dalam belajar seorang siswa. Dalam ranah ini, paling tidak ada

beberapa hal penting yang akan diukur dalam keberhasilan belajar di antaranya

Page 66: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

56

minat, sikap dan motivasi siswa terhadap pelajaran itu sendiri. Diharapkan

setiap siswa memiliki minat, sikap dan motivasi pada mata pelajaran yang

sedang dipelajarinya karena senang atau tidaknya siswa dalam mempelajari

mata pelajaran merupakan salah satu langkah mencapai keberhasilan

kompetensi siswa tersebut.

Contoh penilaian pada ranah afektif dengan mengambil contoh skala

Likert di atas sebagai berikut:

Skala Sikap

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Pelajaran matematika membosankan V

2 Sulit untuk belajar matematika V

3 Rumus matematika sulit dipahami V

4 Untuk memahami matematika harus

banyak belajar

V

5 Setiap PR matematika harus

dikerjakan

V

6 Tidak semua siswa harus belajar

matematika

V

7 Belajar matematika membantu

memahami pelajaran lainnya

V

1 = SS : Sangat Setuju

2 = S : Setuju

3 = R : Ragu Ragu

4 = TS : Tidak Setuju

5 = STS : Sangat Tidak Setuju

Page 67: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

57

6. Pernyataan positif terdapat pada pernyataan soal nomor : 4, 5 dan 7

7. Pernyataan negatif terdapat pada pernyataan soal nomor : 1, 2, 3 dan 6

Penilaian Positif:

SS S R TS STS

5 4 3 2 1

Penilaian Negatif:

SS S R TS STS

1 2 3 4 5

Maka nilai yang didapat oleh siswa Umi sebagai berikut:

No Pernyataan Nilai

1 Pelajaran matematika membosankan 4

2 Sulit untuk belajar matematika 4

3 Rumus matematika sulit dipahami 2

4 Untuk memahami matematika harus banyak belajar 5

5 Setiap PR matematika harus dikerjakan 4

6 Tidak semua siswa harus belajar matematika 3

7 Belajar matematika membantu memahami pelajaran lainnya 3

Jumlah 25

Langkah I : mencari rentangan untuk masing-masing kategori dengan

rumus:

Rentangan = Skor tertinggi − Skor terendah Banyak kategori

Diketahui : skor tertinggi = 5 (interval tertinggi) X 7 (jumlah pernyataan)

= 35

: skor terendah = 1 (interval terendah) X 7 (jumlah pernyataan)

= 7

Page 68: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

58

Maka:

Rentangan = 35 − 7

5

Rentangan = 5,6 = 6

Langkah II : Membuat rentangan skor berdasarkan nilai rentangan 6 :

7 – 12 : Sangat Kurang

13 – 18 : Kurang

19 – 24 : Cukup

25 – 30 : Baik

31 – 35 : Sangat baik

Langkah III : Membuat kesimpulan nilai Umi

: Skor yang diperoleh Umi sebesar 25. Skor ini ketika

dikonsultasikan dengan kriteri berdasarkan langkah II di atas,

berada pada rentangan 25 – 30, berarti sikap Umi pada mata

pelajaran Matematika sudah terkategori baik.

7. Teknik Penilaian Psikomotorik

a. Format Penilaian Psikomotorik

Sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya bahwa ranah

psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan yaitu (P1) persepsi, (P2)

kesiapan, (P3) respon terbimbing, (P4) mekanisme gerakan, (P5) respon, (P6)

penyesuaian dan keaslian, namun menurut Daryanto (2008), keenam jenjang

kemampuan ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama yaitu:

1) Keterampilan motorik (muscular or motor skills): memperlihatkan

gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan,

menampilkan, melompat, dan sebagainya.

Page 69: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

59

2) Manipulasi benda-benda (manipulation of materials or objects):

menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan

sebagainya.

3) Koordinasi neuromuscular: menghubungkan, mengamati, memotong

dan sebagainya.

Penilaian pada ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan tes

perbuatan atau tes unjuk kerja (performance test) terhadap keterampilan gerak

yang dikuasai oleh siswa. Penilaian ini sangat cocok untuk mengukur

ketercapaian kompetensi di mana siswa dituntut untuk memiliki kompetensi

dalam melakukan sesuatu seperti: praktik mengetik, praktik wudlu dan sholat,

manasik haji, praktik olahraga, presentasi, diskusi, memainkan alat musik,

membaca puisi, bernyanyi dan sebagainya.

Di bawah ini beberapa contoh form penilaian pada ranah psikomorik

membuat slide power point:

Nama siswa : ........................................

Nama Guru : ........................................

Kelas : ........................................

Aspek yang diamati Nilai

1 2 3 4 5

1. Cara menekan tuts komputer

2. Cara membuka dan menutup program

3. Kerapihan tulisan

4. Keindahan lembar slide

5. Kecepatan dalam pengerjaan

6. Hasil

Page 70: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

60

7. Sikap pada saat mengetik

Catatan: Nilai : ..........

..............................................................

.............................................................. Penguji:

..............................................................

...................

Contoh kedua adalah lembar penilaian ranah psikomotorik untuk

penilaian manasik haji:

Aspek-aspek yang diamati Penilaian

1 2 3 4 5

1. Pelaksanaan Haji

a. Miqot/awal pelaksaan haji

b. Tawaf

c. Sa'i

d. Melontar jumroh

e. Tahallul

2. Cara berpakaian ihram

3. Sikap dalam Haji

4. Kerapihan

5. ketelitian

6. Kebersihan

Catatan: Nilai : .............

..............................................................

.............................................................. Penguji:

..............................................................

...................

b. Teknik Penilaian Ranah Psikomotorik

Untuk memberikan penilaian pada ranah psikomotorik dengan

menggunakan dua cara yaitu:

1. Dengan mengubah skor mentah menjadi nilai standar dengan

menggunakan rumus perhitungan non tes.

Page 71: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

61

Menggunakan lembar contoh penilaian manasik haji didapat skor

mentah siswa sebagai berikut:

Aspek-aspek yang diamati Penilaian

1 2 3 4 5

1. Pelaksanaan Haji

a. Miqot/awal pelaksaan haji X

b. Tawaf X

c. Sa'i X

d. Melontar jumroh X

e. Tahallul X

2. Cara berpakaian ihram X

3. Sikap dalam Haji X

4. Kerapihan X

5. ketelitian X

6. Kebersihan X

Catatan: Nilai : .............

..............................................................

.............................................................. Penguji:

..............................................................

...................

Langkah I : mencari rentangan untuk masing-masing kategori dengan

rumus:

Rentangan = skor tertinggi − skor terendah Banyak kategori

Diketahui : skor tertinggi = 5 (interval tertinggi) X 10 (jumlah pernyataan)

= 50

: skor terendah = 1 (interval terendah) X 10 (jumlah pernyataan)

= 10

Page 72: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

62

Maka:

Rentangan = 50 − 10

5

Rentangan = 8

Langkah II : Membuat rentangan skor berdasarkan nilai rentangan 8 :

10 – 17 : E 18 – 25 : D 26 – 33 : C 34 – 41 : B 42 – 50 : A

Langkah III : Membuat skor total = 3 + 4 + 4 + 2 + 3 + 4 + 5 + 3 + 4 + 4 = 36

: Skor yang diperoleh 36. Skor ini ketika dikonsultasikan

dengan kriteria berdasarkan langkah II di atas, berada pada

rentangan 34 - 41, berarti nilai siswa sudah terkategori baik

pada manasik haji.

2. Dengan mengubah skor mentah menjadi nilai standar dengan

menggunakan rumus perhitungan nilai standar dengan rumus:

Dari soal di atas perlu diperhatikan bahwa untuk nilai maksimal pada

lembar jawaban manasik haji adalah: 5 (jumlah jawaban) X 10 (jumlah

pertanyaan) = 50. Maka nilai yang diperoleh siswa tersebut adalah: Nilai =

��

��= 72. Jadi standar nilai yang didapat siswa tersebut adalah 72.

Nilai = Skor Mentah

Skor Maksimum Ideal× 100

Page 73: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

63

BAB IV

KONSEP BAHAN AJAR

A. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan.

Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam mengajar dan peserta didik

akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.

1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan (bahan tertulis atau bahan tidak

tertulis) yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar-mengajar di kelas.

2. Bahan ajar merupakan informasi, alat atau teks yang diperlukan untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

3. Bahan ajar adalah seperangkat atau subtansi pembelajaran yang

disusun secara sistematis menampilkan sosok utuh dari kompetensi

akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Ali

Mudlofar, 2012: 128).

Menurut Soegiranto, bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun

oleh guru secara sistematis yang digunakan peserta didik (siswa) dalam

pembelajaran. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non cetak dan

dapat berupa visual auditif (Oni Arlitasari, Puja Pujayanto dan Rini Budiharti,

2013: 83). Menurut National Center For Vocational Education Research Ltd,

bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru

atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan

yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan tidak tertulis (Yandri

Soeyono, 2014: 208). Menurut Mulyasa (dalam Awalludin), bahan ajar

merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu

yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun

yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran

Page 74: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

64

(Awalludin, 2017: 13). Secara garis besar dapat disimpulkan defenisi bahan

ajar yaitu seperangkat materi baik tertulis maupun tidak tertulis yang disusun

secara sistematis dengan menampilkan sosok utuh kompetensi yang akan

dikuasai peserta didik untuk membantu guru dan peserta didik dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Jika guru bisa memanfaatkan bahan ajar

secara baik, maka guru dapat berbagi peran dengan bahan ajar. Dengan begitu,

peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran. Sebuah bahan

ajar setidaknya mencangkup unsur-unsur berikut:

a) Judul, MP, SK, KD, Indikator, tempat

b) Petujuk belajar (petunjuk peserta didik /guru)

c) Kompetensi yang akan dicapai

d) Informasi pendukung

e) Latihan-latihan

f) Petunjuk kerja

g) Evaluasi

Agar bahan ajar menjadi bermakna, maka seorang guru dituntut untuk

dapat secara kreatif mendesain suatu bahan ajar yang memungkinkan peserta

didik dapat secara mudah memahami materi dan secara langsung dapat

memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, misalkan dengan cara desain

bahan ajar, agar guru dapat terlebih dahulu mengetahui masalah-masalah yang

dialami siswa dan menyesuaikan dengan bahan ajar yang akan dibuat.

B. Jenis-jenis Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara

sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau

suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Sudrajat, 2019), seperti

buku teks, handout, lembar kerja siswa, modul dan lain sebagainya. Istilah lain

menyebutkan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang

Page 75: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

65

digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas (Ika Kurniawati, 2015: 1).

Bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan

ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif (Prastowo,

2018).

1. Bahan cetak, merupakan sejumlah bahan yang telah disiapkan dalam

bentuk kertas untuk keperluan pembelajaran atau untuk menyampaikan

sebuah informasi. Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja siswa,

brosur, foto atau gambar, dan lain-lain.

2. Bahan ajar dengar atau program audio, merupakan sistem pembelajaran

yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang mana dapat

dimainkan atau didengarkan oleh seseorang atau sekelompok orang.

Contohnya kaset, radio, compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), merupakan kombinasi sinyal

audio dengan gambar bergerak secara sekuensial. Misalnya film, video

compact disk.

4. Bahan ajar interaktif, yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio,

teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang kemudian dimanipulasi

oleh penggunanya atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu

perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya compact

disk interactive.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dalam jenis bahan ajar cetak

terdapat bentuk buku. Bahan ajar berbentuk buku merupakan bahan pengajaran

yang paling banyak digunakan di antara semua bahan pengajaran lainnya.

Buku mengandung informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apa

yang terjadi pada masa yang lalu, masa sekarang, dan kemungkinan masa yang

akan datang sehingga memperluas wawasan pembacanya serta dapat menjadi

sumber inspirasi untuk memperoleh gagasan baru (Sitepu, 2012: 11). Terdapat

Page 76: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

66

beberapa rumusan definisi mengenai buku, “dalam arti luas buku mencakup

semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran

papirus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya: berupa

gulungan, dilubangi, dan diikat atau dijilid muka dan belakangnya dengan

kulit, kain, karton, dan kayu. Sedangkan dalam arti sederhana buku merupakan

informasi tercetak di atas kertas yang dijilid menjadi satu kesatuan (Sitepu,

2012: 12-13).

Sedangkan dalam pandangan lain, buku adalah media pengarang untuk

menuangkan pemikiran dan ilmu pengetahuannya dalam rupa bahan tertulis

(Prastowo, 2018). Walaupun rumusan definisi buku berbeda-beda, tetapi

terdapat hal-hal yang sama, seperti mengandung informasi, tercetak, dijilid,

dan diterbitkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buku merupakan

kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid

serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal (Sitepu, 2012:

13). Buku teks dapat membantu guru dalam menyampaikan materi, sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, pendidik perlu

memperhatikan dalam pemilihan buku teks mana yang mereka anggap paling

sesuai dengan peserta didiknya.

Page 77: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

67

BAB V

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

A. Pengertian Validitas

Dalam menjelaskan pengertian dan definisi validitas, ada beberapa

istilah bahasa menjelaskan tentang pengertian valid. Ada yang mengistilahkan

valid dengan sahih, sehingga kevalidan disamakan dengan kesahihan. Ada juga

yang mengistilahkan valid dengan tepat, sehingga kevalidan sama dengan

ketepatan. Ada pula yang mengistilahkan valid dengan cermat sehingga

kevalidan sama dengan kecermatan. Untuk memahami pengertian valid,

berikut beberapa pendapat para ahli dalam memberikan definisi validitas.

Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken (1997), mengatakan

validity of a test has been defined as the extent to which the test measures what

it was designed to measure. Djaali dan Pudji Muljono (2008) mengutip dari

Cureton, bahwa “The essential question of test validity is how well a test does

the job it is employed to do”. Budi Susetyo (2011), mengutip dari Sutrisno

Hadi, “kesahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk

mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Anastasi dan

Urbina (1997), validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang

mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diberikan pengertian bahwa; 1)

pertama validitas berkaitan dengan pengukuran, 2) validitas memberikan

informasi berkaitan dengan tujuan, 3) Validitas berkenaan dengan ketepatan

alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa

yang seharusnya diukur. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengukur

kemampuan siswa dalam kemampuan fisika. Kemudian siswa diberikan soal

dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit-belit sehingga sukar ditangkap

maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat menjawab bukan karena

Page 78: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

68

ketidakmampuan siswa tersebut namun lebih diakibatkan karena tidak

memahami pertanyaan karena panjangnya soal. Soal ini termasuk pada

kategori soal yang tidak valid. Contoh lain, peneliti ingin mengukur

kemampuan berbicara, akan tetapi justru yang menjadi pertanyaan dalam

tesnya adalah mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak.

Pengukur tersebut tidak tepat (tidak valid). Validitas tidak berlaku universal

sebab bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid

untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.

Djaali dan Pudji Mulyono (2011) mengatakan bahwa ada tiga jenis

validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yakni validitas

isi, validitas bangun pengertian dan empiris.

1. Validitas isi

Menurut Gregory dikutip dari Djaali dan Pudji Mulyono (2011),

validitas ini menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu

tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional

perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Anas Sudjiono (2011) mengatakan

bahwa validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan

penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam

tes hasil belajar tersebut. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan

instrumen mengukur isi yang harus diukur. Ciri khusus validitas isi ini adalah

validitas ini mendasarkan pada analisis logika, tidak dihitung secara statistik.

Karena merupakan kegiatan kualitatif, validitas isi dilakukan dengan

dua cara yaitu; pertama dengan cara membandingkan antara isi yang

terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang

telah ditentukan masing-masing mata pelajaran, kedua menyelenggarakan

diskusi panel yang dihadiri para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang

ada hubungannya dengan mata pelajaran yang akan atau sedang diujikan. Hasil

Page 79: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

69

diskusi pakar tersebut akan menjadi masukan, acuan dan pedoman pada

perbaikan tes hasil belajar. Di bawah ini beberapa format untuk analisis

validitas isi.

a. Format dikotomi dengan cocok = 1 dan tidak tidak cocok= 0

Nama Penilai : 1 .......................................

: 2 .......................................

Bidang Studi : ..........................................

Semester : ..........................................

Penilai Butir

1 2 3 4 5

1 1 0 0 1 1

2 1 0 1 1 0

3 1 0 1 1 0

4 0 0 1 1 0

5 1 1 0 1 1

Jumlah cocok 4 1 3 5 2

Jumlah tidak cocok 1 4 2 0 3

b. Format dikotomi dengan tanda ceklist

Nama Penilai : 1 .......................................

: 2 .......................................

Bidang Studi : ..........................................

Page 80: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

70

Semester : ..........................................

Butir Penilai I Penilai II

Cocok Tidak Cocok Cocok Tidak Cocok

1 V V

2 V V

3 V V

4 V V

5 V V

c. Format dengan tiga kategori cocok, ragu, dan tidak cocok

Nama Penilai : 1 .......................................

: 2 .......................................

Bidang Studi : ..........................................

Semester : ..........................................

Butir Penilai I Penilai II

Cocok Ragu Tidak Cocok Cocok Ragu

Tidak Cocok

1 V V

2 V V

3 V V

4 V V

5 V V

Page 81: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

71

Karjono Natar (karjononatar.files.wordpress.com/2011/05/analisis-

butir-soal.doc) memberikan contoh format lain dalam uji validitas kualitatif

seperti contoh dibawah ini:

Contoh format 1:

Sebelum Uji Validitas Butir soal dibawah ini, bacalah petunjuk sebagai

berikut:

1) Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera

di dalam format!

2) Berilah tanda cek (V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah

sesuai dengan kriteria!

3) Berilah tanda cek (V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak

sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan

atau pada teks soal dan perbaikannya.

a) Format Validasi Tes Subjektif Uraian

Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian

Mata Pelajaran : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : .................................

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 …

A.

1

2

Materi

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian)

Page 82: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

72

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 …

3

4

Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai

Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas

B.

5

6

7

8

Konstruksi

Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

Ada pedoman penskorannya

Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

C.

9

Bahasa/Budaya

Page 83: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

73

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 …

10

11

12

Rumusan kalimat soal komunikatif

Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku

Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

b) Format Validasi Pilihan Ganda

FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Mata Pelajaran : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : .................................

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 …

A.

1

Materi

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda

2. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi,

Page 84: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

74

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 …

kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

3. Pilihan jawaban homogen dan logis

4. Hanya ada satu kunci jawaban

B.

5.

Konstruksi

Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas

6. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja

7. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban

8 Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda

9. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi

10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi

11. Panjang pilihan jawaban relatif sama

12. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah/benar" dan sejenisnya

13. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya

14. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya

Page 85: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

75

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 …

C.

15.

Bahasa/Budaya

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

16. Menggunakan bahasa yang komunikatif

17. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

18. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian

c) Format Penelaahan untuk Instrumen Perbuatan

FORMAT PENELAAHAN SOAL TES PERBUATAN

Mata Pelajaran : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : .................................

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 ...

A.

1.

2.

Materi

Soal sudah sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan)

Page 86: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

76

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 ...

3.

4.

Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai

Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)

Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas

B.

5.

Konstruksi

Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik

6.

7.

8.

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengejakan soal

Ada pedoman penskorannya

Tabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

C.

9.

10.

11.

12.

13.

Bahasa/Budaya

Rumusan soal komunikatif

Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku

Tidak menggunakan kata /ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

Page 87: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

77

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 ...

Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

d) Format validasi soal Non-tes

FORMAT PENELAAHAN SOAL NON-TES

Nama Tes : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : .................................

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 ...

A.

1.

2.

Materi

Pernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek koginisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).

B.

3.

Konstruksi

Page 88: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

78

No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 ...

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.

Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.

Kalimatnya bebas dari pernyataan dapat diinterpretasikan lebih

Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden.

Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.

Kalimatnya bebas dari pernyaan yang tidak pasti pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.

Jangan banyak menggunakan kata hanya, sekedar, semata-mata.

C.

13.

14.

15.

Bahasa/Budaya

Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa atau responden.

Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

Page 89: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

79

Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

2. Validitas bangun pengertian (Construct validity)

Secara etimologis, kata konstruksi mengandung arti susunan, kerangka

atau rekaan. Kalimat gedung itu memiliki konstruksi beton bertulang

mengandung arti bahwa batang tubuh dari bangunan tersebut tersusun dari

bahan-bahan beton bertulang. Dengan demikian, validitas konstruksi dapat

diartikan sebagai validitas yang melihat dari segi susunan, kerangka atau

rekaannya (Anas Sudiyono, 2011). Menurut Sopiah dan Sangaji sebagaimana

dikutip Sudaryono dkk (2012) mengatakan bahwa validitas konstruk menunjuk

kepada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangunan pengertian

(konstruk) tertentu dan validitas ini penting bagi tes-tes yang digunakan untuk

menilai kemampuan dan sifat-sifat kejiwaan seseorang termasuk sikap, bakat,

minat, konsep diri, motivasi dan sebagainya.

Djaali dan Pudji Mulyono (2011) mengatakan bahwa untuk

menentukan validitas konstruk suatu instrumen validitas konstruk suatu

instrumen harus dilakukan melalui proses penelaahaan teoritis dari suatu

konsep variabel yang hendak kita ukur, mulai dari perumusan konstruk,

penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan

butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus berdasarkan sintesis dari

teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses

analisa dan komparasi logik dan cermat. Sedangkan dimensi indikator

dijabarkan melalui konstruk yang telah dirumuskan dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Seberapa jauh indikator tersebut merupakan indikator yang tepat dan

konstruk yang telah dirumuskan.

Page 90: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

80

b. Indikator-indikator dari suatu konstruk harus homogen, konsisten, dan

konvergen untuk mengukur konstruk dari variabel yang hendak diukur.

c. Indikator-indikator tersebut harus lengkap untuk mengukur suatu

konstruk secara utuh.

Menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dalam dua cara,

yakni (a) menggunakan pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori

pengetahuan ilmiah dan (b) menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang

terjadi dalam kehidupan nyata. Contoh: konsep mengenai “Hubungan Sosial”,

dilihat dari pengalaman, indikatornya empiris adalah keterkaitan dari:

a. bisa bergaul dengan orang lain

b. disenangi atau banyak teman-temannya

c. menerima pendapat orang lain

d. tidak memaksakan pendapatnya

e. bisa bekerja sama dengan siapa pun

f. dan lain-lain.

Mengukur indikator-indikator tersebut, berarti mengukur bangun

pengertian yang terdapat dalam konsep hubungan sosial. Contoh lain: Konsep

sikap dapat dilihat dari indikatornya secara teoretik (deduksi teori) antara lain

keterkaitan dari

a. kesediaan menerima stimulus objek sikap

b. kemauan mereaksi stimulus objek sikap

c. menilai stimulus objek sikap

d. menyusun/mengorganisasi objek sikap

e. internalisasi nilai yang ada dalam objek sikap

Apabila hasil tes menunjukkan indikator-indikator tes yang tidak

berhubungan secara positif satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak

memiliki validitas bangun pengertian. Atas dasar itu indikatornya perlu

ditinjau atau diperbaiki kembali. Cara lain untuk menetapkan validitas bangun

Page 91: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

81

pengertian suatu alat ukur adalah menghubungkan (korelasi) antara alat ukur

yang dibuat dengan alat ukur yang sudah baku/standardized. Bila menunjuk-

kan koefisien korelasi yang tinggi maka alat ukur tersebut memenuhi

validitasnya.

Sedangkan untuk butir, butir-butir instrumen yang dibuat harus benar-

benar mampu mengukur secara tepat indikator yang hendak diukur. Demikian

pula dengan jumlah butir yang hendak mengukur dimensi, harus disesuaikan

dengan bobot atau pentingnya secara masing-masing dari indikator tersebut.

3. Validitas empirik

Validitas empirik merupakan validitas yang didasarkan pada analisa

data empirik yang bersumber atau didapatkan dari pengamatan di lapangan.

Menurut Djaali dan Pudji Mulyono (2011) menjelaskan bahwa validitas

empirik sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan

berdasarkan kriteria, baik kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal

adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria

internal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri

yang menjadi kriteria.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu tes hasil

belajar dapat dikatakan valid secara empirik apabila tes itu diuji dan dianalisa

berdasarkan hasil yang didapat dari lapangan. Validitas ini juga

mengisyaratkan adanya penggunaan data tes hasil belajar selain dari data hasil

belajar itu sendiri sebagaimana disebutkan bahwa validitas empirik

berdasarkan dua kriteria, kriteria internal dan eksternal.

Ini berarti untuk dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar tersebut valid

secara empirik dilakukan dengan dua cara:

Page 92: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

82

a. Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Validitas ramalan artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam

validitas ini yang diutamakan bukan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur

tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu

atau kriteria tertentu yang diinginkan. Misalnya apakah nilai ujian masuk ke

sekolah dapat digunakan untuk meramal prestasi belajar yang dicapai. Artinya

terdapat hubungan yang positif antara ujian masuk dengan prestasi di sekolah.

Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan

keajegan atau ketetapan (reliability). Skor ujian masuk dapat digunakan

meramal prestasi bila skor-skor yang diperoleh dari ukuran ujian masuk

berkorelasi positif dengan skor prestasi.

Validitas ramalan ini mengandung dua makna. Pertama validitas

jangka pendek dan kedua jangka panjang. Validitas jangka pendek, artinya

daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya, skor

tersebut berkorelasi pada waktu yang sama. Misalnya, ketetapan (reliability)

terjadi pada semester dua artinya daya ramal berlaku pada semester dua, dan

belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka

panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di kemudian

hari. Mengingat validitas ini lebih menekankan pada adanya korelasi, maka

faktor yang berhubungan dengan persyaratan terjadinya korelasi harus

dipenuhi. Faktor tersebut antara lain hubungan dari konsep dan variabel dapat

dijelaskan berdasarkan pengetahuan ilmiah, minimal masuk akal, sehat dan

tidak mengada-ada. Faktor lain adalah skor yang dikorelasikan memenuhi

linieritas. Ketiga validitas yang dijelaskan di atas idealnya dapat digunakan

dalam menyusun instrumen penelitian, minimal dua validitas, yakni validitas

isi dan validitas bangun pengertian. Validitas isi dan bangun pengertian mutlak

diperlukan dan bisa diupayakan tanpa melakukan pengujian secara statistika.

Page 93: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

83

Untuk mengukur tingkat kevalidan ramalan digunakan Teknik Analisis

Korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:

r�� = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases atau jumlah testee

∑XY = Jumlah perkalian antara skor X dan Y

∑ X = Jumlah seluruh skor X

∑ Y = Jumlah seluruh skor Y

Sedangkan hipotesa yang digunakan pada Korelasi Product Moment

adalah:

Ho = Tidak terdapat korelasi antara ............ dan ...........

H1 = Terdapat korelasi antara ......................dan ...........

Contoh:

Seorang guru akan meneliti apakah hasil ujian masuk sekolah dapat

digunakan untuk mengukur prestasi siswanya di sekolah. Kemudian guru

mengambil 10 orang murid sebagai sampel dari seluruh siswa. Di dapat hasil

tes ujian masuk sekolah dan prestasi sebagai berikut:

No Nama Siswa Skor tes

masuk (X) Skor

Prestasi (Y)

1 A 6 6

2 B 5 6

3 C 6 7

4 D 7 7

5 E 6 7

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X2 − (∑X)2][N∑Y2 − (∑Y)²]

Page 94: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

84

6 F 5 6

7 G 6 6

8 H 5 7

9 I 5 6

10 J 8 9

Langkah I : Membuat hipotesis yaitu

Ho : Tidak ada hubungan antara hasil ujian tes masuk dengan

prestasi siswa di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara hubungan hasil ujian tes masuk

dengan prestasi siswa di sekolah.

Langkah II : Menentukan nilai ∑X, ∑Y dan ∑XY dengan tabel kerja

berikut:

No Nama Siswa

Skor tes masuk (X)

Skor Prestasi (Y) XY X² Y²

1 A 6 6 36 36 36

2 B 5 6 30 25 36

3 C 6 7 42 36 49

4 D 7 7 49 49 49

5 E 6 7 42 36 49

6 F 5 6 30 25 36

7 G 6 6 36 36 36

Page 95: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

85

8 H 5 7 35 25 49

9 I 5 6 30 25 36

10 J 8 9 72 64 81

59 67 402 357 457

N = 10 ∑X = 59 ∑Y= 67

∑XY = 402

∑X²= 357

∑Y²= 457

Langkah III : Mencari r�� dengan rumus seperti yang telah disebutkan di atas.

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X� − (∑X)�][N∑Y� − (∑Y)²]

Karena:

N = 10

∑X = 59

∑Y = 67

∑XY = 402

∑X² = 357

∑Y² = 457

Maka:

r�� = 10 X 402 − (59)(67)

�{10 X 357 − (59)²} {10 X 457 − (67)²}

r�� = 4020 − 3953

�(3570 − 3481) X (4570 − 4489)

r�� = 67

√89 X 81

r�� = 67

√7209

Page 96: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

86

r�� = 67

84,9

r�� = 0,789

Langkah V : Mencari df pada Tabel Korelasi dengan rumus: df = N – nr = 10

– 2 = 8, maka kita harus melihat tabel pada taraf 5 % dan 1 %.

Di dapat df 8 pada taraf 5 % = 0,632 dan pada taraf 1 % = 0,765.

Digunakan salah satu taraf tersebut. Pada contoh ini kita

menggunakan taraf 5 % yaitu 0,632.

Langkah VI : Uji hipotesa di atas yang telah ditulis yaitu:

Ho : Tidak ada hubungan antara hasil ujian tes masuk dengan

prestasi siswa di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara hubungan hasil ujian tes masuk

dengan prestasi siswa di sekolah.

Uji hipotesa ini dengan kriteria apabila r��< r tabel, maka Ho

diterima jika r��> r tabel maka Ho ditolak.

Didapat nilai r�� (0,789) > r tabel (0,632) ; berarti Ho ditolak.

Langkah VII: Mengambil Kesimpulan. Dari uji data dengan menggunakan

statistik Korelasi Product Moment disimpulkan bahwa “ada

hubungan antara hasil ujian tes masuk sekolah dengan prestasi

siswa di sekolah” atau dengan kata lain tes hasil ujian sudah

divalidasi secara ramalan dan hasilnya adalah tes ujian tersebut

valid secara ramalan.

2. Validitas Banding

Tes dirasakan valid apabila tes tersebut dalam jangka waktu yang sama

menunjukkan adanya kesamaan hasil antara tes pertama dan tes-tes berikutnya.

Page 97: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

87

Dengan kata lain, tes dikatakan valid jika tes tersebut menunjukkan hasil tes

belajar yang sama atau hampir sama antara tes sekarang dengan tes berikutnya.

Untuk mengukur tingkat validitas antara tes sekarang dengan tes-tes

berikutnya dinamakan uji validitas bandingan. Validitas bandingan juga sering

dikenal dengan istilah: validitas sama saat, validitas pengalaman, atau validitas

ada sekarang.

Anas Sudiono (2011) mengatakan bahwa dalam rangka menguji

validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yanng diperoleh

pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan dengan data hasil tes yang

diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes ini mempunyai hubungan searah dengan

dengan hasil berdasar pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki

karakteritik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.

Sebagai contoh seorang guru akan menguji apakah soal-soal tes yang

dibuatnya pada mata pelajaran Fiqh telah valid atau tidak. Guru tersebut

menguji validitas tes hasil belajar dengan menggunakan tes uji validitas

bandingan. Dengan menggunakan uji validitas bandingan, cara yang harus

dilakukan guru tersebut adalah mengambil dua data yang berbeda uji hasil

belajarnya dengan materi uji yang sama serta waktu tes yang berbeda. Uji tes

validitas bandingan ini menggunakan Teknik Korelasi Product Moment

dengan rumus yang sama dengan uji validitas ramalan yaitu:

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X� − (∑X)�][N∑Y� − (∑Y)²]

Berikut ini sebuah contoh bagaimana cara melakukan pengujian

validitas bandingan. Misalnya seorang guru akan menguji kevalidan soal-soal

tes pada mata pelajaran PAI. Tes dilakukan pada tanggal 1 Februari dengan

sampel murid yang diambil sebanyak 15 orang. Didapat hasil tes belajar

sebagaimana data di bawah ini:

Page 98: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

88

No Nama Siswa Nilai

1 A 6

2 B 7

3 C 5

4 D 6

5 E 7

6 F 8

7 G 5

8 H 6

9 I 7

10 J 6

11 K 5

12 L 6

13 M 7

14 N 8

15 O 9

Dua minggu kemudian, pada tanggal 15 Februari tanpa pemberitahuan

kepada siswanya, ke 15 murid tadi dihadapkan pada tes kedua pada mata

pelajaran PAI dan dengan menggunakan butir soal yang sama. Data hasil tes

kedua sebagai berikut:

No Nama Siswa Nilai

1 A 7

2 B 7

Page 99: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

89

3 C 6

4 D 7

5 E 7

6 F 7

7 G 6

8 H 6

9 I 7

10 J 7

11 K 6

12 L 6

13 M 7

14 N 7

15 O 8

Untuk menguji validitas bandingan ini, langkah yang dilakukan sama

dengan ketika kita menguji validitas ramalan yaitu sebagai berikut:

Langkah I : Membuat hipotesis yaitu

Ho : Tidak ada hubungan antara hasil tes pertama dengan hasil

tes kedua

H1 : Ada hubungan antara hasil tes pertama dengan hasil tes

kedua.

Langkah II : Menentukan nilai ∑X, ∑Y dan ∑XY dengan tabel kerja

berikut:

Page 100: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

90

No Nama Siswa

Hasil Tes I (X)

Hasil Tes Kedua (Y) XY X² Y²

1 A 6 7 42 36 49

2 B 7 7 49 49 49

3 C 5 6 30 25 36

4 D 6 7 42 36 49

5 E 7 7 49 49 49

6 F 8 7 56 64 49

7 G 5 6 30 25 36

8 H 6 6 36 36 36

9 I 7 7 49 49 49

10 J 6 7 42 36 49

11 K 5 6 30 25 36

12 L 6 6 36 36 36

13 M 7 7 49 49 49

14 N 8 7 56 64 49

15 O 9 8 72 81 64

98 101 668 660 685

N = 15 ∑X = 98 ∑Y = 101

∑XY= 668

∑X²= 660

∑Y²= 685

Langkah III : Mencari rxy dengan rumus seperti yang telah disebutkan di atas.

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X2 − (∑X)2][N∑Y2 − (∑Y)²]

Page 101: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

91

Karena:

N = 15

∑X = 98

∑Y = 101

∑XY = 668

∑X² = 660

∑Y² = 685

Maka:

r�� = 15 � 668 − (98)(101)

�{15 � 660 − (98)²} {15 � 685 − (101)²}

r�� = 10020 − 9898

�(9900 − 9604) � (10275 − 10201)

r�� = 122

√296 � 74

r�� = 122

√21904

r�� = 122

148

r��= 0,824

Langkah V : Mencari df pada Tabel Korelasi dengan rumus: df = N – nr = 15

– 2 = 13, maka kita harus melihat tabel pada taraf 5 % dan 1 %.

Di dapat df 8 pada taraf 5 % = 0,514 dan pada taraf 1 % = 0,641.

Digunakan salah satu taraf tersebut. Pada contoh ini kita

menggunakan taraf 5 % yaitu 0,514.

Langkah VI : Uji hipotesa di atas yang telah ditulis yaitu:

Ho : Tidak ada hubungan antara hasil tes pertama dengan

Page 102: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

92

hasil tes kedua

H1 : Ada hubungan antara hasil tes pertama dengan hasil tes

kedua

Uji hipotesa ini dengan kriteria apabila r��< r tabel, maka Ho

diterima jika r��> r tabel maka Ho ditolak.

Didapat nilai r�� (0,824) > r tabel (0,514) yang berarti Ho

ditolak.

Langkah VII: Mengambil Kesimpulan. Dari uji data dengan menggunakan

statistik Korelasi Product Moment disimpulkan bahwa “ada

hubungan antara hasil tes pertama dengan hasil tes kedua” atau

dengan kata lain tes hasil ujian sudah divalidasi secara

bandingan dan hasilnya adalah tes ujian tersebut valid secara

bandingan.

B. Uji Validitas Butir Soal

1. Uji Validitas Pilihan Ganda

Sebagaimana yang diketahui bahwa tes-tes hasil belajar yang disusun

dan dibuat oleh seorang guru, dosen atau instruktur, merupakan kumpulan dari

kumpulan butir-butir item dengan tujuan untuk mengukur kemampuan dan

penguasaan kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu atau setelah siswa

tersebut telah mengikuti proses pebelajaran dalam jangka waktu tertentu pula.

Setiap butir item yang dibuat mewakili setiap kompetensi siswa atau dengan

kata lain, item butir soal merupakan bagian integral atau tak terpisahkan bagi

pencapaian kompetensi siswa melalui tes hasil belajar. Surapranata (2004),

mengistilahkan bahwa pentingnya setiap butir item soal pada tes hasil belajar

sebagai suatu totalitas dari tes hasil belajar itu sendiri.

Page 103: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

93

Ini berarti setiap butir soal yang dibuat mengandung pertanyaan kepada

butir itu sendiri. Pertanyaan penting untuk butir soal adalah: 1) apakah setiap

butir soal tersebut sudah baik atau tidak? 2) apakah soal-soal yang dibuat sudah

mampu mengukur tingkat penguasaan kompetensi siswa? 3) dengan alat ukur

apa kita bisa mengatakan setiap butir itu baik atau tidak? Untuk menjawab

ketiga pertanyaan tersebut diperlukan validasi setiap butir item atau dalam

istilah pengukuran disebut sebagai validitas butir item.

Anas Sudiono (2011) mengatakan bahwa validitas butir item adalah

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item soal, dalam mengukur apa

yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Djaali dan Pudji Purnomo

(2011) mengatakan bahwa validitas butir merupakan validitas internal dimana

validitas butir diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut

konsisten dengan hasil ukur instrumen secara keseluruhan. Oleh karena itu,

validitas butir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor butir

dengan skor total instrumen. Jika koefisien korelasi antara skor butir dengan

skor total instrumen positif dan signifikan, maka butir tersebut dapat dianggap

valid berdasarkan ukuran validitas internal, begitu sebaliknya.

Untuk mengukur validitas butir item, Anas (2011), mengatakan bahwa

menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskrit murni atau data

dikotomik (misal: 1= jawaban betul dan 0 = jawaban salah), sedangkan

variabel II adalah data kontinyu (misal: 0+1+1+0+1=3), maka teknik korelasi

yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dan II

adalah dengan menggunakan teknik point biserial. Teknik ini cocok digunakan

apabila tes hasil belajar berbentuk obyektif. Angka indeks korelasi yang diberi

lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

r��� = Mp − Mt

SDt x �

p

q

Page 104: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

94

Ket:

r��� = koefisien korelasi point biserial

Mp = Skor rata-rata hitung jawaban benar Mt = Skor rata-rata dari skor soal Sdt = Deviasi standar dari skor total p = Proporsi jawaban betul q = Proporsi jawaban salah.

Contoh: Misalnya 10 orang siswa diberikan tes obyektif bentuk pilihan

ganda yang terdiri dari 10 butir soal. Dari tes hasil belajar guru kemudian ingin

menguji apakah butir soal yang dibuat valid atau tidak. Untuk memudahkan

kerja, setiap butir soal yang betul diberi skor 1, sedangkan untuk setiap butir

soal yang salah diberi skor 0. Didapat tes hasil belajar sebagai berikut:

Siswa Skor butir yang dijawab

Skor total

(Xt)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2

B 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7

C 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 6

D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

F 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7

G 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3

H 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4

I 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8

J 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9

N=10 6 7 8 6 6 6 6 7 7 7 ∑Xt= 66

Page 105: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

95

Langkah I : Tabel kerja mencari nilai Xt², p dan q

Siswa Skor butir yang dijawab Skor total Xt²

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (Xt)

A 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 4

B 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 49

C 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 6 36

D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100

E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100

F 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 49

G 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3 9

H 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 16

I 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 64

J 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 81

N=10 6 7 8 6 6 6 6 7 7 7 ∑Xt=

66 ∑Xt²=

508

P 0,6 0,7 0,8 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7

Q 0,4 0,3 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3

Langkah II : Mencari mean dari skor total, yaitu Mt, dengan rumus

�� = ∑��

Diketahui nilai ∑Xt= 66 dan N = 10. Maka:

Page 106: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

96

�� = 66

10

Mt = 6,6

Langkah III : mencari deviasi standar total SDt dengan rumus:

��� = �∑��²

�− �

∑��

�� ²

Diketahui ∑Xt²= 508 ∑Xt = 66 N = 10

��� = �∑��²

�− �

∑��

�� ²

��� = �508

10− �

66

10� ²

��� = �50,8 − (6,6)²

��� = �50,8 − 43,56 =

��� = √7,24 = 2,69

Maka didapat nilai SDt = 2,69

Langkah IV: Menghitung Mp untuk butir item nomor 1 sampai 10 dengan cara

menghitung jumlah jawaban yang benar dengan tabel sebagai

berikut:

Page 107: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

97

Nomor item

Jawaban Betul Mean skor total

1 B-D-E-F-I-J �������������

�= 8,5

2 A-C-D-E-G-H-J 2 + 6 + 10 + 10 + 3 + 4 + 9

7= 6,3

3 A-B-D-E-F-H-I-J �����������������

�=7

4 C-D-E-F-H-I �������������

�=7,7

5 B-C-D-E-I-J 7 + 6 + 10 + 10 + 8 + 9

6= 8,3

6 D-E-F-G-I-J 10 + 10 + 7 + 3 + 8 + 9

6= 7,8

7 B-D-E-G-I-J �������������

�=7,8

8 B-C-D-E-F-I-J ���������������

�= 8,1

9 B-C-D-E-F-H-J ���������������

�= 7,6

10 B-C-D-E-F-I-J ���������������

� = 8,1

Langkah V : 1. Mencari df pada tabel korelasi dengan rumus: N – 2= 10 –

2 = 8. Pada taraf 5 % =0,632 pada taraf 1 % = 0,765. Pada

contoh ini gunakan taraf 5 % yaitu 0,632

2. Apabila r���> r tabel maka item butir soal valid, apabila

r���< r tabel maka item butir soal invalid (tidak valid)

Page 108: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

98

3. Menghitung kefisien korelasi r��� dari item 1 sampai 10

dengan dengan tabel sebagai berikut:

Nomo

r

Soal

M

p

M

t

SDt p q r���

= �� − ��

��� � �

R

tabel

Interpretas

i

1 8,5 6,6 2,6

9

0,

6

0,

4

0,869 0,86

2 >

0,63

2

Valid

2 6,3 6,6 2,6

9

0,

7

0,

3

-0,171 -

0,17

1 <

0,63

2

Invalid

3 7 6,6 2,6

9

0,

8

0,

2

0,297 0,29

7 <

0,63

2

Invalid

4 7,7 6,6 2,6

9

0,

6

0,

4

0,499 0,49

9 <

0,63

2

Invalid

5 8,3 6,6 2,6

9

0,

6

0,

4

0,771 0,77

1 >

0,63

2

Valid

Page 109: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

99

6 7,8 6,6 2,6

9

0,

6

0,

4

0,544 0,54

4 <

0,63

2

Invalid

7 7,8 6,6 2,6

9

0,

6

0,

4

0,544 0,54

4 <

0,63

2

Invalid

8 8,1 6,6 2,6

9

0,

7

0,

3

0,853 0,85

3 >

0,63

2

Valid

9 7,6 6,6 2,6

9

0,

7

0,

3

0,569 0,56

9 <

0,63

2

Invalid

10 8,1 6,6 2,6

9

0,

7

0,

3

0,853 0,85

3 >

0,63

2

Valid

Contoh penghitungan r��� pada butir soal nomor 1:

r��� = �� − ��

��� � �

r��� = 8,5 − 6,6

2,69 � �

0,6

0,4

r��� = 8,5 − 6,6

2,69 � �

0,6

0,4

r��� = 1,9

2,69 � �1,5

Page 110: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

100

r��� = 1,9

2,69 � �1,5

r��� = 0,71 � 1,22

r��� = 0,869

Dari uji validitas butir item yang dilakukan terlihat bahwa dari 10 butir

soal di atas, terdapat 4 butir soal yang valid yaitu pada pada butir soal no 1, 5,

8 dan 10. Sedangkan sebanyak 6 butir soal invalid atau tidak valid yaitu pada

butir soal nomor 2, 3, 4, 6, 7 dan 9. Butir soal yang dianggap valid disimpan di

dalam bank soal, dapat digunakan pada tes-tes berikutnya. Sedangkan soal

yang tidak valid harus diganti dengan butir item soal baru.

2. Uji Validitas Tes Hasil Belajar Essai

Untuk mengukur validitas butir item untuk butir soal subyektif dengan

rumus:

Contoh: Misalnya 10 orang siswa diberikan tes subyektif (esai) yang

terdiri dari 7 butir soal. Dari tes hasil belajar, guru berkeinginan menguji

apakah butir soal yang dibuat valid atau tidak. Pada proses tes hasil belajar,

guru membuat bobot setiap soal: soal 1 s.d. 3 = 1, soal 4 dan 5 = 1, 5, soal 6

dan 7= 2. Dari hasil tes yang dilakukan oleh guru didapat skor sebagai berikut:

No urut siswa

1 2 3 4 5 6 7

1 0,4 0,5 0 0,7 0,7 0,8 0,7

2 0,5 0,3 0,4 0,7 0,9 0,7 0,5

3 0,5 0,3 0,3 0,8 0,6 0,7 0,6

r�� = ∑xi xt

�∑xi�. xt²

Page 111: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

101

4 0,5 0,5 0,4 0,9 0,8 0,6 0,6

5 0,6 0,6 0,5 0,8 0,6 0,5 0,7

6 0,3 0,6 0,3 0,7 0,7 0,5 0,5

7 0,4 0,5 0,3 0,8 0,6 0,7 0,5

8 0,5 0,3 0,5 0,7 0,6 0,5 0,6

9 1 1 1,5 1,5 0,8 1 2

10 1 0 0 1,5 2 1 1,5

Langkah I : Membuat tabel kerja

Dari Tabel di atas diketahui:

∑ � = 47,1

� ��� = 249,39

� ��� = 27,5

Langkah II : Menvalidasi setiap item butir soal

a. Validasi Soal 1 diketahui:

∑X1 = 5,7

∑ ��� = 3,77

∑X1Xt = 30,4

∑�1�� = 30,4 − (47,1�5,7)�

10= 3,55

� ��� = 3,77 −

(5,7)�

10= 0,52

r�� =3,55

√27,5 � 0,52= 0,939

Page 112: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

102

Maka diperoleh r�� soal nomor 1 = 0,939.

b. Validasi Soal 2 diketahui:

∑X1 = 4,6

∑ ��� = 2,74

∑X1Xt = 22,94

∑�1�� = 22,94 − (47,1�4,6)�

10= 1,27

� ��� = 3,77 −

(4,6)�

10= 0,62

r�� =1,27

√27,5 � 0,62= 0,307

Maka diperoleh r�� soal nomor 2 = 0,307.

c. Validasi Soal 3 diketahui:

∑X1 = 4,2

∑ ��� = 3,34

∑X1Xt = 23,88

∑�1�� = 23,88 − (47,1�4,2)�

10= 4,09

� ��� = 3,77 −

(4,2)�

10= 1,58

r�� =4,09

√27,5 � 1,58= 0,602

Maka diperoleh r�� soal nomor 3 = 0,620.

d. Validasi Soal 4 diketahui:

∑X1 = 9,1

Page 113: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

103

∑ ��� = 9,19

∑X1Xt = 47,66

∑�1�� = 47,66 − (47,1�9,1)�

10= 4,79

� ��� = 9,19 −

(9,1)�

10= 0,91

r�� =4,79

√27,5 � 0,91= 0,958

Maka diperoleh r�� soal nomor 4 = 0,958.

e. Validasi Soal 5 diketahui:

∑X1 = 8,3

∑ ��� = 8,51

∑X1Xt = 42,62

∑�1�� = 42,62 − (47,1�8,3)�

10= 3,53

� ��� = 8,51 −

(8,3)�

10= 1,62

r�� =3,53

√27,5 � 1,62= 0,529

Maka diperoleh r�� soal nomor 5 = 0,529. f. Validasi Soal 6 diketahui:

∑X1 = 7

∑ ��� = 5,22

∑X1Xt = 35,34

∑�1�� = 35,34 − (47,1�7)�

10= 2,37

Page 114: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

104

� ��� = 8,51 −

(7)�

10= 0,32

r�� =2,37

√27,5 � 0,32= 0,801

Maka diperoleh r�� soal nomor 6 = 0,801. g. Validasi Soal 7 diketahui:

∑X1 = 8,2

∑ ��� = 9,06

∑X1Xt = 46,55

∑�1�� = 46,55 − (47,1�8,2)�

10= 7,93

� ��� = 8,51 −

(8,2)�

10= 2,34

r�� =2,37

√27,5 � 2,34= 0,990

Maka diperoleh r�� soal nomor 7 = 0,990.

Langkah IV: 1. Mencari df pada tabel korelasi dengan rumus: N – 2= 10 –

2 = 8. Pada taraf 5 % = 0,632 pada taraf 1 % = 0,765. Pada

contoh ini gunakan taraf 5 % yaitu 0,632

2. Analisa validasi: apabila r�� > r tabel maka item butir soal

valid, apabila r��< r tabel maka item butir soal invalid (tidak

valid)

Langkah V : Bandingkan nilai r�� dengan df dengan tabel dibawah ini:

Page 115: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

105

No

soal

Perbandingan r�� dengan

df

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

0,939 > 0,632

0,307 < 0,632

0,620 < 0,632

0,958 > 0,632

0,529 < 0,632

0,801 > 0,632

0,990 > 0,632

Valid

Invalid

Invalid

Valid

Invalid

Valid

Valid

Dari uji validitas butir item yang dilakukan terlihat bahwa dari 7 butir

soal essai di atas, terdapat 4 butir soal yang valid yaitu pada pada butir soal no

1, 4, 6 dan 7. Sedangkan sebanyak 3 butir soal invalid atau tidak valid yaitu

pada butir soal nomor 2, 3, dan 5. Butir soal yang dianggap valid disimpan di

dalam bank soal dan dapat digunakan kembali pada tes-tes berikutnya.

Sedangkan soal yang tidak valid harus diganti dengan butir item soal baru.

C. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel

yang artinya dapat dipercaya. Pengertian secara etimologi tentang reliabilitas

mengisyaratkan bahwa reliabilitas dalam konteks tes hasil belajar adalah

sejauh mana tes tersebut dapat dipercaya dan diandalkan. Beberapa ahli

berpendapat, reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi dan keajegan tes

hasil belajar. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan

reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan

data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data

yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data

yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna

Page 116: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

106

biru, maka peneliti yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam

obyek kemarin menemukan data berwarna biru, maka sekarang atau besok

akan tetap berwarna biru. Karena reliabilitas berkenaan dengan derajat

konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam

penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan

menghasilkan data yang sama.

Purwanto (2011) menyebutkan beberapa ahli memberikan batasan

tentang reliabilitas. Menurut Thordike dan Hagen, reliabilitas berkaitan dengan

akurasi instrumen dalam mengukur apa yang hendak diukur, kecermatan hasil

ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang. Kerlinger

memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu: 1) reliabilitas dicapai apabila

kita mengukur himpunan objek yang sama berulangkali dengan instrumen

yang sama atau serupa akan memberikan hasil yang sama atau serupa, 2)

reliabilitas dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen

pengukur adalah ukurana yang sebenarnya untuk sifat yang diukur, 3)

keandalan dicapai dengan meminimalkan galat pengukuran yang terdapat

dalam suatu instrumen pengukur. Sebagai contoh, siswa kelas XII pada hari ini

diberikan tes pada pembelajaran Biologi. Minggu berikutnya siswa tersebut di

tes kembali dengan tes yang sama. Hasil dari kedua tes bisa jadi sama atau

relatif sama. Jika ini terjadi perbedaan antara hasil belajar ketika tes awal dan

tes berikutnya, berarti soal tes yang dibuat tidak ajeg dan konsisten atau dengan

kata lain derajat reliabilitasnya masih rendah.

Menanggapi contoh di atas, Kusaeri (2012) mengatakan bahwa

reliabilitas memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) reliabilitas merujuk pada

hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes, bukan merujuk kepada

instrumennya sendiri. Suatu instrumen tertentu mungkin memiliki reliabilitas

berbeda dengan instrumen lainnya. Jadi, lebih tepat mengatakan bahwa

reliabilitas “skor tes” dibandingkan reliabilitas “tes” 2) reliabilitas merupakan

Page 117: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

107

syarat perlu, tetapi belum cukup untuk syarat validitas. Sebuah tes yang

memberikan hasil tidak konsisten mungkin tidak dapat memberikan informasi

yang valid berkaitan dengan kemampuan yang diukur. Di sisi lain, hasil tes

yang sangat konsisten bisa saja mengukur sesuatu yang salah atau digunakan

dengan cara yang tidak tepat. Jadi, reliabilitas yang rendah dapat membatasi

tingkat validitas yang didapat, tetapi reliabilitas yang tinggi tidak menjamin

terpenuhinya derajat validitas. Pendek kata, reliabilitas semata-mata

memberikan hasil yang konsisten sehingga memungkinkan terpenuhinya

validitas, 3) reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik. Analisa logis dari

suatu tes akan memberikan sedikit bukti berkaitan dengan reliabilitas skor tes.

Tes harus diujikan minimal satu kali untuk melihat tingkat konsistensinya dan

tingkat konsistensi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk koefisien reliabilitas

dan kesalahan pengkuran (standar error of measurement).

Dalam memberikan interpretasi apakah butir tersebut reliabel atau tidak

pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

1. Apabila koefisien reliabilitas sama dengan atau lebih besar daripada

0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya,

dinyatakan telah memiliki tingkat reliabilitas tinggi atau soal reliabel.

2. Apabila koefisien reliabilitas lebih keci dari 0,70 berarti tes hasil

belajar yang sedang diuji reliabilitasnya, dinyatakan memiliki tingkat

reliabilitas rendah atau soal tidak reliabel.

D. Jenis-Jenis Reliabilitas

Secara garis besar ada dua jenis reabilitas yaitu; reliabilitas eksternal

dan reliabilitas internal. Reliabilitas eksternal diperoleh karena kriteria tingkat

keajegan berada di luar instrumen. Sebaliknya, reliabilitas internal kriteria

tingkat konsistensinya didapat dari data instrumen itu sendiri.

Page 118: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

108

1. Reliabilitas eksternal

Ada dua cara untuk menguji reliabilitas suatu tes hasil belajar yaitu

dengan menggunakan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode

tes berulang (test-retest method).

a. Reliabilitas bentuk ekuivalensi

Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur

reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang

ada dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik

sama. Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel

yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai

tingkatan kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi

yang sama. S. Eko (2012) mengatakan bahwa metode paralel dilakukan dengan

cara menyusun dua instrumen yang hampir sama (equivalent), kemudian

diujicobakan pada sekelompok responden yang sama (responden mengerjakan

dua kali tes yang hampir sama).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diberikan contoh seorang guru akan

menguji tingkat reliabilitas soal yang dibuatnya, guru tersebut membuat dua

instrumen tes yang hampir sama kemudian diujicobakan kepada satu kelas

murid. Tes pertama disebut nilai X dan tes kedua disebut nilai Y. Untuk analisa

data digunakan analisa statistik product moment.

Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih

dari satu kali pada grup yang sama. Tes pertama diberikan pada grup sebagai

proses dan setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua

kalinya sebagai post-test. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada

kemungkinan pengaruh kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang

esensinya sama dengan menggunakan tes sama.

Page 119: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

109

Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:

1) Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.

2) Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.

3) Administrasi hasilnya secara baik.

4) Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang

kedua kalinya pada grup terebut.

5) Korelasikan kedua hasil tes skor.

Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas

ekuivalen baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka

reliabilitas ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu

bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama

penelitian pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes

ekuivalen mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang

secara esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul

terjadinya kesalahan pengukuran.

b. Reliabilitas bentuk tes-retes

Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan

konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan

variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua

kali atau lebih sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita

tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes

pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi

dengan tes tersebut. Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui

sejauh mana konsistensi suatu tes mengukur dengan apa yang ingin diukur.

Sudaryono (2012) mengatakan bahwa metode tes ulang atau tes-retest

merupakan pendekatan reliabilitas yang paling tua dibandingkan pendekatan

Page 120: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

110

lainnya. Pendekatan ini juga dikenal dengan istilah single test-double trial

method di mana satu instrumen tes diujicobakan dua kali kepada kelompok

yang sama dan memiliki jeda waktu dalam tes tersebut.

Reliabilitas tes-retes ini penting khususnya ketika digunakan untuk

menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan

bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara

signifikan saat diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas

tes-retes, juga tepat ketika bentuk alternatif lainnya tidak ada, dan ketika

tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas

jawaban tes yang pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus

mengingat jawabannya, jika item-item soal yang ada banyak mengandung

faktor sejarah dibanding bentuk jawaban item pada mata pelajaran matematika.

Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:

1) Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.

2) Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu,

lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang

sama tersebut.

3) Korelasikan hasil tes tersebut.

Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya

permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika

dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek

maka mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes,

sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi

atau sisa-sisa hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu

terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin

bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan

dan faktor intervensi dari faktor belajar para subyek.

Page 121: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

111

Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial

dan rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes

berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam

Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek,

sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian

tes melalui tes-retes di antara satu atau dua minggu.

Beberapa perbedaan dari kedua jenis model reabilitas di atas dapat

dilihat tabel dibawah ini (Kusaeri: 2011):

Metode Tujuan Banyaknya format tes

Banyaknya administrasi

tes

Prosedur

Res-retes

Ekuivalen

Mengukur kestabilan

Mengukur ekuivalensi

Satu format tes

Dua format tes

Sekali diujikan

Sekali diujikan

Memberikan tes yang sama dua kali pada kelompok yang sama dengan jeda waktu yang tertentu antar dua tes. Jeda waktu penyelenggaraan tes harus menjadi pertimbangan.

Memberikan dua bentuk tes berbeda, tetapi paralel pada sekelompok siswa yang sama, dengan waktu yang sama pula.

Page 122: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

112

2. Reliabilitas Internal

Sebagaimana dijelaskan diawal bahwa reliabilitas internal diperoleh

dengan cara menganalisa hasil tes belajar dari instrumen itu sendiri, namun

dari sistem pemberian skor item soal, ada dua metode dalam menganalisis

reliabilitas internal yaitu:

a. Instrumen skor diskrit (tes hasil belajar subyektif)

Ciri khas dari analisis instrumen diskrit adalah hasil jawaban peserta

ujian hanya dua yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Satu mewakili jawaban betul dan

nol mewakili jawaban yang salah. Biasanya data diskrit didapat dari hasil tes

belajar model tes subyektif. Ada beberapa cara dan rumus untuk mencari

reliabilitas internal yaitu; (1) Spearman Brown, (2) rumus Flanagan, (3) rumus

Rulon, (4) rumus KR 20 dan 21 (5) rumus Hoyt. Rumus Spearman-Brown,

Flanagan dan Rulon dicari dengan menggunakan teknik Split Half, sedangkan

rumus KR 20 dan 21 serta Hoyt tidak menggunakan metode belah dua.

Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang

berdasarkan konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini

diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah

tengah meliputi langkah-langkah:

1) Berikan seluruh tes pada satu kelompok.

2) Jumlah soal tes harus genap supaya bisa dibagi dua. Pada saat dibagi

dua, belahan pertama dan kedua harus sejajar atau seimbang.

3) Bagi tes ke dalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah

bagian pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang

genap pada setengah bagian kedua.

4) Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek

mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk

item genap.

5) Korelasikan 2 skor himpunan itu.

Page 123: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

113

Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, bila tinggi berarti instrument itu mejmpunyai reliabilitas yang tinggi.

b. Instrumen skor non diskrit

Ciri khas dari skor non diskrit adalah instrumen hasil pengukuran yang

didapat dari tes hasil belajar, sistem skoringnya bukan 1 dan 0, melainkan

penjenjangan skor, dimulai dari skor tertinggi sampai skor terendah. Pada skor

maksimum 10, rentang skor yang didapat seorang siswa terendah 1 dan

tertinggi 10. Pada skor maksimal 100, rentang skor yang didapat seorang siswa

terendah 10 dan tertinggi 100.

Untuk hasil tes belajar skor non diskrit terdapat pada tes berbentuk

uraian, angket dengan skala Likert dan skala bertingkat. Pada skala Likert dan

bertingkat, interval skor dapat dimulai dari 1 sampai 4 atau 1 sampai 5 atau 1

sampai 8. Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung reabilitas data

non diskrit adalah rumus Alpha.

E. Rumus-rumus Uji Reliabilitas

1. Reliabilitas Eksternal

Untuk uji reliabilitas eksternal digunakan rumus korelasi Product Moment dari Spearman. Rumusnya sebagai berikut:

r�� = �∑���(∑�)(∑�)

�[(�∑��� (∑�)�][�∑���(∑�)²]

Contoh: Seorang guru akan meneliti apakah soal yang dibuat sudah

reliabel atau tidak. Kemudian guru mengambil 10 orang murid sebagai sampel

dari seluruh siswa. Dilakukan tes dua kali dan hasilnya sebagai berikut:

No Nama siswa Tes I Tes II

1 A 5 7

2 B 3 4

Page 124: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

114

3 C 3 5

4 D 4 6

5 E 7 7

6 F 5 5

7 G 8 8

8 H 7 7

9 I 6 7

10 J 7 6

Untuk menguji dan mencari nilai koefisien reliabilitasnya digunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah I : Menentukan nilai ∑X, ∑Y dan ∑XY dengan tabel kerja

berikut:

No Nama siswa Tes I (X) Tes II (Y) XY X² Y²

1 A 5 7 35 25 49

2 B 3 4 12 9 16

3 C 3 5 15 9 25

4 D 4 6 24 16 36

5 E 7 7 49 49 49

6 F 5 5 25 25 25

7 G 8 8 64 64 64

8 H 7 7 49 49 49

9 I 6 7 42 36 49

10 J 7 6 42 49 36

55 62 357 331 398

Page 125: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

115

Langkah II : Mencari ��� dengan rumus Product Moment:

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X� − (∑X)�][N∑Y� − (∑Y)²]

Dari tabel kerja di atas didapatkan data-data sebagai berikut:

N = 10

∑X = 55

∑Y = 62

∑XY= 357

∑X² = 331

∑Y² = 398

Maka:

r�� = 10 X 357 − (55)(62)

�{10 X 331 − (55)²} {10 X 398 − (62)²}

r�� = 3570 − 3410

�(3310 − 3025) X (3980 − 3844)

r�� = 160

√285 X 136

r�� = 160

√38760

r�� = 160

196,875

r�� = 0,813

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

��� = 0,813 dapat disimpulkan soal tes hasil belajar memiliki reliabilitas tinggi.

Page 126: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

116

2. Reliabilitas Internal

a. Uji Reliabilitas Tes objektif

1) Rumus Spearman Brown

Rumus ini digunakan untuk menguji reliabilitas dengan cara split half. Rumusnya adalah:

Ket:

r�� : koefisien reliabilitas r ½ : koefisien korelasi product moment separoh bagian I dan II tes 1 dan 2 : bilangan konstan

Contoh: data di bawah ini menunjukkan skor tes matematika pilihan

ganda.

No Nama Siswa Nomor Butir Soal

1 2 3 4 5 6 7 8

1 A 1 1 0 1 0 1 1 1

2 B 0 1 1 1 0 0 1 1

3 C 1 1 1 0 1 1 1 0

4 D 0 0 1 0 1 0 0 0

5 E 1 0 0 1 1 1 0 1

6 F 0 1 0 1 1 0 0 1

7 G 0 1 0 1 0 1 1 0

8 H 0 1 1 1 0 0 1 1

9 I 1 1 1 1 0 1 1 1

10 J 1 0 1 1 1 0 0 1

Untuk menguji dan mencari nilai koefisien reliabilitasnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

r₁₁ =2r½½

(1 + r½½)

Page 127: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

117

Langkah I : membagi butir soal menjadi dua bagian (split half).

No Nama Siswa Nomor Butir Soal X Y XY X² Y²

1 2 3 4 5 6 7 8 (1,2,3,4) (5,6,7,8)

1 A 1 1 0 1 0 1 1 1 3 3 9 9 9

2 B 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 6 9 4

3 C 1 1 1 0 1 1 1 0 3 3 9 9 9

4 D 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1

5 E 1 0 0 1 1 1 0 1 2 3 6 4 9

6 F 0 1 0 1 1 0 0 1 2 2 4 4 4

7 G 0 1 0 1 0 1 1 0 2 2 4 4 4

8 H 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 6 9 4

9 I 1 1 1 1 0 1 1 1 4 3 12 16 9

10 J 1 0 1 1 1 0 0 1 3 2 6 9 4

∑X=26 ∑Y=23 ∑XY=63 ∑X²=74 ∑Y²=57

Langkah II : mencari nilai r�� dengan menggunakan rumus Product

Moment: Diketahui: ∑X = 26 ∑Y = 23 ∑XY = 63 ∑X² = 74 ∑Y² = 57 Maka:

r�� = N∑XY − (∑X)(∑Y)

�[(N∑X� − (∑X)�][N∑Y� − (∑Y)²]

r�� = ��.���(��)(��)

�[(��.��� (��)�][��.���(��)²]

r�� = 10.63 − (26)(23)

�[(10.74 − (26)�][10.63 − (23)²]

Page 128: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

118

r�� = 630 − 598

�[740 − 676][630 − 529]

r�� = 32

√64 X 41

r�� = 32

√2624

r�� = 32

51,22

r�� = 0,624

Setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment, diketahui

bahwa ��� = 0,624. Harga tersebut menunjukkan reliabilitas separuh soal.

Oleh karena itu ��� untuk belahan lainnya disebut dengan r1/21/2 atau rgg.

Sedangkan untuk mencari reliabilitas belahan lain digunakan rumus Spearman-Brown:

�₁₁ =2�½½

(1 + �½½)

Maka:

�₁₁ =2 � 0,624

(1 + 0,624)

�₁₁ =1,248

1,624

r₁₁ = 0,768 (soal dinyatakan reliabel)

2) Rumus Flanagan

Rumus ini ditemukan oleh Flanagan dengan perhitungan yang

menggunakan belah dua ganjil genap (split half). Rumusnya adalah:

Page 129: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

119

Ket:

r₁₁ = reliabilitas tes

S�� = varian belahan pertama

S�� = varian belah kedua

S�� = Varian total

Contoh: dengan menggunakan data di atas, dihitung reliabilitasnya dengan

menggunakan rumus Flanagan dengan cara sebagai berikut:

Langkah I : mempersiapkan tabel kerja

No Nama Siswa Nomor Butir Soal X Y XY X² Y²

1 2 3 4 5 6 7 8 (1,2,3,4) (5,6,7,8)

1 A 1 1 0 1 0 1 1 1 3 3 9 9 9

2 B 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 6 9 4

3 C 1 1 1 0 1 1 1 0 3 3 9 9 9

4 D 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1

5 E 1 0 0 1 1 1 0 1 2 3 6 4 9

6 F 0 1 0 1 1 0 0 1 2 2 4 4 4

7 G 0 1 0 1 0 1 1 0 2 2 4 4 4

8 H 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 6 9 4

9 I 1 1 1 1 0 1 1 1 4 3 12 16 9

10 J 1 0 1 1 1 0 0 1 3 2 6 9 4

∑x= 26 ∑x= 23

∑xy= 63

∑x²= 74

∑y²= 57

r���� ���

������

��� �

Page 130: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

120

Langkah II : Mencari ∑x² dengan rumus:

∑x� = ∑X² − (∑x)²

N

Maka:

∑x� = 74 − (26)²

10

∑x� = 74 − 67,6

∑x� = 6,4

Langkah III : Mencari ∑y² dengan rumus:

∑y� = ∑Y² − (∑y)²

N

Maka:

∑y� = 57 − (23)²

10

∑x� = 57 − 52,9

∑x� = 4,1

Langkah IV : Mencari ∑ (x+y)² dengan rumus:

∑(x + y)� = ∑X�� −

(∑X�)²

N

Maka:

∑(x + y)� = 257 − (49)²

10

∑(x + y)� = 257 − 240,1

∑(x + y)� = 16,9

Langkah V : Mencari S��, S�

� dan S�� dengan masing-masing rumus sebagai

berikut:

Page 131: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

121

1. S�� =

∑x²

N

Maka:

S�� =

6,4

10

S�� = 6,4

2. S�� =

∑y²

N

Maka:

S�� =

4,1

10

S�� = 0,41

3. S�� =

∑(x + y)²

N

S�� =

16,9

10

S�� = 1,69

Setelah mendapatkan nilai ���, ��

� dan ��� , kemudian dimasukkan ke

dalam rumus Flanagan yaitu:

����� ���

������

��� �

Maka:

����� ���

�,����,��

�,���

����� (�� �,���)

����� � �,���

�����,���

Page 132: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

122

Soal dinyatakan reliabel

Perhatikan bahwa dengan menggunakan rumus Flanagan menghasilkan hasil yang sama dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

3) Rumus Rulon

Rumus ini ditemukan oleh Rulon dengan menggunakan cara belah dua (split half). Rumusnya adalah:

r₁₁ = 1 − S�

S��

Ket :

�₁₁ : Koefisien reliabilitas

1 : Bilangan Konstan

��� : Varian perbedaan antar skor pada belahan I dan II

��� : Varian Total

Contoh: dengan menggunakan data di atas, dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Flanagan dengan cara sebagai berikut:

Langkah I : membuat tabel kerja

No Nama Siswa Nomor Butir Soal X Y d d² Xt Xt²

1 2 3 4 5 6 7 8 Ganjil Genap (X-Y) (X+Y)

1 A 1 1 0 1 0 1 1 1 3 3 0 0 6 36

2 B 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 1 1 5 25

3 C 1 1 1 0 1 1 1 0 3 3 0 0 6 36

4 D 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 2 4

5 E 1 0 0 1 1 1 0 1 2 3 -1 1 5 25

6 F 0 1 0 1 1 0 0 1 2 2 0 0 4 16

7 G 0 1 0 1 0 1 1 0 2 2 0 0 4 16

Page 133: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

123

8 H 0 1 1 1 0 0 1 1 3 2 1 1 5 25

9 I 1 1 1 1 0 1 1 1 4 3 1 1 7 49

10 J 1 0 1 1 1 0 0 1 3 2 1 1 5 25

∑= 26

∑= 23 ∑d=3 ∑d²=5 ∑Xt=49 ∑Xt²=257

Langkah II : Menghitung jumlah kuadrat perbedaan belahan I dan II dengan rumus:

∑X�� = ∑d� −

(∑d)²

N

Maka:

∑X�� = 5 −

(3)²

10

∑X�� = 5 − 0,9

∑X�� = 4,1

Langkah II : menghitung varian belahan I dan II dengan rumus:

∑S�� =

∑d²

N

Maka:

∑S�� =

4,1

10

∑S�� =

4,1

10

∑S�� = 0,41

Langkah III : Menghitung jumlah kuadrat total belahan I dan II dengan rumus:

∑X�� = ∑X�

� − (∑X�)²

N

Page 134: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

124

Maka:

∑X�� = 257 −

(49)²

10

∑X�� = 257 −

(49)²

10

∑X�� = 257 − 240,1

∑X�� = 16,9

Langkah IV : Menghitung varian total dengan rumus:

S�� =

∑X��

N

S�� =

16,9

10

S�� = 1,69

Langkah V : Mencari koefisien reliabilitas dengan rumus Rulon

r₁₁ = 1 − S�

S��

Maka:

r₁₁ = 1 − 0,41

1,69

r₁₁ = 1 − 0,24

r₁₁ = 0,76 (soal dinyatakan reliabel)

Hasil realibitas antara rumus Spearman, Flanagan dan Rulon

menghasilkan hasil yang sama yaitu �₁₁ = 0,76.

4) Rumus ����

Page 135: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

125

Rumus ���� memiliki perbedaan substansi jika dibandingkan dengan

ketiga rumus yang kita gunakan dalam menghitung reliabilitas di atas seperti

rumus Spearman-Brown, Flanagan dan Rulon. Ketiga rumus ini mensyaratkan

reliabilitas dengan menggunakan cara membelah soal menjadi dua bagian

(split half), namun Rumus ���� yang ditemukan oleh Kuder Richardson tidak

mensyaratkan adanya pembelahan soal menjadi dua bagian. Rumus ����

adalah rumus yang menentukan reliabilitas tes yang ditujukan secara langsung

terhadap butir-butir item soal, sedangkan apabila menggunakan ketiga rumus

dengan cara split half maka bisa saja terjadi koefisien reliabilitas tes yang

diperoleh akan berbeda-beda.

Kuder Richardson menemukan dua rumus untuk uji reliabilitas ini yang

dikenal dengan rumus ���� dan ����. Untuk rumus ���� adalah:

r��� �

�����

���� ∑����

��� �

Ket:

��� : koefisien reliabilitas

n : Banyaknya butir item

1 : Bilangan konstan

��� : varian total

p� : Proporsi siswa menjawab betul

q� : Proporsi siswa menjawab salah

∑p��� : Jumlah hari hasil perkalian p� dan q�

Contoh: data di bawah ini merupakan hasil tes belajar Fiqh yang akan

diuji reliabilitasnya.

Page 136: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

126

No Nama Siswa No Butir X Xt²

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 64

2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81

3 C 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 49

4 D 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5 25

5 E 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 49

6 F 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 49

7 G 0 1 1 1 0 1 0 0 0 4 16

8 H 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3 9

9 I 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 49

10 J 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 64

7 7 10 8 7 7 8 6 5 65 455

0,7 0,7 1 0,8 0,7 0,7 0,8 0,6 0,5

0,3 0,3 0 0,2 0,3 0,3 0,2 0,4 0,5

0,21 0,21 0 0,16 0,21 0,21 0,16 0,24 0,25 1,65

Setelah mendapatkan data melalui tabel di atas, untuk mencari nilai

koefisien reliabilitasnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah I : Mencari ∑X�� dengan rumus:

∑X�� = ∑X�

� − (∑X�)²

N

Maka:

∑X�� = 455 −

(65)²

10

∑X�� = 455 − 422,5

Page 137: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

127

∑X�� = 32,5

Langkah II : Mencari nilai S�� dengan rumus:

S�� =

∑X��

N

Maka:

S�� =

32,5

10

S�� = 3,25

Langkah III : Setelah mendapatkan nilai ∑piqi= 1,65; S�� = 3,25 dan n=10,

nilai nilai tersebut disubstitusikan ke rumus KR 20 yaitu:

r��� �

�����

���� ∑����

��� �

r��� �

��

������

�,��� �,��

�,���

r��� �

��

���

�,�

�,���

r��� �,� � �,��

r��� �,���

Soal dinyatakan tidak reliabel

5) Rumus ����

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa Kuder Richardson

menemukan dua rumus untuk menguji reliabilitas yaitu ���� dan ����. Untuk

rumus ���� telah dijelaskan di atas, sedangan untuk rumus ����adalah:

r�� = �n

n − 1� �1 −

M� (n − M� )

(n) (S��)

Page 138: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

128

Ket:

r�� : koefisien reliabilitas

n : banyaknya butir soal

1 : bilangan konstan

M� : mean total

S�� : varian total

Page 139: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

129

BAB VI

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Penelitian Pengembangan

Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

suatu pengetahuan tertentu sehingga pada saatnya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan (Sugiyono, 2015: 5).

Berdasarkan hal di atas penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan, yaitu salah satunya

dikembangkan. Dalam hal ini pengembangan dalam penlitian termasuk dalam

macam metode penelitian berdasarkan tujuannya, yaitu penelitian

pengembangan (R&D).

Penelitian dan pengembangan merupakan “jembatan” antara penelitian

dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research)

(Sugiyono, 2015: 10). Penelitian dasar bertujuan untuk menemukan

pengetahuan baru sedangkan penelitian penerapan bertujuan untuk

menerapakan ilmu/hasil dari penemuan tersebut.

Oleh sebab itu, penelitian pengembangan dijadikan jembatan antara

kedua penelitian tersebut karena penelitian pengembangkan bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan dan menvalidasi suatu ilmu/hasil/produk yang

berasal dari penelitian dasar sehingga dapat diterapkan pada penelitian terapan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan (R&D)

memiliki beberapa tahapan/alur, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh

Tessmer. Nama desain yang dikembangkan oleh Tessmer adalah desain

evaluasi formatif (formative evaluation). Secara rinci penjabaran konsep

Page 140: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

130

penelitian pengembangan dengan menggunakan teori Tessmer akan dibahas

pada bab selanjutnya.

B. Perencanaan dan Kreativitas

Ada dua hal yang berhubungan dan juga tampak berlawanan dalam

pengembangan, yaitu: pertama, menghendaki prosedur perencanaan yang

terstruktur yang memerlukan pengorganisasian, memperhatikan urutan yang

logis dan integritas tentang keutuhan/pesan. Kedua, menghendaki alur ide dan

ekspresi yang bebas dan tak terstruktur yang yang dihasilkan oleh berpikir

kreatif dan mengacu pada masalah yang timbul selama pengembangan desain

berlangsung.

Jika kita menghendaki hasil produksi yang efektif sekaligus menarik,

maka kedua pola pengembangan tersebut diperlukan.

1. Mulai dengan kegunaan atau ide

Kita dapat mulai membuat perencanaan dengan ide yang muncul dalam

benak kita. Suatu ide mungkin mengindikasikan minat yang kita miliki,

tetapi ide yang lebih berguna adalah ide yang berhubungan dengan

keperluan suatu kelompok mahasiswa, misalnya suatu kelompok lebih

memerlukan keterampilan dari hanya sekedar pengetahuan dan perubahan

sikap.

2. Memotivasi, memberi informasi atau mengajarkan sesuatu

3. Kegunaan dari memformulasikan tujuan adalah menyediakan petunjuk

yang jelas apa yang harus dimuat dan kemana arah dari suatu presentasi.

Ada tiga kelompok tujuan pembelajaran, yaitu:

a. Kognitif-berhubungan dengan pengetahuan dan penalaran

Taksonomi Bloom terdiri dari 6 perilaku kognitif yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat

pengetahuan menyangkut kemampuan siswa untuk mengingat.

Page 141: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

131

Pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan

informasi, tanpa harus menggunakannya dalam situasi baru atau

berbeda. Menerjemahkan, menafsirkan, dan memperhitungkan atau

meramalkan kemungkinan, termasuk keterampilan pemahaman. Pada

tingkat penerapan, siswa harus mampu menggunakan informasi dengan

cara baru atau dalam situasi baru. Keterampilan ini lebih majemuk

daripada pemahaman karena siswa tidak hanya perlu memahami

informasi itu dalam konteks yang asli tetapi mampu menggunakannya

dengan cara yang baru atau berbeda, menunjukkan perkembangan dari

suatu asas atau abstraksi. Analisis, tingkat keempat, meliputi

kemampuan untuk memisahkan suatu bahan menjadi komponen-

komponen untuk melihat hubungan dari bagian-bagian dan

kesesuaiannya. Ini sering disebut sebagai awal dari keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Sintesis ialah kemampuan menggabungkan bagian-bagian

untuk menjadi keseluruhan yang baru. Tingkat kelima taksonomi Bloom

berkenaan dengan kreatifitas siswa karena menuntut siswa untuk

menggabung unsur-unsur informasi atau materi menjadi struktur yang

sebelumnya tidak diketahui. Tingkat terkahir evaluasi, juga merupakan

yang terakhir dari tingkat kemampuan berpikir tinggi, dan meliputi

kemampuan membuat pertimbangan atau penilaian untuk membuat

keputusan atas dasar internal (keajegan, logika, ketepatan) atau eksternal

(dibandingkan karya, teori atau prinsip dalam bidang tertentu)

(Munandar, 2012:162).

b. Afektif-berhubungan dengan sikap, apresiasi dan nilai; berikut

perinciannya:

1) Receiving

Receiving adalah kemampuan untuk merasakan emosi. Pada tingkat

ini siswa menyadari emosi mereka dan dapat menunjukkannya pada

Page 142: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

132

salah satu dari 3 Sub-tingkat: kesadaran, kesediaan untuk menerima,

dan perhatian yang dikendalikan atau dipilih. Ketiga Sub-tingkat ini

menunjukkan bahwa siswa bisa pasif dalam menggunakan

keterampilan “menerima” mereka (seperti dalam kesadaran) atau aktif

(seperti dalam perhatian yang dikendalikan).

2) Responding

Responding adalah siswa sadar akan hal-hal dalam lingkungannya

dan cukup berminat untuk berespon dengan salah satu cara. Dalam

kategori ini juga ada 3 sub tingkat dengan pola respon pasif sampai

aktif, yaitu; menuruti, kesediaan untuk berespon, dan kepuasan dalam

berespon.

3) Valuing

Valuing berarti bahwa siswa menemukan makna dalam suatu objek

atau emosi dan menghargainya. Untuk berfungsi pada tingkatan ini,

siswa harus menunjukkan konsistensi dalam penilaiannya

(penghargaannya). Sehingga nyata bahwa dalam satu sistem ini di sini

pun, ada 3 sub-tingkatannya: menerima suatu nilai, preferensi suatu

nilai, dan peningkatan diri (komitmen) terhadap suatu nilai.

4) Organization

Organization adalah nilai-nilai yang diinternalkan dan disistemkan

menjadi sistem nilai atau kompleks nilai. Ini berarti memprioritaskan

beberapa nilai dan mengakomodasi satu sama lainnya sehingga ada

konsistensi dalam perilaku dalam sistem ini. Ada 2 Sub-tingkat dalam

kategori ini yaitu: konseptualisasi dari suatu nilai, dan organisasi dari

sitem nilai.

5) Karakter

Characterization by a value or value complex adalah tingkat tertinggi

dari taksonomi afektif. Di sini, nilai diterjemahkan dalam prilaku, dan

Page 143: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

133

sistem nilai yang dikembangkan siswa akan menentukan bagaimana

mereka bertindak. Ada 2 Sub-tingkat dimana siswa mengalami

kondisi percaya, respek, apresiasi, dan afektif, yaitu:

mengembangkan perangkat nilai dan karakterisasi (perilaku

berdasarkan falsafah hidup seseorang).

c. Psikomotorik-berhubungan dengan keterampilan

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor

dikemukakan oleh Simpson yang menyatakan bahwa hasil belajar

psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya

merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)

dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk

kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

1. Mempertimbangkan audience

Karakteristik siswa atau audience, yaitu mereka yang akan melihat,

menggunakan dan belajar dari media yang kita buat, tidak dapat

dipisahkan dari rumusan tujuan yang kita buat, yaitu berkenaan

dengan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Karakteristik

audience seperti usia, tingkat pendidikan, pengetahuan terhadap

subjek, keterampilan, sikap, konteks budaya, perbedaan individual,

kesemuanya perlu diperhatikan dalam membuat tujuan dan topik

bahasan. Perimbangan tentang audience ini merupakan hal yang

dominan manakala kita mempertimbangkan komplesitifitas ide,

topik, kosakata, contoh-contoh dan tingkat partisipasi siswa yang

diharapkan.

Page 144: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

134

2. Membuat outline

Outline sangat diperlukan dalam pembelajaran. Bentuk outline ini

bermacam-macam tergantung dari apa yang akan kita buat. Dengan

petunjuk tersebut, kita menempelkan gambar, garis, narasi, warna dan

sebagainya pada media yang kita buat. Dengan demikian kita akan

terhindar dari kesalahan yang tidak perlu.

3. Bekerja dalam tim

Mengerjakan suatu media pembelajaran bersama-sama adalah ide

yang sangat baik. Kita dapat berbagi ide, kreatifitas, dan keahlian

lainnya sehingga media yang kita buat akan lebih efektif, kreatif dan

menarik.

Page 145: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

135

BAB VII

TEORI STATISTIK DALAM PENELITIAN

A. Pengertian Statistik

Secara etimologis kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin)

yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata

staat (bahasa Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

menjadi negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan

bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun

yang tidak berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud

angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar

bagi suatu negara. Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik

hanya dibatasi pada “Kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data

kuantitatif)” saja; bahkan keterangan yang tidak berwujud angka (data

kualitatif) tidak lagi disebut statistik. Kata “statistik” dalam istilah “Statistik

Pendidikan” dalam buku pengantar statistik pendidikan menjelaskan bahwa

statistik dalam pengertian sebagai ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan

yang membahas atau mempelajari dan mengembangkan prinsip-prinsip,

metode dan prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan, dalam rangka

pengumpulan, penyusunan, penyajian, penganalisisan bahan keterangan yang

berwujud angka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan

(khususnya proses belajar-mengajar), dan penarikan kesimpulan, pembuatan

perkiraan serta ramalan secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas

dasar kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka tadi (Anas Sudijono,

2018: 1-9). Menurut Rangkuti dalam Syafril mengungkapkan bahwa statistik

adalah “ilmu yang mempelajari metode pengumpulan data, penyajian data,

sampai kepada penarikan kesimpulan” (Syafril, 2019:2).

Page 146: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

136

B. Fungsi Statistik Dalam Penelitian Ilmiah

Selanjutnya Sugiyono (2004) menjelaskan fungsi statistik dalam

penelitian sebagai berikut:

1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari

suatu populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan lebih

dapat dipertanggungjawabkan.

2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum

instrumen digunakan untuk penelitian, maka harus diuji validitas dan

reliabilitasnya terlebih dahulu.

3. Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif.

Teknik-teknik penyajian data ini antara lain; tabel, grafik, diagram

lingkaran dan piktogram.

4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang

diajukan. Dalam hal ini statistik yang digunakan antara lain korelasi,

regresi, t-test, anava dan sebagainya.

Senada dengan Sugiyono, Irianto (2004: 6) menjelaskan fungsi statistik

dalam penelitian sebagai berikut:

a. Membantu peneliti untuk menentukan sampel, sehingga peneliti dapat

bekerja efisien, tetapi hasilnya sesuai dengan objek yang

diinginkan/diteliti.

b. Membantu peneliti untuk membaca data yang telah dikumpulkan,

sehingga peneliti dapat mengambil keputusan yang tepat.

c. Membantu peneliti untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara

kelompok satu dengan yang lainnya atau objek yang diteliti.

d. Membantu peneliti untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel yang satu dengan yang lainnya.

Page 147: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

137

e. Membantu peneliti dalam melakukan prediksi untuk waktu yang akan

datang maupun masa lalu.

f. Membantu peneliti untuk melakukan interprestasi atas data yang

terkumpul (Rusydi Ananda dan Muhammad Fadhli, 2018: 16).

C. Langkah Pengolahan Data Statistik Dalam Penelitian

Data yang didapat dari hasil pengamatan maupun dari hasil suatu

penelitian sebelum disajikan untuk disajikan informasi maka terlebih dahulu

data tersebut harus diolah menggunakan teknik-teknik statistik tertentu yang

sesuai dengan jenis penelitian dan jenis data yang dihasilkan dari penelitian

tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan

data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Data

Data yang sudah didapat dari penelitian harus dikumpulkan semua agar

mudah untuk mengecek apakah data yang dibutuhkan sudah terekam semua.

Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya dengan penelitian

(data penting) dan benar-benar otentik. Adapun data yang didapat melalui

wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat

interviewer atau peneliti.

2. Klasifikasi data

Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan

dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan

ditentukan sendiri oleh peneliti. Keuntungan dari klasifikasi data adalah untuk

memudahkan pengujian hipotesis.

Page 148: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

138

3. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan. Jenis data menentukan apakah ketika pengolahan ini peneliti akan

menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif, karena data kualitatif harus

diolah menggunakan teknik kualitatif dan data kuantitatif harus diolah dengan

menggunakan teknik statistik, baik statistik parametrik maupun statistik non

parametrik.

Untuk pengolahan data dengan statistik parametrik, data harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain: data tersebut harus berdistribusi

normal, hubungan yang terjadi antar variabel adalah hubungan yang linear dan

data bersifat homogen (statistik parametrik digunakan untuk data interval dan

rasio). Sedangkan teknik statistik non parametrik tidak menguji parameter

populasi akan tetapi yang diuji adalah distribusi dan asumsi bahwa data yang

akan dianalisis tidak terikat dengan adanya distribusi normal atau tidak harus

berdistribusi normal (statistika non parametrik digunakan untuk data nominal

dan ordinal).

4. Interpretasi hasil pengolahan data

Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisa datanya

dengan cermat, kemudian langkah selanjutnya peneliti menarik suatu

kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian.

Dalam menginterpretasikan data hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara

lain: interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih

dalam batas kerangka penelitian, secara etis peneliti rela mengemukakan

kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu melakukan penelitian (Indra Jaya,

2019: 14-15).

Page 149: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

139

BAB VIII

PERAN STATISTIK DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Evaluasi dan Statisik

Menurut Arifin dalam Asrul dkk (2015: 4) mengemukakan bahwa pada

hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan

untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.

1. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Tujuan dari evaluasi pendidikan itu sendiri adalah untuk mendapatkan

data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat keberhasilan peserta didik

untuk mencapai tujuan kurikuler. Selaian itu, evaluasi juga dapat digunakan

oleh pendidik dan pengawas pendidikan dalam mengukur atau menilai

keefektifan mengajar, kegiatan belajar, maupun metode mengajar yang

digunakan. Dengan demikian, evaluasi itu dapat dikatakan sangat penting

dalam proses belajar mengajar.

Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan

menjadi empat fungsi berikut.

a. Untuk mengetahui seberapa maju dan berkembangnya peserta didik

setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

c. Untuk keperluan Bimbingan dan Koseling (BK)

d. Untuk mengetahui berbagai keperluan pengembangan dan perbaikan

kurikulum sekolah (Rina Febriana, 2019: 11-13).

Page 150: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

140

B. Pembelajaran Evaluasi dan Statistik

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan

tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,

pengumpulan informasi/data, analisis dan interprestasi dan tindaklanjut

(Amirono dan Daryanto, 2016: 43).

1. Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk

pernyataan atau pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran

untuk menjawab pertanyaa-pertanyaan berikut:

1) Apakah strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh

pendidik efektif,

2) Apakah media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik efektif,

3) Apakah cara mengajar pendidik menarik dan sesuai dengan pokok

materi sajian yang dibahas, mudah diikuti dan berdampak peserta didik

mudah mengerti materi sajian yang dibahas,

4) Bagaimana persepsi peserta didik terhadap materi sajian yang dibahas

berkenaan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai,

5) Apakah peserta didik antusias untuk mempelajari materi sajian yang

dibahas,

6) Bagaimana peserta didik mensikapi pembelajaran yang dilaksanakan

oleh pendidik,

7) Bagaimana cara belajar peserta didik mengikuti pembelajaran yang

dilaksankan oleh pendidik.

Page 151: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

141

2. Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi

proses dan pelaksana evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran

berbentuk matriks dengan kolom-kolom berisi tentang: nomor urut, informasi

yang dibutuhkan, indikator, metode yang mencakup teknik dan instrumen,

responden dan waktu. Selanjutnya pelaksana evaluasi proses adalah pendidik

mata pelajaran yang bersangkutan.

3. Penyusunan instrumen evaluasi

Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi

deskriptif dan atau informasi judgemental dapat terwujud:

1) Lembar pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan

belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan

oleh pendidik dapat digunakan oleh pendidik sendiri atau oleh peserta

didik untuk saling mengamati,

2) Kuesioner yang harus dijawab oleh peserta didik berkenaan dengan

strategi pembelajaran yang dilaksanakan pendidik, metode dan media

pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, minat, persepsi peserta

didik tentang pembelajaran untuk suatu materi pokok sajian yang telah

terlaksana.

4. Pengumpulan data atau informasi

Pengumpulan data atau informasi dilakankan secara obyektif dan

terbuka agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi

peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi

dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian

Page 152: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

142

berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud pendidik dan peserta

didik memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu

kompetensi dasar.

5. Analisis dan interpretasi

Analisi dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data

atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evaluasi

berkenaan dengan proses pembelajaran yang telah terlaksana; sedang

interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis proses

pembelajaran.

Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh pendidik dan

peserta didik agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh

pendidik dan peserta didik sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran

selanjutnya.

6. Tindaklanjut

Tindaklanjut merupakan kegiatan menindaklanjut hasil analisis dan

interpretasi. Dalam evaluasi proses pembelajaran tindaklanjut pada dasarnya

berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya dan

evaluasi pembelajarannya. Pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya

merupakan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran yang akan

dilaksankan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran; sedang tindak

lanjut evaluasi pembelajaran berkenaan dengan pelaksanaan dan instrumen

evaluasi yang telah dilaksanakan mengenai tujuan, proses dan instrumen

evaluasi proses pembelajaran.

Page 153: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

143

7. Uji Validitas dalam Evaluasi

Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken (1997), mengatakan

validity of a test has been defined as the extent to which the test measures what

it was designed to measure. Djaali dan Pudji Muljono (2008) mengutip dari

Cureton, bahwa “The essential question of test validity is how well a test does

the job it is employed to do”. Budi Susetyo (2011), mengutip dari Sutrisno

Hadi, “kesahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk

mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Anastasi dan

Urbina (1997), validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang

mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diberikan pengertian bahwa; 1)

pertama validitas berkaitan dengan pengukuran, 2) validitas memberikan

informasi berkaitan dengan tujuan, 3) validitas berkenaan dengan ketepatan

alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa

yang seharusnya diukur. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengukur

kemampuan siswa dalam kemampuan fisika. Kemudian siswa diberikan soal

dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit-belit sehingga sukar ditangkap

maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat menjawab bukan karena

ketidakmampuan siswa tersebut namun lebih diakibatkan karena tidak

memahami pertanyaan karena panjangnya soal. Soal ini termasuk pada

kategori soal yang tidak valid. Contoh lain, peneliti ingin mengukur

kemampuan berbicara, akan tetapi jusrtu yang menjadi pertanyaan dalam

tesnya adalah mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak.

Pengukur tersebut tidak tepat (tidak valid). Validitas tidak berlaku universal

sebab bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid

untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.

Page 154: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

144

Page 155: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

145

BAB IX

IMPLEMENTASI PADA METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Panelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Dovelopment) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu. Penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian dan pengembangan atau Research and Developmen (R&D) bersifat

longitudinal atau bertahap. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu,

digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan. Sedangkan untuk

menguji keefektifan produk tersebut, diperlukan penelitian untuk menguji

keefektifan produk tersebut.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pengembangan ini adalah untuk

mengembangkan dan menghasilkan bahan ajar berupa buku. Bentuk

pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penggunaan

penelitian deskripsi ini dikarenakan peneliti ingin menggambarkan objek

sesuai apa adanya, tidak terjadi manipulasi data sehingga hasil penelitian yang

diperoleh bersifat nyata sesuai dengan data yang sebenarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain pengembangan

bahan ajar pembelajaran evaluasi pembelajaran berbasis riset pada MK

statistik pendidikan. Adapun lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang. Dalam hal ini

subjek penelitian difokuskan pada mahasiswa semester V Prodi PGMI FITK

UIN Raden Fatah Palembang karena implementasi perkuliahan berbasis riset

telah dicanangkan di Prodi ini.

Page 156: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

146

Desain pengembangan yang digunakan dalam mengembangkan bahan

ajar ini menggunakan model pengembangan adalah Tessmer. Penelitian

pengembangan Tessmer difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan

tahap Prototyping yang menggunakan alur Formatif evaluation. Tahap

preliminary terdiri dari tahap persiapan (analisis) dan pendesainan sedangkan

tahap formatif evalution yang meliputi self evalution, prototyping (expert

review. One-to-one, dan small group), serta field test.

2. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang digunakan meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Preliminary

Tahap ini terdiri dari dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap

pendesainan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan analisis mahasiswa. Analisis

kurikulum dan analisis materi sebagai berikut:

a) Analisis mahasiswa

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari

setiap peserta didik dan mengetahui prestasi serta permasalahan

yang terdapat di kelas dalam pembelajaran, sebagai titik acuan

untuk membuat desain bahan ajar. Setelah melakukan observasi

pada tanggal 10-11 September 2020, maka didapatkan data sebagai

berikut.

(1) Sebagian mahasiswa kurang paham tentang materi statistik

yang sudah dijelaskan oleh dosen.

(2) Banyak mahasiswa yang kurang dalam minat berhitung.

Page 157: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

147

(3) Banyak mahasiswa kurang memahami penerapan evaluasi

pembelajaran pada saat mengoreksi nilai siswa pada saat

magang.

Dari permasalahan yang di atas, dapat diketahui bahwa

penyebabnya yaitu bahan ajar yang digunakan masih terlalu

umum. Akibatnya, aspek implementasi/praktik kurang dipahami

oleh mahasisswa. Maka, wajar saja jika mahasiswa kurang minat

dalam berhiung dalam perkuliahan.

b) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan agar dapat menyesuaikan

kurikulum yang ada di kampus dengan bahan ajar yang kita buat.

Pembuatan bahan ajar diawali dengan menganalisis kurikulum.

Kurikulum yang digunakan oleh Prodi PGMI FITK adalah

kurikulum KKNI. Dalam kurikulum ini, pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan pendekatan integratif. Pendekatan integratif

merupakan pembelajaran yang memadukan antara berbagai tahap

awal dalam analisis kurikulum adalah menentukan capaian

pembelajaran.

Kurikulum mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan

memberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas

wawasan. Kurikulum dilengkapi dengan deskripsi mata

kuliah/modul/blog, silabus, rencana pembelajaran, evaluasi

sebagai upaya memfasilitasi mahasiswa dalam memperdalam

keahliannya sesuai dengan minatnya. Kurikulum harus dirancang

berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman

materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard

Page 158: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

148

skills, keterampilan kepribadian, dan perilaku (soft skills) yang

dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Berdasarkan lokasi penelitian yakni di Prodi PGMI FITK,

maka penelitian ini mengikuti landasan pengembangan

kurikulumnya, sebagaimana penjabaran berikut.

(1) Landasan Yuridis Pengembangan Kurikulum

(a) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional;

(b) Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 Tahun

2012 tentang Pendidikan Tinggi;

(c) Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 08 tahun

2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia nomor 232/U/2000 tentang Pedoman

Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian

Hasil Belajar Mahasiswa;

(e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Pendidikan Tinggi Indonesia;

(f) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang

Pendidikan Tinggi;

(g) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Inddonesia nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar

Nasional Pendidikan Tinggi;

(h) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Inddonesia nomor 81 Tahun 2014 tentang Ijazah,

Page 159: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

149

Sertifikat Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Pendidikan

Tinggi;

(i) Peraturan Menteri Agama RI Nomor 86 Tahun 2013

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja UIN Raden Fatah

Palembang;

(j) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

154 Tahun 2014 tentang Rumpun llmu Pengetahuan dan

Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi;

(k) Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan

Tinggi RI Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar

Nasional Pendidikan Tinggi.

(2) Landasan Integrasi-interkoneksi Ilmu

Penerapannya di prodi PGMI adalah dengan

mengintegrasikan ilmu umum dengan agama. Karena itu,

dalam konteks pengembangan pendidikan Islam, iman, ilmu,

dan amal harus dijadikan domain pendidikan yang lebih

penting dari domain kognitif, afektif dan psikomotrik dari

taksonomi bloom.

Dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam selama ini

terseret dalam alam pikiran modem yang sekuler, sehingga

secara tidak sadar memisahkan antara pendidikan keimanan

(ilmu-ilmu agama) dengan pendidikan umum (ilmu

pengetahuan) dan pendidikan akhlak (etika). Dampaknya

adalah terjadi kemunduran umat Islam dalam bidang ilmu

pengetahuan di tingkatan apapun.

Pendidikan modern memang mengembangkan disiplin

ilmu dengan spesialis secara ketat, sehingga keterpaduan antar

Page 160: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

150

disiplin keilmuan menjadi hilang, dan melahirkan dikotomi

kelompok ilmu-ilmu agama disatu pihak dan kelompok ilmu-

ilmu umum (sekuler) di pihak lain. Dikotomi itu berimplikasi

pada terbentuknya perbedaan sikap di kalangan umat Islam

secara tajam terhadap kedua kelompok ilmu tersebut. Ilmu-

ilmu agama disikapi dan diperlakukan sebagai ilmu Allah

yang bersifat sakral yang wajib dipelajari. Sebaliknya,

kelompok ilmu umum, baik ilmu kealaman, ilmu sosial

maupun humaniora dianggap ilmu manusia, bersifat profan

yang tidak wajib dipelajari. Akibatnya, terjadi reduksi ilmu

agama dan dalam waktu yang sama juga terjadi pendangkalan

ilmu umum. Situasi seperti ini, membawa akibat ilmu-ilmu

agama menjadi tidak menarik karena terlepas dari kehidupan

nyata, sementara ilmu-ilmu umum berkembang tanpa

sentuhan etika dan spiritualitas agama sehingga di samping

kehilangan makna juga bersifat destruktif.

Artinya penerapan keilmuannya adalah dengan

mengembangkan pendidikan yang bersperspektif Qur'ani,

yakni pendidikan yang utuh, yang menyentuh seluruh domain

yang disebut Allah dalam kitab suci (hadlarah al-nash), juga

mendalam dalam kajian-kajian keilmuannya (hadlarah al-

ilm), serta peduli dengan wilayah 'amali, praktis nyata dalam

realitas dan etika (hadlarah al- falsafah).

(Tim Penyususn KKNI PGMI FITK, 2019: 12-13).

c) Analisis Materi

Kegiatan pada tahap analisis materi dilakukan dengan

menganalisis kurikulum KKNI, kompetensi inti, tema dan

Page 161: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

151

subtema, kemudian melakukan pemetaan kompetensi dasar, tujuan

pembelajaran dan materi pembelajaran. Pemilihan materi pada

kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai

pertimbangan sebagai upaya agar materi yang dipilih benar-benar

dapat menunjang pencapaian kompetensi inti dan kompetensi

dasar.

2) Tahap Pendesaian

Pada tahap ini dilakukan pendesaian pengembangan bahan ajar

dalam bentuk prototype awal yang mana ini dibahas dalam penjabaran

selanjutnya.

b. Tahap prototype awal menggunakan alur formative evalution

Implemnetasi tahap formative evalution sebagai berikut:

1. Self evalution adalah tahap dimana peneliti mengevaluasi sendiri bahan

ajar pada tahap preliminary. Hasil pengkajian dan evaluasi disebut

prototype I. Prototyping hasil pendesaian pada prototype I yang

dikembangkan atas dasar self evalution diberikan ke pakar (expert

review) dan siswa (one-to-one) secara bersamaan dari hasil keduanya

dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototype pertama dinamakan

prototype II.

2. Expert review adalah tahap evaluasi prototype I produk pengembangan

bahan ajar, kajian tentang bahan ajar yang telah didesain dan dievaluasi

sendiri oleh peneliti dan pakar. Tanggapan dan saran dari para pakar

(validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi

sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah

valid atau tidak.

Page 162: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

152

3. One-to-one-evalution adalah tahap evaluasi prototype I produk. Tahap

uji coba prototype I kepada tiga mahasiswa PGMI UIN Raden Fatah

Palembang yang dipilih dengan tingkat kemampuan peserta didik

tinggi, rendah, dan sedang. Dari tahap one-to-one diperoleh tingkat

kepraktisan dan respon peserta didik terhadap bahan ajar (Prototype I

). Komentar dan saran yang diberikan peserta didik digunakan juga

untuk merevisi bahan ajar menjadi Prototype II.

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan alat

pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini

metode yang digunakan antara lain:

1. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan

kepada orang lain (responden) sesuai permintaan anggota. Angket yang

digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah angket semu

tertutup. Metode angket diberikan kepada ahli/pakar, dan peserta didik

(mahasiswa) untuk mendapatkan data dan informasi tentang validitas dan

kepraktisan pengembangan bahan ajar.

a. Angket responden untuk ahli/pakar

Angket ini diberikan kepada pakar/ahli pada tahap expert review

yang bertujuan untuk menguji kevalidan bahan ajar yang

dikembangkan. Dalam hal ini peneliti memberikan angket kepada tiga

pakar/ahli meliputi ahli desain, materi dan bahasa sebagai berikut:

1) Ahli Desain

Validasi ahli desain dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu Amir Hamzah,

Page 163: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

153

M.Pd. tujuannya untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang

dikembangkan baik dari segi tampilan, daya tarik, dan sebagainya.

2) Ahli Materi

Validasi ahli materi dilakukan oleh guru yang ahli di bidang

pendidikan atau pembelajaran di Prodi PGMI, yakni Dr. Tutut

Handayani, M.Pd. tujuannya untuk mengetahui kesesuain materi

dalam bahan ajar yang dikembangkan dengan kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator atau tujuan pembelajaran.

3) Ahli Bahasa

Validasi ahli bahasa dilakukan oleh dosen yang ahli di bidang

bahasa yaitu: Hani Atus Sholikhah, M.Pd., tujuannya untuk

mendapatkan penilaian, masukan dan komentar yang

dikembangkan dengan peserta didik.

b. Angket responden untuk peserta didik

Angket ini diberikan pada peserta didik pada tahap one-to-one

yang bertujuan untuk menguji kepraktisan bahan ajar yang

dikembangkan. Selain diberikan pada tahap one-to-one angket

responden untuk peserta didik juga diberikan pada tahap small group

yang bertujuan untuk menguji efektif bahan ajar dikembangkan.

2. Tes

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan

tingkat ketuntasan belajar mahasiswa terhadap materi tertentu. Tes dilakukan

untuk mengetahui keefektifan bahan ajar yang telah peneliti kembangkan.

Page 164: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

154

C. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi data validitas

a. Kisi-kisi angket validasi ahli desain

Tabel 9.1 Kisi-Kisi Validasi Ahli Desain

Aspek Idikator Jumlah

butir

Desain isi

Fabel

Spasi antar teks dan gambar sesuai 1

Tidak menggunakan terlalu banyak

jenis huruf

1

Kreatif dan dinamis 1

Penyajian

Tampilan cover bahan ajar menarik 1

Gambar yang disajikan berhubungan

dengan kejelasan materi

1

Menarik minat melalui komponen

tampilan yang konsisten, terkini dan

bagus

1

Bahasa yang di gunakan sesuai dengan

karakteristik peserta didik

1

Kegrafisan

Kesesuaian pemilihan jenis huruf

dengan karakteristik peserta didik

1

Kesesuian pemilihan ukuran huruf

dengan karakteristik peserta didik

1

Kesesuaian pemilihan warna huruf 1

Lay out dan tata letak menarik 1

Kesesuaian warna dengan materi 1

Kesesuaian ilustrasi/gambar 1

Page 165: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

155

Ilustrasi sampul buku menggambarkan

isi/materi yang disampaikan

1

Jumlah Intrumen 14

b. Kisi-Kisi Angket Valisadi Ahli Bahasa

Tabel 9.2 Kisi-Kisi Validasi Ahli Bahasa

Aspek Indikator Jumlah

Butir

Sesuai dengan

tingkat

perkembangan

peserta didik

Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan peserta didik

1

Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan emosional peserta

didik

1

Komunikatif

Keterpahaman peserta didik terhadap

cerita

1

Kesesuaian ilustrasi dengan subtansi

cerita

1

Dialogis dan

Interaktif

kemampuan peserta didik untuk

merespon cerita

1

Dorongan berfikir kritis pada peserta

didik

1

Kesesuaian

dengan kaidah

bahasa

Indonesia

yang benar

Ketepatan tata bahasa 1

Ketepatan ejaan 1

Jumlah Intrumen 8

Page 166: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

156

c. Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Materi

Tabel 9.3 Kisi-Kisi Validasi Ahli Materi

Aspek Indikator Jumlah

butir

Pendahuluan Kebenaran substansi materi

pembelajaran

1

Isi

Materi disajikan secara sistematis,

jelas dan mudah dipahami

1

Kesesuaian gambar dengan materi 1

Keterangan : Angket diadabtasi dan dikembangkan dari angket

kepraktisan dalam hasil penelitian Pengembangan Bahan Ajar

Berbasis Pendekatan Struktural pada Mahasiswa (Hani Atus

Sholikhah).

2. Kisi-kisi data kepraktisan

Peneliti menggunakan lembar angket (kuisioner) untuk mengetahui

kepraktisan bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 9.4 Kisi-kisi angket responden peserta didik

Aspek Indikator Jumlah

Butir

Pembelajaran

Menumbuhkan semangat belajar 1

Menumbuhkan minat belajar 1

Bahasa yang digunakan mudah

dipahami

1

Page 167: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

157

Desain

Jenis dan ukuran huruf mudah

dibaca 1

Tampilan warna menarik dan jenis 1

Tampilan gambar menarik dan

jelas 1

Jumlah Intrument 6

D. Teknis Analisis Data

1. Analisis Data Validitas

Setelah diketahui jawaban pada tahap expert review, maka peneliti akan

mengubah dari data kualitatif menjadi data kuantitatif untuk mengetahui

kevalidan desain dan bahan ajar yang dikembangkan. Uji kevalidan tersebut

menggunakan skala Likert. Uji kevalidan tersebut dengan menggunakan

rumus berikut.

��

�� 100

Keterangan:

V : Nilai Validasi

F : Perolehan Skor

N : Skor Maksimum

Katerogi validitas pengembangan bahan ajar berdasarkan nilai akhir

yang didapatkan, dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 9.5 Kategori dan Interval Kevalidan

Skor Kategori

81-100 Sangat Valid

61-80 Valid

Page 168: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

158

41-60 Cukup Valid

21-40 Tidak Valid

0-20 Sangat Tidak Valid

2. Analisis Data Kepraktisan

Perhitungan data nilai akhir hasil kepraktisan dalam skala (0-100)

dilakukan dengan menggunakan rumus:

��

�� 100

Keterangan:

V : Nilai Kepraktisan

F : Perolehan Skor

N : Skor Maksimum

Kategori kepraktisan pengembangan bahan ajar berdasarkan nilai akhir

yang didapatkan, dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 9.6 Kategori dan Interval Kepraktisan Bahan Ajar

Skor Kategori

81-100 Sangat Praktis

61-80 Praktis

41-60 Cukup Praktis

21-40 Tidak Praktis

0-20 Sangat Tidak Praktis

3. Analisis Data Efektif

Untuk analisis kompetensi pengetahuan menggunakan persamaan:

Nilai pengetahuan:

���

��� 100

Page 169: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

159

Keterangan:

P : Nilai Pengetahuan

SB : Skor Benar yang diperoleh

SM : Skor Maksimum

Adapun kriteria peneliti penilian kompetensi pengetahuan peserta didik

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 9.7 Kriteria Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Secara individu hasil belajar peserta didik dikategorikan tuntas apabila

telah mencapai kelulusan Palembang yang telah ditentukan yaitu 61.

Sedangkan secara klasik hasil belajar peserta didik dikategorikan tuntas

apabila ≤75% peserta didik mencapai minimal nilai C.

Analisis data hasil belajar peserta didik dihitung dengan menggunakan

persamaan:

Ketuntasan Individu: ∑ KI =��

����100

Ketuntasan Klasikal: ∑ KK =���

����100%

Keterangan:

KI : Ketuntasan Individual

NK : Nilai Kognitif

Predikat Pengetahuan

Nilai Konversi

A 80-100 4.00

B 71-80 3.00

C 61-70 2.00

D 50-60 1.00

E 0-49 0.00

Page 170: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

160

JPT : Jumlah peserta didik yang tuntas

JPS : Jumlah sseluruh peserta didik

Kategori ketuntasan hasil belajar peserta didik (mahasiswa)

berdasarkan nilai akhir yang didapatkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.8 Kategori Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan Individu Ketuntasan Klasikal

Nilai Kategori Presentase Kategori

≥75 Tuntas ≥75% Tuntas

<75 Tidak Tuntas <75% Tidak Tuntas

Kategori keefektifan pengembangan bahan ajar berdasarkan persentase

ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasik pada MK Statistika

Pendidikan.

Kategori efektivitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.9 Kategori dan Interval Efektivitas Bahan Ajar

Ketuntasan Klasikal Kategori

0% - 4% Sangat Tidak Efektif

49% - 61% Tidak Efektif

62% - 74% Kurang Rfrktif

75% - 87% Efektif

88% - 100% Sangat Efektif

Page 171: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

161

BAB X

IMPLEMENTASI PADA HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Prosedur Perancangan

Pengembangan desain pembelajaran berkaitan dengan konsep

pengembangan kurikulum. Alasannya, bahan ajar merupakan bagian dari

proses pembelajaran yang tidak dapat terlepas dari kurikulum. Pada Prodi

PGMI, dilaksanakan kurikulum KKNI sehingga dalam pelaksanaan

pembelajaran, termasuk pengembangan bahan ajar harus mengacu pada

kurikulum KKNI, sebagai berikut (KKNI PGMI FITK UIN Raden Fatah

Palembang, 2019).

a. Landasan Yuridis

Berkaitan dengan hal di atas, desain pembelajaran mengacu pada

kurikulum prodi, yakni kurikulum KKNI. Dalam hal ini, landasan

pengembangannya adalah Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia

(RI) nomor 8 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) RI nomor 73 tahun 2013, mengharuskan Perguruan Tinggi,

Sekolah Tinggi, Institut maupun Universitas (selanjutnya disebut Pendidikan

Tinggi (PT) selambat-lambatnya tahun 2016/2017 menerapkan Kurikulum

mengacu KKNI. Jika masih ada Pendidikan Tinggi yang belum melaksanakan

amanah sebagaimana yang tertuang dalam KKNI dan SN-DIKTI bisa tidak

memperoleh pengakuan alumninya. Menurut Peraturan Presiden No. 8 Tahun

2012 dan UU Pendidikan Tinggi No. 12 tahun 2012, yang dimaksud dengan

KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia atau Indonesian

Qualification Framework) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi

Page 172: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

162

kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan

antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja

dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur

pekerjaan di berbagai sektor. Selain itu juga dipertegas melalui Surat Edaran

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: SE.I/Dj/I/PP.00.9/131/2014

tertanggal 4 Agustus 2014 tentang Kodifikasi Program Studi dan Pelaporan

pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Keaagamaan

Islam.

Selanjutnya, dalam merumuskan kurikulum yang mengintegrasikan

dan meng-interkoneksikan ilmu keislaman dan ilmu umum, program studi dan

fakultas hendaknya menggunakan konsep integrasi-interkoneksi. Integrasi dan

interkoneksi dapat muncul mulai dari rumusan capaian pembelajaran hingga

metode pembelajaran. Untuk menelaah konsep integrasi-interkoneksi ilmu

yang dikembangkan UIN Raden Fatah, berikut ini beberapa landasan yang

digunakan untuk pengembangan kurikulum. Secara rinci, berikut Landasan

Yuridis Pengembangan Kurikulum untuk PGMI:

1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2) Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi;

3) Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 08 tahun 2012 tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

232/U/2000 tentang Pedoman PenyusunanKurikuum Pendidikan

Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi Indonesia;

Page 173: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

163

6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi;

7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Inddonesia

nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;

8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Inddonesia

nomor 81 Tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi dan

Sertifikasi Profesi Pendidikan Tinggi;

9) Peraturan Menteri Agama RI Nomor 86 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Dan Tata Kerja UIN Raden Fatah Palembang ;

10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 154 Tahun

2014 tentang Rumpun llmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar

Lulusan Perguruan Tinggi;

11) Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor

44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

b. Landasan Kebahasaan

Ilmu bahasa memiliki peran penting dalam perguruan tinggi, tak

terkecuali dalam pembelajaran di PTKIN. Fungsi ilmu bahasa adalah untuk

menjembatani keilmuan yang lain di era pendidikan modern dewasa ini.

Pendidikan modern memang mengembangkan disiplin ilmu dengan spesialis

secara ketat, sehingga keterpaduan antar disiplin keilmuan menjadi hilang, dan

melahirkan dikotomi kelompok ilmu-ilmu agama disatu pihak dan kelompok

ilmu-ilmu umum (sekuler) dipihak lain. Dikotomi itu berimplikasi pada

terbentuknya perbedaan sikap dikalangan umat Islam secara tajam terhadap

kedua kelompok ilmu tersebut. Ilmu-ilmu agama disikapi dan diperlakukan

sebagai ilmu Allah yang bersifat sakral yang wajib dipelajari. Sebaliknya,

kelompok ilmu umum, baik ilmu kealaman, ilmu sosial maupun humaniora

Page 174: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

164

dianggap ilmu manusia, bersifat profan yang tidak wajib dipelajari. Akibatnya,

terjadi reduksi ilmu agama dan dalam waktu yang sama juga terjadi

pendangkalan ilmu umum. Situasi seperti ini, membawa akibat ilmu-ilmu

agama menjadi tidak menarik karena terlepas dari kehidupan nyata, sementara

ilmu-ilmu umum berkembang tanpa sentuhan etika dan spiritualitas agama

sehingga di samping kehilangan makna juga bersifat destruktif.

B. Hasil Penelitian

1. Prosedur perancangan Produk Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

Berdasarkan prosedur penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya,

maka untuk mengembangkan bahan ajar ini melalui tahap preliminary (tahap

persiapan dan pendesainan) dan tahap alur Formative Evaluation (Self

Evaluation).

a. Tahap Preliminary

1) Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap pendidik,

kurikulum, dan materi. Tahap ini dilakukan oleh peneliti sebelum

melakukan pendesainan

a) Analisis Pendidik (dosen)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui proses

pembelajaran di kelas terutama metode mengajar yang

digunakan seorang pendidik pada terkhusus pada MK Statistik

Pendidikan dalam materi evaluasi pembelajaran, sebagai titik

acuan untuk membuat desain bahan ajar modul. Salah satu

permasalahan yang didapatkan, yaitu kesulitan belajar

mahasiswa dalam materi penilaian saat evaluasi. Sebagian

Page 175: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

165

siswa kurang paham tentang materi pelajaran yang sudah

dijelaskan oleh dosen. Banyak mahasiswa yang kurang dalam

minat berhitung. Hal tersebut mengakibatkan tidak berjalan

dengan baik ketika kegiatan belajar mengajar. Selain itu,

kurangnya kombinasi cara mengajar pendidik dalam proses

pembelajaran juga berpengaruh. Hal ini membuat proses

pembelajaran cenderung membosankan dan kurang

bersemangat. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan seorang

pendidik dalam mengembangkan metode agar terciptanya

pembelajaran yang aktif.

b) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan agar dapat menyesuaikan

kurikulum yang ada di prodi PGMI dengan bahan ajar yang

dikembangkan. Pembuatan bahan ajar diawali dengan

menganalisis kurikulum. Kurikulum yang umum digunakan

adalah kurikulum KKNI. Berikut ini tabel alur desain

kurikulum dalam bentuk RPS dengan mengacu pada KKNI

Prodi PGMI FITK.

Capaian

Pembelajaran

(CP)

CP Prodi

1. Mampu menunjukkan kinerja

mandiri, bermutu, dan terukur

2. Mampu memecahkan masalah

pekerjaan dengan sifat dan konteks

yang sesuai dengan bidang keahlian

terapannya didasarkan pada

Page 176: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

166

pemikiran logis, inovatif, dan

bertanggung jawab atas hasilnya

secara mandiri

CPL MK

1. Memahami Konsep Probabilitas

2. Memahami Distribusi Probabilitas

Diskrit dan Distribusi Probabilitas

Kontinu

3. Memahami Metode Sampling dan

Teorema Limit Tengah

4. Memahami Estimasi dan Tingkat

Keyakinan

5. Memahami Pengujian Hipotesis Satu

Sampel

6. Memahami Uji Hipotesis Dua

Sampel

7. Memahami Analisis Variansi dan

Analisis Korelasi dan Regresi Linier

8. Memahami Analisis Regresi

Berganda

9. Memahami Bilangan Indeks

10. Memahami Runtut Waktu dan

Peramalan

11. Memahami Metode Nonparametrik:

Uji Kecocokan

12. Memahami Metode Nonparametrik:

Analisis Data Peringkat

Page 177: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

167

13. Memahami Manajemen mutu dan

pengendalian proses secara statistik

Deskripsi

Singkat MK

Mata kuliah statistik ini dirancang untuk

memberikan pengetahuan dasar kepada

para mahasiswa mengenai konsep,

prinsip, pendekatan dan proses

manajemen pengolahan data yang baik

sehingga menghasilkan informasi

keputusan dalam sudut pandang

organisasi bisnis. Setelah mengikuti

perkuliahan ini mahasiswa mampu

menjelaskan tujuan dan manfaat dari

statsitik, mengetahui perkembangan ilmu

statistik dari masa ke masa, mengenal dan

memahami arti ilmu statistik bagi jalannya

suatu organisasi serta kompeten dalam

memahami dan menggunakan aplikasi-

aplikasi statistik.

Materi

Pembelajaran/

Pokok

Bahasan

Mata kuliah statistik ini dirancang untuk

memberikan pengetahuan dasar kepada

para mahasiswa mengenai konsep,

prinsip, pendekatan dan proses

manajemen pengolahan data yang baik

sehingga menghasilkan informasi

keputusan dalam sudut pandang

Page 178: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

168

organisasi bisnis. Setelah mengikuti

perkuliahan ini mahasiswa mampu

menjelaskan tujuan dan manfaat dari

statsitik, mengetahui perkembangan ilmu

statistik dari masa ke masa, mengenal dan

memahami arti ilmu statistik bagi jalannya

suatu organisasi serta kompeten dalam

memahami dan menggunakan aplikasi-

aplikasi statistik.

Pustaka

Lind, D. A., Marchal, W., & Wathen, S.

(2014). Teknik-Teknik Statistika dalam

Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Salemba

Empat.

Lind, Douglas A.; Marchal, William G.;

Wathen, Samuel A.;. (2007). Teknik-

teknik Statsitika dalam Bisnis dan

Ekonomi Menggunakan Kelompok Data

Global (Vol. 1). (C. Sungkono, Trans.)

Jakarta: Salembar Empat.

Mason, Robert D.; Lind, Douglas A.;.

(1996). Teknik-Teknik Statistik untuk

Bisnis & Ekonomi (9th ed.). (E. G.

Sitompul, U. Wikarya, & A. Hendranata,

Trans.) Jakarta: Erlangga.

Page 179: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

169

Media

Pembelajaran

Papan tulis, LCD Projector, Buku,

Diskusi

c) Analisis Materi

Kegiatan pada tahap analisis materi dilakukan dengan

menganalisis KKNI, kompetensi inti, tema dan subtema,

kemudian melakukan pemetaan kompetensi dasar, tujuan

pembelajaran dan materi pembelajaran pada 16 x pertemuan.

Pemilihan materi pada kegiatan ini dilakukan dengan

memperhatikan berbagai pertimbangan sebagai upaya agar

materi yang dipilih benar-benar dapat menunjang pencapaian

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Adapun komponen

penjabaran desain pembelajaran yang akan dicantumkan

dalam bahan ajar yang akan dikembangkan, yaitu sebagai

berikut.

Minggu

ke

Sub CP MK

(sbg

kemampuan

akhir yang

diharapkan

Indikator

Kriteria dan

Bentuk

Penilaian

Metode

Pembelajara

n (estimasi

waktu)

Materi

Pembelaj

aran

Bobot

Penilai

an

1 Mahasiswa

mampu

memahami

kontrak

belajar

selama

perkuliahan

dan

Mahasiswa

dapat:

1. Mengen

al dosen

pengamp

u MK

2. Memaha

mi

Mengerti

dan

menyepakati

kontrak

perkuliahan

Ceramah dan

Diskusi 2X50

menit

Kontrak

Belajar

dan

Perkenal

an

5%

Page 180: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

170

mengenal

dosen

pengampu

kontrak

belajar

hingga

akhir

perkulia

han dan

pembagi

an

keompo

k

presenta

si

2 Memahami

Konsep

Probabilitas

Mampu

menjelaska

n Konsep

Probabilita

s

Mengerti

dan antusias

saat dibuka

sesi tanya

jawab

Ceramah dan

Tanya Jawab

2X50 menit

Konsep

Probabili

tas

10%

3 Memahami

Distribusi

Probabilitas

Diskrit dan

Distribusi

Probabilitas

Kontinu

Mampu

menjelaska

n

Distribusi

Probabilita

s Diskrit

dan

Distribusi

Probabilita

s Kontinu

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

sesi

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen.

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Distribus

i

Probabili

tas

Diskrit

dan

Distribus

i

Probabili

tas

Kontinu

10%

4 Memahami

Metode

Mampu

menjelaska

Tingginya

antusias

Presentasi 30

menit, Tanya

Metode

Sampling

10%

Page 181: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

171

Sampling

dan Teorema

Limit

Tengah

n Metode

Sampling

dan

Teorema

Limit

Tengah

mahasiswa

saat dibuka

sesi

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

dan

Teorema

Limit

Tengah

5 Memahami

Estimasi dan

Tingkat

Keyakinan

Mampu

menjelaska

n Estimasi

dan

Tingkat

Keyakinan

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat

presenter

membuka

sesi

pertanyaan

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit, dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Estimasi

dan

Tingkat

Keyakina

n

10%

6 Memahami

Pengujian

Hipotesis

Satu Sampel Mampu

menjelaska

n

Pengujian

Hipotesis

Satu

Sampel

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

sesi

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Pengujia

n

Hipotesis

Satu

Sampel

10%

Page 182: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

172

7 Memahami

Uji Hipotesis

Dua Sampel

Mampu

menjelaska

n Uji

Hipotesis

Dua

Sampel

tingginya

antusias

mahasiswa

saat

presenter

membuka

sesi

pertanyaan

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit, dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Uji

Hipotesis

Dua

Sampel

10%

8 UTS 30%

9 Memahami

Analisis

Variansi dan

Analisis

Korelasi dan

Regresi

Linier

Mampu

menjelaska

n Analisis

Variansi

dan

Analisis

Korelasi

dan

Regresi

Linier

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Analisis

Variansi

dan

Analisis

Korelasi

dan

Regresi

Linier

10%

10 Memahami

Analisis

Regresi

Bergand Mampu

menjelaska

n Analisis

Regresi

Bergand

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

Presentasi,

Tanya

Jawab, dan

Ceramah

(100 menit)

Analisis

Regresi

Bergand

10%

Page 183: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

173

presenter

dan dosen

11 Memahami

Bilangan

Indeks

Mampu

menjelaska

n Bilangan

Indeks

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Bilangan

Indeks

10%

12 Memahami

Runtut

Waktu dan

Peramalan

Mampu

menjelaska

n Runtut

Waktu dan

Peramalan

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Runtut

Waktu

dan

Peramala

n

10%

13 Memahami

Metode

Nonparametr

ik: Uji

Kecocokan

Mampu

menjelaska

n Metode

Nonparam

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

Metode

Nonpara

metrik:

Uji

10%

Page 184: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

174

etrik: Uji

Kecocokan

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

n kembali 30

menit

Kecocok

an

14 Memahami

Metode

Nonparametr

ik: Analisis

Data

Peringkat

Mampu

menjelaska

n Metode

Nonparam

etrik:

Analisis

Data

Peringkat

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

presenter

dan dosen

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Metode

Nonpara

metrik:

Analisis

Data

Peringkat

10%

15 Memahami

Manajemen

mutu dan

pengendalia

n proses

secara

statistic

Mampu

menjelaska

n

Manajeme

n mutu dan

pengendali

an proses

secara

statistik

Tingginya

antusias

mahasiswa

saat dibuka

beberapa

pertanyaan

dan merasa

terpuaskan

saat

menerima

jawaban dari

Presentasi 30

menit, Tanya

Jawab 40

menit dan

Menerangka

n kembali 30

menit

Manajem

en mutu

dan

pengenda

lian

proses

secara

statistik

10%

Page 185: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

175

presenter

dan dosen

16 UAS 40%

2) Tahap Pendesainan

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pendesainan bahan

ajar materi evaluasi pembelajaran pada Statistik Pendidikan.

Desain tersebut dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

a) Menentukan Desain

Pembuatan desain yang dilakukan oleh peneliti

menggunakan aplikasi pendukung dalam program desain,

seperti Picsart, Paint, Microsoft Office Word, dan Adobe

Acrobat Reader DC (PDF). Dalam pembuatan desain peneliti

memperhatikan beberapa aspek, yakni jenis font, gambar, tata

letak dan warna. Selanjutnya, desain tersebut diberikan

kepada pakar desain untuk dilakukan validasi.

b) Penyusunan Materi

Dalam penyusunan materi, peneliti terlebih dahulu telah

melakukan tahap persiapan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tahap tersebut meliputi analisis peserta didik, analisis

kurikulum dan analisis materi. Materi yang disampaikan

dalam ini menggunakan model pembelajaran berbasis riset

yang memiliki berberapa tahapan atau langkah-langkah, yaitu

menanya, mengumpulkan informasi, diskusi, tanya jawab,

penugasan, serta portofolio.

c) Penyusunan Bahasa

Dalam penyusunan produk, peneliti terlebih dahulu

menelaah bahasa yang ada di dalam buku yang ingin

dikembangkan. Dalam hal ini, peneliti memperhatikan

Page 186: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

176

beberapa aspek bahasa, yakni, lugas, komunikatif, dialogis

dan interaktif, kesesuaian dengan kaidah bahasa serta

perkembangan peserta didik.

Tahap prototyping memiliki 4 (empat) tahapan (self evaluation, expert

review, one to one, dan small group). Adapun pada tahapan yang akan

dilakukan dalam perencanaan desain bahan ajar yang dikembangkan adalah

self evaluation. Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi secara mandiri

terhadap prototype awal yang telah dikembangkan dengan meminta saran dari

Kaprodi selaku pimpinan pada lokasi penelitian. Adapun evaluasi yang

dilakukan peneliti secara mandiri sebelumnya telah dikonfirmasi kepada

pembimbing. Hasil perbaikan pada tahap ini berupa prototype I dilanjutkan ke

tahap expert review.

2. Validitas Produk/Penerapan Bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

Berdasarkan prosedur penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya,

maka untuk mengembangkan bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran

pada MK Statistik Pendidikan yang valid akan melalui tahap alur Formative

Evaluation (Expert Review dan One to One).

a. Expert Review

Pada tahap ini peneliti mengevaluasi produk bahan ajar berbasis

riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan yang telah

didesain dan dievaluasi sendiri oleh peneliti sehingga menjadi

prototype I, selanjutnya divalidasi oleh validator atau ahli. Adapun

teknik validasi yaitu meminta para ahli (validator) untuk memberikan

penilaian dengan mengisi lembar angket validasi yang meliputi angket

Page 187: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

177

validasi ahli desain, angket ahli materi, dan angket ahli bahasa serta

memberi komentar dan saran dari bahan ajar yang dikembangkan. Hasil

validasi pada tahap Expert Review digunakan sebagai dasar untuk

melakukan revisi dan penyempurnaan bahan ajar yang dikembangkan.

Di bawah ini adalah 3 (tiga) orang validator yang akan menjadi

validator bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran pada MK

Statistik Pendidikan.

Tabel 10.1 Validator Bahan Ajar Tahap Expert Review

Validator Ahli Pekerjaan

Amir Hamzah, M.Pd Desain Dosen PGMI

Dr. Tutut Handayani, M.Pd. Materi Dosen PGMI

Hani Atus Solikhah, M.Pd. Bahasa Dosen PGMI

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada ahli untuk

validasi bahan ajar, maka terdapat kesimpulan, yaitu bahan ajar

berbasis riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan dan

layak di ujicobakan dengan revisi sesuai saran. Selain memberikan

penilaian, para ahli juga memberikan komentar dan saran yang

digunakan untuk kebutuhan revisi. Adapun tindakan revisi terhadap

komentar dan saran para ahli dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

1) Validator Ahli Desain

Validasi desain dilakukan untuk mengetahui kualitas dari

desain yang telah dibuat baik dari segi tampilan, daya tarik, dan

sebagainya. Validasi ahli desain ini merupakan dosen tetap

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

UIN Raden Fatah Palembang.

Page 188: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

178

a) Hasil Data Kuantitatif

Validasi ini dilakukan pada tanggal 21-21 Agustus 2019

oleh Amir Hamzah, M.Pd. Aspek yang dinilai dalam angket

ahli desain ini, yaitu desain ukuran buku, sampul bahan ajar,

dan isi bahan ajar. Hasil data kuantitatif dapat dilihat dari

uraian berikut ini.

Tabel 10.2 Instrumen Angket Validasi Desain

Indikator

Penilaian

Butir penilaian Skor Jumlah

Skor

Rata-

rata

Tingkat

validasi

Ukuran

Modul

1. Kesesuaian

ukuran dengan

materi isi bahan

5 5 100 Sangat

Valid

Desain

Sampul

2. Penampilan

unsur letak pada

sampul secara

harmonis dan

kesatuan serta

konsisten

4 20 80 Valid

3. Warna unsur tata

letak harmonis

4

4. Huruf yang

digunakan

menarik dan

mudah dibaca

4

5. Tidak

menggunakan

4

Page 189: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

179

terlalu banyak

kombinasi huruf

6. Menggambarkan

isi/materi ajar

dan

mengungkapkan

karakter obyek.

4

Desain isi

bahan ajar

7. Penempatan

unsur tata letak

konsisten

berdasarkan pola

4 48 80 Valid

8. Pemisahan antar

paragraf jelas

4

9. Bidang cetak dan

marjin

proporsional

4

10. Spasi antar teks

dan ilustrasi

sesuai

4

11. Penempatan

hiasan/ilustrasi

sebagai latar

belakang tidak

mengganggu

judul, teks, dan

angka halaman.

4

12. Tidak

menggunakan

4

Page 190: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

180

banyak jenis

huruf.

13. Penggunaan

variasi huruf

5 (bold, italic, all

capital, small

capital) tidak

berlebihan.

4

14. Lebar susunan

teks normal

4

15. Spasi antar

baris dan huruf

normal

4

16. Mampu

mengungkapkan

makna/arti dari

obyek

4

17. Bentuk akurat

dan proporsional

sesuai dengan

kenyataan

4

18. Kreatif dan

dinamis

4

Jumlah 73 81 Sangat

Vallid

Berdasarkan hasil validasi ahli desain diperoleh data: (1)

aspek ukuran modul mendapatkan rata-rata skor 100 dengan

Page 191: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

181

kategori sangat valid, (2) aspek desain sampul bahan ajar

mendapatkan rata-rata skor 80 dengan kategori valid, (3)

aspek desain isi bahan ajar mendapatkan rata-rata skor 80

dengan kategori valid. Dari ketiga aspek tersebut diperoleh

jumlah skor total 73 dengan total rata-rata skor 81.

Berdasarkan hasil validasi ahli desain tersebut dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan dikategorikan

sangat valid.

b) Data Kualitatif

Dari hasil angket ahli desain diperoleh kritik dan saran

yaitu, desain sudah sangat menarik untuk materi sudah sangat

baik mengingat mahasiswa akan mudah tertarik dalam

mempelajari modul ini sedikit catatan agar mempergunakan

desain grafis untuk mempertajam keunikan modul ini.

2) Validator Ahli Materi

Validasi materi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

materi dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator

yang digunakan oleh sekolah serta kesesuaian dengan kearifan

lokal agar mudah dipahami.

a) Hasil Data Kuantitatif

Validasi ini dilakukan pada tanggal 20-21 Agustus 2019

oleh Dr. Tutut handayani, M.Pd. Aspek yang dinilai dalam

angket ahli materi ini, yaitu kesesuaian materi dengan CP,

keakuratan materi, kemutakhiran materi, mendorong

keingintahuan, teknik penyajian, penyajian pembelajaran dan

Page 192: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

182

hakikat berbasis riset. Hasil validasi ahli materi adalah sebagai

berikut.

Tabel 10.3 Instrumen Angket Validasi Materi

Indikator

Penilaian

Butir penilaian Skor Jumlah

Skor

Rata-

rata

Tingkat

validasi

Kesesuaian

materi dengan

KD

1. Kelengkapan materi 5 15 100 Sangat

Valid

2. Keluasan materi 5

3. Kedalaman materi 5

Keakuratan

materi

4. Keakuratan konsep dan

definis

4 19 76 Valid

5. Keakuratan data dan

fakta

4

6. Keakuratan contoh dan

kasus

4

7. Keakuratan gambar dan

ilustrasi

3

8. Keakuratan istilah-istilah 4

Kemutakhiran

materi

9. Gambar dan ilustrasi

dalam kehidupan sehari-

hari

3 8 80 Sangat

Valid

10. Menggunakan contoh

dank asus yang terdapat

dalam kehidupan sehari-

hari

5

Page 193: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

183

Mendorong

Keingintahuan

11. Mendorong rasa ingin

tahu

5 13 87

12. Menciptakan

kemampuan bertanya

4

13.Mendorongkemampuan

berpikir kritis

4

Teknik

Penyajian

14. Keruntutan konsep 5 5 100

Penyajian

Pembelajaran

15. Keterlibatan peserta

didik

5 5 100

Hakikat riset 16. Materi mendorong

peserta didik memecahkan

suatu masalah

5 5 100

Jumlah 70 87 Sangat

valid

Berdasarkan hasil validasi ahli materi diperoleh data (1)

aspek kesesuaian materi dengan CP mendapatkan rata-rata

skor 100 dengan kategori sangat valid, (2) aspek keakuratan

materi mendapatkan rata-rata skor 76 dengan kategori valid,

(3) aspek kemutakhiran materi mendapatkan rata-rata skor 80

dengan kategori valid, (4) aspek mendorong keingintahuan

mendapatkan rata-rata skor 87 dengan kategori sangat valid,

(5) aspek teknik penyajian mendapatkan rata-rata skor 100

dengan kategori sangat valid, (6) aspek penyajian

pembelajaran mendapatkan rata-rata skor 100 dengan kategori

Page 194: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

184

sangat valid dan (7) aspek hakikat riset mendapatkan rata-rata

skor 100 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan hasil validasi ahli desain tersebut dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar bahan ajar berbasis riset

Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

mendapatkan rata-rata skor 87 dengan kategori sangat valid.

b) Data Kualitatif

Data hasil angket ahli materi diperoleh kritik dan saran,

yaitu dihalaman 5 penomoran dibuat terpisah jangan menyatu

dengan aspek penilaian supaya lebih mudah dimengerti, lebih

memperhatikan ketepatan dalam penulisan agar tidak

membuat bingung.

3) Validator Ahli Bahasa

Validasi bahasa dilakukan untuk mengetahui kualitas bahasa

yang digunakan dalam mengembangkan bahan ajar, baik dari

aspek tingkat perkembangan peserta didik, komunikatif, dialogis,

maupun kesesuaian dengan kaidah kebahasaan yang baik dan

benar. Validator ahli bahasa ini merupakan Dosen Prodi PGMI

UIN Raden Fatah Palembang.

a) Hasil Data Kuantitatif

Validasi dilakukan pada tanggal 19-25 Agustus 2020 oleh

Hani Atus Solikhah, M.Pd. Aspek yang dinilai dalam angket

validasi ahli bahasa ini, yaitu aspek lugas, komunikatif,

dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, dan kesesuaian dengan kaidah bahasa. Hasil

validasi bahasa dapat dilihat dari tabel berikut.

Page 195: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

185

Tabel 10.4 Instrumen Angket Validasi Bahasa

Indikator

Penilaian

Butir penilaian Skor Jumlah

Skor

Rata-

rata

Tingkat

validasi

Lugas 1. Ketepaatan

struktur kalimat

4 13 87 Sangat

Valid

2. Keefektifan

kalimat

4

3. Kebakuan

istilah

5

Komunikatif 4. Pemahaman

terhadap pesan

atau informasi

4 13 87 Sangat

Valid

5. Gambar tidak

menimbulkan

multitafsir

4

6. Konsisten

huruf dan gambar

5

Dialogis dan

interaktif

7. Kemampuan

memotivasi

peserta didik

5 8 80 Valid

8. Mendorong

berpikir kritis

3

Kesesuaian

dengan

perkembangan

peserta didik

9. Kesesuaian

dengan

perkembangan

intelektual

peserta didik

4 7 80 Valid

Page 196: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

186

10. Kesesuaian

dengan tingkat

perkembangan

emosional peserta

didik

3

Kesesuaian

dengan kaidah

bahasa

11. Ketepatan tata

bahasa

4 8 80 Valid

12. Ketepatan

ejaan

4

Jumlah 49 87 Sangat

valid

Berdasarkan hasil validitas ahli bahasa diperoleh data: (1)

aspek lugas mendapatkan rata-rata skor 87 dengan kategori

sangat valid, (2) aspek komunikatif mendapatkan rata-rata

skor 87 dengan kategori sangat valid, (3) aspek dialogis dan

interaktif mendapatkan rata-rata skor 80 dengan kategori

valid, (4) aspek kesesuaian dengan perkembangan peserta

didik mendapatkan rata-rata skor 80 dengan kategori valid,

dan (5) aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa mendapatkan

rata-rata skor 80 dengan kategori valid.

Berdasarkan hasil validasi ahli bahasa tersebut dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan mendapatkan

rata-rata skor 87 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh tiga pakar

melalui tahapan Expert Review ini maka bahan ajar berbasis

Page 197: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

187

riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

dapat dikategorikan sangat valid (dengan angket validasi ahli

terlampir). Berikut hasil penilaian lembar angket validasi oleh

tiga ahli.

Tabel 10.5 Hasil Penilaian Lembar Angket Validasi

Validator Skor Kategori

Amir Hamzah, M.Pd 81 Sangat Valid

Dr. Tutut Handayani,

M.Pd

82 Sangat Valid

Hani Atus Solikhah,

M.Pd.

87 Sangat Valid

Rata-Rata Skor 85 Sangat Valid

b. Hasil Validasi Berdasarkan One to One

Pada tahap ini, bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran

pada MK Statistik Pendidikan yang sudah diperbaiki dan dinyatakan

valid pada tahap Expert Review diujicobakan pada peserta didik yang

merupakan mahasiswa Prodi PGMI.

1) Data Hasil Kuantitatif

Pada tahap One to One, peserta didik diminta untuk

mengamati bahan ajar yang telah dikembangkan. Setelah selesai

mengamati, peserta didik diminta untuk mengisi lembar angket

yang telah disediakan. Dengan memperhatikan hasil angket yang

telah diisi oleh peserta didik, maka peneliti akan mengetahui

apakah bahan ajar yang telah dikembangkan perlu diperbaiki atau

tidak. Berikut hasil angket One to One dari peserta didik.

Page 198: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

188

Adapun nama-nama peserta didik yang menjadi responden,

yaitu sebagai berikut.

a) Ratna Sari Juwita

b) Rani Setiawati

c) Qurniaty

Tabel 10.6 Angket One to One

a) Ratna Sari Juwita

No Aspek Indikator Penilaian Komentar dan saran

1 2 3 4 5

1 Pembelajaran

Menumbuhkan

semangat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

semangat belajar

Menumbuhkan

minat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

berminat untuk

belajar

Bahasa yang

digunakan mudah

dipahami

√ Dalam pembelajaran

ini bahasa juga

mudah dipahami

2 Desain

Jenis dan ukuran

huruf mudah

dibaca

√ Ukuran huruf besar,

enak dibaca

Tampilan warna

menarik dan jenis

√ Warna ayang

digunakan menarik

Tampilan gambar

menarik dan jelas

√ Gambar sangat indah

dan bagus

Page 199: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

189

b) Rani Setiawati

No Aspek Indikator Penilaian Komentar dan saran

1 2 3 4 5

1 Pembelajaran

Menumbuhkan

semangat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

semangat belajar

Menumbuhkan

minat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

berminat untuk

belajar

Bahasa yang

digunakan mudah

dipahami

√ Dalam pembelajaran

ini bahasa juga

mudah dipahami

2 Desain

Jenis dan ukuran

huruf mudah

dibaca

√ Ukuran huruf besar,

enak dibaca

Tampilan warna

menarik dan jenis

√ Warn ayang

digunakan menarik

Tampilan gambar

menarik dan jelas

√ Gambar sangat indah

dan bagus

c) Qurniaty

No Aspek Indikator Penilaian Komentar dan saran

1 2 3 4 5

1 Pembelajaran

Menumbuhkan

semangat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

semangat belajar

Page 200: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

190

Menumbuhkan

minat belajar

√ Pembelajaran

membuat kami

berminat untuk

belajar

Bahasa yang

digunakan mudah

dipahami

√ Dalam pembelajaran

ini bahasa juga

mudah dipahami

2 Desain

Jenis dan ukuran

huruf mudah

dibaca

√ Ukuran huruf besar,

enak dibaca

Tampilan warna

menarik dan jenis

√ Warn ayang

digunakan menarik

Tampilan gambar

menarik dan jelas

√ Gambar sangat indah

dan bagus, hanya ada

yang belum sesuai.

Tabel 10.7 Hasil Penilaian Angket One to One

Nama Nilai Skor Tingkat Validitas

Ratna Sari Juwita 30 100 Sangat Valid

Rani Setiawati 29 97 Sangat Valid

Qurniaty 29 97 Sangat Valid

Rata- rata 98 Sangat Valid

Berdasarkan hasil validasi angket One to One oleh teman

sebaya diperoleh data: (1) penilaian pertama mendapatkan rata-

rata skor 100 dengan kategori sangat valid, (2) penilaian kedua

mendapatkan rata-rata skor 97 dengan kategori sangat valid, dan

Page 201: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

191

(3) penilaian ketiga mendapatkan rata-rata skor 97 dengan

kategori sangat valid.

Berdasarkan hasil validasi dari one to one tersebut dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan mendapatkan rata-

rata skor 98 dengan kategori sangat valid.

2) Data Kualitatif

Dari data angket One to One diperoleh komentar dan saran,

yaitu agar bahan ajar lebih diperdalam lagi pada aspek latihan-

latihan. Selain itu, adanya lanjutan pendalaman yang sesuai dengan

menjabarkan bersama dalam berdiskusi.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh peserta didik

melalui tahapan One to One ini maka bahan ajar berbasis riset

Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan dapat

dikategorikan valid (dengan angket One to One terlampir).

Berdasarkan hasil pada angket One to One di atas, diperoleh

komentar dan saran untuk kebutuhan revisi bahan ajar yang

dikembangkan setelah bahan ajar telah divalidasi oleh pakar/ahli

pada tahap Expert Review dan diujicoba pada tahap One to One

akan digunakan untuk melakukan revisi atau perbaikan prototype

I menjadi prototype II.

3. Hasil Kepraktisan bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran

pada MK Statistik Pendidikan

Berdasarkan prosedur penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya,

maka uji bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik

Pendidikan dilaksanakan dengan memberikan instrumen angket kepada

peserta didik sebagai responden. Tujuan uji kepraktisan terhadap bahan ajar

Page 202: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

192

yang dikembangkan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan dalam

memahami dan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan.

Uji kepraktisan responden terhadap bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan dilakukan dengan memberikan

instrumen angket. Uji kepraktisan ini akan diujicobakan pada alur Formative

Evaluation (Small Group).

Pada tahap Small Group, bahan ajar pada prototype II hasil revisi pada

tahap Expert Review dan One to One akan diujicoba pada kelompok kecil yang

terdiri dari 6 peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda. Tahap Small

Group ini dilaksanakan pada 14 Oktober 2019.

Peserta didik diminta untuk mengamati dan mengerjakan perintah yang

dikembangkan oleh peneliti. Kemudian, peserta didik mengisi angket yang

telah diberikan.

Peneliti melakukan interaksi secara langsung dengan peserta didik

untuk membantu mengarahkan dalam mengisi angket agar tidak mengalami

kesulitan. Dengan demikian hal ini dapat memberikan pendapat apakah bahan

ajar tersebut perlu diperbaiki atau tidak.

Pada tahap Small Group ini, tampak peserta didik menyukai bahan ajar

yang dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket respon peserta didik

sebagai berikut.

Tabel 10.8 Hasil Angket Small Group

Nama Jumlah Skor Tingkat Kepraktisan

Ratna Sari Juwita 98 Sangat Praktis

Rani Setiawati 97 Sangat Praktis

Qurniati 96 Sangat Praktis

Lira Sonya Jelira 98 Sangat Praktis

Page 203: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

193

Masnila 96 Sangat Praktis

Mega Pratiwi 97 Sangat Praktis

Jumlah 97 Sangat Praktis

Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan

ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

mendapatkan rata-rata skor 97 dengan kategori sangat praktis.

4. Hasil Keefektifan Bahan Ajar Berbasis Riset Evaluasi Pembelajaran

Pada Mk Statistik Pendidikan

Untuk melihat keefektifan bahan ajar berbasis riset Evaluasi

Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan menggunakan tes atau evaluasi.

Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui aspek kognitif saja.

Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2019. Pada pertemuan

ini diadakan evaluasi akhir untuk menilai hasil belajar peserta didik yang

digunakan untuk melihat keefektifan bahan ajar yang dikembangkan.

Pada evaluasi tersebut, peneliti menyajikan 20 soal berbentuk pilihan

ganda. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat mengukur pemahaman peserta

didik tentang materi yang telah disampaikan terdapat dalam bahan ajar

Evaluasi Pembelajaran berbasis riset pada MK Statistik Pendidikan.

Dalam tahapan alur desain evaluasi formatif, tahap ini disebut sebagai

tahap field test. Pada tahap akhir ini, ada beberapa peserta didik yang

mendapatkan nilai memuaskan dan ada juga yang mendapatkan nilai kurang

baik. Nilai tersebut didapat berdasarkan analisis data hasil belajar peserta didik

dihitung dengan menggunakan persamaan:

∑KI = NK

100X 100

∑KK = JPT

JSPX 100%

Page 204: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

194

Keterangan:

KI : Ketuntasan Individual

NK : Nilai Kognitif

KK : Ketuntasan Klasikal

JPT : Jumlah peserta didik yang tuntas

JSP : Jumlah Seluruh peserta didik

Kategori ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 10.9 Kategori Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan Individual Ketuntasan Klasikal

Nilai Kategori Presentase Kategori

≥75 Tuntas ≥70% Tuntas

<75 Tidak Tuntas <70% Tidak Tuntas

Adapun data-data nilai peserta didik setelah mengerjakan soal tes pada

tahap field test, yaitu sebagai berikut.

Tabel 10.10 Nilai Ketuntasan pada Tahap Field Test

No. Nama Peserta Didik Nilai Keterangan

1. Dewi Indriani 85 Tuntas

2. Dewi Wulandari 80 Tuntas

3. Diah Puspa Haini 75 Tuntas

4. Eka Ramadhanti 75 Tuntas

5. Evie Irawati 85 Tuntas

6. Fazaria Eka Yulita 90 Tuntas

Page 205: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

195

7. Heni Widari 85 Tuntas

8. Indah Pratiwi 90 Tuntas

9. Indah Rizki Meiguanti 90 Tuntas

10. Jamila Mandasari 95 Tuntas

11. Jenny saskia Anjani 80 Tuntas

12. Lira Sonya Jelira 86 Tuntas

13. Masnila 75 Tuntas

14. Mega Pratiwi 76 Tuntas

15. Meina Wati Dewi 80 Tuntas

16. Meissy Yolanda Putri 75 Tuntas

17. Ratna Sari Juwita 90 Tuntas

18. Nabilla Muslima 90 Tuntas

19. Nindi Widi Astuti 80 Tuntas

20. Novita Istiqomah 80 Tuntas

21. Novita Utami 85 Tuntas

22. Nur Izza Herrani 80 Tuntas

23. Nurizah 85 Tuntas

24. Oktariana Putri Rahmawati 80 Tuntas

25. Pitriani 90 Tuntas

26. Putri Ayu Ayesha 90 Tuntas

Page 206: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

196

27. Qurniaty 80 Tuntas

28. R. A. Wasilla Titania RAnti 80 Tuntas

29. Rahmi Retni Herlyanti 85 Tuntas

30. Rani Setiya Wati 80 Tuntas

Total 2497

Rata-rata 83

Kategori Efektif

Dari data diperoleh, dapat diketahui bahwa pada tahap field test di atas

diperoleh hasil evaluasi peserta didik dalam ketuntasan belajar secara klasikal

dapat tercapai dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata 83,

artinya ketuntatasan sebesar 100% yang diperoleh mahasiswa berjumlah 30

orang. Rata-rata tersebut dapat dikategorikan efektif karena telah melewati

batas nilai kelulusan MK, yakni 70/C.

Berdasarkan pencapaian nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

bahan ajar berbasis riset Evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan

terkategori efekif dalam mencapai hasil belajar peserta didik.

C. Pembahasan Penelitian

Penelitian ini mengangkat konsep evaluasi pembelajaran dengan

kolaborasi statistik. Pada dasarnya, evaluasi dapat dijadikan alat dalam proses

penghitungan untuk mengumpulkan data dalam rangka pencapaian belajar

kelas atau kelompok dan kemudian menghasilkan sebuah keputusan. Hasil

penghitungan evaluasi diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar

lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi

Page 207: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

197

memberikan informasi bagi kelas dan guru untuk meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar. Informasi yang digunakan untuk mengevaluasi

program pembelajaran harus memiliki kesalahan sekecil mungkin karena

evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgment terhadap hasil penilaian.

Dalam pelaksanaannya materi evaluasi memiliki hubungan dengan

pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan evaluasi (evaluation)

bersifat hirarkis. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan

kriteria angka, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,

sedangkan Evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku yang

di dalamnya ada pengambilan keputusan seperti tuntas/tidak tuntas, naik/tidak

naik atau lulus/tidak lulus. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa setiap

kegiatan evaluasi melibatkan penilaian dan pengukuran. Penilaian berarti

menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan

terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri pada ukuran atau kriteria tertentu,

seperti menilai seseorang sebagai orang yang pandai karena memiliki skor tes

inteligensi lebih dari 120, sedangkan evaluasi mencakup baik kegiatan

pengukuran maupun penilaian.

Dari beberapa pengertian di atas tentang evaluasi, dapat dipahami

bahwa kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan pengukuran dan penilaian. Evaluasi merupakan

kegiatan yang sangat sistematis dan mencakup pengukuran dan penilaian

secara keseluruhan pada saat dimulainya suatu program pembelajaran sampai

berakhirnya program tersebut.

Dalam penelitian ini, titik fokus lebih diarahkan pada bagaimana

melihat efek dari produk yang diciptakan. Harapannya, produk yang didesain

sedemikian rupa, yang telah diuji valid tidaknya, bahkan praktis tidaknya,

diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peserta didik/mahasiswa.

Page 208: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

198

Karenanya, dalam penelitian ini, setidaknya ada dua aspek yang dapat dibahas

secara mendalam, yakni aspek bagaimana tes itu dikembangkan dan

bagaimana hasil akhirnya (efektivitasnya), sebagaimana dalam penjabaran

berikut.

1. Prosedur Pengembangan Tes

Membuat tes yang berkualitas, diperlukan langkah-langkah dalam

membuat tes tersebut (Djaali dan Pudji, 2012):

a. Menetapkan Tujuan Tes

Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan,

seperti: Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan Ujian Nasional

(UN) atau ujian lain yang sejenis dengan UN. Kedua, tes yang

bertujuan untuk mengadakan seleksi, misalnya untuk ujian saringan

masuk perguruan tinggi atau untuk menentukan penerima beasiswa

bagi murid yang berbakat. Ketiga, tes yang bertujuan untuk

mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal dengan sebutan tes

diagnostik.

Untuk UN diperlukan tes yang terdiri atas butir-butir yang mudah

sampai dengan yang sukar. UN merupakan Mastery Test. Dari hasil UN

dapat dilihat mastery level murid, yakni sejauh mana ia mengusai suatu

bidang studi. Untuk tujuan seleksi dibutuhkan tes dengan butir-butir

soal yang tingkat kesukarannya disesuaikan dengan proporsi antara

yang akan diterima dengan pelamar. Tingkat kesukaran soal akan lebih

tinggi jika calon yang akan diseleksi cukup banyak. Biasanya diambil

butir-butir soal yang tingkat kasukarannya di atas rata-rata (kalau butir-

butir soal itu diambil dari soal-soal UN).

Page 209: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

199

Untuk Tes diagnostik, soal-soalnya harus berbentuk uraian, karena

soal bentuk obyektif tidak mempunyai fungsi diagnostik. Artinya

seorang siswa yang menjawab salah satu soal bentuk obyektif tidak

dapat diketahui mengapa ia menjawab salah, sedangkan melalui tes

bentuk uraian kita dapat menelusuri jawaban siswa untuk mengetahui

mengapa seseorang menjawab salah, atau bagian mana kesulitan siswa,

sehingga dia menjawab salah soal tersebut.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa untuk tes

diagnostik, butir-butir soal harus dinilai menurut pokok bahasan atau

sub pokok bahasan. Sebagai contoh sebuah tes berhitung dengan 60

butir soal, terdiri atas penjumlahan 15 soal, pengurangan 15 soal,

perkalian 15 soal, dan pembagian 15 soal. Siswa A dapat menjawab

semua soal tentang penjumlahan dan pengurangan, tapi untuk

perkalian, hanya mampu menyelesaikan dengan benar 6 soal,

sedangkan untuk pembagian ia gagal total. Skor akhir yang ia peroleh

adalah 6. Kalau dilihat dari nilai tersebut, maka si anak itu dapat naik

kelas. Padahal ia akan gagal lagi di kelas-kelas yang lebih tinggi karena

justru di sana sangat ditekankan pengetahuan tentang perkalian dan

pembagian. Siswa akhirnya tidak bisa naik terus setelah dua kali

mengulang di kelas yang sama, ia dikeluarkan dari sekolah. Sungguh

fatal sekali. Jumlah drop-out bertambah hanya karena tidak ada

diagnosis. Jadi kalau tes tersebut dibuat untuk diagnostik, maka bukan

nilai akhir itu yang diperhatikan, melainkan nilai pada setiap pokok

bahasan.

Dengan demikian, dapat dibuat remedial teaching untuk

memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai perkalian dan

pembagian. Anak itu dapat tertolong dari keadaan fatal tadi. Oleh

Page 210: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

200

karena itu, penyusunan soal-soal tes harus disesuaikan dengan tujuan

tes yang akan diselenggarakan.

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap

pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah

item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot

soal untuk bentuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes. Menentukan

bobot untuk setiap pokok bahasan tersebut dilakukan berdasarkan

jumlah jam pertemuan yang tercantum dalam kurikulum.

c. Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya

Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya

mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu

menentukan bobot setiap pokok bahasan. Akan tetapi, dalam analisis

buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan

jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber

materi belajar lainnya. Tes yang akan disusun diharapkan dapat

mencakup seluruh construct atau content (populasi materi) yang

diajarkan. Untuk itu, kedua langkah yang disebutkan tersebut sangat

diperlukan untuk memperkecil eror dalam memilih sampel soal. Hal ini

penting karena apabila soal tidak disampel akan menghasilkan beratus-

ratus soal pada tiap bidang studi untuk mewakili populasi materi yang

pernah diajarkan. Hal ini sangat sulit dilakukan mengingat waktu yang

dibutuhkan peserta tes dalam menyelesaikan tes dengan butir soal

sebanyak itu terlalu lama. Untuk dapat memilih sampel yang tepat

diperlukan (a) analisis kurikulum, dan (b) analisis buku pelajaran dan

sumber materi belajar lainnya.

Page 211: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

201

d. Membuat kisi-kisi

Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik,

dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar

item-item atau butir-butir tes mencakup keseluruhan materi (pokok

bahasan atau sub pokok bahasan) secara proporsional, maka sebelum

menulis butir-butir tes terlebih dahulu kita harus membuat kisi-kisi

sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi memuat jumlah butir yang harus

dibuat untuk setiap bentuk soal dan setiap pokok bahasan serta untuk

setiap aspek kemampuan yang hendak diukur.

e. Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan. TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena

itu harus dirumuskan secara operasional, dan secara teknis

menggunakan kata-kata operasional.

f. Penulisan Soal

Setelah kisi-kisi dalam dalam bentuk tabel spesifikasi telah

tersedia, maka kita akan membuat butir-butir soal atau item-item tes.

Banyaknya butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal dan untuk

setiap pokok bahasan, serta untuk setiap aspek kemampuan yang

hendak diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-

kisi. Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat

butir-butir soal atau item-item tes (khususnya tes matematika sebagai

contoh), yaitu:

1) Soal yang dibuat harus valid (validitas konstruk) dalam arti mampu

mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan.

2) Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu

Page 212: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

202

kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain

yang tidak relevan. Oleh karena itu, soal matematika yang dibuat

harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah

dimengerti, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir atau tafsiran

ganda.

3) Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan

dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes

yang sesungguhnya. Untuk soal bentuk uraian, dari penyelesaian

dengan langkah-langkah lengkap tersebut dapat dikembangkan

pedoman penilaian untuk setiap soal.

4) Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin

kesalahan-kesalahan ketik betapapun kecilnya, karena hal itu akan

mempengaruhi validitas soal.

5) Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk

setiap soal matematika yang dibuat.

6) Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk

setiap bentuk soal matematika dalam suatu tes.

g. Reproduksi tes terbatas

Tes yang sudah dibuat (sudah jadi) diperbanyak dalam jumlah

yang cukup menurut jumlah sampel uji-coba atau jumlah peserta yang

akan mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji-coba tes.

h. Uji-coba Tes

Tes yang sudah dibuat dan sudah direproduksi atau diperbanyak

itu akan diuji-cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan.

Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih

sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya. Untuk itu,

Page 213: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

203

cara penentuan sampel yang harus dilakukan dengan menggunakan

metode yang tepat dan disesuaikan dengan tujuan uji-coba.

i. Analisis hasil uji coba

Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama

analisis butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan

fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut diadakan

seleksi soal dengan menggunakan kriteria (kriteria validitas) tertentu.

Soal-soal yang tidak valid akan didrop dan soal-soal yang valid akan

ditetapkan untuk dipakai atau dirakit menjadi suatu tes yang valid.

Untuk memberikan gambaran mengenai kualitas tes tersebut secara

empirik dihitung reliabilitasnya.

j. Revisi soal

Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik

dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah

memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan,

soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, tetapi apabila

soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil

konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap

beberapa soal yang diperlukan atau dapat disebut sebut sebagai revisi

soal.

k. Merakit soal menjadi tes

Soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok

bahasan serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit

menjadi sebuah tes yang valid. Urutan soal dalam suatu tes pada

umumnya dilakukan menurut tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal

yang mudah sampai soal yang sulit.

Page 214: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

204

2. Efektivitas dalam Hasil Belajar

Setelah mengembangkan produk berupa bahan ajar berbasis riset

evaluasi Pembelajaran pada MK Statistik Pendidikan, maka akhir dari

penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pembelajaran dengan

menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan. Menurut Sumilasari

(dalam Mila Alfana) pengertian efektif adalah dapat membawa hasil. Dalam

hal ini, keefektifan yaitu adanya konsistensi materi yang ada dalam kurikulum

dengan hasil belajar peserta didik dan pengalaman peserta didik dalam belajar

(Mila Alfana, 2015: 2251). Dengan kata lain, keefektifan suatu bahan ajar

dilihat dari tingkat keberhasilan yang dicapai pesera didik setelah proses

pembelajaran. Berikut adalah salah satu dokumentasi pada saat mahasiswa

sedang berdiskusi dalam materi statistik.

Gambar di atas memperlihatkan bahwa mahasiswa aktif merespon

video setelah sebelumnya sedang mengamati serta memperhatikan video

Page 215: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

205

materi yang terdapat dalam bahan ajar berbasis pendekatan riset dimana

mahasiswa aktif juga merespon antar sejawat. Kegiatan ini menunjukkan

bahwa mahasiswa kondusif pada saat proes pembelajaran yang sedang

berlangsung.

Selanjutnya, kriteria keefektifan bahan ajar ini mengacu pada

ketuntasan hasil belajar. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas, apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah peserta didik memperoleh nilai sebesar

75. Keefektifan bahan ajar dikembangkan dilihat dari hasil belajar peserta

didik pada evaluasi akhir atau pada tahap field test. Pengukuran evaluasi

dilakukan melalui tes yang mengukur penilaian dalam ranah kognitif. Tes yang

digunakan dalam tahap ini adalah soal pilihan ganda dengan total soal

sebanyak 20 butir, dengan masing-masing soal mendapat skor 5.

Sementara itu, implementasi pelaksanaan bahan ajar berbasis riset

adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam

bentuk pernyataan atau pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi

proses pembelajaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Apakah strategi pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh

pendidik efektif

2) Apakah media pembelajaran yang digunkan oleh pendidik efektif

3) Apakah cara mengajar pendidik menarik dan sesuai dengan pokok

materi sajian yang dibahas, mudah diikuti dan berdampak peserta

didik mudah mengerti materi sajian yang dibahas

4) Bagaimana persepsi peserta didik terhadap materi sajian yang

dibahas berkenaan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai

Page 216: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

206

5) Apakah peserta didik antusias untuk mempelajari materi sajian

yang dibahas

6) Bagaimana peserta didik mensikapi pembelajaran yang

dilaksankan oleh pendidik

7) Bagaimana cara belajar peserta didik mengikuti pembelajaran

yang dilaksanakan oleh pendidik

b. Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi

proses dan pelaksana evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran

berbentuk matriks dengan kolom-kolom berisi tentang: nomor urut,

informasi yang dibutuhkan, indikator, metode yang mencakup teknik

dan instrumen, responden dan waktu. Selanjutnya pelaksana evaluasi

proses adalah pendidik mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam

pelaksanaanya, mahasiswa melaksanakannya secara diskusi dengan

dipandu oleh dosen, sebagaimana gambar berikut.

Dalam gambar ini, terlihat bahwa mahasiswa sedang menjawab

pertanyaan dari dosen sebagai peneliti tentang bagaimaan membuat

Page 217: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

207

rangkaian desain soal. Jadi, dengan adanya kegiatan ini akan membuat

mahasiswa berani dalam mengemukakan pendapat dan mudah

berinteraksi antar teman sebayanya.

c. Penyusunan instrument evaluasi

Instrument evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh

informasi deskriptif dan atau informasi judgemental dapat terwujud:

1) Lembar pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang

kegiatan belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang

dilaksankan oleh pendidik dapat digunakan oleh pendidik sendiri

atau oleh peserta didik untuk saling mengamati,

2) Kuesioner yang harus dijawab oleh peserta didik berkenaan

dengan strategi pembelajaran yang dilaksanakan pendidik, metode

dan media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, minat,

persepsi peserta didik tentang pembelajaran untuk suatu materi

pokok sajian yang telah terlaksana.

d. Pengumpulan data atau informasi

Pengumpulan data atau informasi dilakankan secara obyektif dan

terbuka agar diperoleh infromasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat

bagi peningkatan mutu pembelajaran.

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir

pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu

kompetensi dasar dengan maksud pendidik dan peserta didik

memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan

satu kompetensi dasar.

Page 218: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

208

e. Analisis dan interpretasi

Analisi dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah

data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil

evaluasi berkenaan dengan proses pembelajaran yang telah terlaksana;

sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil

analisis proses pembelajaran.

Analisis dan interpretasi dapat dilaksankan bersama oleh pendidik

dan peserta didik agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan

dipahami oleh pendidik dan pesertadidik sebagai bahan dan dasar

memperbaiki pembelajaran selanjutnya.

f. Tindaklanjut

Tindaklanjut merupakan kegiatan menindaklanjut hasil analisis

dan interpretasi. Dalam evaluasi proses pembelajaran tindaklanjut pada

dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan

selanjutnya dan evaluasi pembelajarannya. Pembelajaran yang akan

dilaksanakan selanjutnya merupakan keputusan tentang upaya

perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya

peningkatan mutu pembelajaran; sedang tindaklanjut evaluasi

pembelajaran berkenan dengan pelaksanaan dan istrumen evaluasi

yang telah dilaksankan mengenai tujuan, proses dan instrument

evaluasi proses pembelajaran.

Page 219: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

209

BAB XI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan penelitian, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Perancangan desain bahan ajar evaluasi pembelajaran berbasis riset

pada MK Statistik Pendidikan dapat digunakan untuk diuji validitasnya

yang dilaksanakan pada tahap Expert Review dan One to One. Hal ini

terlihat dari penilaian pada tahap self evaluation berupa komentar dan

saran yang digunakan untuk merevisi bahan ajar untuk dijadikan

prototype I sehingga dapat diuji validitasnya pada tahap berikutnya.

2. Bahan ajar evaluasi pembelajaran berbasis riset pada MK Statistik

Pendidikan terkategori valid. Hal ini terlihat dari penilaian hasil angket

validasi yang dilakukan pada tahap Expert Review dengan skor 85 dan

One to One berupa skor dengan rata-rata sebesar 98 dan komentar

beserta saran yang berguna untuk revisi bahan ajar menjadi prototype

II. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang

dikembangkan tersebut memenuhi kriteria valid.

3. Bahan ajar evaluasi pembelajaran berbasis riset pada MK Statistik

Pendidikan terkategori sangat praktis. Hal ini terlihat dari penilaian

hasil angket kepraktisan yang dilakukan pada Small Group berupa skor

dengan rata-rata sebesar 97. Dengan demikian, maka dapat dikatakan

bahwa bahan ajar yang dikembangkan tersebut memenuhi kriteria

praktis.

4. Bahan bahan ajar evaluasi pembelajaran berbasis riset pada MK

Statistik Pendidikan terkategori sangat efektif. Hal ini terlihat dari

penilaian hasil tes kefektifan yang dilakukan pada Field Test berupa

Page 220: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

210

skordengan rata-rata sebesar 83 atau tuntas/lulus semua. Dengan

demikian, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan

tersebut memenuhi kriteria efektif.

B. Rekomendasi

Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti/penulis selanjutnya, hendaknya penelitian ini dapat

dijadikan acuan atau kajian selanjutnya untuk meneliti dan

mengembangkan bahan ajar berbasis riset pada Mata Kuliah atau

pembelajaran yang berbeda.

2. Bagi dosen, hendaknya dapat bahan ajar evaluasi pembelajaran

berbasis riset pada MK Statistik Pendidikan ini sebagai sumber

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analisis

dan memecahkan masalah peserta didik.

3. Bagi peserta didik/mahasiswa, hendaknya dapat menggunakan bahan

ajar evaluasi pembelajaran berbasis riset pada MK Statistik Pendidikan

sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam

berpikir kritis, analisis dan memecahkan masalah.

4. Bagi lembaga, hendaknya dapat digunakan sebagai bahan ajar

pendukung sehingga diharapkan dapat memotivasi dosen dan

mahaasiswa serta dapat meningkatkan mutu dan kualitas lembaga.

Page 221: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

211

DAFTAR PUSTAKA

Amirono & Daryanto. (2016). Evaluasi & Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogakarta: Penerbit Gava Media.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arlitasari, Oni, Puja Pujayanto dan Rini Budiharti, “Pengembangan Bahan Ajar Ips Terpadu Berbasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan,” Jurnal Pendidikan Fisika 1, no. 1 (27 april 2013).

Asrul, dkk. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.

Awalludin. (2017). Pengembangan Buku Teks Sinteksis Bahasa Indonesia.Yogyakarta: CV Budi Utama.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dick, Walter; Lou Carey; James O. Carey. (2005). The Systematic Design of Instruction. Boston: Pearson.

Djaali dan Pudji Muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Grasindo. Jakarta.

Gronlund,. N.E dan Linn, R.L. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. McMillian Publishing Company.

Hani Atus Sholikhah, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Struktural pada Mahasiswa PGMI FITK UIN Raden Fatah Palembang, 2019. Palembang: LPPM UIN Raden Fatah Palembang.

Indra, Jaya. (2019). Penerapan Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Kurniawati, Ika. (2015). Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Belajar. Yogyakarta: CV Mulia.

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 222: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

212

Mila, Alfana, (2015). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa IPA Terpadu berbasis Kontruktivisme Tema Energi dalam Kehidupan untuk Siswa SMP. Vol. 1 No. 4, hlm. 2251.

Mudlofar, Ali. (2012). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Prastowo, Andi. (2018). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Rina, Febriana. (2019). Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: BumiAksara.

Rusydi, Ananda & Muhammad Fadhli. (2018). Statistik Pendidikan Teori dan PraktikDalam Pendidikan. Sampali Medan: CV. WidyaPuspita.

Sholikhah, Hani Atus. (2018). “Pengembangan Desain Pembelajaran Berbasis Reasoning pada MK Metodologi Bahasa Indonesia MI”, Jurnal Primary. Banten: IAIN Banten.

Sitepu. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soeyono, Yandri. “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Dengan Pendekatan OpenEnded Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa SMA,” Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika 9, no. 2 (10 desember 2014).

Sudaryono, Gaguk Margono, dkk (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu Yogyakarta.

Sudijono, Ana. (2018). PengantarStatistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sudjana, Nana (1999). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah; Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Page 223: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

213

GLOSARIUM

Afektif : Afektif ialah potensi atau kemampuan dalam sikap dan nilai.

Eksperimen : Eksperimen adalah kegiatan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara yang dapat mempengaruhi variabel tersebut.

Evaluasi : Evaluasi adalah suatu proses perbandingan dan pengukuran dari hasil akhir pekerjaan yang dinyatakan dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.Evaluasi, secara garis besar, dapat dikatakan bahwa pemberian nilai terhadap kualitas tertentu.

Kognitif : Kognitif ialah potensi atau kemampuan dalam intelektual.

Korelasi : Secara sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Namun ketika dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas tersebut. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif.

Pembelajaran : Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pendidikan : Pendidikan yaitu suatu proses pembelajaran pengetahuan, kemampuan serta keterampilan yang dilihat dari kebiasaan setiap orang, yang menjadi bahan warisan dari orang sebelumnya hingga sekarang. Pendidikan adalah sebuah proses ataupun tahapan dalam pengubahan sikap serta etika maupun tata laku seseorang atau kelompok dalam orang dalam meningkatkan pola pikir manusia melalui pengajaran dan pelatihan serta perbuatan yang mendidik.

Penelitian : Penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan pencarian kembali atau mencari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pegetahuan

Pengukuran : Pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-

Page 224: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

214

aturan tertentu. Keadaaan individu ini bisa berupa kemampuan afektif dan psikomotorik, pengukuran ini dapat dilakukan dengan tes maupun non tes.

Penilaian : Penilaian adalah suatu kegiatan penafsiran data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.

Psikomotorik : Psikomotorik ialah potensi atau kemampuan dalam keterampilan (skill).

Reliabilitas : Reliabilitas yaitu suatu konsistensi sebuah tes dalam mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur.

Statistik : Statistik adalah kumpulan data dalam bentuk angka dan disusun dalam bentuk tabel dan atau diagram yang menggabarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu.

Tes : Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Valid : Valid adalah seseuatu yang absah, sah, suatu keadaan atau fakta yang telah memenuhi persyaratan.

Validitas : Validitas merupakan suatu standar atau dasar ukuran yang menunjukkan ketetapan (appropriateness), kemanfaatan (userfulness) dan kesahihan yang mengarah pada ketepatan interpretasi suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya.

Page 225: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

215

INDEKS

A

akademis, 16, 25

analisis, 13, 30, 33, 56, 78, 79, 81,

118, 122, 140, 146, 148, 150,

152, 155, 156, 157, 160, 168,

174, 179, 185, 203, 210, 213,

218, 220, 223

angket, 34, 55, 56, 57, 58, 123,

162, 163, 164, 166, 186, 187,

188, 191, 194, 197, 200, 201,

202, 219

B

Bahasa, x, 17, 35, 82, 85, 86, 88,

163, 164, 165, 166, 185, 187,

194, 195, 198, 199, 200, 221,

222

bakat, 25, 43, 56, 89

belajar, 11, 13, 14, 16, 19, 21, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30,

34, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 48,

53, 57, 59, 61, 64, 65, 66, 67,

73, 74, 78, 91, 92, 97, 98, 102,

104, 110, 115, 116, 117, 118,

120, 122, 123, 125, 135, 143,

145, 149, 150, 151, 163, 166,

169, 170, 174, 179, 198, 199,

200, 203, 204, 206, 208, 210,

214, 215, 216, 217, 220, 223

D

diagnostik, 26, 29, 208, 209

didik, 11, 19, 21, 23, 24, 34, 35,

36, 37, 38, 39, 40, 41, 44, 73,

74, 149, 150, 151, 152, 156,

162, 163, 164, 165, 166, 169,

170, 185, 186, 193, 194, 195,

196, 197, 198, 201, 202, 203,

204, 206, 207, 214, 215, 216,

217, 218, 220, 223

E

Evaluasi, v, vii, viii, 11, 12, 13, 15,

16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 74,

149, 150, 153, 174, 186, 187,

191, 194, 196, 197, 201, 202,

203, 206, 207, 221, 222, 223

F

fakta, 35, 36, 55, 88, 192, 224

fokus, 16, 17, 59, 207

fungsi, 22, 23, 24, 29, 33, 146,

149, 209, 213

I

inteligensi, 12, 20, 207

K

kontinum, 50

M

materi, vi, 11, 13, 14, 22, 26, 27,

30, 31, 33, 49, 50, 60, 73, 74,

76, 81, 84, 85, 97, 141, 150,

151, 156, 157, 160, 162, 163,

Page 226: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

216

164, 165, 166, 174, 179, 185,

187, 188, 189, 191, 192, 193,

194, 203, 207, 210, 211, 213,

214, 215, 216, 217

O

observasi, 13, 34, 59, 60, 61, 63,

64, 156

Observasi, 59

P

pembelajaran, v, vi, 11, 13, 14, 16,

19, 20, 22, 23, 36, 38, 73, 75,

76, 116, 140, 144, 149, 150,

151, 152, 155, 156, 157, 161,

163, 166, 171, 172, 173, 174,

179, 185, 191, 193, 198, 199,

200, 206, 207, 214, 215, 216,

217, 218, 219, 220, 223

pendidikan, v, vi, 11, 13, 16, 19, 21,

23, 24, 25, 35, 45, 57, 60, 73,

88, 119, 139, 143, 145, 149,

155, 159, 160, 163, 172, 173

penyusunan, v, 30, 51, 56, 57, 78,

145, 185, 210

peserta, 11, 19, 21, 23, 24, 31, 32,

33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41, 44, 61, 73, 74, 76, 122, 149,

150, 151, 152, 156, 162, 163,

164, 165, 166, 169, 170, 185,

186, 193, 194, 195, 196, 197,

198, 201, 202, 203, 204, 206,

207, 210, 212, 214, 215, 216,

217, 218, 220, 223

populasi, 30, 146, 148, 210

R

responden, 35, 36, 37, 39, 40, 55,

57, 58, 88, 118, 120, 147, 151,

162, 163, 166, 198, 201, 202,

216

S

siswa, v, 12, 21, 22, 23, 26, 27, 29,

31, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 51,

52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 61, 64, 65, 66, 67, 69, 71,

72, 73, 74, 75, 77, 86, 88, 93,

94, 96, 102, 103, 104, 110, 116,

121, 123, 124, 135, 140, 141,

142, 143, 153, 157, 161, 175,

209, 211

skor, 12, 20, 67, 68, 70, 71, 72, 92,

93, 103, 104, 106, 107, 110,

117, 119, 122, 123, 126, 132,

190, 193, 194, 196, 200, 201,

203, 207, 215, 219

Skor, 21, 29, 45, 46, 67, 68, 72, 92,

93, 94, 104, 105, 167, 168, 169,

188, 192, 195, 197, 200, 202,

209

T

tes, 12, 14, 20, 25, 26, 27, 28, 29,

30, 31, 32, 33, 34, 35, 43, 53,

58, 61, 62, 69, 70, 77, 78, 81,

83, 85, 87, 89, 91, 92, 93, 94,

96, 97, 98, 99, 102, 104, 110,

115, 116, 117, 118, 119, 120,

121, 122, 123, 125, 126, 129,

135, 153, 203, 204, 207, 208,

Page 227: EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS RISET

217

209, 210, 211, 212, 213, 215,

219, 224

V

validitas, 14, 15, 27, 32, 33, 77, 78,

81, 89, 91, 92, 97, 99, 103, 110,

115, 117, 146, 153, 162, 164,

167, 196, 211, 212, 213

variabel, 25, 56, 57, 89, 90, 92,

103, 118, 146, 148, 223