evaluasi kinerja investasi penambahan modal kerja yang ... filediajukan untuk memenuhi salah satu...
TRANSCRIPT
EVALUASI KINERJA INVESTASI PENAMBAHAN MODAL KERJA
YANG TELAH DILAKSANAKAN BERDASARKAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus Pada PT Astra International Tbk.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
BENEDIKTUS PAHAWA
NIM : 022214114
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
ii
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“TUHAN adalah terangku dan keselamatanku,
kepada siapakah aku harus takut?
TUHAN adalah benteng hidupku,
Terhadap siapakah aku harus gemetar?”
MAZMUR 27:1
“Winners never quit and quitters never win.
Success ... seems to be connected with action.
Successful men keep moving. They make mistakes, but they don't quit."
Conrad Hilton
Serva Ordinem et Ordo Servabit Te
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
My LORD JESUS CHRIST
Papa dan Mama Tercinta
Adikku tersayang Tatik
Amor Me (Enu molas one nai)
iv
v
ABSTRAK
EVALUASI KINERJA INVESTASI PENAMBAHAN MODAL KERJA
YANG TELAH DILAKSANAKAN BERDASARKAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus Pada PT Astra International Tbk
Benediktus Pahawa
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investasi berupa
penambahan modal kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini didasarkan pada Laporan Keuangan PT Astra International
Tbk dan Anak Perusahaan, yang terdiri dari Laporan Neraca Konsolidasian dan Laporan Rugi Laba Konsolidasian periode 2000-2005. Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis kinerja investasi penambahan modal kerja dan analisis rasio keuangan yang terdiri atas rasio likuiditas, solvabilitas, provitabilitas dan aktivitas.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan secara umum telah meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Nilai-nilai rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan, walaupun secara umum mengalami fluktuasi, tetapi dibandingkan tahun dasar (2000) memperlihatkan hasil yang lebih baik.
vi
ABSTRACT
THE EVALUATION ON THE PERFORMANCE OF THE ADDITIONAL
INVESTMENT ON WORKING CAPITAL BASED ON THE
CORPORATION FINANCIAL PERFORMANCE
A Case Study at PT Astra International Tbk and Subsidiaries
Benediktus Pahawa
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
The purpose of this research is to know whether the additional investment on working capital increases the corporation financial performance. This research is conducted based on the Financial Statements of PT Astra International Tbk and Subsidiaries, which include the Consolidated Statements of Balance Sheet and Consolidated Statements of Income of the years of 2000-2005. The data technique analyses used are the analysis on the performance of the additional working capital and the analysis of financial ratios, such as liquidity, solvability, profitability, and activity. The result of the analysis shows that the additional investment on the working capital has generally enhanced the corporation financial performance. The figures of liquidity, solvability, profitability and activity ratio of the corporation, while generally fluctuate, are better than those of the basic year’s (2000).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”Evaluasi Kinerja Investasi
Penambahan Modal Kerja Yang Telah Dilaksanakan Berdasarkan Kinerja
Keuangan Perusahaan”, Studi Kasus Pada PT Astra International Tbk.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
memberikan bimbingan, nasihat, dorongan, dan saran dari permulaan sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si., sebagai Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. B. R. Diah Utari, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
sabar dan menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat,
dorongan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Drs. A. Triwanggono , M.S, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
sabar dan menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat,
dorongan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
5. Para dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. Papa dan Mama tercinta, terima kasih untuk doa, perhatian dan dukungan baik
secara materiil dan moril kepada penulis.
8. Kakakku tersayang Edel, Nona Illent, K’Tian, Om Pit Harum, Om Sipri,
Yotam sekeluarga, Om Zidus, Umbang, Upeng Roman, Jo, Fr Jefri OFM
(thanks buat doa dan jadi pendengar yang setia) dan Fandy “Kula” H, kalian
adalah sumber inspirasiku selamanya. “God Bless You”
9. Adik tersayang Tatik, Eren, Ito Jilo, Yophan, Upheng, Vy, Melty, Hanna,
Tetik, Narti, Otok, kehadiran kalian sungguh memberikan makna tersendiri
bagi kelangsungan kuliaku di Jogja. “Hasta la Victoriam sempre”
10. Keluarga Besar Manggarai di Jogja, khususnya di kontrakan Arimbi 10,
Amang Sanny, Jim&Inchik, Ajax, Elyn, Nenik, Oncik,Anye, Irma, Echa, kopi
dan Gudang Garam yang kalian selalu tawarkan adalah bekal yang
menghantar aku menuju cita-citaku, “Tabe Momang Neka Rabo.”
11. Teman seperjuanganku, Aphenk Becksmith, Renold, Anselo, Etuck Milano,
Rio Nidji-vevhe, Roy-Ema, Erick, Eduard, Amang Ancis, Mr Rony “Bravo
Manchester,” Eka Jomblo, dan semua alumni Sanpio Jogja, terima kasih atas
bimbingan dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini; “Ubi Amicus, Ibi
Opes”.
ix
12. Teman-temanku Manajemen 2002, khususnya my best friend Benny, Cj, Juan,
Tevez-andre, Atot, Ade, Christin, Mimin, kehadiran teman sekalian telah
memberi warna akan makna persahabatan sesungguhnya di tengah lika-liku
kehidupan kota Jogja, “ We’ll never walk alone”.
13. Denpasar’s family dan semua sahabat yang jauh dari penulis (Hendra “bogul”,
K’Alex, Santy, Albert, Flory, Ivony,Yul, Erlyn, Betty, Verra, Tini, Lasty,
Any-Kupang, terima kasih telah memberi masukan-masukan dan dukungan
kepada penulis, “Thank you for loving me”.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Yogyakarta,Mei 2007
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………….... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v
ABSTRAK………………...………………………………………………. vi
ABTRACT………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR..............................………………………………… viii
DAFTAR ISI………………...……………………………………………. xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………….................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian… ................................................................................ 4
A. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Investasi………….. ………………………………………………......... 5
B. Laporan Keuangan ................................................................................. . 8
C. Kriteria Penilaian Investasi……………………………….. ................... 20
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………….................. 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………....…………….. 27
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian .............................................. … 27
D. Variabel Penelitian ..................................................................... ............. 28
E. Jenis dan Sumber Data .................................................................... ….... 29
F. Teknik Analisis Data....................................................................... ….... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya PT Astra International Tbk ………………………… 36
B. Perkembangan PT Astra International Tbk................... . . . ..................... 37
C. Struktur Organisasi .................................................................................... 39
D. Sistem Manajemen Astra............................................................................. 40
E. Tata Kelola Perusahaan ............................................................................... 41
F. Falsafah Astra ............................................................................................. 47
G. Long Term Policy Astra ............................................................................ 48
H. Sumber Daya Manusia ............................................................................... 49
I. Lingkungan Hidup, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.............................. 48
J. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan............................................................ 52
K. Astra Awards.............................................................................................. 57
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data....………………………………......................................... 60
B. Pembahasan................................................................................................ 74
xii
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. Kesimpulan………………………………………………........................... 80
B. Saran...…………………………………………………………………….. 80
C. Keterbatasan Penelitian…...……………………………………………….. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan perusahaan dipandang dari sudut ekonomi adalah untuk memperoleh
keuntungan yang memuaskan, menciptakan pelanggan dan memperluas pangsa pasar.
Tercapai tidaknya tujuan perusahaan sangat tergantung dari kemampuan perusahaan
dan hal itu sekaligus menjadi ukuran tingkat prestasi perusahaan. Dengan demikian
prestasi perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola kekayaan yang
dimiliki perusahaan dari sumber dana tertentu untuk menghasilkan keuntungan.
Prestasi perusahaan bisa dikaji dari kinerja keuangan perusahaan yang diolah
dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Kinerja keuangan yang lebih
fundamental dalam menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan
adalah rasio keuangan perusahaan dari waku ke waktu. Hal itu untuk mengamati
kecenderungan (trend) yang sedang terjadi.
Untuk meningkatkan keuntungan, menciptakan pelanggan, dan memperluas
pangsa pasar, perusahaan harus mampu meningkatkan nilai (value) produk yang
diproduksi dengan meningkatkan kualitasnya, memberikan pelayanan baik pada saat
pembelian maupun purna jual atau menyesuaikan produk yang diproduksi dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan menciptakan produk yang memiliki
nilai lebih tinggi dibandingkan produk pesaing mengakibatkan konsumen bersedia
membeli produk tersebut walaupun dengan harga yang lebih mahal.
1
2
Proses penciptaan nilai dari suatu produk harus dilakukan dengan strategi
biaya rendah. Dengan perkataan lain perusahaan dalam melakukan proses penciptaan
nilai harus dilakukan secara lebih efisien dibandingkan pesaing. Strategi biaya rendah
juga dapat dicapai dengan berproduksi dalam kapasitas produksi yang optimal,
sehingga biaya per unit menurun.
Untuk melaksanakan itu semua diperlukan tambahan biaya bahkan tambahan
modal kerja. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya perusahaan melakukan investasi,
yang oleh James Van Horne (2005:56) didefinisikan sebagai kegiatan yang
dilangsungkan dengan memanfaatkan pengeluaran kas pada waktu sekarang untuk
tujuan menghasilkan laba yang diharapkan pada masa mendatang.
Keputusan untuk melakukan investasi merupakan keputusan yang strategis,
karena menyangkut masa depan yang tidak pasti. Apa yang diharapkan, diprediksikan
belum tentu tercapai. Oleh karena itu setiap keputusan investasi bahkan yang telah
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu perlu dievaluasi sejauh mana hal itu
menguntungkan atau merugikan perusahaan, sejauh mana kinerja investasi yang telah
dilaksanakan perlu dipertahankan ataukah diganti, ataukah investasi yang dilakukan
perlu ditambah atau cukup dengan yang ada.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kinerja investasi
yang telah dilaksanakan perusahaan selama ini, dalam hal ini dengan berdasarkan
pada kinerja laporan keuangan perusahaan. Studi kasus ini dilaksanakan di PT Astra
International Tbk Jakarta. Investasi yang dilaksanakan berupa penambahan modal
kerja.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti di atas maka rumusan
masalahnya adalah: “Apakah investasi baru berupa penambahan modal kerja
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan?”
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, penulis memberikan batasan
masalah penelitian, yaitu:
1. Perusahaan dianggap telah melakukan investasi selama periode yang diteliti
yaitu pada enam tahun terakhir.
2. Jenis investasi diasumsikan dalam bentuk penambahan modal kerja.
3. Penelitian hanya berdasarkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Kinerja keuangan perusahaan dihitung berdasarkan nilai rasio likuiditas,
solvabilitas,rentabilitas, dan aktivitas. Rasio likuiditas berupa rasio cepat dan
rasio lancar.Rasio solvabilitas meliputi rasio hutang atas aktiva dan rasio
modal atas hutang. Rasio rentabilitas meliputi rentabilitas ekonomi,
rentabilitas modal sendiri, rasio keuangan bersih atas aktiva, margin laba
usaha, dan margin laba sendiri. Sedangkan rasio aktivitas meliputi perputaran
persediaan dan perputaran piutang.
4
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah investasi berupa
penambahan modal kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengevaluasi kinerja
investasi penambahan modal kerja yang telah dilakukan selama ini
menguntungkan atau tidak sehingga bisa diambil langkah-langkah lebih
lanjut.
2. Bagi USD
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca
tentang investasi, khususnya dalam mengevaluasi kinerja investasi yang telah
dilakukan selama ini ditinjau dari kinerja keuangan perusahaan..
3. Bagi peneliti
Sebagai media pelatihan untuk melakukan penelitian ilmiah dan menambah
wawasan dalam hal mengevaluasi kinerja investasi yang telah dilaksanakan
ditinjau dari kinerja keuangan perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi adalah pemilikan sumber-sumber dalam jangka panjang
yang akan bermanfaat pada beberapa periode akuntansi yang akan datang
sehingga pemilikan atau komitmen tersebut harus didasarkan kepada
tujuan perusahaan serta akibat-akibat ekonomi terhadap laba perusahaan
dalam jangka panjang (Supriyono, 1989: 30).
James C. Van Horne mendefinisikan investasi sebagai pengkaitan
sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
yang akan datang.
Jadi investasi adalah salah satu bentuk penambahan modal atau
sumber-sumber dalam rangkah menghasilkan laba di masa yang akan
datang. Idealnya setiap penambahan modal akan menghasilkan laba yang
semakin besar pula.
2. Jenis Investasi
Riyanto (1993: 122) membagi penanaman modal atau investasi
menjadi empat jenis, yaitu:
a. Penggantian (Replacement) adalah investasi berupa penggantian mesin
atau peralatan, misalnya aktiva yang sudah aus (wear out) atau usang
5
6
(obselete). Tujuannya adalah untuk melanjutkan atau meningkatkan
produksi.
b. Perluasan (Expansion) adalah investasi yang bertujuan menambah
kapasitas produksi atau operasi sehingga menjadi lebih besar dari
sebelumnya. Misalnya, mesin yang sudah habis umur ekonomisnya
akan lebih baik jika diganti dengan mesin baru yang lebih besar
kapasitasnya dan lebih efisien.
c. Diversifikasi (Diversification) adalah investasi untuk menghasilkan
produk baru di samping mempertahankan produk yang telah ada.
Tujuan diversifikasi adalah mengurangi kemungkinan kegagalan
karena hanya menjual produk tunggal.
d. Penelitian dan pengembangan (Research and development) adalah
perusahaan- perusahaan yang memasuki industri tertentu di mana
teknologi cepat berubah akan banyak memerlukan dana untuk
keperluan penelitian dan pengembangan.
3. Modal Kerja
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz,JR.(2005:
308), terdapat dua konsep utama modal kerja (working capital) yaitu
modal kerja bersih (net working capital) dan modal kerja kotor (gross
working capital). Secara umum bila membahas mengenai modal kerja,
orang menganggap hal itu merujuk pada modal kerja bersih, yang
merupakan selisih/perbedaan nilai uang antara aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek. Ini adalah salah satu bentuk pengukuran untuk melihat
7
sejauh mana perusahaan terlindung dari masalah likuiditas. Masalahnya
tidaklah logis untuk berbicara mengenai usaha untuk secara aktif
mengelola perbedaan bersih antara aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek, terutama jika perbedaan tersebut terus berubah-ubah.
Oleh karena itu banyak pihak lebih suka menggunakan konsep
modal kerja kotor; jadi menyangkut keseluruhan aktiva lancar. Konsep ini
menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin.
Jadi, menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan jangka
pendek.
Munawir (1983: 117) menegaskan bahwa tidak ada ukuran yang
pasti berapa jumlah modal kerja yang harus tersedia, yang pasti jumlahnya
harus cukup agar mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau
operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang tersedia minimum harus
memungkinkan operasinya dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan
keuangan. Selain itu, jumlah modal kerja harus cukup agar memungkinkan
perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien.
Masih menurut Munawir (1983: 116-117) tersedianya modal kerja
yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan antara lain:
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya
nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
8
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-
bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun
jasa yang dibutuhkan.
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan obyek dari penelitian. Oleh karena itu,
memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan
merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan
keuangan itu sendiri.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk
melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
(dan setara kas), waktu, serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan
9
perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan
untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kepastian
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk
merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama
periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk
menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
2. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon
investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, karyawan, dan
masyarakat.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum,
sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal beresiko,
maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka,
juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
10
3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu cara untuk membedah
laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing
unsur tersebut, dan menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut,
dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik
dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
Leopold A. Bernstein, mendefenisikan analisis laporan keuangan
sebagai berikut: ( Prastowo, 2002:52)
“Financial statement analysis is the judgemental process that aims to evaluate the currernt and past financial positions and results of operationof an enterprise, with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance.”
Dari defenisi diketahui bahwa analisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang.
4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Metode analisis horizontal (dinamis)
Metode analisi horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan
11
kecendrungannya. Disebut metode analisis horizontal karena analisis
ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda.
Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahu
ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk metode ini
antara lain analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis
sumber dan penggunaan dana, serta analisis perubahan laba kotor.
b. Metode analisis vertikal ( statis)
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode)
tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos
yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode)
yang sama. Karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos
yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode
vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang
sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada metode ini antara lain
analisis prosentase per-komponen (common-size), analisis rasio, dan
analisis impas.
5. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kinerja
perusahaan pada saat ini dan masa mendatang. Langkah-langkah dalam
analisis rasio didahului menghitung nilai rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas dan aktivitas perusahaan kemudian membandingkan hasil
12
perhitungan rasio-rasio yang sama untuk melihat perkembangan apakah
menunjukan naik, turun atau konstan.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek atau
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek tepat
pada waktunya. Ada tiga macam rasio untuk mengukur likuiditas
perusahaan, yaitu:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio membandingkan total aktiva lancar dengan
total utang lancarnya. Aktiva lancar umumnya terdiri dari kas,
surat-surat berharga, piutang dan persediaan sedangkan utang
lancar terdiri dari utang dagang, utang wesel jangka pendek, utang
wesel jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun ini, utang
pajak dan utang lainnya (terutama utang gaji atau upah).
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini menunjukkan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang
sama dengan periode jatuh tempo utang.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan
13
yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang baik, karena
menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan mendatangkan
laba.
Rumusnya adalah:
lancar hutanglancar aktivaratioCurrent =
2) Rasio Cepat (Quick ratio)
Quick ratio yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang paling likuid
tetapi tidak memperhitungkan persediaan. Persediaan tidak
diperhitungkan karena karena perusahaan memerlukan waktu yang
relatif lama untuk merealisasikannya sebagai kas, walaupun
mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang.
Rumusnya adalah:
Quick ratio = lancar hutang
persediaan -lancar aktiva
3) Rasio kas (cash ratio)
Cash ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi utang lancarnya dengan kas yang tersedia dalam
perusahaan.
Rumusnya adalah:
Cash Ratio = Hutang
berhargasurat Kas + x 100 %
14
b. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka
pendek maupun jangka panjang) jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
utang-utangnya tetapi tidak dengan sendirinya berarti perusahaan
tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvable)
tidak dengan sendirinya berarti perusahaan tersebut juga tidak likuid.
Hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan yang
dapat dialami perusahaan, yaitu (Riyanto,1993;33):
1) Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
2) Perusahaan yang likuid dan solvabel
3) Perusahaan yang solvabel tetapi lilikuid
4) Perusahaan yang insolvabel dan lilikuid
Perusahaan yang solvabel tidak dengan sendirinya likuid,
demikian juga perusahaan yang insolvabel tidak dengan sendirinya
likuid. Baik perusahaan yang insolvabel maupun likuid, kedua-duanya
pada suatu waktu akan mengalami kesulitan keuangan, yaitu pada
waktu tiba saatnya untuk memenuhi kewajibannya. Pengukuran tingkat
solvabilitas perusahaan ada beberapa cara yaitu:
15
1) Rasio hutang atas aktiva (total debt to total assets)
Rasio jumlah hutang dibanding dengan jumlah aktiva (total debt to
total assets) adalah perbandingan jumlah seluruh hutang
perusahaan terhadap kekayaan atau aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Rumusan rasio hutang atas aktiva:
Rasio hutang atas aktiva = aktivajumlah hutangjumlah
2) Rasio modal atas hutang (Net worth to total debt)
Rasio modal atas hutang adalah perbandingan antara modal sendiri
perusahaan (Net worth) dengan jumlah seluruh utang (baik jangka
pendek maupun jangka panjang). Dari hasil perhitungan Net worth
to total debt akan diketahui kemampuan perusahaan untuk
menjamin hutang-hutangnya dengan menggunakan modal sendiri.
Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Net worth to total debt = Hutang Total
Sendiri Modal Total
c. Rasio Rentabilitas dan Profitabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam
di dalamnya. Bila yang digunakan adalah seluruh modal yang tertanam
di dalamnya, dalam hal ini seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan;
maka disebut Rentabilitas Ekonomi. Sedangkan bila hanya
memandang modal sebagai modal sendiri, rentabilitas sering
16
dikelompokkan menjadi satu dengan profitabilitas atau kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa
yang diproduksinya.
1) Imbalan Modal Perusahaan
Rentabilitas ekonomi (ROA = return on total assets atau earning
power of total investment) adalah perbandingan antara keuntungan
sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau
kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dengan seluruh modal yang ada untuk menghasilkan
keuntungan. Rumusnya adalah:
Rentabilitas Ekonomi (imbalan modal perusahaan) =
perusahaan aktivaJumlah pajakdan bunga biaya sebelum Laba
2) Imbalan modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri (Return on net worth atau ROE = return
on equity) adalah perbandingan antara keuntungan bersih
perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bagian
keuntungan yang berasal dari (atau menjadi hak) modal sendiri,
dan sering dipakai oleh para investor dalam pembelian saham suatu
perusahaan (karena modal sendiri menjadi bagian dari pemilik).
Rumusnya adalah:
Rentabilitas modal sendiri =
sendirimodalJumlah bersih Laba
17
3) Rasio keuntungan bersih atas aktiva
Rasio keuntungan bersih terhadap jumlah aktiva (net profit to
assets atau ROI = rate of return on investment) adalah
perbandingan antar keuntungan bersih perusahaan dengan seluruh
aktiva perusahaan.
Rumusnya adalah:
Aktiva Totalbersih Keuntungan
tertanam)modal atas(imbalan AktivaJumlah AtasBersih Keuntungan =
4) Marjin Laba Usaha
Marjin laba usaha (Operating profit margin atau operating income
ratio) adalah perbandingan antara laba usaha (penjualan dikurangi
harga pokok penjualan, dikurangi biaya administrasi dan umum)
dengan penjualan bersih.
Rumusnya:
BersihPenjualan UsahaLaba UsahaLabaMarjin =
5) Marjin laba bersih
Marjin laba bersih (net profit margin) adalah perbandingan antara
laba bersih (laba sesudah biaya bunga dan pajak) dengan penjualan
bersih perusahaan. Margin keuntungan digunakan untuk
mengetahui efisiensi tidaknya perusahaan yaitu dengan melihat
pada besar kecilnya laba dalam hubungannya dengan penjualan.
18
Margin keuntungan tinggi apabila kenaikan penjualan relatif lebih
besar daripada kenaikan biaya usaha.
Rumus margin laba bersih:
bersihpenjualan bersih laba bersih labaMargin =
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas
modal sendiri meliputi laba bersih sesudah bunga dan pajak serta
modal sendiri. Laba bersih dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu penjualan
dan biaya.
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan
antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi perusahaan
tersebut. Penurunan rentabilitas menunjukkan (S. Munawir,1979:89):
1) Adanya investasi yang berlebihan (over investment) dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume
penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.
2) Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan
dengan biaya- biaya yang dikeluarkan
3) Adanya inefisiensi baik dalam produksi, pembelian dan pemasaran.
d. Rasio Aktivitas
1) Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah perbandingan
antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persedian selama
satu tahun.
19
Rumusnya:
persediaan rata -rataPenjualanJumlah Persediaan Perputaran =
2) Periode rata-rata perputaran persediaan
Periode rata-rata perputaran persediaan adalah lamanya dana yang
tertanam dalam persediaan selama satu periode perputaran.
persediaan perputaranhari 360 persediaan perputaran rata-rata Periode =
3) Perputaran piutang
Perputaran piutang adalah perbandingan antara jumlah penjualan
selama satu tahun dengan rata-rata jumlah piutang selama setahun.
piutang rata-rataPenjualan piutang Perputaran =
4) Peiode rata-rata pengumpulan piutang
Periode rata-rata pengumpulan piutang adalah piutang kali jumlah
hari dalam satu tahun dengan perputaran piutang.
piutang perputaranhari 360 piutangn pengumpula rata-rata Periode =
Untuk mengetahui sejauh mana investasi baru meningkatkan atau
menurunkan kinerja keuangan perusahaan, ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Hitunglah kinerja keuangan perusahaan tersebut sebelum dilakukan
investasi (+ 3 tahun). Berdasarkan laporan keuangan pada tahun-tahun
tersebut hitunglah rasio solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas perusahaan
tersebut.
20
2. Hitunglah pula kinerja keuangan perusahaan tersebut setelah dilakukan
investasi (+ 3 tahun). Berdasarkan laporan keuangan pada tahun-tahun
tersebut hitunglah rasio solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas perusahaan
tersebut.
3. Perbandingkanlah antara rasio-rasio keuangan pertahun. Jika untuk setiap
rasio meningkat berarti keberadaan investasi baru tersebut menguntungkan
perusahaan, karenanya perlu dipertahankan. Sebaliknya jika kinerja
keuangan tersebut menurun, berarti keberadaan investasi baru tidak
menguntungkan, karenanya perlu dievaluasi kembali.
C. Kriteria Penilaian Investasi
1. Metode-metode Penilaian Investasi
Pada umumnya ada 5 (lima) metode yang biasa dipertimbangkan
untuk digunakan dalam penilaian investasi. Metode-metode tersebut
adalah:
a. Metode ”Average Rate of Return”
Metode ini mengukur tingkat keuntungan rata-rata yang
diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba
setelah pajak dibandingkan dengan total investasi atau average
investment. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam presentasi. Angkah
ini kemudian diperbandingkan dengan tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Apabila lebih besar daripada tingkat yang disyaratkan,
maka investasi tersebut menguntungkan (perlu dipertahankan),
21
sebaliknya apabila lebih kecil dari tingkat yang disyaratkan maka
investasi tersebut rugi (perlu diganti).
Metode ini sangat sederhana, sehingga mudah dalam
pengoperasiannya. Namun ada kelemahan yaitu diabaikannya nilai
waktu uang, pada hal ini sangat penting. Kedua, yang digunakan
adalah konsep laba menurut akuntansi bukan kas, pada hal yang paling
penting bukan laba tetapi kas.
b. Metode Payback
Metode ini dimaksud untuk mengukur seberapa cepat investasi
bisa kembali. Satuan hasilnya adalah satuan waktu. Kalau periode
payback ini lebih pendek dari yang disyaratkan maka investasi ini
dikatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama dari yang
disyaratkan berarti tidak menguntungkan, karenanya perlu ditolak.
Problem utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan
peride payback maksimum yang disyaratkan, untuk digunakan sebagai
angka pembanding. Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang
bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam
praktiknya yang dipergunakan adalah payback umumnya dari
perusahaan-perusahaan yang sejenis. Kelemahan-kelemahan lain dari
metode ini adalah
1) Diabaikannya nilai waktu uang
2) Diabaikannya aliran kas setelah periode payback.
22
Untuk mengatasi kelemahan yang pertama ada yang
menggunakan discount payback, dimana aliran kas operasional
tersebut dan juga terminal cashflow di-discount-kan dengan tingkat
bunga yang dianggap relevan.
Meskipun diakui adanya kelemahan-kelemahan dalam
praktiknya masih banyak organisasi yang menggunakan metode
payback sebagai pelengkap penilaian investasi. Cara ini terutama
dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menghadapi
problem likuiditas atau kelancaran keuangan jangka pendek.
c. Metode Net Present Value
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional
maupun terminal cashflow) yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap
relevan. Ada beberapa konsep untuk menghitung tingkat bunga yang
dianggap relevan ini. Pada dasarnya tingkat bunga tersebut adalah
tingkat bunga pada saat kita menganggap keputusan investasi masih
terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai
mengaitkan keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan. Jika
NPV positif maka investasi layak dipertahankan, sebaliknya jika NPV
negatif maka investasi tersebut harus ditolak.
23
d. Metode Internal Rate of Return
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar
dari tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan),
maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan
merugikan.
Internal Rate of Return untuk suatu investasi adalah tingkat
bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan
present value dari aliran kas masuk.
e. Metode Profitability Index
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai investasi sekarang.
Kalau profitability Index(PI)-nya lebih besar dari 1, maka investasi
dikatakan menguntungkan sehingga layak dipertahankan. Sebagaimana
metode NPV, maka metode ini perlu menentukan terlebih dahulu
tingkat bunga yang akan dipergunakan.
2. Perbandingan Metode-Metode Tersebut
Pertanyaan pertama yang timbul dengan adanya berbagai metode
untuk menilai investasi adalah apakah metode-metode tersebut akan selalu
memberikan keputusan yang sama, baik dalam masalah penilaian suatu
investasi maupun pemilihannya. Sebagai contoh, kalau ada suatu proyek,
misalnya A, apakah investasi ini kalau dinilai dengan average rate of
24
return menguntungkan, berarti juga menguntungkan kalau dinilai dengan
metode payback, NPV, IRR,dan PI. Kalau jawabannya selalu ya, maka
sebenarnya kita boleh saja memakai metode manapun.
Untuk menguji apakah sama atau tidak perlu membandingkan
metode-metode tersebut. Dua metode yang pertama, yaitu average rate of
return dan payback mempunyai kelemahan yang sama yaitu diabaikannya
nilai waktu uang. Padahal nilai waktu uang sangat penting bagi investasi
yang memberikan manfaat jangka panjang. Kalaupun metode payback
tersebut di-discounted-kan maka ada kelemahan yaitu diabaikannya aliran
kas setelah periode payback. Kelemahan utama dari payback sebenarnya
adalah tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback
maksimum yang diperkenankan.
Karena alasan-alasan itul, maka hanya 3 metode yang layak
dipakai yaitu NPV, IRR, dan PI. Ketiga metode ini mempunyai kesamaan
yaitu diperhatikannya nilai waktu uang dan menggunakan dasar aliran kas.
Metode NPV dan PI dalam menilai suatu investasi perdefinisi,
hasilnya akan selalu konsisten. Maksudnya, kalau NPV mengatakan
menguntungkan, maka PI juga akan mengatakan yang sama; demikian
pula sebaliknya. Hal ini akan tampak jelas kalau mengamati mekanisme
kedua metode tersebut. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan
bersih kas di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang
investasi, maka berarti NPV-nya positif (menguntungkan). Dengan
demikian, berarti perbandingan antara nilai sekarang penerimaan –
25
penerimaan kas di masa mendatang dengan nilai sekarang investasi, akan
lebih dari satu ( PI lebih besar dari satu) yang berarti proyek
menguntungkan. Tetapi kalau kedua metode ini dipakai untuk menilai
investasi maka hasilnya bisa tidak konsisten.
Demikian pula untuk metode NPV dan IRR, memerlukan prosedur
yang sama. Antara NPV dan IRR memiliki hasil penilaian yang sama
untuk menilai suatu investasi, meskipun tidak selalu sama karena pola
aliran kas yang tidak normal.
Meningkat atau menurunnya kinerja keuangan perusahaan hampir
pasti terjadi karena adanya investasi baru, tetapi dalam hal ini masih
bersama dengan investasi lama. Untuk mengetahui sejauh mana yang
merupakan pengaruh investasi baru maka harus dipisahkan secara jelas
dan tegas biaya-biaya dan pendapatan-pendapatan yang disebabkan oleh
investasi baru dengan yang disebabkan oleh investasi secara keseluruhan
(baik investasi baru maupun investasi lama). Jika tidak diketahui mana
biaya dan pendapatan dari investasi baru maka dihitung berdasarkan
prosentasi kenaikan biaya dan pendapatan. Prosentasi kenaikan biaya dan
pendapatan merupakan pengaruh dari investasi baru.
Selanjutnya diperbandingkan antara kinerja keuangan keseluruhan
(dengan investasi baru) dengan kinerja keuangan (tanpa investasi baru).
Selisih antara keduanya merupakan efek dari adanya investasi baru. Jika
kinerja keuangan keseluruhan lebih besar dari kinerja keuangan tanpa
investasi baru maka investasi baru maka menguntungkan, sehingga perlu
26
dipertahankan. Sebaliknya jika kinerja keuangan keseluruhan lebih kecil
dari kinerja keuangan perusahaan (tanpa investasi baru) berarti merugikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang obyek
tertentu pada suatu perusahaan yang kesimpulannya hanya berlaku bagi
perusahaan yang bersangkutan. Studi kasus ini dilakukan pada PT Astra
International Tbk.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2007 - Maret 2007
2. Tempat Penelitian
Pojok Bursa Efek Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada PT Astra
International Tbk.
C. Subyek Penelitian Dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah PT Astra International Tbk. Sedangkan
obyek penelitiannya adalah (1) Laporan Keuangan Perusahaan (2)Rasio
Keuangan Perusahaan
27
28
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah kinerja investasi penambahan modal
kerja dan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja investasi penambahan modal
kerja dalam penelitian ini merupakan kinerja investasi modal kerja menurut
konsep modal kerja kotor (gross working capital). Hal ini menyangkut total
aktiva lancar yang dipakai untuk tujuan operasional perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan adalah tingkat prestasi (karya) atau hasil keuangan yang
dicapai perusahaan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi
dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar
menurut karakteristik ekonomi. Laporan keuangan meliputi:
1. Neraca
Neraca yaitu laporan keuangan yang menggambarkan tentang nilai suatu
aktiva kewajiban dan modal yang disajikan pada tanggal tertentu,
biasanya pada setiap akhir periode.
2. Laporan rugi-laba
Laporan rugi-laba merupakan gambaran tentang hasil-hasil yang telah
dicapai perusahaan, serta biaya-biaya yang terjadi selama periode
akuntansi.
Untuk mengukur kinerja investasi penambahan modal kerja di telaah
dari penambahan aktiva lancar serta trend penambahannya.
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan tersebut digunakan
beberapa alat sebagai berikut:
29
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar dengan
satuan ukuran persentase (%).
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang
perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara total aktiva dibagi
dengan total hutang dengan satuan ukuran persentase (%).
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba
dibagi dengan total aktiva dengan menggunakan satuan ukuran persentase
(%).
d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menggunakan sumber dananya.
E. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu
laporan keuangan PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan yang
diperoleh dari pojok Bursa Efek Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
30
Data yang diperlukan berupa:
1. Gambaran Umum PT Astra International Tbk.
2. Neraca PT Astra International Tbk. Pada tahun 2000-2005
3. Laporan rugi-laba PT Astra International Tbk. pada tahun 2000-2005
C. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui kinerja investasi penambahan modal kerja
digunakan analisis trend pertumbuhan investasi penambahan modal kerja,
yaitu trend penambahan aktiva lancar selama periode 2000-2005.
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan
menggunakan analisis rasio antara lain:
1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio membandingkan total aktiva lancar dengan total utang
lancarnya.
Rumusnya adalah:
lancar hutanglancar aktivaratioCurrent =
b. Rasio Cepat (Quick ratio)
Quick ratio yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang paling likuid
tetapi tidak memperhitungkan persediaan.
31
Rumusnya adalah:
Quick ratio = lancar hutang
persediaan -lancar aktiva
2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio hutang atas aktiva (total debt to total assets)
Rasio jumlah hutang dibanding dengan jumlah aktiva (total debt to
total assets) adalah perbandingan jumlah seluruh hutang perusahaan
terhadap kekayaan atau aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rumusan rasio hutang atas aktiva:
Rasio hutang atas aktiva = aktivajumlah hutangjumlah
Semakin rendah rasio utang atas aktiva akan lebih baik
b. Rasio Modal atas hutang (Net worth to total debt)
Membandingkan antar modal sendiri perusahaan (Net worth) dengan
jumlah seluruh utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang).
Dari hasil perhitungan Net worth to total debt akan diketahui
kemampuan perusahaan untuk menjamin hutang-hutangnya dengan
menggunakan modal sendiri.
Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Net worth to total debt = Hutang Total
Sendiri Modal Total
Semakin tinggi rasio modal sendiri atas hutang semakin baik.
32
3. Rasio Rentabilitas dan Profitabilitas
a. Imbalan Modal Perusahaan
Rentabilitas ekonomi (ROA = return on total assets atau earning
power of total investment) adalah perbandingan antara keuntungan
sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau kekayaan
perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
seluruh modal yang ada untuk menghasilkan keuntungan. Rumusnya
adalah:
Rentabilitas Ekonomi (imbalan modal perusahaan) =
perusahaan aktivaJumlah pajakdan bunga sebelum Laba
b. Imbalan modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri (Return on net worth atau ROE = return
on equity) adalah perbandingan antara keuntungan bersih perusahaan
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bagian keuntungan
yang berasal dari (atau menjadi hak) modal sendiri, dan sering
dipakai oleh para investor dalam pembelian saham suatu perusahaan
(karena modal sendiri menjadi bagian pemilik). Rumusnya adalah :
Rentabilitas modal sendiri (imbalan modal sendiri) =
sendiri modalJumlah bersih Laba
33
c. Rasio keuntungan bersih atas aktiva
Rasio keuntungan bersih terhadap jumlah aktiva (net profit to assets
atau ROI = rate of return on investment) adalah perbandingan antar
keuntungan bersih perusahaan dengan seluruh aktiva perusahaan.
Rumusnya adalah:
Keuntungan bersih atas jumlah aktiva (imbalan atas modal
tertanam) =
Aktiva Totalbersih Keuntungan
d. Margin Laba Usaha
Margin laba usaha (Operating profit margin atau operting income
ratio) adalah perbandingan antara laba usaha (penjualan dikurangi
harga pokok penjualan, dikurangi biaya administrasi dan umum)
dengan penjualan bersih.
Rumusnya:
BersihPenjualan UsahaLaba UsahaLabaMargin =
e. Margin laba bersih
Margin laba bersih (net profit margin) adalah perbandingan antara
laba bersih (laba sesudah biaya bunga dan pajak) dengan penjualan
bersih perusahaan. Margin keuntungan digunakan untuk mengetahui
34
efisiensi tidaknya perusahaan yaitu dengan melihat pada besar
kecilnya laba dalam hubungannya dengan penjualan. Margin
keuntungan tinggi apabila kenaikan penjualan relatif lebih besar dari
pada kenaikan biaya usaha.
Rumusnya adalah:
bersihpenjualan bersih laba bersih labaMargin =
4. Rasio Aktivitas
a. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah perbandingan
antar jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persedian selama
satu tahun.
Rumusnya:
persediaan rata -rataPenjualanJumlah Persediaan Perputaran =
b. Periode rata-rata perputaran persediaan
Periode rata-rata perputaran persediaan adalah lamanya dana yang
tertanam dalam persediaan selama satu periode perputaran.
persediaan perputaranhari 360 persediaan perputaran rata-rata Periode =
c. Perputaran piutang
Perputaran piutang adalah perbandingn antara jumlah penjualan
selama satu tahun dengan rata-rata jumlah piutang selama setahun.
35
piutang rata-rataPenjualan piutang Perputaran =
d. Periode rata-rata pengumpulan piutang
Periode rata-rata pengumpulan piutang adalah piutang kali jumlah
hari dalam satu tahun dengan perputaran piutang.
piutang perputaranhari 360 piutangn pengumpula rata-rata Periode =
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab I dipertanyakan, “apakah investasi baru berupa penambahan
modal kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan”? Dalam Bab V ini,
berdasarkan data Laporan Keuangan PT Astra International Tbk dan Anak
Perusahaan, baik Laporan Neraca Konsolidasian dan Laporan Rugi Laba
Konsolidasian, pertanyaan tersebut akan dijawab. Data keuangan yang dipakai
dalam penelitian ini merupakan dalam jutaan rupiah. Pembahasan dalam Bab V
ini terdiri atas dua bagian yaitu analisis data dan pembahasan.
A. Analisis Data
1. Analisis Investasi Penambahan Modal Kerja
Secara teoritis konsep modal kerja dapat dibedakan atas dua yaitu
modal kerja kotor yaitu total aktiva lancar, dan modal kerja bersih yaitu
selisih antara total aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Dalam penelitian
ini konsep modal kerja yang digunakan adalah modal kerja kotor, jadi
berupa total aktiva lancar, karena menunjukkan jumlah dana (fund) yang
tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Penelitian ini didasarkan data pada Laporan Keuangan Konsolidasi
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000-2005.
Wujud modal kerja tersebut sebagaimana termuat dalam Laporan Neraca
Konsilidasian PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan, karenanya
60
61
meliputi: (1) kas dan setara kas, (2) investasi jangka pendek, (2) piutang
usaha, (4) piutang lain-lain, (5) piutang derivative, (6) kontrak valuta
berjangka, (7) persediaan, (8) uang muka, (9) pajak dibayar di muka, (10)
biaya dibayar di muka.
Data modal kerja perusahaan selama periode 2000-2005 dan indeks
pertumbuhannya dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.01 Modal Kerja dan Indeks Pertumbuhannya
PT Astra International dan Anak Perusahaan (Periode 2000-2005)
No. Tahun Aktiva Lancar Selisi dengan tahun dasar 2000
Indeks Pertumbuhannya (%)
1 2000 Rp. 8.930.134 Rp. 0 0 2 2001 Rp. 10.172.616 Rp. 1.242.482 13,9 % 3 2002 Rp. 10.468.616 Rp. 1.538.482 17,23 % 4 2003 Rp. 9.254.063 Rp. 323.929 3,63 % 5 2004 Rp. 13.761.766 Rp. 4.831.632 54,10 % 6 2005 Rp. 16.171.141 Rp. 7.241.007 81,09 % Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan data Tabel 5.01 di atas diketahui indeks pertumbuhan
modal kerja PT Astra International dan Anak Perusahaan mulai tahun
2000-2005 dibandingkan dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar
menunjukkan trend pertumbuhan yang terus meningkat, kecuali tahun
2003 agak menurun walaupun tetap masih lebih tinggi dibandingkan tahun
dasar. Dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar, maka pertumbuhannya
dapat dilihat sebagai berikut: tahun 2001 meningkat sebesar Rp. 1.242.482
(13,19 %), tahun 2002 meningkat sebesar Rp.1.538. 482 (17,23 %), tahun
62
2003 agak menurun hanya sebesar Rp.323.929 (3,63 %), tahun 2004
kembali meningkat sebesar Rp.4.831.632. (54,1%) dan tahun 2005
meningkat sebesar Rp.7.241.007 (81,09 %).
Berdasarkan data-data di atas dapat dibuat persamaan garis trend
pertumbuhannya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 5.02 Trend Modal Kerja
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
No Tahun Y X 2X XY 1 2000 Rp. 8.930.134 -5 25 -44.650.670 2 2001 Rp. 10.172.616 -3 9 -30.517.848 3 2002 Rp. 10.468.616 -1 1 -10.468.616 4 2003 Rp. 9.254.063 1 1 9.254.063 5 2004 Rp. 13.761.766 3 9 41.285.298 6 2005 Rp. 16.171.141 5 25 80.855.705
68.758. 336 0 70 49.485.378 Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan Tabel 5.02 di atas maka dapat dihitung persamaan
trend-nya sebagai berikut:
Y= a + bX
nY a ∑
=
a6
68.758.336 =
a = 11.459.722,6667
2
Y bXX
∑∑
=
b70
49.485.378 =
b = 706.933,9714
63
Mengingat Y= a + bX, berarti
Y= 11.459.722,6667 + 706.933,9714X
Mengingat nilai b (slope) positif berarti trend pertumbuhan modal
kerja adalah positif atau cenderung meningkat. Trendnya yang positif ini
mengindikasikan operasionalisasi perusahaan semakin baik. Hal ini
mengingat biasanya untuk perusahaan industri, perusahaan hanya akan
menambah modal kerja bila perusahaan dinilai punya prospek perusahaan
untuk berkembang lebih baik. Dengan penambahan modal kerja
diharapkan perusahaan dapat meningkatkan operasionalisasi perusahaan
baik untuk menambah persediaan bahan baku, barang dalam proses,
maupun barang jadi.
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan Laporan Keuangan PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 baik
Laporan Neraca Konsolidasian maupun Laporan Rugi Laba Konsolidasian
dapatlah dihitung rasio-rasio keuangan yang mencerminkan sehat tidaknya
perusahaan dan apakah investasi berupa penambahan modal kerja
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
a. Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek atau
kemampuan perusahaan untuk melunasi semua hutang jangka pendek
tepat pada waktunya.
64
1) Rasio Lancar
Rasio lancar (Current ratio) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.03 Rasio Lancar
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Lancar No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 8.930.134 Rp. 10.100.012 0,884 2 2001 Rp. 10.172.616 Rp. 10.354.940 0,984 3 2002 Rp. 10.468.616 Rp. 7.983.415 1,311 4 2003 Rp. 9.254.063 Rp. 7.732.824 1,197 5 2004 Rp. 13.761.766 Rp. 12.978.507 1,060 6 2005 Rp. 16.171.141 Rp. 14.603.140 1,107
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan nilai rasio lancar (current ratio) di atas, berarti
mulai tahun 2000 sampai dengan 2005 kemampuan aktiva lancar
perusahaan untuk melunasi semua kewajiban jangka pendeknya
(hutang lancar) bersifap fluktuatif. Tahun 2000 dan 2001
perusahaan masih mengalami masalah likuiditas, dimana jumlah
aktiva lancar lebih kecil dibandingkan dengan jumlah hutang
lancar. Mulai tahun 2002 sampai dengan 2005 sudah tidak
mengalami masalah likuiditas. Mulai tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005 perusahaan telah mampu melunasi semua hutang
jangka pendeknya tepat pada waktunya, karena dapat sepenuhnya
65
mengandalkan aktiva lancar yang yang lebih besar dari pada
hutang lancar.
2) Rasio Cepat
Rasio cepat (Quick ratio) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.04 Rasio Cepat
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode tahun 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Rasio Cepat No. Tahun (1) (2) (3) (1) - (2) : (3)
1 2000 Rp.8.930.134 Rp.3.038.371 Rp.10.100.012 0,583 2 2001 Rp.10.172.616 Rp.3.028.927 Rp.10.354.940 0,690 3 2002 Rp.10.468.616 Rp.2.590.775 Rp.7.983.415 0,987 4 2003 Rp.9.254.063 Rp.1.759.560 Rp.7.732.824 0,969 5 2004 Rp.13.761.766 Rp.3.334.329 Rp.12.987.507 0,803 6 2005 Rp.16.171.141 Rp.5.120.829 Rp.14.603.140 0,757
Sumber : Data Sekunder Diolah (2007)
Ditinjau dari nilai rasio cepat di atas diketahui bahwa dengan
mengabaikan pos persediaan, ternyata mulai tahun 2000 sampai
dengan 2005 perusahaan mengalami masalah likuiditas, karena total
aktiva lancar tanpa persediaan per tahun selalu lebih kecil
dibandingkan hutang lancar pada tahu yang sama. Artinya jika
perusahaan ingin mempertahankan likuiditasnya harus ada upaya
mengurangi persediaan diganti dengan aktiva lancar lainnya atau
bagaimana mengatur agar persediaan dapat sesegera mungkin mejadi
kas atau setara kas.
66
b. Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar semua utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang)
jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
1) Debt Ratio / Debt to Total Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio)
PT. Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode tahun
2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.05 Rasio Hutang Atas Aktiva
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Hutang Rasio Hutang
Atas Aktiva No. Tahun (1) (2) (2) : (1)
1 2000 Rp. 26.862.744 Rp. 25.157.733 0,937 2 2001 Rp. 26.573.546 Rp. 24.006.720 0,903 3 2002 Rp. 26.185.605 Rp. 19.687.644 0,752 4 2003 Rp. 27.404.308 Rp. 15.693.596 0,573 5 2004 Rp. 39.145.053 Rp. 22.659.927 0,579 6 2005 Rp. 46.985.862 Rp. 26.561.517 0,565
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini memperbandingkan seluruh kewajiban perusahaan
dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya. Dengan melihat prosentase
rasio ini yang semakin menurun, dari 93,7% (2000) menjadi 56,5 %
(2005) menunjukkan semakin lama kemampuan perusahaan untuk
melunasi semua utangnya semakin tinggi. Dengan demikian resiko
keuangan bagi kreditor maupun invetor semakin kecil. Hal ini
menunjukkan investasi penambahan modal kerja yang perusahaan
67
lakukan berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan baik
secara langsung maupun tidak.
2) Rasio Modal atas Hutang
Rasio modal atas hutang (Net Worth To Total Debt Ratio) PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode tahun 2000
sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.06 Rasio Modal Atas Hutang
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Hutang Ekuitas (Modal) Rasio Modal
Atas Hutang No. Tahun (1) (2) (2) : (1)
1 2000 Rp. 25.157.733 Rp. 1.704.971 0,068 2 2001 Rp. 24.006.720 Rp. 2.566.826 0,107 3 2002 Rp. 19.687.644 Rp. 6.498.561. 0,330 4 2003 Rp. 15.693.596 Rp. 11.710.712 0,746 5 2004 Rp. 22.659.927 Rp. 16.485.126 0,728 6 2005 Rp. 26.561.517 Rp. 20.424.345 0,769
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dengan melihat presentase
rasio ini yang semakin meningkat dari 6,8 % (2000) menjadi 76,9 %
(2005) menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya semakin lama semakin tinggi.
Artinya investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan membuat kemampuan modal
sendiri meningkat sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin
baik.
68
Hal ini terjadi karena investasi penambahan modal kerja yang
dilakukan bagaimanapun akan menambah kemampuan modal sendiri
perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri maka kemampuan
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya semakin tinggi.
Mengingat kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya dengan modal sendiri menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan yang semakin baik, berarti investasi penambahan modal
kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
c. Profitabilitas
Rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas
pengelolaan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan efektif tidaknya
berbagai kebijakan dan keputusan manajemen dalam hal pengelolaan
perusahaan.
1) Gross Profit Margin (Margin Laba Usaha)
Margin Laba Usaha (Gross Profit Margin ) PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai
dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
69
Tabel 5.07 Margin Laba Usaha
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba Usaha Penjualan bersih Margin Laba
Usaha No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 2.576.790 Rp. 28.403.770 0,091 2 2001 Rp. 2.676.861 Rp. 30.122.723 0,089 3 2002 Rp. 2.882.516 Rp. 30.266.605 0,095 4 2003 Rp. 3.397.794 Rp. 31.512.954 0,108 5 2004 Rp. 4.973.438 Rp. 44.923.909 0,111 6 2005 Rp. 6.413.974 Rp. 61.172.314 0,105
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien. Ternyata pengendalian biaya produksi
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan dari tahun ke
tahun semakin efisien. Hal ini terbukti dari marginnya yang
mengalami pertumbuhan dari 9,1% (2000) menjadi 10,5 % (2005).
Pertumbuhannya yang relatif stabil menunjukkan pengendalian
biaya produksi oleh perusahaan cukup efisien.
Data di atas memang tidak secara eksplisit memperlihatkan
pengaruh investasi penambahan modal kerja terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Tetapi bagaimanapun investasi yang
dilakukan perusahaan merupakan modal dasar untuk beroperasinya
perusahaan. Ternyata hasil operasionalisasi perusahaan
memperlihatkan margin laba usaha yang semakin meningkat. Ini
menunjukkan investasi penambahan modal kerja yang dilakukan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
70
2) Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin ) PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai
dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.08
Margin Laba Bersih PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan
( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba Bersih Penjualan bersih Margin Laba Usaha No. Tahun
(1) (2) (1) : (2) 1 2000 Rp. (238.707) Rp. 28.403.770 (0,008) 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 30.122.723 0,028 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 30.266.605 0,120 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 31.512.954 0,140 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 44.923.909 0,120 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 61.172.314 0,089
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini memperbandingkan laba bersih perusahaan
setelah pajak terhadap penjualan. Rasio ini memperlihatkan bahwa
walaupun trend-nya sempat meningkat dari tahun 2001 sampai
dengan 2003, lalu menurun mulai tahun 2004 sampai dengan 2005,
tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun dasar (2000)..
data ini memperlihatkan keberadaan investasi penambahan modal
kerja berdampak positif pada peningkatan kinerja keuangan
perusahaan baik langsung maupun tidak.
3) Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat
pada tabel berikut:
71
Tabel 5.09 Return on Asset (ROA)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba sebelum
pajak Aktiva ROA
No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (591.358) Rp. 26.862.744 (0,022) 2 2001 Rp. 1.940.029 Rp. 26.573.546 0,073 3 2002 Rp. 5.452.764 Rp. 26.185.605 0,208 4 2003 Rp. 7.039.250 Rp. 27.404.308 0,257 5 2004 Rp. 8.007.203 Rp. 39.145.053 0,205 6 2005 Rp. 8.205.759 Rp. 46.985.862 0,175
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
seluruh sumber daya yang ada untuk menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan nilai ROA di atas diketahui bahwa adanya investasi
penambahan modal kerja yang dilakukan perusahaan banyak
membantu meningkatkan laba perusahaan. Walaupun trendnya
agak menurun tetapi secara umum masih lebih tinggi dibandingkan
kondisi tahu dasar (tahun 2000) yang mengalami kerugian.
Investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan dari tahun 2000 sampai
dengan 2005 di atas tentunya dilandasi oleh keinginan menambah
dana untuk mengembangkan atau meningkatkan operasionalisasi
perusahaan . Dengan operasionalisasi perusahaan semakin
meningkat maka diharapkan akan meningkatkan laba sebelum
pajak. Sayangnya peningkatan laba tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan aktiva, sehingga walaupun
72
secara absolut meningkat tetapi pertumbuhannya cenderung
menurun.
4) Rasio Keuntungan Bersih atas Aktiva (ROI)
Rate of Return on Investment (ROI) PT Astra International
Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.10 Rate of Return on Investment (ROI)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba bersih Aktiva ROA No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (238.707) Rp. 26.862.744 0,009 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 26.573.546 0,032 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 26.185.605 0,139 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 27.404.308 0,161 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 39.145.053 0,138 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 46.985.862 0,116
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Sebagaimana ROA, ROI menunjukkan kemampuan
perusahaan dengan seluruh sumber daya yang ada untuk
menghasilkan keuntungan. Dari nilai ROI di atas diketahui bahwa
adanya investasi penambahan modal kerja banyak membantu
meningkatkan laba perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari laba
bersih perusahaan mulai tahun 2002 tersebut yang terus meningkat,
walaupun trendnya agak menurun tetapi secara umum masih jauh
lebih tinggi dibandingkan pada tahun dasar (tahun 2000) yang
mengalami kerugian. Keterkaitan antara investasi penambahan
modal kerja dengan laba bersih dapat dijelaskan sebagai berikut.
73
Peningkatan laba bersih mengindikasikan operasionalisasi
perusahaan semakin besar. Operasionalisasi perusahaan semakin
besar tidak lain karena adanya investasi penambahan modal kerja
untuk pembiayaannya.
5) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.11 Return on Equity (ROE)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba bersih Modal sendiri ROE No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (238.707) Rp. 1.704.971 (0,140) 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 2.566.826 0,329 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 6.498.561. 0,560 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 11.710.712 0,378 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 16.485.126 0,328 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 20.424.345 0,267
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelolah modal sendiri, dengan kata lain rasio ini menunjukkan
rentabilitas modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bagian
keuntungan yang berasal dari modal sendiri. Berdasarkan nilai
ROE di atas diketahui bahwa bagian keuntungan dari modal sendiri
sempat meningkat dari tahun 2001 sampai dengan 2002, lalu
menurun mulai tahun 2003 sampai dengan 2005, tetapi masih lebih
tinggi dibandingkan pada tahun dasar (2000). Dengan demikian
74
adanya investasi penambahan modal kerja mempengaruhi besarnya
keuntungan dari modal sendiripun meningkat, dan hal itu
mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan yang semakin
meningkat.
d. Aktivitas
1) Perputaran Persediaan
Tabel 5.12 Perputaran Persediaan
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Penjualan Persediaan Perputaran
Persediaan No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 28.403.770 Rp.3.038.371 9,348355 2 2001 Rp. 30.122.723 Rp.3.028.927 9,945015 3 2002 Rp. 30.266.605 Rp.2.590.775 11,68245 4 2003 Rp. 31.512.954 Rp.1.759.560 17,90956 5 2004 Rp. 44.923.909 Rp.3.334.329 13,47315 6 2005 Rp. 61.172.314 Rp.5.120.829 11,94578
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Tabel di atas memperlihatkan rasio perputaran persediaan
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan secara umum
relatif baik karena cukup tinggi bahkan yang terbaik mencapai 18
kali (tahun 2003), disusul 13 kali (tahun 2004), dan 12 kali (tahun
2002 dan 2005), 10 kali (tahun 2001) dan 9 kali tahun 2000).
Ditelaah dari segi trendnya dari tahun 2000 sampai dengan 2003
memperlihatkan trend meningkat tetapi pada tahun 2004 sampai
dengan 2005 mengalami penurunan.
75
2) Days Sales Outstanding (DSO)
Tabel 5.13 Days Sales Outstanding (DSO)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Penjualan Piutang DSO No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 28.403.770 Rp.1.892.371 9,348355 2 2001 Rp. 30.122.723 Rp.2.274.761 9,945015 3 2002 Rp. 30.266.605 Rp.1.950.559 11,68245 4 2003 Rp. 31.512.954 Rp.1.546.573 17,90956 5 2004 Rp. 44.923.909 Rp.3.605.920 13,47315 6 2005 Rp. 61.172.314 Rp.5.379.750 11,94578
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Tabel ini memperlihatkan bahwa perputaran piutang PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan termasuk baik
karena cukup cepat, semua masih di bawah 30 hari, kecuali pada
tahun 2005 yang mencapai 32 hari.
B. Pembahasan
Hasil analisis data memperlihatkan kinerja investasi penambahan
modal kerja menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat dibandingkan
tahun dasar (2000). Trend pertumbuhannya yang positif menunjukkan
operasionalisasi perusahaan semakin baik. Hasil analisis kinerja keuangan
perusahaan berbasis pada rasio-rasio keuangan, memperlihatkan bahwa
perkembangan yang dialami perusahaan secara umum semakin baik. Dapat
disimpulkan bahwa invetasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan telah meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
76
1. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Likuiditas Perusahaan
Rasio lancar PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan
selama periode 2000-2005, bersifat fluktuatif. Tahun 2000 dan 2001
sempat mengalami masalah likuiditas, mulai tahun 2002-2005 tidak lagi
mengalami persoalan likuiditas. Ini menunjukkan investasi penambahan
modal kerja yang dilakukan perusahaan sangat membantu perusahaan
untuk mengatasi persoalan likuiditas. Dengan likuiditas yang lebih besar
resiko makin kecil, namun profitabilitas juga semakin kecil. Jadi
tergantung pertimbangan perusahaan mau mementingka profitabilitas yag
tinggi ataukah mengurangi risiko yang harus ditanggung sampai serendah
mungkin.
Ditinjau dari rasio cepat, selama periode penelitian (2000-2005)
perusahaan mengalami masalah likuiditas. Artinya dengan mengabaikan
pos persediaan justru membuat masalah likuiditas. Ini menunjukkan
investasi penambahan modal kerja pada pos persediaan (yang diabaikan
dalam perhitungan ini) cukup besar, tidak bisa diabaikan begitu saja kalau
tidak ingin likuiditas perusahaan terganggu.
Ditelaah dari rasio likuiditas khususnya rasio lancar perusahaan
dianggap mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
Trend yang menurun di satu sisi memperlihatkan menurunnya likuiditas.
Tetapi menurut Sabardi (1994:105) asalkan masih lebih besar dari 1 (satu)
sudah baik. Justru kalau Current ratio terlalu tinggi menurut Sabardi,
kurang baik karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur dan
77
yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk
mendatangkan laba (profitabilitas).
Persediaan walaupun termasuk aktiva lancar sering tidak
diperhitungkan sebagai kas atau setara kas, karena untuk menjadikannya
kas dianggap memerlukan waktu yang relatif lama. Itulah maka di dalam
Quick ratio (rasio cepat) persediaan tidak dimasukkan. Quick ratio yang
lebih kecil dari satu memperlihatkan perusahaan mengalami likuiditas bila
mengabaikan pos persediaan. Tinggal sekarang bagaimana menjadikan
persediaan itu ke aktiva lancar lain yang lebih mudah dijadikan kas atau
setara kas.
2. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Solvabilitas
Ditinjau dari Debt Ratio diketahui kalau risiko keuangan bagi
kreditor dan investor menunjukkan trend yang semakin kecil, sebaliknya
trend investasi penambahan modal kerja justru meningkat. Hal ini
menunjukkan adanya investasi penambahan modal kerja berdampak positif
pada operasionalisasi perusahaan sehingga kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajibannya semakin tinggi. Dengan demikian akan
mengurangi risiko keuangan bagi investor dan kreditur.
Demikian pula bila ditelaah berdasarkan rasio modal atas hutang.
Berdasarkan prosentase rasio tersebut yang meningkat dari 6,8% (tahun
2000) menjadi 76,9% (tahun 2005) menunjukkan kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya semakin lama
semakin tinggi. Hal ini tentu saja tercapai sebagai akibat langsung maupun
78
tidak langsung dari adanya investasi penambahan modal kerja yang
semakin meningkat. Adanya investasi penambahan modal kerja akan
menambah kemampuan operasionalisasi perusahaan yang akan
meningkatkan laba perusahaan yang bila dicadangkan akan meningkatkan
kemampuan modal sendiri, di satu sisi memudahkan perusahaan
memenuhi kewajibannya, dan di sisi lain akan mengurangi risiko bagi
investor dan kreditor .
3. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Profitabilitas Perusahaan
Analisis profitabilitas perusahaan baik Gross Profit Margin
maupun Net Profit Margin memperlihatkan pertumbuhan dengan relatif
stabil. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan
biaya produksi cukup efisien. Hal ini walaupun tidak secara eksplisit,
sesungguhnya menunjukkan dampak positif investasi penambahan modal
kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Pada margin laba usaha, bisa dilihat pertumbuhannya 9,1% (tahun
2000), 8,9 % (tahun 2001), lalu trend meningkat menjadi 9,5 %
(tahun2002), 10,8 % (tahun 2003), 11,1 % (tahun 2004), dan 10,5 %
(tahun 2005). Demikian pula pada margi laba bersih, meningkat dari-0,8 %
(tahun 2000) menjadi 2,8 % (tahun 2001), 12 % (tahun 2002), 14 % (tahun
2003), 12 % (tahun 2004), dan 8,9 % (tahun 2005). Walaupun trend
cenderung menurun tetapi secara absolut meningkat. Hal ini berarti
keberadaan investasi penambahan modal kerja berdampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
79
Ditelaah dari Return on Asset (ROA), investasi yang dilakukan
perusahaan dengan menambah modal kerja berdampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Dengan bertambahnya modal kerja,
operasionalisasi perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan laba
sebelum pajak. Hanya saja peningkatan laba tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan aktiva, sehingga walaupun secara
absolut meningkat tetapi pertumbuhannya cenderung menurun.
Rasio Keuntungan Bersih Atas Aktiva (ROI) menunjukkan
investasi penambahan modal kerja meningkatkan laba perusahaan. Hanya
saja peningkatan laba bersih ini bila dibanding dengan peningkatan aktiva
lebih kecil, maka trend pertumbuhan ROI cenderung menurun walaupun
secara absolut meningkat. Selanjutnya ditelaah dari Return on Equity
(ROE) ternyata investasi penambahan modal kerja meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Ditelaah dari trend pertumbuhan investasi
penambahan modal kerja periode 2000-2005 cenderung meningkat.
Artinya di satu sisi peningkatan tersebut meningkatkan likuiditas,
mengurangi risiko. Tetapi akibatnya baik ROA, ROI dan ROE
menunjukkan kecenderung menurun, yang artinya kemampuan
menghasilkan profitabilitas menurun tetapi masih dalam tataran
menguntungkan. Inilah yang diungkapkan Van Horne dan Wachowicz
(2005:323), bahwa dalam pengolahan modal kerja , ada dua prinsip
keuangan yang paling mendasar dalam operasional: (1) profitabilitas
berbanding terbalik dengan likuiditas dan (2) profitabilitas bergerak
80
bersama dengan risiko. Perusahaan harus bijaksana dalam hal ini, jika
mempertahankan aktiva lancar yang berlebihan dapat dengan mudah
membuat perusahaan merealisasikan pengembalian atas investasi (ROI)
yang rendah. Sebaliknya perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu
sedikit dapat mengalami kekurangan atau kesulitan dalam
mempertahankan operasi yang lancar. Oleh karena itu perusahaan harus
mempersiapkan aktiva lancar setidaknya sebesar modal kerja permanent
(permanent working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang.
4. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Aktivitas
Dilihat dari perputaran persediaan di atas diketahui bahwa
perputaran persediaan yang semakin meningkat menunjukkan investasi
penambahan modal kerja mempengaruhi operasionalisasi perusahaan
sekaligus menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik.
Perputaran piutang yang kebanyakan di bawah 30 hari tentulah sangat baik
bagi kinerja keuangan perusahaan.
Hasil pengolahan data di atas memperlihatkan hampir semua rasio
keuangan memperlihatkan trend yang menurun. Trend yang menurun ini
dikarenakan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling menonjol
adalah adanya anak perusahaan PT Astra International yang justru
menghentikan operasionalisasinya pada tahun 2003/2004. Sebaliknya ada juga
anak perusahaan yang baru mulai beroperasi tahun 2004/2005 sehingga belum
81
bisa memberikan hasil. Jadi secara umum sebetulnya kinerja PT Astra
International Tbk. mengalami peningkatan/semakin baik. Tetapi kinerja satu
dua anak perusahaan yang belum terlalu baik berpengaruh terhadap trend
rasio keuangan yang mengalami penurunan. Mengingat perhitungannya
dilakukan secara keseluruhan maka hal ini berpengaruh terhadap hasil
keseluruhan dan ini dibuktikan dari trend yang menurun. Intinya secara umum
kinerja keuangan PT Astra International Tbk semakin membaik, tetapi pada
satu dua perusahaan mengalami penurunan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya PT. Astra International Tbk
PT. Astra International Tbk adalah induk perusahaan grup Astra yang
didirikan tahun 1957. Didukung oleh tim manajemen profesional yang menjunjung
tinggi asas transparansi dalam segala tindakannya, kini grup Astra telah tumbuh
menjadi salah satu kelompok usaha terkemuka di Indonesia.
Pada awal berdirinya, William Soeryadjaya bersama saudaranya Tjia Kian Tie
(alm) menggunakan nama PT. Astra International Incorporated dan usaha ini
bergerak dalam bidang perdagangan umum serta ekspor dan impor hasil-hasil
pertanian. Kata Astra berasal Dewi Astrea yaitu anak Dewa Zeus yang kemudian
menarik diri ke angkasa dan hingga kini bersinar dalam salah satu konstelasi bintang.
Dengan menggunakan kata Astrea diharapkan perusahaan dapat menggapai cita-cita
setinggi bintang.
Aktivitas PT Astra mulai nampak ketika pemerintah membangun Waduk
Jatiluhur. Saat itu PT Astra menerima order untuk mengimpor alat-alat berat dan truk.
Keberhasilannya menangani proyek tersebut membuat PT Astra dipercaya PLN untuk
mengimpor generator. Namun karena kesalahan teknis, maka usaha tersebut gagal.
Dalam rangka memanfaatkan dana yang menganggur PT Astra mendatangkan truk-
truk merk Chevrolet dari Amerika Serikat. Ternyata truk-truk tersebut sangatlah
dibutuhkan masyarakat sehingga banyak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
36
37
Keberhasilannya itu diapresiasi oleh pemerintah dengan memberikan
kepercayaan untuk mengelolah perusahaan perakitan milik Negara yang bernama PN
Gaya Motor. Setelah melalui masa-masa sulit Astra berhasil melakukan kerja sama
dengan Toyota Motor Company Jepang untuk merakit mobil merk Toyota di
Indonesia. Inilah awal usaha Astra di bidang otomotif yang sampai berkembang
menjadi “Pohon” yang rindang dan teduh bagi 100.000 karyawan langsung yang
bernaung di bawahnya dan puluhan ribu orang lagi yang secara tidak langsung
bernaung di bawah pohon tersebut..
B. Perkembangan PT Astra International Tbk
Astra yang pada mulanya hanyalah perusahaan kecil telah berkembang
dengan pesatnya. Berbagai bidang bisnis telah dimasukinya bahkan telah mencapai
puluhan perusahaan. Tidak mengherankan bila Astra kini dikenal sebagai salah satu
perusahaan yang vital bagi bangsa dan negara.
Lingkup usaha Group Astra meliputi produksi, distribusi, penjualan dan
penyewaan kendaraan bermotor, jasa keuangan, sumber daya alam, serta teknologi
informasi dan peralatan kantor. Dalam industri otomotif nasional, nama Astra telah
identik dengan berbagai merk kendaran bermotor terkemuka seperti Toyota,
Daihatsu, Izusu, BMW, Peugeot, Nissan, Diesel, dan sepeda motor Honda.
Kepemimpinan Astra dalam pasar otomotif mencerminkan prestasi dan keberhasilan
yang telah dicapai selama ini.
Guna mengatasi berbagai tantangan yang muncul sebagai dampak dari
perubahan dunia usaha dan kemelut ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun
1997, Astra telah memulai langkah pembaharuan dengan merumuskan kembali dan
38
mengelompokkan kegiatan usahanya menjadi lima divisi. Adapun kelima divisi
tersebut adalah:
1. Astra Motor
Divisi ini membawahi distribusi, penjualan dan penyewaan kendaraan bermotor,
bisnis mobil bekas, suku cadang dan jasa purna jual.
2. Astra Industries
Divisi ini membawahi manufaktur kendaraan bermotor, komponen otomotif dan
alat-alat berat.
3. Astra Finance
Divisi ini membawahi pembiayaan mobil dan sepeda motor, asuransi kerugian
dan jiwa, dan perbaikan.
4. Astra Resource
Divisi ini membawahi industri yang berbasis perkebunan dan perkayuan.
5. Astra System
Divisi ini membawahi peralatan kantor dan teknologi informasi serta
infrastruktur.
39
C. Struktur Organisasi
Board of Commissioners Executive Committee Board of Directors Audit Committee Chief of Executive Officer Remuneration and Nomination committee
Coordinating Group Director
Astra Motor I - Honda Group Director
Astra Motor II - Toyota Group Director
Astra Motor III - Non Toyota Group Director
Astra Motor IV - Component Group Director
Astra Heavy Equipment Group Director
Astra Resources - Agribusiness Group Director
Astra System I – Information Technology
Group Director
Astra Finance Group Director
Astra System II - Infrastructur Group Director
40
D. Sistem Manajemen Astra
Sejalan dengan semakin berkembangnya Astra tentunya diperlukan suatu
manajemen operasional yang baik. Diharapkan dengan itu tujuan perusahaan akan
tercapai dan hubungan antar karyawan semakin baik dan saling menunjang. Adapun
prinsip-prinsip operasional yang dilaksanakan Astra adalah:
1. Sinergi,
Menggalang kerja sama secara sinergis di lingkungan Astra dan mitra kerja
untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
2. Kepercayaan,
Senantiasa bersikap transparan, jujur, serta menjunjung tinggi etika,
profesionalisme, dan idealisme dalam iklim usaha yang dinamis.
3. Tangkas,
Responsif terhadap perubahan dan gagasan baru serta sigap meraih peluang
dan mengatasi tantangan dalam iklim usaha yang dinamis.
4. Bertanggungjawab,
Selalu berusaha menjadi warga perusahaan yang baik dengan mematuhi
hukum dan peraturan, berwawasan lingkungan, memberikan kontribusi berarti
bagi pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi, berperan serta
dalam pengembangan masyarakat sekitar di mana pun Astra berada.
E. Tata Kelola Perusahaan
1. Dewan Komisaris dan Direksi Astra
Dewan Komisaris dan Direksi Astra mempunyai komitmen untuk
mengelola perusahaannya dengan standar paling tinggi. Grup Astra sejauh ini
41
diakui sebagai perusahaan yang kompeten dalam menjalankan praktik tata kelola
perusahaan secara baik. Tata kelola perusahaan yang telah lama dilaksanakan
Astra, dalam kenyataannya masih konsisten menjalankan kontrol yang bijaksana
sejalan dengan etika perusahaan yang dilaksanakan secara terus menerus. Praktik
tersebut dari hari ke hari merupakan perwujudan dari Catur Dharma, yang
merupakan filosofi dasar Perseroan yang masih menjadi bagian dari kegiatan
bisnis lebih dari empat puluh tahun kemudian.
Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan melakukan tugas dan fungsinya
secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
kepentingan Perseoran, pemegang saham dan stakeholder serta mematuhi standar
dan peraturan yang berlaku .
2. Internal Audit.
a. Audit Committee(AC)
AC membantu Dewan Komisaris dalam mengemban tanggung jawab
pengawasan sesuai ketentuan Bapepam dan Bursa Efek Jakarta yang berlaku.
b. Remuneration and Nomination Committee (RNC)
RNC bertugas untuk menetapkan kebijakan remunerasi, menetapkan dasar
pembayaran bonus dan pembagian tugas antara para anggota Direksi. Komite
ini juga ditugaskan untuk menyeleksi calon eksekutif yang berpotensi (di luar
jabatan Direktur). Secara berkala RNC mengadakan rapat.
c. Executive Committee (EC)
EC meninjau semua keputusan bisnis penting yang memerlukan persetujuan
dari Dewan Komisaris termasuk anggaran tahunan, kinerja operasional dan
42
keuangan Grup Astra secara umum. Pertemuan dilaksanakan setiap bulan di
mana kinerja kuartalan dan proyeksi dibandingkan dengan anggaran tahunan.
3. Grup Internal Audit dan Manajemen Risiko
Grup Astra menyadari betapa pentingnya membentuk Audit Internal dan
Manajemen Risiko yang berfungsi memberikan laporan yang jelas kepada Direksi
dan akses yang seluas-luasnya untuk AC. Audit Internal dan Grup Manajemen
Risiko menyetujui dan menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif.
a. Audit Internal
Obyektif yang penting dalam Grup Audit Internal adalah menyediakan
jaminan dalam perluasan dan efektif dari sistem control internal Perseoran,
dengan mengikuti panduan dari Charter Audit Internal, di mana akan
memperkuat Grup Audit Internal untuk melaksanakan kegiatan Audit Internal
yang luas.
Di tahun 2004 sebagai bagian dari proses yang telah berlangsung,
Komite Audit dan Direksi menyetujui strategi untuk mempertinggi cakupan
dan kualitas pelayanan Audit Internal untuk memenuhi tantangan yang
diperlukan dalam masalah tata kelola perusahaan. Hal ini terus menerus akan
diimplementasikan selama tiga tahun ke depan.
Struktur divisi Audit Internal telah ditetapkan untuk peningkatan
perluasan dan kualitas dari pelayanan Audit Internal. Sebagai tambahan dari
Audit Sales Operation, tim-tim baru, termasuk IT Audit dan Grup Audit
Internal telah disiapkan untuk bekerja lebih dekat dengan Departemen Audit
Internal di perusahaan lain di dalam Grup Astra untuk memastikan pelayanan
43
yang efektif dan melaporkan kegiatan Audit Internal dan isu di seluruh Grup
Astra.
Pendekatan sekarang ini, metode, proses, alat, produk dan pelayanan-
pelayanan ditinjau secara berkala untuk memastikan Grup Astra terus menerus
mendekati praktek terbaik di dunia baik dalam pelaksanaan dan penyelesaian
pelayanan ini
b. Pendekatan Audit Internal
Terdapat tiga sistem pemeringkatan (‘efektif’, ‘diperlukan perbaikan’
dan ‘lemah’) yang telah berjalan untuk mengukur keefektifan pengontrolan
internal dan memberikan perhatian pada area yang dinilai di bawah standar.
‘Follow up Review’ dilaksanakan untuk memastikan permasalahan dan
rekomendasi yang diajukan pada laporan audit telah disampaikan.
Perseroan melakukan investasi yang besar dalam bidang pelatihan,
pengembangan keterampilan dan pengetahuan karyawan bagian audit
termasuk sertifikasi sebagai auditor. Dalam waktu enam bulan, karyawan
terpilih dikirim untuk mengikuti program Qualified Internal Auditor (QIA)
dan memperoleh diploma. Konsultan eksternal juga direkrut untuk
mengembangkan ketrampilan audit TI dan ketrampilan perangkat lunak audit.
c. RIsk Management of Group (RMG)
RMG berperan ganda baik sebagai konsultan maupun penjamin. RMG
bertugas memberikan fasilitas dan saran dalam pelaksanaan manajemen risiko
dan hal-hal yang berhubungan di seluruh Grup Astra. RMG bertanggung
jawab untuk memberikan jaminan secara mandiri kepada Direksi dan Komite
44
Audit dalam menjalankan peraturan termasuk kepastian dalam risiko besar
dan keefektifan dalam pengendalian yang di tetapkan oleh manajemen.
d. Bagan Sistem Manajemen Risiko Grup Astra
Untuk menghadapi tantangan usaha yang terus meningkat, Perseroan
mengadopsi kerangka kerja pengelolaan risiko secara menyeluruh yang
melibatkan proses mengidentifikasi, mengelola dan melaporkan risiko usaha
yang signifikan. Kerangka kerja ini dilengkapi oleh sebuah proyek Control
Self Assesment (CSA) untuk mengidentifikasi profil risiko Grup Astra secara
sistematis dan terorganisasi dengan melakukan pemetaan dan
memprioritaskan berbagai risiko, berdasarkan pada kemungkinan terjadinya
risiko dan dampaknya terhadap nilai bagi pemegang saham. Sebagai
tambahan, untuk memberikan pandangan yang lengkap kepada manajemen
mengenai risiko operasi secara menyeluruh, RMG memfasilitasi perencanaan
sumber daya yang diperlukan untuk mengelola risiko.
RMG secara aktif menyebarluaskan kerangka kerja Manajemen
Risiko/CSA ke seluruh Grup Astra melalui komunikasi dan lokakarya untuk
meningkatkan kesadaran, pemahaman, identifikasi serta analisa risiko dan
kontrol di berbagai tingkat manajemen.
Risk Registers juga sedang dikembangkan agar dapat
mendokumentasikan dan menindaklanjuti dengan jelas. Kebijakan
Pengelolaan Risiko mengharuskan Perseroan untuk mempunyai kerangka
kerja Manajemen Risiko dan Risk Registers yang telah disetujui oleh Direksi.
45
Kini Astra sedang dalam proses merumuskan Rencana Kelanjutan
Bisnis dan segera akan memulai mendokumentasikan semua proses bisnis
terkait dan prosedur untuk membangun daya tahan dan kemampuan untuk
mempertahankan merek dan reputasi Astra, stakeholder dan penciptaan nilai.
4. Komunikasi Karyawan
Selama tahun 2004 sejumlah kegiatan rutin tetap dijalankan untuk
meningkatkan hubungan internal, membangun moral dan menjaga keefektifan
lingkungan kerja. Setiap tahun Presiden Direktur Perseroan menyampaikan
pesannya melalui surat kepada semua eksekutif dan karyawan perusahaan
dalam Grup Astra berisi perkiraan Perseroan mengenai ekonomi makro,
lingkungan kegiatan usaha, strategi kunci dan sasaran Astra. Direksi
mengundang eksekutif untuk mengkomunikasikan isi surat tersebut kepada
semua karyawan. Selain itu, Direksi juga mengunjungi beberapa kota seperti
Bandung, Pekanbaru, Surabaya dan Jakarta guna mengkomunikasikan secara
46
langsung kepada para manajemen tingkat menengah dan para kepala cabang
guna memastikan kebijakan dan strategi perusahaan dipahami sepenuhnya.
5. Remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi
Pada tahun 2004, Dewan Komisaris dan Direksi Astra menerima pembayaran
gaji dan uang kompensasi lainnya sebesar Rp 244 miliar.
6. Sekretaris Perusahaan
Untuk meningkatkan dan menjaga reputasi Astra sebagai perusahaan
publik terkemuka di Indonesia, Sekretaris Perusahaan mengemban tanggung
jawab mempertahankan komunikasi yang wajar, konsisten dan terbuka dalam
hal seputar tata kelolah perusahaan, transaksi material dan kegiatan perseroan.
Dalam kegiatan sehari-hari fungsi hubungan masyarakat di bawah pengarahan
Sekretaris Perusahaan menyediakan informasi terkini mengenai Perseroan
kepada pemegang saham, publik, investor pasar modal, analis dan media.
Sebagai tambahan, Sekretaris Perusahaan memantau hal-hal yang
berhubungan dengan kepatuhan dan ketentuan pasar modal yang berlaku dan
memberikan informasi kepada Direksi mengenai perubahan ketentuan dan
implikasinya.
Pengumuman-pengumuman secara berkala disampaikan melalui media
terkemuka. Nilai-nilai Perseroan, filosofi, budaya serta program-program
tanggung jawab sosial perusahaan diinformasikan melalui media internal dan
berbagai acara. Informasi mengenai Perseroan bisa diperoleh melalui laporan
tahunan, press release, dan website Perseroan di www.astra.co.id.
47
F. Falsafah Astra
Falsafah atau pandangan hidup berarti pegangan atau arah. Manfaatnya bagi
perusahaan adalah sebagai suatu pedoman bagi masa depan perusahaan.
Terbentuknya falsafah Astra dilandasi dan bersumber dari falsafah pendiri Astra. Hal
ini mendeskripsikan perjalana hidup baik suka maupun duka sehingga merupakan
landasan atau fondasi guna menumpu Astra.
Adapun isi falsafah perusahaan yang diberi nama “CATUR DHARMA” adalah
sebagai berikut:
a. Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara ( To be an asset to the
nation)
b. Memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan ( To provide the best service
to the customer)
c. Saling menghargai dan membina kerja sama ( To respect the individual and
develop teamwork)
d. Berusaha mencapai yang terbaik ( To continually strive for excellence)
Di samping memiliki falsafah “CATUR DHARMA”, Astra mempunyai visi
sebagai berikut:
1. To be one of the best managed corporation in Asia Pacific region with an emphasis on building competence through human resources development, solid financial structures, customer satisfaction and efficiency
2. To be a socially responsible corporation and to be environmentally friendly.
Visi Astra yaitu (1) Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang
manajemen di kawasan Asia Pasifik dengan penekanan pada pembangunan
kompetensi melalui pengembangan SDM, struktur keuangan yang solid, kepuasan
48
pelanggan dan efisiensi; (2) Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab
sosial serta ramah lingkungan.
G. Long Term Policy Astra
Kemelut ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah
menyadarkan bahwa lingkungan usaha tengah mengalami perubahan drastis. Kini
semua semua sektor industri tidak lagi menikmati proteksi pasar. Tiada lagi
peraturan-peraturan yang melindungi dari ancaman persaingan global. Hal ini disertai
pula dengan semakin banyaknya pilihan yang berkualitas yang ditawarkan kepada
konsumen.
Agar dapat bertahan dan berkembang dalam iklim usaha yang baru ini, Astra
harus memiliki daya saing yang tinggi dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan
baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Astra harus mampu meningkatkan diri
menjadi jaringan usaha yang mengutamakan kepuasaan pelanggan dengan rangkain
produk dan layanan berkualitas.
Untuk mencapai tujuan di atas, Astra menerapkan suatu strategi yang
sederhana yaitu terus memperkuat dan menata ulang bidang-bidang kompetensi dan
strategi usaha agar tercapai sinergi yang memungkinkan untuk memberikan nilai yang
terbaik bagi pelanggan. Selain itu, komitmen Astra adalah memberikan peluang
pengembangan karir kepada segenap karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Di
samping itu, Astra juga memberikan perhatian khusus terhadap upaya pelestarian
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana pun Astra berada.
49
H. Sumber Daya Manusia
Pada akhir tahun 2004 jumlah karyawan Grup Astra meningkat 11% menjadi
105.993, sedangkan pendapatan penjualan tumbuh lebih dari 40,7% dan pertumbuhan
laba bersih lebih dari 22,3%. Sementara produktivitas meningkat, semakin banyak
tantangan yang dihadapi oleh tim pengembangan sumber daya manusia (Human
Resources Development/HRD) di masa depan.
Tim HRD berperan selaku mitra strategis bagi Direksi dalam menjalankan
program program utamanya dan pada tahun 2004 telah dilakukan pengukuran dan
pengelolaan kinerja. Dalam tinjauan bulanan kegiatan operasional, HRD senantiasa
diikutsertakan untuk memperoleh informasi dan pemahaman mengenai masalah-
masalah yang dihadapi oleh setiap kepala divisi.
Pada tahun 2004, selain meningkatkan produktivitas, HRD juga memfokuskan
pada upaya untuk mendorong kreativitas dan inovasi, serta mempergunakan
momentum dimulainya Astra Awards untuk memberikan penghargaan bagi
perusahaan-perusahaan dalam Grup Astra yang berhasil melampaui 6 kategori yang
telah didefinisikan secara jelas yaitu:
1. Strategi dan implementasi yang sempurna
2. Hasil yang baik dan operasional yang sempurna secara konsisten
3. Perbaikan terus menerus dalam mencapai operasional yang sempurna
4. Operasional yang sempurna dan focus terhadap pelanggan
5. Operasional yang sempurna untuk pemulihan usaha
6. Arah yang jelas dalam menangani pemulihan usaha
50
Fokus pelatihan manajemen pada tahun 2004 adalah menyelaraskan
keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha ritel Grup Astra.
Sejumlah upaya dilakukan untuk menyebarkan budaya yang dapat meningkatkan dan
menghargai pemikiran kewirausahaan dan inovasi. Pada tahun 2004 sejumlah 1.887
peserta mengikuti pelatihan pada 23 jenis program manajemen yang berbeda.
Departemen Hubungan Industri (Industrial Relation of Department/IRD) yang
bernaung di bawah HRD terus memfokuskan diri pada peraturan perburuhan,
perundang undangan dan permasalahan perburuhan penting lainnya. Dalam
kunjungan ke setiap cabang Grup Astra sepanjang tahun ini, tim IRD
menyelenggarakan forum pertemuan dengan para karyawan setempat untuk
memberikan informasi terkini mengenai hal-hal yang menyangkut tenaga kerja yang
berhubungan dengan Jamsostek dan Koperasi Astra. Sebuah Forum Industrial
Relations Society diselenggarakan dan sejumlah lokakarya diadakan untuk membahas
dampak dari ketentuan perundang-undangan yang baru terhadap perselisihan
industri..
I. Lingkungan Hidup, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LH&K3)
Semakin banyaknya kemajuan masyarakat yang terjadi di berbagai bidang,
maka semakin tinggi pula perhatian mereka terhadap perilaku perusahaan. Masalah
lingkungan dan keselamatan kerja membutuhkan perhatian yang cermat dan standar
yang layak agar masyarakat dapat mencapai kemajuan sebagaimana diharapkan.
Tujuan dari laporan LH&K3 adalah untuk membahas aspek-aspek di
dalamnya secara transparan dan terbuka agar stakeholder Grup Astra dapat
51
mengetahui cara berpikir dan kepedulian Astra terhadap perannya sebagai warga
negara yang baik.
Kebijakan LH&K3 Grup Astra mengacu pada tiga pendekatan dasar utama
yakni berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Filosofi “Green Company” dengan empat pilar dasarnya yaitu green strategy, green
process, green product dan green employee telah diterapkan perusahaan selama
beberapa tahun terakhir.
Untuk memastikan kepatuhan yang efektif atas empat pilar dasar tersebut
sejumlah standar internasional dan nasional diterapkan antara lain ISO 14001,
OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety Assesment), SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Dalam penerapannya, Grup Astra
memiliki sistim peringkat yang menunjukkan tingkat kesesuaian dari setiap
perusahaan dalam Grup Astra dengan standar yang telah ditetapkan. Tingkat
terendah, warna hitam (pemenuhan standar kesesuaian 0-20%) menunjukkan
kemungkinan adanya hambatan dalam kegiatan usaha ataupun terjadinya kecelakaan
berat. Terdapat empat tingkatan lebih tinggi lainnya dan yang paling tinggi adalah
berwarna emas (lebih besar atau sama dengan 90%) menunjukkan bahwa kegiatan
usaha tersebut telah memenuhi standar lingkungan.
Hasil penilaian Astra Green Company pada tahun 2004 atas 283 fasilitas
menunjukkan kemajuan positif di seluruh sektor usaha terkemuka, di mana 19% dari
peserta memperoleh warna emas, 38% memperoleh warna hijau dan 31%
memperoleh warna biru. Pelatihan bagi para karyawan EHS tetap berlanjut. Tiga
buah buku EHS dipublikasikan di tahun 2004, yaitu Pedoman Penilaian Astra Green
52
Company, Panduan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan dan Tips Mingguan
EHS volume ketiga.
Setiap tahun Grup Astra menerbitkan Green Annual Report dengan tebal lebih
dari 70 halaman berisikan analisa termasuk pengakuan perusahaan-perusahaan dalam
Grup Astra yang memperoleh penghargaan dari pihak luar di samping hasil
pemeringkatan yang dilakukan secara internal. Sepanjang tahun 2004 praktik baik
dan buruk dari masing-masing perusahaan juga didokumentasikan, namun demikian
secara umum kemajuan yang telah dicapai oleh Grup Astra secara keseluruhan jelas
terbukti dari sejumlah praktik seperti konservasi energi, aktivitas daur ulang,
pemanfaatan limbah air, konservasi air, pengurangan emisi dan penurunan jumlah
kecelakaan di tempat kerja.
J. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
a. Pengembangan Komunitas
Pada tahun 2004, prioritas Corporate Social Responsiblity (CSR) di Grup
Astra tetap konstan, yaitu mengkonsentrasikan perhatian terhadap lingkungan
hidup, pendidikan, kesehatan dan kehidupan spiritual. Berikut ini adalah
serangkaian aktivitas tersebut. Dalam bidang pendidikan, Astra memberikan 545
beasiswa berjumlah Rp 350 juta kepada murid sekolah dasar dan sekolah
menengah di Tanjung Priok. Selain itu, sejumlah 900 beasiswa lainnya diberikan
oleh AAL dan AHM di tahun 2004. Melalui kerjasama dengan para dealer Honda,
AHM menyelenggarakan kontes “Best Student Goes to Jakarta” dan
pemenangnya memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan
53
dan melakukan kunjungan pabrik untuk melihat proses produksi sepeda motor
Honda.
Sehubungan dengan upaya Astra untuk meningkatkan kebersihan,
kesehatan dan keindahan lingkungan, Perseroan melanjutkan kerjasama dengan
masyarakat setempat dan memperoleh sambutan baik dari masyarakat di
Kelurahan Sungai Bambu, Sunter, Jakarta Utara. Bersama dengan Yayasan
Amaliah Astra (YAA) dan Universitas Indonesia, Perseroan melaksanakan
khitanan masal untuk 160 anak. Pama memberikan bantuan operasi katarak secara
cuma-cuma kepada 1.340 pasien, khitanan masal untuk 1.000 anak, pemeriksaaan
kesehatan, pasokan air bersih dan obat-obatan bagi para penderita infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA). .
b. Yayasan Toyota & Astra (YTA)
Sepanjang tahun 2004 hampir Rp 4 miliar dana telah disalurkan pada 17
kegiatan ilmiah, teknologi dan proyek penelitian di berbagai perguruan tinggi
terkemuka. Beasiswa diberikan kepada 6.172 siswa, mulai dari sekolah dasar dan
menengah serta program bantuan dana bagi sekolah kejuruan seperti bantuan
peralatan teknis, bantuan pelatihan dan buku-buku. Program pengembangan
wirausaha melalui pengadaan program pelatihan di bidang otomotif terus
berlanjut.
Pada tahun 2004, YTA merayakan 30 tahun dalam memberikan dukungan
dalam bidang pendidikan dan intelektual. Dari sumbangan awal sebesar Rp 10
juta pada tahun 1974, meningkat berlipat ganda menjadi Rp 4 miliar di tahun
2004, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 13 kali setiap tahunnya sejak YTA
54
didirikan. Dalam periode tersebut sebanyak 33.874 beasiswa telah diberikan dan
disumbangkan, ratusan penelitian telah dibantu dan kegiatan ilmiah telah
didukung serta ribuan peserta pelatihan otomotif telah dibiayai.
Beasiswa yang diberikan dibagi dalam empat kategori, yaitu untuk para
mahasiswa berprestasi yang kurang mampu, untuk mereka yang memiliki
intelektual tinggi, untuk studi pasca sarjana dan beasiswa khusus untuk siswa
sekolah dasar dan menengah dari keluarga kurang mampu.
Dana penelitian diberikan kepada mereka yang melanjutkan studi untuk
jenjang lebih tinggi yakni tingkat Master ataupun Doktor. Dana yang diberikan
untuk membiayai riset teknologi di universitas adalah untuk kemajuan ilmu
pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan. Bantuan dana disediakan pula untuk
mendorong aktivitas mahasiswa dalam penyelenggaraan seminar, simposium,
kongres, pameran dan untuk biaya terjemahan buku-buku dan jurnal berbahasa
Inggris guna memperluas pengetahuan serta memberikan akses kepada
masyarakat luas. Sejumlah 49.000 buku-buku di bidang teknik telah
disumbangkan.
Dengan tumbuh dan berkembangnya institusi teknik, maka kebutuhan atas
alat bantu untuk mengajar terutama dalam kurikulum teknik juga meningkat.
Dalam hal ini, YTA telah memberikan sumbangan mesin, tranmisi, as roda
belakang dan komponen rakitan lainnya. Kesempatan kerja magang di pabrik PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan TAM diberikan kepada
para mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan praktis mengenai praktek terkini
di bidang manufaktur.
55
Melalui program ‘wiraswasta’, YTA juga memberikan kesempatan yang
sama bagi para pemilik dan mekanik bengkel-bengkel kecil yang berkeinginan
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam bentuk pelatihan otomotif.
Pelatihan semacam ini diselenggarakan di delapan kota besar di Indonesia.
c. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan tulang punggung perdagangan,
manufakturdan penyedia jutaan lapangan kerja di seluruh Indonesia. Sejak tahun
1980 YDBA telah memberikan banyak dukungan finansial dan teknis kepada
UKM. Dalam hal ini YDBA bekerjasama dengan sejumlah Badan Usaha Milik
Negara dan perusahaan swasta terkemuka, termasuk PT Surveyor (Persero), PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Bumiputera, PT Bank Ekspor Indonesia,
The International Finance Corporation (IFC), PT Jasa Raharja, PT Sucofindo
(Persero) dan lain-lain.
Pada tahun 2004 pinjaman sebesar Rp 8,4 miliar telah diberikan kepada 78
UKM dan sejumlah 954 UKM lainnya memperoleh kesempatan untuk mengikuti
program pendidikan dan pengembangan di berbagai jenis sektor usaha. Selama
tahun 2004, sebanyak 154 program pelatihan manajemen dan teknik telah
diselenggarakan yang diikuti oleh 3.438 UKM. TAM, AHM dan ADM serta
sejumlah dealer utama lainnya dari seluruh propinsi di Indonesia telah
memberikan dukungannya atas aktivitas pelatihan ini. YDBA juga bekerja-sama
dengan Universitas Paramadina dan The University of Ghem di Belgia untuk
mengembangkan pelatihan bagi tenaga pengajar. Sejumlah 1.172 UKM lainnya
56
telah mengikuti pelatihan di bidang manajemen, finansial, pemasaran dan
teknologi.
Bekerjasama dengan IFC dan AUSAID, pada tahun 2004 YDBA
menyusun sebuah Direktori Usaha UKM. Galeri YDBA mempromosikan industri
kerajinan tangan yang menghasilkan penjualan sebesar Rp 555 juta dan
mempromosikan ekspor dari trading house, PT Transnusa Multi Product, yang
didirikan sebagai sebuah koperasi. Galeri kedua di Kemang, Jakarta Selatan akan
dibuka di tahun 2005.
Selain buletin kuartalan yang diterbitkan secara reguler, aktivitas media,
termasuk keikutsertaannya pada acara talk show di Radio Delta FM dan pemuatan
artikel pada surat kabar lokal terkemuka, YDBA menerbitkan buku dengan judul
“Solusi Jitu bagi UKM”. Seminar dan lokakarya diselenggarakan sepanjang tahun
dengan sejumlah topik, termasuk komponen otomotif, peranan sistim syariah
dalam perekonomian, prospek agribisnis, dialog UKM dan tema lokal, seperti
potensi pertanian di Kabupaten Gianyar, Bali.
d. Astra Mitra Ventura (AMV)
AMV merupakan perusahaan modal ventura yang didirikan 13 tahun yang
lalu untuk menyediakan fasilitas modal awal, jasa restrukturisasi dan jasa
penasehat keuangan secara umum. Sejak didirikan sebanyak 130 UKM telah
dibiayai di bidang manufaktur komponen otomotif, plastik, manufaktur karet dan
logam, pertanian, kerajinan tangan dan furnitur. Pembiayaan sebesar Rp 20,7
miliar telah disalurkan kepada 17 mitra usaha UKM berjangka 3-6 tahun pada
tahun 2004. Melalui kerjasama dengan YDBA, AMV memberikan bantuan
57
kepada para mitra usaha untuk mengembangkan usaha mereka dan memperkuat
posisi permodalannya. Jasa AMV mencakup layanan di bidang manajemen,
teknologi, sumber daya manusia dan pengembangan usaha.
e. Politeknik Manufaktur Astra (Polman)
Polman menyediakan berbagai jenis pendidikan kejuruan melalui kerja
sama dengan Institut Teknologi Bandung, ATMI Surakarta dan Universitas Bina
Nusantara. Sampai tahun 2004, Polman telah meluluskan 547 siswa. Selain itu,
sejumlah 50 siswa lainnya lulus dalam program non-gelar. Sebagian besar siswa
lulusan Polman dapat memperoleh pekerjaan di perusahaan perusahaan Grup
Astra.
Polman memiliki unit layanan industri dan pengembangan bisnis guna
mempermudah kerjasama antara industri dan komunitas serta melakukan
pelatihan dalam proses manufaktur, menyelenggarakan kursus internal, konsultasi
dan membantu para karyawan dalam memperoleh sertifikasi keterampilan.
Pada bulan September 2004, tes yang dilakukan Polman untuk menguji
kecakapan teknis pada proses manufaktur terpilih memperoleh akreditasi dari
Lembaga Sertifikasi Logam Mesin Indonesia (LBPLMI). Pada tahun 2004,
Polman menandatangani Memorandum Kesepakatan dengan PT Citra Widya
Education untuk suatu program diploma baru dan dengan Yayasan Wiyata
Swadaya, bekerja sama dengan YDBA, untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan bagi UKM
58
K. Astra Awards
Dari tahun ke tahun, PT Astra selalu masuk dalam hitungan bahkan terpilih
sebagai salah satu perusahaan terbaik di Indonesia oleh berbagai institusi. Sampai
tahun 2004 Perseroan telah menerima 16 penghargaan, lokal maupun internasional,
sebuah rekor baru.
1. Perseroan meraih peringkat pertama pada Indonesian Institute for Corporate
Governance dalam Corporate Governance Perception Index.
2. . BEJ, BES, KSEI, KPEI memilih Perseroan sebagai Perusahaan Publik Terbaik
dalam Annual Capital Market Awards.
3. Ikatan Komite Audit Indonesia menganugerahi Perseroan sebagai Juara Good
Corporate Governance.
4. Asiamoney menganugerahi Perseroan pada Peringkat pertama dalam penerapan
Best Corporate Governance.
5. The Asset Benchmark Survey telah memilih Perseroan sebagai Best Credit di
Indonesia.
6. Perseroan terpilih sebagai The Best Company di Indonesia oleh majalah Investor
Relations.
7. Majalah Investor menganugerahi Perseroan sebagai Top Performing Listed
Company 2004 dan Best Public Listed Company pada kategori aneka industri.
8. Bisnis Indonesia menganugerahi Perseroan sebagai Best Development Board
Public Listed Company.
9. Majalah Finance Asia memberikan penghargaan kepada Perseroan sebagai
peminjam terkemuka dengan penghargaan Best Vanilla Loan.
59
10. BUMN, Dirjen Pajak, Bapepam, BEJ, NCCG, IAI dan Bisnis Indonesia bersama-
sama menganugerahi Perseroan yang berada pada peringkat ketiga pada kontes
The Best Annual Report 2003.
11. Dalam Asia’s Leading Company Awards yang diselenggarakan majalah Far
Eastern Economic Review, Perseroan menerima penghargaan untuk berbagai
kategori termasuk Peringkat pertama untuk Long Term Vision.
12. Pada Best Managed Company Poll 2003, majalah Asiamoney memberikan
penghargaan pada Perseroan untuk berbagai kategori termasuk Peringkat kedua
untuk Best Financial Management.
13. Majalah Finance Asia pada Best Companies Poll tahunannya, memberikan
penghargaan pada Perseroan sebagai salah satu Best Managed Companies.
14. Majalah SWA dan Markplus & Co memberikan penghargaan kepada Perseroan
sebagai Perusahaan Publik Terbaik berdasarkan Konsep EVA.
15. Majalah Investor memilih Presiden Direktur Perseroan, Budi Setiadharma,
sebagai Tokoh Keuangan Indonesia pada tahun 2004.
16. Majalah SWA memilih Presiden Direktur Perseroan, Budi Setiadhama sebagai
Orang yang Paling Berpengaruh dalam kategori otomotif.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab I dipertanyakan, “apakah investasi baru berupa penambahan
modal kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan”? Dalam Bab V ini,
berdasarkan data Laporan Keuangan PT Astra International Tbk dan Anak
Perusahaan, baik Laporan Neraca Konsolidasian dan Laporan Rugi Laba
Konsolidasian, pertanyaan tersebut akan dijawab. Data keuangan yang dipakai
dalam penelitian ini merupakan dalam jutaan rupiah. Pembahasan dalam Bab V
ini terdiri atas dua bagian yaitu analisis data dan pembahasan.
A. Analisis Data
1. Analisis Investasi Penambahan Modal Kerja
Secara teoritis konsep modal kerja dapat dibedakan atas dua yaitu
modal kerja kotor yaitu total aktiva lancar, dan modal kerja bersih yaitu
selisih antara total aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Dalam penelitian
ini konsep modal kerja yang digunakan adalah modal kerja kotor, jadi
berupa total aktiva lancar, karena menunjukkan jumlah dana (fund) yang
tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Penelitian ini didasarkan data pada Laporan Keuangan Konsolidasi
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000-2005.
Wujud modal kerja tersebut sebagaimana termuat dalam Laporan Neraca
Konsilidasian PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan, karenanya
60
61
meliputi: (1) kas dan setara kas, (2) investasi jangka pendek, (2) piutang
usaha, (4) piutang lain-lain, (5) piutang derivative, (6) kontrak valuta
berjangka, (7) persediaan, (8) uang muka, (9) pajak dibayar di muka, (10)
biaya dibayar di muka.
Data modal kerja perusahaan selama periode 2000-2005 dan indeks
pertumbuhannya dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.01 Modal Kerja dan Indeks Pertumbuhannya
PT Astra International dan Anak Perusahaan (Periode 2000-2005)
No. Tahun Aktiva Lancar Selisi dengan tahun dasar 2000
Indeks Pertumbuhannya (%)
1 2000 Rp. 8.930.134 Rp. 0 0 2 2001 Rp. 10.172.616 Rp. 1.242.482 13,9 % 3 2002 Rp. 10.468.616 Rp. 1.538.482 17,23 % 4 2003 Rp. 9.254.063 Rp. 323.929 3,63 % 5 2004 Rp. 13.761.766 Rp. 4.831.632 54,10 % 6 2005 Rp. 16.171.141 Rp. 7.241.007 81,09 % Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan data Tabel 5.01 di atas diketahui indeks pertumbuhan
modal kerja PT Astra International dan Anak Perusahaan mulai tahun
2000-2005 dibandingkan dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar
menunjukkan trend pertumbuhan yang terus meningkat, kecuali tahun
2003 agak menurun walaupun tetap masih lebih tinggi dibandingkan tahun
dasar. Dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar, maka pertumbuhannya
dapat dilihat sebagai berikut: tahun 2001 meningkat sebesar Rp. 1.242.482
(13,19 %), tahun 2002 meningkat sebesar Rp.1.538. 482 (17,23 %), tahun
62
2003 agak menurun hanya sebesar Rp.323.929 (3,63 %), tahun 2004
kembali meningkat sebesar Rp.4.831.632. (54,1%) dan tahun 2005
meningkat sebesar Rp.7.241.007 (81,09 %).
Berdasarkan data-data di atas dapat dibuat persamaan garis trend
pertumbuhannya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 5.02 Trend Modal Kerja
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
No Tahun Y X 2X XY 1 2000 Rp. 8.930.134 -5 25 -44.650.670 2 2001 Rp. 10.172.616 -3 9 -30.517.848 3 2002 Rp. 10.468.616 -1 1 -10.468.616 4 2003 Rp. 9.254.063 1 1 9.254.063 5 2004 Rp. 13.761.766 3 9 41.285.298 6 2005 Rp. 16.171.141 5 25 80.855.705
68.758. 336 0 70 49.485.378 Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan Tabel 5.02 di atas maka dapat dihitung persamaan
trend-nya sebagai berikut:
Y= a + bX
nY a ∑
=
a6
68.758.336 =
a = 11.459.722,6667
2
Y bXX
∑∑
=
b70
49.485.378 =
b = 706.933,9714
63
Mengingat Y= a + bX, berarti
Y= 11.459.722,6667 + 706.933,9714X
Mengingat nilai b (slope) positif berarti trend pertumbuhan modal
kerja adalah positif atau cenderung meningkat. Trendnya yang positif ini
mengindikasikan operasionalisasi perusahaan semakin baik. Hal ini
mengingat biasanya untuk perusahaan industri, perusahaan hanya akan
menambah modal kerja bila perusahaan dinilai punya prospek perusahaan
untuk berkembang lebih baik. Dengan penambahan modal kerja
diharapkan perusahaan dapat meningkatkan operasionalisasi perusahaan
baik untuk menambah persediaan bahan baku, barang dalam proses,
maupun barang jadi.
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan Laporan Keuangan PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 baik
Laporan Neraca Konsolidasian maupun Laporan Rugi Laba Konsolidasian
dapatlah dihitung rasio-rasio keuangan yang mencerminkan sehat tidaknya
perusahaan dan apakah investasi berupa penambahan modal kerja
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
a. Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek atau
kemampuan perusahaan untuk melunasi semua hutang jangka pendek
tepat pada waktunya.
64
1) Rasio Lancar
Rasio lancar (Current ratio) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.03 Rasio Lancar
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Lancar No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 8.930.134 Rp. 10.100.012 0,884 2 2001 Rp. 10.172.616 Rp. 10.354.940 0,984 3 2002 Rp. 10.468.616 Rp. 7.983.415 1,311 4 2003 Rp. 9.254.063 Rp. 7.732.824 1,197 5 2004 Rp. 13.761.766 Rp. 12.978.507 1,060 6 2005 Rp. 16.171.141 Rp. 14.603.140 1,107
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Berdasarkan nilai rasio lancar (current ratio) di atas, berarti
mulai tahun 2000 sampai dengan 2005 kemampuan aktiva lancar
perusahaan untuk melunasi semua kewajiban jangka pendeknya
(hutang lancar) bersifap fluktuatif. Tahun 2000 dan 2001
perusahaan masih mengalami masalah likuiditas, dimana jumlah
aktiva lancar lebih kecil dibandingkan dengan jumlah hutang
lancar. Mulai tahun 2002 sampai dengan 2005 sudah tidak
mengalami masalah likuiditas. Mulai tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005 perusahaan telah mampu melunasi semua hutang
jangka pendeknya tepat pada waktunya, karena dapat sepenuhnya
65
mengandalkan aktiva lancar yang yang lebih besar dari pada
hutang lancar.
2) Rasio Cepat
Rasio cepat (Quick ratio) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode tahun 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.04 Rasio Cepat
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode tahun 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar Rasio Cepat No. Tahun (1) (2) (3) (1) - (2) : (3)
1 2000 Rp.8.930.134 Rp.3.038.371 Rp.10.100.012 0,583 2 2001 Rp.10.172.616 Rp.3.028.927 Rp.10.354.940 0,690 3 2002 Rp.10.468.616 Rp.2.590.775 Rp.7.983.415 0,987 4 2003 Rp.9.254.063 Rp.1.759.560 Rp.7.732.824 0,969 5 2004 Rp.13.761.766 Rp.3.334.329 Rp.12.987.507 0,803 6 2005 Rp.16.171.141 Rp.5.120.829 Rp.14.603.140 0,757
Sumber : Data Sekunder Diolah (2007)
Ditinjau dari nilai rasio cepat di atas diketahui bahwa dengan
mengabaikan pos persediaan, ternyata mulai tahun 2000 sampai
dengan 2005 perusahaan mengalami masalah likuiditas, karena total
aktiva lancar tanpa persediaan per tahun selalu lebih kecil
dibandingkan hutang lancar pada tahu yang sama. Artinya jika
perusahaan ingin mempertahankan likuiditasnya harus ada upaya
mengurangi persediaan diganti dengan aktiva lancar lainnya atau
bagaimana mengatur agar persediaan dapat sesegera mungkin mejadi
kas atau setara kas.
66
b. Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar semua utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang)
jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
1) Debt Ratio / Debt to Total Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio)
PT. Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode tahun
2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.05 Rasio Hutang Atas Aktiva
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Aktiva Hutang Rasio Hutang
Atas Aktiva No. Tahun (1) (2) (2) : (1)
1 2000 Rp. 26.862.744 Rp. 25.157.733 0,937 2 2001 Rp. 26.573.546 Rp. 24.006.720 0,903 3 2002 Rp. 26.185.605 Rp. 19.687.644 0,752 4 2003 Rp. 27.404.308 Rp. 15.693.596 0,573 5 2004 Rp. 39.145.053 Rp. 22.659.927 0,579 6 2005 Rp. 46.985.862 Rp. 26.561.517 0,565
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini memperbandingkan seluruh kewajiban perusahaan
dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya. Dengan melihat prosentase
rasio ini yang semakin menurun, dari 93,7% (2000) menjadi 56,5 %
(2005) menunjukkan semakin lama kemampuan perusahaan untuk
melunasi semua utangnya semakin tinggi. Dengan demikian resiko
keuangan bagi kreditor maupun invetor semakin kecil. Hal ini
menunjukkan investasi penambahan modal kerja yang perusahaan
67
lakukan berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan baik
secara langsung maupun tidak.
2) Rasio Modal atas Hutang
Rasio modal atas hutang (Net Worth To Total Debt Ratio) PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan periode tahun 2000
sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.06 Rasio Modal Atas Hutang
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Hutang Ekuitas (Modal) Rasio Modal
Atas Hutang No. Tahun (1) (2) (2) : (1)
1 2000 Rp. 25.157.733 Rp. 1.704.971 0,068 2 2001 Rp. 24.006.720 Rp. 2.566.826 0,107 3 2002 Rp. 19.687.644 Rp. 6.498.561. 0,330 4 2003 Rp. 15.693.596 Rp. 11.710.712 0,746 5 2004 Rp. 22.659.927 Rp. 16.485.126 0,728 6 2005 Rp. 26.561.517 Rp. 20.424.345 0,769
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dengan melihat presentase
rasio ini yang semakin meningkat dari 6,8 % (2000) menjadi 76,9 %
(2005) menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya semakin lama semakin tinggi.
Artinya investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan membuat kemampuan modal
sendiri meningkat sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin
baik.
68
Hal ini terjadi karena investasi penambahan modal kerja yang
dilakukan bagaimanapun akan menambah kemampuan modal sendiri
perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri maka kemampuan
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya semakin tinggi.
Mengingat kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya dengan modal sendiri menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan yang semakin baik, berarti investasi penambahan modal
kerja meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
c. Profitabilitas
Rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas
pengelolaan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan efektif tidaknya
berbagai kebijakan dan keputusan manajemen dalam hal pengelolaan
perusahaan.
1) Gross Profit Margin (Margin Laba Usaha)
Margin Laba Usaha (Gross Profit Margin ) PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai
dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
69
Tabel 5.07 Margin Laba Usaha
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba Usaha Penjualan bersih Margin Laba
Usaha No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 2.576.790 Rp. 28.403.770 0,091 2 2001 Rp. 2.676.861 Rp. 30.122.723 0,089 3 2002 Rp. 2.882.516 Rp. 30.266.605 0,095 4 2003 Rp. 3.397.794 Rp. 31.512.954 0,108 5 2004 Rp. 4.973.438 Rp. 44.923.909 0,111 6 2005 Rp. 6.413.974 Rp. 61.172.314 0,105
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien. Ternyata pengendalian biaya produksi
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan dari tahun ke
tahun semakin efisien. Hal ini terbukti dari marginnya yang
mengalami pertumbuhan dari 9,1% (2000) menjadi 10,5 % (2005).
Pertumbuhannya yang relatif stabil menunjukkan pengendalian
biaya produksi oleh perusahaan cukup efisien.
Data di atas memang tidak secara eksplisit memperlihatkan
pengaruh investasi penambahan modal kerja terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Tetapi bagaimanapun investasi yang
dilakukan perusahaan merupakan modal dasar untuk beroperasinya
perusahaan. Ternyata hasil operasionalisasi perusahaan
memperlihatkan margin laba usaha yang semakin meningkat. Ini
menunjukkan investasi penambahan modal kerja yang dilakukan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
70
2) Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin ) PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai
dengan 2005 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.08
Margin Laba Bersih PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan
( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba Bersih Penjualan bersih Margin Laba Usaha No. Tahun
(1) (2) (1) : (2) 1 2000 Rp. (238.707) Rp. 28.403.770 (0,008) 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 30.122.723 0,028 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 30.266.605 0,120 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 31.512.954 0,140 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 44.923.909 0,120 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 61.172.314 0,089
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini memperbandingkan laba bersih perusahaan
setelah pajak terhadap penjualan. Rasio ini memperlihatkan bahwa
walaupun trend-nya sempat meningkat dari tahun 2001 sampai
dengan 2003, lalu menurun mulai tahun 2004 sampai dengan 2005,
tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun dasar (2000)..
data ini memperlihatkan keberadaan investasi penambahan modal
kerja berdampak positif pada peningkatan kinerja keuangan
perusahaan baik langsung maupun tidak.
3) Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat
pada tabel berikut:
71
Tabel 5.09 Return on Asset (ROA)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba sebelum
pajak Aktiva ROA
No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (591.358) Rp. 26.862.744 (0,022) 2 2001 Rp. 1.940.029 Rp. 26.573.546 0,073 3 2002 Rp. 5.452.764 Rp. 26.185.605 0,208 4 2003 Rp. 7.039.250 Rp. 27.404.308 0,257 5 2004 Rp. 8.007.203 Rp. 39.145.053 0,205 6 2005 Rp. 8.205.759 Rp. 46.985.862 0,175
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
seluruh sumber daya yang ada untuk menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan nilai ROA di atas diketahui bahwa adanya investasi
penambahan modal kerja yang dilakukan perusahaan banyak
membantu meningkatkan laba perusahaan. Walaupun trendnya
agak menurun tetapi secara umum masih lebih tinggi dibandingkan
kondisi tahu dasar (tahun 2000) yang mengalami kerugian.
Investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra
International Tbk dan Anak Perusahaan dari tahun 2000 sampai
dengan 2005 di atas tentunya dilandasi oleh keinginan menambah
dana untuk mengembangkan atau meningkatkan operasionalisasi
perusahaan . Dengan operasionalisasi perusahaan semakin
meningkat maka diharapkan akan meningkatkan laba sebelum
pajak. Sayangnya peningkatan laba tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan aktiva, sehingga walaupun
72
secara absolut meningkat tetapi pertumbuhannya cenderung
menurun.
4) Rasio Keuntungan Bersih atas Aktiva (ROI)
Rate of Return on Investment (ROI) PT Astra International
Tbk dan Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.10 Rate of Return on Investment (ROI)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba bersih Aktiva ROA No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (238.707) Rp. 26.862.744 0,009 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 26.573.546 0,032 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 26.185.605 0,139 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 27.404.308 0,161 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 39.145.053 0,138 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 46.985.862 0,116
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Sebagaimana ROA, ROI menunjukkan kemampuan
perusahaan dengan seluruh sumber daya yang ada untuk
menghasilkan keuntungan. Dari nilai ROI di atas diketahui bahwa
adanya investasi penambahan modal kerja banyak membantu
meningkatkan laba perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari laba
bersih perusahaan mulai tahun 2002 tersebut yang terus meningkat,
walaupun trendnya agak menurun tetapi secara umum masih jauh
lebih tinggi dibandingkan pada tahun dasar (tahun 2000) yang
mengalami kerugian. Keterkaitan antara investasi penambahan
modal kerja dengan laba bersih dapat dijelaskan sebagai berikut.
73
Peningkatan laba bersih mengindikasikan operasionalisasi
perusahaan semakin besar. Operasionalisasi perusahaan semakin
besar tidak lain karena adanya investasi penambahan modal kerja
untuk pembiayaannya.
5) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan periode 2000 sampai dengan 2005 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.11 Return on Equity (ROE)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Laba bersih Modal sendiri ROE No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. (238.707) Rp. 1.704.971 (0,140) 2 2001 Rp. 844.511 Rp. 2.566.826 0,329 3 2002 Rp. 3.636.608 Rp. 6.498.561. 0,560 4 2003 Rp. 4.421.583 Rp. 11.710.712 0,378 5 2004 Rp. 5.405.506 Rp. 16.485.126 0,328 6 2005 Rp. 5.457.285 Rp. 20.424.345 0,267
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelolah modal sendiri, dengan kata lain rasio ini menunjukkan
rentabilitas modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bagian
keuntungan yang berasal dari modal sendiri. Berdasarkan nilai
ROE di atas diketahui bahwa bagian keuntungan dari modal sendiri
sempat meningkat dari tahun 2001 sampai dengan 2002, lalu
menurun mulai tahun 2003 sampai dengan 2005, tetapi masih lebih
tinggi dibandingkan pada tahun dasar (2000). Dengan demikian
74
adanya investasi penambahan modal kerja mempengaruhi besarnya
keuntungan dari modal sendiripun meningkat, dan hal itu
mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan yang semakin
meningkat.
d. Aktivitas
1) Perputaran Persediaan
Tabel 5.12 Perputaran Persediaan
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Penjualan Persediaan Perputaran
Persediaan No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 28.403.770 Rp.3.038.371 9,348355 2 2001 Rp. 30.122.723 Rp.3.028.927 9,945015 3 2002 Rp. 30.266.605 Rp.2.590.775 11,68245 4 2003 Rp. 31.512.954 Rp.1.759.560 17,90956 5 2004 Rp. 44.923.909 Rp.3.334.329 13,47315 6 2005 Rp. 61.172.314 Rp.5.120.829 11,94578
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Tabel di atas memperlihatkan rasio perputaran persediaan
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan secara umum
relatif baik karena cukup tinggi bahkan yang terbaik mencapai 18
kali (tahun 2003), disusul 13 kali (tahun 2004), dan 12 kali (tahun
2002 dan 2005), 10 kali (tahun 2001) dan 9 kali tahun 2000).
Ditelaah dari segi trendnya dari tahun 2000 sampai dengan 2003
memperlihatkan trend meningkat tetapi pada tahun 2004 sampai
dengan 2005 mengalami penurunan.
75
2) Days Sales Outstanding (DSO)
Tabel 5.13 Days Sales Outstanding (DSO)
PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan ( Periode 2000 sampai dengan 2005 )
Penjualan Piutang DSO No. Tahun (1) (2) (1) : (2)
1 2000 Rp. 28.403.770 Rp.1.892.371 9,348355 2 2001 Rp. 30.122.723 Rp.2.274.761 9,945015 3 2002 Rp. 30.266.605 Rp.1.950.559 11,68245 4 2003 Rp. 31.512.954 Rp.1.546.573 17,90956 5 2004 Rp. 44.923.909 Rp.3.605.920 13,47315 6 2005 Rp. 61.172.314 Rp.5.379.750 11,94578
Sumber : Data Sekunder diolah (2007)
Tabel ini memperlihatkan bahwa perputaran piutang PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan termasuk baik
karena cukup cepat, semua masih di bawah 30 hari, kecuali pada
tahun 2005 yang mencapai 32 hari.
B. Pembahasan
Hasil analisis data memperlihatkan kinerja investasi penambahan
modal kerja menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat dibandingkan
tahun dasar (2000). Trend pertumbuhannya yang positif menunjukkan
operasionalisasi perusahaan semakin baik. Hasil analisis kinerja keuangan
perusahaan berbasis pada rasio-rasio keuangan, memperlihatkan bahwa
perkembangan yang dialami perusahaan secara umum semakin baik. Dapat
disimpulkan bahwa invetasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan telah meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
76
1. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Likuiditas Perusahaan
Rasio lancar PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan
selama periode 2000-2005, bersifat fluktuatif. Tahun 2000 dan 2001
sempat mengalami masalah likuiditas, mulai tahun 2002-2005 tidak lagi
mengalami persoalan likuiditas. Ini menunjukkan investasi penambahan
modal kerja yang dilakukan perusahaan sangat membantu perusahaan
untuk mengatasi persoalan likuiditas. Dengan likuiditas yang lebih besar
resiko makin kecil, namun profitabilitas juga semakin kecil. Jadi
tergantung pertimbangan perusahaan mau mementingka profitabilitas yag
tinggi ataukah mengurangi risiko yang harus ditanggung sampai serendah
mungkin.
Ditinjau dari rasio cepat, selama periode penelitian (2000-2005)
perusahaan mengalami masalah likuiditas. Artinya dengan mengabaikan
pos persediaan justru membuat masalah likuiditas. Ini menunjukkan
investasi penambahan modal kerja pada pos persediaan (yang diabaikan
dalam perhitungan ini) cukup besar, tidak bisa diabaikan begitu saja kalau
tidak ingin likuiditas perusahaan terganggu.
Ditelaah dari rasio likuiditas khususnya rasio lancar perusahaan
dianggap mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
Trend yang menurun di satu sisi memperlihatkan menurunnya likuiditas.
Tetapi menurut Sabardi (1994:105) asalkan masih lebih besar dari 1 (satu)
sudah baik. Justru kalau Current ratio terlalu tinggi menurut Sabardi,
kurang baik karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur dan
77
yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk
mendatangkan laba (profitabilitas).
Persediaan walaupun termasuk aktiva lancar sering tidak
diperhitungkan sebagai kas atau setara kas, karena untuk menjadikannya
kas dianggap memerlukan waktu yang relatif lama. Itulah maka di dalam
Quick ratio (rasio cepat) persediaan tidak dimasukkan. Quick ratio yang
lebih kecil dari satu memperlihatkan perusahaan mengalami likuiditas bila
mengabaikan pos persediaan. Tinggal sekarang bagaimana menjadikan
persediaan itu ke aktiva lancar lain yang lebih mudah dijadikan kas atau
setara kas.
2. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Solvabilitas
Ditinjau dari Debt Ratio diketahui kalau risiko keuangan bagi
kreditor dan investor menunjukkan trend yang semakin kecil, sebaliknya
trend investasi penambahan modal kerja justru meningkat. Hal ini
menunjukkan adanya investasi penambahan modal kerja berdampak positif
pada operasionalisasi perusahaan sehingga kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajibannya semakin tinggi. Dengan demikian akan
mengurangi risiko keuangan bagi investor dan kreditur.
Demikian pula bila ditelaah berdasarkan rasio modal atas hutang.
Berdasarkan prosentase rasio tersebut yang meningkat dari 6,8% (tahun
2000) menjadi 76,9% (tahun 2005) menunjukkan kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya semakin lama
semakin tinggi. Hal ini tentu saja tercapai sebagai akibat langsung maupun
78
tidak langsung dari adanya investasi penambahan modal kerja yang
semakin meningkat. Adanya investasi penambahan modal kerja akan
menambah kemampuan operasionalisasi perusahaan yang akan
meningkatkan laba perusahaan yang bila dicadangkan akan meningkatkan
kemampuan modal sendiri, di satu sisi memudahkan perusahaan
memenuhi kewajibannya, dan di sisi lain akan mengurangi risiko bagi
investor dan kreditor .
3. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Profitabilitas Perusahaan
Analisis profitabilitas perusahaan baik Gross Profit Margin
maupun Net Profit Margin memperlihatkan pertumbuhan dengan relatif
stabil. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengendalikan
biaya produksi cukup efisien. Hal ini walaupun tidak secara eksplisit,
sesungguhnya menunjukkan dampak positif investasi penambahan modal
kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Pada margin laba usaha, bisa dilihat pertumbuhannya 9,1% (tahun
2000), 8,9 % (tahun 2001), lalu trend meningkat menjadi 9,5 %
(tahun2002), 10,8 % (tahun 2003), 11,1 % (tahun 2004), dan 10,5 %
(tahun 2005). Demikian pula pada margi laba bersih, meningkat dari-0,8 %
(tahun 2000) menjadi 2,8 % (tahun 2001), 12 % (tahun 2002), 14 % (tahun
2003), 12 % (tahun 2004), dan 8,9 % (tahun 2005). Walaupun trend
cenderung menurun tetapi secara absolut meningkat. Hal ini berarti
keberadaan investasi penambahan modal kerja berdampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
79
Ditelaah dari Return on Asset (ROA), investasi yang dilakukan
perusahaan dengan menambah modal kerja berdampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Dengan bertambahnya modal kerja,
operasionalisasi perusahaan semakin baik sehingga meningkatkan laba
sebelum pajak. Hanya saja peningkatan laba tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan penambahan aktiva, sehingga walaupun secara
absolut meningkat tetapi pertumbuhannya cenderung menurun.
Rasio Keuntungan Bersih Atas Aktiva (ROI) menunjukkan
investasi penambahan modal kerja meningkatkan laba perusahaan. Hanya
saja peningkatan laba bersih ini bila dibanding dengan peningkatan aktiva
lebih kecil, maka trend pertumbuhan ROI cenderung menurun walaupun
secara absolut meningkat. Selanjutnya ditelaah dari Return on Equity
(ROE) ternyata investasi penambahan modal kerja meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Ditelaah dari trend pertumbuhan investasi
penambahan modal kerja periode 2000-2005 cenderung meningkat.
Artinya di satu sisi peningkatan tersebut meningkatkan likuiditas,
mengurangi risiko. Tetapi akibatnya baik ROA, ROI dan ROE
menunjukkan kecenderung menurun, yang artinya kemampuan
menghasilkan profitabilitas menurun tetapi masih dalam tataran
menguntungkan. Inilah yang diungkapkan Van Horne dan Wachowicz
(2005:323), bahwa dalam pengolahan modal kerja , ada dua prinsip
keuangan yang paling mendasar dalam operasional: (1) profitabilitas
berbanding terbalik dengan likuiditas dan (2) profitabilitas bergerak
80
bersama dengan risiko. Perusahaan harus bijaksana dalam hal ini, jika
mempertahankan aktiva lancar yang berlebihan dapat dengan mudah
membuat perusahaan merealisasikan pengembalian atas investasi (ROI)
yang rendah. Sebaliknya perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu
sedikit dapat mengalami kekurangan atau kesulitan dalam
mempertahankan operasi yang lancar. Oleh karena itu perusahaan harus
mempersiapkan aktiva lancar setidaknya sebesar modal kerja permanent
(permanent working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang.
4. Investasi Penambahan Modal Kerja dan Aktivitas
Dilihat dari perputaran persediaan di atas diketahui bahwa
perputaran persediaan yang semakin meningkat menunjukkan investasi
penambahan modal kerja mempengaruhi operasionalisasi perusahaan
sekaligus menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik.
Perputaran piutang yang kebanyakan di bawah 30 hari tentulah sangat baik
bagi kinerja keuangan perusahaan.
Hasil pengolahan data di atas memperlihatkan hampir semua rasio
keuangan memperlihatkan trend yang menurun. Trend yang menurun ini
dikarenakan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling menonjol
adalah adanya anak perusahaan PT Astra International yang justru
menghentikan operasionalisasinya pada tahun 2003/2004. Sebaliknya ada juga
anak perusahaan yang baru mulai beroperasi tahun 2004/2005 sehingga belum
81
bisa memberikan hasil. Jadi secara umum sebetulnya kinerja PT Astra
International Tbk. mengalami peningkatan/semakin baik. Tetapi kinerja satu
dua anak perusahaan yang belum terlalu baik berpengaruh terhadap trend
rasio keuangan yang mengalami penurunan. Mengingat perhitungannya
dilakukan secara keseluruhan maka hal ini berpengaruh terhadap hasil
keseluruhan dan ini dibuktikan dari trend yang menurun. Intinya secara umum
kinerja keuangan PT Astra International Tbk semakin membaik, tetapi pada
satu dua perusahaan mengalami penurunan.
BAB VI
KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa investasi
penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra International Tbk dan
Anak Perusahaan secara umum telah meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Hal itu bisa dilihat dari nilai-nilai rasio baik likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan yang walaupun fluktuatif
tetapi secara umum semakin baik. Pada beberapa rasio menunjukan trend
pertumbuhan yang cenderung menurun tapi secara umum kinerja keuangan PT
Astra International Tbk dan Anak Perusahaan cenderung semakin baik atau
semakin meningkat. Trend menurun itu lebih dikarenakan adanya beberapa
anak perusahaan ada yang terpaksa berhenti beroperasi atau baru mulai
beroperasi sehingga kinerjanya belum baik. Ketika dihitung secara bersama
maka mempengaruhi kinerja keuangan secara keseluruhan yang cenderung
menurun.
B. Saran
1. Untuk PT Astra International Tbk
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa investasi berupa
penambahan modal kerja yang telah dilakukan meningkatkan kinerja
82
83
keuangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mempersiapkan
aktiva lancar setidaknya sebesar modal kerja permanen (permanent
working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang.
2. Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini didasarkan pada Laporan Keuangan Perusahaan yang
digabung antara perusahaan induk dan anak perusahaan, hasilnya pun
berlaku untuk keseluruhan perusahaan ( induk maupun anak),yang tentu
saja kurang tepat untuk melihat ketepatan investasi yang dilakukan. Oleh
karena itu dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dianalisis per
perusahaan agar bisa dilihat pengaruh investasi pada bidang yang
dimaksud.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Analisis ini sangat terbatas karena keterbatasan data, waktu, dan
kemampuan peneliti.
2. Analisis ini hanya berlaku Untuk PT Astra International Tbk dan Anak
Perusahaan pada periode penelitian, tidak otomatis berlaku untuk
perusahaan lain walaupun sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Basamalah, S.,Penilaian Kelayakan rencana Penanaman Modal, GAMA, Yogyakarta,1988
Gray, C.,et.al., PengantarEvaluasi Proyek, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,2002 Helfert, E., Analisis Laporan Keuangan, Erlangga, Jakarta,1993 Husnan, S. dan Muhammad, S., Studi Kelayakan Proyek, UPP-AMP YKPN,
Yogyakarta, 2000 Munawir,S; Analisa Laporan Keuangan, LIBERTY, Yogyakarta, 1983 Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, BP-STIE YKPN,
Yogyakarta,1992 Prastowo, D. dan Suliaty, R., Analisis Laporan Keuangan, Konsep dan Aplikasi,
UPP-AMP YKPN, Yogyakarta,2002 Riyanto, B., Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, Yogyakarta,1993
Sabardi, A; Manajemen Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1994
Soetrisno, P., Dasar-Dasar Evaluasi & Manajemen Proyek, ANDI OFFSET,
Yogyakarta, 1985
Supriyono, RA., Akuntansi Manajemen 3, Proses Pengendalian Manajemen, BPFE Yogyakarta,1985
Van Horne, J.C. dan John M. Wachowicz,JR; Fundamentals of Financial
Management, SALEMBA EMPAT, Jakarta, 2005 www.Astra.co.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.01 Modal Kerja dan Indeks Pertumbuhannya……................................ 61
Tabel 5.02 Trend Modal Kerja…………………………………………..…..…. 62
Tabel 5.03 Rasio Lancar ………………………………………..….….………….. 64
Tabel 5.04 Rasio Cepat…………………………………..……………………... 65
Tabel 5.05 Rasio Hutang Atas Aktiva ……………………………………….... 66
Tabel 5.06 Rasio Modal Atas Hutang ……………………………. ................... 67
Tabel 5.07 Margin Laba Usaha ……………………..………………………….. 68
Tabel 5.08 Margin Laba Bersih …………………............................................... 69
Tabel 5.09 Return on Asset (ROA )……..……………………………………… 70
Tabel 5.10 Rate of Return on Investment (ROI ) .………………………… 71
Tabel 5.11 Return on Equity (ROE) ……………………………………………. 72
Tabel 5.12 Perputaran Persediaan ………………………………………… ...... 73
Table 5.13 Days Sales Outstanding …………………………………………… ... 74
xiv