evaluasi dampak program bantuan bibit lle dan …
TRANSCRIPT
i
EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN BIBIT LLE
DAN HIDROPONIK OLEH CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) KORINDO GROUP DI
KELURAHAN PANCORAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
Dedo Kevin Prayoga
11170541000048
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TANGERANG SELATAN
1441 H / 2021 M
ii
i
ii
iii
ABSTRAK
Dedo Kevin Prayoga, 11170541000048 "Evaluasi Dampak
Program Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh Corporate
Social Responsibility (CSR) Korindo Group di Kelurahan
Pancoran"
Menurut Undang – undang PT tahun 2007 pasal 1 ayat 3 bahwa
tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan komitmen perusahaan
untuk turut serta dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perusahaan sendiri dan komunitas setempat. Keberadaan CSR
Korindo menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
masyarakat disekitar wilayah operasionalnya salah satunya adalah RW 04,
Kelurahan Pancoran sebagai lokasi dari penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deksriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi dengan menggunakan teknik purposive sampling,
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu teori evaluasi program oleh Motz dan Hendrick
yang menekankan kepada dampak single program before-after dilihat dari
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, peneliti menggunakan
tahapan pemberdayaan masyarakat serta penjelasan tentang CSR.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan mengenai tahapan
pemberdayaan yang dilakukan oleh CSR Korindo, meliputi enggagment,
assessment, perencanaan alternatif program, formulasi rencana aksi,
implementation, evaluasi program, dan terminasi. Dampak yang dihasilkan
dari program pada aspek sosial, terbangunnya kerja sama antar
masyarakat. Pada aspek ekonomi yaitu perekonomian masyarakat menjadi
berkembang, akan tetapi program ini belum dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat secara besar. Pada aspek lingkungan terdapat
perubahan kondisi lingkungan secara fisik yaitu menjadi asri dan rindang.
Sehingga hasil evaluasi dari adanya progam CSR tersebut dikatakan
membawa dampak yang positif kepada masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran.
Kata Kunci: Evaluasi Dampak, Pemberdayaan Masyarakat, CSR
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannnirahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil'alamin, segala puj dan rasa syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, kasih saying serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Evaluasi Dampak
Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh Corporate Social
Responsibility (CSR) Korindo Group di Kelurahan Pancoran".
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarganya, sahabat serta para
pengikutnya.
Selesainya skripsi ini, merupakan hadiah dan anugerah
terindah yang penluis dapatkan. Banyak rintangan dan hambatan
yang penulis harus lewati. Namun, berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, akhrinya penulis berhasil melaluinya. Oleh
karena itu, karya dari sebuah perjalanan masa kuliah ini, penulis
persembahkan untuk orang-orang yang selalu ada disetiap detik
perjuangan, serta orang-orang yang tidak pernah putus asa untuk
selalu memberi dukungan kepada penulis. Penulis menyadari,
bahwa keberhasilan penyelesaian skipsi ini, tidak luput dari bantuan
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dari mulai
prosesawal penulisan, hingga akhirnya skripsi in dapat terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
v
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA.
Sebagai ketua Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Suparto,Ph.D, M,Ed. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan Bidang
Akademik Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag.,
MSW., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Dr.
Sihabudin Noor, MA., Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Cecep Sastrawidjaya, M.Si.
3. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Hj. Nunung Khoiriyah, MA, Sebagai sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ismet Firdaus, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
yang meluangkan waktu ditengah keseibukannya, serta
selalu sabar dan ikhlas dalam membimbing dan
mengarahkan penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW., selaku
dosen Pembimbing Akademik.
6. Para dosen Progam Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakara yang telah memberikan
begitu bnyak ilmu kepada penuis selama masa kuliah.
Semoga ilmu yang telah penulis dapatkan dapat
bermanfaat di kemudian hari.
7. Bapak Anwar, Bapak Yunus, Bapak Israfil dan Bu Nani
selaku masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran atas
vi
waktu dan kesediaanya untuk berdiskusi mengenai
program untuk penelitian skripsi ini.
8. Kepada Bapak Isno selaku Lurah Pancoran yang
memberika kesempatan kepada peneliti untuk meneliti di
wilayah kelurahan Pancoran.
9. Terima Kasih kepada Pak Reza selaku Koordinator CSR
Korindo Group yang telah bersedia menjadi narasumber
peneliti.
10. Terima Kasih kepada Eyang, Mamih, dan Keluarga yang
telah memberikan dukungan dan doa kepada peneliti
hingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
11. Terima Kasih kepada Rachmah yang telah memberikan
dukungan kepada peneliti sampai dapat menyelesaikan
skripsi ini.
12. Terima Kasih kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial
2017 atas kerjasama dan kontribusinya selama masa
perkuliahan
13. Terima Kasih kepada Social Work Sketch yang telah
mendukung dan memberikan banyak sekali insight
kepada penulis dari penulis menjadi mahasiswa baru
sampai saat ini,
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung
jalanya perkuliahan hingga selesainya skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah, ucapan terima kasih peneliti. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2. Pembatasan Masalah .................................................................... 12
1.3. Rumusan Masalah ......................................................................... 12
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 13
1.5. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................. 14
1.6. Metodologi Penelitian ................................................................... 21
a. Pendekatan Penelitian ............................................................... 21
b. Jenis Penelitian .......................................................................... 21
c. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 23
d. Sumber Data .............................................................................. 25
e. Teknik Pemilihan Informan ........................................................ 25
f. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28
g. Teknik Analisa Data ................................................................... 28
h. Keabsahan Data ......................................................................... 30
i. Pedoman Penulisan Skripsi ........................................................ 30
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................... 30
viii
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 33
2.1 Evaluasi Program .................................................................. 33
2.1.1 Konsep Evaluasi Program .................................. 33
2.1.2 Model Evaluasi Program ................................... 34
2.1.3 Evaluasi Dampak ............................................... 37
2.1.4 Dampak Program .............................................. 38
a. Dampak Sosial ............................................... 38
b. Dampak Ekonomi .......................................... 42
c. Dampak Lingkungan ...................................... 44
2.2 Pemberdayaan Masyarakat .................................................. 45
2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat ................. 45
2.2.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .............. 46
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) ................................... 48
2.3.1 Definisi dan Konsep CSR .................................... 48
2.3.2 CSR Sebagai Pemberdayaan Masyarakat
(Comdev) ........................................................... 50
2.3.3 Prinsip – Prinsip CSR .......................................... 52
A. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................... 55
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 56
3.1 Latar Tempat Penelitian ................................................................ 56
3.1.1 Demografi RW 04, Kelurahan Pancoran ............................. 57
3.1.2 Struktur Kepengurusan RW 04 ............................................ 58
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................................... 59
4.1 Program CSR Korindo Group di RW 04 Kelurahan Pancoran ........ 59
4.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh CSR
Korindo Group .............................................................................. 62
4.3 Evaluasi Dampak Program Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh
CSR Korindo Group ........................................................................ 78
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 105
5.1 Tahapan Pelaksanaan Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh CSR
Korindo Group ............................................................................ 105
ix
5.2 Evaluasi Dampak Program Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh
CSR Korindo Group ...................................................................... 111
BAB VI PENUTUP ................................................................................... 123
A. Kesimpulan ................................................................................ 123
B. Saran ......................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 128
LAMPIRAN ............................................................................................. 131
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sketsa Peta RW 04 …………………………………. 56
Gambar 3.2 Struktur Kepengerusan RW 04 …………………..… 58
Gambar 4.1 Proses Asesment Korindo dengan Masyarakat .......... 66
Gambar 4.2 Kegiatan Rapat Bersama di Lokasi Program …..…... 82
Gambar 4.3 Mesin Spiner Untuk Pengolahan Ikan Lele …..…..... 89
Gambar 4.4 Kegiatan Pelatihan Bersama DKPD ………….……. 90
Gambar 4.5 Kegiatan Panen Lele oleh Masyarakat RW 04 …….. 90
Gambar 4.6 Kolam Lele RW 04 sebelum adanya CSR Korindo .. 94
Gambar 4.7 Hidroponik RW 04 ………………………………… 95
Gambar 4.8 Rumah Warga yang Menanam Tanaman …….…… 101
Gambar 5.1 Diagram Alur Pemberian Bantuan Program CSR
Diagram Alur Pemberian Bantuan Program CSR
Korindo Group …………………………………… 106
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Warga Miskin di Jakarta Selatan …………….…. 2
Tabel 1.2 Kajian Terdahulu ……………………………..... 18
Tabel 1.3 Rancangan Informasi Peneliti ……………….…. 27
Tabel 3.1 Jumlah Gender RW 04 …………………………. 57
Tabel 3.2 Agama di RW 04 ……………………………….. 57
Tabel 4.1 Hasil Dampak Program ……………………….... 104
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Lulus Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 2 Surat Pengajuan Permohonan Dosen Pembimbing
Skripsi
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di Wilayah Kelurahan Pancoran
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Masyarakat Pancoran
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Tim CSR Korindo Group
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Ketua RW 04
Lampiran 8 Pedoman Observasi
Lampiran 9 Transkrip Wawancara Masyarakat Pancoran
Lampiran 10 Transkrip Wawancara Ketua RW 04
Lampiran 11 Transkrip Wawancara Lurah Pancoran
Lampiran 12 Transkrip Wawancara Tim CSR Korindo Group
Lampiran 13 Hasil Observasi
Lampiran 14 Hasil Observasi
Lampiran 18 Dokumentasi
xiii
DAFTAR ISTILAH
CSR : Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
DKPD : Dinas Ketahanan Pangan Daerah
BPS : Badan Pusat Statistik
PDB : Produk Domestik Bruto
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
PKBL : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
OECD : Organization For Economic Cooperation and
Development
Comdev : Community Development (Pemberdayaan
Masyarakat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang Masalah
Peningkatan kesejahteraan sosial telah menjadi salah
satu prioritas pembangunan bidang sosial terutama
perlindungan terhadap kelompok yang rentan dan kurang
mampu secara ekonomi. Penanganan pada penyandang
masalah kesejahteraan sosial khususnya pada warga miskin
bila tidak dikendalikan secara tepat akan berakibat pada
melemahnya ketahanan sosial masyarakat serta dapat
mendorong adanya konflik sosial dimasyarakat yang
terutama bagi kelompok yang tinggal didaerah terpencil dan
perbatasan. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk
jaminan sosial atau pemberdayaan masyarakat juga dengan
menyediakan berbagai macam sarana dan prasarana
(Retnaningsih 2015,1).
Saat ini, kemiskinan dan pengangguran masih
menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai dan menjadi
masalah yang serius dihadapi Indonesia. Kemiskinan dan
pengguran menjadi dua masalah yang saling berkaitan satu
sama lain. Karena kemiskinan merupakan salah satu
penyebab yang diakibatkan oleh adanya pengangguran atau
dengan kata lain tidak tersedianya kesempatan kerja bagi
masyarakat (Yunengsih 2016,4).
2
Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik menunjukan
angka kemiskinan pada 2012 bahwa jumlah penduduk
miskin didaerah perkotaan terdapat 10,51 juta orang.
Persentasi di pedesaan terdapat 18,08 juta penduduk miskin.
Komoditi makanan yang sangat berdampak kepada besarnya
garis kemisikinan di perkotaan dapat dikatakan relative sama
dengan yang ada dipedesaan. Bahan-bahn pokok seperti
sembako, rokok, tempe dan tahu. Sedangkan untuk komoditi
bukan makanan diantaranya biaya perumahan, pakaian anak-
anak, orang dewasa, dan bahan bakar (BPS 2013,1).
Sedangkan BPS mencatat angka kemiskinan per
Maret 2020 mengalami kenaikan menjadi 26,42juta orang
(BPS 2020,1). Hal ini disebabkan oleh adanya kasus covid-
19 yang berdampak kepada perubahan perilaku, aktivitas
ekonomi, dan pendapatan penduduk selain itu faktor lain
yaitu pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga
pada produk domestik bruto (PDB) melambat sekitar 2,84%.
Selain itu, sektor pariwisata juga terpuruk sebesar 64,11 %
(BPS 2020,37).
Tabel 1.1
Warga Miskin di Jakarta Selatan
Tahun Jumlah Warga Miskin
2019 62 ribu jiwa
2018 63 ribu jiwa
2017 70 ribu jiwa
2016 72 ribu jiwa
Sumber: BPS.go.id diakses pada 15 Feb 2021
3
Pembangunan sosial selama ini sudah dilaksanakan
oleh pemerintah yang diharapkan mampu mengatasi
permasalahan sosial seperti adanya kemiskinan, ketelantaran,
keterpencilan, korban bencana alam maupun sosial. Namun
dalam implementasinya masih mengalami banyak kendala
seperti keterbatasan anggaran dan belum efektivitasnya
pelaksanaan bantuan. selain itu pembangunan yang
dilaksanakan masih ada permasalahan yaitu pada
perseorangan atau kelompok masyarakat yang terabaikan,
kurangnya kontribusi dan partispasi aktif dalam
menyelasaikan masalah yang terjadi dimasyarakat (Bappenas
2009,1).
Hubungan antara masyarakat dan pebisnis masih
menjadi perdebatan terkait dampak dunia industri khususnya
perusahaan multinasional dan investasi langsung dari luar
negeri yang berada di negara berkembang. Tanggung jawab
sosial perusahaan atau yang biasa dikenal corporate social
responsibility (CSR), yang mana perusahaan diharapkan
mampu berkontribusi dalam berbagai program
pemasyarakatan.
Adanya berbagai macam perspektif tentang tanggung
jawab sosial perusahaan yang mana kedua hal pandangan ini
tidak muncul sendirinya, melainkan muncul dari 2 cara
pandangan yaitu bagimanana peran bisnis dalam masyarakat.
Cara pandang yang pertama hadir dari adanya teori ekonomi
neo-klasik ynag melihat bagaimana peran bisnis dalam
meraih keuntungan dalam masyarakat yang mana
4
keuntungan ini dipegang oleh pemegang saham (Miloud
2014,6). Sebaliknya dalam pandangan pemangku
kepentingan (Stakeholder) yang didasarkan pada teori
tentang pemangku kepentingan yang yakin bahwa
perusahaan memilki adanya tanggung jawab sosial. Dalam
hal ini menuntut perusahaan untuk terus mempertimbangkan
seluruh pihak akibat dampak adanya suatu intervensi atau
program (Maulidiana 2018,13).
Waktu berjalan dan perkembangan dunia usaha
semakin besar, banyaknya program yang hadir di tengah
lapisan masyarakat yang merupakan program intervensi dari
perusahaan yang bertujuan untuk pembangunan jangka
panjang dari berbagai sektor kesejahteraan dan yang lain.
Program yang hadir menjadi bagian dari strategi bisnis,
maka dalam hal ini akan mempermudah untuk unit-unit
usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk dapat
menerapkan bentuk kegiatan dari program CSR yang
dirancangnya. Sehingga implikasi keuangan perusahaan
yang disalurkan melalui program CSR akan menjadi lebih
jelas dan tegas.
Di Indonesia istilah CSR untuk BUMN disebut juga
sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Dasar hukum PKBL adalah "Peraturan Menteri BUMN
No.40 Tahun 2007, bahwa setiap BUMN wajib membentuk
unit kerja khusus yang menangani langsung masalah
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat". Selain itu,
dalam Peraturan Mentri BUMN No. Per-02/MBU/04/2020
5
tentang PKBL mengatakan bahwa "Perum dan Persero wajib
melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dengan memenuhi ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini". Hal yang sama di jelaskan oleh
Petkoski, yaitu:
“perusahaan harus memiliki komitmen bekerjasama
dengan semua stakeholder yang berhubungan
dengan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan
dengan tujuan untuk memberikan kontribusi
terhadap pembangunan berkelanjutan atau yang
biasa dikenal dengan istilah sustainability
development” (Eko Widodo 2019,29). Setiap perusahaan akan melalukan berbagai kegiatan-
kegiatan yang terencana untuk terus menjaga eksistensinya
dan menjadi good business. Dengan melakukan dan
menerapkan peraturan pemerintah dalam menerapkan
tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) atau disingkat CSR.
CSR sebagai bentuk komitmen dunia usaha untuk
berkelanjutan dan terus menerus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk
meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas masyarakat lokal dan masyarakat secara
luas (Suharto 2010,12). Disimpulkan bahwa setiap
perusahaan dalam melakukan kegiatannya ingin selalu
melakukan hal yang dianggap baik. Adanya kontribusi
dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan, keluarga
6
karyawan dan juga masyarakat yang cakupannya lebih
holistik, melembaga, dan berkelanjutan.
Dalam islam diakui adanya suatu bentuk
tanggungjawab sosial, al-Qur’an telah memberi petunjuk
sebagimana yang tertera dalam Surah al-Qashash/77 berikut:
ٱلدهار ٱلءاخرة ول تنس وٱبتغ فيما ءاتىك ٱلله
إليك و ل نصيبك م ن ٱلدنيا وأحسن كما أحسن ٱلله
ل يحب ٱلمفسد ين تبغ ٱلفساد فى ٱلرض إنه ٱلله
"Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan".
Namun, masih terdapat permasalahan yang kurang
diperhatikan seperti adanya pertimbangan yang dirasa
kurang etis dimana perusahaan hanya mengeluarkan biaya
yang mengedepankan sisi keuangan dibandingkan sisi non
keuangan. Hal ini dapat dilihat dari yang paling umum yaitu
pemberian bantuan sumbangan yang hanya dilakukan
sebatas untuk berbuat baik demi terlihat baik mata
masyarakat yang juga hanya sekedar do good and to look
good (Suharto 2010,18). Dalam penelitian (Firdaus 2011,
150) yang berjudul CSR Perbankan dan dampaknya pada Tri
7
Dharma perguruan tinggi UIN Syarif Hidayatullah bahwa
dampak dari adanya dana CSR bahwa dalam melakukan
kerjasama perusahaan tidak banyak mencantumkan secara
jelas program-program pemanfaatan dana CSR yang
dialokasikan untuk kegiatannya, sehingga berdampak hasil
yang belum banyak kontribusinya bagi masyarakat penerima
manfaat.
Menurut Edi Suharto banyaknya perusahaan yang
bersifat "impresif" atau hanya tebar pesona saja tetapi tidak
tebar karya yang dalam hal ini adalah pemberdayaan.
Perusahaan seperti PT. Unilever, Freport, Indika Energi,
Pertamina serta perusahaan lain yang telah cukup lama
berkecimpung dalam dunia CSR (Suharto 2010,16).
Pada penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Dody
Prayogo Penelitian ini membahas tentang Program CSR dan
CD khususnya pada industry tambang dan migas, yang mana
dalam program ni memilki posisi yang strategis guna
membangun relasi resipkoral antara korporasi dan pemangku
kepentingan. Berhasil atau gagalnya suatu program dapat
turut menentukan keabsahan sosial korporasi. Untuk itu
diperlukan evaluasi agar dapat menunjukan kelebihan dan
kekurangan program. Artikel penelitian ini memaparkan hal-
hal pokok yang harus dilakukan serta bagaimana implikasi
hasil secara bisnis, sosial, dan legal (Prayogo 2011,43).
Penelitian ini berhubungan dengan peneliti karna sebab
dalam aspek yang dibahas yaitu tentang bagaimana suatu
8
dampak dari adanya suatu intervensi program yang dilihat
dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Penelitian dari (Pranoto and Yusuf 2016,39)
mengukur bagaimana pelaksanaan program serta tanggapan
dan partisipasi masyarakat dalam program CSR tersebut.
Sejalan dengan penelitian (Busori et al. 2013,366) bahwa
secara keseluruhan program yang dijalankan oleh CSR
kepada masyarakat masuk dalam kategori yang baik. Hal
tersebut diukur dengan melihat bagaimana input, output dan
dampak yang dihasilkan dari intervensi program tersebut
terhadap kepuasan masyarakat (Ariefianto 2015). Bila
melihat pada penelitian (Ariefianto 2015,115) bahwa
program yang dijalankan oleh perusahaan sebenarnya
berfokus kepada pemberdayaan masyarakat yang mana
perusahaan menggunakan dasar SDG's dan ISO 26000
sebagai dasar program. Program tersebut meliputi bidang
lingkungan seperti reboisasi atau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat lokal. Bidang sosial terdiri dari pendidikan dan
hibah, beasiswa, pendididkan vokasional, penyuluhan. Serta
dalam bidang ekonomi yaitu seperti pemberian modal,
pelatihan usaha dan pendampingan. Sehingga terdapat
dampak yang dirasakan oleh masyarakat.
Akan tetapi, dalam penelitian (Azizah 2017)
perusahaan tidak mencoba membangu relasi yang baik
dengan masyarakat sehingga proses penggalian kebutuhan
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada
9
program yang dijalankan tidak berdampak kepada
masyarakat. Disimpulkan bahwa beberapa penelitian diatas
berfokus kepada bagaimana penerapan dari adanya suatu
program CSR dan dampaknya.
Dari beberapa hasil penelitian diatas terdapat
persamaan dengan peneliti yaitu mengevaluasi dampak dari
adanya suatu program yang diukur dengan melihat
bagaimana dampaknya terhadap masyarakat. Perbedaannya
terletak di objek penelitiannya. Peneliti akan membahas
bagaiamana dampak sebelum dan sesudah dari suatu
intervensi program. Program yang ada di kelurahan
Pancoran sebelumnya sudah ada dan berproses. Dalam
penelitian ini CSR sebagai agen pembangunan yang mana
masyarakat bisa menjadi subjek dalam program tersebut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
dengan penelitian terdahulu ini setelah dievaluasi untuk
melihat posisi penelitian ini disimpulkan bahwa dalam posisi
penelitian yaitu memperluas penelitian sebelumnya. Karna
keterbatasan teori sehingga terdapat kesamaan teori yang
akan digunakan. Fokus dari penelitian ini yaitu melihat
bagaiamana CSR Korindo sebagai pengembangan komunitas
dan melihat bagaimana dampaknya terhadap masyarakat.
Berawal dari mengikuti kegiatan kursus yang
dipelajari di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2014.
Dimana konsep dari kursus tersebut ia ingin praktikan di
10
wilayahnya. Berbekal ilmu yang didapatkan beliau
mempunyai ide kampung hidroponik di lingkunganya yang
telah berjalan selama 9 bulan. Namun, baru diresmikan oleh
Pemda DKI Jakarta dan berbagai CSR pada 31 Desember
2017. Salah satu CSR yang ikut dalam peresmian kampung
hidroponik yaitu CSR Korindo.
Korindo Group merupakan perusahaan yang bergerak
pada usaha hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa
sawit. Korindo berhasil mengembangkan industri ramah
lingkungan dimana nilai ekonomi berasal langsung dari
hutan dan sumber daya hutan. Korindo mendorong
masyarakat setempat untuk menciptakan mata pencaharian
mereka sendiri melalui kegiatan CSR dan membuat
lingkungan yang mandiri seperti pelatihan bertani dan
berternak unggas.
Program dimulai pada tahun 2015, ketika Korindo
membantu membangun Kampung Hidroponik pertama di
Rawajati, sebuah lingkungan yang berlokasi di Kecamatan
Pancoran, Jakarta Selatan, dengan mendanai kelompok
masyarakat dibimbing oleh koperasi lokal. Dengan melihat
keberhasilan di Rawajatii, Korindo berusaha memperluas
kegiatan tersebut ke Pangadegan, lingkungan lain di
kecamatan yang sama. Pengembangan Kampung Hidroponik
kedua tersebut dimulai pada tahun 2017 berkat kerja sama
antara Korindo dengan kelompok tani setempat, yaitu
Hidrofresh. Pada wilayah yang sama yaitu di RW 04
11
Kelurahan Pancoran juga menjadi tempat untuk Korindo
memberikan bantuan program CSR.
Pada programnya untuk memberikan suatu kegiatan
bagi masyarakat khususnya lansia dan masyarakat setempat
yaitu bercocok tanam dengan metode hidroponik dan
budidaya ikan lele. Korindo memberikan kontribusinya
melalui pemberian bantuan bibit ikan lele dan hidroponik
wilayah tersebut. Selain itu, pemberian bantuan berupa alat
untuk membuat produksi hasil perikanan yaitu penggilingan
daging untuk masyarakat membuat aneka olahan dari ikan
lele yaitu bakso, pempek, somay, dan olahan makanan lain
yang hasilnya dapat dijual sehingga dapat meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat di Kelurahan Pancoran
khususnya di RW 04.
Keberadaan CSR Korindo menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Kelurahan Pancoran khususnya di RW 04, Kelurahan
Pancoran. Fokus kegiatan program pada RW 04 yaitu
budidaya ikan lele. Jika dilihat lokasi Pancoran yang berada
di tengah kota Jakarta yang padat dengan gedung dan
kurangnya daerah resapan air sehingga tentunya dengan
adanya program pemberdayaan masyarakat Pancoran yang
dilakukan oleh CSR Korindo dengan adanya bantuan
tersebut tentunya memberikan dampak bagi masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Selain itu, dengan adanya program
tersebut tentunya telah menghasilkan jalanan yang lebih
hijau, sumber makanan makanan lokal dan peluang usaha
12
baru. Dari papaaran latar belakang diatas, peneliti
memfokuskan penelitian evaluasi ini pada kajian dampak
program. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih mendalam yaitu dengan judul “Evaluasi
Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Pancoran
Oleh Corporate Social Responsibility (CSR) Korindo”.
B. Batasan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah yang penulis
paparkan. penulis hanya membatasi pada:
1. Mendeskripsikan tahapan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat Pancoran oleh
Corporate Social Responsibility (CSR) Korindo
di RW 04 Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan
2. Mengevaluasi dampak sebelum dan sesudah
program pemberdayaan masyarakat Pancoran
oleh Corporate Social Responsibility (CSR)
Korindo yang dilakukan di RW 04 Kelurahan
Pancoran, Jakarta Selatan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka
masalah dapat dirumuskan yaitu:
a. Bagaiamana tahapan pemberdayaan masyarakat
Pancoran oleh Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. Korindo
13
b. Bagaimana evaluasi dampak program pemberdayaan
masyarakat Pancoran oleh Corporate Social
Responsibility (CSR) Korindo
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
a. Mendeskripsikan tahapan pemberdayaan masyarakat
Pancoran oleh Corporate Social Responsibility
(CSR) Korindo
b. Mengdeskripsikan evaluasi dampak program
pemberdayaan masyarakat Pancoran oleh Corporate
Social Responsibility (CSR) Korindo
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan referensi tambahan bagi lingkungan
akademisi dan peneliti lainya yang tertarik untuk
meneliti masalah yang berhubungan dengan bidang
Industri seperti CSR.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapakn dapat
memberikan saran dan masukan kepada pihak-pihak
lembaga pemerintah dan non pemerintah terkait
evaluasi dampak program CSR melalui
pemberdayaan masyarakat pancoran oleh CSR
Korindo.
14
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tinjauan ini digunakan untuk membantu serta
menambah pengetahuan peneliti terkait penelitian terdahulu
dengan topik pembahasan peneliti. Selain itu, tinjauan ini juga
digunakan dengan topik pembahasan peneliti dan dasar agar
terhindar dari adanya kesamaan judul dan lain-lain yang sudah
pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Maka dalam hal
ini, peneliti akan mempertegas perbedaan dan persamaan dari
masing-masing judul, yaitu:
1. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Pada
Industri Tambang dan Migas
Penelitian Ini ditulis oleh Dody Prayogo, FISIP,
Universitas Indonesia. 2011. Penelitian ini membahas
tentang Program CSR dan CD khususnya pada industry
tambang dan migas, yang mana dalam program ni memilki
posisi yang strategis guna membangun relasi resipkoral
antara korporasi dan pemangku kepentingan. Berhasil atau
gagalnya suatu program dapat turut menentukan keabsahan
sosial korporasi. Untuk itu diperlukan evaluasi agar dapat
menunjukan kelebihan dan kekurangan program. Artikel
penelitian ini memaparkan hal-hal pokok yang harus
dilakukan serta bagaiamana implikasi hasil secara bisnis,
sosial, dan legal.
15
2. Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Menuju Kemandirian Ekonomi Pasca Tambang di Desa
Sarijaya
Penelitian ini ditulis oleh Asa Ria dan Dede Yusuf,
2014. Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan
mendasar yaitu mengenai penerapan CSR, yaitu dilihat dari
perencanaan dan pelaksanaan program CSR tersebut. Selain
itu, dengan melihat indicator yang digunakan PT Pertamina
EP agar mampu menjalankan CSR yang mengacu kepada
dokumen MDG's, perundang-undangan, dan ISO 26000.
Dalam penelitian ini bermasud untuk mengukur pelaksanaan
serta tanggapan dan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program CSR yang dilakukan.
3. Evaluasi dan Analisis Dampak Program CSR Badak
LNG
Penelitian ini ditulis oleh Busori Sunaryo dan Hanes
Utama. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi
kegiatan CSR yang telah dijalankan dengan mengukur
tingkat kepuasan masyarakat terhadap program CSR yang
telah dijalankan. Adapaun pendekatan yang digunakan
sebagai kajian yaitu input, output dan impact melalui analisis
kepuasan masyarakat. Hasil dari penelitian ini yaitu secara
keseluruhan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
program CSR Badak LNG menunjukan masuk kedalam
kategori yang baik.
16
4. Program CSR PT Semen Indonesia Tbk dan Dampaknya
Terhadap Keberdayaan Masyarakat
Penelitian ini dibuat oleh Lutfi Ariefianto, Dosen
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah. FKIP, Universitas
Jember, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang karakteristik, dampak edukatif, dan faktor
pendukung atau brominasi program CSR perusahaan Semen
Indonesia Tbk. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
meliputi bidang lingkungan hidup melalui program reboisasi,
bidang sosial terdiri dari bidang pendidikan dan hibah,
beasiswa, pendidikan vokasional, penyuluhan sektor
kesehatan, dan pengobatan gratis. Serta bidang ekonomi
melalui pemberian modal, pelatihan usaha dan
pendampingan memilki dampak yang sudah optimal.
5. Dampak Pemberdayaan CSR Pada Program
Pembersihan Aliran Sungai Cakung PT Krama Yudha
Ratu Motor Indonesia
Penelitian ini disusun oleh Della Azizah, Program
Studi Kesejahteraan Sosial, UIN Jakarta, 2017. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan program CSR pada program pembersihan aliran
sungai Cakung Lama serta mengetahui bagaiamana dampak
setelah adanya kegiatan tersebut. Dalam hal ini
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
17
aturan yang ada. Banyaknya perusahaan yang tidak menjalin
relasi baik dengan masyarakat, pada proses assessment
perusahaan tidak mencoba menggali tentang permasalahan.
Selain itu, banyaknya perusahaan yang menjadi tim
pelaksana dalam kegiatan perusahaan yang tidak memahami
tentang pembuatan program. Sehingga dampak yang
dirasakan terhadap adanya suatu program intervensi oleh
perusahaan tidak adanya perubahan dari segala sisi
6. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
melalui Program Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan
Masyarakat PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di
Kabupaten Bogor
Penelitian ini disusun oleh Noviyani Muslikhah,
Program Studi Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini membahas tentang
proses tahapan penerapan CSR PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dalam memberdayakan di sekitar wilayah
operasional melalui program CSR. Hasil penelitian ini
bahwa program CSR Indocement menitik beratkan kepada
CD dan Sustainability Development.Tahapan penerapan
menyusun kepada rencana strategis 5 tahun, proses
implementasi dengan pola sentralisasi dengan mekanisme
Top-Down Process. Dampak pada paska kegiatan ini
berfokus kepada sosial, lingkungan, dan ekonomi.
18
Berikut kajian terdahulu yang dibuat dalam bentuk
paragraph untuk menjelaskan posisi peneliti dengan
penelitian sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Dody
Prayogo Penelitian ini membahas tentang Program CSR dan
CD khususnya pada industry tambang dan migas, yang mana
dalam program ni memilki posisi yang strategis guna
membangun relasi resipkoral antara korporasi dan pemangku
kepentingan. Berhasil atau gagalnya suatu program dapat
turut menentukan keabsahan sosial korporasi. Untuk itu
diperlukan evaluasi agar dapat menunjukan kelebihan dan
kekurangan program. Artikel penelitian ini memaparkan hal-
hal pokok yang harus dilakukan serta bagaimana implikasi
hasil secara bisnis, sosial, dan legal (Prayogo 2011,43).
Penelitian ini berhubungan dengan peneliti karna sebab
dalam aspek yang dibahas yaitu tentang bagaimana suatu
dampak dari adanya suatu intervensi program yang dilihat
dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Penelitian dari (Pranoto and Yusuf 2016,39)
mengukur bagaimana pelaksanaan program serta tanggapan
dan partisipasi masyarakat dalam program CSR tersebut.
Sejalan dengan penelitian (Busori et al. 2013,366) bahwa
secara keseluruhan program yang dijalankan oleh CSR
kepada masyarakat masuk dalam kategori yang baik. Hal
tersebut diukur dengan melihat bagaimana input, output dan
dampak yang dihasilkan dari intervensi program tersebut
19
terhadap kepuasan masyarakat (Ariefianto 2015). Bila
melihat pada penelitian (Ariefianto 2015,115) bahwa
program yang dijalankan oleh perusahaan sebenarnya
berfokus kepada pemberdayaan masyarakat yang mana
perusahaan menggunakan dasar SDG's dan ISO 26000
sebagai dasar program. Program tersebut meliputi bidang
lingkungan seperti reboisasi atau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat lokal. Bidang sosial terdiri dari pendidikan dan
hibah, beasiswa, pendididkan vokasional, penyuluhan. Serta
dalam bidang ekonomi yaitu seperti pemberian modal,
pelatihan usaha dan pendampingan. Sehingga terdapat
dampak yang dirasakan oleh masyarakat.
Akan tetapi, dalam penelitian (Azizah 2017)
perusahaan tidak mencoba membangu relasi yang baik
dengan masyarakat sehingga proses penggalian kebutuhan
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada
program yang dijalankan tidak berdampak kepada
masyarakat. Disimpulkan bahwa beberapa penelitian diatas
berfokus kepada bagaimana penerapan dari adanya suatu
program CSR dan dampaknya.
Dari beberapa hasil penelitian diatas terdapat
persamaan dengan peneliti yaitu mengevaluasi dampak dari
adanya suatu program yang diukur dengan melihat
bagaimana dampaknya terhadap masyarakat. Perbedaannya
terletak di objek penelitiannya. Peneliti akan membahas
bagaiamana dampak sebelum dan sesudah dari suatu
20
intervensi program. Program yang ada di kelurahan
Pancoran sebelumnya sudah ada dan berproses. Dalam
penelitian ini CSR sebagai agen pembangunan yang mana
masyarakat bisa menjadi subjek dalam program tersebut.
Studi evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan
desain evaluasi. Menurut Rowley dalam (Maulida 2020,23)
desain evaluasi merupakan logika yang emengkolerasikan
data yang akan dikumpulkan dan kesimpulan yang harus
ditarik kearah bentuk pertanyaan dari studi.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif dengan metode studi evaluasi. Pendekatan
kualiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan interaksi komunikasi yang mendalam
dengan fenomena yang akan diteliti. Alasan peneliti
menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan gambaran
dan informasi mengenai evaluasi dampak program
pemberdayaan masyarakat pancoran oleh CSR Korindo.
Deksriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang ada, bak fenomena alamiah
maupun rekayasa manusia.
Studi evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain
evaluasi. Menurut Rowley dalam (Maulida 2020,23) desain
21
evaluasi merupakan logika yang mengkolerasikan data yang
akan dikumpulkan dan kesimpulan yang harus ditarik ke
arah bentuk pertanyaan dari studi, desain penelitian
memastikan terjadinya perpaduan.
Hal lain yang dapat digunakan dalam memandang suatu
desain penelitian adalah dengan rencana tindakan untuk
memperoleh dari pertanyaan ke kesimpulan. Memastikan
terdapat pandangan yang jelas apa yang akan di capai. studi
evaluasi pun terdiri dari model evaluasi dan bentuk evaluasi.
Studi evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus
dilakukan dan bagaimana cara memproses dalam
pelaksanaan tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang
sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik
pengumpulan data menurut (Moleong 2010). Jika dilihat dari
caranya, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu, sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Wawancara digunakan untuk peneliti
mengetahui hal-hal dari informan secara mendalam.
Situasi yang ada pada saat wawancara berhubungan
dengan waktu dan tempat saat dilakukanya
wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak
22
tepat dapat menjadikan pewawancara menjadi merasa
canggung untuk diwawancarai dan tentunya informan
akan merasa enggan untuk mengungkapkan jawaban
dari pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan sifat
pertanyaan, wawancara dibedakan menjadi tiga
menurut Sudaryono dalam (Ajeng 2020,14), antara
lain:
1) Wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan
diajukan menurut daftar pertanyaan yang
telah disusun
2) Wawancara bebas, yaitu pada wawancara ini
terjadi tanya jawab bebas antara pewawancara
dengan informan, namun wawancara tetap
digunakan tujuan penelitian sebagai pedoman
3) Wawancara bebas terpimpin, yaitu perpaduan
antara wawancara bebas dan terpimpin. Pada
pelaksanaanya, pewawancara membawa
pedoman yang hanya merupakan garis besar
tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada
informan.
Selain itu, wawancara dibedakan menjadi dua
macam, yaitu wawancara berstruktur dan tidak
berstruktur. Pada wawancara berstruktur, bahwa
semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya
dengan cermat, biasanya secara tertulis. Dengan
demikian, peneliti menggunakan wawancara yang
23
bebas terpimpin, dan tidak berstruktur. Sesuai dengan
pedoman wawancara kepada pihak CSR Korindo
Group, lurah Pancoran yang berperan dalam
pelaksanaan program budidaya ikan lele dan
hidroponik serta anggota kelompok, ketua RW 04,
dan masyarakat sekitar yang terdampak dalam proses
tersebut sehingga mendapatkan informasi yang akan
diteliti mengenai evaluasi dampak program terkait
pelaksanaan program, tujuan program, kendala
program, serta dampak secara sosial, ekonomi, dan
lingkungan bagi masyarakat dalam program budidaya
ikan lele dan hidroponik ini.
b. Teknik Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain yaitu wawancara dan kuesioner. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam hal ini, peneliti menjadi observer dengan
melakukan pengamatann langsung mengenai subjek
dan objek yang akan diteliti terkait dengan dampak
yang dirasakan oleh masyarakat Pancoran yang
melaksanakan atau berpartispasi dalam program
24
budidaya ikan lele dan hidroponik di Kelurahan
Pancoran
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan Teknik
pengumpulan data dengan mengumpulkan dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis,
gambar, hasil karya, maupun elektronik. Dokumen
tersebut setelah didapat kemudian diolah untuk
dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan untuk
membentuk satu kajian yang sistematis, terpadu, dan
juga utuh (Ajeng 2020,15). Kemudian, dalam studi
ini peneliti akan melakukan pengkajian data-data
tersebut dengan mencocokan hasil wawancara dan
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti.
3. Sumber Data
Pada penulisan skripsi ini, peneliti mengumpulkan
informasi penelitian sesuai dengan dua sumber daya yang
telah didapat (Ajeng 2020,16).
a. Data Primer
Data yang diambil dari sumber-sumber utama
yaitu, Koordinator CSR Korindo Group, Lurah
Pancoran, Anggota, Masyarakat sekitar Pancoran,
dan Stakeholder terkait yang dibutuhkan.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari berbagai macam
literatur yang berhubungan dengan penelitian antara
25
lain jurnal, buku, arsip-asrsip, surat kabar, catatan,
laporan, dan lain-lain.
4. Teknik Pemilihan Subjek dan Informan
Menurut Dr. Irawan Soehartono, informan penelitian
merupakan seseorang yang dapat memberikan informasi
yang berkaitan dengan tujuan peneltian. Teknik pemilihan
informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
dalam teknik ini, peneliti dengan bebas mengambil anggota
sampel yang sudah dipertimbangkan pengumpulan data yang
menurut peneliti sesuai dengan tujuannya.
Dalam penelitian skripsi ini, teknik pemilihan
informan atau subjek dalam penelitian yaitu purposive
sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam teknik ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti memerlukan data mengenai
sejarah dan program yang ada di PT Korind dan bagaimana
pelaksanaan program yang dilakukan. Selain itu, evaluasi
dari adanya program yang telah dijalan oleh CSR Korindo
Group dalam bidang Kewirausahaan. Selain itu, lurah yang
ikut dalam kegiatan pelaksanaan program budidaya ikan lele
dan hidroponik bisa menjadi sumber informasi untuk
peneliti.
Selain itu, masyarakat menjadi informna untuk melihat
kepada bagaimana dampak dari program budidaya ikan lele
dan hidroponik di wilayah ini bagi keberdayaan masyarakat
26
Pancoran. Sebab, akibat dari suatu program yang dijalankan
oleh CSR dalam hal pengembangan sangat berpengaruh
kepada tingakat kemandirian masyarakat. Sehingga dapat
terlihat apakah program yang dijalankan berhasil atau tidak.
Berdampak positif atau tidak.
Kriteria dalam Kunci dari informan peneltian skripsi
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.3 Rancangan Informan Peneliti
Informan Informasi
yang Dicari
Kriteria Juml
ah
Pegawai/
Pengurus
(Corporat
e Social
Responsib
ility)
Korindo
Gambaran
Umum
Program dan
Pelaksanaan
Program
Pegawai yang
terlibat dalam proses
perumusan program
sampai dengan
pelaksanaan
program
1
Lurah
Kelurahan
Pancoran
Jakarta
Selatan
Pelaksanaan
Program
Pemberdayaan
Masyarakat
Lurah yang ikut
dalam perumusan
program dan terlibat
dalam pelaksanaan
program
1
Ketua
RW 04
Pelaksanaan
dan Dampak
Program
Pemberdayaan
Masyarakat
RW yang telibat
dalam proses
pembentukan
program dan terlibat
dalam kegiatan
pelaksanaan
budidaya ikan lele
dan hidroponik
minimal 1 tahun
1
27
Informan Informasi
yang Dicari Kriteria Jumlah
Masyarakat
Pancoran
Dampak
Program
Pemberdayaan
Masyarakat
Masyarakat yang
ikut terlibat dalam
pelaksanaan
program dan yang
ada disekitar
tempat budidaya
ikan lele dan
hidroponik
4
5. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian diambil peneliti dalam
mencari informasi serta data-data terkait dengan
objek penelitian adalah RW.04 yang berfokus kepada
budidaya ikan lele dan budidaya hidroponik,
Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian atau kegiatanya kurang
lebih 4 bulan terhitung mulai Februari 2021 sampai
dengan Maret 2021.
6. Teknik Analisis Data
Temuan hasil penelitian diolah melalui teknik analisa
data. Miles dan Huberman dalam (Ajeng 2020,19)
menyatakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan langsung. Selain itu, bahwa untuk menganalisa
data perlu membagi tiga tahap berikut, yaitu, reduksi data,
28
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Ketiga tahapan tersebut adalah proses siklus dan interaksi
pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
yang membangun wawasan umum atau suatu analisis.
Berikut ini penjelasan tentang teknik analisis data:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan
pemusatan perhatian kepada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis lapangan. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan
reduksi data selanjutnya membuat ringkasan,
mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, dan memo.
b. Penyajian Data
Data sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-
penyajian yang baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid meliputi:
berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
c. Kesimpulan/ atau verifikasi
Dengan meriview penulisan, melakukan
tinjauan ulang pada catatan yang diperoleh dari
lapangan, bertukar pikiran dengan teman sejawat,
29
dan melakukan upaya lain untuk mengembangkan
hasil penelitian.
7. Teknik Keabsahan Data
Menurut Denzim (Moleong 2004,330) triangulasi
dibedakan menjadi empat yaitu dengan memanfaarkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam
penelitian ini teknik keabsahan data yang peneliti gunakan
yaitu teknik triangulasi sumber. Sedangkan menurut Patton
dalam (Moleong 2004,330-331) teknik triangulasi sumber
merupakan cara untuk membandingkan dan mengecek
kembali kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan teknik triangulasi sumber ini peneliti akan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan mereka,
membandingkan hasil wawancara dengan studi dokumentasi
yang berkaitan. Alasan dalam penggunaan metode ini yaitu
sesuai dengan penelitian tentang evaluasi dampak yang mana
akan mengetahui bagaiamana suatu program intervensi dapat
memberikan dampak baik positif ataupu negatif.
H. Sistematika Penulisan
Peneliti menggunakan teknik penulisan bedasarkan
panduan buku "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah".
Pedoman ini berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatulla Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang
30
pedoman penulisan karya ilmuag (skripsi, tesis dan disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang,
batasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat, metode
penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori-
teori yang digunakan yang berkaitan
dengan penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini berisi tentang gambaran secara
umum lembaga atau penelitian yang
diteliti meliputi profil, visi, misi
struktur manajemen, dan lain
sebagainya.
BAB IV DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian
data dan temuan penelitian yang
didapat peneliti selama melakukan
penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
31
Bab ini berisi tentang uraian terkait
analisa hasil penelitian yang
ditemukan, hasil data, maupun temuan
peneliti di lapangan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan,
implikasi dan saran hasil penelitian
dari tiap-tiap bab sebelumnya.
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa kajian
sebagai landasa teori untuk dasar dalam penelitian skripsi
ini. Adapaun teori yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini yaitu sebagai berikut:
2.1 Evaluasi Program
2.1.1 Konsep Evaluasi Program
Menurut King dalam (Maulida 2020,20)
evaluasi merupakan suatu proses penelitian yang
sistematis untuk menyediakan informasi
mengenai karakteristik, aktivitas, atau keluaran
(outcome) program atau kebijakan yang dapat
dipercaya untuk tujuan penelitian. Sedangkan
(Prayogo 2011,45) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan upaya untuk menilai secara
komprehensif sejumlah hasil dari adanya suatu
kegiatan atau program pembangunan. Nurul
Hidayati dalam (Sholeh 2015,20) mengatakan
bahwa evaluasi merupakan teknik untuk
mengkritisi suatu program dengan melihat
kondisi kekurangan, kelebihan, selain itu dengan
melihat adanya aspek input, proses, dan produk
33
dari sebuah program. Dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan suatu studi untuk melihat
sebuah program dengan alur dalam prosesnya
pada aspek masukan, proses, dan produk dan
dampaknya yang dihasilkan.
Untuk tujuan dari evaluasi program itu
sendiri Stufflebam dan Srinkfield dalam (Maulida
2020,21) mengemukakan bahwa Suchman
mendukung pendapat Bigman mengenai adanya
tujuan dari evaluasi yaitu untuk menemukan
apakah dan seberapa baik tingkat objektif
program telah terpenuhi, menemkan alasan
berhasil atau gagal program, membuka prinsip
yang membuat program berhasil, mengarahkan
proses eksperimen dengan teknik untuk
meningkatkan efektifitas, dan meletakan dasar
penelitian selanjutnya mengenai alasan sukses
relative teknik alternative.
2.1.2 Model Evaluasi Program
Untuk model dari studi evaluasi, Dale dalam
(Eko Widodo 2019,45) membagi dua model yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, yang
dijelaskan sebagai berikut:
a. Evaluasi formatif
34
Evaluasi formatif merupakan penilaian
untuk meningkatkan kinerja atau kinerja program,
baisanya dilakukan saat program masih atau sedang
berjalan. Evaluasi seperti ini banyak dilakukan di
pertengahan program, dimaksudkannya untuk
programyang sudah direncanakan berjalan dengan
pasti sesuai dengan tujuan dan terget yang telah
ditentukan
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang
dilakukan pada saat kebijakan telah di
implementasikan dan dapat memberikan dampak atau
pengaruh terhadap masyarakat. Juga setelah akhir
program untuk memastikan bahwa program yang
dijalankan telah berhasil atau gagal menurut tujuan
dari program tersebut.
Tujuan dari evaluasi sumatif yaitu
mengukur bagaiaman efektifitas atau program yang
telah dilaksanakan pemerintah ataupun lembaga
maupun perusahaan memberikan dampak yang nyata
pada permasalahan yang dihadapi. Dampak disini
dapat dilihat oleh adanya suatu intervensi program
pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan
atau tidak diharapakan), dan sejauh mana akibat dari
tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru
pada kelompok sasaran (impact). Intervensi yang
dilakukan pada suatu komunitas sasaran yang sesuai
35
dengan yang diharaplan atau tidak diharapakan
maupun tidak mampu menimbulkan perilaku baru
pada kelompok sasaran disebut (effect).
Selain itu, penilaian seperti ini dilakukan
untuk memastikan bahwa program yang sama dapat
diterapkan di tempat lain dengan konteksnya relaitf
sama maka tentunya tingkat keberhasilanyanya pun
sama. Penilaian sumatif ini dilakukan secara
menyeluruh terhadap elemen perencanaan, dan
variabel tujuan yang akan hendak dicapai.
Kemudian, Menurut Friensterbuch dan
Motz dalam Hendrick terdapat 4 bentuk evaluasi:
a. Single Program After Only
Pada tahap ini merupakan jenis yang
melakukansuatu pengukuran kondisi atau penilaian
terhadap suatu program yang didalamnya telah
meneliti setiap variable yang dijadikan kriteria
program. Evalausi dalam tahap ini melihat hasil
pelaksanaan dari suatu program.
b. Single Program Before-after
Pada tahap ini, bentuk evaluasi ingin
mencoba mengkaji kondisi masyarakat sebelum dan
sesudah pelaksanaan program serta melaksanakan
pembanding sehingga nantinya akan diketahui
pengaruh program tersebut atau dampaknya terhadap
kelompok masyarakat sasaran.
c. Comparative After Only
36
Pada tahap ini, bentuk evaluasi dilakukan
dalam bentuk pembanding antara 2 objek yaitu
kondisi masyarakat yang terkena dampak program
dengan masyarakat yang tidak terkena dampak
program setelah program dilaksanakan
d. Comparative before-after
Pada tahap ini, evaluasi merupakan bentuk
pengembangan dari bentuk sebelumnya. Dalam
evaluasi bentuk ini dilakukan perbandingan antara
dua daerah dan dua dimensi waktu yaitu sebelum dan
sesudah program dilaksanakan.
2.1.3 Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak berfokus pada sejauh
mana suatu kebijakan program menyebabkan
perubahan yang dikehendaki. Tujuan dari penelitian
evaluasi dampak yaitu mengukur efektifitas suatu
program dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini jika program dikatakan
berdampak jika tujuan dan sasaran yang dikehendaki
mengalami perubahan.
World Bank Independen Evaluation Group
(IEG) menjelaskan bahwa evaluasi dampak
merupakan identifikasi sistematis tentanng efek
positif atau negative dengan atau tidaknya dari
seorang dalam rumah tangga, institusi, dan
37
lingkungan yang disebabkan oleh sebuah intervensi
program sebelumnya.
Evaluasi dampak atau sumatif digunakan
utuk mengukur dan menilai keluaran serta akibat
serta adanya pengaruh yang dihasilkan dari adanya
suatu intervensi program. Dengan menilai dan
mengetahui seberapa efektif suatu program dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi dampak berfokus kepada keadaan
sebelum dan sesudah intervensi program. Menurut
Friensterbuch dan Motz evaluasi single before after
mencoba mengkaji kondisi masyarakat sebelum dan
sesudah pelaksanaan program serta melaksanakan
pembanding sehingga nantinya akan diketahui
pengaruh program tersebut atau dampaknya terhadap
kelompok masyarakat sasaran.
2.1.4 Dampak Program
a. Dampak Sosial
Teori Perubahan sosial sebagai dasar awal mula
dalam munculnya teori tentang dampak sosial ekonomi.
Perubahan sosial menurut Wiryohandoyo dalam
(Agustina and Octaviani 2017,155) adalah suatu bentuk
peradaban manusia akibat dari perubahan alam, biologis,
fisik yang terjadi dalam kehidupan manusia. Selain itu,
perubahan sosial yang terjadi menurut Davis merupakan
38
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Selo Soemardjan juga menyatakan bahwa
perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu
masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk didalamnya yaitu nilai, sikap, dan pola-pola
perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.
Dampak sosial merupakan sebuah bentuk akibat
atau pengaruh yang terjadi karena suatu hal. Dalam hal
ini pengaruh yang berakibat pada masyarakat, baik
karena adanya suatu kejadian yang mempengaruhi
masyarakat atau hal lain didalam masyarakat (Rodhiyah
2015,5). Dampak sosial merupakan perubahan yang
terjadi pada hubungan atau interaksi antar individu
setelah adanya suatu peristiwa atau program (Kurnia et
al. 2020,33).
Dampak sosial juga diartikan sebagai perubahan
yang terjadi dalam hubungan antara anggota masyarakat
yang menimbulkan bentuk kerja sama ataupun
perselisihan yang menunjukan keseimbangan dalam
interaksi sosial.
Interaksi sosial menurut Bimo dalam (Wawan et
al. 2017,10), merupakan hubungan antara individu satu
dengan yang lainya dimana individu mempengaruhi
individu yang lainya sehingga terdapat hubungan timbal
39
balik. Selain itu, hubungan tersebut dapat antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial juga
merupakan hubungan timbal balik antar dua atau lebih
individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.
Dari penjelasan diatas bahwa interaksi sosial
dapat dijelaskan yaitu hubungan timbal balik yang
dinamis antara sesama individu, atau kelompok manusia
yang diawali dengan adanya komunikasi sehingga terjadi
adanya suatu perubahan tingkah laku pada individu.
Interaksi sosial dibagi menjadi dua yaitu interkasi
asosiatif dan disosiatif. Interaksi asosiatif menurut
Setiadi & Kolip (2011) adalah proses sosial yang dalam
realitas sosial anggota masyarakatnya dalam keadaan
harmoni yang mengarah kepada pola kerja sama.
Harmoni sosial akan menciptakan kondisi sosial yang
teratur.
Proses asosiatif terbagi menjadi tiga, yaitu:
Pertama, kerja sama merupakan suatu usaha bersama
antara perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan bersama.
Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang
dapat digerakakan untuk mencapai tujuan bersama dan
40
harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut berguna
dikemudian hari. Bentuk kerja sama seperti kerukunan
yang mencakup gotong royong, bargaining (pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara 2
organisasi atau lebih), kooptasi (penerimaan unsur baru),
koalisi.
Kedua, akomodasi menurut Gilin dan Gilin yaitu
menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial
yang artinya mengadaptasi dalam biologi. Proses ini
merupakan cara menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan. Bentuk akomodasi berupa,
Corection (dilaksanakan dengan adanya paksaan),
Compromise (pihak yang terlibat saling menurunkan
tuntutan), arbitratation (cara untuk mencapai apabila
pihak yang berhadapan tidak dapat menyelesaikan
sendiri).
Ketiga, asimilasi merupakan proses sosial dalam
taraf lanjut, yang mana hal ini ditandai dengan usaha
mengurangi perbedaan yang terjadi dengan usaha untuk
mempertinggi kesatuan, sikap dan proses mental dengan
memperhatikan tujuan bersama.
Sedangkan proses disosiatif mengarah kepada hal
yang bersifat negative. Hal ini juga dikenal dengan
oposisi yang berarti bertentang dengan seseorang atau
kelompok untuk meraih tujuan tertentu.
41
Proses dalam interaksi disosiatif yaitu; Pertama,
persaingan atau proses sosial saling bersaing antara satu
pihak dengan pihak lain tanpa memakai ancaman atau
kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu. Kedua,
kontravensi merupakan sikap menentang dengan
tersembunyi agar tidak terdapat perselisihan (konflik)
terbuka. Proses sosial dengan tanda ketidakpastian,
keraguan penolakan, penyangkalan dengan tidak
diungkapkan secara terbuka. Ketiga, konflik merupakan
suatu perjuangan individu atau kelompok untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak
lawan yang sering kali disertai dengan ancaman dan
kekerasan.
Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi
indicator dalam dampak sosial yaitu mengenai dampak
asosiatif dan disosiatif yang dikemukakan oleh Setiadi &
Kolip (2011).
b. Dampak Ekonomi
Menurut Sinaga dalam (Setyaningsih 2014,6)
dampak ekonomi dapat dilihat dari sisi positif maupun
negative sehingga dapat lebih berimbang dalam
memberikan penilaian. Beberapa hal positif seperti
meningkatnya kelayakan dan kenyaman usaha dalam hal
ini dapat dikaitkan dengan program usaha, terbukanya
kesempatan kerja, perubahan status menjadi pedagang
42
yang legal. Cohen dalam (Agustina and Octaviani
2017,155) menjelaskan dampak ekonomi yaitu dilihat
pada indicator dampak terhadap pendapatan, dampak
pada aktivitas ekonomi, dampak terhadap pengeluaran.
Selain itu, Staynes dalam (Susanto 2019,1689)
berpendapat bahwa dampak ekonomi dibagai menjadi 3
bagian. Pertama, dampak langsung yaitu dilihat pada
mendapatkanya bantuan dana atau permodalan yang
diberikan perusahaan untuk komunitas atau masyarakat.
Kedua, dampak sekunder yang pertama meliputi
perubahan tingkat harga, perubahan mutu serta jumlah
barang dan jasa, perubahan dalam penyediaan property
dan variasi pajak, serta perubahan sosial dan lingkungan.
Dijelaskan bahwa dampak tidak langsung merupakan
manfaat dari dampak langsung yang mengakibatkan
kenaikan pada input dari suatu unit usaha.
Ketiga, dampak sekunder yang kedua disebut
dampak lanjutan meliputi pengeluaran rumah tangga dan
peningkatan pendapatan. Dampak ekonomi lanjutan
merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh anggota
maupun masyarakat wilayah tersebut yang digunakan
untuk biaya konsumsi, biaya sekolah, dan biaya
kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini, perputaran
ekonomi yang ada diwilayah tersebut menjadi stabil.
43
Sehingga indicator dalam penelitian ini yaitu
dampak ekonomi yang dikemukakan oleh Staynes yaitu
dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan.
c. Dampak Lingkungan
Lingkungan adalah suatu tempat dimana kita
makhluk hidup bertempat tinggal dan bersosialiasi yang
dimana kita harus menjaga lingkungan yang kita tempat
tinggali terasa nyaman dan indah untuk dipandang
Otto Soewartono berpendapat bahwa Lingkungan
hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang ditempat dan yang mempengaruhi
kehidupan (Silalahi 2001).
Sedangkan Siahaan mendefinisikan lingkungan
hidup merupakan satu kesatuan ruang dengan yang ada
disekelilingnya seperti benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia, dan tingkah lakunya
yang dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain. Pada
ruang ini berlangsung ekosistem dimana diantara
lingkungan abiotic dan organisme terjalin interkasi yang
harmonis dan stabil dan saling memberi dan menerima
kehidupan. Sehingga dapat terlihat bagaiamana dampak
dari adanya suatu intervensi atau program yang membuat
adanya saling mempengaruhi dilihat dari adanya
perubahan lingkungan (Siahaan 2004,4).
44
Disimpulkan bahwa lingkungan hidup merupakan
segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan makhluk
hidup yang memilki timbal balik dan luas serta saling
mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen
lain. Sebagaimana kita hidup di lingkungan maka perlu
menjaga selalu lingkungan yang ditempati terasa nyaman
dan asri untuk kita nikmati. Sehingga dalam penelitian
ini akan melihat dampak lingkungan yang dapat dilihat
dari adanya perubahan kondisi lingkungan disekitar
masyarakat sebelum dan sesudah adanya program.
2.2 Pemberdayan Masyarakat
2.2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat
(Community Development)
Pemberdayaan merupakan sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan
serangkaian kegiatan kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
pemberdayaan merujuk kepada keadaan atau hasil
yang akan dicapai oleh adanya perubahan sosial,
yaitu masyarakat yang berdaya, memilki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam hal
ini bisa bersifat fisik, ekonomi, dan sosial.
45
Ginanjar mengatakan bahwa memberdayakan
masyarakat adalah sebagai upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan marjinalisasi. dalam hal ini dapat disebutkan
sebagai berikut:
1. Mencipakan susasan atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat
berkembang
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat
3. Penguatan pranata dan pelembagaan pranata
4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan
2.2.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut (Adi 2013,206) membagi tahapan
pemberdayaan masyarakat kedalam 7 tahapan,
yaitu:
1. Tahapan persiapan (enganggement)
Pada tahapan ini sekiranya ada dua hal yang
harus dikerjakan yaitu penyiapan petugas dan
penyiapan lapangan. Penyiapan petugas dan
penyiapan lapangan dalam hal ini tenaga
pemberdaya masyarakat yang bisa dilakukan oleh
46
community worker, dan penyiapan lapangan
merupakan prasyarat berjalanya suatu program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara
non-direktif.
2. Tahapan Pengkajian (assessment)
Proses ini dilakukan secara individual melalui
tokoh-tokoh masyarakat ataupun kelompok-
kelompok masyarakat. Dalam tahap ini
diharapkan petugas mulai menggali permasalahan
yang dirasakan dan juga sumber daya yang
dimiliki oleh masyarakat.
3. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau
kegiatan
Pada tahap ini petugas sebagai agen
perubahan secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untik berfikir tentang masalah
yang mereka hadapi dan bagaimana cara
mengatasinya.
4. Tahapan pemformulasikan rencana aksi
Tahapan ini petugas membantu masing-
masing kelompok masyarakat untuk
memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk
tertulis, terutama yang kaitanya dengan
pembuatan kepada pihak penyandang dana.
5. Tahapan Pelaksanaan Program atau Kegiatan
Tahap ini merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam program pemberdayaan
47
masyarakat, sebab sesuatu yang sudah
direnacanakan akan dapat melenceng dalam
pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerja sama
antara petugas dan masyarakat.
6. Tahapan Evaluasi Program
Evaluasi sebagi proses pengawasan dari
warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan
sebaiknya dilajukan dengan melibatkan warga.
Dalam hal ini akan berdampak jangak panjang
yang akan membetuk suatu sistem yang lebih
mandiri dalam masyarakat.
7. Tahapan Terminasi
Tahapan ini merupakan tahap pemutusan
hubungan secara formal dengan komunitas
sasaran.
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.3.1 Definisi dan Konsep CSR
Tanggung jawab perusahaan kepada para
pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
menimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan (triple bottom line). Pada hal
ini adalah untuk mencapai tujuan dari pembangunan
yang berkelanjutan (Novita and Iriani 2018,8).
48
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas
tahun 2007 pasal 1 ayat 3 bahwa tanggung jawab
sosial dan lingkungan merupakan komitmen
perusahaan untuk turut serta dalam pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan guna untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
Selain itu, definisi dan prinsip tanggung
jawab sosial perusahaan atau CSR dalam ISO
26000:2010 - Guidance on Social Responsibility
merupakan tanggungjawab sebuah organisasi
terhadap dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatanya pada masyarakat serta lingkunganya.
Dalam penerapanya dalam bentuk perilaku yang
transparan dan beretika yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat, mempertimbangkan harapan dari para
Stakeholder yang sejalan dengan aturan yang telah
ditetapkan dan norma perilaku internasional serta
menyeluruh (www.csrindonesia.com diakses pada 15
Feb 2020)
Kewajiban sosial perusahaan atas apa yang
terjadi pada lingkungan masyarakat. Perusahaan
menggunakan dana dari pemegang saham tentunya
49
juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang
berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal
yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan
tertentu terhadap perusahaan (Supriyanto, Ramdhani,
and Rahmadan 2014,3).
2.3.2 CSR Sebagai Pemberdayaan Masyarakat
(Comdev)
Pemberdayaan masyarakat merupakan cara
untuk menyelesaikan suatu kebutuhan ataupun
permasalahan dengan melibatkan masyarakat secara
lansgung dalam implementasinya serta dengan
memanfaatkan seluruh hal yang ada pada
masyarakat. Tujuanya yaitu adanya kontribusi dari
masyarakat untuk mereka perubahan. Perusahaan
harus memberdayakan masyarakat secara
keseluruhan dan total, bekerja sama dengan para
pemangku kepentingan yang tujuanya yaitu membuat
masyarakat berdaya dan mandiri serta tumbuhnya
menjadi agen perusahaan sosial yang baik di
lingkungannya, baik selama perusahaan masih
berjalan maupun setelah eksplorasi.
Terdapat tiga jenis pendekatan pemberdayaan
masyarakat dalam CSR, yaitu:
50
a. Pengembangan untuk Komunitas
(Development for Community)
Pelaksana dalam kegiatan CSR adalah
perusahaan, komunitas posisinya sebagai
objek dari kegiatan tersebut. Tujuan dari
kegiatan ini relative pendek. Efek yang
ditimbulkan yaitu adanya ketergantungan
dari terhadap perusahaan.
b. Pengembangan bersama masyarakat
(Development with Community)
Dalam kegiatan ini dilakasanakan
bersama antara masyarakat dan
perusahaan. Kedudukan perusahaan
sebagai agen pembangunan sedangkan
posisi komunitas sebaga subjek sekaligus
objek dalam program. Tujuan dari hal ini
yaitu hasil dan dapat memberikan suatu
sumbanngan pada proses pembangunan.
Dampaknya yaitu komunitas tidak
sepenuhnya ketergantungan, akan tetapi
mereka dilatih untuk berswadaya. Jangka
waktu program ini akan lama dan
berkelanjutan. Karakteristik dari program
ini yaitu memenuuhui kebutuhan
komunitas dan tujuan perusahaan.
c. Mengembangkan Komunitas
(Development of Community)
51
Karakteristik utama dari program ini
yaitu berfokus kepada kebutuhan
komunitas. Hasil dan tujuan akhirnya
yaitu pembangunan yang berproses.
Dalam hal ini, komunitas menjadi
pencetus ide akan kebutuhan dan program
yang akan dilaksanakan. Untuk itu,
komunitas sebagai subjek sedangkan
perusahaan menjadi agen pembangunan.
Dampaknya yaitu komunitas menjadi self
reliance sebab mereka terlibat secara
langsung secara penuh pada program dan
penentu dari berhasil atau tidaknya
program. Jangka waktu yang panjang dan
biasa dikenal dengan kemitraan, yakni
pelatihan dan pendampingan yang
dilakukan oleh perusahaan dengan
komunitas.
2.3.3 Prinsip-prinsip CSR (Corporate Social
Responsibility)
Menurut Organization For Economic
Cooperation And Development (OECD) dalam
(Firdaus 2011,24) pada saat pertemuan pemangku
kepentingan yang dihadiri oleh para menteri setiap
Negara-negara anggota di Paris pada tahun 2000
telah menyepakati pedoman bagi perusahaan
52
multinasioanl dengan kebijakan umum tentang
prinsip-prinsip CSR, sebagai berikut:
1) Memberikan kontribusi untuk
kemajuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan berdasarkan
pandangan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan
2) Menghormati hak-hak asasi
manusia yang dipengaruhi
kegiatan yang dijalankan dengan
adanya kewajiban dan komitmen
pemerintah dan Negara tempat
perusahaan beroperasi
3) Meningkatkan pembangunan
berbasis lokal melalui adanya
kerjasama dengan komunitas
setempat, termasuk urusan bisnis
4) Mendorong pembentukan modal
tenaga kerja, khususnya
memperluas lapangan pekerjaan
dan kesempatan bagi para
karyawan
5) Menahan diri untuk tidak mencari
dan menerima pembebasan dari
luar yang dibernarkan secara
hukum yang terkait isu sosial,
53
lingkungan dan keselematan kerja,
serta isentif ekonomi, dan isu lain
6) Mendorong dan memegang teguh
prinsip Good Government serta
pengembangan tata kelola yang
seharusnya
7) Pengembangkan dan penerapan
praktek dengan sistem manajemen
yang otonomi secara efektif
8) Mendorong adanya kesadaran bagi
pekerja yang sesuai dengan aturan
perusahaan melalui adanya
pemberian informasi tentang
adanya aturan yang dilaksanakan
melalui adanya pelatihan.
54
B. Kerangka Pemikiran Penelitian
Program
Budidaya Ikan
Lele dan
Hidroponik
CSR
KORINDO
Pemberdayaan
Masyarakat
(Community
Development)
Evaluasi
Dampak
Langsung, Tidak
Langsung, dan
Lanjutan
Perubahan
Kondisi
Lingkungan
Asosiatif dan
Disosiatif
Sosial Ekonomi Lingkungan
55
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Latar Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di RW 04, Kelurahan Pancoran,
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Kelurahan Pancoran sendiri
memilki luas kurang lebih 121,80 Ha, yang diperuntukan sesuai
dengan RBWK tahun 1985/2015.Wilayah Kelurahan Pancoran
sebagian besar untuk Perumahan, sedangkan sebagian kecil lainya
merupakan fasiltas umum, jasa /komersil/perkantoran,
pemerintahan, dan daerah Hjau tanpa bangunan dan masuk wilayah
Kecamatan Pancoran, Kota Adminitrasi Jakarta Selatan.
Gambar 3.1 Sketsa Peta RW 04
(Sumber: Data Penelitian)
56
3.1.1 Demografi RW 04 Kelurahan Pancoran
a. Gender
Tabel 3.1
RT JUMLAH
KK JIWA LAKI-LAKI PEREMPUAN
001 37 194 99 95
002 39 113 57 76
003 39 260 120 140
004 43 279 135 144
005 29 277 143 134
006 34 285 165 120
007 45 365 174 187
008 43 287 155 132
009 38 216 114 102
010 35 269 130 139
011 40 276 138 138
JUMLAH 415 2841 1430 1411
(Sumber: Data Sekunder RW 04)
b. Agama
Tabel 3.2
RT JUMLAH
KK
AGAMA
ISLM PROTSN KATH HIN BDH
001 37 154 24 7 9 -
002 39 108 6 19 - -
003 39 224 6 30 - -
004 43 256 14 21 - -
005 29 281 - - - -
006 34 283 4 10 - -
007 45 362 19 8 - -
008 43 284 3 - - --
009 38 252 8 - - -
010 35 264 4 9 - -
57
(Sumber: Data Sekunder RW 04)
3.1.2 Struktur kepengurusan RW 04
Gambar 3.2
(Sumber: Data Penelitian)
RT JUMLAH
KK
AGAMA
ISLM PROTSN KATH HIN BDH
011 40 276 - - - - JML 415 2744 88 104 9 -
58
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Program
Pada tahun 2015, CSR Korindo melakukan pemetaan sosial
(Social Maping) di wilayah ring 1 operasioanl Korindo yaitu
Kecamatan Pancoran. Terdapat 6 kelurahan yang ada diwilayah
kecamatan Pancoran yaitu Pangadegan, Rawajati, Pancoram,
Kalibata, Duren Tiga, Tegal Parang. Korindo dengan Tools Social
Stakeholder Maping dilakukan di 6 wilayah tersebut untuk melihat
kondisi dan karakteristik serta potensi yang ada di wilayah tersebut
untuk dilakukan intervensi program yang ada di Korindo Group.
Dari hasil maping bahwa 3 wilayah yaitu Pancoran, Pangadegan,
dan Rawajati menjadi wilayah yang masuk dalam kategori CSR
Korindo.
Salah satu yang menjadi indicator kategori dari CSR
Korindo adalah bahwa adanya sebuah komunitas di suatu wilayah
yang memiliki keunikan program yang dapat dikembangkan sesuai
dengan beberapa program yang ada di Korindo. Kelurahan
Pancoran dipiliha karan di wilayah tersebut khususnya RW 04
terdapat sebuah komunitas yang mana dalam kegiatannya
melakukan pemberdayaan kepada masyarakat di RW 04, Kelurahan
Pancoran. Kegiatan berupa penghijauan wilayah seperti hidroponik
dan tanaman hias menjadi khas diwilayah tersebut. Selain itu, di
RW 04 terdapat kegiatan budidaya ikan lele yang dikelola oleh
masyarakat RW 04 sejak 2008. Kegiatan tersebut terus dilakukan
sebagai bentuk aktifitas yang dilakukan untuk masyarakat. Tetapi,
59
kegiatan tersebut tidak terlalu rutin sebab, masyarakat RW 04 yang
merupakan para pekerja sehingga kegiatan tersebut tidak terlalu
aktif.
Korindo Group merupakan perusahaan yang berfokus
kepada pengembangan usaha hutan tanaman industry dan
perkebunan kelapa sawit. Korindo telah berhasil mengembangkan
industry ramah lingkungan dimana nilai ekonomis berasal langsung
dari hutan dan sumber daya hutan. Korindo berkomitmen untuk
mengembangkan bisnis didaerah terpencil. Terdapat 5 pilar
program CSR yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan,
dan infrastruktur. hal ini merupakan bentuk dari pembangunan yang
dilakukan sesuai dengan filosofi perusahaan untuk membangun
hubungan yang harmonis, bermanfaat dan berkelanjutan bersama
masyarakat dan stakeholders demi kemajuan dan kesejahteraan
bersama. Dengan menjalankan kegiatan CSR yang berfokus kepada
program yang strategis, sistematis dan berkelanjutan.
Salah satu pilar dari Korindo yaitu pilar ekonomi melalui
kelompok usaha Korindo dibidang kayu lapis dan minyak sawit ini,
Korindo juga telah menjalankan program-program pengemabangan
masyarakat berbasis kewirausahaan. Program ini berdampak pada
peningkatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat Papua dan
Jakarta yang tinggal di sekitar operasional Korindo. programnya
berupa budidaya ternak ayam, pelatihan cetak bata merah, pelatihan
keterampilan pembengkelan untuk pemuda, program
pengembangan perkebunan karet, program pengembangan
pertanian padi sawah, pengembangan usaha bir pletok,
60
pendampingan pengelolaan hidroponik dan budidaya ikan lele, dan
kreasi daur ulang sampah.
Untuk itu, Korindo hadir dengan program yang memiliki
tujuan untuk penataan kawasan non produktif menjadi kawasan
hijau yang produktif dengan metode urban farming dan juga
mendukng kegiatan kelompok masyarakat melalui hasil produksi
urban farming yaitu Hidroponik dan Aquaponik diwilayah RW 04,
Kelurahan Pancoran.
Program dimulai pada tahun 2017 dengan adanya bantuan
berupa bibit lele dan pakan lele serta adanya pemberian bibit
hidroponik kepada masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran. Tidak
hanya itu, setelah Korndo melakukan evaluasi di tahun 2018
diketahui bahwa adanya keberhsilan program yang dilihat dari
adanya panen ikan lele yang dilakukan oleh masyarakat RW 04,
Kelurahan Pancoran. Masyarakat dengan inisatif menjual ikan lele
tersebut kepada warung-warung pecel lele dan masyarakat RW 04
itu sendiri.
Melihat adanya aktifitas tersebut, Korindo memberikan alat
mesin untuk pengolahan ikan lele untuk dibuat menjadi olahan hasil
ikan sepetrti bakso dan somay. Dengan bekerja sama dengan Dinas
Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) memberikan pelatihan
pembuatan somay dan bakso sehingga terbangun keterampilan
dimasyarakat untuk bisa mengelola produk hasil ikan tersebut.
Sampai saat ini Korindo terus melakukan monitoring dan
evaluasi kepada masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran secara
61
rutin. Untuk iru, Korindo terus berharap dapat terus berkontribusi
untuk pengembangan RW 04, Kelurahan Pancoran.
4.2 Tahapan Pelaksanaan Bantuan Bibit Lele dan Hidroponik Oleh CSR Korindo Group
Untuk hasil yang ingin dicapai dari program budidaya ikan
lele dan hidroponik ini peneliti melihat pada proses tahapan
pelaksanaan pemberdayaan bersama CSR oleh perusahaan. CSR
Korindo Group memiliki 5 pilar program yang dikembangkan,
yaitu, Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Lingkungan, dan
Infrastruktur. Salah satu pilar yang dikembangkan di kelurahan
Pancoran adalah pilar ekonomi, dalam bentuk program budidaya
ikan lele dan hidroponik. Program budidaya ikan lele dan
hidroponik dilaksanakan melalui beberapa proses tahapan mulai
dari tahapan persiapan (engagement), tahapan pengkajian masalah
(assessment), perumusan alternative program, perumusan rencana
aksi, tahapan pelaksanaan program (implementasi), tahap evaluasi,
hingga pelaksanaan terminasi. Berikut tahapan pelaksanaan
pemberdayaan program budidaya lele dan hidroponik oleh
masyarakat RW04, Kelurahan Pancoran bersama CSR Korindo:
a. Tahapan persiapan (Engagement)
Korindo Group melakukan persiapan dalam
pelaksanaan kegiatan CSR. Pada tahap persiapan ini,
terdapat dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahapan persiapan
petugas dan persiapan lapangan.
62
Tahapan persiapan petugas merupakan langkah awal
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mereka mendapat
data mengenai kondisi dan situasi yang ada dimasyarakat.
Berikut ini kutipan wawanacara dengan pak Reza selaku
Tim CSR
"tahapan persiapan dimulai dengan kita melakukan
kegiatan social maping yang dilakukan oleh divisi
CSR Korindo Group di wilayah sekitar khususnya di
Kecamatan Pancoran. Kecamatan Pancoran dipilih
karena merupakan wilayah ring 1 wisma Korindo
dari 6 kelurahan yang ada diwilayah tersebut pada
tahun 2015 dengan melihat potensi dan
karakteristik. Potensi dan karakteristik seperti
adanya suatu kegiatan dalam komunitas yang ada
diwilayah tersebut. Kegiatan sosial maping ini
menggunakan tools yang sudah kami buat yaitu
social stakeholder maping sesuai dengan kebutuhan
kami. Kemudian berdasarkan pengalaman kita
sebelumnya kita lebih melihat kelompok atau
komuitas yang sudah terbangun dan aktif alasanya
yaitu karna sudah terbentuk ikatan sosial ini yang
mempermudah kami dalam proses untuk men set up
program yang sesuai" (Bapak Reza,16/03/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa
tahapan persiapan petugas dimulai dengan melakukan sosial
maping terlebih dahulu yang dilakukan oleh divisi CSR
Korindo Group untuk melihat potensi dan karakteristik yang
ada pada wilayah tersebut. Wilayah tersebut berada pada
kecamatan Pancoran yang dengan maksud yaitu bahwa
wilayah Kecamatan Pancoran merupakan wilayah yang
berada pada ring 1 operasional perusahaan. kelurahan
63
tersebut yaitu 6 Pancoran, Pangadegan, Rawa jati, Duren
Kalibata, dan Duren Tiga.
Tools yang digunakan dalam kegiatan sosial maping
ini sudah dipersiapkan yaitu dengan tools Social
Stakeholder Maping. Tools ini digunakan untuk mengkaji
bagaimana kondisi dan potensi serta karakteristik suatu
wilayah sehingga dapat tergambarkan untuk Korindo
menset-up program atau kegiatan yang sesuai dengan
program yang ada di Korindo. Karakteristik dan potensi
seperti sudah terbentuk suatu komunitas atau adanya
kegiatan program yang sudah ada dimasyarakat yang
kemudian Korindo mengembangkan programnya yang
sesuai di lapangan. Karena menurut Korindo sangat
beresiko sekali untuk melakukan pengembangan masyarakat
dari awal. Sebab, berdasarkan pengalaman pada program
sebelumnya mereka lebih mudah untuk menjangkau
masyarakat yang sudah terbentuk. Karna bagi perusahaan
masyarakat atau komunitas yang sudah terbentuk akan lebih
mudah untuk di intervensi sebab mereka sudah terbentuknya
ikatan. Selanjutnya dalam tahap persiapan pun juga
dilakukan persiapan lapangan yang diungkapkan melalui
kutipan berikut:
"setelah hasil social maping wilayah bahwa
terdapat 3 wilayah yaitu Pangadegan, Pancoran
dan Rawajati. Di Pancoran sendiri ada masyarakat
RW 04 mempunyai kelompok usaha yaitu Impala
yang sesuai dengan kriteria program yang Korindo
miliki. langkah selanjutnya kita melakukan
64
koordinasi dengan stakeholder seperti Lurah, RW,
dan RT setempat yang kemudian disusun program
atau tentang kegiatan yang akan dijalankan
bersama masyarakat. hasil dari sosial maping
bahwa wilayah Kelurahan" (Pak Reza,16/03/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa
setelah melakukan social maping bahwa terdapat 3 wilayah
kelurahan yang menjadi tempat untuk Korindo melakukan
intervensi sosial disana. Bahwa wilayah tersebut memilki
potensi yang dapat dikembangkan program yang sesuai
dengan program yang dimiliki oleh Korindo. Khususnya
diwilayah RW 04, kelurahan Pancoran terdapat kelompok
usaha yang ikan lele dan hidroponik di wilayah tersebut.
Selanjutnya Korindo melakukan koordinasi dengan
stakeholder yaitu Lurah, RW, dan RT setempat untuk
melakukan sosialisasi program perusahaan kepada
stakeholder yang mana dalam prosesnya terjalin kerjasama
untuk melakukan MoU dengan pihak stakeholder.
b. Tahap Pengkajian (assessment)
Proses assessment merupakan proses mengkaji
permasalahan yang ada dimasyarakat. Perusahaan dalam
melakukan proses melibatkan bersama masyarakat melalui
tokoh-tokoh masyarakat (key-person) dan juga masyarakat
wilayah setempat yaitu RW 04, Kelurahan Pancoran.
Selanjutnya pada tahap ini pihak CSR Korindo
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan dan
juga sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat khususnya
65
wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran. Berikut kutipan
wawancara dengan Bapak Israfil selaku Ketua RW 04
beliau mengatakan yaitu:
"…. Iya mas Korindo datang ke RW 04 itu tahun
2017 waktu itu untuk melakukan sosialisasi tentang
program CSR mereka. selain itu, disitu kita
membahas bersama ya tentang permasalahan yang
ada diwilayah RW 04 ini dan kebutuhan apa yang
ada di RW 04 untuk sama-sama memecahkan
masalah dan mencari solusi bersama. Itu juga
dihadiri oleh CEO dari Korindo Group dan juga
pihak CSR"(Bapak Israfil, 27/02/2021)
Proses asesesmen yang dilakukan oleh Korindo
termasuk asesmen yang menyeluruh yaitu banyak mengajak
masyarakat disekitar khususnya RW 04 untuk
mendiskusikan mengenai program yang akan dilakukan.
Korindo mengutamakan pentingnya masukan atau aspirasi
masyarakat.
Gambar 4.1
Proses assessment Korindo dengan masyarakat
(Sumber: Data RW04, Kelurahan Pancoran)
66
Tim CSR Korindo Pak Reza mengatakan bahwa:
"…. Kemudian hasil pemetaan sosial tersebut kami
sosialisasikan dan disusun rencana kerja sama
dengan melibatkan masyarakat agar sesuai dengan
kondisi lokal"(bapak Reza,05/03/2021)
Kemudian, setelah proses asesmen dilakukan
masyarakat dan CSR Korindo akhrinya sepakat untuk
melaksanakan program budidaya ikan lele dan hidroponik.
Hal ini dikarenakan di wilayah kelurahan Pancorn
khususnys di RW 04, ditemukan berapa permasalahan
seperti wilayah yang kurang produktif, ketimpagan, tidak
tertatanya rumah dengan baik, dan banyak pensiun yang
masih aktif untuk berkegiatan sosial. Pada proses asesmen
yang dilakukan masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran
juga memiliki permasalahan lain terkait fasilitas belajar
mengajar PAUD yang sudah membutuhkan renovasi
pembangunan PAUD. Sehingga CSR Korindo juga
memberikan bantuan renovasi PAUD. Berikut kutipan
wawancara:
"pada proses pengkajian masalah banyak kita
temukan permasalahan seperti wilayah yang kurang
produktif, adanya ketimpangan sosial disana.
Bentuknya yaitu terdapat wilayah komplek dan
disampingnya perumahan yang tidak tertata.
Kemudian terkait potensi wilayah bahwa di RW 04
ini mereka melakukan kegiatan budidaya ikan lele
yang mana saat kita melakukan assessmen disana
mereka hanya mempunyai 1 kolam ikan saja.
Masyarakat disana mau berpartisipasi aktif
budidaya ikan lele dan hidroponik termasuk
67
kelompok lansia bagi mereka yang masih produktif.
Kemudian, juga di dekat kantor RW terdapat PAUD
yang perlu untuk direnovasi" (Bapak
Reza,05/03/2021)
Dari hasil kutipan wawancara tersebut contoh bahwa
proses assessment yang dilakukan oleh Korindo ini
dilakukan secara komprehensif karena melibatkan
masyarakat secara aktif sehinga mereka dapat merasakan
dan mengemukakan permasalahan mereka yang keluar dari
pendapat mereka sendiri. Kegiatan asesmen dilakukan pada
bulan oktober 2017 dengan melibatkan banyak stakeholder
yaitu seperti masyarakat RW 04, Lurah, dan RW.
Masalah yang dtemukan dalam kegiatan asesmen ini
yaitu di RW 04, Kelurahan Pancoran terdapat kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat yaitu budidaya ikan lele dan
hidroponik. Dengan modal 1 kolam ikan mereka melakukan
kegiatan budidaya ikan lele di RW 04. Kemudian hasil
asesmen bahwa Korindo melihat bahwa dari kegiatan
budidaya ikan lele dan hidroponik di RW 04, Kelurahan
Pancoran yang melaksanakan kegiatan budidaya tersebut
yaitu lebih dominan lansianya. Kemudian disamping kantor
RW 04, Kelurahan Pancoran terdapat PAUD yang mana
waktu tahun 2017 itu perlu dilakukan renovasi. Berikut
kutipan wawancaranya:
"jadi begini mas, terdapat dua tipe program yang
ada di Korindo, yaitu yang sifatnya utama dan
hanya based on charity. Yang sifatnya utama ini
merupakan program unggulan kami yaitu konsep
68
urban farming seperti hidroponik dan aquaponik.
Kemudian untuk yang based on charity ini
merupakan program yang mana hanya sebagai
tambahan program kami untuk masyarakat yang
memang di wilayahnya kita lihat memerlukan
bantuan tersebut, jadi Korindo punya dua program
tersebut yang dikemas jadi satu, tetapi tetap
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat jikalau
diwilayah potensi tersebut tidak perlu untuk
dibangun PAUD ya kami tidak akan melakukan
intervensi tersebut." (Bapak Reza,05/03/2021)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat 3 program yang ada di Korindo
yaitu program utama dan yang hanya based on charity. Pada
program utamanya yaitu tentang urban farming dengan
konsep hidroponik dan aquaponik yang mana program ini
merupaka program unggulan kami. Untuk yang based on
charity ini merupakan program untuk pencitraan
perusahaan. tetapi, konsepnya kembali kepada kebutuhan
masyarakat.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program
Tahap perencanaan alternative program merupakan
tahap dimana perusahaan secara partispatif mencoba melibatkan
masyarakat berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Pada tahap ini Korindo
melakukan meeting pembahasan budidaya ikan lele dan
hidroponik bersama masyarakat dan stakeholder seperti Lurah,
RW, dan RT setempat untuk bersama-sama berfikir tentang
69
permasalahan yang ada diwilayah RW 04, Kelurahan Pancoran
tersebut.
Kemudian pada tahap ini sebaiknya perusahaan dan
masyarakat sudah harus memikirkan beberapa alternative
program yang dapat mereka lakukan. Pada tahap ini, Korindo
melaksanakan tahap ini sudah baik. hal ini dibuktikan
berdasarkan hasil observasi bahwa terdapat program renovasi
bangunan PAUD yang didirikan oleh Korindo sebagai bentuk
tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Berikut
kutipan wawancaranya.
"pada tahap perencanaan program alternative
sebenernya sudah dilakukan sekaligus pada tahap
asesmen ya. Jadi sebenernaya terkait perencanaan
alternative program kita sesuaikan dengan apa yang
bisa kita lakukan bersama masyarakat. Korindo
dengan konsep puzzle dimana mengisi ruang-ruang
yang belum terisi dari masyarakat dalam hal ini
kebutuhan apa yang belum ada dan kita sesuaikan
dengan kondisi budget dari perusahaan. maka dari
itu, pada tahap sebelumnya yaitu asesmen, Korindo
menanyakan tentang pihak mana saja yang
melakukan intervensi di kelurahan Pancoran dan
apa bentuk yang mereka lakukan di wilayah ini.
sehingga, Korindo dengan program charity berupa
pembangunan renovasi PAUD dan program
kesehatan bayi dan lansia berupa pemberian makan
sehat untuk masyarakat dapat dilaksanakan di
wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran ini" (Bapak
Reza, 05/03/2021)
Dari kutipan wawancara diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam perencanaan program Korindo menyesuaikan
dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Korindo
70
dengan program charity-nya yaitu, pembangunan renovasi
PAUD dan pemberian kesehatan berupa makan gratis untuk
bayi dan lansia menjadi program alternative untuk wilayah
RW 04, Kelurahan Pancoran.
Selain itu, bu Nani selaku PKK mengungkapkan
sebagai berikut:
"betul sekali mas, di RW 04 ini kami memang ada
bangunan PAUD untuk kegiatan belajar mengajar
untuk balita. Tetapi sudah lama dan perlu untuk
direnovasi kembali. selain itu, memang betul
diwilayah RW 04 ini seperti yang mas lihat bahwa
banyak kegiatan yang melibatkan lansia. Disini
banyak lansianya mas. Karna kita ada kegiatan
senam pagi setiap hari sabtu. Jadi kami senang
sekali ketika Korindo memberikan bantuan berupa
renovasi buat PAUD ditambah dengan diberikan
berupa taman bermain untuk anak-anak. sama
dikasih makan sehat gratis gitu kayak bubur kacang
hijau dan susu setelah senam untuk lansia"(Bu
Nani,26/02/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, Korindo
dengan program pembangunan PAUD dan pemberian
makan sehat gratis untuk lansia menjadi salah satu
alternative program yang akan dijalankan diwilayah RW 04,
Kelurahan Pancoran.
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi
Pada tahap ini tim CSR membantu masing-masing
kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan
mereka. Proses diskusi mengenai formulasii program
71
dilakukan di lokasip program tersebut yaitu di RW 04. Pada
proses ini CSR Korindo menglokasikan dana CSR khusus
untu masyarakat RW 04 melalu program budidaya ikan lele
dan hidroponik. Pelaksanaan program ini merupakan hasil
diskusi bersama masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran
dan setelah proses diskusi masyarakat setuju untuk
diberikan bantuan dana dari CSR Korindo tersebut.
Pendistribuian bantuan dilakukan secara bertahap dimulai
dari bibit lele, pakan, hingga peralatan untuk pembuatan
berbagai olahan makanan. Seluruh bentuk bantuan tersebut
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan program
budidaya ikan lele dan hidroponik yang dilakukan oleh
masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran.
"iya kita diskusi dulu mas sama Korindo
kegiatannya tuh mau dibuat kayak gimana. jadi,
bantuannya datang bertahap. Di tahun 2017 itu
bantuan bibit lele, pakan lele sama tanaman
hidroponik, terus di 2018 baru dapet bantuan alat-
alat kayak mesin pres buat bikin olahan makanan
macem-macem dari bahan dasarnya ikan lele
karena dari Korindonya memang kasih ke
masyarakat kita di RW04" (Ibu Nani, 26/02/2021)
Tidak hanya itu, Korindo juga bekerja sama dengan
Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) untuk
memberikan pelatihan kepada masyarakat RW 04,
Kelurahan Pancoran tentang bagaiaman cara pengolahan
dan pembuatan somay dan bakso. Berikut kutipan
wawancanya:
72
"selain pemberian bantuan kita juga bekerja sama
dengan Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD)
untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat RW
04, Kelurahan Pancoran untuk bagaiamana
menggunakan alat pengolahan ikan menjadi aneka
makanan seperti somay dan bakso" (Bapak
Reza,95/03/2021)
e. Tahap Pelaksanaan Program (implementation)
Tahap pelaksanaan program ini merupakan satu
tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan
masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan akan
dilaksanakan.
Pada pelaksanaan program CSR Korindo Group
telah membuat suatu tim bersama anggota dan masyarakat
RW 04, Kelurahan Pancoran agar tidak ada pertentangan
saat menjalankan program. Pihak perusahaan sudah
berkoordinasi dengan RT, RW, serta kelurahan Pancoran
mengenai jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
Biasanya masyarakat mendapatkan informasi pelaksanaan
program ini dari pihak RT yang telah berkoordinasi dengan
RW seperti yang dikatakan oleh pak Israfil selaku RW
yaitu:
"… apapun informasi yang diberikan Korindo selalu
kami sampaikan kembali kemasyarakat sehingga disini
adanya sinergitas antara masyarakat dan pihak
pemerintah (RW), dan perusahaan" (Bapak Israfil,
27/02/2021).
73
Proses pelaksanaan program yaitu dengan pemberian
bibit ikan lele dan juga pakan lele kepada masyarakat untuk
digunakan secara berkelanjutan. Tidak hanya itu tetapi juga
ada pemberian motivasi dari Korindo yang dijelaskan
sebagai berikut kutipan wawancaranya:
"iya, kita diberikan pakan ikan sebanyak 150 kg
sebanyak 3 karung dan bibit ikan…"(Bapak
Yunus,26/02/2021)
Selain itu, pak Anwar mengungkapan sebagai
berikut:
"kegiatan berupa penyuluhan tentang peternakan
dan kesehatan dan olahraga. selain itu ada
pemberian motivasi dari penyuluhan agar
masyarakat tidak jenuh. Kegiatan tersebut dikaitkan
dengan 8 fungsi keluarga. Sehingga kegiatan yang
dilakukan sifatnya terkoordinasi dengan bidang2
yang sesuai dengan kesehatan dan pemberdayaan di
kelurahan" (Bapak Anwar,27/02/2021)
Selain pemberian bibit ikan dan pakan ikan ternyata
terdapat pemberian bantuan mesin pengelolaan hasil ikan di
tahun selanjutnya yaitu 2018 kepada masyarakat RW 04
serta pelatihan yang mana Korindo juga bekerja sama
dengan Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) yang
diungkapan sebagai berikut:
"iya, kita dalam memberikan batuan berupa bibit
lele dan pakan lele itu sebenarnya bertahap mas,
per sekali panen yaitu kurag lebih 4-5 miggu sekali
panen. Kami memberikan pakan kurang lebih 150
kg sebanyak 3 kali selama satu tahun pada tahun
2017-2018. Ditahun berikutnya yaitu 2018 kami
74
setelah melakukan evaluasi bahwa program
budidaya ikan lele dan hidroponik di RW 04
Kelurahan Pancoran berhasil. Sehingga kita merasa
perlu adanya pengembangan diwilayah RW 04 ini
untuk menjadi lebih produktif lagi" (Bapak
Reza,05/03/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara ternyata dalam
proses implementasi Korindo memberikan bantuan berupa
pakan lele dan bibit lele saja dan tanaman hidroponik untuk
masyarakat membudidayakannya. Program tersebut berhasil
maka pada tahun berikutnya, Korindo bekerja sama dengan
Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) untuk
memberikan pelatihan kepada masyarakat RW 04,
Kelurahan Pancoran pelatihan tentang cara mengelola hasil
ikan menjadi bakso dan somay kepada masyarakat. Karna
pada prinsipnya Korindo memiliki konsep untuk mengisi
ruang dalam masyarakat, apa yang belum ada maka Korindo
hadir dengan mempertimbangkan hal-hal sesuai dengan
sumber daya yang ada. Hal ini menjadi salah satu tujuan
dari keberhasilan program dari Korindo yaitu meningkatkan
kualitas masyarakat dengan keterampilan.
f. Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini, program budidaya ikan lele
dan hidroponik di RW 04 mendapat pengawasan dari
berbagai pihak yaitu pihak Korindo, Kelurahan, RW yang
mana mereka ikut serta bersama masyarakat juga dalam
75
proses budidaya ikan lele dan hidroponik. Berikut kutipan
wawancara dengan bapak Israfil selaku RW 04, yaitu:
"sampai saat ini, disini saya selaku RW terus
melakukan monitoring secara berkala tentang
kegiatan budidaya ikan lele dan hidroponik agar
terus berkelanjutan "(Bapak Israfil, 27/02/2021)
Kemudian, Bapak Isno selaku lurah Pancoran juga
menjelaskan tentang peran beliau sebagai lurah dalam
program budidaya ikan lele dan hidroponik yaitu:
"selama dan sampai saat ini, kita sebagai pembina
dan penanggung jawab secara penuh dengan
program tersebut. Kami kawal masyarakat dengan
melalui monitoring dan evaluasi secara berkala.
Proses evaluasi dan monitoringpun kami tentunya
melbatkan masyarakat untuk ikut berpartispasi aktif
untuk menilai sudah sejauh mana pergerakan dan
perkemangan usaha mereka."Bapak Isno,
05/03/2021).
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari masyarakat
dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat
yang sedang berjalan maupun sudah selesai dilakukan
dengan melibatkan masyarakat. Beberapa indicator
keberhasilan dari program ini diungkapkan oleh Pak Reza
selaku Tim CSR yaitu:
"indicator keberhasilan dari program jikalau
program tetap berjalan walaupun tidak didanai atau
di support lagi oleh Korindo. Kemudian, adanya
peningkatan kualitas SDM atau keterampilan dari
kelompok sasaran. Dari mulai awal kami datang
melakukan pemetaan sosial sampai saat ini kami
memang melihat adanya perkembangan dan
76
kemandirian yang terbentuk oleh masyarakat
kelurahan Pancoran dalam proses budidaya ikan
lele. Maka dari pada tahun 2020 kami mulai exit
program karna berdasarkan hasil penilaian evaluasi
Korindo bahwa masyarakat sudah dapat dikatakan
mandiri dan berdaya karna ya memang masyaraka
disana sudah terbentuk dan terjalin kerja sama yang
erat. Oh iya mas, kan konsep kami ingin yaitu
minimal dari kerja sama antara perusahaan dan
mitra itu 2 tahun. Kami bermitra dengan kelurahan
Pancoran dai 2017 sampai 2020 kemarin.
Sebenarnya kami mau mengembangkan program
baru disana tetapi karna pendemi akhirnnya tidak
terlaksana." Pak Reza,07/03/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, bahwa pada
proses evaluasi masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran
sudah dikatakan berhasil. Keberhasilan program ini yaitu
terciptanya kemandirian masyarakat dan terbentuknya suatu
keterampilan dari kelompok sasaran maka dapat dibuktikan
bahwa masyarakat menjadi lebih mandiri, produktif, dan
memberikan dampak yang dirasakan oleh masyarakat pada
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
g. Tahap Terminasi
Pada tahap ini perusahaan memutuskan kontrak
kegiatan dengan salam terima kasih. Tahapan ini dilakukan
sebab masyarakat RW 04 sudah menjadi mandiri dan dapat
mengembangkan programnya sampai menjadi percontohan
nasional. Selain itu, RW 04 juga banyak didatangi oleh
mahasiswa utuk melakukan penelitian bahkan RW 04 ini
77
sampai dikenal di manacanegara. Hal tersebut diungkapkan
oleh bapak Anwar yaitu:
"kami berterima kasih atas perhatian Korindo yang
telah memberikan dukungan, motivasi, dan
membantu menggerakan kegiatan kami. Sampai
akhirnya RW 04 ini menjadi kelompok percontohan
bagi DKI. Selain itu, RW 04 juga sering didatangi
oelh mahasiswa untuk mereka melakukan penelitian
disini. Bahkan sampai RW 04 ini dikenal ke
Australia" (Bapak Anwar).
Tahap terminasi sudah dijalankan oleh Korindo dan
masyarakat sebagai bentuk ucapan terima kasih. Mereka
semua berharap bahwa program ini dapat terus berjalan
secara sustainable.
4.3 Evaluasi Dampak Program Bantuan Bibit Lele dan
Hidroponik Oleh CSR Korindo Group
Evaluasi merupakan suatu studi untuk melihat sebuah
program dengan alur dalam prosesnya pada aspek masukan, proses,
dan produk dan dampaknya yang dihasilkan. Penelitian ini berfokus
kepada evaluasi dampak untuk melihat sejauh mana program
menyebabkan perubahan yang dikehendaki. Dalam hal ini peneliti
akan melihat bagaiamana kondisi masyarakat RW 04 sebelum dan
sesudah adanya program bantuan dari CSR Korindo melalui
pemberdayaan budidaya ikan lele dan hidroponik dengan melihat
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
4.3.1 Dampak Sosial Sebelum dan Sesudah Adanya
Program
78
Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini memberikan dampak
secara sosial bagi masyarakat. Dampak sosial ini dapat dilihat
dari adanya perubahan yang terjadi pada interaksi dalam
hubungan anggota masyarakat yang bisa timbul kerja sama
ataupun perselisihan. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi dengan masyarakat RW04, Kelurahan Pancoran
diketahui bahwa dengan dibentuknya program budidaya lele
dan hidroponik memberikan dampak yang signifikan pada
aspek sosial dari sebelum dan sesudah hadirnya program
tersebut. Pada aspek sosial ini berkaitan dengan adanya
interaksi sosial yang terbangun antar anggota masyarakat.
a. Asosiatif
Asosatif merupakan suatu usaha bersama antara perorangan
atau kelompok untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di
lingkungan RW 04 Kelurahan Pancoran, peneliti memperoleh
temuan data sejak sebelum adanya program dan perubahan
yang terjadi setelah ada program budidaya kan lele dan
hidroponik. Kondisi sebelum adanya program berkaitan dengan
tidak adanya interaksi sosial yang intens antar anggota
masyarakat serta aktivitas yang melibatkan seluruh anggota
masyarakat di RW04, Kelurahan Pancoran hanya dilakukan
pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan dan nasional.
Berikut kutipan wawancara dari Ibu Nani, PKK:
79
"jadi, sebelum ada program budidaya ikan lele sama
hidroponik tuh enggak ada kegiatan apa-apa lagi.
Yaa, cuma kegiatan kayak kemerdekaan gtu, acara
17-an lomba-lomba buat anak-anak sama remaja.
Terus kegiatan hari besar keagamaan. Nah,
semenjak ada program budidaya ikan lele sama
hidroponik, hampir setiap hari jadi ada kegiatan,
kayak nyiramin tanaman hidroniknya, bersih-bersih
kolam ikan lele, terus kerja bakti di sini, di RW04
bareng-bareng." (Ibu Nani, 26/02/2021)
Dari kutipan wawancara diatas juga diketahui bahwa
sebelum adanya program budidaya ikan lele dan hidroponik
tidak adanya kegiatan selain keagamaan dan kemerdekaan.
Kemudian, setelah adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik, terjadi perubahan sosial dalam hal peningkatan
interaksi sosial yang terjadi antar masyarakat. Mereka saling
menjalin kerja sama yang erat melalui kegiatan gotong
royong dalam membersihkan tanaman di sekitar lokasi
pelaksanaan program, membersihkan kolam lele, dan kerja
bakti di lingkungan RW04, Kelurahan Pancoran.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi bahwa terlihat
masyarakat berkumpul bersama di kantor RW 04 untuk
sama-sama berinteraksi dan membicarakan mengenai
kegiatan di RW04 sambil mengecek kolam ikan lele dan
hidroponik sambal membersihkan kolam dan memberi
makan lele.
Kemudian, interaksi antar anggota dan masyarakat
terlihat dengan adanya rapat rutin bersama setiap satu bulan
sekali dengan melibatkan stakeholder dari pemerintah
80
setempat, seperti Lurah Pancoran, Ketua RW04, masing-
masing ketua RT di RW04, kelompok PKK, dan masyarakat
secara keseluruhan di RW04. Berikut kutipan wawancara
dengan Ibu Nani:
"kalo kita nih biasanya jalanin program budidaya
ikan lele sama hidroponik bareng-bareng, sama Pak
Lurahnya, Ketua RW04, masing-masing ketua RT di
RW04, kelompok PKK, juga sama masyarakat
secara keseluruhan di RW04." (Ibu Nani,
26/02/2021).
Kegiatan rapat rutin program budidaya lele dan
hidroponik ini dilaksanakan di beberapa lokasi, seperti
kantor RW, rumah ketua RT, rumah ketua RW 04, dan di
RT06, Kelurahan Pancoran sebagai lokasi budidaya lele dan
hidroponik dibuat. Berikut kutipan wawancara dari Pak
Yunus:
"ya ada perubahan ya, aktivitas menjadi lebih ada
seperti kita menyiram tanaman hidroponik dan
memberi pakan ikan. Terus kalo kita itu sering ada
rapat rutin setiap satu bulan sekali gitu dan itu
sering rapatnya di beberapa tempat kayak kantor
RW, rumah pak RT, rumah pak RW, dan bahkan di
Kelurahan". (Pak Yunus 26/02/2021)
81
Gambar 4.2
Kegiatan Rapat Bersama di Lokasi Program
(Sumber: Data Penelitian)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan bu Hj
Maemunah selaku masyarakat bahwa ada kegiatan bersih-
bersih bersama yang memberikan manfaat bagi mereka
juga, berikut kutipan wawancaranya:
"iya perasaan saya senang sekali ada banyak
kegiatan disini. Saya senang banget nyapu-nyapu
karna saya orangnya gasuka berantakan karna rishi
sekali. Kalau ada sapu ya saya sapu aja sambal
jemur badan". (Bu Hj Maemunah,26/02/2021)
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa secara
sosial, adanya program budidaya ikan lele ini membuat
masyarakat merasa senang dan lebih bermanfaat karna
sebelumnya di wilayah RW 04 belum ada aktivitas seperti
budidaya ikan lele dan hidroponik yang melibatkan
82
partisipasi masyarakat. Kemudian, dampak yang dirasakan
oleh masyarakat dengan adanya program pemberdayaan
budidaya ikan lele ini juga berkaitan dengan timbulnya
kerja sama yang terbangun diantara mereka. Hal ini
dijelaskan dalam kutipan wawancara dengan bu Nani selaku
PKK RW 04:
"alhamdulilah, ini karna saya woro-woro dan ketua
pak Anwar mempercayakan saya untuk
mengkoordinasikan semua, karna ini juga sebagai
bentuk hiburan untuk masyarakat jadi makin terjalin
kerjasamanya dengan warga yang lain, warga juga
makin aktif nih, jadinya pada mau kerja bareng-
bareng buat jalanin ini program". (Bu Nani
26/02/2021).
Selain itu, pak Anwar selaku Tokoh masyarakat
mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini membuat masyarakat
berpartisipasi aktif sehingga terbangun kerja sama satu
dengan lainnya. Berikut kutipan wawancaranya:
"secara sosial tentunya masyarakat menjadi merasa
nyaman dilihat bahwa keberadaan mereka sering
kumpul hingga menjadi kompak antar masyarakat
dengan kelompok, kemudian ketika ada kegiatan
yang harus banyak melibatkan banyak orang
masyarakat diminta untuk turut dan mereka mau
untuk ikut berpartisipasi" (Bapak Anwar,
27/02/2021).
Berdasarkan temuan data yang telah diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses interaksi asosiatif,
program budidaya ikan lele dan hidroponik ini memberikan
83
dampak yang positif dari kondisi tidak adanya aktivitas
sosial menjadi lebih intens dan bersifat asosiatif dengan
hadirnya program budidaya ikan lele dan hidroponik.
Perubahan sosial secara asosiatif ini terjadi dalam bentuk
kerjasama yang terbangun atas peningkatan interaksi sosial
antar masyarakat di RW04, Kelurahan Pancoran.
b. Disosiatif
Interaksi disosiatif merupakan interaksi yang
mengarah kepada hal yang bersifat negative. Dengan kata
lain bisa disebut opoisisi atau yang bertentangan dengan
seseorang atau kelompok untuk meraih tujuan tertetu.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan,
peneliti tidak menemukan adanya proses interaksi disosiatif
yang ada pada masyarakat di RW 04, Kelurahan Pancoran.
Bagi mereka, permasalahan terkait konflik ataupun selisih
pendapat itu merupakan hal yang biasa dalam dinamika
bermasyarakat. Berikut kutipan wawancaranya:
"Tidak pernah ada konflik yang berkepanjangan sih
mas, di wilayah RW 04, kelurahan Pancoran ini
selama program kegiatan budidaya ikan lele dan
hidroponik ini berjalan dari masuknya program
bantuan Korindo sampai saat ini. Sebab, apa yang
diberikan Korindo, seluruh anggota masyarakat
akan diberikan informasi sehingga adanya
sinergitas disini. Bentuk informasi apapun ya mas,
tidak hanya dari koirndo saja" (Bapak Israfil,
27/02/2021)
84
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, bahwa tidak
pernah adanya konflik yang berkepanjangan selama
program budidaya ikan lele dan hidropnik ini berjalan.
Program Korindo masuk pada tahun 2017 yang mana
masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran mendapatkan
bantuan berupa bibit lele dan pakan lele serta bibit
hidroponik dari Korindo. Menurut beliau selaku ketua RW
04 selama program berlangsung selalu menjelaskan kepada
masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran mengenai
informasi ataupun hal-hal yang disampaikan oleh Korindo.
Artinya, adanya sinergitas antara masyarakat dan juga pihak
pemerintah juga perusahaan tentang bagaimana kondisi
yang terjadi dilapangan.
Kemudian, pak Anwar selaku Tokoh masyarakat
mengungkapkan bahwa:
"…. Sebaliknya, ketika terjadi permasalahan
diantara kita, masyarakat diminta untuk saling
terbuka satu sama lain". (Bapak Anwar,
27/02/2021)
Selain itu, Bu Hj Maemunah selaku masyarakat juga
mengatakan berikut:
"iya, kalau kumpul ya biasa aja gitu dah biasa lah
ada selisih faham, tapi yaudah lah biasa aja gitu.
Masalah seperti kayak ngasih jadwal makan ikan,
bersihin kolam, bersih-bersih kadang ada yang
gabisa datang terus ya saling iseng nyindir gitu.
Tapi yauda gitu mas ga dibawa kearah yang serius
gitu karna kita hnya bergurau saja" (Bu Hj
Maemunah, 26/02/2021)
85
Dari kutipan wawancara diatas dapat diketahui
bahwa apabila terjadi permasalahan antara satu warga
dengan warga lainnya, masyarakat akan mengupayakan
untuk saling terbuka. Upaya ini memberikan dampak yang
positif karena tidak menimbulkan konflik yang
berkepanjangan. Bagi masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran prinsip keterbukaan menjadi hal yang paling
utama untuk menghindari adanya konflik. Berikut kutipan
wawancaranya:
"tentu ada ya selisih faham, tetapi kita tidak dibawa
keberlanjutan dan gamasalah, kalau ada masalah
yang diomongkan baik-baik. Disini kami sudah
menganggap seperti keluraga. Saling mendukung
dan terbuka satu sama lain" (Ibu Nani, 27/02/2021)
Proses interaksi yang bersifat disosiatif dalam
masyarakat di RW 04, Kelurahan Pancoran sejauh ini tidak
memicu timbulnya konflik. Hal tersebut memang
dikarenakan sudah terbangun rasa kekeluargaan untuk
saling terbuka satu sama lain sehingga timbul kepercayaan
pada masyarakat. Sehingga, dapat disimpulkan berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti
bahwa tidak adanya proses disosiatif yang terjadi pada
masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran.
4.2.2 Dampak Ekonomi Sebelum dan Sesudah Adanya
Program
Selain dampak sosial, bahwa dengan adanya
program budidaya ikan lele dan hidroponik ini memberikan
86
dampak secara ekonomi bagi masyarakat RW 04. Program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini dibentuk dengan
tujuan memberikan manfaat secara ekonomi dengan basis
pemberdayaan kepada masyarakat sehingga dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan di masyarakat RW04,
Kelurahan Pancoran. Dampak ekonomi ini dilihat dari
dampak ekonomi langsung, tidak langsung, dan lanjutan.
Berikut penjelasanya mengenai dampak ekonomi dari
program budidaya ikan lele dan hidroponik.
a. Dampak ekonomi langsung
Sebelum adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik, aktivitas masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran hanya menyesuaikan dengan kegiatan yang sudah
berjalan. Mata pencaharian dari masyarakat setempat juga
sebagian besar adalah buruh lepas dan sebagian kecilnya
adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari segi ekonomi
mereka merasa perlu adanya tambahan biaya untuk
keperluan sehari-hari. Dampak ekonomi secara langsung
dilihat dari adanya pemberian bantuan dari Korindo Group
diantaranya, pakan ikan, bibit ikan lele, dan mesin
pengolaan hasil ikan yang diberikan Korindo kepada
masyarakat RW 04. Dampak ekonomi secara langsung ini
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya
untuk pemenuhan kebutuhan pelaksanaan program. Berikut
kutipan wawancaranya.
87
"Iya Korindo memberikan bantuan bibit lele dan
pakan lele sebanyak tiga karung kepada kami, hal
ini sangat berguna bagi kami karna dapat
menambah penghasilan kami dari segi ekonomi"
(Bapak Israfil, 27/02/2021)
Ibu Nani juga mengungkapan bahwa:
"iya ada, bantuan dari Korindo seperti pakan ikan
lele, bibit ikan lele dan tanaman hidroponik, kami
sudah mendapatkan bantuan ini selama 3 tahun dari
tahun 2017-2019 ini" (Ibu Nani, 26/02/20021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa
dengan adanya pemberian bantuan bibit lele dan pakan lele
membawa perubahan secara ekonomi kepada masyarakat
RW 04, Kelurahan Pancoran. Selain pemberian bibit ikan
lele, Korindo juga memberikan bantuan alat untuk press
ikan menjadi berbagai olahan macam makanan yang
berbahan dasar ikan lele.
Alat pres untuk membuat berbagai macam olahan
makanan diberikan di tahun selanjutnya di tahun 2018
beserta kegiatan pelatihan tentang cara mengolah ikan lele
menjadi bakso dan somay. Hal ini dilakukan karena
Korindo tidak hanya memberikan bantuan ikan lele hanya
untuk dikonsumsi pribadi, melainkan untuk masyarakat
sebagai bentuk kegiatan yang dapat menghasilkan suatu
produk makanan yang bernilai jual seperti somay dan bakso.
Berikut kutipan wawancaranya.
"jadi, bantuannya datang bertahap. Di tahun 2017
itu bantuan bibit lele sama tanaman hidroponik,
88
terus di 2018 baru dapet bantuan alat-alat kayak
mesin pres buat bikin olahan makanan macem-
macem dari bahan dasarnya ikan lele karena dari
Korindonya memang kasih ke masyarakat kita di
RW04 ini bukan untuk dikonsumsi pribadi, buat
dinikmati bareng-bareng. Di tahun ini juga ada
pelatihan pengolahan ikan lele buat jadi somay dan
bakso" (Ibu Nani, 26/02/2021)
Kemudian, terdapat keterangan lebih lanjut
mengenai adanya pemberian bantuan peralatan untuk
mengolah makanan berbahan dasar ikan lele. Berikut
kutipan wawancaranya:
"iya betul, Korindo memberikan kita alat press, alat
press tersebut digunakan tidak hanya untuk
konsumtif saja melainkan ingin adanya kegiatan
pasca panen yang menghasilkan suatu produk
makanan seperti somay dan bakso" (Bapak Anwar,
27/02/2021).
Gambar 4.3
Mesin Spiner untuk Ikan Lele
(Sumber: Data Penelitian, 27/02/2021)
89
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwa dampak ekonomi langsung dilihat dari
adanya pemberian bantuan berupa bibit lele, pakan lele, dan
mesin olahan ikan serta pelatihan kepada masyarakat RW
04. Dalam pemberian bantuan tersebut Korindo
memberikan bantuan secara bertahap kepada masyarakat
dimulai dari adanya pemberian bibit lele dan pakan lele di
tahun 2017 untuk diolah terlebih dahulu oleh masyaraat
RW04, Kelurahan Pancoran dan untuk dijual terlebih
dahulu.
Gambar 4.4
Kegiatan Pelatihan bersama DKPD
(Sumber: Data Sekunder RW 04)
Pada tahun berikutnya di 2018, Korindo
memberikan bantuan berupa mesin olahan ikan untuk diolah
90
masyarakat menjadi somay dan bakso. Hal ini, menjadi
modal awal dari masyarakat untuk mereka mengembangkan
kegiatan yang ada diwilayah RW 04. selain itu, program
bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM
dan keterampilan masyarakat. Maka dari itu, pelatihan yang
diberikan oleh CSR Korindo kepada masyarakat diharapkan
dapat terus dipraktekan oleh masyarakat sampai seterusnya.
b. Dampak tidak langsung
Dampak secara tidak langsung dalam penelitian ini
dilihat dari bagaiamana perekonomian masyarakat
berkembang melalui program pemberdayaan budidaya ikan
lele dan hidroponik di wilayah RW 04. Hal ini berkaitan
dengan hasil pengelolaan bantuan yang telah digunakan
untuk produktivitas masyarakat di RW 04, Kelurahan
Pancoran. Berikut kutipan wawancaranya:
"dari hasil bibit lele yang diberikan Korindo kepada
kami, kemudian setelah kurang lebih 4-5 minggu
missal panen lele kami menjualnya di masyarakat,
setelahnya uangnya dapat dibeli lagi untuk bibit lele
dan pakan ikan lele lagi" (Bapak Yunus,
26/02/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa
Korindo telah memberikan bantuan berupa bibit lele dan
pakan lele kepada masyaraat RW 04. Kelurahan Pancoran
untuk dibudidaya. Setelah dibudidaya ketika masa panen itu
datang biasanya panen dilakukan setelah 4-5 minggu pasca
budidaya hingga lele tersebut dapat dijual ke masyarakat.
91
Hasil penjualan tersebut biasanya mereka kelola kembali
untuk membeli bibit lele kembali dan pakan lele untuk
proses budidaya selanjutnya.
Gambar 4.5
Kegiatan Panen Lele oleh Masyarakat RW 04
(Sumber: Data Penelitian)
Selain itu, hasil panen lele juga dijual ke restoran
dan warung pecel lele yang ada disekitar wilayah RW 04,
Kelurahan Pancoran yang dijelaskan oleh bu Nani sebagai
berikut:
"lele kita menjualnya ke restoran dan warung-
waruung pecel lele, kemudian, masyarakat disini
juga sering membeli ikan lele disini karna mereka
tau kualitas disini itu bagus. Kemudian kami juga
membuat makanan yang olahan dari ikan lele yang
sudah jadi seperti bandeng presto somay ikan, dan
bakso" (Ibu Nani, 26/02/2021)
92
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas bahwa
hasil dari bantuan bibit lele dan pakan lele yang diberikan
oleh Korindo kepada masyarakat RW04, Kelurahan
Pancoran mereka budidayakan sehingga bibit lele tersebut
siap panen dan kemudian biasanya mereka pasarkan ke
warung-warung pecel lele dan juga masyarakat setempat.
Karna masyarakat ataupun warung pecel lele tau akan
kualitas lele yang ada di RW 04, Kelurahan Pancoran yang
kualitasnya bagus. Kualitas bagus disini karna budidaya
ikan lele yang ada di RW 04 ini hanya menggunakan pakan
ikan. Dengan adanya kepercayaan masyarakat akan kualitas
lele tersebut sehingga adanya pemasukan yang masyarakat
dapat dari adanya penjualan lele tersebut.
Artinya, dengan adanya bantuan dari Korindo
membuat pendapatan masyarakat menjadi bertambah.
Selain itu, kondisi kolam lele yang sebelumnya itu hanya
satu karna adanya bantuan berupa bibit lele dari Korindo
membuat masyarakat RW 04, kelurahan Pancoran
membangun kolam lele yang fungsinya untuk menampung
bibit lele tersebut. Berikut kutipan wawancara oleh bu Nani
selaku masyarakat:
"Sebelumnya itu ga banyak dek, kita buatnya
continue. Sebelumnya tuh cuma 1 kolam. Korindo
hadir tahun 2017an terus ngasih bantuan bibit lele
makanya kita buat lagi kolamnya, karna ini diatas
got kita pernah ditegur oleh pihak dinas lingkungan
hidup makanya kolam ikan kami tutup dan kita
bangun kembali kolam ikan dan yang sebelumya
93
kola tersebut kita ganti dengan penghijauan "(Bu
Nani, 26/02/2021)
Selain itu, bapak Yunus juga mengatakan berikut:
"iya sebelumnya hanya 1 kolam aja dek, karna ada
bantuan Korindo berupa bibit lele, sehingga kita
bangun kolam lele lagi untuk menampung bibit ikan
tersebut sehingga jadi bertambah deh"(Bapak
Yunus, 27/02/2021)
Gambar 4.6
Kolam Ikan Lele RW 04 Sebelum Adanya CSR
Korindo
(Sumber: Data Penelitian)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dengan
adanya bantuan bibit lele dan pakan ikan lele terjadi
perubahan fasilitas yang awalnyanya kolam lele hanya 1
kolam saja. Karna adanya bantuan bibit lele maka mereka
membuat kolam ikan lagi untuk menampung ikan lele
tersebut untuk di budidaya. Karna awalnya kolam ikan itu
ada diatas saluran air, masyarakat RW 04, Kelurahan
94
Pancoran ditegur oleh pihak Dinas Lingkungan karana hal
tersebut merupakan hal yang tidak boleh dilakukan.
Untuk budidaya hidroponik mereka
memanfaatkanya untuk konsumsi pribadi saja. Tidak untuk
dijual dimasyarakat. Jika ada kegiatan kumpul bersama,
mereka dengan antusias memetik dan memasak tanaman
hidroponik dan sambil makan bersama.
Gambar 4.7
Hidroponik RW 04
(Sumber: Data Penelitian)
Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara, bahwa
program dari budidaya ikan lele dan hidroponik yang ada
diwilayah RW 04, Kelurahan Pancoran ini tidak dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Sebab, hasil
penjualan ikan lele langsung dimasukan kedalam kas RW
04 untuk kemudian dioperasionalkan kembali untuk
95
membeli bibit lele dan juga pakan lele kembali. Berikut
kutipan wawancaranya:
"sebenarnya, kalo secara ekonomi itu tidak
berdampak ya mas. Karna memang hasil dari
penjualann tersebut langsung dimasukan kedalam
kas RW 04 untuk membeli pakan lele dan bibit lele
kembali. Jadi, ya kami tidak menerima uang apapun
ya"(Bapak Yunus, 26/02/2021)
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa program budidaya ikan lele dan
hidroponik ini tidak membawa pengaruh secara ekonomi
(pendapatan) kepada masyarakat. Sebab, hasil dari
penjualan tesebut dimasukan kedalam kas RW 04, yang
fungsinya untuk membeli bibit ikan lele serta pakan lele
kembali. masyarakat juga berharap bahwa Korindo
memberikan alat untuk produksi pakan sendiri. Berikut
kutipan wawancaranya.
"iya mas, jadi saya berharap Korindo memberikan
bantuan kembali berupa alat mesin untuk produksi
pakan. Karna harganya cukup mahal ya mas. Oh
iya, jadi mesin pakan tersebut saya liat waktu ikut
pelatihan di Cilengsi tentang pembuatan pakan
ikan. Bahanya sangat sederhana mas, Cuma roti
yang e… sudah busuk atau berjamur kemudian
ditambah obat perasa ya apa namanya saya lupa ya
pokokya penguat rasa untuk campuran pakan ikan
yang kemudian digiling di mesin tersebut. Menurut
saya, itu lebih praktis dan murah daripada kita
membeli pakan langsug jadi"(Bapak Israfil.
27/02/2021)
96
Berdasarkan kutipan wawancara diatas bahwa
masyarakat berharap adanya bantuan berupa mesin untuk
membuat pakan lele. Hal tersebut diungkapkan karna
dengan memproduksi pakan sendiri itu lebih mudah dan
akan menekan pengeluaran kas RW 04, Kelurahan Pancoran
untuk membeli pakan ikan sehingga produksi mereka dapat
bertambah dengan adanya mesin tersebut. Pak Yunus juga
mengungkapan bahwa:
"iya mas, kadang kami jual lelenya pun tidak ada
untung. Jadi kan kami jual lelenya itu perkilonya
seharga 25ribu, tetapi kalo dihitung kembali antara
biaya produksi seperti pakan ikan, listrik, air selama
proses budidaya dengan hasil penjualan itu ga ada
untung gitu loh mas. Kayak 1 pack pakan lele itu
yang beratnya 150 kg bisa untuk 3-4 minggu. Tapi
kita juga yang penting lelenya habis saja daripada
ikanya pada mati" (Bapak Yunus, 27/02/2021).
Berdasarkan kutipan diatas bahwa masyarakat
menjual ikan lele mereka sehargan 25ribu perkilo. Setelah
mereka hitung bahwa budidaya tersebut tidak mendapat
keuntugan yang besar karna biaya produksi untuk
pengeluran pakan ikan, listrik, air selama proses budidaya.
c. Dampak lanjutan
Dampak lanjutan merupakan pengeluaran yang
dikeluarkan oleh anggota maupun masyarakat wilayah
tersebut yang digunakan untuk konsumsi, biaya sekolah,
dan biaya kebutuhan sehari-hari. Dampak lanjutan ini dapat
dilihat darinya hasil penjualan yaitu keuntungan yang
97
didapat dari hasil budidaya ikan lele dan hidroponik yang
dikumpulkan pada Kas RW 04, Kelurahan Pancoran yang
biasa digunakan oleh masyarakat RW 04 untuk melakukan
rekreasi. Berikut kutipan wawancara
"iya mas, biasanya hasil penjualan ikan lele itu kami
gunakan untuk mengadakan jalan-jalan rekreasi
gitu. Setaun sekali atau bahkan 2 kali setau
tergantung dari jumlah kas yang ada" (Bu Nani,
26/02/2021)
Selain itu, Bapak Yunus mengungkapan melalui
kutipan wawancara berikut:
"kita memang ada jalan-jalan rekreasi gitu setiap
tahun, tapi itu juga tidak sepenuhnya uang hasil
dari penjualan ikan lele di RW 04 ini mas. Jadi,
kami juga ada iuran kas sebesar 10 ribu perbulan
gitu. Biasanya untuk acara-acara seperti acara
keagamaan dan juga ya untuk hal-hal yang
diperlukan untuk fasilitas di RW 04" (Bapak Yunus,
26/02/2021)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas dapat
dilihat bahwa kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat RW
04, Kelurahan Pancoran ini yaitu adanya kegiatan rekreasi
yang dilakukan setahun sekali. Kegiatan tersebut bisa
berjalan bukan karna keuntungan hasil budidaya ikan lele
dan hidroponik serta penjualan lele melainkan juga adanya
iuran kas masyarakat RW 04 untuk operasional kegiatan
yang ada di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran. Dapat
disimpulkan bahwa adanya dampak ekonomi lanjutan pada
98
program budidaya ikan lele dan hidroponik di RW 04,
Kelurahan Pancoran.
4.2.3 Dampak Lingkungan
Melaui penelitian ini, bahwa program bantuan pakan
lele dan bibit lele kepada masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran melalui program budidaya ikan lele dan
hidroponik yang ada diwilayah tersebut selain berdampak
secara sosial dan ekonomi, ternyata juga berdampak pada
aspek lingkungan yang ada diwilayah tersebut. Bahwa
adanya perubahan dari segi infrastruktur dan tata lahan yang
ada di RW 04, Kelurahan Pancoran yang sebelumnya
berdasarkan hasil wawanacara wilayah tersebut dahulunya
gersang dan tidak tertata rapih, berikut kutipan
wawancaranya.
"sebelumnya sekitar 5 tahun berarti 2015an lah ya
mas…ee... wilayah kami ini merupakan wilayah
yang apa ya… ya gersang dan padat penduduk, juga
banyak kendaraan yang lalu lalang dan parkir
sembarangan disini. Dampak sesudahnya ya sekitar
2010an kalo gasalah pas banyak program-program
dari pemerintah kemudian perusahaan banyak
perubahan yaitu daerah kami menjadi lebih rindang
dan hijau." (Bapak Yunus,26/02/2021)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas bahwa
dengan adanya program budidaya ikan lele dan hidroponik
di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran membuat wilayah
mereka menjadi asri dan tidak gersang yang mana
sebelumnya wilayah tersebut itu gersang dan padat
99
penduduk serta banyak kendaraan yang lalu lalang dan juga
banyak yang parkir dengan tidak tertata. Kemudian setelah
adanya program budidaya ikan lele dan hidroponik di RW
04, Kelurahan Pancoran membuat wilayah tersebut menjadi
lebih asri dan rindang yang mana banyak pohon dan
tanaman hias. Selain itu banyak masyarakat yang
menanggapi dengan positif adanya program budidaya ikan
lele dan hidroponik diwilayah mereka. Berikut kutipan
wawancara sebagai berikut:
"kalau disini InsyaAllah positif, lingkungan jadi asri
dan nyaman. Kayak banyak anak-anak main dan
orang tua ngasih makan jadi insyaAllah generai kita
generasi sehat" (Ibu Nani, 27/02/2021).
Dengan adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran melalui
bantuan pakan dan bibit ikan lele juga hidroponik, ini
berdampak kepada masyarakat yang mana dengan adanya
program tersebut masyarakat khususnya anak-anak dan
orang tua yang memberi makan anak-anak mereka di sekitar
wilayah program. Karna mereka merasa bahwa dengan
lingkungan yang asri dan rindang masyarakat mempuyai
inisatif untuk melakukan budidaya tanaman dan ikan di
lingkungan rumah mereka. Berikut kutipan wawancaranya:
"tangapan masyarakat positif sekali ya, sampai
mereka banyak menanam juga disetiap rumah
mereka dan membuat kolam ikan lele untuk mereka
budidaya sendiri" (Bapak Anwar, 27/02/2021)
100
Gambar 4.8
Rumah warga yang menanam tanaman
(Sumber: Data Penelitian)
Menyikapi tanggapan dari adanya program budidaya
ikan lele dan hidroponik di wilayah RW 04, Kelurahan
Pancorann ini merupakan tujuan Korindo Group dari adanya
program bantuan bibit lele dan pakan lele diwilayah
tersebut. Berikut kutipan wawancaranya:
"tujuan dari program budidaya ikan lele dan
diroponik ini untuk penataan kawasan non produktif
menjadi kawasan hijau produktif dengan metode
urban farming dan juga mendukung kegiatan
ekonomi kelompok masyarakat melalui hasil
produksi urban farming (Hidroponik dan
Aquaponik". (Bapak Reza, 05/03/2021)
Dapat disimpulkan bahwa tujuan program budidaya
ikan lele dan hidroponik diwilayah RW 04 ini yaitu untuk
adanya penataan kawasan yang tidak produktif menjadi
kawasan hijau yang produktif dengan metode urban farming
di suatu wilayah dan juga mendukung kegiatan ekonomi
pada kelompok masyarakat dengan melalui hasil produksi
101
urban farming yaitu hidroponik dan aquaponik (budidaya
ikan lele). Sejauh ini, program tersebut berdampak secara
lingkungan di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran. Hal
tersebut dibuktikan dengan adannya proses pembangunan
yang aktif di wilayah Kelurahan Pancoran.
Proses pembangunan di wilayah RW 04 kelurahan
pancoran ini dengan pola pemberdayaan masyarakat yang
mana program budidaya ikan lele dan hidroponik ini,
tentunya membuat masyarakat menjadi aktif. Hal ini
diperjelas dengan ungkapan hasil wawancara dengan bapak
Israfil selaku ketua RW 04, sebagai berikut:
"jelas mas, sebab begini. Proses pembangunan
secara sosial disini terjadi mas atau interaksi sosial
ya mas. Hal ini dilihat dari terbentuknya suatu
gotong-royong antar sesama disini. Masyarakat
sambil meriung memberi makan ikan dan menyiram
tanaman kemudian mereka penen ikan selanjutnya
mereka bisa jual artinya disini perputaran ekonomi
pun berjalan ya mas. Kemudian, proses
pembangunan juga melihat pada sisi lingkungan
disini yaitu RW 04 ini menjadi wilayah yang cukup
menonjol dari sisi kebersihan dan kenyamanan serta
asrinya wilayah"(Bapak Israfil, 27/02/2021).
Proses pembangunan yang terbangun di wilayah RW
04 ini menurut Bapak Israfil melihatnya dari 3 aspek secara
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini juga diungkapan
oleh Lurah Pancoran sebagai berikut:
"Secara sosial, mostly banyak lansia ya mas. Ini
memberikan warna baru bagi RW 04 Kelurahan
102
Pancoran. Pemberdayaan berjalan dan akhrinya
warganya pun berkembang, sehingga ini merupakan
bukti bahwa RW 04 ini mereka menjadi percontohan
nasional untuk programnya. Kita mengetahui bahwa
di Desa sana terdapat tanah yang luas yang bisa
dimanfaatkan. Tetapi, di kita dengan tanah yang
sempit dibuatlah pola pemberdayaan yang
dilakukan oleh Korindo dengan bekerja sama
dengan pemberdayaan masyarakat berbasis
komunitas. Dalam hal ini peran Korindo punya
peran besar, karna mensupport yang belum ada.
kalau secara lingkungan bahwa konsep RW 04 ini
menonjol. Yang positifinya adalah berupa
penghijauan yang mana mereka tanam urban
farming di setiap rumah mereka. Bahkan saat
pandemic tanaman janda bolong di RT 09 tuh sampe
rame. Kalau secara ekonomi, tadi mas, penjualan
hidroponik dan juga tanaman janda bolong itu bisa
mereka jual mas bukan untuk hiasan saja" (Bapak
Lurah, 01/03/2021)
Untuk itu, bahwa dampak yang sebelum dan sesudah
adanya program dari CSR Korindo ini membawa perubahan
pada masyarakat RW 04 pada aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Pada aspek sosial indicator yang dijadikan
dasar dalam pengambilan data berfokus kepada bentuk
interkasi sosial yang terjadi dimasyarakat yaitu kerja sama
dan konflik. Pada aspek ekonomi, indicator yang digunakan
yaitu dampak ekonomi langsung, tidak langsung, dan
lanjutan. Bahwa dengan adanya program dari CSR Korindo
terdapat beberapa perubahan secara ekonomi bagi
masyarakat khususnya RW 04. Selain itu, dengan melihat
103
aspek lingkungan bahwa terdapat perubahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat yang menjadi lebih asri dan rindang
daripada kondisi sebelumnya.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Dampak Program
No Aspek Dampak
1. Sosial Terbentuknya pola kerja sama yang ada di
wilayah RW 04 ini seperti adanya kegiatan
gotong royong untuk membersihkan kolam
ikan dan tanaman yang ada di sekitar wilayah
RW 04. Sebelumnya masyarakat RW 04
tidak ada kegiatan, hanya kegiatan keagamaan
dll. Setelahnya Dalam pelaksanaanya sampai
saat ini tidak adanya konflik yang
berkepanjangan. Mereka menganggap bahwa
ini sebagai bentuk dinamika dalam
bermasyarakat.
2. Ekonomi Dampak secara ekonomi dapat dilihat dari
adanya bantuan berupa bibit ikan lele, pakan
ikan, dan mesin alat pengolahan ikan serta
pelatihan pembuatan bakso dan somay.
Dampaknya yaitu masyarakat menjadi lebih
mandiri sebab, uang hasil penjualan lele dan
produk olahan tersebut mereka kumpul dikas
yang selanjutnya uangnya digunakan untuk
membeli bibit lele dan pakan lele kembali.
selain itu adanya kegiatan rekreasi rutin
setahun sekali. Selain itu, terdapat perubahan
kondisi kolam ikan di RW 04.
3. Lingkungan Terdapat perubahan kondisi lingkungan RW
04 yang sebelumnya gersang menjadi lebih
asri dan rindang. Serta diwilayah di RW 04
tersebut menjadi tempat untuk perkumpulan
kegiatan-kegiatan.
104
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan mendeskripsikan bagaiamana hasil dari
penelitian evaluasi dampak program pemberdayaan masyarakat
RW 04 Kelurahan Pancoran oleh Corporate Social Responsibility
(CSR) Korindo. Hasil penelitian ini mem bahas tentang proses
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh CSR Korindo di
Kelurahan Pancoran khususnya RW 04 dan evaluasi program yang
berfokus kepada dampak dari adanya suatu intervensi melalui
program tersebut.
Korindo Group merupakan perusahaan yang berfokus
kepada pengembangan usaha hutan tanaman industry dan
perkebunan kelapa sawit. Korindo telah berhasil mengembangkan
industry ramah lingkungan dimana nilai ekonomis berasal langsung
dari hutan dan sumber daya hutan. Sebagai bentuk dari
tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat, Korindo
memberikan kontribusinya melalui program-program CSR.
Korindo berkomitmen untuk mengembangkan bisnis di daerah
terpencil melalui 5 pilar program CSR yaitu pendidikan, kesehatan,
ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur. hal ini merupakan bentuk
dari pembangunan yang dilakukan sesuai dengan filosofi
perusahaan untuk membangun hubungan yang harmonis,
bermanfaat dan berkelanjutan bersama masyarakat dan stakeholders
demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Dengan menjalankan
105
kegiatan CSR yang berfokus kepada program yang strategis,
sistematis dan berkelanjutan.
Salah satu pilar yang dikembangkan oleh Korindo adalah
pilar ekonomi diwujudkan dalam bentuk program-program
pengembangan masyarakat berbasis kewirausahaan. Sasaran dari
program ini adalah mengupayakan peningkatan ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat Papua dan Jakarta yang tinggal di sekitar
operasional Korindo. Programnya berupa budidaya ternak ayam,
pelatihan cetak bata merah, pelatihan keterampilan pembengkelan
untuk pemuda, program pengembangan perkebunan karet, program
pengembangan pertanian padi sawah, pengembangan usaha bir
pletok, pendampingan pengelolaan hidroponik dan budidaya ikan
lele, dan kreasi daur ulang sampah.
Gambar 5.1
Diagram Alur Pemberian Bantuan Program CSR Korindo Group
(Sumber: Data Penelitian)
106
Program yang dilaksanakan di wilayah Jakarta berada di
Kecamatan Pancoran, meliputi 3 daerah khusus di Kelurahan
Pangadegan, di Kelurahan Rawajati, dan Kelurahan Pancoran
sebagai wilayah ring 1, wilayah terdekat dengan Korindo. Melalui
pemetaan sosial yang dilakukan dan dengan melihat potensi serta
sumber daya yang ada, Korindo melakukan proses pemberdayaan
di ketiga kelurahan tersebut. Namun, pada penelitian ini peneliti
fokus pada program pemberdayaan di RW 04, Kelurahan Pancoran
dalam bentuk program budidaya ikan lele dan hidroponik. Hal ini
karena wilayah tersebut menjadi wilayah yang paling aktif diantara
dua wilayah lainnya. Tujuan dari program ini yaitu untuk penataan
kawasan non produktif menjadi kawasan hijau produktif dengan
metode urban farming dan juga mendukung kegiatan ekonomi
kelompok masyarakat melalui hasil produksi urban farming yaitu
hidroponik dan aquaponik.
Berikut ini pembahasan mengenai proses tahapan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh CSR Korindo dan
evaluasi dampak dari program budidaya ikan lele dan hidroponik di
wilayah Kelurahan Pancoran.
5.1 Tahapan Pelaksanaan Bantuan Bibit Lele dan
Hidroponik Oleh CSR Korindo Group
Tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh CSR Korindo
Group dimulai dengan tahapan engagement, assessment,
perencanaan alternative program, formulasi rencana aksi,
implementasi, evaluasi, dan terminasi. Berikut ini peneliti akan
107
membahas lebih detail proses tahapan pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh Korindo bersama masyarakat sebagai berikut.
a. Tahapan Persiapan (Enggagment)
Tahapan persiapan merupakan proses yang
dilakukan oleh pihak CSR untuk mempersiapkan segala
bentuk kegiatan pendukung. Tahapan persiapan menurut
Isbandi (lihat bab 2, hal. 48) yang dilakukan oleh Korindo
terbagi menjadi 2, yaitu tahapan persiapan petugas dan
tahapan persiapan lapangan. Pada tahapan persiapan
petugas, Korindo pada tahun 2015 melakukan sosial maping
di wilayah ring 1 operasional perusahaan. wilayah tersebut
yaitu kecamatan Pancoran yang terdiri dari 6 kelurahan,
yaitu kelurahan Pangadegan, Pancoram, Rawajati, Duren
Tiga, Kalibata, Cikoko. Korindo menggunakan Tools Social
Stakeholder Maping untuk menggambarkan bagaimana
kondisi yang ada dimasyarakat dengan melihat potensi dan
sumber daya yang ada di wilayah tersebut. Pada tahap
persiapan lapangan, setelah Korindo melakukan pemetaan
sosial bahwa 3 wilayah yang salah satunya adalah kelurahan
Pancoran menjadi sasaran untuk Korindo melaksanakan
kegiatan CSR.
b. Tahapan Pengkajian (Asesment)
Tahapan asesmen ini dilakukan untuk mengkaji
masalah yang ada dimasyarakat. Korindo melakukan
tahapan ini di wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran karana
wilayah tersebut memiliki potensi dan sumber daya yang
108
dapat dilaksanakan program CSR oleh Korindo. Dengan
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasa oleh
masyarakat dan sepakat untuk melaksanakan program
budidaya ikan lele dan hidroponik. Selain itu, pada tahap
ini, ditemukan bahwa RW 04 memiliki masalah yaitu terkait
fasilitas belajar PAUD yang membutuhkan renovasi
pembanguan PAUD.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program
Tahapan ini dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan masyarakat untuk berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi diwilayahnya dan bagaiamana cara
mengatasinya. Perusahaan dan masyarakat sudah harus
memikirkan beberapa alternative program dan kegiatan
yang dapat mereka lakukan. Program alternative yang
terbangun berdasarkan hasil wawancara dan observasi yaitu
terbangunya bangunan sekolah PAUD di wilayah RW 04
untuk anak-anak usia dini belajar dan bermain. Kemudian,
dalam pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
terdapat kelompok lansia yang turut aktif dalam proses
program. Untuk itu, program lain yang akan dilakukan yaitu
pemberian makanan sehat gratis untuk lansia.
d. Tahapan Formulasi Rencana Aksi
Tahapan formulasi rencana aksi merupakan tahapan
dimana perusahaan bersama masyarakat memformulasikan
gagasan mereka. Proses diskusi mengenai program
dilakukan di lokasi program tersebut yaitu di RW 04. Pada
proses ini CSR Korindo mengalokasikan dana CSR khusus
109
untuk masyarakat RW 04 melalui program budidaya ikan
lele dan hidroponik. Program ini merupakan hasil diskusi
bersama masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran dan
setelah proses diskusi masyarakat setuju untuk diberikan
bantuan dana dari CSR Korindo tersebut.
e. Tahapan Pelaksanaan Program (Implementasi)
Tahap pelaksanaan program ini merupakan satu
tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan
masyarakat, sebab suatu yang telah direncanakan akan
dilaksanakan. Proses pelaksanaan program CSR Korindo
Group telah membuat suatu tim anggta dan masyarakat RW
04, Kelurahan Pancoran agar tidak ada pertentangan saat
menjalankan program. Pihak perusahaan sebelumnya sudah
berkoordinasi dengan pihak RT, RW, serta Lurah Pancoran
mengenai jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa masyarakat
diberikan bantuan berupa bibit ikan lele dan pakan lele
seberat 150kg sebanyak 3 karung pada tahun 2017. Pakan
tersebut diberikan hanya sekali dan diharapkan dapat
digunakan sebaik mungkin hingga berkelanjutan. Karna
pada prinsipnya tujuan dari program ini yaitu terbangunnya
keterampilan yang ada dimasyarakat dalam memaksimalkan
sumber daya dan potensi yang ada.
f. Tahapan Evaluasi
Tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari
warga dan perusahaan terhadap program budidaya ikan lele
dan hidroponik yang ada diwilayah RW 04, Kelurahan
110
Pancoran. Berdasarkan hasil wawanacara bahwa
stakeholder seperti Lurah, RW, RT, dan Korindo masing-
masing sering mengawasi jalanya program tersebut.
Beberapa indikator seperti terbentuknya kemandirian
masyarakat walaupun sudah tidak didanai. Selain itu,
adanya peningkatan kualitas SDM dan keterampilan
sasaran.
g. Tahapan Terminasi
Tahap terminasi merupakan proses pemutusan
kontrak kegiatan. Tahapan ini dilakukan oleh Korindo
dengan harapan bahwa bantuan program ini dapat terus
memberikan manfaat kepada keluarga dan lingkungan.
Selain itu, masyarakat juga berterima kasih kepada pihak
Korindo karna telah memberikan dukungan, motivasi, dan
membantu menggerakan kegiatan masyarakat RW 04.
5.2 Evaluasi Dampak Program Bantuan Bibit Lele dan
Hidroponik Oleh CSR Korindo
Evaluasi merupakan suatu studi untuk melihat sebuah
program dengan alur dalam prosesnya pada aspek masukan, proses,
dan produk dan dampaknya yang dihasilkan. Pada bab sebelumnya
telah dijelaskan bahwa penelitian ini berfokus kepada evaluasi
dampak untuk melihat sejauh mana program menyebabkan
perubahan yang dikehendaki. Dalam hal ini peneliti akan melihat
bagaimana kondisi masyarakat RW 04 sebelum dan sesudah adanya
program bantuan dari CSR Korindo melalui pemberdayaan
111
budidaya ikan lele dan hidroponik dengan melihat aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
Evaluasi dampak berfokus pada sejauh mana suatu
kebijakan program menyebabkan perubahan yang dikehendaki.
Tujuan dari penelitian evaluasi dampak yaitu mengukur efektifitas
suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan yang telah ditetapkan oleh Korindo yaitu untuk penataan
kawasan non produktif menjadi kawasan hijau produktif dengan
metode urban farming dan juga mendukung kegiatan ekonomi
kelompok masyarakat melalui hasil produksi urban farming.
Dengan 2 indikator, yaitu apabila program tetap berjalan meski
tidak didukung secara finansial kembali oleh Korindo dan apabila
terdapat peningkatan kualitas SDM atau keterampilan dari
kelompok sasaran. Dalam hal ini, program dikatakan berdampak
apabila tujuan dan sasaran yang dikehendaki dalam program bisa
tercapai atau mengalami perubahan (lihat bab 2, 35).
Selain itu, terdapat program budidaya ikan lele yang mana
CSR Korindo Group hadir memberikan bantuan bibit lele, pakan
ikan, dan juga pelatihan alat produksi olahan ikan. Pemberian bibit
ikan lele ini sebanyak 100 bibit ikan yang kemudian
dikembangbiakan dan dirawat oleh masyarakat RW 04 dengan
media kolam ikan lele sebanyak kurang lebih 4 kolam ikan dengan
ukuran kolam kurang lebih 2x3 meter persegi. Untuk pakan lele
seberat 150 kg sebanyak 3 karung untuk selama 1 tahun. Proses
pengembangbiakan dimulai dengan memisahkan induk lele
kedalam kolam yang berbeda. Setelah itu, akan menghasilkan telur
112
lele yang kemudian setelah bertelur induk lele dipisahkan lagi
dikolam yang berbeda. Korindo juga memberikan mesin olahan
produksi ikan kepada masyarakat untuk mereka memproduksi ikan
lele menjadi produk olahan seperti somay dan bakso. Sebelumnya
Korindo bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan Daerah
(DKPD) untuk memberikan pelatihan dilakukan sebanyak 1 kali
dalam bentuk bagaiamana penggunaan mesin olahan ikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini masih tetap berjalan dan
masyarakat tetap aktif dalam pelaksanaan programnya sampai saat
ini meskipun tidak memperoleh dukungan berupa bantuan finansial
dari Korindo ditambah dengan adanya kondisi pandemic tidak
membatasi masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran untuk tetap
mengelola program budidaya ikan lele dan hidroponik tersebut.
Sebab, dapat diketahui bahwa pendekatan yang digunakan oleh
CSR Korindo dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan komunitas (Development of Commnuity).
Tipe pendekatan mengembangkan komunitas berfokus
kepada pembangunan yang berproses. Komunitas yaitu RW 04
menjadi pencetus ide akan kebutuhan dan program yang akan
dilaksanakan. Sehingga perusahaan menjad agen pembangunan
yang dampaknya pada komunitas menjadi self reliance yang mana
mereka terlibat secara penuh kepada program dan penentu
keberhasilan program mereka. Hal tersebut dikenal sebagai
kemitraan yakni dnegan pelatihan dan pendampingan dengan
komunitas.
113
Konsep CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan dalam
meminimalkan dampak negative dan memaksimalkan dampak
positif yang mencakup pada aspek yang biasa dikenal dengan
Triple Bottom Line untuk upaya yang dilakukan untuk menilai
secara komprehensif yang dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan untuk hasil dari adanya suatu program pembangunan.
Sesuai dengan prinsip CSR yaitu meningkatkan pembangunan
berbasis lokal melalui adanya kerjasama dengan komunitas
setempat. Untuk itu, evaluasi dampak dari adanya program
pemberdayaan masyarakat Pancoran oleh CSR Korindo melalui
bantuan program budidaya ikan lele dan hidroponik yang ada di
wilayah RW 04 ini dapat dikatakan telah tercapai dan membawa
dampak yang positif kepada masyarakat.
Secara sosial, dengan adanya program budidaya ikan lele
dan hidroponik ini timbul adanya kerja sama dimasyarakat. mereka
saling bahu membahu untuk terus mengembangkan program ini
menjadi berkelanjutan. Konflik sering terjadi selama program ini
berjalan, tetapi hal tersebut tidak menjadi suatu alasan untuk
mereka runtuh karna sudah terbentuk rasa saling percaya antar
masyarakat. Sebab, berdasarkan hasil wawancara bahwa Korindo
juga memberikan motivasi kepada masyarakat untuk terus
berkomitmen dengan adanya program ini.
Secara ekonomi, bahwa dampak langsung diliat dari adanya
bantuan berupa bibit lele dan pakan yang diberikan oleh Korindo
kepada masyarakat. Dengan modal tersebut masyarakat secara aktif
melaksanakan program tersebut. Hasil budidaya ada yang langsung
114
dijual kepada warung-warung pecel lele dan ada yang diolah
terlebih dahulu menjadi bakso dan somay sehingga bernilai jual
tinggi. Disini artinya salah satu indicator keberhasilan program
yaitu adanya peningkatan kualitas SDM dan keterampilan. Hasil
dari penjualan tersebut masyarakat gunakan untuk membeli pakan
ikan dan bibit kembali sehingga ini merupakan dampak tidak
langsung dari adanya program tersebut. Sehingga program ini
dikatakan berhasil bahwa telah mencapai tujuan program dari CSR
itu sendiri yaitu memberdayakan masyarakat agar ada peningkatan
ekonomi dan peningkatan kesejahetraan.
Secara lingkungan bahwa dengan adanya program budidaya
ikan lele dan hidroponik membuat wilayah RW 04 menjadi lebih
asri daripada sebelumya. Lurah Pancoran mengapresiasi hal
tersebut dengan melihat hal yang menonjol pada aspek infrastruktur
wilayah RW 04 yaitu dengan adanya penghijauan. Sesusai dengan
tujuan program ini oleh Korindo yaitu membuat wilayah yang hijau
non produktif menjadi wilayah penghijauan yang produktif. Artinya
bahwa wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran ini telah membawa
dampak yang baik bagi lingkungan. Berikut pembahasan yang lebih
detail mengenai evaluasi dampak program pemberdayaan
masyarakat Pancoran oleh CSR Korindo.
5.2.1 Dampak Sosial
Dampak sosial diartikan sebagai perubahan yang
terjadi dalam hubungan antara anggota masyarakat yang
menimbulkan kerja sama atau perselisihan yang
115
menunjukan keseimbangan interaksi sosial. Selama proses
program berjalan, terdapat perubahan-perubahan dari
kondisi sosial masyarakat di RW04, Kelurahan Pancoran.
Perubahan sosial yang terjadi terbagi menjadi 2 proses,
yaitu perubahan sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif.
Asosiatif
Pada bab sebelumnya telah dibahas proses asosiatif yang
terjadi dimasyarakat setelah adanya program budidaya ikan
lele dan hidroponik. Proses asosiatif terbagi menjadi tiga,
yaitu kerja sama yang merupakan suatu usaha bersama
antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai
tujuan bersama dan adanya kesadaran bahwa kerjasama
berguna untuk dimasa yang akan datang. Kedua, akomodasi
yang menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial.
Proses ini merupakan cara menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan. Ketiga, asimilasi yang
merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, yang mana
ditandai dengan usaha mengurangi perbedaan yang terjadi
dengan usaha mempertinggi kesatuan, sikap dan proses
mental dengan memperhatikan tujuan bersama. (lihat bab
2,47).
Berdasarkan hasil temuan wawancara dan observasi
dengan masyarakat RW 04, Lurah Pancoran, dan pihak CSR
Korindo yang tertera pada bab 4 bahwa dengan adanya
program budidaya ikan lele dan hidroponik ini
116
menimbulkan adanya kerja sama yang terbangun
dimasyarakat. Hal ini dilihat dari gotong-royong masyarakat
di RW 04 seperti mereka membersihkan kolam lele dan
tanaman yang ada disekitar RW 04. Karna tidak adanya
konflik dimasyarakat maka tidak ada proses akomodasi dan
asimilasi yang terjadi sebagai bentuk atau cara untuk
menyelesaikan suatu perselisihan yang ada dimasyarakat
melainkan semakin erat hubungan dengan masyarakat satu
dengan yang lainya yang terbangun melalui kerjasama
untuk mensukseskan program budidaya ikan lele dan
hidroponik.
Kondisi sebelum adanya program berkaitan dengan
tidak adanya interaksi sosial yang intens antar anggota
masyarakat serta aktivitas yang melibatkan seluruh anggota
masyarakat di RW04, Kelurahan Pancoran hanya dilakukan
pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan dan nasional.
Kondisi setelah adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik, terjadi perubahan sosial dalam hal peningkatan
interaksi sosial yang terjadi antar masyarakat. Mereka saling
menjalin kerja sama yang erat melalui kegiatan gotong
royong dalam membersihkan tanaman di sekitar lokasi
pelaksanaan program, membersihkan kolam lele, dan kerja
bakti di lingkungan RW04, Kelurahan Pancoran. Selain itu,
interaksi antar anggota dan masyarakat terlihat dengan
adanya rapat rutin bersama (lihat bab 4, 80).
Disosiatif
117
Proses disosiatif merupakan proses yang mengarah yang
bersifat negative. Hal ini juga biasa dikenal dengan oposisi
yang berarti bertentang dengan seseorang atau kelompok
untuk meraih tujuan tertentu. proses dalam interaksi
disosiatif terbagi menjadi tiga, yaitu: pertama persaingan
atau proses sosial yang saling bersaing antara satu pihak
dengan pihak lain tanpa memakai ancaman atau kekerasan.
Kedua, kontarvensi merupakan sikap menentang dengan
tersembunyi agar tidak terdapat perselisihan atau konflik.
Ketiga, konflik merupakan suatu perjuangan individu atau
kelompok untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang
pihak lawan yang sering kali diserta dengan ancama atau
kekerasan.
Berdasarkan hasil temuan lapangan melalui wawancara
dan observasi bahwa dengan adanya program budidaya ikan
lele dan hidroponik diwilayah RW 04 ini tidak
menimbulkan proses disosiatif atau konflik yang terjadi di
masyarakat. Sebab, segala bentuk informasi yang mereka
dapat mengenai koordinasi selalu disampaikan kepada
masyarakat maupun anggota. Selain itu, masyarakat di RW
04 ketika terdapat permasalahan tidak pernah dibawa
sampai ke hal yang serius. Karna menurut mereka itu
menjadi dinamika dalam berhubungan sosial di masyarakat.
Akan tetapi, masyarakat seperti pemudanya masih kurang
terlibat dalam kegiatan ini, perlu dilibatkan sebab program
ini diharapkan terus berkelanjutan.
118
5.2.2 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi menurut Sinaga dalam (Setyaningsih
2014,6) dapat dilhat dari sisi positif dan negative sehingga
dapat lebih berimbang dalam memberikan penilaian. Dalam
penelitian ini dampak ekonomi yang dilihat dari Staynes
dalam (Susanto 2019,1689) bahwa dampak ekonomi itu
terbagi menjadi 3 yaitu, dampak langsung, tidak langsung,
dan lanjutan. Pendapat ini digunakan untuk menganalisa
program budidaya ikan lele dan hidroponik yang ada di
wilayah RW 04, Kelurahan Pancoran yang diberikan oleh
CSR Korindo. Berikut penjelasanya:
Dampak langsung
Dampak langsung merupakan dampak ekonomi yang
berasal dari adanya bantuan dana atau permodalan usaha
yang diberikan oleh perusahaan untuk komunitas atau
masyarakat. Masyarakat RW 04, Kelurahan Pancoran yang
mendapat bantuan berupa bibit ikan dan pakan lele serta
bantuan alat mesin untuk pengolahan ikan yang pada
akhirnya berdampak kepada pemenuhan kebutuhan
pelaksanaan program di masyarakat jadi bertambah. Ikan
dikembangbiakan dan dirawat oleh masyarakat juga
kemudian diberi makan akan menghasilkan lele yang siap
untuk dijual. Dampak langsung ini terjadi sebab, CSR
Korindo menggunakan pendekatan mengembangkan
komunitas berfokus kepada pembangunan yang berproses.
119
Pendekatan ini dapat berdampak jangka panjang dan biasa
dikenal dengan kemitraan, yakni dengan pelatihan dan
pendampingan seperti pengolahan ikan lele diolah menjadi
produk olahan seperti somay dan baso untuk kemudian bisa
dipasarkan oleh masyarakat ke warung-warung atau via
online seperti Whats-app.
Dampak tidak langsung
Dampak tidak langsung merupakan manfaat yang
diterima dari dampak langsung yang mengakibatkan
kenaikan pada input dari suatu unit atau usaha. Berdasarkan
temuan hasil lapangan, dampak tidak langsung yang
dirasakan oleh masyarakat, yaitu secara ekonomi
memberikan dampak kepada peningkatan pendapatan
masyarakat menjadi berkembang melalui program budidaya
ikan lele dan hidroponik di wilayah RW 04. Dampak tidak
langsung ini dilihat setelah masyarakat setelah menjual hasil
produksi mereka bisa membeli bibit lele kemballi dan pakan
lele kembali. akan tetapi, belum membawa banyak manfaat
secara menyuluruh bagi seluruh masyarakat.
Kendala seperti antara biaya produksi untuk budidaya
dan hasil penjualan tidak selalu untung. Terkadang, mereka
rugi karna adanya hambatan seperti hujan yang membuat
banyak ikan lele yang mati dan akhirnya tidak dapat terjual.
Untuk penjualan hidroponik sendiri mereka tidak banyak
berpengaruh kepada kondisi perekonomian sebab tanaman
120
hidroponik hanya mereka konsumsi sendiri apabila ada
kegiatan kumpul bersama.
Dampak Lanjutan
Dampak lanjutan merupakan dampak secara tidak
langsung yang lain yang mana dapat dijelaskan seperti
bahwa hasil uang diputar untuk biaya konsumsi kegiatan
hari besar, rekreasi, dan biaya tak terduga. Berdasarkan
hasil wawancara bahwa masyarakat RW 04 merasakan
dampak ekonomi lanjutan ini. hal tersebut dilihat dengan
adanya kegiatan rekreasi bersama setahun sekali. Akan
tetapi, kegiatan tersebut tidak secara penuh didapat dari
hasil keuntungan penjualan ikan lele, melainkan datang dari
adanya system uang kas masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran.
5.2.3 Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan disini melihat kepada segala
sesuatu yang ada disekitar manusia dan makhluk hidup yang
memilki timbal balik yang luas dan saling mempengaruhi
antara satu komponen dengan komponen lain Program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini membawa perubahan
secara fisik yang cukup berpengaruh di RW 04 seperti
kondisi sebelumnya di wilayah tersebut gersang tidak ada
aktifitas penghijauan dan semenjak adanya program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini wilayah tersebut
menjadi lebih rindang dan asri. Sebab, banyaknya tanaman
121
yang ditanaman diwilayah RW 04 ini, mengubah pola pikir
masyarakat yang sebelumnya di lingkungan rumah mereka
tidak ada tanaman saat ini hampir disetiap rumah ataupun
pekarangan mereka itu terdapat tanaman budidaya seperti
hidroponik. Selain itu, di beberapa rumah, pekarangan
mereka dibangun kolam lele untuk mereka produksi lele
sendiri untuk mengisi waktu luang mereka. Selain itu, RW
04, Kelurahan Pancoran menjadi percontohan bagi wilayah
lain untuk programnya yaitu budidaya ikan lele dan
hidroponik.
122
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan,
maka dapat disimpulkan bahwa mengenai hasil peneliti
yaitu evaluasi dampak program pemberdayaan masyarakat
Pancoran oleh Corporate Social Responsibility (CSR)
Korindo Group. Peneliti menjabarkan kesimpulan dari
penelitian ini sebagai berikut:
6.1 Tahapan Pelaksanaan Bantuan Bibit Lele dan
Hidroponik Bersama CSR Korindo Group
Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh CSR Korindo bersama masyarakat sudah
menyeluruh. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Prof.
Isbandi tentang tahapan pemberdayaan masyarakat yaitu
dari tahapan proses persiapan (engagement), tahapan
pengkajian masalah (assessment), tahapan perencanaan
alternative program, tahapan formulasi rencana aksi,
tahapan pelaksanaan program, tahapan evaluasi program,
dan tahapan terminasi.
6.2 Evaluasi Dampak Program Bantuan Bibit Lele dan
Hidroponik Oleh CSR Korindo
Evaluasi merupakan suatu studi untuk melihat sebuah
program dengan alur dalam prosesnya pada aspek masukan,
123
proses, dan produk dan dampaknya yang dihasilkan. Pada
evaluasi dampak ini peneliti berfokus kepada 3 aspek yaitu
sosial, ekonomi dan lingkungan
Pada dampak sosial ini membahas tentang interaksi
sosial yang terjadi dimasyarakat RW 04 setelah adanya
program budidaya ikan lele dan hidroponik oleh Korindo
Group yang dilihat dari adanya proses asosiatif dan
disosiatif. Hasilnya yaitu di wilayah RW 04 timbulnya
kerjasama antar masyarakat setelah adanya program
budidaya ikan lele dan hidroponik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya kegiatan seperti memberi makan ikan,
membersihkan kolam, membersihkan tanaman yang ada
disekitar dan kegiatan rapar-rapat yang membahas tentang
perkembangan kegiatan budidaya ikan lele dan hidroponik
diwilayah RW 04, Kelurahan Pancoran. Akan tetapi,
masyarakat seperti pemudanya masih kurang terlibat dalam
kegiatan ini, perlu dilibatkan sebab program ini diharapkan
terus berkelanjutan.
Selain dampak sosial, terdapat dampak secara ekonomi
yang dirasakan oleh masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran pada program budidaya ikan lele dan hidroponik.
Dampak langsung dilihat dari adanya program bantuan dari
Korindo yaitu bibit lele dan pakan lele yang ditambah lagi
dengan adanya bantuan mesin olahan ikan serta pelatihan
pembuatan bakso dan somay yang kemudian dipasarkan
oleh masyarakat ke warung-warung atau via online seperti
124
whatsapp. Selain dampak langsung terdapat dampak tidak
langsung dari adanya bantuan tersebut yaitu perekonomian
masyarakat menjadi berkembang melalui program budidaya
ikan lele dan hidroponik di wilayah RW 04, Kelurahan
Pancoran yang mana dapat dilihat masyarakat setelah
menjual hasil produksi, mereka kembali membeli bibit lele
dan pakan lele. Akan tetapi, program ini masih belum dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat secara besar.
Untuk penjualan hidroponik tidak berpengaruh kepada
kondisi perekonomian. Sebab, tanaman hidroponik hanya
mereka konsumsi sendiri. Akan tetapi, program ini tidak
berpengaruh secara ekonomi yang luas karna uang hasil
penjualan ikan lele hanya dimasukan ke kas RW yang
kemudian digunakan untuk operasional program. Terdapat
dampak lanjutan bahwa dengan adanya pemasukan dari
hasil budidaya ikan lele dan hidroponik ini masyarakat
melakukan rekreasi bersama.
Kemudian, pada aspek lingkungan disini bahwa terdapat
perubahan kondisi lingkungan secara fisik diwilayah RW
04, Kelurahan Pancoran ini. kondisi RW 04 yang
sebelumnya gersang dan tidak ada aktifitas penghijauan
kemudian semenjak adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik ini wilayah RW 04 menjadi lebih rindang dan
asri. Selain itu, terbukanya pola pikir masyarakat untuk
berinisiatif membuat kolam lele untuk mereka
125
kembangbiakan sendiri serta membuat hidroponik sendiri di
pekarangan rumah mereka.
Untuk itu, upaya yang dilakukan untuk menilai secara
komprehensif yang dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan untuk hasil evaluasi dari adanya suatu program
pembangunan, bahwa evaluasi dampak dari adanya program
pemberdayaan masyarakat Pancoran oleh CSR Korindo
melalui bantuan program budidaya ikan lele dan hidroponik
yang ada di wilayah RW 04 ini dapat dikatakan membawa
dampak yang positif kepada masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran.
B. Saran
a. Korindo Group
Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi
dampak program pemberdayaan masyarakat
Pancoran oleh Corporate Social Responsibility
(CSR) Korindo Gruop bahwa program budidaya
ikan lele dan hidroponik ini perlu adanya
pengembangan program kembali kepada masyarakat
dalam bentuk program yang lebih kreatif dan
inovatif serta dapat berdampak lebih besar secara
sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat.
b. Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi
dampak program pemberdayaan masyarakat
Pancoran oleh Corporate Social Responsibility
126
(CSR) Korindo Gruop bahwa program budidaya
ikan lele dan hidroponik ini dapat dikembangkan
lebih besar dengan melibatkan kelompok pemuda
diwilayah RW 04, Kelurahan Pancoran. Dengan
keterlibatan kelompok pemuda dapat menjadikan
program terus berjalan.
127
DAFTAR PUSTAKA
SKRIPSI:
Azizah, Della. Dampak Pemberdayaan Corporate Social Responsibility
Pada Program Pembersihan Aliran Sungai Cakung Lama PT Krama
Yudha Ratu Motor Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017.
Maulidiana, lina. 2018. Pengaturan CSR Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. https://doi.org/10.31227/osf.io/v8e4r.
Memperoleh, Untuk, Gelar Sarjana, Pada Universitas, Negeri Semarang, and
Wawan Kurniawan. 2017. “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan
Pariwisata Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang.” Economics Development Analysis Journal 4 (4): 443–51.
https://doi.org/10.15294/edaj.v4i4.14851.
Novita, Novita, and Francy Iriani. 2018. “DAMPAK PELAKSANAAN
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT.
HOLCIM INDONESIA, Tbk TERHADAP MASYARAKAT LOKAL
DI KABUPATEN CILACAP.” Jurnal Kesejahteraan Sosial 3 (01): 27–
38. https://doi.org/10.31326/jks.v3i01.167.
Retnaningsih, Hartini. 2015. “Permasalahan Corporate Social Responsibillity
(CSR) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat.” Aspirasi 6 (2): 177–
88.
Supriyanto, Raditia Wahyu, Elsa Ryan Ramdhani, and Eldi Rahmadan. 2014.
Social Protection in Indonesia: Challenges and Future. Bappenas.
Yunengsih, Lilis, Jurusan Pengembangan, Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu,
Dakwah Dan, Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri, and Syarif
Hidayatullah. 2016. “Sangkuriang Terhadap Perekonomian Anggota
Kelompok : Studi Kasus Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Kelurahan
Rorotan.”
BUKU:
Adi, Isbandi Rukminto. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial,
Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan). Jakarta:
128
RajaGrafindo Persada, 2013.Bappenas. "Peningkatan Perlindungan
Dan Kesejahteraan Sosial." 1-19. 2009.
Firdaus, Ismet. CSR Perbankan Dan Dampaknya Pada Tri Dharma
Perguruan TInggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tangerang
Selatan: Lemabaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Maulidiana, lina. 2018. Pengaturan CSR Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. https://doi.org/10.31227/osf.io/v8e4r.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Silalahi, Daud. Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia. Bandung: P.T Alumni, 2001.
Suharto, Edi. CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan di Era
Globalisasi. Bandung: Alfabeta, 2010.
ARTIKEL JURNAL:
Ariefianto, Lutfi. 2015. “Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Semen Indonesia Tbk Dan Dampaknya Terhadap Keberdayaan
Masyarakat.” Pancaran Pendidikan 4 (2): 115–34.
Agustina, Isna Fitria, and Ricka Octaviani. 2017. “Analisis Dampak Sosial
Dan Ekonomi Kebijakan Pengembangan Kawasan Mix Use Di
Kecamatan Jabon.” JKMP (Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik)
4 (2): 151. https://doi.org/10.21070/jkmp.v4i2.682.
Eko Widodo, Wahyu, Sri Noor Cholidah, Anis Putri Isnaeni, Kamto Tri
Wibowo, and Erick Abriandi. 2019. “Mengukur Kepuasan Masyarakat
Pada Program CSR Di Desa Kertajaya: Sebuah Analisis Menggunakan
Metode Sustainability Compass.” Jurnal Pemberdayaan Masyarakat:
Media Pemikiran Dan Dakwah Pembangunan 3 (1): 29–52.
https://doi.org/10.14421/jpm.2019.031-02.
Maulidiana, lina. 2018. Pengaturan CSR Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. https://doi.org/10.31227/osf.io/v8e4r.
Miloud, Tarek. 2014. “Placing Stakeholder Theory within the Debate on
Corporate Social Responsibility.” Corporate Governance and
Corporate Social Responsibility: Emerging Markets Focus, no.
November: 531–50. https://doi.org/10.1142/9789814520386_0019.
129
Retnaningsih, Hartini. 2015. “Permasalahan Corporate Social Responsibillity
(CSR) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat.” Aspirasi 6 (2): 177–
88.
Kurnia, Afdal, Amanda Shaura, Santoso Tri Raharjo, and Risna Resnawaty.
2020. “Sustainable Development Dan Csr.” Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat 6 (3): 231.
https://doi.org/10.24198/jppm.v6i3.26211.
Kurnia, Afdal, Amanda Shaura, Santoso Tri Raharjo, and Risna Resnawaty.
2020. “Sustainable Development Dan Csr.” Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat 6 (3): 231.
https://doi.org/10.24198/jppm.v6i3.26211.
Prayogo, Dody. 2011. “Evaluasi Program Corporate Social Responsibility
Dan Community Development Pada Industri Tambang Dan Migas.”
Makara Human Behavior Studies in Asia 15 (1): 43.
https://doi.org/10.7454/mssh.v15i1.893.
Penggunaan, Efisiensi, Faktor Produksi, Usahatani Cabai, Kecamatan
Sumowono, and Kabupaten Semarang. 2013. “Economics Development
Analysis Journal” 2 (4): 446–55.
Pranoto, Asa Ria, and Dede Yusuf. 2016. “Program CSR Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Menuju Kemandirian Ekonomi Pasca
Tambang Di Desa Sarij Aya.” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 18
(1): 39. https://doi.org/10.22146/jsp.13094.
WEBSITE:
https://csr-indonesia.com/ diakses pada 15 Februari 2021
130
LAMPIRAN
131
Lampiran 1
Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal
132
Lampiran 2
Surat Pengajuan Permohonan Dosen Pembimbing
133
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian Skripsi
134
Lampiran 4
Surat Izin Penelitian di Kelurahan Pancoran
135
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
MASYARAKAT PANCORAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Nama Informan :
Jabatan :
No Indikator
Pertanyaan
Bentuk Pertanyaan
1. Gambaran
Umum
Program
a. Apakah anda mengetahui tentang program budidaya ikan lele
dan hidroponik di wilayah RW 04?
b. Bagaiaman tanggapan anda dengan adanya program budidaya
ikan lele dan hidroponik di wilayah RW 04?
2. Dampak
Program
a. Mengapa anda ikut berpartispasi dalam kegiatan budidaya ikan
lele dan hidroponik ini?
b. Apakah ada wujud gotong royong yang terbangun dengan
adanya kegiatan budidaya ikan lele dan hdiroponik?
c. Adakah kendala dalam kegiatan budidaya ikan lele dan
hidroponik ini?
d. Apakah pernah ada kegiatan kerja sama dengan pihak lain?
Kapan kegiatan tersebut terlaksana?
e. Apakah pernah ada perbedaan pendapat antar anggota atau
dengan masyarakat? Biasanya tentang apa?
f. Bagaiamana tindakan dari pihak impala jika ada anggota yang
kurang aktif dalam kegiatan ini?
g. Sebelum ada program budidaya ikan lele dan hidroponik, apa
kegiatan sehari-hari anda?
h. Bagaimana cara pemasaran ikan lele dan hidroponik ini?
i. Apakah ada syarat khusus untuk menjadi anggota di Impala?
j. Bagaimana koordianasi antara kelompok dengan masyarakat
dan pemerintah?
k. Apakah ada peningkatan secara ekonomi yang dirasakan oleh
anda setelah adanya program ini?
l. Apakah ada perubahan lingkungan yang adan rasakan setelah
adanya program ini?
136
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA
PENGURUS CSR PT KORINDO
Hari/Tanggal :
Waktu :
Nama Informan :
Jabatan :
No Indikator
Pertanyaan
Bentuk Pertanyaan
1. Gambaran Umum
Program
a. Bagaiamana sejarah program budidaya ikan lele
dan hidroponik pada salah satu program CSR
PT. Korindo?
b. Apa tujuan dari program budidaya ikan lele dan
hidroponik pada program CSR Korindo?
c. Apa alasan memilih daerah Pancoran sebagai
subjek dalam program yang dibuat oleh CSR PT.
Korindo?
d. Apa program atau bantuan yang diberikan oleh
CSR PT Korindo untuk masyarakat di Kelurahan
Pancoran?
e. Bagaiamana cara yang dilakukan oleh CSR
Korindo untuk melakukan kerja sama dengan
Kelurahan Pancoran?
f. Dasar apa yang dilihat dalam proses kerja sama
untuk program pemberdayaan masyarakat di
Kelurahan Pancoran?
g. Bagaiman tanggapan masyarakat dengan adanya
program bantuan yang diberikan oleh CSR
Korindo?
h. Bagaimana partisipasi masyarakat dengan
adanya program bantuan dan pelatihan yang
diberika oleh CSR Korindo?
2. Pemberdayaan
Masyarakat
a. Bagaimana proses tahapan pemberdayaan
program budidaya ikan lele dan hidroponik di
wilayah Kelurahan Pancoran?
137
3. Dampak Program a. Apa dampak bagi perusahaan dengan adanya
program CSR di wilayah Kelurahan Pancoran?
b. Sejauh ini, bagaimana tanggapan anda dengan
adanya program bantuann dan pelathan yang
diberikan kepada masyarakat? Apakah program
berhasil?
c. Apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan
oleh CSR Korindo untuk program yang ada di
wilayah Kelurahann Pancoran?
138
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA
KETUA RW 04
Hari/Tanggal :
Waktu :
Nama Informan :
Jabatan :
No Indikator
Pertanyaan
Bentuk Pertanyaan
1. Gambaran
Umum Program
a. Bagaiamana sejarah pelaksanaan program budidaya ikan
lele dan hidroponik di wilayah RW 04 ini?
b. Bagaimana proses pelaksanaan program budidaya ikan
lele dan hidroponik di wilayah RW 04 ini?
c. Apa program atau bantuan yang diberikan oleh CSR PT
Korindo pada RW 04 ini?
d. Bagaiamana cara distribusi/pelaksanaan yang dilakukan
oleh CSR Korindo Dalam memberikan bantuan?
e. Bagaimana tanggapan anda dengan adanya bantuan yang
diberikan oleh CSR Korindo di wilayah RW 04 ini?
f. Apa peran RW dalam pelaksanaan program yang
dilaksanakan oleh CSR Korindo di wilayah Kelurahan
Pancoran?
2. Dampak Program a. Apa saja program berbasis pemberdayaan masyarakat di
wilayah RW 04 Pancoran?
b. Apakah dengan dengan adanya program pemberdayaan
masyarakat yang ada diwilayah Kelurahan Pancoran
dapat berpengaruh kepada tingkat kemiskinan di wilayah
RW 04 Pancoran?
c. Apakah dengan adanya program pemberdayaan
masyarakat membuat masyarakat menjadi lebih aktif
dalam proses pembangunann di wilayah RW 04
Kelurahan Pancoran?
d. Apakah masyarakat di wilayah RW 04 Kelurahan
Pancoran sering dilibatkan dalam proses perencanaan
hingga evaluasi kegiatan atau program?
139
Lampiran 8
PEDOMAN OBSERVASI
DAMPAK PROGRAM CSR
Hari/Tanggal :
Waktu :
Indikator :
Tempat :
NO Aspek yang diamati Keterangan
1. Interaksi antar anggota dan
masyarakat
2. Rutinitas sehari-hari anggota
3. Kondisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan
4. Peran pemerintah dalam upaya
pemberdayaan masyarakat
5. Peran CSR dalam upaya
pemberdayaan masyarakat
6. Dampak dari adanya budidaya
ikan lele dan hidroponik di
wilayah RW 04 dilihat dari sisi
lingkungan
140
141
Lampiran 9
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/Tanggal : Jumat, 26 Februari 2021 & Sabtu, 27 Februari 2021
Waktu : 09.15
Nama Informan : Bapak Yunus (Y), Bu Hj Maemunah (M), Bu Nani (N), Bapak Hj. Anwar (A)
Jabatan : Masyarakat RW 04
No. Indikator
Pertanyaan
Bentuk Pertanyaan Jawaban Informan
1. Gambaran Umum
Program
Bagaimana tanggapan anda dengan
adanya program budidaya ikan lele dan
hidroponik oleh Korindo di wilayah RW
04?
Y: "iya, disambut dengan baik oleh masyarakat, sebab
akhirnya lele kita jadi bisa dibuat abon, somay, baso, dan
pempek"
M: "senang sekali ada banyak kegiatan dan tanaman.
Senang banget nyapu-nyapu karna saya gasuka
berantakan karna rishi sekali. Kalau ada sapu ya saya
nyapu sambal jemur badan".
N: " jadi ada perubahan ya mas, aktivitas menjadi lebih
ada seperti kita menyiram tananaman hidroponik dan
memberi makan ikan lele"
142
A: "setelah dikenal, ketika impala mendapat penghargaan
dari kota. Korindo tertarik dengan kegiatan yang sifatnya
peternakan karna orietasi mereka yaitu ingin bagaimana
produksihasil peternakan ikan lele tidak hanya untuk
konsumtif saja tetapi inginn kegiatan yang pasca panen.
Tetapi juga ada pasca panen kayak lele dijadikan seperti
bakso dan juga somay. Mereka ingin mengembangkan
peternakan ikan lele jadi somat dan bakso. Jadi mereka
mampu untuk memasarkan untuk diwarungnya untuk
karyawanya yang diperusahaanya. Dipasarkan dalam
bentuk somay dan bakso dikabtor mereka. Bahkan mereka
memberikanbatuan seperti bibit dan pakan lele dan
penyuluhan bagaimana membuat bakso dan somay.
Penyuluhan dilakukan sebayak karna mereka terkumpul
sudah bisa jadi ada penyuluhan sebelumnya. Jadi mereka
hanya memberikan bantuan dan sedikit penyuluhan cara
menggunakan alatmya saja. Korindo masih monitoring
kepada impala"
2. Dampak Program Mengapa anda ikut berpartispasi dalam
kegiatan budidaya ikan lele dan
hidroponik ini?
Y: "karna jadi jadi ada perubahan ya untuk kami yaitu
aktivitas menjadi lebih ada seperti menyiram tanaman
hdiroponik, memberi makan ikan"
A: "kemudian juga masyarakat lain yag memanfaatkan.
selain itu terbangun nilai semangat karna adanya kegiatan
tersebut untuk melakukan aktifitas. Sehingga menambah
motivasi mereka sehingga tidak jenuh”
143
Apakah ada wujud gotong royong yang
terbangun dengan adanya kegiatan
budidaya ikan lele dan hidroponik?
Y: "iya ada, kita saling kunjung mengunjung kalau ada
anggota yang sakit"
N: "alhamdulilah ini karna saya woro-woro dan ketua pak
Anwar mempercayakan saya untuk mengkoordinasikan
semua kepada saya. Karna ini juga sebagai bentuk hiburan
untuk masyarakat, selain itu, kita sering melibatkan
remaja disini untuk saling bahu membahu dalam berbagai
kegiatan, meskipun disini banyak anak-anak remajanya
yang kuliah dan bahkan kerja"
A: "dengan adanya pogram ini sebenarnya mereka merasa
aman dilihatnya artinya bahwa keberadaan mereka
(Korindo) dalam memberikan bantuan dan pendampingan
masyarakat menjadi kompak antar anggota dengan
kelompok "
Apakah pernah ada perbedaan pendapat
antar anggota atau dengan masyarakat?
Biasanya tentang apa? solusinya apa?
Y: "ya pernah ada sih, ketika ada proses pemberian pakan
ikan. Kemudian, ada yang bilang jangan banyak kasih
pakanya, ya saya bilang gapapa dikasih banyak dan ada
sih sedikit perdebatan. Tapi ya udah ga diperpanjang.
Solusinya kamu hanya saling membertahu dengan baik
sehingga tidak terjadi perdebatan yang panjang"
N: "ya tentu ada ya mas, tetapi biasanya kita tidak dibawa
keberlanjutan dan gamasalah. Jikalau ada masalah ya
dibicarakan baik-baik"
A: "merekamerasa aman dliat bahwa keberadaan mereka
144
jadi sering kumpul hingga menjadi kompak antar anggota
dengan kelompok dan sebaliknya.ketika terjadi
permasalahan kita diminta untuk saling terbuka satu sama
lain. Ketika ada kegiatan mereka akan turun semua untuk
saling gotong royong. Sehingga terjadi kekompakan."
Bagaiamana tindakan dari pihak impala
jika ada anggota yang kurang aktif dalam
kegiatan ini?
N: "kita tidak memaksa kok meskpipun sudah di beri tau
meski sudah ga direposn yauda kita diamkan saja. Tetapi
ketika melihat kita banyak kegiatan mereka akan tergerak
sendiri untuk ikut. Jadi tidak ada pemaksaan dalam
kegiatan ini"
Setelah adanya program budidaya ikan
lele dan hidroponik adakah peningkatan
secara ekonomi?
N: "jadi begini dek, kalo kita tu sistemnya dari anggota
untuk anggota jadi dipakai untuk beli pakan lagi atau
memperbaiki apa yang rusak disini atau membeli bibit
kembali.Selain itu,kita jadi bisa beli toren air untuk
nampung air yang berguna juga untuk masyarakat
disekitar sini selain untuk pengairan hidroponik dan ikan
lele kita. Kemudian, Kadang-kadang subsidi. Kita
sebelum pandemi kita suka ada jalan-jalan".
Y: "secara ekonomi dengan adanya bantuan Korindo kita
bisa memberikan bantuan kembali ke masyarakat
khususnya anggota jikalau ada yang sakit. Selain itu,
uangnya bisa digunakan untuk rekreasi diakhir tahun.
Tetapai 2 tahun ini tidak ada arena pendemi. Kemudian,
missal kita panen lele kita jual tuh nah biasanya uangnya
dikumpul di kas"
A: "jadi begini, kalua ada kegiatan2 ada rapat atau ada
145
bazzar yang dilakukan kecamatan masyarakat dikut
sertakan bakso dan somay lele sehingga menghasilkan
ekonomi masyarakat. Mereka dapat hasil dari situ jadinya.
kemudian juga masyarakat lain yag memanfaatkan. selain
itu terbangun nilai semangat karna adanya kegiatan
tersebut untuk melakukan aktifitas. Sehingga menambah
motivasi mereka sehingga tidak jenuh”
Ketika Korindo memberikan bantuan itu
sekaligus atau bagaimana?
Y: "waktu itu sekaligus ya, sebanyak 150kg, sebanyak 3
karung selain itu ada alat untuk membuat abon dan
somay"
Bagaiamana pengelolaan dan sistem
penjualan yang dilakukan untuk budidaya
ikan lele dan hidroponik? Apakah untuk
dikonsumsi sendiri atau bagaimana?
N: "Untuk hidroponik sendiri kita belum menjual tetapi
lebih untuk konsumsi bersama. Seperti ketika ada acara
kumpul-kumpul kita menggunakan sayuran yang ada
disini untuk dimasak bersama. Selain itu, untuk lele
sendiri kita sudah menjualnya ke restoran dan warung-
warung pecel lele. Kemudian, masyarakat disekitar sini
juga sering membeli ikan lele disini. Selain itu, kita juga
membuat makanan yang sudah jadi seperti bandeng
peresto, somay ikan, dll. Kalua untuk hidroponik kita
pernah ada penjualan yadek, sebelummusim hujan sih ada
yak kayak 5-10 rbu dan itupun uangnya kita buat beli bibit
lagi, jadi uangnya berputar terus"
M: "jadi kita kalau mau beli lele jadi gasusah nih. pengen
beli kangkung tinggal ambil kalo anggota mau. Lele sini
146
dan lele pasar beda. Kalo lele pasar gatau kalao lele kita
dari pakan bener2 dan rasanya juga manis"
Apa bentuk bantuan yang diberikan oleh
Korindo untuk masyarakat RW 04?
Apakah ada pelatihan dan pendampingan?
Berapa kali pelatihanya?
N: "Korindo hanya memberi alat, tetapi untuk cara
penggunaan kita sendiri. Awalnya memang masyarakat
disini sudah bisa membuat makanan hasil perikanan. Eh,
engga deh, Korindo juga ada pelatihan iya, praktek juga
disini untuk mereka melihat bagaiamana masyarakat
disini menggunakan alat mesin untuk membuat somay,
bakso, dan pempeknya.
Y: "iya, kita diberikan pakan ikan sebanyak 150 kg
sebanyak 3 karung dan bibit ikan, tapi saya lupa berapa
banyak bibit ikan yang diberikan"
A: kegiatan berupa penyuluhan tentang peternakan dan
kesehatan dan olahraga. selain itu ada pemberian motivasi
dari penyuluhan agar masyarakat tidak jenuh. Kegiatan
tersebut dikatikan dengan 8 fungsi keluarga. Sehingga
kegiatan ya"ng dikalkukan sifatnya terkoordinasi dengan
bidang2 yang sesuai dengan kesehatan dan pemberdyaan
di kelurahan"
Sebelum adanya kegiatan budidaya ikan
lele dan hidroponik, masyarakat di RW 04
kegiatanya apa?
N: "sebelum ada pendemi kegiatan di RW hanya sebatas
17an, tetapi setelah adanya impala maka banyak kegiatan
yg berfokus di sini. Selain itu, karna adanya bantuan dari
Korindo juga menjadi condong ke impala"
147
Kondisi sebelumnya kolam lelenya hanya
satu aja atau bagaimana?
N: "Sebelumnya itu ga banyak dek, kita buatnya continue.
Karna ini diatas got kita tutup dan kita ganti dengan
penghijauan"
Y: "iya sebelumnya hanya 1 kolam aja dek, karna ada
bantuan Korindo berupa bibit lele, sehingga kita bangun
kolamlelelagi untukmenamung bibit ikan tersebut
sehingga jadi bertamah deh"
Bagaimana koordinasi antara kelompok
dengan masyarakat dan pemerintah dalam
proses kerja sama Korindo dengan RW
04?
Y:"dikumpulkan dulu dan diskusi tentang program
mereka dan kegiatan yg ada di impala sehingga tau akan
kebutuhan masyarakat disini. dari awal impala berdiri
hanya dibangun 1 kolam aja karna ada bantuan dari
Korindo ikan lele menjadi bertambah"
Bagaimana dampak secara lingkungan?
Apakah ada perubahan? Sejak kapan
perubahan dari segi lingkungan ini
berubah?
Y: "Selain itu dampak sebelum adanya impala daerah ini
merupakan pemukiman yang padat dan gersang, juga
banyak kendaraan yang lalu lalang. Dampak sesudahnya
banyak perubahan yaitu daerah menjadi lebih hijau dan
rindang. Selain itu, masyarakat dapat mengambil tanaman
hidroponik seperti sayur yang ada disini jikalau mereka
mau."
M: " iya, belum sebanyak ini dulu ada yang mengurus
jadi banyak kan. Alhamdulilah semenjak 2017 ini ada
kegiatan program ini jadi dipandang impala baik tingkat
rw maupun kelurahan karna wilayah ini jadi rindang jadi
lebih hidup"
N: "kalau disini insyaalah positif lingkungan jadi asri dan
nyaman. Kayak banyak anak-anak main dan orangtua
148
ngasih makan jadi insyaalah generasi kita generasi yang
sehat. Selain itu, banyaknya tanaman yang ada disini bisa
dipetik oleh masyarakat.
A: " dampak secara lingkungan positif sekali sampai
mereka banyak menaman di kantor rw dan jg setiap rumah
mereka menanam sayuran hidroponik. Ada juga beberapa
rumah yg membuat kolam lele di pekarangan rumahnya.
Adakah kendala selama kegiatan atau
program budidaya ikan lele dan
hdiroponik ini berlangsung?
Y:"Masyarakat kesulitan mengelola lele dan
hidroponiknya apalagi kalo musim hujan seperti skarang.
Lele itu akan mati kalo kena air hujan terus. Kemudian
hidroponiknya butuh pupuk yang harganya lebih mahal
dariapada bibit hidroponik itu sendiri.sedanagkan balik
modal dari budidaya lele dan hidroponik cukup lama".
I:" kendalanya dipakan ikan yang mahal, kami bisa
produksi sendiri sebenernya tetapi alatnya juga mahal".
149
Lampiran 10
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Februari 2021
Waktu : 11.30
Nama Informan : Bapak Israfil (I)
Jabatan : Ketua RW 04
No. Indikator Pertanyaan Bentuk Pertanyaan Jawaban Informan
1. Gambaran Umum
Program
Apa program atau bantuan yang diberikan
oleh CSR Korindo Group pada RW 04
ini?
"kami sangat senang karna ada bantuan pakan
lele sebanyak 3 karung besar dan bibit ikan lele
juga press untuk pembuatan olahan ikan di RW
04 ini selain itu juga ada pelatihan dan
pendampingan sehingga kami terus merasa
diperhatikan oleh Korindo"
Apakah pernah terjadi konflik antar
masyarakat?
"tidak pernah mas, karna satu sama lain
mendukung. Sebab, apapun informasi yang
diberikan Korindo selalu kami sampaikan
kembali kemasyarakat sehingga disini adanya
sinergitas antara masyarakat dan pihak
pemerintah (RW), dan perusahaan.
Apakah masyarakat sering dilibatkan
dalam kegiatan diskusi atau perumusan
masalah dalam setiap kegiatan?
"tentu ada mas, sepertii bukti foto yang ada di
impala bahwa disitu kita membahas bersama
tentang permasalahan dan kebutuhan apa yang
150
ada di RW 04 khususnya di Impala untuk sama-
sama memecahkan masalah dan mencari solusi
bersama. Itu juga dihadiri oleh CEO dari
Korindo Group dan juga pihak CSR"
Apa peran RW dalam pelaksanaan
program yang dilaksanakan oleh CSR
Korindo di wilayah kelurahan Pancoran?
"disini saya selaku RW terus melakukan
monitoring secara berkala tentang kegiatan ini
agar terus berkelanjutan"
2. Dampak Program Apakah dengan dengan adanya program
pemberdayaan masyarakat yang ada
diwilayah Kelurahan Pancoran dapat
berpengaruh kepada tingkat kemiskinan di
wilayah RW 04 Pancoran
"secara ekonomi tentunya ada ya mas, tetapi
yang saya tau bahwa sistem dari adanya
penjualan yang ada d RW 04 ini dimasukan
kedalam kas. Kas tersebut biasa digunakan
untuk membeli pakan ikan kembali dan bibit"
Apakah dengan adanya program
pemberdayaan masyarakat membuat
masyarakat menjadi lebih aktif dalam
proses pembangunann di wilayah RW 04
Kelurahan Pancoran?
"jelas mas, sebab begini. Proses sosial disini
terjadi mas atau interaksi sosial ya mas. Hal ini
dilihat dari terbentuknya suatu gotong-royong
antar sesama disini. Masyarakat sambal
meriung memberi makan ikan dan menyiram
tanaman kemudian mereka penen ikan
selanjutnya mereka bisa jual artinya disini
perputaran ekonomi pun berjalan ya mas.
Kemudian, proses pembangunan juga melihat
pada sisi lingkungan disini yaitu RW 04 ini
menjadi wilayah yang cukup menonjol dari sisi
kebersihan dan kenyamanan serta asrinya
wilayah"
151
Lampiran 11
Hari/Tanggal : Senin, 1 Maret 2021
Waktu : 13.25
Nama Informan : Bapak Isno Usnodo S.Sos
Jabatan : Lurah Kelurahan Pancoran
No. Indikator Pertanyaan Bentuk Pertanyaan Jawaban Informan
1. Gambaran Umum Program Bagaimana proses pelaksanaan program
budidaya ikan lele dan hidroponik di
wilayah Kelurahan Pancoran?
"mas bisa tanya sama teman RW 04 dan
juga CSR Korindo"
Apa program atau bantuan yang
diberikan oleh CSR Korindo Group
untuk masyarakat di Kelurahan
Pancoran?
"iya mas, programnya itu ada pelatihan
tentang budidaya ikan lele dan
hidroponik. Korindo support dibagian
pemberdayaan ekonominya. Seperti
bangun kolam lele, supply pakan lele,
dan juga bibit ikan lele. Sistemnya disini
sustain. Sebab setau saya sudah 8 tahun
berjalan kerjasamanya. Nah sampai saat
ini programnya masih berjalan dan
bagus. Karna budidaya ikan lele
berkelanjutan secara berkala panenya.
Kemudian dari panen tersebut dibelikan
152
bibit kembali. Sistem dari penjualan ikan
lele tersebut ke supplier yang ada
diwilayah kelurahanpancoran yang dijual
seharga 27 ribu perkilo. Selain itu,
dengan adanya pelatihan terdapat proses
belajar bagi masyarakat.
Bagaimana tanggapan anda dengan
adanya bantuan yang diberikan oleh
CSR Korindo di wilayah Kelurahan
Pancoran?
"ya tentu baik ya mas, karna dengan
adanya pelatihan tersebut terbentuk sutau
proses belajar pada masyarakat"
Apakah peran kelurahan dalam
pelaksanaan program yang dilaksanakan
oleh CSR Korindo di wilayah Kelurahan
Pancoran?
"disini kita sebagai Pembina dan
penanggung jawab secara penuh dengan
program tersebut. Kami kawal
masyarakat dengan melalui monitoring
dan evaluasi secara berkala"
Dampak Program
Pemberdayaan Masyarakat
Apakah dengan dengan adanya program
pemberdayaan masyarakat yang ada
diwilayah Kelurahan Pancoran dapat
berpengaruh secara sosial, ekonomi dan
lingungan di wilayah Kelurahan
Pancoran?
Apakah dengan adanya program
pemberdayaan masyarakat membuat
masyarakat menjadi lebih aktif dalam
proses pembangunann di wilayah
"Secara sosial, mostly banyak lansia ya
mas. Ini memberikan warna baru bagi
RW 04 Kelurahan Pancoran.
Pemberdayaan berjalan dan akhrinya
warganya pun berkembang, sehingga ini
merupakan bukti bahwa impala atau RW
04 ini bahwa mereka menjadi
percontohan nasional untuk programnya.
Kita mengetahui bahwa di Desa sana
terdapat tanah yang luas yang bisa
dimanfaatkan. Tetapi, di kita dengan
153
Kelurahan Pancoran? tanah yang sempit dibuatlah pola
pemberdayaan yang dilakukan oleh
Korindo dengan bekerja sama dengan
masyarakat berbasis pemberdayaan
berbasis komunitas. Dalam hal ini peran
Korindo punya peran besar, karna
mensupport yang belum ada".
"kalau secara lingkungan bahwa konsep
RW 04 ini menonjol. Yang positifinya
adalah berupa penghijauan yang mana
mereka tanam urban farming di setiap
rumah mereka. Bahkan saat pandemic
tanaman janda bolong di RT 09 tuh
sampe rame"
"secara ekonomi, tadi mas, penjualan
hidroponik dan juga tanaman janda
bolong itu bisa mereka jual mas bukan
untuk hiasan saja"
Apakah masyarakat di wilayah
Kelurahan Pancoran sering dilibatkan
dalam proses perencanaan hingga
evaluasi kegiatan atau program?
"ya kita libatkan dalam setiap rapat-rapat
kecil untuk menyampaikan permasalahan
mreka dan kemudian kedepan mau
seperti apa. Hal-hal yang kemudian kita
coba elaborasi. Seperti dukungan
pemeliharaan dan lain-lain sehingga ada
sinergitas dari berbagai pihak".
154
Lampiran 12
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Maret 2021
Waktu : 15.58
Nama Informan : Mas Reza
Jabatan : Pihak CSR Korindo Group
No. Indikator Pertanyaan Bentuk Pertanyaan Jawaban Informan
1. Gambaran Umum
Program
Bagaiamana sejarah program budidaya
ikan lele dan hidroponik pada salah satu
program CSR PT. Korindo
Sejarah program CSR Budidaya ikan lele
bermula pada tahun 2015. Korindo Group
melalui yayasan Korindo berinisiatif
untuk melakukan social maping di
kawasan kecamatan Pancoran untuk
nantinya dikembangkan menjadi kegiatan
atau program kerja sama antara yayasan
Korindo dengan masyarakat yang
mencakup lima hal yaitu pendidikan,
kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan
infrastruktur.
Tujuan Program dari program budidaya
ikan lele dan hidroponik pada program
CSR Korindo?
Untuk penataan kawasan non produktif
menjadi kawasan hijau produktif dengan
metode urban farming dan juga
mendukung kegiatan ekonomi kelompok
155
masyarakat melalui hasil produksi urban
farming (Hidroponik dan Aquaponik".
Apa alasan memilih daerah Pancoran
sebagai subjek dalam program yang
dibuat oleh CSR PT. Korindo?
Kemudian, kecamatan pancoran dipilih
karena merupakan wilayah ring 1 wisma
Korindo dengan prioritas program
keluarahn pancoran, pangadegan, dan
rajawati
Apa program atau bantuan yang
diberikan oleh CSR Korindo untuk
masyarakat di Kelurahan Pancoran?
Selain itu kita juga punya program
renovasi bangunan PAUD, kerjasama
budidaya hidroponik dengan impala,
program kesehatan bayi dan balita.
kemudian yang terakhir, sosialisasi kepada
kelompok sasaran, membuat rencana
program dengan mempertimbangkan
kesiapan dan kesediaan masyarakat.
Dasar apa yang dilihat dalam proses
kerja sama untuk program
pemberdayaan masyarakat di Kelurahan
Pancoran?
"disini kami melihatnya dari kondisi sosial
masyarakat, kategori kelompok sasaran,
dan kesiapan kelompok sasaran"
Bagaimana tanggapan masyarakat
dengan adanya program bantuan yang
diberikan oleh CSR Korindo?
"masyarakat merespon dengan baik,
terutama dengan kegiatan yang bersifat
produktif
Indicator keberhasilan dari program
budidaya ikan lele dan hidroponik ini
apa ya ?
indicator keberhasilan dari program
jikalau program tetap berjalan walaupun
tidak didanai atau di support lagi oleh
156
Korindo. Kemudian, adanya peningkatan
kualitas SDM atau keterampilan dari
kelompok sasaran"
Bagaimana partisipasi masyarakat
dengan adanya program bantuan yang
diberikan oleh CSR Korindo?
"partispasi masyarakat cukup aktif dan
mendukung, indicatornya itu dengan
aktifnya masyarakat dalam kegiatan CSR
yang Korindo jalankan
Pemberdayaan
Masyarakat
Bagaiaman proses tahapan
pemberdayaan program budidaya ikan
lele dan hidroponik di wilayah
Kelurahan Pancoran?
"tahapan dimulai dengan pemetaan sosial
untuk melihat kondisi dan potensi,
kemudian disusun program atau kegiatan
bersama masyarakat. Selanjutnya
kemudian disosialisasikan dan disusun
rencana kerjasama dengan melibatkan
masyarakat agar sesuai dengan kondisi
lokal. Setelah itu, kegiatan dimulai step by
step mulai adanya MoU kepada
masyarakat agar tercipta adanya rasa
memiliki program dan terus berjalan.
Selain itu secara komptensi dapat bekerja
sama. Selain itu, dari pelatihan, pelatihan
melibatkan 3 kelurahan yaitu rajawati,
pangadegan, dan pancoran) melalui
sekolah hidroponik berkerja sama dengan
IPB University, selain itu untuk sarana
produksi, pengolahan (untuk kelompok
157
impala) dan memulai siklus program"
Dampak Program Apa dampak bagi perusahaan dengan
adanya program budidaya ikan lele dan
hdiroponik di wilayah Kelurahan
Pancoran?
"perusahaan dapat berbagi nilai dan
manfaat, menjalin komunikasi dengan
baik dengan masyarakat, mendapatkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat.
Sejauh ini, bagaimana tanggapan anda
dengan adanya program bantuan dan
pelatihan yang diberikan kepada
masyarakat? Apakah programnya
berhasil?
Belum berhasil, karena kegiatan atau
program di kelurahan pancoran belum
dapat dikategorikan sebagai program
output yang berkelanjutan. Hal ini, karana
indicator program CSR Korindo sendiri
dikatakan berhasil jika, program tetap
berjalan walaupun tidak didanai atau
support lagi oleh Korindo, yang kedua
yaitu adanya peningkatan kualitas SDM
atau keterampilan dari kelompok sasaran.
Apa langkah selanjutnya yang akan
dilakukan oleh CSR Korindo untuk
program-program yang ada di
Kelurahan Pancoran?
Semenjak pendemi 2020, pendekatan CSR
kami sedikit berubah karena
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat,
kebijakan pemerintah dan ekspetasi
pemangku kepentingan, namun kami juga
tetap berkomitmen untuk menyusun
kegiatan CSR yang lebih adaptif,
komunikatif, inovatif, dan kolaboratif.
Sehingga kedepanya akan ada program –
program baru di masyarakat terutama
158
kelurahan Pancoran.
Apa saja indicator program CSR
Korindo dikatakan berhasil?
"indicator keberhasilan dari program
jikalau program tetap berjalan walaupun
tidak didanai atau di support lagi oleh
Korindo. Kemudian, adanya peningkatan
kualitas SDM atau keterampilan dari
kelompok sasaran.
Kendala dari adanya program "biasanya karna konsistensi masyarakat ya
mba, itu tantangan banget, dan juga
konsistensi dari kitanya Korindo juga.
Seperti jadwal montoring dengan
masyarakat tapi kita gabisa hadir nih mas.
Angap aja diawal program 2 minggu
sekali lebih kekonsistensi aja ya".
159
Lampiran 13
HASIL OBSERVASI
Hari, Tanggal Observasi : Jumat, 26 Feb 2020
Waktu : 09.00 Pagi
Tempat : Poktan Impala
No Indikator Keterangan
1. Interaksi antar anggota Terlihat bahwa interaksi antar anggota
dan masyarakat terjalin sangat erat
sehigga rasa solidaritas dalam
kelurahan pancoran khususnya RW 04
terjaga dengan adannya kegiatan di
Impala seperti gotong royong dan kerja
bakti membersihkan tanaman yang ada
disekitar impala.
2. Rutinitas Sehari-hari warga Rutinitas yang ada diwilayah RW 04
Kelurahan Pancoran ada yang
berjualan makanan dan warung kopi
disekitar impala. Selain itu, anggota
kelompok sering mengecek kondisi
kolam lele dan hidroponik dengan
membesiihkan kolam 2 bulan sekali
dan penyirmana tanaman setiap hari.
Pemberian pakan lele dll.
3. Kondisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan
Kondisi sosial keluruhan pancoran
sudah cukup modern, hal ini dapat
dilihat dari banyak kendaraan seperti
mobil dan motor. Meskipun begitu
mereka tetap saling bertegur sapa
ketika mereka bertemu dijalan atau
warung kopi.
Kondisi ekonomi sendiri sudah dapat
dikatakan cukup karna banyak
masyarakat yang memebeli ikan lele di
impala dan juga membeli sayuran di
hidroponik di impala.
Kondisi lingkungan yang ada
160
lingkungan kelurahan pancoran terlihat
cukup asri dan hijau. Sebab banyaknya
tanaman yang ditanaman tidak hanya
sayur-sayuran tetapi juga tanamanann
hias disetiap rumah warga yang ada.
4. Peran pemerintah dalam
upaya pemberdayaan
masyarakat
Program-program yang ada diwilayah
pancoran ini menjadi salah satu
rujukan untuk kampong tangguh dan
tangguh pakan. Hal iini menjadi dasar
karna wilayah ini menjadi percontohan
di untuk provinsi karna berkat impala.
Mereka membuat program taanam
jagung dan cabai disekitar impala yang
mana pengurusnya adalah masyarakat
setempat. Pemerintah melakukan
sosialiasi dan dampingan serta turut
serta dalamkegiatan yang ada
diwilayah pancoran
5. Peran CSR dalam upaya
pemberdayaan masyarakat
Selama masa pendemi ini, CSR belum
masuk kembali untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat pancoran.
Sebab, tingginy angka kasus covid
ditambah lagi anggota dari iimpala
adalah para lansia yang mereka rentan
akana virus.
6. Dampak dari adanya
budidaya ikan lele dan
hidroponik di wilayah RW 04
Melihat hal ini bahwa secara ekonomi
terjadi perputaran uang disana. Dilihat
dari aktivitas di impala yang akhrinya
bisa memperbaiki dan menambah
sarana dan prasarnan yang ada. Selain
itu, dampak diluar dari impala bahwa
banyak warung kopi dan warteg yang
menjadi tempat singgah untuk para
pendatang makan dan berisitrahat.
Yang akhirnya terbangun interaksi
antara masyarakat luar dan yang ada di
pancoran. Dampak lingkungan sendiri
banyak nya tanaman membuat
lingkungan asri dan banyak anak-anak
yang tertarik untuk ikut serta dalam
memberi makan ikan lele dan
mengetahui jenis-jenis ikan.
161
Lampiran 14
HASIL OBSERVASI
Hari, Tanggal Observasi : Sabtu, 27 Feb 2021
Waktu : 11.00 Pagi
Tempat : Poktan Impala
No Indikator Keterangan
1. Interkasi antar anggota Interaksi antar aggota dan masyarakat
terlihat dari adanya rapat bersama sambal
memberi makan ikan yang dilakukan di
RW 04. Mereka bersenda gurau sambal
minum teh.
2. Rutinitas Sehari-hari warga Terdapat warga yang sedang memberi
pakan ikan dan sedang bernegosiasi untuk
penjualan ikan lele kepada masyarakat
RW 04. Selain itu, terdapat masyarakat
yang sedang menyiram tanaman
hidroponik.
3. Kondisi sosial, ekonomi,
dan lingkungan
Kondisi sosial masyarakat RW 04 banyak
sekali kerja sama yang terbangun disana,
hal tersebut dibuktikan dengan adanaya
saling mengingatkan ketika ada sesuatu
yang salah dari mereka, ketika ada selisih
faham mereka tidak ada yg berujung
dengan konflik karna ada salah satu yg
menjadi mediator untk menengahkan.
4. Peran pemerintah dalam
upaya pemberdayaan
masyarakat
Program-program yang ada diwilayah
pancoran ini menjadi salah satu rujukan
untuk kampong tangguh dan tangguh
pakan. Hal iini menjadi dasar karna
wilayah ini menjadi percontohan di untuk
provinsi karna berkat impala. Mereka
membuat program taanam jagung dan
cabai disekitar impala yang mana
pengurusnya adalah masyarakat setempat.
162
Pemerintah melakukan sosialiasi dan
dampingan serta turut serta
dalamkegiatan yang ada diwilayah
pancoran
5. Peran CSR dalam upaya
pemberdayaan masyarakat
Selama masa pendemi ini, CSR belum
masuk kembali untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat pancoran.
Sebab, tingginy angka kasus covid
ditambah lagi anggota dari iimpala adalah
para lansia yang mereka rentan akana
virus.
6. Dampak dari adanya
budidaya ikan lele dan
hidroponik di wilayah RW
04
Melihat hal ini bahwa secara ekonomi
terjadi perputaran uang disana. Dilihat
dari aktivitas di impala yang akhrinya
bisa memperbaiki dan menambah sarana
dan prasarana yang ada. Selain itu,
dampak diluar dari impala bahwa banyak
warung kopi dan warteg yang menjadi
tempat singgah untuk para pendatang
makan dan berisitrahat. Yang akhirnya
terbangun interaksi antara masyarakat
luar dan yang ada di pancoran. Dampak
lingkungan sendiri banyak nya tanaman
membuat lingkungan asri dan banyak
anak-anak yang tertarik untuk ikut serta
dalam memberi makan ikan lele dan
mengetahui jenis-jenis ikan.
163
Lampiran 15
Foto Bersama Bapak Israfil selaku Ketua RW 04
Foto Bersama Mas Reza selaku Koordinator Tim CSR Korindo Group
164
Foto Bersama Bapak Yunus selaku Masyarakat RW 04, Kelurahan
Pancoran
Foto Bersama Ibu Nani Selaku Ibu PKK RW 04, Kelurahann Pancoran