eutanasia

11
Euthanasia Sejauh ini Indonesia memang belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia (Mercy Killing). Euthanasia atau menghilangkan nyawa orang atas permintaan dirinya sendiri sama dengan perbuatan pidana menghilangkan nyawa seseorang. Dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang menyetujui tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang euthanasia. Pihak yang menyetujui euthanasia dapat dilakukan, hal ini berdasarkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya dengan segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup mendukung yaitu alasan kemanusian. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi memungkinkan untuk sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan permohonan untuk segera diakhiri hidupnya. Sementara sebagian pihak yang tidak membolehkan euthanasia beralasan bahwa setiap manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya, karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan mutlak Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia. Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana luar biasa. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak dapat

Upload: ekadiahfrisiliadewi

Post on 07-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

for free

TRANSCRIPT

Page 1: Eutanasia

Euthanasia

Sejauh ini Indonesia memang belum mengatur secara spesifik mengenai

euthanasia (Mercy Killing). Euthanasia atau menghilangkan nyawa orang atas

permintaan dirinya sendiri sama dengan perbuatan pidana menghilangkan nyawa

seseorang. Dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang

menyetujui tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang euthanasia.

Pihak yang menyetujui euthanasia dapat dilakukan, hal ini berdasarkan bahwa

setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya dengan

segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup mendukung yaitu alasan

kemanusian. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi memungkinkan untuk sembuh

atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan permohonan untuk segera diakhiri

hidupnya. Sementara sebagian pihak yang tidak membolehkan euthanasia beralasan

bahwa setiap manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya, karena

masalah hidup dan mati adalah kekuasaan mutlak Tuhan yang tidak bisa diganggu

gugat oleh manusia.

Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana

luar biasa. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak dapat

disembuhkan lagi. Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu mahal.

Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan obat atau tindakan medis

tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak diwajibkan lagi untuk

mengusahakan obat atau tindakan medis.

Bahkan, euthanasia dengan menyuntik mati disamakan dengan tindakan

pidana pembunuhan. Alternatif terakhir yang mungkin bisa diambil adalah

penggunaan sarana via extraordinaria. Jika memang dokter sudah angkat tangan dan

memastikan secara medis penyakit tidak dapat disembuhkan serta masih butuh biaya

yang sangat besar jika masih harus dirawat, apalagi perawatan harus diusahakan

Page 2: Eutanasia

secara ekstra, maka yang dapat dilakukan adalah memberhentikan proses pengobatan

dan tindakan medis di rumah sakit.

Euthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai “kematian yang

lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh

penderitaan dan tak tersembuhkan”. Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis

pembunuhan ini adalah mercy killing (Tongat, 2003 : 44). Sementara itu menurut

Kamus Kedokteran Dorland euthanasia mengandung dua pengertian. Pertama, suatu

kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan kemurahan

hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat

disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.

Secara konseptual dikenal tiga bentuk euthanasia, yaitu voluntary euthanasia

(euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri karena penyakitnya

tidak dapat disembuhkan dan dia tidak sanggup menahan rasa sakit yang

diakibatkannya). Non voluntary euthanasia (di sini orang lain, bukan pasien,

mengandaikan, bahwa euthanasia adalah pilihan yang akan diambil oleh pasien yang

berada dalam keadaan tidak sadar tersebut jika si pasien dapat menyatakan

permintaannya). Involuntary euthanasia (merupakan pengakhiran kehidupan pada

pasien tanpa persetujuannya). Konstruksi Yuridis Euthanasia

Munculnya pro dan kontra seputar persoalan euthanasia menjadi beban tersendiri bagi

komunitas hukum. Sebab, pada persoalan “legalitas” inilah persoalan euthanasia akan

bermuara. Kejelasan tentang sejauh mana hukum (pidana) positif memberikan

regulasi/pengaturan terhadap persoalan euthanasia akan sangat membantu masyarakat

di dalam menyikapi persoalan tersebut. Lebih- lebih di tengah kebingungan kultural

karena munculnya pro dan kontra tentang legalitasnya.

Patut menjadi catatan, bahwa secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di

Indonesia hanya dikenal satu bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas

permintaan pasien/korban itu sendiri (voluntary euthanasia) sebagaimana secara

Page 3: Eutanasia

eksplisit diatur dalam Pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP secara tegas menyatakan,

“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang

jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling

lama dua belas tahun”.

Bertolak dari ketentuan Pasal 344 KUHP tersebut tersimpul, bahwa pembunuhan atas

permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya. Dengan

demikian, dalam konteks hukum positif di Indonesia euthanasia tetap dianggap

sebagai perbuatan yang dilarang. Dengan demikian dalam konteks hukum positif di

Indonesia, tidak dimungkinkan dilakukan “pengakhiran hidup seseorang” sekalipun

atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap dikualifikasi sebagai tindak

pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana bagi siapa yang

melanggar larangan tersebut. Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, maka

munculnya kasus permintaan tindakan medis untuk mengakhiri kehidupan yang

muncul akhir-akhir ini (kasus Hasan Kesuma yang mengajukan suntik mati untuk

istrinya, Ny. Agian dan terakhir kasus Rudi Hartono yang mengajukan hal yang sama

untuk istrinya, Siti Zulaeha) perlu dicermati secara hukum. Kedua kasus ini secara

konseptual dikualifikasi sebagai non voluntary euthanasia, tetapi secara yuridis

formal (dalam KUHP) dua kasus ini tidak bisa dikualifikasi sebagai euthanasia

sebagaimana diatur dalam Pasal 344 KUHP.

Secara yuridis formal kualifikasi (yang paling mungkin) untuk kedua kasus ini adalah

pembunuhan biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP, atau pembunuhan

berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP. Dalam ketentuan Pasal

338 KUHP secara tegas dinyatakan, “ Barang siapa sengaja merampas nyawa orang

lain diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

tahun”.

Sementara dalam ketentuan Pasal 340 KUHP dinyatakan, “ Barang siapa dengan

sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain diancam, karena

Page 4: Eutanasia

pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”.

Di luar dua ketentuan di atas juga terdapat ketentuan lain yang dapat digunakan untuk

menjerat pelaku euthanasia, yaitu ketentuan Pasal 356 (3) KUHP yang juga

mengancam terhadap “Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan bahan yang

berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau diminum”.

Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa: “seorang dokter harus senantiasa

berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi”. Jelasnya

bahwa seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya sebagai seorang

profesi dokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama.

KODEKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa “setiap dokter harus senantiasa

mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”. Artinya dalam setiap tindakan

dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaaan manusia. Jadi

dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak boleh melakukan:

1. Menggugurkan kandungan (Abortus Provocatus),

2. Mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak

mungkin

akan sembuh lagi (euthanasia)

Mengenai euthanasia, dapat digunakan dalam tiga arti :

1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, buat yang

beriman dengan nama Allah di bibir

2. Waktu hidup akan berakhir (sakaratul maut) penderitaan pasien diperingan dengan

memberikan obat penenang

3. Mengakhiri penderitaan dari seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien

sendiri

dan keluarganya

Page 5: Eutanasia

Adapun unsur-unsur dalam pengertian euthanasia dalam pengertian diatas adalah

Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, Mengakhiri hidup, mempercepat

kematian, atau tidak memperpanjang hidup pasien, Pasien menderita suatu penyakit

yang sulit untuk disembuhkan, Atas permintaan pasien dan keluarganya, Demi

kepentingan pasien dan keluarganya.

Euthanasia Dalam Perspektif Medis

Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang medik, kehidupan

seorang pasien bisa diperpanjang dan hal ini sering kali membuat para dokter

dihadapkan pada sebuah dilema untuk memberikan bantuan tersebut apa tidak dan

jika sudah terlanjur diberikan bolehkah untuk dihentikan.

Tugas seorang dokter adalah untuk menolong jiwa seorang pasien, padahal jika

dilihat lagi hal itu sudah tidak bisa dilanjutkan lagi dan jika hal itu diteruskan maka

kadang akan menambah penderitaan seorang pasien. Nah, penghentian pertolongan

tersebut merupakan salah satu bentuk euthanasia.

Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan membedakan kematian kedalam

tiga jenis:

1. Orthothansia, merupakan kematian yang terjadi karena proses alamiah

2. Dysthanasia, adalah kematian yang terjadi secara tidak wajar

3. Euthanasia, adalah kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan

pertolongan dokter

Pengertian euthanasia ialah tindakan memudahkan kematian seseorang dengan

sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan

penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif, dan biasanya tindakan

ini dilakukan oleh kalangan medis.

Page 6: Eutanasia

Sehingga dengan hal demikian akan muncul yang namanya euthanasia positif dan

euthanasia

negatif. Berikut adalah contoh-contoh tersebut:

Seseorang yang sedang menderita kanker ganas atau sakit yang mematikan, yang

sebenarnya dokter sudah tahu bahwa seseorang tersebut tidak akan hidup lama lagi.

Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya

dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi justru menghentikan pernapasannya

sekaligus

Seperti yang dialami oleh Nyonya Agian (istri hasan) yang mengalami koma selama

tiga bulan dan dalam hidupnya membutuhkan alat bantu pernafasan. Sehingga dia

akan bisa melakukan pernafasan dengan otomatis dengan bantuan alat pernafasan.

Dan jika alat pernafasan tersebut di cabut otomatis jantungnya akan behenti

memompakan darahnya keseluruh tubuh, maka tanpa alat tersebut pasien tidak akan

bisa hidup. Namun, ada yang menganggap bahwa orang sakit seperti ini sebagai

"orang mati" yang tidak mampu melakukan aktivitas. Maka memberhentikan alat

pernapasan itu sebagai cara yang positif untuk memudahkan proses kematiannya.

Hal tersebut adalah contoh dari euthanasia positif yang dilakukan secara aktif oleh

medis. Berbeda dengan euthanasia negatif yang dalam proses tersebut tidak dilakukan

tindakan secara aktif (medis bersikap pasif) oleh seorang medis dan contohnya

sebagai berikut:

Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan koma,

disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau terkena semacam penyakit pada

otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau orang yang terkena serangan

penyakit paru- paru yang jika tidak diobati (padahal masih ada kemungkinan untuk

diobati) akan dapat mematikan penderita. Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya

dihentikan akan dapat mempercepat kematiannya.

Seorang anak yang kondisinya sangat buruk karena menderita kelumpuhan tulang

belakang atau kelumpuhan otak. Dalam keadaan demikian ia dapat saja dibiarkan

Page 7: Eutanasia

(tanpa diberi pengobatan) apabila terserang penyakit paru-paru atau sejenis penyakit

otak, yang mungkin akan dapat membawa kematian anak tersebut.

Dari contoh tersebut, "penghentian pengobatan" merupakan salah satu bentuk

euthanasia negatif. Menurut gambaran umum, anak-anak yang menderita penyakit

seperti itu tidak berumur panjang, maka menghentikan pengobatan dan

mempermudah kematian secara pasif (euthanasia negatif) itu mencegah perpanjangan

penderitaan si anak yang sakit atau kedua orang tuanya.

Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, karena sudut pandang yang dipakai

sangatlah bertolak belakang, dan lagi-lagi alasan perdebatan tersebut adalah masalah

legalitas dari perbuatan euthanasia. Walaupun pada dasarnya tindakan euthanasia

termasuk dalam perbuatan tindak pidana yang diatur dalam pasal 344 Kitab Undang-

undang Hukum Pidana(KUHP). Di Negara-negara Eropa (Belanda) dan Amerika

tindakan euthanasia mendapatkan tempat tersendiri yang diakui legalitasnya, hal ini

juga dilakukan oleh Negara Jepang. Tentunya dalam melakukan tindakan euthanasia

harus melalui prosedur dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar

euthanasia bisa dilakukan.