etika terhadap buruh dan pekerja

Upload: mmedyastanti

Post on 13-Jul-2015

491 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ETIKA TERHADAP BURUH DAN PEKERJA PADA KASUS BENQ-SIEMENS TAHUN 2006DESKRIPSI KASUS Proses akusisi BenQ terhadap divisi Siemens Mobile akhirnya menghasilkan brand baru, BenQ-Siemens yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 17 Januari 2006. Merjer bisnis telepon genggam perusahaan BenQ dan Siemens menjadi BenQ-Mobile awalnya bagai angin harapan, terutama bagi para pekerja pabrik di Jerman. Namun, setelah BenQ menyatakan bangkrut, semua pihak saling tuding. Awal tahun 2006, Direktur Eksekutif BenQ Mobile, Clemens Joos masih sangat optimis. Ia melihat keuntungan besar karena sumber penyanggah perusahaan tidak di satu lokasi. Manajemen BenQ yakin pada akhir tahun 2006 mampu mencapai Break Event Point (BEP). Namun siapa sangka perusahaan Taiwan ini akan bangkrut? Kucuran dana dari Taipei telah dihentikan, pabrik BenQ di Jerman akan ditutup. Tidak ada informasi positif tentang pengaturan masa depan pegawai yang bekerja di situ, yang diketahui hanya, pada tahun mendatang seluler merek BenQSiemens akan diproduksi di Asia. Sebelum dijual ke BenQ pada tahun 2005, bisnis ponsel Siemens sudah megapmegap. Dan kemudian menjual bisnis ponsel ini ke BenQ dengan harga murah. Sebelum diberikan kepada pemilik barunya, disebutkan Siemens telah menginvestasi 250 juta Euro ke dalam sektor ponselnya dan mengambil alih kerugian sebanyak 100 juta Euro. Sebagai imbalan BenQ berjanji akan meneruskan produksi ponsel di Jerman sekurangnya selama lima tahun. Ketika itu bos Siemens, Klaus Kleinfeld mempromosi tindakannya sebagai suatu keberhasilan. Klaus Kleinfeld: "Penting diingat, bahwa BenQ mengambil alih semua pegawai, lokasi produksi dan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak-kontrak dengan kami. Selain itu semua pegawai mengetahui bahwa ada peluang baru dengan pengambilalihan ini. BenQ berkewajiban mengintegrasi bisnis telefon genggamnya ke dalam bisnis kami dan lokasi kantor pusatnya berada di Mnchen. Nyatanya, secara tertulis jaminan untuk melanjutkan produksi di Jerman hanyalah satu tahun dan berakhir tahun 2006. Tidak hanya 1.400 tempat kerja di kantor pusat Mnchen yang terancam, melainkan pekerjaan dari 200 orang di Bocholt dan 1.650 orang di pabrik BenQ di Kamp-Lintfort, dua lokasi di Nord-Rhein Westfallen.

1

Dalam keterangan pers, pihak manajemen BenQ Mobile menyatakan masih akan mengambil sejumlah tindakan agar bisnis sehari-hari tetap berjalan. Ketika membeli Siemens bulan Juni tahun lalu, BenQ mengambil alih sekitar 6.000 orang pegawai. Saat ini, pegawainya tinggal sedikit lebih dari separuhnya. Itupun untuk menjamin pekerjaannya, para pegawai ini telah memberikan berbagai konsesi tahun sebelumnya, khususnya dalam urusan gaji. Namun semua upaya penghematan tampaknya tidak berguna. Hasil penjualan tidak menunjang, banyak HP yang dipulangkan oleh pembelinya karena bermasalah. Usaha BenQ meningkatkan image produknya, kurang berhasil. Sehingga model-model baru yang diluncurkan tidak begitu laku. Kritik terhadap BenQ datang dari berbagai arah. Partai Sosial Demokrat, menuntut adanya konsekuensi politis, disebabkan pekerja dijadikan bahan mainan perusahaan yang tidak serius. Demikian Sekretaris Jenderal SPD, Hubertus Heil di Berlin. Ia menyebut situasi ini sebagai skandal besar dan mempertanyakan pilihan perusahaan untuk memPHK pekerja dan bukannya memperbaiki kinerja perusahaan. Seperti sejumlah pihak lainnya, ia mempertanyakan sikap perusahaan Siemens. Walaupun secara hukum tidak tersangkut lagi dalam kasus pailit ini, Siemens masih dituntut tanggung jawab sosialnya. Siemens dituding berusaha melarikan diri dari tanggung jawab hubungan kerjanya melalui pernyataan bangkrutnya. Tuduhan terhadap Siemens memang banyak. Sejumlah buruh menilai, Siemens sengaja memperalat BenQ untuk menutup sektor telepon genggamnya dengan biaya murah. Kepala Serikat Buruh IG Metall untuk wilayah Nord Rhein Westfallen, menuduh BenQ dan Siemens menyalahi hak pegawainya. Saling tuding terus berlanjut. BenQ juga menuduh Siemens tidak membantu, ketika dimintai pertolongan untuk mengatasi krisis dana yang terjadi. Oleh sebab itu, BenQ memutuskan untuk melepaskan bisnis merugi di Jerman tersebut. Seperti yang disebutkan Dewan Pengurus Perusahaan, ia menemukan bahwa sisa modal BenQ sebesar 25.000 Euro tidak cukup untuk membayar satu hari gaji seluruh pegawai Jerman perusahaan itu. Dan bagaimana masa depan para buruh pabrik yang di PHK, masih belum diketahui. Eksekutif BenQ Didakwa Melakukan Insider Trading Jaksa penuntut di Taiwan mendakwa chairman dan empat eksekutif perusahaan elektronik BenQ Corp melakukan insider trading (perdagangan saham dengan

2

informasi non-publik) dan pencucian uang. Juru Bicara Kejaksaan Taiwan, Chang Chin-fen, mengatakan dakwaan terhadap Chairman BenQ, KY Lee, Presiden Sheaffer Lee, Kepala Pejabat Keuangan (Chief Financial Officer) Eric Yu, bersama Eksekutif Keuangan Alex Liou dan Eksekutif Akuntan Billy Liou, setelah pihaknya melakukan penyelidikan lebih dari sebulan. Chang mendakwa BenQ pada awal 2006 menjual beberapa saham yang awalnya ditujukan sebagai bonus untuk para pekerjanya. Kemudian mengirimkan uang hasil penjualan itu ke perusahaan berbasis di Malaysia CREO Venture Corp yang dibentuk pekerja kalangan paling bawah di 2001-2002. CREO lalu mengirimkan uang itu kembali ke Taiwan untuk membeli saham BenQ dan saham perusahaan lain, kata Chang tanpa menyebutkan nama perusahaan itu. Keduanya merupakan pencucian uang dan insider trading. Jika uang itu merupakan aset perusahaan, sebagaimana klaim BenQ, itu seharusnya muncul dalam laporan keuangan perusahaan. Ini tidak, tambah Chang. Ia juga mengungkapkan BenQ menggunakan informasi itu untuk kerugian di Siemens yang berkaitan dengan insider trading. ANALISA KASUS Persoalan Etika yang Muncul Dari kasus BenQ-Siemens yang telah dijelaskan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat beberapa persoalan etika moral yang muncul berkaitan dengan hubungan karyawan dan perusahaan, serta hubungan antar perusahaan yang berakuisisi. Persoalan-persoalan etika yang muncul, antara lain: 1. secara tidak langsung Siemens lempar batu sembunyi tangan terhadap tanggung jawab sosialnya mengenai nasib-nasib karyawankaryawannya, yaitu dengan cara menjual murah sektor bisnis ponsel tersebut pada BenQ; 2. BenQ memberikan janji-janji palsu kepada pihak manajemen Siemens, yaitu meneruskan produksi ponsel di Jerman sekurangnya selama lima tahun, padahal pada perjanjian tertulis jaminan untuk melanjutkan produksi di Jerman hanyalah satu tahun;

3

3. dalam 4. 5.

antara Siemens dan BenQ saling menuding dan menyalahkan masalah kebangkrutan BenQ-Siemens dan juga masalah

pertanggungjawaban sosialnya pada para karyawannya; BenQ dan Siemens menyalahi hak-hak para karyawannya, yaitu BenQ melakukan insider trading dengan alasan hasil penjualan memberhentikan karyawan dengan semena-mena; saham ditujukan untuk bonus pada karyawannya. Secara umum masalah yang dihadapi oleh BenQ-Siemens adalah masalah yang menyangkut hak-hak karyawan dalam mempertahankan kedudukannya di perusahaan tersebut. Pada persoalan yang pertama, meskipun Siemens mengalami kebangkrutan Siemens, tidak etis rasanya apabila mengorbankan nasib karyawan. Seakan-akan hanya menjadikan karyawan sebuah boneka yang bisa dimainkan seenaknya saja oleh pemiliknya. Apalagi dengan menjual murah sektor bisnis ponsel tersebut pada BenQ, yang pada awalnya dimaksudkan agar bisnisnya dapat berkembang lebih baik dan bangkit dari keterpurukan, tetapi pada kenyataannya malah memperburuk keadaan. Nasib karyawan tidak boleh dikorbankan kepada suatu eksperimen saja (Bertens, 1999:212). Secara tidak langsung para karyawan tersebut seperti berada dalam suatu kondisi keluar mulut harimau, masuk mulut buaya. Para karyawan merasa lega karena persoalan kebangkrutan Siemens telah teratasi dengan adanya akuisisi dengan BenQ, tetapi nyatanya masalah belum berakhir, dan justru itu adalah awal dari masalah baru. Persoalan Siemens lempar batu sembunyi tangan diperparah dengan banyaknya janji-janji palsu yang diberikan oleh manajemen BenQ. Manajemen Siemens beserta karyawan-karyawan telah mempercayai integritas BenQ, sehingga tidak ada pikiran negatif yang muncul terhadap kesepakatan atas akuisisi BenQSiemens. Apalagi BenQ berjanji akan meneruskan produksi ponsel di Jerman sekurangnya selama lima tahun. Selain itu semua pegawai mengetahui bahwa ada peluang baru dengan adanya akuisisi tersebut. Para karyawan mungkin sudah berekspektasi lebih dan berharap tidak akan pernah ada kata-kata PHK dalam hidup mereka setelah akuisisi BenQ-Siemens. Namun, nyatanya dalam perjanjian tertulis menyatakan bahwa jaminan untuk melanjutkan produksi di Jerman hanyalah satu tahun dan berakhir tahun 2006, dimana selanjutnya produksi akan dilanjutkan di Asia. Hal ini berarti para karyawan di Jerman harus siap di-PHK, karena BenQ sendiri telah

4

mengambil alih semua pegawai, lokasi produksi dan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak-kontrak Siemens sebelumnya. Sikap antara Siemens dan BenQ yang saling menuding dan menyalahkan dalam masalah kebangkrutan BenQ-Siemens dan juga masalah pertanggungjawaban sosialnya pada para karyawannya, sangatlah tidak etis dan sangat kekanak-kanakan, menilik kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang cukup besar dan produk-produknya telah mendunia. Siemens tidak mau disalahkan karena salah langkah dalam menjalin kerja sama dengan BenQ dan dituding berusaha melarikan diri dari tanggung jawab hubungan kerjanya dengan pihak-pihak lain melalui pernyataan bangkrut tersebut. Siemens merasa benar memilih BenQ sebagai mitra kerjanya, karena manajemen Siemens percaya bahwa sebuah merger antara perusahaan barat (Eropa) dan timur (Asia) merupakan persyaratan ideal untuk secara jangka panjang menjamin pekerjaan di Jerman (http://www.ceptelefoncunuz.net/). Pihak BenQ juga tidak mau kalah, mereka membela diri bahwa perusahaannya sudah berusaha dalam menghentikan kerugiannya. Namun gagal. Kerugian tersebut terjadi terutama karena permasalahan di bidang penelitian dan pengembangan (R&D). Bagian R&D nampaknya belum mengerti benar apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, meskipun kolaborasi BenQ-Siemens cukup menjanjikan suatu produk yang unggul, di mana Siemens sudah teruji kemampuan teknologinya dan BenQ yang handal dalam membuat produk berpenampilan stylish. Ternyata hal tersebut belum cukup, karena terbukti banyak banyak ponsel yang dikembalikan oleh pembelinya karena bermasalah. BenQ juga menuduh Siemens tidak membantu, ketika dimintai pertolongan untuk mengatasi krisis dana yang terjadi. Dalam persoalan pelik BenQ-Siemens yang diambang kehancuran, karyawan lah yang paling dirugikan. Mereka tidak hanya dijadikan boneka yang dimainkan oleh Siemens, lalu BenQ, tetapi juga dijadikan kelinci percobaan dalam bisnis akuisisi BenQ-Siemens. Alasan internal perusahaan, yaitu akuisisi BenQ-Siemens masih dapat dibenarkan dalam keputusan untuk mem-PHK karyawan. Namun, hal yang tidak dibenarkan dan dirasa kurang etis adalah menjadikan karyawan sebuah kelinci percobaan, yang akhirnya gagal dan karyawan yang menjadi korbannya. Sedangkan pihak Siemens sudah terbebas dari tanggung jawab sosial para karyawannya, karena semua aset, termasuk karyawan, serta kontrak kerja Siemens sudah diakusisi oleh BenQ.

5

Dakwaan terhadap beberapa eksekutif BenQ yang melakukan insider trading dan pencucian uang oleh jaksa penuntut di Taiwan, membuktikan bahwa ada praktekpraktek bisnis yang tidak sehat dalam tubuh BenQ itu sendiri. Dari hasil penyelidikan Kejaksaan Taiwan, mereka menemukan kejanggalan dalam laporan keuangan terkait dengan pelaporan asetnya. Lebih-lebih BenQ menyatakan bahwa pada awal 2006, mereka menjual beberapa saham yang ditujukan sebagai bonus untuk para pekerjanya. Akan tetapi, keuntungan hasil penjualan saham tersebut dinikmati oleh para eksekutif BenQ. Selain itu, BenQ menggunakan informasi tersebut untuk kerugian terhadap akuisisinya dengan Siemens yang berkaitan dengan insider trading. Solusi Kasus BenQ-Siemens Dalam menghadapi masalah yang dialami oleh BenQ-Siemens, kedua belah pihak baik Siemens mau pun BenQ wajib bertanggung jawab dan menyelesaikannya bersama-sama serta menginstrospeksi manajemen perusahaan mereka terlebih dahulu, bukannya sibuk saling tuding dan merasa paling benar. Karena kedua belah pihak bersalah dan masing-masing perusahaan memiliki andil atas kebangkrutan BenQSiemens. Apabila disimpulkan masalah yang muncul secara umum adalah masalah ketenagakerjaan dalam BenQ-Siemens. Pertama-tama dilihat dari perjanjian yang dilakukan oleh Siemens sebelum mengadakan akuisisi dengan BenQ, sudah terdapat sesuatu yang janggal. Siemens menjual murah sektor bisnis ponselnya pada BenQ dan mempercayai BenQ sebagai mitra kerja yang baik, hanya filosofi sebuah merger antara perusahaan barat (Eropa) dan timur (Asia) merupakan persyaratan ideal untuk secara jangka panjang. Padahal hal tersebut belum tentu dapat menjamin pekerjaan dan bisnis Siemens di Jerman. Seharusnya pihak manajemen Siemens benar-benar memastikan bahwa apa yang dikatakan dan dijanjikan BenQ benar-benar sesuai. Perjanjian hitam di atas putih harus disetujui kedua belah pihak, demikian pula segala resiko atas perjanjian tersebut. Informasi dalam perjanjian tersebut harus dengan jelas digambarkan, agar semua pihak paham dan tidak ada pihak yang merasa ditipu atau pun dirugikan. Dalam hal ini BenQ juga seharusnya menyesuaikan diri dengan norma-norma etis yang berlaku di Jerman, karena pusat Siemens sendiri berada di Mnchen, Jerman. Meskipun BenQ yang membeli dan pada akhirnya membiayai produksi Siemens,

6

bukan berarti BenQ dapat semena-mena dan tidak mengabaikan norma-norma etis yang berlaku. Siemens tidak seharusnya lepas tangan dari tanggung jawab sosialnya terhadap karyawan yang telah bekerja bertahun-tahun, karyawan yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan perusahaan. Rasanya sangat tidak manusiawi dan tidak etis mengorbankan karyawan untuk tujuan pengembangan bisnis yang pada akhirnya malah membuat bisnis tersebut semakin terpuruk dan diambang kebangkrutan. Apalagi karyawan-karyawan tersebut telah setia dan konsisten dalam menjalankan kewajibannya, terbukti mereka tidak mengundurkan diri satu per satu saat Siemens sudah mengalami keterpurukan lebih dulu, sebelum perjanjian akuisisi dengan BenQ. Suatu perusahaan bisa saja memberhentikan karyawan-karyawannya, tetapi harus dengan alasan-alasan yang masuk akal. Alasan-alasan tersebut antara lain : (1) alasan internal perusahaan; seperti restrukturisasi, otomatisasi, merger/akuisisi dengan perusahaan lain; (2) alasan eksternal perusahaan, seperti resesi ekonomi; dan (3) kesalahan karyawan. Pada kasus BenQ-Siemens, sudah jelas alasan PHK karyawan karena adanya masalah internal perusahaan, yaitu akusisi dengan perusahaan lain, masih dapat ditolerir. Namun, kesan mempermainkan karyawan BenQ-Siemens yang dirasa kurang etis dan melanggar hak karyawan. Karyawan tak ubahnya seperti bola yang dioper dan dilempar ke sana kemari tak jelas ke mana arahnya. Keterpurukan BenQ-Siemens sepertinya mustahil untuk diselamatkan lagi. Hal ini dikarenakan pada awal proses akuisisi yang kurang mantap, dan juga penjualan ponsel Siemens mengalami pertumbuhan penjualan yang negatif sebelum akuisisi, sehingga kerugian yang dialami Siemens cukup besar, serta produk BenQ-Siemens yang kurang diterima oleh konsumen. Selain itu, Dewan Pengurus Perusahaan, menemukan bahwa sisa modal BenQ sebesar 25.000 Euro tidak cukup untuk membayar satu hari gaji seluruh karyawan pabrik di Jerman. Hal ini menjadikan tidak ada lagi solusi selain memberhentikan para karyawannya. Namun, manajemen BenQSiemens masih bisa memikirkan cara yang lebih baik lagi bagaimana memberhentikan karyawan-karyawan tersebut. Pimpinan mempunyai kewajiban khusus untuk tidak memberhentikan karyawan senior (Bertens, 1999:212). Terdapat dua alasan mengapa hal tersebut diwajibkan. Karyawan senior lah yang berjasa dalam membuat kemajuan perusahaan saat masa kejayaan Siemens, sehingga perusahaan berhutang budi pada mereka. Kedua, karyawan senior akan mengalami kesulitan untuk mendapat

7

pekerjaan baru, sedang karyawan muda lebih gampang ditampung oleh perusahaan lain. Oleh karena itu, prinsip last hired, first fired umumnya dibenarkan dari segi etika (Bertens, 1999:212). Manajemen BenQ-Siemens dapat memberhentikan karyawankaryawannya yang masih junior dengan cara yang baik, yaitu dengan memberikan uang pesangon, dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Pemberian tersebut dimaksudkan sebagai tanda penghargaan terhadap loyalitas mereka pada perusahaan. Sedangkan, kepada karyawan yang lebih senior, perusahaan sebaiknya merekomendasikan kepada perusahaan-perusahaan lain atau pun mitra kerja lain, untuk menerima mereka bekerja di sana. Dengan adanya penghargaan dan pengakuan terhadap hak-hak karyawan, meskipun perusahaan terpaksa melakukan PHK terhadap karyawan-karyawannya, tidak akan menimbulkan polemik dan memperburuk hubungan antara karyawan dan perusahaan.

8

DAFTAR PUSTAKA Bertens, K. 1999. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius Phillipp, Peter. 2007. BenQ, Kasus Pailit Dalam Ekonomi Global. http://www.mailarchive.com/[email protected]/msg00237.html. Diakses tanggal 18 April 2010 Anonymous, April 2010 Gandhi, Grace S. 2007. BenQ Tutup Unit Seluler. . Eksekutif BenQ Didakwa Lakukan Insider Trading.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0705/10/lua01.html. Diakses tanggal 18

http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/01/03/brk,2007010390544,id.html. Diakses tanggal 18 April 2010 Anonymous. industri . Pertemuan barat dan timur kembali menghasilkan brand baru di ponsel dunia. Selamat Datang BenQ-Siemens.

http://www.ceptelefoncunuz.net/etiket/kasus-perusahaan-benq-dan-siemens/. Diakses tanggal 19 April 2010 Anonymous, .Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). http://hukumpedia.com/index.php? title=Pemutusan_hubungan_kerja_%28PHK%29. Diakses tanggal 20 April 2010

9