etika profesi
DESCRIPTION
etika tentang keprofesianTRANSCRIPT
http://etikaprofesinarotama.blogspot.com/
1.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system”.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial(profesi)
itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik
profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan
profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan
maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukannya.
1.2 Etika dan Estetika
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan
oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan
norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang- undangan,
norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin.
Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral
berasal dari etika.
1.3 Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun.
Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma
bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah
tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan antara etika dengan etiket
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara
yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi
norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang
lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti
“jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-
tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut,
memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik
sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena
seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah
orang yang sungguh-sungguh baik.
1.4 Etika dan Ajaran Moral
Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan
norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan
bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap
anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat
yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan
pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,daerah budaya
dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing
dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:
• Sikap terhadap sesama;
• Etika keluarga;
• Etika profesi, misalnya etika untuk dokumentalis, pialang informasi;
• Etika politik;
• Etika lingkungan hidup; serta
• Kritik ideologi.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik
sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya.
Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan
pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya
sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber
tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Pluralisme moral
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional,
kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang
bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti
sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnya.
Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk
memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan
sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas
mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti
mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas
agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung- singgung dalam
wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan
etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.
1.5 Istilah berkaitan
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau
kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah
ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan
manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di
sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada
seorang wanita. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada
ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya
ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap
pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan
tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam
menjalankan tugasnya.
PROFESI, KODE ETIK DAN PROFESIONALISME
Definisi Profesi:
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan
dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan
oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Tiga (3) Ciri Utama Profesi
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah
profesi;
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
Tiga (3) Ciri Tambahan Profesi
1. Adanya proses lisensi atau sertifikat;
2. Adanya organisasi;
3. Otonomi dalam pekerjaannya.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi
Etika terbagi atas 2 bidang besar
1. Etika umum
1.1 Prinsip;
1.2 Moral.
2. Etika khusus
2.1 Etika Individu;
2.2 Etika Sosial.
Etika sosial yang hanya berlaku bagi kelompok profesi tertentu disebut kode etika atau
kode etik.
Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Sifat Kode Etik Profesional
Sifat dan orientasi kode etik hendaknya:
1. Singkat;
2. Sederhana;
3. Jelas dan Konsisten;
4. Masuk Akal;
5. Dapat Diterima;
6. Praktis dan Dapat Dilaksanakan;
7. Komprehensif dan Lengkap, dan
8. Positif dalam Formulasinya.
Orientasi Kode Etik hendaknya ditujukan kepada:
1. Rekan,
2. Profesi,
3. Badan,
4. Nasabah/Pemakai,
5. Negara, dan
6. Masyarakat.
Kode Etik Ilmuwan Informasi
Pada tahun 1895 muncullah istilah dokumentasi sedangkan orang yang bergerak dalam
bidang dokumentasi menyebut diri mereka sebagai dokumentalis, digunakan di Eropa
Barat.
Di AS, istilah dokumentasi diganti menjadi ilmu informasi; American Documentation
Institute (ADI) kemudian diganti menjadi American Society for Information (ASIS). ASIS
Professionalism Committee yang membuat rancangan ASIS Code of Ethics for
Information Professionals.
Kode etik yang dihasilkan terdiri dari preambul dan 4 kategori pertanggungan jawab
etika, masing-masing pada pribadi, masyarakat, sponsor, nasabah atau atasan dan
pada profesi.
Kesulitan menyusun kode etik menyangkut (a) apakah yang dimaksudkan dengan kode
etik dan bagaimana seharunya; (b) bagaimana kode tersebut akan digunakan; (c)
tingkat rincian kode etik dan (d) siapa yang menjadi sasaran kode etik dan kode etik
diperuntukkan bagi kepentingan siapa.
Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan
rasa keterpanggilan –serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut– dengan
semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan
kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan
(Wignjosoebroto, 1999).
Tiga Watak Kerja Profesionalisme
1. kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
2. kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang
panjang, ekslusif dan berat;
3. kerja seorang profesional –diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral– harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang
dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.
Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur melalui etika
profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi. Pelanggaran terhadap kode
etik profesi bisa dalam berbagai bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai
akan mencakup dua kasus utama, yaitu:
a. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap nilai-
nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau
membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan
keuntungan uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang
sering dianggap melanggar kode etik profesi;
b. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang
mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggung-jawabkan
menurut standar maupun kriteria profesional.
1.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system”.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial(profesi)
itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik
profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan
profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan
maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukannya.
1.2 Etika dan Estetika
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan
oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan
norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang- undangan,
norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin.
Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral
berasal dari etika.
1.3 Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun.
Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma
bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah
tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan antara etika dengan etiket
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara
yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi
norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang
lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti
“jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-
tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut,
memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik
sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena
seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah
orang yang sungguh-sungguh baik.
1.4 Etika dan Ajaran Moral
Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan
norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan
bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap
anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat
yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan
pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,daerah budaya
dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing
dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:
• Sikap terhadap sesama;
• Etika keluarga;
• Etika profesi, misalnya etika untuk dokumentalis, pialang informasi;
• Etika politik;
• Etika lingkungan hidup; serta
• Kritik ideologi.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik
sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya.
Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan
pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya
sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber
tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Pluralisme moral
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional,
kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang
bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti
sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnya.
Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk
memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat
memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan
sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas
mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti
mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas
agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung- singgung dalam
wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan
etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.
1.5 Istilah berkaitan
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau
kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah
ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan
manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di
sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada
seorang wanita. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada
ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya
ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap
pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan
tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam
menjalankan tugasnya.
PROFESI, KODE ETIK DAN PROFESIONALISME
Definisi Profesi:
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan
dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan
lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan
oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Tiga (3) Ciri Utama Profesi
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah
profesi;
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
Tiga (3) Ciri Tambahan Profesi
1. Adanya proses lisensi atau sertifikat;
2. Adanya organisasi;
3. Otonomi dalam pekerjaannya.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi
Etika terbagi atas 2 bidang besar
1. Etika umum
1.1 Prinsip;
1.2 Moral.
2. Etika khusus
2.1 Etika Individu;
2.2 Etika Sosial.
Etika sosial yang hanya berlaku bagi kelompok profesi tertentu disebut kode etika atau
kode etik.
Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Sifat Kode Etik Profesional
Sifat dan orientasi kode etik hendaknya:
1. Singkat;
2. Sederhana;
3. Jelas dan Konsisten;
4. Masuk Akal;
5. Dapat Diterima;
6. Praktis dan Dapat Dilaksanakan;
7. Komprehensif dan Lengkap, dan
8. Positif dalam Formulasinya.
Orientasi Kode Etik hendaknya ditujukan kepada:
1. Rekan,
2. Profesi,
3. Badan,
4. Nasabah/Pemakai,
5. Negara, dan
6. Masyarakat.
Kode Etik Ilmuwan Informasi
Pada tahun 1895 muncullah istilah dokumentasi sedangkan orang yang bergerak dalam
bidang dokumentasi menyebut diri mereka sebagai dokumentalis, digunakan di Eropa
Barat.
Di AS, istilah dokumentasi diganti menjadi ilmu informasi; American Documentation
Institute (ADI) kemudian diganti menjadi American Society for Information (ASIS). ASIS
Professionalism Committee yang membuat rancangan ASIS Code of Ethics for
Information Professionals.
Kode etik yang dihasilkan terdiri dari preambul dan 4 kategori pertanggungan jawab
etika, masing-masing pada pribadi, masyarakat, sponsor, nasabah atau atasan dan
pada profesi.
Kesulitan menyusun kode etik menyangkut (a) apakah yang dimaksudkan dengan kode
etik dan bagaimana seharunya; (b) bagaimana kode tersebut akan digunakan; (c)
tingkat rincian kode etik dan (d) siapa yang menjadi sasaran kode etik dan kode etik
diperuntukkan bagi kepentingan siapa.
Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan
kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan
rasa keterpanggilan –serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut– dengan
semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan
kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan
(Wignjosoebroto, 1999).
Tiga Watak Kerja Profesionalisme
1. kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
2. kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang
panjang, ekslusif dan berat;
3. kerja seorang profesional –diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral– harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang
dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi.
Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur melalui etika
profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi. Pelanggaran terhadap kode
etik profesi bisa dalam berbagai bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai
akan mencakup dua kasus utama, yaitu:
a. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap nilai-
nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau
membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan
keuntungan uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang
sering dianggap melanggar kode etik profesi;
b. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang
mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggung-jawabkan
menurut standar maupun kriteria profesional.
ETIKA KEDOKTERAN DAN PROFESIONALISMESUSAN DWI OKTULANI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BLOK : BELAJAR EFEKTIF
SKENARIO : ETIKA KEDOKTERAN DAN PROFESIONALISME
Dr. Bihbah mencoba untuk mengamalkan pengetahuannya untuk menjadi seorang Family
Doctor dan juga berperan sebagai Five Star Doctor dalam mengelola klinik di Puskesmanya
dan di prakteknya. Pasien sangat menyukainya karena ia menghormati mereka dan dapat
meraasskan kesulitan-kesuliatan mereka. Saat ini ia dihadapi suatu masalah yang pelik.
Seorang ibu membawa kemenakannya, perempuan berusia 16 tahun yang hamil 4 bulan, dan
belum bersuami. Ia berharap dr.Bihbah mempunyai slusi untuk menutupi aib ini agar
keluarga mereka tidak menanggungn malu. Dalam perbincangan dengan remaja hamil itu,
terungkap bahwa remaja itu pengguna narkoba suntik dan teman kencannnya menderita HIV.
Begitu mendenngar pengakuan kemenkannya, si ibu menjaadi emosional dan berteriak-teriak
memarahianya dengan suara yang begitu keras sehingga semua orang di puskesmas dapat
mendengar dan mengetahui bahwa keluarga remaja itu mendapat aib.
B. TUJUAN
1. Mencari tahu bagaimana etika seorang dokter untuk menjadi dokter yang
profesional ?
2. Mencari tahu apaa saja bentuk etika kedokteran?
3. Mencari tahu bagaimana etika seorang dokter jika permasalahan/aib pasien
diketahui oleh orang lain ?
4. Mencari tahu bagaiman etika seorang dokter dalam menangani pasien yang
menderita HIV/AIDS?
5. Mencari tahu bagaiman etika seorang dokter dalam menangani pasien yang
menggunakan narkoba?
6. Mencari tahu bagimana cara dokter menghormati pasien ?
7. Mencari tahu bagimana seorang dokter meraskan kesulitan pasiennya ?
C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui etika seorang dokter untuk menjadi dokter yang
profesional
2. Tahu apa saja bentuk etika kedokteran
3. Mengetahui tentang etika seorang dokter jika permasalahan/aib pasien
diktehi oleh orang lain
4. Mengetahui etika seorang dokter dalam menangani pasien yang menderita
HIV/AIDS
5. Mengetahui etika seorang dokter dalam menangani pasien yang
menggunakan narkoba
6. Dapat mengetahui cara dokter menghormati pasien
7. Mengetahui cara seorang dokter meraskan kesulitan pasiennya
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun permaslahan yang ditemukan pada skenario lima ini anatara lain :
1. Bagaimana etika seorang dokter untuk menjadi dokter yang profesional ?
Untuk menjadi dokter yang profasional berdasarkan etika kedokteran, ada beberapa
kewajiban yang harus di laksanakan oleh seorang dokter, yaitu kewajiban umum,
kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter terhadapan sejawatnya, dan
kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya. Dan harus memenuhi beberapa ciri
para dokter untuk menjadi profesional.
Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tertulis : “Setiap dokter
senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.”
Namun dalam sumpah dokter, terdapat pernyataan: “Saya akan menghormati
setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.” Dalam pernyataan ini, yang
dimaksud makhluk insani masih belum dapat ditentukan dengan jelas dan
pasti, mulai kapan awal kehidupan ditentukan, sehingga menimbulkan
pertentangan. Karena itu Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
masih mengadakan perundingan tentang lafal sumpah dokter Indonesia melalui
hasil referendum dari anggota IDI untuk memilih apakah kata “mulai dari saat
pembuahan” hendak dihilangkan atau diubah.
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi,
menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria
perilaku profesional antara lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan
didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi, memegang teguh etika profesi,
serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak.
Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat
luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada
informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll.
Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat
dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah
diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang
mengandung nilai-nilai etika.
Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi
mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat
dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki sanksi moral
dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang
bersifat administratif.
Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar
prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal
selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari
sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi
dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum.
Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter
atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a)
semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih
tahu tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat
kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c)
komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga
masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d)
provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri.
Etik Profesi Kedokteran
Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam
bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan
oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk
lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi
yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370
tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam
berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conductbagi dokter.
World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan
sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik
Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap
pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya,
Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik
Kedokteran Internasional.
Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-
prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam
membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-
salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan
etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika
biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan
klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang
medis.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan
memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional
dokter, seperti autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam
memperoleh informasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan
dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan
pasien), non maleficence(tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien)
dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian profesi).
Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral
kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran,
dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik,
memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-
kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut
diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-
hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah
perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya
bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan
etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta
lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah
dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite
Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan
standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan
pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi).
Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan
membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik
profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke
bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu
(bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi
tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa
dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.
2. Apa saja bentuk etika kedokteran?jelaskan!
bentuk-bentuk etika kedokteran antara lain:
1. Etika Dokter terhadap Sang Khalik:
Seorang Dokter Muslim haruslah benar-benar menyadari bahwa
dirinya adalah hamba Allah semata. Dan betapa tidak berarti dirinya beserta
ilmunya tanpa ijin Allah SAW.
Mengenai etika terhadap Khalik disebutkan bahwa:
• Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah fungsionaris
Allah dalam bidang kesehatan dan kedokteran.
• Melaksanakan profesinya karena Allah dan buah Allah.
• Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah Allah.
• Melaksanakan profesinya dengan iman supaya jangan merugi.
2. Etika Dokter terhadap pasien:
Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan
manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter
dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah
semacam ini
akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem
yang berbeda dengan kebudayaan profesinya.
Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus
berjuang lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanamdengan kuat.
Dalam hal ini, seorang Dokter tidak mungkin memaksakan kebudayaan
profesi yang selama ini dianutnya.
Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan
bahwa seorang Dokter wajib:
• Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit,
kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak
sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok dengan musim itu, negeri
si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana
ia sakit, daya penyembuhan obat itu
• Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan,
obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam
mengobati penyakit.
• Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang
sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan
pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan
dan sugesti, tahu tugasnya.
3. Etika Dokter terhadap Sejawatnya:
Para Dokter di seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama. Mereka
adalah kawan-kaawn seperjuangan yang merupakan kesatuan aksi dibaawh
panji perikemanusiaan untuk memerangi penyakit, yang merupakan salah
satu pengganggu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Penemuan
dan pengalaman baru dijadikan milik bersama. Panggilan suci yang
menjiwai hidup dan perbuatan telah mempersatukan mereka menempatkan
para Dokter pada suatu kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Hal-
hal tersebut menimbulkan rasa persaudaraan dan kesediaan tolong-
menolong yang senantiasa perlu dipertahankan dan dikembangkan.
Mengenai etika yang bagi Dokter Muslim kepada Sejawatnya yaitu :
• Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman
sejawatnya yang telah berada di situ. Jika di kota yang terdapat banyak
praktik dokter, cukup dengan memberitahukan tentang pembukaan
praktiknya kepada teman sejawat yang berdekatan.
• Setiap Dokter menjadi anggota IDI setia dan aktif. Dengan
menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan.
• Setiap Dokter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan.
Sehingga dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi
kedokteran.
Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang Dokter Muslim
ialah :
• Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia, perasaan
sosial yang ditunjukkan kepada masyarakat.
• Harus berbudi luhur, dapat dipercaya oleh pasien, dan memupuk
keyakinan profesional.
• Seorang dokter harus dapat dengan tenang melakukan pekerjaannya dan
harus mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri.
• Bersikap mandiri dan orisinal karena pengetahuan yang diwarisi secara
turun temurun dari buku-buku masih jauh memadai.
• Ia harus mempunyai kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan
pekerjaanya di dalam keadaan yang serba sulit. Dan tentunya tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama.
• Seorang dokter muslim dilarang membeda-bedakan antara pasien kaya
dan pasien miskin.
• Seorang dokter harus hidup seimbang, tidak berlebih-lebihan, tidak
membuang waktu serta energi dengan menikmati kesenangan dan
kenikmatan.
• Sebagian besar waktunya harus dicurahkan kepada pasien,
• Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit
bicara,
• Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga
akan profesinya karena semua agama menghormati profesi dokter
3. Bagaimana etika seorang dokter jika permasalahan/aib pasien diketahui oleh orang lain ?
Jika permasalahan/aib pasien diketahui oleh orang lain secara otomatis pasien tersebut akan
mendapatkan stigma dan deskriminasi dari masyarakat maupun lingkungannya. Oleh sebab
itu dokter mempunyai peran dan menerapkan etika kedokterannya untuk menghadapi
masalah tersebut. Dokter dapat memberikan saran dan nasehat kepada pasien, agar tidak
minder karena stigma dan diskriminasi yang diperoleh dari luar . dan dokter dapat melakukan
penyuluhan dan sosialisaswi mengenai hal yang bersangkutan dengan permasalahan yang
sama yang dialami oleh pasien.
Permaslahan ini berhubungan dengan Rahasia Profesi Dokter. Berdasarkan agama islam,
menyimpan rahasia orang lain diperintahkan bagi setiap muslim lebih-lebih jika ia dokter,
karena dengan sengaja membeberkan rahasia dan perasaannya kepada dokter mereka serta
percaya terhadap profesi dokter.
Dokter harus membubuhkan stempel rahasia pada semua informasi yang diperoleh melalui
penglihatan, pendengaran, atau kesimpulan. Semangat islam juga mengajar agar ketentuan
hukum menekankan hak pasien agar melindungi rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada
dokternya. Pembocoran rahasia akan merugikan praktek kedokteran, disamping merintangi
beberapa pasien dalam mencari pertolongan kedokteeran.
4. Bagaiman etika seorang dokter dalam menangani pasien yang menderita HIV/AIDS?
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)
mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan
memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi
HIV. Stadium IV adalah stadium akhir dimana penderita HIV/ aids tidak
dapat tertolong lagi nyawanya. Dan pada saat ini adalah puncaknya
penderita HIV/AIDS mendapatkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat.
Padahal mereka sangat membutuhkan dukungan untuk tetap semangat
dan melanjutkan hidupnya yang tinggal dihitung jari . Seorang dokter
memegang peranan penting dalam hal ini. Santunan dokter terhadap
penderita HIV/AIDS merupakan penyemangat hidup bagi mereka.
Dukungan tersebut bisa pula diperoleh penderita HIV/AIDS dari pihak lain
dan lingkungan, seperti keluarga dan masyarakat. Namun , seorang dokter
lebih paham akan menyikapi penderita HIV/AIDS agar tidak tertekan oleh
stigma dan diskriminasi yang mereka peroleh dari masyarakat dan
lingkungan yang tidak mengerti dan memahami akan keadaan penderita
HIV/AIDS. Banyak metode yang dapat dilakukan oleh seorang dokter untuk
menyikapi penderita HIV/AIDS yang sudah tidak dapat tertolong lagi
nyawanya.
Dari uraian diatas dr. Asrul Sani mengatakan, sampai saat ini
biasanya AIDS berakhir dengan kematian Karena penyakit HIV/AIDS ini
belum ditemukan obat medisnya, sehingga seseorang yang menderita
HIV/AIDS tidak bisa di obati, namun hanya bisa di beri dukungan, saran,
dan pengobatan alternatif umtuk mengindari penularan dan memberi
semangat hidup kepada meraka. Sehingga mereka dapat melakukan
aktifitasnya sebagaimana sebelumnya. Fenomena tersebut akan semakin
menghilangkan potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh Pengidap
HIV/AIDS. Berbagai potensi (strength) yang dimiliki dalam proses
pendidikan, pekerjaan dan kegiatan lain akan berangsur menurun. Selain
itu berbagai kesempatan (opportunity) yang berupa dukungan keluarga,
kesempatan pengembangan terkalahkan oleh adanya diskriminasi dan
stigma tersebut. Seorang dokter mempunyai tanggung jawab besar dalam
menghadapi pasien penderita HIV/AIDS. Dengan demikian dokter harus
mampu menyikapi pasien penderita HIV/AIDS yang tidak dapat tertolong
lagi dengan caranya sebagai dokter.
Selain cara diatas, seorang dokter dapat menyikapi penderita
HIV/AIDS dengan metode Appreciative Inquiry, merupakan suatu metode
untuk memaksimalkan kekuatan (strength dan Opportunity) yang dimiliki
oleh Pengidap HIV/AIDS. Menurut Dion, Metode ini lebih memfokuskan
terhadap kekuatan dan terlepas dari berbagai kelemahan. Kelemahan yang
dihadapi oleh Pengidap HIV/AIDS berupa diskriminasi, stigma, perasaan
rendah diri dan sebagainya. Fenomena yang terjadi adalah sebagian besar
seseorang khususnya Pengidap HIV/AIDS hanya berfokus pada
kelemahan tersebut. Namun Appreciative Inquiry lebih menganjurkan agar
setiap Pengidap HIV/AIDS lebih memfokuskan perhatian pada kekuatan
yang dimiliki dan memaksimalkannya. Dengan demikian, hal ini akan
membangun citra positif secara pribadi dan bermanfaat bagi
lingkungan. Metode ini diharapkan mampu menjadikan Pengidap HIV/AIDS
untuk menjalani hidup sebagaimana manusia seutuhnya. Tidak terlalu
memikirkan penyakit yang dideritanya, karena seorang dokter selalu
berusaha untuk mengarahkannya pada kekuatan dan kepribadian yang
dimilkinya, sehingga penderita HIV/AIDS akan lebih percaya diri dan dapat
beraktifitas sebagaimana sebelumnya.
Selain itu dalam Buku PMI Pelatihan Remaja Sebaya tentang Kesehatan
dan Kesejahteraan Remaja tertulis, seorang dokter harus bersikap biasa ( tanpa
membedakan) seperti sikap terhadap orang sehat atau penderita penyakit lain.
Seorang dokter harus dapat menghindari sikap membedakan, apalagi
memusuhi, karena akan menyebabkan penderita tertekan. Karena penderita
HIV/AIDS membutuhkan dukungan agar mereka memiliki kepercayaan diri
dan mampu berbuat banyak bagi masyarakat, yaitu dengan membangkitkan
kepercayaan mereka dan dokter dapat memberilah dukungan serta kasih
sayang. Dokter harus mampu memberilah pemahaman terhadap permasalahan
yang mereka hadapi dan cara mengatasinya. Menasehati, agar jangan merasa
tertekan secaraberlebihan karena semua orang pasti diberi cobaan. Menurut
dr.Lita, cara merawat penderita HIV dan AIDS itu pertama kita coba untuk
membayangkan diri kita sendiri sebagai pengidap penyakit tersebut. Dengan
mengetahui mana aktifitas yang berisiko menularkan HIV dan AIDS dan mana
yang tidak , kita dapat memperlakukan penderita secara wajar. Dan kita tetap
harus memperhatikan prosedur P3K ketika melakukan perawatan kepada
penderita.
Berdasarkan cara – cara dokter menyikapi Penderit HIV/AIDS diatas,
seorang dokter tidak lupa pula akan etika, hukum dan hak asasi yang dimilki
oleh penderita HIV/AIDS. Hak asasi dan hak kesehatan adalah yang utama
diterapkan oleh seorang dokter terhadap pasien penderita HIV/AIDS.
Walaupun kenyataannya penderita HIV/AIDS tidak ada obatnya dan tidak
dapat tertolong nyawanya, atau biasanya berahir dengan kematian. Namun,
kadua hak tersebut harus tetap diberikan oleh sorang dokter kepada pasien
penderita HIV/AIDSnya. Menurut Herkutanto, ini dapat diterapkan melalui
pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan individual maupun pelayanan
kesehatan masyarakat. Namun, keduax tidak dapat dilakukan secara bersamaan
atau harus dibedakan, karena dapat saja menimbulkan konflik antara pemberi
pelayanan kesehatan ( dokter ) dengan penerima pelayanan kesehatan (pasien
penderita HIV/AIDS).
Dari uraian pelayanan kesehatan diatas, dapat dilakukan dalam empat
bentuk pelayanan kesehatan, yaitu dengan preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif. Namun,untuk perawatan penderita HIV/AIDS yang tidak dapat
tertolong nyawanya seorang dokter cukup melakukannya dengan kegiatan
preventif dan kuratif. Karena kegiatan preventif ini bertujuan untuk pencegahan
penularan dan penyebaran HIV/AIDS dari penderita HIV/AIDS tersebut kepada
masyarakat. Selain itu juga dilakukan interverensi oleh dokter kepada
masyarakat untuk menghapus pandangan negatif terhadap pengidap HIV/AIDS.
Terhadap penderita HIV/AIDS seorang dokter memberikannya edukasi agar
tidak melakukan penularan kepada orang lain dan konseling agar merasa lebih
berarti dalam kehidupanya. Sedangkan kegiatan kuratif disini bukanlah
penyembuhan dalam arti kata sebenarnya, karena HIV/AIDS termasuk
yangincureble. Namun, tindakan perawatan ini dilakukan di sarana kesehatan
lebih bersifat care daripada curenya.
Dikarenakan penyakit HIV/AIDS belum ada obatnya, maka seorang
dokter dapat pula menerapkan suatu metode penanganan infeksi HIV/AIDS
pada penderita HIV/AIDS, yaitu dengan Terapi Antiretrovirus yang sangat
aktif. Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV
sejak tahun 1996 yaitu setelah ditemukannya HAART (highly active
antiretroviral therapy )yang menggunakan protease inhibitor. Karena penyakit
HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang
dewasa, maka seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus,
kecepatan serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai
perawatan awal. Tetapi terapi ini juga menimbulkan efek samping
seperti penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular,
dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Terapi Antiretrovirus ini
terbukti efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS.
Obat ini bekerja menghambat replikasi / perbanyakan virus HIV. Walaupun
demikian obat ini tidak mampu membunuh HIV secara total dan berpotensi
menimbulkan efek samping yang berat dan pemakaiannya harus setiap hari
seumur hidup. Jika kepatuhan penderita kurang maka dapat menyebabkan
resistensi obat.
Oleh karena terapi antiretrovirus dapat menimbulkan efek samping,
maka sorang dokter dapat menyarankan kepada penderita HIV/AIDS untuk
melakukan olahraga. Olahraga membantu banyak orang yang hidup
dengan HIV/AIDS (Odha) untuk merasa lebih sehat dan mungkin
memperkuat sistem kekebalan tubuh. Olahraga tidak dapat mengendalikan
atau melawan penyakit HIV, tetapi dapat membantu kita merasa lebih
sehat dan melawan berbagai dampak dari HIV dan efek samping obat-
obatan yang dipakai oleh Odha tersebut. Olahraga dapat meningkatkan
energi, melawan kelelahan dan depresi, meningkatkan daya tahan dan
kesehatan kardiovaskular, membantu mengurangi stres dan mendorong
kekuatan otot.
Jadi seorang dokter harus mampu memberikan saran, dukungan,
dan lain sebaginya agar seorang pasien penderita HIV AIDS mempunyai
semangat hidup dan kepercayaan diri kembali.
5. Bagaiman etika seorang dokter dalam menangani pasien yang menggunakan narkoba?
Untuk menangani pasien yang menderita penyalahgunaan narkoba,
mereka perlu didetoksifikasi. Yaitu diproses pembuangan racun dari
tubuhnya. Jika ditemukan virus narkoba yang telah menggerogoti pasien,
mereka perlu direhabilitasi dengan perawatan khusus maupun berobat
jalan.
Namun, terapi ini tak boleh dilakukan dengan
obat metadon dan subutek. Sebab zat tersebut adalah sintesa putau,
morfin, heroin dan sejenisnya. Berdasarkan penelitian, pengobatan dengan
zat tersebut bisa menyebabkan pasien menjadi bergantung kepada obat
tersebut.
Jika hal ini dilakukan, pasien akan ketergantungan dengan obat-obat dari
dokter. Bisa jadi bandar narkobanya nanti malah dijalankan para dokter.
Selain penanganan medis, pasien penderita narkoba bisa diobati dengan
pendekatan psikologis secara halus. Mereka akan dikaji mengapa bisa
memakai narkoba, menjadi kecanduan, dan sebagainya. Secara sosial,
pengguna NAZA perlu dipertanyakan mengapa menjadi broken home,
berperilaku keras dan kasar kepada orang lain.
Setelah kedua pendekatan itu dilakukan, pasien perlu dikembalikan kepada
spiritualitas, agama dan Tuhannya. Terapi keagamaan (psikoreligius)
memegang peranan penting, baik dari segi pencegahan, terapi berjalan,
maupun rehabilitas.
Jika segala permasalahan dan kesulitan dikembalikan kepada Tuhan
si pasien dengan memohon perlindungan, maka ia akan terhindar dari rasa
takut, khawatir dan stres, sehingga kemudian tak akan terlibat lagi dalam
penyalahgunaan NAZA.
Terapi psikoreligius ini bisa dilakukan dengan menjalankan shalat, berdoa,
mengaji, dan mendalami cara-cara agama memerangi narkoba.
Selain itu bisa juga dengan pendalaman tauhid dan silaturrahim kepada
ahli agama. Juga menanamkan pada keluarga semangat terhindar dari
siksa api neraka, dengan menjauhi keterlibatan penggunaan narkoba.
Terapi unsur agama ini tak hanya penting bagi pasien penyalahguna
NAZA, tapi juga bagi anggota keluarganya dalam menciptakan suasana
rumahtangga yang religius dan penuh kasih sayang.
6. Bagaimana cara dokter menghormati pasien ?
Seorang dokter harus dapat menghormati pasien, agar pasient merasa nyaman dengan
pelayanan yang diberikan oleh dokter tersebut. Adapun yang perlu diperhatikan dalam
menghormati pasien adalah mengenai hak-hak pasien.
a. Hak Pasien atas Informasi Penyakit dan Tindakan Medis dari Aspek
Etika Kedokteran.
Terkait dengan pemberian informasi kepada pasien ada beberapa yang
harus diperhatikan :
1. Informasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak.
2. Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak
dimengerti oleh orang awam.
3. Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan
situasi pasien.
4. Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter
menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau
kesehatan pasien atau pasien menolak untuk diberikan infomasi
(KODEKI, pasal 5)
5. Untuk tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive yang lain,
informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi.
Apabila dokter yang bersangkutan tidak ada, maka informasi harus
diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk
dokter yang bertanggng jawab.
Kewajiban dokter terkait dengan informasi adalah memberikan informasi
yang adekuat dan besikap jujur kepada pasien tentang perlunya tindakan
medis yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya
(KODEKI, pasal 7b)
Salah satu kewajiban rumah sakit terhadap pasien adalah harus
memberikan penjelasan mengenai apa yang diderita pasien, dan tindakan
apa yang harus dilakukan (KODERSI, Bab III Pasal 10)
b. Hak Pasien atas Informasi Penyakit dan Tindakan Medis dari Aspek
Hukum Kedokteran.
Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan
diterimanya (Undan-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 52). Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya mencakup :
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. (Pasal 45 ayat 3)
Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi terlebih dahlu harus memberika penjelasan kepada
pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat
persetujuan pasien (PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi pasal 17)
Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila
pasien meminta untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan
kecuali dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat
darurat atau kehilangan nyawa pasien
Dalam Pedoman Penegakkan Disiplin Kedokteran tahun 2008 seorang
dokter dapat dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin
kedokteran apabila tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan
memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam
melakukan praktik kedokteran.
c. Hak Pasien atas Informasi dalam Rekam Medik
Berdasarkan PERMENKES RI No. 629/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam medik Pasal 12 dikatakan bahwa berkas rekam medic adalah milik
sarana pelanayan kesehatan dan isi rekam medik adalah milik rekam medik
. Bentuk ringkasan rekam medic dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh
pasien atau orang yang diberi kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu. Namun boleh tidaknya pasien
mengetahui isi rekam medic tergantung kesanggupan pasien untuk
mendengar informasi mengenai penyakit yang dijelaskan oleh dokter yang
merawatnya.
Jadi pasien isi rekam medic bukan milik pasien sebagaimana pada
PERMENKES sebelumnya (1989)tentang rekam medic. Pasien hanya
boleh memilikinya dalam bentuk ringkasan rekam medik
d. Komunikasi Dokter Pasien yang Baik
Menurut Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES,2008)
komunikasi yang baik antara dokter pasien terkait dengan hak untuk
mendapatkan informasi meliputi :
1. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati
pandangan serta kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya.
2. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang
kondisi, diagnosis, terapi dan prognosis pasien, serta rencana
perawatannya dengan cara yang bijak dan bahasa yang dimengerti
pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan, pilihan obat
yang diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan
kemungkinan efek samping obat yang mungkin terjadi; dan
3. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang
dilakukan kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.
4. Jika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama
dalam perawatan dokter, dokter yang bersangkutan atau
penanggunjawab pelayanan kedokteran (jika terjadi di sarana pelayanan
kesehatan) harus menjelaskan keadaan yang terjadi akibat jangka
pendek atau panjang dan rencana tindakan kedokteran yang akan
dilakukan secara jujur dan lengkap serta memberikan empati.
5. Dalam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus
mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak
memberika persetujuan dan penolakan tindakan medis adalah pasien
yang bersangkutan. Untuk itu dokter harus melakukan pemeriksaan
secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih lanjut
termasuk resiko yang mungkin terjadi secara jujur, transparan dan
komunikatif. Dokter harus yankin bahwa pasien mengerti apa yang
disampaikan sehingga pasien dalam memberikan persetujuan tanpa
adanya paksaan atau tekanan.
7. Bagimana seorang dokter mengetahui keluhan dan meraskan kesulitan pasiennya ?
Cara yang dapat dilakukan oleh seorang dokter adalah dengan melakukan anmnesis terhadap
pasien yang sesuai dengan etika dokter terhadap pasiennya, sehingga seorang dokter
mengetahui apa keluhan dan kesulitan yang dialami oleh pasien tersebut.
Karen tujuan dari anamnesis adalah memperoleh data atau
informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh
pasien, untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya, sebagai pintu pembuka untuk membangun hubungan dokter
dan pasiennya sehingga mampu mengembangkan keterbukaan dan
kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. 80%
hasil anamnesis dapat menegakkan diagnosis.
Metode anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung pada
pasiennya.
b. dan aloanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan bukan pada
pasiennya, tapi pada orang lain.
Adapun Sistematika dalam mengaanamnesis adalah:
a. introduction
b. identitas pasien
c. keluhan utama
d. riwayat penyakit sekarang
e. riwayat penyakit dahulu
f. riwayat penyakit keluarga
g. riwayat personal sosial ( dewasa dan anak )
h. anamnesis system.
i. merangkum anamnesis
penyusunan dilakuakn secara lengkap dan sistematis sesuai
dengan hasil anamnesis, dan memberikan kesempatan pada pasien utnuk
mengecek kebenaran ( cross check )
Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang dokter, antara lain :
1. Tempat dan suasana
2. Penampilan dokter
3. Periksa kartu dan data pasien
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
5. Gunakan bahasa/istilah yang mampu dimengerti
6. Buat catatan
7. Perhatikan pasiennya
8. Gunakan metode yang sistematis
Setelah melakukan beberapa tahapan anamnesis tersebut, maka seorang
dokter akan dapat mengetahui apa saja kaluhan dan kesulitan yang di
alami oleh pasien tersebut berdasarkan data yang diperoleh. Namun,
anamnesis yang dilakukan berdasarkan etika seorang dokter.yaitu etika
utntuk menjadi dokter yang profesional.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Seorang dokter harus faham dan dapat menerapkan etika kedokteran agar
seorang dokter menjadi dokter yang profesional. Baik etika terhadap
tuhan, etika dokter terhadap pasien, dan etika dokter terhadap teman
sejawat.
2. Seorang dokter mampu menutupi aib/ permasalah pasien terhadap orang
lain.
3. Seorang dokter mampu menyikapi pasien yang terkena HIV dan
menggunakan narkoba berdasarkan etika kedokterannya.
4. Dan seorang dokter dapat menghornati pasiennya, agar pasien merasa
nyaman. Serta dapat menenangkan pasien atau keluarganya agar dapat
menerima diagnosis yang disimpulkan oleh dokter.
B. SARAN
Saran dari kelompok kami agar para dosen dan dokter bisa menjelaskan dengan jelas,
bagaimana etika kedokteran itu sebenarnya. Karena kami belum mendapatkan materi tentang
etika kedokteran sebelumnya.
Daftar Pustaka
Dion ett. 2008. Appreciative Inquiry : Melakukan Perubahan dengan Berfokus
pada Kekuatan. http://appreciative inquiry.com/html. Akses Oktober 2008
Imam. 20009. Dokter-Medis: HIV/AIDS. Indonesia. http://dokter-
medis.blogspot.com. Akses Desember 2009.
Sarana,Lita. 2007. PMI Pelatihan Remaja Sebaya tentang Kesehatan dan
Kesejahteraan Remaja : Santunan terhadap Penderita HIV/AIDS. Jakarta Timur.
Siyaranamual, Julius R. 1997. Etika Hak Asasi, dan Pewabahan AIDS . Surabaya :
Penebar Swadaya
Wartawarga.2007. Pengertian HIV AIDS .http://wartawarga.gunadarma.ac.id. Akses
Mey 2005
Limpo. 2009 .Hak Pasien atas Informasi Medis. http:// WordPress.com. Akses Agustus
2009.
Razimaulana. 2008. Anamnesis. http://razimaulana.wordpress.com. Akases
Desember 2008.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIAMerupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek kedokteran.Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia.Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia.Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.KEWAJIBAN UMUMPasal1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.Pasal2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi.Pasal3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkanhilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal4Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal5Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingandan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.Pasal6Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatanbaru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.Pasal7Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya..Pasal7aSeorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasanteknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkansejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan ataupenggelapan, dalam menangani pasien.Pasal7cSeorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harusmenjaga kepercayaan pasien.Pasal7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk insani.Pasal8Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semuaaspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-
sosial,serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.Pasal9setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harussaling menghormati.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIENPasal10Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajibmerujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Pasal11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga danpenasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.Pasal12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelahpasien itu meninggal dunia.Pasal13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin adaorang lain bersedia dan mampu memberikannya.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATPasal14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkanprosedur yang etis.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRIPasal16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal17Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/kesehatan.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIAMerupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek kedokteran.Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia.Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia.Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.KEWAJIBAN UMUMPasal1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.Pasal2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi.Pasal3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkanhilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal4Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.Pasal5Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingandan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.Pasal6Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatanbaru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.Pasal7Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya..Pasal7aSeorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasanteknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.Pasal7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkansejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan ataupenggelapan, dalam menangani pasien.Pasal7cSeorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harusmenjaga kepercayaan pasien.Pasal7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk insani.Pasal8Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semuaaspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial,serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.Pasal9setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harussaling menghormati.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIENPasal10Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajibmerujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.Pasal11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga danpenasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.Pasal12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelahpasien itu meninggal dunia.Pasal13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin adaorang lain bersedia dan mampu memberikannya.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATPasal14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.Pasal15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkanprosedur yang etis.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRIPasal16Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal17Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/kesehatan.
Kasus ketidak profesionalan dokter
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi jaksa atas kasus malpraktik dengan terdakwa dr Wida Parama Astiti. MA memutuskan dr Wida telah melakukan malpraktik sehingga pasien berusia 3 tahun meninggal dunia dan dijatuhi 10 bulan penjara
Seperti dilansir dalam website Mahkamah Agung (MA), Jumat (22/3/2013), kasus tersebut bermula saat dr Wida menerima pasien Deva Chayanata (3) pada 28 April 2010 pukul 19.00 WIB datang ke RS Krian Husada, Sidoarjo, Jatim. Deva datang diantar orang tuanya karena mengalami diare dan kembung dan dr Deva langsung memberikan tindakan medis berupa pemasangan infuse, suntikan, obat sirup dan memberikan perawatan inap.
Keesokan harinya, dr Wida mengambil tindakan medis dengan meminta kepada perawat untuk melakukan penyuntikan KCL 12,5 ml. Saat itu, dr Wida berada di lantai 1 dan tidak melakukan pengawasan atas tindakan perawat tersebut dan Deva kejang-kejang. Akibat hal ini, Deva pun meninggal dunia.
"Berdasarkan keterangan ahli, seharusnya penyuntikan KCL dapat dilakukan dengan cara mencampurkan ke dalam infuse sehingga cairan KCL dapat masuk ke dalam tubuh penderita dengan cara masuk secara pelan-pelan," demikian papar dakwaan jaksa.
Lantas, dr Wida diproses secara hukum dan pada 1 Juni 2011 Kejaksaan Negeri Sidoarjo menuntut dr Wida dijatuhkan hukuman 18 bulan penjara karena melanggar Pasal 359 KUHP. Tuntutan ini dipenuhi majelis hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo pada
19 Juli 2011. Namun terkait lamanya hukuman, majelis hakim memutuskan dr Wida harus mendekam 10 bulan karena menyebabkan matinya orang yang dilakukan dalam melakukan suatu jabatan atau pekerjannya.
Putusan ini dikuatkan Pengadilan Tinggi Surabaya pada 7 November 2011. Namun jaksa tidak puas dan melakukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). "Putusan Pengadilan Tinggi sangat ringan sehingga tidak memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat dan tidak membuat jera pelaku atau orang lain yang akan melakukan perbuatan yang sama," demikian alasan kasasi jaksa. Namun, MA berkata lain.
"Menolak permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Sidoarjo," demikian putus MA yang diketok olah majelis hakim Dr Artidjo Alkostar, Dr Sofyan Sitompul dan Dr Dudu D Machmuddin pada 28 September 2012 lalu.
http://news.detik.com/read/2013/03/22/123335/2201025/10/?nd772204topnews
3 Graham Reeves
Melihat mana ginjal yang sehat dan tidak sehat ternyata memang tidak mudah. Akibat perbedaan yang tidak jelas itu dapatkah Anda bayangkan apa yang bisa terjadi? Pada tahun 2000, Graham Reeves (70) dari Wales meninggal setelah tidak satu, tapi dua ahli bedah telah mengangkat ginjal yang salah.
Kesalahan macam ini sepertinya tidak terisolasi, juga tidak terbatas pada satu bagian tubuh saja. Benjamin Houghton, seorang veteran Angkatan Udara, menerima US$ 200.000 (Rp 2 miliar) sebagai kompensasi setelah dokter mengangkat testis yang salah, sementara Willie King, yang menderita diabetes, menerima total sebesar US$ 1,15 juta (Rp 11 miliar) setelah kaki kanannya diamputasi karena kesalahan (dan kemudian mengamputasi kaki yang seharusnya diamputasi).
Etika Profesi bidang keperawatan
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
Etika khusus yang mengatur tanggungjawab moral para perawat.
l Kesepakatan moralitas para perawat.
Disusun oleh Organisasi profesi, berdasarkan suatu sumber yang ada
dilingkungan; baik lingkungan
kesehatan, lingkungan konsumen dan lingkungan Komunitas Keperawatan.
Sumber Etika Profesi keperawatan :
1. Etika Kesehatan.
2. Etika umum yang berlaku di masyarakat,
3. Etika Profesi keperawatan dunia -> ICN.
Etika Kesehatan :
Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan
nilai – nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi
oleh nilai – nilai individu dan masyarakat.
Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian
terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta
mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam
bidang kesehatan.
Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimal al :
1. tritmen pada pasien yang menghadapi ajal
2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja
atas permintaan pasien
sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent.
3. Bioetika
4. Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
Contoh penerapan :
1 Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal :
- Pemberian O2 -> diteruskan / di stop.
- Program pengobatan diteruskan / tidak
- Suport terapi ( RJP ) sampai kapan.
- dalam kondisi MBO.
2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja
atas permintaan
pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent.
- Pasien teriminal
- Status vegetatif
- pasien HIV /AID
- pasien mendapat terapi diet
- pasien menghadapi tindakan medik
-operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll.
3 Bioetika :
- aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll.
4 Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.
- permintaan informasi data pasien,
- Catatan medik,
- Pembicaraan kasus pasien.
Etika umum yang berlaku di masyarakat :
- Privasi pasien,
- Menghargai harkat martabat pasien
- Sopan santun dalam pergaulan
- saling menghormati,
- saling membantu.
- peduli terhadap lingkungan
Etika Profesi keperawatan dunia ICN.
Etika Keperawatan terkandung adanya nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang
berfokus bagi praktik Perawat.
Praktik perawat bermuara pada interaksi profesional dengan pasien serta
menunjukan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah dilakukannya.
8 prinsip utama dalam Etika Keperawatan ICN :
1. Respek
2. Otonomi
3. Beneficence ( kemurahan hati)
4. Non-maleficence,
5. Veracity ( kejujuran )
6. Kridensialitas ( kerahasiaan )
7. Fidelity ( kesetiaan )
8. Justice ( keadilan )
1 Respek :
perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak
pasien,penerapan inforned consent
Perilaku perawat menghormati sejawat
Tindakan eksplisit maupun implisit
simpatik, empati kepada orang lain.
.2 Otonomi :
hak untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri. Tetapi tidak
sebebas – bebasnya ada keterbatasan dalam hukum,kompetensi dan
kewenangan.
perlu pemahaman tindakan kolaborasi.
3 Beneficence ( kemurahan hati) :
berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak
membahayakan orang lain.
lanjutan :Pada dasarnya seseorang diharapkan dapat membuat keputusan untuk
dirinya sendiri , kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya.seperti:bayi
dan anak pasien koma,keterbelakangan mental / kelainan kejiwaan.
4 Non-maleficence:
Prinsip berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja
menimbulkankerugian / cidera pasien.
- Jangan membunuh
- jangan menyebabkan nyeri/penderitaan lain.
- jangan membuat orang lain tidakberdaya.
- Jangan melukai perasaan
5 Veracity ( kejujuran ) :
Kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran. Tidak bohong tidak
menipu. Terutama dalam proses informed consent.Perawat membatu pasien
untuk memahami informasi dokter tentang rencana tindakan medik / pengobatan
dengan jujur.
6 Kridensialitas ( kerahasiaan ) :
Prinsip ini berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap perawat. Perawat
tidak akan menyampaikan informasi tentang kesehatan pasien kepada orang
yang tidak berhak.
Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh dokter. Perawat memberi onfo
kondisi kesehatan umum
.
7 Fidelity ( kesetiaan ) :
Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat.
Tanggung jawab perawat dalam tim
-asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja , pemerintah dan
masyarakat.
8 Justice ( keadilan ) :
Berkenaan dengan kewajiban perawat untuk adil kepada semua orang . Adil
tidak memihak salah satu orang. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan
yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan pasien klas Utama berbeda dengan kebutuhan pasien klas III.
Etika Profesi keperawatan disususun oleh Oragnisasi secara tertulis
“ KODE ETIK KEPERAWATAN “
Fungsi Kode Etik :
Umum :
digunakan untuk mengontrol perilaku perawat dalam praktik dan dalam
kehidupan berprofesi, sehingga konsumen mendapatkan kepercayaan dari
pelayanan keperawatan
Fungsi khusus untuk :
1. Mengatur tanggung jawab moral perawat didalam praktik.
2. Pedoman perawat dalam berperilaku dalam praktik dan dalam kehidupan
berprofesi.
3. Mengontrol / menentukan keputusan dalam sengketa praktik, oleh Oraganisasi
profesi, termasuk dalam
memberikan sanksinya.
“ KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA “
- disusun dan diputuskan dalam Munas I tahun 1976.
- Diadakan revisi dalam Munas PPNI VI di Bandung tahun 2000.
- Berisi tanggung jawab Perawat terhadap ; Klien / pasien, perawat dan praktik,
perawat
dan masyarakat,Perawat dan teman sejawat dan perawat dengan profesi
Teks Kode Etik Keperawatan Indonesia tahu 2000.
Bab I Perawat dan klien :
1. Perawat dalam memberikan perawatan thd klien, dan tidak terpengaruh
kedudukan sosial politik dan agama yang dianut serta warna kulit.umur,jenis
kelamin, aliran pertimbangan kebangsaan, kesukuan.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai – nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidupberagama dari klien
.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang memebutuhkan
asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
Bab II Perawat dan Praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangakan
kemampuan serta kualifikasi seseorang dalam melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukan perilaku
profesional.
Bab III Perawat dan masyarakat :
Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan memdukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat.
Bab IV Perawat dan Teman sejawat :
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dalam memelihar keserasian suasana lingkungan kerja
maupun tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
Bab V Perawat dan Profesi :
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan
serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai pengembangan profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
http://ppnitapinrantau.blogspot.com/p/etika-profesi-keperawatan.html
KODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT PPNI,ICN,ANAKODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT PPNI,ICN,ANAKode Etik Menurut PPNIKode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlakuuntuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pinpinan Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989.
Fungsi Kode Etik PerawatKode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.Kode etik keperawatan Indonesia : Terdiri dari 5 Bab, dan 17 pasal. yaitu:
1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakata. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.b. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup- beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.Tanggungjawab terhadap tugasd. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi kepentingan masyarakat.2. Tanggungjawab terhadap tugasa. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.3. Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnyaa. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.4. Tanggungjawab terhadap profesi keperawatana. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.5. Tanggungjawab terhadap pemerintah, bangsa dan negaraa. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.Kelompok 5By : Yeliani Rahmi FauziIB
Kode Eik Menurut ICNICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat di seluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 oleh Mrs.Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi pada tahun 1973. Adapun kode etiknya adalah sebagai berikut :1. Tanggung jawab utama perawat :Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :a. kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalahsama.b. pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasimanusia.c. dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.Analisis : Menurut kami 2. Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat.Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai aadat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3.Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatanPerawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan
yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.4. Perawat dan lingkungan masyarakatPerawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.5. Perawat dan sejawatPerawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.6. Perawat dan profesi keperawatanPerawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.Kelompok 5By : Tedi NurohmanIB
Kode Etik Menurut ANAEtika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatan. Analisis: Dalam kode etik menurut ANA. Menurut analisis kami, bahwa point ini sangat penting sekali dalam sebuah profesi terutama perawat, karena dalam sebuah pekerjaan terutama kita sebagai calon perawat diwajibkan untuk memberikan pelayanan dengan baik, sopan, santun, serta dengan penuh hormat terhadap pasien. Dan kita juga jangan pernah
membeda-bedakan pasien, seperti keluarga pejabat dengan keluarga tukang becak, semuanya harus diperlakukan sama. Tapi sesuai dengan fakta sekarang bahwa pelayanan diberbagai RS, 75 % sangat membeda-bedakan antara keluarga perawat dengan keluarga tukang becak. seharusnya pelayanan seperti itu harus dihapuskan karena pelayanan seperti itu tidak adil, tidak sesuai dengan kode etik keperawatan.
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia.Analisis : Menurut kami, point ini sangat pentingsekali dalam sebuah profesi terutama perawat. Karena dalam sebuah profesi terutama kita sebagai orang kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan dengan baik, sopan, santun, serta menghormati privasi klien. Selain itu, kita sebagai tenaga kesehatan sudah seharusnya melindungi, memenuhi hak-hak klien dan menjaga penuh segala informasi-informasi yang bersifat rahasia. Sesuai dengan fakta sekarang, yang terjadi saat ini, bahwa pelayanan kesehatan diberbagai rumah sakit, agak tidak sesuai dengan tugas perawat sebagaimana mestinya, karena perawat sekarang bekerja dengan apa adanya, serta kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang disediakan di rumah sakit tersebut.3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau illegal.Analisis : Menurut analisis kami, tentang pernyataan tersebut bisa diartikan bahwa sebagai seorang perawat harus bisa menjaga kesehatan dan keselamatan klien dan publik karena hal tersebut merupakan tugas pokok yang harus dikerjakanoleh seorang perawat. seorang perawat juga harus bisa melakukan tugasnya dengan etika, legal, juga berkompeten. supaya klien dan publik selamat, tidak terancam gagal praktek, sehingga klien dan publik dapat terlimdungi dengan baik. Sedangkan menurut pandangan agama : Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas segala tugas-tugasnya, oleh karena itu, seorang perawat yang profesional harus bisa bertanggung jawab terhadap segala tugas-tugas dan perbuatannya.Sedangkan penerapannya dilapangan : Belum diterapkan karena kebanyakan perawat belum menerapkan etika kerja profesional dan kebanyakan perawat dilapangan bekerja dengan setengah hati, belum benar-benar bisa menerapkan tugas dan tanggungjawabnya kepada klien
dan publik dengan baik.4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu.Analisis : Menurut pendapat kami Betul, karena seorang perawat harus bisa mempertanggung jawabkan atas semua tindakan dan pertimbangannya terhadap pasien yang dirawatnya. Apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki ataupun diluar prediksi, maka seorang perawat harus semaksimal mungkin bias mengembalikan keadaan menjadi seperti sedia kala karena dengan adanya kode etik keperawatan tersebut, semua perawat yang mempunyai jiwa tanggung jawab yang tinggi, akan melaksanakan semua pelayanan kepada pasien dengan professional dan mengacu kepada kode etik tersebut. sehingga, pasien akan merasa puas dengan pelayanan perawat tersebut. Menurut kami, fakta yang sekarang ada, tidak semua perawat pada umumnya dapat bertanggung jawab pada tindakan yang diberikan kepada pasien, banyak perawat yang lari dari tanggungjawab sehingga banyak pasien tidak mempunyai kpercayaan kepada perawat, oleh sebab itu, kita harus bertanggungjawab terutama pada profesi kita yaitu profesi keperawatan.5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.Analisis : artinya, perawat harus tetap mempertahankan bahkan menambah atau mengembangkan wawasan yang mereka miliki. supaya bisa berlomba dengan perawat lain untuk menjadi perawat yang lebih baik. dan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi seluruh klien. Namun faktanya sekarang masih banyak pelayan kesehatan, yang memberi pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan bagi masyarakat sehingga pelayanan kesehatan tersebut kurang baik dimata mastarakat. 6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain. Analisis : Menurut analisis kami, point ini sangat penting dalam kode etik keperawatan. Jadi kita sebagai perawat harus bisa mempunyai dan memahami body knowledge keperawatan dengan baik. Sehingga kita bisa menjadi narasumber dan memberikan pendidikan kepada masyarakat baik individu ataupun kelompok sehingga dapat dipertangungjawabkan. 7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi.Analisis : meurut analisis saya, poin tersebut sangat penting dalam kode etik keperawatan. karena seorang perawat itu harus aktif, beraktivitas
sesuai profesinya. selain itu juga perawat harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang profesinya. selain untuk dirinya sendiri, seorang perawat harus bisa mengembangkan pengetahuan profesinya kepada orang lain, salah satunya bisa dilakukan dengan cara pelatihan-pelatihan atau seminar kesehatan. dengan cara tersebut, sedikitnya wawasan kita akan bertambah, dari yang tidak tahu akan menjadi tahu. selain itu juga, dalam turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi, salah satu cirinya dengan adanya organisasi keperawatan . Nah, sebagai seorang perawat, kita harus ikut berpartisifasi dalam organisasi tersebut, guna untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dilihat dari fakta sekarang, bahwa tidak semua perawat ikut berkecimpung didalam organisasi keperawatan, hanya sebagian saja. Tetapi didalam mengembangkan pengetahuan keperawatan menurut saya sudah cukup, karena terbukti dengan adanya bahkan banyak sekali sekolah-sekolah keperawatan yang ada saat ini, walaupun sebagian mungkin fasilitas-fasilitas keperawatannya masih kurang.Sudut pandang menurut agama :agama islam mengajarkan kepada kita supaya kita selalu senantiasa memberikan atau mengamalkan ilmu pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain, walaupun itu hanya sedikit saja, tetapi itu semua akan bermanfaat bagi kita.8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningfkatkan standar keperawatan.Analisis : Point ini sangat penting dalam kode etik keperawatan karena sebagai seorang perawat kita harus bisa memberikan sesuatu yang terbaik untuk profesi kita. memang sudah selayaknya perawat itu bekerja sesuai standar etika keperawatan. Dan bila perlu prawat itu lebih mengembangkan wawasannya dan meningkatkan standar keperawatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada klien atau masyarakat agar tercipta image yang baik dimata masyarakat. Fakta sekarang membuktikan bahwa tidak sesuai dengan kode etik di atas, karena memang perawat sudah berusaha untuk menjadi perawat profesional tetapi nyatanya karena sarana dan prasarana yang ada kurang memadai jadi menuju perawat profesional itu memang sulit.9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.Analisis : maksudnya sebagai seorang perawat kita harus memberi pelayanan kepada masyarakat itu yang berkualitas baik dimata masyarakat
jangan sampai mengecewakan masyarakat,karna kalau masyarakat sudah pada tau bahwa pelayanan kita itu berkualitas maka masyarakat tidak akan menghormati dan memberi kesan yang baik kepada kita selaku pelayanan kesehatan.10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.Analisis : Menurut analisis kami, point ini sangat penting dalam kode etik keperawatan karena sebagai perawat harus bisa meluruskan terhadap arah yang menyimpang dalam propesi keperawatan. sehingga pihak lain dalam hal ini selain propesi perawat, bisa memprespektifkan informasi dan gambaran yang di terima secara benar, serta propesi perawat bisa mempertahankan cakupan kerjanya atau bidang garapnya agar tidak terambil oleh propesi lain. 11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan public.Analisis : Point tersebut penting dalam kode etik karena seorang perawat harus bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan yang lain, demi meningkatkan mutu kesehatan publik, selain itu perawat harus bekerja sama dengan warga masyarakat lainnya, demi terwujudnya rasa kepercayaan dari warga masyarakat kepada perawat sehingga akan terjadinya pelayanan kesehatan yang baik. kalau di pandang menurut agama point ini adalah hal yang baik karena sama halnya dengan menjalin hubungan baik antaa sesama manusia. selain itu disini juga akan terjadi musyawarah karena antara perawat dan anggota profesi kesehatan akan mengupaiakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan public. Fakta yang ada adalah perawat banyak bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan, satu sama lain saling membutuhkan tetapi antara perawat dengan warga masyarakat belum sepenuhnya terciptanya rasa kepercayaan dari masyarakat kepada perawat
http://nareragan.blogspot.com/2013/04/kode-etik-keperawatan-menurut-ppniicnana.html