etika profesi

23
Etika merupakan topik yang menyita banyak perhatian dalam masyarakat sekarang ini. Perhatian ini merupakan indikasi arti penting perilaku beretika di masyarakat dan beberapa catatan penting tentang perilaku tidak beretika. Perilaku beretika merupakan tulang punggung praktik akuntansi public dan harus ditanggapi secara serius oleh mahasiswa akutansi. Dalam makalah ini membahas beberapa studi. Dimulai dari defenisi dan pembahasan mengenai etika untuk semua tingkat, pembahasan mengenai dilemma etika dan bagaimana pendekatannya, dan diakhiri dengan pembahasan mengenai etika prfesi akuntan dengan perhatian tertentu pada Kode Etik Akuntan Indonesia yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sepanjang belum diatur dalam Kode etik Akuntan Indonesia, akan dibahas kode perilaku yang berlaku bagi anggota AICPA. II. ISI 1. Pengertian Etika Etika secara umum didefenisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Contoh perangkat prinsip yang dibangun oleh Josepshon Institute for the Advancement of Ethics di Amerika Serikat yang merupakan badan usaha nirlaba yang menyusun kode etik professional dalam bidang pemerintahan, hukum, kesehatan, bisnis, akuntansi, dan juranalistik, disajikan sebagai berikut : Kejujuran. Integritas

Upload: nugraha-adi-putra

Post on 26-Jun-2015

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: etika profesi

Etika merupakan topik yang menyita banyak perhatian dalam masyarakat sekarang

ini. Perhatian ini merupakan indikasi arti penting perilaku beretika di masyarakat dan

beberapa catatan penting tentang perilaku tidak beretika. Perilaku beretika merupakan

tulang punggung praktik akuntansi public dan harus ditanggapi secara serius oleh

mahasiswa akutansi. Dalam makalah ini membahas beberapa studi. Dimulai dari defenisi

dan pembahasan mengenai etika untuk semua tingkat, pembahasan mengenai dilemma

etika dan bagaimana pendekatannya, dan diakhiri dengan pembahasan mengenai etika

prfesi akuntan dengan perhatian tertentu pada Kode Etik Akuntan Indonesia yang

ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sepanjang belum diatur dalam Kode etik Akuntan

Indonesia, akan dibahas kode perilaku yang berlaku bagi anggota AICPA.

II. ISI

1. Pengertian Etika

Etika secara umum didefenisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Contoh

perangkat prinsip yang dibangun oleh Josepshon Institute for the Advancement of Ethics

di Amerika Serikat yang merupakan badan usaha nirlaba yang menyusun kode etik

professional dalam bidang pemerintahan, hukum, kesehatan, bisnis, akuntansi, dan

juranalistik, disajikan sebagai berikut :

Kejujuran.

Integritas

Mematuhi janji

Loyalitas

Keadilan

Kepedulian kepada orang lain

Menghargai orang lain

Menjadi warga yang bertanggung jawab

Page 2: etika profesi

Mencapai yang erbaik

Ketanggugugatan

1. Kebutuhan akan Etika

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara

nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sebagai contoh, hukum tentang

mengendarai mobil dalam keadaan mabuk sebenarnya berkaitan dengan tanggung jawab

anggota masyarakat terhadap orang lain.

2. Mengapa Orang Bertindak Tidak Beretika

Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika :

1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum

Contoh manakala seseorang menipu dalam pelaporan pajaknya, ia

memperlakukan orang lain secara tidak baik, berbohong dalam lamaran

pekerjaanya, atau mempunyai kinerja dibawah kemampuannya, sebagian dari kita

menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak beretika. Jika orang lain memutuskan

perlaku seperti itu adalah beretika dapat diterima, kaan terjadi konflik nilai

beretika yang sulit dipecahkan.

2. Seseorang memilih bertindak semaunya

Contoh, seseorang bernama A menemukan sebuah tas koper di bandara yang

berisi surat-surat penting dan uang Rp. 2.000.000,-. Dia memabawa tas tersebut

dan mengambil uangnya, dan menceritakan keberuntungannya kapada sanak

saudaranya. Norma perilaku A barangkali berbeda dengan masyarakat umumnya.

Orang lain bernama B juga menghadapi situasi yang sama tetapi mempunyai

rekasi berbeda. Dia mengambil uangnya tetapi membuang tas kopernya. Dia tidak

Page 3: etika profesi

mengatakan hal terebut kepada siapapun dan menmghabiskan unag itu sendiri.

Mungkin saja B melanggar standar etikanya sendiri, tetapi dia pikir uang itu

terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Dia berindak mementingkn dirinya

sendiri.

2. Etika dalam Berbisnis

Keputusan manajemen untuk mengoperasikan bisnisnya secara beretika bukanlah folosofi

bisnis uang baru. Sebagai contoh, ditahun 1930, Rotary International mengembangkan

kode etik yang masih digunakan jutaan kalangan bisnis. Kode etik itu menggunakan

empat pertanyaan yang disebut Empat Cara Uji atas perilaku beretika dari setiap masalah

etika bisnis.

Apakah ini merupakan kebenaran (truth) ?

Apakah itu adil untuk semua pihak yang berkepentingan ?

Akanakah itu menambah goodwill dan berhubungan yang lebih baik ?

Akankah itu menguntungkan semua pihak yang berkepentingan ?

2. Dilema Etika

Dilemma etika adalah situasi yang diahadapi seseprang dimana kepitisan mengenai

perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya

menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Bernegosiasi dengan

klien yang mengancam untuk mencari auditor baru kalau perusahaanya tidak memperoleh

pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas merupakan dilemma etika karena pendapat

seperti itu belum memuaskannya. Memutuskan apakah akan menegur supervisor yang

telah lebih saji secara material nilai pendapatan departemen untuk mendapatkan bonus

yang lebih besar meruapakan dilemma etika sulit. Melanjutkan bergabung di perusahaan

yang melecehkan dan memperlakukan pegawai dan pelanggan secra tidak jujur

merupakan dilemma moral, khususnya apabila orang itu memiliki sanak saudaranya yang

mendukung dan lagi pasaran kerja cukup ketat.

Page 4: etika profesi

1. Memecahkan Dilema Etika

Ada beberpa alternative pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati hati untuk

menghindari cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika. Berikut ini adalah

metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika :

Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan

pajak atau menjual produk rusak biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa

semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.

Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua

perilaku legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hokum.

Dengan filosofi ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan

seseorang.

Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Filosogi ini bergantung pada

evaluasi hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan

hukuman (konsekuensi) pada temuan tersebut.

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk

memecahkan dilemma etika :

1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan.

2. Identifikasikan issue-isue etika dari fakta-fakta yang ada

3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh

dilemma.

4. Identifikasikan alternative yang tersedia bagi orang yang harus memcahkan

dilemma.

5. Identifikasikan konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternative.

6. Putuskan tindakan yang tepat.

Page 5: etika profesi

2. Kebutuhan Khusus Berperilaku Beretika dalam Profesi

Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinngi pada setiap

profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan public terhdap kualitas jasa yang diberikan

profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan public, penting

untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa

lainnya.

Ditahun-tahun terakhir, penigkatan persaingan membuat para akuntan public dan

profesi lain menjadi lebh sulit untuk berperilaku secara professional. Meningkatnya

persaingan membuat banya kantor akuntan lebih berkepentingan untuk mempertahankan

klien dan laba yang besar. Karena hal ini banyak kantor akuntan telah menetapkan

falsafah dan praktik yang sering disebut sebagai praktik bisnis yang disempurnakan. Hal

ini meliputi penyempurnaan seperti penyempurnaan praktik penerimaan tenaga kerja dan

personalia, manajemen kantor yang lebih baik, dan iklan yang lebih efektif serta metode

peningkatan lainnya.

2. Perbedaan antara kantor Akuntan Publik dan Profesional Lainnya

KAP mempunyai hubungan yang berbeda dengan pemakai laporan keunagan

dibandingkan dengan hubungan prfesional lain dengan pamakai jasanya. Pengacara

misalnya, biasanya ditugaskan dan dibayar oleh klien dan bertanggungjawab untuk

membela klien. KAP ditugaskan dan dibayar oleh perusahaan yang mengeluarakan

laporan keuangan, tetapi yang mengambil manfaat dari audit itu adalah para pemakai

laporan, tetapi lebih sering mengadakan pertemuan dan hubungan yang

berkesinambungan dengan klien.Cara profesi dan masyarakat mempengaruhi akuntan

piblik untuk berperilaku secara terhormat.

2. Kode Perilaku Akuntan Indonesia

Prinsip-prinsip : standar ideal dari perilaku etis yang dapat dicapai dalam

terminology filosofi.

Page 6: etika profesi

Peraturan perilaku : standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai

peraturan khusus. Merupakan suatu keharusan.

Interprestasi : interprestasi peraturan perilaku. Tidak merupakan keharusan, tetapi

para praktisi harus memahaminya.

Ketepatan Etika : penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang diajukan oleh para praktisi dan

lainnya yang tertarik pada persyaratan etika. Tidak merupakan keharusan, tetapi

para praktisi harus memahaminya.

2.6.1 Prinsip – Prinsip Etika

1. tanggung jawab,

2. kepentingan masyarakat,

3. integritas,

4. objektivitas dan indenpedensi,

5. keseksamaan,

6. lingkup dan sifat jasa.

2.6.2 Kode Etik Akuntan Indonesia

Perbedaan antara standar perilaku yang ditetapkan menurut prinsip-prinsip dan

yang ditetapkan oleh kode etik ditunjukkan dalam gambar. Pada saat praktisi akuntan

berperilaku pada tingkat minimum dalam gambar ini berarti perilakunya tidak

memuaskan. Profesi ini telah menetapkan standar yang cukup tinggi sehingga perilaku

yang minimum akan memuaskan.

Perilaku ideal para praktisi prinsip-prinsip

Page 7: etika profesi

Peraturan perilaku

Tingkat minimum perilaku sub standar

para praktisi perilaku

2.6.3 Pemberlakuan Kode Perilaku

Ketentuan perilaku dalam Kode Perilaku Akuntan Indonesia yang termuat dalam

Kode Etik Akuntan Indonesia, Pernyataan Etika Profesi, Interprastasi Pernyataan Etika

profesi berlaku bagi semua anggota IAI untuk semua jasa yang diberikan, baik anggota

tersebut berpraktik sebagai akuntan public atau tudak, kecuali kalau dinyatakan secara

khusus di dalamnya. Misalnya, bila peraturan ditetapkan terbatas bagi anggota dalam

praktik akuntan public, akan dinyatakan secara khusus seperti pada Pasal 6 Kode Etik

Akuntan Indonesia. Butir (1) Pasal tersebut adalah mengenai independensi, yang

berbunyi :

Jika terlibat dalam profesi akuntan public, setiap anggota : (!) Harus mempertahankan

sikap independent. Ia harus bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang tidak

sesuai dengan integritas maupu obyektifitasnya, tanpa tergantung efek sebenarnya dari

kepentingan itu.

2.6.4 Hubungan Keuangan dengan Klien

Pernyataan No.1 melarang akuntan public untuk memiliki kepentingan keuangan

langsung atau tidak langsung dengan klien. Hubungan keuangan tidak langsung

mencakup kepentingan keuangan oleh suami, istri, saudara sedarah/semenda dari akuntan

public yang bersangkutan, sampai garis kedua. Akuntan publk juga dilarang memiliki

saham perusahaan klien auditnya karena akan mengganggu indepedensi dan pasti akan

mem[engaruhi persepsi pemakai terhadap indepedensi auditor.

Page 8: etika profesi

2.6.5 Jasa Pembukuan dan Audit untuk Klien yang Sama

Terdapat tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum diterima

melaksanakan jasa pembukuan dan audit bagi klie :

1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan tersebut.

2. Akuntan public harus tidak memegang peranana sebagai pegawai atau manajemen

yang menjalankan operasi perusahaan.

3. dalam pemeriksaaan atas laporan keuangan yang disiapkan dari catatan dan buku

klien yang sebagian atau seluruhnya dibuat oleh akuntan public.

2. Integritas dan Objektivitas

Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa “ Setiap anggota

harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya”. Secara

lebih khusus untuk profesi akuntan public. Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 6 ayat 1

menyebutkan bahwa seorang akuntan public harus mempertahankan sikap independent.

Objektifitas berarti tidak memihak dalam melaksanakan smua jasa. Misalkna seorang

akuntan public sedang menyiapkan SPT untuk sebuah klien, dan sebagai penasehat klien,

menganjurkan klien itu untuk mengadakan pengurangan pada SPTnya yang menurutnya

sah, dengan sejumlah pendukung tetapi karena dapat diterima seorang akutan public

menjadi pensehat klien untuk perpajakan dan jasa manajemen.

2. Standar-Standar Teknis

Di Indonesia terdapat aturan dalam Bab II : Kecakapan Profesional, Pasal 2 dan Pasal 3

yang berbunyi sebagai berikut :

1. (a) Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis

dan professional yang relevan.

Page 9: etika profesi

(b) Jika seorang anggota mempekerjakan staf dan hali lainnya untuk pelaksanakan

tugas profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka, keterikatan akuntan

pada kode etik. Dan ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara

keseluruhan. Ia juga berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan kode etik, jika

ia memilih ahli lain untuk memberi saran atau bila merekomendasikan ahli lain itu

kepada kliennya.

(2) Setiap anggota harus meningkatkan kecakapan professionalnya, agar mampu

memberikan manfaat optimum dalam pelakasnaan tugasnya.

(3) Setiap anggota harus menolak setiap penugasan yang tidak akan dapat

diselesaikannya.

Dalam Pernyataan Etika Profesi No. 2 tentang Kecakapan Etka Profesional dinyatakan:

Anggota harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika dan berupaya terus untuk

menigkatkan kemampuan, kualitas pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab profesioal

untuk mendapatkan kemampuan anggota yang baik.

1. Kecakapan mengaharapkan anggota melaksanakan tanggung jawab profrsional

dengan kecakapan dan ketekunan.

2. Kemampuan/kompetisi didapatkan dari pnedidikan dan pengalaman .

3. Kemampuan adalah suatu pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pengertian

dan pengetahuan yang dapat memungkinkan anggota memberikan pelayanan

dengan cakap dan baik.

4. Semua anggota harus tekun dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap klien,

pekerjaan, dan masyarakat.

5. Kecakapan Profesional meminta anggota merencanakan dan mangawasi dengan

cukup aktivitas professional untuk pertanggungjawaban mereka.

1. Kerahasiaan

Page 10: etika profesi

Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien. Seorang anggota dalam praktik public tidak

dibenarkan mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien.

Para anggota seuatu lembaga penyelidik yang diakui atau lembaga disiplin dan peninkau

praktik professional tidak diperkenankan menggunakan untuk kepentingannya sendiri

atau mengungkapkan semua informasi rahsia klien anggota yang menarik perhatiannya

dalam melaksanakan tanggungjawab resminya.

2. Pengecualian dari Kerahasiaan

Terdapat empat pengecualian terhadap persyaratan informasi rahasia klien. Keempat

pengecualian itu berkaitan dengan tanggungjawab yang lebih penting dari sekedar

mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.

Kewajiban sehubungan dengan standar teknis,

Dakwaan pengadilan,

Review sejawat,

Tanggapan kepda divisi etik

3. Imbal Jasa Bersyarat

Kode perilaku AICPA mempunyai peraturan 302 yang mengaur imbal jasa bersyarat.

Peraturan 302- Imbal jasa bersyarat. Anggota dalam praktik public tidak boleh membuat

imbal jasa bersyarat untuk setiap jas professional atau menerima ongkos dari klien yang

anggota atau perusahaanya juga melakukan.

1. audit atau review laporan keuangan, atau

2. kompilasi laporan keuangan, diamana anggota mengharapkan atau mungkin

mengharapkan, bahwa pihak ketiga akan menggunakan ketiadaan

independensi ,atau

3. pemeriksaaan atas laporan keuangan prospektif

Page 11: etika profesi

4. Tindakan yang Mendatangkan Aib

Kode etik Akuntan Indonesia Pasal 1 ayat (1) menyebutkan. “Setiap anggota harus

selalu mempertahankan nama baik profesi dan menjunjung tinggi etika profesi serta

hokum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaanya.

Tindakan yang mendatangkan aib kurang jelas didefenisikan dalam aturan dan

interprestasi. Ada 3 interprestasi, tetapi kecuali untuk yang pertama, semuanya masih

tersamar. Ketiga interprestasi itu diikhtisarkan sbb.

1. merupakan tindakan tercela bila menahan catatan klien setelah mereka meminta.

2. kantor akuntan public tidak boleh melakukan diskriminasi berdasrkan ras, warna

kulit, agama, jenis kelamin, umru ataupung asal kebangsaan.

3. jika seorang praktisi setuju untuk melakukan audit yang berbeda dari standar

auditing yang berlaku umum, baik prosedur badan pemerintah itu maupun GAAS,

kedunya harus diikuti kecuali dinyatakan dalam laporan audit bahwa itu tidak

dilakukan berserta alasan-alasannya.

5. Ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga AICPA

Sebagai pedoman bagi apa yang disebut tindakan tercela, anggaran rumah tangga AIZPA

memberikan pedoman yang lebih jelas daripada Kode Perilaku Profesional. Anggaran

rumah tangga tersebut menetapkan bahwa keanggotaan dalam AICPA dapat dicanbut

tanpa harus mendengar lagi keterangan si pelanggar untuk empat kejahatan berikut :

1. kejahatan yang mendpat hukuman penjara lebih dari satu tahun,

2. kelalaian yan disengaka untuk menyampaikan SPT dimana akutan public, sebagai

wajib pajak, harus menyampaikannya ke KPP,

3. menyampaikan SPT akuntan public atau klien yang tidak benar,

4. niat menipu dalam menyajikan SPT klien.

Page 12: etika profesi

2. Periklanan dan Penawaran

Peraturan 502 – Periklanan dan bentuk panawaran lainnya. Seorang anggota tidak

dibenarkan untuk mencari klien dengan memasang iklan atau mengajukan penawaran

lainnya yang bersifat mendustai, menyesatkan atau menipu. Semenatara itu Kode Etik

Akuntan Indonesia menyebutkan dalam pasal 6 ayat 8 bahwa seorang akunyan public

dilarang mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya, kecuali yang sifatnya

pemberitahuan.

Lebih jauh, dalam Pernyataan Etika Profesi No. 4 memuat contoh mengenai apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh dalam hubungannya dengan iklan bagi akuntan public.

1. Contoh-contoh iklan dan bentuk yang palsu, menipu atau menyesatkan antara lain

:

1. seorang akuntan publijk memberikan janji-janji muluk

2. menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi kiputusan pejabat

pengadilan, instansi pengatur atau badan/instansi yang serupa

3. membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat

dibuktikan kebenarannya

4. membuat perbandingan dengan akuntan public lainnya uang tidak

didasarkan pada akta yang dapat diversivikasi

5. membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan

diberikan dengan upah tertentu yang bisa naik dan calon kliennya tidak

diberitahu kemungkinan ini

6. membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau

salah menafsirkannya

Page 13: etika profesi

7. akuntan public tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis

kepada calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang

bersangkutan.

2. Contoh-contoh iklan yang diperbolehkan yang sifatnya pemberitahuan antara

lain :

1. pemberitahuan pindah alamat, telepon, fax, dan telex

2. merekrut dan staf baik untuk kantornya sendiri maupun untuk

langganannya

3. memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset langganan akuntan

public dalam kapasitas profesinya yang bertindak sebagai likuidator

4. memasasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum,

kecuali yang diselenggarakan secara gratis

5. pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik.

3. contoh penawaran jasa secara tertulis yang tidak diperkenankan antara lain,

penyebuyan kartu nama yang mencantumkan jasa yang tidak ada hubungannya

dengan profesi.

2.9.1 Komisi dan Imbal Jasa Perujukan

Peraturan 503 – Komisi dan Imbal Jasa Perujukan

1. komisi yang dilarang. Seotang anggota dalam praktik tidak diperkenankan

merekomendasi atai mereferensi produk atai jasa pihakmlain bagi klien demi

untuk memperoleh komisi, atau merekomendasi mereferensi produk atau jasa

yand disediakan oleh anggota juga memberikan jasa kepada klien untuk :

suatu audit atau review laporan keuangan, atau

Page 14: etika profesi

kompilasi laporan keuangan jika anggota memperkirakan atau mungkin

memperkirakan bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan dan

laporan kompilasi tidak mengungkapkan ketiadaan indepedensi, atau

pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.

2. pengungkapan komisi yang diizinkan

3. imbal jasa rujukan

2.9.2 Bentuk dan Nama Praktik

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 763/KMK.111/1986

tentang akuntan publik, menyebutkan bahwa :

Pasal 7. Kantor Akuntan Publik

1. usaha sendiri, yang pimpinan dan penaggungjawab kantornya dipegang oleh

seorang akuntan publik,

2. kerja sama, yang penaggungjawab kantornya dipegang oleh dua orang lebih

akuntan publik yang masing-masing merupakan rekan dan salah seorang

diantaranya sebagai pimpinan.

Pasal 8

1. nama kantor akuntan publik bentuk usaha sendiri adalah nama pimpinan

penanggungjawab kantor,

2. nama kantor akuntan publik kerja sama adalah nama rekan pimpinan dan nama

rekan, atau nama pimpinan “& Rekan”, atau nama rekan pimpinan, nama rekan

dan nama rekan,

3. apabila rekan namanya dicantumkan pada nama kantor akutan publik bentuk kerja

sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak aktif lagi karena mengundurkan

diri, pensiun, meninggal dunia, ataupun alasan lain sepanjang tidak dikenakan

Page 15: etika profesi

sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 20, nama kantor akuntan publik dimaksud

dalam ayat (2) pasal ini dapat dipertahankan sepanjang hal tersebut dikehendaki.

4. apabila terdapat rekan yang tidak aktif lagi karena mengundurkan diri, pensiun,

meninggal dunia atau alasan lain harus dilaporkan secara tertulis kepada Menteri

Keuangan paling lambat dalam waktu satu bulan, dengan tembusan kepada

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

2.9.3 Penegakan Disiplin

Sebagai tambahan untuk peraturan perilaku, anggaran rumah tangga AICPA

menetapkan pembekuan atau pemberhentian anggota secara otomatis dari keanggotaan

AICPA bila melakukan kejahatan dan dihukum penjara lebih dari satu tahun atau

melakukan kejahatan pajak.

2.9.4 Tindakan Divisi Etika profesi AICPA

Divisi Etika Profesi AICPA ( di Indonesia, Badan Pengawas Profesi IAI-KAP dan

Dewan Pertimbngan Profesi IAI) bertanggung jawab untuk mengadakan penyelidikan

atas pelanggaran lainnya terhadap kode dan memutuskan tindakan pelanggaran disiplin.

2.9.5 Tindakan oleh Negara Bagian

Yang lebih penting dalam hal ini pemberhentian dari keanggotaan AICPA adalah

penentuan perilaku, yang serupa dengan peraturan perilaku AICPA, yang diterapkan oleh

dewan akuntansi di ke -50 negara bagia. Karena setiap Negara bagian memberikan ijin

praktik bagi para praktisi untuk berpraktik senagai akuntan public terdaftar, pelanggaran

yang berat atas kode etik dewan Negara bagian dapat mengakibatkan dicabutnya

sertifikat serta ijin praktik akuntan public.meskipun hal ini jarang terjadi , pencabutan ini

menghapus kesempatan untuk berpraktik sebagai akuntan public.

III. KESIMPULAN

Page 16: etika profesi

Etika secara umum didefenisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara

nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Banyak profesi mengalami

dilema etika, dilema etika adalah situasi yang diahadapi seseprang dimana kepitisan

mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis

lainnya menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Cara

memecahkannya Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan

sederhana untuk memecahkan dilema etika dapatkan fakta-fakta yang relevan,

Identifikasikan issue-isue etika dari fakta-fakta yang ada, Tentukan siapa dan

bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilemma, Identifikasikan

alternative yang tersedia bagi orang yang harus memcahkan dilemma, Identifikasikan

konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternative dan Putuskan tindakan yang

tepat.

Daftar Putaka :

Arens & Loebbecke, Adaptasi oleh Amir Abadi Jusuf. Auditing Pendekatan

Terpadu.1996. Salemba Empat. Edisi Revisi.