etika organisasi prajabiii 2011

73
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM :: BPPK 2011 i i i Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Arijati A. Rachman SH., Sp.N, ditunjuk sebagai penyusun modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judul yang sama. Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III. Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan Golongan III. Namun mengingat modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas. Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai. Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Juni 2011 Kepala Pusat ttd Tony Rooswiyanto NIP 195604041982031001

Upload: ismu

Post on 15-Apr-2016

28 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

prajab pns

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Organisasi Prajabiii 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM :: BPPK 2011 i

i

i

Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Arijati A. Rachman SH., Sp.N, ditunjuk sebagai penyusun modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judul yang sama.

Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III.

Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan Golongan III. Namun mengingat modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.

Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak(termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.

Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2011 Kepala Pusat

ttd

Tony Rooswiyanto NIP 195604041982031001

Page 2: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

ii

ii

ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

1. PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Deskripsi Singkat..............................................................................

1.2 Tujuan Pembelajaran Umum............................................................

1.3 Tujuan Pembelajaran Khusus..........................................................

2. KEGIATAN BELAJAR 2

ETIKA, ETIKET, ETOS DAN MORAL....................................................

2.1 Pengertian-pengertian......................................................................

2.2 Prinsip-prinsip Etika..........................................................................

2.3 Teori-teori Etika................................................................................

2.4 Rangkuman......................................................................................

2.5 Latihan 1...........................................................................................

3. KEGIATAN BELAJAR 2

ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA.......................................................

3.1 Pengertian, Maksud, dan Tujuan......................................................

3.2 Pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa.......................................

3.3 Ruang Lingkup Etika Kehidupan Berbangsa....................................

3.4 Rangkuman......................................................................................

3.5 Latihan 2...........................................................................................

4. KEGIATAN BELAJAR 3

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH.....................................................

4.1 Pengertian........................................................................................

4.2 Arti dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi....................................

4.3 Dimensi Etika Organisasi Pemerintah..............................................

4.4 Perwujudan Etika Organisasi Pemerintah........................................

4.5 Implementasi Etika Dalam Organisasi Pemerintah..........................

i

ii

1

1

2

2

4

4

8

10

15

16

17

17

17

18

21

22

23

23

23

25

28

32

Page 3: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

iii

iii

iii

4.6 Standar Etika Organisasi..................................................................

4.7 Rangkuman......................................................................................

4.8 Latihan 3...........................................................................................

5. KEGIATAN BELAJAR 4

ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL...........................................................

5.1 Nilai-nilai Dasar Bagi Pegawai Negeri Sipil......................................

5.2 Kode Etik PNS..................................................................................

5.3 Peraturan Disiplin PNS.....................................................................

5.4 Etika PNS yang Tertuang Dalam Ketentuan Pokok-pokok

Kepegawaian....................................................................................

5.5 Prinsip-prinsip Moral PNS................................................................

5.6 Rangkuman......................................................................................

5.7 Latihan 4...........................................................................................

6. KEGIATAN BELAJAR 5

KODE ETIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN...............

6.1 Maksud dan Tujuan..........................................................................

6.2 Pengertian-pengertian......................................................................

6.3 Penetapan Kode Etik Instansi di Lingkungan Departemen

Keuangan..........................................................................................

6.4 Prinsip-prinsip Dalam Menyusun Kode Etik.....................................

6.5 Materi Dasar yang Tertuang Dalam Kode Etik.................................

6.6 Sanksi Atas Pelanggaran Kode Etik PNS........................................

6.7 Proses Penegakan Kode Etik Diatur Dalam Peraturan Menteri

Keuangan No. 71/PMK.01/2007........................................................

6.8 Rangkuman......................................................................................

6.9 Latihan 5...........................................................................................

TES FORMATIF......................................................................................

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF......................................................

UMPAN BALIK dan TINDAK LANJUT..................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

33

37

38

39

39

40

46

49

50

52

54

55

56

56

57

57

57

58

58

60

61

62

67

68

69

Page 4: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

1

1

1

Untuk mewujudkan pembangunan nasional, diperlukan PNS yang berkualitas

yang dapat melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya yang

strategis dalam organisasi pemerintah. Untuk mewujudkan PNS yang berkualitas

tersebut diperlukan pendidikan dan pelatihan prajabatan PNS di mana peserta

diklat adalah calon PNS yang akan diangkat menjadi PNS apabila telah

mengikuti dan lulus ujian prajabatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101

Tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan PNS mengamanatkan

bahwa Diklat termaksud dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam

rangka pembentukan wawasan, kepribadian, dan etika PNS di samping

pengetahuan dasar lainnya agar apabila telah diangkat menjadi PNS mampu

melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam organisasi pemerintah sesuai

ketentuan yang berlaku. Salah satu materi diklat prajabatan dalam hal ini diklat

prajabatan III adalah etika oganisasi pemerintah.

Pemahaman materi etika organisasi pemerintah diperlukan peserta diklat karena

PNS bertugas dalam organisasi pemerintah, yang pada hakekatnya tugas

pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang prima kepada

masyarakat. Dalam konteks organisasi, etika organisasi diartikan sebagai pola

sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota

organsasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yang

sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangkutan (Desi

Fernanda, 2006:19). Peserta diklat perlu memahami bahwa tugas PNS untuk

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat melalui pengetahuan,

keahlian, dan ketrampilan serta sikap dan perilaku etis. Peserta diklat perlu

memahami bahwa etika dalam organisasi merupakan faktor utama untuk dapat

mewujudkan tujuan organisasi. PNS yang tidak menerapkan etika organisasi

dalam pelaksanaan tugasnya cenderung memberikan pelayanan yang

diskriminatif yang merupakan kendala utama dalam mewujudkan tujuan

organisasi. PNS sebagai anggota organisasi pemerintah berkewajiban menjaga

dan meningkatkan citra organisasi, serta melaksanakan tugas dan kewajibannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mewujudkan tujuan organisasi,

1.1 Deskripsi Singkat

Page 5: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

2

2

2

karena kedudukan, tugas, dan tanggung jawab PNS yang strategis dalam

organisasi pemerintah.

Untuk memudahkan mempelajari modul ini pembahasannya disusun dalam lima

kegiatan belajar, yaitu:

1. kegiatan belajar 1 tentang etika, etiket, etos, moral, moralitas;

2. kegiatan belajar 2 tentang etika kehidupan berbangsa;

3. kegiatan belajar 3 tentang etika organisasi pemerintah;

4. kegiatan belajar 4 tentang tentang etika PNS;

5. kegiatan belajar 5 tentang kode etik dilingkungan Kementerian Keuangan.

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan dapat menerapkan etika

dalam organisasi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dalam rangka

mewujudkan tujuan organisasi.

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan dapat:

1. menguraikan tentang etika, etos, etiket, moral, dan moralitas;

2. menjelaskan tentang prinsip-prinsip etika dari Adler;

3. menguraikan tentang teori-teori etika;

4. menguraikan tentang pengertian, maksud, dan tujuan ditetapkannya etika

kehidupan berbangsa;

5. menyebutkan sikap yang dikedepankan dari pokok-pokok etika kehidupan

berbangsa;

6. menjelaskan tentang ruang lingkup etika kehidupan berbangsa;

7. menjelaskan tentang pengertian, arti, dan pentingnya etika dalam kehidupan

organisasi serta dimensi etika organisasi pemerintah;

8. menjelaskan tentang pengertian, penyusunan, standar etika organisasi

pemerintah;

9. menjelaskan tentang pengawasan, evaluasi, dan meningkatkan standar etika

organisasi pemerintah;

10. menjelaskan tentang pengertian, tujuan, ruang lingkup pembinaan jiwa

korps, dan kode etik PNS;

11. menguraikan secara garis besar nilai-nilai dasar yang wajib dijunjung tinggi

dan dilaksanakan PNS;

1.3 Tujuan Pembelajaran Khusus

1.2 Tujuan Pembelajaran Umum

Page 6: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

3

3

3

12. menyebutkan butir-butir yang terkandung dalam kode etik PNS, yang

tercantum dalam etika PNS dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat

terhadap diri sendiri dan terhadap sesama PNS;

13. menjelaskan tentang proses penegakan kode etik PNS;

14. menguraikan secara garis besar tentang hukuman disiplin PNS dalam

hubungannya dengan kode etik PNS;

15. menjelaskan tentang kewajiban calon PNS untuk mengucapkan sumpah

atau janji pada saat pengangkatan menjadi PNS;

16. menjelaskan tentang kewajiban PNS untuk mengucapkan sumpah/janji pada

saat diangkat jabatan negeri;

17. menyebutkan prinsip-prinsip moral PNS yang harus dimiliki dan dihayati PNS

yang merupakan etika yang wajib dilaksanakan PNS;

18. menjelaskan maksud dan tujuan ditetapkan kode etik di lingkungan

Kementerian Keuangan;

19. menguraikan secara garis besar tentang hubungan peningkatan disiplin PNS

dalam hubungannya dengan pelaksanaan kode etik di lingkungan

Kementerian Keuangan;

20. menjelaskan tentang materi dasar yang wajib tercantum dalam kode etik di

lingkungan Kementerian Keuangan;

21. menjelaskan tentang proses penegakan kode etik di lingkungan Keuangan

Keuangan.

Selamat Belajar

Page 7: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

4

4

4

Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah terlebih dahulu

diperlukan pemahaman kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam

komunikasi sehari-hari yaitu kata-kata etiket, etos, moral, moralitas, dan

norma/kaedah. Untuk lebih memahami tentang etika dalam konteks organisasi

pemerintah, maka dalam kegiatan belajar 1 ini diuraikan dan dibahas tentang

pengertian, prinsip-prinsip, dan teori-teori tentang etika sehingga dapat

memahami tentang etika dalam organisasi pemerintah.

Adapun pemahaman etika, etiket, etos, moral, moralitas, dan norma/kaedah

adalah sebagai berikut.

2.1.1 Etika

Secara teori (K. Bertens) pengertian etika meliputi pengertian etika sebagai

sistem nilai dan pengertian etika sebagai filsafat moral. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1997), etika diartikan sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan

sebagai kode etik. Istilah etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno,

yakni “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini, etika

berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan hidup bagi diri seseorang atau

masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu

generasi ke generasi (Sonny Keraf, 2002). Etika sering dipahami sebagai ajaran

tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia, sehingga etika

dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah yang harus dipatuhi karena

tindakan tersebut baik dan benar, dan larangan yang harus dihindari atau tidak

dilakukan karena tindakan tersebut salah.

Adapun pemahaman tentang pengertian etika, sebagai sistem nilai, filsafat moral,

dan sebagai kode etik adalah sebagai berikut.

A. Etika sebagai Sistem Nilai

Dalam pengertian etika sebagai sistem nilai, etika berkaitan dengan kebiasaan

yang baik, tata cara hidup yang baik, baik bagi dirinya sendiri, bagi orang lain,

masyarakat, organisasi, dan lain-lain. Etika sebagai sistem nilai dipahami sebagai

pedoman, petunjuk, arah bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.

2.1 Pengertian-pengertian

Page 8: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

5

5

5

Etika sebagai sistem nilai berisi nilai-nilai sebagai pedoman, petunjuk, perilaku

yang baik, yaitu bagaimana berperilaku baik sebagai manusia. Etika sebagai

sistem nilai berisi perintah yang harus dipatuhi karena tindakan tersebut baik dan

benar dan larangan yang tidak boleh dilanggar karena tindakan tersebut

akibatnya tidak baik atau merugikan.

B. Etika sebagai Filsafat Moral

Etika sebagai filsafat moral, sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang

mempelajari dan membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta

pembenarannya.

Etika sebagai filsafat moral mempunyai pengertian yang lebih luas dari

pengertian etika sebagai sistem nilai, karena pengertian etika sebagai filsafat

moral adalah ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar atau salah

secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret yang

dilematis yaitu situasi yang sulit di mana kita harus memilih antara dua

kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan. Dalam situasi yang

dilematis ini, kita hanya dapat memilih salah satu nilai saja yang kita anggap

paling baik dan paling benar.

Etika sebagai filsafat moral merupakan refleksi kritis untuk memungkinkan kita

menentukan pilihan, untuk menentukan sikap, dan untuk bertindak benar sebagai

manusia dalam situasi konkret, dilematis, dan kritis. Untuk bertindak etis pada

situasi tersebut tidak ditentukan oleh norma dan nilai moral saja, tetapi juga

diperlukan suatu evaluasi kritis terhadap semua situasi yang terkait, sehingga

etika sebagai filsafat moral bersifat situasional.

Menurut K. Bertens (2000), dalam modul etika organisasi oleh Drs. Tony

Rooswiyanto,M.Sc (2005:7-8), dinyatakan bahwa ada 3 (tiga) pendekatan dalam

memandang etika, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika

deskriptif tidak dapat dikelompokkan sebagai cabang filsafat, karena etika

deskriptif hanya menggambarkan, tidak mengevaluasi secara moral. Etika

deskriptif hanya mempelajari perilaku moral yang dilandasi oleh anggapan-

anggapan tertentu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang

dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan, dalam kalangan atau kelompok

masyarakat tertentu. Selanjutnya etika normatif mengevaluasi apakah perilaku

tertentu dapat diterima atau tidak dapat diterima berdasarkan norma-norma moral

yang menjunjung tinggi martabat manusia, yang menentukan benar atau tidaknya

suatu perilaku berdasarkan argumentasi yang mengacu pada norma-norma

moral. Etika normatif terfokus pada perumusan prinsip-prinsip moral yang dapat

Page 9: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

6

6

6

dipertanggungjawabkan secara rasional. Selanjutnya Meta etika membahas

mengenai bahasa atau logika khusus yang digunakan di bidang moral sehingga

perilaku etis dapat diuraikan secara analitis. Meta etika menilai perilaku baik dari

sudut moral bukan sekedar karena perilaku itu membantu atau meningkatkan

martabat orang lain, tetapi perilaku tersebut harus memenuhi suatu persyaratan

moral tertentu. Etika deskriptif tidak dapat dimasukkan dalam kelompok filsafat.

Sedangkan etika normatif dan meta etika dapat dimasukkan dalam kelompok

etika sebagai cabang filsafat.

C. Etika sebagai Kode Etik

Pada hakekatnya kode etik diartikan sebagai nilai-nilai/norma-norma moral yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1997). Menurut Dr. A. Sonny Keraf

(2002), kode etik adalah seperangkat aturan moral dalam sebuah organisasi

mengenai bagaimana semua anggota organisasi harus bersikap dan berperilaku,

di mana kode etik sebagai pedoman bersikap dan berperilaku (code of

conduct). Menurut Drs. Tony Rooswiyanto, M.Sc (2005:23), kode etik diartikan

sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku

moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus ditaati

setiap anggota organisasi.

2.1.2 Moral

Moral berasal dari Bahasa Latin “mos” (jamak: “mores”) yang berarti: kebiasaan,

adat. Secara etimologi kata “moral” berarti adat istiadat kebiasaan. Moral dapat

diartikan sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu

yang diyakini, sebagai sesuatu yang baik atau buruk oleh seseorang atau

organisasi sehingga dapat membedakan mana yang harus dilakukan dan mana

yang tidak seharusnya dilakukan.

2.1.3 Moralitas

Moralitas dimaksudkan untuk menentukan seberapa jauh seseorang memiliki

dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan

prinsip-prinsip etika.

Moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-

norma yang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas

merupakan salah satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok sosial

Page 10: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

7

7

7

menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk segala pola hidup

dan perilaku yang dikenal sebagai pola sikap dan perilaku yang bermoral.

Selanjutnya moralitas dimaksudkan untuk menentukan sejauh mana seseorang

memiliki dorongan untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsip etika-etika

moral (Desi Fernanda, 2006:4-5.)

2.1.4 Etos

Dalam bahasa Inggris “ethos” berarti ciri-ciri atau sikap dari individu, masyarakat,

atau budaya terhadap kegiatan tertentu. Apabila ada istilah etos kerja, maka ini

dimaksudkan sebagai ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang

terhadap kerja. Dalam etos kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau

kelompok yang melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggungjawab, dedikasi,

integritas, transparansi, dan sebagainya.

Menurut Magnis Suseno SJ (1992:120), etos dipandang sebagai semangat dan

sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang terhadap kegiatan tertentu

yang di dalamnya termuat nilai-nilai moral tertentu. Etos kerja merupakan sifat

dasar seseorang dan sekelompok orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

Etos kerja bisa kuat atau lemah, positif atau negatif, akan terlihat pada saat

seseorang tersebut mengalami hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya.

Etos kerja seorang individu akan sangat dipengaruhi oleh etos kelompok, yaitu

etos orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang pegawai yang pada awalnya

memiliki etos kerja yang tinggi bisa berubah menjadi misalnya malas, tidak

bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, atau menghindari pekerjaan akibat

terpengaruh oleh teman-teman kerjanya yang memiliki etos kerja rendah. Etos

kerja di sini jelas menunjukkan suasana khas yang meliputi bidang kerja

seseorang yang terbentuk oleh sifat dan sikap yang dapat dipahami secara

moral.

2.1.5 Etiket

Kata lain yang hampir sama dengan etika, yaitu etiket. Etiket berasal dari bahasa

Inggris “etiquette” yang berarti aturan untuk hubungan formal atau sopan santun.

Pemakaian kata etiket, misalnya tampak pada kombinasi etiket pergaulan, etiket

makan, dan sebagainya.

Etiket tidak sama dengan etika, meskipun ada kaitannya. Kaitan antara etiket dan

etika adalah sama-sama mengacu pada norma atau aturan. Etika mengacu pada

norma moral, sedangkan etiket mengacu pada norma kelaziman.

Page 11: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

8

8

8

Ada beberapa perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket. Bertens

(2000:8-11) dalam modul etika organisasi pemerintah (Tonny Rooswiyanto,

2005:5-7) mengemukakan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket

sebagai berikut:

Etiket menunjukkan cara (yang dianggap tepat dan diterima) suatu tindakan

yang harus dilakukan manusia dalam suatu kalangan tertentu. Sebaliknya,

etika berkaitan dengan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak

boleh dilakukan dalam suatu kehidupan manusia.

Etiket hanya berlaku jika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu

tindakan. Sebaliknya, etika berlaku ketika orang atau pihak lain menyaksikan

maupun tidak menyaksikan.

Etiket bersifat relatif, sangat tergantung pada anggapan kalangan atau

budaya yang memberlakukan etiket. Selanjutnya etika bersifat universal yang

berlaku pada semua kalangan dan budaya.

Dalam buku Adler tertuang 6 prinsip dasar yang merupakan landasan prinsipil

dari etika. Adler dalam bukunya “The Great Ideas” menetapkan 6 prinsip dasar

tersebut merupakan 6 Ide Agung (The Six Great Ideas) yang merupakan

landasan prinsipil dari etika, yang selanjutnya dikenal sebagai prinsip-prinsip

etika.

Prinsip-prinsip etika tersebut yang tertulis dalam modul etika birokrasi

(Supriyadi,2001) secara garis besarnya adalah sebagai berikut.

2.2.1 Prinsip Keindahan (Beauty)

Prinsip ini mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia itu sendiri

merupakan keindahan. Berdasarkan prinsip ini, etika manusia adalah berkaitan

atau memperhatikan nilai-nilai keindahan, misalnya seseorang memerlukan

penampilan yang serasi dan indah dalam berpakaian, pengelolaan kantor

dilandasi oleh nilai-nilai keindahan yang meningkatkan semangat dalam bekerja

bagi anggota organisasi.

Prinsip ini mendasari bahwa kehidupan manusia sesungguhnya merupakan

keindahan, misalnya adanya rasa kasih sayang antara sesama, kedamaian,

berpenampilan indah, suasana yang kondusif, berpenampilan menarik, dan lain-

lain, yang secara keseluruhan merupakan suatu keindahan dalam kehidupan

manusia.

2.2 Prinsip-prinsip Etika

Page 12: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

9

9

9

2.2.2 Prinsip Persamaan (Equality)

Dalam prinsip persamaan, hakekat kemanusiaan menghendaki adanya

persamaan antara manusia yang satu dengan yang lain. Setiap manusia yang

lahir sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki hak dan kewajiban yang sama atau

sederajat, karena kedudukan manusia adalah sama di hadapan Tuhan. Meskipun

manusia terdiri dari beberapa bangsa, ras, etnis, sikap, dan pola pikir yang

beragam, tidak sama satu sama lain, namun semua perbedaan tersebut bukan

merupakan alasan untuk memperlakukan tidak sama terhadap semua manusia

sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai derajat yang sama dalam kehidupan.

Etika yang dilandasi persamaan menghapuskan perilaku diskriminatif. Jadi,

manusia harus diperlakukan sama, tidak diskriminatif.

Etika yang dilandasi prinsip persamaan ini tidak membenarkan perilaku

diskriminatif dalam berbagai aspek interaksi manusia. Pemerintah tidak dapat

membedakan tingkat pelayanan terhadap masyarakat karena kedudukan mereka

adalah sama.

2.2.3 Prinsip Kebaikan (Goodness)

Secara umum kebaikan diartikan sebagai sifat atau karakterisasi dari sesuatu

yang menimbulkan pujian. Sebagai contoh: kebaikan yang diterima umum,

misalnya saling menghormati, saling berbuat baik, saling kasih-mengasihi,

sayang sesama manusia, dan lain-lain. Prinsip kebaikan bersifat universal,

karena prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia.

Dalam pemerintahan, tujuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

pada dasarnya adalah untuk menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi

rakyat/masyarakat.

2.2.4 Prinsip Keadilan (Justice)

Secara umum keadilan dapat diartikan bahwa setiap orang menerima apa yang

seharusnya diterima, sehingga merasa adil karena apa yang diterima sesuai apa

yang seharusnya diterima. Keadilan ialah kemauan yang tetap dan kekal untuk

memberikan kepada setiap orang secara proporsional.

2.2.5 Prinsip Kebebasan (Liberty)

Secara umum kebebasan dapat diartikan bahwa setiap orang berhak

menentukan pilihannya, apa yang baik untuk dirinya. Setiap orang bebas

melakukan atau tidak melakukan sesuai pilihannya, dengan ketentuan jangan

melanggar kebebasan orang lain. Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab,

Page 13: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

10

10

10

artinya hak menentukan pilihan dalam hidupnya yang merupakan kebebasan

harus dapat dipertanggungjawabkan, jangan sampai merugikan orang lain atau

masyarakat. Semakin besar kebebasan yang dimiliki, akan semakin besar

tanggung jawabnya.

Dengan demikian kebebasan manusia mengandung pengertian, yaitu :

kemampuan untuk menentukan pilihan untuk dirinya sendiri;

kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan, kebebasan untuk

menentukan pilihannya sendiri;

syarat-syarat yang memungkinkan manusia melaksanakan kebebasannya

dalam menentukan pilihannya beserta konsekuensi atas kebebasannya

tersebut.

Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, demikian pula tidak ada tanggung

jawab tanpa kebebasan.

2.2.6 Prinsip Kebenaran (Truth)

Kebenaran yang mutlak hanya dapat dibuktikan dengan keyakinan. Kebenaran

harus dibuktikan kepada masyarakat agar masyarakat merasa yakin akan

kebenaran tersebut. Untuk itu kita perlu menjembatani antara kebenaran dalam

pemikiran (truth in mind), dengan kebenaran dalam kenyataan ( truth in reality)

atau kebenaran yang terbuktikan. Betapapun doktrin etika tidak selalu dapat

diterima apabila kebenaran yang terdapat didalamnya belum dapat dibuktikan.

Namun adapula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan,

bukan dengan fakta yang ditelaah oleh ilmu teologi dan ilmu agama.

Keenam Ide Agung dari Adler, yang selanjutnya dikenal dengan istilah prinsip-

prinsip etika, mendasari hubungan antarmanusia dengan lingkungannya, karena

dalam etika harus menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan,

keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang. Prinsip-prinsip etika

tersebut merupakan landasan prinsipil dari etika.

Teori-teori etika akan memberi jawaban bagaimana kita harus bertindak etis

ketika kita menghadapi situasi konkret. Teori etika ini terdiri dari Etika deontologi,

Etika Teleologi, dan Etika Keutamaan. Menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002), teori-

teori etika tersebut adalah sebagai berikut.

2.3 Teori-teori Etika

Page 14: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

11

11

11

2.3.1 Etika deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani “deon”, yang berarti kewajiban,

sedangkan “logos” berarti pengetahuan. Menurut etika deontologi, suatu tindakan

dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan

kewajiban sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku. Apabila

suatu tindakan baik secara moral, maka menjadi kewajiban kita untuk melakukan,

sebaliknya suatu tindakan buruk secara moral, maka menjadi kewajiban kita

untuk menghindari atau tidak melakukannya. Etika deontologi menekankan

motivasi, kemauan yang kuat untuk bertindak.

Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan apakah

akibat dari tindakan tersebut baik atau tidak. Emmanuel Kant (1734-1804)

berpendapat, tindakan yang baik atau tindakan yang memiliki moral adalah: (1)

tindakan yang dijalankan sesuai dengan kewajiban. Segala tindakan yang

bertentangan dengan kewajiban merupakan tindakan yang tidak baik. (2)

Tindakan yang dilakukan berdasarkan kewajiban tersebut harus didasarkan pada

kemauan baik, bukan karena paksaan.

Hukum moral menurut Kant adalah bersifat universal karena dianggap sebagai

perintah tak bersyarat, artinya hukum moral itu berlaku bagi semua orang pada

segala situasi dan tempat. Oleh karena itu hukum moral tertanam dalam hati

nurani setiap orang sebagai makluk ciptaan Tuhan.

Ada 2 (dua) prinsip hukum moral yang bersifat universal merupakan perintah

tidak bersyarat, yaitu sebagai berikut.

1) Prinsip universalitas

Bertindaklah hanya atas dasar perintah yang kamu sendiri kehendaki sehingga

akan menjadi sebuah hukum universal, karena kita mempunyai kewajiban untuk

mematuhi apa yang kita anggap benar, karena kita yakin bahwa apa yang kita

anggap benar, juga dianggap benar oleh orang lain.

2) Prinsip hormat kepada manusia sebagai tujuan pada dirinya

Bertindaklah sedemikian rupa agar kita memperlakukan manusia, apakah diri kita

sendiri, maupun orang lain, berorientasi kepada tujuan pada dirinya sendiri dan

tidak pernah hanya sebagai alat.

Menurut Kant, manusia mempunyai harkat dan martabat yang luhur dan karena

itu tidak boleh diperlakukan secara tidak adil, ditindas atau diperas demi

kepentingan lain. Kita juga tidak boleh membiarkan diri kita diperalat,

diperlakukan secara sewenang-wenang, bahkan kita tidak boleh memperbudak

Page 15: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

12

12

12

diri kita demi uang atau kekuasaan karena ini bertentangan dengan prinsip

hormat akan pribadi manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Menurut etika deontologi, lakukan apa yang menjadi kewajiban Anda, karena

suatu tindakan yang bernilai moral, maka tindakan itu dilaksanakan berdasarkan

kewajiban yang memang harus dilaksanakan, terlepas dari tujuan atau akibat dari

tindakan itu.

2.3.2 Etika Teleologi

Teleologi berasal dari kata Yunani “telos”, yang berarti tujuan. Etika teleologi

berbeda dengan etika deontologi, karena etika teleologi tidak menilai perilaku

atas dasar kewajiban, tetapi atas dasar tujuan atau akibat dari suatu tindakan.

Jadi, etika teleologi menilai suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan tujuan

atau akibat yang baik. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk, apabila bertujuan

atau berakibat buruk.

Etika teleologi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) egoisme etis dan

(2) utilitarianisme yang penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) egoisme etis

menilai bahwa suatu tindakan dianggap baik, apabila bertujuan atau berakibat

baik bagi dirinya sendiri. Meskipun suatu tindakan dalam pandangan egoisme

etis bersifat egoistis, tindakan ini dipandang baik secara moral dengan alasan

bahwa setiap orang boleh memperoleh kebahagiaan atau memaksimumkan

kesejahteraannya. Sebaliknya, suatu tindakan dipandang buruk secara moral,

apabila sebagai akibat dari tindakan itu orang menderita atau sengsara, (2)

utilitarianisme menilai suatu tindakan baik, berdasarkan penilaian apakah

perbuatan tersebut membawa akibat yang baik bagi banyak orang. Etika

utilitarianisme dikembangkan pertama kali oleh Jeremy Bentam (1748-1832).

Persoalan yang ada pada zaman tersebut adalah bagaimana mengevaluasi baik

buruknya berbagai kebijakan secara moral. Misalnya, dalam menilai suatu

kebijakan publik, kriteria apa yang dapat dipakai sebagai dasar penilaian. Hal ini

penting karena kebijakan publik sangat mungkin dapat diterima oleh suatu

kelompok karena dianggap menguntungkan, tetapi ditolak oleh kelompok lain

karena dianggap merugikan.

Bagi Bentam ada 3 (tiga) kriteria sebagai dasar obyektif yang dipakai untuk

menilai suatu kebijakan publik tersebut baik dan buruk secara moral, sebagai

berikut:

Kriteria pertama adalah manfaat, yaitu apakah kebijakan itu suatu tindakan

yang mendatangkan manfaat tertentu. Jadi kalau kebijakan publik itu

Page 16: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

13

13

13

mendatangkan manfaat, kebijakan publik itu dianggap baik dan benar secara

moral.

Kriteria kedua manfaat yang lebih besar atau terbesar, yaitu suatu kebijakan

baik, apabila memberikan manfaat lebih besar atau terbesar dibandingkan

dengan kebijakan atau tindakan lainnya. Atau dalam hal di mana semua

kebijakan atau tindakan yang tersedia ternyata sama-sama mendatangkan

kerugian, maka tindakan yang baik adalah tindakan yang mendatangkan

kerugian yang terkecil.

Kriteria ketiga adalah manfaat lebih besar atau terbesar bagi sebanyak

mungkin orang, yaitu kebijakan publik dinilai baik kalau manfaat terbesar yang

dihasilkan berguna bagi sebanyak mungkin orang. Semakin banyak orang

mendapatkan manfaat, semakin baik kebijakan atau tindakan tersebut. Di antara

beberapa kebijakan atau tindakan yang sama-sama memberikan manfaat,

pilihlah yang manfaatnya terbesar, dan di antara yang manfaat terbesar, pilihlah

yang manfaatnya dinikmati paling banyak orang.

Prinsip yang dianut oleh utilitarianisme adalah berbuatlah sedemikian rupa agar

tindakan itu mendatangkan manfaat yang lebih besar atau terbesar bagi

sebanyak mungkin orang.

2.3.3 Etika Keutamaan

Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, juga tidak

mengacu kepada norma-norma dan nilai-nilai universal untuk menilai moral,

karena etika keutamaan lebih memfokuskan pada pengembangan watak moral

pada diri setiap orang. Nilai moral muncul dari pengalaman hidup teladan dari

tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menyikapi persoalan-

persoalan hidup. Nilai moral bukan terbentuk atau muncul dalam bentuk adanya

aturan berupa larangan atau perintah, tetapi muncul dalam bentuk teladan moral

dari tokoh-tokoh suatu masyarakat seperti kejujuran, ketulusan, kasih sayang,

kemurahan hati, rela berkorban, dan lain-lain.

Menurut teori etika keutamaan, orang bermoral atau pribadi bermoral ditentukan

oleh kenyataan seluruh hidupnya, yaitu bagaimana dia hidup baik sebagai

manusia, jadi bukan tindakan satu per satu yang menentukan kualitas moralnya.

Pribadi bermoral adalah pribadi yang bersikap dan berperilaku terpuji sepanjang

hidupnya dalam menyikapi semua situasi yang dihadapi. Menurut teori etika

keutamaan, yang dicari adalah keutamaan, excellence, kepribadian moral yang

menonjol, yaitu pribadi yang berprinsip, yang mempunyai integritas moral yang

tinggi sebagaimana dipelajarinya dari tokoh-tokoh besar dalam hidupnya. Pribadi

Page 17: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

14

14

14

yang bermoral adalah orang yang adil sepanjang hidupnya, bukan sekedar

melakukan tindakan yang adil dan baik, melainkan selalu adil sepanjang

hidupnya dan melakukan hal yang baik. Pribadi yang bermoral adalah orang

yang berhasil mengembangkan sikap dan perilaku yang baik dan bermoral

melalui kebiasaan hidup yang baik, artinya dia selalu bersikap dan berperilaku

sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral sepanjang hidupnya tetapi dia

sehari-hari memang orang yang baik.

Keunggulan etika keutamaan adalah bahwa moralitas dalam suatu masyarakat

dibangun melalui sejarah atau cerita. Melalui sejarah atau cerita disampaikan

pesan-pesan moral, nilai-nilai, dan berbagai keutamaan moral agar dapat ditiru

dan dihayati oleh semua anggota masyarakat. Masyarakat belajar moralitas

melalui keteladanan nyata dari tokoh-tokoh, para pemimpin, orang yang

dihormati dalam masyarakat. Keutamaan moral tidak diajarkan melalui

indoktrinasi, perintah, larangan, tetapi melalui keteladanan dan contoh nyata,

khususnya dalam menentukan sikap dalam situasi yang dilematis.

Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas, yaitu setiap

orang mempergunakan akal budinya untuk menafsirkan sendiri pesan moral

tersebut, sehingga terbuka bagi setiap orang menerapkan moral yang khas bagi

dirinya, dan ini akan membuat kehidupan moral akan menjadi kaya karena oleh

berbagai penafsiran.

Meskipun demikian, etika keutamaan memiliki kelemahan, yaitu ketika berbagai

kelompok masyarakat memunculkan berbagai keutamaan moral yang berbeda-

beda sesuai dengan pendapat masing-masing. Dalam masyarakat modern di

mana cerita atau dongeng cenderung tidak lagi memperoleh tempat, maka

moralitas dapat kehilangan relevansinya. Demikian juga, apabila di dalam

masyarakat sulit ditemukan tokoh masyarakat yang baik dijadikan teladan moral,

maka moralitas akan mudah hilang dari masyarakat tersebut. Dalam masyarakat

kita sekarang, sangat sulit menemukan keteladanan moral dari tokoh-tokoh besar

yang dihormati, sehingga yang kita dapatkan adalah keteladanan semu, sebagai

contoh bagaimana menjadi kaya melalui cara yang tidak halal, atau berbisnis

dengan keuntungan besar tetapi dengan cara tidak jujur.

Namun demikian, ada hal yang menarik dari etika keutamaan ini, yaitu menuntut

kita untuk membangun watak, karakter, dan kepribadian moral berdasarkan

keteladanan moral. Secara implisit aparatur pemerintah adalah sebagai pelayan

publik maka diharapkan dapat memberikan keteladanan moral yang dapat

diandalkan.

Page 18: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

15

15

15

Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah, diuraikan dan

dibahas kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam komunikasi sehari-hari

yaitu etiket, etos, moral, moralitas. Etika dalam kehidupan diartikan sebagai nilai-

nilai atau norma-norma moral yang mendasari perilaku manusia. Sedangkan

moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-

norma yang ada, yang mempunyai kaitan dengan baik atau buruknya suatu

perbuatan. Di sisi lain, etos berarti ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya

terhadap kegiatan tertentu, dan apabila ada istilah etos kerja diartikan sebagai

ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap kerja. Dalam etos

kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau kelompok yang melaksanakan

kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi, integritas, transparansi, dan

sebagainya.

Selanjutnya kata yang hampir sama dengan etika yaitu etiket berarti hubungan

formal atau sopan santun. Dalam pengertian ini, etiket mempunyai perbedaan

yang mendasar bila dibandingkan dengan etika. Pertama, etiket menunjukkan

suatu tindakan yang harus dilakukan dalam suatu kalangan tertentu, sedangkan

etika berkaitan dengan norma moral, apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau

tidak dan berlaku umum. Kedua, etiket hanya berlaku ketika ada orang atau

pihak lain yang menyaksikan suatu tindakan, sedangkan etika berlaku baik ketika

ada orang atau pihak lain yang menyaksikan atau tidak. Ketiga, etiket lebih

bersifat relatif, tergantung pada anggapan dari suatu kalangan atau budaya yang

memberlakukan etiket, sebaliknya, etika lebih bersifat universal karena

memberikan pedoman moral untuk semua kalangan atau budaya.

Secara teori etika diartikan sebagai sistem nilai dan sebagai filsafat moral.

Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), etika diartikan

sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan sebagai kode etik. Etika sebagai sistem

nilai adalah sebagai pedoman hidup atau petunjuk, arah bagaimana manusia

hidup baik sebagai manusia. Etika sebagai filsafat moral yaitu etika sebagai

refleksi kritis, bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak dalam situasi

konkret, situasi dilematis, atau situasi kritis. Etika sebagai kode etik diartikan

sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku

moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus dipenuhi

dan ditaati setiap anggota profesi.

2.4 Rangkuman

Page 19: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

16

16

16

Selain pengertian etika, juga diuraikan tentang teori-teori etika, yaitu etika

deontologi, etika teologi, dan etika keutamaan, serta prinsip-prinsip etika dari

Adler, yaitu: (1) prinsip keindahan, (2) prinsip persamaan, (3) prinsip kebaikan,

(4) prinsip keadilan, (5) prinsip kebebasan, dan (6) prinsip kebenaran.

1. Uraikan secara garis besar tentang pengertian etika, etos, dan moral!

2. Jelaskan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket!

3. Uraikan secara garis besar pengertian etika sebagai sistem nilai, filsafat

moral, dan sebagai kode etik!

4. Jelaskan tentang perbedaan teori-teori etika yaitu etika deontologi, etika

teleologi, dan etika keutamaan!

5. Sebutkan prinsip-prinsip etika dari Adler!

2.5 Latihan 1

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1, mari

kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!

Page 20: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

17

17

17

Dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana

termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, diperlukan pencerahan sekaligus

pengamalan etika kehidupan berbangsa bagi seluruh bangsa Indonesia. Etika

kehidupan berbangsa dewasa ini mengalami kemunduran yang turut

menyebabkan terjadinya krisis multidimensi, sehingga diperlukan adanya

rumusan tentang pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagai acuan bagi

pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan

meningkatkan mutu kehidupan berbangsa.

Etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran

agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa

yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap,

dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Rumusan tentang etika kehidupan berbangsa disusun dengan maksud untuk

memberikan penyadaran tentang pentingnya arti etika dan moral dalam

kehidupan berbangsa. Etika kehidupan berbangsa dirumuskan dengan tujuan

menjadi acuan dasar untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang

beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam

kehidupan berbangsa.

Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,

keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa

malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai warga

bangsa.

Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan

kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan, dan kejayaan, serta kelestarian

lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

3.1 Pengertian, Maksud, dan Tujuan

3.2 Pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa

Page 21: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

18

18

18

Etika kehidupan berbangsa memiliki ruang lingkup yang mencakup: (1) etika

sosial budaya, (2) etika politik dan pemerintahan, (3) etika ekonomi dan bisnis,

(4) etika penegakan hukum yang berkeadilan, (5) etika lingkungan.

adapun uraian ruang lingkup etika kehidupan berbangsa yang tertuang dalam

TAP MPR No.VI/MPR/2001 adalah sebagai berikut.

3.3.1 Etika Sosial dan Budaya

Etika sosial dan budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan

menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling

menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia

dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu menumbuhkembangkan kembali

budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan

dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, juga perlu

ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan

dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada setiap lapisan

masyarakat.

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali

kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai,

dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar

mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif

sejalan dengan tuntutan globalisasi.

Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pengamalan agama yang benar,

kemampuan adaptasi, ketahanan, dan kreativitas budaya dari masyarakat.

3.3.2 Etika Politik dan Pemerintahan

Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan

yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang

demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan

aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk

menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia

dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.

Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa

kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur

apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun

dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.

3.3 Ruang Lingkup Etika Kehidupan Berbangsa

Page 22: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

19

19

19

Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan

diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan

sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap

menjunjung tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.

Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana

harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik, serta antarkelompok

kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besarnya kemajuan bangsa dan

negara dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan

pribadi dan golongan.

Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit

politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar,

memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik

apabila terbukti melakukan kesalahan secara moral kebijakannya bertentangan

dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Etika ini diwujudkan dalam bentuk,

sikap yang bertata krama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura,

tidak arogan, jauh dari sikap munafik, serta tidak melakukan kebohongan publik,

tidak manipulatif, dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

3.3.3 Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan

bisnis, baik oleh perseorangan, instansi, maupun pengambil keputusan dalam

bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan

persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong perkembangannya etos kerja

ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana

kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil melalui

kebijakan secara berkesinambungan. Etika ini mencegah terjadinya praktek-

praktek monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah kepada

perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak negatif

terhadap persaingan sehat dan keadilan, serta menghindarkan perilaku

menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

3.3.4 Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan

kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama

hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan

yang berhak kepada keadilan. Supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan

upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam

Page 23: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

20

20

20

masyarakat. Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perilaku yang

sama, dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum,

dan menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan

dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.

3.3.5 Etika Keilmuan

Etika Keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

ilmu pengetahuan, dan teknologi agar warga, bangsa mampu menjaga harkat

dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan

dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini diwujudkan

secara pribadi ataupun konektif dalam karsa, cipta, dan karya yang tercermin

dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif dalam kegiatan

membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya serta menciptakan iklim kondusif

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Etika Keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai

dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati

janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik. Di samping itu, etika

ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan, dan

tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang,

mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan

uji, serta pantang menyerah.

3.3.6 Etika Lingkungan

Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran, menghargai, dan

melestarikan lingkungan hidup, serta penataan dan tata ruang secara

berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa Etika kehidupan

berbangsa yang tertuang dalam TAP MPR No. VI/MPR/2001 dalam konteks

organisasi adalah sebagai berikut:

1. etika kehidupan berbangsa ditetapkan untuk meningkatkan kualitas bangsa

Indonesia termasuk PNS untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia;

2. merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang

bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam

Pancasila;

Page 24: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

21

21

21

3. bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia termasuk PNS

menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta

berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa;

4. pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,

keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa

malu, tanggung jawab, dan menjaga kehormatan sebagai warga bangsa;

5. etika kehidupan berbangsa sebagai acuan dasar berpikir, bersikap, dan

berperilaku seluruh bangsa Indonesia termasuk PNS dalam rangka

meningkatkan mutu kehidupan berbangsa.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan etika kehidupan

berbangsa dalam konteks etika organisasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas

PNS sebagai anggota organisasi dalam kehidupan organisasi dalam rangka

mewujudkan tujuan organisasi.

Pada hakekatnya etika kehidupan berbangsa yang tertuang dalam ketetapan

MPR No. VI/MPR/2001 merupakan acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan

berperilaku bangsa Indonesia. Rumusan etika kehidupan berbangsa yang

bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai

luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar

dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan berbangsa. Etika

kehidupan berbangsa dirumuskan dengan tujuan menjadi acuan untuk

meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia,

serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika

kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan,

sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung

jawab, dan menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa. Etika

kehidupan berbangsa memiliki ruang lingkup yang mencakup: (1) etika sosial

budaya, (2) etika politik dan pemerintahan, (3) etika ekonomi dan bisnis, (4) etika

penegakan hukum yang berkeadilan, (5) etika keilmuan, dan (6) etika lingkungan.

Etika kehidupan berbangsa berisi nilai-nilai, norma-norma moral yang

mewujudkan PNS sebagai warga bangsa memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku

yang etis dalam pelaksanaan tugas dalam organisasi pemerintah.

Memperhatikan materi dasar yang tertuang dalam etika kehidupan berbangsa,

maka dapat dinyatakan bahwa apabila seluruh bangsa Indonesia termasuk PNS

3.4 Rangkuman

Page 25: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

22

22

22

dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku mengacu kepada etika kehidupan

berbangsa, maka dapat diharapkan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

termasuk PNS yang bertugas dalam organisasi pemerintah. Apabila PNS dalam

berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam pelaksanaan tugasnya mengacu pada

etika kehidupan berbangsa, maka diharapkan PNS memiliki kesadaran yang

tinggi untuk melaksanakan dan menerapkan etika dalam organisasi dalam

rangka mewujudkan tujuan organisasi. Penerapan etika kehidupan berbangsa

dari PNS akan meningkatkan kualitas PNS sehingga dapat diwujudkan PNS yang

berpikir, bersikap, dan bertingkah laku etis dalam pelaksanaan tugasnya karena

menerapkan etika dalam organisasi pemerintah di mana PNS ditugaskan.

1. Jelaskan bahwa etika kehidupan berbangsa bertujuan meningkatkan kualitas

manusia Indonesia termasuk PNS yang bertugas dalam organisasi

pemerintah!

2. Jelaskan sumber dari rumusan etika kehidupan berbangsa sehingga dapat

meningkatkan kualitas manusia Indonesia termasuk PNS!

3. Sebutkan sikap yang dikedepankan yang tertuang dalam pokok-pokok etika

kehidupan berbangsa sebagai acuan dasar berpikir, bersikap, dan

berperilaku pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia!

4. Uraikan secara garis besar ruang lingkup etika kehidupan berbangsa!

5. Uraikan penerapan etika kehidupan berbangsa bagi PNS dalam kehidupan

organisasi pemerintah!

3.5 Latihan 2

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 2, mari

kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!

Page 26: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

23

23

23

Etika organisasi pemerintah diperlukan dalam kehidupan organisasi, untuk

mewujudkan visi dan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan

organisasi. Etika organisasi merupakan faktor yang penting, karena untuk

mewujudkan tujuan organisasi, faktor manusia yaitu PNS yang bertugas dalam

organisasi pemerintah sangat berperan untuk mendorong tercapainya visi dan

misi organisasi di mana PNS bersangkutan ditugaskan.

Organisasi dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan (Sutopo:1998).

Etika organisasi diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari

setiap individu dan sekelompok anggota organisasi yang secara keseluruhan

akan membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi

organisasi yang bersangkutan (Desi Fernanda, 2006:11).

Jadi, etika organisasi dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral

yang menjadi pedoman sekelompok orang yang bekerja sama dalam hal ini

anggota organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi bersangkutan.

Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pedoman para anggota

organisasi tersebut dibuat dengan memperhatikan prinsip-pinsip etika, prinsip-

prinsip organisasi, kejujuran, ketulusan, kesabaran, dan lain-lain, yang disetujui

bersama, sehingga pelaksanaannya akan menjadi efektif dan akhirnya tercipta

budaya yang positif dalam berorganisasi.

4.2.1 Drs. Tonny Rooswiyanto, M.Sc. (2005:27)

Ada 3 (tiga) alasan mendasar tentang pentingnya etika dalam kehidupan

organisasi. Adapun 3 (tiga) alasan tentang pentingnya etika dalam kehidupan

organisasi adalah sebagai berikut.

A. etika memungkinkan organisasi memiliki dan menyepakati nilai-nilai moral

sebagai acuan dasar bersikap dan berperilaku dari para anggota organisasi

4.1 Pengertian

4.2 Arti dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi

Page 27: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

24

24

24

tersebut, di mana nilai-nilai moral yang disepakati bersama harus dijunjung

tinggi dan dilaksanakan karena nilai-nilai moral tersebut bertujuan untuk

mewujudkan tujuan organisasi;

B. etika organisasi berisi nilai-nilai yang bersifat universal yang telah disepakati

bersama tersebut, dapat menjembatani konflik moral antara para anggota

organisasi yang memiliki latar belakang berbeda, di bidang agama, suku,

sosial, dan budaya dalam kehidupan organisasi bersangkutan;

C. etika yang dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi

serta melanggengkan eksistensi organisasi.

4.2.2 Sondang Siagian (2006:11)

Ada 4 (empat) hal yang mendasar mengapa etika diperlukan dalam organisasi,

yaitu:

A. etika di samping menyangkut aplikasi seperangkat nilai-nilai luhur sebagai

acuan dasar bersikap dan berperilaku, juga menyangkut berbagai prinsip

yang menjadi landasan bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai

hubungan yang terjadi antarmanusia dan lingkungan hidup karena etika

berkaitan dengan sikap dan perilaku;

B. etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku, sehingga dapat

menjamin kehidupan sosial yang tertib karena etika berisi nilai-nilai yang

luhur yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dan dijunjung tinggi

sebagai prinsip yang kokoh dalam berperilaku, sehingga kehidupan

organisasi semakin bermakna;

C. etika yang berisi nilai-nilai luhur sebagai landasan moral berperilaku relevan

dan sejalan dengan dinamika yang berkembang, sehingga memberikan

makna dan memperkaya kehidupan seseorang dan kelompok organisasi dan

masyarakat luas, di mana etika memperlancar interaksi antarmanusia.

D. etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari kehidupan sesuai

keyakinan agama, pandangan hidup, dan sosial. Etika berkaitan langsung

dengan sistem nilai manusia. Etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas,

nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberikan inspirasi kepada manusia untuk

secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi

kesejahteraan dan kedamaian umat manusia.

4.2.3 Drs. Salamoen Suharyo, MPA, Drs. Aya Sophia, M.Ed (27-28)

Ada 9 (sembilan) alasan tentang arti dan pentingnya organisasi, yaitu:

Page 28: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

25

25

25

A. kebersamaan, yaitu bekerja dalam semangat kebersamaan dan

persahabatan lebih baik dari bekerja sendiri;

B. empati, yaitu memahami dan dapat menyelami dan merasakan masalah yang

dihadapi orang lain;

C. kepedulian, yaitu kesediaan untuk memberi bantuan secara ikhlas;

D. kedewasaan, yaitu kematangan dalam mengatasi permasalahan bersama;

E. Orientasi organisasi, yaitu perilaku yang diatur dalam organisasi dalam

memecahkan masalah;

F. respek, yaitu saling menghormati dan menghargai sesama mitra kerja;

G. kebajikan, yaitu berperilaku santun, rendah hati, serta memberikan

kedamaian dalam setiap pertemuan;

H. integritas, mengutamakan kepribadian yang utuh;

I. inovatif, yaitu kreatif dalam menciptakan gagasan dan tindakan yang baru

dan memberikan nilai tambah serta bermanfaat bagi organisasi.

Dimensi etika organisasi pemerintah antara lain mencakup (1) etika dalam

organisasi, (2) etika dalam pemerintahan, (3) etika dalam jabatan, dan (4) nilai-

nilai kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai trend global etika

pemerintahan. Adapun uraian tentang dimensi etika organisasi pemerintah dalam

modul ini didasarkan pada modul Drs. Desi Fernanda M.Soc.Sc (2006).

4.3.1 Etika Organisasi Pemerintah

Organisasi sebagai sebuah struktur hubungan antarmanusia dan antarkelompok

memiliki nilai-nilai yang menjadi kode etik sebagai pedoman perilaku anggota

dalam kehidupan organisasi, salah satu etika yang secara umum berlaku bagi

setiap anggota organisasi adalah menjaga nama baik organisasi.

Nilai-nilai etika organisasi tertuang dalam aturan-aturan maupun hukum, baik

tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur bagaimana anggota organisasi

harus bersikap dan berperilaku dalam lingkungan masyarakatnya dan

pemerintah. Setiap anggota organisasi harus mampu bersikap dan berperilaku

yang mendukung terjaganya nama baik organisasinya, bahkan diharapkan bukan

hanya menjaga nama baik, namun akan meningkatkan nama baik organisasi.

Adapun internalisasi nilai-nilai etika dalam setiap anggota organisasi secara

efektif akan membangun moral atau moralitas pribadi anggota organisasi

bersangkutan. Secara konseptual, model organisasi yang ideal dirumuskan oleh

4.3 Dimensi Etika Organisasi Pemerintah

Page 29: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

26

26

26

Max Weber, yaitu birokrasi yang memiliki karakteristik yang sekaligus menjadi

nilai-nilai perilaku bagi anggota organisasi tersebut. Beberapa karakteristik

organisasi yang ideal menurut Max Weber (Indrawidjaya,1986:17) yang penting

di antaranya adalah sebagai berikut:

spesialisasi atau pembagian pekerjaan;

tingkatan berjenjang (hirarki);

berdasarkan aturan dan prosedur kerja;

hubungan yang bersifat impersonal;

pengangkatan dan promosi anggota/pegawai berdasarkan kompetensi

(sistem merit).

Pandangan Max Weber tentang model organisasi ideal tersebut dapat

disimpulkan mendudukkan setiap anggota organisasi dalam hirarki struktural,

setiap pekerjaan dapat diselesaikan berdasarkan prosedur dan aturan kerja yang

berlaku, setiap orang terikat terhadap aturan-aturan dalam organisasi, hubungan

antara setiap anggota dengan pihak luar terbatas hanya terhadap urusan

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota.

Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi perilaku manusia

dengan organisasi dengan nilai-nilai etikanya, mencakup beberapa dimensi,

yaitu:

dimensi hubungan antara anggota dengan organisasi yang tertuang dalam

perjanjian atau aturan-aturan legal;

hubungan antara anggota organisasi dengan sesama anggota organisasi

lainnya, antara anggota dengan pejabat dalam struktur hirarki;

hubungan antara anggota organisasi yang bersangkutan dengan anggota

dan organisasi lainnya;

hubungan antara anggota dengan masyarakat yang dilayaninya.

4.3.2 Etika dalam Pemerintahan

Dalam organisasi administrasi publik atau pemerintah, pola sikap dan perilaku

serta hubungan antarmanusia dalam organisasi tersebut, dan hubungannya

dengan pihak luar organisasi pada umumnya diatur dengan peraturan yang

berlaku dalam sistem hukum negara yang bersangkutan.

Adanya etika ini diharapkan mampu membangkitkan kepekaan birokrasi

(pemerintah) dalam melayani kepentingan masyarakat (Nicholas Henry,1988)

Tujuan yang hakiki dari setiap pemerintah di negara manapun adalah mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat warga negara yang bersangkutan.

Page 30: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

27

27

27

Dalam negara yang demokratis, etika kerja aparatur pemerintah selalu

mengikutsertakan rakyat dan berorientasi kepada aspirasi dan kepentingan

rakyat dalam setiap langkah kebijakan dan tindakan pemerintah. Transparansi,

keterbukaan, dan akuntabilitas menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan

diwujudkan dalam etika pergaulan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, asas-asas pemerintahan yang menjadi

nilai-nilai etika dalam pemerintahan terkandung dalam alinea keempat UUD 1945

yang menyatakan:

“…Untuk membentuk pemerintahan negara yang melindungi segenap bangsa

dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

“…Sedangkan nilai-nilai filosofis yang melandasinya adalah ideologi negara

Pancasila yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan Yang Adil dan

Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah

Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, (5) Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia.

Berdasarkan tugas pemerintahan negara tersebut yang didasarkan falsafah

negara Pancasila, maka Negara Indonesia menjalankan tugas sekaligus fungsi

negara yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

4.3.3 Etika dalam Jabatan

Para penyelenggara negara termasuk PNS sebelum memangku jabatannya

diwajibkan untuk mengangkat sumpah/janji sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Sumpah/janji inilah yang menjadi kesepakatan dan

komitmen terhadap nilai-nilai, standar-standar sebagai kode etik jabatan. Dalam

pasal 5 UU No.28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan

bebas KKN, ditetapkan mengenai kewajiban setiap penyelenggara sebagai

berikut:

1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum

memangku jabatannya;

2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah menjabat;

3. melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah

menjabat;

4. tidak melakukan KKN;

5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan

golongan.

Page 31: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

28

28

28

6. melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan tidak melakukan

perbuatan yang tercela, tanpa pamrih, baik untuk kepentingan pribadi,

keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam

bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

7. bersedia menjadi saksi dalam perkara KKN dan perkara lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 28 Tahun 1999 ditegaskan bahwa hubungan antara

penyelenggara negara dilaksanakan dengan mentaati norma-norma

kelembagaan, kesopanan, kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila

dan UUD 1945.

4.3.4 Good governance sebagai trend global etika pemerintahan

Nilai-Nilai kepemerintahan yang baik, yang dewasa ini menjadi trend atau

kecenderungan global sebagai etika dalam pemerintahan secara umum

menekankan bahwa penyelenggaraan kepemerintahan yang baik harus

merupakan keseimbangan, interaksi, dan keterlibatan antara pemerintah, swasta,

dan masyarakat. Nilai-nilai atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan

dalam praktek kepemerintahan yang baik menurut UNDP 1997 sebagaimana

tertulis dalam modul dasar-dasar kepemerintahan yang baik oleh Drs. Suhady

dan Drs. Desi Fernanda M.Soc. Sc adalah (1) partisipasi, (2) aturan hukum, (3)

transparansi, (4) daya tanggap, (5) berorientasi konsensus, (6) berkeadilan, (7)

efektivitas dan efisiensi, (8) akuntabilitas, (9) bervisi strategis, dan (10) saling

keterkaitan khususnya dalam rangka menghapuskan KKN.

Etika organisasi diharapkan menunjang kualitas, efisiensi, dan kompetensi para

anggota organisasi yang bersangkutan. Etika apabila sudah menjadi pedoman,

akan memberikan kesenangan, kegembiraan, dan efektivitas kerja bagi semua

yang terlibat dalam organisasi itu.

Ada 4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi

tersebut (Franz Magnis Suseno SJ)

etos kerja yang kuat;

moralitas pribadi pegawai bersangkutan;

kepemimpinan yang bermutu;

4.4 Perwujudan Etika Organisasi Pemerintah

Page 32: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

29

29

29

kondisi-kondisi sistemik.

Adapun uraian 4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi

tersebut di atas adalah sebagai berikut.

4.4.1 Etos Kerja

Etos adalah sikap dasar seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu,

sedangkan etos kerja adalah sikap dasar seseorang atau sekelompok orang

dalam melakukan pekerjaan. Etos akan kelihatan dalam cara dan semangat

orang melakukan kegiatan itu. Etos individu sangat ditentukan oleh etos

kelompok. Etos itu kuat atau lemah terlihat apabila menghadapi hambatan dan

tantangan. Cara seseorang menghayati kegiatannya sangat dipengaruhi oleh

pandangan, harapan, dan kebiasaan kelompoknya.

4.4.2 Moralitas Pribadi

Moralitas pribadi menyangkut kualitas moral masing-masing individu dalam

menghadapi pekerjaan.

Beberapa moralitas pribadi yang penting antara lain:

A. dedikasi, terjadi ketika seseorang benar-benar memberikan segenap

tenaganya untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya tanpa

memandang jenis pekerjaan;

B. jujur, tidak korupsi, artinya melaksanakan tugas dengan tidak

menyalahgunakan wewenangnya, melaksanakan tugas dengan ikhlas, dan

hasil kerjanya dilaporkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

C. taat pada tuntutan khas etika birokrasi, yaitu dalam memutuskan sesuatu

tidak akan mengabaikan aturan walaupun akibat pelaksanaan aturan itu

berdampak pada teman;

D. bertanggung jawab, artinya menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat

pada waktunya, kesalahannya tidak dilemparkan kepada orang lain dan

berani secara ikhlas memikul risiko;

E. minat dan hasrat untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan

kecakapannya;

F. menghormati hak semua pihak yang bersangkutan, yaitu harus berlaku

adil terhadap semua pihak sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Gunnar Myrdal menyebut 11 (sebelas) kemampuan atau keutamaan yang

diharapkan dari seorang pegawai yang baik:

(1) efisiensi;

Page 33: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

30

30

30

(2) kerajinan;

(3) kerapihan;

(4) tepat waktu;

(5) kesederhanaan;

(6) kejujuran/tidak korup;

(7) keputusan diambil secara rasional, bukan emosional atau berdasarkan

nepotisme/kolusi;

(8) bersedia untuk berubah;

(9) kegesitan;

(10) mau bekerja sama;

(11) bersedia memandang jauh ke depan.

4.4.3 Kepemimpinan yang bermutu

Kepemimpinan moral tidak bisa diberikan melalui wejangan yang disampaikan

oleh atasan dalam perayaan-perayaan tertentu karena wejangan hanya akan

diperhatikan, jika ia sebagai atasan yang mengesankan. Kepemimpinan moral

harus ditampilkan oleh atasan dalam tingkah laku dan tindakan-tindakan

kepemimpinannya.

Kepemimpinan yang bermutu menuntut 5 (lima) hal sebagai berikut.

A. Kompetensi

Pemimpin betul-betul menguasai semua urusan bidangnya, memahami

secara garis besar maupun detil-detil. Ia ahli mengenai pekerjaan yang

dipimpin. Seperlunya ia harus mempelajarinya.

B. Tertib kerja

Pemimpin harus bisa memimpin, menuntut, harus mempunyai wibawa,

sanggup mengenakan sanksi. Ia memastikan bahwa aturan kerja

dilaksanakan. Selalu, tanpa kecuali. Secara konsisten, ia harus tegas. Ia juga

harus mempunyai ciri-ciri khas seorang pemimpin yang baik dan ia harus

dapat menularkan semangat pada bawahannya karena seorang pemimpin

harus dapat merangsang motivasi mereka.

C. Konsistensi

Sebagai pemimpin harus melakukan sendiri jabatannya menurut tuntutan-

tuntutan etos kerja yang diharapkan. Sebagai pemimpin harus menuntut

sikap-sikap itu dari para bawahannya secara tegas dan konsekuen.

Page 34: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

31

31

31

D. Menjadi panutan

Pemimpin hanya dapat memimpin apabila ia dapat dijadikan teladan oleh

para bawahannya karena pemimpin harus menjadi panutan bawahannya.

Yang dituntut dari seorang pemimpin adalah integritas pribadi. Seorang

pemimpin yang jujur, adil, bebas dari pamrih, cakap, tegas, komunikatif, dan

bertanggung jawab, kehadirannya akan mempengaruhi sikap kerja pegawai-

pegawainya ke arah positif. Seorang pemimpin yang menjadi panutan

bawahannya akan dapat meningkatkan bawahannya untuk menjadi orang

yang baik, bersih, jujur, dan bertanggung jawab.

E. Transparansi

Transparansi yaitu keputusan-keputusannya harus jelas bagi semua pihak

yang berkepentingan.

4.4.4 Kondisi-kondisi sistemik

Ada 2 (dua) syarat sistemik, yaitu sebagai berikut.

A. Lingkungan kerja yang mendukung

Lingkungan kerja disatu pihak dapat mendukung, tetapi dipihak lain dapat

merusak watak moral seseorang. Lingkungan kerja dapat mendukung atau

sebaliknya dapat merusak moral seseorang. Etos kerja hanya dapat berkembang

dalam lingkungan yang mendukung di mana orang yang memiliki moral yang

tinggi didukung dan dihargai. Dalam lingkungan yang positif, seseorang yang

memiliki moral yang baik dihargai dan dihormati, sehingga didorong untuk lebih

baik lagi. Sebaliknya dalam lingkungan yang tidak mendukung, mendorong orang

tidak bersemangat, malas, korup, bahkan orang yang berwatak baik dapat

berubah menjadi tidak baik. Bagi orang yang berwatak kuat, juga sulit untuk

mempertahankan etos kerjanya dalam lingkungan yang kurang baik karena lama

kelamaan dapat terkena erosi moral. Semakin banyak orang yang terkena erosi

moral, etos kelompok sudah merosot, sehingga sangat sulit dikembalikan lagi.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lingkungan kerja yang mendukung

sangat penting karena dapat mempengaruhi etos kerja seseorang.

Page 35: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

32

32

32

B. Kontrol

Kontrol rutin dan auditing khusus terhadap pelaksanaan tugas-tugas, termasuk

kontrol kepemimpinan sangat penting. Kontrol harus dilakukan dari dalam dan

sewaktu-waktu kontrol dari luar perlu dilakukan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa moralitas pribadi

sangat penting, tetapi perlu ditunjang dengan etos kerja yang kuat,

kepemimpinan yang bermutu, control secara terus-menerus, dan

berkesinambungan karena hal tersebut sangat penting untuk mewujudkan

keberhasilan etika organisasi dalam kehidupan organisasi untuk mewujudkan

tujuan organisasi.

Menurut Sonny Keraf, ada beberapa hal yang diperlukan agar implementasi

praktek etika yang baik dalam organisasi pemerintah bisa terwujud, yaitu sebagai

berikut:

4.5.1 adanya komitmen moral dan politik dari pimpinan kementerian, dalam hal

ini menteri, untuk membangun birokrasi kementerian dengan sebuah

etos, kebiasaan, serta etika yang baik demi melayani kepentingan publik;

4.5.2 komitmen moral dan politik itu lalu diterjemahkan ke dalam aturan formal

internal kementerian sebagai pegangan konkret bagi setiap pejabat dan

pegawai mulai dari menteri, dirjen, sampai kepada pegawai paling

rendah. Semuanya harus terperinci, termasuk sanksi yang jelas;

4.5.3 etos/etika birokrasi dan aturan yang jelas tadi lalu disosialisasikan dan

diajarkan kepada PNS pada saat pertama kali masuk, dalam pelatihan

dan dalam seluruh proses pembenahan;

4.5.4 sanksi yang diterapkan secara konsekuen merupakan alat “pendidikan”

yang baik bagi siapa saja. Sebaliknya penghargaan baik dalam bentuk

kenaikan pangkat atau pengakuan tertulis lainnya secara jujur dan

obyektif akan merupakan alat motivasi yang baik bagi peningkatan etos

pada Kementerian Keuangan;

4.5.5 adanya teladan yang nyata dari pimpinan kementerian, khususnya

menteri dan eselon I, dalam menghayati dan mempraktekkan secara

nyata prinsip-prinsip moral di atas.

4.5 Implementasi Etika dalam Organisasi Pemerintah

Page 36: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

33

33

33

Standar etika organisasi pemerintah adalah kualitas pemenuhan atau

perwujudan nilai-nilai atau norma-norma sikap dan perilaku pemerintah dalam

setiap kebijakan dan tindakannya yang dapat diterima oleh masyarakat luas

(Desi Fernanda,2006). Uraian tentang standar etika organisasi pemerintah

meliputi arti dan pentingnya standar etika organisasi pemerintah, penyusunan,

pengawasan, dan evaluasi penerapan, serta metode untuk meningkatkan standar

etika organisasi pemerintah. Hal yang mendasar tentang standar etika organisasi

pemerintah adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas etika pemerintahan

berdasarkan standar-standar etika yang berlaku di Indonesia.

4.6.1 Pengertian-pengertian

A. Standar etika organisasi pemerintah adalah kualitas pemenuhan atau

perwujudan nilai-nilai atau norma-norma, sikap dan perilaku pemerintah

dalam setiap kebijakan dan tindakannya, yang dapat diterima oleh

masyarakat luas.

B. Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah adalah meningkatkan

kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-batasan nilai atau norma

sikap dan perilaku dalam kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah yang

dapat memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat

4.6.2 Arti dan pentingnya standar etika organisasi pemerintah

Dalam kepemerintahan yang baik, pemerintah harus peka menghadapi kondisi

masyarakat yang sangat bervariasi, kompleksitas, dan dinamis. Sehingga

pemerintah harus menentukan arah dan komitmen untuk melakukan reformasi

dalam berbagai penyelenggaraan pemerintahan negara. Pemerintah perlu

melakukan perubahan, karena sistem-sistem dalam pemerintahan tidak cukup

efektif membentuk kompetensi, kualitas sumber daya manusia yang handal,

dalam hal ini aparatur pemerintahan. Adapun kritik dan tuntutan masyarakat

kepada pemerintah meliputi seluruh sistem dan sumber daya manusianya,

sehingga diperlukan suatu tindakan pemerintah untuk melakukan berbagai

perubahan yang mendasar pada sistem dan aparatur pemerintahan melalui

peningkatan standar etika organisasi pemerintah. Menurut Mustopadijaya

(1997:17-18) dalam modul etika birokrasi Drs. Desi Fernanda, M.Soc.Sc (2006-

55) dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan kode etik aparatur pemerintah dan

manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan, dan akuntabel dalam

4.6 Standar Etika Organisasi

Page 37: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

34

34

34

hubungannya dengan pelayanan kepada masyarakat. Sikap dan perilaku

aparatur pemerintahan adalah melayani bukan dilayani, mendorong, bukan

menghambat, mempermudah bukan mempersulit, sederhana bukan berbelit-belit

dalam melayani masyarakat.

4.6.3 Penyusunan standar etika organisasi

Penyusunan standar etika organisasi pemerintah harus dapat diterima selain oleh

masyarakat di Indonesia, juga harus diterima dalam lingkungan global. Dalam

upaya menyusun standar etika organisasi dan aparatur pemerintah, peranan

masyarakat maupun melalui lembaga-lembaga perwakilannya merupakan

narasumber yang utama dan strategis. Hal-hal yang diperhatikan dalam

menyusun standar etika organisasi pemerintah meliputi:

a. pola sikap dan perilaku aparatur pemerintahan;

b. pola pelayanan publik;

c. pola pengaturan dan intervensi pemerintah dalam permasalahan yang

dihadapi masyarakat.

Hal-hal mendasar yang diperlukan pemerintah tersebut pada butir a), b), dan c)

tersebut di atas adalah agar pemerintah dapat menyusun standar etika

organisasi pemerintah sesuai harapan masyarakat.

4.6.4 Pengawasan dan evaluasi penerapan etika organisasi pemerintah

Dalam kepemerintahan yang baik, pelaku pengawasan dan evaluasi penerapan

etika aparatur pemerintah seyogyanya tidak hanya dilakukan lembaga

pemerintahan saja, tetapi lebih difokuskan kepada masyarakat dan sektor swasta

untuk menilai bagaimana seharusnya standar etika organisasi pemerintah

tersebut.

A. Peranan lembaga negara DPR

Berdasarkan UUD 1945 salah satu fungsi DPR adalah mengawasi jalannya

pemerintahan yang dipimpin presiden, misalnya mekanisme pemanggilan kepada

eksekutif yang dipimpin presiden dalam permasalahan standar etika organisasi,

karena DPR berwenang memperingatkan pemerintah apabila melanggar nilai-

nilai etika pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

B. Peranan kelembagaan pemerintah

Dalam ruang lingkup internal kelembagaan pemerintah terdapat lembaga-

lembaga pengawasan fungsional misalnya Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal yang berfungsi mengawasi

Page 38: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

35

35

35

jalannya fungsi-fungsi pemerintahan secara komprehensif baik menyangkut

aspek-aspek keuangan maupun aspek-aspek pelaksanaan tugas-tugas rutin

pemerintahan lainnya. Selain itu sistem pengawasan melekat oleh atasan

langsung terhadap penataan etika organisasi pemerintah oleh PNS juga

diterapkan, bahkan dikembangkan mekanisme sistem akuntabilitas instansi

pemerintah berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 yang menuntut

akuntabilitas publik organisasi pemerintah yang berorientasi kepada hasil dan

kemanfaatan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan,

maupun pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya dalam bidang kepegawaian

pembinaan karir PNS dalam setiap organisasi pemerintah telah dibentuk pula

Lembaga Baperjakat yang berfungsi antara lain melakukan pengawasan dan

penilaian terhadap “Code of Conduct” atau pelaksanaan nilai-nilai etika dan

disiplin PNS yang dikaitkan dengan sistem pengembangan dan pembinaan karir

PNS. Selain itu dewasa ini masih diberlakukan sistem kinerja PNS berdasarkan

Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979. Meskipun terdapat kontroversi mengenai

obyektivitas dan subyektivitas penilaiannya, mekanisme DP3 sampai saat ini

merupakan prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek sikap,

perilaku, dan kinerja PNS, sampai saat ini DP3 masih merupakan salah satu

instrument yang menjadi dasar penilaian Baperjakat dalam mempertimbangkan

pembinaan dan pengembangan karir PNS dalam organisasi pemerintah.

C. Peranan masyarakat

Dalam era reformasi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat semakin

berkembang yang bertujuan mengawasi jalannya pemerintahan termasuk

penilaian etika aparatur pemerintahan, misalnya Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI), Indonesian Corruption Watch (ICW), Wahana Lingkungan

Hidup (Walhi), dan lain-lain. Lembaga-lembaga partai politik dewasa ini juga

menyuarakan sikap dan memantau pelaksanaan penyelenggaraan

pemerintahan. Untuk mewadahi kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat

dalam menangani berbagai permasalahan telah dibentuk Lembaga Semi

Pemerintahan atau “Quasi Government Organization” (Quangos) seperti

Lembaga Ombudsman Nasional, Komnas HAM, dan lain-lain. Dengan semakin

berkembangnya lembaga-lembaga pengawasan tentang kebijakan pemerintah

maupun aparatur pemerintah seharusnya etika organisasi pemerintah dapat

memuaskan hati masyarakat karena memenuhi harapan.

Page 39: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

36

36

36

4.6.5 Metode meningkatkan standar etika organisasi

Pembangunan administrasi negara dewasa ini perlu ditekankan kepada

peningkatan kompetensi aparatur pemerintahan dan daya saing melalui berbagai

pengembangan kebijakan dan sistem pelayanan prima. Pembangunan

administrasi negara perlu difokuskan kepada kepentingan pelayanan dan

kebutuhan masyarakat, implikasi etika pelayanan publik yang secara keseluruhan

merupakan totalitas dan sistem pengembangan etika dan moralitas organisasi

dan sumber daya aparatur pemerintah. Adapun strategi pembangunan

administrasi negara dalam berbagai aspeknya meliputi:

a. penyesuaian visi, misi, dan strategi;

b. penataan organisasi dan tata kerja;

c. pemantapan sistem manajemen;

d. peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Strategi pembangunan administrasi negara tersebut sejalan dengan konsepsi

strategi, transformasi, administrasi publik yang berbasis prinsip-prinsip “Rein-

venting Government”, yang dikenal dengan istilah “The Five Cs Strategy”

sebagaimana direkomendasikan David Osborne dan Peter Plastrik (1996) dalam

buku mereka “Banishing Bureucracy” (Desi Fernanda, 2006:61). Adapun kelima

strategi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Strategi Inti (Core Strategy) diarahkan untuk mewujudkan kejelasan, tujuan,

peran, dan arah keberadaan organisasi pemerintah serta aparaturnya.

2. Strategi Konsekuensi (Consequency Strategy) diarahkan pada kemampuan

pengelolaan kompetisi kualitas antarinstitusi, manajemen operasional, dan

manajemen kerja.

3. Customer Strategy atau strategi pengguna adalah strategi untuk

meningkatkan akuntabilitas publik yang diarahkan kepada upaya-upaya

peningkatan kemampuan aparatur pemerintah untuk memenuhi tuntutan

pilihan-pilihan publik (Publik Choices), manajemen persaingan kelembagaan,

dan manajemen kualitas pelayanan publik.

4. Strategi kontrol (Control Strategy) untuk meningkatkan kekuatan organisasi

pemerintah, melalui penataan kelembagaan, pemberdayaan aparatur

pemerintah, pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah.

5. Strategi Budaya (Culture Strategy) perlu dikembangkan untuk merubah

kebiasaan-kebiasaan buruk (unethical) dari aparatur pemerintah,

menyadarkan hati nurani aparatur pemerintah, serta mempengaruhi pola pikir

untuk mampu mengubah citra dan etika pemerintah.

Page 40: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

37

37

37

Etika sangat penting dalam kehidupan organisasi untuk mewujudkan tujuan

organisasi, karena etika diharapkan menunjang kualitas, efisiensi, dan

kompetensi para pegawai karena apabila etika sudah menjadi pedoman, akan

memberikan kesenangan, kegembiraan, dan efektivitas kerja semua pegawai.

Etika organisasi dalam konteks organisasi diartikan sebagai pola sikap dan

perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan sekelompok anggota organisasi

yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yang sejalan

dengan tujuan dan filosofi organisasi bersangkutan.

Menurut Drs. Tony Roeswiyanto, M.Sc. ada 3 (tiga) alasan tentang pentingnya

etika dalam organisasi yaitu (1) etika memungkinkan organisasi memiliki dan

menyepakati nilai-nilai moral sebagai acuan dasar bersikap dan berperilaku dari

para anggota organisasi, (2) etika organisasi berisi nilai-nilai yang bersifat

universal yang dapat menjembatani konflik moral antar anggota organisasi yang

memiliki latar belakang berbeda dalam kehidupan organisasi, (3) Etika yang

dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi serta

melanggengkan eksistensi organisasi.

Dimensi etika organisasi pemerintah mencakup etika dan organisasi, etika dalam

pemerintahan, etika dalam jabatan, serta nilai-nilai kepemerintahan yang baik

sebagai trend global etika pemerintahan. Menurut Franz Magnis Suseno SJ, ada

4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi, yaitu (1)

adanya etos kerja yang kuat, (2) moralitas pegawai bersangkutan diarahkan, (3)

kepemimpinan yang bermutu, dan (4) syarat-syarat sistemik.

Etos kerja adalah sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam

melakukan pekerjaan. Moralitas pribadi menyangkut kualitas moral masing-

masing individu dalam menghadapi pekerjaan. Beberapa moralitas pribadi yang

penting antara lain (1) dedikasi, (2) jujur tidak korupsi, (3) taat pada tuntutan khas

etika birokrasi, (4) bertanggung jawab, (5) minat dan hasrat untuk terus-menerus

untuk meningkatkan kompetensi dan kecakapannya, (6) menghormati hak dan

semua pihak yang bersangkutan. Selanjutnya Gunnar Myrdal menyebut 11

(sebelas) kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seorang pegawai

yang baik: (1) efisiensi, (2) kerajinan, (3) kerapihan, (4) tepat waktu, (5)

kesederhanaan, (6) kejujuran tidak korup, (7) keputusan diambil secara rasional

bukan emosional, bukan nepotisme/kolusi, (8) kesediaan untuk berubah, (9)

kegesitan, (10) bekerja sama, (11) bersedia memandang jauh ke depan.

4.7 Rangkuman

Page 41: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

38

38

38

Kepemimpinan bermutu menuntut 5 (lima) hal: (1) kompetensi, (2) tertib kerja, (3)

konsistensi, (4) menjadi panutan, (5) transparansi. Adapun kondisi-kondisi

sistemik meliputi (1) lingkungan kerja yang mendukung, (2) kontrol.

Selanjutnya untuk memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah harus dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas

etika pemerintahan berdasarkan standar-standar etika yang berlaku di Indonesia.

Dalam menyusun standar organisasi pemerintah, peranan masyarakat secara

langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilannya menjadi narasumber

yang penting dan strategis. Dalam kepemerintahan yang baik, pelaku

pengawasan dan evaluasi penerapan etika organisasi pemerintah selain

dilakukan oleh lembaga pemerintahan juga memberi kesempatan seluas-luasnya

kepada masyarakat dan sektor swasta. Berdasarkan UUD 1945 lembaga DPR

berwenang mengawasi jalannya pemerintahan termasuk di dalamnya mengawasi

pelaksanaan standar etika aparatur pemerintah.

1. Jelaskan bahwa etika organisasi berperan dalam mewujudkan tujuan

organisasi!

2. Uraikan secara garis besar tentang etika dalam jabatan dan etika dalam

pemerintahan!

3. Sebutkan beberapa moralitas pribadi yang merupakan unsur utama

keberhasilan perwujudan etika organisasi!

4. Uraikan secara garis besar sebelas kemampuan atau keutamaan yang

diharapkan dari seorang pegawai yang baik! (Gunnar Myrdal)

5. Uraikan secara garis besar tentang arti dan pentingnya standar etika

organisasi pemerintah!

4.8 Latihan 3

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3, mari

kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!

Page 42: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

39

39

39

Pegawai Negeri Sipil di samping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik

Pegawai Negeri Sipil, juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi Pegawai

Negeri Sipil yang diatur dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun

2004.

Adapun nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil

meliputi:

a. ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. semangat nasionalisme;

d. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau

golongan;

e. ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

f. penghormatan terhadap hak asasi manusia;

g. tidak diskriminatif;

h. profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;

i. semangat jiwa korps.

Penjelasan pasal 6 dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004

menegaskan bahwa nilai-nilai dasar bagi Pegawai Negeri Sipil merupakan

pedoman, tingkah laku, dan perbuatan yang berlaku bagi seluruh Pegawai Negeri

Sipil tanpa membedakan di mana Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

bekerja. Nilai-nilai dasar ini wajib dijunjung tinggi karena nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam

kehidupan masyarakat, bangsa, negara, dan pemerintah.

5.1 Nilai-nilai Dasar Bagi Pegawai Negeri Sipil

Page 43: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

40

40

40

5.2.1 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS

A. Latar Belakang

Dalam Penjelasan umum PP No.42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa

kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat

dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian unsur aparatur negara. PNS

sebagai unsur aparatur negara, abdi masyarakat bertugas memberikan

pelayanan terbaik, adil, dan merata serta tidak diskriminatif. Untuk menjamin

tercapainya tujuan pembangunan nasional, menjaga persatuan kesatuan

bangsa, profesional, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas,

setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945, negara dan pemerintah

Indonesia, maka ditetapkan PP No. 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa

korps dan kode etik PNS. Agar PNS mampu melaksanakan tugasnya

sebagaimana tersebut di atas secara berdaya guna, berhasil guna, diperlukan

pembinaan jiwa korps secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan baik apabila diikuti dengan

pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pengertian-pengertian

1) Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil (Pasal 1 ayat 1)

Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan,

kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas,

kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Pasal 1 ayat 2)

Kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan

perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan

pergaulan hidup sehari-hari.

3) Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disingkat Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural pada instansi

pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta

menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS.

5.2 Kode Etik PNS

Page 44: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

41

41

41

4) Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan

Pegawai Negeri Sipil yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan

kode etik.

5) Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

Jadi, Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil berkewajiban

melaksanakan dan menerapkan kode etik dengan penuh tanggung jawab.

6) Pejabat yang Berwenang

Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pembina Kepegawaian atau

pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.

7) Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil

Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan untuk

meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai

Negeri Sipil kepada negara kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

8) Tujuan Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil

Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk:

a. membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan

secara kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan semangat

pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan dan

keteladanan Pegawai Negeri Sipil;

b. mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai

Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya

sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat;

c. menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan

kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan

dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 45: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

42

42

42

9) Ruang Lingkup Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil

Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup:

a. peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja dan

profesionalitas Pegawai Negeri Sipil;

b. partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang terkait dengan

Pegawai Negeri Sipil;

c. peningkatan kerja sama antara Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara

dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa korps

Pegawai Negeri Sipil;

d. perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri

Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemahaman yang benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan

jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil, yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004, diperlukan peserta diklat sebagai calon

PNS agar menyadari kedudukan dan tugas PNS dalam organisasi

pemerintah, yang bertugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil, dan

merata, tidak diskriminatif, melalui sikap dan perilaku yang baik sebagai

pengamalan kode etik PNS.

Pemahaman yang baik dan benar tentang pembinaan jiwa korps dan kode etik

PNS akan mendorong PNS menyadari bahwa untuk mewujudkan PNS yang

diharapkan masyarakat, diperlukan pembinaan jiwa korps secara terus-

menerus dan berkesinambungan, di mana pembinaan jiwa korps akan

berhasil dengan baik, apabila diikuti pelaksanaan dan penerapan kode etik

dengan penuh tanggung jawab.

5.2.2 Kode etik PNS

Kode etik PNS tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 bertujuan meningkatkan

kualitas PNS yaitu mewujudkan PNS yang kuat, kompak, dan bersatu padu,

memilki kepekaan, tanggap, dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi,

berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara

dan abdi masyarakat. Kode etik PNS juga bertujuan untuk PNS yang netral,

mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional, dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugas, serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada

Page 46: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

43

43

43

Pancasila, UUD 1945, negara, dan pemerintah Republik Indonesia. Kode etik

PNS yang tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 meliputi etika PNS dalam

bernegara, bermasyarakat, berorganisasi terhadap diri sendiri dan etika PNS

terhadap sesama PNS.

A. Dasar Hukum Ditetapkannya Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Dasar hukum ditetapkannya Kode Etik Pegawai Negeri Sipil adalah berdasarkan:

1) Pasal 5 ayat (2), pasal 27 ayat (1), dan pasal 28 UUD 1945;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

B. Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Kode etik PNS wajib dilaksanakan PNS dalam pelaksanaan tugas maupun dalam

pergaulan hidup sehari-hari diseluruh wilayah Indonesia. Dalam pasal 7

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam

pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, Pegawai Negeri Sipil

wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat,

serta terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai Negeri Sipil.

Adapun butir-butir Etika Pegawai Negeri Sipil tersebut yang meliputi etika PNS

dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan

terhadap sesama PNS adalah sebagai berikut.

1) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam bernegara

a) Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b) Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara.

c) Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

d) Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam

melaksanakan tugas.

Page 47: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

44

44

44

e) Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan

yang bersih dan berwibawa.

f) Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam

melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah.

g) Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya negara secara

efisien dan efektif.

h) Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

2) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam berorganisasi

a) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku.

b) Menjaga informasi yang bersifat rahasia.

c) Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang.

d) Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi.

e) Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait

dalam rangka pencapaian tujuan.

f) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas.

g) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja.

h) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka

peningkatan kinerja organisasi.

i) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

3) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam bermasyarakat

a) Mewujudkan pola hidup sederhana.

b) Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih,

dan tanpa unsur pemaksaan.

c) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak

diskriminatif.

d) Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat.

e) Terorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

melaksanakan tugas.

4) Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap diri-sendiri

a) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar.

b) Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.

Page 48: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

45

45

45

c) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan.

d) Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, dan sikap.

e) Memiliki daya juang yang tinggi.

f) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.

g) Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.

h) Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan.

5) Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil

a) Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk

agama/kepercayaan yang berlainan.

b) Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil.

c) Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun

horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antarinstansi.

d) Menghargai perbedaan pendapat.

e) Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil.

f) Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai

Negeri Sipil.

g) Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang

menjamin terwujudnya Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-

haknya.

C. Penegakan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan pasal 16 dari PP No. 42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa Pegawai

Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi

moral, dapat dikenakan tindakan administratif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yaitu hukuman disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 30

Tahun 1980 dalam hal terjadi pelanggaran peraturan disiplin PNS.

Sanksi moral dibuat secara tertulis dapat berupa pernyataan secara tertutup atau

pernyataan secara terbuka.

D. Pembentukan Majelis Kode Etik

1) Untuk menegakkan kode etik, pada setiap instansi dibentuk Majelis Kode

Etik.

2) Pembentukan Majelis Kode Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian yang bersangkutan.

Page 49: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

46

46

46

3) Keanggotaan Majelis Kode Etik terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap

anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota, dan sekurang-

kurangnya 3 (tiga) orang anggota.

4) Jika anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka jumlahnya

harus ganjil.

5) Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah

dari jabatan dan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa karena

disangka melanggar kode etik.

6) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa Pegawai

Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran kode etik.

7) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah Pegawai Negeri Sipil

bersangkutan diberi kesempatan membela diri.

8) Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat, dan

apabila tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak.

9) Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final.

E. Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi

Dalam pasal 13 dan pasal 14 dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004

diatur tentang Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi sebagai berikut:

1) Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi menerapkan Kode

Etik Instansi;

2) organisasi profesi di lingkungan Pegawai Negeri Sipil menetapkan kode

etiknya masing-masing;

3) kode etik Instansi ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing instansi

dan organisasi profesi.

Berdasarkan pasal 30 UU No. 43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok

Kepegawaian ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang

peraturan disiplin PNS. Dalam Pasal 3 dari PP No. 53 Tahun 2010 ditegaskan

bahwa setiap PNS wajib mematuhi kewajiban yang harus ditaati, dan dalam

Pasal 4 PP No. 53 Tahun 2010 berisi larangan yang tidak boleh dilanggar PNS.

Selanjutnya setiap ucapan, tulisan, dan perbuatan PNS yang melanggar pasal 3

dan pasal 4 PP No. 53 Tahun 2010 merupakan pelanggaran disiplin PNS. Setiap

PNS wajib mentaati kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan yang terdiri

5.3 Peraturan Disiplin PNS

Page 50: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

47

47

47

dari 17 (tujuh belas) butir dan dilarang melanggar larangan yang tidak boleh

dilanggar yang terdiri dari 15 (lima belas) butir.

Adapun kewajiban PNS yang harus ditaati dan dilaksanakan, dan larangan yang

tidak boleh dilanggar PNS yang diatur dalam PP No. No. 53 Tahun 2010 adalah

sebagai berikut.

5.3.1 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil yang harus ditaati dan dilaksanakan

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari 17 butir adalah:

a. mengucapkan sumpah/janji PNS;

b. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

c. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan pemerintah;

d. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan

penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

f. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS;

g. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,

seseorang, dan/atau golongan;

h. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah

harus dirahasiakan;

i. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan

negara;

j. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal

yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah

terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

k. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

l. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

m. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-

baiknya;

n. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

o. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

p. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;

q. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Page 51: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

48

48

48

5.3.2 Larangan yang tidak dapat dilanggar Pegawai Negeri Sipil yang

terdiri dari 15 butir adalah:

a. menyalahgunakan wewenang;

b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang

lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

c. tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain

dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

d. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya

masyarakat asing;

e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau

meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen

atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau

orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau

tidak langsung merugikan negara;

g. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik

secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk

diangkat dalam jabatan;

h. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang

berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

i. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

j. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga

mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

k. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

l. memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dengan cara:

ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau

atribut PNS;

sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

Page 52: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

49

49

49

m. memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden dengan cara:

membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;

dan/atau

mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,

atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat;

n. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah

atau calon kepala daerah/wakil kepala daerah dengan cara memberikan

surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat

Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;

o. memberikan dukungan kepada calon kepala daerah/wakil kepala daerah,

dengan cara:

terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon kepala

daerah/wakil kepala daerah;

menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan

kampanye;

membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan

sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,

atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,

anggota keluarga, dan masyarakat.

5.4.1 Kewajiban mengangkat sumpah/janji pada saat pengangkatan

menjadi PNS

Berdasarkan Pasal 26 UU No. 43 Tahun 1999 tentang ketentuan pokok-pokok

kepegawaian dinyatakan bahwa setiap calon PNS pada saat pengangkatannya

menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji.

5.4 Etika PNS Yang Tertuang Dalam Ketentuan

Pokok-pokok Kepegawaian

Page 53: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

50

50

50

5.4.2 Kewajiban mengangkat sumpah/janji jabatan negeri (Pasal 27 UU No.

8 Tahun 1974)

Berdasarkan pasal 26 UU No.43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok

Kepegawaian dinyatakan bahwa setiap PNS sebelum memangku jabatan negeri

wajib mengucapkan sumpah/janji (etika jabatan).

5.4.3 Kewajiban PNS dalam Pasal 4, 5, dan 6 UU No. 43 Tahun 1999

a. Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan

pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan dalam Negara

Kesatuan RI.

b. Wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan

penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia

jabatan kepada dana atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-

undang.

Dalam kepemerintahan yang baik (good governance), PNS bertugas untuk

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan untuk mewujudkan PNS

yang mampu memberikan pelayanan prima menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002),

ada 7 (tujuh) prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayati oleh PNS yaitu :

5.5.1 Profesionalisme

Prinsip-prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi pemerintah

untuk bertindak secara profesional sesuai dengan kemampuan dan keahlian

yang dimiliki, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

mempunyai komitmen moral yang tinggi untuk membela kepentingan publik.

Profesionalisme juga menuntut agar pejabat publik dalam birokrasi harus

konsekuen dan konsisten dalam menjalankan profesinya. Hal ini berarti kalau

dengan kesadaran sendiri memilih menjadi aparat birokrat harus konsekuen dan

konsisten menjalani profesinya dengan segala konsekuensinya, termasuk

penghasilannya yang tidak mencukupi.

5.5 Prinsip-prinsip Moral PNS

Page 54: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

51

51

51

5.5.2 Integritas moral yang tinggi

Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi untuk bertindak sesuai

dengan prinsip dan menjaga nama baik sebagai seorang pejabat publik yang

wajib melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya demi melayani kepentingan publik.

Pejabat publik dituntut untuk tidak dikendalikan oleh pihak lain untuk

menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya dengan merugikan

kepentingan publik.

5.5.3 Tanggung jawab terhadap kepentingan publik

Prinsip ini menegaskan bahwa kepentingan publik adalah segala-galanya karena

kepentingan publik adalah nilai tertinggi yang tidak dapat digantikan dan tidak

dapat dikalahkan dengan hal yang lainnya termasuk uang atau jabatan yang

lebih tinggi. Seorang aparat birokrat termasuk PNS memilih profesi tersebut

bukan untuk memperkaya dirinya dan mencari kedudukan dan jabatan. Setiap

aparat birokrat pada dasarnya memilih profesi tersebut karena didorong oleh

keinginan luhur untuk melayani kepentingan publik. Menjadi aparat birokrat

merupakan panggilan tugas untuk mengabdi kepentingan publik, bangsa, dan

negara.

5.5.4 Berpihak kepada kebenaran dan kejujuran

Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik untuk selalu mempunyai sikap yang

salah adalah salah, yang benar adalah benar. Dan karena itu, setiap orang selalu

harus dilayani sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, demi

mempertahankan kebenaran dan kejujuran, karena kejujuran dan kebenaran

merupakan prinsip yang paling pokok yang harus melekat pada penyelenggara

negara termasuk penyelenggara pemerintahan. Kebenaran dan kejujuran ini

merupakan prinsip paling pokok.

5.5.5 Bertindak secara adil

Prinsip ini memperlakukan semua orang secara sama tanpa membeda-bedakan

tanpa diskriminasi atas dasar agama, ras, suku, jenis kelamin, dan seterusnya.

Sebagai pejabat publik harus netral dan membela yang benar sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku. Adanya prinsip “yang datang pertama

harus pertama dilayani” adalah perwujudan prinsip keadilan dalam birokrasi,

karena tidak ada yang diistimewakan atau diberi perlakuan khusus. Keadilan juga

menuntut agar setiap pejabat publik mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan

Page 55: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

52

52

52

oleh pihak tertentu dengan baik, sehingga pelanggaran harus dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.5.6 Jangan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan

Prinsip ini penting karena birokrasi kita dianggap “bisa diatur” dalam arti

melakukan manipulasi untuk mencapai tujuan yang menyimpang yang merugikan

kepentingan publik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Birokrasi harus

melayani publik dengan baik dan benar sesuai dengan sistem dan prosedur yang

berlaku agar kepentingan masyarakat tidak dirugikan.

5.5.7 Jangan lakukan pada orang lain apa yang anda sendiri tidak mau

perbuatan tersebut dilakukan pada anda

Prinsip ini harus dipegang teguh birokrasi karena masyarakat selalu ingin dilayani

secara baik sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Jangan

mempersulit orang lain karena anda sendiri tidak ingin dipersulit. Jangan minta

sesuatu untuk pelayanan publik yang anda berikan karena anda sendiri tidak

ingin diperlakukan demikian, karena PNS bertugas memberikan pelayanan publik

yang prima kepada masyarakat.

Pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah No. 42 Tahun 2004 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas PNS

agar dapat mewujudkan pelayanan yang terbaik, adil, dan merata, serta tidak

diskriminatif.

Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan,

kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas,

kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan

perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan

hidup sehari-hari.

Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat

Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural pada instansi pemerintah yang

5.6 Rangkuman

Page 56: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

53

53

53

bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggaran

kode etik yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya, pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan

Pegawai Negeri Sipil yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode

etik.

Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan untuk meningkatkan

perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada

negara kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk: 1) membina

karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan,

2) mendorong etos kerja pegawai negeri sipil, 3) menumbuhkan dan

meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan kebangsaan pegawai negeri

sipil.

Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup: 1)

peningkatan etos kerja, 2) partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah

yang terkait dengan pegawai negeri sipil, 3) peningkatan kerja sama antara

pegawai negeri sipil, dan 4) perlindungan terhadap hak-hak sipil atau

kepentingan pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa, dan

negara.

Kode etik PNS tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 bertujuan untuk

meningkatkan kualitas PNS, yang meliputi etika PNS dalam bernegara,

berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri dan terhadap sesama PNS.

Setiap PNS wajib melaksanakan kode etik PNS dan apabila terbukti melakukan

pelanggaran, selain dikenakan sanksi moral, juga dapat dikenakan tindakan

administrasi berupa hukuman disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 53 Tahun

2010 dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan disiplin PNS atas rekomendasi

Majelis Kode etik PNS. Tujuan ditetapkannya kode etik PNS adalah untuk

meningkatkan kualitas PNS yaitu bersikap, bertingkah laku, dan perbuatan yang

etis agar dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik,

adil, dan merata, serta tidak diskriminatif dalam rangka mewujudkan tujuan

organisasi pemerintah, karena pada hakekatnya tugas pemerintah adalah

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Selanjutnya Etika PNS selain tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 juga

tertuang dalam Peraturan Disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010,

Page 57: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

54

54

54

kewajiban mengucapkan sumpah atau janji pada saat diangkat menjadi PNS dan

diangkat dalam jabatan negeri yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1974

sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 43 Tahun 1999. Etika

PNS juga tertuang dalam pasal 4, 5, dan 6 UU No. 43 Tahun 1999 tentang

ketentuan pokok-pokok kepegawaian. Selanjutnya untuk dapat mewujudkan

pelayanan prima, ada 7 (tujuh) prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayati oleh

PNS (Sonny Keraf, 2002), yang merupakan etika PNS yang wajib dilaksanakan

PNS untuk dapat memberikan pelayanan prima yaitu profesionalisme, integritas

moral yang tinggi, tanggung jawab kepada kepentingan publik, berpihak kepada

kebenaran dan kejujuran, bertindak secara adil, jangan menghalalkan segala

cara untuk mencapai tujuan, dan jangan lakukan sesuatu pada orang lain apa

yang anda sendiri tidak mau diperlakukan demikian.

1. Uraikan secara garis besar tentang pengertian, tujuan, dan ruang lingkup

pembinaan jiwa korps dan kode etik!

2. Jelaskan tentang nilai-nilai dasar PNS!

3. Uraikan secara garis besar pelaksanaan kode etik PNS dan sanksi

pelanggaran kode etik PNS!

4. Uraikan secara garis besar peraturan disiplin PNS yang diatur dalam PP No.

53 Tahun 2010 etika PNS yang wajib dilaksanakan PNS di seluruh wilayah

Indonesia!

5. Sebutkan prinsip-prinsip moral PNS yang wajib dimiliki dan dihayati PNS agar

dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat!

5.7 Latihan 4

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 4, mari

kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!

Page 58: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

55

55

55

Dalam pasal 13 dan 14 PP No. 42 Tahun 2004 tentang kode etik instansi

menyebutkan bahwa pejabat pembina kepegawaian masing-masing instansi

menetapkan kode etik instansi yang ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-

masing instansi. Mengacu pasal 13 dan pasal 14 PP No. 42 Tahun 2004 maka

ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang

pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan pada

setiap unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menetapkan

kode etik instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi.

Adapun pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian

Keuangan yang ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan tersebut

mempunyai hubungan dengan pelaksanaan kode etik PNS, sebagaimana

tercantum dalam konsiderans menimbang huruf b Peraturan Menteri Keuangan

No. 71/PMK. 01/2007 tersebut di atas. Dalam peraturan menteri keuangan

tersebut diatur tentang pedoman penyusunan kode etik pada setiap unit eselon 1

di lingkungan Kementerian Keuangan berikut pembentukan Majelis Kode Etik

untuk menegakkan kode etik. Bagi unit eselon I Kementerian Keuangan yang

telah menetapkan kode etiknya sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri

Keuangan tersebut, wajib berpedoman yang diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan tersebut. Selanjutnya, ditegaskan bahwa tujuan ditetapkannya kode

etik di lingkungan Kementerian Keuangan adalah: 1) meningkatkan disiplin pns,

2) menjamin terpeliharanya tata tertib, 3) menjamin kelancaran pelaksanaan

tugas kondusif, 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional, dan 5)

meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS.

Adapun Pedoman Penyusunan dan Penetapan Kode Etik PNS yang tercantum

dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK. 01/2007

adalah sebagai berikut.

Page 59: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

56

56

56

Dalam konsiderans yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No.

29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang pedoman peningkatan disiplin PNS

dinyatakan bahwa maksud dan tujuan ditetapkannya peraturan menteri keuangan

tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih, berwibawa, dan

bertanggung jawab serta meningkatkan kompetensi, transparansi, dan

integritas diperlukan peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian

Keuangan;

2. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian

Keuangan tersebut diperlukan pedoman peningkatan disiplin PNS di

lingkungan Kementerian Keuangan;

3. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian

Keuangan tersebut, diperlukan pedoman peningkatan disiplin PNS yang

dapat memberikan efek jera bagi PNS yang melanggar kode etik.

Adapun yang dimaksud dengan pengertian PNS, Majelis Kode Etik PNS,

Pelanggaran, Pejabat yang berwenang di lingkungan Kementerian Keuangan

adalah sebagai berikut.

1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri

Sipil Departemen Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

2. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari pada

setiap unit Eselon I.

3. Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri yang selanjutnya disebut

Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural yang bertugas melakukan

penegakan pelaksanaan serta penyelesaian pelanggaran kode etik yang

dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.

4. Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai

Negeri Sipil yang bertentangan dengan kode etik.

6.1 Maksud dan Tujuan

6.2 Pengertian-pengertian

Page 60: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

57

57

57

5. Pejabat yang berwenang adalah Menteri Keuangan atau pejabat lain yang

ditunjuk.

Dalam Pasal 2 dari Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007

dinyatakan hal-hal sebagai berikut:

1. setiap unit eselon 1 di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan

menyusun kode etik (Pasal 2 ayat (1));

2. pimpinan unit eselon 1 atas nama Menteri Keuangan menetapkan kode etik

dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.

Dalam Pasal 2 ayat (3) diatur tentang prinsip dasar menyusun kode etik sebagai

berikut:

1. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang kode etik PNS;

2. disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat;

3. dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit

eselon I.

Materi yang tertuang dalam Kode Etik Instansi diatur dalam Pasal 3, 4, dan Pasal

5 Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 yaitu:

Kode Etik sekurang-kurangnya memuat (Pasal 3):

1. tujuan;

2. kewajiban dan larangan;

3. sanksi.

Adapun tujuan, kewajiban, dan larangan, serta sanksi adalah sebagai berikut

(Pasal 4):

Tujuan kode etik meliputi

- meningkatkan Disiplin PNS;

- menjamin terpeliharanya tata tertib;

- menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif;

6.3 Penetapan Kode Etik Instansi di Lingkungan Kementerian Keuangan

6.4 Prinsip-prinsip Dasar dalam Menyusun Kode Etik

6.5 Materi Dasar yang Tertuang Dalam Kode Etik

Page 61: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

58

58

58

- menciptakan dan memelihara kondisi kerja professional;

- meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS.

Kewajiban sekurang-kurangnya memuat:

- kepatuhan terhadap aturan mengenai tata laksana tugas unit eselon I.

- kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor,

dan pemanfaatan jam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

- hubungan antar PNS baik vertikal maupun horizontal;

- hubungan PNS dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara

kedinasan;

- kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata.

Larangan sekurang-kurangnya memuat:

- larangan bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas.

- larangan menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik.

- larangan menyalahgunakan wewenang.

- larangan menerima segala pemberian yang berkaitan dengan jabatan dan

kewenangannya.

- larangan membocorkan informasi yang bersifat rahasia.

- larangan melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan

norma kesusilaan.

- larangan melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik

Kementerian Keuangan.

PNS di lingkungan Kementerian Keuangan wajib mematuhi dan berpedoman

pada kode etik yang ditetapkan oleh unit eselon I di mana PNS bersangkutan

ditugaskan. Dalam pasal 6 ayat 1 ditetapkan PNS wajib mematuhi dan

berpedoman pada kode etik, dan apabila PNS terbukti melakukan pelanggaran

kode etik dijatuhi sanksi.

Sanksi pelanggaran kode etik adalah sebagai berikut (Pasal 7 ayat 1)

6.6 Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik PNS

6.7 Proses Penegakan Kode Etik Diatur Dalam Peraturan Menteri Keuangan

No. 71/PMK.01/2007

Page 62: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

59

59

59

Sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau

pernyataan penyesalan dan/atau hukuman disiplin berdasarkan PP No. 53

Tahun 2010 dalam hal terjadi pelanggaran disiplin PNS.

Pengenaan sanksi moral tersebut di atas disampaikan secara tertutup atau

terbuka (Pasal 7 ayat 2).

Sanksi moral ditetapkan dengan surat keputusan oleh pejabat yang

berwenang yang memuat pelanggaran kode etik yang dilakukan (pasal 8 ayat

1).

Penyampaian sanksi moral secara tertutup disampaikan oleh pejabat yang

berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh PNS yang

bersangkutan dan pejabat lain yang terkait dengan syarat pangkat pejabat

tersebut tidak boleh rendah dari PNS yang bersangkutan (pasal 8 ayat 2).

Penyampaian sanksi moral secara terbuka disampaikan yang berwenang

atau pejabat lain yang ditunjuk melalui (1) forum pertemuan resmi pns, (2)

upacara bendera, (3) papan pengumuman, (4) media massa, (5) forum lain

yang dipandang sesuai untuk itu (pasal 8 ayat 3).

Dalam hal tempat kedudukan pejabat yang berwenang dan tempat PNS yang

dikenakan sanksi moral berjauhan, pejabat yang berwenang dapat menunjuk

pejabat lain dalam lingkungannya untuk menyampaikan sanksi moral tersebut

dengan syarat pangkat pejabat tersebut tidak boleh rendah dari PNS yang

bersangkutan (Pasal 8 ayat 4).

Dalam hal sanksi moral disampaikan secara tertutup berlaku sejak tanggal

disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada PNS yang bersangkutan

(pasal 8 ayat 5).

Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui forum

pertemuan resmi PNS, upacara bendera, atau forum lain disampaikan

sebanyak 1 (satu) kali dan berlaku sejak tanggal disampaikan oleh pejabat

yang berwenang kepada PNS yang bersangkutan (pasal 8 ayat 6).

Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui papan

pengumuman atau media massa paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal

ditetapkannya Surat Keputusan pengenaan sanksi moral (pasal 8 ayat 7).

Dalam hal PNS yang dikenakan sanksi moral tidak hadir, tanpa alasan yang

sah pada waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah

menerima keputusan sanksi moral tersebut (pasal 8 ayat 8).

Page 63: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

60

60

60

Sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau

pernyataan penyesalan dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja

keputusan sanksi moral disampaikan.

Dalam hal PNS yang dikenakan sanksi moral tidak bersedia mengajukan

permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis, atau membuat pernyataan

penyesalan dapat dijatuhi hukuman disiplin ringan berdasarkan PP No. 53

Tahun 2010.

Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 ditetapkan dan mulai berlaku

pada tanggal 13 Maret 2007, sedangkan Peraturan Menteri Keuangan No.

71/PMK.01/2007 ditetapkan tanggal 25 Juni 2007 dan mulai berlaku surut sejak

tanggal 13 Maret 2007 bersamaan waktunya dengan berlakunya Peraturan

Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007.

Pemahaman tentang Kode Etik PNS yang berlaku bagi PNS diseluruh wilayah

Indonesia, dan Kode Etik PNS yang ditetapkan pada setiap unit eselon 1 di

lingkungan Departemen Keuangan yang disusun berdasarkan karakteristik unit

eselon 1 yang bersangkutan sangat diperlukan bagi peserta diklat sebagai PNS

Departemen Keuangan, agar dapat mengamalkan secara baik dan benar

sehingga dapat diwujudkan PNS yang diharapkan masyarakat yaitu dapat

mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.

Kode etik di lingkungan Departemen Keuangan ditetapkan berdasarkan pasal 13

dan pasal 14 PP No. 42 Tahun 2004 yang mengatur tentang penetapan kode etik

instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi. Kode etik instansi

tidak boleh bertentangan dengan kode etik PNS, yang diatur dalam PP No. 42

Tahun 2004. Mengacu pada PP No. 42 Tahun 2004, maka ditetapkan Peraturan

Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dan ditambah

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang Pedoman

Peningkatan Disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam

konsiderans peraturan menteri keuangan tersebut ditegaskan bahwa

Peningkatan disiplin PNS berkaitan dengan pelaksanaan kode etik PNS, yaitu

memberikan efek jera pada PNS yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik.

Adapun tujuan ditetapkannya kode etik adalah: 1) meningkatkan disiplin pns, 2)

menjamin terpeliharanya tata tertib,3) menjamin kelancaran pelaksanaan tugas

kondusif, 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja yang profesional, dan 5)

meningkatkan citra dan kinerja PNS.

6.8 Rangkuman

Page 64: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

61

61

61

Dalam peraturan menteri keuangan tersebut diatur tentang pedoman

penyusunan, penetapan kode etik PNS berikut pembentukan Majelis Kode Etik

serta proses penegakan kode etik. Dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut

dinyatakan bahwa setiap unit eselon I di unit Kementerian Keuangan diwajibkan

menyusun kode etik sesuai ketentuan yang diatur di dalam peraturan menteri

Keuangan tersebut. Apabila ada unit eselon I yang telah menetapkan kode

etiknya sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tersebut, maka

kode etik tersebut harus disesuaikan dengan ketentuan yang diatur di dalam

Peraturan Menteri Keuangan tersebut. Pimpinan unit eselon I atas nama Menteri

Keuangan menetapkan kode etik dan melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaannya. Adapun prinsip-prinsip dasar menyusun kode etik adalah : 1)

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang kode etik pns, 2) disusun di dalam bahasa yang mudah dipahami dan

diingat, dan 3) dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing

unit eselon I. Selanjutnya materi dasar yang tertuang dalam kode etik sekurang-

kurangnya memuat: 1) tujuan, 2) kewajiban dan larangan, dan 3) sanksi. Apabila

PNS terbukti melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi moral

dapat dikenakan tindakan administratif yaitu hukuman disiplin PNS yang diatur

dalam PP No.53 Tahun 2010 dalam hal terjadinya pelanggaran disiplin PNS.

1. Jelaskan pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian

Keuangan dalam hubungannya dengan pelaksanaan kode etik PNS!

2. Jelaskan tujuan ditetapkannya kode etik di lingkungan Kementerian

Keuangan!

3. Jelaskan tentang prinsip dasar dalam menyusun kode etik dan materi dasar

yang tertuang dalam kode etik PNS!

4. Jelaskan tentang pengertian pelanggaran kode etik dan sanksi atas

pelanggaran tersebut!

5. Uraikan secara garis besar tentang proses penegakan kode etik!

6.9 Latihan 5

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 5, mari

kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!

Page 65: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

62

62

62

Pilih Satu Jawaban Yang Benar

1. Etika sebagai sistem nilai:

a. Pedoman, petunjuk bagaimana hidup baik sebagai manusia

b. Membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta

pembenarannya

c. Membahas atau mengkaji persoalan benar atau salah secara moral

d. Refleksi kritis bagaimana harus bertindak benar dalam situasi yang

konkret

2. Etiket:

a. Mengacu pada norma moral

b. Bersifat universal

c. Mengacu pada norma sopan santun

d. Mengacu pada norma hukum

3. Etika deontologi:

a. Menilai perilaku baik atau buruk berdasarkan atas kewajiban

b. Menilai perilaku benar atau salah berdasarkan atas akibat dari perilaku

tersebut

c. Menilai perilaku baik atau buruk berdasarkan tujuan yang akan dicapai

atas perilaku tersebut

d. Menilai perilaku benar dan salah secara moral berdasarkan kewajiban

dan akibat dari perilaku tersebut

4. Prinsip-prinsip etika dari Adler tersebut di bawah ini kecuali:

a. Prinsip persamaan

b. Prinsip kebaikan

c. Prinsip keadilan

d. Prinsip kesejahteraan

I. Pilihan Berganda

Page 66: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

63

63

63

5. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagai rumusan yang bersumber

dari:

a. Ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam

Pancasila

b. Ajaran tentang nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku umum

c. Norma hukum dan norma moral

d. Norma agama dan norma moral

6. Unsur-unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi tersebut di

bawah ini kecuali:

a. Adanya etos kerja yang kuat

b. Moralitas pribadi

c. Kepemimpinan yang bermutu

d. Dedikasi dan bertanggung jawab

7. Sanksi pelanggaran kode etik PNS:

a. Sanksi moral dan sanksi pidana dan perdata

b. Selain sanksi moral dapat dikenakan sanksi pidana

c. Selain sanksi moral dapat dikenakan tindakan administratif yang tertuang

dalam PP No. 53 Tahun 2010 dalam hal pelanggaran disiplin PNS

d. Sanksi moral, sanksi perdata

8. Salah satu butir yang terkandung dalam etika PNS dalam bernegara:

a. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

b. Manjaga informasi yang bersifat rahasia

c. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja

d. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar

9. Keputusan Majelis Kode Etik:

a. Bersifat final

b. Dapat diajukan kepada pejabat pembina kepegawaian yang berlaku yang

bersangkutan

c. Dapat diajukan kembali kepada Majelis Kode Etik

d. Dapat diajukan kembali kalau disetujui oleh pejabat pembina

kepegawaian yang bersangkutan

Page 67: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

64

64

64

10. Pelaku pengawasan dan evaluasi penerapan etika oleh aparatur pemerintah:

a. Dilakukan oleh lembaga pemerintahan saja

b. Dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga memberi kesempatan kepada

masyarakat dan sektor swasta

c. Dilakukan oleh masyarakat dan sektor swasta

d. Dilakukan oleh masyarakat

Pilihlah: A, bila pernyataan 1, 2, dan 3, benar

B, bila pernyataan 1 dan 3 benar

C, bila pernyataan 2 dan 4 benar

D, bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar

1. Teori-teori tentang etika antara lain tersebut di bawah ini:

1) Etika teleologi

2) Etika normatif

3) Etika keutamaan

4) Etika deskriptif

2. Beberapa moralitas pribadi yang penting antara lain:

1) Dedikasi

2) Jujur tidak korupsi

3) Taat pada tuntutan khas etika birokrasi

4) Bertanggung jawab

3. Kepemimpinan yang bermutu menuntut antara lain hal-hal sebagai berikut:

1) Kompetensi

2) Tertib kerja

3) Konsistensi

4) Terus menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapannya

II. Asosiasi Pilihan Berganda

Page 68: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

65

65

65

4. Kode etik PNS:

1) Pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS dalam pelaksanaan

tugas dan pergaulan hidup sehari-hari

2) Bertujuan meningkatkan kualitas PNS

3) Bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan PNS

4) Mewujudkan PNS yang bersikap disiplin dan berperilaku etis

5. Tujuan kode etik di lingkungan Departemen Keuangan antara lain tersebut di

bawah ini:

1) Meningkatkan disiplin PNS

2) Menjamin terpeliharanya tata tertib

3) Menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif

4) Menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional

6. Etika PNS dalam berorganisasi:

1) Peningkatan etos kerja

2) Menjaga informasi yang bersifat rahasia

3) Membina karakter watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan

4) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku

7. Etika PNS dalam bermasyarakat antara lain tersebut di bawah ini:

1) Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih

dan tanpa unsur paksaan

2) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja

3) Mewujudkan pola hidup sederhana

4) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja

8. Pembinaan jiwa korps PNS bertujuan untuk:

1) Mendorong etos kerja

Page 69: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

66

66

66

2) Meningkatkan perjuangan pengabdian kesetiaan PNS

3) Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran dan wawasan

kesadaran PNS

4) Peningkatan kerja sama sesama PNS

9. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pengawasan

jalannya pemerintahan termasuk etika aparatur pemerintahan, antara lain

tersebut di bawah ini:

1) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

2) Indonesian Corruption Watch (ICW)

3) Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)

4) Indonesian Parliamentary Watch (IPW)

10. Dimensi etika organisasi pemerintah antara lain mencakup:

1) Etika dalam organisasi

2) Etika dalam pemerintahan

3) Etika dalam jabatan

4) Nilai-nilai kepemerintahan yang baik

Page 70: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

67

67

67

1. a 1. B

2. c 2. D

3. a 3. A

4. d 4. D

5. a 5. D

6. d 6. C

7. e 7. B

8. d 8. B

9. a 9. D

10. b 10. D

I. Pilihan II. Asosiasi Pilihan Berganda

Page 71: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

68

68

68

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir

dari modul ini.

Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk

mengetahui sampai sejauh mana Tingkat Pemahaman (TP) Anda.

Apabila TP Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:

91 % s.d. 100% : Amat Baik

81 % s.d. 90,99 % : Baik

71 % s.d. 80,99 % : Cukup

61 % s.d. 70,99 % : Kurang

Bila TP belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan

mengulang materi.IF

TP = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100% Jumlah keseluruhan soal

Page 72: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

69

69

69

Adam, Indrawidjaya. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung.

Army, Winarti. 2003. Pembudayaan Sumber Daya Aparatur Dalam Rangka

Peningkatan Kinerja Organisasi Publik Dalam Jurnal Ilmiah “Good

Governance”.

Ashari, Topo dan Fernanda Desi. 2001. Membangun Kepemerintahan Yang Baik.

Jakarta:LAN.

Gering, Supriadi. 2001. Etika Birokrasi. Jakarta:LAN.

Gunnar, Myrdal. 1968. Asian Drama New York.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta:Balai Pustaka.

R.C., Solomon. 1984. Etika, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Rooswiyanto, Tony. 2005. Etika Organisasi Pemerintah.

Siagian, Sondang. 1996. Etika Bisnis. Jakarta.

Suharjo, Salamun dan Fernanda Desi. 2001. Etika Organisasi Pemerintah

Prajabatan III. Jakarta:LAN.

Suseno, Magnis SJ. 2002. Etika Birokrasi, Makalah pada Seminar

Pengembangan Widyaiswara.

Tim Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada. 2002. Pendidikan Pancasila.

Jayakarta.

Triguno. Budaya Kerja dan Disiplin. Jakarta: Bappenas.

Wahyudi, Kumarotomo. Etika Administrasi Negara.

Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

Ketetapan MPR No. XI/MPR/1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih

dan bebas KKN.

Peraturan

Literatur

Page 73: Etika Organisasi Prajabiii 2011

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

70

70

70

Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 yang sebagaimana telah

diubah dan ditambah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

71/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin PNS di

Lingkungan Departemen Keuangan.

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS.

Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang Kepemerintahan yang Baik.

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan

Kode Etik PNS.

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Publik.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dan ditambah

dengan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok

Kepegawaian.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Asas-asas Umum Penyelenggaraan

Negara Yang Bersih dan Bebas KKN.

Undang-Undang Dasar 1945.