etika organisasi prajabiii 2011
DESCRIPTION
prajab pnsTRANSCRIPT
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM :: BPPK 2011 i
i
i
Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Arijati A. Rachman SH., Sp.N, ditunjuk sebagai penyusun modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judul yang sama.
Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III.
Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan Golongan III. Namun mengingat modul ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak(termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.
Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Juni 2011 Kepala Pusat
ttd
Tony Rooswiyanto NIP 195604041982031001
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
ii
ii
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
1. PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Deskripsi Singkat..............................................................................
1.2 Tujuan Pembelajaran Umum............................................................
1.3 Tujuan Pembelajaran Khusus..........................................................
2. KEGIATAN BELAJAR 2
ETIKA, ETIKET, ETOS DAN MORAL....................................................
2.1 Pengertian-pengertian......................................................................
2.2 Prinsip-prinsip Etika..........................................................................
2.3 Teori-teori Etika................................................................................
2.4 Rangkuman......................................................................................
2.5 Latihan 1...........................................................................................
3. KEGIATAN BELAJAR 2
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA.......................................................
3.1 Pengertian, Maksud, dan Tujuan......................................................
3.2 Pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa.......................................
3.3 Ruang Lingkup Etika Kehidupan Berbangsa....................................
3.4 Rangkuman......................................................................................
3.5 Latihan 2...........................................................................................
4. KEGIATAN BELAJAR 3
ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH.....................................................
4.1 Pengertian........................................................................................
4.2 Arti dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi....................................
4.3 Dimensi Etika Organisasi Pemerintah..............................................
4.4 Perwujudan Etika Organisasi Pemerintah........................................
4.5 Implementasi Etika Dalam Organisasi Pemerintah..........................
i
ii
1
1
2
2
4
4
8
10
15
16
17
17
17
18
21
22
23
23
23
25
28
32
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN :: SDM BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
iii
iii
iii
4.6 Standar Etika Organisasi..................................................................
4.7 Rangkuman......................................................................................
4.8 Latihan 3...........................................................................................
5. KEGIATAN BELAJAR 4
ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL...........................................................
5.1 Nilai-nilai Dasar Bagi Pegawai Negeri Sipil......................................
5.2 Kode Etik PNS..................................................................................
5.3 Peraturan Disiplin PNS.....................................................................
5.4 Etika PNS yang Tertuang Dalam Ketentuan Pokok-pokok
Kepegawaian....................................................................................
5.5 Prinsip-prinsip Moral PNS................................................................
5.6 Rangkuman......................................................................................
5.7 Latihan 4...........................................................................................
6. KEGIATAN BELAJAR 5
KODE ETIK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN...............
6.1 Maksud dan Tujuan..........................................................................
6.2 Pengertian-pengertian......................................................................
6.3 Penetapan Kode Etik Instansi di Lingkungan Departemen
Keuangan..........................................................................................
6.4 Prinsip-prinsip Dalam Menyusun Kode Etik.....................................
6.5 Materi Dasar yang Tertuang Dalam Kode Etik.................................
6.6 Sanksi Atas Pelanggaran Kode Etik PNS........................................
6.7 Proses Penegakan Kode Etik Diatur Dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 71/PMK.01/2007........................................................
6.8 Rangkuman......................................................................................
6.9 Latihan 5...........................................................................................
TES FORMATIF......................................................................................
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF......................................................
UMPAN BALIK dan TINDAK LANJUT..................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
33
37
38
39
39
40
46
49
50
52
54
55
56
56
57
57
57
58
58
60
61
62
67
68
69
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
1
1
1
Untuk mewujudkan pembangunan nasional, diperlukan PNS yang berkualitas
yang dapat melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya yang
strategis dalam organisasi pemerintah. Untuk mewujudkan PNS yang berkualitas
tersebut diperlukan pendidikan dan pelatihan prajabatan PNS di mana peserta
diklat adalah calon PNS yang akan diangkat menjadi PNS apabila telah
mengikuti dan lulus ujian prajabatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101
Tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan PNS mengamanatkan
bahwa Diklat termaksud dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam
rangka pembentukan wawasan, kepribadian, dan etika PNS di samping
pengetahuan dasar lainnya agar apabila telah diangkat menjadi PNS mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam organisasi pemerintah sesuai
ketentuan yang berlaku. Salah satu materi diklat prajabatan dalam hal ini diklat
prajabatan III adalah etika oganisasi pemerintah.
Pemahaman materi etika organisasi pemerintah diperlukan peserta diklat karena
PNS bertugas dalam organisasi pemerintah, yang pada hakekatnya tugas
pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang prima kepada
masyarakat. Dalam konteks organisasi, etika organisasi diartikan sebagai pola
sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota
organsasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yang
sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangkutan (Desi
Fernanda, 2006:19). Peserta diklat perlu memahami bahwa tugas PNS untuk
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat melalui pengetahuan,
keahlian, dan ketrampilan serta sikap dan perilaku etis. Peserta diklat perlu
memahami bahwa etika dalam organisasi merupakan faktor utama untuk dapat
mewujudkan tujuan organisasi. PNS yang tidak menerapkan etika organisasi
dalam pelaksanaan tugasnya cenderung memberikan pelayanan yang
diskriminatif yang merupakan kendala utama dalam mewujudkan tujuan
organisasi. PNS sebagai anggota organisasi pemerintah berkewajiban menjaga
dan meningkatkan citra organisasi, serta melaksanakan tugas dan kewajibannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mewujudkan tujuan organisasi,
1.1 Deskripsi Singkat
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
2
2
2
karena kedudukan, tugas, dan tanggung jawab PNS yang strategis dalam
organisasi pemerintah.
Untuk memudahkan mempelajari modul ini pembahasannya disusun dalam lima
kegiatan belajar, yaitu:
1. kegiatan belajar 1 tentang etika, etiket, etos, moral, moralitas;
2. kegiatan belajar 2 tentang etika kehidupan berbangsa;
3. kegiatan belajar 3 tentang etika organisasi pemerintah;
4. kegiatan belajar 4 tentang tentang etika PNS;
5. kegiatan belajar 5 tentang kode etik dilingkungan Kementerian Keuangan.
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan dapat menerapkan etika
dalam organisasi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dalam rangka
mewujudkan tujuan organisasi.
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan dapat:
1. menguraikan tentang etika, etos, etiket, moral, dan moralitas;
2. menjelaskan tentang prinsip-prinsip etika dari Adler;
3. menguraikan tentang teori-teori etika;
4. menguraikan tentang pengertian, maksud, dan tujuan ditetapkannya etika
kehidupan berbangsa;
5. menyebutkan sikap yang dikedepankan dari pokok-pokok etika kehidupan
berbangsa;
6. menjelaskan tentang ruang lingkup etika kehidupan berbangsa;
7. menjelaskan tentang pengertian, arti, dan pentingnya etika dalam kehidupan
organisasi serta dimensi etika organisasi pemerintah;
8. menjelaskan tentang pengertian, penyusunan, standar etika organisasi
pemerintah;
9. menjelaskan tentang pengawasan, evaluasi, dan meningkatkan standar etika
organisasi pemerintah;
10. menjelaskan tentang pengertian, tujuan, ruang lingkup pembinaan jiwa
korps, dan kode etik PNS;
11. menguraikan secara garis besar nilai-nilai dasar yang wajib dijunjung tinggi
dan dilaksanakan PNS;
1.3 Tujuan Pembelajaran Khusus
1.2 Tujuan Pembelajaran Umum
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
3
3
3
12. menyebutkan butir-butir yang terkandung dalam kode etik PNS, yang
tercantum dalam etika PNS dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat
terhadap diri sendiri dan terhadap sesama PNS;
13. menjelaskan tentang proses penegakan kode etik PNS;
14. menguraikan secara garis besar tentang hukuman disiplin PNS dalam
hubungannya dengan kode etik PNS;
15. menjelaskan tentang kewajiban calon PNS untuk mengucapkan sumpah
atau janji pada saat pengangkatan menjadi PNS;
16. menjelaskan tentang kewajiban PNS untuk mengucapkan sumpah/janji pada
saat diangkat jabatan negeri;
17. menyebutkan prinsip-prinsip moral PNS yang harus dimiliki dan dihayati PNS
yang merupakan etika yang wajib dilaksanakan PNS;
18. menjelaskan maksud dan tujuan ditetapkan kode etik di lingkungan
Kementerian Keuangan;
19. menguraikan secara garis besar tentang hubungan peningkatan disiplin PNS
dalam hubungannya dengan pelaksanaan kode etik di lingkungan
Kementerian Keuangan;
20. menjelaskan tentang materi dasar yang wajib tercantum dalam kode etik di
lingkungan Kementerian Keuangan;
21. menjelaskan tentang proses penegakan kode etik di lingkungan Keuangan
Keuangan.
Selamat Belajar
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
4
4
4
Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah terlebih dahulu
diperlukan pemahaman kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam
komunikasi sehari-hari yaitu kata-kata etiket, etos, moral, moralitas, dan
norma/kaedah. Untuk lebih memahami tentang etika dalam konteks organisasi
pemerintah, maka dalam kegiatan belajar 1 ini diuraikan dan dibahas tentang
pengertian, prinsip-prinsip, dan teori-teori tentang etika sehingga dapat
memahami tentang etika dalam organisasi pemerintah.
Adapun pemahaman etika, etiket, etos, moral, moralitas, dan norma/kaedah
adalah sebagai berikut.
2.1.1 Etika
Secara teori (K. Bertens) pengertian etika meliputi pengertian etika sebagai
sistem nilai dan pengertian etika sebagai filsafat moral. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1997), etika diartikan sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan
sebagai kode etik. Istilah etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno,
yakni “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini, etika
berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan hidup bagi diri seseorang atau
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu
generasi ke generasi (Sonny Keraf, 2002). Etika sering dipahami sebagai ajaran
tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia, sehingga etika
dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah yang harus dipatuhi karena
tindakan tersebut baik dan benar, dan larangan yang harus dihindari atau tidak
dilakukan karena tindakan tersebut salah.
Adapun pemahaman tentang pengertian etika, sebagai sistem nilai, filsafat moral,
dan sebagai kode etik adalah sebagai berikut.
A. Etika sebagai Sistem Nilai
Dalam pengertian etika sebagai sistem nilai, etika berkaitan dengan kebiasaan
yang baik, tata cara hidup yang baik, baik bagi dirinya sendiri, bagi orang lain,
masyarakat, organisasi, dan lain-lain. Etika sebagai sistem nilai dipahami sebagai
pedoman, petunjuk, arah bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.
2.1 Pengertian-pengertian
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
5
5
5
Etika sebagai sistem nilai berisi nilai-nilai sebagai pedoman, petunjuk, perilaku
yang baik, yaitu bagaimana berperilaku baik sebagai manusia. Etika sebagai
sistem nilai berisi perintah yang harus dipatuhi karena tindakan tersebut baik dan
benar dan larangan yang tidak boleh dilanggar karena tindakan tersebut
akibatnya tidak baik atau merugikan.
B. Etika sebagai Filsafat Moral
Etika sebagai filsafat moral, sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang
mempelajari dan membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta
pembenarannya.
Etika sebagai filsafat moral mempunyai pengertian yang lebih luas dari
pengertian etika sebagai sistem nilai, karena pengertian etika sebagai filsafat
moral adalah ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar atau salah
secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret yang
dilematis yaitu situasi yang sulit di mana kita harus memilih antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan. Dalam situasi yang
dilematis ini, kita hanya dapat memilih salah satu nilai saja yang kita anggap
paling baik dan paling benar.
Etika sebagai filsafat moral merupakan refleksi kritis untuk memungkinkan kita
menentukan pilihan, untuk menentukan sikap, dan untuk bertindak benar sebagai
manusia dalam situasi konkret, dilematis, dan kritis. Untuk bertindak etis pada
situasi tersebut tidak ditentukan oleh norma dan nilai moral saja, tetapi juga
diperlukan suatu evaluasi kritis terhadap semua situasi yang terkait, sehingga
etika sebagai filsafat moral bersifat situasional.
Menurut K. Bertens (2000), dalam modul etika organisasi oleh Drs. Tony
Rooswiyanto,M.Sc (2005:7-8), dinyatakan bahwa ada 3 (tiga) pendekatan dalam
memandang etika, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika
deskriptif tidak dapat dikelompokkan sebagai cabang filsafat, karena etika
deskriptif hanya menggambarkan, tidak mengevaluasi secara moral. Etika
deskriptif hanya mempelajari perilaku moral yang dilandasi oleh anggapan-
anggapan tertentu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang
dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan, dalam kalangan atau kelompok
masyarakat tertentu. Selanjutnya etika normatif mengevaluasi apakah perilaku
tertentu dapat diterima atau tidak dapat diterima berdasarkan norma-norma moral
yang menjunjung tinggi martabat manusia, yang menentukan benar atau tidaknya
suatu perilaku berdasarkan argumentasi yang mengacu pada norma-norma
moral. Etika normatif terfokus pada perumusan prinsip-prinsip moral yang dapat
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
6
6
6
dipertanggungjawabkan secara rasional. Selanjutnya Meta etika membahas
mengenai bahasa atau logika khusus yang digunakan di bidang moral sehingga
perilaku etis dapat diuraikan secara analitis. Meta etika menilai perilaku baik dari
sudut moral bukan sekedar karena perilaku itu membantu atau meningkatkan
martabat orang lain, tetapi perilaku tersebut harus memenuhi suatu persyaratan
moral tertentu. Etika deskriptif tidak dapat dimasukkan dalam kelompok filsafat.
Sedangkan etika normatif dan meta etika dapat dimasukkan dalam kelompok
etika sebagai cabang filsafat.
C. Etika sebagai Kode Etik
Pada hakekatnya kode etik diartikan sebagai nilai-nilai/norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1997). Menurut Dr. A. Sonny Keraf
(2002), kode etik adalah seperangkat aturan moral dalam sebuah organisasi
mengenai bagaimana semua anggota organisasi harus bersikap dan berperilaku,
di mana kode etik sebagai pedoman bersikap dan berperilaku (code of
conduct). Menurut Drs. Tony Rooswiyanto, M.Sc (2005:23), kode etik diartikan
sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku
moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus ditaati
setiap anggota organisasi.
2.1.2 Moral
Moral berasal dari Bahasa Latin “mos” (jamak: “mores”) yang berarti: kebiasaan,
adat. Secara etimologi kata “moral” berarti adat istiadat kebiasaan. Moral dapat
diartikan sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu
yang diyakini, sebagai sesuatu yang baik atau buruk oleh seseorang atau
organisasi sehingga dapat membedakan mana yang harus dilakukan dan mana
yang tidak seharusnya dilakukan.
2.1.3 Moralitas
Moralitas dimaksudkan untuk menentukan seberapa jauh seseorang memiliki
dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip etika.
Moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-
norma yang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas
merupakan salah satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok sosial
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
7
7
7
menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk segala pola hidup
dan perilaku yang dikenal sebagai pola sikap dan perilaku yang bermoral.
Selanjutnya moralitas dimaksudkan untuk menentukan sejauh mana seseorang
memiliki dorongan untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsip etika-etika
moral (Desi Fernanda, 2006:4-5.)
2.1.4 Etos
Dalam bahasa Inggris “ethos” berarti ciri-ciri atau sikap dari individu, masyarakat,
atau budaya terhadap kegiatan tertentu. Apabila ada istilah etos kerja, maka ini
dimaksudkan sebagai ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang
terhadap kerja. Dalam etos kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau
kelompok yang melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggungjawab, dedikasi,
integritas, transparansi, dan sebagainya.
Menurut Magnis Suseno SJ (1992:120), etos dipandang sebagai semangat dan
sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang terhadap kegiatan tertentu
yang di dalamnya termuat nilai-nilai moral tertentu. Etos kerja merupakan sifat
dasar seseorang dan sekelompok orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Etos kerja bisa kuat atau lemah, positif atau negatif, akan terlihat pada saat
seseorang tersebut mengalami hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya.
Etos kerja seorang individu akan sangat dipengaruhi oleh etos kelompok, yaitu
etos orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang pegawai yang pada awalnya
memiliki etos kerja yang tinggi bisa berubah menjadi misalnya malas, tidak
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, atau menghindari pekerjaan akibat
terpengaruh oleh teman-teman kerjanya yang memiliki etos kerja rendah. Etos
kerja di sini jelas menunjukkan suasana khas yang meliputi bidang kerja
seseorang yang terbentuk oleh sifat dan sikap yang dapat dipahami secara
moral.
2.1.5 Etiket
Kata lain yang hampir sama dengan etika, yaitu etiket. Etiket berasal dari bahasa
Inggris “etiquette” yang berarti aturan untuk hubungan formal atau sopan santun.
Pemakaian kata etiket, misalnya tampak pada kombinasi etiket pergaulan, etiket
makan, dan sebagainya.
Etiket tidak sama dengan etika, meskipun ada kaitannya. Kaitan antara etiket dan
etika adalah sama-sama mengacu pada norma atau aturan. Etika mengacu pada
norma moral, sedangkan etiket mengacu pada norma kelaziman.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
8
8
8
Ada beberapa perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket. Bertens
(2000:8-11) dalam modul etika organisasi pemerintah (Tonny Rooswiyanto,
2005:5-7) mengemukakan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket
sebagai berikut:
Etiket menunjukkan cara (yang dianggap tepat dan diterima) suatu tindakan
yang harus dilakukan manusia dalam suatu kalangan tertentu. Sebaliknya,
etika berkaitan dengan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak
boleh dilakukan dalam suatu kehidupan manusia.
Etiket hanya berlaku jika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu
tindakan. Sebaliknya, etika berlaku ketika orang atau pihak lain menyaksikan
maupun tidak menyaksikan.
Etiket bersifat relatif, sangat tergantung pada anggapan kalangan atau
budaya yang memberlakukan etiket. Selanjutnya etika bersifat universal yang
berlaku pada semua kalangan dan budaya.
Dalam buku Adler tertuang 6 prinsip dasar yang merupakan landasan prinsipil
dari etika. Adler dalam bukunya “The Great Ideas” menetapkan 6 prinsip dasar
tersebut merupakan 6 Ide Agung (The Six Great Ideas) yang merupakan
landasan prinsipil dari etika, yang selanjutnya dikenal sebagai prinsip-prinsip
etika.
Prinsip-prinsip etika tersebut yang tertulis dalam modul etika birokrasi
(Supriyadi,2001) secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
2.2.1 Prinsip Keindahan (Beauty)
Prinsip ini mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia itu sendiri
merupakan keindahan. Berdasarkan prinsip ini, etika manusia adalah berkaitan
atau memperhatikan nilai-nilai keindahan, misalnya seseorang memerlukan
penampilan yang serasi dan indah dalam berpakaian, pengelolaan kantor
dilandasi oleh nilai-nilai keindahan yang meningkatkan semangat dalam bekerja
bagi anggota organisasi.
Prinsip ini mendasari bahwa kehidupan manusia sesungguhnya merupakan
keindahan, misalnya adanya rasa kasih sayang antara sesama, kedamaian,
berpenampilan indah, suasana yang kondusif, berpenampilan menarik, dan lain-
lain, yang secara keseluruhan merupakan suatu keindahan dalam kehidupan
manusia.
2.2 Prinsip-prinsip Etika
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
9
9
9
2.2.2 Prinsip Persamaan (Equality)
Dalam prinsip persamaan, hakekat kemanusiaan menghendaki adanya
persamaan antara manusia yang satu dengan yang lain. Setiap manusia yang
lahir sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki hak dan kewajiban yang sama atau
sederajat, karena kedudukan manusia adalah sama di hadapan Tuhan. Meskipun
manusia terdiri dari beberapa bangsa, ras, etnis, sikap, dan pola pikir yang
beragam, tidak sama satu sama lain, namun semua perbedaan tersebut bukan
merupakan alasan untuk memperlakukan tidak sama terhadap semua manusia
sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai derajat yang sama dalam kehidupan.
Etika yang dilandasi persamaan menghapuskan perilaku diskriminatif. Jadi,
manusia harus diperlakukan sama, tidak diskriminatif.
Etika yang dilandasi prinsip persamaan ini tidak membenarkan perilaku
diskriminatif dalam berbagai aspek interaksi manusia. Pemerintah tidak dapat
membedakan tingkat pelayanan terhadap masyarakat karena kedudukan mereka
adalah sama.
2.2.3 Prinsip Kebaikan (Goodness)
Secara umum kebaikan diartikan sebagai sifat atau karakterisasi dari sesuatu
yang menimbulkan pujian. Sebagai contoh: kebaikan yang diterima umum,
misalnya saling menghormati, saling berbuat baik, saling kasih-mengasihi,
sayang sesama manusia, dan lain-lain. Prinsip kebaikan bersifat universal,
karena prinsip kebaikan sangat erat kaitannya dengan hasrat dan cita manusia.
Dalam pemerintahan, tujuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
pada dasarnya adalah untuk menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi
rakyat/masyarakat.
2.2.4 Prinsip Keadilan (Justice)
Secara umum keadilan dapat diartikan bahwa setiap orang menerima apa yang
seharusnya diterima, sehingga merasa adil karena apa yang diterima sesuai apa
yang seharusnya diterima. Keadilan ialah kemauan yang tetap dan kekal untuk
memberikan kepada setiap orang secara proporsional.
2.2.5 Prinsip Kebebasan (Liberty)
Secara umum kebebasan dapat diartikan bahwa setiap orang berhak
menentukan pilihannya, apa yang baik untuk dirinya. Setiap orang bebas
melakukan atau tidak melakukan sesuai pilihannya, dengan ketentuan jangan
melanggar kebebasan orang lain. Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab,
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
10
10
10
artinya hak menentukan pilihan dalam hidupnya yang merupakan kebebasan
harus dapat dipertanggungjawabkan, jangan sampai merugikan orang lain atau
masyarakat. Semakin besar kebebasan yang dimiliki, akan semakin besar
tanggung jawabnya.
Dengan demikian kebebasan manusia mengandung pengertian, yaitu :
kemampuan untuk menentukan pilihan untuk dirinya sendiri;
kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan, kebebasan untuk
menentukan pilihannya sendiri;
syarat-syarat yang memungkinkan manusia melaksanakan kebebasannya
dalam menentukan pilihannya beserta konsekuensi atas kebebasannya
tersebut.
Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, demikian pula tidak ada tanggung
jawab tanpa kebebasan.
2.2.6 Prinsip Kebenaran (Truth)
Kebenaran yang mutlak hanya dapat dibuktikan dengan keyakinan. Kebenaran
harus dibuktikan kepada masyarakat agar masyarakat merasa yakin akan
kebenaran tersebut. Untuk itu kita perlu menjembatani antara kebenaran dalam
pemikiran (truth in mind), dengan kebenaran dalam kenyataan ( truth in reality)
atau kebenaran yang terbuktikan. Betapapun doktrin etika tidak selalu dapat
diterima apabila kebenaran yang terdapat didalamnya belum dapat dibuktikan.
Namun adapula kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan,
bukan dengan fakta yang ditelaah oleh ilmu teologi dan ilmu agama.
Keenam Ide Agung dari Adler, yang selanjutnya dikenal dengan istilah prinsip-
prinsip etika, mendasari hubungan antarmanusia dengan lingkungannya, karena
dalam etika harus menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang. Prinsip-prinsip etika
tersebut merupakan landasan prinsipil dari etika.
Teori-teori etika akan memberi jawaban bagaimana kita harus bertindak etis
ketika kita menghadapi situasi konkret. Teori etika ini terdiri dari Etika deontologi,
Etika Teleologi, dan Etika Keutamaan. Menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002), teori-
teori etika tersebut adalah sebagai berikut.
2.3 Teori-teori Etika
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
11
11
11
2.3.1 Etika deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani “deon”, yang berarti kewajiban,
sedangkan “logos” berarti pengetahuan. Menurut etika deontologi, suatu tindakan
dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku. Apabila
suatu tindakan baik secara moral, maka menjadi kewajiban kita untuk melakukan,
sebaliknya suatu tindakan buruk secara moral, maka menjadi kewajiban kita
untuk menghindari atau tidak melakukannya. Etika deontologi menekankan
motivasi, kemauan yang kuat untuk bertindak.
Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan apakah
akibat dari tindakan tersebut baik atau tidak. Emmanuel Kant (1734-1804)
berpendapat, tindakan yang baik atau tindakan yang memiliki moral adalah: (1)
tindakan yang dijalankan sesuai dengan kewajiban. Segala tindakan yang
bertentangan dengan kewajiban merupakan tindakan yang tidak baik. (2)
Tindakan yang dilakukan berdasarkan kewajiban tersebut harus didasarkan pada
kemauan baik, bukan karena paksaan.
Hukum moral menurut Kant adalah bersifat universal karena dianggap sebagai
perintah tak bersyarat, artinya hukum moral itu berlaku bagi semua orang pada
segala situasi dan tempat. Oleh karena itu hukum moral tertanam dalam hati
nurani setiap orang sebagai makluk ciptaan Tuhan.
Ada 2 (dua) prinsip hukum moral yang bersifat universal merupakan perintah
tidak bersyarat, yaitu sebagai berikut.
1) Prinsip universalitas
Bertindaklah hanya atas dasar perintah yang kamu sendiri kehendaki sehingga
akan menjadi sebuah hukum universal, karena kita mempunyai kewajiban untuk
mematuhi apa yang kita anggap benar, karena kita yakin bahwa apa yang kita
anggap benar, juga dianggap benar oleh orang lain.
2) Prinsip hormat kepada manusia sebagai tujuan pada dirinya
Bertindaklah sedemikian rupa agar kita memperlakukan manusia, apakah diri kita
sendiri, maupun orang lain, berorientasi kepada tujuan pada dirinya sendiri dan
tidak pernah hanya sebagai alat.
Menurut Kant, manusia mempunyai harkat dan martabat yang luhur dan karena
itu tidak boleh diperlakukan secara tidak adil, ditindas atau diperas demi
kepentingan lain. Kita juga tidak boleh membiarkan diri kita diperalat,
diperlakukan secara sewenang-wenang, bahkan kita tidak boleh memperbudak
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
12
12
12
diri kita demi uang atau kekuasaan karena ini bertentangan dengan prinsip
hormat akan pribadi manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri.
Menurut etika deontologi, lakukan apa yang menjadi kewajiban Anda, karena
suatu tindakan yang bernilai moral, maka tindakan itu dilaksanakan berdasarkan
kewajiban yang memang harus dilaksanakan, terlepas dari tujuan atau akibat dari
tindakan itu.
2.3.2 Etika Teleologi
Teleologi berasal dari kata Yunani “telos”, yang berarti tujuan. Etika teleologi
berbeda dengan etika deontologi, karena etika teleologi tidak menilai perilaku
atas dasar kewajiban, tetapi atas dasar tujuan atau akibat dari suatu tindakan.
Jadi, etika teleologi menilai suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan tujuan
atau akibat yang baik. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk, apabila bertujuan
atau berakibat buruk.
Etika teleologi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) egoisme etis dan
(2) utilitarianisme yang penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) egoisme etis
menilai bahwa suatu tindakan dianggap baik, apabila bertujuan atau berakibat
baik bagi dirinya sendiri. Meskipun suatu tindakan dalam pandangan egoisme
etis bersifat egoistis, tindakan ini dipandang baik secara moral dengan alasan
bahwa setiap orang boleh memperoleh kebahagiaan atau memaksimumkan
kesejahteraannya. Sebaliknya, suatu tindakan dipandang buruk secara moral,
apabila sebagai akibat dari tindakan itu orang menderita atau sengsara, (2)
utilitarianisme menilai suatu tindakan baik, berdasarkan penilaian apakah
perbuatan tersebut membawa akibat yang baik bagi banyak orang. Etika
utilitarianisme dikembangkan pertama kali oleh Jeremy Bentam (1748-1832).
Persoalan yang ada pada zaman tersebut adalah bagaimana mengevaluasi baik
buruknya berbagai kebijakan secara moral. Misalnya, dalam menilai suatu
kebijakan publik, kriteria apa yang dapat dipakai sebagai dasar penilaian. Hal ini
penting karena kebijakan publik sangat mungkin dapat diterima oleh suatu
kelompok karena dianggap menguntungkan, tetapi ditolak oleh kelompok lain
karena dianggap merugikan.
Bagi Bentam ada 3 (tiga) kriteria sebagai dasar obyektif yang dipakai untuk
menilai suatu kebijakan publik tersebut baik dan buruk secara moral, sebagai
berikut:
Kriteria pertama adalah manfaat, yaitu apakah kebijakan itu suatu tindakan
yang mendatangkan manfaat tertentu. Jadi kalau kebijakan publik itu
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
13
13
13
mendatangkan manfaat, kebijakan publik itu dianggap baik dan benar secara
moral.
Kriteria kedua manfaat yang lebih besar atau terbesar, yaitu suatu kebijakan
baik, apabila memberikan manfaat lebih besar atau terbesar dibandingkan
dengan kebijakan atau tindakan lainnya. Atau dalam hal di mana semua
kebijakan atau tindakan yang tersedia ternyata sama-sama mendatangkan
kerugian, maka tindakan yang baik adalah tindakan yang mendatangkan
kerugian yang terkecil.
Kriteria ketiga adalah manfaat lebih besar atau terbesar bagi sebanyak
mungkin orang, yaitu kebijakan publik dinilai baik kalau manfaat terbesar yang
dihasilkan berguna bagi sebanyak mungkin orang. Semakin banyak orang
mendapatkan manfaat, semakin baik kebijakan atau tindakan tersebut. Di antara
beberapa kebijakan atau tindakan yang sama-sama memberikan manfaat,
pilihlah yang manfaatnya terbesar, dan di antara yang manfaat terbesar, pilihlah
yang manfaatnya dinikmati paling banyak orang.
Prinsip yang dianut oleh utilitarianisme adalah berbuatlah sedemikian rupa agar
tindakan itu mendatangkan manfaat yang lebih besar atau terbesar bagi
sebanyak mungkin orang.
2.3.3 Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, juga tidak
mengacu kepada norma-norma dan nilai-nilai universal untuk menilai moral,
karena etika keutamaan lebih memfokuskan pada pengembangan watak moral
pada diri setiap orang. Nilai moral muncul dari pengalaman hidup teladan dari
tokoh-tokoh besar dalam suatu masyarakat dalam menyikapi persoalan-
persoalan hidup. Nilai moral bukan terbentuk atau muncul dalam bentuk adanya
aturan berupa larangan atau perintah, tetapi muncul dalam bentuk teladan moral
dari tokoh-tokoh suatu masyarakat seperti kejujuran, ketulusan, kasih sayang,
kemurahan hati, rela berkorban, dan lain-lain.
Menurut teori etika keutamaan, orang bermoral atau pribadi bermoral ditentukan
oleh kenyataan seluruh hidupnya, yaitu bagaimana dia hidup baik sebagai
manusia, jadi bukan tindakan satu per satu yang menentukan kualitas moralnya.
Pribadi bermoral adalah pribadi yang bersikap dan berperilaku terpuji sepanjang
hidupnya dalam menyikapi semua situasi yang dihadapi. Menurut teori etika
keutamaan, yang dicari adalah keutamaan, excellence, kepribadian moral yang
menonjol, yaitu pribadi yang berprinsip, yang mempunyai integritas moral yang
tinggi sebagaimana dipelajarinya dari tokoh-tokoh besar dalam hidupnya. Pribadi
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
14
14
14
yang bermoral adalah orang yang adil sepanjang hidupnya, bukan sekedar
melakukan tindakan yang adil dan baik, melainkan selalu adil sepanjang
hidupnya dan melakukan hal yang baik. Pribadi yang bermoral adalah orang
yang berhasil mengembangkan sikap dan perilaku yang baik dan bermoral
melalui kebiasaan hidup yang baik, artinya dia selalu bersikap dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral sepanjang hidupnya tetapi dia
sehari-hari memang orang yang baik.
Keunggulan etika keutamaan adalah bahwa moralitas dalam suatu masyarakat
dibangun melalui sejarah atau cerita. Melalui sejarah atau cerita disampaikan
pesan-pesan moral, nilai-nilai, dan berbagai keutamaan moral agar dapat ditiru
dan dihayati oleh semua anggota masyarakat. Masyarakat belajar moralitas
melalui keteladanan nyata dari tokoh-tokoh, para pemimpin, orang yang
dihormati dalam masyarakat. Keutamaan moral tidak diajarkan melalui
indoktrinasi, perintah, larangan, tetapi melalui keteladanan dan contoh nyata,
khususnya dalam menentukan sikap dalam situasi yang dilematis.
Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas, yaitu setiap
orang mempergunakan akal budinya untuk menafsirkan sendiri pesan moral
tersebut, sehingga terbuka bagi setiap orang menerapkan moral yang khas bagi
dirinya, dan ini akan membuat kehidupan moral akan menjadi kaya karena oleh
berbagai penafsiran.
Meskipun demikian, etika keutamaan memiliki kelemahan, yaitu ketika berbagai
kelompok masyarakat memunculkan berbagai keutamaan moral yang berbeda-
beda sesuai dengan pendapat masing-masing. Dalam masyarakat modern di
mana cerita atau dongeng cenderung tidak lagi memperoleh tempat, maka
moralitas dapat kehilangan relevansinya. Demikian juga, apabila di dalam
masyarakat sulit ditemukan tokoh masyarakat yang baik dijadikan teladan moral,
maka moralitas akan mudah hilang dari masyarakat tersebut. Dalam masyarakat
kita sekarang, sangat sulit menemukan keteladanan moral dari tokoh-tokoh besar
yang dihormati, sehingga yang kita dapatkan adalah keteladanan semu, sebagai
contoh bagaimana menjadi kaya melalui cara yang tidak halal, atau berbisnis
dengan keuntungan besar tetapi dengan cara tidak jujur.
Namun demikian, ada hal yang menarik dari etika keutamaan ini, yaitu menuntut
kita untuk membangun watak, karakter, dan kepribadian moral berdasarkan
keteladanan moral. Secara implisit aparatur pemerintah adalah sebagai pelayan
publik maka diharapkan dapat memberikan keteladanan moral yang dapat
diandalkan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
15
15
15
Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah, diuraikan dan
dibahas kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam komunikasi sehari-hari
yaitu etiket, etos, moral, moralitas. Etika dalam kehidupan diartikan sebagai nilai-
nilai atau norma-norma moral yang mendasari perilaku manusia. Sedangkan
moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-
norma yang ada, yang mempunyai kaitan dengan baik atau buruknya suatu
perbuatan. Di sisi lain, etos berarti ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya
terhadap kegiatan tertentu, dan apabila ada istilah etos kerja diartikan sebagai
ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap kerja. Dalam etos
kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau kelompok yang melaksanakan
kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi, integritas, transparansi, dan
sebagainya.
Selanjutnya kata yang hampir sama dengan etika yaitu etiket berarti hubungan
formal atau sopan santun. Dalam pengertian ini, etiket mempunyai perbedaan
yang mendasar bila dibandingkan dengan etika. Pertama, etiket menunjukkan
suatu tindakan yang harus dilakukan dalam suatu kalangan tertentu, sedangkan
etika berkaitan dengan norma moral, apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau
tidak dan berlaku umum. Kedua, etiket hanya berlaku ketika ada orang atau
pihak lain yang menyaksikan suatu tindakan, sedangkan etika berlaku baik ketika
ada orang atau pihak lain yang menyaksikan atau tidak. Ketiga, etiket lebih
bersifat relatif, tergantung pada anggapan dari suatu kalangan atau budaya yang
memberlakukan etiket, sebaliknya, etika lebih bersifat universal karena
memberikan pedoman moral untuk semua kalangan atau budaya.
Secara teori etika diartikan sebagai sistem nilai dan sebagai filsafat moral.
Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), etika diartikan
sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan sebagai kode etik. Etika sebagai sistem
nilai adalah sebagai pedoman hidup atau petunjuk, arah bagaimana manusia
hidup baik sebagai manusia. Etika sebagai filsafat moral yaitu etika sebagai
refleksi kritis, bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak dalam situasi
konkret, situasi dilematis, atau situasi kritis. Etika sebagai kode etik diartikan
sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku
moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang harus dipenuhi
dan ditaati setiap anggota profesi.
2.4 Rangkuman
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
16
16
16
Selain pengertian etika, juga diuraikan tentang teori-teori etika, yaitu etika
deontologi, etika teologi, dan etika keutamaan, serta prinsip-prinsip etika dari
Adler, yaitu: (1) prinsip keindahan, (2) prinsip persamaan, (3) prinsip kebaikan,
(4) prinsip keadilan, (5) prinsip kebebasan, dan (6) prinsip kebenaran.
1. Uraikan secara garis besar tentang pengertian etika, etos, dan moral!
2. Jelaskan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket!
3. Uraikan secara garis besar pengertian etika sebagai sistem nilai, filsafat
moral, dan sebagai kode etik!
4. Jelaskan tentang perbedaan teori-teori etika yaitu etika deontologi, etika
teleologi, dan etika keutamaan!
5. Sebutkan prinsip-prinsip etika dari Adler!
2.5 Latihan 1
Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1, mari
kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
17
17
17
Dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, diperlukan pencerahan sekaligus
pengamalan etika kehidupan berbangsa bagi seluruh bangsa Indonesia. Etika
kehidupan berbangsa dewasa ini mengalami kemunduran yang turut
menyebabkan terjadinya krisis multidimensi, sehingga diperlukan adanya
rumusan tentang pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagai acuan bagi
pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan
meningkatkan mutu kehidupan berbangsa.
Etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran
agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa
yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap,
dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.
Rumusan tentang etika kehidupan berbangsa disusun dengan maksud untuk
memberikan penyadaran tentang pentingnya arti etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa. Etika kehidupan berbangsa dirumuskan dengan tujuan
menjadi acuan dasar untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam
kehidupan berbangsa.
Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,
keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa
malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai warga
bangsa.
Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan
kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan, dan kejayaan, serta kelestarian
lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
3.1 Pengertian, Maksud, dan Tujuan
3.2 Pokok-pokok Etika Kehidupan Berbangsa
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
18
18
18
Etika kehidupan berbangsa memiliki ruang lingkup yang mencakup: (1) etika
sosial budaya, (2) etika politik dan pemerintahan, (3) etika ekonomi dan bisnis,
(4) etika penegakan hukum yang berkeadilan, (5) etika lingkungan.
adapun uraian ruang lingkup etika kehidupan berbangsa yang tertuang dalam
TAP MPR No.VI/MPR/2001 adalah sebagai berikut.
3.3.1 Etika Sosial dan Budaya
Etika sosial dan budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia
dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu menumbuhkembangkan kembali
budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan
dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, juga perlu
ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan
dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada setiap lapisan
masyarakat.
Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali
kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai,
dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar
mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif
sejalan dengan tuntutan globalisasi.
Untuk itu, diperlukan penghayatan dan pengamalan agama yang benar,
kemampuan adaptasi, ketahanan, dan kreativitas budaya dari masyarakat.
3.3.2 Etika Politik dan Pemerintahan
Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan
yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang
demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan
aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa.
Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa
kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur
apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun
dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
3.3 Ruang Lingkup Etika Kehidupan Berbangsa
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
19
19
19
Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan
diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan
sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap
menjunjung tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.
Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana
harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik, serta antarkelompok
kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besarnya kemajuan bangsa dan
negara dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan
pribadi dan golongan.
Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit
politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar,
memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik
apabila terbukti melakukan kesalahan secara moral kebijakannya bertentangan
dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Etika ini diwujudkan dalam bentuk,
sikap yang bertata krama dalam perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura,
tidak arogan, jauh dari sikap munafik, serta tidak melakukan kebohongan publik,
tidak manipulatif, dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.
3.3.3 Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan
bisnis, baik oleh perseorangan, instansi, maupun pengambil keputusan dalam
bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong perkembangannya etos kerja
ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing, dan terciptanya suasana
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil melalui
kebijakan secara berkesinambungan. Etika ini mencegah terjadinya praktek-
praktek monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah kepada
perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak negatif
terhadap persaingan sehat dan keadilan, serta menghindarkan perilaku
menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.
3.3.4 Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama
hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan
yang berhak kepada keadilan. Supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan
upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
20
20
20
masyarakat. Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perilaku yang
sama, dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum,
dan menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan
dan bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.
3.3.5 Etika Keilmuan
Etika Keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi agar warga, bangsa mampu menjaga harkat
dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan
dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini diwujudkan
secara pribadi ataupun konektif dalam karsa, cipta, dan karya yang tercermin
dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif dalam kegiatan
membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya serta menciptakan iklim kondusif
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Etika Keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai
dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati
janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik. Di samping itu, etika
ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan, dan
tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang,
mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan
uji, serta pantang menyerah.
3.3.6 Etika Lingkungan
Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran, menghargai, dan
melestarikan lingkungan hidup, serta penataan dan tata ruang secara
berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa Etika kehidupan
berbangsa yang tertuang dalam TAP MPR No. VI/MPR/2001 dalam konteks
organisasi adalah sebagai berikut:
1. etika kehidupan berbangsa ditetapkan untuk meningkatkan kualitas bangsa
Indonesia termasuk PNS untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia;
2. merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang
bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam
Pancasila;
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
21
21
21
3. bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia termasuk PNS
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta
berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa;
4. pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,
keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa
malu, tanggung jawab, dan menjaga kehormatan sebagai warga bangsa;
5. etika kehidupan berbangsa sebagai acuan dasar berpikir, bersikap, dan
berperilaku seluruh bangsa Indonesia termasuk PNS dalam rangka
meningkatkan mutu kehidupan berbangsa.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan etika kehidupan
berbangsa dalam konteks etika organisasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas
PNS sebagai anggota organisasi dalam kehidupan organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuan organisasi.
Pada hakekatnya etika kehidupan berbangsa yang tertuang dalam ketetapan
MPR No. VI/MPR/2001 merupakan acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan
berperilaku bangsa Indonesia. Rumusan etika kehidupan berbangsa yang
bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar
dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan berbangsa. Etika
kehidupan berbangsa dirumuskan dengan tujuan menjadi acuan untuk
meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia,
serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan,
sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung
jawab, dan menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa. Etika
kehidupan berbangsa memiliki ruang lingkup yang mencakup: (1) etika sosial
budaya, (2) etika politik dan pemerintahan, (3) etika ekonomi dan bisnis, (4) etika
penegakan hukum yang berkeadilan, (5) etika keilmuan, dan (6) etika lingkungan.
Etika kehidupan berbangsa berisi nilai-nilai, norma-norma moral yang
mewujudkan PNS sebagai warga bangsa memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku
yang etis dalam pelaksanaan tugas dalam organisasi pemerintah.
Memperhatikan materi dasar yang tertuang dalam etika kehidupan berbangsa,
maka dapat dinyatakan bahwa apabila seluruh bangsa Indonesia termasuk PNS
3.4 Rangkuman
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
22
22
22
dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku mengacu kepada etika kehidupan
berbangsa, maka dapat diharapkan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
termasuk PNS yang bertugas dalam organisasi pemerintah. Apabila PNS dalam
berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam pelaksanaan tugasnya mengacu pada
etika kehidupan berbangsa, maka diharapkan PNS memiliki kesadaran yang
tinggi untuk melaksanakan dan menerapkan etika dalam organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan organisasi. Penerapan etika kehidupan berbangsa
dari PNS akan meningkatkan kualitas PNS sehingga dapat diwujudkan PNS yang
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku etis dalam pelaksanaan tugasnya karena
menerapkan etika dalam organisasi pemerintah di mana PNS ditugaskan.
1. Jelaskan bahwa etika kehidupan berbangsa bertujuan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia termasuk PNS yang bertugas dalam organisasi
pemerintah!
2. Jelaskan sumber dari rumusan etika kehidupan berbangsa sehingga dapat
meningkatkan kualitas manusia Indonesia termasuk PNS!
3. Sebutkan sikap yang dikedepankan yang tertuang dalam pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa sebagai acuan dasar berpikir, bersikap, dan
berperilaku pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia!
4. Uraikan secara garis besar ruang lingkup etika kehidupan berbangsa!
5. Uraikan penerapan etika kehidupan berbangsa bagi PNS dalam kehidupan
organisasi pemerintah!
3.5 Latihan 2
Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 2, mari
kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
23
23
23
Etika organisasi pemerintah diperlukan dalam kehidupan organisasi, untuk
mewujudkan visi dan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi. Etika organisasi merupakan faktor yang penting, karena untuk
mewujudkan tujuan organisasi, faktor manusia yaitu PNS yang bertugas dalam
organisasi pemerintah sangat berperan untuk mendorong tercapainya visi dan
misi organisasi di mana PNS bersangkutan ditugaskan.
Organisasi dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan (Sutopo:1998).
Etika organisasi diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari
setiap individu dan sekelompok anggota organisasi yang secara keseluruhan
akan membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi
organisasi yang bersangkutan (Desi Fernanda, 2006:11).
Jadi, etika organisasi dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pedoman sekelompok orang yang bekerja sama dalam hal ini
anggota organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi bersangkutan.
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pedoman para anggota
organisasi tersebut dibuat dengan memperhatikan prinsip-pinsip etika, prinsip-
prinsip organisasi, kejujuran, ketulusan, kesabaran, dan lain-lain, yang disetujui
bersama, sehingga pelaksanaannya akan menjadi efektif dan akhirnya tercipta
budaya yang positif dalam berorganisasi.
4.2.1 Drs. Tonny Rooswiyanto, M.Sc. (2005:27)
Ada 3 (tiga) alasan mendasar tentang pentingnya etika dalam kehidupan
organisasi. Adapun 3 (tiga) alasan tentang pentingnya etika dalam kehidupan
organisasi adalah sebagai berikut.
A. etika memungkinkan organisasi memiliki dan menyepakati nilai-nilai moral
sebagai acuan dasar bersikap dan berperilaku dari para anggota organisasi
4.1 Pengertian
4.2 Arti dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
24
24
24
tersebut, di mana nilai-nilai moral yang disepakati bersama harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan karena nilai-nilai moral tersebut bertujuan untuk
mewujudkan tujuan organisasi;
B. etika organisasi berisi nilai-nilai yang bersifat universal yang telah disepakati
bersama tersebut, dapat menjembatani konflik moral antara para anggota
organisasi yang memiliki latar belakang berbeda, di bidang agama, suku,
sosial, dan budaya dalam kehidupan organisasi bersangkutan;
C. etika yang dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi
serta melanggengkan eksistensi organisasi.
4.2.2 Sondang Siagian (2006:11)
Ada 4 (empat) hal yang mendasar mengapa etika diperlukan dalam organisasi,
yaitu:
A. etika di samping menyangkut aplikasi seperangkat nilai-nilai luhur sebagai
acuan dasar bersikap dan berperilaku, juga menyangkut berbagai prinsip
yang menjadi landasan bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai
hubungan yang terjadi antarmanusia dan lingkungan hidup karena etika
berkaitan dengan sikap dan perilaku;
B. etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku, sehingga dapat
menjamin kehidupan sosial yang tertib karena etika berisi nilai-nilai yang
luhur yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dan dijunjung tinggi
sebagai prinsip yang kokoh dalam berperilaku, sehingga kehidupan
organisasi semakin bermakna;
C. etika yang berisi nilai-nilai luhur sebagai landasan moral berperilaku relevan
dan sejalan dengan dinamika yang berkembang, sehingga memberikan
makna dan memperkaya kehidupan seseorang dan kelompok organisasi dan
masyarakat luas, di mana etika memperlancar interaksi antarmanusia.
D. etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari kehidupan sesuai
keyakinan agama, pandangan hidup, dan sosial. Etika berkaitan langsung
dengan sistem nilai manusia. Etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas,
nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberikan inspirasi kepada manusia untuk
secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi
kesejahteraan dan kedamaian umat manusia.
4.2.3 Drs. Salamoen Suharyo, MPA, Drs. Aya Sophia, M.Ed (27-28)
Ada 9 (sembilan) alasan tentang arti dan pentingnya organisasi, yaitu:
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
25
25
25
A. kebersamaan, yaitu bekerja dalam semangat kebersamaan dan
persahabatan lebih baik dari bekerja sendiri;
B. empati, yaitu memahami dan dapat menyelami dan merasakan masalah yang
dihadapi orang lain;
C. kepedulian, yaitu kesediaan untuk memberi bantuan secara ikhlas;
D. kedewasaan, yaitu kematangan dalam mengatasi permasalahan bersama;
E. Orientasi organisasi, yaitu perilaku yang diatur dalam organisasi dalam
memecahkan masalah;
F. respek, yaitu saling menghormati dan menghargai sesama mitra kerja;
G. kebajikan, yaitu berperilaku santun, rendah hati, serta memberikan
kedamaian dalam setiap pertemuan;
H. integritas, mengutamakan kepribadian yang utuh;
I. inovatif, yaitu kreatif dalam menciptakan gagasan dan tindakan yang baru
dan memberikan nilai tambah serta bermanfaat bagi organisasi.
Dimensi etika organisasi pemerintah antara lain mencakup (1) etika dalam
organisasi, (2) etika dalam pemerintahan, (3) etika dalam jabatan, dan (4) nilai-
nilai kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai trend global etika
pemerintahan. Adapun uraian tentang dimensi etika organisasi pemerintah dalam
modul ini didasarkan pada modul Drs. Desi Fernanda M.Soc.Sc (2006).
4.3.1 Etika Organisasi Pemerintah
Organisasi sebagai sebuah struktur hubungan antarmanusia dan antarkelompok
memiliki nilai-nilai yang menjadi kode etik sebagai pedoman perilaku anggota
dalam kehidupan organisasi, salah satu etika yang secara umum berlaku bagi
setiap anggota organisasi adalah menjaga nama baik organisasi.
Nilai-nilai etika organisasi tertuang dalam aturan-aturan maupun hukum, baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur bagaimana anggota organisasi
harus bersikap dan berperilaku dalam lingkungan masyarakatnya dan
pemerintah. Setiap anggota organisasi harus mampu bersikap dan berperilaku
yang mendukung terjaganya nama baik organisasinya, bahkan diharapkan bukan
hanya menjaga nama baik, namun akan meningkatkan nama baik organisasi.
Adapun internalisasi nilai-nilai etika dalam setiap anggota organisasi secara
efektif akan membangun moral atau moralitas pribadi anggota organisasi
bersangkutan. Secara konseptual, model organisasi yang ideal dirumuskan oleh
4.3 Dimensi Etika Organisasi Pemerintah
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
26
26
26
Max Weber, yaitu birokrasi yang memiliki karakteristik yang sekaligus menjadi
nilai-nilai perilaku bagi anggota organisasi tersebut. Beberapa karakteristik
organisasi yang ideal menurut Max Weber (Indrawidjaya,1986:17) yang penting
di antaranya adalah sebagai berikut:
spesialisasi atau pembagian pekerjaan;
tingkatan berjenjang (hirarki);
berdasarkan aturan dan prosedur kerja;
hubungan yang bersifat impersonal;
pengangkatan dan promosi anggota/pegawai berdasarkan kompetensi
(sistem merit).
Pandangan Max Weber tentang model organisasi ideal tersebut dapat
disimpulkan mendudukkan setiap anggota organisasi dalam hirarki struktural,
setiap pekerjaan dapat diselesaikan berdasarkan prosedur dan aturan kerja yang
berlaku, setiap orang terikat terhadap aturan-aturan dalam organisasi, hubungan
antara setiap anggota dengan pihak luar terbatas hanya terhadap urusan
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota.
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi perilaku manusia
dengan organisasi dengan nilai-nilai etikanya, mencakup beberapa dimensi,
yaitu:
dimensi hubungan antara anggota dengan organisasi yang tertuang dalam
perjanjian atau aturan-aturan legal;
hubungan antara anggota organisasi dengan sesama anggota organisasi
lainnya, antara anggota dengan pejabat dalam struktur hirarki;
hubungan antara anggota organisasi yang bersangkutan dengan anggota
dan organisasi lainnya;
hubungan antara anggota dengan masyarakat yang dilayaninya.
4.3.2 Etika dalam Pemerintahan
Dalam organisasi administrasi publik atau pemerintah, pola sikap dan perilaku
serta hubungan antarmanusia dalam organisasi tersebut, dan hubungannya
dengan pihak luar organisasi pada umumnya diatur dengan peraturan yang
berlaku dalam sistem hukum negara yang bersangkutan.
Adanya etika ini diharapkan mampu membangkitkan kepekaan birokrasi
(pemerintah) dalam melayani kepentingan masyarakat (Nicholas Henry,1988)
Tujuan yang hakiki dari setiap pemerintah di negara manapun adalah mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat warga negara yang bersangkutan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
27
27
27
Dalam negara yang demokratis, etika kerja aparatur pemerintah selalu
mengikutsertakan rakyat dan berorientasi kepada aspirasi dan kepentingan
rakyat dalam setiap langkah kebijakan dan tindakan pemerintah. Transparansi,
keterbukaan, dan akuntabilitas menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan
diwujudkan dalam etika pergaulan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, asas-asas pemerintahan yang menjadi
nilai-nilai etika dalam pemerintahan terkandung dalam alinea keempat UUD 1945
yang menyatakan:
“…Untuk membentuk pemerintahan negara yang melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”
“…Sedangkan nilai-nilai filosofis yang melandasinya adalah ideologi negara
Pancasila yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, (5) Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Berdasarkan tugas pemerintahan negara tersebut yang didasarkan falsafah
negara Pancasila, maka Negara Indonesia menjalankan tugas sekaligus fungsi
negara yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
4.3.3 Etika dalam Jabatan
Para penyelenggara negara termasuk PNS sebelum memangku jabatannya
diwajibkan untuk mengangkat sumpah/janji sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sumpah/janji inilah yang menjadi kesepakatan dan
komitmen terhadap nilai-nilai, standar-standar sebagai kode etik jabatan. Dalam
pasal 5 UU No.28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan
bebas KKN, ditetapkan mengenai kewajiban setiap penyelenggara sebagai
berikut:
1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum
memangku jabatannya;
2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah menjabat;
3. melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah
menjabat;
4. tidak melakukan KKN;
5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan
golongan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
28
28
28
6. melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan tidak melakukan
perbuatan yang tercela, tanpa pamrih, baik untuk kepentingan pribadi,
keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
7. bersedia menjadi saksi dalam perkara KKN dan perkara lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 28 Tahun 1999 ditegaskan bahwa hubungan antara
penyelenggara negara dilaksanakan dengan mentaati norma-norma
kelembagaan, kesopanan, kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.
4.3.4 Good governance sebagai trend global etika pemerintahan
Nilai-Nilai kepemerintahan yang baik, yang dewasa ini menjadi trend atau
kecenderungan global sebagai etika dalam pemerintahan secara umum
menekankan bahwa penyelenggaraan kepemerintahan yang baik harus
merupakan keseimbangan, interaksi, dan keterlibatan antara pemerintah, swasta,
dan masyarakat. Nilai-nilai atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan
dalam praktek kepemerintahan yang baik menurut UNDP 1997 sebagaimana
tertulis dalam modul dasar-dasar kepemerintahan yang baik oleh Drs. Suhady
dan Drs. Desi Fernanda M.Soc. Sc adalah (1) partisipasi, (2) aturan hukum, (3)
transparansi, (4) daya tanggap, (5) berorientasi konsensus, (6) berkeadilan, (7)
efektivitas dan efisiensi, (8) akuntabilitas, (9) bervisi strategis, dan (10) saling
keterkaitan khususnya dalam rangka menghapuskan KKN.
Etika organisasi diharapkan menunjang kualitas, efisiensi, dan kompetensi para
anggota organisasi yang bersangkutan. Etika apabila sudah menjadi pedoman,
akan memberikan kesenangan, kegembiraan, dan efektivitas kerja bagi semua
yang terlibat dalam organisasi itu.
Ada 4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi
tersebut (Franz Magnis Suseno SJ)
etos kerja yang kuat;
moralitas pribadi pegawai bersangkutan;
kepemimpinan yang bermutu;
4.4 Perwujudan Etika Organisasi Pemerintah
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
29
29
29
kondisi-kondisi sistemik.
Adapun uraian 4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi
tersebut di atas adalah sebagai berikut.
4.4.1 Etos Kerja
Etos adalah sikap dasar seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu,
sedangkan etos kerja adalah sikap dasar seseorang atau sekelompok orang
dalam melakukan pekerjaan. Etos akan kelihatan dalam cara dan semangat
orang melakukan kegiatan itu. Etos individu sangat ditentukan oleh etos
kelompok. Etos itu kuat atau lemah terlihat apabila menghadapi hambatan dan
tantangan. Cara seseorang menghayati kegiatannya sangat dipengaruhi oleh
pandangan, harapan, dan kebiasaan kelompoknya.
4.4.2 Moralitas Pribadi
Moralitas pribadi menyangkut kualitas moral masing-masing individu dalam
menghadapi pekerjaan.
Beberapa moralitas pribadi yang penting antara lain:
A. dedikasi, terjadi ketika seseorang benar-benar memberikan segenap
tenaganya untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya tanpa
memandang jenis pekerjaan;
B. jujur, tidak korupsi, artinya melaksanakan tugas dengan tidak
menyalahgunakan wewenangnya, melaksanakan tugas dengan ikhlas, dan
hasil kerjanya dilaporkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
C. taat pada tuntutan khas etika birokrasi, yaitu dalam memutuskan sesuatu
tidak akan mengabaikan aturan walaupun akibat pelaksanaan aturan itu
berdampak pada teman;
D. bertanggung jawab, artinya menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
pada waktunya, kesalahannya tidak dilemparkan kepada orang lain dan
berani secara ikhlas memikul risiko;
E. minat dan hasrat untuk terus-menerus meningkatkan kompetensi dan
kecakapannya;
F. menghormati hak semua pihak yang bersangkutan, yaitu harus berlaku
adil terhadap semua pihak sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Gunnar Myrdal menyebut 11 (sebelas) kemampuan atau keutamaan yang
diharapkan dari seorang pegawai yang baik:
(1) efisiensi;
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
30
30
30
(2) kerajinan;
(3) kerapihan;
(4) tepat waktu;
(5) kesederhanaan;
(6) kejujuran/tidak korup;
(7) keputusan diambil secara rasional, bukan emosional atau berdasarkan
nepotisme/kolusi;
(8) bersedia untuk berubah;
(9) kegesitan;
(10) mau bekerja sama;
(11) bersedia memandang jauh ke depan.
4.4.3 Kepemimpinan yang bermutu
Kepemimpinan moral tidak bisa diberikan melalui wejangan yang disampaikan
oleh atasan dalam perayaan-perayaan tertentu karena wejangan hanya akan
diperhatikan, jika ia sebagai atasan yang mengesankan. Kepemimpinan moral
harus ditampilkan oleh atasan dalam tingkah laku dan tindakan-tindakan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan yang bermutu menuntut 5 (lima) hal sebagai berikut.
A. Kompetensi
Pemimpin betul-betul menguasai semua urusan bidangnya, memahami
secara garis besar maupun detil-detil. Ia ahli mengenai pekerjaan yang
dipimpin. Seperlunya ia harus mempelajarinya.
B. Tertib kerja
Pemimpin harus bisa memimpin, menuntut, harus mempunyai wibawa,
sanggup mengenakan sanksi. Ia memastikan bahwa aturan kerja
dilaksanakan. Selalu, tanpa kecuali. Secara konsisten, ia harus tegas. Ia juga
harus mempunyai ciri-ciri khas seorang pemimpin yang baik dan ia harus
dapat menularkan semangat pada bawahannya karena seorang pemimpin
harus dapat merangsang motivasi mereka.
C. Konsistensi
Sebagai pemimpin harus melakukan sendiri jabatannya menurut tuntutan-
tuntutan etos kerja yang diharapkan. Sebagai pemimpin harus menuntut
sikap-sikap itu dari para bawahannya secara tegas dan konsekuen.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
31
31
31
D. Menjadi panutan
Pemimpin hanya dapat memimpin apabila ia dapat dijadikan teladan oleh
para bawahannya karena pemimpin harus menjadi panutan bawahannya.
Yang dituntut dari seorang pemimpin adalah integritas pribadi. Seorang
pemimpin yang jujur, adil, bebas dari pamrih, cakap, tegas, komunikatif, dan
bertanggung jawab, kehadirannya akan mempengaruhi sikap kerja pegawai-
pegawainya ke arah positif. Seorang pemimpin yang menjadi panutan
bawahannya akan dapat meningkatkan bawahannya untuk menjadi orang
yang baik, bersih, jujur, dan bertanggung jawab.
E. Transparansi
Transparansi yaitu keputusan-keputusannya harus jelas bagi semua pihak
yang berkepentingan.
4.4.4 Kondisi-kondisi sistemik
Ada 2 (dua) syarat sistemik, yaitu sebagai berikut.
A. Lingkungan kerja yang mendukung
Lingkungan kerja disatu pihak dapat mendukung, tetapi dipihak lain dapat
merusak watak moral seseorang. Lingkungan kerja dapat mendukung atau
sebaliknya dapat merusak moral seseorang. Etos kerja hanya dapat berkembang
dalam lingkungan yang mendukung di mana orang yang memiliki moral yang
tinggi didukung dan dihargai. Dalam lingkungan yang positif, seseorang yang
memiliki moral yang baik dihargai dan dihormati, sehingga didorong untuk lebih
baik lagi. Sebaliknya dalam lingkungan yang tidak mendukung, mendorong orang
tidak bersemangat, malas, korup, bahkan orang yang berwatak baik dapat
berubah menjadi tidak baik. Bagi orang yang berwatak kuat, juga sulit untuk
mempertahankan etos kerjanya dalam lingkungan yang kurang baik karena lama
kelamaan dapat terkena erosi moral. Semakin banyak orang yang terkena erosi
moral, etos kelompok sudah merosot, sehingga sangat sulit dikembalikan lagi.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lingkungan kerja yang mendukung
sangat penting karena dapat mempengaruhi etos kerja seseorang.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
32
32
32
B. Kontrol
Kontrol rutin dan auditing khusus terhadap pelaksanaan tugas-tugas, termasuk
kontrol kepemimpinan sangat penting. Kontrol harus dilakukan dari dalam dan
sewaktu-waktu kontrol dari luar perlu dilakukan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa moralitas pribadi
sangat penting, tetapi perlu ditunjang dengan etos kerja yang kuat,
kepemimpinan yang bermutu, control secara terus-menerus, dan
berkesinambungan karena hal tersebut sangat penting untuk mewujudkan
keberhasilan etika organisasi dalam kehidupan organisasi untuk mewujudkan
tujuan organisasi.
Menurut Sonny Keraf, ada beberapa hal yang diperlukan agar implementasi
praktek etika yang baik dalam organisasi pemerintah bisa terwujud, yaitu sebagai
berikut:
4.5.1 adanya komitmen moral dan politik dari pimpinan kementerian, dalam hal
ini menteri, untuk membangun birokrasi kementerian dengan sebuah
etos, kebiasaan, serta etika yang baik demi melayani kepentingan publik;
4.5.2 komitmen moral dan politik itu lalu diterjemahkan ke dalam aturan formal
internal kementerian sebagai pegangan konkret bagi setiap pejabat dan
pegawai mulai dari menteri, dirjen, sampai kepada pegawai paling
rendah. Semuanya harus terperinci, termasuk sanksi yang jelas;
4.5.3 etos/etika birokrasi dan aturan yang jelas tadi lalu disosialisasikan dan
diajarkan kepada PNS pada saat pertama kali masuk, dalam pelatihan
dan dalam seluruh proses pembenahan;
4.5.4 sanksi yang diterapkan secara konsekuen merupakan alat “pendidikan”
yang baik bagi siapa saja. Sebaliknya penghargaan baik dalam bentuk
kenaikan pangkat atau pengakuan tertulis lainnya secara jujur dan
obyektif akan merupakan alat motivasi yang baik bagi peningkatan etos
pada Kementerian Keuangan;
4.5.5 adanya teladan yang nyata dari pimpinan kementerian, khususnya
menteri dan eselon I, dalam menghayati dan mempraktekkan secara
nyata prinsip-prinsip moral di atas.
4.5 Implementasi Etika dalam Organisasi Pemerintah
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
33
33
33
Standar etika organisasi pemerintah adalah kualitas pemenuhan atau
perwujudan nilai-nilai atau norma-norma sikap dan perilaku pemerintah dalam
setiap kebijakan dan tindakannya yang dapat diterima oleh masyarakat luas
(Desi Fernanda,2006). Uraian tentang standar etika organisasi pemerintah
meliputi arti dan pentingnya standar etika organisasi pemerintah, penyusunan,
pengawasan, dan evaluasi penerapan, serta metode untuk meningkatkan standar
etika organisasi pemerintah. Hal yang mendasar tentang standar etika organisasi
pemerintah adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas etika pemerintahan
berdasarkan standar-standar etika yang berlaku di Indonesia.
4.6.1 Pengertian-pengertian
A. Standar etika organisasi pemerintah adalah kualitas pemenuhan atau
perwujudan nilai-nilai atau norma-norma, sikap dan perilaku pemerintah
dalam setiap kebijakan dan tindakannya, yang dapat diterima oleh
masyarakat luas.
B. Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah adalah meningkatkan
kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-batasan nilai atau norma
sikap dan perilaku dalam kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah yang
dapat memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat
4.6.2 Arti dan pentingnya standar etika organisasi pemerintah
Dalam kepemerintahan yang baik, pemerintah harus peka menghadapi kondisi
masyarakat yang sangat bervariasi, kompleksitas, dan dinamis. Sehingga
pemerintah harus menentukan arah dan komitmen untuk melakukan reformasi
dalam berbagai penyelenggaraan pemerintahan negara. Pemerintah perlu
melakukan perubahan, karena sistem-sistem dalam pemerintahan tidak cukup
efektif membentuk kompetensi, kualitas sumber daya manusia yang handal,
dalam hal ini aparatur pemerintahan. Adapun kritik dan tuntutan masyarakat
kepada pemerintah meliputi seluruh sistem dan sumber daya manusianya,
sehingga diperlukan suatu tindakan pemerintah untuk melakukan berbagai
perubahan yang mendasar pada sistem dan aparatur pemerintahan melalui
peningkatan standar etika organisasi pemerintah. Menurut Mustopadijaya
(1997:17-18) dalam modul etika birokrasi Drs. Desi Fernanda, M.Soc.Sc (2006-
55) dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan kode etik aparatur pemerintah dan
manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan, dan akuntabel dalam
4.6 Standar Etika Organisasi
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
34
34
34
hubungannya dengan pelayanan kepada masyarakat. Sikap dan perilaku
aparatur pemerintahan adalah melayani bukan dilayani, mendorong, bukan
menghambat, mempermudah bukan mempersulit, sederhana bukan berbelit-belit
dalam melayani masyarakat.
4.6.3 Penyusunan standar etika organisasi
Penyusunan standar etika organisasi pemerintah harus dapat diterima selain oleh
masyarakat di Indonesia, juga harus diterima dalam lingkungan global. Dalam
upaya menyusun standar etika organisasi dan aparatur pemerintah, peranan
masyarakat maupun melalui lembaga-lembaga perwakilannya merupakan
narasumber yang utama dan strategis. Hal-hal yang diperhatikan dalam
menyusun standar etika organisasi pemerintah meliputi:
a. pola sikap dan perilaku aparatur pemerintahan;
b. pola pelayanan publik;
c. pola pengaturan dan intervensi pemerintah dalam permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
Hal-hal mendasar yang diperlukan pemerintah tersebut pada butir a), b), dan c)
tersebut di atas adalah agar pemerintah dapat menyusun standar etika
organisasi pemerintah sesuai harapan masyarakat.
4.6.4 Pengawasan dan evaluasi penerapan etika organisasi pemerintah
Dalam kepemerintahan yang baik, pelaku pengawasan dan evaluasi penerapan
etika aparatur pemerintah seyogyanya tidak hanya dilakukan lembaga
pemerintahan saja, tetapi lebih difokuskan kepada masyarakat dan sektor swasta
untuk menilai bagaimana seharusnya standar etika organisasi pemerintah
tersebut.
A. Peranan lembaga negara DPR
Berdasarkan UUD 1945 salah satu fungsi DPR adalah mengawasi jalannya
pemerintahan yang dipimpin presiden, misalnya mekanisme pemanggilan kepada
eksekutif yang dipimpin presiden dalam permasalahan standar etika organisasi,
karena DPR berwenang memperingatkan pemerintah apabila melanggar nilai-
nilai etika pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
B. Peranan kelembagaan pemerintah
Dalam ruang lingkup internal kelembagaan pemerintah terdapat lembaga-
lembaga pengawasan fungsional misalnya Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal yang berfungsi mengawasi
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
35
35
35
jalannya fungsi-fungsi pemerintahan secara komprehensif baik menyangkut
aspek-aspek keuangan maupun aspek-aspek pelaksanaan tugas-tugas rutin
pemerintahan lainnya. Selain itu sistem pengawasan melekat oleh atasan
langsung terhadap penataan etika organisasi pemerintah oleh PNS juga
diterapkan, bahkan dikembangkan mekanisme sistem akuntabilitas instansi
pemerintah berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 yang menuntut
akuntabilitas publik organisasi pemerintah yang berorientasi kepada hasil dan
kemanfaatan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan,
maupun pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya dalam bidang kepegawaian
pembinaan karir PNS dalam setiap organisasi pemerintah telah dibentuk pula
Lembaga Baperjakat yang berfungsi antara lain melakukan pengawasan dan
penilaian terhadap “Code of Conduct” atau pelaksanaan nilai-nilai etika dan
disiplin PNS yang dikaitkan dengan sistem pengembangan dan pembinaan karir
PNS. Selain itu dewasa ini masih diberlakukan sistem kinerja PNS berdasarkan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979. Meskipun terdapat kontroversi mengenai
obyektivitas dan subyektivitas penilaiannya, mekanisme DP3 sampai saat ini
merupakan prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek sikap,
perilaku, dan kinerja PNS, sampai saat ini DP3 masih merupakan salah satu
instrument yang menjadi dasar penilaian Baperjakat dalam mempertimbangkan
pembinaan dan pengembangan karir PNS dalam organisasi pemerintah.
C. Peranan masyarakat
Dalam era reformasi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat semakin
berkembang yang bertujuan mengawasi jalannya pemerintahan termasuk
penilaian etika aparatur pemerintahan, misalnya Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), Indonesian Corruption Watch (ICW), Wahana Lingkungan
Hidup (Walhi), dan lain-lain. Lembaga-lembaga partai politik dewasa ini juga
menyuarakan sikap dan memantau pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan. Untuk mewadahi kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat
dalam menangani berbagai permasalahan telah dibentuk Lembaga Semi
Pemerintahan atau “Quasi Government Organization” (Quangos) seperti
Lembaga Ombudsman Nasional, Komnas HAM, dan lain-lain. Dengan semakin
berkembangnya lembaga-lembaga pengawasan tentang kebijakan pemerintah
maupun aparatur pemerintah seharusnya etika organisasi pemerintah dapat
memuaskan hati masyarakat karena memenuhi harapan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
36
36
36
4.6.5 Metode meningkatkan standar etika organisasi
Pembangunan administrasi negara dewasa ini perlu ditekankan kepada
peningkatan kompetensi aparatur pemerintahan dan daya saing melalui berbagai
pengembangan kebijakan dan sistem pelayanan prima. Pembangunan
administrasi negara perlu difokuskan kepada kepentingan pelayanan dan
kebutuhan masyarakat, implikasi etika pelayanan publik yang secara keseluruhan
merupakan totalitas dan sistem pengembangan etika dan moralitas organisasi
dan sumber daya aparatur pemerintah. Adapun strategi pembangunan
administrasi negara dalam berbagai aspeknya meliputi:
a. penyesuaian visi, misi, dan strategi;
b. penataan organisasi dan tata kerja;
c. pemantapan sistem manajemen;
d. peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Strategi pembangunan administrasi negara tersebut sejalan dengan konsepsi
strategi, transformasi, administrasi publik yang berbasis prinsip-prinsip “Rein-
venting Government”, yang dikenal dengan istilah “The Five Cs Strategy”
sebagaimana direkomendasikan David Osborne dan Peter Plastrik (1996) dalam
buku mereka “Banishing Bureucracy” (Desi Fernanda, 2006:61). Adapun kelima
strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Strategi Inti (Core Strategy) diarahkan untuk mewujudkan kejelasan, tujuan,
peran, dan arah keberadaan organisasi pemerintah serta aparaturnya.
2. Strategi Konsekuensi (Consequency Strategy) diarahkan pada kemampuan
pengelolaan kompetisi kualitas antarinstitusi, manajemen operasional, dan
manajemen kerja.
3. Customer Strategy atau strategi pengguna adalah strategi untuk
meningkatkan akuntabilitas publik yang diarahkan kepada upaya-upaya
peningkatan kemampuan aparatur pemerintah untuk memenuhi tuntutan
pilihan-pilihan publik (Publik Choices), manajemen persaingan kelembagaan,
dan manajemen kualitas pelayanan publik.
4. Strategi kontrol (Control Strategy) untuk meningkatkan kekuatan organisasi
pemerintah, melalui penataan kelembagaan, pemberdayaan aparatur
pemerintah, pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pemerintah.
5. Strategi Budaya (Culture Strategy) perlu dikembangkan untuk merubah
kebiasaan-kebiasaan buruk (unethical) dari aparatur pemerintah,
menyadarkan hati nurani aparatur pemerintah, serta mempengaruhi pola pikir
untuk mampu mengubah citra dan etika pemerintah.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
37
37
37
Etika sangat penting dalam kehidupan organisasi untuk mewujudkan tujuan
organisasi, karena etika diharapkan menunjang kualitas, efisiensi, dan
kompetensi para pegawai karena apabila etika sudah menjadi pedoman, akan
memberikan kesenangan, kegembiraan, dan efektivitas kerja semua pegawai.
Etika organisasi dalam konteks organisasi diartikan sebagai pola sikap dan
perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan sekelompok anggota organisasi
yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yang sejalan
dengan tujuan dan filosofi organisasi bersangkutan.
Menurut Drs. Tony Roeswiyanto, M.Sc. ada 3 (tiga) alasan tentang pentingnya
etika dalam organisasi yaitu (1) etika memungkinkan organisasi memiliki dan
menyepakati nilai-nilai moral sebagai acuan dasar bersikap dan berperilaku dari
para anggota organisasi, (2) etika organisasi berisi nilai-nilai yang bersifat
universal yang dapat menjembatani konflik moral antar anggota organisasi yang
memiliki latar belakang berbeda dalam kehidupan organisasi, (3) Etika yang
dilaksanakan secara efektif akan meningkatkan citra dan reputasi serta
melanggengkan eksistensi organisasi.
Dimensi etika organisasi pemerintah mencakup etika dan organisasi, etika dalam
pemerintahan, etika dalam jabatan, serta nilai-nilai kepemerintahan yang baik
sebagai trend global etika pemerintahan. Menurut Franz Magnis Suseno SJ, ada
4 (empat) unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi, yaitu (1)
adanya etos kerja yang kuat, (2) moralitas pegawai bersangkutan diarahkan, (3)
kepemimpinan yang bermutu, dan (4) syarat-syarat sistemik.
Etos kerja adalah sikap dasar seseorang atau sekelompok orang dalam
melakukan pekerjaan. Moralitas pribadi menyangkut kualitas moral masing-
masing individu dalam menghadapi pekerjaan. Beberapa moralitas pribadi yang
penting antara lain (1) dedikasi, (2) jujur tidak korupsi, (3) taat pada tuntutan khas
etika birokrasi, (4) bertanggung jawab, (5) minat dan hasrat untuk terus-menerus
untuk meningkatkan kompetensi dan kecakapannya, (6) menghormati hak dan
semua pihak yang bersangkutan. Selanjutnya Gunnar Myrdal menyebut 11
(sebelas) kemampuan atau keutamaan yang diharapkan dari seorang pegawai
yang baik: (1) efisiensi, (2) kerajinan, (3) kerapihan, (4) tepat waktu, (5)
kesederhanaan, (6) kejujuran tidak korup, (7) keputusan diambil secara rasional
bukan emosional, bukan nepotisme/kolusi, (8) kesediaan untuk berubah, (9)
kegesitan, (10) bekerja sama, (11) bersedia memandang jauh ke depan.
4.7 Rangkuman
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
38
38
38
Kepemimpinan bermutu menuntut 5 (lima) hal: (1) kompetensi, (2) tertib kerja, (3)
konsistensi, (4) menjadi panutan, (5) transparansi. Adapun kondisi-kondisi
sistemik meliputi (1) lingkungan kerja yang mendukung, (2) kontrol.
Selanjutnya untuk memuaskan dan membangun kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah harus dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
etika pemerintahan berdasarkan standar-standar etika yang berlaku di Indonesia.
Dalam menyusun standar organisasi pemerintah, peranan masyarakat secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilannya menjadi narasumber
yang penting dan strategis. Dalam kepemerintahan yang baik, pelaku
pengawasan dan evaluasi penerapan etika organisasi pemerintah selain
dilakukan oleh lembaga pemerintahan juga memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat dan sektor swasta. Berdasarkan UUD 1945 lembaga DPR
berwenang mengawasi jalannya pemerintahan termasuk di dalamnya mengawasi
pelaksanaan standar etika aparatur pemerintah.
1. Jelaskan bahwa etika organisasi berperan dalam mewujudkan tujuan
organisasi!
2. Uraikan secara garis besar tentang etika dalam jabatan dan etika dalam
pemerintahan!
3. Sebutkan beberapa moralitas pribadi yang merupakan unsur utama
keberhasilan perwujudan etika organisasi!
4. Uraikan secara garis besar sebelas kemampuan atau keutamaan yang
diharapkan dari seorang pegawai yang baik! (Gunnar Myrdal)
5. Uraikan secara garis besar tentang arti dan pentingnya standar etika
organisasi pemerintah!
4.8 Latihan 3
Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3, mari
kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
39
39
39
Pegawai Negeri Sipil di samping wajib melaksanakan dan menerapkan kode etik
Pegawai Negeri Sipil, juga wajib menjunjung tinggi nilai-nilai dasar bagi Pegawai
Negeri Sipil yang diatur dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2004.
Adapun nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil
meliputi:
a. ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c. semangat nasionalisme;
d. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan;
e. ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
f. penghormatan terhadap hak asasi manusia;
g. tidak diskriminatif;
h. profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;
i. semangat jiwa korps.
Penjelasan pasal 6 dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
menegaskan bahwa nilai-nilai dasar bagi Pegawai Negeri Sipil merupakan
pedoman, tingkah laku, dan perbuatan yang berlaku bagi seluruh Pegawai Negeri
Sipil tanpa membedakan di mana Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
bekerja. Nilai-nilai dasar ini wajib dijunjung tinggi karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, negara, dan pemerintah.
5.1 Nilai-nilai Dasar Bagi Pegawai Negeri Sipil
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
40
40
40
5.2.1 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS
A. Latar Belakang
Dalam Penjelasan umum PP No.42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa
kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat
dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian unsur aparatur negara. PNS
sebagai unsur aparatur negara, abdi masyarakat bertugas memberikan
pelayanan terbaik, adil, dan merata serta tidak diskriminatif. Untuk menjamin
tercapainya tujuan pembangunan nasional, menjaga persatuan kesatuan
bangsa, profesional, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas,
setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945, negara dan pemerintah
Indonesia, maka ditetapkan PP No. 42 Tahun 2004 tentang pembinaan jiwa
korps dan kode etik PNS. Agar PNS mampu melaksanakan tugasnya
sebagaimana tersebut di atas secara berdaya guna, berhasil guna, diperlukan
pembinaan jiwa korps secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan baik apabila diikuti dengan
pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian-pengertian
1) Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil (Pasal 1 ayat 1)
Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan,
kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas,
kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Pasal 1 ayat 2)
Kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari.
3) Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya
disingkat Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural pada instansi
pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta
menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS.
5.2 Kode Etik PNS
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
41
41
41
4) Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan
Pegawai Negeri Sipil yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan
kode etik.
5) Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.
Jadi, Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil berkewajiban
melaksanakan dan menerapkan kode etik dengan penuh tanggung jawab.
6) Pejabat yang Berwenang
Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pembina Kepegawaian atau
pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.
7) Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil
Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan untuk
meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai
Negeri Sipil kepada negara kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
8) Tujuan Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil
Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk:
a. membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan
secara kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan semangat
pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan dan
keteladanan Pegawai Negeri Sipil;
b. mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai
Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya
sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat;
c. menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan
kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
42
42
42
9) Ruang Lingkup Pembinaan Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil
Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup:
a. peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja dan
profesionalitas Pegawai Negeri Sipil;
b. partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang terkait dengan
Pegawai Negeri Sipil;
c. peningkatan kerja sama antara Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara
dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa korps
Pegawai Negeri Sipil;
d. perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman yang benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan
jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil, yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004, diperlukan peserta diklat sebagai calon
PNS agar menyadari kedudukan dan tugas PNS dalam organisasi
pemerintah, yang bertugas memberikan pelayanan yang terbaik, adil, dan
merata, tidak diskriminatif, melalui sikap dan perilaku yang baik sebagai
pengamalan kode etik PNS.
Pemahaman yang baik dan benar tentang pembinaan jiwa korps dan kode etik
PNS akan mendorong PNS menyadari bahwa untuk mewujudkan PNS yang
diharapkan masyarakat, diperlukan pembinaan jiwa korps secara terus-
menerus dan berkesinambungan, di mana pembinaan jiwa korps akan
berhasil dengan baik, apabila diikuti pelaksanaan dan penerapan kode etik
dengan penuh tanggung jawab.
5.2.2 Kode etik PNS
Kode etik PNS tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 bertujuan meningkatkan
kualitas PNS yaitu mewujudkan PNS yang kuat, kompak, dan bersatu padu,
memilki kepekaan, tanggap, dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi,
berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara
dan abdi masyarakat. Kode etik PNS juga bertujuan untuk PNS yang netral,
mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional, dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas, serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
43
43
43
Pancasila, UUD 1945, negara, dan pemerintah Republik Indonesia. Kode etik
PNS yang tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 meliputi etika PNS dalam
bernegara, bermasyarakat, berorganisasi terhadap diri sendiri dan etika PNS
terhadap sesama PNS.
A. Dasar Hukum Ditetapkannya Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Dasar hukum ditetapkannya Kode Etik Pegawai Negeri Sipil adalah berdasarkan:
1) Pasal 5 ayat (2), pasal 27 ayat (1), dan pasal 28 UUD 1945;
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
B. Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Kode etik PNS wajib dilaksanakan PNS dalam pelaksanaan tugas maupun dalam
pergaulan hidup sehari-hari diseluruh wilayah Indonesia. Dalam pasal 7
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam
pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, Pegawai Negeri Sipil
wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat,
serta terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai Negeri Sipil.
Adapun butir-butir Etika Pegawai Negeri Sipil tersebut yang meliputi etika PNS
dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan
terhadap sesama PNS adalah sebagai berikut.
1) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam bernegara
a) Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b) Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara.
c) Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
d) Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
44
44
44
e) Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa.
f) Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan dan program pemerintah.
g) Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya negara secara
efisien dan efektif.
h) Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
2) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam berorganisasi
a) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Menjaga informasi yang bersifat rahasia.
c) Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
d) Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi.
e) Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka pencapaian tujuan.
f) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas.
g) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja.
h) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi.
i) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
3) Etika Pegawai Negeri Sipil dalam bermasyarakat
a) Mewujudkan pola hidup sederhana.
b) Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih,
dan tanpa unsur pemaksaan.
c) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak
diskriminatif.
d) Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat.
e) Terorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.
4) Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap diri-sendiri
a) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar.
b) Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
45
45
45
c) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan.
d) Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, dan sikap.
e) Memiliki daya juang yang tinggi.
f) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
g) Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.
h) Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan.
5) Etika Pegawai Negeri Sipil terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil
a) Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan.
b) Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil.
c) Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun
horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antarinstansi.
d) Menghargai perbedaan pendapat.
e) Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil.
f) Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai
Negeri Sipil.
g) Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang
menjamin terwujudnya Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-
haknya.
C. Penegakan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan pasal 16 dari PP No. 42 Tahun 2004, dinyatakan bahwa Pegawai
Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi
moral, dapat dikenakan tindakan administratif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yaitu hukuman disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 30
Tahun 1980 dalam hal terjadi pelanggaran peraturan disiplin PNS.
Sanksi moral dibuat secara tertulis dapat berupa pernyataan secara tertutup atau
pernyataan secara terbuka.
D. Pembentukan Majelis Kode Etik
1) Untuk menegakkan kode etik, pada setiap instansi dibentuk Majelis Kode
Etik.
2) Pembentukan Majelis Kode Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian yang bersangkutan.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
46
46
46
3) Keanggotaan Majelis Kode Etik terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota, dan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang anggota.
4) Jika anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka jumlahnya
harus ganjil.
5) Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah
dari jabatan dan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperiksa karena
disangka melanggar kode etik.
6) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa Pegawai
Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran kode etik.
7) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah Pegawai Negeri Sipil
bersangkutan diberi kesempatan membela diri.
8) Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat, dan
apabila tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak.
9) Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final.
E. Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi
Dalam pasal 13 dan pasal 14 dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
diatur tentang Kode Etik Instansi dan Kode Etik Profesi sebagai berikut:
1) Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi menerapkan Kode
Etik Instansi;
2) organisasi profesi di lingkungan Pegawai Negeri Sipil menetapkan kode
etiknya masing-masing;
3) kode etik Instansi ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing instansi
dan organisasi profesi.
Berdasarkan pasal 30 UU No. 43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Kepegawaian ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang
peraturan disiplin PNS. Dalam Pasal 3 dari PP No. 53 Tahun 2010 ditegaskan
bahwa setiap PNS wajib mematuhi kewajiban yang harus ditaati, dan dalam
Pasal 4 PP No. 53 Tahun 2010 berisi larangan yang tidak boleh dilanggar PNS.
Selanjutnya setiap ucapan, tulisan, dan perbuatan PNS yang melanggar pasal 3
dan pasal 4 PP No. 53 Tahun 2010 merupakan pelanggaran disiplin PNS. Setiap
PNS wajib mentaati kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan yang terdiri
5.3 Peraturan Disiplin PNS
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
47
47
47
dari 17 (tujuh belas) butir dan dilarang melanggar larangan yang tidak boleh
dilanggar yang terdiri dari 15 (lima belas) butir.
Adapun kewajiban PNS yang harus ditaati dan dilaksanakan, dan larangan yang
tidak boleh dilanggar PNS yang diatur dalam PP No. No. 53 Tahun 2010 adalah
sebagai berikut.
5.3.1 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil yang harus ditaati dan dilaksanakan
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari 17 butir adalah:
a. mengucapkan sumpah/janji PNS;
b. mengucapkan sumpah/janji jabatan;
c. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah;
d. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS;
g. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
h. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
i. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
j. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
k. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
l. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
m. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-
baiknya;
n. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
o. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
p. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
q. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
48
48
48
5.3.2 Larangan yang tidak dapat dilanggar Pegawai Negeri Sipil yang
terdiri dari 15 butir adalah:
a. menyalahgunakan wewenang;
b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
c. tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
d. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
g. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk
diangkat dalam jabatan;
h. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
i. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
j. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
k. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
l. memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara:
ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut PNS;
sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
49
49
49
m. memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden dengan cara:
membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat;
n. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon kepala daerah/wakil kepala daerah dengan cara memberikan
surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat
Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;
o. memberikan dukungan kepada calon kepala daerah/wakil kepala daerah,
dengan cara:
terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon kepala
daerah/wakil kepala daerah;
menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat.
5.4.1 Kewajiban mengangkat sumpah/janji pada saat pengangkatan
menjadi PNS
Berdasarkan Pasal 26 UU No. 43 Tahun 1999 tentang ketentuan pokok-pokok
kepegawaian dinyatakan bahwa setiap calon PNS pada saat pengangkatannya
menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji.
5.4 Etika PNS Yang Tertuang Dalam Ketentuan
Pokok-pokok Kepegawaian
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
50
50
50
5.4.2 Kewajiban mengangkat sumpah/janji jabatan negeri (Pasal 27 UU No.
8 Tahun 1974)
Berdasarkan pasal 26 UU No.43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Kepegawaian dinyatakan bahwa setiap PNS sebelum memangku jabatan negeri
wajib mengucapkan sumpah/janji (etika jabatan).
5.4.3 Kewajiban PNS dalam Pasal 4, 5, dan 6 UU No. 43 Tahun 1999
a. Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan
pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan dalam Negara
Kesatuan RI.
b. Wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan kepada dana atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-
undang.
Dalam kepemerintahan yang baik (good governance), PNS bertugas untuk
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan untuk mewujudkan PNS
yang mampu memberikan pelayanan prima menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002),
ada 7 (tujuh) prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayati oleh PNS yaitu :
5.5.1 Profesionalisme
Prinsip-prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi pemerintah
untuk bertindak secara profesional sesuai dengan kemampuan dan keahlian
yang dimiliki, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
mempunyai komitmen moral yang tinggi untuk membela kepentingan publik.
Profesionalisme juga menuntut agar pejabat publik dalam birokrasi harus
konsekuen dan konsisten dalam menjalankan profesinya. Hal ini berarti kalau
dengan kesadaran sendiri memilih menjadi aparat birokrat harus konsekuen dan
konsisten menjalani profesinya dengan segala konsekuensinya, termasuk
penghasilannya yang tidak mencukupi.
5.5 Prinsip-prinsip Moral PNS
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
51
51
51
5.5.2 Integritas moral yang tinggi
Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik dalam birokrasi untuk bertindak sesuai
dengan prinsip dan menjaga nama baik sebagai seorang pejabat publik yang
wajib melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya demi melayani kepentingan publik.
Pejabat publik dituntut untuk tidak dikendalikan oleh pihak lain untuk
menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya dengan merugikan
kepentingan publik.
5.5.3 Tanggung jawab terhadap kepentingan publik
Prinsip ini menegaskan bahwa kepentingan publik adalah segala-galanya karena
kepentingan publik adalah nilai tertinggi yang tidak dapat digantikan dan tidak
dapat dikalahkan dengan hal yang lainnya termasuk uang atau jabatan yang
lebih tinggi. Seorang aparat birokrat termasuk PNS memilih profesi tersebut
bukan untuk memperkaya dirinya dan mencari kedudukan dan jabatan. Setiap
aparat birokrat pada dasarnya memilih profesi tersebut karena didorong oleh
keinginan luhur untuk melayani kepentingan publik. Menjadi aparat birokrat
merupakan panggilan tugas untuk mengabdi kepentingan publik, bangsa, dan
negara.
5.5.4 Berpihak kepada kebenaran dan kejujuran
Prinsip ini menuntut setiap pejabat publik untuk selalu mempunyai sikap yang
salah adalah salah, yang benar adalah benar. Dan karena itu, setiap orang selalu
harus dilayani sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, demi
mempertahankan kebenaran dan kejujuran, karena kejujuran dan kebenaran
merupakan prinsip yang paling pokok yang harus melekat pada penyelenggara
negara termasuk penyelenggara pemerintahan. Kebenaran dan kejujuran ini
merupakan prinsip paling pokok.
5.5.5 Bertindak secara adil
Prinsip ini memperlakukan semua orang secara sama tanpa membeda-bedakan
tanpa diskriminasi atas dasar agama, ras, suku, jenis kelamin, dan seterusnya.
Sebagai pejabat publik harus netral dan membela yang benar sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku. Adanya prinsip “yang datang pertama
harus pertama dilayani” adalah perwujudan prinsip keadilan dalam birokrasi,
karena tidak ada yang diistimewakan atau diberi perlakuan khusus. Keadilan juga
menuntut agar setiap pejabat publik mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
52
52
52
oleh pihak tertentu dengan baik, sehingga pelanggaran harus dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.5.6 Jangan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
Prinsip ini penting karena birokrasi kita dianggap “bisa diatur” dalam arti
melakukan manipulasi untuk mencapai tujuan yang menyimpang yang merugikan
kepentingan publik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Birokrasi harus
melayani publik dengan baik dan benar sesuai dengan sistem dan prosedur yang
berlaku agar kepentingan masyarakat tidak dirugikan.
5.5.7 Jangan lakukan pada orang lain apa yang anda sendiri tidak mau
perbuatan tersebut dilakukan pada anda
Prinsip ini harus dipegang teguh birokrasi karena masyarakat selalu ingin dilayani
secara baik sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Jangan
mempersulit orang lain karena anda sendiri tidak ingin dipersulit. Jangan minta
sesuatu untuk pelayanan publik yang anda berikan karena anda sendiri tidak
ingin diperlakukan demikian, karena PNS bertugas memberikan pelayanan publik
yang prima kepada masyarakat.
Pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2004 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas PNS
agar dapat mewujudkan pelayanan yang terbaik, adil, dan merata, serta tidak
diskriminatif.
Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa kesatuan dan persatuan,
kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas,
kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan
hidup sehari-hari.
Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat
Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural pada instansi pemerintah yang
5.6 Rangkuman
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
53
53
53
bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.
Selanjutnya, pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan atau perbuatan
Pegawai Negeri Sipil yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode
etik.
Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan untuk meningkatkan
perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada
negara kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk: 1) membina
karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan,
2) mendorong etos kerja pegawai negeri sipil, 3) menumbuhkan dan
meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan kebangsaan pegawai negeri
sipil.
Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup: 1)
peningkatan etos kerja, 2) partisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah
yang terkait dengan pegawai negeri sipil, 3) peningkatan kerja sama antara
pegawai negeri sipil, dan 4) perlindungan terhadap hak-hak sipil atau
kepentingan pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa, dan
negara.
Kode etik PNS tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 bertujuan untuk
meningkatkan kualitas PNS, yang meliputi etika PNS dalam bernegara,
berorganisasi, bermasyarakat, terhadap diri sendiri dan terhadap sesama PNS.
Setiap PNS wajib melaksanakan kode etik PNS dan apabila terbukti melakukan
pelanggaran, selain dikenakan sanksi moral, juga dapat dikenakan tindakan
administrasi berupa hukuman disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 53 Tahun
2010 dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan disiplin PNS atas rekomendasi
Majelis Kode etik PNS. Tujuan ditetapkannya kode etik PNS adalah untuk
meningkatkan kualitas PNS yaitu bersikap, bertingkah laku, dan perbuatan yang
etis agar dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik,
adil, dan merata, serta tidak diskriminatif dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi pemerintah, karena pada hakekatnya tugas pemerintah adalah
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Selanjutnya Etika PNS selain tertuang dalam PP No. 42 Tahun 2004 juga
tertuang dalam Peraturan Disiplin PNS yang diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010,
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
54
54
54
kewajiban mengucapkan sumpah atau janji pada saat diangkat menjadi PNS dan
diangkat dalam jabatan negeri yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1974
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 43 Tahun 1999. Etika
PNS juga tertuang dalam pasal 4, 5, dan 6 UU No. 43 Tahun 1999 tentang
ketentuan pokok-pokok kepegawaian. Selanjutnya untuk dapat mewujudkan
pelayanan prima, ada 7 (tujuh) prinsip moral yang harus dimiliki dan dihayati oleh
PNS (Sonny Keraf, 2002), yang merupakan etika PNS yang wajib dilaksanakan
PNS untuk dapat memberikan pelayanan prima yaitu profesionalisme, integritas
moral yang tinggi, tanggung jawab kepada kepentingan publik, berpihak kepada
kebenaran dan kejujuran, bertindak secara adil, jangan menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan, dan jangan lakukan sesuatu pada orang lain apa
yang anda sendiri tidak mau diperlakukan demikian.
1. Uraikan secara garis besar tentang pengertian, tujuan, dan ruang lingkup
pembinaan jiwa korps dan kode etik!
2. Jelaskan tentang nilai-nilai dasar PNS!
3. Uraikan secara garis besar pelaksanaan kode etik PNS dan sanksi
pelanggaran kode etik PNS!
4. Uraikan secara garis besar peraturan disiplin PNS yang diatur dalam PP No.
53 Tahun 2010 etika PNS yang wajib dilaksanakan PNS di seluruh wilayah
Indonesia!
5. Sebutkan prinsip-prinsip moral PNS yang wajib dimiliki dan dihayati PNS agar
dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat!
5.7 Latihan 4
Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 4, mari
kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
55
55
55
Dalam pasal 13 dan 14 PP No. 42 Tahun 2004 tentang kode etik instansi
menyebutkan bahwa pejabat pembina kepegawaian masing-masing instansi
menetapkan kode etik instansi yang ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-
masing instansi. Mengacu pasal 13 dan pasal 14 PP No. 42 Tahun 2004 maka
ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang
pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan pada
setiap unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menetapkan
kode etik instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi.
Adapun pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian
Keuangan yang ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan tersebut
mempunyai hubungan dengan pelaksanaan kode etik PNS, sebagaimana
tercantum dalam konsiderans menimbang huruf b Peraturan Menteri Keuangan
No. 71/PMK. 01/2007 tersebut di atas. Dalam peraturan menteri keuangan
tersebut diatur tentang pedoman penyusunan kode etik pada setiap unit eselon 1
di lingkungan Kementerian Keuangan berikut pembentukan Majelis Kode Etik
untuk menegakkan kode etik. Bagi unit eselon I Kementerian Keuangan yang
telah menetapkan kode etiknya sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri
Keuangan tersebut, wajib berpedoman yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan tersebut. Selanjutnya, ditegaskan bahwa tujuan ditetapkannya kode
etik di lingkungan Kementerian Keuangan adalah: 1) meningkatkan disiplin pns,
2) menjamin terpeliharanya tata tertib, 3) menjamin kelancaran pelaksanaan
tugas kondusif, 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional, dan 5)
meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS.
Adapun Pedoman Penyusunan dan Penetapan Kode Etik PNS yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK. 01/2007
adalah sebagai berikut.
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
56
56
56
Dalam konsiderans yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang pedoman peningkatan disiplin PNS
dinyatakan bahwa maksud dan tujuan ditetapkannya peraturan menteri keuangan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. dalam rangka mewujudkan aparat pemerintah yang bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab serta meningkatkan kompetensi, transparansi, dan
integritas diperlukan peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian
Keuangan;
2. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian
Keuangan tersebut diperlukan pedoman peningkatan disiplin PNS di
lingkungan Kementerian Keuangan;
3. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian
Keuangan tersebut, diperlukan pedoman peningkatan disiplin PNS yang
dapat memberikan efek jera bagi PNS yang melanggar kode etik.
Adapun yang dimaksud dengan pengertian PNS, Majelis Kode Etik PNS,
Pelanggaran, Pejabat yang berwenang di lingkungan Kementerian Keuangan
adalah sebagai berikut.
1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri
Sipil Departemen Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.
2. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari pada
setiap unit Eselon I.
3. Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri yang selanjutnya disebut
Majelis Kode Etik adalah lembaga non-struktural yang bertugas melakukan
penegakan pelaksanaan serta penyelesaian pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil.
4. Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai
Negeri Sipil yang bertentangan dengan kode etik.
6.1 Maksud dan Tujuan
6.2 Pengertian-pengertian
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
57
57
57
5. Pejabat yang berwenang adalah Menteri Keuangan atau pejabat lain yang
ditunjuk.
Dalam Pasal 2 dari Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007
dinyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. setiap unit eselon 1 di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan
menyusun kode etik (Pasal 2 ayat (1));
2. pimpinan unit eselon 1 atas nama Menteri Keuangan menetapkan kode etik
dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
Dalam Pasal 2 ayat (3) diatur tentang prinsip dasar menyusun kode etik sebagai
berikut:
1. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang kode etik PNS;
2. disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat;
3. dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit
eselon I.
Materi yang tertuang dalam Kode Etik Instansi diatur dalam Pasal 3, 4, dan Pasal
5 Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 yaitu:
Kode Etik sekurang-kurangnya memuat (Pasal 3):
1. tujuan;
2. kewajiban dan larangan;
3. sanksi.
Adapun tujuan, kewajiban, dan larangan, serta sanksi adalah sebagai berikut
(Pasal 4):
Tujuan kode etik meliputi
- meningkatkan Disiplin PNS;
- menjamin terpeliharanya tata tertib;
- menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif;
6.3 Penetapan Kode Etik Instansi di Lingkungan Kementerian Keuangan
6.4 Prinsip-prinsip Dasar dalam Menyusun Kode Etik
6.5 Materi Dasar yang Tertuang Dalam Kode Etik
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
58
58
58
- menciptakan dan memelihara kondisi kerja professional;
- meningkatkan citra dan kewajiban kinerja PNS.
Kewajiban sekurang-kurangnya memuat:
- kepatuhan terhadap aturan mengenai tata laksana tugas unit eselon I.
- kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor,
dan pemanfaatan jam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
- hubungan antar PNS baik vertikal maupun horizontal;
- hubungan PNS dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara
kedinasan;
- kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata.
Larangan sekurang-kurangnya memuat:
- larangan bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas.
- larangan menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik.
- larangan menyalahgunakan wewenang.
- larangan menerima segala pemberian yang berkaitan dengan jabatan dan
kewenangannya.
- larangan membocorkan informasi yang bersifat rahasia.
- larangan melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan
norma kesusilaan.
- larangan melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik
Kementerian Keuangan.
PNS di lingkungan Kementerian Keuangan wajib mematuhi dan berpedoman
pada kode etik yang ditetapkan oleh unit eselon I di mana PNS bersangkutan
ditugaskan. Dalam pasal 6 ayat 1 ditetapkan PNS wajib mematuhi dan
berpedoman pada kode etik, dan apabila PNS terbukti melakukan pelanggaran
kode etik dijatuhi sanksi.
Sanksi pelanggaran kode etik adalah sebagai berikut (Pasal 7 ayat 1)
6.6 Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik PNS
6.7 Proses Penegakan Kode Etik Diatur Dalam Peraturan Menteri Keuangan
No. 71/PMK.01/2007
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
59
59
59
Sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau
pernyataan penyesalan dan/atau hukuman disiplin berdasarkan PP No. 53
Tahun 2010 dalam hal terjadi pelanggaran disiplin PNS.
Pengenaan sanksi moral tersebut di atas disampaikan secara tertutup atau
terbuka (Pasal 7 ayat 2).
Sanksi moral ditetapkan dengan surat keputusan oleh pejabat yang
berwenang yang memuat pelanggaran kode etik yang dilakukan (pasal 8 ayat
1).
Penyampaian sanksi moral secara tertutup disampaikan oleh pejabat yang
berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh PNS yang
bersangkutan dan pejabat lain yang terkait dengan syarat pangkat pejabat
tersebut tidak boleh rendah dari PNS yang bersangkutan (pasal 8 ayat 2).
Penyampaian sanksi moral secara terbuka disampaikan yang berwenang
atau pejabat lain yang ditunjuk melalui (1) forum pertemuan resmi pns, (2)
upacara bendera, (3) papan pengumuman, (4) media massa, (5) forum lain
yang dipandang sesuai untuk itu (pasal 8 ayat 3).
Dalam hal tempat kedudukan pejabat yang berwenang dan tempat PNS yang
dikenakan sanksi moral berjauhan, pejabat yang berwenang dapat menunjuk
pejabat lain dalam lingkungannya untuk menyampaikan sanksi moral tersebut
dengan syarat pangkat pejabat tersebut tidak boleh rendah dari PNS yang
bersangkutan (Pasal 8 ayat 4).
Dalam hal sanksi moral disampaikan secara tertutup berlaku sejak tanggal
disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada PNS yang bersangkutan
(pasal 8 ayat 5).
Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui forum
pertemuan resmi PNS, upacara bendera, atau forum lain disampaikan
sebanyak 1 (satu) kali dan berlaku sejak tanggal disampaikan oleh pejabat
yang berwenang kepada PNS yang bersangkutan (pasal 8 ayat 6).
Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui papan
pengumuman atau media massa paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
ditetapkannya Surat Keputusan pengenaan sanksi moral (pasal 8 ayat 7).
Dalam hal PNS yang dikenakan sanksi moral tidak hadir, tanpa alasan yang
sah pada waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah
menerima keputusan sanksi moral tersebut (pasal 8 ayat 8).
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
60
60
60
Sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau
pernyataan penyesalan dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
keputusan sanksi moral disampaikan.
Dalam hal PNS yang dikenakan sanksi moral tidak bersedia mengajukan
permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis, atau membuat pernyataan
penyesalan dapat dijatuhi hukuman disiplin ringan berdasarkan PP No. 53
Tahun 2010.
Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 ditetapkan dan mulai berlaku
pada tanggal 13 Maret 2007, sedangkan Peraturan Menteri Keuangan No.
71/PMK.01/2007 ditetapkan tanggal 25 Juni 2007 dan mulai berlaku surut sejak
tanggal 13 Maret 2007 bersamaan waktunya dengan berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007.
Pemahaman tentang Kode Etik PNS yang berlaku bagi PNS diseluruh wilayah
Indonesia, dan Kode Etik PNS yang ditetapkan pada setiap unit eselon 1 di
lingkungan Departemen Keuangan yang disusun berdasarkan karakteristik unit
eselon 1 yang bersangkutan sangat diperlukan bagi peserta diklat sebagai PNS
Departemen Keuangan, agar dapat mengamalkan secara baik dan benar
sehingga dapat diwujudkan PNS yang diharapkan masyarakat yaitu dapat
mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.
Kode etik di lingkungan Departemen Keuangan ditetapkan berdasarkan pasal 13
dan pasal 14 PP No. 42 Tahun 2004 yang mengatur tentang penetapan kode etik
instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi. Kode etik instansi
tidak boleh bertentangan dengan kode etik PNS, yang diatur dalam PP No. 42
Tahun 2004. Mengacu pada PP No. 42 Tahun 2004, maka ditetapkan Peraturan
Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 71/PMK.01/2007 tentang Pedoman
Peningkatan Disiplin PNS di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam
konsiderans peraturan menteri keuangan tersebut ditegaskan bahwa
Peningkatan disiplin PNS berkaitan dengan pelaksanaan kode etik PNS, yaitu
memberikan efek jera pada PNS yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik.
Adapun tujuan ditetapkannya kode etik adalah: 1) meningkatkan disiplin pns, 2)
menjamin terpeliharanya tata tertib,3) menjamin kelancaran pelaksanaan tugas
kondusif, 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja yang profesional, dan 5)
meningkatkan citra dan kinerja PNS.
6.8 Rangkuman
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
61
61
61
Dalam peraturan menteri keuangan tersebut diatur tentang pedoman
penyusunan, penetapan kode etik PNS berikut pembentukan Majelis Kode Etik
serta proses penegakan kode etik. Dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut
dinyatakan bahwa setiap unit eselon I di unit Kementerian Keuangan diwajibkan
menyusun kode etik sesuai ketentuan yang diatur di dalam peraturan menteri
Keuangan tersebut. Apabila ada unit eselon I yang telah menetapkan kode
etiknya sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tersebut, maka
kode etik tersebut harus disesuaikan dengan ketentuan yang diatur di dalam
Peraturan Menteri Keuangan tersebut. Pimpinan unit eselon I atas nama Menteri
Keuangan menetapkan kode etik dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaannya. Adapun prinsip-prinsip dasar menyusun kode etik adalah : 1)
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang kode etik pns, 2) disusun di dalam bahasa yang mudah dipahami dan
diingat, dan 3) dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing
unit eselon I. Selanjutnya materi dasar yang tertuang dalam kode etik sekurang-
kurangnya memuat: 1) tujuan, 2) kewajiban dan larangan, dan 3) sanksi. Apabila
PNS terbukti melakukan pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi moral
dapat dikenakan tindakan administratif yaitu hukuman disiplin PNS yang diatur
dalam PP No.53 Tahun 2010 dalam hal terjadinya pelanggaran disiplin PNS.
1. Jelaskan pedoman peningkatan disiplin PNS di lingkungan Kementerian
Keuangan dalam hubungannya dengan pelaksanaan kode etik PNS!
2. Jelaskan tujuan ditetapkannya kode etik di lingkungan Kementerian
Keuangan!
3. Jelaskan tentang prinsip dasar dalam menyusun kode etik dan materi dasar
yang tertuang dalam kode etik PNS!
4. Jelaskan tentang pengertian pelanggaran kode etik dan sanksi atas
pelanggaran tersebut!
5. Uraikan secara garis besar tentang proses penegakan kode etik!
6.9 Latihan 5
Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 5, mari
kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan mengerjakan soal latihan!
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
62
62
62
Pilih Satu Jawaban Yang Benar
1. Etika sebagai sistem nilai:
a. Pedoman, petunjuk bagaimana hidup baik sebagai manusia
b. Membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta
pembenarannya
c. Membahas atau mengkaji persoalan benar atau salah secara moral
d. Refleksi kritis bagaimana harus bertindak benar dalam situasi yang
konkret
2. Etiket:
a. Mengacu pada norma moral
b. Bersifat universal
c. Mengacu pada norma sopan santun
d. Mengacu pada norma hukum
3. Etika deontologi:
a. Menilai perilaku baik atau buruk berdasarkan atas kewajiban
b. Menilai perilaku benar atau salah berdasarkan atas akibat dari perilaku
tersebut
c. Menilai perilaku baik atau buruk berdasarkan tujuan yang akan dicapai
atas perilaku tersebut
d. Menilai perilaku benar dan salah secara moral berdasarkan kewajiban
dan akibat dari perilaku tersebut
4. Prinsip-prinsip etika dari Adler tersebut di bawah ini kecuali:
a. Prinsip persamaan
b. Prinsip kebaikan
c. Prinsip keadilan
d. Prinsip kesejahteraan
I. Pilihan Berganda
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
63
63
63
5. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa sebagai rumusan yang bersumber
dari:
a. Ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam
Pancasila
b. Ajaran tentang nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku umum
c. Norma hukum dan norma moral
d. Norma agama dan norma moral
6. Unsur-unsur utama keberhasilan perwujudan etika organisasi tersebut di
bawah ini kecuali:
a. Adanya etos kerja yang kuat
b. Moralitas pribadi
c. Kepemimpinan yang bermutu
d. Dedikasi dan bertanggung jawab
7. Sanksi pelanggaran kode etik PNS:
a. Sanksi moral dan sanksi pidana dan perdata
b. Selain sanksi moral dapat dikenakan sanksi pidana
c. Selain sanksi moral dapat dikenakan tindakan administratif yang tertuang
dalam PP No. 53 Tahun 2010 dalam hal pelanggaran disiplin PNS
d. Sanksi moral, sanksi perdata
8. Salah satu butir yang terkandung dalam etika PNS dalam bernegara:
a. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
b. Manjaga informasi yang bersifat rahasia
c. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja
d. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar
9. Keputusan Majelis Kode Etik:
a. Bersifat final
b. Dapat diajukan kepada pejabat pembina kepegawaian yang berlaku yang
bersangkutan
c. Dapat diajukan kembali kepada Majelis Kode Etik
d. Dapat diajukan kembali kalau disetujui oleh pejabat pembina
kepegawaian yang bersangkutan
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
64
64
64
10. Pelaku pengawasan dan evaluasi penerapan etika oleh aparatur pemerintah:
a. Dilakukan oleh lembaga pemerintahan saja
b. Dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga memberi kesempatan kepada
masyarakat dan sektor swasta
c. Dilakukan oleh masyarakat dan sektor swasta
d. Dilakukan oleh masyarakat
Pilihlah: A, bila pernyataan 1, 2, dan 3, benar
B, bila pernyataan 1 dan 3 benar
C, bila pernyataan 2 dan 4 benar
D, bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar
1. Teori-teori tentang etika antara lain tersebut di bawah ini:
1) Etika teleologi
2) Etika normatif
3) Etika keutamaan
4) Etika deskriptif
2. Beberapa moralitas pribadi yang penting antara lain:
1) Dedikasi
2) Jujur tidak korupsi
3) Taat pada tuntutan khas etika birokrasi
4) Bertanggung jawab
3. Kepemimpinan yang bermutu menuntut antara lain hal-hal sebagai berikut:
1) Kompetensi
2) Tertib kerja
3) Konsistensi
4) Terus menerus meningkatkan kompetensi dan kecakapannya
II. Asosiasi Pilihan Berganda
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
65
65
65
4. Kode etik PNS:
1) Pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS dalam pelaksanaan
tugas dan pergaulan hidup sehari-hari
2) Bertujuan meningkatkan kualitas PNS
3) Bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan PNS
4) Mewujudkan PNS yang bersikap disiplin dan berperilaku etis
5. Tujuan kode etik di lingkungan Departemen Keuangan antara lain tersebut di
bawah ini:
1) Meningkatkan disiplin PNS
2) Menjamin terpeliharanya tata tertib
3) Menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kondusif
4) Menciptakan dan memelihara kondisi kerja profesional
6. Etika PNS dalam berorganisasi:
1) Peningkatan etos kerja
2) Menjaga informasi yang bersifat rahasia
3) Membina karakter watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan
4) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku
7. Etika PNS dalam bermasyarakat antara lain tersebut di bawah ini:
1) Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa pamrih
dan tanpa unsur paksaan
2) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja
3) Mewujudkan pola hidup sederhana
4) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja
8. Pembinaan jiwa korps PNS bertujuan untuk:
1) Mendorong etos kerja
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
66
66
66
2) Meningkatkan perjuangan pengabdian kesetiaan PNS
3) Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran dan wawasan
kesadaran PNS
4) Peningkatan kerja sama sesama PNS
9. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang melakukan pengawasan
jalannya pemerintahan termasuk etika aparatur pemerintahan, antara lain
tersebut di bawah ini:
1) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
2) Indonesian Corruption Watch (ICW)
3) Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)
4) Indonesian Parliamentary Watch (IPW)
10. Dimensi etika organisasi pemerintah antara lain mencakup:
1) Etika dalam organisasi
2) Etika dalam pemerintahan
3) Etika dalam jabatan
4) Nilai-nilai kepemerintahan yang baik
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
67
67
67
1. a 1. B
2. c 2. D
3. a 3. A
4. d 4. D
5. a 5. D
6. d 6. C
7. e 7. B
8. d 8. B
9. a 9. D
10. b 10. D
I. Pilihan II. Asosiasi Pilihan Berganda
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
68
68
68
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir
dari modul ini.
Hitung jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui sampai sejauh mana Tingkat Pemahaman (TP) Anda.
Apabila TP Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:
91 % s.d. 100% : Amat Baik
81 % s.d. 90,99 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila TP belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka disarankan
mengulang materi.IF
TP = Jumlah jawaban Anda yang benar x 100% Jumlah keseluruhan soal
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
69
69
69
Adam, Indrawidjaya. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung.
Army, Winarti. 2003. Pembudayaan Sumber Daya Aparatur Dalam Rangka
Peningkatan Kinerja Organisasi Publik Dalam Jurnal Ilmiah “Good
Governance”.
Ashari, Topo dan Fernanda Desi. 2001. Membangun Kepemerintahan Yang Baik.
Jakarta:LAN.
Gering, Supriadi. 2001. Etika Birokrasi. Jakarta:LAN.
Gunnar, Myrdal. 1968. Asian Drama New York.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta:Balai Pustaka.
R.C., Solomon. 1984. Etika, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Rooswiyanto, Tony. 2005. Etika Organisasi Pemerintah.
Siagian, Sondang. 1996. Etika Bisnis. Jakarta.
Suharjo, Salamun dan Fernanda Desi. 2001. Etika Organisasi Pemerintah
Prajabatan III. Jakarta:LAN.
Suseno, Magnis SJ. 2002. Etika Birokrasi, Makalah pada Seminar
Pengembangan Widyaiswara.
Tim Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada. 2002. Pendidikan Pancasila.
Jayakarta.
Triguno. Budaya Kerja dan Disiplin. Jakarta: Bappenas.
Wahyudi, Kumarotomo. Etika Administrasi Negara.
Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Ketetapan MPR No. XI/MPR/1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih
dan bebas KKN.
Peraturan
Literatur
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :: BPPK :: 2011
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
70
70
70
Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.01/2007 yang sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
71/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin PNS di
Lingkungan Departemen Keuangan.
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS.
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang Kepemerintahan yang Baik.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik PNS.
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Publik.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Kepegawaian.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Asas-asas Umum Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas KKN.
Undang-Undang Dasar 1945.