etika keperawatan transfusi darah
DESCRIPTION
etika keperawatan kasus pada pasien transfusi darahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu etos yang berarti watak, kebiasaan, model
perilaku cara berkata atau bertindak dimana melalui etika orang lain akan mengenal
siapa diri kita sedangkan moral berasal dari kata latin –mos-(gen:moris) yang berarti
tata adat atau kebiasaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedangkan objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan atau soal
bermoral atau tidaknya perbuatan manusia, maka perbuatan yang dilakukan tanpa sadar
atau secara tidak bebas tidak bisa dikenai penilaian dan sanksi moral. Masalah etika
dewasa ini sering di artikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi suatu
perilaku manusia ( suhaemi, 2002:7 ).
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalammasyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah lakuyang
benar. Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan standar
perilaku´dan nilai´ yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat
tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang
serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata maupun
bentuk perbuatan yang nyata. Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat
dilihat bahwa etika lebih dititik beratkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku
yang mendasar dan mendekati aturan, hukum dan undang - undang yang membedakan
benar atau salah secaramoralitas nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari transfusi darah?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi bagi orang yang menjadi resipien transfuse
darah?
1
3. Apa Contoh kasus penerapan konsep etika keperawatan dalam pasien transfuse
darah?
4. Bagaimana analisa kasus dilihat dari konsep etika keperawatan?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui tentang :
1. Pengertian dari transfusi darah
2. Indikasi dan kontra indikasi bagi orang yang menjadi resipien transfuse darah
3. Contoh kasus penerapan konsep etika keperawatan dalam pasien transfuse darah
4. Analisa kasus dilihat dari konsep etika keperawatan
2
BAB II
Penerapan konsep, prinsip etika keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
cairan, elektrolit darah (transfusi)
A. Pengertian transfuse darah
Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis
produk dari satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi
darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan
darah besar karena trauma, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah
yang hilang selama operasi. Transfusi darah juga dapat digunakan untuk
mengobati anemia berat atau trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit
darah. Awal transfusi darah secara keseluruhan digunakan, tapi praktek medis
modern umumnya hanya menggunakan komponen darah. Pindah tuang
Memindahkan sejumlah cairan (dalam jumlah yang cukup besar) ke dalam
pembuluh darah balik, atau tranfusi darah adalah memindahkan cairan (darah)
dari seorang donor kepada seorang akseptor (resipien)
B. INDIKASI
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar,
perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan
kadar Hb atau penyakit kelainan darah).
2. Pasien dengan syok hemoragi.
3. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien
dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia)
4. Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise).
5. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
6. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
C. KONTRAINDIKASI
1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
2. Pasien yang bertekanan darah rendah.
3. Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda.
3
4. Transfusi darah dengan darah yang mengandung penyakit, seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B.
D. PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri, dan
nomos yang berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatanmembuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihanyang harus dihargai oleh orang
lain.rinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan anotonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan memperhatikan otonomi
adalah:
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka doberi tahu sebelumnya;
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang
pentingdiketahui klien dalam membuat suatu pilihan;
c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguanatau penyimpangan;
d. Tidak memberikan informasi yang lengakap walaupun klien
menghendakiinformasi tersebut;
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka
sudahtidak bersedia menjelaskannya.
2. Berbuat baik (Beneficience),
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.Terkadang,
4
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsipini dengan
otonomi.
Contoh perawat menasehati klien tentang programlatihan untuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnyamelakukannya apabila klien
dalam keadaan risiko serangan jantung.
3. Keadilan (Justice), Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadaporang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh : seorang perawatsedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian
ada seorang klien yang baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan
bantuan perawat tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, kelian
yang lainnya maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan faktor - faktor
dalamsituasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan pada prinsip keadilan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Johnson ( 1989 ) menyatakan
bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada
prinsip untuk melakukanyang baik.
Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian
transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami
perdarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi klien
bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada
dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat,
ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadilah perdarahan hebat,
dokter seharusnya menginstruksikan untuk memberikan transfuse darah.
Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena prinsip
beneficience walaupun sebenarnya pada saat berasamaan terjadi
penyalahgunaaan prinsip maleficience
5. Kejujuran (Veracity), Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
5
Diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakankebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, danobjektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistikbahwa ”doctors knows best”sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar
dalammembangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawatdi
RS dengan berbagai macam fraktur karena kecelakan mobil.
Suaminyayang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk kerumah sakit
yang sama danmeninggal. Ny. M bertanya berkali – kali kepada perawat
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suami NY. M kepada Ny.
M. Perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan
mengatakan keprihatinannyakepada perawat kepala ruanga, yang
mengatakan bahwa instruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Menepati janji (Fidelity), Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai
janji dankomitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik
yangmenyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
6
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan
danmeminimalkan penderitaan
7. Kerahasiaan (Confidentiality)Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi
tentang klien harusdijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatankesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkanoleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
D. Contoh Kasus
Di kota X terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tuan Y kehilangan
darah dalam jumlah besar, kemudian tuan Y dibawa kerumah sakit S untuk
menerima pertolongan pertama, pada saat di rumah sakit dokter memberikan
pertolongan pertama berupa pembersihan dan pembalutan luka. Karena Tuan.Y
mengalami fraktur pada bagian lengan kanannya akhirnya dokter juga
memberikan spalk pada daerah tulang yang fraktur tersebut , setelah Tn.Y
diberikan pertolongan pertama, tuan Y di diagnosa oleh dokter mengalami
pendarahan pada bagian kepala dan abdomen sehingga menyebabkan tuan Y
kehilangan darah dalam jumlah besar dan menurunnya kadar Hb hingga kadar
Hb tuan Y menjadi 6 (normal 12-14 pada laki-laki), sehingga tuan Y harus
mendapatkan transfusi darah pada saat itu juga, tetapi pada saat itu tidak ada
keluarga atau wali yang menjadi tanggung jawab adnimistrasi pasien, sehingga
Tn.Y tidak mendapatkan tindakan selanjutnya, hingga saat ini Tn.Y menderita
stroke non hemoragik akibat dari keterlambatan tindakan trnsfusi darah sehingga
mengakibatkan kekurangan suplay oksigen yang dibawa oleh darah ke otak.
E. Analisa Kasus :
7
Dalam kasus ini perawat tidak menerapkan prinsip etika kepeawatan :
1. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Dalam situasi seperti ini seharusnya perawat berkolaborasi dengan dokter untuk
segera melakukan tindakan transfusi darah, melihat kondisi pasien yang sudah
memerlukan darah dengan segera, perawata seharusnya menerapkan prinsip
beneficience (prinsip etika berbuat baik) pada pasien.
2.Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
ekualitas pelayanan kesehatan.
Dalam situasi seperti ini seharusnya perawat juga menerapkan prinsip keadilan,
yakni menangani pasien dalam tindakan keperawatan terlebih lagi yang memang
sudah harus dilakukan pada saat emergency seperti melakukan transfusi darah Tn.Y
yang telah di diagnosa kehilangan darah dalam jumlah banyak, dan kadar Hb
{8(normal 12-14 pada laki-laki} yang relatif rendah, walaupun dalam situasi
tersebut Tn.Y belum ada keluarga dan wakil yang akan megurus administrasi.
3. Perawat terkena Tindak pidana UU kesehatan yakni :
Tidak memberi pertolongan pertama kepada pasien.
1. Pasal 190 ayat (1) menentukan bahwa “Pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan
8
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Pada ayat (2) ditentukan bahwa dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
kematian,pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan
tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
9