etika bisnis bab i,ii,iii

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika bisnis merupakan pemikiran tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Selain itu etika bisnis juga merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Utilitarianisme atau utilisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Oleh karena itu tugas hukum adalah menghantarkan manusia menuju the ultimate good. 1

Upload: anggadewiputri

Post on 20-Feb-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etbis

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Bisnis Bab i,II,III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika bisnis merupakan pemikiran tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.

Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya

diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa

yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku

manusia yang penting.

Selain itu etika bisnis juga merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu

bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan

masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang

sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika

pergaulan antar manusia.

Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika menjamin seseorang akan

menjadi etis juga? Utilitarianisme atau utilisme adalah aliran yang meletakkan

kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai

kebahagiaan (happiness). Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung

kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Oleh

karena itu tugas hukum adalah menghantarkan manusia menuju the ultimate good.

Menurut paham Utilitarianisme, bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang

dilakukannya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan

masyarakat. Aliran ini digunakan dalam menilai kebijakan pemerintah dan komoditas

yang dinikmati publik dengan memperhatikan manfaat dan biaya (benefit and cost

analysis) suatu kebijakan atau tindakan.

Jadi dapat dikatakan bahwa kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah

kebijakan yang menghasilkan berbagai hal yang baik, bukan sebaliknya malah

memberikan kerugian. Pendekatan utilitarianisme sering disebut pendekatan

konsekuensisalis, karena menekankan pentingnya konsekuensi atas keputusan yang

diambil. Kualitas moral suatu perbuatan, baik buruknya tergantung pasa konsekuensi

atau akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah

makalah mengenai Etika Uilitarianisme. Penulis akan membahas lebih detail mengenai

etika utilitarianisme dalam bisnis. Dimana dalam makalah ini akan dibahas mengenai

kriteria dan prinsip etika utilitarianisme, nilai postif dari etika utilitarianisme, etika

1

Page 2: Etika Bisnis Bab i,II,III

utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian, analisis keuntungan dan kerugian

serta kelemahan etika utilitarianisme.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana kriteria dan prinsip etika utilitarianisme?

1.2.2 Bagaimana nilai positif dari etika utilitarianisme?

1.2.3 Bagaimana etika utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian?

1.2.4 Bagaimana analisis keuntungan dan kerugian etika utilitarianisme?

1.2.5 Bagaimana kelemahan etika utilitarianisme?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi tujuan penulisan ini adalah

sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui kriteria dan prinsip etika utilitarianisme.

1.3.2 Untuk mengetahui nilai postif etika utilitarianisme.

1.3.3 Untuk mengetahui etika utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian.

1.3.4 Untuk mengetahui analisis keuntungan dan kerugian.

1.3.5 Untuk mengetahui kelemahan etika utilitarianisme.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mengetahui kriteria dan prinsip etika utilitarianisme.

1.4.2 Mengetahui nilai postif etika utilitarianisme.

1.4.3 Mengetahui etika utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian.

1.4.4 Mengetahui analisis keuntungan dan kerugian.

1.4.5 Mengetahui kelemahan etika utilitarianisme.

2

Page 3: Etika Bisnis Bab i,II,III

BAB II

PEMBAHASAN

Etika Utilitarianisme

Utilitarianisme berakar pada teori teleologi dan merupakan salah satu dari sekian

banyak aliran (teori) etika normatif yang digunakan untuk menilai etis tidaknya suatu

tindakan. Aliran ini digunakan dalam menilai kebijakan pemerintah dan komoditas yang

dinikmati publik dengan memperhatikan manfaat dan biaya (benefit and cost analysis) suatu

kebijakan atau tindakan.

2.1 Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme

2.1.1 Menimbang Biaya dan Keuntungan Sosial

Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis, yang berarti berguna,

berfaedah, menguntungkan. Menurut aliran ini prinsip pokok yang harus

dikedepankan dalam berbuat adalah asas manfaat/keuntungan. The greatest

happiness of the greatest number.

Kegunaan/keuntungan menjasi prinsip, norma, kriteria dan cita-cita moral.

Perilaku dan perbuatan manusia dikatakan baik jika mendatangkan keuntungan

dan kegunaan. Dengan demikian utilitarianisme merupakan istilah umum untuk

semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu

dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan kepada

masyarakat.

Pendekatan utilitarianisme sering disebut pendekatan konsekuensisalis,

karena menekankan pentingnya konsekuensi atas keputusan yang diambil.

Kualitas moral suatu perbuatan, baik buruknya tergantung pasa konsekuensi atau

akibat yang ditimbulkan. Seperti keputusan moral yang diambil perusahaan

Caltex saat mereka mengklaim bahwa perusahaan perlu memindahkan pusat

operasinya ke daerah Afrika Selatan karena dinnilai menguntungkan. Dalam

situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang benar adalah yang memberikan

keuntungan paling besar atua biaya yang paling rendah.

Istilah yang digunakan untuk mengacu hanya pada keuntungan yang

diperoleh adalah utilitas. Dengan demikian. Istilan Utilitarianisme digunakan

untuk semua teori yang mendukung pilihan tindakna atau kebijakan yang

memaksimalkan keuntungan atau menekan biaya. David Hume, Jeremi benthan,

dan John Stuart Mill adalah sebagian dari penggagas aliran ini.

3

Page 4: Etika Bisnis Bab i,II,III

Banyak analis yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengvaluasi

kelayakan suatu keputusan bisnis adalah dengan mengandalkan pada analisis

biaya keuntungan utilitarian. Tindakan bisnis yang secara sosial

bertanggungjawab adalah tindakan yang mampu memberikan keuntungan

terbesar atau biaya terendah bagi masyarakat. Lembaga-lembaga pemerintah, ahli

teori hukum, kaum moralis dan sejumlah analisis bisnis mendukung

utilitarianisme.

2.1.2 Utilitarialisme Tradisional

Jeremy Bentham (1748-1832) sering dianggap sebagai pendiri

utilitarianisme. Bentham berusaha mencari dasar objektif dalam membuat

keputusan yang mampu memberikan norma yang dapat diterima publik dalam

menetapkan kebijakan peraturan sosial. Cara yang paling menjanjikan dalam

memperoleh dasar objektif adalah dengan melihat berbagai kebijakan yang

ditetapkan dan membandingkan keuntungan dan konsekuensi-konsekuensinya.

Tindakna yang tepat dari sudut pandang etis adalah memilih kebijakan yang

mampu memberikan utilitas paling besar.

Prinsip utilitarianisme adalah suatu tindakan yang dianggap benar dari

sudut pandang etis jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari suatu tindakan

tersebut lebih besar dari jumlah utilitas yang lain. Prinsip utilitarian

mengasumsikan bahwa kita bisa mengukur dan menambahkan kuantitas

keuntungan yang dihasilkan oleh suatu tindakan dan menguranginya dengan

jumlah kerugian dari tindakan tersebut dan selanjutnya menentukan tindakan

mana yang menghasilkan keuntungan paling besar atau biaya paling kecil.

Teori ini dianggap sejalan dengan pandangan-pandangan yang cenderung

diusulkan saat membahas kebijakan pemerintah dan barang-barang komoditas

publik. Sebagian orang setuju bahwa saat pemerintah berusaha menentukan

proyek publik mana yang akan dibiayai dengan menggunakan dana masyarakat.

Tindakan yang tepat adalah dengan melaksanakan proyek-proyek yang dari hasil

penelitian objektif terbukti mampu memberikan keuntungan paling besar bagi

semua anggota masyarakat dengan biaya yang paling kecil.

Prinsip utilitarian menyatakan bahwa tindakan yang benar dalam situasi

adalah tindakan yang menghasilkan utilitas besar dibandingkan kemungkinan

tindakan lainnya. Namun, ini tidak berarti tindakan yang benar adalah tindakan

yang menghasilkan utilitas paling besar bagi orang yang melakukan tindakan

4

Page 5: Etika Bisnis Bab i,II,III

tersebut. Tetapi, suatu tindakan dianggap benar jika menghasilkan utilitas paling

besar bagi semua orang yang terpengaruh oleh tindakan tersebut.

Demikian juga prinsip utitilarian tidak menyatakan bahwa suatu tindakna

benar sejauh keuntungan dari tindakan tersebut lebih besar dari biayanya. Dalam

analisis terakhir utilitarian meyakini bahwa tindakan yang benar adalah tindakan

yang memberikan keuntungan paling besar diabndingkan keuntungan-keuntungan

yang dapat diperoleh dari semua tindakan alternatif lainnya.

Dengan demikian, untuk memastikan apa yang harus dilakukan dalam

situasi tertentu, perlu dilakukan tiga hal, yaitu:

1. Tentukan tindakan-tindakan alternatif apa yang harus dilakukan dalam

situasi tersebut.

2. Untuk setiap alternatif ditentukan keuntungan, dan biaya langsung, serta

tidak langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut pada masa yang

akan datang.

3. Alternatif yang memberikan utilitas paling besar wajib dipilih sebagai

tindakan yang secara etis tepat.

Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya-keuntungan

ekonomi. Jenis analisis ini digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan

investasi dalam suatu proyek dengan mencari tahu apa keuntungan ekonomi

untuk saat ini dan masa mendatang. Terakhir kita bisa mencatat bahwa

utilitarianisme sangat sesuai dengan nilai yang diutamakan seseorang, yaitu

efisiensi. Efisiensi bisa berarti hal yang berbeda bagi orang yang berbeda pula.

Namun, bagi banyak orang efisiensi berarti menghasilkan plaing banyak dengan

sumber daya yang ada.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa terdapat tiga kriteria prinsip etika

utilitarianisme (Keraf, 1998:4):

1. Manfaat, yaitu bahwa kebijakna atau tindakan itu mendatangkan manfaat

atau kegunaan tertentu. Suatu kebijakan atau tidakan adalah baik dan tepat

secara moral jika kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat

atau kegunaan.

2. Manfata terbesar, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan itu mendatangkan

manfaat terbesar dibandingkan dengan alternatif lainnya. Diantara berbagai

kebijakan atau tindakan yang sama baikanya, kebijaksanaan atau tindakna

yang mendatangkan manfaat terbesar adalah tindakna yang oaling baik.

5

Page 6: Etika Bisnis Bab i,II,III

3. Mafaat terbesar diterima oleh sebanyak mungkin orang, di antara berbagai

kebijakan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar,

kebijakan atau tindakan yang baik adalah kebijakan atau tindakan yang

bermanfaat bagi lebih banyak orang. Jadi, suatu tindakna dikatakan baik,

apabila tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar, tetapi juda manfaat

terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

2.2 Nilai Positif Etika Utilitarianisme

Sampai sekarang, etika utilitarianisme mempunyai daya tarik tersendiri, yang

bahkan melebihi daya tarik etika deontologis. Etika utilitarianisme tidak memaksakan

sesuatu yang asing. Etika ini menggambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh

orang yang rasional dalam mengambil keputusan, khususnya keputusan moral,

termasuk dalam bidang bisnis.

Menurut Keraf (1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme yaitu :

1. Rasional

Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-

aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika

utilitarianisme memberikan criteria yang objektif dan rasional.

2. Otonom

Etika utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk

berpikir dan bertindak dengan hanya memperhatikan tiga criteria objektif dan

rasional seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tidak ada paksaan bahwa orang

harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.

3. Universal

Etika utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi

banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut member

manfaat terbesar bagi banyak orang.

2.3 Utilitarianisme sebagai Proses dan Standar Penilaian

Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda,

yaitu:

1. Sebagai Proses Pengambilan Keputusan

Etika utilitarialisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan. Etika

ini dipakai untuk melakukan perencanaan yang mengatur sasaran atau target yang

6

Page 7: Etika Bisnis Bab i,II,III

akan dicapai. Atau dengan kata lain etika utilitarialisme menjadi dasar utama

dalam penyusunan program atau perencanaan yang menyangkut kepentingan

orang banyak. Kriteria etika utilitarialisme lalu menjadi kriteria seleksi bagi

setiap alternatif yang bisa diambil.

2. Sebagai Standar Penilaian

Etika utilitarialisme digunakan sebagai standar penilaian atas tindakan atau

kebijakan yang telah dilakukan. Kriteria etika utilitarialisme benar-benar

digunakan untuk menilai apakah tindakan atau kebijakan yang ditetapkan tersebut

memang benar tau tidak. Ini berarti bahwa pada wujud ini etika utilitarialisme

sangat tepat digunkan untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dijalankan.

2.4 Analisis Keuntungan dan Kerugian

Dalam Etika Utilitarianisme, manfaat dan kerugian selalu dikaitkan dengan

semua orang yang terkait, sehingga analisis keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-

mata tertuju langsung pada keuntungan bagi perusahaan.

Analisis keuntungan dan kerugian dalam kerangka etika bisnis:

1. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yg dianalisis tidak dipusatkan pd

keuntungan dan kerugian perusahaan.

2. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dlm kerangka uang.

3. Analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang

Dua macam teori utilitarianisme, yaitu:

1. Utilitarianisme Tindakan. 

Suatu tindakan itu dianggap baik kalau tindakan itu membawa akibat yang

menguntungkan. 

2. Utilitarianisme Peraturan.

Teori ini merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itu

dipandang baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.

Langkah konkret yang perlu diambil dalam membuat kebijaksanaan bisnis,

berkaitan dengan analisis keuntungan dan kerugian.

1. Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan dan kegiatan

bisnis sebanyak banyaknya.

2. Seluruh alternatif pilihan dalam analisis keuntungan dan kerugian, dinilai

berdasarkan keuntungan yang menyangkut aspek-aspek moral.

7

Page 8: Etika Bisnis Bab i,II,III

3. Analisis neraca keuntungan dan kerugian perlu dipertimbangkan dalam kerangka

jangka panjang.

2.5 Kelemahan Etika Utilitarianisme

2.5.1 Masalah Penilaian

Suatu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus

pada hambatan-hambatan yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas.

Perbuatan baik dan etis didasarkan atas kegunaan, manfaat atau keuntungan.

Namun, pendapat aliran ini tidak diberlakukan secara universal. Sebab, nilai guna

tidak mungkin bermakna seragam pada semua manusia. Apalagi dipergunakan

untuk menilai persoalan moral. Dengan sifat humanistik dan universal yang

diembannya, maka moral tidak akan pernah mungkin dinilai menurut versi

kegunaan, manfaat, dan keuntungan sebagaimana diisyaratkan aliran

utilitarianisme dengan argumentasi :

1. Bagaimana nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang-

orang yang berbeda dapat diukur dan dibandingkan. Jika kita tidak tahu

tindakan-tindakan apa saja yang memberikan nilai utilitas paling tinggi,

maka kita juga tidak dapat menerapkan prinsip-prinsip utilatarian.

2. Sejumlah biaya dan keuntungan tertentu tampak sangat sulit dinilai,

misalnya, bagaimana menilai nyawa atau kesehatan seseorang.

3. Banyak biaya dan keuntungan dari suatu tindakan tidak dapat diprediksi

dengan baik, maka penilaian pun juga tidak dapat dilakukan dengan baik.

Misalnya, akibat yang menguntungkan atau merugikan diri sebuah ilmu

pengetahuan yang sangat sulit diprediksi.

4. Sampai saat ini masih belum jelas apa yang bisa dihitung sebagai biaya.

Tidak ada kejelasan ini sangat problematik khususnya berkaitan dengan

masalah-masalah sosial yang dinilai sangat berbeda oleh berbagai

kelompok budaya.

5. Asumsi utilitarian yang menyatakan bahwa semua barang dapat diukur atau

dinilai mengimplikasikan bahwa semua barang dapat diperdagangkan. Jadi,

untuk barang tertentu yang nilainya sebanding, satu-satunya cara untuk

menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah menerima penilaian dari

suatu kelompok sosial atau kelompok lain. Namun, hal ini berarti

8

Page 9: Etika Bisnis Bab i,II,III

mendasarkan analisis biaya-keuntungan pada bisnis dan kecenderungan

subjektif dari kelompok bersangkutan.

2.5.2 Tanggapan Utilitarianisme terhadap Masalah Penilaian

Para pendukung utilitarianisme memberikan sejumlah tanggapan berikut ini

untuk menghadapi keberatan-keberatan yang muncul:

1. Kaum utilitarian menyatakan bahwa, meskipun utilitarianisme idealnya

mensyaratkan penilaian-penilaian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan

atas biaya dan keuntungan. Namun, persyaratan ini dapat diperlonggar jika

penilaian seperti itu tidak dapat dilakukan. Utilitarianisme hanya

menegaskan konsekuensi dari tindakan wajib dinyatakan dengan tingkat

kejelasan dan ketepatan sebaik mungkin, dan bahwa semua informasi harus

relevan. Sehubungan dengan konsekuensi-konsekuensi tersebut, haruslah

disajikan dalam bentuk yang memungkinkan dilakukannya perbandingan

secara sistematis antara yang satu dengan yang lain. Kaum utilitarian juga

menunjuk pada sejumlah kriteria akal sehat yang dapat dipergunakan untuk

menentukan nilai relatif yang perlu diberikan pada berbagai kategori

barang. Satu kriteria misalnya, tergantung pada instrinsik dan barang

instrumental. Barang-barang instrumental adalah barang yang dianggap

bernilai hanya karena barang-barang tersebut mengarah kepada hal-hal

yang dianggap baik. Misalnya, berobat ke dokter gigi merupakan barang

instrumental, tindakan tersebut hanya diinginkan atau dilakukan sebagai

cara agar kita menjadi sehat. Sedangkan barang instrinsik adalah barang-

barang yang diinginkan dan tidak tergantung pada keuntungan-keuntungan

yang lain yang mungkin dihasilkan. Jadi, kesehatan adalah barang

instrinsik: karena memang diinginkan.

2. Utilitarianisme juga bisa salah, menurut para kritikus, apabila diterapkan

pada situasi-situasi yang berkaitan dengan keadilan sosial. Misalnya, upah

subsistensi memaksa sekelompok pekerja pendatang untuk tetap

melaksanakan pekerjaan yang paling tidak diinginkan dalam bidang

pertanian dalam sebuah perekonomian, namun menghasilkan tingkat

kepuasan sangat tinggi bagi mayoritas, karena kelompok mayoritas tersebut

menikmati barang-barang produksi hasil pertanian yang murah dan

memungkinkan mereka untuk memenuhi keinginan-keinginan lain.

9

Page 10: Etika Bisnis Bab i,II,III

2.5.3 Tanggapan Utilitarian terhadap Pertimbangan Hak dan Keadilan

Untuk menangani keberatan dalam contoh-contoh yang diajukan oleh para

kritikus utilitarianisme tradisional, kaum utilitarian mengajukan satu versi

utilitarianisme alternatif yang cukup penting dan berpengaruh, yang disebut rule-

utilitarianism (peraturan utilitarianism). Menurut, rule-utilitarianism, saat

menentukan apakah suatu tindakan dapa dianggap etis, kita tidak perlu

mempertanyakan apakah tindakan tersebut diwajibkan oleh peraturan modal yang

harus dipatuhi oleh semua orang.

Jadi, teori rule-utilitarianism memilki pertimbangan yang dapat diringkas

ke dalam dua prinsip berikut:

1. Suatu tindakan dikatakan benar dari sudut pandang etis, hanya jika

tindakan tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.

2. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika jumlah utilitas total yang

dihasilkan dan jika semua orang yang mengikuti peraturan tersebut

lebih besar dari jumlah utilitas total yang diperoleh serta jika semua

orang mengikuti peraturan moral alternatif lainnya.

Dengan demikian, menurut rule-utilitarianism, fakta bahwa sebuah

tindakan tertentu mampu memaksimalkan utilitas dalam kondisi tertentu, tidak

berarti bahwa tindakan itu benar dari sudut pandang etis. Jadi, ada dua batasan

utama terhadap metode utilitarian dalam penalaran moral, meskipun tingkat

batasan-batasan ini masih kontroversial. Pertama, metode utilitarian cukup sulit

digunakan saat menghadapi masalah nilai yang sulit atau mungkin tidak dapat

diukur secara kuantitaif. Kedua, utilitarianisme tampak tidak mampu menghadapi

situasi-situasi yang melibatkan masalah hak dan keadilan, meskipun ada beberapa

pihak yang berusaha mengatasi hal ini dengan membatasi utilitarianisme hanya

pada evaluasi peraturan.

10

Page 11: Etika Bisnis Bab i,II,III

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.1.1 Prinsip utilitarianisme adalah suatu tindakan yang dianggap benar dari sudut

pandang etis jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari suatu tindakan tersebut

lebih besar dari jumlah utilitas yang lain. Prinsip utilitarian mengasumsikan

bahwa kita bisa mengukur dan menambahkan kuantitas keuntungan yang

dihasilkan oleh suatu tindakan dan menguranginya dengan jumlah kerugian dari

tindakan tersebut dan selanjutnya menentukan tindakan mana yang menghasilkan

keuntungan paling besar atau biaya paling kecil.

3.1.2 Menurut Keraf (1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme yaitu

universal, otonom, dan rasional.

3.1.3 Secara umum etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda,

yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan sebagai standar penilaian.

3.1.4 Analisis keuntungan dan kerugian dalam kerangka etika bisnis yaitu keuntungan

dan kerugian, cost and benefits, yg dianalisis tidak dipusatkan pd keuntungan dan

kerugian perusahaan. Kedua adalah analisis keuntungan dan kerugian tidak

ditempatkan dlm kerangka uang. Dan yang terakhir yaitu analisis keuntungan dan

kerugian untuk jangka panjang.

3.1.5 Kelemahan etika utilitarianisme yaitu manfaat merupakan konsep yang begitu

luas sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak

sedikit, etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan

pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh

berkaitan dengan akibatnya, etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius

kemauan baik seseorang, variabel yang dinilai tidak semuanya dapat

dikuantifikasi, seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling

bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan proiritas di antara

ketiganya, etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu

dikorbankan demi kepentingan mayoritas.

11

Page 12: Etika Bisnis Bab i,II,III

3.2 Saran

3.2.1 Kepada pemerintah perlu memperhatikan etika utilitarianisme karena aliran ini

digunakan dalam menilai kebijakan pemerintah dan komoditas yang dinikmati

publik dengan memperhatikan manfaat dan biaya suatu kebijakan atau tindakan.

3.2.2 Kepada mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis universitas udayana untuk

menambah pengetahuan dan wawasan mengenai etika utilitarianisme dan serta

mampu mengikuti materi perkuliahan etika bisnis lainnya agar ilmu ini

bermanfaat untuk mata kuliah selanjutnya.

3.2.3 Kepada para akademisi dan masyarakat luas agar mengetahui tentang prinsip dari

etika utilitarianisme ini karena prinsip pokok yang dikedepankan oleh aliran ini

adalah asas manfaat/keuntungan. Perilaku dan perbuatan manusia dikatakan baik

jika mendatangkan kegunaan dan keuntungan.

3.2.4 Kepada para pebisnis agar mengetahui tentang etika utilitarianisme ini, meskipun

etika ini baru didengar tetapi ketahuilah bahwa etika ini memiliki pendekatan

konsekuensialis karena menekankan pentingnya konsekuensi atas keputusan yang

diambil. Seorang pebisnis harus mampu membuat keputusan terbaik untuk

perusahaannya.

12

Page 13: Etika Bisnis Bab i,II,III

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis Konsep Dasar, Implementasi, dan Kasus. Denpasar:

Udayana University Press

http://ninaseptiana.blogspot.com/2010/11/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html?m=1

(diakses tanggal 25 September 2014)

http://aditonlyone.blogspot.com/2010/12/tugas-etika-bisnis-bab-3-etika_09.html?m=1

(diakses tanggal 25 September 2014)

13