estimasi willingness to pay masyarakat terhadap ... · surya (plts), pembangkit listrik tenaga mini...

87
ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN PILOT PROJECT PLTAL DI SELAT NUSA PENIDA, BALI AMALIA RETNASARI S DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: dangdang

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT

TERHADAP KEBERLANJUTAN PILOT PROJECT

PLTAL DI SELAT NUSA PENIDA, BALI

AMALIA RETNASARI S

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Willingness to

Pay Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa

Penida, Bali adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Amalia Retnasari S

NIM H44100120

ABSTRAK

AMALIA RETNASARI S. Estimasi Willingness to Pay Masyarakat terhadap

Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali. Dibimbing oleh

AKHMAD FAUZI dan ASTI ISTIQOMAH.

Listrik telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Sumber

utama ketenagalistrikan Indonesia berasal dari fosil, sumberdaya tidak terbarukan.

Meningkatnya pembangunan pembangkit listrik dalam memenuhi kebutuhan

listrik akan berdampak pada penurunan ketersediaan sumberdaya fosil, maka

dibutuhkan sumber energi listrik alternatif yang berasal dari sumberdaya

terbarukan. Salah satu sumber energi yang dapat dikembangkan adalah energi arus

laut. Selat Nusa Penida merupakan salah satu lokasi pemasangan pilot project

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) dengan kapasitas sepuluh

kilowatt. Keberadaan PLTAL telah memberikan penerangan melalui 25 lampu

jalan yang terpasang di Desa Toyopakeh. Tujuan penelitian ini adalah

(1) mengidentifikasi manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh;

(2) menganalisis peluang kesediaan membayar dan mengestimasi nilai willingness

to pay masyarakat Desa Toyopakeh; dan (3) menganalisis skema pengelolaan dan

pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida. Manfaat ekonomi dan sosial budaya

yang dirasakan masyarakat saat malam hari adalah meningkatkan efektivitas kerja

pengikat rumput laut, warung buka lebih malam, memberikan kemudahan jukung

dan speed boat bersandar, monitoring kapal, bongkar muat kapal, memancing, dan

pembuangan abu jenazah. Keberadaan PLTAL Nusa Penida memiliki

kemungkinan dampak lingkungan yang kecil. Masyarakat dengan jumlah

pendapatan besar maupun kecil memiliki peluang bersedia membayar yang sama.

Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi, peluang bersedia membayarnya

lebih besar 1,291 kali dibandingkan tidak bersedia membayar. Nilai rataan WTP

berdasarkan distribusi Turnbull estimator berada pada kisaran Rp 7.894,695

sampai Rp 10.641,891, sedangkan berdasarkan perhitungan Spearmen-Karber

rataan WTP sebesar Rp 11.768,293. Stakeholder yang telah dan dapat berperan

langsung maupun tidak langsung dalam proses pengelolaan dan pengembangan

PLTAL di Nusa Penida dibagi menjadi lima jenis pihak yaitu pihak peneliti,

perijinan, pemberi dana, pengembang, dan masyarakat.

Kata Kunci: energi arus laut, PLTAL, Selat Nusa Penida, willingness to pay.

ABSTRACT

AMALIA RETNASARI S. . Estimation of community willingnes to pay for

Sustainable Pilot Project PLTAL in Nusa Penida Strait, Bali. Supervised by

AKHMAD FAUZI and ASTI ISTIQOMAH.

Electricity has becomes an important thing in human’s life. The

Indonesia’s electricity main source of power is originates from fossils, a non-

renewable resources. The increase of power plant development in fueling

electricity demand will have impact on decreasing fossil resources, therefore an

alternative electric power originate from renewable resources are needed. One of

the energy resource that can developed is ocean current energy. Nusa Penida strait

is one of location Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pilot project

installation with installed capacity ten kilowatt (KW). The presence of PLTAL

have given light to 25 street lamps that installed in Toyopakeh village. This study

aimed to (1) identify benefit which Toyopakeh village citizens perceived,

(2) study the opportunity readiness to pay and estimate the value of willingness to

pay citizens of Toyopakeh village, and (3) analize management scheme and

PLTAL development in Nusa Penida strait. The economic and sosiocultural

benefit perceived by Toyopakeh village citizens in the night are increasing works

effectivity for seaweed strapper, shop opened over night, easier to moored jukung

and speedboat, ship monitoring, load and unloading, fishing, and ashes disposal.

The presence of PLTAL Nusa Penida had less environmental impact probability.

Citizens with high income or low income had similar opportunity readiness.

Citizens with high academic level had opportunity readiness 1.291 point more

than not ready to pay. Based on Turnbull estimator distribution, the mean WTP

value was at Rp 7.894,695 and Rp 10.641,891 range, whereas based on

Spearmen-Karber calculation, mean WTP value was at Rp 11.768,293.

Stakeholder which had been and can be participate directly or indirectly in the

PLTAL management and development processes in Nusa Penida divided by 5

types, namely researchers, bureaucration, funding, developer and communities.

Keywords: Nusa Penida strait, ocean current energy, PLTAL, willingness to pay.

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT

TERHADAP KEBERLANJUTAN PILOT PROJECT

PLTAL DI SELAT NUSA PENIDA, BALI

AMALIA RETNASARI S

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga penelitian yang berjudul “Estimasi Willingness To Pay Masyarakat

Terhadap Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali” ini

dapat diselesaikan. Terwujudnya penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah membimbing penulis baik dalam pemberian ide-ide maupun

pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Orangtua, adik kandung, dan keluarga besar yang terus memberikan

dukungan baik moral maupun materil, serta senantiasa mendoakan

agar penulis mampu menyelesaikan studi dengan baik.

2. Prof.Dr.Ir.Akhmad Fauzi,M.Sc selaku pembimbing pertama dan Asti

Istiqomah,SP,M.Si selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan

waktunya dalam mendidik dan mengarahkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Ir.Nindyantoro,M.SP selaku penguji utama dan Arini Hardjanto,SE,

M.Si selaku penguji wakil departemen yang telah memberikan saran

bagi perbaikan skripsi.

4. Mba Sofi yang telah memberikan dukungan selama penyusunan

skripsi.

5. PT.T-Files dan tim lapang yang telah memberikan kesempatan dan

memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian terhadap proyek

PLTAL yang telah dibangun.

6. Keluarga Bapak I Ketut Weca (Kepala Dusun Banjar Nyuh), warga

Toyopakeh dan Banjar Nyuh yang telah bersedia memberikan

informasi dan menyambut penulis dengan hangat selama tinggal di

tempat penelitian.

7. Bli Yusuf yang telah memberikan bantuan dan menemani

pengambilan data selama di lapangan.

8. Keluarga ESL 47 dan Uni Konservasi Fauna, serta rekan-rekan dan

pihak lainnya yang telah memberikan dukungan, keceriaan, berbagi

ilmu, dan bantuan selama proses persiapan hingga selesainya

penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan

mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan

oleh penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

seluruh pihak yang terkait.

Bogor, April 2015

Amalia Retnasari S

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ............................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 8

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ............................... 8

2.2 Contingent Valuation Method (CVM) ...................................................... 8

2.3 Willingness To Pay (WTP) ....................................................................... 9

2.4 Analisis Logistik ..................................................................................... 10

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut .................................................... 12

2.6 Energi Laut.............................................................................................. 12

2.6.1 Gelombang Laut ............................................................................ 12

2.6.2 Pasang Surut Laut .......................................................................... 13

2.6.3 Panas Laut (OTEC) ....................................................................... 13

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 17

IV METODE PENELITIAN ............................................................................... 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 21

4.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 21

4.4 Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 22

4.5 Metode Analisis Data .............................................................................. 22

4.5.1 Identifikasi Manfaat PLTAL ......................................................... 23

4.5.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL .................................... 23

4.5.3 Analisis Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL Nusa Penida . 27

V GAMBARAN UMUM ................................................................................... 28

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 28

5.2 PT.T-Files ................................................................................................ 30

5.3 Karakteristik Responden ......................................................................... 31

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 36

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh .............................. 36

6.1.1 Manfaat Ekonomi........................................................................... 37

6.1.2 Manfaat Sosial Budaya .................................................................. 39

6.1.3 Dampak Lingkungan ...................................................................... 40

6.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL .............................................. 43

6.2.1 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat ......... 43

6.2.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat .................................................... 46

6.3 Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL .................................... 49

6.3.1 Pihak Peneliti ................................................................................. 52

6.3.2 Pihak Perijinan ............................................................................... 52

6.3.3 Pihak Pemberi Dana ....................................................................... 53

6.3.4 Pihak Pengembang ......................................................................... 53

6.3.5 Pihak Masyarakat ........................................................................... 56

VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 58

7.1 Simpulan .................................................................................................. 58

7.2 Saran ........................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 60

LAMPIRAN .......................................................................................................... 63

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 72

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Roadmap karakteristik arus laut dan daya listrik ........................................... 4

2 Penelitian terdahulu yang relevan ................................................................ 14

3 Matriks metode analisis data ....................................................................... 22

4 Manfaat ekonomi ......................................................................................... 37

5 Manfaat sosial budaya ................................................................................. 39

6 Kemungkinan dampak lingkungan PLTAL ................................................ 41

7 Variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar maksimum pengelolaan PLTAL .. 45

8 Perhitungan turnbull .................................................................................... 47

9 Perhitungan K-M-T dan S-K ....................................................................... 47

10 Biaya Pengeluaran tiap Tahun ..................................................................... 49

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kapasitas terpasang pembangkit listrik menurut jenis energi ....................... 2

2 Alur pemikiran ............................................................................................. 20

3 Peta Pulau Nusa Penida ............................................................................... 28

4 Turbin gorlov ............................................................................................... 31

5 Generator ..................................................................................................... 31

6 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis kelamin ................................... 32

7 Persentase sebaran WTP berdasarkan usia .................................................. 32

8 Persentase sebaran WTP berdasarkan lama tinggal..................................... 33

9 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendidikan........................... 33

10 Persentase sebaran WTP berdasarkan jumlah tanggungan .......................... 34

11 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis pekerjaan ................................ 34

12 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendapatan .......................... 35

13 Persentase kesediaan membayar responden ................................................ 43

14 Analisis dan rekomendasi skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL . 51

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Output SPSS ....................................................................................... 65

2 Penghitungan WTP ...................................................................................... 67

3 Penghitungan Pendekatan Harga Tarif......................................................... 68

4 Data Responden ........................................................................................... 69

5 Data Dokumentasi ........................................................................................ 70

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia.

Tingginya ketergantungan manusia terhadap listrik dapat dilihat ketika terjadinya

pemadaman listrik di beberapa kota besar. Salah satu contohnya pada tahun 2001

telah terjadi pemadaman listrik di Amerika Serikat yang mengakibatkan 54

industri perakitan dan pembuatan mobil terhenti, ratusan jadwal penerbangan

dibatalkan, semua akses internet terputus, banyak pelayanan kereta api dan kereta

bawah tanah terhenti (Akhadi 2009). Kejadian serupa pun menimpa Indonesia

pada Januari 2014, pemadaman listrik terjadi selama satu jam di Bandara

Internasional Ngurahrai Bali sehingga mengakibatkan sebelas jadwal penerbangan

tertunda (Wiriyanto 2014).

Pembangkit listrik merupakan infrastruktur penting dalam memproduksi

listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan listrik di Indonesia saat

ini dipasok oleh pembangkit listrik PLN dan non PLN atau captive power yang

biasanya dimiliki oleh industri-industri besar dan menengah yang belum

tersambung dengan jaringan listrik PLN. Penggunaan captive power juga

merupakan salah satu cara industri untuk mendapatkan listrik yang lebih handal

dan ekonomis (OEI 2014). Gambar 1 menunjukkan produksi listrik dari semua

jenis pembangkit listrik yang ada yaitu pembangkit listrik tenaga sampah

(PLTSa), pembangkit listrik tenaga gasifikasi batubara, pembangkit listrik tenaga

surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga mini hidro, pembangkit listrik tenaga

mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga bayu atau angin (PLTB),

pembangkit listrik tenaga mesin uap, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD),

pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik turbin gas dan

uap (PLTGU), pembangkit listrik turbin gas (PLTG), pembangkit listrik tenaga

uap (PLTU), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Berdasarkan Gambar 1

terlihat bahwa kapasitas listrik yang lebih banyak terpasang yaitu PLTU,

pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara.

2

Sumber : Outlook Energy Indonesia 2014

Dalam pemenuhan ketersediaan listrik, pembangunan pembangkit listrik

yang lebih banyak akan mengakibatkan eksploitasi Sumberdaya Alam (SDA)

yang semakin meningkat dan berdampak pada penurunan cadangan SDA yang

ada (Harjanto 2008). Di samping itu, unit pembangkit listrik harus menghadapi

tantangan pelestarian lingkungan. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti

minyak bumi, gas alam, dan batu bara berpotensi menghasilkan gas-gas yang

berdampak negatif pada lingkungan. Gas tersebut adalah gas Karbon Dioksida

(CO2) yang merupakan salah satu golongan gas rumah kaca dan dapat

menimbulkan pemanasan global. Adapula gas Sulfur Oksida (SO2) dan Nitrogen

Oksida (NOX) yang merupakan sumber deposisi asam yang mengganggu siklus

makanan, punahnya beberapa jenis ikan, dan perubahan keseimbangan nutrisi

dalam tanah (Harjanto 2008).

Selain pembangkit listrik, infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi

listrik merupakan sarana penghubung antara pembangkit listrik dengan konsumen

listrik. Jaringan transmisi yang sudah terinterkoneksi penuh baru terdapat di Jawa

dan Sumatera, sedangkan jaringan transmisi di Kalimantan dan Sulawesi belum

terhubung pada seluruh provinsi. Jaringan distribusi tenaga listrik berfungsi

menghubungkan jaringan transmisi tegangan tinggi dengan konsumen melalui

sebuah sub-station. Kapasitas pembangkit listrik, jaringan transmisi, dan jaringan

distribusi terus berkembang, namun laju pertumbuhannya tidak seiring dengan

laju kebutuhan listrik konsumen. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya

Gambar 1 Kapasitas terpasang pembangkit listrik menurut jenis energi

3

konsumen yang masuk dalam “daftar tunggu” untuk memperoleh aliran listrik dan

dalam kondisi tertentu guna menjaga keandalan sistem dilakukan “black out”

akibat permintaan yang terlalu tinggi (IEO 2010).

Adanya dampak negatif terhadap lingkungan, terbatasnya jumlah

ketersediaan bahan bakar fosil, dan terkendalanya pemasangan jaringan transmisi

dan distribusi ke berbagai daerah pelosok di Indonesia, maka dibutuhkan upaya

dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada disetiap daerah tersebut untuk

megembangkan energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan

(renewable). Peraturan yang mendukung mengenai pengembangan energi

alternatif diantaranya Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik Perseroan

Terbatas Perusahaan Listrik Negara (RUPTL PT.PLN) Tahun 2010 hingga 2019

mengenai kebutuhan listrik, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN)

Tahun 2006 hingga 2025 mengenai jenis bahan bakar pembangkit listrik, Undang-

Undang Nomor 30 (UU No.30) Tahun 2007 tentang Energi, Peraturan Presiden

Nomor 5 (Perpres No.5) Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN),

dan Undang-Undang Nomor 17 (UU No.17) Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Berdasarkan tempatnya, terdapat dua jenis sumber energi alternatif yaitu

sumber energi yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal dari

lautan (Erwandi 2005). Salah satu langkah kebijakan Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (KESDM) dalam menjawab isu nasional mengenai energi

dengan diversifikasi energi yaitu penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan

berbagai sumber energi baru, salah satunya adalah sumber energi kelautan

(DESDM 2005 dalam Yuningsih dan Masduki 2011).

Energi kelautan yang memiliki prospek besar yaitu energi arus laut.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak selat terutama di

tempat-tempat yang menghadap Samudera Hindia dan Pasifik. Arus laut yang

melewati selat-selat tersebut akan menghasilkan arus laut yang kuat karena

mengalami percepatan. Pola karakteristik arus laut di perairan Indonesia

dipengaruhi oleh gerak massa air global dari Samudera Pasifik menuju Samudera

Hindia yang dikenal dengan nama Indonesian Through Flow (ITF) atau lebih

dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) (Masduki et al. 2010).

4

Beberapa wilayah perairan Indonesia memiliki karakteristik arus laut yang

kuat sehingga berpotensi menghasilkan energi listrik yang bersumber dari arus

laut tersebut. Pengembangan teknologi pemanfaatan energi arus laut di Indonesia

saat ini masih belum optimal atau masih dalam tahap penelitian dan uji coba. Pada

tahun 2008 dilakukan pemasangan turbin di Pantai Cirebon dan Pantai Mutiara,

namun hasilnya tidak dipublikasikan. Pada tahun 2009 dilakukan uji coba di Selat

Nusa Penida dengan kapasitas 5 kilowatt (kW) dan di Selat Flores sebesar 2 kW.

Pada tahun 2010 dilakukan uji coba operasional prototype PLTAL kembali di

Selat Flores dengan kapasitas 10 kW. Pada tahun 2012 desain turbin dipasang di

Jembatan Suramadu.

Berdasarkan roadmap terlihat bahwa Selat Nusa Penida memiliki potensi

daya listrik yang besar. Roadmap penelitian karakteristik arus laut serta estimasi

daya listrik yang telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan (P3GL) sampai tahun 2011 di perairan Sunda Kecil atau Nusa

Tenggara Timur, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Roadmap karakteristik arus laut dan daya listrik

ENERGI

ARUS LAUT

Selat

Lombok

Selat Nusa

Penida

Selat

Larantuka

Selat

Pantar

Selat

Molo

Kecepatan Arus (m/det) 1,8 – 8-2,4 0,5 – 3,2 1,5 -3 ,4 1,5 – 3,1 1,7 – 3,5

Luas Turbin (m2) 15 40 40 40 40

Daya Listrik (kW/cel) 70 – 150 200 – 400 60 – 450 50 – 250 65 – 440

Tahun Penelitian 2005, 2006 2007,2009 2008 2010 2011

Sumber : Lubis 2012

Salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam penyediaan energi dari

arus laut dan mampu membangun turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus

Laut (PLTAL) adalah PT.T-Files Indonesia. Pada tahun 2009 P3GL bekerjasama

dengan PT.T-Files Indonesia dan PT.Dirgantara Indonesia memasang PLTAL di

Selat Nusa Penida. Keberadaan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida apabila

dapat dikembangkan secara berkelanjutan akan sangat bermanfaat dalam

meningkatkan perekonomian khususnya bagi masyarakat di daerah pesisir Selat

Nusa Penida. Pengembangan PLTAL dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat

apabila masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengelola PLTAL. Adanya

pegelolaan PLTAL dapat membantu pengembangan PLTAL secara berkelanjutan.

5

1.2 Rumusan Masalah

Warga Nusa Penida hingga saat ini masih mengalami krisis listrik meskipun

PLN sudah melakukan penambahan daya dengan memanfaatkan jaringan kabel

bawah laut, akan tetapi pemasangan kabel bawah laut yang diharapkan dapat

menambah pasokan listrik tersebut belum mampu mengatasi masalah listrik yang

terjadi di Nusa Penida (Budiarta 2014). Oleh sebab itu, diperlukan alternatif

sumber energi listrik lain yang dapat menambah pasokan listrik untuk mengurangi

permasalahan krisis listrik di Nusa Penida.

Salah satu alternatif sumber energi listrik yang dapat dikembangkan adalah

energi arus laut. Berdasarkan roadmap penelitian karakteristik arus laut serta

estimasi daya listrik yang telah dilaksanakan oleh P3GL pada tahun 2007 dan

2009, Selat Nusa Penida memiliki kecepatan arus 0,5 hingga 3,2 meter per detik,

dengan menggunakan luas turbin sebesar 40 meter persegi maka daya listrik yang

dihasilkan mampu mecapai 200 hingga 400 kilowatt. Jika energi arus laut tersebut

dikembangkan menjadi pembangkit listrik, maka akan membantu PLN dalam

menambah pasokan listrik untuk warga Nusa Penida khususnya masyarakat di

sekitar Selat Nusa Penida.

Salah satu perusahaan swasta bernama PT.T-Files telah membangun

pembangkit listrik dengan menggunakan energi arus laut di Selat Nusa Penida.

Bangunan PLTAL ini diletakkan di samping Dermaga Toyopakeh dan telah

menghasilkan energi listrik sebesar 10 kW. Energi listrik yang dihasilkan tersebut

baru dimanfaatkan sebesar 2 kW dan dialirkan untuk menyalakan 25 lampu jalan

yang telah dipasang disekitar dermaga dan Desa Toyopakeh. Penerangan dari

PLTAL dapat dirasakan oleh masyarakat untuk membantu kegiatan perekonomian

yang dilakukan saat malam hari.

Manfaat penerangan yang telah dirasakan oleh masyarakat tidak akan

berjalan lama apabila tidak dilakukan pengelolaan terhadap PLTAL. Demi

keberlangsungan PLTAL maka dibutuhkan upaya dan dana dalam mengelola

PLTAL. Upaya yang dilakukan dapat berupa kerjasama dan gotong royong untuk

menjaga dan merawat sistem pembangkit, sedangkan dana adalah sejumlah uang

yang dikumpulkan untuk dijadikan biaya pengelolaan PLTAL.

6

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya maka diperlukan

perhitungan nilai ekonomi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

masyarakat untuk membayar pengelolaan PLTAL supaya berkelanjutan. Secara

garis besar permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan

Nusa Penida Provinsi Bali terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida,

Bali?

2. Berapa peluang kesediaan membayar dan besarnya nilai willingness to pay

masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan Nusa Penida Provinsi Bali untuk

biaya pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali?

3. Bagaimana skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa

Penida, Bali yang bisa ditawarkan untuk alternatif kebijakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam menjawab masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh

terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali.

2. Menganalisis peluang kesediaan membayar dan mengestimasi nilai willingness

to pay masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL di

Selat Nusa Penida, Bali.

3. Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa

Penida,Bali.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan mempunyai ruang lingkup dan batasan-batasan

sebagai berikut :

1. Wilayah yang akan menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah Desa

Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali.

2. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

Toyopakeh dan telah mengetahui serta merasakan manfaat dari keberadaan

PLTAL di Nusa Penida.

7

3. Manfaat keberadaan PLTAL hanya sebatas identifikasi manfaat yang dirasakan

oleh responden kemudian dijelaskan secara deskriptif. Manfaat yang di

identifikasi adalah manfaat existing.

4. Skema pengelolaan dan pengembangan hanya sebatas mengidentifikasi

stakeholder mana saja yang terkait dengan keberadaan PLTAL di Nusa Penida

dan menggambarkan bagaimanakah peran stakeholder tersebut.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2010), pengertian nilai atau value, khususnya yang

menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan

lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu.

Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan

pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Salah satu tolok ukur yang

relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut

adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber

daya alam dan lingkungan.

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah

maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh

barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep keinginan membayar (willingness

to pay-WTP) dapat didefinisikan sebagai keinginan membayar seseorang terhadap

barang dan jasa yang dihasilkan oleh jasa sumberdaya alam dan lingkungan.

Konsep WTP dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar

untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2010).

2.2 Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method merupakan metode langsung penilaian

ekonomi melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang (willingness to pay).

CVM adalah metode yang mengandalkan teknik survei. Menurut Pearce et al.

(2006) dalam Fauzi (2014) menyatakan bahwa secara umum analisis CVM

melibatkan tiga tahapan utama yaitu:

1) Identifikasi barang dan jasa yang akan divaluasi

Tahap ini adalah tahapan yang krusial dalam analisis CVM. Peneliti harus

terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan divaluasi,

perubahan kualitas, dan kuantitas apa yang menjadi concern kebijakan, serta jenis

barang atau jasa apa yang akan divaluasi. CVM dapat pula digunakan untuk

menganalisis kebijakan yang bersifat ex-ante.

9

2) Konstruksi skenario hipotetik

Pada tahap ini jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan akan sangat

berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Terdapat

tiga elemen esensial dalam tahap ini, yaitu 1) deskripsi perubahan kebijakan yang

akan divaluasi, 2) deskripsi pasar yang akan dikembangkan, dan 3) deskripsi

metode pembayaran.

3) Elisitasi nilai moneter

Teknik elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan

membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui

format tertentu. Metode elisitasi memerlukan penanganan data tersendiri dan

teknik perhitungan WTP yang juga spesifik. Format elisitasi dalam CVM

umumnya terdiri dari lima jenis yaitu: 1) Open ended,responden diberikan

kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah yang ingin dibayar) ;

2) Bidding game, responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang

apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa

dinaikkan atau diturunkan tergantung respon atas pertanyaan sebelumnya,

pertanyaan akan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh ; 3) Payment card,

nilai lelang diperoleh dengan cara menanyakan apakah responden mau membayar

pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini

ditunjukkan kepada responden melalui kartu ; 4) Single bounded dichotomous,

responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak ;

dan 5) Double bounded dichotomous, responden diberikan pertanyaan seperti

single bounded namun ditambahkan pertanyaan dikotomi lanjutan yang

kondisional terhadap respon sebelumnya. Bila respon positif maka tawaran nilai

rupiah dinaikkan, begitu pula bila respon negatif maka tawaran diturunkan.

2.3 Willingness To Pay (WTP)

Willingness to pay didasarkan pada pengertian dasar bahwa individu

memiliki preferensi terhadap barang dan jasa. Bagi seseorang, nilai dari suatu

barang adalah keinginan dan kemampuannya untuk berkorban terhadap barang

atau jasa tersebut. Dalam ekonomi berkorban dapat dianalogikan sebagai daya

beli, sedangkan nilai suatu barang dapat diartikan sebagai keinginan membayar

10

untuk mendapatkan barang tersebut. WTP merefleksikan kemampuan membayar

seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat mempengaruhi keinginannya

untuk berkorban (Putri et.al 2010).

Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa

pengukuran WTP yang dapat diterima (reasonable) harus memenuhi syarat:

1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif

2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan

perhitungannya.

WTP memiliki beberapa kelemahan dalam pengukuran keinginan

membayar. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan dari

sumberdaya alam dapat diukur nilainya karena diperdagangkan, sebagian yang

lain seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, dan keaslian alam tidak

diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya, karena masyarakat

tidak membayar secara langsung. Selain itu, karena masyarakat tidak familier

dengan cara pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit

diketahui. Walaupun demikian, dalam pengukuran nilai sumberdaya alam, nilai

tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya,

yang diperlukan di sini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar

masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumberdaya (Fauzi 2010).

2.4 Analisis Logistik

Menurut Rosadi (2011), regresi logistik merupakan salah satu model

statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara

sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe

kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua

kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya atau tidak, sukses atau gagal, dan

lain-lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti sangat tidak setuju,

tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Tujuan utama dari analisis regresi logistik

adalah sebagai berikut:

1. Memprediksi probabilitas terjadinya atau tidak terjadinya event (terjadinya

nonevent) berdasarkan nilai-nilai predictor yang ada. Event merupakan status

11

variabel respon yang menjadi pokok perhatian (diberi nilai kode yang lebih

tinggi daripada nonevent).

2. Mengklasifikasikan subjek penelitian berdasarkan ambang (threshold)

probabilitas.

Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif,

dimana fungsi logit harus ditransformasikan sedemikian rupa agar menjadi bentuk

linier, salah satu bentuk transformasinya dikenal dengan transformasi logit.

Li = Ln

= β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βjXj

Li dikenal dengan logit, yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya

dan linier dalam variabel independen dan parameter. Estimasi parameter dari

metode regresi logistik dapat dilakukan dengan metode maximum likelihood

estimator (mle), dimana parameter optimal dapat diperoleh dengan metode

numerik (Rosadi 2011). Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu

dengan slope dari parameter. Slope diinterpretasikan sebagai perubahan logit (p)

akibat perubahan satu unit peubah bebas. β0 adalah intersep model, βj adalah slope

model peubah ke-j, dan Xj adalah peubah penjelas ke-j.

Peubah Pi/(1-Pi) disebut odds, sering juga diistilahkan sebagai risiko atau

kemungkinan, yaitu rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi

pilihan-0 alternatifnya. Makin besar odds makin besar peluang terjadinya pilihan-

1. Jika peluang dari salah satu pilihan bernilai ½ maka nilai odds nya sama dengan

satu. Jika peluang pilihan-1 sebesar 0.8 (lebih dari ½) maka nilai odds nya empat

(lebih dari satu). Oleh karena itu, nilai odds merupakan suatu indikator

kecenderungan seseorang menentukan pilihan-1 (Juanda 2009).

Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat

kesesuaian model regresi logistik dengan data yaitu Pseudo-R2 dan Proporsi

Konkorinasi. Pseudo-R2 merupakan nilai perkiraan atau pendekatan dari koefisien

determinasi. Proporsi Konkorinasi yaitu menyatakan persentase secara deskriptif

data yang dapat diklasifikasikan secara tepat ke setiap kategori respons oleh

model regresi logistik yang terbentuk.

12

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Arus laut adalah gerakan horizontal massa air laut yang disebabkan oleh

gaya penggerak yang bekerja pada air laut seperti stres angin, gradien tekanan

(timbul akibat gradien densitas horizontal, pengaruh angin dan gradien tekanan

atmosfer), gelombang laut dan pasang surut atau pasut (Hadi 2011). Pembangkit

listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan

membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga. Berdasarkan definisi

tersebut maka PLTAL merupakan pembangkit listrik yang energi penggerak

utamanya bersumber dari tenaga arus laut. Teknologi ini bekerja dengan cara

mengkonversi energi kinetik dari arus laut kemudian digunakan sebagai

penggerak turbin. Turbin yang berputar akibat tenaga arus laut tersebut akan

menggerakan generator untuk mengubah energi rotasi menjadi energi listrik.

2.6 Energi Laut

Energi laut adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi gaya mekanik,

gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi energi listrik. Selain

energi arus laut (current), terdapat jenis energi laut lainnya yaitu energi

gelombang (wave), energi pasang surut (tidal), dan energi panas laut (ocean

thermal energy conversion/OTEC).

2.6.1 Gelombang Laut

Menurut Azis (2006), pada hakekatnya fenomena gelombang laut

menggambarkan transmisi dari energi dan momentum. Gelombang laut selalu

menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan

permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin

sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat

menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana badai yang

besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu

kerusakan di daerah pantai. Gelombang laut pada umumnya timbul oleh pengaruh

angin, walaupun masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gelombang

di laut seperti aktifitas seismik di dasar laut (gempa), letusan gunung api, gerakan

kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari).

13

Hal yang menarik dari gelombang laut adalah massa air tidak bergerak

bersama gelombang. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi

permukaan air, tetapi di sana sebenarnya hanya terjadi suatu gerakan kecil ke arah

depan dari massa itu sendiri. Hal ini akan lebih mudah dimengerti apabila kita

melihat sepotong gabus atau benda-benda mengapung lainnya di antara

gelombang-gelombang di lautan bebas. Potongan gabus akan tampak timbul dan

tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut dari puncak dan lembah

gelombang, dan posisi potongan gabus tersebut kurang lebih berada pada tempat

yang sama (Azis 2006).

2.6.2 Pasang Surut Laut

Berada di dekat pantai dalam beberapa waktu lamanya, maka akan terlihat

bahwa muka laut akan senantiasa berubah-ubah (naik-turun secara teratur),

bahkan dapat dikatakan bahwa muka air laut naik-turun secara periodik. Gejala

inilah yang disebut pasang surut laut. Pasang surut adalah perubahan gerak relatif

dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi

gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada (Azis 2006).

Energi pasang surut (Tidal Power) adalah energi kinetik dari pemanfaatan

beda ketinggian pasang permukaan laut antara saat pasang dan surut. Air laut

pasang surut ditampung dalam suatu daerah atau waduk, kemudian air laut

tersebut akan dikeluarkan kembali ke laut. Pasang surut air laut masuk dan keluar

dilewatkan pada suatu terowongan untuk memutar turbin. Turbin yang telah

disambung dengan generator akan menghasilkan listrik (Firdaus 2014)

2.6.3 Panas Laut (OTEC)

OTEC adalah metode untuk menghasilkan energi listrik dengan

memanfaatkan perbedaan panas antara permukaan dan dasar laut yang

menggerakkan fluida seperti amoniak yang dapat digunakan untuk memutar

turbin. Cara kerjanya adalah air laut pada permukaan (yang temperaturnya lebih

hangat) dan air laut yang amat dingin (pada kedalaman lebih dari 1.000 meter)

disedot masing-masing, amoniak digunakan sebagai refrigeran. Air permukaan

yang panas dialirkan melalui evaporator sehingga menyebabkan amoniak

menguap dan mempunyai tekanan yang tinggi. Tekanan tinggi ini dimanfaatkan

untuk memutar turbin yang ada. Setelah digunakan untuk memutar turbin, tekanan

14

amoniak menjadi kecil kembali dan kemudian dialirkan melalui kondensor untuk

didinginkan. Air dingin di permukaan laut yang bawah dialirkan melalui

kondensor bertujuan untuk mendinginkan uap amoniak sehingga menjadi cairan

kembali. Amoniak dialirkan secara paksa menggunakan pompa.

2.7 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang dijadikan referensi untuk mengetahui

proses mengolah data dan bentuk interpretasi hasil data. Penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian terdahulu yang relevan

Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Adhitya Permadi

(2011)

Sistem Kelembagaan

dan Nilai Kesediaan

Membayar

Masyarakat terhadap

Keberlanjutan

Pembangkit Listrik

Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) Cisalamir

Analisis WTP

menggunakan

metode CVM

dengan teknik

dichotomous

choice ; Analisis

deskriptif

kualitatif

Nilai rataan WTP Rp 10.400

per bulan dan total WTP

masyarakat pengguna PLTMH

Cisalamir Rp 2.995.200 per

bulan ; WTP digunakan untuk

penambahan biaya untuk

pengelolaan dan keberlanjutan

PLTMH Cisalamir.

Kemala Indah

Wahyuni (2012)

Eksternalitas Positif

Banjir Kanal Barat

Jakarta Sebagai

Potensi Wisata Air

Analisis logistik ;

Analisis WTP

menggunakan

CVM dengan

teknik payment

card

Sebanyak 79 persen responden

bersedia membayar, variabel

yang memiliki Exp B tinggi

adalah pendidikan,

pendapatan, frekuensi

kunjungan, kualitas udara dan

air ; Nilai rataan WTP

Rp 4.126,58 perorang dan

total WTP masyarakat

Rp 4.646.916.709.

Sus Liris Woro

(2011)

Analisis Kepemilikian

Sepeda Motor Pada

Rumah Tangga di

Kabupaten Buleleng

Menggunakan Model

Regresi Logistik

Analisis logistik Semakin besar jumlah

keluarga, pendapatan, dan

biaya transportasi maka

peluang keluarga memiliki

lebih dari satu motor lebih

besar.

Adil Mahfudz

Firdaus (2014)

Analisa Kebijakan

Ekonomi

Pengembangan Energi

Arus Laut di Selat

Madura, Provinsi

Jawa Timur

Analisis WTP

menggunakan

CVM ; Analisis

logistik

Variabel yang signifikan yaitu

jumlah anggota keluarga dan

mata pencaharian. EWTP

untuk tarif listrik PLTAL

sebesar Rp 486,38 per kWh.

15

Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan

penelitian ini yaitu bentuk analisis datanya. Pada penelitian Permadi (2011) yang

berjudul “Sistem Kelembagaan dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat

terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Cisalamir” salah satu tujuannya adalah 1) untuk mengestimasi besarnya nilai

WTP untuk ketersediaan air agar PLTMH Cisalamir dapat berkelanjutan, dan

2) mengidentifikasi kebijakan untuk keberlanjutan pengelolaan PLTMH

Cisalamir. Dalam pencapaian tujuan tersebut, penelitian yang dilakukan memiliki

kesamaan dalam menggunakan analisis data yaitu analisis WTP dengan metode

CVM dan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi kebijakan. Hal yang

menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah metode CVM yang digunakan

pada penelitian ini menggunakan teknik payment card. Topik bahasan yang

dibahas sama-sama mengenai WTP untuk Pembangkit Listrik, namun

perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro sedangkan penelitian ini membahas mengenai Pembangkit Listrik

Tenaga Arus Laut.

Penelitian berjudul “Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai

Potensi Wisata Air” yang ditulis oleh Wahyuni (2012) memiliki beberapa tujuan

yang diolah menggunakan metode serupa dengan penelitian ini. Terdapat

kesamaan jenis tujuan yaitu 1) mengkaji peluang kesediaan membayar masyarakat

yang dianalisis menggunakan analisis logit, dan 2) mengestimasi nilai WTP

menggunakan metode CVM dengan teknik payment card. Perbedaan antara

penelitian tersebut dan penelitian ini terletak pada topik penelitian. Penelitian

Wahyuni (2012) mengangkat topik mengenai banjir kanal barat sebagai potensi

wisata air, sedangkan penelitian ini bertopik manfaat pembangkit listrik tenaga

arus laut.

Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Woro (2012) dengan

judul “Analisis Kepemilikian Sepeda Motor Pada Rumah Tangga di Kabupaten

Buleleng Menggunakan Model Regresi Logistik”. Persamaan yang terdapat dalam

penelitian tersebut adalah tujuan untuk mencari nilai probabilitasnya. Acuan yang

diambil dari penelitian tersebut yaitu mengenai interpretasi dari hasil analisis

logistiknya. Model regresi logistik dalam penelitian tersebut digunakan untuk

16

menganalisis probabilitas dari masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap

kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga. Pada penelitian ini, model regresi

logistik digunakan untuk menganalisis peluang kesediaan masyarakat dalam

membayar biaya pengelolaan PLTAL.

Tesis yang dilakukan oleh Firdaus (2014) dengan judul “Analisa Kebijakan

Ekonomi Pengembangan Energi Arus Laut di Selat Madura, Provinsi Jawa

Timur” memiliki kesamaan topik mengenai PLTAL dan menghitung WTP.

Berdasarkan analisis WTP dalam penelitian tersebut bahwa masyarakat Desa

Sukolilo Barat menilai positif pengembangan PLTAL pada kawasan perairan

Suramadu, kemauan masyarakat membayar tarif listrik sebesar Rp 486,38 per

kWh. Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis WTP digunakan untuk

mencari besarnya biaya yang bersedia dibayarkan untuk mengelola PLTAL,

sedangkan analisis WTP yang digunakan dalam penelitian Firdaus (2012) mencari

tarif listrik yang dihasilkan oleh PLTAL.

III KERANGKA PEMIKIRAN

Meningkatnya perekonomian masyarakat memicu peningkatan kebutuhan

energi terutama energi listrik. Ketersediaan listrik dalam kehidupan manusia

sudah menjadi kebutuhan primer. Disisi lain, sumber penyediaan pembangkit

listrik masih terpaku pada sumberdaya non renewable yaitu fosil, sehingga seiring

berjalannya waktu maka sektor energi mulai mengalami penurunan sumber

penyediaan energi listrik. Dalam pemenuhan ketersediaan listrik, pembangkit

listrik yang masih tergantung pada sumberdaya fosil akan mengeksploitasi

sumberdaya alam dan menimbulkan efek negatif bagi lingkungan di sekitarnya.

Seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat, permintaan energi listrik

dari berbagai sektor akan terus meningkat. Berdasarkan RUPTL PT.PLN Tahun

2010 hingga 2019, kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 55.000 Mega

Watt (MW) sehingga rata-rata peningkatan kebutuhan listrik mencapai 5.500 MW

per tahun. PT. PLN akan memenuhi kebutuhan listrik tersebut sebanyak 32.000

MW (57 persen), sedangkan sisanya yakni 23.500 MW akan dipenuhi oleh

pengembang listrik swasta (Adhi 2011).

Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat akan memerlukan

jenis-jenis bahan bakar yang dapat dijadikan sumber pembangkit listrik. Rencana

Umum Diversifikasi Energi mencantumkan bahwa terdapat jenis-jenis bahan

bakar yang akan digunakan pada pembangkit listrik yaitu BBM, gas, batubara,

biofuel, panas bumi, dan Energi Baru Terbarukan (EBT) lain. Jenis EBT lain

meliputi biomassa, nuklir, air, surya, angin, Coal Bed Methane (CBM), hidrogen,

oil shale, dan biogenic gas (BP-PEN 2006). Hingga tahun 2010 dalam BP-PEN

tersebut pemerintah belum mengakomodasi pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya energi laut dalam tataran kebijakan. Pada tahun 2014 pemerintah

mulai memperlihatkan keseriusannya dalam pengembangan energi laut melalui

pembuatan Peta Potensi Energi Laut 2014 dan mempersiapkan pilot project

pembangkit listrik tenaga laut.

Disamping memenuhi kebutuhan listrik diperlukan pula pengelolaan yang

berkelanjutan terhadap pemanfaatan sumber pembangkit listrik. Merujuk pada

UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi, Pasal 3 menyebutkan bahwa dalam rangka

18

mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan

ketahanan energi nasional, maka salah satu tujuan pengelolaan energi adalah

terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan

berkelanjutan serta terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Selain itu,

pada Perpres No.5 Tahun 2006 tentang KEN memiliki empat kebijakan utama

yang salah satunya adalah pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip

pembangunan berkelanjutan.

KEN memiliki sasaran mewujudkan energi (primer) mix atau bauran energi

yang optimal pada tahun 2025, salah satu sasarannya adalah mengoptimalkan

EBT lainnya menjadi lebih dari 5 persen. Pada UU No.30 Tahun 2007 Pasal 1

Ayat 6 menyebutkan bahwa sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang

dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik,

antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air,

serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Sesuai dengan UU No.17 Tahun

2007 tentang RPJPN, hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kelompok sumber

daya alam diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, salah satunya

adalah memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif

yang menjadi jembatan dari energi fosil ke energi yang terbarukan, termasuk di

dalamnya tertera energi arus laut.

Pegembangan energi arus laut sebagai energi alternatif yang sedang

dikembangkan saat ini adalah PLTAL yang terletak di Selat Nusa Penida. Salah

satu perusahaan swasta yang telah melakukan proyek percontohan turbin PLTAL

tersebut adalah PT.T-Files Indonesia. Keberadaan PLTAL ini mampu menjadi

sumber alternatif pemasok listrik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar Selat Nusa Penida khususnya masyarakat Desa Toyopakeh.

Penelitian ini akan mengidentifikasi manfaat-manfaat yang telah dirasakan

oleh masyarakat Desa Toyopakeh dari penerangan PLTAL. Apabila masyarakat

telah merasakan manfaat maka diperlukan penelitian mengestimasi nilai

willingness to pay (WTP). Hal ini dilakukan untuk mengetahui preferensi dan

respon masyarakat Desa Toyopakeh terhadap pengelolaan PLTAL, dan seberapa

besar kesediaan masyarakat Desa Toyopakeh untuk membayar pengelolaan

PLTAL supaya penerangan yang dihasilkan dapat terus dirasakan.

19

Saat ini PLTAL masih dipegang oleh PT.T-Files, demi berjalannya program

Desa Mandiri Energi yang dicanangkan oleh pemerintah maka pengelolaan

PLTAL dapat diserahkan kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian

ini ingin memberikan gambaran dan rekomendasi skema pengelolaan dan

pengembangan sebagai alternatif kebijakan untuk pengelolaan PLTAL

kedepannya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan keberadaan PLTAL di

Selat Nusa Penida supaya tidak terbengkalai begitu saja.

20

Keterangan :

: Ruang lingkup penelitian : Metode yang digunakan

Gambar 2 Alur pemikiran

Penilaian Ekonomi Manfaat PLTAL

CVM Analisis Deskriptif

Demand energi listrik meningkat

Sumber supply energi listrik non-renewable menurun

Pembangkit listrik konvensional tidak ramah lingkungan

Pembangunan jaringan transmisi dan distribusi sulit

Peraturan yang mendukung:

RUPTL PT.PLN Tahun 2010-2019

BP-PEN 2006-2025

UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi

Perpres No.5 Tahun 2006 tentang KEN

UU No.17 Tahun 2007 Tentang RPJPN

Pengembangan Energi Alternatif

Rekomendasi Kebijakan pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida

secara optimal dalam upaya pengembangan PLTAL berkelanjutan

Besarnya Wiillingness to

pay untuk pengelolaan

PLTAL di Nusa Penida

Manfaat adanya penerangan

jalan dari PLTAL terhadap

masyarakat

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu kawasan sekitar Selat Nusa Penida

yaitu Desa Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali. Lokasi ini dipilih

secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Selat Nusa Penida

merupakan salah satu lokasi yang berpotensi memanfaatkan arus laut sebagai

sumber pembangkit lisrik dan PT.T-Files pernah melakukan uji coba pemasangan

turbin PLTAL di Selat Nusa Penida. Sedangkan pertimbangan penentuan Desa

Toyopakeh karena di sekitar pinggir pantai desa ini telah dipasang lampu yang

bersumber dari PLTAL. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang diolah secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengumpulan data

primer didapatkan berdasarkan hasil wawancara langsung kepada masyarakat di

Desa Toyopakeh. Selain itu, interview secara mendalam juga dilakukan kepada

key person yaitu salah satu pihak dari tim PT.T-Files yang mengembangkan

PLTAL di Selat Nusa Penida, dan pihak pemerintah seperti Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

(P3TKEBTKE). Data sekunder diperoleh dari lembaga desa, PT.T-Files, Badan

Pusat Statistik (BPS), jurnal, artikel, internet, dan sumber lainnya yang relevan

dengan tujuan penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan

penyebaran kuesioner. Terdapat dua tahap dalam pengumpulan data primer, yaitu

tahap pertama dilakukan observasi secara langsung di lapangan dan wawancara

menggunakan kuesioner kepada masyarakat untuk mengetahui kondisi PLTAL,

manfaat apa saja yang dirasakan oleh masyarakat dari adanya PLTAL, serta

karakteristik masyarakat. Tahap kedua dilakukan wawancara dengan pertanyaan

22

tertutup kepada masyarakat untuk memperoleh data besarnya biaya yang bersedia

dibayarkan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Selain itu data sekunder diperoleh

dengan teknik dokumen yaitu mengambil data yang telah tersedia baik berupa

laporan, dokumen instansi, data dalam internet, dan data lainnya yang mendukung

topik penelitian.

4.4 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel terhadap masyarakat Desa Toyopakeh menggunakan

metode non-probability dengan teknik purposive sampling. Kriteria sampel yang

digunakan adalah masyarakat Desa Toyopakeh yang sudah merasakan manfaat

dari adanya lampu yang bersumber listrik dari PLTAL. Setiap satu sampel

mewakili satu kepala rumah tangga. Jumlah sampel responden yang diambil

dalam penelitian ini sebanyak 41 responden.

4.5 Metode Analisis Data

Jenis analisis data pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data

yang sudah didapatkan akan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010

dan SPSS 16.0. Hasil data yang telah diolah kemudian dianalisis secara deskriptif

dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik. Tabel 3 di bawah ini

merupakan matriks yang menguraikan keterkaitan antara tujuan penelitian,

sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Mengidentifikasi manfaat yang

dirasakan masyarakat Desa

Toyopakeh terhadap keberadaan

PLTAL di Selat Nusa Penida,

Bali.

Data Primer Analisis Deskriptif

Kualitatif

2 Menganalisis peluang kesediaan

membayar dan mengestimasi nilai

willingness to pay masyarakat

Desa Toyopakeh terhadap biaya

pengelolaan PLTAL di Selat Nusa

Penida, Bali.

Data Primer dan

Sekunder

Analisis Logistik,

Contingent Valuation

Method, Turnbull,

K-M-T, dan SK

3 Menganalisis skema pengelolaan

dan pengembangan PLTAL di

Selat Nusa Penida,Bali.

Data Primer Analisis Deskriptif

Kualitatif

23

4.5.1 Identifikasi Manfaat PLTAL

Identifikasi manfaat PLTAL ini meliputi ada atau tidak adanya manfaat

yang dihasilkan PLTAL. Adanya manfaat diidentifikasi dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk membuat

gambaran secara sistematis mengenai manfaat apa saja yang telah dirasakan oleh

masyarakat Desa Toyopakeh terhadap penerangan yang dihasilkan oleh PLTAL.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata

cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena (Nazir 2003).

Identifikasi manfaat PLTAL diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu

manfaat ekonomi, manfaat sosial budaya, dan kemungkinan dampak lingkungan.

Manfaat ekonomi dilihat dari manfaat yang berhubungan dengan mata

pencaharian masyarakat. Manfaat sosial budaya dilihat dari manfaat yang

dirasakan secara tidak langsung oleh masyarakat seperti perasaan aman, nyaman,

dan manfaat lainnya yang tidak berhubungan dengan mata pencaharian.

Kemungkinan dampak lingkungan didapatkan berdasarkan hasil perbandingan

antara dampak lingkungan PLTAL berdasarkan literatur dengan keberadaan

PLTAL di Selat Nusa Penida saat ini.

4.5.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL

Nilai WTP masyarakat yang telah didapatkan dari hasil wawancara akan

dihitung untuk melihat besarnya peluang kesediaan masyarakat untuk membayar

biaya pengelolaan PLTAL dan seberapa besar rataan WTP yang dihasilkan.

a. Analisis Peluang Kesediaan Membayar

Metode analisis logistik digunakan untuk melihat peluang kesediaan

membayar masyarakat meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan

sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL. Bentuk model logistik yang

digunakan adalah :

Li = Ln (

= β0 + β1 PDPT + β2 JT + β3 PDKN

24

dimana:

Li = Peluang masyarakat bersedia (bernilai 1) atau tidak bersedia

(bernilai 0) membayar adanya biaya pengelolaan PLTAL.

β0 = Intersep

β1-3 = Koefisien dari regresi

PDPT = Tingkat Pendapatan (Rp/bulan)

JT = Jumlah Tanggungan (orang)

PDKN = Tingkat Pendidikan (tahun)

Terdapat tiga variabel yang diduga dapat mempengaruhi peluang

bersedianya masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel

tersebut adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan.

Sifat hubungan variabel terdiri dari dua jenis yaitu berpengaruh positif dan

berpengaruh negatif.

Variabel yang diduga berpengaruh postif adalah tingkat pendapatan dan

tingkat pendidikan. Tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi besarnya

peluang kesediaan membayar, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki

maka peluang untuk membayar akan semakin besar. Variabel pendidikan juga

diduga akan mempengaruhi besarnya peluang membayar, semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin tinggi pula peluang kesediaan membayar.

Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya peluang

kesediaan membayar adalah variabel jumlah tanggungan. Masyarakat yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit diduga peluang kesediaan

membayarnya akan semakin besar.

b. Estimasi Nilai WTP menggunakan CVM

Besarnya nilai WTP dapat diketahui menggunakan pendekatan CVM.

Secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu:

1. Identifikasi barang dan jasa

Mengestimasi besarnya WTP digunakan untuk mengetahui tingkat kesediaan

membayar masyarakat untuk mempertahankan manfaat yang dihasilkan akibat

adanya penerangan yang bersumber dari PLTAL. Nilai WTP yang dihasilkan

oleh tiap perwakilan kepala rumah tangganya akan dijadikan acuan untuk biaya

pengelolaan PLTAL per bulannya.

25

2. Konstruksi skenario hipotetik

Skenario hipotetik sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan

pada analisis CVM. Skenario hipotetik dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: Kondisi lampu jalan sebagai fasilitas penerangan publik di Desa

Toyopakeh tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan kurangnya

ketersediaan pasokan listrik di Pulau Nusa Penida. Keberadaan PLTAL yang

dibangun oleh PT.T-Files memberikan 25 titik penerangan jalan di daerah Desa

Toyopakeh. Penerangan tersebut menerangi Dermaga Toyopakeh, daerah

pemakaman, lokasi penyimpanan rumput laut, dan warung-warung yang berada

di tepi pantai. Adanya manfaat penerangan yang dihasilkan PLTAL tersebut

diharapkan dapat berlangsung dalam jangka panjang, oleh karena itu

diperlukan upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan PLTAL. Salah satu

upaya tersebut adalah menentukan besarnya biaya pengelolaan PLTAL yang

didapatkan menggunakan konsep WTP masyarakat. Besarnya nilai WTP ini

dapat dijadikan besarnya iuran per kepala keluarga per bulan untuk biaya

pengelolaan PLTAL. Pengelolaan PLTAL dilakukan oleh kelompok

masyarakat Desa Toyopakeh.

3. Elisitasi nilai moneter

Setelah masyarakat diberikan gambaran mengenai manfaat PLTAL, untuk

mendapatkan nilai WTP maka masyarakat diberikan pertanyaan mengenai

kesediaannya untuk berkontribusi memberikan sejumlah uang dalam upaya

pegelolaan PLTAL. Apabila bersedia maka masyarakat diberikan pertanyaan

berapakah besar WTP yang bersedia dibayarkan untuk biaya pengelolaan

PLTAL per kepala rumah tangga dalam satu bulannya, dalam hal ini digunakan

format payment card karena dianggap lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Payment card merupakan salah satu metode yang dapat menghilangkan bias

titik awal karena dalam metode ini telah disediakan beberapa nilai yang dapat

dipilih langsung oleh masyarakat. Nilai yang ditawarkan adalah Rp 5.000,

Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Penentuan nilai tersebut berdasarkan

tarif penerangan jalan umum menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014 yaitu sebesar Rp 997

per kilowatthour.

26

c. Perhitungan WTP dengan Metode Non-Parametrik

Setelah mendapatkan nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat

maka selanjutnya adalah memperkirakan nilai rataan WTP. Menurut Fauzi (2014),

perhitungan nilai rata-rata WTP dapat dilakukan dengan pendekatan non-

parametrik. Beberapa metode non-parametrik yang cukup dikenal adalah metode

Turnbull, Kaplan-Meir-Turnbull (K-M-T), dan Spearmen-Karber (SK).

Pendekatan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden

terhadap respons pertanyaan lelang (bid).

Langkah-langkah untuk menggunakan metode Turnbull, Haab dan

McConnel (2002) dalam Fauzi (2014) adalah sebagai berikut:

1. Hitung distribusi Fj menggunakan formula

dimana Fj adalah

distribusi responden yang menjawab “tidak”, Nj adalah respon “tidak” untuk

nilai lelang j dan Yj adalah respon “ya” untuk nilai lelang j. Total respon adalah

Tj = Nj + Yj.

2. Bandingkan nilai Fj dan Fj+1 dimulai dengan nilai lelang terendah

3. Jika Fj+1 > Fj perhitungan rataan WTP dapat dilanjutkan menggunakan formula

E(WTP) metode Turnbull.

4. Jika Fj+1 < Fj, gabungkan (pooled) nilai lelang ke j dan j+1 menjadi satu nilai

lelang dengan batas bawah dan batas atas lelang adalah (Bj , Bj+1). Kemudian

hitung nilai

, dengan kata lain menghilangkan nilai lelang

Bj+1 dan menggabungkan dengan nilai lelang Bj.

5. Lanjutkan menghitung WTP menggunakan formula E(WTP) jika distribusi

sudah terlihat meningkat secara monotonik (monotonically increasing).

6. Gunakan nilai maksimum distribusi = 1 yang menunjukkan tidak ada

responden yang ingin membayar lebih dari nilai lelang maksimum.

Mengetahui distribusi responden yang menjawab “tidak” untuk metode

Turnbull atau jawaban “ya” untuk metode K-M-T, maka akan dapat menentukan

batas bawah dari WTP (lower bound WTP) dan nilai rataan WTP. Nilai lower

bound WTP untuk metode Turnbull dihitung dengan formula sebagai berikut.

27

Sementara formula nilai rataan WTP untuk metode Kaplan-Meir-Turnbull:

Perhitungan rataan WTP dengan metode Spearman-Karber (SK) secara prinsip

sama dengan metode K-M-T, yakni menggunakan respon jawaban “ya” terhadap

bid yang ditawarkan. Formula menghitung WTP dengan metode SK adalah:

Setelah didapatkan dugaan nilai rataan WTP maka pendugaan total WTP

dapat dihasilkan. Total WTP adalah dugaan rataan WTP dikalikan dengan jumlah

kepala keluarga (KK), rumus total WTP yaitu:

dimana:

TWTP = Total WTP (Rp)

EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)

4.5.3 Analisis Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL Nusa Penida

Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL Nusa Penida

dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Menganalisis skema pengelolaan

dan pengembangan ini dilakukan agar PLTAL Nusa Penida dapat dikelola dengan

baik dan digunakan secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Toyopakeh. Data

yang digunakan untuk menganalisis skema ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer berasal dari hasil wawancara terhadap pihak PT.T-Files, tokoh

masyarakat Desa Toyopakeh, dan beberapa pihak pemerintahan seperti P3GL dan

P3TKEBTKE. Sedangkan data sekunder berasal dari artikel dan laporan mengenai

PLTAL Nusa Penida. Data yang telah dikumpulkan akan disusun dalam bentuk

skema yang menggambarkan alur dan keterkaitan pihak-pihak yang terlibat

beserta perannya dalam pembangunan PLTAL. Pada skema pengelolaan dan

pengembangan terdapat pula rekomendasi untuk keberlanjutan PLTAL di Selat

Nusa Penida.

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pulau Nusa Penida merupakan pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau

Bali. Secara geografis pulau tersebut berbatasan dengan Selat Badung di sebelah

utara dan barat, Selat Lombok di sebelah timur, dan Samudera Indonesia di

sebelah selatan. Terdapat pulau-pulau kecil yang berada di dekat Pulau Nusa

Penida yaitu Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Nusa Lembongan. Daerah

kepulauan ini adalah bagian dari wilayah Kecamatan Nusa Penida, yang

merupakan kecamatan terluas dari tiga kecamatan lainnya di Kabupaten

Klungkung, Provinsi Bali. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten

Klungkung, secara administrasi Kecamatan Nusa Penida terdiri dari enam belas

desa dan 79 banjar desa dengan 37 desa adat. Empat belas desa dari enam belas

desa tersebut berada di Pulau Nusa Penida. Salah satu desa yang terletak di Pulau

Nusa Penida adalah Desa Toyopakeh, desa terkecil yang berada di pulau tersebut.

Gambar 3 Peta Pulau Nusa Penida

29

Desa Toyopakeh yang memiliki luas wilayah 4.7 kilometer persegi

merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata

Kabupaten Klungkung. Terdapat cruiser besar yang datang ke perairan Selat

Toyopakeh, cruiser itu akan merapat ke pontoon yang bernama Quicksilver

dengan membawa turis rata-rata 200 orang perhari. Desa Toyopakeh memiliki

delapan artshop yang setiap harinya dikunjungi oleh para turis yang datang

menggunakan jukung dari pontoon Quicksilver.

Karakteristik pantai Desa Toyopakeh adalah pantai berpasir yang terdiri dari

pasir kasar dan berwarna putih kekuningan tersusun dari rombakan terumbu

karang dan pecahan cangkang binatang laut. Bentuk kawasan pantai ini landai

dengan sudut antara dua derajat hingga tiga derajat sehingga dimanfaatkan

masyarakat sebagai kawasan pemukiman dan budidaya rumput laut. Pemukiman

masyarakat sebagian besar dibangun dengan menggunakan batubata berwarna

putih dari material dasar dolomit. Hampir di sepanjang perbatasan pantai di

daerah Toyopakeh dibangun penahan gelombang setinggi dua meter sejajar

dengan garis pantai. Bangunan penahan gelombang dibuat untuk menangkal

abrasi serta melindungi kawasan pemukiman dan jalan raya di sepanjang Desa

Toyopakeh.

Selat Nusa Penida, selat yang berada di dekat Desa Toyopakeh memiliki

karakteristik curam dan dalam. Arus yang berada pada selat tersebut merupakan

arus yang kuat sehingga dapat menggerus beragam material yang tumbuh pada

dasar laut. Hal tersebut mengakibatkan terumbu karang yang tumbuh di dalam

Selat Nusa Penida tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa

jenis terumbu karang yang dapat dikenali adalah Pectinia lactuca, Acropora

pulchra, Pseudosiderastrea tayami, dan jenis lainnya.

Berdasarkan data administrasi, jumlah penduduk yang berada di desa ini

berjumlah 905 jiwa dan terbagi menjadi 200 kepala keluarga. Desa ini merupakan

satu-satunya desa dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam.

Terdapat enam pamong desa yang menangani pemerintahan Desa Toyopakeh.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung tahun 2014, sarana dan

prasarana yang disediakan di Desa Toyopakeh yaitu tempat peribadahan berupa

masjid dan pura, terdapat dua bangunan sekolah berupa bangunan Sekolah Dasar

30

dan Taman Kanak-Kanak, sarana publik lainnya adalah pasar umum, tempat yang

menjadi pusat perdagangan di Desa Toyopakeh. Jumlah rumah makan yang

terdapat di Desa Toyopakeh sebanyak sepuluh bangunan, rumah makan tersebut

terletak berjajar ditepi pantai. Selain rumah makan, jenis mata pencaharian

masyarakat adalah membuka warung, terdapat tiga puluh warung yang tersebar di

Desa Toyopakeh.

Sebagai daerah kepulauan kecil, akses utama menuju Pulau Nusa Penida

yang berada di sebrang lautan dari daratan Bali yaitu melalui jalur laut. Terdapat

beberapa pilihan transportasi laut yang tersedia mulai dari jukung-jukung, speed

boat, dan kapal Ferry Roro. Titik keberangkatan dari pulau daratan Bali terdapat

di Padang Bai, Tri Buana, Banjar Bias, Kusamba, dan Sanur. Titik pemberhentian

di Pulau Nusa Penida pun sebagian besar berpusat di bagian utara dan timur

pulau, sedangkan bagian selatan dan barat berbatasan langsung dengan tebing

curam dan ombak yang besar. Terdapat enam titik pendaratan di Pulau Nusa

Penida yaitu Pelabuhan Nusa Penida, Pelabuhan Buyuk, Pelabuhan Tambak,

Pelabuhan Kantor Camat, Toyapakeh, dan Banjar Nyuh.

5.2 PT.T-Files

PT.T-Files Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang desain dan

teknologi produksi yang berdiri sejak tahun 2009. Salah satu bidang usahanya

adalah membangun pembangkit listrik berbasis kelautan di Indonesia. Visi dari

perusahaan ini adalah menjadi perusahaan energi alternatif yang memiliki

komitmen penuh untuk menyediakan energi non-konvensional kepada dunia.

Terdapat empat misi yang dimiliki PT.T-Files Indonesia untuk mewujudkan

visinya. Pertama, membantu pemerintah untuk menyediakan pasokan listrik untuk

penggunaan rumah tangga dan industri. Kedua, menunjukkan kepada masyarakat

Internasional bahwa Indonesia memiliki partisipasi aktif dalam aplikasi teknologi

untuk mengambil manfaat dari keberadaan sumber daya alam. Ketiga,

berpartisipasi dalam penelitian energi alternatif di Indonesia. Keempat,

mengurangi polusi dari sumber energi fosil.

Pada tahun 2009 setelah mengembangkan proyek percontohan dari turbin

arus laut di Pulau Nusa Penida, Kementerian Energi Sumberdaya dan Mineral

31

memberikan sertifikasi Proven Technology. Pada tahun 2011, tim T-Files

menjuarai Mandiri Young Technopreneur yang diadakan oleh Bank Mandiri. Saat

ini, Bank Mandiri memberikan dana CSR untuk mengembangkan kembali

PLTAL di Pulau Nusa Penida.

Salah satu produk yang dihasilkan PT.T-Files untuk pembangkit listrik

berbasis kelautan adalah turbin. Tipe turbin yang digunakan untuk PLTAL di

Nusa Penida yaitu turbin Gorlov (Gambar 4). Turbin yang berbahan material

fiberglass epoxy ini memiliki efisiensi sebesar 30 persen dengan diameter satu

meter dan tinggi 1.2 meter. Hasil energi listrik yang berasal dari energi gerak

turbin kemudian akan disalurkan ke generator dengan desain seperti Gambar 5.

Tipe generator yang digunakan adalah permanent magnet generator dengan

diameter rotor satu meter, panjang dan lebar 1.2 meter. Secara umum, generator

adalah alat yang dapat memproduksi arus listrik. Arus listrik yang diproduksi oleh

generator tersebut dapat mencapai 20.000 Volt Ampere (VA), namun rata-rata

arus listrik yang diproduksi sebesar 10.000 VA.

5.3 Karakteristik Responden

Perolehan data mengenai karakteristik umum responden masyarakat Desa

Toyopakeh diperoleh melalui survei langsung berdasarkan hasil wawancara

terhadap 41 responden. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa

Toyopakeh yang telah merasakan manfaat dari keberadaan penerangan PLTAL.

Karakteristik sosial ekonomi responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin,

Gambar 4 Turbin gorlov Gambar 5 Generator

32

usia, lama tinggal, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, dan

tingkat pendapatan.

Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, akan tetapi

perbandingan dengan laki-laki tidak berbeda jauh. Masyarakat dengan jenis

kelamin perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 21

orang, sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 20 orang.

Jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya nilai WTP yang akan diberikan. Hal

tersebut dikarenakan secara umum cara berpikir, perilaku, reaksi dan persepsi

antara perempuan dan laki-laki berbeda. Perempuan lebih berpikir panjang dalam

mengeluarkan uangnya, sedangkan laki-laki lebih mudah mengeluarkan uangnya

jika hal tersebut memang benar-benar dibutuhkan. Sebagian besar responden

perempuan tidak bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL, berbanding

terbalik dengan responden laki-laki yang sebagian besarnya memilih bid yang

lebih tinggi yaitu Rp 20.000.

Responden yang merasakan manfaat dari penerangan PLTAL berkisar

antara usia dibawah 20 tahun hingga usia di atas 49 tahun. Responden yang

Gambar 7 Persentase sebaran WTP berdasarkan usia

0%

2%

5%

7%

10%

0%

2%

5%

2%

7%

2%

0%

10% 10%

7%

0% 0%

5%

2%

0% 0%

5%

2%

12%

2%

< 20 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 - 49 tahun > 49 tahun

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

20%

5% 2%

7%

17%

12%

0%

7% 10%

20%

Perempuan Laki-laki

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 6 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis kelamin

33

memiliki usia dibawah 20 tahun bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL

dengan pilihan bid sebesar Rp 10.000.

Hampir semua responden di Desa Toyopakeh merupakan penduduk asli dan

hanya ada tiga orang saja yang status kependudukannya sebagai pendatang. Hasil

persentase lama tinggal selaras dengan persentase umur responden. Sekitar 7

persen responden yang sudah tinggal di Desa Toyopakeh kurang dari 20 tahun,

seluruhnya bersedia untuk membayar biaya pengelolaan WTP, besarnya bid yang

dipilih yaitu pada rentang Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Berbeda dengan responden

lainnya yang sudah tinggal di Desa Toyopakeh lebih dari 20 tahun, besarnya bid

yang dipilih sangat beragam.

Tingkat pendidikan terakhir menunjukkan tingkat pola pemikiran yang

dimiliki responden dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan saat wawancara. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kebersediaan

dan besarnya nilai yang diberikan oleh responden untuk membayar pengelolaan

PLTAL Nusa Penida. Responden masyarakat Desa Toyopakeh yang mengikuti

12%

7%

5%

0% 0%

5%

0%

2% 2%

0%

10%

7%

0%

12%

0% 0%

2%

0%

5%

0%

2%

7%

5%

12%

2%

Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 9 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendidikan

0%

2%

5%

7%

10%

2% 2% 2% 2%

7%

5%

0%

7%

10%

7%

0% 0%

5%

2%

0% 0%

7%

2%

10%

2%

< 20 tahun 20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 - 49 tahun > 49 tahun

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 8 Persentase sebaran WTP berdasarkan lama tinggal

34

masa pendidikan kurang dari enam tahun memiliki persentase tidak bersedia

membayar yang lebih tinggi. Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA

seluruhnya bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL, besarnya biaya yang

bersedia dibayarkan berada di rentang Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Responden

dengan tingkat pendidikan S1 lebih bersedia untuk memilih bid tertinggi.

Responden yang tidak memiliki jumlah tanggungan bersedia membayar

biaya pengelolaan dengan rentang bid Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Responden

yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka pendapatan yang diperolehnya

akan digunakan untuk memenuhi konsumsi dan kebutuhan sehari-sehari anggota

keluarga. Jumlah tanggungan pun akan mempengaruhi besarnya nilai yang akan

diberikan responden untuk pengelolaan PLTAL. Jumlah tanggungan meliputi

keluarga dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu atap.

Jenis pekerjaan akan berkaitan dengan besarnya kebutuhan listrik terutama

penerangan di malam hari. Jenis pekerjaan yang membutuhkan penerangan di

0%

7%

15%

2% 2%

5%

2%

0%

5%

7%

12%

5%

0% 0%

2%

5%

0%

10%

12%

7%

Tidak ada 1-2 orang 3-4 orang >4 orang

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 10 Persentase sebaran WTP berdasarkan jumlah tanggungan

5%

0%

7%

5%

0%

7%

0%

2%

0%

2%

0%

5%

2%

5%

15%

2%

5%

0% 0%

2%

0% 0%

2% 2%

5%

7%

10%

0%

5%

2%

Petani Rumput

Laut

ABK Wirausaha Petani Swasta Lain-lain

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 11 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis pekerjaan

35

malam hari maka akan mempengaruhi besarnya nilai kebersediaan untuk

membayar pengelolaan PLTAL Nusa Penida. Responden yang merasakan manfaat

dari adanya penerangan PLTAL adalah responden yang memiliki pekerjaan

sebagai petani rumput laut, anak buah kapal, wirausaha, swasta, petani, dan

pekerjaan lainnya. Terdapat beberapa responden yang bekerja sebagai petani

rumput laut tidak bersedia membayar, namun beberapa responden lainnya

bersedia untuk membayar tawaran bid yang paling tinggi. Responden dengan jenis

pekerjaan ABK lebih memilih untuk bersedia membayar, begitupun dengan

responden yang bekerja di swasta. Responden wirausaha sebagian besar bersedia

untuk membayar, sedangkan yang tidak bersedia membayar adalah responden

yang membuka usahanya jauh dari sumber penerangan PLTAL.

Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap besarnya WTP yang akan

diberikan. Semakin besar pendapatan yang didapatkan maka kemungkinan untuk

memberikan nilai WTP pun akan lebih besar. Responden yang memiliki tingkat

pendapatan dibawah Rp 500.000 perbulan lebih banyak untuk tidak bersedia

membayar. Responden dengan pendapatan Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000

perbulan lebih banyak untuk bersedia membayar. Responden yang memiliki

pendapatan lebih tinggi seluruhnya bersedia untuk membayar biaya pengelolaan

PLTAL. Pada selang pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000 perbulan

besarnya bid yang dipilih beragam yaitu antara Rp 5.000 hingga Rp 20.000,

sedangkan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 1.500.000 perbulan

memilih bid tertinggi.

Gambar 12 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendapatan

22%

2% 0% 0%

2% 2% 5%

0%

10% 12%

5% 2%

0%

5% 2%

0%

7% 7% 5%

10%

≤ Rp 500 rb > Rp 500 rb - Rp 1 jt > Rp 1 jt - Rp 1,5 jt > Rp 1,5 jt

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh

Nusa Penida adalah sebuah pulau yang terpisah di sebelah tenggara Pulau

Bali. Pulau Nusa Penida memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Hindu,

namun terdapat sebuah desa dimana mayoritas penduduknya beragama Islam

yaitu Desa Toyopakeh. Aktivitas masyarakat menjadi keunikan tersendiri dalam

menghidupkan suasana pesisir pantai. Pemuda-pemuda yang bekerja di bidang

wisata memperlihatkan bentuk koordinasi yang unik dalam melaksanakan

pekerjaannya. Koordinasi tersebut dilakukan dengan cara menggerakan tangan

yang menunjukkan sebuah kode informasi tugas dari jarak jauh. Selain itu, lalu

lalang kapal di Selat Badung menjadi pemandangan rutin aktivitas wisatawan

yang berkunjung sejak matahari terbit hingga matahari tepat di atas kepala.

Suasana pantai pun dihidupkan oleh keberadaan warung-warung makan yang

berjajar di sepanjang tepi pantai. Warung-warung makan tesebut dikunjungi oleh

warga sekitar yang hanya sekedar ingin membeli makan bahkan para pendatang

maupun turis yang ingin menikmati masakan daerah sambil duduk di tepi pantai.

Kehidupan tersebut terjadi hingga matahari tenggelam diikuti dengan sibuknya

para nelayan yang melabuhkan kapalnya di atas pasir putih.

Kehidupan pantai seakan hilang saat malam datang. Hal ini disebabkan oleh

persoalan klasik yang sering terjadi di desa tersebut yaitu mati listrik. Daerah

sekitar Desa Toyopakeh ini tergolong dalam wilayah yang sering mengalami

pemadaman listrik bergilir dari PT. PLN. Persoalan tersebut terpusat pada

keterbatasan kapasitas listrik PLN di pulau ini yaitu sebesar 3.6 MW yang berasal

dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Kutampi dan Jungut Batu.

Terdapat tiga buah pembangkit di Pulau Nusa Penida, ketika terjadi kerusakan di

salah satu pembangkit maka warga harus rela merasakan hidup sementara tanpa

listrik. Minimnya ketersediaan listrik juga menyebabkan penerangan jalan dan

area publik sangat terbatas. Desa Toyopakeh salah satu tempat berlabuhnya speed

boat dan jukung yang membawa pendatang dari arah Pulau Bali, dan tempat

dengan penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan rumput laut. Aktivitas

37

laut tersebut dapat berhenti ketika senja mulai terbenam di ufuk barat, sehingga

suasana malam hari di wilayah pinggir pantai menjadi sunyi dan gelap gulita.

Saat ini masalah kegelapan dan kesunyian mulai teratasi. Deburan suara

ombak, suara hewan nocturnal, dan titik-titik sinar di sepanjang tepi pantai sudah

dapat menyambut penumpang speed boat dan jukung yang datang dari arah Pulau

Bali di malam hari. Titik-titik sinar sebanyak 25 titik disepanjang tepi pantai

tersebut berasal dari instalasi sederhana yang dipasang di pinggir tembok

Dermaga Toyopakeh. Instalasi dengan kontruksi rangka besi berwarna jingga

memiliki bagian yang masuk ke bawah permukaan laut dimana di bawahnya

terdapat turbin berdiameter satu meter. Turbin akan berputar apabila terdapat

dorongan dari arus laut. Perputaran tersebut akan menggerakkan pipa besi yang

terhubung pada generator yang terletak di atas permukaan laut. Instalasi sederhana

itu merupakan PLTAL. Listrik yang dihasilkan dari PLTAL tersebut sebesar 10

kW dan mampu memberikan penerangan di sepanjang satu kilometer pantai Desa

Toyopakeh. Terdapat sepuluh lampu jalan yang terpasang dekat pemukiman

warga dan lima belas lampu jalan di sekitar Dermaga Toyopakeh. Keberadaan

PLTAL telah memberikan penerangan yang bermanfaat bagi masyarakat berupa

manfaat ekonomi dan manfaat sosial budaya.

6.1.1 Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi merupakan bentuk eksternalitas positif yang dirasakan

oleh masyarakat Desa Toyopakeh akibat dibangunnya PLTAL yang menjadi

sumber arus listrik untuk penerangan jalan dan ruang publik. Manfaat ekonomi

PLTAL adalah manfaat yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat.

Manfaat ekonomi dirasakan oleh petani rumput laut, pemilik warung, dan pemilik

kapal. PLTAL telah menghidupkan fungsi dari keberadaan penerangan lampu

jalan yaitu meningkatkan kegiatan pada malam hari di sektor ekonomi.

Tabel 4 Manfaat ekonomi

No Jenis Manfaat Ekonomi Penerima Manfaat

1 Mempermudah jukung dan speed boat bersandar di malam hari

- nelayan

- awak kapal

2 Meningkatkan efektivitas kerja pengikatan rumput laut - petani rumput laut

3 Mempermudah monitoring kapal yang sedang bersandar - nelayan

- pemilik kapal

4 Memudahkan bongkar muat kapal - nelayan

5 Warung buka lebih malam - wirausaha

38

Toyopakeh, salah satu titik pemberhentian dalam aktivitas penyebrangan

yang berangkat dari Pulau Bali menuju Pulau Nusa Penida. Pekerjaan dalam

penyediaan transportasi penyebrangan laut ini menjadi salah satu mata

pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh. Manfaat penerangan dari PLTAL

dirasakan oleh awak-awak kapal saat kapalnya masih berlayar di malam hari.

Lampu-lampu yang berjajar sepanjang satu kilometer tersebut membantu awak

kapal menandai lokasi untuk melabuhi kapalnya. Sebelum 25 lampu PLTAL

terpasang, jadwal berlabuhnya kapal di Desa Toyopakeh yaitu pagi, siang dan

sore, apabila terjadi keterlambatan keberangkatan kapal dari Pulau Bali maka

kapal penyebrangan tersebut enggan untuk berlabuh di Toyopakeh saat malam.

Selain tempat pemberhentian penyebrangan, Desa Toyopakeh adalah salah

satu daerah penghasil rumput laut di Pulau Nusa Penida. Penjemuran rumput laut

masih dilakukan secara tradisional. Rumput laut dijemur kurang lebih selama dua

hari dengan dialasi terpal yang dibentangkan di atas pasir pantai. Gambar

penjemuran rumput laut dapat dilihat di Lampiran 5. Terdapat dua jenis rumput

laut yang dihasilkan yaitu jenis Eucheuma cottonii dikenal warga dengan sebutan

bulung gondrong dan jenis Eucheuma spinosum atau biasa disebut bulung biasa.

Para petani rumput laut biasanya melakukan pemanenan dan penanaman

rumput laut saat kondisi laut surut, namun ada kalanya air laut surut pada saat

malam hari. Disisi lain, para petani rumput laut kerap menghentikan aktivitasnya

ketika malam datang. Hal tersebut mengakibatkan adanya penundaan aktivitas

pekerjaan yang dialami oleh para petani rumput laut. Lokasi pengumpulan rumput

laut berada di sekitar Dermaga Toyopakeh. Lampu penerangan jalan yang telah

terpasang disekitar dermaga tersebut membantu para petani dalam meningkatkan

efektivitas kerjanya yaitu melakukan pengikatan bibit rumput laut di malam hari.

Bibit rumput laut diikat dengan tali rapia pada tali ris yang membentang

sepanjang 30 meter per ris, jarak antara bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar

25 cm, setelah semua ris terisi oleh bibit rumput laut selanjutnya akan dipasang di

pantai pada keesokan paginya.

Profesi lainnya yang selalu melekat pada masyarakat pesisir adalah sebagai

nelayan. Bagi para nelayan yang memiliki jukung, adanya penerangan dari lampu

PLTAL yang terletak di pinggir pantai dekat dengan pemukiman dapat membantu

39

mereka dalam memonitoring keberadaan jukungnya yang sedang bersandar di

pinggir pantai saat malam hari, terutama saat laut sedang pasang. Selain itu, para

nelayan yang datang melaut pada malam hari mengakui adanya manfaat yang

dirasakan dari keberadaan lampu PLTAL tersebut yaitu mempermudah nelayan

untuk membongkar barang dari kapal saat malam hari.

Mata pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh selain kegiatan melaut

adalah wirausaha. Salah satu jenis wirausaha yang dilakukan masyarakat yaitu

membuka warung makan di tepi pantai. Warung tersebut akan tutup sebelum

malam mulai larut. Adanya penerangan pinggir pantai di malam hari membuat

masyarakat senang berkumpul bersama di tepi pantai lebih lama. Hal tersebut

dimanfaatkan oleh para wirausaha untuk membuka warungnya lebih lama.

Manfaat ekonomi dari adanya penerangan bukan hanya dirasakan pemilik warung,

berkumpulnya para pemuda di tepi pantai menghasilkan manfaat lain yaitu

manfaat sosial budaya.

6.1.2 Manfaat Sosial Budaya

Manfaat sosial budaya muncul dari adanya perubahan berdasarkan perasaan

yang dirasakan masyarakat berupa rasa aman, keselamatan, peningkatan aktivitas

sosial dan ritual keagamaan. Hal tersebut merupakan bentuk eksternalitas positif

yang dihasilkan secara tidak langsung oleh penerangan lampu jalan yang

bersumber dari PLTAL. Manfaat sosial budaya dirasakan para pemuda, warga

yang senang memancing, dan warga yang ingin melaksanakan ritual agama di

malam hari.

Tabel 5 Manfaat sosial budaya No Jenis Manfaat Sosial Budaya Penerima Manfaat

1 Aktivitas sosial di malam hari

- pemuda

- masyarakat

2 Memudahkan aktivitas memancing - masyarakat yang hobi

memancing

3 Pembuangan abu jenazah - masyarakat Hindu

Manfaat sosial budaya salah satunya dirasakan oleh para pemuda.

Penerangan lampu PLTAL di tepi pantai menjadi lokasi yang memfasilitasi area

ruang publik untuk meningkatkan aktivitas sosial masyarakat khususnya para

pemuda. Perbincangan santai di pinggir pantai menjadi aktivitas yang dilakukan

oleh pemuda ketika malam hari. Pemuda merupakan kader masyarakat yang

diidentikan dengan kata perubahan. Adanya peningkatan aktivitas sosial yang

40

dilakukan oleh pemuda diharapkan membawa manfaat positif agar terbentuk

kader-kader masyarakat yang dapat membangun daerahnya.

Aktivitas lain yang senang dilakukan oleh beberapa masyarakat pada malam

hari adalah memancing disekitar Dermaga Toyopakeh. Pencarian ikan dilakukan

saat air laut sedang surut sehingga para pemancing dapat mengintip kesela-sela

karang dimana ikan bersembunyi. Lampu PLTAL disekitar dermaga

mempermudah pemancing untuk melihat ikan yang sedang bersembunyi.

Penerangan yang biasa digunakan sebelum lampu PLTAL terpasang yaitu

menggunakan senter atau petromax.

Desa Toyopakeh merupakan desa dengan mayoritas penduduknya menganut

agama Islam, namun desa-desa lain di Pulau Nusa Penida memiliki mayoritas

penduduk yang beragama Hindu. Masyarakat Hindu memiliki tradisi dalam

menjalankan ritual keagamaannya, salah satu ritual yang banyak dikenal oleh

kalangan wisatawan yaitu prosesi pembakaran jenazah, Ngaben. Upacara Ngaben

dilakukan dengan meletakkan jenazah ke tempat pembakaran jenazah kemudian

dibakar hingga menjadi abu, abu tersebut akan disimpan sementara atau langsung

dibuang ke laut oleh keluarga jenazah. Dermaga Toyopakeh menjadi tempat

lokasi pembuangan abu oleh masyarakat umat Hindu yang tinggal disekitar

dermaga tersebut. Keberadaan lampu dermaga meningkatkan keberanian beberapa

warga yang ingin membuang abu jenazah keluarganya di malam hari.

6.1.3 Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan yang dimaksud adalah berdasarkan pengamatan

langsung selama penelitian dan dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya

mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh PLTAL. Perbandingan yang

digunakan adalah penelitian Boehlert GW dan Andrew BG yang berjudul

Environmental and Ecological Effects of Ocean Renewable Energy Development

a Current Synthesis, U.S Department of Energy (DOE) dengan judul Report to

Congress on the Potential Environment Effects of Marine and Hydrokinetic

Energy Technologies, dan skripsi Asruldin Azis dengan judul Studi Pemanfaatan

Energi Listrik Tenaga Arus Laut di Selat Alas Kabupaten Lombok, NTB.

41

Tabel 6 Kemungkinan dampak lingkungan PLTAL

No Kemungkinan Dampak Lingkungan PLTAL Nusa Penida

Boehlert GW dan Andrew BG (2010)

1 Pelampung, kabel, turbin dan perangkat lainnya akan merubah

habitat pelagis X

2 Belitan kabel dapat terjadi karena adanya serangan bawah laut

dan tabrakan dengan hewan laut X

DOE (2009)

3 Operasional kapal selam angkatan laut dapat terpengaruh karena

adanya bangunan di dasar laut X

4 Struktur bawah laut dapat mempengaruhi habitat dan perilaku

ikan X

5 Perangkat-perangkat seperti rotor, kabel, dan sejenisnya dapat

menjadi hambatan pergerakan air sehingga mengurangi

kecepatan air, hal tersebut akan mempengaruhi transportasi dan

pengendapan sedimen

X

6 Pemasangan perangkat dalam skala besar dapat menyebabkan

perubahan sirkulasi sehingga berpengaruh pada perubahan

masukan nutrisi dan kualitas air yang bisa berakibat pada

eutrofikasi, hipoksia, dan berdampak pada makanan akuatik

7 Jumlah dan jenis substrat dasar terganggu karena pemasangan

tiang dan kabel di dasar laut X

8 Mengubah habitat bentik X

9 Suara bawah laut yang dihasilkan selama instalasi dan

pengoperasian perangkat energi laut berpotensi untuk

mengganggu hewan laut berkomunikasi atau dapat mengusir

hewan tersebut dari area instalasi, atau dapat merusak

pendengaran mereka

X

10 Turbin yang berputar dapat melukai hewan laut √

Azis (2010)

11 Gangguan visual karena menggunakan kabel dan tiang listrik di

atas laut X

12 Penggunaan rotor turbin yang bisa menabrak ikan dan mamalia

laut, namun ini kecil kemungkinannya √

13 Dapat merusak konstruksi dasar laut misalnya pengeboran dari

peletakan kabel dan bangunan, sehingga menyebabkan

kerusakan habitat

X

Keterangan : √ = memiliki kemungkinan ; X = tidak memiliki kemungkinan

Kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang dihasilkan dari

keberadaan PLTAL di Nusa Penida adalah kecil. Hal tersebut dikarenakan bahwa

pembangunan PLTAL Nusa Penida tidak mengapung di atas laut yang

membutuhkan konstruksi penahan di dasar laut. Pengeboran dan penanaman alat

berat di dasar laut dapat menyebabkan kerusakan habitat di dasar laut, sedangkan

PLTAL Nusa Penida tidak membutuhkan hal tersebut karena bangunan turbin

dipasang di pinggir bangunan dermaga.

42

Belitan kabel yang berada di bawah laut dapat terjadi karena akan adanya

serangan bawah laut dan tabrakan hewan laut. Pembangunan tiang listrik dan

kabel yang berada di atas laut juga dapat menimbulkan gangguan visual. Namun

permasalahan belitan kabel di dasar laut dan gangguan visual tersebut tidak akan

terjadi karena kabel PLTAL Nusa Penida ditanaman disekitar dermaga dan

disepanjang bangunan penahan gelombang.

Kemungkinan dampak lingkungan dari keberadaan PLTAL Nusa Penida

yaitu perputaran rotor turbin dapat menimbulkan pencampuran salinitas dan

gradien suhu air laut yang berpengaruh pada perubahan masukan nutrisi dan

kualitas air, namun apabila jumlah turbin berada pada skala kecil maka

diharapkan perubahan yang terjadi dapat hilang dengan cepat. Dampak lainnya

yaitu hewan-hewan laut yang sedang berenang di dekat turbin dapat terseret dan

hanyut terkena pisau turbin yang sedang berputar, hal tersebut dapat membuat

hewan laut itu menderita cedera ataupun kematian, namun terlukanya hewan laut

tidak akan terjadi apabila perputaran turbin memiliki kecepatan yang mungkin

dapat dihindari oleh hewan laut tersebut.

Berdasarkan hasil uraian di atas menunjukkan bahwa saat ini PLTAL di

Nusa Penida memiliki kemungkinan kecil untuk menghasilkan dampak

lingkungan. Selain itu, PLTAL merupakan energi terbarukan yang memanfaatkan

arus laut yaitu sumberdaya yang tidak ada habisnya, sehingga meskipun memiliki

kemungkinan dampak lingkungan, pembangunan PLTAL memiliki kelebihan

dibandingkan pembangkit listrik konvensional. Kelebihan PLTAL adalah:

1. Sumber energi didapatkan secara gratis dari alam sehingga biaya operasinya

cenderung lebih rendah.

2. Tidak memancarkan dan menghasilkan polutan seperti CO2, NO2, dan SO2.

3. Tidak mengeluarkan limbah berbahaya.

4. Memiliki frekuensi rendah kebisingan.

43

6.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL

6.2.1 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat

Analisis peluang kesediaan membayar masyarakat meliputi bersedia atau

tidak bersedianya mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL

yang saat ini sudah memberikan manfaat berupa penerangan jalan. Mayoritas

masyarakat menyatakan bersedia membayar untuk pengelolaan PLTAL. Sebanyak

75,61 persen responden masyarakat yang menyatakan bersedia, sisanya 24,39

persen menyatakan tidak bersedia membayar.

Model regresi logit digunakan untuk melihat besarnya peluang kesediaan

masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Setelah diketahui tingkat

kesediaan membayar maka diperlukan juga analisis uji kelayakan model atau

goodness of fit pada model regresi logit tersebut, hasil output analisis regresi logit

dengan SPSS 16.0 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pada output Block 0 atau blok beginning terdapat tabel Variables in the

Equation yang menghasilkan nilai signifikansi 0,002 dengan Exp(B) sebesar 3,1.

Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan menggunakan model sederhana

(hanya melibatkan konstanta saja), mampu memberikan penjelasan bahwa

proporsi bersedia membayar adalah 3,1 kali dari proporsi tidak bersedia

membayar tanpa dilibatkan variabel lain.

Block 1 adalah tahap memasukkan variabel independen ke dalam model

dengan metode enter. Pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients hasil

signifikansi model menunjukkan tingkat signifikansi 0,002, karena p-value < 0,05

(taraf nyata 5%) maka hipotesis nol harus ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa

terdapat variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap peluang bersedia atau

tidak bersedianya masyarakat membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel itu

adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan dan tingkat pendidikan.

24,39%

75,61%

Tidak Bersedia

Bersedia

Gambar 13 Persentase kesediaan membayar responden

44

Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa hampir secara keseluruhan model yang

disusun mempunyai hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel

tidak bebasnya (respon) dan model layak digunakan dengan tingkat kepercayaan

95 persen.

Nilai signifikansi Nagelkerke R Square menunjukkan tingkat keragaman

dari variabel yang dapat dijelaskan oleh model. Pada tabel Model Summary nilai

Nagelkerke R Square sebesar 0,463 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

keragaman variabel bebas dari kesediaan membayar WTP yaitu variabel tingkat

pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Ketiga variabel tersebut

dapat menjelaskan kemungkinan masyarakat bersedia membayar WTP untuk

pengelolaan PLTAL sebesar 46,3 persen.

Terlihat dari tabel Hosmer and Lemeshow test bahwa nilai signifikansi

berdasarkan Uji Hosmer dan Lemeshow adalah 0,484 yang berarti lebih besar dari

0,05 (tolak hipotesis nol), maka model regresi yang disusun telah mampu

menjelaskan atau memprediksi nilai observasi atau data dengan tingkat

kepercayaan 95%. Berdasarkan Classification Table pengujian analisis logit

menggunakan metode enter menghasilkan nilai overall percentage sebesar 82,9

persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa model regresi logistik yang digunakan

telah cukup baik karena mampu menebak 82,9 persen dari kondisi yang

sebenarnya.

Model regresi logit dibangun oleh variabel dependen (respon) dan variabel

independen (bebas). Variabel respon dalam penelitian ini berupa pilihan nominal

yaitu bersedia atau tidak bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL. Regresi

variabel respon yang bernilai nominal tersebut menggunakan nilai dummy satu

atau nol. Nilai satu diberikan kepada masyarakat yang bersedia membayar dan

nilai nol diberikan kepada masyarakat yang tidak bersedia membayar. Variabel

independen yaitu tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan.

Variabel independen yang berpengaruh terhadap besarnya peluang

kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan

PLTAL dapat dilihat pada Tabel 7 atau pada tabel Variables in the Equation yang

terdapat pada Lampiran 1.

45

Tabel 7 Variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar maksimum

pengelolaan PLTAL

Variabel Koefisien Sig. Exp(B) Keterangan

Konstanta -1.920 .187 .147

Pendapatan .000 .098* 1.000 Berpengaruh nyata*

Tanggungan -.115 .722 .891 Tidak berpengaruh nyata

Pendidikan .255 .074* 1.291 Berpengaruh nyata*

Keterangan : * signifikan pada taraf nyata 10%

Tabel 7 tidak memiliki variabel dummy, hanya terdiri dari tiga variabel

bebas yaitu tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan hasil dari regresi logistik yang telah terbentuk di atas tidak bisa

langsung diinterpretasikan dari nilai koefisiennya seperti dalam regresi linier

biasa. Interpretasi bisa dilakukan dengan melihat nilai dari Exp (B) atau nilai

eksponen dari koefisien persamaan.

Berdasarkan Tabel 7 di atas, variabel yang berpengaruh nyata terhadap

kesediaan membayar adalah tingkat pendapatan. Hal tersebut berkaitan dengan

kemampuan ekonomi masyarakat dalam membayar biaya pengelolaan PLTAL.

Variabel tingkat pendapatan memiliki Sig sebesar 0,098 yang artinya peubah

tersebut berpengaruh nyata terhadap peluang masyarakat untuk bersedia

membayar biaya pengelolaan PLTAL pada taraf nyata α = 10 persen. Exp (B) atau

odds ratio sebesar 1,000 artinya masyarakat yang memiliki jumlah pendapatan

besar memiliki peluang bersedia membayar WTP yang sama dengan peluang

tidak bersedia membayar, dengan perkataan lain bahwa masyarakat dengan

pendapatan besar maupun kecil bersedia untuk membayar WTP.

Variabel independen lainnya yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan

membayar adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan terakhir menunjukkan

tingkat pola pemikiran yang dimiliki masyarakat. Hal ini juga dapat berpengaruh

terhadap kebersediaan masyarakat untuk membayar pengelolaan PLTAL Nusa

Penida. Variabel tingkat pendidikan memiliki Sig sebesar 0,074 yang artinya

peubah tersebut berpengaruh nyata terhadap peluang masyarakat untuk bersedia

membayar biaya pengelolaan PLTAL pada taraf nyata α = 10 persen. Exp (B) atau

odds ratio sebesar 1,291 artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki

maka peluang masyarakat untuk bersedia membayar WTP lebih besar 1,291 kali

46

dibandingkan tidak bersedia membayar, dengan kata lain masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih cenderung bersedia membayar WTP.

Variabel lain tidak berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan

masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Hal tersebut diduga

karena peluang pengambilan keputusan untuk bersedia membayar biaya

pengelolaan PLTAL tidak dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan.

6.2.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat

Setelah menganalisis peluang kesediaan membayar masyarakat Desa

Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL maka selanjutnya adalah

mengetahui berapa besar biaya yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat

menggunakan analisis WTP. Biaya yang ditawarkan merupakan biaya yang

bersedia dibayar oleh masyarakat setiap bulannya per kepala rumah tangga. Hal

tersebut dapat memperlihatkan seberapa besar masyarakat menginginkan adanya

pengelolaan PLTAL secara bekerlanjutan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan CVM untuk mengestimasi nilai

WTP masyarakat terhadap pengelolaan PLTAL. Masyarakat diberikan informasi

terlebih dahulu mengenai manfaat adanya PLTAL yang saat ini telah memberikan

penerangan disepanjang satu kilometer pantai saat malam hari. Selanjutnya,

masyarakat diajukan pertanyaan untuk memilih nilai WTP yang bersedia mereka

bayar setiap bulannya. Nilai WTP didapatkan dengan menggunakan teknik

payment card,

Nilai WTP yang diajukan sebesar Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp

20.000. Dasar dari besarnya nilai yang diajukan yaitu hasil perhitungan biaya

beban PLTAL berdasarkan kapasitas PLTAL yang terpakai dengan pendekatan

tarif tenaga listrik untuk penerangan jalan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014.

Perhitungan pendekatan tarif dapat dilihat di Lampiran 3.

Perhitungan dugaan nilai rataan WTP dilakukan menggunakan pendekatan

non-parametrik yaitu dengan metode K-M-T, dan SK. Metode ini mengandalkan

distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden terhadap nilai bid yang

ditawarkan. Selain dapat menghitung nilai rataan WTP, dengan mengetahui

distribusi jawaban responden maka lower bound WTP dapat ditentukan. Metode

47

Turnbull mengandalkan distribusi jawaban “tidak” dari responden terhadap nilai

bid yang ditawarkan, perhitungan Metode Turnbull dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perhitungan turnbull

Tabel 8 di atas menunjukkan distribusi “tidak” (Fj) terlihat meningkat

secara monotonik. Jumlah respon “tidak” menunjukan jumlah orang yang tidak

mau membayar bid yang ditawarkan. Terdapat sepuluh orang yang tidak mau

membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000, apabila bid yang

ditawarkan Rp 10.000 maka jumlah orang yang tidak mau membayar sebanyak

tujuh belas orang, begitupun seterusnya apabila bid yang ditawarkan semakin

tinggi maka jumlah orang yang tidak mau membayar akan semakin meningkat.

Nilai rataan WTP didapatkan dari perkalian bid dengan nilai fj*. Hasil rataan

WTP yang diperoleh sebesar Rp 9.268,293.

Tabel 9 akan menunjukkan perhitungan rataan WTP menggunakan metode

K-M-T dan S-K, pendekataan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dari

responden terhadap nilai bid yang ditawarkan.

Tabel 9 Perhitungan K-M-T dan S-K

Sebagaimana terlihat pada Tabel 9 di atas, terdapat 31 orang yang bersedia

membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000 dan hanya akan ada 9

orang yang bersedia membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 20.000.

Perhitungan WTP dengan metode K-M-T sama persis dengan metode Turnbull.

Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada penggunaan respon “ya” yang

Bid

Jumlah Nj

(Respon

"tidak")

Total

respon

(Tj)

Distribusi

“Tidak”

(Fj)

Nilai fj* WTP

Turnbull

5.000 10 41 0,244 0,244 853,659

10.000 17 41 0,415 0,171 2.926,829

15.000 29 41 0,707 0,293 1.097,561

20.000 32 41 0,780 0,073 4.390,244

>20.000

1 0,220

Rataan WTP

9.268,293

Bid Jumlah

“ya”

Total

respon Share (Fj) Nilai fj* WTP KMT WTP SK

0

1 0,244 0 609,756

5.000 31 41 0,756 0,171 853,659 1.280,488

10.000 24 41 0,585 0,293 2.926,829 3.658,537

15.000 12 41 0,293 0,073 1.097,561 1.280,488

20.000 9 41 0,220 0,220 4.390,244 4.939,024

25.000

0 0

Rataan WTP

9.268,293 11.768,293

48

merupakan respon kebalikannya. Nilai rataan WTP menggunakan metode K-M-T

menunjukkan hasil yang sama dengan nilai rataan WTP Turnbull yaitu sebesar

Rp 9.268,293, sementara hasil perhitungan rataan WTP dengan metode S-K

menghasilkan nilai rataan WTP yang lebih besar yaitu Rp 11.768,293.

Besarnya tingkat kepercayaan terhadap pendugaan nilai rataan WTP yang

dihasilkan oleh distribusi Turnbull estimator dapat dihitung menggunakan

formula keragaman (variance). Besarnya nilai variance dalam penelitian ini

adalah 491.142,032 dan standard error yang merupakan akar dari variance

sebesar 700,815. Berdasarkan hasil tersebut, dengan selang kepercayaan 95 persen

maka untuk lower bound WTP menjadi 9.268,293 ± 1,96(700,815), dengan kata

lain bahwa nilai rataan WTP berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai

Rp 10.641,891. Salah satu kelebihan menggunakan pendugaan melalui lower

bound adalah terkait dengan distribusi Turnbull estimator dimana fj* terdistribusi

normal dan nilai bid tetap, sehingga rataan lower bound WTP juga normal.

Nilai selang WTP (EWTP) yang dihasilkan mencerminkan besarnya

kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh untuk biaya pengelolan

PLTAL di Nusa Penida setiap bulannya. Berdasarkan hasil perhitungan

menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya pengelolaan sebesar

Rp 7.894,695 hingga Rp 10.641,891 per kepala keluarga perbulan, dan hasil

pehitungan S-K menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya

pengelolaan sebesar Rp 11.768,293 per kepala keluarga perbulan.

Besarnya nilai WTP yang telah dihasilkan dapat digunakan sebagai iuran

untuk dijadikan dana pengelolaan PLTAL. EWTP terendah menunjukkan nilai

Rp 7.894,695 yang artinya tiap kepala keluarga mengeluarkan Rp 7.894,695 per

bulan untuk iuran mengelola PLTAL. Jumlah kepala keluarga yang berada di

Desa Toyopakeh sebanyak 200 orang, namun proporsi jumlah kepala keluarga

yang mau membayar iuran pengelolaan PLTAL yaitu sebanyak 151 orang.

Proporsi tersebut didapatkan dari jumlah responden yang mau membayar dibagi

dengan jumlah seluruh responden kemudian hasil tersebut dikalikan dengan

jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Toyopakeh. Jumlah iuran

pengelolaan PLTAL yang didapat dalam setahun akan mencapai Rp 14.305.187.

Dana pengelolaan PLTAL yang didapatkan akan digunakan untuk biaya

49

operasional dan perawatan, serta biaya tenaga kerja pengelola. Biaya tersebut

dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini:

Tabel 10 Biaya Pengeluaran tiap Tahun

No Penggunaan Biaya Tahunan

1 Operasional dan Pemeliharaan Rp 5.000.000

2 Tenaga Kerja Rp 9.000.000

Total Pengeluaran Rp 14.000.000

Total Potensi Penerimaan Rp 14.305.187

Sisa Dana

(Total Penerimaan – Total Pengeluaran) Rp 305.187

Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri dari biaya perawatan seperti

pemeriksaan berkala dalam perawatan baterai basah (accu), biaya peggantian suku

cadang, biaya monitoring, biaya perawatan rumah panel, dan lain-lain. PLTAL

tidak membutuhkan biaya pembelian bahan bakar yang besar karena bahan bakar

yang dibutuhkan tersedia oleh alam dengan jumlah tidak terbatas. Tenaga kerja

yang digunakan untuk mengelola PLTAL sebanyak satu orang dengan diberi upah

sebesar Rp 750.000 setiap bulannya. Berdasarkan Tabel 10, apabila iuran

pengelolaan PLTAL menggunakan nilai EWTP terendah maka masih

mendapatkan dana sisa sebesar Rp 305.187, dana tersebut dapat ditabungkan

untuk biaya penggantian perangkat utama dan perangkat listrik yang

membutuhkan biaya yang cukup besar. Perangkat utama seperti generator, turbin,

dan struktur penahan turbin perlu diganti dengan yang baru apabila sudah

mencapai umur teknis maksimalnya. Perangkat listrik pun perlu dilakukan

pembaruan seperti electrical control, mikro controller, aki, panel, kabel jaringan,

dan bohlam lampu jalan yang akan padam jika sudah melewati umur teknisnya.

6.3 Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL

PLTAL di Nusa Penida dapat beroperasi dengan arus laut sangat rendah,

bahkan hingga 0.5 meter perdetik dan memiliki kapasitas sepuluh kilowatt. Listrik

yang dihasilkan dapat memberikan penerangan pantai sepanjang satu kilometer.

Penerangan berasal dari 25 titik lampu yang dipasang di atas bangunan penahan

gelombang dan disekitar Dermaga Toyopakeh. Pembangunan PLTAL di kawasan

Nusa Penida dilakukan oleh perusahaan swasta bernama PT.T-Files yang

50

mendapatkan bantuan dana dari CSR Bank Mandiri. Saat ini PLTAL Nusa Penida

dibangun sebagai showroom energi laut yang terbarukan.

Sebelum dibangun PLTAL, beberapa lembaga telah membangun energi

listrik terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun

Pembangkit Lisrik Tenaga Bayu (PLTB) untuk membantu mencukupi kebutuhan

listrik di wilayah Nusa Penida. Namun proyek-proyek tersebut berumur singkat

dan sudah tidak beroperasi. PLTAL yang telah dibangun sebaiknya dikelola

dengan baik dan dikembangkan agar mampu memberikan manfaat secara

berkelanjutan. Saat ini pengelolaan dan pengembangannya masih dibawah

PT.T-Files dan didanai CSR Bank Mandiri sehingga meskipun penerangan sudah

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membantu perekonomian mereka, saat

ini masyarakat tidak dikenakan biaya apapun dalam proses pembangunan PLTAL.

Operasional PLTAL sudah dapat berjalan dan memberikan manfaat

penerangan, namun pengelolaan dan pengembangan masih perlu dilakukan supaya

PLTAL tidak berumur singkat seperti proyek energi terdahulu. Terdapat beberapa

stakeholder yang telah dan dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam

proses pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Nusa Penida. Pada penelitian

ini, stakeholder dibagi menjadi lima jenis bagian yaitu pihak peneliti, pihak

perijinan, pihak pemberi dana, pihak pengembang, dan pihak masyarakat. Penulis

menggambarkan sebuah skema keterkaitan antar pihak dan masing-masing

perannya berdasarkan hasil pengamatan dan rekomendasi. Skema tersebut dapat

dilihat pada Gambar 14.

51

Gambar 14 Analisis dan rekomendasi skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL

Memberikan Dana Finansial

Pihak Pemberi Dana

Pihak Masyarakat

Membentuk Tim Pengelola

PLTAL

Pengelolaan dan Perawatan

PLTAL oleh Tim

Pengembangan PLTAL

Berkelanjutan secara Mandiri

WTP

(iuran)

Pihak Perijinan

Memberikan Izin Proyek

Pihak Pengembang

Membangun PLTAL

Operasional PLTAL

Pengecekan dan Evaluasi

Operasi Pembangkit

Penyesuaian Kapasitas sesuai

Rencana Pengembangan

Melatih Masyarakat dalam

Mengoperasikan Pembangkit

Penyerahan PLTAL kepada

Masyarakat

Mendapatkan Izin

Pembangunan

Survei Lapang

Pihak Peneliti

Melakukan Penelitian

Tim Dilatih untuk

Mengoperasikan Pembangkit

Pendampingan dalam

Mengembangankan PLTAL

52

6.3.1 Pihak Peneliti

Pihak peneliti adalah stakeholder yang melakukan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan metode-metode ilmiah.

Penelitian merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data secara

sistematis dan logis dengan tujuan untuk mendapatkan penemuan, pembuktian,

dan pengembangan. Hasil data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dapat

digunakan untuk memperjelas suatu informasi yang tidak diketahui sebelumnya

dan kemudian menjadi tahu, meminimalkan atau menghilangkan kemungkinan

masalah yang dapat timbul, dan mengupayakan kemungkinan masalah tersebut

tidak terjadi.

Peran pihak peneliti berdasarkan skema di atas adalah melakukan penelitian

mengenai hal-hal yang dibutuhkan sebagai informasi dasar untuk membangun

PLTAL. Jenis penelitian yang dibutuhkan antara lain informasi mengenai arus laut

di Selat Nusa Penida dan teknologi pembangkit listrik yang akan digunakan. Hasil

data penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dasar dalam pemanfaatan energi

arus laut sebagai pembangkit listrik. Pihak peneliti yang berperan disini adalah

Lembaga Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL), Lembaga Puslitbang Teknologi

Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

(P3TKEBTKE), Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPT), dan

Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

6.3.2 Pihak Perijinan

Pihak perijinan adalah stakeholder yang memberikan izin berdasarkan

ketentuan hukum dan berperan sebagai penghubung antara pemerintah

administrasi dengan masyarakat. Perijinan merupakan persetujuan dari pihak yang

memiliki wewenang dalam rangka menjaga keseimbangan kepentingan antara

masyarakat dengan lingkungannya dan kepentingan individu yang ingin

melakukan aktivitas tertentu. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pengendalian

dan pengawasan demi mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas

tersebut terhadap kepentingan umum.

Peran pihak perijinan dalam penelitian ini adalah memberikan izin proyek

dalam membangunan PLTAL di Nusa Penida. Pihak perijinan yang telah

memberikan ijin pembangunan PLTAL ini terdiri dari Perangkat Daerah

53

Kabupaten Klungkung yaitu Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika,

Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda), Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Bupati

Kabupaten Klungkung, Kepala Kecamatan Nusa Penida, Kepala Desa Toyopakeh,

dan Pemangku Adat.

6.3.3 Pihak Pemberi Dana

Pihak pemberi dana adalah stakeholder baik dalam bentuk perorangan,

kelompok, ataupun lembaga yang memberikan dana berupa uang untuk

keberlangsungan suatu aktivitas tertentu. Pihak pemberi dana yang memberikan

bantuan dana hibah sebesar 1.946 miliar untuk pembangunan PLTAL di Nusa

Penida yaitu lembaga CSR dari Bank Mandiri. Inovasi PLTAL telah menjadi

program percontohan pengembangan energi terbarukan, sesuai dengan salah satu

pilar utama CSR Bank Mandiri yaitu melakukan penyediaan fasilitas ramah

lingkungan dalam bentuk pengembangan energi terbarukan.

6.3.4 Pihak Pengembang

Pihak pengembang adalah stakeholder yang berperan langsung dalam

pembangunan sebuah proyek, pihak tersebut merupakan pemilik, perancang, dan

pembangun proyek. Pihak pengembang yang berada dalam skema di atas adalah

PT.T-Files karena perusahaan inilah yang melakukan pembangunan PLTAL.

Berdasarkan pegamatan, terdapat beberapa tahap yang telah dilakukan oleh

PT.T-Files sebelum melakukan pembangunan PLTAL di Nusa Penida yaitu

melakukan survei lapang dan penelitian, mendapatkan izin pembangunan,

membangun PLTAL, dan sekarang perusahaan tersebut telah berhasil

mengoperasionalkan PLTAL di Selat Nusa Penida.

1. Survei Lapang

Tujuan pelaksanaan survei lapang adalah untuk memperoleh fakta dengan

mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah lingkungan,

ekologis, pemukiman penduduk, keberadaan sarana dan infrastruktur,

kelembagaan, dan aktivitas ekonomi penduduk. Data dan informasi tersebut

berguna dalam mengidentifikasi kondisi, permasalahan, serta isu perencanaan

pembangunan PLTAL. Survei lapang ini dilakukan sebagai langkah awal untuk

54

melakukan penelitian, perencanaan, dan penyusunan strategi pembangunan

PLTAL.

2. Mendapatkan Izin Pembangunan

Demi keamanan dan kelancaran proses pembangunan suatu proyek

diperlukan surat-surat perizinan sebagai salah satu aspek hukum yang harus

dipenuhi, karena keberlangsungan suatu proyek dipengaruhi oleh keberadaan

unsur legalitas dari pembangunan proyek tersebut. Proyek yang memiliki legalitas

akan memperoleh perlindungan hukum sehingga dapat terhindar dari

permasalahan seperti penutupan, penertiban atau pembongkaran.

Pembangunan PLTAL di Nusa Penida telah mendapatkan perijinan dari

beberapa perangkat daerah. Bagian-bagian perangkat daerah yang telah

memberikan izin dapat dilihat pada penjelasan pihak perijinan. Selain melakukan

perijinan administrasi kepada perangkat daerah, perijinan kepada pemangku adat

dilakukan dengan cara mengikuti beberapa proses ritual upacara adat, gambar

proses upacara dapat dilihat pada Lampiran 5. Setelah mendapatkan perijinan

maka pembangunan PLTAL dapat dilakukan.

3. Membangun PLTAL

Pembangunan PLTAL telah melewati beberapa kali pengulangan dan

perubahan desain. Berawal dengan desain turbin yang dipasang dilaut lepas

menggunakan pelampung (bouyance), sedangkan inverter dan generator berada di

atas permukaan air. Desain terakhir adalah desain turbin yang dipasang disamping

Dermaga Toyopakeh. Kerangka PLTAL tersebut didalamnya terpasang turbin

yang posisinya berada dibawah permukaan laut, dan generator beserta inverter

berada di atas Dermaga Toyopakeh. Gambar pemasangan PLTAL dapat dilihat

pada Lampiran 5.

4. Operasional PLTAL

Arus laut yang memiliki energi kinetik menggerakkan turbin hingga

berputar secara terus menerus. Energi kinetik yang berasal dari arus laut tersebut

kemudian akan menghasilkan energi putar yang menggerakkan generator hingga

menjadi energi listrik. Kabel-kabel yang mengaliri listrik dari generator ditanam

disisi-sisi dermaga dan bangunan penahan ombak. PLTAL dengan desain terakhir

tersebut telah mampu menyalakan lampu sebanyak 25 lampu jalan. Lampu akan

55

menyala saat matahari mulai terbenam sekitar pukul 18.00 hingga matahari terbit

sekitar pukul 06.00.

5. Pengecekan dan Evaluasi

Setelah PLTAL berhasil dioperasikan maka selanjutnya diperlukan sistem

pengecekan dan evaluasi sistem operasional pembangkit. Hal ini ditujukan untuk

mengevaluasi apa saja yang harus diperbaiki dan ditambahkan apabila ada

kekurangan selama operasional PLTAL berjalan.

6. Penyesuaian Kapasitas

Penyesuaian kapasitas disini dimaksudkan untuk memaksimalkan energi

listrik yang dapat dihasilkan oleh turbin. Berdasarkan rencana pengembangan

PLTAL di Nusa Penida, energi listrik yang telah dihasilkan saat ini baru bisa

dimanfaatkan untuk fasilitas umum seperti penerangan jalan yang sudah dibahas

sebelumnya.

7. Pelatihan

Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa prosedur

perawatan PLTAL sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP), cara

penanggulangan kerusakan, dan pembukuan. Diadakannya pelatihan tersebut

diharapkan masyarakat terutama tim pengelola dapat mengetahui tugas dan

tanggung jawabnya setelah PLTAL ini diserahkan kepada masyarakat.

8.Penyerahan

Setelah masyarakat membentuk tim pengelola dan mampu

mengoperasionalkan sistem pembangkit, maka PLTAL yang sudah dibangun oleh

PT.T-Files dapat diserahkan kepada masyarakat demi keberlangsungan PLTAL di

Nusa Penida.

9. Pendampingan

Pendampingan dalam rangka pengembangan PLTAL dapat dilakukan

dengan cara memonitoring dan mengevaluasi. Penyerahan PLTAL kepada

masyarakat tidak semata-mata melepaskan tugas begitu saja kepada masyarakat,

dibutuhkan monitoring dan evaluasi secara berkala dan sederhana seperti mencatat

setiap perkembangan. Keberlanjutan proyek pengembangan PLTAL sebagai

sebuah showroom energi laut didasarkan atas hasil monitoring dan evaluasi, hal

tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam

56

kerangka desa mandiri energi berjalan baik dan sesuai dengan apa yang

diharapkan.

6.3.5 Pihak Masyarakat

Pihak masyarakat adalah kelompok masyarakat yang ikut serta dalam suatu

aktivitas yang dilakukan berdasarkan swadaya masyarakat. Peran masyarakat

sangat diperlukan untuk mewujudkan kerjasama kemitraan antara lembaga

tertentu baik pemerintah ataupun lembaga swasta dengan masyarakat setempat.

Peran pihak masyarakat dalam skema di atas adalah mengelola PLTAL yang

telah dibangun oleh PT.T-Files supaya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

oleh masyarakat khususnya masyarakat Desa Toyopakeh. Bentuk peran yang

diberikan oleh masyarakat dapat berupa tenaga ataupun materi.

Bentuk tenaga adalah kelompok masyarakat yang bersedia memberikan

tenaganya untuk mengelola, merawat, dan mengembangkan PLTAL. Kelompok

masyarakat yang bersedia tersebut akan dibentuk menjadi tim pengelola PLTAL.

Setelah tim terbentuk maka PT.T-Files melakukan pendidikan dan pelatihan

bagaimana cara mengoperasikan PLTAL dan hal apa saja yang perlu diperhatikan

oleh tim, apabila tim sudah mampu dan siap untuk mengoperasikan PLTAL

sendiri maka PT.T-Files menyerahkan pelaksanaan pengelolaan PLTAL kepada

masyarakat. Tujuan penyerahan tugas dan tanggung jawab tersebut adalah

masyarakat Desa Toyopakeh mampu memenuhi kebutuhan listriknya secara

mandiri.

Bentuk materi adalah masyarakat berkontribusi dalam memberikan dana

untuk biaya pengelolaan PLTAL. Dana yang diberikan dapat berupa iuran

perbulan yang dibayarkan oleh tiap kepala keluarga berdasarkan hasil WTP yang

sudah didapatkan. Setiap rumah di Desa Toyopakeh diberikan surat

pemberitahuan terlebih dahulu bahwa akan diadakan iuran perbulan untuk

pengelolaan PLTAL dan 25 lampu jalan yang sudah terpasang di pinggir pantai.

Surat itu dapat berisikan apakah penghuni tiap rumah setuju untuk membayar

iuran tersebut, apabila setuju maka tiap-tiap rumah akan di data sebagai anggota

iuran. Pembaharuan data anggota iuran dapat dilakukan beberapa bulan sekali, hal

tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah anggota iuran sebelumnya masih

tetap bersedia menjadi anggota iuran ataukah terdapat anggota iuran yang baru.

57

Pembagian surat, pendataan dan penagihan iuran merupakan tugas tim pengelola

PLTAL, namun akan lebih mudah apabila tim pengelola dapat bekerjasama

dengan masing-masing RT di Desa Toyopakeh agar dapat diurus secara terpadu.

Iuran perbulan yang sudah dikumpulkan oleh tiap RT tersebut kemudian

disetorkan kepada tim pengelola. Keseluruhan dana yang sudah terkumpul dari

masyarakat digunakan untuk membayar biaya operasional dan pemeliharaan yang

berkelanjutan, serta biaya lainnya seperti upah tenaga kerja yang mengelola

PLTAL. Sisa dana yang berlebih dapat ditabungkan untuk biaya pengembangan

PLTAL seperti penambahan lampu jalan disekitar pasar dan jalan kendaraan,

penambahan turbin agar menghasilkan tambahan listrik, atau pembelian aki yang

memiliki kapasitas lebih besar supaya daya lisrik yang ditampung lebih banyak.

Pengembangan lain yang bisa dilakukan yaitu ketersediaan listrik dari

PLTAL dapat dijadikan sumber listrik rumah tangga cadangan apabila listrik dari

PLN padam, namun apabila ketersediaan listrik yang dihasilkan oleh PLTAL

sudah mampu menghasilkan daya listrik lebih besar dari PLN di daerah tersebut

maka PLTAL dapat menjadi sumber listrik utama. Disisi lain, pengembangan

PLTAL secara mandiri dapat membantu menjalankan salah satu program

pemerintah dalam memecahkan masalah penyediaan energi yaitu program desa

energi mandiri. Masyarakat menjadi stakeholder primer dalam pengembangan

PLTAL. Pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat diharapkan dapat

menciptakan pembangunan yang didasarkan atas partisipasi aktif masyarakat.

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh dari

adanya penerangan PLTAL adalah mempermudah jukung dan speed boat

bersandar pada malam hari, meningkatkan efektivitas kerja pengikat rumput

laut, memudahkan monitoring kapal yang sedang bersandar, memudahkan

bongkar muat kapal, dan warung buka lebih malam. Manfaat sosial budaya

yang dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh dari penerangan PLTAL

adalah adanya aktivitas sosial di malam hari, mempermudah aktivitas

memancing, dan mempermudah dilakukannya pembuangan abu jenazah saat

malam hari. PLTAL di Nusa Penida saat ini memiliki kemungkinan dampak

lingkungan yang kecil terutama dampak lingkungan terhadap laut karena

bangunan PLTAL tidak berada di atas laut lepas yang membutuhkan konstruksi

penahan di dasar laut.

2. Peluang kesediaan membayar dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan. Berdasarkan distribusi Turnbull estimator, nilai WTP responden

Desa Toyopakeh berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai Rp 10.641,891 per

kepala keluarga per bulan, sedangkan berdasarkan perhitungan Spearmen-

Karber nilai rata-rata WTP sebesar Rp 11.768,293 per kepala keluarga

perbulan.

3. Terdapat lima jenis pihak yang dibagi dalam penelitian ini yaitu pihak peneliti,

pihak perijinan, pihak pemberi dana, pihak pengembang, dan pihak

masyarakat. Masing-masing pihak memiliki peran dalam mengelola dan

mengembangkan PLTAL. Saat ini PLTAL masih dikelola langsung oleh

perusahaan swasta yaitu PT.T-Files, yang merupakan pihak pengembang.

59

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dan pembahasan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pengelolaan PLTAL diperlukan agar manfaat yang dihasilkan dapat terus

dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh secara berkelanjutan. Disamping

itu untuk meningkatkan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat maka

diperlukan penambahan jumlah pemasangan turbin untuk mengoptimalkan

potensi arus laut yang ada, serta menambahkan jumlah lampu jalan di daerah

yang merupakan fasilitas umum untuk memaksimalkan daya listrik yang

dihasilkan. Daerah fasilitas umum tersebut dapat berupa jalan umum dan pasar.

2. Hasil nilai WTP dapat digunakan sebagai dasar besarnya iuran pengelolaan

PLTAL yang dibayarkan oleh kepala keluarga setiap bulannya kepada tim

pengelola.

3. Pengelolaan PLTAL dapat diserahkan kepada masyarakat dengan didampingi

PT.T-Files sebagai pendamping dalam beberapa tahun pertama. Pengelolaan

oleh masyarakat tersebut bertujuan demi keberlangsungan PLTAL dan demi

terbentuknya Desa Mandiri Energi sesuai dengan tujuan pemerintah.

4. Dibutuhkan pembentukan design kelembagaan yang baik untuk pengembangan

PLTAL di Nusa Penida supaya berkelanjutan. Selain itu, dibutuhkan pula

penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya dampak lingkungan

yang akan terjadi apabila dilakukan pembangunan PLTAL dalam skala besar di

Nusa Penida.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi RK. 2011 Sep 19. Kebutuhan listrik tumbuh 5.500 MW per tahun. Kompas

Online [Internet]. [diunduh 2014 Feb 10]. Tersedia pada:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/19/16025971/Kebutuhan

Listrik Tumbuh 5.500 MW Per Tahun.

Administrator. [tahun tidak diketahui]. PT.T-Files Indonesia pioneer

pengembangan PLTAL. Listrik Indonesia [Internet]. [diunduh 2014 Feb 3].

Tersedia pada : http://listrikindonesia.com/pt__tfiles_indonesia_pioneer_

pengembangan_pltal__ 374.htm.

Akhadi M. 2009. Ekologi Energi: Mengenali Dampak Lingkungan dalam

Pemanfaatan Sumber-sumber Energi. Ed ke-1. Yogyakarta(ID) : Graha

Ilmu.

Azis A. 2010. Studi pemanfaatan energi listrik tenaga arus laut di Selat Alas

Kabupaten Lombok, NTB [skripsi]. Surabaya (ID) : Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

Azis MF. 2006. Gerak air di laut. Oseana. 31(4):9-21.

[BBC] British Broadcasting Corporation (GB). 2013 Mar 26. Listrik arus laut

untuk bantu penduduk desa di Bali dan Lombok. BBC [Internet]. [diunduh

2014 Jan 29]. Tersedia pada : http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/

2013/03/130326_iptek_itb_tenagaarus.shtml.

Boehlert GW, Andrew BG. 2010. Environmental and ecological effects of ecean

renewable energy development a current synthesis. Oceanography.

23(2):68-81.

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2014. Kecamatan Nusa Penida dalam angka.

Klungkung (ID) : BPS Kabupaten Klungkung.

Budhiana N. 2012 Feb 18. Proyek listrik miliaran di Nusa Penida terbengkalai.

Antara News. Business.

Budiarta IK. 2014 Jan 21. Listrik Nusa Penida ibarat piala bergiilir. Nusa Penida

Post. Sosial Budaya.

Bupati Klungkung. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 8

Tahun 2008.

[DEN] Dewan Energi Nasional (ID). 2014. Outlook Energi Indonesia.

[DOE] Department of Energy (US). 2009. Report to congress on the potential

environmental effects of marine and hydrokinetic energy technologies.

Erwandi. 2005 Ags 29. Sumber energi arus: alternatif pengganti bbm, ramah

lingkungan, dan tebarukan energi. Kompas [Internet]. Tersedia pada :

http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi? artikel&1125749769&4.

Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.

61

Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam

dan Lingkungan. Bogor (ID) : IPB Pr.

Firdaus AM. 2014. Analisis kebijakan ekonomi pengembangan energi arus laut di

Selat Madura, Provinsi Jawa Timur [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian

Bogor.

Gulo W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID) : Grasindo.

Hadi S, Radjawane IM. 2011. Arus Laut. Bandung (ID) : ITB Pr.

Harjanto NT. 2008. Dampak lingkungan pusat listrik tenaga fosil dan prospek

PLTN sebagai sumber energi listrik nasional. 1(1):39-51.

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID) : IPB Pr.

[KESDM] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ID). 2014. Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09

Tahun 2014. Jakarta (ID) : KESDM.

Lubis S. 2012 Feb 14. Prospek energi arus laut sebagai sumber tenaga listrik di

selat-selat antar pulau sunda kecil, Indonesia. Media Penyaluran Informasi

Sains dan Teknologi [Internet]. [diunduh 2014 Apr 23]. Tersedia pada :

http://harmanatsoroako. com/2012/ 02/14/prospek-energi-arus-laut-sebagai-

sumber-tenaga-listrik/.

Masduki, A et al. 2010. Penelitian potensi energi arus laut sebagai sumber energi

baru terbarukan. Perpustakaan Pusat Penelitian Geoteknologi [Internet].

[diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http://opac.geotek.lipi.go.id/index.

php?p= show_ detail&id=3439.

Noor J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.

Jakarta (ID) : Kencana Prenada Media Group.

Nuriadi L. 2012. Evaluasi pengelolaan terumbu karang di kawasan konservasi laut

daerah Pulau Biawak dan sekitarnya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa

Barat [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Permadi A. 2011. Sistem kelembagaan dan nilai kebersediaan membayar

masyarakat terhadap keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) Cisalamir [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[Pusdatin ESDM] Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.

2010. Indonesia Energy Outlook 2010.

Putri EIK, Ismail A, Wijayanti P, Butenzorgy M, Maresfien N. 2010. Modul

Kuliah Ekonomi Lingkungan. Bogor (ID) : ESL IPB.

[RI] Republik Indonesia. 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-

2025.

[RI] Republik Indonesia. 2006. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.

[RI] Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

62

[RI] Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2007 Tentang Energi.

Rosadi D. 2011. Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R :

Aplikasi untuk Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan. Yogyakarta (ID) :

Andi.

Setiawan A. 2014 Jan 15. Kisah Mita dan rekannya sukses kembangkan

pembangkit listrik arus laut. Detik Finance [Internet]. [diunduh 2014 Jan

29]. Tersedia pada : http://finance.detik.com/read/2014/01/15/142424/

2467748/480/kisah-mita-dan-rekannya-sukses-kembangkan-pembangkit-

listrik-arus-laut.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

(ID) : Alfabeta.

Wahyuni KI. 2012. Eksternalitas positif banjir kanal barat Jakarta sebagai potensi

wisata air [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Wiriyanto B. 2014 Jan 5. Listrik padam, sebelas penerbangan delay. Bali Post

[Internet]. [diunduh 2014 Apr 13]. Tersedia pada : http://balipost.com/read/

headline/2014/01/05/564/listrik-padam-sebelas-penerbangan-delay.html.

Woro SL. 2011. Analisis kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga di

Kabupaten Buleleng menggunakan model regresi logistik [tesis]. Denpasar

(ID) : Universitas Udayana.

Yuningsih Ai, Achmad M. 2011. Potensi energi arus laut untuk pembangkit

tenaga listrik di kawasan pesisir Flores, NTT. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Kelauan Tropis. 3(1):13-25.

LAMPIRAN

64

65

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 41 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 41 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 41 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak mau membayar 0

mau membayar 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

pilihan

Percentage Correct

tidak mau membayar mau membayar

Step 0 pilihan tidak mau membayar 0 9 .0

mau membayar 0 32 100.0

Overall Percentage 75.6

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.131 .364 9.679 1 .002 3.100

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

Step 0 Variables pendapatan 6.601 1 .010

tanggungan .217 1 .641

pendidikan 8.598 1 .003

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Lampiran 1 Hasil Output SPSS

66

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.268 3 .002

Block 15.268 3 .002

Model 15.268 3 .002

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 30.286a .311 .463

a. Estimation terminated at iteration number 7 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 7.496 8 .484

Classification Tablea

Observed

Predicted

pilihan Percentage

Correct tidak mau membayar mau membayar

Step 1 pilihan tidak mau membayar 6 4 60.0

mau membayar 3 28 90.3

Overall Percentage 82.9

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a pendapatan .000 .000 2.731 1 .098 1.000

tanggungan -.115 .324 .127 1 .722 .891

pendidikan .255 .143 3.182 1 .074 1.291

Constant -1.920 1.455 1.742 1 .187 .147

a. Variable(s) entered on step 1: pendapatan, tanggungan, pendidikan.

67

Variance

( ) ∑

∑∑

( ) ∑

( )

Standard eror = √

Selang kepercayaan 95% , maka lower bound WTP 9.268,293 ± 1.96 (700,815)

Jadi, nilai rataan WTP berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai Rp 10.641,891

Lampiran 2 Penghitungan WTP

68

PLTAL menggunakan daya untuk penerangan jalan yang sudah terpasang saat ini

sebesar 2 kW. Penerangan jalan menyala selama 11 jam perhari. Kapasitas

maksimum daya listrik yang dapat dihasilkan oleh PLTAL sebesar 10 kW.

Berdasarkan Permen ESDM No 09 Tahun 2014 menetapkan bahwa tarif golongan

P-3/TR yaitu untuk keperluan penerangan jalan sebesar Rp 997/kWh.

Biaya beban listrik PLTAL dengan 2 kW

(11 jam x 30 hari) x 2 kW x Rp 997 kWh = Rp 658.020 per bulan

Biaya bebn listrik PLTAL apabila kapasitas maksimum digunakan

(11 jam x 30 hari) x 10 kW x Rp 997 kWh = Rp 3.290.100 per bulan

Desa Nusa Penida memiliki 200 Kepala Keluarga, apabila biaya pengelolaan

PLTAL dikenakan per Kepala Keluarga maka :

Berdasarkan PLTAL 2 kW

= Rp 3.290/KK/bln ~ Rp 5.000/KK/bln

Berdasarkan PLTAL 10 kW

= Rp 16.451/KK/bln ~ Rp 20.000/KK/bln

Lampiran 3 Penghitungan Pendekatan Harga Tarif

69

No Pilihan Pendapatan

(Rp)

Tanggungan

(orang)

Pendidikan

(tahun)

1 1 500,000 4 9

2 1 1,000,000 3 12

3 0 500,000 3 9

4 1 1,500,000 1 12

5 1 1,500,000 3 12

6 1 1,500,000 5 9

7 1 2,500,000 1 12

8 1 600,000 2 6

9 1 1,500,000 0 12

10 1 2,300,000 1 5

11 1 3,000,000 1 6

12 1 500,000 3 12

13 1 800,000 5 12

14 1 1,000,000 4 15

15 1 700,000 5 6

16 1 500,000 5 12

17 1 1,500,000 2 6

18 1 600,000 5 12

19 1 600,000 3 12

20 1 1,500,000 2 9

21 1 900,000 4 6

22 1 3,000,000 2 12

23 1 150,000 4 6

24 1 2,500,000 6 12

25 1 1,500,000 5 6

26 0 500,000 2 0

27 1 1,000,000 2 3

28 0 150,000 2 2

29 0 500,000 6 3

30 0 500,000 3 0

31 0 1,000,000 3 6

32 0 500,000 2 6

33 0 500,000 3 9

34 0 200,000 4 4

35 1 500,000 3 4

36 1 500,000 3 3

37 1 900,000 0 5

38 1 700,000 3 12

39 1 300,000 0 5

40 1 300,000 4 3

41 0 200,000 4 6

Lampiran 4 Data Responden

70

Pemukiman masyarakat Warung-warung

Dermaga Toyopakeh Bangunan penahan gelombang

Quicksilver dan jukung-jukung

Penjemuran rumput laut

Speedboat – Transportasi penyebrangan

Lampiran 5 Data Dokumentasi

71

Upacara sebelum pembangunan PLTAL Pemasangan turbin

Panel PLTAL Bangunan PLTAL

Lampu jalan PLTAL yang terpasang disepanjang tepi pantai

Lampu PLTAL

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bontang, 4 Agustus 1992 dari Bapak Subhan Perkasa

Sumadilaga dan Ibu Eti Rochati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 14 Bandung dan pada tahun yang

sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, pada tahun 2010 penulis aktif di Organisasi

Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung (OMDA PAMAUNG) dan

menjadi pengurus pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2010 penulis juga mulai

aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF) hingga saat

ini, menjadi Kepala Departemen Kewirausahaan pada masa kepengurusan 2012-

2013 dan Kepala Bidang Eksternal pada masa kepengurusan 2013-2014. Penulis

juga aktif di Himpunan Profesi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan yaitu Resource and Environmental Economics Student Association

(REESA) sebagai anggota Divisi Enterpreneurship (E-Ship) pada kepengurusan

2011-2012 dan menjadi Badan Pengawas Reesa pada kepengurusan 2012-2013.