estetika islam dalam lukisan affandi koesoema...estetika islam dalam lukisan affandi koesoema...

82
ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Nur Amalia Dini Priatmi NIM: 1113033100044 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M./ 1440 H.

Upload: others

Post on 02-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI

KOESOEMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Nur Amalia Dini Priatmi

NIM: 1113033100044

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M./ 1440 H.

Page 2: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

Scanned by CamScanner

Page 3: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

Scanned by CamScanner

Page 4: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

Scanned by CamScanner

Page 5: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

i

Abstrak

Affandi Koesoema merupakan maestro pelukis dari Indonesia. Dengan

gaya lukisannya yang ekspresionis, membuat lukisan Affandi Koeseoma cukup

diminati oleh kalangan kolektor. Dengan teknik pelototan atau melukis dengan

jari-jarinya, lukisan ekspresionis Affandi sarat akan makna estetiknya.

Sebagaimana yang ada dalam lukisan Ayam Tarung, Ka’bah, maupun dalam

lukisan Potret Diri.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menganalisis secara

deskritptif tentang estetika pada lukisan-lukisan Affandi Koeseoma. Meskipun

sumber utama penelitian ini adalah lukisan-lukisan Affandi Koeseoma, namun

dalam mendeskripsikannya penulis menggunakan data-data dokumenter seperti

buku-buku estetika maupun deskripsi tentang lukisan Affandi Koesoema.

Penelitian ini menemukan bahwa lukisan Affandi sarat akan nilai

religiusitas lukisan dalam lukisan yang berjudul Ka’bah. Dengan pilihan warna

cerah cenderung identik dengan estetika Islam yang menggambarkan cahaya,

kecerahan dan kebahagiaan. Selain itu, lukisan Affandi Koesoema juga sarat akan

nilai humanis dan idealis, sebab hampir semua lukisan Affandi Koesoema

mengambil objek aktifitas sehari-hari. Adapun makna estetika yang tersirat dalam

lukisan Affandi Koesoema merupakan kritik terhadap realita sosial dimana

menggambarkan masih banyaknya kesedihan dan kesusahan maupun perilaku

buruk yang dilakukan oleh manusia.

Kata Kunci: Affandi Koesoema, Lukisan, Estetika

Page 6: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia Nya,

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Estetika Isalam yang

Terdapat Dalam Lukisan Karya Affandi Koesoema ini untuk memenuhi salah satu

syarat kelulusan studi serta dalam rangka memperoleh gelar sarjana pendidikan strata

satu pada program studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negri Syraif Hidayatullah Jakarta.

Penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta

Priatmojo dan Ibunda tersayang Fatchurochmi yang telah mencurahkan segenap cinta

dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat, kesehatan dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik

yang telah diberikan kepada penulis, serta terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku pembimbing akademik.

2. Drs. Fakhruddin, MA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan

menasihati dengan setulus hati dalam memberikan masukan serta arahan yang

baik kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau

skripsi ini.

3. Dra. Tien Rohmatin, MA., Selaku ketua jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.

4. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., Selaku sekertaris jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya, yang tak bisa penulis sebut namanya satu persatu. Semoga ilmu

yang telah diajarkan kepada penulis dapat diamalkan dan semoga kelak

mendapat balasan dari Allah.

Page 7: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

Scanned by CamScanner

Page 8: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 6

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 7

E. Metode Penelitian .................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 10

BAB II ESTETIKA DAN LUKISAN ............................................................... 11

A. Estetika ................................................................................................... 11

1. Pengertian Estetika ........................................................................... 11

2. Unsur-Unsur Estetika ....................................................................... 16

3. Estetika Islam ................................................................................... 18

B. Lukisan ................................................................................................... 22

1. Pengertian Lukisan ........................................................................... 22

2. Aliran-Aliran dalam Lukisan ........................................................... 24

BAB III BIOGRAFI AFFANDI KOESOEMA ............................................... 28

A. Riwayat Hidup ....................................................................................... 28

B. Perkembangan Gaya Lukisan Affandi ................................................... 34

C. Karya-Karya Affandi ............................................................................. 37

BAB IV ANALISIS NILAI ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN

AFFANDI KOESEOMA ................................................................................... 44

A. Estetika Religius dalam Lukisan Ka’bah ................................................ 44

B. Humanisme dalam Lukisan Affandi ...................................................... 50

C. Estetika Idealisme .................................................................................. 58

D. Kritik Sosial Affandi melalui Lukisan ................................................... 62

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 70

A. Kesimpulan ............................................................................................ 70

B. Kritik dan Saran ..................................................................................... 71

Daftar Pustaka .................................................................................................... 72

Page 9: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanyaan yang sering kita dengar mengenai keindahan adalah apakah

yang dimaksud dengan keindahan ? Apakah yang indah itu harus selalu

menampilkan yang cantik, menyenangkan, menyejukan dan memberi

ketentraman serta kenyamanan dalam kebahagiaan bathin? Apakah kehadiran

keindahan dalam karya seni, sebuah jaminan bahwa karya tersebut berkualitas

dan memiliki nilai? Di sisi lain terdapat satu pemahaman yang sama tentang

keindahan yang sama nilainya bagi semua orang. Salah satu contohnya dalam

lukisan. Ini disebabkan lukisan bukan saja mengandung atau memunculkan

nilai intrinsik keindahan, tetapi bagaimana nilai ekstrinsik dalam keindahan

dikelolah sebagai komunikasi.

Perumusan, perdebatan dan pertentangan mengenai indah dan kurang

indah, merupakan perdebatan yang sudah terjadi sejak zaman Yunani Kuno.

Plato sendiri menyebut keindahan sebagai ide kebaikan, yang memunculkan

tentang watak yang indah dan hukum yang indah. Aristoteles menyebutkan

keindahan sebagai, selain baik juga menyenangkan.1 Akan tetapi, di luar

perdebatan soal keindahan, terdapat perdebatan mengenai diperbolehkan atau

dilarangnya sebuah karya seni, terutama lukisan. Dalam pemikiran Islam,

perdebatan keindahan dalam lukisan cukup meruncing semenjak adanya klaim

dari Ettinghausen mengenai kematian lukisan Arab seabgai dampak pemikiran

1 Bagoes P. Wiryomartono, Pijar Menyingkap Rasa: Sebuah Wacana Seni dan

Keindahan, (Jakarta: Gramedia, 2001), h. vii.

Page 10: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

2

al-Ghazālī.2 Namun klaim tersebut dianggap terburu-buru, sebab banyak faktor

yang menjadikan kemandekan seni lukis dalam Islam.

Pada intinya perdebatan mengenai keindahan dalam lukisan mengarah

pada dua hal. Pertama bagaimana perspektif seseorang dalam memahami

keindahan dalam lukisan. Kedua adalah apakah terdapat lukisan-lukisan yang

sarat akan nilai Islamnya. Untuk menjawab kedua pertanyaan di atas, maka

diperlukan penelitian secara akademis dalam kajian estetika dan keislaman.

Oleh karena itu, perlu mengambil objek lukisan untuk diteliti sisi estetikanya

sekaligus menguraikan nilai-nilai keislaman dalam sebuah lukisan.

Salah satu pelukis yang bisa dijadikan objek penelitian dalam kajian

estetika adalah lukisan-lukisan karya Affandi Koesoema. Affandi Koeseoma

merupakan maestro pelukis asal Indonesia yang terkenal hingga mancanegara.

Gaya lukisannya yang ekspresionis tampil beda dengan pelukis lain yang se-

zamannya. Lebih dari 2000an lukisan yang dibuatnya, baik di pamerkan di

Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi, dibalik pencapaiannya yang

sangat tinggi, terdapat masalah utama, yakni Affandi tidak pernah merasa puas

mendapat sanjungan atas lukisan yang dibuatnya. Persoalan ini berakar pada

pernyaataan Affandi tentang pesan yang tidak dipahami baik oleh para

penikmat lukisannya.3

Untuk memahami lukisan-lukisan Affandi, dibutuhkan perspektif

estetika. Estetika merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan.

Kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan, dan perlawanan adalah

2 Oliver Leaman, Estetika Islam, h. 60.

3 Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, (Bandung: Nuansa, 2008), h. 45.

Page 11: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

3

kwalitas dalam suatu benda yang biasa dijadikan ukuran dari keindahan.

Estetika secara sederhana berarti keindahan. estetika merupakan pemikiran

filsafat dalam persoalan keindahan seni dan alam.4

Estetika sebagai suatu ilmu normatif sebanding dengan etika dan lebih

berpengaruh daripada logika. Dalam menilai segala sesuatu kadang manusia

tidak menilai dari segi baiknya atau benarnya, tetapi dari segi bagusnya.

Seperti seorang wanita yang membeli gaun indah yang berharga mahal, ia tidak

mempertimangkan sisi baik atau buruknya pakaian itu, atau

membertimbangkan apakah menggunakan pakaian tersebut adalah tindakan

yang benar atau salah. Dari sini dapat diketahui bahwa peran estetika sangat

penting sekali dalam kehidupan manusia. Bahkan bagaimana profil dan citra

diri kita dilihat dari kerapihan dan sisi estetis dari segi penampilan kita.

sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dalam beberapa hal

mengedepankan sisi estetisnya, bukan sisi etik atau logis dalam menilai

sesuatu.5

Perasaan akan keindahan diekspresikan oleh manusia dalam bentuk

seni, sebab manifestasi dan rasa kekaguman manusia pada keindahan

tercerminkan kedalam bentuk seni. Hasrat manusia pada keindahan,

mendorong manusia untuk meniru dalam bentuk karya seni. Bahkan sejak

zaman dahulu ingin menciptakan sesuatu yang indah dan bernilai.6

4 Jacob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung, Penerbit ITB, 2000), h. 20.

5 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori

Pengetahuan Metafisika, Teori Nilai, Jilid IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) h. 549 6 Michael hauskeller, Seni- Apa itu?,(Yogyakarta: Kanisius, 2015), h. 13

Page 12: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

4

Dibalik sesuatu yang indah, tersimpan pemikiran tentang indah yang

tidak hanya secara indrawi. Dalam pengertian indah yang inderawi tertuju pada

benda yang terserap melalui penglihatan, yaitu berupa bentuk dan warna. Akan

tetapi, dalam menguraikan makna keindahan yang sesungguhnya atau yang

murni akan berusaha mengungkapkan pengalaman estetis dari seseorang dalam

keterkaitannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Upaya refleksi kritis

terhadap pemikiran tentang keindahan tersebut harus didasari pada karya seni

sebagai proses kreasi seniman, gagasan atau ide si seniman dikomunikasikan

pada hasil karyanya.7

Selain persoalan gagasan atau ide, dalam estetika juga memuat

persoalan pengalaman spiritual seseorang. Hasil karya seni seseorang tidak

melulu hasil pengalaman inderawi semata, akan tetapi juga terdapat

pengalaman spiritual dari seniman yang tertuang dari hasil karya-karyanya.

Bahan ini disebut juga dengan “living spirit”. Dalam kajian lukisan disebut

sebagai pengaruh mistis dan menjadi simbolis, terutama dalam lukisan-lukisan

surealis.8

Konsepsi tentang pengalama spritual yang dirasakan seniman dan

tertuang dalam karya-karyanya secara umum dipertegas oleh pemikiran Islam.

Sebagaimana estetika Islam berupaya mengungkap kualitas spiritual yang tidak

hanya tertera dalam objeknya. Akan tetapi lebih mendalam seperti makna serta

pengalam spiritualitas atas seni Islam tersebut.9 Ismail Raji Al-Faruqi

7 Darsono Sony Kartika dan Nanang Ganda, Pengatar Estetika, (Bandung; Rekayasa

Sains, 2004), h. 6. 8 Abdul Hadi WM, Hermeneutika, Estetika, Religiusitas, (Jakarta: Sadra Pres, 2016),

h. 137. 9 Oliver Leaman, Estetika Islam, (Bandung: Mizan, 2004), h. 42.

Page 13: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

5

mengatakan bahwa seni Islam ekspresi estetis seni yang tak terbatas pada jenis

desain daun tertentu yang disempurnakan umat Islam. Seni Islam juga bukan

semata mata pola dua dimensi abstrak, akan tetapi entitas struktural selaras

dengan prinsip estetis ideologi Islam. Dengan merenungkan pola tak terbatas

ini, benak orang yang mempersepsinya dialihkan ke Tuhan, dan senipun

memperkuat keyakinan religius. Jadi, seni Islam mempunyai tujuan mengajar

dan memperkuat persepsi tentang transendensi Tuhan dalam diri manusia.10

Selain itu, estetika Islam juga dibahas oleh Seyyed Hosein Nasr. Nasr

menjelaskan bahwa seni Islam adalah seni yang memiliki unsur spiritual, baik

secara ma’nawi maupun didapatkan berdasarkan pengalam spiritual. Kemudian

menjadi pandangan yang menggambarkan keagungan Tuhan dan menyadarkan

manusia untuk kembali pada Tuhannya.11

Dengan kata lain, estetika Islam

merupakan seni yang menggambarkan persoalan ketauhidan atau persoalan

ketuhanan.

Secara praksis, Abdul Hadi WM memberikan ciri-ciri lukisan Islami

seperti memiliki citra sejarah, tidak membutuhkan perspektif karena lukisan

dipandang dari jarak jauh ataupun dekat akan menghasilkan makna yang sama

saja. Lukisan Islam menolak kegelapan, lukisan Islam merupakan ekspresi

tunggal berupa cinta atau memiliki nilai sufistik. Lukisan Islam merupakan

ilustrasi teks atau wacana atas firman Tuhan.12

10

Ismail Raji al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, (Bandung: Mizan, 2002), h. 198. 11

Seyyed Hosein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutedjo, (Bandung: Mizan,

1994), h. 13. 12

Abdul Hadi WM, Hermeneutika, h. 231-238.

Page 14: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

6

Dari gagasan estetika sebagai teori dalam rangka menguraikan jawaban

mengenai keindahan sangat tepat untuk meneliti lukisan-lukisan Affandi

Koesoema. Dengan genre ekspresionisnya tidak mudah memahami maksud

dan makna dalam setiap lukisan-lukisannya. Namun beberapa penjelasan Ajip

Rosidi dalam buku-bukunya tentang Affandi menegaskan adanya buah

pemikiran dalam setiap lukisan Affandi. Dengan kata lain lukisan Affandi

memiliki nilai-nilai estetika. Selain itu, perlu dianalisa juga mengenai konsep

estetika Islam dalam lukisan Affandi dalam rangka membuktikan estetika

Islam dalam lukisan masih ada. Atas dasar ini penulis tertarik untuk meneliti

“Estetika Islam dalam Lukisan Affandi Koeseoma”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada estetika Islam yang terdapat dalam lukisan

Affandi Koesoema. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai estetika Islam yang terdapat dalam lukisan Affandi

Koesoema?

2. Apa saja Indikator estetika Islam dalam Lukisan Affandi Koesoema?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan nilai-nilai estetika Islam pada lukisan-lukisan Affandi,

2. Melacak pemikiran estetika pada lukisan-lukisan Affandi Koesoema,

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai tambahan wawasan serta ilmu pengetahuan terkait keindahan

dalam lukisan-lukisan Affandi Koesoema.

Page 15: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

7

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar akademik Sarjana

Agama (S.Ag) pada Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terkait atau berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama Skripsi berjudul “Musik Sufistik Perspektif Seyyed Hossein

Nasr” ditulis oleh Agung Hidayat, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Penelitian tersebut

terfokus pada masalah musik, namun musik juga bagian dari estetika, sehingga

secara umum membahas estetika Islam. Hasil penelitiannya adalah musik

merupakan tingkatan spiritual dalam Islam. Persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penelitian sebelumnya

menggunakan estetika. Perbedaannya adalah penulis menggunakan seni

sebagai sub teori dari estetika dan lukisan sebagai objek penelitiannya.

Kedua skripsi yang ditulis oleh Dian Permatasari “Kaligrafi Dalam

Estetika Islam Menurut Isma’il Raji Al-Faruqi”. Dalam skripsi ini Dian hanya

menjelaskan pendapat Isma’il Raji Al-Faruqi tentang kaligrafi dalam estetika

islam. Untuk mengetahui kaligrafi dalam estetika islam dalam pandangan

Isma’il Raji Al-Faruqi.

Page 16: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

8

Dari dua skripsi di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian

tentang estetika dalam seni yang mengambil objek lukisan. Dengan demikian

penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian baru dan original.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode serta langkah-langkah

penelitian. Berikut rinciannya:

1. Pendekatan

Pendekatan metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

pendeketan kualitatif, yaitu penelitian dengan mendeksripsikan apa adanya

dengan teori yang ada.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian terdiri dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber

sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini adalah lukisan-lukisan Affandi

Koesoema yang terdapat dalam buku 100 Tahun Affandi yang berisi kumpulan-

kumpulan lukisan Affandi. Selain itu lukisan juga diambil dari Museum

Affandi di Yogyakarta. Diambil sebagai dokumentasi pribadi untuk bahan

penelitian. Di antaranya adalah lukisan yang berjudul Potret Diri, Ayam

Tarung, Keluarga, dan Ka’bah.

Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku terkait Affandi Koesoema

seperti Affandi: Hari Sudah Tinggi, 100 Tahun Affandi, The Histori of Affandi.

Selain itu penulis mengambil dari buku-buku seni dan estetika seperti Estetika;

Fisafat Keindahan, Estetika, Estetika Islam, dan sebagainya.

Page 17: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

9

3. Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, pengumpulan data diambil dari data-data

perpustakaan (library research) yaitu data – data yang diperlukan, baik

primer maupun sekunder dieksplorasi dari kepustakaan.13

4. Pengolahan Data

Setelah data – data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya

penulis menentukan metode deskriptif dan analisis. Dalam metode deskriptif

penulis akan menjelaskan gambaran yang jelas mengenai permasalahan

yang terkait dengan skripsi ini agar mampu dipahami. Sementara dalam

metode analisis dipakai oleh penulis untuk menyusun skripsi ini dalam

bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan.

Metode analisis juga dipakai oleh penulis dalam pemilihan lukisan-

lukisan yang hendak dimasukkan kedalam bab pembahasanya yakni

Eksistensi Estetika Islam yang terdapat dalam lukisan – lukisan Affandi.

Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh data primer dan sekunder.

5. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Akademik

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2014. Adapun

transliterasi mengacu pada Jurnal HIPIUS yang diterbitkan HIPIUS,

Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13

Abuddin Nata, Metode Studi Islam, (Jakarta : Raja Grafid Persada, 2010), h. 125.

Page 18: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

10

G. Sistematika Penulisan

Agar lebih tersusunnya penelitian ini maka perlu adanya

sistematika penulisan. Dalam penyusunan inidi bagi menjadi beberapa bab

di antaranya adalah :

BAB I Membahas tentang latar belakang masalah yang didalamnya

memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting

serta memuat alasan pemilihan masalah teresebut sebagai judul. Bab ini

juga berisi rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan

untuk mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan,

tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode, dan sistematika penulisan.

BAB II Membahas tentang biografi Affandi Koesoema, mencakup

riwayat hidup, perkembangan lukisan dan karya-karya Affandi Koesoema.

BAB III Membahas tinjauan umum teori estetika. Di dalamnya

memuat pembahasan mengenai pengertian estetika secara umum, ruang

lingkup, aliran-aliran estetika, dan estetika Islam. Bab ini menjadi acuan

teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV Merupakan hasil penelitian. Di dalamnya membahas

lukisan-lukisan Affandi Koesoema dengan perpeptif estetika Islam.

Adapun hasilnya mengelompokkan lukisan Affandi menjadi tiga bagian,

yaitu nilai estetik berkaitan dengan Ketuhanan, Kehidupan dan

Kemanusiaan (humanis).

BAB V Merupakan bab akhir dalam penelitian yang berisi

kesimpulan dan kritik-saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari

Page 19: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

11

rumusan masalah yang telah dibuat, sedangkan kritik-saran merupakan

upaya

mengkritisi penelitian sekaligus memberikan saran bagi peneliti

selanjutnya.

Page 20: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

11

BAB II

ESTETIKA DAN LUKISAN

A. Estetika

1. Pengertian Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan.

Kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan, dan perlawanan adalah

kwalitas dalam suatu benda yang biasa dijadikan ukuran dari keindahan.

Estetika secara sederhana berarti keindahan. estetika merupakan pemikiran

filsafat dalam persoalan keindahan seni dan alam.1

Estetika sendiri merupakan cabang dari filsafat Akiologi. Aksiologi

adalah filsafat yang membahas mengenai nilai-nilai, entah itu nilai kebaikan,

nilai keindahan, nilai kebenaran, dan nilai apapun. Nilai adalah ukuran derajad

tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati dalam

berbagai objek yang bersifat fisik maupun abstrak. Nilai dapat diartikan

sebagai esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar

normatif.

Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa

Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang bersumber dari istilah

“aishte” yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai

susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut

mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung

keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal

1 Jacob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung, Penerbit ITB, 2000), h. 20.

Page 21: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

12

tersebut dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut hal perasaan seseorang,

dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah.2

Estetika juga kerap disebut dengan filsafat seni. Filsafat seni

merupakan salah satu cabang dari rumpun estetik filsafati yang khusus

menelaah tentang seni. Lucius Garvin berpendapat filsafat seni adalah cabang

filsafat yang berhubungan dengan teori tentang penciptaan seni, pengalaman

seni dan kritik seni. Joseph Brennan merumuskan : „penelaahan mengenai

asasasas umum dari penciptaan dan penghargaan seni.3

Kajian mengenai keindahan, sebenarnya telah lama didiskusikan oleh

para filsuf Yunani kuno. Bagi Plato, Keindahan adalah gambaran dari alam

idea yang abstrak, keindahan menyebabkan orang merindukan kebenaran

abadi dari dunia idea,4 karena pada setiap benda-benda empiris (materi) yang

indah, maka keindahan tersebut mampu membangun rasa cinta. Tanpa

keindahan, maka hidup manusia akan berjalan biasa-biasa saja, karena

keindahan tersebutlah yang membuat hidup kita berwarna dan merangsang

daya tarik diri kita pada sesuatu, entah manusia atau benda. Plato

menjelaskan, bahwa asal-usul keindahan di dunia ini adalah berasal dari

pantulan keindahan murni dari alam idea, keindahan di alam materi ini begitu

lemah dan tidak abadi.

Menurut Aristoteles estetika merupakan keindahan yang menyangkut

keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini,

menurut Aristoteles, berlaku untuk benda-benda alam ataupun untuk karya

2 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedi, 2002), h. 345.

3 The Liang Gie, Garis-Garis Besar Estetik, (Yogyakarta: Penerbit Karya, 1983), h.

59. 4 Matius Ali, Pengantar Estetika, (Yogyakarta: Sanggar Luxor, 2011), h. 15.

Page 22: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

13

seni buatan manusia. Karya seni yang dibicarakan Aristoteles terutama karya

sastra dan drama. Sedangkan menurut Immanuel Kant definisi dari estetika

adalah estetika tidak berkaitan dengan bendanya, melainkan kesenangan yang

dirasakan ketika melihat benda itu. Disitu tidak terdapat karakteristik yang

objektif yang disebut keindahan sebagai karya yang berhasil, dan tidak ada

konsep mental yang membuat keindahan dapat diketahui, tetapi hanya semata

mata persaan senang melihat sesuatu, misalnya karya seni, dan perasaan ini

dapat dikomunikasikan secara universal, tidak secara pribadi.5

Estetika sebagai suatu ilmu normatif sebanding dengan etika dan lebih

berpengaruh daripada logika. menurut Sidi Gazalba, nilai keindahan dalam

estetika, sebanding dengan nilai kebaikan dalam etika. Sebab dalam menilai

segala sesuatu kadang manusia tidak menilai dari segi baiknya atau benarnya,

tetapi dari segi bagusnya. Seperti seorang wanita yang membeli gaun indah

yang berharga mahal, ia tidak mempertimangkan sisi baik atau buruknya

pakaian itu, atau membertimbangkan apakah menggunakan pakaian tersebut

adalah tindakan yang benar atau salah. Atau dalam contoh lain, ketika

seseorang membeli makanan kemasan, pasti orang itu mempertimbangakn

bentuk dari kemasan tersebut, apakah bagus atau ada cacatnya. Orang

tersebut tidak melihat dari sisi baik-buruk atau benar-salah. Dari sini dapat

diketahui bahwa peran estetika sangat penting sekali dalam kehidupan

manusia. Bahkan bagaimana profil dan citra diri kita dilihat dari kerapihan

dan sisi estetis dari segi penampilan kita. sehingga dapat disimpulkan bahwa

5 Matius Ali, Estetika: Pengantar Filsafat Seni, (Tanpa Tempat: Sanggar Luxor,

2011), h. 24

Page 23: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

14

seseorang dalam beberapa hal mengedepankan sisi estetisnya, bukan sisi etik

atau logis dalam menilai sesuatu.6

Perasaan akan keindahan diekspresikan oleh manusia dalam bentuk

seni, sebab manifestasi dan rasa kekaguman manusia pada keindahan

tercerminkan kedalam bentuk seni. Hasrat manusia pada keindahan,

mendorong manusia untuk meniru dalam bentuk karya seni. Sejak manusia

mulai menggunakan alat-alat, diera Megalitik, manusia sudah mengenal apa

itu seni dan berusaha meniru keindahan alam. Lukisan-lukisan gua, pahatan

batu seperti peti kubur, dolmen, menhir, patung-patung, dan juga alat-alat dari

batu seperti pisau batu, kapak, dan perhiasan merupakan hasil karya tangan

manusia yang menjadi bukti bahwa manusia sejak zaman dahulu ingin

menciptakan sesuatu yang indah dan bernilai.7

Nilai itu sifatnya subjektif, yaitu berupa tanggapan individu terhadap

sesuatu yang berdasarlkan pengetahuan dan pengalamannya. Penilaian atau

tanggapan seseorang terhadap sebuah benda seni yang akan membakitkan

kualitas seni itu. Tentu saja berdasarkan pengetahuan orang yang menilai

sebuah karya seni atau sebuah benda seni. Jadi penilaian bisa disebut sebagai

penelaahan atau suatu pengalaman subjektif manusia. Karya seni juga dalam

ruang lingkup nilai tersebut. Sebagai hasil ciptaan manusia, Seni mempunyai

nilai-nilai tertentu untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sekiranya

tidak memiliki nilai-nilai itukarya seni takkan diciptakan manusia dan seni

6 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori

Pengetahuan Metafisika, Teori Nilai, Jilid IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) h. 549 7 Michael hauskeller, Seni- Apa itu?,(Yogyakarta: Kanisius, 2015), h. 13

Page 24: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

15

tidak mungkin berkembang sejak dulu sampai mencapai kedudukannya

dewasa ini yang demikian universal dan tinggi.8

Ketika manusia sudah mengenal agama dan juga ritual penyembahan

pada roh nenek moyang dan alam, seni berkembang atas dorongan hasrat

spiritual tersebut. contoh jelasnya adalah peradaban di India dan Mesir.

Hasrat untuk menyembah para dewa, mendorong mereka untuk bertindak

demi menyenangkan hati para dewa tersebut. Mereka memuja Dewa dengan

mantera dan hymne sehingga lahirlah musik dan puisi. Mereka ingin

merealisasikan sosok Dewa, maka mereka menciptakan patung dewa dan

dihias dengan sosok yang agung, sehingga lahirlah seni pahat dan patung.

Patung-patung Dewa tersebut merupakan benda sakral, sehingga patung

tersebut harus diperlakukan secara khusus, maka dibuatlah bangunan megah

khusus untuk patung Dewa dan para pemuja dewa tersebut, maka lahirla seni

arsitektur.

Dapat disimpulkan kesenian dengan estetika tidak dapat dipisahkan.

Sebab keduanya saling memiliki keterkaitan. Tetapi tidak berarti estetika

adalah seni, sebab estetika lebih luas ketimbang seni. Setiap keindahan dapat

kita rasakan pada benda-benda selain benda seni, seperti keindahan alam,

ketampanan atau kecantikan manusia, keindahan suatu ruangan yang tertata

rapih. Setiap tempat pasti mempunyai nilai estetik (entah rendah atau tinggi)

namun tidak semua yang memiliki nilai estetik tersebut adalah benda-benda

8 Mudji Sutrisno & Crist Verhaak, Estetika: Filsafat Keindahan,(Yogyakarta:

Kanisius: 1993), h. 16.

Page 25: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

16

seni. Namun benda seni pasti adalah hasil dari refleksi manusia atas dasar

rasa estetik tersebut.9

2. Unsur Estetika

Manusia selain dikenal sebagai manusia yang berekonomi, manusia

yang berbudaya, atau manusia yang berpolitik, juga dikenal dengan manusia

yang memiliki cita rasa seni. Sudah menjadi kodrat bagi manusia, dimana

mereka dapat menikmati dan menghayati segala bentuk-bentuk keindahan

manusia. Dalam menikmati suatu keindahan, estetika dibagi dalam dua unsur,

yaitu: pengalaman artistik dan pengalaman estetik.

Pengalaman artistik adalah pengalaman seni yang terjadi dalam proses

penciptaan karya seni. Pengalaman ini dirasakan oleh seniman atau pencipta

seni pada saat melakukan aktifitas artistik. Sedangkan pengalaman estetik

adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya estetik

(keindahan). Konteksnya bisa ditujukan untuk penikmat karya seni dan

keindahan alam.

Pengalaman estetik terhadap benda seni dan alam adalah dua

pengalaman yang berbeda tanggapan estetiknya. Kant dan beberapa filsuf lain

menandaskan bahwa pengalaman estetik bersifat tanpa pamrih, manusia tidak

mencari keuntungan, tidak terdorong pertimbangan praktis.

Pengalaman estetik terhadap alam dan karya seni merupakan dua

pengalaman yang berbeda tanggapan estetiknya, karena keindahan alam dan

karya seni memiliki karakteristik yang tidak sama. Pengalaman religius dalam

beberapa gejala menampakkan diri sebagai (mirip dengan) pengalaman

9 Tan Liang Gie, Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan), ( Yogyakarta: Penerbit

Karya, 1976) h. 24.

Page 26: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

17

estetis, tetapi terdapat perbedaan yang terletak pada suatu dorongan atau

dinamisme yang termuat dalam pengalaman religius yaitu ke arah yang

transenden.10

Berkesenian juga berarti berkebudayaan, artinya seseorang menikmati

segala sesuatunya bukan mendasarkan pada sisi fungsionalis semata, akan

tetapi terdapat nilai keindahan sebagai tolak ukurnya. Seperti seseorang

memakai pakaian. Pakaian yang dipilih tentu bukan hanya sebatas sarana

untuk menutup badan dengan kain, akan tetapi pemilihan model

menunjukkan kecenderungan seni yang tinggi. Dengan seni seseorang lebih

bebas mengekspresikan dirinya. Oleh karena itu, apa yang ada dalam diri

menunjukkan pada hal-hal keindahan. Dengan demikian berkesenian

merupakan bagian dari proses kebudayaan.11

Kebudayaan sendiri tercipta karena kebiasaan sehari-hari yang

dilakukan oleh masyarakat setempat. Nilai-nilai kebudayaan yang terlahir itu

menciptakan keindahan tersendiri yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal

inilah yang menjadi daya tarik oleh masyarakat luar. Keindahan tidak terlepas

dari kebudayaan dan masyarakat, Menurut Hope M. Smith, kebudayaan

merupakan penentu corak, typical, gaya hidup suatu kelompok masyarakat

sebagai pendukung kebudayaan tersebut.

Di sisi lain manusia sebagai makhluk multidimensi mempunyai peran

untuk mencipta dan mengamati suatu karya seni sesuai dengan cita rasanya.

Kebudayaan secara hakiki mempunyai pengertian sebagai keseluruhan

pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang isinya berupa sistem-sistem

10

Mudji Sutrisno & Crist Verhaak: Filsafat Keindahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)

h. 36 11

Mudji utrisno dan Christ Verhaak, Estetika, h. 6.

Page 27: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

18

makna atau sistem-sistem simbol. Di dalam suatu kebudayaan mengandung

unsur-unsur seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, agama, dan nilai-nilai

moral dan etika. Keberadaan kebudayan itu telah di dukung oleh manusia,

maka dengan sendirinya manusia tidak dapat terlepas dari kebudayaan

tersebut, karena budaya merupakan wujud/ ekspresi dari eksistensi manusia.12

3. Estetika Islam

Estetika sebagai suatu filsafat, hakikatnya telah menempatkannya

pada satu titik dikotomis antara realitas dan abstraksi, serta juga antara

keindahan dan makna. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam

pengertian konvensional, melainkan telah bergeser ke arah sebuah wacana

dan fenomena. Estetika dalam karya seni modern, jika didekati melalui

pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan zaman

Yunani atau abad pertengahan, akan mengalami pemiuhan karena estetika

bukan hanya simbolisasi dan makna, melainkan juga daya.13

Islam ketika berpendapat bahwa seni Islam atau seni yang Islamis

adalah seni yang mengungkapkan sikap pengabdian kepada Allah. Pendapat

ini cukup memberi kejelasan, tetapi kita harus bertanya pada diri sendiri:

dapatkah pendapat tersebut diterima? Mungkin tidak. Secara teoritis, memang

seni Islam dapat mengungkapkan konsep tauhid, tetapi dalam prakteknya,

apakah seni Islam selalu menyampaikan pesan Keesaan Tuhan? M. Abdul

Jabbar Beg menolak pandangan tersebut dengan argumentasinya yang

mengemukakan bahwa suatu bentuk kesenian menjadi „Islamis‟ jika hasil

seni itu mengungkapkan pandangan hidup kaum Muslim. Seni Islam dapat

12

Pramoedya Ananta Toer, Sastra Realisme Sosialis, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2006) h. 13

Agus Sachari, Estetika, (Bandung: ITB Press, 2002), h. 2.

Page 28: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

19

juga diberi batasan sebagai suatu seni yang dihasilkan oleh seniman atau

desainer Muslim; atau dapat juga berupa seni yang sesuai dengan apa yang

dibayangkan oleh seorang Muslim, sedangkan seniman yang membuat obyek

seninya tidak mesti seorang Muslim.14

Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari

pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam

sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat

penerimaan wahyu alQur‟an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika

demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi

budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam.Sementara itu, bila kita

merujuk pada akar makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun

menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan

ekspresi jiwa setiap manusia yang termanifestasikan dalam segala macam

bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing

manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.15

Ungkapan artistik dalam ajaran Islam yang termanifestasikan dalam

seni ruang dan yang lainnya, membawa kita pada pemahaman bahwa seni

Islam memiliki karekteristik yang membedakan dengan seni yang lainnya.

Karekteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 30 Pertama seni

Islam bercirikan abstrak dan mujarat. Ciri ini didasari atas munculnya

penafsiran seni Figural yang berangkat dari pemahaman bahwa alam ini

adalah ilusi yang dinafikan. Namun bagi seni Islam, alam adalah kreasi seni

14

M. Abdul Jabbar Beg, Seni Dalam Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka, 1981), h.

3. 15

Oliver Leaman, Estetika Islam: Menafsir Seni Keindahan, Terj. Irfan, (Bandung:

Mizan, 2005), h. 210.

Page 29: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

20

Tuhan yang dapat dirasa dan di raba. Kedua seni Islam bercirikan Struktur

Modular. Artinya dalam karya seni Islam senantiasa di bangun dari atau

bentuk-bentuk yang lebih kecil yang pada akhirnya bergabung menjadi

bentuk yang lebih komplek.

Ketiga seni Islam bercirikan gabungan berurutan. Artinya dalam

berbagai bentuknya baik yang berkenaan dengan seni suara, ruang dan gerak,

seni Islam senantiasa terbangun dari komponen kecil yang bergabung secara

berurutan. Gabungan berurutan yang lebih besar tesebut dalam kenyataannya

tidak menafikan keberadaan komponen yang lebih kecil. Justru gabungan-

gabungan tersebut di sambung dengan komponen yang lebih besar yang

membentuk gabungan yang lebih kompleks. Contoh dari ciri ini dapat kita

lihat dalam al-Qur‟an.

Keempat seni Islam bercirikan perulangan. Artinya dalam berbagai

coraknya, karya seni Islam mengandung model perulangan yang tinggi, baik

perulangan motif, struktur modularnya maupun kombinasi berurutannya.

Manifestasi dari ciri ini juga dapat kita lihat dalam al-Qur‟an. Artinya betapa

tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam Qur‟an kita temukan model-model

pengulangan. Dari sisi seni Islam ini merupakan karya maha agung yang

menakjubkan, sebab membuat perulangan yang dibarengi dengan perulangan

keseragaman makna dan bunyi adalah hal yang sangat luar biasa sulitnya.

Kelima seni Islam bercirikan dinamis. Artinya dalam karya-karya seni Islam

senatiasa melalui lingkungan masa. Menurut Boas bahwa setiap seni yang ada

pada dasarnya sama, yaitu meliputi lingkungan masa dan ruang. Seni yang

Page 30: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

21

meliputi lingkungan masa adalah seni sastra dan seni musik. Sedangkan seni

yang meliputi lingkungan ruang adalah seni tampak atau bina (arsitektur).16

Selain Nasr, Ismail Raji al-Faruqi berpendapat bahwa seni umat Islam

merupakan ekspresi estetis seni yang tak terbatas namun entitas struktural

inilah yang selaras dengan prinsip estetis ideologi Islam. Pembatasan seni

menurut al-Faruqi disebut sebagai Arabesque membangkitkan pada

pemandangnya intuisi kualitas dari yang tak terbatas, dari yang berada di luar

ruang dan waktu. Namun arabesque melakukannya tanpa membuat klaim

musykil bagi umat Islam bahwa pola ini sendiri menunjukkan apa yang

berada di luar. Dengan merenungkan pola tak terbatas ini, benak orang yang

mempersepsinya dialihkan ke Tuhan, dan senipun memperkuat keyakinan

religius. Jadi, seni Islam mempunyai tujuan mengajar dan memperkuat

persepsi tentang transendensi Tuhan dalam diri manusia.17

Keseluruhan ekspresi seni Islam ini memiliki enam karakteristik yaitu:

Pertama, abtraksi. Pada umumnya seni Islam hanya memuat sedikit gambar

naturalistis. Kedua, struktur modular. Karya seni Islam diciptakan dari

banyak bagian atau modul yang digabung untuk melahirkan desain yang lebih

besar. Masing-masing modul ini merupakan entitas yang memberikan batas

klimaks dan kesempurnaan yang dapat dipandang sebagai unit ekspresif yang

indah. Ketiga, kombinasi berurutan. Kombinasi tidak berarti menghancurkan

identitas dan karakter unit-unit lebih kecil yang membentuknya. Keempat,

pengulangan tingkat tinggi. Kombinasi aditif seni Islam memakai

pengulangan motif, modul struktural, dan kombinasi berurutan mereka yang

16

Seyyed Hossein Nasr, Intelegensi dan Spiritualitas Agama-Agama, Terj. Suharsono.

(Jakarta: Inisiasi Press, 2004), h. 272. 17

Ismail Raji al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, (Bandung: Mizan, 2002), h. 198.

Page 31: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

22

tampaknya berlanjut ad infinitum. Kelima, dinamis, yang mengandung

maksud bahwa seni Islam harus dinikmati sepanjang zaman. Keenam/yang

terakhir yaitu memiliki detail yang rumit. Kerumitan ini meningkatkan

kemapuan pola atau arabesque untuk menarik perhatian orang yang

memandangnya dan mengupayakan konsentrasi pada entitas struktural yang

ditampakkannya.18

B. Lukisan

1. Pengertian Lukisan

Lukisan merupakan salah satu hasil karya seni yang dihasilkan dari

kesanggupan akal menciptakan sesuatu dengan keahlian luar biasa.19

Istilah

lukisan paling dekat dengan istilah seni, sebagaimana penjelasan seni

merupakan suatu bahasa perasaan. Kesenian selalu melukiskan suatu unsur

atau aspek kodrat, tanggapan atau pengalaman manusia. Dari pengertian

tersebut melukis menjadi aktifitas dalam rangka mengekspresikan rasa hidup

dan kesadaran diri sebagai bagian dari keseluruhan, sifat sosial, dari kesenian

meratakan pengalaman dan perasaan dari seorang seniman kepada orang lain

yang berkat kesenian memanusiakan fitrah diri dan mengasah fitrahnya lebih

dengan sempurna.20

Lukisan merupakan bagian dari seni rupa, yaitu karya seni dengan

media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini

diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume,

warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. proses penciptaan seni

18

Ismail, Atlas Budaya Islam, h. 200-204. 19

Departemen Pendidikan Naional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta:PT. Gramedia Pustaka,2008), h. 1273. 20

Louis O Kattsof, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), hlm. 379.

Page 32: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

23

rupa murni lebih menitik beratkan pada ekspresi jiwa semata misalnya lukisan,

sedangkan seni rupa terapan proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi

tertentu misalnya seni kriya. Sedangkan, jika ditinjau dari segi wujud dan

bentuknya, seni rupa terbagi dua yaitu seni rupa 2 dimensi yang hanya

memiliki panjang dan lebar saja dan seni rupa 3 dimensi yang memiliki

panjang lebar serta ruang.21

Dalam pengertian modern seni lukis adalah

ungkapan rasa estetis dengan menggunakan unsur – unsur garis, bidang, ruang,

bentuk, warna serta cahaya, dalam kesatuan yang harmonis pada bidang dua

dimensi atau dua matra.

Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur seni,

seperti pada pakaian tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga,

alat tulis, dan lainnya. mewujudkan dengan seni lukis, seperti lukisan

keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah, dan gambar-gambar.

Setiap bentuk seni lahir dari situasi dan kondisi alam serta berusaha untuk

menjelaskan situasi dan kondisi alam fisik manusia. Misalnya, ketika seorang

pelukis melukis tanah yang gersang dengan dinaungi awan hitam pekat, lukisan

itu lahir dari imajinasinya mengenai situasi dan kondisi alam fisik manusia,

yaitu kegersangan dan masa depan yang buram. Penjelasan yang hendak

diberikan lukisan itu adalah bahwa alam sangat gersang dapat menyebabkan

kesengsaraan kehidupan manusia.

Adapun fungsinya, lukisan mempunyai nilai inderawi yang

menyebabkan seseorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari

ciri-ciri inderawi yang disajikan oleh suatu karya seni. Dalam konteks

21

H. Hartono, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 40.

Page 33: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

24

keindahan, lukisan merupakan bagian dari kajian estetika, baik estetika

deskriptif maupun normatif. Estetika deskriptif adalah menggambarkan gejala-

gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar

pengalaman.22

Dengan kata lain, estetika deskrptif dapat dilihat dari segi

lukisannya, sedangkan etika normatif kembali pada si pelukisnya.

2. Aliran-Aliran dalam Lukisan

Di dalam seni lukis, terdapat berbagai macam aliran. Aliran-aliran

tersebut merupakan perkembangan dari bagaimana manusia

menginterpretasikan sebuah keindahan dalam bentuk seni. Aliran-aliran

tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, seperti realisme, ekspresionisme,

impresionisme, mistisme, dan surealisme. Berikut rinciannya:

1. Realisme

Aliran realisme ialah aliran yang ingin mengemukakan kenyataan, barang

yang lahir (lawan batin). Sifatnya harus obyektif karena pengaranag

melukiskan dunia kenyataan. Segala-galanya digambarkan seperti apa

yang tampak, tak kurang tak lebih. Rasa simpati dan antipati pengarang

terhadap obyek yang dilukiskannya, tak boleh disertakannya. Dengan

perkataan lain, pengarang dalam ceritanya itu tidak ikut bermain, dia

hanya penonton yang obyektif.

2. Ekspresionisme

Ekspresionisme merasakan apa yang bergejolak dalam jiwanya.

Pengarang ekspresionisme menyatakan perasaan cintanya, bencinya, rasa

kemanusiaannya, rasa ketuhanannya yang tersimpan di dalam dadanya.

22

The Liang Gie, Garis-Garis Besar Estetika, (Yogyakarta: Supersukses, 1983), h. 73.

Page 34: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

25

Baginya, alam hanyalah alat untuk menyatakan pengertian yang lebih

tentang manusia yang hidup.

3. Impresionisme

impresionistis menyatakan kesannya sesudah dia melihat sesuatu, maka

seniman ekspresionistis mengeluarkan rasa yang menyesak padat di

dalam kalbunya dengan tak memerlukan rangsangan dari luar. Sifat

lukisannya subyektif. Pernyataan jiwa sendiri ini terutama dinyatakan

dengan bentuk puisi karena puisi adalah alat utama pujangga sastra untuk

melukiskan perasaannya. Sajak-sajak Chairil Anwar kebanyakan

ekspresionistik sifatnya. Ke dalam aliran ekspresionisme termasuk juga

aliran-aliran: romantic, idealisme, mistisisme, surealisme, simbolik, dan

psikologisme.

4. Naturalisme

Aliran naturalisme ingin melukiskan keadaan yang sebenarnya, sering

cenderung kepada lukisan yang buruk, karena ingin memberikan

gambaran nyata tentang kebenaran. Untuk melukiskan kejelekan

masyarakat, pengarang naturalis tidak segan-segan melukiskan

kemesuman. Emelia Zola seorang pengarang naturalis Perancis yang

paling besar di zamannya. Sering lukisannya dianggap melampaui batas

kesopanan sehingga seolah-olah tidak ada lagi batas-batas ukuran susila

dan ketuhanan padanya.23

5. Mistisme

23

Kartono Parmono, Estetika: Filsafat Keindahan, (Yogyakarta: UGM Press, 1985),

h. 6.

Page 35: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

26

Dalam aliran ini terasa ciptaan yang bernapaskan rasa ketuhanan atau

religiusitas. Pengarang selalu mencari dan mendekatkan dirinya kepada

Zat Yang Mahatinggi. Aliran ini melahirkan ciptaan yang didasarkan

pada ketuhanan, pada filsafat, dan alam gaib. Contohnya dapat dilihat

pada karangan-karangan Hamzah Fansuri (pujangga lama), Amir

Hamzah (Pujangga baru), Taslim Ali (Angkatan 45).

6. Surealisme

Dalam aliran ini lukisan realitasnya bercampur angan-angan, mala angan-

angan amat mempengaruhi bentuk lukisan. Di dalamnya ada pernyataan

jiwa, pemasakan dalam jiwa. Kalau dalam film semua hal (gerak-gerik,

suara, musik, pemandangan) dapat dinyatakan serentak, maka di dalam

tulisan, hal-hal seperti itu harus dinyatakan satu demi satu. Itu sebabnya,

lukisan tampak melompat-lompat dari yang satu kepada yang lain, justru

untuk menyatakan keseluruhan itu sekaligus. Payah pembaca mengikuti

karangan yang bercorak surealisme. Pembaca harus menyatukan dalam

pikirannya segala lukisan yang seakan-akan bertaburan itu. Jalan atau

aturan tata bahasa seolah-olah diabaikan oleh pengarang karena pikiranna

meloncat-loncat dengan cepat. Logika seakan-akan hilang, alam benda

dan alam pikiran bercampur aduk menjadi satu. Kebanyakan sajak-sajak

Sitor Situmorang beraliran surealisme.

Sidi Gazalba, membagi menjadi dua aliran, yaitu teori tiru dan teori

cipta, Yang pertama adalah. Aliran tiru, tujuannya adalah untuk memurnikan

perasaan. Dalam aliran ini, sumber keindahan merupakan yang ada dialam

realitas. Maka hasil seni yang sejati adalah menangkap keindahan di alam dan

Page 36: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

27

diabadikan dalam bentuk karya seni. Aliran yang mengikuti teori tiru adalah

naturalisme dan realisme.

Aliran kedua adalah teori cipta, aliran ini berpendapat bahwa hakikat

dan akar keindahan tidak terletak pada barang (alam atau kenyataan), tetapi

emosi si manusia (si seniman) yang menangkap keindahan tersebut dan

mengapresiasikannya kedalam bentuk karya seni. Mengutip pernyataan David

Hume, bahwa keindahan itu tidak terdapat di dalam barang itu sendiri, tetapi

berada di dalam konsep idea atau alam rohani, sebagai reaksi manusia yang

memandang barang tersebut. teori cipta mempengaruhi aliran seni abstrak,

surealisme, ekspresionisme, imprisionisme, dan seni mistik.24

24

Sidi Gazalba,Sistematika Filsafat, h. 553.

Page 37: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

28

BAB III

BIOGRAFI AFFANDI KOESOEMA

A. Riwayat Hidup

Affandi Koesoema merupakan salah satu maestro seniman dalam

bidang lukisan di Indonesia. Affandi mulai dikenal setelah munculnya

“Lukisan Diri”. Affandi lahir pada tahun 1907. Affandi anak ketiga dari tujuh

bersaudara. Ayahnya bernama Raden Koesoema, ia seorang pembuat peta di

Ciledug, Cirebon. Kepiawaian menggambarnya dapat dilihat sejak Affandi

kecil. Sejak kecil Affandi gemar menulis dan menggambar di papan tulis.

Bakatnya kemudian ditekuni selama bersekolah di HIS (Hollandsch Inlandsche

School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau AMS (Algemeene

Middelbare School). Walaupun sejak kecil ayahnya menginginkannya menjadi

dokter, namun nampaknya bakat ayahnya, yaitu menggambar, menurun ke

Affandi sehingga Affandi tetap bersikeras untuk terus melukis dan mengikuti

keinginan hatinya.1

Sejak di bangku SMP, setiap ada pelajaran menggambar, Affandi

membuat gambar yang berbeda dengan murid lainnya. Affandi memilih

menggambar corat-caret yang bersifat abstrak. Salah satu yang mempengaruhi

cara menggambar Affandi adalah ia sering melihat buku lukisan yang terdiri

dari beberapa lukisan-lukisan terkenal seperti karya Rembrandt, Van Gough,

dan Lautrec. Affandi lebih menyukai gaya lukisan Van Gough dan Lautrec,

menurutnya gaya lukisannya lebih ekspresif.2

1 Ray Rizal, Affandi: Hari Sudah Tinggi, (Jakarta: Metrp Pos, 1990) h. 15

2 Zulkifli, “Analisis Karya Affandi dan Van Gough” dalam Jurnal UNIKUSA, Vol. 2.

No. 2. Universitas Negeri Medan, Tahun 2005, h. 144.

Page 38: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

29

Walaupun dia mengenyam pendidikan yang baik, namun studinya tidak

selalu berjalan dengan mulus. Keingainannya untuk menggambar terus

dikembangkan dan berdampak pada studinya yang tersendat. Keinginannya

untuk menekuni dunia lukis ditolak oleh keluarganya. Setelah selesai dari

AMS, Affandi tidak lagi dibiayai sekolahnya. Affandi memilih keluar dari

AMS dengan alasan ingin mandiri dan tidak mau menyusahkan keluarga.

Setelah keluar dari sekolah AMS ia mencoba untuk mengajar di

Hollands Inlandsche School (Sekolah dasar). Disana ia bertemu dengan

Maryati, murid sekaligus cinta pertama Affandi. Pada tahun 1933, Affandi

memutuskan untuk menikahi Maryati. Dari pernikahan tersebut, Affandi dan

Maryati dikaruniai seorang putri yaitu Kartika Affandi, yang kelak mewarisi

bakat Affandi sebagai pelukis.

Setelah berkeluarga dan memiliki anak, Affandi berhenti menjadi guru

dan pindah ke Bandung. Affandi berkerja apa saja demi menafkahi

keluarganya, mulai dari tukang sobek karcis sampai pembuat gambar reklame

bioskop di gedung bioskop “Elita” Bandung. Di kota kembang ini, hasrat

melukis Affandi mulai berkobar, Affandi belajar pada Basuki Abdullah, salah

satu pelukis ternama yang baru pulang dari studi di Belanda.3

Keinginan Affandi untuk mengeluti seniman tidak dapat ditahan lagi,

atas restu istrinya, Affandi berhenti menjadi tukang gambar reklame. Dalam

sebulan, ia membagi waktu 10 hari untuk mencari nafkah keluarga, sedangkan

20 hari untuk menggeluti kegemarannya dalam melukis. Affandi kemudian

bergabung dengan kelompok Lima Bandung, ia bersama rekan-rekan

3 Ajib Rosidi, 100 Tahun Affandi, (Bandung: Nuansa, 2008) h. 24.

Page 39: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

30

kelompok lima , yaitu: Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi

mencurahkan minatnya sebagai „tukang gambar‟ dan Affandi dipercaya

menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok lima pada dasarnya adalah

kumpulan pelukis amatir yang berkecimpung didunia lukis secara otodidak.

Pada masa kolonial, di Bandung setiap tahun diselenggarakan Pasar

Malam atau Jaarbeurs. Di Pasar Malam tersebut biasanya diselenggarakan

pameran lukisan. Affandi beserta kawan-kawannya, kerap mengikuti pameran

tersebut. Ternyata lukisan Affandi disukai oleh Sjafei Soemardja , seorang

Mahasiswa lulusan Rijkinstituut tot Opleiding Voor Teekenlaren (Perguruan

Tinggi Guru Gambar) di Belanda. Sjafei memuji hasil lukisan Affandi dan

menyarankan agar dia mendalami setiap aliran seni lukis, salah satunya

mendalami lukisan bergaya naturalisme. Untuk beberapa saat Affandi melukis

dengan gaya naturalisme.

Karir Affandi sebagai pelukis terus menanjak, para sahabat terdekatnya

sering mengusulkan agar Affandi membuka pameran tunggal di Bandung. Pada

tahun 1943, atas bantuan rekannya, Sudjojono yang bekrja di Poesat Tenaga

Ra‟jat (POETERA) akhirnya Affandi menyelenggarakan pameran tunggal di

Jakarta. Saat sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia.

Jepang memanfaatkan kelompok Empat Serangkai, yang terdiri dari Ir.

Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas

Mansyur, untuk melakukan penggalangan tenaga rakyat dan propaganda demi

menggalang dukungan rakyat Indonesia dalam perang Asia Timur Raya.

Melalui Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) para pemimpin menggalang tenaga

dan menyebarkan propaganda. Affandi turut aktif dalam organisasi Poetera

Page 40: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

31

dibidang kebudayaan. Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S.

Soedjojono sebagai penanggung jawab.4

Saat masa-masa kemerdekaan, Affandi bersama para seniman turut

ambil bagian. Sebagai seorang pelukis, Affandi mendapat tugas membuat

poster. Soekarno memberikan konsep bagi poster tersebut untuk itu

menggambarkan seseorang yang dirantai tetapi rantainya putus, sebagai simbol

bangsa yang bebas dari belenggu penjajahan. Yang menjadi model adalah

Dullah, slogan "Bung, ayo bung" berasal dari dari penyair Chairil Anwar.

Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-

daerah.5

Pada tahun 1946 hingga 1949, Affandi masuk ke dalam organisasi

Seniman Muda Indonesia (SIM). Organisasi tersebut berpusat di Solo dan

dipimpin oleh Soedjojono. Jumlah anggota organisasi SIM ini memanglah

tidak banyak, akan tetapi di dalamnya terdapat beberapa seniman besar, seperti

Affandi, Roesli, Soedarso, Dullah, maupun Hariadji.6

Setelah era revolusi fisik, Affandi masuk kedalam organisasi seniman,

Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA). Dia masuk kelingkarang pimpinan

pusat Lekra, di bagian seni rupa bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung,

dan sebagainya. Ia memilih Lekra sebab organisasi tersebut dianggap

mewakili seni yang merakyat. Memang pada dasarnya Affandi tidak

menyetujui seni yang mencerminkan kebudayaan barat seperti kaum Mooi

Indie, sebagaimana Basuki Abdullah, ia lebih menyukai seni yang

4 Raka Sumichan dan Umar Kayam, Buku Tentang Affandi, (Jakarta: Yayasan Bina

Lestari Budaya Jakarta, 1987), h. 25. 5 Raka Sumichan dan Umar Kayam, Buku Tentang Affandi, h. 34.

6 Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, (Yogyakarta: Nuansa, 2008), h. 57.

Page 41: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

32

menggambarkan citra rakyat atau kepribadian bangsa. Meskipun dia berada

dalam organisasi Lekra yang berafiliasi pada PKI, namun Affandi tetap

bersikap terbuka dan ramah dalam bergaul bersama sesama seniman.

Pada tahun 1960-an, Presiden Soekarno menyerukan revolusi dibidang

kepribadian dan kebudayaan nasional. para seniman Indonesia yang

tergabung dalam Lekra menyambut seruan Presiden Sukarno dan turut

berjuang dibidang kebudayaan. Para seniman Lekra menyerukan agar segenap

rakyat mengganyang imperialis AS yang saat itu sedang meninvasi Vietnam.

Lekra menyerukan untuk „mengganyang kebudayaan imperialis' serta

memboikot film-film Amerika, musik, dan model pakaian. Namun sebagai

tokoh Lekra Affandi sempat datang ke gedung USIS (pusat informasi dan

penerangan Amerika di Jakarta) untuk memenuhi undangan pameran disana.

Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan.

Mengapa Affandi hadir ditempat pemimpin kaum imperialis tersebut. Namun

sikap Affandi yang santai dan penuh guyon, dapat mencairkan suasana yang

sempat menegang.7

Meski sudah menjadi seniman besar Indonesia yang menyamai

kemasyuran Raden Saleh, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan

suka merendah. Ini diakui dari kesaksian para karyawan dan asistennya yang

menuturkan bahwa Pak Affandi kerap memberikan uang tip meski tidak

diminta. Pak Affandi juga selalu memikirkan kesejahteraan istri dan anak-

anaknya, jika ia memiliki rezeki lebih, ia suka memberikan anak-anaknya uang

saku tambahan. Yang menjadi cirikhas dari pak Affandi adalah ia selalu suka

7 Wahyuddin, Imagined Affandi,(Semarang: Galeri Semarang, 2007), h. 23.

Page 42: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

33

menggunakan sarung daripada celana, menurutnya dengan menggunakan

sarung, ia lebih bebas bergerak daripada menggunakan celana. Ini yang

membuat ia pernah menjadi guyonan anak-anak di Bali.

Salah satu sebab lain yang membuat ini memilih menjadi seorang

pelukis adalah kegemaran dia kepada wayang kulit. Ia menggemari wayang

kulit dan menghapal setiap lakon dan tokoh dalam wayang purwa. Namun

dalam memilih idola pewayangan, Affandi punya selera yang berbeda dari

orang kebanyakan, biasanya orang lebih memilih tokoh pewayangan yang

gagah dan ganteng, serta bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.

Namun, Affandi memilih Sukrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti.8

Affandi menggambarkan sosok dirinya seperti Sukrasana dalam

pewayangan. Sukrasana tidak tampan, gagah, ataupun jagoan, namun sakti.

Selain itu, Sukrasana juga digambarkan dengan sosok yang yang baik hati, taat

pada junjungannya, Bathara Wisnu, dan mencintai keluarganya. Dari sifat

itulah Affandi sangat menggemari tokoh pewayangan Sukrasana.9

Nama Affandi sebagai seorang seniman lukis Indonesia telah sejajar

dengan Basuki Abdullah, Raden Saleh dan lain-lain. Karya-karyanya yang

bercorak ekspresionisme dengan wajah “keindonesiaan” menjadi cirikhas

tersendiri yang membedakan antara Affandi dengan pelukis lainnya di

Indonesia. Keistimewaan dan keunikan lukisannya, membuat Affandi

mendapat banyak pujian dan julukan, Koran International Herald Tribune

Amerika, menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia

sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro.

8 https://id.wikipedia.org/wiki/Affandi diakses 28/07/2018

9 Purwadi, Mengenal Gambar Tokoh Wayang Purwa dan Keterangannya , (Jakarta:

Cendrawasih, 2007), h. 56.

Page 43: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

34

Affandi tetap menggeluti profesi sebagai pelukis hingga ia meninggal.

Ia wafat karena faktor ketuaan dan terkena penyakit komplikasi. Selama

beberapa hari dirawat dirumah sakit dan tidak ada kemajuan, maka Affandi

dipulangkan dan dirawat oleh keluarga di rumah. Dalam masa sakitnya,

Affandi tidak dapat berkomunikasi dengan siapapun. Akhirnya Affandi tidak

kuasa menahan penyakitnya, ia wafat pada 23 Mei 1990 dan di makamkan

tidak jauh dari museum yang didirikannya tersebut.10

B. Perkembangan Gaya Lukisan Affandi

Selama hidupnya Affandi telah menghasilkan ratusan bahkan

ribuan karya. Dalam melukis Affandi tidak hanya untuk sekedar mencari

nyawa dalam mengekspresikan obyek yang dilukisnya. Namun Affandi

juga mencari makna dari obyek atau suatu peristiwa disekelilingnya untuk di

ekspresikan lewat lukisannya. Adakalanya Affandi suka melukis dirinya

sendiri di depan cermin, karena itu dianggap melatihnya dalam melukis

dan memuaskan hasrat melukisnya. Meski demikian, Namun beliau tidak

selalu merencanakan apa yang akan dia lukis, semuanya terekspresikan dalam

dirinya dan dituangkan melalui kedalam kanvas.

Sebagaimana lukisan yang dibuat ketika menunaikan ibadah Haji.

Affandi menyelesaikan 7 lukisan bertemakan Ka‟bah, Arafah, Musdalifah

Mina, bukit Safa dan Marfah. Setelah selesai Haji, Affandi meneruskan

melukis di Indonesia. Affandi berkeliling dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Madura, hingga Bali. Dalam bepergian, Affandi selalu membawa

10

Ray Rizal, Affandi: Hari Sudah Tinggi, h. 145.

Page 44: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

35

perlengkapan melukis. Hal ini berkaitan erat dengan ide motif yang dicarinya

untuk diekspresikan dalam lukisan.11

Teknik melukisnya semakin berkembang setelah Affandi mendapat

kesempatan untuk menimba ilmu di India, dia memenuhi undangan belajar

melukis selama dua tahun dari Santineketan. Proses melukis Affandi selalu

memilih tempat di alam terbuka atau di luar ruangan. Untuk mnyelesaikan

sebuah lukisan Affandi hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja.

Proses melukis yang cukup cepat itu dilakukannya semata mata agar

moment estetik yang di dapatkan tidak hilang. Garis warna dan sapuan

Affandi yang ekspresif adalah manifestasi dunia dalam emosinya, baginya

melukis tidaklah dalam pikiran tapi lebih berdasarkan naluri12

Pada awalnya Affandi berusaha untuk melukis dengan gaya naturalis,

Sebelum melukis Affandi selalu melakukan observasi dan mempelajari

terlebih dahulu objek yang akan dilukisnya sehingga ia sangat mengenal

obyek lukisannya dengan sangat baik. Karena merasa tidak puas dengan

gaya naturalis yang ia anggap membosankan, Affandi akhirnya sepenuhnya

melukis dengan gaya ekspresionis pada tahun 1940-an, pada masa itu

Affandi mulai langsung mengeluarkan cat dari tubenya. Meskipun

menjadi boros dalam pemakaian cat, Affandi telah menemukan teknik

baru dalam melukis dan merasa seakan-akan kuas menghalangi kelangsungan

curahan emosinya13

11

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 67. 12

Ed Zoelverdi., Syahril Chili., Aries Margono., Fadjri. 8Juni (1990). Affandi saya

sudah melihat.Tempo. h 2. 13

Brenda Kusumastuti Maulidina, “Perancangan Komunikasi Visual Animasi

Dokumenter “Affandi Maestro Seni Lukis Indonesia” Skripsi Bina Nusantara, Jurusan Desain

Komunikasi Visual-Animasi, Jakarta.

Page 45: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

36

Seiring dengan berjalannya waktu, lukisan Affandi banyak dinikmati

dan disukai oleh orang banyak. Affandi dipercaya sebagai seorang pewaris

Raden Saleh, yang merupakan pelukis nomor satu di Indonesia pada

masanya. Dalam memperkenalkan karya-karyanya, Banyak pameran-pameran

yang memajang dan memperkenalkan hasil lukisannya. Tak pelak lembaga

nasional dan internasional bersedia membuat pameran tunggal untuk

memajangkan lukisan hasil karyanya, Berikut ini beberapa pameran yang

pernah diselenggarakan oleh Affandi: Museum of Modern Art (Rio de

Janeiro, Brazil, 1966), East-West Center (Honolulu, 1988), Festival of

Indonesia (AS, 1990-1992) Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993),

Singapore Art Museum (1994), Centre for Strategic and International Studies

(Jakarta, 1996), Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo,

1997), ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-

1998).14

Selain membuat berbagai macam pameran di seluruh dunia, Affandi

juga banyak mendapat penghargaan dan juga apresiasi atas seluruh karya

lukisnya. Pada tahun 1977, Affandi mendapat hadiah perdamaian dari

International Dag Hammershjoeld. Menjadi anggota Akademi Hak-hak Azasi

Manusia yang diangkat oleh Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace

PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia. Di dalam negeri

sendiri, Affandi banyak menerima penghargaan yang tidak kalah banyaknya.

di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugerahkan

Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Mendapat mendali emas

9 Nasjah Djamin, Pelukis Affandi, (Bandung: Aqua Press, 1979), h. 5.

Page 46: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

37

dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan, serta menerima penghargaan gelar

Doctor Honoris Causa dari University of Singapore.15

Pada tahun 1998 Pemerintah membantu Affandi untuk mendirikan

museum untuk memamerkan lukisannya Terdapat sekitar 1.000-an lebih

lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi.

Museum tersebut berdiri atas bantuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

dan resmikan oleh DR. Fuad Hassan selaku menteri P & K pada saat itu.

Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif

yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai,

sehingga tidak dijual. Galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik

yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah,

Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III

berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi. Galeri III, saat ini terpajang lukisan-

lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu

antara lain Apa yang Harus Kuperbuat (Januari 1999), Apa Salahku?

Mengapa ini Harus Terjadi (Februari 1999), Tidak Adil (Juni 1999), Kembali

Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya (Juli 1999).

Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.16

C. Karya Karya Affandi

Sebagai seorang pelukis yang tidak pernah mengikuti suatu aliran

tertentu, karya lukis Affandi selalu beragam, ada yang bercrak naturalis,

impresionis, ekspresionis, bahkan yang terlihat abstrak sekalipun. Bagi

15

Ray Rizal, Affandi: Hari Sudah tinggi, h. 110. 16

Direktorat Museum, Buku Panduan Museum-Museum Daerah Yogyakarta,

(Yogyakarta: Departemen Pendidikan, 1997), h. 34.

Page 47: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

38

Affandi, segala jenis aliran dan pola melukis ia lalu sebab yang paling

penting bukan harus mengikuti aliran apa, tetapi yang paling penting adalah

yang mampu mengekspresikan isi hati yang akan dituangkan kedalam kanvas.

Affandi sendiri mengakui bahwa dirinya sangat dipengaruhi oleh pelukis

terkenal, Van Gogh dan Toulouse lautrec.

Pada masa kolonial, Gaya lukisan Mooi Indie atau nuansa kebarat-

baratan tengah melanda Indonesia pada masa itu, Basuki Abdullah, yang

merupakan pelukis terkemuka pada saat itu, merupakan pelukis dengan gaya

naturalis ala Mooi indie. Affandi sebagai seorang pelukis „kampung‟ tidak

begitu suka lukisan naturalis atau ala Eropa yang sekedar melukis gedung

mewah. Affandi mencari corak lukisan asli yang berakar dari budaya bangsa

sendiri. Karena itulah objek lukisan Affandi selalu merupakan realitas

keadaan masyarakat Indonesia dan juga pola goresannya yang berombak dan

ikal, menyerupai goresan lukisan wayang kulit.

Para kritikus seni di Barat mnngategorikan lukisan Affandi dengan

corak baru aliran ekspresionisme. Tapi ketika dijelaskan justru Affandi balik

bertanya, Aliran apa itu?. Bahkan hingga saat tuanya, Affandi membutakan

diri dengan teori-teori. Bahkan secara jujur Affandi mengaku sebagai

“seniman kerbau”, kerbau selalu diasosiasikan sebagai binatang yang bodoh,

Affandi menyerupakan dirinya dengan kerbau, sebab sebagai pelukis ia tidak

suka membaca. Baginya, huruf-huruf yang kecil didalam buku merupakan

masalah baginya.

Ketika Affandi ditanya mengapa ia melukis, dengan enteng, dia

menjawab, Saya melukis karena saya tidak bisa mengarang, saya tidak

Page 48: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

39

pandai omong. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa lukisan. Bagi

Affandi, melukis adalah bekerja. Dia melukis seperti orang lapar. Sampai

pada kesan elitis soal sebutan pelukis, dia hanya ingin disebut sebagai tukang

gambar.

Lebih jauh ia berdalih bahwa dirinya tidak cukup punya kepribadian

besar untuk disebut seniman, dan ia tidak meletakkan kesenian di atas

kepentingan keluarga. Kalau anak saya sakit, saya pun akan berhenti

melukis, ucapnya. Sampai ajal menjemputnya pada Mei 1990, ia tetap

menggeluti profesi sebagai pelukis. Kegiatan yang telah menjadi bagian dari

hidupnya. Bahkan ia dimakamkan tidak jauh dari museum, mungkin agar

jasad Affandi bisa selalu dekat dengan karya lukisnya yang telah mengubah

dan menambah warna bagi seni lukis di Indonesia. Berikut karya-karya dan

deskripsi singkat mengenai lukisan-lukisan Affandi:

1. Potret Diri

Gambar 2.1. 17

Potret Diri Karya Affandi Koesoema.

17

Gambar diambil dari http//:www.arsip.galeri-nasional.or.id diakses pada 15

September 2018.

Page 49: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

40

Lukisan yang paling banyak diulang atau dilukisnya oleh Affandi

adalah „Potret Diri‟. Salah satu yang di pajang dalam Museumnya adalah Potret

Diri tahun 1981. Dengan dimensi 65x50 Cm berbahan cat minyak di atas

kanvas. Dalam Bentara Budaya dijelaskan bahwa motif yang paling dihafal dan

paling di senangi Affandi adalah rupaku dhewe yang elek, mirip Sukrasana ini.

Namun demikian setiap kali hendak melukis wajahnya, ia masih juga

mencontek mukanya itu dari cermin. Pasalnya, Affandi hanya bisa melukis

langsung di depan motifnya, termasuk dalam melukis wajah sendiri.18

Walau

tema potret diri ini ia ulang-ulang hingga entah sampai berapa puluh kali,

namun Ajip Rosidi menilai dalam setiap lukisan Affandi menunjukkan passi

yang tetap, gairah yang sama besar.19

Potret diri memiliki beberapa makna, di antaranya merupakan orang tua

sederhana, tidak ngganteng, tidak bicara apa-apa, kecuali matanya yang sipit

itu nampak terus bertanya. Selain itu juga menjadi model yang paling mudah

didapat adalah melukis diri sendiri. Lukisan diri dibuat pada masa pendudukan

Jepang. Pada masa itu rakyat Indonesia mengalami kemiskinan yang buruk.20

Lebih lanjut Perkara potret diri yang khas ini terlihat bahwa dalam potret diri

karya pelukis Indonesia tidak sekedar sedang terungkap pernyataan “aku

adalah”, tetapi justru dipenuhi pertanyaan tentang “siapa aku” berikut berbagai

ragam jawabnya. Maka, potret diri di sini tidak sekadar hadir sebagai hasil

kerja pengamatan atas anatomi tubuh dan wajah, atau dokumentasi perubahan

fisik dari masa ke masa, tetapi menjadi simpul yang menghimpun berbagai soal

18

Bentara Budaya, Perjalanan Seni Lukis Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 55. 19

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 32. 20

Diambil dari keterangan yang ada pada museum. Sumber dokumentasi pribadi.

Page 50: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

41

pencarian dan penegasan identitas. "Aku" yang hadir dalam potret diri

semacam ini dengan leluasa bisa mengalami perluasan makna sampai menjadi

masyarakat, rakyat. Wajah “aku” itu kadang membesar jadi wajah

“Indonesia”.21

2. Ayam Tarung

Gambar 2.2.

Lukisan Ayam Tarung22

Lukisan dengan judul “Ayam Tarung”. “Pelukis: Affandi, Tahun

karya: 1979, Judul : "Ayam tarung",Ukuran : 136cm X 91cm, Media : Oil on

Canvas. Dalam lukisan Affandi ini Melukiskan sebuah pertarungan ayam yang

sangat sengit, antara Ayam jago berwarna putih keemasan dan Ayam jago

berwarna hitam keemasan, yang merupakan simbol pertarungan antara

21

Bentara Budaya, Perjalanan Seni Lukis Indonesia, h. 22. 22

Gambar diambil dari http//:www.arsip.galeri-nasional.or.id diakses pada 15

September 2018. Penulis juga mengambil dokumentasi pribadi di Musuem Affandi yang

terletak di Yogyakarta.

Page 51: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

42

kejahatan dan kebenaran, itulah yang terjadi dalam kehidupan, dalam setiap

diri manusia, dimana setiap waktu selalu dihadapkan antara dua pilihan baik

dan buruk, selalu terjadi pertarungan antara keduanya, adakalanya kebenaran

harus tersingkirkan, adakalanya kejahatan harus terhapuskan, namun yang pasti

kebenaran akan selalu menang pada akhirnya.

Ayam Tarung atau adu ayam merupakan salah satu tradisi rakyat

Indonesia khusunya jawa yang menjadi hiburan rakyat, dan sekaligus menjadi

ajang arena pertaruhan, hanya ayam-ayam kuat terpilih yang masuk dalam

arena pertarungan ini, dan ayam terbaik yang akan memenangkan pertarungan

sengit ini, untuk menjadi sang Jawara. Dalam lukisan Affandi ini Melukiskan

sebuah pertarungan ayam yang sangat sengit, antara Ayam jago berwarna putih

ke emasan dan Ayam jago berwarna hitam ke emasan.23

3. Ka’bah

Gambar 2.3.

Lukisan Ka‟bah24

23

Diambil dari www.lukisanku.id diakses pada 21 Januari 2019. 24

Foto merupakan dokumentasi penulis yang diambil dari Museum Affandi di

Yogyakarta.

Page 52: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

43

Lukisan Affandi yang berjudul Ka‟bah tidak memiliki banyak

deskripsi. Lukisan Ka‟bah terpampang dalam dimensi 130x90 cm2 berbahan

cat minyak di atas kanvas. Lukisan Ka‟bah menjadi lukisan yang paling

berbeda di antara lukisan-lukisan Affandi yang lainnya. Sebab penggunaan

warna yang cerah di lukisan Ka‟bah tidak ditemui dalam lukisan-lukian

Affandi yang lainnya. Kebanyakan lukisan Affandi menggunakan warna kelam

dan pekat, akan tetapi dalam lukian Ka‟bah menggunakan warna terang dan

cerah.

Page 53: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

44

BAB IV

ANALISIS NILAI ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI

KOESEOMA

A. Estetika Religius dalam Lukisan Ka’bah

Salah satu lukisan Affandi Koeseoma yang identik dengan estetika Islam

adalah lukisannya yang berjudul Ka‟bah. Dalam lukisan Ka‟bah memiliki

perbedaan dengan lukisannya yang lain. Di antaranya, lukisan Ka‟bah dilukis di

luar Arab dan di antara sekian banyak lukisan, lukisan berjudul Ka‟bah memiliki

warna yang lebih cerah. Dua perbedaan tersebut bisa dijadikan analisis dalam

estetika Islam. Agus Dermawan menegaskan bahwa di antara sekian banyak

lukisan Affandi, yang benar-benar menunjukkan identitas keislamannya adalah

lukisan Ka‟bah. Lukisan Ka‟bah dibuat pada tahun 1981, sepulangnya Affandi

dari Mekkah selesai menunaikkan ibadah Haji. Lukisan tersebut menggambarkan

“rumah Allah” yang dikelilingi ribuan manusia dengan jubah keemasan. Di atas

Ka‟bah terlukis matahari yang bersinar cerah dan anggun memancarkan ke

bawah.1

Untuk menganalisanya, penulis menggunakan teori yang digagas oleh

Abdul Hadi WM tentang ciri-ciri lukisan Islami. Di antaranya adalah lukisan

dalam seni Islam kerap memiliki karakter garis-garis kuat serta bernuansa titik-

titik. Garis yang kuat, warna yang mempesona menggambarkan suasana

religiusitas ekspresif dan bermakna. Lukisan Islam kerap menampilkan gambaran

tentang alam, taman sebagai makna tentang kedamaian maupun latar belakang

kehidupan. Dengan kata lain, gambaran lukisan Islam menunjukkan arti

1 Agus Dermawana, Bukit-Bukit Perhatian, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 131.

Page 54: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

45

kedamaian maupun penjelasan tentang makna hidup. Selanjutnya lukisan Islami

tidak memperhatikan perspektif.2

Jika mencari detail utama dalam objeknya lukisan, maka lukisan berjudul

Ka‟bah bisa dijadikan rujukan untuk memahami estetika Islam. Hal ini

dilandaskan keutamaan lukisan Islam membawakan warna cerah yang memiliki

makna serta kesan cahaya dan menolak dari kegelapan. Dengan kata lain, Islam

menawarkan gambaran yang bahagia tidak menggambarkan kesedihan,

kekelaman serta kesedihan. Warna cerah bisa diidentifikasi sebagai warna yang

menunjukkan kebahagiaan, petunjuk atau cahaya menerangi kegelapan duniawi.

Selanjutnya, cahaya yang menyinari langsung ke Ka‟bah dapat diartikan sebagai

Islam adalah mencahayai atau menerangi kehidupan. Ka‟bah adalah simbol atas

Islam yang benar-benar diterangi oleh cahaya matahari. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa Ka‟bah sebagai Islam yang terang, disinari oleh matahari atau

manifestasi dari kesempurnaan cahaya dari Tuhan.

Pada gambaran terakhir adalah adanya manusia yang mengelilinginya.

Gambaran tersebut jelas menunjukkan ibadah ṭawaf dalam ibadah haji. Akan

tetapi jika dipahami lebih mendalam, maka orang-orang tersebut mengelilingi

cahaya yang berada di Ka‟bah. Dengan kata lain, semua orang mendekat pada

Islam yang bercahaya, menawarkan kebahagiaan, dan melawan kegelapan.

Pada aspek pemikiran, lukisan Ka‟bah hanya didapati keterangan bahwa

munculnya lukisan tersebut dilatarbelakangi perjalanan haji Affandi Koeseoma.

Lukisan tersebut menjadi satu-satunya lukisan yang dibuat tidak di depan

2 Abdul Hadi WM, Hermeneutika, Estetika, Religiusitas, (Jakarta: Sadra Pers, 2016), h.

230-236.

Page 55: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

46

objeknya. Kebiasaan Affandi melukis adalah melukis di depan objek yang hendak

dilukisnya, sedangkan lukisan Ka‟bah tidak bisa dilukis di depan Ka‟bah lantaran

masalah teknis serta alasan aturan ibadah. Ajip Rosidi sendiri tidak terlalu

menguraikan detail mengenai pengalaman Affandi dalam lukisan Ka‟bah. Hanya

beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa Ka‟bah menjadi ekspresi

spiritualitas dan religiusitasnya.

Untuk menganalisa lukisan Affandi dalam konteks estetika Islam, penulis

mengambil pemikiran Ismail R. Faruqi sebagai landasan analisisnya.

Sebagaimana pendapat Abdu Hadi WM dalam Pengantar Estetika Islam Oliver

Leaman menyatakan bahwa secara tidak langsung Ismail lebih mengapresiasi

pada bentuk lukisan figuratif atau yang bersifat abstrak yang tertera dalam

beberapa lukisan Affandi.3 Hal ini dapat dipahami dalam pengertian seni Islami

menurut Ismail R. Faruqi bahwa seni umat Islam merupakan ekspresi estetis seni

yang tak terbatas. bukan semata mata pola dua dimensi abstrak yang

menggunakan kaligrafi, bentuk geometris, dan bentuk tumbuhan yang modis,

tetapi entitas struktural yang selaras dengan prinsip estetis ideologi Islam. Dengan

merenungkan pola tak terbatas ini, benak orang yang mempersepsinya dialihkan

ke Tuhan, dan senipun memperkuat keyakinan religius. Jadi, seni Islam

mempunyai tujuan mengajar dan memperkuat persepsi tentang transendensi

Tuhan dalam diri manusia.4

Setidaknya ada enam bentuk estetika atau seni dalam Islam menurut Ismail

R. Faruqi. Di antaranya adalah abstraksi atau juga tidak bersifat naturalistik,

3 Oliver Leaman, Estetika Islam, (Bandung; Mizan, 2005), h. 14.

4 Ismail Raji Faruqi, Atlas Budaya Islam, (Bandung: Mizan, 2002), h. 199.

Page 56: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

47

struktur modular yang menekankan aspek ekspresif, kombinasi berurutan yang

memadukan berbagai unsur kompleks, pengulangan tingkat tinggi, dinamis yang

berarti tidak lekang oleh waktu atau dapat dinikmati kapanpun dan relevan

sepanjang masa, dan memiliki detail yang rumit. Manifestasi agung dari

keseluruhan karakteristik seni ini mewujud dalam al-Qur‟an.5

Dalam berbagai lukisan Affandi terdapat beberapa bentukan sebagaimana

karakteristik seni Islami yang dijelaskan Ismail R. Faruqi. Secara umum lukisan

Affandi sebagai bentuk lukisan ekspresionis adalah jawaban bentuk seni Islami

dalam pandangan Al-Faruqi. Eskpresif ini berarti sebagai menjelaskan adanya

struktur modular yang bersifat ekspresif sehingga menekankan pada unsur

abstraksi. Secara tidak langsung, luksisan-lukisan Affandi memiliki detail abstrak

yang tinggi. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa lukisan Affandi jelas

nyaris abstrak. Artinya lukisan-lukisan seperti karya Affandi inilah yang jelas-

jelas menunjukkan identitas seni Islami dalam perspektif al-Faruqi.

Pada tataran pemaknaan, lukisan abstrak serta tanpa keterangan yang tegas

dari Affandi memunculkan berbagai spekulasi mengenai arti setiap lukisan yang

dihasilkan. Akan tetapi sifat abstraksi yang ada dalam lukisan tersebut justru

menunjukkan penggambaran pola tak terbatas dan berakhir pada abstraksi

tertinggi, yakni persoalan ketuhanan. Dengan kata lain, lukisan Affandi secara

tidak langsung memuat kesadaran pemaknaan memberi pengagungan tertinggi

kepada Tuhan. Nilai-nilai ketuhanan inilah menjadi titik utama setiap dasar

estetika Islam. Sebagaimana dijelaskan oleh Oliver Leaman bahwa estetika Islam

mendasar pada persoalan ketauhidan atau ketuhanan. Dengan demikian nilai-nilai

5 Ismail, Atlas, h. 201.

Page 57: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

48

ketuhanan dalam abstraksi lukisan Affandi menunjukkan makna ketuhanan yang

bersifat Islami.

Lukisan-lukisan Affandi, terutama dalam lukisan Ka‟bah tidak hanya

menggambarkan pada persoalan ibadah haji semata, lebih mendalam daripada

ibadah haji, lukisan Ka‟bah memberikan kesan Tuhan, Islam dan manusia secara

menyeluruh. Gambaran matahari dengan sinarnya, langsung menyinari pada

ka‟bah yang dikerubungi ribuan manusia. Maka secara tidak langsung lukisan

tersebut menjelaskan kepada kita bahwa Islam datang dari cahaya tuhan yang

menggantikan kegelapan duniawi. Pemaknaan tersebut tidak berlebihan,

mengingat estetika Islam beruapaya mengungkapkan kualitas spiritualitas yang

tidak tampak dari objek tersebut, melainkan membuatnya tanpa batas waktu

menghindari imintasi naturalnya.6 Pemaknaan terhadap Islam sebagai cahaya dari

Tuhan adalah makna yang tidak bisa hilang ditelan zaman. Makna tersebut bisa

dipahami kapanpun dan dimanapun. Ka‟bah sebagai simbolis utama atas Islam

adalah nyata sebagai bentuk naturalistiknya, akan tetapi ribuan manusia yang

mengelilinginya merupakan manifestasi bahwa manusia berbondong-bondong

mendekatkan diri pada cahaya Ilahi.

Hal yang cukup sulit ditemukan adalah kajian estetika Islam sangat dekat

dengan kondisi atau pengalaman spiritualitas manusianya. Dalam pandangan

Seyyed Hosein Nasr, estetika Islam tidak hanya bicara pada hasil karya, akan

tetapi juga merupakan hasil perilaku si pembuatnya. Dengan kata lain, karya

estetika Islami merupakan hasil pengalaman spiritualitas manusia.7 Persoalannya,

6 Oliver Leaman, Estetika Islam, h. 49.

7 Oliver Leaman, Estetika Islam, h. 15.

Page 58: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

49

dokumentasi mengenai Affandi sangat sedikit, terutama penjelasannya mengenai

pengalaman spiritualitasnya. Sehingga dalam menganalisa estetika Islam dari segi

pengalaman spiritualitasnya cukup sulit dipastikan apakah Affandi melukis

berdasarkan pengalaman spiritualitasnya atau kembali pada aspek

kemanusiaannya.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, melukis bagi Affandi adalah

kebutuhan. Dimana ada keinginan, maka Affandi langsung melukisnya. Tanpa

perenungan mendalam, penuh emosional dan bersifat spontanitas. Sedangkan

gambaran seniman yang masuk kategori esteika Islam dalam pandangan Nasr

menekankan adanya pengalaman spiritualitas. Oleh karena itu, gambaran

mengenai makna yang terkandung dalam lukisan Affandi setidaknya cukup

mewakili estetika Islam. Pengalaman spiritualitasnya dapat didukung dari

keinginannya untuk tetap melaksanakan ajaran-ajaran Islamnya, berupa ibadah

haji. Keterangan tersebut sebagaiman dijelaskan Ajip bahwa, dalam setiap

pameran lukisannya, Affandi ingin melaksanakan ibadah haji untuk menuntaskan

kewajibannya sebagai seorang Muslim.8 Selain itu, Agus Dermawan juga

menuliskan bahwa Affandi menanggapi omongan mengenai lukisannya yang

Islami bukan hanya Ka‟bah, sebab hampir setiap lukisannya didasari pada nilai-

nilai keislaman.9

Pada intinya, lukisan Affandi dalam konteks estetika Islam dapat

disimpulkan pada beberapa hal. Pertama, dari segi bentuk lukisan yang

menampakkan ke khasan lukisan Islami adalah warna dalam lukisan Ka‟bah.

8 Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 78.

9 Agus Dermawana, Bukit-Bukit Perhatian, h. 132.

Page 59: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

50

Lukisan Ka‟bah menggunakan warna yang cerah sebagaimana identitas estetika

Islam yang menawarkan keindahan serta kebahagiaan. Kedua karakteristik lukisan

Affandi yang emosional, ekspresif serta abstrak memiliki makna yang tak ada

habisnya sehingga harus diakhiri pada pemikiran tentang kesempurnaan utama,

yakni pada persoalan Ketuhanan. Ketiga, pengalaman spiritualitasnya menang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan, akan tetapi hadirnya lukisan-lukisan Affandi

yang memiliki nilai-nilai estetika Islam mewakili atas pengalaman spiritual

Affandi. Dengan demikian lukisan Affani kuat akan estetika Islaminya.

B. Humanisme dalam Lukisan Affandi

Dalam memahami lukisan Affandi kerap terjebak dalam usaha memahami

ekspresionistisnya. Hal ini dapat dipahami bagaimana tulisan-tulisan mengenai

Affandi kerap diorientasikan pada persoalan perkembangan gaya lukisan Affandi

dari tahun ke tahun. Masalah lainnya adalah Affandi bukan seniman yang bisa

menguraikan acuan seni lukisnya. Affandi bahkan jarang bicara tentang

lukisannya. Karena itu, betapa pun kuatnya ekspresi Affandi tampil sebagai

fenomena estetik, tidak mudah mendapat konfirmasi ketika fenomena estetik itu

mau diteguhkan sebagai buah pemikiran. Tannggapan yang paling sering

dilontarkan untuk mengkaji nilai-nilai di balik lukisannya, yaitu ia seorang

humanis. “Saya selalu ingin menjadi humanis, tapi tidak punya kemampuan. Yang

saya punya cuma perasaan sentimentil, cinta pada orang.”10

Akan tetapi

pernyataan tersebut juga tidak diimbangi dengan penjelasan detail mengenai

humanismenya. Cukup sulit menemukan penjelasan “humanisme” perspektif

Affandi.

10

Ajip Rosidi, Affandi Pelukis, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1979), h. 22.

Page 60: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

51

Analisis pemikiran humanisme Affandi dalam lukisan dapat ditelusuri

melalui berbagai hal. Dimulai dari awal melukis, objek yang akan dilukisnya,

ekspresi saat melukis hingga hasil yang dilakukan secara berulang-ulang, atau

memiliki kesan tematik. Kronologi penciptaan lukisannya, objek sebagai pencetus

ekspresi artistiknya selalu melalui tahap observasi. Kemudian objek dipelajari

secara mendalam karena dalam melukis ia memerlukan empati. Dirinya seolah-

olah menyatu dengan objek yang menjadi motif lukisannya. Bahkan terhadap

masalah penderitaan, empatinya telah mengalami perluasan makna menjadi sikap

humanisme. Jadi bukan hanya penderitaan manusia dan binatang, tetapi juga

„penderitaan‟ benda-benda. Azas seperti ini menjadi obsesi daya kreatifnya,

menyebabkan dia kerap melukis dengan suasana yang akrab dengan penderitaan.11

Kaitan antara lukisan ini dengan konteks sosial dapat dijelaskan sebagai

berikut: Wajah Affandi dengan sudut bibir tertarik ke bawah mencerminkan rasa

amarah. Latar belakang bagian bawah berwarna kuning, oker, merah, dan warna

kusam seperti biru kecoklatan sangat meyakinkan telah menambah suasana

misteri. Emosi pelukis dalam lukisan ini secara jelas tampak dari sapuan kuas

besar, tarikan garis yang kasar dan spontan dengan warna kehitaman. Warna

coklat gelap menggambarkan ekspresi keprihatinan yang menimpa

masyarakatnya. Tetapi karena langkah-langkahnya hanya mengandalkan suara

hatinya untuk menggerakkan rasa kemanusiaan orang lain maka wajar kalau ia

selalu gagal. Dan kegagalan itu dianggapnya sebagai kegagalan dirinya sebagai

11

Ajip Rosidi, Pelukis Affandi, h. 45.

Page 61: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

52

pelukis. Menganggap dirinya gagal karena tidak dapat mengangkat harkat

kemanusiaan pada kebaikan, kedamaian, dan kebahagiaan.12

Melalui mata penghayatan terhadap objek menjadi sensasi luapan emosi

kemudian diekspresikan ke bidang kanvas melalui goresan. Ekspresi seni Affandi

lebih didominasi oleh emosi dan garis-garis liar. Ketika melampiaskan emosi

pribadi, dia tidak lagi menoleh keluar untuk menguasai keadaan visual objek.

Melainkan sintesis antara faktor eksternal yakni segala sesuatu yang ada di luar

dirinya dengan faktor internal yakni temperamen, kepribadian, dan wawasannya.

Objek hanya pemberi ide bukan sumber, sementara sumbernya adalah dirinya

sendiri. Affandi hanya berperan sebagai medium ketika melampiaskan torehan

warna dan emosi.13

Selain itu, Gamal menegaskan bahwa Affandi melukis dengan memadukan

unsur rupa dan ide yang kuat dalam setiap lukisannya. Unsur rupa berisikan garis,

warna, tekstur, komposisi, dan lain- lainnya, termasuk pertimbangan desain.

Sementara unsur ide merupakan aspek yang diekspresikan, meliputi intelektual,

emosi, simbol, religi, dan unsur lain yang bersifat subjektif.14

Lukisan dengan tema emosional seperti pada karya potret diri atau

keluarganya, merupakan „dunia dalam‟ yang menampilkan kejujuran

kemanusiaannya. Sementara tema kehidupan rakyat jelata seperti pada lukisan

pengemis, petani, atau nelayan, tidak luput dari perhatiannya sebagai wilayah

kemanusiaan yang menyentuh perasaan. Perjuangan dan penderitaan yang

12

Gamal, Kartono, Bagaimana Cara Mengamati Lukisan Karya Affandi, (Medan:

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2008), h. 8. 13

Dullah, Affandi 70 Tahun, (Jakarta; DKJ, 1977), h. 42, 14

Gamal Kartono, Bagaimana Memahami Lukisan Affandi, h. 7.

Page 62: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

53

ditunjukkan dalam lukisan kakiku koreng, dia datang, dia menunggu dan dia

pergi, mengingatkan kita akan makna dari sisi kehidupan manusia.

Salah satu lukisan yang kerap diulang-ulang adalah lukisan berjudul

“Potret Diri”. Lukisan ini terdapat beberap jenis dan memiliki perbedaan baik

corak, maupun warna. Termasuk ada beberapa variasi tambahan seperti matahari

atau yang lainnya. Akan tetapi, satu lukisan khas tentang “Potret Diri” adalah

wajah Affandi yang menampakkan diri di setiap lukisan “Potret Diri”.

Pada awalnya, di tahun 1930-1940an, lukisan Affandi bertema Potret Diri

bergaya naturalis. Pada kategori ini lukisan yang dibuatnya sama seperti gambar

photo pada umumnya yang dilukis kembali menggunakan pensil. Pada tahun-

tahun selanjutnya, potret Diri berkembang menjadi realis. Perkembangan gaya

lukisan di Potret Diri terlihat pada tahun 1944. Pada luksan tersebut terkesan

semakin abstrak berkembang menjadi realis. Pada tahun 1950an, lukisan Potret

Diri bervariasi, kebanyakan potret diri dihiasi dengan gambar topeng, atau dalam

judulnya disebut Potret Diri dan Topeng. Terdapat lima lukisan di tahun 1960an

yang bertemakan potret diri dan topeng. Baru pada tahun 1970an hingga 1980an

lukisan Potret Diri kental akan ekspresi dan guratan yang semakin abstrak dan

menemukan gayanya yang disebut sebagai ekspresionis. Selain terdapat varian

topeng, Affandi juga kerap melukis Potret Diri dengan Kartika, dengan Istri dan

sebagainya.15

Banyaknya lukisan mengenai Potret Diri dengan berbagai variannya

menunjukkan kesan yang berulang-ulang mengenai gambar dirinya sendiri.

15

Sumber diambil langsung dari Museum Affandi.

Page 63: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

54

Pertanyaannya, apakah Affandi sedang menjelaskan humanisme melalui

dirinya?Atau hanya sebatas lukisan tanpa makna?

Dalam riwayatnya, Affandi melukis dirinya setelah diusir dari Galeri di

Bandung. Affandi diusir lantaran berwajah jelek dan kumal yang dianggap tidak

pantas masuk Galeri. Karena alasan itulah akhirnya melukis tentang dirinya

sendiri untuk membuktikan apakah dirinya memang jelek sehingga tidak bisa

diterima oleh masyarakat atau dia bisa mengubah dirinya melalui lukisan sehingga

terkesan lebih menarik untuk orang lain. Akan tetapi disaat melukis potret diri

dengan dibumbui agar terlihat lebih gagah, Affandi justru merasa resah

mempertanyakan dirinya sendiri. Affandi tidak mengakui bahwa hasil lukisannya

adalah dirinya. Dengan kata lain, seolah-olah Affandi tidak mengakui realitas

tentang dirinya yang ada.16

Pada akhirnya Affandi memilih berdamai dengan realitas sosial yang

dihadapinya, dianggapnya sebagai bagian dari alam kehidupan. Dalam konteks ini

ia merasa bisa melawan, melayani desakan itu dengan reaksi spiritual. Melalui

Lukisan potret diri, Affandi justru menjelaskan realitas sosial yang pahit. Wajah

wajah yang tampil dalam lukisan lukisan ini muram dan menggambarkan

kehidupan keras keluarga Affandi. Dari semua kenyataan itu bisa disimpulkan

pembentukan acuan seni lukis Affandi berangkat dari “potret diri”. Melalui

lukisan potret ini Affandi “merenungkan” esksistensinya. Melalui wajahnya ia

mengkaji hubungan realitas dengan kepribadiannya.17

Dengan melukis diri sendiri, Affandi juga sedang berusahan

mengendalikan semua gerak emosinya. Itulah sebabnya mengapa ia selalu

16

Ajip Rosidi, Affandi 70 Tahun, h. 43. 17

Ajip Rosidi, Affandi 70 Tahun, h. 33.

Page 64: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

55

kembali melukis potret diri ketika merasa gagal melukis. Ia seperti menyetel

kembali nada emosinya dengan melakukan instrospeksi. Pada lukisan potret diri

yang secara tetap dibuatnya, tercermin seluruh perkembangan seni lukisnya.

Lukisan potret, bagi Affandi adalah sebuah refleksi perkembangan dirinya.18

Affandi menegaskan, potret diri yang dibuatnya, adalah refleksi dari perjalanan

hidupnya.

Potret Diri adalah gambaran yang menjelaskan mengenai kondisi sosial

yang ada. Potret Diri secara tidak langsung melambangkan eksistenti manusia.

Guratan guratan yang tertuang dalam lukisan penuh emosi memiliki ide berupa

kondisi sosial yang terjadi, seperti kemiskinan, kesengsaraan. Beberpa lukisan

“potret diri” juga bervariasi dengan matahari (1950). Ajip Rosidi menjelaskan

bahwa Matahari yang terdapat pada lukisan Potret Diri meneguhkan Affandi

sebagai naturalis sejati, yang artinya Affandi menganggap alam adalah sumber

kekuatan dirinya.

Potret Diri dengan topeng juga menunjukkan bahwa sebagai manusia bisa

memakai topeng apapun, baik kesedihan, kebahagiaan, kemalratan, dan

sebagainya. Apa yang dilihat oleh mata seolah nyata, akan tetapi tidak

sepenuhnya nyata. Namun Affandi juga tidak menegaskan apakah hal tersebut

menjadi buah pemikiran eksistensinya sebagai manusia. Patut dicerna bahwa

potret diri selain menjelaskan mengenai eksistensi manusia juga menegaskan

sebagai kritik terhadap manusia yang suka bertopeng.19

Apakah Affandi memahami humanisme hanya dari dirinya sendiri?

Jawabannya adalah tidak. Sebab varian lukisan potret diri juga bersandingan

18

Ajip Rosidi, Affandi 70 Tahun, h. 19. 19

Ajip Rosidi, Affandi 100 Tahun, h. 54.

Page 65: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

56

dengan Istri, anak maupun cucu. Dalam beberapa lukisan lain terdapat tema

seperti keluarga, Istri, ketelanjangan (cucunya), Kartika sedang tidur yang secara

tidak langsung Affandi sedang mendeskripsikan kondisi keluarganya.

Bagi Affandi, keluarga adalah hal utama yang tidak bisa diganggu gugat.

Realitas sosial dikemas oleh Affandi dari keluarganya yang setiap saat dilihatnya.

Affandi tidak beresentuhan dengan politik dan sebagainya, sehingga ketika bicara

kritik sosial, Affandi lebih menjelaskan tentang kondisi yang ada, melalui

keluarganya. Sebab menurutnya, setiap orang memiliki keluarga, maka bisa

dipastikan memiliki masalah dan tujuan yang sama. Misalkan, Affandi

menjelaskan mengenai melihat anak, maka ia menegaskan bahwa Affandi tidak

serta merta hanya melihat secara fisik anak, akan tetapi sekaligus memahami ada

kesejahteraan yang harus didapatkan, ada masa depan yang harus diembannya.

Baginya pandangan tersebut merefleksikan untuk semua orang.

Affandi kerap mengatakan dirinya sebagai humanis. Humanisme yang

dimaksudkan adalah Affandi mengedepankan urusan kemanusiaan daripada

melukis. Suatu contoh jika Affandi sedang ingin melukis tetapi ada keluarganya

yang butuh diantar ke rumah sakit, maka Affandi memilih mengantar keluarganya

ke rumah sakit daripada harus melukis.

Dalam kesempatan lain, Affandi juga mempertegas pengakuannya sebagai

seorang humanis. Affandi mencotohkan Hendra yang melukis dengan kain

Istrinya. Bagi Affandi, Hendra layak melakukan seperti itu karena dia merasa

sebagai pelukis. Bahkan tidak perlu mempertimbangkan hal lain meskipun itu

satu-satunya kain yang dimiliki Istrinya. Pengakuan Affandi juga diperkuat

dengan alasan untuk mendapatkan kain kanvas pada masa itu cukup sulit.

Page 66: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

57

Sehingga apa yang dilakukan Hendra menjadi keharusan jika dia seorang

pelukis.20

Atas dasar tersebut Affandi enggan mengakui dirinya sebagai pelukis

atau seniman. Affandi memilih menjadi “tukang gambar”, daripada harus disebut

sebagai pelukis.

Argumen di atas adalah gambaran sederhana mengenai sisi kemanusiaan

yang dikedepankan Affandi dibalik dirinya sebagai pelukis. Menurutnya

mementingkan urusan keluarga berarti mengedepankan kemanusiaan. Sikap lain

yang menunjukkan mementingkan keluarga adalah Affandi bekerja selama 20 hari

dalam satu bulan, 10 hari sisanya untuk melukis. Dengan demikian, porsi untuk

keluarga lebih banyak daripada waktunya untuk melukis.21

Adapun dalam lukisan atau estetika humanisme dalam lukisan Affandi

sebenarnya tergambarkan melalui semua karyanya yang menceritakan realitas

sosial. Hampir seluruh yang dilukis merupakan ekspresi emosi atas objek

kemanusiaan pada umumnya. Baik berupa kekaguman maupun kritik tajam atas

yang dilakukan oleh manusia. Affandi akan memilih persoalan kemanusiaan yang

dihadapinya daripada melukis. Sebagaimana kasus di atas, dengan mendahulukan

urusan keluarga, Affandi lebih humanis daripada egois mementingkan

keinginannya untuk melukis.

Gamal Kartono, seorang dosen seni rupa di Universitas Negeri Medan

berusaha menjelaskan sumber inspirasi Affandi, dengan menuliskan :

Konsistensi pada humanisme merupakan titik tolak penciptaan dan perjuangannya

dalam melukis, dan tentu saja ekspresi emosi yang tercurah disertai dengan

eksperimen. Indikasi ini terlihat dari visualisasi karya karyanya yang terdiri dari

20

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 25. 21

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 43.

Page 67: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

58

berbagai teknik dan objek pelukisan. Affandi termasuk seniman yang harus

melukis dengan objek nyata di hadapannya, oleh karena itu objeknya harus akrab

dengannya. Kondisi sosial, lingkungan alam, keluarga, sampai pada wajahnya

sendiri merupakan situasi lingkungan kesehariannya.22

C. Estetika Idealisme

Dalam memahami estetika yang terdapat dalam lukisan Affandi, kita perlu

kembali pada kaidah dasar mengenai keindahan. Immauel Kant menegaskan

bahwa keindahan tidak tergantung pada objeknya, sebab keindahan merupakan

substansi dan bukan gagasan atas pikiran manusia. Keindahan terletak pada objek

sensitif yang bisa dirasakan, bukan objek diam. Apa yang dibangun orang untuk

keindahan adalah komunitas yang berperasaan. Kant meyakini adanya kepastian

hakiki yang tidak empiris dan berada dalam wilayah transendential dalam diri

manusia melalui karya seni.23

Dengan kata lain, keindahan merupakan manifestasi

atas pengalaman yang dituangkan dalam bentuk karya.

Aliran ekspresionisme yang dinisbahkan kepada Affandi merupakan

deskripsi sederhana untuk menjelaskan bagaimana Affandi menciptakan lukisan.

Beberapa data menjelaskan bahwa Affandi melukis secara spontanitas dan

langsung berhadapan dengan objeknya. Baginya melukis adalah menumpahkan

emosinya tentan objek yang dilihatnya. Untuk mendapatkan emosi yang sesuai, ia

harus berhadapan langsung dengan objek yang akan dilukisnya. Jika emosi yang

dirasakan masih belum sempurna, Affandi kerap masuk ke dalam objek dan

22

Gamal Kartono, Bagaimana Cara Mengamati Lukisan Karya Affandi, (Medan:

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2008), h. 2. 23

Bagus, Pijar Mengungkap Rasa; Wacana Seni dan Keindahan, (Jakarta: Gramedia,

2001), h. 33.

Page 68: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

59

menjadi bagian objek tersebut, sehingga hasil emosi yang didapatkannya menjadi

sempurna. 24

Yang penting dicatat dalam memahami lukisan Affandi adalah

bukan tiruan objek, melainkan hal tersebut dilakukan demi menjaga emosinya.

Oleh karena itu, hasil lukisannya bersifat spontanitas. Spontanitas berarti sekali

melukis jadi tanpa direvisi. Soedarso menegaskan:

Ekspresi Affandi yang tertuang dalam lukisan menunjukkan buah ekspresi

yang dirasakannya. kalau akan melukiskan sesuatu objek, misalnya orang-orang

yang bekerja di sawah, terlebih dulu digaulinya objek tersebut sampai ia dapat

merasakan bahwa seakan-akan dialah yang melakukan pekerjaan itu, artinya, ia

bisa berempati atau berfeeling into, dan dalam keadaan seperti itu ia buru-buru

melukiskannya karena takut kalau-kalau emosi atau perasaan yang diperolehnya

itu hilang sebelum lukisannya itu siap, dan karena itulah maka ia berusaha

mencari jalan yang cepat untuk dapat menuangkan emosinya tersebut yang

akhirnya membuahkan teknik plototannya yang terkenal itu. Jadi buat almarhum

Affandi teknik plototan tersebut adalah sebuah keharusan, sedang untuk yang

lain-kalau ada-teknik itu adalah mode atau gaya. Kebebasan berekpresi, emosi,

penjiwaan dan Goresan-goresan Affandi dalam menciptakan sebah karya seni,

memberikan inspirasi tersendiri bagi perupa untuk mengaplikasikan semuanya

kedalam lukisan ekspresionistik tentang akar.25

Baginya, melukis ibarat naik sepeda. Terus mengayuh tanpa perlu berpikir

dengan teori ataupun metodenya. Hanya diperlukan insting untuk menjaga

keseimbangan agar tidak jatuh. Hal ini menjadi landasan aksiologisnya dalam

karya Affandi. Bahwa dalam melukis, Affandi hanya percaya pada ketajaman

24

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, (Bandung: Nuansan, 2008), h. 34. 25

Soedarso, Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni, (Yogyakarta : BP

ISI, 2006), h. 57.

Page 69: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

60

mata dan insting dari hati nuraninya untuk mendapatkan ekspresi yang sesuai

antara objek dan lukisan.26

Bagi Affandi melukis bukan berdasarkan pikiran melainkan pada naluri.

Tidak meniru dari apa yang tersaji oleh alam, tetapi menyaringnya secara intuitif

sampai hanya pada esensinya saja. Goresan sederhananya membentuk ketepatan

yang meyakinkan sehingga garis-garis itu seolah menunjukkan cermin

kepribadiannya. Lukisannya menjadi paduan emosi dan intuisi karena dimensi

penciptaannya dikendalikan oleh sikap, instingtif, dan rasa yang fluktuatif

sehingga karyanya menjadi temperamental. Terbentuknya sikap batin seperti ini

juga diakibatkan oleh peran sosial budaya.

Pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa konsepsi atau pemikiran

Affandi dalam lukisannya merupakan buah emosi yang didapatkan secara matang.

Hal tersebut menjadi pengalaman inderawiah yang tertanam dalam pikiran

membentuk satu gagasan keindahan yang dimilikinya. Dalam penjelasan

idealisme Hegel dinyatakan sebagai bentuk dorongan naluriah yang muncul atas

dasar pengalaman spiritual maupun alamiahnya untuk dirinya sendiri.27

Salah satu contoh lukisan yang ekspresif dan penuh emosional dapat

dilihat dalam lukisan “Ayam Tarung”. Lukisan Ayam Tarung mendeskripsikan

mengenai ajang adu ayam yang dilihatnya waktu di Bali. Dalam lukisan tersebut

terdapat gambar ayam yang sedang bertarung dan satu ayam lagi mati. Di sisi-sisi

lukisan terdapat gambar semcam kaki-kaki yang menggambarkan kaki manusia.

Makna yang disampaikannya adalah bahwa yang mati dalam lukisan tersebut

bukan hanya ayamnya, akan tetapi manusia manusia di sekelilingnya. Kematian

26

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 33. 27

Bagus, Pijar Mengungkap Rasa, h. 43.

Page 70: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

61

yang dimaksud adalah bahwa manusia dengan riang gembiranya tanpa perasaan

menyiksa hewan-hewan tersebut. Manusia begitu kejam mengadu ayam (sabung

ayam) sampai mati.28

Lukisan berjudul “Ayam Tarung” merupakan buah emosional yang

dituangkan dalam bentuk lukisan. Baginya, pertarungan ayam yang dimaknai

hiburan adalah hal yang tidak pantas. Mempermainkan hewan sama halnya

mempermainkan ciptaan Tuhan. Secara tidak langsung kepekaan manusia untuk

menyayangi hewan telah hilang. Makna inilah yang disampaikannya bahwa

manusia telah benar-benar kehilangan rasa kasih sayangnya. Analisis lain yang

menekankan pesan “kematian” adalah pilihan warna yang dituangkannya dalam

lukisan. Affandi sengaja memilih warna kelam sebagai penggambaran aura atau

warna kekelaman, kegelapan, hingga kematian. Akan tetapi pesan yang ingin

disampaikannya bukan kematian secara fisik, melainkan kematian psikis atau

jiwa-jiwa manusia, yakni matinya rasa sayang manusia terhadap hewan.

Ayam Tarung melukiskan perasaan dan pengindraan batin yang timbul

dari pengalaman di luar yang diterima tidak saja oleh pancaindra, melainkan juga

oleh jiwa seseorang. Affandi berhasil mengejawantahkan bukan hanya apa yang

diterimanya dari pancaindera, tetapi juga apa yang dimilikinya dalam jiwanya, ke

dalam sebuah lukisan “Ayam Tarung”. Perkawinan antara materi dan ide dalam

buah-buah tangan Affandi yang sangat emosional dan ekspresionis.

Pesan-pesan yang terkandung di dalam lukisannya ditegaskan oleh Ajip.

Apa yang dilukiskan Affandi selalu memberikan pesan tentang kondisi sosial

yang mendalam. Ekspresi yang tertuang dalam lukisan berisi moralitas dan kritik

28

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 69.

Page 71: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

62

sosial yang begitu mendalam. Akan tetapi, apresiasi masyarakat saat melihal

lukisannya tidak dipahaminya dengan baik. Ajip menuturkan bahwa Affandi

justru menangis jika ada seseorang yang mengagumi lukisannya. Sebab pesan

yang disampaikan tidak bisa diterima oleh masyarakat. Affandi sendiri

mengakuinya bahwa lukisan-lukisannya tidak akan mudah mendapatkan apresiasi

masyarakat.29

Dengan penjelasan tersebut, analisis estetika dalam lukisan Affandi

mengarahkan pada estetika idealisme Hegel. Dari mulai pembuatan lukisan,

Affandi menyerap pegalaman inderawiyah, atau dengan kata lain Affandi tidak

bisa melukis jika tidak melihat atau memahami objek. Selanjutnya, dalam pesan

yang tersirat dalam setiap lukisannya merupakan pengejawentahan atas kondisi

sosial yang bermuatan kritis di dalamnya. Dengan kata lain, Affandi telah

berupaya membangun kesadaran budaya masyarakatnya melalui lukisan. Terlebih

dalam ketegasannya menolak diakuinya sebagai pelukis. Melukis baginya hanya

cara penyampaian isi hati kepada orang lain tentang kehidupan manusia.30

Maka

argumen ini senada dengan apa yang katakan oleh Hegel mengenai keindahan itu

sendiri. Keindahan bukanlah tujuan, melainkan cara pengungkapan yang ideal

dalam kehidupan sehari-hari.31

D. Kritik Sosial Affandi Melalui Lukisan

Secara teknis lukisan-lukisan Affandi berkembang dari model naturalis

atau relais bergeser pada ranah ekspresionis. Dapat dipahami karyanya

dipertengahan tahun 1930-an, sewaktu Affandi melukis dirinya sendiri, ibu, atau

anak dan istrinya, ia dikategorikan sebagai pelukis realis atau naturalis. Kemudian

29

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 26. 30

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 69. 31

Bagus P. Menyingkap Rasa, h. 43.

Page 72: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

63

lambat laun bergeser menjadi pelukis ekspresionis dari tahun 1950- an sampai

pada akhir hayatnya.32

Salah satu penggerak daya kreatif penciptaan artistiknya

adalah penolakannya terhadap penggambaran yang terbatas pada realitas.

Keinginannya adalah mengungkapkan problem yang ada di balik ciptaan – subject

matter - sambil memberikan penekanan.

Lukisan karya Affandi bukan sekadar mengekspresikan objek yang ada di

alam, tetapi lebih jauh dari itu yakni sampai pada taraf mencari makna. Landasan

berpikir seperti ini ditandai dari fisis lukisannya. Pertama dari sisi garapannya

yang memperlihatkan beberapa teknik, gaya dan penggambaran objek pelukisan.

Kedua dari sudut „pesan‟ ada kalanya ia melukis peristiwa atau objek di

sekelilingnya, tetapi pada saat lain Affandi melukiskan dirinya sendiri.

Kesemuanya demi memuaskan hasratnya melukis.33

Terbentuknya sikap batin muncul diakibatkan oleh peran sosial budaya.

Kebiasaan orang yang tinggal di daerah perkebunan misalnya, menonton

pertunjukan wayang kulit sebagai hiburan. Secara lahiriah Affandi menjadi sangat

senang menggambar wayang. Bentuk bentuk wayang mengendap dalam

sanubarinya yang dikemudian hari mempengaruhi caranya melukis. Terlihat dari

garis-garis lukisannya yang meliuk, melingkar, dan padat warna, mengingatkan

kita pada alur garis wayang kulit. Sementara itu secara batiniah mempengaruhi

watak, prinsip hidup, dan pandangan keseniannya. Yakni menyatu dengan „orang

kecil‟ yang tidak mencitrakan kemewahan hidup.

Salah satu contohnya tertera pada lukisan yang berjudul “Pengemis”.

Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari

32

Gamal, Memahami Lukisan Affandi, h. 2. 33

Gamal, Memahami Lukisan Affandi, h. 3.

Page 73: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

64

empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang

mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas.Objek-objek

rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Oleh karenanya, ia sering

disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya.34

Kondisi seperti inilah yang kemudian dijadikannya sebagai sumber ilham.

Kreativitasnya dimulai dari merasakan, melihat, kemudian menyerap secara

mendalam hingga mencapai kesadaran sensasi dalam dirinya. Pada tahap

menghayati, dicoba merasakan temuan-temuan dalam kehidupan sampai ke tahap

menghayalkan dan menggunakannya sebagai daya imajinasi. Kemudian

diejawantahkan dalam ide yang terbentuk secara alamiah setelah disatupadukan

dengan unsur-unsur estetis seperti: Garis, warna, atau tekstur sampai memiliki

bentuk akhir. Proses seperti ini pada akhirnya menunjukkan sikap kepribadian -

personality. Guilford menjelaskan bahwa dalam arti sempit kreativitas mengacu

kepada kecakapan yang menjadi karakteristik orang-orang kreatif yakni

orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi.35

Perjalanan kesenimanan Affandi tampaknya memiliki motivasi tinggi dan

sikap jujur yang diperjuangkannya secara konsisten. Dari cara konvensional yakni

menggunakan kuas ke sistem pelotot-an yakni menumpahkan bahan berwarna

langsung dari dalam tempat atau tube. Kemudian sebagai pengganti kuas, jari-

jemarinya digunakan untuk mengolah warna ketika mengekspresikan sesuatu

yang dilihat dan dirasakannya. Caranya melukis seperti ini. Bahkan pada karyanya

yang mutahir nyaris menjadi abstrak. Objeknya sulit untuk dikenali.36

34

Ajip Rosidi, 100 Tahun Affandi, h. 67. 35

Dedi Supriyadi, Kreatifitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK, (Bandung:

Alfabeta, 1994), h. 55. 36

Sanento Yuliaman, Seni Lukis Indonesia Baru, (Jakarta: DKJ, 1976), h. 13.

Page 74: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

65

Lewat ekpresionisme, Affandi menyatu dengan objek-objeknya bersama

dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah

empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam

lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya. Dalam setiap

ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga

merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya.

Teknik plotot-an dalam melukis adalah hal yang baru, terlebih pada masa

awal Affandi melukis sedang berkembangnya lukisan naturalis. Kebanyakan

lukisan yang berkembang pada masanya adalah lukisan-luksan gaya naturalis,

dengan teknik melukis menggunakan kuas kemudian menggambarnya objeknya

semirip mungkin. Akan tetapi teknik plotot-an yang digunakan oleh Affandi

adalah dengan mencelupkan jemarinya di tube cat kemudian disapukan ke kain

kanvas yang akan dilukisnya. Dengan kata lain mengganti kuas dengan jemari-

jemarinya.

Gamal menjelaskan terdapat tiga alasan Affandi menggunakan teknik

plotot-an. Pertama saat di India, Affandi kerap kehilangan kuasnya. Kedua, saat

melukis dengan ukuran yang besar, emosinya meluap sehingga melepaskan kuas

dan digantinya dengan tangan. Ketiga, adalah ketika dia penyelesaian salah satu

lukisan tiba-tiba kuasnya patah. Proses selanjutnya melukis tetap diteruskan

dengan cara memelototkan pewarna langsung dari dalam tube. Torehan garis-

garisnya menjadi tegas dan efek pelototan tadi ternyata memberikan kesan

ekspresif yang lebih dramatis.37

37

Gamal, Memahami Lukisan Affandi, h. 5.

Page 75: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

66

Dari semua alasan penggantian teknik kuas ke plotot-an, Ajip Rosidi

menegaskan bahwa emosionalnya yang meluap inilah yang menjadi alasan

utamanya. Saat melukis, Affandi kerap tak terbendung emosionalnya, bahkan

dirinya sedang merasa bertarung antara objek yang dilihatnya serta ide yang ada

dalam pikirannya. Hal inilah yang menjadikannya koleps ketika harus memilih

kuas dengan penghayatan. Selanjutnya, ketika menghadapi lukisannya justru

menemukan titik temu identitas atas lukisannya. Semakin melukis dengan teknik

plotot-an dan menghasilkan karya yang ekpresif, Affandi semakin merasa puas.

Meski kadang mengakui ada yang perlu direvisi, tetapi untuk sekali jadi, Affandi

merasa puas dengan hasil lukisannya.38

Dalam memahami teknik lukis Affandi, secara tidak langsung tersirat

nilai-nilai estetis di dalam lukisannya. Terdapat objek, emosi dan ekspresionis.

Objek yang dilukisnya harus dihadapannya secara langsung. Affandi kerap

mengatakan tidak bisa melukis jika tidak berhadapan dengan objek. Atau jika

memang tertarik pada objek tersebut tetapi dalam kondisi yang tidak bisa melukis,

maka ia akan menghayatinya sebagai objek tersebut.

Ajip Rosidi menceritakan tentang lukisan Petani. Lukisan tersebut

mendeskripsikan mengenai kondisi petani yang ada pada masa itu. Di dalam

sebuah perjalanan, Affandi melihat persawahan dan beberapa orang di sawah

tersebut. Seketika itu Affandi ingin melukis, akan tetapi sedang tidak membawa

peralatan. Kemudian beberapa kali Affandi harus ke tempat tersebut untuk alasan

yang tidak pernah diucapkan. Akan tetapi, pada saat yang tepat, Affandi datang

untuk melukis di daerah tersebut. Lukisan “Pring” atau “Rumpun Bambu” juga

38

Ajip Rosidi, Affandi 100 Tahun, h. 65.

Page 76: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

67

memiliki kisah yagn sama, saat melihat objek, seketika itu Affandi ingin melukis

dan harus dua kali mendatangi tempat tersebut untuk memastikan bisa melukis

objek tersebut.39

Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa Affandi mengedepankan

pengalaman inderawinya sebagai ide dalam setiap lukisannya. Ide mengenai

lukisannya menjadi semakin emosional ditambah dengan dorongan naluriahnya

ingin melukis. Keinginan dan dorongan yang terjadi dalam dirinya merupakan

pertarungan jiwanya untuk menyampaikan pesan melalui lukisan. Emosionalnya

yang meletup-letup inilah menggambarkan setiap objek yang diambilnya bertema

kan kemiskinan, kesengsaran, maupun kepedihan. Atas dasar inilah, Affandi suka

memilih warna suram, coklat, serta dengan garis yang abstrak. Keseluruhannya

menceritakan penderitaan atas objek dan ide yang ada dalam pikirannya. Pesan

tersebut terangkum dalam ekspresi lukisan-lukisannya.

Dalam pandangan Immauel Kant maupun Hegel, keduanya terdapat

kecocokan dengan deksripsi yang terjadi pada Affandi dan lukisannya. Mengenali

kembali sesuatu yang diluar manusia sebagai dunia merupakan bagian dari

pemahaman. Pemahaman ini senantiasa dimainkan aktif dengan mengidentifikasi

sesuatu yang tertangkap indra. Penampakan tersebut kemudian ditafsirkan dalam

sesuatu yang diketahui. Pengalaman inderawi tidak lepas dari interaksi manusia,

akan tetapi pengalaman tidak ada artinya jiak tidak dipahaminya.40

Kemudian

Menurut Kant, keindahan tidak tergantung pada objeknya, sebab keindahan

merupakan substansi dan bukan gagasan atas pikiran manusia. Keindahan terletak

pada objek sensitif yang bisa dirasakan, bukan objek diam. Apa yang dibangun

39

Ajip Rosidi, Affandi 100 Tahun, h. 52. 40

Bagus, Pijar Mengungkap Rasa, h. 25-28.

Page 77: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

68

orang untuk keindahan adalah komunitas yang berperasaan.Kant meyakini adanya

kepastian hakiki yang tidak empiris dan berada dalam wilayah transendential

dalam diri manusia melalui karya seni.41

Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan lukisan Affandi

adalah ceritanya nyata yang dialaminya. Berkaitan dengan ranah sosial, Affandi

menggambarkan kondisi sosial yang ada. Baik lukisan yang bertema “Petani”,

“Pengemis” maupun lukisannya tentang diri dan keluarganya merupakan potret

kehidupan yang sesungguhnya. Kemudian pilihan warna yang identik dengan

krem, coklat menunjukkan kemuraman, kesedihan serta kesengsaraan. Dengan

kata lain, hampir seluruh lukisan Affandi adalah pesan mengenai kondisi sosial

yang menyedihkan pada saat itu.

Bentuk kesedihan maupun kesengsaraan yang dilukiskan Affandi adalah

pesan yang terkandung di dalalmnya. Dengan model ekspresionis, Affandi berani

tampil beda dari pelukis-pelukis se masa-nya. Meski model yang berkembang

pada masa itu adalah realis atau naturalis, Affandi memilih gaya ekspresionis

yang sarat akan kritik terhadap sosial yang terjadi. Akan tetapi, gaya

ekpresionisme dalam lukisan tidak sepadan dengan pesan yang terkandung di

dalamnya. Affandi mengaku sedih jika ada yang menganggap lukisannya indah,

padahal di dalamnya menceritakan kesedihan yang mendalam.

Kritik tersebut belum sepenuhnya bisa dipahami mengingat ada beberapa

hal, pertama gaya lukisan yang berkembang di Timur adalah gaya-gaya naturalis.

Kedua, model ekspresionisme Affandi bahkan nyaris abstrak, sehingga amat

susah menemukan makna di dalamnya. Ketiga, Affandi sendiri sangat jarang

41

Bagus, Pijar Mengungkap Rasa, h. 33.

Page 78: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

69

menjelaskan makna atau deskripsi lukisannya dalam bentuk pemikiran atau pun

penjelasan lain. Hanya ada beberapa kecocokan bila menggunakan pendekatan

fenomenologi, kritis maupun pendekatan komparasi dengan teori-teori lain.

Page 79: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai estetika dalam lukisan Affandi Koesoema

mengerucut pada dua hal, yakni bagaimana estetika Islam dalam lukisan

Affandi Koesoema serta apa saja indikator estetika Islam dalam lukisan-lukisan

Affandi. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Pertama estetika Islam dalam lukisan Affandi Koeseoma tertuang

dalam lukisan yang berjudul Ka’bah. Lukisan Ka’bah merepresentasikan ide,

pengalaman inderawi serta pengalaman spiritual dan kondisi religiusitasnya

Affandi Koeseoma. Lukisan Ka’bah merupakan satu-satunya lukisan yang

dibuat Affandi tanpa di depan objeknya. Dengan kata lain, lukisan Ka’bah

murni berdasarkan ide dan pengalaman spiritualnya. Alasan selanjutnya

estetika Islam dalam lukisan Ka’bah adalah lukisan tersebut memiliki makna

tentang Islam yang digambarkan dengan cahaya serta manusia di bawahnya

mengitari atau berkeliling di bawah cahaya matahari. Maksud dari deskripsi

tersebut adalah Affandi menyampaikan bahwa Islam datang dengan penuh

terang benderang dan semua manusia berlindung di bawah cahaya Islami

tersebut. Dengan kata lain, makna lukisan Ka’bah adalah berisi gagasan agama

Islam yang penuh cahaya kebenaran yang dikerubungi oleh manusia.

Kedua indikator estetika Islam dalam lukisan-lukisan Affandi paling

jelas terlihat dalam lukisan Ka’bah. Sebagaimana ciri-ciri lukisan Islam

menurut Abdul Hadi WM, maka lukisan Ka’bah lah yang paling Islami. Sebab

Page 80: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

70

lukisan Ka’bah menggunakawan warna terang sebagaimana lukisan Islami

lainnya. Indikator lainnya adalah lukisan Islami memiliki pesan religiusitas.

Lukisan Ka’bah jelas mendeskripsikan rukum Islam yang ke lima, yaitu ibadah

Haji. Dengan demikian semakin jelas bahwa lukisan Ka’bah Affandi

Koesoema merupakan lukisan estetika Islam. Selain menyoal estetika Islami,

lukisan-lukisan Affandi secara umum memuat konsep estetis, sebab apa yang

dilukis bersumber dari ide dan perasaan serta pengalaman inderawinya.

Dengan demikian, setiap dalam lukisan-lukisan Affandi memiliki pemikiran

serta pesan yang akan disampaikan kepada yang melihatnya. Dalam konteks

ini, lukisan-lukisan Affandi memiliki nilai estetis atau memiliki konspesi

esetetika dalam setiap lukisannya.

B. Kritik dan Saran

Skripsi ini jauh dari sempurna, setidaknya terdapat beberapa kelemahan

di dalamnya. Terutama dalam bahan yang didapatkan sangat kurang. Oleh

karena itu masih bisa diperdalam lebih lanjut penelitian mengenai estetika

Islam dalam lukisan Affandi. Sebab yang masih perlu ditambahkan adalah

referensi mengenai pengalaman spiritualitas Affandi Koeseoma yang belum

terekam sepenuhnya. Sehingga dalam penelitian lebih lanjut diharapkan dapat

mengulas pengalaman spiritualitas Affandi Koeseoma sebagai kerangka

analisis estetika Islam dalam setiap lukisan-lukisannya.

Page 81: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

71

Daftar Pustaka

Ali, Matius. Pengantar Estetika, Yogyakarta: Sanggar Luxor, 2011

Toer, Pramoedya Ananta. Sastra Realisme Sosialis, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2006.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedi, 2002

------Pijar Mengungkap Rasa; Wacana Seni dan Keindahan, Jakarta: Gramedia,

2001

Bentara Budaya. Perjalanan Seni Lukis Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2004.

Dermawan, Agus. Bukit-Bukit Perhatian, Jakarta: Gramedia, 2004

Direktorat Museum, Buku Panduan Museum-Museum Daerah Yogyakarta,

Yogyakarta: Departemen Pendidikan, 1997.

Djamin, Nasjah. Pelukis Affandi, Bandung: Aqua Press, 1979

Dullah. Affandi 70 Tahun, Jakarta; DKJ, 1977

Gamal, Kartono. Bagaimana Cara Mengamati Lukisan Karya Affandi, Medan:

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2008

Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Dunia Filsafat, Teori

Pengetahuan Metafisika, Teori Nilai. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Gie, The Liang. Garis-Garis BesarEstetik, Yogyakarta: Supersukus, 1983

Hadi, Abdul WM, Hermeneutika, Estetika, Religiusitas, Jakarta: Sadra Pres,

2016.

Hauskeller, Michael. Seni- Apa itu?Yogyakarta: Kanisius, 2015

Jabbar, M. Abdul Beg. Seni Dalam Peradaban Islam, Bandung: Pustaka, 1981.

Leaman, Oliver. Estetika Islam, Bandung: Mizan, 2004.

Maulidina, Brenda Kusumastuti. “Perancangan Komunikasi Visual Animasi

Dokumenter “Affandi Maestro Seni Lukis Indonesia” Skripsi Bina

Nusantara, Jurusan Desain Komunikasi Visual-Animasi, Jakarta.

Nasr, Seyyed Hosein. Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutedjo. Bandung: Mizan,

1994

------Intelegensi dan Spiritualitas Agama-Agama, Terj. Suharsono. Jakarta:

Inisiasi Press, 2004

Page 82: ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA...ESTETIKA ISLAM DALAM LUKISAN AFFANDI KOESOEMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan

72

Nata, Abuddin. Metode Studi Islam, Jakarta : Raja Grafid Persada, 2010

Parmono, Kartono. Estetika: Filsafat Keindahan, Yogyakarta: UGM Press, 1985

Purwadi. Mengenal Gambar Tokoh Wayang Purwa dan Keterangannya ,

Jakarta: Cendrawasih, 2007.

Raji, Ismail Faruqi. Atlas Budaya Islam, Bandung: Mizan, 2002

Rizal, Ray. Affandi: Hari Sudah Tinggi, Jakarta: Metrp Pos, 1990

Rosidi, Ajip. 100 Tahun Affandi. Bandung: Nuansa, 2008

------ Affandi Pelukis, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1979

Sachari, Agus. Estetika, Bandung: ITB Press, 2002

Soedarso. Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni, Yogyakarta :

BP ISI, 2006

Sony Kartika, Darsono. dan Ganda, Nanang. Pengatar Estetika, Bandung;

Rekayasa Sains, 2004.

Sumardjo, Jacob. Filsafat Seni. Bandung, Penerbit ITB, 2000

Sumichan, Raka. dan Kayam, Umar. Buku Tentang Affandi, Jakarta: Yayasan

Bina Lestari Budaya Jakarta, 1987.

Supriyadi, Dedi. Kreatifitas, Kebudayaan, dan Perkembangan IPTEK, Bandung:

Alfabeta, 1994

Sutrisno, Mudji. & Verhaak, Crist. Estetika: Filsafat Keindahan,Yogyakarta:

Kanisius: 1993.

Wahyuddin. Imagined Affandi,Semarang: Galeri Semarang, 2007

Yuliaman, Sanento. Seni Lukis Indonesia Baru, Jakarta: DKJ, 1976

Zulkifli, “Analisis Karya Affandi dan Van Gough” dalam Jurnal UNIKUSA, Vol.

2. No. 2. Universitas Negeri Medan, Tahun 2005

Pustaka Online

http//:www.arsip.galeri-nasional.or.id website resmi galeri seni budaya nasional

Indonesia.

http//www.lukisanku.id website resmi lukisan-lukisan Indonesia