essensialisme i. pendahuluan · pdf filealiran filsafat essensialisme, adalah suatu aliran...

Download ESSENSIALISME I. Pendahuluan · PDF fileAliran filsafat essensialisme, adalah suatu aliran yang menginginkan agar manusia kembali ke akar-akar budaya yang sudah teruji, dan telah

If you can't read please download the document

Upload: dangduong

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ESSENSIALISME

    I. Pendahuluan

    Filsafat disebut sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan.. Dengan demikian

    semua jenis ilmu pengetahuan, baik eksakta maupun non eksakta berlandaskan pada

    filafat, termasuk ilmu pengetahuan. Filsafat pendidikan dalam artian bentuknya yang

    murni berkembang dengan menghasilkan berbagai alternatif jawaban terhadap

    berbagai macam pertanyaan filosofis yang diajukan dalam problem hidup dan

    kehidupan manusia dalam bidang pendidikan yang jawabannya telah melekat dalam

    masing-masing jenis, sistem, dan aliran-aliran filsafat.

    Esensial, adalah aliran filsafat pendidikan yang mendasarkan pandangannya

    kepada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

    Essensialisme menghendaki agar landasan-landasan pendidikan didasarkan pada nilai-

    nilai budaya yang essensial, yaitu budaya yang telah teruji keberadaannya dari segi

    waktu yang telah diwariskan dari zaman ke zaman.

    Konsep pendidikan aliran filsafat esensialisme, merupakan perpaduan antara

    ide-ide aliran filsafat idealisme dengan pandangan filsafat realisme, oleh sebab itu

    konsep filsafat lebih luas dari satu aliran yang disentesakan. (Tumpu, 1997 : 191-192)

    Dengan demikan, idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk

    corak essensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung essensialisme, akan

    tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan pandangannya masing-masing,

    karena terdapat perbedaan di antara keduanya.

    Perbedaan dari kedua aliran tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini:

    Idealisme memandang bahwa dunia yang realisitis ini bukanlah dunia yang sempurna,

    melainkan dibalik alam ini ada alam yang lain yang merupakan tempat bersemayam

    seluruh hakikat yang ada, yaitu alam idea. Pandangan ini lahir dari Socrates dan

    dikembangkan oleh Plato. Sedangkan realisme memandang bahwa pengalaman

    bukanlah pengetahuan yang merupakan bayangan atau aliran belaka dari alam idea.

    Idea itu sama sekali bukan realitas dari keadaan yang nyata, melainkan terletak pada

  • pengertian tentang wujud realitas itu sendiri. Pandangan kefilsafatan ini, dicetuskan

    oleh Aristoteles.

    Realisme yang menjadi eksponen essensialisme, tujuannya dititikberatkan pada

    alam dan dunia fisik sedangkan idealisme sebagai eksponen yang lain, pandangan-

    pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu,

    alam memiliki kenyataan pada dirinya sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat.

    Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Di dalam dunia fisik terdapat

    Sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan presepsi-presepsi yang tidak semata-

    mata bersifat mental. Dalam hal ini jiwa dapat diibaratkan sebagai cermin yang

    menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan

    mengenai adanya kenyataan itu merupakan pertemuan antara idealisme dan realisme,

    dan itulah essensialisme. (Poedjawijatna, 1983: 201-203)

    II. Pandangan Essensialisme

    a. Pandangan Ontologi Essesialisme

    Ontologi Essensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh

    tatanan yang tiada cela, yang isinya diatur dengan rapi secara ekosistim. Pandangan

    ini menuujukkan bahwa hendaknya sifat, bentuk, dan cita-cita manusia disesuaikan

    dengan tata alam yang ada.

    Ontologi essensialisme adalah merupakan kemasan dari pandangan realisme

    dan idealisme objektif, sebagaimana uraian tentang realisme dan idealisme berikut ini:

    1. Realisme yang mendukung essensialisme adalah realisme objektif, karena

    mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta manusia. Setiap

    aspek dari alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tatanan khusus.

    Dengan demikian, segala kejadian dapat ditafsirkan menurut hukum alam.

    2. Idealisme mempunyai pandangan tentang alam semesta yang lebih optimis

    dibandingkan dengan pandangan realisme. Pandangan idealisme bersifat

    menyeluruh dan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa

    totalitas dalam alam semeta ini hakikatnya adalah jiwa atau spirit.

  • Pandangan lain idealisme tentang tatanan dunia tersimpul dalam pengertian-

    pengertian tentang makrosmos dan mikrosmos. Makrosmos menunjukkan keseluruhan

    alam semesta dalam arti susunan dan kesatuan kosmos. Mikrokosmos menunjuk

    kepada fakta tunggal pada tingkat manusia. Manusia sebagai individu, jasmani, dan

    rohani adalah mahluk yang semua tata dan kesatuannya merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dari alam semesta. Pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos

    merupakan dasar pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos merupakan dasar

    pengertian mengenai hubungan vertikal manusia terhadap tuhan.

    b. Pandangan Epistemologi Essensialisme

    Epistemologi Essensialisme, bertolak pada kepribadian manusia yang mampu

    menyadari realitas dirinya sebagai mikrosmos dan makrosmos, maka manusia dapat

    mengetahui tingkat kemampuan rasionya untuk memikirkan kesemestaan alam.

    Jasmani dan rohani, adalah kunci untuk memahami realitas baik pada

    kepribadian diri sendiri maupun pada realitas alam semesta. Secara umum dapat

    dikatakan bahwa jasmani adalah fakta yang fundamental, berpikir sebagai proses saraf

    yang kompleks. Kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah dari pola-pola reaksi

    yang telah terkondisi kepada seseorang, sedangkan behaviorisme berkesimpulan

    bahwa manusia ditentukan semata-mata oleh hukum alam yang dapat berwujud dalam

    kehidupan mental serta tercermin pada tingkah laku.

    Perbedaan pandangan antara idealisme dan realisme tentang jasmani dan

    rohani adalah karena idealisme menganggap rohani adalah kunci kesadaran realisme.

    Manusia mengetahui sesuatu yang melalui ide dan rahani. Sebaliknya realisme

    berpendapat bahwa untuk mengetahui sesuatu realita hanya melalui jasmani. Dan

    bagi sebagian penganut realisme, memandang bahwa pikiran itu adalah jasmani yang

    sifatnya tunduk kepada hukum-hukum phisis.

    Dengan demikian,unsur rohani dan jasmani adalah realita kepribadian manusia,

    untuk mengerti manusia,baik secara filosofis maupun secara ilmiah harus melalui

    kedua unsur tesebut , berdasarkan pendekatan yang sesuai dengan pelaksanaan

    pendidikan, [Kattsoff,1992; 136-139]

  • c. Pandangan Aksiologi Essensialisme

    Pandangan ontology dan epistemology dapat mempengaruhi pandangan

    aksiologi. Pandangan ini menekankan nilai-nilai kebenaran yang berakar dan berasal

    dari sumber objektif. Unsur-unsur yang tampak sebagai realitas terdapat dalam praktik

    tingkah laku sosial dan seni, praktik ini telah mewarnai sikap budaya yang

    dilatarbelakangi oleh pendidikan.

    Penganut idealisme memandang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum

    kosmos. Karena itu, seseorang dikatakan baik jika banyak mengadakan interaktif

    dalam melaksanakan hukum-hukum itu. Menurut idealisme, bahwa sikap, tingkah laku,

    dan ekspresi perasaan juga mmpunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.

    George Santayana memadukan antara aliran idalisme dan aliran realisme dalam

    suatu sintesa dengan mengataan bahwa nilai itu tidak ditandai dengan suatu konsep

    tunggal, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas

    tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai , namun idealisme

    tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif besifat menentukan nilai-nilai atas dirinya

    sendiri.

    Sebaliknya , realisme memandang bahwa sumber pengetahuan manusia terletak

    pada keteraturan lingkungan hidupnya. Bagi realisme perbuatan seseorang, adalah

    hasil perpaduan yang timbul sebagai akibat adanya saling hubungan antara pembawa

    fisiologis dengan pengaruh lingkungan.

    III. Konsep dasar Pendidikan menurut Essensialisme

    a. Pendekatan Terhadap Ilmu Pengetahuan

    Secara essensial, pengetahuan dapat diketahui melalui rasio dan realita,

    sehingga yang dapat menjadi modal dasar untuk mendekati suatu pengetahuan untuk

    mengerti tentang rohani kita sendiri. Dengan pengertian tentang rohani kita sendiri akan

    memberikan kesadaran untuk mengerti realitas yang lain.

  • Manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa

    adanya pengamatan. Dengan demikian, media antara intelek dan realita adalah

    seberkas penginderan atau pengamatan.

    b. Pola Pendidikan

    Pola dasar pendidikan essensialisme hanya berhubungan dengan teori dasar

    pendidikan, sebab soal-soal praktik pendidikan adalah masalah praktis yang dapat

    disesuaikan dengan kondisi yang insidental. Pola dasar pendidikan essensialisme

    dikenal melalui belajar yang populer, diantaranya.

    Pertama, pada prinsipnya bahwa belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial

    dengan menyerap apa yang berasal dari luar, terutama pada warisan sosial budaya

    yang telah tersusun dalam bentuk kurikulum. Guru hanya sebagai perantara.

    Kedua, belajar lebih awal dimulai dari diri sendiri sebagai subjek yang kreatif dan

    dapat mengerti terhadap hubungannya dengan sesuatu. Begitu pula sebaliknya, harus

    dapat mengerti bagaimana hubungan alam semesta dengan pribadi beserta kegiatan

    konsekuensinya.

    Ketiga, belajar adalah proses penyesuaian dengan lingkungan pola stimulus

    response.

    c. Kurikulum menurut Essensialisme

    Kaum essensialisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah ber