essay kandang susun komunal

15
Kandang Susun Komunal Tahan Gempa Dengan Koneksi Internet Energi Sebagai Wujud Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Dari mata turun ke hati. Melihat sebagian besar peternakan di Indonesia yang masih menggunakan sistem tradisional, sebagaimana yang kami lihat sendiri di peternakan sapi potong milik masyarakat di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, memunculkan rasa keprihatinan yang mendalam di hati kami. Peternakan di daerah Bondowoso kala itu menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa Universitas Airlangga tahun 2010. Bagaimana tidak, 80% pengusahaan ternak sapi potong tersebut dilakukan oleh peternak tradisional yang memelihara 1-5 ekor sapi di kandang yang menyatu dengan rumah tinggalnya. Hal ini dilakukan sebagian besar peternak tradisional karena alasan keamanan dimana peternak merasa takut sapinya dicuri, menghilang tanpa sepengetahuan atau dimangsa hewan buas. Untuk itu, peternak merasa perlu melakukan penjagaan pada sapi sehingga dipelihara pada kandang yang dekat bahkan menyatu dengan rumah tinggalnya. Hal tersebut tentunya membahayakan kesehatan baik peternak maupun sapi yang dipelihara. Berdasarkan makalah Pembinaan Kelompok Tani Ternak Sapi Potong dalam Menerapkan Zooteknik Sapta Usaha Beternak Sapi Potong oleh tim penyuluh Fakultas Peternakan Universitas

Upload: nararya-wijaya-cdmp

Post on 11-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Essay Kandang Susun Komunal

Kandang Susun Komunal Tahan Gempa Dengan Koneksi Internet Energi

Sebagai Wujud Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Dari mata turun ke hati. Melihat sebagian besar peternakan di Indonesia

yang masih menggunakan sistem tradisional, sebagaimana yang kami lihat sendiri

di peternakan sapi potong milik masyarakat di Kabupaten Bondowoso, Jawa

Timur, memunculkan rasa keprihatinan yang mendalam di hati kami. Peternakan

di daerah Bondowoso kala itu menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan

pengabdian masyarakat oleh mahasiswa Universitas Airlangga tahun 2010.

Bagaimana tidak, 80% pengusahaan ternak sapi potong tersebut dilakukan oleh

peternak tradisional yang memelihara 1-5 ekor sapi di kandang yang menyatu

dengan rumah tinggalnya. Hal ini dilakukan sebagian besar peternak tradisional

karena alasan keamanan dimana peternak merasa takut sapinya dicuri, menghilang

tanpa sepengetahuan atau dimangsa hewan buas. Untuk itu, peternak merasa perlu

melakukan penjagaan pada sapi sehingga dipelihara pada kandang yang dekat

bahkan menyatu dengan rumah tinggalnya. Hal tersebut tentunya membahayakan

kesehatan baik peternak maupun sapi yang dipelihara. Berdasarkan makalah

Pembinaan Kelompok Tani Ternak Sapi Potong dalam Menerapkan Zooteknik

Sapta Usaha Beternak Sapi Potong oleh tim penyuluh Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro menyebutkan bahwa perkandangan sebaiknya tidak

berada di dalam dan atau berimpit dengan rumah tetapi berada di luar dan terpisah

dengan rumah dengan jarak minimal 10 m sehingga akan meniadakan atau

mengurangi kekotoran dan pencemaran rumah serta lingkungan. Selain itu,

disediakan tempat penampungan kotoran kandang agar kotoran tidak tercecer dan

mencemari lingkungan.

Kondisi tersebut membuat Indonesia yang sejatinya memiliki potensi besar

dan sumber daya alam melimpah untuk pengembangan produk peternakan

menjadi belum mampu untuk memenuhi kebutuhan sapi dalam negeri sendiri.

Padahal bidang peternakan kita memiliki berbagai jenis ternak yang dapat

dibudidayakan, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun potensi ekspor. Saat

ini yang terjadi justru tingginya impor sapi potong bakalan dan daging sapi

sehingga menekan pertumbuhan sapi dalam negeri. Menurut Ir. Suswono, MMA

Page 2: Essay Kandang Susun Komunal

dalam tulisannya yang berjudul Swasembada Daging yang diterbitkan majalah

Trubus edisi 486 tahun 2010 menyatakan bahwa impor serta distribusi sapi potong

bakalan dan daging sapi impor perlu dikendalikan dimana salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah mengarahakan kelompok peternak agar mengusahakan

operasional perternakan sapi potong menjadi lebih efisien melalui penerapan

teknologi tepat guna. Teknologi tersebut tentunya harus dapat mendukung

terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di sektor

peternakan. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup mendefinisikan

pembangunan berkelanjutan sebagai suatu konsep pembangunan yang

memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya

mensejahterakan masyarakat. Kandang merupakan faktor pendukung produksi

yang sangat penting dalam usaha peternakan. Merujuk dari permasalahan di atas

maka diperlukan penyelesaian berupa inovasi teknologi kandang yang dapat

menjadi solusi pengembangan peternakan menuju pembangunan berkelanjutan

yang dalam hal ini dapat memadukan dua aspek utama yaitu ekonomi dan

lingkungan.

Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggal ternak, bertujuan untuk

melindungi ternak dari gangguan luar yang merugikan seperti terik matahari,

hujan dan angin serta memudahkan dalam pengelolaannya. Berdasarkan buku

berjudul “Kenyamanan Kandang Ternak Pengaruhi Produktivitas Ternak” terbitan

Sinar Tani, pengembangan sistem kandang modern didorong oleh kawanan ternak

yang semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan

otomatisasi dalam cara pemberian pakan. Menurut LIPTAN atau Lembaga

Informasi Pertanian (2000) terdapat beberapa persyaratan kandang, yaitu:

1. Lokasi kandang

Lokasi kandang tidak menjadi satu dengan rumah tinggal dan jaraknya

kurang lebih 10 m. Tidak berdekatan dengan bangunan-bangunan umum atau

lingkungan ramai. Bangunan kandang lebih tinggi dari sekitarnya untuk

mempermudah pengaturan salurannya. Dilengkapi dengan penampungan

kotoran dan tempat untuk bergerak atau berjemur. Air bersih cukup tersedia

serta jalan masuk ke lokasi kandang harus cukup lebar.

Page 3: Essay Kandang Susun Komunal

2. Bahan kandang

Bahan kandang harus mempertimbangkan segi ekonomis, tahan lama,

mudah didapat dan tidak menimbulkan refleksi panas terhadap ternak yang

dipelihara. Kerangka kandang bisa dari kayu, bambu atau beton. Atap kandang

yang baik adalah genteng karena tahan lama, tidak menimbulkan panas dan

dapat mengalirkan udara melalui celah-celah genteng. Dinding kandang bisa

dari kayu, bambu maupun tembok dengan ketinggian disesuaikan dengan

kondisi setempat. Lantai kandang bisa mengguanakan semen, batu kali ditata,

atau tanah dipadatkan.

3. Arah kandang

Arah bangunan kandang menghadap timur, sedangkan bangunan

kandang sebaiknya membujur dari arah utara ke selatan. Tujuannya agar sinar

matahari masuk ke dalam kandang karena sangat bermanfaat untuk

pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak dan berfungsi sebagai pembasmi

penyakit.

4. Kebersihan kandang

Menjaga kesehatan dan kebersihan ternak sangat penting. Caranya yaitu

dengan membersihkan kandang dan lingkungan secara teratur dan menumpuk

kotoran ternak pada tempat tertentu sehingga tidak berbau dan tidak lembab.

5. Ukuran kandang

Pada umumnya ukuran kandang individu 1,5 x 2,5 m untuk sapi.

Selain hal yang tersebut diatas, menurut Takakura (1979) yang dapat

mempengaruhi kesehatan ternak yaitu ventilasi dan arah angin. Ventilasi pada

bangunan peternakan digunakan untuk mengendalikan suhu, kelembaban udara,

kotoran ternak dan pergerakan udara sehingga kondisi lingkungan mikro yang

dibutuhkan ternak dapat terpenuhi. Faktor angin dan termal ini dimanfaatkan

untuk menggerakkan udara dan menentukan laju ventilasi alami yang terjadi. Laju

ventilasi alami memiliki hubungan yang linier dengan kecepatan udara dan

tergantung pada perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan oleh perbedaan

temperatur lingkungan.

Inovasi kandang yang dapat menjadi solusi cerdas permasalahan tersebut

yakni kandang susun komunal dengan konstruksi bangunan tahan gempa yang

Page 4: Essay Kandang Susun Komunal

dilengkapi sistem pengolahan limbah berupa digester biogas (biodigester).

Kandang komunal merupakan kandang yang dibangun atau dididrikan

mengelompok dalam suatu hamparan luasan tertentu yang dikelola secara bersama

dan dikoordinir seorang atau ketua kelompok. Melalui pembangunan kandang

tersebut akan tercipta suatu sistem yang disebut sebagai internet energi dimana

energi dari kandang utama tempat pemeliharaan sapi terkoneksi dalam sebuah

jaringan tertutup (internet) sehingga menghasilkan energi yang diperlukan untuk

operasional kandang. Jaringan energi dimulai dari kotoran sapi yang kemudian

dihubungkan ke luar melalui sebuah pipa menuju biodigester. Gas yang

terperangkap pada biodigester dialirkan ke generator untuk diolah menjadi listrik

yang digunakan untuk penerangan dan kebutuhan lainnya di kandang. Padatan

yang mengendap pada biodigester diolah menjadi pupuk padat begitu pula dengan

cairan yang diolah menjadi pupuk cair. Pupuk-pupuk ini digunakan untuk

keperluan penanaman rumput di lahan gembala dan pakan untuk sapi. Kandang

tersebut tentunya dapat menjadi solusi dalam pengembangan pengusahaan ternak

yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan dalam rangka

pembangunan berkelanjutan.

Kandang susun komunal tahan gempa dengan biodigester ini dapat

dikatakan sebagai kompleks kandang terpadu. Dalam kompleks kandang terdapat

kandang utama, kandang karantina, kandang isolasi, kandang jepit, biodigester,

generator dan lahan penggembalaan. Kandang utama merupakan tempat

pemeliharaan sapi dan penyimpanan pakan. Bentuk kandang utama menyerupai

tabung dengan satu pilar besar di tengah bangunan yang dikelilingi jalan naik

layaknya tempat parkir mobil bertingkat di pusat perbelanjaan (mall) atau

apartemen. Bentuk bangunan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya patahan

bilamana terjadi gempa. Kandang utama ini terdiri dari empat lantai dimana ruang

penyimpanan pakan terdapat pada lantai pertama dengan luas seperempat luas

lantai dan selebihnya merupakan ruang pemeliharaan sapi. Apabila diasumsikan

luas bangunan seluas 2.500m2 maka mampu menampung 600 ekor sapi dimana

dengan luas yang sama pada umumnya hanya mampu menampung 300 ekor sapi.

Pada tiap lantai diisi dengan jenis sapi yang berbeda yang ditempatkan dengan

tipe tunggal dan ganda. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan

Page 5: Essay Kandang Susun Komunal

pada satu baris atau satu jajaran, sedangkan kandang yang bertipe ganda

penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan. Jalur untuk

jalan bagi peternak terdapat diantara kedua jajaran kandang tipe ganda dan di

depan kandang tipe tunggal. Kandang lainnya di sekitar kandang utama, yaitu

kandang karantina, kandang isolasi dan kandang jepit. Sapi yang baru datang

pertama kali akan masuk kandang jepit untuk ditangani seperti ditimbang berat

badanya dan dilihat kondisinya secara umum. Apabila sapi tersebut sakit maka

akan dimasukkan pada kandang karantina terlebih dahulu sebelum ditempatkan

pada kandang utama. Sedangkan kandang jepit berfungsi untuk memudahkan

pemeriksaan sapi yang sakit serta penanganan pada saat kawin suntik dimana

terletak dekat dari kandang utama. Bangunan lainnya yaitu biodigester dan

generator berfungsi untuk pengolahan limbah ternak yang dialirkan melalui dua

buah pipa dari kandang utama. Selain itu terdapat lahan penggembalaan untuk

sapi yang tidak terlalu luas namun cukup representatif untuk menggembalakan

seluruh sapi yang dipelihara di kandang utama secara bergiliran. Perawatan yang

intensif dalam kandang disinergikan dengan penggembalaan akan membuat

pembentukan otot serta pertumbuhan sapi sempurna sehingga pada akhirnya

membuat produksi hewan ternak meningkat.

Pertambahan jumlah penduduk akan menimbulkan berbagai dampak

berantai dan saling berkaitan dengan yang lain. Dampak tersebut, diantaranya

berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam, lingkungan dan fasilitas lainnya.

Peningkatan jumlah penduduk tentunya juga akan memberikan peningkatan

terhadap kebutuhan bahan pangan terutama hasil ternak. Peternakan

membutuhkan luasan lahan yang besar untuk penggembalaan. Semakin

bertambahnya pertumbuhan industri peternakan maka semakin banyak pula tanah

hutan tropis yang dialihkan menjadi petak-petak kandang yang sangat besar untuk

menggembala ternak atau petak-petak kecil untuk menanam pakan ternak.

Sementara itu, konversi lahan untuk kawasan permukiman, perkantoran dan

fasilitas hiburan lainnya terjadi secara besar-besaran di berbagai wilayah di

Indonesia. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya lahan untuk keperluan

peternakan. Keberadaan kandang yang dibuat bertingkat (susun) tentunya mampu

menjadi solusi pengembangan peternakan ditengah sempitnya lahan peternakan

Page 6: Essay Kandang Susun Komunal

akibat konversi lahan untuk pembangunan rumah serta industri. Di sisi lain,

dengan adanya kandang susun ini para peternak tradisional dapat menjadikannya

sebagai kandang komunal dimana hewan ternak dipelihara secara berkelompok

dan dikelola secara bersama oleh peternak-peternak dalam suatu wilayah. Melalui

sistem peternakan yang berkelompok maka peternak akan lebih mudah melakukan

pengawasan terhadap ternaknya selain itu muncul adanya rasa tanggung jawab

dalam kelompok ternak karena pada tiap kelompok akan diberi rute harian

pengerjaan dan pengawasan. Penyebaran penyakit pun dapat dihindari dengan

adanya kandang karantina, kandang isolasi dan kandang jepit yang berfungsi

untuk penanganan sapi yang baru datang, pemeriksaan sapi yang sakit serta

penanganan pada saat kawin suntik. Dengan demikian keberadaan kandang ini

mampu mengefisiensikan waktu yang digunakan oleh peternak sehingga peternak

dapat mengisi waktu senggangnya untuk berproduksi lagi dan memperoleh

penghasilan lebih.

Selain ketersediaan lahan yang semakin sedikit, letak geografis Indonesia

menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan peternakan

karena berkaitan dengan keamanan dan kenyaman pengusahaan ternak.

Berdasarkan buletin penataan ruang mengenai posisi Indonesia dan kerentanan

terhadap bencana, Indonesia dilihat dari kondisi geografisnya merupakan wilayah

dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup

tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara kepulauan

adalah sebagian faktor yang mempengaruhi seringnya terjadi bencana di

Indonesia. Tercatat beberapa gempa besar telah terjadi di Indonesia, yaitu gempa

pada tahun 2005 di Pulau Nias dan sekitarnya yang menelan korban sekitar 1000

jiwa, gempa yang terjadi pada akhir 2006 yang menimpa Yogyakarta dan

sebagian Jawa Tengah yang menelan korban sekitar 5000 jiwa serta bencana

Gunung Merapi dan Mentawai pada akhir 2010. Namun selain semua itu, terjadi

banyak sekali gempa-gempa lain di Indonesia pada setiap tahunnya. Hal ini

dikarenakan posisi Indonesia yang dikepung oleh tiga lempeng tektonik dunia

yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasific yang apabila

bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang memiliki ambang batas

tertentu. Selain itu, Indonesia juga berada pada Pasific Ring Of Fire yang

Page 7: Essay Kandang Susun Komunal

merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia yang setiap saat dapat

meletus dan mengakibatkan datangnya bencana. Catatan Direktorat Vulkanologi

dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya

Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan

gempa. Di antaranya Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatra Utara, Sumatra

Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, Bali, Nusa

Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), kemudian Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak,

Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kalimantan Timur. Daerah-daerah

tersebut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan peternakan.

Sampai saat ini manusia belum dapat mencegah gempa bumi, tetapi manusia

dapat berusaha untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan melalui perencanaan

dan pendirian bangunan yang tahan gempa. Mengingat bahwa hampir seluruh

wilayah di Indonesia rawan gempa dan bencana tersebut akhir-akhir ini sering

terjadi, maka perlu dibangun bangunan kandang yang tahan gempa. Hal ini sangat

penting untuk memberikan keamanan dalam pengusahaan ternak serta mencegah

kerugian ekonomi yang lebih banyak akibat gempa. Kandang susum komunal ini

dapat dikatakan tahan gempa dilihat dari bentuk, konstruksi dan material

bangunannya. Bentuk tabung yang melingkar meminimalisir terjadinya patahan

bangunan bilamana terjadi gempa. Konstruksi bangunan kandang menggunakan

Sistem Rangka Penahan Momentum (SRPM). SRPM tahan terhadap beban gempa

resiko tinggi dan menengah dengan beban gempa nominal (R) = 8,5 Menurut SNI

Nomor 032847 tahun 2002, SRPM adalah suatu rangka struktur dengan

pendetailan yang secukupnya sehingga dapat terbentuk sendi-sendi plastis di

ujung-ujung balok dan kolom yang akan menyerap energi dan memungkinkan

rangka tetap berdiri pada penyimpangan yang jauh lebih besar dari kemampuan

berdasarkan desain elastis. Material yang digunakan menggunakan campuran

bahan yang sesuai dengan kosntruksi tersebut, misalnya pada semen dan

penggunaan rangka baja. Dengan demikian, rasa aman dan nyaman tidak hanya

sebatas memenuhi ketakutan ternak akan dicuri, hilang tanpa sepengetahuan atau

Page 8: Essay Kandang Susun Komunal

dimangsa hewan buas, tetapi juga terhindar dari bencana gempa yang dapat terjadi

kapan saja.

Pengelolaan lingkungan perlu menjadi perhatian dalam rangka

pembangunan berkelanjutan di sektor peternakan. Pemanfaatan dan pengolahan

limbah menjadi sangat penting mengingat dampaknya pada lingkungan cukup

besar. Menurut Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) yakni Food of Agriculture Organization (FAO) tahun 2006

peternakan merupakan penyumbang gas rumah kaca utama penyebab pemanasan

global. Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata

atmosfer, laut, dan daratan bumi. Riset terbaru World Watch Institute dalam

laporan yang dirintis Watch Magazine Edisi November/Desember 2009 juga

menyebutkan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51 persen

penyebab gas rumah kaca global. Dengan pengurangan gas metana yang

signifikan dari peternakan di seluruh dunia akan mengurangi gas rumah kaca

(GRK) secara lebih cepat dibandingkan penerapan energi terbarukan dan efisiensi

energi. Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk

menjaga suhu tidak dingin, tetapi jika berlebihan akan menyebabkan pemanasan

global. Dampak besar yang dihasilkan membuat peternakan sangat jelas

memenuhi syarat untuk mendapat penanganan khusus dalam perubahan iklim.

Untuk itu tiap peternakan diharapkan dapat mengolah sendiri limbahnya terutama

limbah feses dan manure. Salah satu caranya adalah dengan biodigester. Dengan

adanya pengolahan limbah ternak berupa biodigester, selain meningkatkan

kehidupan sosial dan ekonomi peternak juga dapat mengendalikan polusi yang

terjadi pada udara dan air.

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan

gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran

hewan, kotoran manusia, tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah

biodigester. Jadi, untuk menghasilkan biogas dibutuhkan pembangkit biogas yang

disebut biodigester. Proses penguraian material organik terjadi secara anaerob

(tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi

penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan oleh

biodigester sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40%

Page 9: Essay Kandang Susun Komunal

karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil. Terdapat tiga

kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu

kelompok bakteri fermentatif (Steptococcus, Bacteriodes dan beberapa

jenis Enterobactericeae), kelompok bakteri asetogenik (Desulfovibrio) serta

kelompok bakteri metana (Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria,

dan Methanococcus). Biogas pada peternakan berasal dari kotoran sapi. Pada

kandang susun komunal ini, saluran pembuangan kotoran sapi pada kandang

utama dihubungkan dengan biodigester. Gas yang terbentuk kemudian dialirkan

ke generator untuk diubah menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan digunakan

untuk penerangan, keperluan kandang dan dapat juga dimanfaatkan peternak

untuk keperluan di rumahnya. Endapan berupa padatan dan cairan pada

biodigester diolah menjadi pupuk. Dengan adanya biodigester pada kandang ini

kita mampu mengolah kotoran secara efisien dalam bentuk gas, padat dan cair

untuk keperluan peternakan antara lain sebagai sumber listrik serta pupuk yang

nantinya dapat dijual maupun dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk untuk produksi

pakan sapi sehingga tingkat pencemaran pada kandang dapat diminimalisir

bahkan dihilangkan.

Kandang susun komunal tahan gempa dengan biodigester merupakan

sebuah rancangan kompeleks kandang terpadu yang dibangun untuk mampu

menahan gempa hingga skala 8,5 Richter dan dapat didirikan pada lahan yang

terbatas. Selain itu, kandang susun komunal ini memiliki efisiensi produksi dan

mutu hasil yang tinggi dengan pengolahan limbah berupa biodigester dan

menghasilkan pemasukan yang besar dari operasionalnya sehingga rancangan ini

juga dapat membantu dalam konservasi lingkungan serta memberikan kebebasan

pada hewan dengan menggunakan sistem di dalam dan di luar kandang. Saran

yang dapat kami sampaikan adalah kepada pemerintah agar memberdayakan

rancangan kandang susun komunal tahan gempa dengan biodigester yang

diharapkan dapat menjadi menjadi penopang swasembada daging 2014 dengan

merubah sistem peternakan sampingan menjadi peternakan utama.