essai lbhk

8
TUGAS ESSAI LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL PENGARUH PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA TERHADAP PT. ANEKA TAMBANG (PERSERO) Tbk Disusun oleh: BEATRIX MARIMBUNNA 14/375281/EE/06844 IKA ARDIANNI 14/375317/EE/06880 IKA KURNIA INDRIANI 14/375318/EE/06881 PUTRI SEPTIA PAREDE 14/375357/EE/06919 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

Upload: ika-ardianni

Post on 02-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

TUGAS ESSAI LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIALPENGARUH PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA TERHADAP PT. ANEKA TAMBANG (PERSERO) Tbk

Disusun oleh:BEATRIX MARIMBUNNA 14/375281/EE/06844IKA ARDIANNI 14/375317/EE/06880IKA KURNIA INDRIANI 14/375318/EE/06881PUTRI SEPTIA PAREDE 14/375357/EE/06919

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS GADJAH MADA20151. PROFIL PERUSAHAANPerusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT ANTAM (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 dan saat ini merupakan salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia dan 65% dari kepemilikan saham dipegang oleh pemerintah RI. Di tahun 2013 Perseroan memiliki 5 unit bisnis yakni Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara, UBPN Maluku Utara, Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas yang berpusat di Gunung Pongkor Jawa Barat, Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia serta UBP Bauksit yang baru dibentuk di tahun 2013. Perseroan juga memiliki Unit Geomin yang berfokus pada kegiatan eksplorasi Perseroan. Hingga tahun 2013 PT ANTAM (Persero) Tbk memiliki 15 lokasi penambangan mineral diseluruh Indonesia. PT ANTAM (Persero) Tbk memiliki segmen pangsa pasar yang luas untuk pernjualan poduksinya. Negara tujuan ekspor bijih nikel, feronikel, emas, perak batubara dan bauksit adalah Jepang, Korea, China, Eropa dan India. Sedangkan emas dan perak selain untuk pasar domestik juga diekspor ke Singapura. Untuk batubara, selain dipasarkan di dalam negeri juga dilakukan ekspor ke China dan India. 2. PERUBAHAN PERUNDANG-UNDANGANPenerapan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2014, tentang mineral dan batubara sebagai turunan dari UU No.4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, pada dasarnya akan mendorong dilaksanakannya progam hilirisasi, yang sangat bernilai tambah dengan berbasis sumber daya alam menuju pembangunan industry di Indonesia. Sehubungan dengan hal tesebut dewan komisaris mengingatkan direksi untuk mempertimbangkan kembali keabsahan/kevaliditasan/relevansi visi ANTAM 2020 yang ada sekarang, apakah ANTAM masih merupakan korporasi yang berbasis pertambangan ataukah berubah menjadi korporasi yang bergerak ke industri hilir yang berbasis SDA (Mineral Resourch Based Industry) yang menciptakan nilai tambah yang jauh lebih tinggi.

3. UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 2009Pada 12 januari 2014 pemerintah Indonesia secara resmi melarang ekspor mineral mentah (ore). Hal ini dilaksanakan sebagai langkah implementasi penerapan Undang-Undang No.4 tahun 2009. Dalam undang-undang tersebut menetapkan bahwa hasil mineral dari pertambangan yang berasal dari eksplorasi dan eksploitasi di seluruh wilayah Indonesia harus diolah dan dimurnikan terlebih dahulu sebelum di jual ke luar negeri.Penerapan Undang-undang no. 4 tahun 2009 merupakan salah satu wujud perindungan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia atas hasil kekayaan sumber daya alam. Sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 ayat 3 bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Undang-undang No. 4 tahun 2009 memiliki 175 pasal yang mengatur pertambangan mineral dan batubara. Dengan diterapkannya peraturan ini diharapkan terjadi peningkatan harga jual produk tambang Indonesia dimasa depan dan terciptanya tatakelola eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam mineral Indonesia yang terintegrasi, sehingga menghentikan tindakan curang oleh pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi dalam mengolah dan memurnikan barang tambang mentah hasil produksi hingga diharapkan terjadi peningkatan penerimaan devisa Indonesia dimasa depan.

4. PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 2009Penerapan Undang-undang No. 4 tahun 2009 mendorong perusahaan yang bergerak dalam industri pertambangan untuk membangun fasilitas smelter di dalam negeri. Fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi untuk meningkatkan kemurnian kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.Hal ini menjadi salah satu tantangan besar bagi perusahaan karena pembangunan fasilitas smelter ini membutuhkan biaya US$ 1,2 milyar hingga US$ 2 milyar dengan jangka waktu pembangunan selama lima tahun. Ketentuan tersebut dapat memberikan risiko berkurangnya cadangan dan tingkat keekonomian proyek Perusahaan. Hal ini berpengaruh besar pada biaya pengembangan fasilitas tambang yang meningkat. PT Aneka Tambang mengalami peningkatan biaya sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 akibat pembangunan fasilitas pemurnian produk. PT Aneka Tambang mengalami penurunan Biaya produksi sebesar 20% pada tahun 2014 dikarenakan program efisiensi yang dijalankan oleh perseroan dan jumlah produksi yang menurun akibat dilarangnya ekspor bijih nikel dan bauksit keluar negeri, mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan biaya produksi.Analisis pengaruh penerapan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 pada perusahaan pertambangan terlihat dari nilai penjualan produk PT. Aneka Tambang periode tahun 2010 hingga 2014. Tantangan yang dihadapi oleh perseroan adalah pelaksanaan program hilirisasi pada 12 Januari 2014, 5 (lima) tahun sejak diundangkannya UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yakni dilarangnya ekspor bijih nikel dan bauksit sebagai bahan mentah, sehingga pendapatan akan berkurang sebesar 30-40%. Tabel dibawah ini akan menggambarkan jumlah penjualan produk tambang selama periode tahun 2010 hingga 2014;

NoProduk Tambang20142013201220112010

1Emas4.901.204.5094.705.060.1213.628.426.7263.675.048.7681.918.192.124

2Bijih Nikel89.185.7234.054.295.2473.061.174.4362.465.258.0692.363.658.768

3Feronikel3.975.808.7452.071.043.4863.175.557.0223.727.767.2053.679.373.125

4Perak158.694.044166.462.113235.879.834271.155.716187.708.153

5Batubara179.413.15180.691.664207.681.77078.195.48023.779.695

6Bijih Bauksit19.745.24670.575.86947.408.37346.381.40634.448.181

7Logam Mulia Lainnya4.671.6994.350.1333.612.3321.657.0789.493.499

Total Penjulan Produk Tambang9.328.723.11711.152.478.63310.359.740.49310.265.463.7228.216.653.545

Sumber: Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang (Persero). TbkTabel 1: Penjualan Produk Tambang Dalam Periode Lima Tahun Periode tahun 2010 hingga 2013 terjadi peningkatan jumlah penjualan pada produk emas, bijih nikel, bijih bauksit dan logam mulia lainnya. Sedangkan feronikel, perak dan batubara mengalami penurunan penjualan pada tahun 2013. Peningkatan penjualan pada beberapa produk Antam disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi dan penjualan ke luar negeri. Eksplorasi feronikel, perak dan batubara belum maksimal karena produk tambang tersebut baru diproduksi oleh PT Antam sejak tahun 2010.Analisis mendalam dilakukan untuk penjualan produk antam tahun 2014. Penurunan penjualan dialami PT. Aneka Tambang sebesar (16%). Pada tahun 2013 penjualan bijih bauksit sebesar Rp 70.575.869.000 dan pada tahun 2014 menjadi Rp 19.745.246.000. Penjualan bijih nikel pada tahun 2013 sebesar Rp 4.054.295.247.000 menjadi Rp 89.185.723.000 pada tahun 2014. Penurunan jumlah penjualan yang sangat signifikan berdampak pada pendapatan perseroan menjadi Rp 9.328.723.117.000 pada tahun 2014. Bijih nikel dan bijih bauksit menjadi produk andalan PT. Aneka Tambang yang diekspor ke luar negeri. Negara tujuan ekspor seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan negara Eropa. Penerapan Undang Undang No. 4 tahun 2009 mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara, yakni dilarangnya ekspor bijih nikel dan bauksit sebagai bahan mentah, pada PT aneka tambang dilaksanakan sejak tahun 2014. Penerapan UU No. 4 tahun 2009 baru dilakasanakan karena menunggu kesiapan perusahaan pertambangan membangun pengolahan bahan tambang mentah menjadi bahan tambang yang diizinkan untuk diekspor. Sejak dikeluarkannya peraturan ini PT. Aneka Tambang melakukan ekspolorasi untuk mencari sumber daya baru dan membangun instalasi pengolahan produk.Langkah strategis yang dilakukan untuk menjalankan amanat UU No. 4 tahun 2009 khususnya terkait dengan kewajiban kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri dan larangan ekspor bahan mentah terutama nikel dan bauksit. Komposisi penjualan bijih nikel dan bauksit sekitar sepertiga dari pendapatan Perseroan, manajemen telah memiliki rencana yang matang untuk meningkatkan volume penjualan komoditas inti lainnya seperti feronikel, emas dan batubara, selain juga adanya penambahan dari komoditas baru CGA yang akan mulai diproduksi di tahun 2014 dan untuk memfasilitasi Unit Geomin dari cost center menjadi profit center.Penerapan UU No. 4 tahun 2009, sejak Januari 2014 PT Antam tidak lagi melakukan kegiatan penjualan komoditas mentah yakni bijih nikel dan bijih bauksit ke luar negeri. Dengan komposisi penjualan bijih sebesar 37% dari pendapatan Perseroan di tahun 2013, manajemen telah mengantisipasi hal ini dengan melakukan peningkatan volume penjualan feronikel dan emas. Hal ini terlihat pada penjualan produk tambang seperti emas feronikel batubara dan logam mulia lainnya yang mengalami peningkatan sekitar 4% untuk emas dan 47% untuk feronikel dibandingkan tahun 2013. Sedangkan untuk produk tambang yang seperti bijih nikel dan bijih bauksit mengalami penurunan yang sangat signifikan. Penjualan bijih nikel mengalami penurunan sebesar (92%) dan penjualan bijih bauksit mengalami penurunan sebesar (72%) dibandingkan tahun 2013. Penerapan Undang Undang No. 4 tahun 2009 berdampak negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengaruh implementasi UU No. 4 tahun 2009 pada perusahaan pertambangan bersifat sementara. Perusahaan akan berusaha mencari alternatif untuk meningkatkan jumlah pendapatan setiap tahunnya. Tujuan disahkannya Undang-Undang ini adalah melindungi hasil kekayaan bumi Indonesia, meningkatkan nilai jual produk tambang Indonesia di pasar internasional dan terciptanya tata kelola sumber daya alam yang lebih baik dimasa depan. Penerapan Undang-undang No. 4 tahun 2009 diharapkan akan meningkatakan jumlah pendapatan perusahaan tambang hingga berpengaruh terhadap penerimaan devisa negara dan menciptakan tata kelola produksi yang terintegrasi. PT. Aneka Tambang memahami diterapkannya peraturan ini, oleh karena itu perseroan secara konsisten menjalankan UU No. 4 tahun 2009.5. KESIMPULANUndang-undang No 4 tahun 2009 yang diterapkan sebagai upaya dari pemerintah Indonesia untuk melindungi sumber daya alam dan mengharapkan terjadi peningkatan nilai jual produk tambang Indonesia di pasar internasional. Akibat penerapan undang-undang ini, ANTAM berusaha menjalankan bisnis sesuai dengan peraturan pemerintah secara konsisten dengan cara menghentikan penjualan bijih nikel dan bijih bauksit ke pasar internasional. ANTAM juga melakukan langkah strategis untuk meningkatkan pendapatan dengan cara peningkatan jumlah produksi emas dan batubara. Dengan adanya undang-undang No 4 tahun 2009 membuat bisnis dalam industri pertambangan di Indonesia tidak menjual bahan tambang nya secara mentah. Mereka dapat mengeksplorasi dalam peningkatan nilai tambah produk dengan mengolah bahan mentah tambang menjadi lebih

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No 4 Tahun 2009 mengenai pertambangan mineral dan batubara.Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3.Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2014 mengenai mineral dan batubara.www.idx.co.id. Annual Report audit PT. Aneka Tambang tahun 2014 (diakses terakhir tanggal 29 Maret 2015).