esai bahasa indonesia

Upload: emmal

Post on 09-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Esai Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Ega Akmala El FaridCF / 125020307111055Mahasiswa ApatisMahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, atau akademi. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Mahasiswa merupakan agen perubahan yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Sehingga peranan mahasiswa sangat dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat. Sedangkan apatis memiliki makna acuh tak acuh atau masa bodoh dengan apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Sikap ini sangat tidak diinginkan oleh semua orang.Mahasiswa yang memiliki sikap apatis tentu sangat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain yang ada di sekitarnya. Ia jadi tidak bisa mengaspirakan pendapatnya yang akan membuat pendapatnya tidak diketahui oleh orang lain dan tidak bisa dipertimbangkan. Padahal, jika ia mau mengaspirakan pendapatnya, ada kemungkinan pendapatnya itu akan disetujui dan bisa terlaksana dengan baik sehingga menghasilkan dampak yang positif. Banyak contoh yang menceminkan hal ini. Sederhana saja, apabila ada diskusi di kelas untuk memutuskan sesuatu, ada beberapa mahasiswa yang hanya diam saja dan masa bodoh dengan diskusi yang sedang berlangsng. Mungkin ia akan merasa bahwa suara satu orang saja tidak akan memberi pengaruh apa-apa terhadap keputusan diskusi tersebut. Padahal semua orang dalam diskusi itu memiliki pengaruh yang besar dalam pencapaian keputusan. Lalu apabila keputusan sudah didapat dan tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa yang apatis, dia akan merasa peserta lain dalam diskusi itu tidak adil dan egois karena hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri dan ia akan merasa terpaksa untuk menerima hasil keputusan yang ada. Itu merupakan sebuah contoh dalam lingkup kecil. Belum lagi contoh dalam lingkup besar seperti dalam forum kenegaraan dan lain sebagainya.Ironisnya lagi saat ini berbagai media sosial di internet menjadi tempat untuk para mahasiswa mengeluarkan uneg-unegnya. Jadi tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkan tentang mata kuliah, dosen, bahkan lingkungan kampusnya. Mereka hanya menulis semua keluh kesahnya di media sosial tanpa ada upaya untuk mengaspirasikannya secara langsung ke lembaga yang ada di kampus. Padahal jika mereka hanya menulisnya di media sosial, banyak kemungkinan lembaga-lembaga itu tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh mahasiswa. Namun mahasiswa tetap saja hanya mengeluh dan saling menyalahkan di media sosial dengan berharap suaranya akan didengar. Bahkan ada beberapa akun sosial yang sengaja menampung aspirasi dan keluhan-keluhan mahasiswa dan memang banyak mahasiswa yang menjadi pengikut akun tersebut dan tidak jarang mereka mengeluh tentang apa saja yang terjadi di kampus mereka. Tidak sedikit pula yang menyebutkan nama kampus dan pihak-pihak yang ada di dalamanya. Justru dengan begitu bukankah membuat nama baik kampusnya menjadi tercemar? Aib dari kampusnya pun akan diketahui oleh masyarakat umum dan itu justru dijadikan sebagai bahan guyonan. Mungkin akun itu memang dibuat untuk hiburan semata, tetapi jika sudah kelewatan seperti itu sudah tidak bisa dikatakan hanya sebagai guyonan.Ternyata selain akun yang telah disebutkan di atas, ada juga akun yang dibuat oleh mahasiswa dalam kampus itu sendiri yang juga tidak jarang menulis tentang kejelekan kampus bahkan sampai menyebutkan pihak-pihak yang bersangkutan. Mungkin bagi mahasiswa semester tinggi yang sudah mengetahui lebih banyak tentang seluk beluk kampusnya, mereka bisa berfikir secara kritis. Namun bagi mahasiswa baru yang masih belum tau apa-apa, hal itu bisa menjadikan mahasiswa langsung meng-iya-kan apa yang ditulis oleh akun itu dan tak jarang mereka juga menjadi ikut terpengaruh. Padahal seharusnya akun itu bisa digunakan sesuai dengan semestinya, misalnya untuk informasi-informasi terbaru yang ada di kampus.Mungkin mahasiswa mengaspirasikan pendapat dan suaranya di media sosial karena mereka tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk mengatakannya secara langung. Namun sebenarnya hal itu bukan masalah lagi. Karena di kampus pun ada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang merupakan lembaga untuk menampung aspirasi mahasiswa untuk disampaikan kepada pihak yang lebih berwenang. DPM sudah ada di tiap-tiap fakultas dan universitas sehingga seharusnya tidak ada alasan lagi untuk tidak mengaspirasikan suara bagi mahasiswa. Apalagi anggota dari DPM merupakan mahasiswa sendiri yang usianya rata-rata sama dengan mahasiswa lainnya. Jadi mahasiswa tidak perlu takut. Selain itu untuk menyampaikan ke DPM juga tidak harus dalam suasana formal yang harus menggunakan kalimat baku. Dalam situasi yang santai pun mahasiswa bisa melakukannya.Mahasiswa juga diharapkan untuk mengikuti organisasi atau kegiatan yang ada di kampus. Hal ini mencerminkan ada tidaknya inisiatif mahasiswa untuk ikut dalam kegiatan pengembangan diri. Dengan mengikuti kegiatan yang ada, mahasiswa juga diharapkan dapat meningkatkan minat dan bakat yang ada dalam dirinya. Karena tidak mungkin mahasiswa hanya belajar terus di kampus. Selain itu juga bisa menjadi penyegar otak setelah belajar.Organisasi yang diikuti mahasiswa juga bisa menjadi langkah untuk mahasiswa agar tidak bersikap apatis. Mahasiswa diharapkan mengikuti organisasi dan menjalankan kegiatan-kegitannya dan ikut berparisipasi dalam setiap acara yang dilaksanakan. Kita jadi bisa belajar untuk bersikap kritis dan menjadikannya sebagai miniatur dari sebuah pemerintahan. Dengan begitu kita akan mendapatkan gambaran tentang pemerintahan yang sebenarnya. Mahasiswa yang mengikuti organisasi dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi sangat terlihat perbedaannya. Mahasiswa yang mengikuti organisasi cenderung pintar berbicara di depan umum dan mampu berinteraksi dengan orang lain dengan cepat. Itulah hal yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan kelak. Di mana bukan hanya kepintaran saja yang dibutuhkan, tetapi bagaimana kemampuan seseorang dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain.Dalam memilih organisasi, harus sesuai dengan bakat dan minat yang diinginkan oleh mahasiswa, bukan karena ikut-ikutan. Karena apabila hanya karena ikut-ikutan, percuma saja mahasiswa ikut dan tidak akan ada gunanya. Jika karena alasan takut tidak punya teman dalam organisasi, itu merupakan alasan yang tidak tepat karena di dalam organisasi itu nantinya kita akan mendapatkan teman baru yang justru akan menambah teman kita dan itu jauh lebih menyenangkan.Tidak ada salahnya juga jika mahasiswa memilih teman yang tidak memiliki sikap apatis. Karena itu akan mendorongnya untuk tidak bersikap apatis juga. Sebaliknya, jika mahasiswa berteman dengan mahasiswa yang memiliki sikap apatis, tidak menutup kemungkinan ia akan terpengaruh juga menjadi bersikap apatis. Kecuali jika ia bisa menjadikan temannya itu tidak bersikap apatis lagi.Selain dari pihak mahasiswa sendiri, seharusnya lembaga-lembaga yang berwenang juga harus bersikap terbuka pada perbedaan dan pendapat dari mahasiswa. Karena biasanya mereka mengangagap mahasiswa itu masih pelajar yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa sehingga tidak sedikit dari mereka yang meremehkan mahasiswa. Namun jika lembaga yang bersangkutan memiliki sikap keterbukaan dan mau mendengarkan aspirasi mahasiswa dengan baik, mahasiswa tentu tidak akan lagi bersikap apatis. Dengan diskusi yang baik antara lembaga yang bersangkutan dan mahasiswa, keputusan yang terbaik bisa diambil dan akan menguntukan semua pihak.Begitu juga dengan mahasiswa. Dalam mengaspirasikan pendapatnya, mahasiswa harus mengetahui tata cara yang baik. Misalnya dengan tutur kata yang sopan, tidak terkesan memaksa, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan lain sebagainya. Dengan begitu mahasiswa akan nyaman dalam mengaspirasikan pendapatnya dan lembaga yang dituju juga senang mendengarkannya. Sehingga kedua belah pihak akan sama-sama merasa nyaman dan diuntungkan.Apabila kemungkinan terburuk terjadi, seperti pendapat kita tidak disetujui misalnya. Mungkin kecewa dan malu itu ada. Namun sebaiknya kita perlu menghindari perasaan-perasaan itu. Karena yang terpenting adalah kita telah menyuarakan apa yang kita ingikan. Kemudian, kita tetap harus mengikuti dan menjalankan keputusan yang ada karena itu merupakan suara dari mayoritas.Pernah ada forum yang mendatangkan lembaga tinggi dari sebuah fakultas di mana tujuan dari forum itu adalah mahasiswa dapat langsung mengaspirasikan pendapat dan keluh kesahnya kepada lembaga tersebut. Namun peserta dalam forum itu sangat sedikit dan hanya beberapa orang saja yang aktif mengikuti forum itu. Peserta lain hanya diam dan masa bodoh dengan jalannya forum. Mungkin mereka memang tidak mempunyai keluh kesah dengan apa yang terjadi selama ini. Namun bisa juga sebenarnya mereka mempunyai sangat banyak keluh kesah tetapi tidak mau mengaspirasikannya. Padahal tujuan dari forum ini sebenarnya sangat baik. Hanya saja peserta yang tidak bisa selaras dengan tujuannya. Mereka lebih senang memendam dan apabila keadaan tidak sesuai dengan harapannya, mereka hanya bisa menuduh pihak lain dan kembali lagi mencurahkannya dalam akun sosial.Begitulah sisi lain dari mahasiswa. Ada yang aktif, ada pula yang apatis. Kita sebagai mahasiswa harusnya menghindari sikap apatis itu. Saat ini sudah banyak organisasi dan lembaga yang bisa menampung aspirasi dari mahasiswa dan menyalurkannya kepada pihak atau lembaga yang berwenang, sehingga tidak ada alasan lagi bagi mahasiswa untuk bersikap apatis. Sikap berbicara di belakang juga tidak mencerminkan mahasiswa yang baik dan tidak patut untuk dicontoh . Oleh karena itu, marilah kita sebagai mahasiswa mulai melatih diri sendiri untuk menghindari sikap apatis tersebut.