eptm

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memproyeksikan prevalensi kenaikan penyalahgunaan narkoba sebesar 2,8 persen, atau 5,1 juta orang pada 2015 jika tidak dilakukan upaya penanggulangan (BNN & Puslitkes I, 2005). Sejak 2008, prevelensi penyalahguna narkoba di Indonesia sebesar 1,99 persen dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut, pada 2010 bertambah menjadi 2,21 persen dan mulai mengancam penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun (BNN & Puslitkes II, 2005).. Peningkatan penyalah-gunaan narkoba di Indonesia dengan dampak buruk sosial dan ekonomi semakin mengkhawatirkan. Kerugian sosial-ekonomi penyalah-gunaan narkoba dalam tahun 2004 diperkirakan Rp.23,6 triliun, dengan perkiraan jumlah penyalah-guna 2,9 juta sampai 3,6 juta orang atau setara 1,5% penduduk Indonesia (BNN & Puslitkes VI, 2005). 1

Upload: harfainasyaba

Post on 08-Feb-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eptm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangHasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memproyeksikan

prevalensi kenaikan penyalahgunaan narkoba sebesar 2,8 persen, atau 5,1

juta orang pada 2015 jika tidak dilakukan upaya penanggulangan (BNN &

Puslitkes I, 2005).

Sejak 2008, prevelensi penyalahguna narkoba di Indonesia sebesar

1,99 persen dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut, pada 2010 bertambah

menjadi 2,21 persen dan mulai mengancam penduduk Indonesia berumur 10-

59 tahun (BNN & Puslitkes II, 2005)..

Peningkatan penyalah-gunaan narkoba di Indonesia dengan dampak

buruk sosial dan ekonomi semakin mengkhawatirkan. Kerugian sosial-

ekonomi penyalah-gunaan narkoba dalam tahun 2004 diperkirakan Rp.23,6

triliun, dengan perkiraan jumlah penyalah-guna 2,9 juta sampai 3,6 juta orang

atau setara 1,5% penduduk Indonesia (BNN & Puslitkes VI, 2005).

Berbagai laporan dan pengamatan menunjukkan semakin meluasnya

masalah narkoba. Dalam lima tahun terakhir, jumlah tangkapan kasus

narkoba termasuk barang bukti sitaan berbagai jenis narkotika cenderung

meningkat (Dit IV -Bareskrim Polri, September 2005). Dengan meningkatnya

penangkapan dan penyitaan narkoba ini semakin banyak pula kita dengar dan

kita lihat korban penyalah-gunaan di sekitar kita (BNN & Puslitkes VII, 2005).

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health

Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa

disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta

1

Page 2: eptm

orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10

juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,

dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada

tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu

kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah

kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat

berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut

Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi

hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan

juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (Rasti, 2008).

Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan

tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami

peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33

milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.

Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%.

Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap

tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga

mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya

(91,8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak

tinggal bersama dengan perokok dan sebagian besar (68,8%) perokok mulai

merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-

rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun

ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat cepat

setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria meningkat

cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 %

(15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19

tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih tinggi dari

kelompok lain manapun (Depkes , 2003).

Usia remaja merupakan usia peralihan seseorang untuk menjadi

dewasa dan menemukan jati dirinya. Berdasarkan uraian diatas, pada usia

remaja banyak juga terdapat perokok aktif. Sehingga peneliti ingin melihat

fenomena merokok yang terjadi pada usia remaja. Mengingat banyak

penyakit tidak menular salah satu faktor resikonya disebabkan oleh rokok

(Narendra, 2002).

2

Page 3: eptm

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari

makalah ini adalah

a) Apa definisi dari Perilaku Merokok dan Narkoba ?

b) Bagaimana Epidemiologi dari Merokok dan Narkoba

c) Bagaimana Patofisiologi dari Merokok dan Narkoba

d) Apa- apa saja faktor resiko dari Merokok dan Narkoba.

e) Apa Akibat atau efek yang ditimbulkan dari Merokok dan Narkoba

f) Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan serta

kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah merokok dan

narkoba.

C. Tujuan

a) Untuk mengetahui definisi dari Perilaku Merokok dan Narkoba

b) Untuk mengetahui Epidemiologi dari Merokok dan Narkoba

c) Untuk mengetahui Patofisiologi dari Merokok dan Narkoba

d) Untuk mengetahui faktor resiko dari Merokok dan Narkoba.

e) Untuk mengetahui Akibat atay efek yang ditimbulkan dari Merokok

dan Narkoba

f) Untuk mengetahui upaya penanggulangan dan pencegahan serta

kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah merokok dan

narkoba.

D. Manfaat

1. Manfaat praktis

Hasil makalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia

kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan khususnya

3

Page 4: eptm

dalam upaya pencegahan dan penenggulangan perilaku merokok dan

narkoba.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Instansi-instansi Kesehatan hasil makalah ini dapat dijadikan sarana

untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan masalah merokok

dan narkoba.

b. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang dampak dari

kebiasaan merokok dan penyalahgunaan narkoba.

c. Bagi penulis merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas

wawasan tentang metode penulisan khususnya tentang dampak dari

kebiasaan merokok dan penyalahfunaan narkoba serta sebagai bahan

informasi bagi penulis selanjutnya yang relevan dengan makalah ini.

4

Page 5: eptm

BAB II

PEMBAHASAN

1. NARKOBAA. Definisi

Secara umum, yang dimaksud dengan narkoba adalah sejenis zat

yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang

yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi

seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam

tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,

intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).

B. Epidemiologia.       Sebanyak 9,56 % dari 1-1,6 juta penduduk di Eropa menjadi

pelaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2010. Sedangkan di asia

sebanyak 25,08 % dari 2,3-4,2 juta penduduk menjadi pelaku

penyalahgunaan narkoba di tahun 2010.

b.      Data Europe School Survei Project on Alcohol and Drugs

(ESPAD) tahun 2008, melaporkan 1 dari 5 pelajar di republik Ceko,

Perancis, Islandia, Swiss dan Inggris pernah menyalahgunakan

narkoba dalam sebulan terakhir (19-22%). Laporan dari beberapa

negara ESPAD menunjukkan prevalensi pelajar laki-laki yang

menyalahgunakan narkoba lebih tinggi daripada pelajar perempuan,

kecuali di Irlandia menunjukkan hal sebaliknya (khususnya jenis zat

inhalan).

c.       Di Indonesia Sekitar 4,2% penduduk usia 15-64 tahun

pengguna narkoba, 88% laki-laki dan 12% perempuan. Jadi, prevalensi

penyalahgunaan narkoba pada laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan seperti halnya di Eropa. Data BNN (Badan

Narkotika Nasional) dan UI, sebanyak 1,5% (3,2 juta) dari 200 juta

penduduk indonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba pada

tahun 2005. Sekitar 30 hingga 40 orang meninggal setiap hari akibat

penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari perkiraan pengguna

narkoba sekitar 3,2 juta jiwa.

5

Page 6: eptm

d.       Empat luas kategori penyebab kematian di antara obat

pengguna telah diidentifikasi, termasuk overdosis, penyakit, bunuh diri

dan trauma (Darke et al., 2007a), dan Bagian berikut dari laporan ini

disusun di sekitar ini. Di antara penyakit, kondisi yang berkaitan

dengan darah-borne virus (HIV, hepatitis B dan hepatitis C virus),

neoplasma, penyakit hati, dan penyakit pernapasan dan sistem

peredaran darah dapat dikaitkan dengan penggunaan narkoba. secara

kasar dapat diperkirakan bahwa di suatu tempat antara 10.000 dan

20.000 opioid masalah pengguna meninggal setiap tahun di Eropa

C. Tanda dan gejalaTanda atau gejala kemungkinan adanya penyalahgunaan narkoba

pada seseorang dapat dilihat dalam beberapa hal berikut :

1.    Gejala fisik, antara lain :

a. Berat badan turun drastis

b. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-

hitaman

c. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan

nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan

perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan

d. Buang air besar dan buang air kecil kurang lancer

e. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas

2.    Emosi, antara lain :

a. Sangat sensitif dan cepat merasa bosan

b. Bila ditegur atau dimarahi, menunjukkan sikap membangkang

c. Emosi naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau

berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di

sekitarnya

d. Nafsu makan tidak menentu

3.    Perilakua. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas

rutinnya

b. Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga

c. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi

tanpa pamit, dan pulang tengah malam

6

Page 7: eptm

d. Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat

pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di

rumah. Begitu pun dengan barang-barang berharga  miliknya,

banyak yang hilang

e. Selalu kehabisan uang

f. Waktu di rumah kerap dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang,

ruang yang gelap, kamar mandi, dan tempat-tempat sepi

lainnya.

g. Takut dengan air dan malas mandi. Apabila terkena air akan

terasa sakit.

h. Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan.

i. Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam

alasan

j. Sering menguap

k. Mengeluarkan air mata berlebihan

l. Mengeluarkan keringat berlebihan

m. Sering mimpi buruk

n. Sering nyeri di kepala

D. Faktor Resiko1.      Faktor Keluarga

Orangtua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu

mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari

oangtuanya cenderung mencari perhatian dari luar, biasanya mereka

juga mencari “kesibukan” bersama teman-temannya.

Namun tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh

remaja dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak

mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan

narkoba. Penerapan disiplin dan tanggungjawab kepada anak akan

mengurangi risiko anak terjebak dalam penyalahgunaan narkoba. Anak

yang mempunyai tanggungjawab terhadap dirinya dan orang tua dan

juga masyarakat, akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum

mencoba-coba menggunakan narkoba.

a.       Komunikasi orang tua dan anak kurang baik

b.      Hubungan kurang harmonis

7

Page 8: eptm

c.       Orang tua yang bercerai, kawin lagi

d.      Orang tua terlampau sibuk, acuh

e.       Orang tua otoriter

f.       Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya

g.      Kurangnya kehidupan beragama.

h.      Penyediaan sarana dan prasarana dari orang tua yang

berlebihan

2.      Faktor Kepribadian

Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor kepribadian adalah

genetik, biologis, personal, kesehatan mental dan gaya hidup yang

memiliki pengaruh dalam menentukan seorang remaja terjerumus

dalam penyalahgunaan narkoba maupun dalam permasalahan

perilaku.

a.       Cenderung memberontak

b.      Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya depresi, cemas

c.       Perilaku yang menyimpang dari norma atau aturan yang ada

d.      Kurang percaya diri

e.       Murung, pemalu, pendiam

f.       Mudah kecewa, agresif dan destruktif

g.      Merasa bosan dan jenuh

h.      Keinginan untuk bersenang-senang yang berlebihan

i.        Keinginan untuk mencoba yang sedang mode

j.        Identitas diri kabur

k.      Kemampuan komunikasi yang rendah

l.        Putus sekolah

m.    Kurang menghayati iman dan kepercayaan

3.      Faktor Teman Sebaya/Lingkungan

Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap

penggunaan narkoba, hal ini disebabkan antara lain karena menjadi

syarat kemudahan untuk diterima oleh anggota kelompok. Kelompok

atau “genk” mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama

anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga

mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba

bersama pula.

8

Page 9: eptm

4.      Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga

dapat dikatakan sebagai pemicu. Lemahnya penegakan hukum dan

situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung turut

menyuburkan usaha penjualan narkoba di Indonesia.

5.      Faktor Pendidikan

Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-

sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti

penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh

siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil

terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.

Remaja yang memiliki guru yang mampu memotivasi secara positif,

belajar dan bersosialisasi dengan baik dalam hal kesehatan mental

akan memiliki daya tahan terhadap penyalahgunaan narkoba.

E. AkibatDampak yang ditimbulkan Akibat Penyalahgunaan Narkoba Secara

Umum adalah :

a. Euforia

1. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah

munculnya keberanian yang luar biasa.

2. Hilangnya segala beban fikiran, seperti rasa sedih, resah, khawatir,

menyesal dan sebagainya.

b. Delirium

1. Disusul dengan ketegangan psikis, tekanan jiwa yang berat sekali.

2. Diikuti kegelisahan jiwa yang besar sehingga timbul gangguan

koordinasi gerakan motorik (gangguan kerja otak ).

c. Halusinasi

1. Timbul khayalan yang tidak terkendali.

2. Indra pendengaran dan penglihatan tidak stabil sehingga terdengar

dan tampak sesuatu yang tidak ada.

d. Weakness

1. Keadaan Jasmani dan Rohani lemah.

2. Keadaan lemah dan ingin tidur terus-menerus.

9

Page 10: eptm

e. Drawsines

Keadaan menurun seperti setengah tidur dengan fikiran ingin

menggunakan lagi, dan akhirnya menjadi apatis dan tidak

menghiraukan sekelilingnya (Alifia, 2008).

Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang

menyenangkan bagi si pemakai namun kesenangan itu hanya sesaat,

sementara penuh kepalsuan.

Seolah-olah hidup bahagia dan menyenangkan, serta indah

padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba bukan

hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi

masyarakat dan negara. Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan

terbagi atas 3 yaitu :

1. Dampak psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

2. Dampak sosial

a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh

lingkungan

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan terganggu masa depan suram

3. Dampak fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan

kesadaran

b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot

jantung, gangguan peredaran darah

c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi

d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan,

kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru.

e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur.

(Widianti, 2007)

10

Page 11: eptm

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi

narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis

dapat menyebabkan kematian (Abdalla, 2008).

g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan

terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan

sex, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis,

pembesaran payudara dan gangguan sperma. Sedangkan pada wanita

terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada hormon estrosen dan

progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan

payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat

menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga

dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat

menyebabkan bayi keguguran (Lin, 2007).

F. Upaya Penanggulangan dan pencegahan1. Upaya Penanggulangan dan pencegahan

Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba

1. Promotif ( pembinaan) Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan

narkoba, prinsipnya adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar

kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah

berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai

narkoba. Dengan pelaku program adalah lembaga kemasyarakatan

yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2. Preventif (program pencegahan) Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum

mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga

tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah,

program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga propesional

terkait, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat.

Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan yaitu Kampanye anti

penyalahgunaan Narkoba Dengan memberikan informasi satu arah

tanpa tanya jawab, hanya memberiakan garis besarnya, dangkal dan

umum, disampaikan oleh toma, ulama, seniman, pejabat bukan tenaga

propesional. Dapat juga dengan mengunakan poster, brosur atau

11

Page 12: eptm

baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa

penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.

a) Penyuluhan seluk beluk narkoba.

b) Pendidikan dan pelantikan kelompok sebaya.

c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi

narkoba. dimasyarakat

3. Kuratif (pengobatan) Ditujukan kepada para penguna narkoba. tujuannya adalah untuk

mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit, sebagai

akibat dari pemakai narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian

narkoba. tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba.

Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba

secara khusus.

Bentuk kegiatan kuratif.

a. Penghentian pemakaian narkoba.

b. Penggobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan

pemakaian narkoba.

c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba.

d. Penggobatan terhadap penyakit yang masuk bersama narkoba

(penyakit tidak langsung yang disebabkan oleh narkoba) seperti :

HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis,pnemonia, dan lain – lain.

4. Rehabilitatif Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada

pemakai narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya

agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang

disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat

mengalami penyakit ikutan berupa:

a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantng, paru-paru, ginjal, hati

dan lain-lain).

b) Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif .

c) Penyakit- penyakit ikutan.

5. Represif Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar,

dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program

12

Page 13: eptm

instasi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan

mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang

tergolong narkoba (Martono, 2006).

2. Kebijakan PemerintahYaitu dengan membentuk badan narkotika nasional Badan Narkotika

Nasional  (disingkat  BNN) adalah sebuah  lembaga pemerintah

nonkementerian  (LPNK)  Indonesia  yang mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembakau dan alkohol.

BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada

presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Dasar hukum BNN sebagai LPNK adalah Peraturan Presiden Nomor

23 Tahun 2010. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural 

yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun

2002, yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83

Tahun 2007.

Kebijakan penanggulangan penyalahgunaan narkotika di tingkat regional

Asia Tenggara disepakati dalam ESEAN Drugs Experts Meeting on the

Prevention and Control of Drug Abuse yang diselenggarakan pada tanggal

23-26 Oktober 1972 di Manila. Tindak lanjut dari pertemuan di atas adalah

ASEAN Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs,

yang ditanda tangani oleh para Menteri Luar Negeri negara-negara onggota

ASEAN pada tahun 1976. Isi dari deklarasi regional ASEAN ini meliputi

kegiatan-kegiatan bersama untuk meningkatkan :

1. Kesamaan cara pandang dan pendekatan serta strategi

penanggulangan kejahatan narkotika.

2. Keseragaman peraturan perundang-undangan di bidang narkotika

3. Membentuk badang koordinasi di tingkat nasional; dan

4. Kerja sama antar negara-negara ASEAN secara bilateral, regional,

dan internasional.

13

Page 14: eptm

Dalam rangka ini kemudian dibentuk The ASEAN Senior Officials on

Drugs dan satu Forum Kerja Sama Kepolisian antar negara-negara ASEAN

(ASEANAPOL) yang antara lain bertugas untuk menangani tindak pidana

narkotika transnasional di wilayah ASEAN. Selain iru, di tingkat negara-

negara ASEAN juga dibentuk Narcotic Boarrd dengan membentuk kelompok

kerja penegakan hukum, rehabilitasi dan pembinaan, edukasi preventif dan

informasi, dan kelompok kerja di bidang penelitian. Pada tahun 1992

dicetuskan Deklarasi Singapura dalam ASEAN Summit IV yang menegaskan

kembali peningkatan kerjasama ASEAN dalam penegakan hukum terhadap

kejahatan narkotika dan lalu-lintas perdagangan narkotika ilegal pada

tingkatan nasional, regional, maupun internasional.

Sebelum Indonesia merdekan, pada masa pemerintahan kolonial

Belanda ditetapkan Ordonansi Obat Bius yang disebut Verdoovende

Middellen Ordonantie (Staatsblad 1927 No. 278 jo. No. 536). Selain itu, juga

diberlakukan ketentuan mengenai pembungkusan candu yang disebut Opium

verpakkings Bepalingen (Staatsblad) 1927 No. 514). Setelah Indonesia

Merdeka, kedua intrumen hukum kolonial Belanda tersebut tetap diberlaukan

berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.

2. MEROKOKA. Definisi

Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap

rokok dengan menggunakan pipa atau rokok (Sari. dkk, 2003). Perilaku

merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang

berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas

merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

(Komasari & Helmi, 2000).

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya.

Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,

sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar

serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut

sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif

(Sitepoe,2000).

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam

tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar (Armstrong, 2000).

14

Page 15: eptm

Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang

dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya

(Levy,2004).

Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan

individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor – factor dari

dalam diri juga disebabkan oleh lingkungan. Disebutkan juga bahwa

merokok pada tahap awal dilakuakan dengan teman – teman (46%),

seorang anggota keluarga bukan orang tu (23%), dan orang tua (14%). Hal

ini yang mendukung hasil penelitian Komasari dan Helmi yang

menyebutkan bahwa ada 3 faktor penyebab merokok pada perempuan

yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua dengan periaku

merokok, dan pengaruh teman sebaya (Komasari. dkk, 2008).

Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definisi-

definisi diatas adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau

menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau langsung dari

rokoknya (mainstream smoke), kemudian menghembuskan kembali asap

tersebut ke udara (sidestream smoke).

B. Zat Berbahaya dalam Rokok1. Nikotin

Zat ini mengandung candu bisa menyebabkan seseorang

ketagihan untuk trus menghisap rokok. Pengaruh bagi tubuh manusia :

a. menyebabkan kecanduan / ketergantungan

b. merusak jaringan otak

c. menyebabkan darah cepat membeku

d. mengeraskan dinding arteri

2. TarBahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada

paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker.

Pengaruh bagi tubuh manusia :

a. Membunuh sel dalam saluran darah

b. Meningkatkan produksi lendir diparu-paru

c. Menyebabkan kanker paru-paru

15

Page 16: eptm

3. Karbon MonoksidaGas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa

mengikat oksigen dalam tubuh. Pengaruh bagi tubuh manusia :

a. Mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen

b. Menghalangi transportasi dalam darah

4. Zat KarsinogenPengaruh bagi tubuh manusia :

a. Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh

5. Zat Iritana. Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru

b. Menyebabkan batuk

Zat-zat asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam

dalam asap rokok, dan ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang

rokok, 40 diantaranya tergolong zat yang berbahaya misalnya : hidrogen

sianida (HCN) , arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO).

C. EpidemiologiAda beberapa kasus yang dapat kita lihat akan bahaya rokok antara

lain:

1) Seorang penyair saint toile yang berasal dari Negara latin

meninggal dunia pada tahun 1667, setelah teman-temannya

menambahkan tembakau pada gelas anggurnya.

2) Seorang ibu mengepulkan asap ke kepala tiga anaknya dengan

tujuan untuk mengobati ketombe mereka, namun hasil yang

didapatkannya, ketiganya meninggal akibat usahanya tersebut.

3) Seorang pencuri mati mengenaskan setelah ia berusaha melarikan

tembakau dengan cara melekatkan ke seluruh tubuhnya.

4) Para peneliti menggunakan kelinci kecil sebagai uji coba dan

menyuntiknya dengan zat Nikotin. Kelinci tesebut terhuyung dan

kemudian mati seketika.

5) Dua anak kecil berTaruh siapa yang paling banyak bisa

merokok, dan salah satu dari mereka meninggal sebelum ia mencapai

hisapan batang rokoknya yang ke-17 dan seorang lainnya meninggal

sebelum sempat menyelesaikan rokoknya yang ke-18.

16

Page 17: eptm

6) Bila seseorang disuntik Nikotin 7 mg, maka ia akan langsung

mati di tempat sedangkan satu batang rokok ukuran normal umumnya

mengandung 2 mg Nikotin.

Sebuah survey yang dijabarkan oleh Dr. Martha Tilaar tentang perokok

di In -donesia menurut jenis kelamin menyatakan bahwa jumlah perokok di

Indonesia memang masih lebih banyak di kalangan pria ( 60 % pria

merokok ) dan wanita yang merokok 10 %. Sebelumnya dari survey yang

dilakukan menurut Medika Jurnal Kedokteran Indonesia Maret 2006,

bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua

pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok. Selama 5 tahun telah

terjadi peningkatan, pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah

kelompok umur 25 &29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula

lebih jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam

satu rentang populasi penduduk

Pakar penyakit paru FKUI Prof. Dr. Hadiarto Mengunnegoro, Sp.P.,

menyatakan jumlah perokok aktif Indonesia naik dari 22,5% pada tahun

1990-an menjadi 60% jumlah penduduk tahun 2000. WHO memperkirakan

bahwa 59% pria berusia diatas 10 tahun di Indonesia telah menjadi

perokok harian.

Diperkirakan bahwa konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai

199 miliar batang rokok atau urutan ke-4 setelah RRC (1679 miliar batang),

AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar). Dalam 10

tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan

sebsesar 44,1 % dan jumlah perokok di Indonesia sekitar 70 %. Yang lebih

menyedihkan lagi 60 % diantara perokok adalah kelompok yang

berpenghasilan rendah. Tingginya komsumsi merokok dipercaya bakal

menimbulkan implikasi negative yang sangat luas tidak saja terhadap

kualitas kesehatan tetapi juga menyangkut kehidupan sosial ekonomi.

D. Patofisiologi

Patofisiologi Rokok Ke Paru

Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan

dan terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu’tadin, 2007). Asap rokok itu

mengandung antara lain karbon monoksida (CO) , nikotin, dan polycyclic

17

Page 18: eptm

aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker (tar,

benzopyrenes,, nitroso-nor-nicotin, kadmium, hydrogen cyanide, vinyl

chlorid, toluane, arsanic, phenol butana, amonia, methanol, acaton) selain

itu asap.

Rokok yang dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang

berbahaya (Guidotti et al, 2007). Nikotin dalam rokok dapat mempercepat

proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan

dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang

bertugas membawa oksigen ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang

bersifat stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam

tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system saraf.

Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak

untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan

kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat kepuasan

(Hans, 2003). Tar, mengandung zat kimia sebagai penyebab terjadinya

kanker dan menganggu mekanisme alami pembersih paru-paru, sehingga

banyak polusi udara tertinggal menempel di paru-paru dan saluran

bronchial. Tar dapat membuat system pernapasan terganggu salah satu

gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus .

Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan mengikat

hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat

dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar

oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan

semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan

bukan O2 (Oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan

berusaha meningkatkan asupan oksigen melalui kompensasi pembuluh

darah dimana pembuluh darah akan menciut atau spasme. Bila proses

spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan

mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan).

Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di

jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada

wanita hamil.kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida)

(Theodorus, 1994). Kadar CO yang terhisap juga akan mengurangi nilai

VO2max.

18

Page 19: eptm

E. Akibat1. Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:

a. Dampak positif. Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit

bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa

perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood

positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-

keadaan yang sulit.

b. Dampak negatif. Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak

negatif yang berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah

suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit.

Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan

kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokok

yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang

bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain: penyakit kardiovaskular,

neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan

darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan

nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah,

penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur),

kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam

ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan).

Akibat dari merokok lainnya adalah dapat menimbulkan dampak

pada Tubuh dan kejiwaan seperti ;

c. Dampak paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel

mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak

(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga

penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada

jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan

kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan

timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala

klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi

paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab

19

Page 20: eptm

utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis

kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti

dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara

kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-

paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok

sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan,

dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan

risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok,

kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30

kali lebih sering.

d. Dampak terhadap jantung

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah

jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner,

merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.

Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi

atas asap utama (main stream smoke) danasap samping (side stream

smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung

oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau

yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain

atau perokok pasif.

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40

jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),

di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping,

misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan

pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan

amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam

lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO.

Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga

mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga

merugikan kerja miokard.

20

Page 21: eptm

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan

oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian

tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya

adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh

tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di

hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat

aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).

Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik,

meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah

penggumpalan darah.

Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti

merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah

timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok

mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok,

kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok

lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.

e. Penyakit jantung koroner

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati

mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4

kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini

meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap.

Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja

sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau

gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.

Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung

koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah

rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran

21

Page 22: eptm

(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak

pembuluh darah perifer.

PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai

bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok

berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

f. Penyakit (stroke)

Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau

stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko

kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan

perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris,

didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya

AIDS pada pengidap HIV.

Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan,

sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan.

Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih

mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali

dalam langkah pertahanan melawan AIDS.

Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok

pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk

pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari

sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat

merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi

individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.

Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi

penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga

eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul

jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan

produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan

perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan

keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi

keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.

g. Gerbang narkoba

22

Page 23: eptm

Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah

ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit

mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok

menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara

menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan

berulang-ulang.

Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan)

rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related

Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk

ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan

ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan

ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.

Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan

proses yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat

ketagihan zat psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding

heroin, kokain, alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn

dan Ershler merokok merupakan tingkatan awal untuk menjadi

penyalahguna obat-obatan (drug abuse). Mencoba merokok secara

signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan terlarang di

masa yang akan datang.

Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari

perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA,

dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan

dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai

masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.

Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan

dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan

kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan

penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis

Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja

yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda

keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah,

dan depresif.

23

Page 24: eptm

Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat

kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan

kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan

merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang

peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar

dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang

ketagihan kebiasaan merokok.

h. Ganggu kesehatan jiwa

Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas

hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang

melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang

memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih

buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya

satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien

gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada

50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat

rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.

Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National

Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki

risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan

remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih

sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak

merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan

depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi

menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki

gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).

Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di

dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada

tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat

seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita

depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat

tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka

kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.

24

Page 25: eptm

Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi.

Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien

depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi,

gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).

Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah

satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan

yang kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan

seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan

kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak

memiliki gejala gangguan jiwa.

Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan

konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi.

Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan

depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan

untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki

terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis

yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.

Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam

bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka

pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk

kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai

obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam

pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan

bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai

karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran

untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.

i. Sistem reproduksi

Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2

dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan

rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas

sampai usia dewasa.

Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta

mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan

hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden

25

Page 26: eptm

keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000

kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan

merokok.

120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun

mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok

berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.

j. Wanita merokok, menopause dini

Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki

masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka

menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian

laporan beberapa peneliti Norwegia.

Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali

lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti

setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang

mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok

sebelum usia 45 tahun.

Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah

menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause.

Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan

memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.

F. Upaya Penanggulangan dan pencegahan1. Upaya Penanggulangan dan pencegahan

Pengendalian masalah rokok sebenarnya telah diupayakan

diantaranya melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dibeberapa

tatanan dan sebagian wilayah Jakarta, Kota Bogor, Kota Cirebon dan

sebagainya.Begitu juga beberapa lintas sektor seperti Departemen

Perhubungan dengan menetapkan penerbangan pesawat menjadi

penerbangan tanpa asap rokok, Departemen Pendidikan Nasional

menetapkan sekolah menjadi kawasan tanpa rokok, serta beberapa Pemda

yang menyatakan tempat kerja sebagai kawasan tanpa asap rokok.

Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau arena yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun penggunaan

26

Page 27: eptm

rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan

masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena

lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu

diselenggarakan di tempat umum, tempat kerja, angkutan umum, tempat

ibadah, arena kegiatan anak-anak, institusi pendidikan dan tempat

pelayanan kesehatan.

Sekolah melakukan upaya-upaya untuk menanggulanginya, antara lain

:

a. Menyediakan area merokok bagi para perokok, seperti para

guru atau pendatang/tamu dari luar sekolah.

b. Tidak memperjualbelikan rokok di sekolah.

c. Menciptakan area bebas merokok di lingkungan sekolah.

d. Memberi peringatan/sanksi bagi para siswa yang

membawa/menjual rokok ke lingkungan sekolah.

e. Membuat aturan tentang rokok.

f. Mengadakan seminar tentang bahaya rokok, serta

penanggulangannya.

2. Kebijakan Pemerintaha. Yaitu dengan mengeluarkan peraturan pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi

kesehatan.

b. PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP 38/2000 tentang

Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi

diakui pula, law enforcement-nya belum ada sehingga belum

memiliki kekuatan.

Detikcom Tingginya target penerimaan negara dari cukai rokok

yang mencapai Rp 17 triliun pada anggaran 2001 dinilai telah

menyebabkan pemerintah tidak konsisten menegakkan PP

No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.

Komisi VII DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu

dibuat dalam bentuk UU, sehingga masyarakat akan mempunyai

posisi tawar yang cukup kuat. Disamping itu, DPR akan dapat

27

Page 28: eptm

melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemerintah maupun

industri rokok.

28

Page 29: eptm

BAB III

PENUTUP

1. KesimpulanDari makalah di atas bisa ditark kesimpulan bahwa :

1. Narkoba adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-

pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu

dengan cara memasukkan ke dalam tubuh

2. Merokok adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi

seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke

dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup,

suntik, intravena, dan lain sebagainya

2. Saran1. Sebagai generasi muda, baik di Indonesia maupun belahan dunia lainnya,

sebaiknya kita menjauhi penyalahgunaan narkoba dan merokok. Karena

penggunaan narkoba di luar dosis yang ditentukan dapat merusak

kesehatan, kejiwaan dan fungsi social di dalam masyarakat dan perilaku

merokok dapat merusak tubuh kita Mulai dari sekarang, kita harus belajar

untuk hidup sehat, bergaul dengan kelompok yang jauh dari narkoba serta

memperbanyak aktifitas yang positif.

2. Sehubungan dengan makalah ini, kami meminta saran kepada pembaca

mengenai kekurangan dari makalah kami, agar kiranya makalah ini bisa

lebih baik lagi dan tidak sekedar menjadi bacaan semata, melainkan dapat

menjadi referensi yang berguna dan bermanfaat bagi setiap orang yang

membacanya.

29

Page 30: eptm

DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan.2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes I. Jakarta. Diakses 23 Maret.

Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan. 2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes II. Jakarta. Diakses 8 Maret.

Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan. 2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes VI. Jakarta. Diakses 8 Maret.

Rasti. 2008. Angka Kematian Pengguna Narkoba. Jakarta. Diakses 8 Maret

Departeman Kesehatan. 2003. Prevalensi Merokok, Depkes RI. Jakarta. Diakses 8

Maret

Narendra. 2002. Fenomena Merokok Pada Usia Remaja. Jakarta. Diakses 9 Maret

Kurniawan. 2008. Narkoba. Solo. PT Remaja Rosdakarya

Alifia. 2008. Dampak Akibat Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta. Diakses 9 Maret.

Widianti. 2007. Pengaruh Pemakai Narkoba. Bandung. Diakses 10 Maret.

Afdalla,Lin, dkk. 2008 Overdosis Pada Merokok. Jakarta. Diakses 10 Maret.

Sari,dkk. 2003. Perilaku Merokok. Jakarta. Diakses 10 Maret.

Komasari, dkk. 2000. Perilaku Merokok. Surabaya. Diakses 10 Maret.

Hakim, Arif. Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan

Melawan. Bandung : Nuansa

30