eptm
TRANSCRIPT
![Page 1: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangHasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memproyeksikan
prevalensi kenaikan penyalahgunaan narkoba sebesar 2,8 persen, atau 5,1
juta orang pada 2015 jika tidak dilakukan upaya penanggulangan (BNN &
Puslitkes I, 2005).
Sejak 2008, prevelensi penyalahguna narkoba di Indonesia sebesar
1,99 persen dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut, pada 2010 bertambah
menjadi 2,21 persen dan mulai mengancam penduduk Indonesia berumur 10-
59 tahun (BNN & Puslitkes II, 2005)..
Peningkatan penyalah-gunaan narkoba di Indonesia dengan dampak
buruk sosial dan ekonomi semakin mengkhawatirkan. Kerugian sosial-
ekonomi penyalah-gunaan narkoba dalam tahun 2004 diperkirakan Rp.23,6
triliun, dengan perkiraan jumlah penyalah-guna 2,9 juta sampai 3,6 juta orang
atau setara 1,5% penduduk Indonesia (BNN & Puslitkes VI, 2005).
Berbagai laporan dan pengamatan menunjukkan semakin meluasnya
masalah narkoba. Dalam lima tahun terakhir, jumlah tangkapan kasus
narkoba termasuk barang bukti sitaan berbagai jenis narkotika cenderung
meningkat (Dit IV -Bareskrim Polri, September 2005). Dengan meningkatnya
penangkapan dan penyitaan narkoba ini semakin banyak pula kita dengar dan
kita lihat korban penyalah-gunaan di sekitar kita (BNN & Puslitkes VII, 2005).
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health
Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta
1
![Page 2: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/2.jpg)
orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10
juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,
dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada
tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu
kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah
kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat
berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut
Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi
hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (Rasti, 2008).
Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan
tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami
peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33
milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.
Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%.
Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap
tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga
mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya
(91,8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak
tinggal bersama dengan perokok dan sebagian besar (68,8%) perokok mulai
merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-
rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun
ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat cepat
setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria meningkat
cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 %
(15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19
tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih tinggi dari
kelompok lain manapun (Depkes , 2003).
Usia remaja merupakan usia peralihan seseorang untuk menjadi
dewasa dan menemukan jati dirinya. Berdasarkan uraian diatas, pada usia
remaja banyak juga terdapat perokok aktif. Sehingga peneliti ingin melihat
fenomena merokok yang terjadi pada usia remaja. Mengingat banyak
penyakit tidak menular salah satu faktor resikonya disebabkan oleh rokok
(Narendra, 2002).
2
![Page 3: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/3.jpg)
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
makalah ini adalah
a) Apa definisi dari Perilaku Merokok dan Narkoba ?
b) Bagaimana Epidemiologi dari Merokok dan Narkoba
c) Bagaimana Patofisiologi dari Merokok dan Narkoba
d) Apa- apa saja faktor resiko dari Merokok dan Narkoba.
e) Apa Akibat atau efek yang ditimbulkan dari Merokok dan Narkoba
f) Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan serta
kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah merokok dan
narkoba.
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui definisi dari Perilaku Merokok dan Narkoba
b) Untuk mengetahui Epidemiologi dari Merokok dan Narkoba
c) Untuk mengetahui Patofisiologi dari Merokok dan Narkoba
d) Untuk mengetahui faktor resiko dari Merokok dan Narkoba.
e) Untuk mengetahui Akibat atay efek yang ditimbulkan dari Merokok
dan Narkoba
f) Untuk mengetahui upaya penanggulangan dan pencegahan serta
kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah merokok dan
narkoba.
D. Manfaat
1. Manfaat praktis
Hasil makalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia
kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan khususnya
3
![Page 4: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/4.jpg)
dalam upaya pencegahan dan penenggulangan perilaku merokok dan
narkoba.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Instansi-instansi Kesehatan hasil makalah ini dapat dijadikan sarana
untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan masalah merokok
dan narkoba.
b. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang dampak dari
kebiasaan merokok dan penyalahgunaan narkoba.
c. Bagi penulis merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas
wawasan tentang metode penulisan khususnya tentang dampak dari
kebiasaan merokok dan penyalahfunaan narkoba serta sebagai bahan
informasi bagi penulis selanjutnya yang relevan dengan makalah ini.
4
![Page 5: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
1. NARKOBAA. Definisi
Secara umum, yang dimaksud dengan narkoba adalah sejenis zat
yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang
yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam
tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,
intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).
B. Epidemiologia. Sebanyak 9,56 % dari 1-1,6 juta penduduk di Eropa menjadi
pelaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2010. Sedangkan di asia
sebanyak 25,08 % dari 2,3-4,2 juta penduduk menjadi pelaku
penyalahgunaan narkoba di tahun 2010.
b. Data Europe School Survei Project on Alcohol and Drugs
(ESPAD) tahun 2008, melaporkan 1 dari 5 pelajar di republik Ceko,
Perancis, Islandia, Swiss dan Inggris pernah menyalahgunakan
narkoba dalam sebulan terakhir (19-22%). Laporan dari beberapa
negara ESPAD menunjukkan prevalensi pelajar laki-laki yang
menyalahgunakan narkoba lebih tinggi daripada pelajar perempuan,
kecuali di Irlandia menunjukkan hal sebaliknya (khususnya jenis zat
inhalan).
c. Di Indonesia Sekitar 4,2% penduduk usia 15-64 tahun
pengguna narkoba, 88% laki-laki dan 12% perempuan. Jadi, prevalensi
penyalahgunaan narkoba pada laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan seperti halnya di Eropa. Data BNN (Badan
Narkotika Nasional) dan UI, sebanyak 1,5% (3,2 juta) dari 200 juta
penduduk indonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba pada
tahun 2005. Sekitar 30 hingga 40 orang meninggal setiap hari akibat
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari perkiraan pengguna
narkoba sekitar 3,2 juta jiwa.
5
![Page 6: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/6.jpg)
d. Empat luas kategori penyebab kematian di antara obat
pengguna telah diidentifikasi, termasuk overdosis, penyakit, bunuh diri
dan trauma (Darke et al., 2007a), dan Bagian berikut dari laporan ini
disusun di sekitar ini. Di antara penyakit, kondisi yang berkaitan
dengan darah-borne virus (HIV, hepatitis B dan hepatitis C virus),
neoplasma, penyakit hati, dan penyakit pernapasan dan sistem
peredaran darah dapat dikaitkan dengan penggunaan narkoba. secara
kasar dapat diperkirakan bahwa di suatu tempat antara 10.000 dan
20.000 opioid masalah pengguna meninggal setiap tahun di Eropa
C. Tanda dan gejalaTanda atau gejala kemungkinan adanya penyalahgunaan narkoba
pada seseorang dapat dilihat dalam beberapa hal berikut :
1. Gejala fisik, antara lain :
a. Berat badan turun drastis
b. Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-
hitaman
c. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan
nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan
perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan
d. Buang air besar dan buang air kecil kurang lancer
e. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas
2. Emosi, antara lain :
a. Sangat sensitif dan cepat merasa bosan
b. Bila ditegur atau dimarahi, menunjukkan sikap membangkang
c. Emosi naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau
berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di
sekitarnya
d. Nafsu makan tidak menentu
3. Perilakua. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas
rutinnya
b. Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
c. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi
tanpa pamit, dan pulang tengah malam
6
![Page 7: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/7.jpg)
d. Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat
pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di
rumah. Begitu pun dengan barang-barang berharga miliknya,
banyak yang hilang
e. Selalu kehabisan uang
f. Waktu di rumah kerap dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang,
ruang yang gelap, kamar mandi, dan tempat-tempat sepi
lainnya.
g. Takut dengan air dan malas mandi. Apabila terkena air akan
terasa sakit.
h. Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan.
i. Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam
alasan
j. Sering menguap
k. Mengeluarkan air mata berlebihan
l. Mengeluarkan keringat berlebihan
m. Sering mimpi buruk
n. Sering nyeri di kepala
D. Faktor Resiko1. Faktor Keluarga
Orangtua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu
mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari
oangtuanya cenderung mencari perhatian dari luar, biasanya mereka
juga mencari “kesibukan” bersama teman-temannya.
Namun tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh
remaja dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak
mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba. Penerapan disiplin dan tanggungjawab kepada anak akan
mengurangi risiko anak terjebak dalam penyalahgunaan narkoba. Anak
yang mempunyai tanggungjawab terhadap dirinya dan orang tua dan
juga masyarakat, akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum
mencoba-coba menggunakan narkoba.
a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. Hubungan kurang harmonis
7
![Page 8: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/8.jpg)
c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
e. Orang tua otoriter
f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g. Kurangnya kehidupan beragama.
h. Penyediaan sarana dan prasarana dari orang tua yang
berlebihan
2. Faktor Kepribadian
Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor kepribadian adalah
genetik, biologis, personal, kesehatan mental dan gaya hidup yang
memiliki pengaruh dalam menentukan seorang remaja terjerumus
dalam penyalahgunaan narkoba maupun dalam permasalahan
perilaku.
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya depresi, cemas
c. Perilaku yang menyimpang dari norma atau aturan yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Murung, pemalu, pendiam
f. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang-senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan
3. Faktor Teman Sebaya/Lingkungan
Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap
penggunaan narkoba, hal ini disebabkan antara lain karena menjadi
syarat kemudahan untuk diterima oleh anggota kelompok. Kelompok
atau “genk” mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama
anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga
mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba
bersama pula.
8
![Page 9: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/9.jpg)
4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga
dapat dikatakan sebagai pemicu. Lemahnya penegakan hukum dan
situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung turut
menyuburkan usaha penjualan narkoba di Indonesia.
5. Faktor Pendidikan
Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-
sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti
penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil
terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
Remaja yang memiliki guru yang mampu memotivasi secara positif,
belajar dan bersosialisasi dengan baik dalam hal kesehatan mental
akan memiliki daya tahan terhadap penyalahgunaan narkoba.
E. AkibatDampak yang ditimbulkan Akibat Penyalahgunaan Narkoba Secara
Umum adalah :
a. Euforia
1. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah
munculnya keberanian yang luar biasa.
2. Hilangnya segala beban fikiran, seperti rasa sedih, resah, khawatir,
menyesal dan sebagainya.
b. Delirium
1. Disusul dengan ketegangan psikis, tekanan jiwa yang berat sekali.
2. Diikuti kegelisahan jiwa yang besar sehingga timbul gangguan
koordinasi gerakan motorik (gangguan kerja otak ).
c. Halusinasi
1. Timbul khayalan yang tidak terkendali.
2. Indra pendengaran dan penglihatan tidak stabil sehingga terdengar
dan tampak sesuatu yang tidak ada.
d. Weakness
1. Keadaan Jasmani dan Rohani lemah.
2. Keadaan lemah dan ingin tidur terus-menerus.
9
![Page 10: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/10.jpg)
e. Drawsines
Keadaan menurun seperti setengah tidur dengan fikiran ingin
menggunakan lagi, dan akhirnya menjadi apatis dan tidak
menghiraukan sekelilingnya (Alifia, 2008).
Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang
menyenangkan bagi si pemakai namun kesenangan itu hanya sesaat,
sementara penuh kepalsuan.
Seolah-olah hidup bahagia dan menyenangkan, serta indah
padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba bukan
hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi
masyarakat dan negara. Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan
terbagi atas 3 yaitu :
1. Dampak psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
2. Dampak sosial
a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c. Pendidikan terganggu masa depan suram
3. Dampak fisik
a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran
b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi
d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru.
e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur.
(Widianti, 2007)
10
![Page 11: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/11.jpg)
f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis
dapat menyebabkan kematian (Abdalla, 2008).
g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan
sex, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis,
pembesaran payudara dan gangguan sperma. Sedangkan pada wanita
terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada hormon estrosen dan
progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan
payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat
menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga
dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat
menyebabkan bayi keguguran (Lin, 2007).
F. Upaya Penanggulangan dan pencegahan1. Upaya Penanggulangan dan pencegahan
Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba
1. Promotif ( pembinaan) Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan
narkoba, prinsipnya adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar
kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah
berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai
narkoba. Dengan pelaku program adalah lembaga kemasyarakatan
yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif (program pencegahan) Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum
mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga
tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah,
program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga propesional
terkait, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat.
Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan yaitu Kampanye anti
penyalahgunaan Narkoba Dengan memberikan informasi satu arah
tanpa tanya jawab, hanya memberiakan garis besarnya, dangkal dan
umum, disampaikan oleh toma, ulama, seniman, pejabat bukan tenaga
propesional. Dapat juga dengan mengunakan poster, brosur atau
11
![Page 12: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/12.jpg)
baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa
penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.
a) Penyuluhan seluk beluk narkoba.
b) Pendidikan dan pelantikan kelompok sebaya.
c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi
narkoba. dimasyarakat
3. Kuratif (pengobatan) Ditujukan kepada para penguna narkoba. tujuannya adalah untuk
mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit, sebagai
akibat dari pemakai narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian
narkoba. tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba.
Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba
secara khusus.
Bentuk kegiatan kuratif.
a. Penghentian pemakaian narkoba.
b. Penggobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan
pemakaian narkoba.
c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba.
d. Penggobatan terhadap penyakit yang masuk bersama narkoba
(penyakit tidak langsung yang disebabkan oleh narkoba) seperti :
HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis,pnemonia, dan lain – lain.
4. Rehabilitatif Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada
pemakai narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya
agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang
disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat
mengalami penyakit ikutan berupa:
a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantng, paru-paru, ginjal, hati
dan lain-lain).
b) Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif .
c) Penyakit- penyakit ikutan.
5. Represif Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar,
dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program
12
![Page 13: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/13.jpg)
instasi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan
mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang
tergolong narkoba (Martono, 2006).
2. Kebijakan PemerintahYaitu dengan membentuk badan narkotika nasional Badan Narkotika
Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah lembaga pemerintah
nonkementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol.
BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada
presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Dasar hukum BNN sebagai LPNK adalah Peraturan Presiden Nomor
23 Tahun 2010. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural
yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun
2002, yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83
Tahun 2007.
Kebijakan penanggulangan penyalahgunaan narkotika di tingkat regional
Asia Tenggara disepakati dalam ESEAN Drugs Experts Meeting on the
Prevention and Control of Drug Abuse yang diselenggarakan pada tanggal
23-26 Oktober 1972 di Manila. Tindak lanjut dari pertemuan di atas adalah
ASEAN Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs,
yang ditanda tangani oleh para Menteri Luar Negeri negara-negara onggota
ASEAN pada tahun 1976. Isi dari deklarasi regional ASEAN ini meliputi
kegiatan-kegiatan bersama untuk meningkatkan :
1. Kesamaan cara pandang dan pendekatan serta strategi
penanggulangan kejahatan narkotika.
2. Keseragaman peraturan perundang-undangan di bidang narkotika
3. Membentuk badang koordinasi di tingkat nasional; dan
4. Kerja sama antar negara-negara ASEAN secara bilateral, regional,
dan internasional.
13
![Page 14: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/14.jpg)
Dalam rangka ini kemudian dibentuk The ASEAN Senior Officials on
Drugs dan satu Forum Kerja Sama Kepolisian antar negara-negara ASEAN
(ASEANAPOL) yang antara lain bertugas untuk menangani tindak pidana
narkotika transnasional di wilayah ASEAN. Selain iru, di tingkat negara-
negara ASEAN juga dibentuk Narcotic Boarrd dengan membentuk kelompok
kerja penegakan hukum, rehabilitasi dan pembinaan, edukasi preventif dan
informasi, dan kelompok kerja di bidang penelitian. Pada tahun 1992
dicetuskan Deklarasi Singapura dalam ASEAN Summit IV yang menegaskan
kembali peningkatan kerjasama ASEAN dalam penegakan hukum terhadap
kejahatan narkotika dan lalu-lintas perdagangan narkotika ilegal pada
tingkatan nasional, regional, maupun internasional.
Sebelum Indonesia merdekan, pada masa pemerintahan kolonial
Belanda ditetapkan Ordonansi Obat Bius yang disebut Verdoovende
Middellen Ordonantie (Staatsblad 1927 No. 278 jo. No. 536). Selain itu, juga
diberlakukan ketentuan mengenai pembungkusan candu yang disebut Opium
verpakkings Bepalingen (Staatsblad) 1927 No. 514). Setelah Indonesia
Merdeka, kedua intrumen hukum kolonial Belanda tersebut tetap diberlaukan
berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
2. MEROKOKA. Definisi
Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok (Sari. dkk, 2003). Perilaku
merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
(Komasari & Helmi, 2000).
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya.
Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar
serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut
sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif
(Sitepoe,2000).
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam
tubuh kemudian menghembuskan kembali keluar (Armstrong, 2000).
14
![Page 15: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/15.jpg)
Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya
(Levy,2004).
Menurut Lewin perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan
individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor – factor dari
dalam diri juga disebabkan oleh lingkungan. Disebutkan juga bahwa
merokok pada tahap awal dilakuakan dengan teman – teman (46%),
seorang anggota keluarga bukan orang tu (23%), dan orang tua (14%). Hal
ini yang mendukung hasil penelitian Komasari dan Helmi yang
menyebutkan bahwa ada 3 faktor penyebab merokok pada perempuan
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua dengan periaku
merokok, dan pengaruh teman sebaya (Komasari. dkk, 2008).
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definisi-
definisi diatas adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau
menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau langsung dari
rokoknya (mainstream smoke), kemudian menghembuskan kembali asap
tersebut ke udara (sidestream smoke).
B. Zat Berbahaya dalam Rokok1. Nikotin
Zat ini mengandung candu bisa menyebabkan seseorang
ketagihan untuk trus menghisap rokok. Pengaruh bagi tubuh manusia :
a. menyebabkan kecanduan / ketergantungan
b. merusak jaringan otak
c. menyebabkan darah cepat membeku
d. mengeraskan dinding arteri
2. TarBahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada
paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker.
Pengaruh bagi tubuh manusia :
a. Membunuh sel dalam saluran darah
b. Meningkatkan produksi lendir diparu-paru
c. Menyebabkan kanker paru-paru
15
![Page 16: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/16.jpg)
3. Karbon MonoksidaGas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa
mengikat oksigen dalam tubuh. Pengaruh bagi tubuh manusia :
a. Mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen
b. Menghalangi transportasi dalam darah
4. Zat KarsinogenPengaruh bagi tubuh manusia :
a. Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh
5. Zat Iritana. Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru
b. Menyebabkan batuk
Zat-zat asing berbahaya tersebut adalah zat yang terkandung dalam
dalam asap rokok, dan ada 4000 zat kimia yang terdapat dalam sebatang
rokok, 40 diantaranya tergolong zat yang berbahaya misalnya : hidrogen
sianida (HCN) , arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO).
C. EpidemiologiAda beberapa kasus yang dapat kita lihat akan bahaya rokok antara
lain:
1) Seorang penyair saint toile yang berasal dari Negara latin
meninggal dunia pada tahun 1667, setelah teman-temannya
menambahkan tembakau pada gelas anggurnya.
2) Seorang ibu mengepulkan asap ke kepala tiga anaknya dengan
tujuan untuk mengobati ketombe mereka, namun hasil yang
didapatkannya, ketiganya meninggal akibat usahanya tersebut.
3) Seorang pencuri mati mengenaskan setelah ia berusaha melarikan
tembakau dengan cara melekatkan ke seluruh tubuhnya.
4) Para peneliti menggunakan kelinci kecil sebagai uji coba dan
menyuntiknya dengan zat Nikotin. Kelinci tesebut terhuyung dan
kemudian mati seketika.
5) Dua anak kecil berTaruh siapa yang paling banyak bisa
merokok, dan salah satu dari mereka meninggal sebelum ia mencapai
hisapan batang rokoknya yang ke-17 dan seorang lainnya meninggal
sebelum sempat menyelesaikan rokoknya yang ke-18.
16
![Page 17: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/17.jpg)
6) Bila seseorang disuntik Nikotin 7 mg, maka ia akan langsung
mati di tempat sedangkan satu batang rokok ukuran normal umumnya
mengandung 2 mg Nikotin.
Sebuah survey yang dijabarkan oleh Dr. Martha Tilaar tentang perokok
di In -donesia menurut jenis kelamin menyatakan bahwa jumlah perokok di
Indonesia memang masih lebih banyak di kalangan pria ( 60 % pria
merokok ) dan wanita yang merokok 10 %. Sebelumnya dari survey yang
dilakukan menurut Medika Jurnal Kedokteran Indonesia Maret 2006,
bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua
pertiga dan kelompok umur produktif adalah perokok. Selama 5 tahun telah
terjadi peningkatan, pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah
kelompok umur 25 &29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula
lebih jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam
satu rentang populasi penduduk
Pakar penyakit paru FKUI Prof. Dr. Hadiarto Mengunnegoro, Sp.P.,
menyatakan jumlah perokok aktif Indonesia naik dari 22,5% pada tahun
1990-an menjadi 60% jumlah penduduk tahun 2000. WHO memperkirakan
bahwa 59% pria berusia diatas 10 tahun di Indonesia telah menjadi
perokok harian.
Diperkirakan bahwa konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai
199 miliar batang rokok atau urutan ke-4 setelah RRC (1679 miliar batang),
AS (480 miliar), Jepang (230 miliar), dan Rusia (230 miliar). Dalam 10
tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan
sebsesar 44,1 % dan jumlah perokok di Indonesia sekitar 70 %. Yang lebih
menyedihkan lagi 60 % diantara perokok adalah kelompok yang
berpenghasilan rendah. Tingginya komsumsi merokok dipercaya bakal
menimbulkan implikasi negative yang sangat luas tidak saja terhadap
kualitas kesehatan tetapi juga menyangkut kehidupan sosial ekonomi.
D. Patofisiologi
Patofisiologi Rokok Ke Paru
Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan
dan terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu’tadin, 2007). Asap rokok itu
mengandung antara lain karbon monoksida (CO) , nikotin, dan polycyclic
17
![Page 18: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/18.jpg)
aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker (tar,
benzopyrenes,, nitroso-nor-nicotin, kadmium, hydrogen cyanide, vinyl
chlorid, toluane, arsanic, phenol butana, amonia, methanol, acaton) selain
itu asap.
Rokok yang dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang
berbahaya (Guidotti et al, 2007). Nikotin dalam rokok dapat mempercepat
proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan
dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang
bertugas membawa oksigen ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang
bersifat stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam
tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system saraf.
Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak
untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan
kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat kepuasan
(Hans, 2003). Tar, mengandung zat kimia sebagai penyebab terjadinya
kanker dan menganggu mekanisme alami pembersih paru-paru, sehingga
banyak polusi udara tertinggal menempel di paru-paru dan saluran
bronchial. Tar dapat membuat system pernapasan terganggu salah satu
gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus .
Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat
dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar
oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan
semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan
bukan O2 (Oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan
berusaha meningkatkan asupan oksigen melalui kompensasi pembuluh
darah dimana pembuluh darah akan menciut atau spasme. Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan
mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan).
Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di
jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada
wanita hamil.kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida)
(Theodorus, 1994). Kadar CO yang terhisap juga akan mengurangi nilai
VO2max.
18
![Page 19: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/19.jpg)
E. Akibat1. Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
a. Dampak positif. Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit
bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa
perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood
positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-
keadaan yang sulit.
b. Dampak negatif. Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif yang berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah
suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit.
Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan
kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokok
yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain: penyakit kardiovaskular,
neoplasma (kanker), saluran pernafasan, peningkatan tekanan
darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan
nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah,
penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur),
kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam
ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung, dan tenggorokan).
Akibat dari merokok lainnya adalah dapat menimbulkan dampak
pada Tubuh dan kejiwaan seperti ;
c. Dampak paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak
(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan
timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi
paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab
19
![Page 20: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/20.jpg)
utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis
kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti
dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara
kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-
paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok
sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan,
dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan
risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok,
kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30
kali lebih sering.
d. Dampak terhadap jantung
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner,
merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi
atas asap utama (main stream smoke) danasap samping (side stream
smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung
oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau
yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain
atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),
di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping,
misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan
pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan
amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam
lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO.
Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga
mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga
merugikan kerja miokard.
20
![Page 21: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/21.jpg)
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan
ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,
meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian
tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya
adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,
menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh
tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di
hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).
Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik,
meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah
penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti
merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah
timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok
mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok,
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok
lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
e. Penyakit jantung koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati
mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4
kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini
meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja
sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau
gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung
koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah
rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran
21
![Page 22: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/22.jpg)
(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai
bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
f. Penyakit (stroke)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau
stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko
kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris,
didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya
AIDS pada pengidap HIV.
Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan,
sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan.
Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih
mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali
dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok
pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk
pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari
sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat
merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi
individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi
penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga
eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul
jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan
produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan
perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan
keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi
keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
g. Gerbang narkoba
22
![Page 23: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/23.jpg)
Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah
ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit
mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok
menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara
menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan
berulang-ulang.
Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan)
rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related
Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk
ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan
ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan
ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.
Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan
proses yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat
ketagihan zat psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding
heroin, kokain, alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn
dan Ershler merokok merupakan tingkatan awal untuk menjadi
penyalahguna obat-obatan (drug abuse). Mencoba merokok secara
signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan terlarang di
masa yang akan datang.
Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari
perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA,
dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan
dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai
masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.
Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan
dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan
kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan
penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis
Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja
yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda
keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah,
dan depresif.
23
![Page 24: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/24.jpg)
Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat
kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan
kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan
merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang
peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar
dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang
ketagihan kebiasaan merokok.
h. Ganggu kesehatan jiwa
Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas
hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang
melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang
memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih
buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya
satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien
gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada
50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat
rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.
Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National
Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki
risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan
remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih
sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak
merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan
depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi
menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki
gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).
Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di
dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada
tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat
seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita
depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat
tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka
kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.
24
![Page 25: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/25.jpg)
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi.
Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien
depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi,
gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).
Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah
satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan
yang kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan
seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan
kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak
memiliki gejala gangguan jiwa.
Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan
konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi.
Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan
depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan
untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki
terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis
yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.
Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam
bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka
pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk
kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai
obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam
pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan
bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai
karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran
untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.
i. Sistem reproduksi
Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2
dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan
rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas
sampai usia dewasa.
Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta
mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan
hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden
25
![Page 26: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/26.jpg)
keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000
kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan
merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun
mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok
berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.
j. Wanita merokok, menopause dini
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki
masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka
menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian
laporan beberapa peneliti Norwegia.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali
lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti
setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang
mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok
sebelum usia 45 tahun.
Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah
menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause.
Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan
memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.
F. Upaya Penanggulangan dan pencegahan1. Upaya Penanggulangan dan pencegahan
Pengendalian masalah rokok sebenarnya telah diupayakan
diantaranya melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dibeberapa
tatanan dan sebagian wilayah Jakarta, Kota Bogor, Kota Cirebon dan
sebagainya.Begitu juga beberapa lintas sektor seperti Departemen
Perhubungan dengan menetapkan penerbangan pesawat menjadi
penerbangan tanpa asap rokok, Departemen Pendidikan Nasional
menetapkan sekolah menjadi kawasan tanpa rokok, serta beberapa Pemda
yang menyatakan tempat kerja sebagai kawasan tanpa asap rokok.
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau arena yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, ataupun penggunaan
26
![Page 27: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/27.jpg)
rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu
diselenggarakan di tempat umum, tempat kerja, angkutan umum, tempat
ibadah, arena kegiatan anak-anak, institusi pendidikan dan tempat
pelayanan kesehatan.
Sekolah melakukan upaya-upaya untuk menanggulanginya, antara lain
:
a. Menyediakan area merokok bagi para perokok, seperti para
guru atau pendatang/tamu dari luar sekolah.
b. Tidak memperjualbelikan rokok di sekolah.
c. Menciptakan area bebas merokok di lingkungan sekolah.
d. Memberi peringatan/sanksi bagi para siswa yang
membawa/menjual rokok ke lingkungan sekolah.
e. Membuat aturan tentang rokok.
f. Mengadakan seminar tentang bahaya rokok, serta
penanggulangannya.
2. Kebijakan Pemerintaha. Yaitu dengan mengeluarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi
kesehatan.
b. PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP 38/2000 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi
diakui pula, law enforcement-nya belum ada sehingga belum
memiliki kekuatan.
Detikcom Tingginya target penerimaan negara dari cukai rokok
yang mencapai Rp 17 triliun pada anggaran 2001 dinilai telah
menyebabkan pemerintah tidak konsisten menegakkan PP
No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
Komisi VII DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu
dibuat dalam bentuk UU, sehingga masyarakat akan mempunyai
posisi tawar yang cukup kuat. Disamping itu, DPR akan dapat
27
![Page 28: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/28.jpg)
melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemerintah maupun
industri rokok.
28
![Page 29: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/29.jpg)
BAB III
PENUTUP
1. KesimpulanDari makalah di atas bisa ditark kesimpulan bahwa :
1. Narkoba adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-
pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu
dengan cara memasukkan ke dalam tubuh
2. Merokok adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke
dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup,
suntik, intravena, dan lain sebagainya
2. Saran1. Sebagai generasi muda, baik di Indonesia maupun belahan dunia lainnya,
sebaiknya kita menjauhi penyalahgunaan narkoba dan merokok. Karena
penggunaan narkoba di luar dosis yang ditentukan dapat merusak
kesehatan, kejiwaan dan fungsi social di dalam masyarakat dan perilaku
merokok dapat merusak tubuh kita Mulai dari sekarang, kita harus belajar
untuk hidup sehat, bergaul dengan kelompok yang jauh dari narkoba serta
memperbanyak aktifitas yang positif.
2. Sehubungan dengan makalah ini, kami meminta saran kepada pembaca
mengenai kekurangan dari makalah kami, agar kiranya makalah ini bisa
lebih baik lagi dan tidak sekedar menjadi bacaan semata, melainkan dapat
menjadi referensi yang berguna dan bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya.
29
![Page 30: eptm](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062309/55cf9834550346d0339639cb/html5/thumbnails/30.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan.2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes I. Jakarta. Diakses 23 Maret.
Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan. 2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes II. Jakarta. Diakses 8 Maret.
Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian kesehatan. 2005. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba, BNN & Pulitkes VI. Jakarta. Diakses 8 Maret.
Rasti. 2008. Angka Kematian Pengguna Narkoba. Jakarta. Diakses 8 Maret
Departeman Kesehatan. 2003. Prevalensi Merokok, Depkes RI. Jakarta. Diakses 8
Maret
Narendra. 2002. Fenomena Merokok Pada Usia Remaja. Jakarta. Diakses 9 Maret
Kurniawan. 2008. Narkoba. Solo. PT Remaja Rosdakarya
Alifia. 2008. Dampak Akibat Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta. Diakses 9 Maret.
Widianti. 2007. Pengaruh Pemakai Narkoba. Bandung. Diakses 10 Maret.
Afdalla,Lin, dkk. 2008 Overdosis Pada Merokok. Jakarta. Diakses 10 Maret.
Sari,dkk. 2003. Perilaku Merokok. Jakarta. Diakses 10 Maret.
Komasari, dkk. 2000. Perilaku Merokok. Surabaya. Diakses 10 Maret.
Hakim, Arif. Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan
Melawan. Bandung : Nuansa
30