entrance

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional dewasa ini yang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern membuat dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan skala pengusahaan lebih besar dalam waktu relatif singkat. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap pengoperasian pabrik secara cepat. Perubahan ini akan dapat memperbesar resiko bahaya yang terkandung dalam industri dan akibat dari suatu kecelakaan semakin besar. Dalam keadaan tersebut upaya pengendalian resiko bahaya yang sebaik mungkin yaitu dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja secara terpadu melalui sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Mohammad Syafii Syamsudin, 1998). Dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan.Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan

Upload: fareez-hairi

Post on 13-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ENTRANCE

TRANSCRIPT

Page 1: Entrance

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional dewasa ini yang seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi modern membuat dunia industri berlomba-

lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan skala

pengusahaan lebih besar dalam waktu relatif singkat. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap pengoperasian pabrik secara

cepat. Perubahan ini akan dapat memperbesar resiko bahaya yang terkandung

dalam industri dan akibat dari suatu kecelakaan semakin besar. Dalam keadaan

tersebut upaya pengendalian resiko bahaya yang sebaik mungkin yaitu dengan

menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja secara terpadu melalui sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Mohammad Syafii Syamsudin,

1998).

Dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan

bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di

semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit

10 orang.

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan.Untuk itu kita

perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka

menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat

hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam

pelaksanaan pekerjaan seharihari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak

terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko

bahaya di tempat kerjanya.

Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling

berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan

Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris

mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan

Page 2: Entrance

tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan

juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat

wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala

neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada

lengan dan tangan.

Rumah sakit sebagai sarana kesehatan juga ikut menerapkan prinsip

sanitasi.salah satu aspek garapan sanitasi rumah sakit adalah menjaga

kebersihan lantai ruang perawatan. Berdasarakan penelitian pada beberapa

rumah sakit di jawa Tengah ditemukan adanya mikroorganisme pada lantai

ruang perawatan kelas II.Mikroorganisme tersebut adalah Eschericia coli,

Enterobacter cloacae dan Klebsiella pneumonia.Kebersihan lanati rumah sakit

dapat diukur dengan angka kuman lantai.Standar angka kuman lantai untuk

ruang perawatan berdasarkan Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004

adalah 5-10 koloni/cm2.

Menurut Menkes, peran rumah sakit sebagai mata rantai upaya

kesehatan rujukan dengan fungsi utama menyelenggarakan pengobatan dan

pemulihan pasien diharapkan dapat memberikan pelayanan yang aman,

bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien. Karena itu, akreditasi rumah sakit sebagai pengakuan pemerintah dalam

melaksanakan pelayanan sesuai standar, diharapkan dapat memenuhi hak-hak

pasien sehingga fungsi sosial, fungsi bisnis dan fungsi IPTEK rumah sakit dapat

berjalan dengan baik dan harmonis.

Tujuan dari keselamatan kerja untuk para karyawan dan tenaga medis

adalah sebagai berikut:

Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

suatu pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi

serta produktifitas nasional individu.

Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

Sumber produksi seperti peralatan dan bahan-bahan perawatan diperiksa

dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Page 3: Entrance

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan umum memantau faktor hazard diruangan perawatan.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui faktor hazard di Ruangan perawatan RSU Ibnu Sina

Makassar

2. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan di Ruangan perawatan RSU

Ibnu Sina Makassar

3. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami berhubungan dengan

pekerjaan petugas di Ruangan perawatan RSU Ibnu Sina Makassar

4. Untuk mengetahui upaya K3 diruangan di Ruangan perawatan RSU Ibnu Sina

Makassar