entografi suku jawa

21
ENTOGRAFI Etnografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu (nomina) ; (i) deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup, (ii) ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di bumi. Sedangkan Etnografi sendiri berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985). Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adapt istiastiadat,susunan masyarakat,bahasa dan cirri- ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”. Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati

Upload: tobi-maker

Post on 24-Jul-2015

821 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENTOGRAFI SUKU JAWA

ENTOGRAFI

Etnografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu (nomina) ; (i)

deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup, (ii) ilmu tentang pelukisan

kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di bumi. Sedangkan Etnografi sendiri

berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian.

Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau

etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian

vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang

kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).

Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan

embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800

an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah

ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang

dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adapt istiastiadat,susunan

masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.

Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk

memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati

kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu

kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam

kurun waktu yang sama.

Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi

berbicara (ethnography of speaking) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian bahasa

lisan. Etnografi komunikasi menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus

komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing) serta

komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda (signing). Pemakaian

tuturan Apa khabar?, Comment alle vous? (bahasa Perancis), Hoe gaat het? (bahasa Belanda)

dengan arti yang sama tentu saja berbeda modus kemunculannya dengan tuturan Dengan

hormat, Dear Sir, Beste Meneer, Hormat kami, sincerely yours.

Page 2: ENTOGRAFI SUKU JAWA

Kelompok tuturan pertama terjadi dalam modus lisan, sebaliknya kelompok tuturan

kedua hanya muncul dalam modus tulis. Kedua modus ini juga sangat berbeda dengan modus

komunikasi isyarat, bahasa tubuh atau tanda yang menggunakan anggota badan atau alat.

Orang Indonesia akan menganggukkan kepalanya untuk menyatakan makna setuju, tetapi

orang India justru mengayunkan kepala dengan membentuk gerakan angka 8 untuk makna

yang sama. Orang Tibet menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung teman untuk

menyatakan selamat datang, sedangkan orang Indonesia melakukan hal yang sama dengan

saling berjabat tangan. Menariknya lagi, Orang Tibet akan menjulurkan lidahnya sebagai

sapaan untuk menyambut tamu, yang bagi orang Indonesia tindakan demikian diartikan

mengejek. Sebaliknya sapaan untuk menyambut tamu orang Indonesia menyatakan selamat

datang sambil mempersilahkan masuk dan seterusnya. Kalau orang Indonesia menjulurkan

tangannya ke bawah sambil berjalan membungkukkan badan pertanda ia meminta permisi

untuk minta lewat di hadapan orang lain, tetapi bagi orang Arab, mereka justru memegang

kepala orang yang dilewatinya. Orang Jepang menggenggam keempat jemarinya kecuali

kelingking untuk menyatakan makna perempuan, sebaliknya orang Indonesia mengartikan

tindakan demikian sebagai pernyataan anggap remeh atau enteng terhadap seseorang atau

sesuatu hal.

Istilah etnography of speaking awalnya diperkenalkan oleh seorang pakar antropologi

dan sekaligus pakar linguistik Amerika, Dell Hymes (dalam Gladwin, T. dan Sturtevant,

W.,1982; juga dalam Fishman, J., 1968). Istilah itu kemudian diubah oleh penulisnya menjadi

etnography o fcommunication, karena istilah ini dianggap lebih tepat.

Michael H.Agar (1986:12-24)meberikan tawaran baru tentang penelitian etnografi

dengan dilandasi oleh pemikiran fenomenologi, mengutip pendapat Giddens (1976), adalah

inti dari proses mediasi kerangka pemikiran . “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan

bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan”.

Charles winnick (1915:193) mendefinisikan etnogarafi etnogarafi sebagai the study of

individual cultures, it is primarily adescriptvie and non interpretative study. Adam E. Hoebal

(1966:8) etnografi adalah to erite about peoples as we use the term if refers to descriptive

study of human society,, menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengac pada penulisan

deskriptif. Roger M.Keesing (1989:250) mendefinisikan etnogarafi sebagai pembuatan

dokumentasi dan analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya

Page 3: ENTOGRAFI SUKU JAWA

dalam nmendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti etnografi) juga

menganalisis.

Menurut Hymes(1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan

kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan,

misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi,

lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya hendaknya meneliti secara langsung

terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati

dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara

terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang

kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi

(seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak

dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti

harus mengambil konteks suatu komunitas (community), atau jaringan orang-orang, lalu

meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau

kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para

penutur ketika dibutuhkan.

Page 4: ENTOGRAFI SUKU JAWA

SUKU JAWA

Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan terutama ditemukan di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tetapi di provinsi Jawa Barat banyak ditemukan Suku Jawa, terutama di Kabupaten Indramayu dan Cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang Jawa yang berbahasa dan berbudaya Jawa. Di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara populasi mereka juga cukup banyak. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarak

Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

Di Indonesia, orang Jawa bisa ditemukan dalam segala bidang, terutama sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Militer. Orang Jawa tidak menonjol dalam bidang Bisnis dan Industri. Orang Jawa juga banyak yang bekerja sebagai buruh kasar dan tenaga kerja Indonesia sebagai pembantu rumah tangga dan buruh di hutan-hutan di luar negeri yang mencapai hampir 6 juta orang.

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan In

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar

Page 5: ENTOGRAFI SUKU JAWA

berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Tetapi pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula

Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus.[1] Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.

Namun, tidak semua orang Jawa memiliki sikap tertutup dan tidak mau berterus terang. Orang Jawa di daerah timur bantaran Sungai Brantas — khususnya Kota Surabaya, Kota dan Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Jombang, Kota dan Kabupaten Pasuruan, Kota Batu, Kota dan Kabupaten Malang — memiliki watak egaliter, lugas, terbuka, terus terang, apa adanya, dan tidak suka basa-basi.

1. Sistem Kekerabatan suku jawa

Sistem kekrabatan orang Jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral (garis keturunan diperhitungkan dari dua belah pihak, ayah dan ibu). Dengan prinsip bilateral atau parental ini maka ego mengenal hubungannya dengan sanak saudara dari pihak ibu maupun dari pihak ayah, dari satu nenek moyang sampai generasi ketiga, yang disebut sanak saudulur (kindred). Khusus di daerah Yogyakarta bentuk kerabat disebut alur waris (sistem trah), yang terdiri dari enam sampai tujuh generasi. 

Di Yogyakarta at. tata cara sopan santun pergaulan seperti diatas berlaku diantara kelompok kerabat (kinship behavior). Bagi orang muda adalah keharusan menyebut seseorang yang lebih tua darinya baik laki-laki maupun perempuan dengan istilah tersebut diatas, karena orang yang lebih tua dianggap merupakan pembimbing, pelindung, atau penasehat kaum muda. Melanggar semua perintah dan nasihat kaum tua dapat menimbulkan sengsara yang disebut dengan kuwal.

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyaraka.

2. Keyakinan Suku Jawa

Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini

Page 6: ENTOGRAFI SUKU JAWA

terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

3. Kebudayaan Jawa

a. Sistem Religi dan kepercayaan

Agama Islam adalah agama mayoritas masyarakat Jawa selain Katolik, Kristen, Hindu dan Budha serta aliran kepercayaan. Dalam masyarakat Jawa tidak semua orang melakukan ibadahnya sesuai criteria Islam. Di pedesaan kita temukan adanya dua golongan Islam yaitu :•Golongan Islam Santri 

•Golongan Islam Kejawen, percaya kepada ajaran Islam tetapi tidak secara patuh menjalankan rukun Islam.

Bagi orang Jawa upacara keagamaan berkaitan dengan selamatan :

1.Berkaitan dengan lingkaran hidup seperti kelahiran, potong rambut pertama, tingkeban (7 bulan kehamilan), perkawinan, kematian, khitan, tedhak siti.

2.Berkaitan dengan hari/bulan besar Islam

3.Berkaitan dengan kehidupan desa seperti bersih desa, masa tanam,

4.Berkaitan dengan kematian seseorang, surtanah/geblak, telung dino, mitung dino, matang puluh, nyatus, mendhak sepisan, dll.

b.Sistem kekerabatan

Prinsip kekerabatan berdasarkan bilateral/parental yaitu menarik garis keturunan dari dua belah pihak ayah dan ibu. Pada masyarakat Jawa perkawinan yang dilarang adalah perkawinan panjer lanang yaitu saudara sepupu. Pola menetap setelah perkawinan bebas memilih tempat (uxorilokal-wanita, utrolokal-pria, neolokal-baru, avunkulokal-saudara ibu laki-laki)

c.Sistem kesenian

1.Seni Bangunan : rumah adat Joglo yang terdiri dari:

•Dalem yaitu ruang utama tempat tinggal keluarga

•Pringgitan tempat pertunjukan wayang

•Pendopo tempat menerima tamu dan upacara adat

2.Seni Tari :tarian terkenal Reog Ponorogo, Tayub, Srimpi, Gambyong, Wayang (Orang, kulit, beber) diiringan gamelan dan pesinden.

Page 7: ENTOGRAFI SUKU JAWA

3.Seni Kerajinan : kain batik tulis(Pekalongan, Surakarta, Yogyakarta), ukiran Jepara

d.Sistem politik

Secara administratif suatu desa di Jawa disebut kelurahan yang dipimpin lurah/begel/petinggi/glondrong. Dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh pamong desa yang mempunyai dua tugas yaitu tugas kesejahteraan dantugas kepolisian untuk keamanan dan ketertiban desa.

•Carik pembantu umum dan penulis desa

•Ulu-ulu/jagatirta mengatur irigasi 

•Jagabaya menjaga keamanan desa

•Kebayanpesuruh/kurir dari lurah ke rakyat

•Modin kesejahteraan rakyat

SEBAGIAN FILSAFAT HIDUP SUKU JAWA

1. Tentang konsep ketuhanan (tauhid)

“Pangeran iku ora ono sing padho. Mulo ojo nggambar-ngambarake wujuding Pangeran”

artinya: Tuhan itu tak ada yang bisa menyamainya. Oleh sebab itu jangan menggambar-

gambarkan wujud Tuhan.

“Pangeran iku dudu dewo utowo manungso, nanging sekabehing kang ono iku, uga dewa lan

manungso asale soko Pangeran”

artinya: Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada ini, termasuk dewa dan

manusia itu berasal dari Tuhan.

“Pangeran iku biso ngawohi kahanan opo wae tan keno kinoyo ngopo”

artinya: Tuhan itu bisa mengubah segalanya tanpa mungkin dapat diperkirakan manusia.

“Pengeran iku kuaso tonpo piranti, mulo soko kuwi ojo darbe pengiro yen manungso iku biso

dadi wakiling Pangeran”

artinya: Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh sebab itu

jangan beranggapan manusia itu dapat mewakili Tuhan.

“Pangeran biso ngerusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan biso gawe kahanan anyar

kang diperlokake”

Page 8: ENTOGRAFI SUKU JAWA

artinya: Tuhan itu bisa merusak sesuatu yang tidak diperlukan, dan bisa menciptakan sesuatu

yang baru yang diperlukan.

“Ora ono kesakten sing mandhi papesthen, awit papesthen iku wis ora ono sing biso

murungake”

artinya: Tidak ada kesaktian yang bisa menyamai kepastian Tuhan, karena tidak ada yang

dapat menggagalkan kepastian Tuhan.

“Owah ono gingasring kahanan iku soko kersaning Pangeran Kang Murbahing Jagad”

artinya: Perubahan itu hanya atas kehendak Tuhan Yang Menguasai Jagad (alam semesta).

2. Tentang konsep Tuhan dan manusia

“Weruh marang Pangeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe. Lamun durung weruh

awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pangeran”

artinya: Mengakui adanya Tuhan berarti sudah mengenal dirinya sendiri. Jikalau belum

mengetahui dirinya sendiri mustahil dapat mengenal Tuhan.

“Gusti iku sambatan naliko siro lagi nandhang kasengsaraan. Pujinen yen siro lagi nompo

kanugerahing Gusti”

artinya: Sebutlah nama Tuhan jika engkau sedang menderita sengsara. Bersyukurlah pada-

Nya jika engkau mendapat anugerah.

“Gusti iku dumunung ono jeneng siro pribadi, dene ketemune Gusti lamun siro tansah eling”

artinya: Tuhan itu ada dalam dirimu sendiri, dan pertemuan dengan-Nya akan terjadi jika

engkau senantiasa ingat kepada-Nya.

“Ojo lali saben ari eling marang Pangeran niro. Jalaran sejatine siro ikuh tansah katunggon

Pangeraniro”

artinya: Jangan lupa setiap hari untuk mengingat Tuhan. Sebab hakikatnya engkau selalu di

jaga oleh Tuhanmu.

“Lamun ono jaman ora kepenak siro ojo lali nyuwun pangapuro marang Pangeran. Jalan

Pangeraniro bakal aweh pitulungan”

artinya: Jikalau mengalami keadaan (zaman) yang tidak enak, jangan lupa memohon ampun

kepada Tuhan. Karena Tuhan akan memberi pertolongan-Nya kepadamu.

“Sing sopo nyembah lelembut iku keliru. Jalaran lelembut iku sejatine rowangiro, lan ora

perlu disembah koyo dene menembah marang Pangeran”

artinya: Menyembah makhluk halus itu keliru. Sebab makhuk halus itu sebenarnya adalah

temanmu, dan tidak perlu di sembah seperti Tuhan.

Page 9: ENTOGRAFI SUKU JAWA

“Sing sopo seneng ngerusak katentremaning liyan bakal di bendu dening Pangeran lan

dielehake dening tumindake dhewe”

artinya: Barang siapa suka merusak ketenteraman orang lain akan mendapatkan murka

Tuhan, dan akan di gugat karena ulahnya sendiri.

3. Tentang hakekat diri

“Lamun siro kepengin wikan marang alam jaman kelanggenan, siro kudu weruh alamiro

pribadi. Lamun siro durung mikani alamiro pribadi adoh ketemune”

artinya: Jikalau engkau ingin mengetahui alam abadi, engkau harus lebih dulu mengenali

alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam abadi

itu dari dirimu.

“Lamun siro durung wikan kadangiro pribadi, cubo dulunen siro pribadi”

artinya: Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, maka tanyakanlah kepada yang

mengetahuinya.

“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, alam jalan kalanggengan iku cedhak tanpo

senggolan, adoh tanpo wangean”

artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi akan menjadi dekat

tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu tanpa ada yang membatasinya.

“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, mara siro mulango marang wong kag durung

wikan”

artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, hendaklah engkau mengajarkannya

kepada yang belum mengetahui.

“Kadangiro pribadi ora bedo karo jeneng siro pribadi, gelem nyambut gawe”

artinya: Terkadang pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.

“Kahanan kang ono iki ora suwe. Mesthi ngalami owah gingsir. Mulo ojo lali marang

sapadha-padning timitah”

artinya: Keadaan yang ada ini tak lama. Pasti mengalami perubahan. Oleh karena itu jangan

melupakan sesama hidup.

“Rame ing gawe, sepi ing pamrih”

artinya: Selalu rajin bekerja dan tidak mengharapkan pamrih.

“Kudu angon wektu”

artinya: Harus pandai memperhatikan suasana.

Page 10: ENTOGRAFI SUKU JAWA

4. Tentang konsep hidup

“Donya iki dalan iyo kudu diambah mesthine. Amanging dudu benere yen dirungkebana.

Sing sopo ngambah dalan kudu sumurup kang ono ing ngarepa sanadyan diparanono mung

bakal diliwati bae”

artinya: Dunia ini ibarat jalan yang harus ditempuh apa mestinya. Tapi bukan kebenaran yang

dituju. Siapa bakal menempuh jalan harus tahu yang di depannya, meskipun akan didatangi,

hanya di lewati saja.

“Urip iku ing donya tan lami. Umpamane jibeng menyang pasar tan langgeng neng pada

wae, tan wurung nuli mantuk raring wismane sangkane uni. Ing mengko ojo samar sangkan

paranipun ing mengko podho weruh yen asale sangkan paran duking nguni ojo nganti

kesasar”

artinya: Hidup di dunia itu tidak lama. Ibarat orang pergi ke pasar tak abadi di pasar saja,

kemudian juga pulang pada rumah asalnya itu. Nantinya jangan cemas asal mulanya tadi pada

saatnya sama tahu kalau asal mula kehidupan tersebut jangan sampai tersesat.

“Sing sopo mung arep gawe seriking liyan, kuwi uga arep memahi ciloko”

artinya: Barang siapa yang membuat sakit hati orang lain, ia juga akan celaka.

“Sing sopo seneng udur, iku bakal keno bebendu dening Pangeran”

artinya: Barang siapa yang suka bertengkar, akan terkena amarah/hukuman Tuhan.

“Wani marang penggawe kang ora bener, kuwi kaholong titah kang orang becik

tumindahke”

artinya: Berani menjalankan perbuatan yang tidak baik, itu tergolong makhluk yang tidak

baik tabiatnya.

“Mungsuh sing wis nungkul ojo dipateni”

artinya: Musuh yang sudah menyerah jangan di bunuh.

5. Tentang konsep keluarga

“Sing sopo mung arep oleh wae nanging emoh kangelan, iku aran wong kesed. Iku kabeh ojo

ditiru, jalran keluarwargo lan bongso uga rugi”

artinya: Barang siapa yang hanya ingin enaknya saja, tapi tidak suka bekerja keras, itu orang

yang malas. Itu semua jangan ditiru, sebab keluarga dan bangsa juga rugi.

“Wong tuo kudu memulung kang prayogo marang putra wayah”

artinya: Orang tua harus mengajarkan yang baik dan pantas kepada anak cucunya.

“Anane keluwargo baek margo wong-wonge batik. Mulo ojo darbe pengiro lamun wong-

wonge podho olo kaluwargane bisa batik”

Page 11: ENTOGRAFI SUKU JAWA

artinya: Kaluarga akan baik jika anggota keluargnya baik. Oleh karena itu jangan berpikir

bahwa keluarga akan menjadi baik jika anggotanya tidak baik.

“Sedulur iku apik lamun kabeh darbe panjangka amrih rahayu”

artinya: Saudara itu baik kalau semuanya mencita-citakan kebahagiaan.

“Wong tuo ora keno dadi mungsuhe anake”

artinya: orang tua tidak boleh menjadi musuh anaknya.

“Cedhak keluwargo kang becik, enajan ketularan becik”

artinya: Dekat dengan keluarga yang baik, tentu akan ketularan yang baik.

“Mikul dhuwur, mendem jero”

artinya: memikul tinggi, memendam dalam (nasehat agar anak bisa menjaga nama baik

keluarga dan menutup rapat aib keluarga)

6. Tentang konsep bertetangga

“Tonggo iku podho karo bapak biyung”

artinya: Tentanggga itu sama dengan bapak dan ibu.

“Sing sopo ora seneng tetanggan kelebu wong kang ora becik”

artinya: Barang siapa yang tidak suka hidup bertetangga tergolong orang yang tidak baik.

“Tonggo kang ora becik atine ojo dicedhaki, nanging oo dimusuhi”

artinya: Tetangga yang tidak baik hatinya jangan di dekati, tetapi jangan pula di musuhi.

“Tonggo iku singkirono lamun darbe sipat kang kurang prayogo”

artinya: Jauhi tetangga yang mempunyai sifat tidak sepantasnya.

“Tetangga iku kadyo ulo umpamane, keno diingu nanging yo gelem nyokot”

artinya: Tetangga itu seumpama ular, bisa dipelihara tapi juga mau menggigit.

“Tonggo sing gelem tetulung iku titenono. Yen mangku arep iku bakal ketoro. Nanging yen

sarana bebarengan urip bakal dadi konco selawase”

artinya: Perhatikan tetangga yang suka menolong. Kalau punya pamrih pasti lekas terlihat.

Tetapi kalau hanya sebagai sarana hidup bersama, akan menjadi teman selamanya.

7. Tentang konsep menuntut ilmu

“Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. Tegese kas nyantosani. Setya budya

pangekese dur angkoro”

artinya: Ilmu itu terwujud dengan laku. Di mulai dengan kemauan. Kemauan membuat

sentosa. Budi setia penghancur nafsu angkara.

Page 12: ENTOGRAFI SUKU JAWA

“Sasmitaning ngaurip puniki yekti ewuh yen nora weruha. Tan jumeneng ing uripe. Sakeh

kang ngaku-aku pangrasane pan wus utami, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu

rasaning rasa punika. Upayanen darapon sampurneng dhiri ing kauripaniro”

artinya: Makna kehidupan itu sungguh sayang bila tak tahu. Tidak kokoh hidupnya. Banyak

orang mengaku perasaaanya sudah utama, padahal belum tahu rasa, rasa yang sesungguhnya.

Hakikat rasa itu adalah usahakan supaya diri sempurna dalam kehidupan.

“Yen siro nggeguru kaki amiliha manungsa kang nyoto. Ingkang becik martabate sarto kang

weruh ing khukum. Kang ibadah lan kang wirangi sokur oleh wong topo. Iya kang wus

mungkul tan mikir piwewehing liyan. Iku panyes yon den gurunono kaki sertane kawrihana”

artinya: Jika kamu berguru pilihlaj manusia nyata. Yang baik martabatnya serta tahu hukum.

Yang beribadah dan sederhana syukur dapat bertapa. Yang sudah menanggalkan pamrih

pemberian orang. Itu pantas kamu berguru serta ketahuilah.

“Lamun ono wong micoro ilmu, tan mufakat ing patang prekoro, ojo siro age-age.

Anganggep nyatanipun saringono dipun bersih limbangen kang patang prekoro rumuhun

dalili hadis lan ijmak lan kiyase papat iku salah siji adate kang mufakat”

artinya: Kalau ada orang yang bicara ilmu, tak setuju empat perkara, jangan cepat-cepat

percaya padanya. Saringlah yang teliti, pertimbangkan empat hal perkara terdahulu, dalil

hadits dan ijma` dan keempat Qiyas. Semua telah disepakati.

“Wong kang ahli sastra ingarane luhur sastrane. Layak yen mangsi lan kertas. Pantes yen

luhur ngakal ning sastra suraosipun. Luhur sejatining sastra, sastra praboting negoro.

Lumaku saben dino mang migar pradata hukum, sanadyan tan kanthi ngakal”

artinya: Orang yang ahli sastra disebut luhur sastranya. Tepat jika tinta dan kerta. Patas jika

luhur akalnya pada satra maknanya. Luhur sejatinya sastra, sastra sarana negara. Berjalan tiap

hari serta wujud perdata hukum, meskipun tiada dengan akal.

8. Tentang konsep kepemimpinan dan bernegara

“Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”

artinya: Seorang pemimpin itu harus bisa berada di depan sebagai suri tauladan, harus bisa

berada di tengah untuk senantiasa membaur dengan rakyatnya dan sebagai pengayom, dan

harus bisa berada di belakang sebagai motivator demi kemajuan yang dipimpinnya.

“Lamun ono penguasane asale soko wong olo, iku ora luwes bakal konangan alane. Sebab

kabeh mau wis kewoco soko tumindhake panguasa mau”

artinya: Jikalau ada penguasa yang tidak berasal dari orang yang baik, tiada lama pastinya

akan ketahuan jeleknya. Sebab akan tampak dari tindakan si penguasa itu.

Page 13: ENTOGRAFI SUKU JAWA

“Janma iku tan keno kiniro kinoyo ngopo. Mula ojo siro seneng ngaku lan rumongso pinter

dhewe”

artinya: Manusia walau bagaimanapun tidak bisa diterka. Oleh karena itu janganlah engkau

suka mengaku dan merasa paling pandai.

“Ratu iku durung mesthi kepenak uripe, lamun ora biso ngaweruhi kawulane”

artinya: Penguasa itu belum tentu enak hidupnya, bila tak mengetahui aspirasi rakyatnya.

“Ratu kang mung seneng uripe margo akeh bandane, ing tembe matine orang kajen. Mulo

dadi rata ojo sawiyah-wiyah marang kawulane”

artinya: Penguasa yang enak hidupnya hanya karena banyak harta benda kelak matinya tak

akan terhormat. Oleh sebab itu jangan kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

“Ratu kang murang sarak iku ojo diajeni, jalaran ratu kang koyo mengkono iku gawe

rusaking negoro”

artinya: Penguasa yang kejam dan serakah jangan dihormati, sebab penguasa yang seperti itu

akan merusak negara.

“Ratu iku kudu gawe tentrem poro kawulane, mergo yen ora mengkono biso dadi kawulane

ngrebut negoro”

artinya: Penguasa itu harus bisa membuat tenteram rakyanya, karena jika tidak rakyatnya

akan merebut kekuasaan dalam negara itu.

“Pathokaning negoro iku dumunung ono angger-anggering negoro”

artinya: Tiang sebuah negara itu terletak pada undang-undang negara.

“Dhasaring negoro iku ono limo, kapisan paserah anane negara iki marang kang Murbeng

Dumadhi. Kapindo percoyo marang anane manungso iku soko kang Murbeng Dumadhi.

Kaping telu ojo siro ngilwatake bongso niro pribadi. Kaping papat siro ojo mung kepingin

menang dhewe, mulo perlu rerembungan amrih becike. Kaping limo kewajiban aweh

sandhang kalawan pangan lan uga njogo katentraman lehir kalawan batin”

artinya: Dasar sebuat negara itu adal lima. Pertama, pasrah adanya negara kepada Tuhan.

Kedua, percaya bahwa manusia itu adanya dari Tuhan. Ketiga, jangan mengabaikan

bangsamu sendiri. Keempat, engkau jangan ingin menang sendiri, karena itu harus suka

bermusyawarah bagaimana baiknya. Kelima, berkewajiban memberi sandang dan papan serta

ketenteraman lahir batin.

“Bongso iku minangka sarana kuwating negoro. Mulo ojo ngiwarake kebangsaniro pribadi.

Supoyo kenugerhan bongso kang handana warih”

artinya: Bangsa itu sebagai sarana kuatnya negara. Oleh karena itu janganlah mengabaikan

rasa kebangsaanmu sendiri, agar memiliki bangsa yang berjiwa kesatria.

Page 14: ENTOGRAFI SUKU JAWA

“Para muda ojo ngungkurake kawruh kang nyoto, amrih karya ungguling bongso lan biso

gawe rahayuning sesama”

artinya: Para pemuda jangan mengabaikan ilmu pengetahuan yang nyata, agar negaranya

menjadi makmur

dan dapat membuat keselamatan sesamanya.

Sumber :

KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI) 2009

http://ahmadsamantho.wordpress.com

http://www.anneahira.com

http://wahyuditeguhs-difablog.blogspot.com

http://meridianaoke.blogspot.com

http://meridianaoke.blogspot.com