ensiklopedia...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah...

225
ENSIKLOPEDIA TOKOH SASTRA DAERAH GORONTALO

Upload: others

Post on 04-Mar-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

ENSIKLOPEDIA TOKOH SASTRA DAERAH GORONTALO

Page 2: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi
Page 3: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

ENSIKLOPEDIA TOKOH SASTRA DAERAH GORONTALO

HERMAN DIDIPU

KANTOR BAHASA GORONTALO

BADAN PENGEMBANGAN BAHASA DAN PERBUKUAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2020

Page 4: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

iv

ENSIKLOPEDIA TOKOH SASTRA DAERAH GORONTALO

©Herman Didipu

Agustus–2020

Penyunting

Sukardi Gau

Penata Letak

Nur Fitri Yanuar Misilu

Sampul

Ilham Djafar

Penerbit

Kantor Bahasa Gorontalo

Alamat Redaksi;

Kantor Bahasa Gorontalo

Jalan Dokter Zainal Umar Sidiki, Tunggulo, Kecamatan

Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo

Telepon/Faksimile (0435)831336

Pos-el:[email protected]

ISBN: 978-602-53283-7-4

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan cara

dan bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

Page 5: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

v

KATA PENGANTAR

Selama satu dekade, Kantor Bahasa Gorontalo,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus bekerja

dalam pelaksanaan tugas pengkajian dan pemasyarakatan

bahasa dan sastra Indonesia di Gorontalo. Dalam

mengemban tugas tersebut, Kantor Bahasa Gorontalo

menyelenggarakan fungsi (a) pengkajian bahasa dan

sastra; (b) pemetaan bahasa dan sastra; (c) pemasyarakatan

bahasa dan sastra Indonesia; (d) fasilitasi pelaksanaan

pengkajian dan pemasyarakatan bahasa dan sastra; (e)

pemberian layanan informasi kebahasaan dan kesastraan;

dan (f) pelaksanaan kerja sama di bidang kebahasaan dan

kesastraan. Salah satu bentuk dukungan yang kami lakukan

terhadap penyelenggaraan fungsi di atas ialah penerbitan

dan penyebarluasan bahan bacaan berupa buku-buku

kebahasaan dan kesastraan. Buku-buku itu tidak hanya

berupa karya-karya kreatif seperti puisi, cerpen, esai, dan

sejenisnya, tetapi juga berupa karya ilmiah hasil penelitian

dan/atau pengembangan (kamus, lembar informasi,

ensiklopedia, dan sejenisnya).

Pada tahun ini, kami menerbitkan Ensiklopedia

Tokoh Sastra Daerah Gorontalo sebagai serpihan kecil dari

usaha pendokumentasian tokoh sastra daerah di

Gorontalo. Buku ini terbit tidak terlepas dari usaha dan

kerja keras Dr. Herman Didipu, M.Pd., sebagai penyusun

buku. Oleh karena itu, sepatutnyalah kami berterima kasih

atas kerja keras penulis dalam mengumpulkan bahan,

menyusun, dan melakukan perbaikan seperlunya pada

Page 6: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

vi

naskah buku ini. Penghargaan setinggi-tingginya juga saya

sampaikan kepada para tokoh sastra Gorontalo yang turut

andil dalam membantu usaha penyusun buku ketika

pengumpulan bahan dilakukan. Begitu pula, ucapan terima

kasih saya sampaikan kepada seluruh staf Kantor Bahasa

Gorontalo yang sudah terlibat dalam usaha penerbitan dan

penghantaran buku ini ke hadapan pembaca.

Gorontalo, Juli 2020

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo,

Sukardi Gau

Page 7: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

vii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan

ke hadirat Allah Swt., karena hanya atas izin dan kuasa-

Nya penulisan buku ini dapat dirampungkan. Buku yang

berjudul Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo ini

berisi sekumpulan biografi singkat para tokoh sastra daerah

Gorontalo, baik itu sebagai praktisi, penutur, pegiat,

pemerhati, maupun para akademisi yang bergerak dalam

bidang penelitian dan pengkajian sastra lisan daerah

Gorontalo. Tujuan utama penyusunan buku ini adalah

mendokumentasikan riwayat singkat para tokoh yang

berkontribusi besar terhadap tumbuh-kembang sastra lisan

di daerah Gorontalo. Penulis merasa perlu untuk segera

mendokumentasi biografi tokoh-tokoh tersebut agar para

generasi muda sekarang dan akan datang bisa mengenal

dan mengenang orang-orang yang telah berjasa dalam

upaya pelestarian sastra lisan sebagai salah satu khazanah

kebudayaan Gorontalo. Jika bukan sekarang, kapan lagi?

Jika bukan kita, siapa lagi? Itulah yang memotivasi penulis.

Wujud nyata buku ini telah lama penulis impikan.

Akan tetapi, impian itu selalu tertunda dan terhambat

karena masalah teknis, misalnya pengumpulan biodata,

penarasian biografi, hingga masalah penerbitan.

Alhamdulillah, masalah itu mulai mendapatkan titik terang

ketika penulis mulai mendiskusikannya dengan Kepala

Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, Dr. Sukardi Gau,

M.Hum. sekitar akhir tahun 2019. Kebijakan Kepala

Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo yang memberikan

Page 8: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

viii

dukungan penuh terhadap pelaksanaan teknis hingga

penerbitan buku, menjadi spirit dan motivasi yang besar

kepada penulis untuk segera bergerak dan menyelesaikan

penulisan buku ini. Untuk itu, ucapan terima kasih yang

mendalam atas semua dukungan yang telah diberikan oleh

Kepala Kantor Bahasa beserta staf.

Penulis menyadari sepenuhnya konten buku ini

masih jauh dari kata sempurna. Terutama pada

ketersediaan biodata sehingga masih banyak biografi

tokoh sastra daerah Gorontalo yang belum sempat

dimasukkan ke dalam buku ini. Hal tersebut disebabkan

oleh beberapa hambatan. Pertama, jumlah tim yang

terbatas. Banyaknya tokoh sastra daerah yang tersebar di

seluruh wilayah Gorontalo tidak sebanding dengan jumlah

tim pengumpul data. Tim yang hanya berjumlah ± 50

orang harus mengumpulkan data di 6 Kota/Kabupaten se-

Propinsi Gorontalo yang jika diprediksi bisa lebih dari 500

orang tokoh. Ini berdampak pada kuantitas biodata yang

berhasil dikumpulkan. Kedua, keterbatasan waktu

pengumpulan data. Pengumpulan data buku ini

sebenarnya sudah dimulai Januari 2020. Namun, belum

sebulan proses pengumpulan biodata dilakukan, tim

terhambat dengan merebaknya pandemi virus corona atau

covid-19. Ruang gerak menjadi semakin sempit dan

terbatas sehingga mengharuskan tim untuk tidak

melanjutkan proses pengumpulan data. Demi alasan

kesehatan tim dan para tokoh yang rata-rata telah berusia

lanjut, penulis memutuskan untuk menghentikan proses

pengumpulan data dan lanjut pada proses penarasian dan

penyuntingan data. Itulah sebabnya, jumlah tokoh yang

Page 9: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

ix

disajikan dalam edisi ini dapat dikatakan belum

merepresentasikan tokoh sastra daerah Gorontalo secara

komprehensif.

Meskipun demikian, penulis masih menaruh

harapan besar, ketidaksempurnaan dalam buku ini dapat

diperbaiki pada masa mendatang sehingga segala

kekurangan di atas dapat dilengkapi. Semoga Allah Swt.,

Tuhan Yang Mahakuasa, melimpahkan kesehatan dan

umur panjang, kekuatan tenaga, kelapangan ruang dan

waktu, sehingga niat untuk menyempurkan buku ini dapat

dikabulkan.

Penulisan buku ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu,

melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah berkontribusi dalam penulisan buku ini. Pertama,

kepada para tokoh sastra daerah Gorontalo yang sudi

menerima dan mengisi instrumen yang disodorkan oleh

tim kami. Tanpa kepedulian dari para tokoh ini, penulis

yakin data yang terkumpul akan sangat sedikit dan tidak

dapat disatukan menjadi satu buku. Kedua, konsultan

utama kami, Prof. Dr. Nani Tuloli dan Prof. Dr. Moh.

Karmin Baruadi, M.Hum. yang bersedia menjadi tempat

bertanya dalam berbagai aspek teknis penulisan buku ini.

Beliau berdua tak pernah jenuh “diganggu” dan ditelepon

jika ada hal menDesak yang harus dikonsultasikan. Ketiga,

para mahasiswa dan alumni yang terbagung dalam tim

pengumpul data dan tim penyunting, yang penuh

semangat dan tak kenal lelah membantu penulis. Meskipun

harus “mencuri” waktu di sela-sela kesibukan kuliah,

Page 10: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

x

menyusun skripsi, dan mengajar, tim ini tetap solid dan

setia mendampingi penulis dalam melengkapi data,

menarasikan data, hingga menyunting narasi. Keempat,

Kepala Kantor Bahasa Gorontalo, Dr. Sukardi Gau,

M.Hum. dan staf yang telah memberikan dukungan

penuh. Buku ini tidak akan sampai pada tahap penerbitan

dan berada di tangan pembaca yang budiman jika tidak

didukung oleh Pak Sukardi dan staf. Atas semua jasa,

bantuan, dan dukungan yang telah diberikan, penulis

menyampaikan terima kasih. Hanya kepada Allah Swt.

penulis menghaturkan doa semoga semua bantuan dan

dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak beroleh

pahala yang berlimpah dari Allah Swt.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin

menyampaikan permohonan maaf yang mendalam atas

semua keterbatasan dalam penulisan buku ini. Terutama,

pada masalah-masalah teknis penulisan, seperti kesalahan

penulisan nama, marga, gelar, sapaan, hingga pengeditan

foto profil. Tidak ada niat sedikitpun dari tim kami untuk

membuat kesalahan dengan sengaja, melainkan sebagai

bukti keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Setiap

biodata yang masuk kami periksa dengan saksama, narasi

yang disusun pun di-crosscheck oleh orang yang berbeda,

dan terakhir setiap bagian tulisan penulis periksa kembali

untuk memastikan isi dan bahasanya. Namun, kekeliruan

pasti tetap ada, dan itu pun kami sadari. Atas nama tim,

dari lubuk hati yang paling dalam, penulis memohonkan

maaf atas segala kekeliruan dan kesalahan yang terdapat

dalam buku ini. Sesungguhnya kesalahan datangnya dari

Page 11: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

xi

kami sebagai manusia biasa, dan kesempurnaan hanyalah

milik Allah Swt.

Kritik dan saran yang konstruktif penulis nantikan

dari para pembaca yang budiman demi perbaikan dan

penyempurnaan buku ini pada masa mendatang. Besar

harapan kami, hadirnya buku ini dapat memberikan

kontribusi positif dalam rangka pelestarian dan

pengembangan sastra lisan daerah Gorontalo. Semoga

segala sesuatu yang telah kita lakukan kali ini menjadi salah

satu bentuk ikhtiar kita dalam upaya menjaga dan

mempertahankan eksistensi sastra lisan di daerah

Gorontalo. Terakhir, insyaallah, ke depan dukungan akan

semakin besar dari berbagai pihak untuk menyempurkan

isi dan penerbitan buku serupa dalam edisi yang lebih

lengkap.

Boloma’apu wau Odu’olo… wasalam.

Gorontalo, 3 Mei 2020

30 Ramadhan 1441 H

Penulis,

Dr. Herman Didipu, M.Pd.

Page 12: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

xii

Page 13: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

xiii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................... v

Prakata ............................................................... vii

Daftar Isi ............................................................. xii

WACANA PEMBUKA ........................................... 1

A. Eksistensi Pencerita Sastra Lisan ..................... 1

B. Tujuan Penulisan Buku ................................. 4

C. Tokoh Sastra Daerah Gorontalo ................... 5

D. Sastra Lisan Gorontalo .................................. 6

E. Pengumpulan Data ....................................... 17

F. Kontributor.................................................. 18

G. Sumber Bacaan Utama ................................. 20

TOKOH SASTRA DAERAH GORONTALO .............. 21

Page 14: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

xiv

Page 15: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 1

WACANA PEMBUKA

A. Eksistensi Pencerita Sastra Lisan

Gorontalo merupakan salah satu daerah di

Indonesia yang kaya dengan ragam sastra lisannya.

Sedikitnya ada 15 ragam sastra lisan Gorontalo yang secara

garis besar dapat dikelompokkan ke dalam enam bentuk

(Tuloli, 1995). Pertama, puisi adat yang berkaitan dengan

ragam-ragam puisi (tuja’i), pidato adat (palebohu), puisi

hiburan kedukaan (tinilo), dan puisi seruan pembukaan

upacara adapt (mala-mala). Kedua, puisi yang

berhubungan dengan filsafat dan pandangan hidup serta

agama, yaitu ragam-ragam pegangan hidup (taleningo),

puisi kata-kata arif (leningo), puisi pengasah otak

(lumadu), dan puisi kerja (bungga). Ketiga, puisi pergaulan,

yaitu ragam pantun (lohidu dan pantungi), ragam pantun

berbalas (pa’ia lo hungo lo poli). Keempat, puisi yang

berisi sejarah berbentuk puisi epik yaitu tanggomo.Kelima,

bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu),

ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu

(wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

(wungguli). Keenam, bentuk cerita yang dilagukan dalam

upacara Isra dan Mikraj Nabi Muhammad saw. yang

disebut mi’raji.

Dari sekian ragam sastra lisan Gorontalo tersebut,

ada yang masih tetap eksis sampai sekarang dan ada pula

yang sudah terancan punah, bahkan ada di antaranya yang

sudah punah. Ragam sastra lisan Gorontalo yang masih

Page 16: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

2 Herman Didipu

tetap eksis karena masih dapat ditemukan, didengar, atau

dilantunkan, misalnya tuja’i, dan dikili. Ragam yang sudah

mulai terancam punah karena sudah mulai jarang

dilantunkan, dituturkan, atau ditemukan di masyarakat,

misalnya palebohu dan tanggomo. Sementara ragam yang

sudah punah karena tidak pernah didengar atau ditemukan

lagi di masyarakat, misalnya bungga, dan wulito. Ini

mengindikasikan bahwa eksistensi sastra lisan pada zaman

modern saat ini sudah mulai berkurang. Bukan hal yang

tidak mungkin, suatu saat ragam lainnya akan ikut hilang

jika tidak segera dilestarikan.

Oleh karena sastra lisan disebarkan atau diwariskan

secara oral, maka bertahan atau punahnya ragam sastra

lisan salah satunya ditentukan oleh orang yang

melisankannnya, atau yang disebut juga pencerita,

penutur, pelantun, atau penembang sastra lisan. Tidak

sedikit ragam sastra lisan yang tersebar luas di berbagai

negara maupun daerah telah terancam punah, bahkan

sudah punah, disebabkan oleh berkurangnya pencerita

aslinya. Artinya, jika pencerita atau pelantun sastra lisan di

suatu daerah masih banyak jumlahnya, ada jaminan bahwa

sastra lisan di daerah tersebut masih dapat bertahan lama.

Sebaliknya, jika pencerita atau pelantun sastra lisan telah

banyak yang meninggal dunia dan sudah tidak ada lagi

penggantinya, hal ini mulai mengindikasikan ancaman

kepunahan ragam sastra lisan di daerah tersebut.

Berkurangnya atau bahkan punahnya ragam sastra lisan di

suatu daerah berimplikasi luas terhadap eksistensi

kebudayaan daerah. Hal senada diungkapkan oleh Didipu

Page 17: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 3

(2013) bahwa substansi sastra daerah tidak lain merupakan

corak kebudayaan suatu daerah tertentu.

Harus diakui bahwa untuk menjadi pencerita atau

pelantun sastra lisan tidaklah mudah. Dibutuhkan bakat,

latihan, dan pengetahuan (Tuloli, 1990:38). Ketiganya

harus terintegrasi di dalam diri seseorang yang ingin belajar

melantunkan sastra lisan. Bakat berkaitan dengan bawaan

dan motivasi internal untuk belajar. Latihan dibutuhkan

untuk membiasakan atau bahkan memperlancar cara atau

trik melantunkan sastra lisan. Sementara pengetahuan

berhubungan dengan kemampuan mengingat dan

menghafal lirik atau cerita sastra lisan. Karena

pewarisannya secara lisan, dibutuhkan daya ingat yang

kuat sehingga bisa menghafal dengan baik setiap

permainan bunyi atau irama, susunan kata, frasa, hingga

keserasian bunyi dan kata dalam bait. Tidak cukup hanya

dihafal, pencerita sastra lisan pun harus piawai dalam

mengkreasikan sastra lisan yang dituturkannya. Menurut

Lord (1971), pencerita dalam waktu yang bersamaan

bertindak juga sebagai pelantun/pencerita (singer),

pelaku/penampil (performer) sekaligus

penggubah/penyusun (composer). Pencerita atau pelantun

sastra lisan harus multitalenta. Itulah sebabnya, tidak

mudah mendapatkan pewaris yang benar-benar ahli dalam

menceritakan atau melantunkan sastra lisan.

Uraian di atas mengisyaratkan pentingnya

eksistensi pencerita sastra lisan. Di dalam ingatan

merekalah sastra lisan hidup, lewat tuturan merekalah

sastra lisan diciptakan, ditampilkan, bahkan digubah atau

divariasikan. Selama ingatan mereka masih segar, selama

Page 18: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

4 Herman Didipu

itu pula sastra lisan tetap hidup di masyarakat. Selama

artikulasi mereka masih berfungsi dengan baik, selama itu

pula sastra lisan akan terus didengar oleh pemilik sastra

lisan tersebut. Raga mereka bisa saja mati, namun jiwa dan

semangat mereka dalam menjaga dan melestarikan sastra

lisan Gorontalo harus tetap hidup dalam diri generasi

sekarang dan akan datang. Usaha kita adalah

mendokumentasikan sastra lisan ke dalam bentuk tulisan,

mempelajarinya, dan mencatat setiap jejak sejarah para

pencerita sastra lisan. Dengan begitu, meskipun raga

mereka telah tiada, namun jejak sejarah dan jasa mereka

tetap hidup. Nama mereka akan terpatri dalam ingatan

masyarakat Gorontalo sebagai pejuang dan pelestari sastra

lisan sebagai salah satu khazanah kebudayaan daerah

Gorontalo.

B. Tujuan Penulisan Buku

Buku ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut.

1. Menginventarisasi tokoh sastra daerah

Gorontalo.

2. Mendokumentasikan biografi atau riwayat hidup

masing-masing tokoh.

3. Menjadi sumber informasi seputar praktisi dan

akademisi yang berkecimpung dalam usaha

pelestarian dan pengembangan sastra daerah

Gorontalo.

4. Memudahkan para pecinta dan pemerhati untuk

melacak atau menelusuri tokoh-tokoh sastra lisan

Gorontalo.

Page 19: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 5

5. Menjadi referensi atau rujukan para peneliti

untuk menelusuri bahan kajian kepustakaan

sastra lisan Gorontalo.

C. Tokoh Sastra Daerah Gorontalo

Tokoh Sastra Daerah Gorontalo yang dimaksud

adalah pihak-pihak yang bergelut dalam bidang sastra lisan

Gorontalo, baik sebagai praktisi maupun sebagai

akademisi. Tokoh sastra daerah Gorontalo semuanya

berdomisili di wilayah Provinsi Gorontalo yang tersebar di

enam kota dan kabupaten, yaitu Kota Gorontalo,

Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango,

Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Boalemo, dan

Kabupaten Pohuwato. Pihak-pihak tersebut mencakup

para praktisi dan para akademisi.

Pertama, para praktisi yaitu para pelaku,

penembang, pelantun, atau penutur sastra lisan Gorontalo.

Dalam hal ini, para pemangku adat maupun masyarakat

pada umumnya yang menciptakan, menghapal dan

melafalkan, serta menggunakan sastra lisan dalam berbagai

keperluan. Melalui artikulasi merekalah berbagai ragam

sastra lisan Gorontalo tetap terus eksis hingga saat ini.

Kemampuan otak menghafal, dan kepiawaian lidah

melantunkan sastra lisan menjadi modal utama para

praktisi sastra daerah Gorontalo dalam menjaga dan

melestarikan salah satu khazanah kekayaan budaya daerah

Gorontalo. Dari lisan merekalah para generasi muda kini

(dan mungkin akan datang), mengenal dan terus

mendengarkan tuturan sastra lisan Gorontalo.

Page 20: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

6 Herman Didipu

Kedua, para akademisi yaitu para peneliti dan

pengkaji sastra lisan dari perspektif teoretis maupun praktis

dengan pendekatan ilmiah. Dalam pengertian yang lebih

spesifik, yang dimaksud dengan para akademisi adalah

para ilmuwan atau dosen di perguruan tinggi. Meskipun

tidak secara praktis menembangkan atau menuturkan

sastra lisan, peran para akedimisi dalam upaya

pengembangan dan pelestarian sastra lisan Gorontalo

sangat penting. Melalui kegiatan penelitian, para

akademisi mampu mendekati ragam sastra lisan secara

ilmiah sehingga dapat diungkap makna yang terkandung

di dalamnya. Tidak hanya itu, melalui buah karya para

akademisi, ragam sastra lisan Gorontalo yang tadinya

hanya diketahui dan dinikmati oleh masyarakat lokal

Gorontalo, kini dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Berbagai tulisan para akademisi tentang sastra lisan

Gorontalo telah banyak dipresentasikan dan

dipublikasikan dalam berbagai forum ilmiah, prosiding

seminar/konferensi, maupun jurnal ilmiah, baik lokal,

nasional, bahkan internasional.

D. Sastra Lisan Gorontalo

Telah disebutkan pada bagian awal bahwa

terdapat 15 ragam sastra lisan Gorontalo seperti

dikemukakan oleh Tuloli (1995). Untuk jelasnya lima belas

ragam sastra lisan Gorontalo tersebut, berikut uraian

singkat dan kutipan contoh setiap ragam sastra lisan

tersebut.

Page 21: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 7

1. Tuja’i, puisi adaptasi yang diucapkan untuk mengiringi

upacara perkawinan, penobatan, pemakaman,

penyambutan tamu, pemberian gelar, dan peringatan

Maulid Nabi. Berikut contoh satu jenis tuja’i, yaitu tuja’i

penyambutan tamu (dikutip dari Botutihe dan Daulima,

2003)

Banta tupalo lomayi Tuanku masuklah

Tupalayi to dutula Masuklah ke negeri

Taluhu huwa buluwa Laksana air dalam tabung

Malo lo liyatua Telah bersatu padu

Banta tupalayi Tuanku masuklah

Tupalayi to dutula Masuklah ke negeri

Taluhu huwa buluwa Seperti air dalam tabung

Malo liyatuwa Telah bersatu padu

Lo tutayi lo popalo Silakan masuk

To delomo Lintalo di dalam negeri

Banta tupalayi Tuanku masuklah

Taluhu huwa buluwa Seperti air dalam tabung

Malo liyatua Telah bersatu padu

Lo tulayi lo popalo Silakan masuk

To delomo Lintalo Di dalam negeri

Bo’odelo tima ipitalo Laksana timah dibersihkan

Bo’odelo pini bubo’alo Seperti kapas dicuci

Bo’odelo tomula popalo Seperti bambu menguning

Bo’odelo hulawa putalo Laksana emas murni

Banta payu bulayi Tuanku bangsawan mulia

Wahu polengge lo mayi Naiklah kemari

Wahu layi’olomayi Bergeraklah ke sini

Layi’ayi odiya Datanglah ke sini

Pu’ade malo sadiya Singgasana telah tersedia

Page 22: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

8 Herman Didipu

U wolo banta mulia Untuk Tuanku yang mulia

Bubato hihadiriya Para pejabat telah hadir

Banta Pulu Lo Hunggia Tuanku bangsawan negeri

Malo to Dulahe botia Pada hari ini juga

Banta ma toduwolo Tuanku dipersilakan

Wawu motitihulo’olo dan diundang duduk

To Pu’ade wajalolo Pada kedudukan yang mulia

Eyanggu Tuanku

Eyanggu, Eyanggu, Tuanku, Tuanku,

Eyanggu Tuanku

Maa yilo limomotama’o Sudah sempurnalah

Aadati pilololimo Adat Penyambutan

lo Ito Eya kepada Tuanku

Maa motitingole wau- Beristirahat dan bersiramlah

Ito Eyanggu Tuanku

Salalahu Alayihi Wasallam

2. Pale Bohu, puisi adat yang dipakai untuk upacara

pemberian nasihat setelah upacara perkawinan,

penobatan, dan pemberian gelar. Orang yang baru

menikah dan baru dinobatkan dianggap sebagai orang

yang baru dalam suatu situasi atau kondisi sehingga

perlu diberi nasihat. Berikut contoh satu bait pale bohu

untuk perkawinan.

Banta potota:la, ananda saling menjaga,

motolodile sodala, suami istri bersatu,

diila pohama lo’ia jangan dengarkan perkataan

to dala, di jalan,

bolo woluo u tala, kalau ada yang salah,

toyunuta to wala, katakan terus terang,

humaya moliliyola, kalau ada kekhilafan,

Page 23: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 9

mopio mobu:lola, baik saling memaafkan,

Hadisi di”la otola, hadits jangan ditinggalkan,

palamani pomontola, firman dijadikan hukum,

iba:dati po’olotola, ibadat diperkuat.

3. Tinilo, puisi yang berisi sanjungan, hiburan, dan doa.

Menurut Hinta (2005), ”Tinilo merupakan ragam sastra

tulis yang berbentuk syair dan dilagukan bersama-sama

dalam upacara adat.” Upacara adat yang dimaksud,

lanjut Hinta, adalah (1) upacara gunting rambut

(aqiqah), yang di dalam bahasa Gorontalo disebut

huntingo; (2) upacara perkawinan atau nika; (3)

upacara peringatan perkawinan yang keempat puluh

hari yang dalam bahasa Gorontalo disebut Tinilo Pa’ita

atau tinilo yang digunakan untuk mengganti batu nisan.

Berikut contoh tinilo pa’ita (dikutip dari Hinta, 2005)

Bisimillah monga:turu Dengan nama Allah yang

maha suci

Kudurati lonto Allah Kebenaran dari Allah

Jaddah bitakwallah Didapat kalau takut kepada

Allah

Akuramu indallah Maha mulis di sisi Allah

Bada: bismillah Memulai dengan nama

Allah

Sya’iri Alhamdulillah Syair itu memuji kepada

Allah

Wolo du’a sailillah Dengan doa tiap-tiap

karena Allah

Tawakkal Illah billah Kita menyerah diri kepada

Allah

....

Page 24: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

10 Herman Didipu

Dile banta wombu kasia Istri, anak, dan cucu

tersayang

Hi yolola hi tabia Bersedih hati dan

mengenang

Didu:lu ta o hidia Yang menyayangi sudah

tiada

Lo nguli ode asali Telah kembali ke asal

Banta wopato umirati Anak perempuan empat

bersaudara

Banta moluhengo totola Anak mantu tiga

u la’i laki-laki

Hiyolola lo si:pati Bersedih hati yang paling

dalam

Ti pa:pa malo wapati Ayahanda tercinta telah

wafat

4. Mala-mala, puisi yang berbentuk seruan untuk

menyampaikan pengumuman atau maklumat. Berikut

ini diberikan contoh mala-mala untuk sebuah

perkawinan.

Utia mo mala-mala, Saya berseru,

bangima’o bangi bukalah buka,

bangima’o dalalo bukalah jalan,

hiangima’o hiangi menyingkirlah menyingkir,

hiangima’o dalalo menyingkirlah dari jalan,

wau popobotulalo, dan naikkanlah,

bulentiti humawalo pengantin yang gagah.

Page 25: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 11

5. Taleningo, ukuran atau pegangan hidup. Di dalam

taleningo terungkap cara hidup yang baik, soal

kematian, kelahiran, dan persiapan untuk akhirat.

Berikut contoh taleningo.

Donggo to a:lamu arua, Masih di alam arwah,

nyawa yilota:lua, nyawa menghadap,

u modihu ngakua, untuk memegang janji,

ode lipu osabua, ke dunia yang fana ini,

de’uwito a:lamu, yaitu alam,

timua’ato batangamu, tempat asal jasadmu,

wajibu otawamu, wajib kau ketahui,

dahai olipatamu. janganlah kau lupakan.

6. Leningo, kata-kata arif atau ungkapan leluhur yang

dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Leningo

juga dipakai sebagai pepatah, yaitu untuk mematahkan

perangai atau tingkah laku seseorang yang sangat

berlebih-lebihan atau yang tidak senonoh, dengan

norma yang berlaku dalam masyarakat Gorontalo.

Berikut adalah contoh leningo.

P’i’ili lo dudangata, Perangai parutan,

mohama mohangata, mengambil menyisihkan,

pi’ili lo u’ailo, perangai kail,

mongaito mongabito. mengait mencantol.

Maknanya ialah selalu suka mengambil keuntungan

untuk diri sendiri pada setiap kesempatan, seperti

korupsi.

7. Lumadu, teka-teki pengasah otak dan kiasan atau

perumpamaan. Lumadu ’teka-teki’ sering dipergunakan

oleh anak-anak untuk bermain-main, sedangkan

Page 26: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

12 Herman Didipu

lumadu ’kiasan’ bertujuan untuk (1) menghormati orang

lain, (2) memperhalus pembicaraan terhadap lawan

bicara, (3) mempertinggi nilai sesuatu (objek) yang

dikiaskan. Lumadu juga sering dipakai untuk menyindir

orang secara halus sehingga orang yang kena sindiran

tidak merasa terhina. Setiap lumadu hanya terdiri atas

dua baris. Kedua baris itu diakhiri dengan bunyi yang

sama. Contoh lumadu.

Dutu-dutu lambutalo, Terletak berambut,

dengetalo duhualo digigit berdarah.

Jawabannya adalah : Onde-onde

Onde-onde adalah sejenis kue. Rambutnya adalah

parutan kelapa yang melekat di luar bulatan kue

tersebut, sedangkan darahnya adalah gula merah

sebagai isi kue tersebut.

8. Bungga, ragam puisi yang dipakai untuk memberikan

semangat kepada orang bekerja keras dan bergotong

royong. Dalam adegannya, sekelompok orang yang

bekerja diberi komando atau aba-aba melalui ungkapan

(biasanya cerita) berbentuk puisi oleh seorang dalang

yang dalam bahasa Gorontalo disebut talenga.

Contoh:

Wuni-wuninya didi’u, Wuni-wuni adikku,

u teya mola yang di sana,

u hewawolo’u yang kutenun,

u bo wohi’u yang hanya kuberikan,

u de olemu yang kepadamu

u buhuto’u yang kuikatkan,

u bulo’omu yang di lehermu,

U yimaipo Yang tunggulah,

Page 27: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 13

u teto mola yang di sebelah sana,

u to huludio ng di ujungnya,

u to datahi’o yang di datarannya,

u to bawangi’o yang di lembahnya,

u to tilayoli’o yang di udiknya,

u to huliyali’o yang di muaranya,

u to tuduli’o yang di puncaknya,

u to biwihi’o yang di kakinya,

O waiyo-waiyo Hai, marilah-marilah,

o waiyo-waiyo hai marilah-marilah,

o waiyo-waiyo hai marilah-marilah.

9. Bunito, sejenis puisi mantra. Walaupun bertentangan

dengan ajaran agama, jenis puisi ini mempunyai nilai

kultur baik sebagai seni maupun juga sebagai bukti

bahwa masayarakat Gorontalo dulu mempunyai

pegangan untuk mengharapkan pertolongan dari Yang

Maha Tinggi. Bunito diucapkan oleh pencerita dalam

situasi setengah sadar. Tukang cerita bunito disebut

wombua yang mempunyai tugas ganda dalam

masyarakat, yaitu sebagai pemimpin upacara mantra

dalam pertanian, naik rumah baru, berperang, dan juga

sebagai dukun tradisional.

10. Lohidu, pantun yang diungkapkan dalam bahasa

Gorontalo. Lohidu bisa disajikan secara individual atau

dalam bentuk berbalasan yang disebut oleh orang

Gorontalo dengan pa:ia lo hungo lo poli. Berikut

contoh lohidu (dikutip dari Malik, dkk, 2016).

Wa’u lonto leyato Aku dari Leyato,

Donggo lo de bulontiyo lagi hendak ke Bulontiyo,

Dungohi mongowutato dengarlah saudara,

Page 28: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

14 Herman Didipu

Malo odia susa lio hidupku sangat susah.

Lo’i tali ngante-ngante minta dibelikan anting-

anting,

Bome pilongoitiyo diberitahu dengan

mencolek,

Doi dila lo’osambe karena uang tidak cukup,

Uwito tete’iyo larilah dia.

Bite-bite to deheto berkayar di laut

Lo’o hudu mola binte sempat memberikan jagung

Banari lo hile leto benar minta sapu tangan

Leto tarapu lo pingge sapu tangan dari sorbet

Hutawara lo Tabongo angin Utara ke Tabongo

Mayilaba dupotio sungguh berangin

Lumangge lo humoyongo sungguh menangisnya

Mo’ela mai olio mengingat si dia

11. Pa:ntungi, pantun yang diungkapkan dalam bahasa

Melayu. Ciri ragam ini sama dengan ragam lohidu.

Sering diungkapkan dalam dua bahasa, yaitu bahasa

Gorontalo dan bahasa Malayu.

Contoh:

Dari Bandung ke Suka Bumi,

singgah di Bogor terus ke Bali,

tengahlah malam gambus berbunyi,

orang yang tidur bangun kembali.

Page 29: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 15

Pasanglah minyak tapisan,

kalau tiada biaralah pelita,

mati semut karena manisan,

mati pemuda karena cinta.

Aduhai teman selamat jalan,

Berikan dulu berjabatan tangan,

Kenangkan ingat lupakan jangan,

Di mata hilang di hati jangan.

Pakai cincin di jari manis,

pakai gelang di tangan kiri,

tengahlah malam bangun menangis,

mengingat nona, tidur sendiri.

Penutup

Wanu wa’u o tabimu kalau aku kau cintai,

tulade to poyonggimu tuliskan aku di pinggangmu,

wonu ito ma dulota kalau kita sudah berdua,

tulade wa’u to bungolopa tuliskan aku di pahamu.

12. Tanggomo, bentuk sastra yang diungkapkan dalam

bahasa berirama. Jika ditinjau dari segi strukturnya,

tanggomo dimasukkan pada ragam puisi naratif.

Panjang karangan sangat relatif antara 50 sampai

dengan 600 baris. Tentu saja hal ini tergantung pada

pencerita dan kondisi penceritaan.

Page 30: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

16 Herman Didipu

Contoh:

Bisimilla momulai Memulai dengan nama

Allah,

watia modelo mai saya akan membawakan,

u he dilutola mai yang telah diderita,

lo mongotiombu mai oleh leluhur kita.

Tanggomo adalah salah satu ragam lisan dalam sastra

daerah Gorontalo yang digubah oleh pencerita

berdasarkan peristiwa atau kejadian nyata atau yang

dianggap nyata. Pada satu pihak, tanggomo adalah epik

sejarah yang berisi berbagai peristiwa sejarah,

kepahlawanan, peristiwa penting dan menarik, tetapi

pada pihak lain, berisi mite, legenda, dan dongeng. Jadi,

tanggomo mencakup hal-hal yang benar-benar terjadi,

yang dianggap benar terjadi, sampai pada yang benar-

benar hayalan.

13. Wungguli, bentuk prosa yang berisi sejarah, silsilah atau

riwayat hidup. Wungguli dianggap masyarakat sebagai

cerita yang benar. Dalam wungguli terdapat unsur-

unsur pembangun cerita yaitu tokoh, latar, dan jalan

cerita, serta tema dan amanat. Cerita terjadi dalam

dunia nyata dan tokoh-tokohnya adalah manusia biasa,

seperti raja, bangsawan, petani, pemburu, dan lain-lain.

Wungguli (cerita) yang terkenal dalam masyarakat

Gorontalo adalah “Orang mencari ilmu”, ”Perang

Panipi”, ”Raja yang dipecat oleh Ba:te (tokoh adat)”.

14. Pi:lu, bentuk prosa yang berisi dongeng tentang

manusia, tumbuhan, dan dewa-dewa. Pi:lu semata-

mata didasarkan pada rekaan tukang cerita dan isisnya

kebanyakan keajaiban dan keluarbiasaan.

Page 31: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 17

Pi:lu juga mempunyai unsur pembangun cerita seperti

wungguli. Yang membedakannya adalah tokoh-

tokohnya dan isi ceritanya. Pi:lu yang banyak diketahui

oleh masyarakat Gorontalo adalah pemuda “Lahilote”

yang kawin dengan bidadari.

15. Me’eraji, merupakan salah satu di antara naskah-naskah

keagamaan, di daerah Gorontalo, yang dibacakan

setiap peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw

(Baruadi, 2004: 1). Menurut Tuloli (2004:78) bahwa

Miqiraji (Me’eraji) termasuk ragam sastra daerah

Gorontalo setengah lisan yang bernuansa Islam. Atau

lebih tepat disebut sastra daerah Gorontalo yang

mendapat pengaruh Islam. Me’eraji termasuk pada jenis

sastra daerah Gorontalo yang menggunakan bahasa

Gorontalo dan campuran kata-kata Arab atau bahasa

Al-Quran (lihat Baruadi, 2004).

E. Pengumpulan Data

Data yang dimaksud adalah informasi dalam

bentuk biodata para tokoh sastra daerah Gorontalo, baik

yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Data dijaring dengan daftar isian biodata yang disebarkan

oleh tim pengumpul data kepada personal atau tokoh

yang disasar. Penyebaran daftar isian dilakukan dengan

cara diantar atau didatangi langsung ke rumah masing-

masing. Pengisian biodata dapat dilakukan langsung oleh

tokoh yang bersangkutan, dapat pula diisi oleh pihak

keluarga dekat jika tokoh yang bersangkutan tidak mampu

mengisi sendiri atau jika tokoh yang bersangkutan telah

Page 32: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

18 Herman Didipu

meninggal dunia. Hal ini dimaksudkan agar informasi

biodata dari para tokoh benar-benar valid.

Mengingat keterbatasan jumlah tim pengumpul

data, dan lokasi tempat tinggal para tokoh sastra yang

tersebar di wilayah Provinsi Gorontalo, maka

pengumpulan data dilakukan dengan cara lain yaitu

dengan menjaring informasi lewat hasil penelitian dan

lewat internet.Informasi lewat hasil penelitian diperoleh

melalui biodata para informan yang biasanya dilampirkan

pada laporan hasil penelitian dosen. Sementara informasi

lewat internet didapatkan melalui penelusuran berita

daring (online) tentang ragam sastra lisan Gorontalo, serta

rekaman video yang sudah tersebar luas lewat youtube.

F. Kontributor

Yang dimaksud kontributor adalah pihak-pihak

yang memberikan sumbangan pemikiran, tenaga, dan

dana demi terwujudnya buku ini. Adapun pihak-pihak

dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Tokoh Sastra Daerah

Tokoh sastra daerah merupakan praktisi dan akademisi

yang dikumpulkan biodata untuk selanjutnya

dinarasikan. Siapa dan apa saja kontribusi mereka telah

diuraikan pada bagian C bab ini. Semua nama yang

biodatanya tercantum dalam isi buku ini merupakan

tokoh sastra daerah Gorontalo.

2. Konsultan

Konsultan dalam penyusunan buku ini adalah: (1) Prof.

Dr. H. Nani Tuloli, dan (2) Prof. Dr. H. Moh. Karmin

Baruadi, M.Hum. Melalui beliau berdua, penulis

Page 33: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 19

banyak berkonsultasi seputar tokoh sastra daerah, serta

teknis penyusunan buku.

3. Tim Pengumpul Data

Tim pengumpul biodata adalah mahasiswa dan

beberapa alumni yang secara aktif turun lapangan

untuk mendatangi para tokoh. Adapun nama-nama

tim tersebut adalah sebagai berikut.

Windi Mustapa, Nurfadila, Meiske, Rifaldi, Yeyen,

Cindi, Siti, Cili, Fitri, Sri Ayu, Nadila, Isti, Eka, Herlina,

Sania, Vira, Indriani, Nur, Mutmaina, Tiara, Nahda,

Fitra, Niken, Rahman, Umar, Slamet, Diyanti,

Sutiantira, Fasyila, Widya, Retno, Lasmita, Trywidarti,

Nur, Martiana, Widri, Wita, Fatma, Nursyarifa, Lusi,

Putri, Yuyun, Fitri, Desri, Ainun, Marlina, Ikram,

Kemal, Sarifudin, Sri, Nurmila.

4. Tim Narator

Tim narator merupakan mahasiswa yang secara teknis

bekerja dengan penulis untuk menarasikan biodata

para tokoh sastra daerah Gorontalo. Mereka adalah

Firman Yantu, Adelia Makalalag, Anwar Manto, Firda

Paputungan, Khadija R. Ahmad, Nurfaizah Abdullah,

Tity Laoh, Virawati Parman, Umar Kasim, dan Cindi

Hulopi.

5. Kantor Bahasa Gorontalo

Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo memiliki andil yang

sangat besar dalam usaha penyusunan buku ini.

Melalui Kepala Kantor Bahasa Gorontalo, Dr. Sukardi

Gau, M.Hum., kami difasilitasi untuk operasionalisasi

pengumpulan data, penarasian, hingga penerbitan

buku. Kontribusi yang diberikan pihak Kantor Bahasa

Page 34: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

20 Herman Didipu

Gorontalo menjadikan usaha kecil ini berdampak besar

bagi usaha pengembangan sastra lisan Gorontalo kini

dan akan datang.

G. Sumber Bacaan Utama

Baruadi, Moh. Karmin. 2004. Me’eraji: Sastra Pengaruh

Islam dalam Nuansa Budaya Gorontalo.

Gorontalo: UNG Press.

Botutihe, Medi dan Farha Daulima. 2003. Tata Upacara

Adat Gorontalo. Gorontalo: Dulohupa.

Didipu, Herman. 2013. Sastra Daerah: Konsep Dasar dan

Ancangan Penelitiannya. Yogyakarta: Deepublish.

Hinta, Ellyana.2005. Tinilo Pa’ita, Naskah Puisi Gorontalo:

Sebuah Kajian Filologis. Jakarta: Djambatan.

Lord, Albert B. 1971. The Singer of Tales. Fourth Printing.

New York: Atheneum.

Malik, Harto, dkk. 2016. Lohidu: Pantun of Gorontalo.

Yogyakarta: Deepublish.

Tuloli, Nani. 1991. Tanggomo: Salah Satu Ragam Sastra

Lisan Gorontalo. Jakarta: Internasa.

. 1995. Khazanah Sastra Lisan. Gorontalo:

STKIP.

Page 35: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 21

TOKOH SASTRA

DAERAH GORONTALO

ABD. KADIR MOHAMAD

Abd. Kadir Mohamad atau yang akrab disapa Guru

Rum, lahir di Limba U, pada tanggal 6 juli tahun 1949.

Guru Rum berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga

tamat S1 Pendidikan Agama Islam. Selain itu, beliau juga

memiliki riwayat pekerjaan yang berkecimpung di dunia

pendidikan dan kebudayaan. Abd. Kadir Mohamad

pernah menjadi seorang guru dan kepala sekolah. Setelah

itu, ia memiliki jabatan di dinas kebudayaan pada tahun

1997. Selain itu, beliau pernah menjadi Kepala Cabang

Dinas, dan Kepala Bagian Sosial Kabupaten Pohuwato,

serta Anggota Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Pohuwato. Meskipun dengan banyaknya kesibukan yang

digeluti, Guru Rum masih aktif melestarikan sastra lisan

Gorontalo. Sastra lisan yang digeluti oleh Abd. Kadir

Mohamad adalah tuja’i. Sejak tahun 1973, beliau mulai

menembangkan tuja’i. Pada awalnya memang beliau

sering menghadiri upacara-upacara adat. Rupanya

momentum-momentum seperti itulah yang membuat

Guru Rum tertarik dan mulai mempelajari tuja’i. Bahkan,

pada prosesi melamar istrinya, Guru Rum menembangkan

tuja’i sendiri. Sejak itu, Guru Rum mulai menembangkan

tuja’i pada upacara-upacara adat Gorontalo.

Page 36: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

22 Herman Didipu

ABDUL MUTALIB DEMOLAWA

Abdul Mutalib Demolawa, sangat

akrab dipanggil dengan sebutan Ka

Pulu. Ia dilahirkan di Gorontalo 21

Oktober 1975. Sekarang Ka Pulu

bertempat tinggal di Desa Ulanta,

Kecamatan Suwawa, Kabupaten

Bone Bolango. Pendidikan terakhir

Ka Pulu diketahui hanya sampai di

Sekolah Dasar. Pekerjaan sehari-harinya sekarang adalah

bertani. Selain menjadi seorang Petani, beliau bisa juga

menembangkan sastra lisan Gorontalo. Salah satu adat dan

budaya Gorontalo yang sampai saat ini dilestarikan adalah

sastra lisan. Ia sangat terampil menembangkan Tuja’i dan

Mi’raji. Sejak tahun 2014, ia sudah mulai bergiat dan

sampai terampil dalam menembangkan kedua jenis sastra

lisan tersebut. Tuja’i biasanya diadakan di acara

pernikahan dan Mi’raji biasa diadakan untuk

memperingati peringatan Isra Miraj pada bulan Rajab atau

Syaban. Sebagai bentuk kebanggaan terhadap daerah

Gorontalo, beliau malah sudah memiliki naskah sendiri.

Dari keuletannya menggeluti sastra lisan tersebut,

menjadikan ia sebagai tokoh adat Gorontalo. Sebab ini

pulalah, masyarakat Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa,

Kabupaten Bone Bolango memberi kepercayaan

kepadanya sebagai ketua pemangku adat. Sastra lisan tuja’i

yang sedang beliau geluti sekarang biasa dipakai dan

ditembangkan pada acara adat pernikahan maupun

kematian.

Page 37: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 23

ABDUL RAHMAN ABUDI

Abdul Rahman Abudi, biasa disapa

dengan Papi Rili, lahir di Desa

Boludawa, pada tanggal 15

Februari 1958. Beliau menempuh

pendidikan terakhir di D3

Pertanian. Meskipun Bapak Abdul

Rahman Abudi ini berpendidikan

D3, beliau tetap bersemangat

dalam melestarikan adat dan

budaya yang ada di daerah Gorontalo. Salah satunya

adalah sastra lisan. Menurutnya, sastra lisan Gorontalo

memiliki banyak keunikan baik dari segi bahasa, segi

pelaksanaan, maupun segi manfaatnya. Beliau saat ini

diketahui sedang menggeluti dua sastra lisan gorontalo

yaitu Tuja’i dan Palebohu. Sejak tahun 1990-an, beliau

mulai menggeluti Tuja’i dan Palebohu yang biasa dipakai

pada peradatan untuk memperlancar kegiatan jenjang

upacara pada adat pernikahan. Sebagai bentuk

kebanggaan terhadap daerah Gorontalo, beliau juga

memiliki naskah tuja’i. Dari keuletannya dalam menggeluti

sastra lisan tersebut, Papi Rili memperoleh kedudukan

sebagai Kimalaha atau kedudukan yang kedua setelah

Bate. Walaupun demikian, saat ini Papi Rili sudah tidak

begitu aktif lagi pada sastra lisan yang pernah ia geluti di

daerah Desa Boluduwa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten

Bone Bolango.

Page 38: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

24 Herman Didipu

H. ABDUL WAHAB LIHU

Haji Abdul Wahab Lihu atau yang

lebih umum dikenal dengan nama

A.W. Lihu merupakan putra asli

Gorontalo, kelahiran 7 Oktober

1937. Usia beliau memang sudah

sepuh, yaitu 83 tahun, namun

motivasi dan semangat beliau

untuk terus menjaga dan

melestarikan adat dan budaya Gorontalo masih sangat

besar. Sosok beliau tidak asing lagi di kalangan masyarakat

Gorontalo, lebih-lebih di kalangan pemangku adat. Nama

besar A.W. Lihu dianggap sebagai salah satu tokoh adat

terkemuka yang sangat memahami seluk-beluk sistem

peradatan Gorontalo. Itulah sebabnya, beliau menjadi

rujukan oleh berbagai pihak terutama dalam berkonsultasi

masalah kebudayaan Gorontalo. Hingga sekarang, beliau

masih menduduki jabatan dalam adat yaitu sebagai Baate

lo Limutu Lolo’opo. Sebagai bentuk penghargaan terhadap

semangat beliau dalam melestarikan seni dan budaya

Gorontalo, Pemerintah Republik Indonesia, melalui

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

menganugerahkan Pengharagaan kepada A.W. Lihu

sebagai salah seorang Maestro Seni Tradisi (September

2015). Sejak saat itu, nama besar A.W. Lihu tidak hanya

dikenal sebagai pemangku adat, namun dikenal juga

sebagai Maestro Seni Tradisi Gorontalo. Bahkan, oleh

sebagian orang nama beliau dinobatkan sebagai Maestro

Tuja’i karena kepiawaian beliau dalam menuturkan sastra

lisan tuja’i.

Page 39: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 25

Lebih dari setengah abab beliau berkecimpung

dalam dunia peradatan Gorontalo. Ketertarikan beliau

terhadap budaya Gorontalo, khususnya sastra lisan, sudah

tumbuh sejak kecil. Selain bermodal bakat, ketertarikan

beliau terhadap budaya Gorontalo sudah mulai

dikembangkan pada usia muda dengan cara banyak

melihat, mendengar, dan memperhatikan setiap tahapan

pelaksanaan prosesi adat. Sastra lisan tuja’i itu sendiri

dipelajari secara langsung dari tuturan para senior,

terutama hapalan syair hingga tata cara melantunkan

tuja’i. Ini tidaklah mudah. Beliau harus belajar dengan cara

mendengarkan langsung tuturan para senior sekaligus

gurunya, karena kurangnya referensi pada waktu itu

(sekitar tahun 1960-an).

Nama A.W. Lihu dalam hal tuja’i memang sangat

masyhur. Berbagai jenis tuja’i masih segar dalam ingatan

beliau. Kepiawaian beliau dalam menuturkan tuja’i pun

dipuji oleh banyak orang. Tidak hanya itu, beliau mampu

memahami makna setiap kata, makna kalimat, hingga

makna keseluruhan isi teks tuja’i. Itulah sebabnya, beliau

menjadi salah seorang nara sumber utama bagi para

pemangku adat yang ingin belajar tuja’i untuk kepentingan

praktis, sekaligus informan kunci bagi para akademisi yang

ingin mengkaji atau meneliti tuja’i untuk kepentingan

teoretis akademis.

Selain menguasai dengan baik sastra lisan tuja’i,

beliau juga menggeluti ragam sastra lisan Gorontalo

lainnya, seperti taleningo, leningo, piilu, wulito, wungguli,

me’eraji, turunani, dan buruda. Ragam sastra lisan tersebut

mulai digelutinya sejak tahun 1970-an.

Page 40: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

26 Herman Didipu

ABDUL WAHAB SULEMAN

Abdul Wahab Suleman atau biasa disapa Kak Unje

ini lahir di Motolohu pada 3 Mei 1971. Kak Unje sapaan

akrapnya, merupakan warga yang berprofesi sebagai

petani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain

bekerja sebagai petani, ia juga menjadi anggota komunitas

sastra lisan di Desanya. Sering kali di beberapa acara,

seperti pesta hajatan pernikahan, dia dan teman-temannya

menjadi pengisi acara sebagai penembang sastra lisan

Lohidu dan Pantungi. Keahliannya dalam menembangkan

sastra lisan mendapatkan sambutan dan perhatian dari

masyarakat. Kak Unje seringkali mengikuti perlombaan

dan membawa hasil yang memuaskan. Penghargaan yang

pernah diraihnya semuanya bertumpu pada

kemampuannya bersastra lisan. Dia pernah mendapatkan

juara pertama lomba dana-dana. Ia juga sebagai pemenang

penembang sekaligus sebagai pemetik gambus pada lomba

yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa. Penghargaan

itu menurutnya hanyalah hadiah dan bentuk apresiasi dari

masyarakat yang patut ia hargai. Meskipun demikian,

tujuan utamanya menembangkan sastra lisan tersebut tidak

lain adalah upaya untuk mengedukasi sekaligus menghibur

masyarakat melalui sastra lisan. Yang terpenting juga

adalah meneruskan kebiasaan-kebiasaan positif

masyarakat Gorontalo yang sudah ada sejak dahulu.

Page 41: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 27

ABDULAH MAJID

Abdulah Majid merupakan lelaki

kelahiran Tapada’a yang

berprofesi sebagai petani. Oleh

masyarakat setempat, Abdulah

Majid disapa dengan panggilan

Dula atau Ka Dula. Ka Dula lahir

pada tanggal 23 maret 1982 dan

menamatkan pendidikan

terakhirnya di sekolah dasar

Motoloho. Walaupun pendidikanya hanya sampai pada

tingkatsekolah dasar, namun beliau sangat terampil dalam

bersastra lisan. Sudah empat tahun lamanya ia mengeluti

sastra lisan daerah Gorontalo. Berbagai ragam sastra lisan

Gorontalo sudah ditekuninya. Misalnya, Ka Dula memiliki

keterampilan menembangkan Mala-mala dan Leningo.

Biasanya ia menembangkan sastra lisan tersebut di masjid-

masjid. Selain itu, ia turut serta dalam menembangkan

sastra lisan pada hari kebesaran islam yaitu idul fitri dan

idul adha. Keikutsertaannya dalam memperingati hari-hari

kebesaran Islam menjadikanya sebagai salah satu tokoh

adat yang berkedudukan sebagai kepada adat dan dapat

menjadi pembantu takmirul masjid.

Page 42: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

28 Herman Didipu

ABDULAH PAKAYA

Abdulah Pakaya, atau biasa

dipanggil oleh orang-orang di

sekitarnya Paci Dula. Beliau lahir

di Suwawa 23 September 1953. Ia

merupakan seseorang yang

menggeluti sastra lisan daerah

Gorontalo. Ketertarikannya

terhadap sastra lisan sejak tahun

1978. Paci Dula Menggeluti dua

sastra lisan seperti mi’raji dan dikili. Mi’raji ini biasa

diadakan pada bulan Rajab atau Syaban untuk

memperingati peringatan Isra Mikraj. Adapun dikili biasa

diadakan di masjid untuk memperingati hari kelahiran

Nabi Muhammad saw. Dari keuletan Paci Dula dalam

menekuni sastra lisan tersebut membuat masyarakat di

Desanya mengangkat beliau sebagai imam masjid. Sampai

saat ini, Paci Dula masih terlihat aktif dalam sastra lisan

yang ia geluti di Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa,

Kabupaten Bone Bolango, bahkan beliau sudah

mempunyai naskah sendiri.

Page 43: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 29

ABDULKADIR BANO

Abdulkadir Bano merupakan

salah satu tokoh sastra yang

tinggal di Kabupaten Gorontalo.

Beliau lahir pada tanggal 5

Oktober 1985 di Tibawa.

Abdulkadir Bano atau yang

sering disapa dengan Anto ini

bekerja sebagai staf di kantor

DPRD Kabupaten Gorontalo.

Anto mulai bergelut dengan sastra lisan saat berusia 12

tahun. Sudah 22 tahun lamanya, Anto merawat, menjaga,

dan melestarikan sastra lisan Gorontalo. Di tengah-tengah

kesibukan pekerjaannya, Anto masih tetap konsisten dalam

melestarikan kebudayaannya. Baginya, tanggung jawab

seperti inilah yang mestinya dimiliki oleh setiap individu,

dengan harapan kebudayaan daerah tidak tenggelam arus

modernisasi. Walaupun hanya menempuh pendidikan

hingga tingkat Sekolah Menengah Atas, tetapi Anto telah

memiliki segudang prestasi di bidang sastra lisan tujai.

Biasanya, Anto menembangkan sastra lisan tujai, pada saat

pernikahan. Sastra lisan tujai berisi nasihat pernikahan yang

akan berguna bagi pasangan suami istri yang akan mulai

membangun keluarga kecilnya.

Page 44: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

30 Herman Didipu

ABDULLAH SIMBAKA

Abddullah Simbaka atau biasa

disapa Ka Ana Pulu, lahir di

Gorontalo, 21 Februari 1971.

Faktor ekonomi keluarga

menyebabkan Ka Ana Pulu hanya

dapat menyelesaikan pendidikan

sekolah dasar. Ia berdomisili di

Kelurahan Dembe 1, tepatnya di

Jln. Usman Isa, Kota Barat. Pria

ini sehari-hari bekerja sebagai penjual ikan. Di samping

profesinya itu, Ka Ana Pulu dikenal oleh masyarakat umum

sebagai salah seorang pemangku adat. Beliau menguasai

bacaan-bacaan sastra lisan tuja’i, khususnya tuja’i pada

upacara perkawinan adat Gorontalo. Kemampuan beliau

dalam ber-tuja’i sudah mulai diasah dan dikembangkan

sejak tahun 2004. Atas kemahirannya tersebut, Ka Ana

Pulu banyak mendapat undangan dari masyarakat yang

akan melakukan hajatan perkawinan dari anak, ponakan,

atau keluarga lainnya. Tuja’i pada upacara adat

perkawinan yang dilantunkan biasanya pada tahapan

tolobalango (tuja’i mo tolobalango), tahapan pengantaran

harta (tuja’i duutu), hingga saat hari pelaksanaan prosesi

akad nikah.

Page 45: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 31

AGUS KAMANA

Agus Kamana adalah salah satu anggota penggiat

kebudayaan di daerah Tilamuta. Beliau lahir di Tilamuta,

Kabupaten Boalemo, 15 September 1969. Beliau termasuk

dalam salah satu penggiat budaya tradisi lisan khusunya

Pa’ia lo hungo lo poli. Agus Kamana menggeluti Pa’ia

hungo lo poli sejak tahun 1955. Biasanya beliau sering

diundang untuk menembangkan pa’ia hungo lo poli di

kegiatan festival budaya yang sering diadakan oleh

pemerintah setempat. Terkadang beliau diundang di

kantor pariwisata untuk menembangkan sastra lisan ini.

Beliau juga pernah mendapatkan piagam penghargaan dari

pemerintah daerah sebagai anggota komunitas penggiat

budaya. Sampai dengan saat ini, beliau masih aktif

menembangkan sastra lisan pa’ia hungo lo poli.

Page 46: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

32 Herman Didipu

AGUS MAHMUD

Agus Mahmud, sangat akrab

dipanggil dengan sebutan Aba

Agu. Penembang ini lahir pada 10

November 1970 di Kota

Gorontalo. Bapak Agus atau

sapaan akrab Aba Agu

menempuh pendidikan terakhir

Paket C, sekarang ia aktif bekerja

sebagai seorang satuan

pengamanan. Beliau begitu mahir menembangkan sastra

lisan Gorontalo, salah satunya adalah mala-mala. Aba

Agus mulai menggeluti salah sastra lisan Gorontalo ini

sudah berpuluh tahun lamanya, tepatnya mulai pada

tahun 1997. Ketika itu, usianya masih berumur 27 tahun

dan saat ini Aba Agu masih aktif sampai saat ini. Dia sering

menembangkan sastra lisan mala-mala ini pada saat salat

Idul Fitri dan Idul Adha. Karena telah lama terjun dalam

sastra lisan Gorontalo, akhirnya Aba Agu diberikan

penghargaan berupa kedudukan dalam adat yaitu sebagai

hulubanga.

Page 47: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 33

AHMAD MAHMUD

Pa Imam adalah sapaan yang

melekat pada Ahmad Mahmud.

Beliau lahir di Tutulo, pada tanggal

10 Januari 1964. Dulu Pa Imam

berdomisili di Desa Tutulo,

kemudian berpindah ke Desa

Potanga, Kecamatan Botumoito,

Kabupaten Boalemo. Beliau

menguasai tiga jenis sastra lisan

Gorontalo. Sastra lisan pertama adalah lohidu. Lohidu

adalah pantun yang dilantunkan dalam bahasa Gorontalo.

Sastra lisan selanjutnya yang dikuasai oleh beliau adalah

pantungi. Pantungi adalah sastra lisan Gorontalo yang

dilantunkan menggunakan dua bahasa, yakni bahasa

Gorontalo dan bahasa Melayu-Indonesia. Sastra lisan

ketiga yang dikuasai beliau adalah mi`raji. Mi’raji adalah

teks yang memuat perjalanan Nabi Muhammad saw.

dalam bahasa Gorontalo. Ketiga jenis sastra lisan tersebut,

digeluti beliau sejak tahun 1996. Beliau sering diundang

untuk menembangkan sastra lisan pantungi dan lohidu ke

rumah-rumah warga saat ada perayaan. Jika ada kegiatan

kesenian yang diadakan oleh masyarakat Desa, beliau juga

sering ditunjuk untuk menembangkan pantungi dan

lohidu. Untuk menembangkan pantungi dan lohidu, beliau

sering menggunakan gambus miliknya. Khusus untuk sastra

lisan mi`raji, masjid menjadi tempat beliau menuturkan

sastra lisan tersebut.

Page 48: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

34 Herman Didipu

AISYA ALIWU

Aisya Aliwu atau yang akrab disapa

Yali Isa ini lahir di Motolohu, pada

tahun 1957. Yali Isa hanya

menamatkan pendidikannya di

jenjang sekolah dasar (SD).

Kesehariannya adalah seorang

wirausaha. Di Desanya, Yali Isa

dikenal sebagai seorang ketua

perempuan dalam kedudukan

adat. Aisya Aliwu aktif dalam pelaksanaan serta pelestarian

budaya di daerahnya. Jenis sastra lisan yang digelutinya

adalah dikili, turunani, dan buruda. Sejak usia 21 tahun,

Yali Isa mulai menembangkan sastra lisan Gorontalo ini,

baik di hari-hari besar Islam maupun perayaan adat yang

dilakukan masyarakat setempat. Ia menembangkan sastra

lisan Gorontalo ini di masjid dan rumah warga yang

mengundangnya. Ia tinggal di Desa Motolohu, Kecamatan

Randangan, Kabupaten Pohuwato.

Page 49: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 35

AISYAH A. DJUFRI

Aisyah A. Djufri lahir di Tilamuta,

18 Oktober 1966. Masyarakat di

lingkungannya sering menyapa

Aisyah dengan sebutan Mali Pudi.

Wanita penembang sastra lisan

tersebut sekarang sudah berpindah

tempat tinggal. Awalnya, beliau

berdomisili di Tilamuta kemudian

berpindah domisili di Desa

Rumbia, Kecamatan Botumoito. Sebagai ibu rumah

tangga, sehari-hari Mali Pudi juga berkebun di lahan

miliknya. Jenis sasatra lisan yang digelutinya adalah dikili.

Beliau menggeluti dikili sejak tahun 2010. Saat ini beliau

bersama kelompoknya tidak pernah berhenti melestarikan

sastra lisan dikili. Tatkala hari-hari besar Islam, beliau

sangat bergembira karena mendapatkan momentum untuk

menembangkan sastra lisan dikili di masjid-masjid yang

melaksanakan peringatan maulid Nabi Muhammad saw.

Page 50: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

36 Herman Didipu

AISYAH PANIGORO

Aisyah Panigoro lahir di Bulota,

pada tanggal 9 februari 1948.

Aisyah Panigoro merupakan

pemerhati budaya daerah yang

masih melestarikan sastra daerah

Gorontalo. Aisyah Panigoro

merupakan anggota dalam

kedudukan adat di Desa Bulota,

Kecamatan Telaga, Kabupaten

Gorontalo. Aisyah merupakan tamatan Sekolah Dasar.

Aisyah menggeluti sastra lisan Gorontalo, yaitu dikili sejak

tahun 2000. Aisyah biasa menembangkan dikili pada

setiap perayaan maulid Nabi Muhammad saw, di masjid

sekitar Desanya dan juga di rumah-rumah warga.

Page 51: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 37

ALI SUGE

Ali Suge dilahirkan di Huluduotamo pada 28

Oktober 1952. Beliau lebih akrab dikenal dengan sapaan

Opa Kadu. Usianya sudah 67 Tahun. Walaupun

pendidikan berhenti hanya sampai di Sekolah Dasar, ia

memiliki kedudukan sebagai Imam Masjid di Desa Ulanta,

Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Opa Kadu

paham betul ciri khas dan keberagaman adat dan budaya

Gorontalo, termasuk sastra lisannya. Jenis sastra lisan yang

digeluti Opa Kadu yaitu mi’raji. Ketertarikannya

menggeluti sastra lisan sejak tahun 2015. Ia aktif

menembangkan mi’raji ini pada bulan Rajab dan Syaban

untuk memperingati Isra Miraj. Bahkan, Opa Kadu sendiri

sudah memiliki naskah mi’raji. Dengan keterampilannya

dalam bersastra lisan, beliau sudah mendapatkan beberapa

penghargaan.

Page 52: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

38 Herman Didipu

ALUN MANTI

Alun Manti atau lebih dikenal

masyarakat setempat dengan

sapaan Ma Alun, lahir di Suwawa

pada tanggal 03 Februari 1976. Ma

Alun di tahun 2020 berumur 44

tahun. Riwayat pendidikan

terakhir yang ditempuh Ma Alun

adalah tingkat sekolah dasar. Ma

Alun termasuk dalam salah satu

penggiat kebudayaan khususnya di sastra lisan daerah.

Sastra daerah yang digeluti beliau adalah Me’eraji dan

Buruda. Ma Alun bergelut dengan kedua jenis sastra

daerah ini sejak tahun 2014. Awalnya, Ma Alun

menembangkan sastra lisan Me’eraji dan Buruda untuk

hobi semata, akan tetapi lama kelamaan akhirnya

mendapatkan pekerjaan dari menembangkans astralisan

ini. Ma Alun seringkali diundang untuk menembangkan

sastra lisan di rumah warga pada acara do’a-do’a yang

dilakukan pihak keluarga. Sampai dengan saat ini, Ma Alun

masih aktif menembangkan sastra daerah Me’eraji dan

Buruda.

Page 53: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 39

AMASIA HAIPI

Amasia Haipi atau Susi Masilahir di

Tutulo, 29 Februari 1952. Ia

merupakan wanita yang

menggemari sastra lisan

Gorontalo. Kegemaran bersastra

lisan dibuktikannya sampai saat ini

berumur 68 tahun. Pendidikan

terakhir yang dienyam oleh Susi

Masi adalah sekolah dasar (SD).

Walaupun demikian, suatu kebanggan bagi beliau karena

termasuk salah satu masyarakat penembang sastra lisan

khususnya di daerah Batuda’a Pantai.Jenis sastra daerah

yang digeluti oleh Susi Masi adalah dikili. Ia pun sering

diundang untuk menembangkan sastra daerah saat ada

perayaan maulid nabi Muhammad SAW di masjid-masjid

di wilayah Batuda’a Pantai. Sampai saat ini, sastra lisan

dikili masih menjadi satu-satunya sastra lisan yang

digelutinya.

Page 54: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

40 Herman Didipu

AMRIN DJAPU

Amrin Djapu merupakan wanita yang lahir pada

tanggal 1 Januari 1959. Amrin Djapu atau lebih akrab

disapa dengan Ma Saya Nini diketahui menamatkan

pendidikan terakhir pada jenjang Sekolah Menengah Atas.

Sejak tahun 2000 silam, Amrin menjadi salah satu warga

yang ikut aktif menembangkan sastra lisan daerah. Sastra

lisan yang digeluti beliau adalah dikili. Dikili merupakan

sastra lisan yang biasa ditembangkan di masjid dalam

tradisi peringatan acara keagamaan.

Page 55: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 41

AMSIR SULEMAN

Amsir Suleman atau dikenal

dengan sebutan Kadua, merupakan

seorang pegiat budaya yang sudah

berusia 58 tahun. Beliau lahir di

Bolihutu’o pada 3 Juni tahun 1962.

Sekolah Dasar (SD) adalah

pendidikan terakhirnya dan

sekarang bekerja sebagai buruh

tani. Meskipun hanya bekerja

sebagai buruh tani tetapi beliau mempunyai perhatian

penuh pada pelestarian adat budaya Gorontalo. Hal ini

terlihat dari kemahiran beliau dalam bersastra lisan bunito.

Beliau biasa menembangkan sastra lisan bunito ini untuk

mengobati secara tradisional orang yang sakit. Bahkan

Kadua sering diundang oleh masyarakat luar Desa untuk

mengobati orang-orang yang sudah tidak pernah sembuh

oleh pengobatan medis atau rumah sakit. Semua bunito

yang dilafalkannya tidak lagi beliau baca pada kertas-kertas

yang bertuliskan mantra, tetapi semua lafal-lafalnya telah

tersimpan baik dalam ingatannya. Alamat tempat tinggal

beliau sekarang adalah Dusun II Pasir Putih, Desa

Bolihutu’o, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo.

Page 56: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

42 Herman Didipu

ARDIN TANGGUE

Ardin Tanggue atau biasa disapa Katiga Diini, lahir

di Gorontalo pada tanggal 11 Juli tahun 1950. Pendidikan

terakhir Katiga Diini yaitu tamatan Sekolah Dasar. Dalam

keseharian, Katiga Diini bekerja sebagai wiraswasta. Katiga

Diini berkedudukan sebagai pemangku adat atau utolia

dalam budaya Gorontalo. Beliau aktif menggeluti sastra

lisan tuja’i dan palebohu sejak tahun 1978. Dengan usia

menginjak 70 tahun, Katiga Diii masih aktif

menembangkan sastra lisan pada prosesi upacara adat

pernikahan dan biasanya juga diundang dalam berbagai

kegiatan peradatan di Provinsi Gorontalo.

Page 57: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 43

ARDINTJE MANTO

Ardiantje Manto lahir di Tilamuta Kabupaten

Boalemo Provinsi Gorontalo. Beliau lahir pada tanggal 10

Desember 1965. Ia merupakan salah satu ketua adat yang

masih aktif dalam menembangkan sastra lisan daerahnya.

Sastra lisan yang biasa beliau tembangkan yakni debe.

Debe merupakan salah satu sastra lisan Gorontalo yang

mendapat pengaruh ajaran agama Islam. Tradisi ini

biasanya dilakukan pada setiap malam Jumat, tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk dilaksanakan pada hari-hari

lainnya. Debe biasanya ditembangkan pada acara

khitanan, pernikahan, dan juga untuk perayaan maulid

nabi. Beliau mulai menembangkan sastra lisan tersebut

pada tahun 1986. Hingga saat ini, ia masih aktif menjaga

dan melestarikan sastra lisan ini sebagai bukti kecintaan

terhadap daerahnya. Prinsip beliau bahwa adat istiadat

para leluhur harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai

warisan bersama.

Page 58: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

44 Herman Didipu

ARMIN TABUTO

Armin Tabuto atau yang sering

disebut oleh masyarakat sekitar

dengan Opa Aru. Ia lahir di

Gorontalo, pada tanggal 1 Januari

tahun 1963. Pendidikan terakhir

yang ditempuhnya berhenti pada

jenjang Sekolah Menengah

Pertama. Opa Aru termasuk salah

satu anggota masyarakat penggiat

kebudayaan daerah Gorontalo. Jenis sastra daerah yang

digeluti oleh Opa Aru adalah mi’raji dan dikili. Kedua jenis

sastra lisan ini ditembangkan beliau saat perayaan hari-hari

besar Islam. Lokasi yang biasa digunakan Opa Aru untuk

menembangkan mi’raji dan dikili adalah masjid dan

sekolah. Perayaan hari besar Islam seperti ini telah menjadi

sebuah tradisi yang membuat daerah Gorontalo dijuluki

sebagai Kota Serambi Madinah. Perayaan tersebut

dilakukan dengan merujuk ke falsafah hidup daerah

Gorontalo “Adat bersendikan Sara’ dan Sara’ bersendikan

Kitabullah.

Page 59: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 45

ASGAR NIHE

Asgar Nihe merupakan salah satu tokoh adat

daerah Gorontalo. Beliau lahir di Tilamuta, Kabupaten

Boalemo, Provinsi Gorontalo pada tanggal 25 Februari

1944 dan telah wafat pada tahun 2016. Tokoh adat

Gorontalo satu ini merupakan tokoh adat yang seringkali

menembangkan sastra lisan daerah tuja’i untuk

memberikan nasehat kepada pasangan muda-mudi yang

akan memulai kehidupan berumah tangga. Tuja’i berisi

pujian, nasihat, dan petuah yang sering diucapkan pada

prosesi adat setempat, seperti acara lamaran, perkawinan,

pemberian gelar dan lainnya. Tuja’i merupakan puisi

bersajak dalam bahasa Gorontalo, namun puisi tersebut

tidak terikat oleh jumlah baris. Beliau mulai

menembangkan tuja’i pada tahun 1995. Meskipun beliau

hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat

Sekolah Menengah Atas, namun hal tersebut tidak

membuat lelaki yang biasa disebut Pasisa ini, pantang

menyerah. Hal ini dibuktikannya dengan penghargaan-

penghargaan yang diberikan kepadanya. Salah satunya

yakni piagam provinsi. Hal tersebut juga membuat Pasisa

menjadi Bate Boalemo dalam kedudukan adat Gorontalo.

Kisah Pasisa seharusnya dijadikan contoh oleh penerus

bangsa khususnya para kawula muda Gorontalo, untuk

dapat menjaga, merawat dan melestarikan kebudayaan

yang sudah ada sejak lama.

Page 60: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

46 Herman Didipu

ASIA KASADI

Asia Kasadi atau yang sering disapa Ita Siko, lahir di

Bolihutu’o, tanggal 3 Agustus 1953. Ita Siko yang sekarang

berumur 66 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh Ita

Siko adalah sekolah dasar. Sebagai ibu rumah tangga, ia

juga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam

melestarikan kebudayaan daerah Gorontalo. Sastra daerah

yang digeluti oleh Ita Siko adalah dikili, turunani, dan

buruda. Ita Siko menggeluti ketiga jenis sastra daerah ini

sejak tahun 1965 sampai saat ini. Untuk menembangkan

dikili, Ita Siko sering diundang di masjid-masjid yang

merayakan hari-hari besar Islam. Beliau sering diundang

untuk menembangkan turunani dan buruda di pesta-pesta

pernikahan atau di rumah warga yang memerlukan jasa

beliau. Saat ini, Ita Siko tinggal di Dusun 2 Pasir Putih, Desa

Bolihutu’o, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo.

Untuk naskah dari ketiga jenis sastra daerah yang

ditembangkan, masih disimpannya dengan baik.

Page 61: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 47

Dr. Hj. ASNA NTELU, M.Hum.

Dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra dan

Budaya, Universitas Negeri

Gorontalo, sejak 1988. Lahir di

Gorontalo, 9 Oktober 1962.

Menyelesaikan pendidikan dasar di

SDN Negeri 2 Gorontalo (1973),

SMP Negeri 1 Gorontalo (1977),

SPG Negeri 1 Gorontalo (1981).

Pada tahun yang sama melajutkan pendidikan sarjana di

FKIP Unsrat di Gorontalo dan lulus 1987. Pada 1996

menyelesaikan pendidikan pascasarjana S-2 di Universitas

Hasanuddin, Ujung Pandang. Terakhir, menyelesaikan

pendidikan S-3 (Doktor) dalam bidang linguistik di

Universitas Sam Ratulangi Manado pada 2012. Beberapa

jabatan yang pernah dipercayakan adalah (1) Sekretaris

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1999-2002); (2)

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (2002-2007);

(3) Pembantu Dekan II Fakultas Sastra dan Budaya (2008);

dan terakhir (4) Ketua Prodi S-2 Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia (2014). Saat ini beliau berdomisili di Jln.

Bandes No. 165 Komp. Perum Awara Karya, Kel. Liluwo,

Kecamatan Kota Tengah.

Beliau mulai intensif menggeluti sastra lisan daerah

Gorontalo sejak 2012. Kajian utamanya berfokus pada

ragam sastra lisan tuja’i, palebohu, piilu dan wungguli.

Beberapa kajian terhadap sastra lisan Gorontalo yang

berupa hasil penelitian, makalah dan artikel adalah: (1)

Nilai Budaya Cerita Rakyat Lahilote (Tinjaauan Struktural

Page 62: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

48 Herman Didipu

Semiotik); (2) Makna leksikal dalam Cerita Rakyat

Gorontalo (Suatu Kajian dengan Menggunakan Program

True Basic); (3) Sistem Simbol Verbal dan Nonverbal

dalam Upacara Adat Molalungo pada Masyarakat

Gorontalo; (4) Telaah Gaya Bahasa, Fungsi, dan Nilai

dalam Puisi Lisan Palebohu pada Upacara Adat Pernikahan

di Gorontalo; (5) Membangun Karakter Siswa melalui

Sastra Lisan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia; dan (6)

Pemberdayaan Generasi Muda dalam Melaksanakan Ritual

Adat Etnik Gorontalo (IbM Kota yang menghadapi krisis

pelaksana ritual peradatan (Pengabdian Masyarakat).

Page 63: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 49

ASRIN TALIB

Asrin Talib atau yang sering disapa

Papa Isan, adalah salah satu tokoh

masyarakat di Desa Botumoito,

Kecamatan Botumoito. Beliau lahir

pada tanggal 18 Juni 1970 di

Botumoito. Tokoh masyarakat ini

memiliki kedudukan adat sebagai

Baate Tundungio di Kecamatan

Botumoito. Ia juga salah satu tokoh

adat yang dinobatkan sebagai penganti Baate Lo Boalemo

pada tahun 2012. Hal itu dikarenakan Baate Boalemo yang

bernama Zakir Sanusi, telah meninggal dunia. Asrin Talib

pernah mengenyam pendidikan sampai pada tingkat

Sekolah Menengah Pertama. Pertama kali beliau menjadi

tokoh penutur sastra lisan Gorontalo pada tahun 1980.

Sastra lisan yang selalu dilantunkan adalah sastra lisan

tuja`i. Khusus pada pernikahan dan pemberian gelar adat

pada pemangku-pemangku adat yang berada di

Kecamatan Botumoito. Beliau seringkali menjadi penutur

tuja’i di pesta pernikahan dan rumah dinas lindiha lo lipa.

Karena sudah sekian lama menjadi penutur sastra lisan

tuja’i, beliau sudah mendapatkan salah satu gelar adat

yaitu Kilama dalam jenjang pembantu adat.

Page 64: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

50 Herman Didipu

DAHRUN CONO

Dahrun Cono, biasa disapa dengan Ayah Oto lahir

di Desa Suwawa, pada tanggal 17 Maret 1943. Pendidikan

terakhir Ayah Oto berakhir di SLTP atau Sekolah Lanjut

Tingkat Pertama. Meskipun beliau tidak mengenyam

pendidikan tinggi tetapi tidak membuat beliau putus asa

dalam melestarikan adat dan budaya Gorontalo. Ayah Oto

ini diketahui menggeluti beberapa jenis sastra lisan yang

ada di daerah Gorontalo, seperti tuja’i, palebohu, dikili,

debe, dan turunani. Bahkan sejak pada tahun 1970-an,

sebagai bentuk kebanggaan terhadap daerah Gorontalo,

Ayah Oto memiliki beberapa naskah tuja’i, dikili dan debe.

Dari keuletan Ayah Oto dalam menggeluti Sastra lisan

tersebut, menjadikan beliau sebagai tokoh adat Gorontalo.

Karena itu pulalah, masyarakat Gorontalo memberi

kepercayaan kepadanya sebagai ketua pemangku adat di

daerahnya sendiri. Beberapa sastra lisan yang sedang beliau

geluti biasa dipakai pada acara adat pernikahan maupun

kematian. Sampai saat ini beliau masih aktif dalam sastra

lisan yang dia geluti di Desa Tingkobuhu Timur, Kecamatan

Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.

Page 65: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 51

Dr. H. DAKIA N. DJOU, M.Hum.

Lahir di Kabupaten Gorontalo, 26

Agustus 1959. Beralamat di Jln.

Bandes No. 165, Kompleks Perum

Awara Karyas, Kel. Liluwo, Kec.

Kota Tengah, Kota Gorontalo.

Melalui jenjang pendidikan

formal, SD (1973), SMP (1977),

dan SPG 1981. Pada 1987

menyelesaikan pendidikan sarjana

di Universitas Sam Ratulangi, kemudian melanjutkan

pendidikan pascasarjana di Universitas Hasanuddin dan

lulus 1996, dan kembali ke Universitas Sam Ratulangi,

Manado, untuk menyelesaikan pendidikan S-3 (Doktor)

dalam bidang linguistik pada 2012. Dakia N. DjoU tercatat

sebagai dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorotalo

sejak 1988. Beberapa jabatan penting di lembaganya yang

pernah diduduki adalah (1) Kepala P2 M STKIP Negeri

Gorontalo tahun 1998-2000; (2) Kepala Pusat

Pengembangan Kebudayaan UNG tahun 2001-2003; dan

(3) Wakil Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Negeri Gorontalo periode 2014-2019.

Meskipun bergelut dalam bidang linguistik (ilmu bahasa),

tidak mengurangi kecintaan beliau dalam bidang sastra

daerah Gorontalo yang telah diminatinya sejak duduk di

bangku sekolah dasar. Hal itu terbukti dari banyaknya

karya penelitian yang memfokuskan kajian berbagai jenis

sastra lisan Gorontalo, seperti tuja’i, palebohu,

wumbungo, piilu, dan wungguli. Beberapa hasil penelitia

Page 66: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

52 Herman Didipu

yang telah disusun dan dipublikasikan adalah: (1) Nilai

Budaya Cerita Rata Rakyat Lahilote; (2) Bahasa Gorontalo

Ragam Adat; (3) Penggunaan Bahasa dalam Upacara

Pernikahan menurut Etnik Gorontalo; (4) Dialog

Peminangan dalam Bahasa Gorontalo; (5) Menelusuri

Proses Penuturan Bahasa Adat pada Acara Peminangan

bagi Masyarakat Gorontalo; (6) Tradisi Lisan sebagai Salah

satu sarana Pembentukam Karakter Anak Bangsa

(Makalah); (7) Tradisi Lisan sebagai Salah Satu Sarana

Pemertahanan Bahasa Gorontalo; (8) Tradisi Lisan dan

Kemajuan Teknologi antara “Ya dan Tidak” (Makalah).

Page 67: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 53

DANIAL MI’U

Danial Mi’u memiliki nama sapaan

Pa Ita, sebab nama sapaan itu lebih

dikenal oleh masyarakat setempat.

Ia lahir di Limbatuhu, Kecamatan

Batuda’a Pantai, Kabupaten

Boalemo, pada tanggal 4 Februari

1957. Pa Ita yang sehari-harinya

bekerja sebagai petani ini, memiliki

riwayat pendidikan SLTA (Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas). Di usia 63 tahun ini, beliau masih

memegang peranan dalam adat, yaitu memiliki kedudukan

dalam sistem adat sebagai timalaha. Pa Ita termasuk dalam

salah satu tokoh adat yang menggeluti sastra lisan daerah

khususnya tuja’i. Sastra lisan tuja’i ini digeluti beliau dari

tahun 2003 sampai dengan saat ini. Beliau sering

menembangkan tuja’i dalam acara pernikahan dan proses

lamaran. Salah satu daerah yang biasa mengundangnya

untuk menembangkan tuja’i yaitu daerah Batuda’a Pantai,

Kabupaten Boalemo.

Page 68: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

54 Herman Didipu

DARWIN RAUF

Darwin Rauf, biasa disapa dengan sapaan Wini.

Beliau dilahirkan di Desa Lemito, Kabupaten Pohuwato,

Provinsi Gorontalo pada tanggal 20 Januari 1959. Sehari-

harinya beliau berkerja sebagai seorang petani di

kampungnya. Pendidikan terakhirnya hanya sampai di

bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Walaupun beliau tidak

mengenyam pendidikan tinggi, tetapi tidak membuat

beliau putus asa dalam melestarikan sastra lisan yang ada

di daerah Gorontalo tersebut. Sekarang ia sedang

menggeluti sastra lisan yang ada di daerah Gorontalo.

Beliau cukup mahir bersastra lisan tinilo, mi’raji, dikili dan

buruda. Beliau menggeluti sastra lisan ini sejak dirinya

masih muda. Sastra lisan ini ditembangkannya pada acara-

acara perayaan hari besar seperti maulid nabi di mssjid atau

rumah-rumah warga terdekat yang ingin merayakan acara

keagamaan tersebut.

Page 69: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 55

DATUMI HUDJULI

Datumi Hudjuli lahir di Tilamuta pada tanggal 6

September 1976. Pekerjaan sehari-harinya adalah bertani.

Ia hanya mengenyam pendidikan pada jenjang SMP.

Datumi Hudjuli menggeluti sastra lisan daerah Gorontalo,

khususnya turunani. Hingga saat ini beliau selalu menjadi

penembang sastra lisan pada acara-acara adat seperti

pernikahan maupun acara keagamaan di rumah warga.

Ketertarikannya terhadap sastra lisan dimulai sejak tahun

2000 silam.

Page 70: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

56 Herman Didipu

DJAMILA SI’U

Djamila Si’u merupakan wanita

yang sering di sapa dengan Ma

Cura oleh masyarakat setempat.

Ma Cura lahir di Limbatuhu, 1 Juli

1947. Ma Cura yang sudah berusia

73 tahun, sehari-harinya aktif

menjadi guru mengaji di

lingkungannya. Riwayat

pendidikan terakhir Ma Cura

adalah sekolah dasar. Beliau menjadi salah satu penggiat

sastra daerah khususnya di sastra lisan dikili. Beliau sering

diundang untuk menembangkan dikili saat ada perayaan

mulid Nabi Muhammad saw., khususnya di daerah

Paguyaman Pantai. Kecintaan menembangkan dikili

dibuktikannya dengan menggeluti sastra daerah sejak

tahun 1976 dan masih aktif sampai sekarang.

Page 71: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 57

DJARIA SADI

Djaria Sadi atau yang sering

disapa No’u oleh masyarakat

setempat, lahir di Tutulo, tanggal

1 Januari 1966. Pendidikan

terakhir yang ditempuhnya

adalah sekolah dasar. Selain

sebagai ibu rumah tangga, No’u

termasuk dalam salah satu

anggota masyarakat yang aktif

menggeluti sastra daerah Gorontalo, khususnya lohidu dan

pantungi. No’u aktif menembangkan lohidu dan pantungi

sejak menginjak SD kelas 2. Beliau biasa diundang untuk

menembangkan lohidu dan pantungi untuk kegiatan seni

di sekolah-sekolah dan beberapa lokasi kegiatan yang

membutuhkan pertunjukan kedua jenis sastra lisan

tersebut.

Page 72: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

58 Herman Didipu

DON KATILI

Don Katili atau biasa disapa Pak Dono, lahir di

Gorontalo, 20 Januari 1972. Pada usia yang masih berusia

cukup muda, Pak Dono sudah berkecimpung dalam dunia

peradatan Gorontalo. Pendidikan terakhirnya adalah

lulusan Sekolah Dasar. Untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, sehari-harinya ia berkerja sebagai tukang. Pak

Dono dikenal sebagai seorang yang menggeluti jenis sastra

lisan Pa’ai Lo Hungo Lo Poli kurang lebih 20 tahun.

Page 73: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 59

ETI KASIM

Eti Kasim lahir pada tanggal 17 Juli

1955. Beliau lahir di Bulota,

Kecamatan Talaga, Kabupaten

Gorontalo. Eti Kasim atau yang

lebih akrab disapa dengan Tinggi

Eti merupakan salah satu pelestari

sasttra yang sampai kini masih aktif

dengan kegiatan pelestarian sastra

lisan daerah. Diketahui, riwayat

pendidikan Tinggi Eti hanya sampai pada jenjang SD.

Walaupun demikian, hal tersebut tidak membuat beliau

lupa untuk menjaga, merawat dan melestarikan

kebudayaan daerahnya. Pria 65 tahun ini mulai bergelut

dengan dunia sastra lisan pada tahun 2001, Sudah

berpuluh tahun Tinggi Eti menyisihkan waktunya bersama

dengan kawannya untuk menembangkan sastra lisan

daerah Gorontalo, khususnya dikili. Tinggi Eti biasanya

menembangkan sastra lisan tersebut di mesjid sekitar

tempat tinggalnya. Alasan beliau untuk terus

menembangkan sastra lisan dikili karena untuk menjaga

tugas keluarganya. Beliau merupakan kepala rumah tangga

yang menjunjung tinggi kewajibannya sebagai kepala

rumah tangga yang harus mengarahkan keluarganya untuk

terus menjaga dan mencintai adat istiadat yang telah ada

sejak lama.

Page 74: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

60 Herman Didipu

EWE MAHMUD

Ewe Mahmud oleh masyarakat sekitar lebih dikenal

dengan sapaan Oma Ewe. Ia lahir di Gorontalo, 7 Mei

1946. Pendidikan terakhir Oma Ewe yaitu Sekolah Dasar.

Ia aktif menggeluti sastra lisan dikili terutama pada saat

perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam usia yang

sudah menginjak 74 tahun ini, Oma Ewe masih semagat

untuk terus menggeluti sastra lisan Gorontalo. Usia senja

beliau tidak sedikitpun menyurutkan semangatnya untuk

melestarikan dikili sebagai salah satu khazanah kebudayaan

Gorontalo.

Page 75: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 61

FAHRUDIN PAKAYA

Fahrudin Pakaya lahir pada 18

September 1975 di Gorontalo.

Lelaki yang biasa di sapa Pulu. Ia

secara formal menamatkan

pendidikan terakhirnya pada

jenjang Sekolah Menengah Atas.

Ia juga merupakan salah salah satu

warga yang dikenal sebagai tokoh

sastra lisan daerah Gorontalo di

Desa Hulawa, Kabupaten Gorontalo. Hal ini dibuktikan

dari kedudukanya dalam anggota kelompok dikili. Sejak

tahun 2015, Ka Pulu memulai kegemarannya dalam

bersastra lisan. Tidak membutuhkan waktu yang cukup

lama, Ka Pulu dengan cepat dan piawai menembangkan

sastra lisan dikili. Sampai saat ini, Pulu masih aktif dalam

menembangkan dikili untuk memperingati Maulid Nabi di

Masjid Nurul Iman. Selain itu, ia pun dikenal sebagai sosok

yang ramah dan aktif dalam kegiatan adat lainnya. Alasan

ia mempelajari sastra lisan dikili karena di lingkungan

keluarganya hampir semua keluarga dekatnya piawai

menembangkan dikili tersebut. Ibu dan bapaknya pun

adalah tokoh masyarakat yang bergeluti dalam

kebudayaan Gorontalo khususnya sastra lisan Gorontalo.

Keterampilannya menembangkan diliki telah menjadi

pekerjaan sampingannya juga untuk memberikan nafkah

dalam keluarganya. Ketika perayaan maulid nabi,

Fahrudin Pakaya seringkali mendapatkan tolangga yang

berisikan makanan-makanan khas daerah Gorontalo.

Page 76: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

62 Herman Didipu

FARHA DAULIMA

Lahir di Gorontalo, 21 Juli 1945.

Menyandang gelar Sarjana Muda

Hukum dari Universitas Islam

Yogyakarta pada 1965. Ia

merupakan pensiunan Pegawai

Negeri Sipil dengan jabatan

terakhir sebagai Kepala Bidang

Pengkajian dan Pengembangan

BP7 Kota Gorotalo pada 1999.

Selanjutnya, ia memfokuskan perhatian pada usaha

pelestarian seni dan budaya Gorontalo. Itulah sebabnya,

Farha Daulima dikenal sebagai seorang seniman dan

budayawan Gorontalo. Ia berprinsip, “Opi-opiyohu lo

ta’uwa lo lipu, momaya to lipu, motonggo lipu, debo ta

mondo lipu”. Artinya, ‘Sebaik-baiknya pemimpin negeri,

mengabdikan diri kepada negeri, mensejahterakan negeri,

adalah berasal dari negeri itu sendiri’.

Sebagai seorang seniman dan budayawan Gorontalo,

Farha Daulima tidak hanya berbakat dalam mengingat

atau menghafal berbagai ragam budaya termasuk sastra

lisan Gorontalo. Ia juga produktif dalam

mendokumentasikan berbagai ragam kebudayaan tersebut

dalam bentuk tulisan. Tercatat hampir 50 buah tulisan

yang telah dihasilkannya. Dua buah novel sejarahnya,

yaitu (1) novel Tragedi Benteng Otanaha; (2) novel sejarah

Ti Laga-Laga (Kisah tentang Perang Panipi di Dataran

Gorontalo), mengantarkan ia sebagai juara 1 tingkat

nasional penulisan novel sejarah pada 1989. Salah satu

karya besar beliau adalah buku Tata Upacara Adat

Page 77: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 63

Gorontalo (ditulis bersama Hi. Medi Botutihe) pada 2003.

Buku ini menjadi salah satu referensi ilmiah dalam

penelitian atau pengkajian kebudayaan termasuk sastra

lisan Gorontalo.

Sastra daerah lisan Gorontalo merupakan salah satu fokus

perhatiannya. Beberapa ragam sastra lisan yang telah

diabadikan dalam buku adalah, tuja’i, wungguli, piilu,

lumadu, tahuli, palebohu, wombuwa, tinilo. Berikut di

antara terbitan buku Farha Daulima yang berkaitan dengan

sastra daerah lisan Gorontalo, (1) Mbu'i Bungale:

Himpunan Dongeng Anak Daerah Gorontalo; (2)

Hulondalangi: Roman Bernuansa Sejarah dan Budaya

Daerah Gorontalo; (3) Kancing Ti Laga Laga; (4) Mengenal

Sejarah Terbentuknya Kerajaan Boalemo; (5)Wombuwa;

(6) Lumadu: (Ungkapan) Sastra Lisan Daerah Gorontalo;

(7) Sastra Lisan "Tahuli"; (8) Terbentuknya Kerajaan

Limboto Gorontalo; (9) Mengenal sastra lisan daerah

Gorontalo; (10) Cerita anak sebelum tidur daerah

Gorontalo; (11) Tata Cara Adat Perkawinan pada

Masyarakat Adat Suku Gorontalo; (12) Mengenal Alat

Musik Tadisional Daerah Gorontalo.

Page 78: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

64 Herman Didipu

FARID TOILI

Farid Toili lahir pada 6 Juni 1971.

Farid Toili merupakan lelaki yang

bekerja sebagai seorang petani di

Desa Motilango, Kecamatan

Tibawa, Kabupaten Gorontalo.

Lelaki kelahiran Labanu yang biasa

disapa Farid ini, dimata

masyarakat adalah orang yang

bersahaja dan memiliki jiwa sosial

yang tiinggi. Beliau pernah merasakan dunia pendidikan

formal pada peringkat sekolah dasar. Di Desa Motoliango

Farid memiliki kedudukan sebagai pemangku adat. Sebagai

seorang pemangku adat, ia memiliki keterampilan dalam

menembangkan sastra lisan daerah Gorontalo, yaitu tuja’i.

Biasanya Farid menembangkan tuja’i pada saat

peminangan (Tolo Balango), pada upacara pernikahan di

Desa Motilango. Masyarakat sering mempercayakan

upacara-upacara adat kepada lelaki yang bersahaja ini

sebagai utolia (perantara untuk pihak pengantin lelaki)

ketika mengantarkan pengantin laki-laki pada saat datang

ke rumah pengantin wanita. Selain pada acara peminangan

adat, Farid pun sering menembangkan sastra lisan tuja’i

pada upacara adat istiadat lainnya di Desa Motilango.

Kepiawaiannya dalam menembangkan tuja’i ia peroleh

sejak tahun 2000 dan sampai sekarang ia masih aktif

menjadi penembang sastra lisan tersebut.

Page 79: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 65

FATMA ABAS

Fatma Abas, lahir pada tahun 1952 di Gorontalo.

Fatma Abas tinggal di Desa Bulota, Kecamatan Telaga,

Kabupaten Gorontalo. Fatma Abas atau yang sering disapa

Ci’i Ima ini merupakan ibu rumah tangga yang pernah

mengenyam pendidikan terakhir di Sekolah Dasar (SD).

Fatma Abas dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu

wanita yang ahli dalam bersastra lisan. Sastra lisan yang

dimaksud ialah dikili. Walaupun usianya sudah menginjak

68 tahun, tetapi ia masih aktif menjadi anggota dalam

pelestarian budaya khususnya sastra lisan Gorontalo. Sejak

tahun 2001, Ci’i Ima menggeluti dikili dan aktif

menembangkannya di masjid sekitar tempat tinggalnya.

Page 80: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

66 Herman Didipu

FATMA MA’RUF

Fatma Ma’ruf lahir 2 April 1941 di Gorontalo.

Fatma Ma’ruf adalah seorang ibu rumah tangga yang

menamatkan pendidikan terakhirnya di sekolah dasar.

Masyarakat Bongo mengenal wanita ini sebagai seorang

penggiat sastra lisan daerah Gorontalo, sebab menguasai

beberapa jenissastra lisan daerah Gorontalo. Wanita yang

dikenal dengan sapaan Susi ini selalu aktif di kegiatan

masyarakat. Walaupun tidak memiliki kedudukan dalam

adat, ia tetap ikut serta dalam kegiatan adat di daerahnya.

Keahlianya dalam dalam menembangkan tinilo, dikili,

sa’iya, debe, turunani dan buruda membuat susi sering

diundang di masjid, pesta hajatan pernikahan, maupun

peringatan 40 hari setelah wafatnya seseorang.

Kecintaanya terhadap sastra lisan daerah Gorontalo,

dibuktikannya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Hal

inilah yang membuat Susi dikenal sebagai tokoh

masyarakat yang ahli dalam bersastra lisan oleh

masyarakat setempat.

Page 81: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 67

FATMA WOLANGO

Fatma Wolango dengan sapaan

Mama Ima lahir di Gentuma, 2

Maret 1969. Beliau menduduki

perangkat adat sebagai anggota

adat di Desa Gentuma. Dalam

kesehariaanya Ma Ima hanya

sebagai ibu rumah tangga dan

pekerjaan tetapnya adalah sebagai

petani. Dalam kesehariannya

sebagai petani, Fatma telah menyelesaikan pendidikannya

di tingkat Madrasah Aliya (MA). Berbekal pendidikan yang

beliau tempuh tersebut, Ma Ima menyalurkan baca tulis al-

Qurannya untuk menggeluti ragam sastra lisan Gorontalo

yaitu dikili. Hal itu searah dengan pendidikan beliau

karena teks dikili bertuliskan dalam aksara bahasa Arab.

Tahun 2010 adalah awal dari Ma Ima belajar melantunkan

syair-syair tersebut hingga sekarang. Ma Ima sering

menembangkan sastra lisan tersebut pada perayaan maulid

nabi yaitu di 12 Rabiul Awal dengan tempat

pelaksanaannya di masjid-masjid yang menyelenggarakan

dikili.

Page 82: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

68 Herman Didipu

Dr. FATMAH AR. UMAR, M.Pd.

Lahir di Tamboo, 4 Januari 1960.

Menyelesaikan pendidikan dasar

di SDN 2 Tamboo (1974), SMP di

PGS Muhammadiyah Kota

Gorontalo (1979), dan Madrasah

Aliyah Muhammadiyah Kota

Gorontalo (1981). Kemudian

melanjutkan pendidikan tinggi S-1

di Universitas Samratulangi (lulus

1987), S-2 di IKIP Negeri Malang (lulus 1997), dan

menyelesaikan pendidikan S-3 pada Prodi Pendidikan

Bahasa (dan Sastra) Indonesia dari Universitas Negeri

Malang (2010). Dalam keseharian, Fatmah Umar bertugas

sebagai dosen tetap di Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri

Gorontalo sejak 1988. Beliau banyak dipercayakan

menduduki jabatan penting di tempat tugasnya, di

antaraya (1) Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa

Indonesia STKIP Gorontalo (1997-2000); (2) Kepala

Pemagangan LPM STKIP Gorontalo (1998); (3) Pengelola

Bengkel Seni PBS STKIP Gorontalo (1999-2000); (4) Kabag

Kemahasiswaan IKIP N. Gorontalo (2002-2004); (5)

Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan UNG

(2004-2006); (6) Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia FSB UNG (2010-2014); hingga pada 2015-

2017 dipercayakan mendudukan jabatan Ketua Program

Studi S-3 Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana UNG.

Beliau beralamat di Jl. Arif Rahman Hakim Kelurahan

Page 83: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 69

Wumialo Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo (Blkg RRI

Gorontalo).

Sejak duduk di bangku kuliah S-1 tepatnya tahun 1981-

1982, Fatmah Umar telah bergelut dengan sastra lisan

Gorontalo. Lebih khusus lagi, beliau mendalami sastra lisan

tuja’i. Banyak penelitian yang ditulis dan telah

dipublikasikan menggarap sastra lisan tuja’i. Karya besar

beliau dalam kajian sastra lisan tuja’i adalah ketika

menyusun penelitian disertasi S-3 di Univeritas Negeri

Malang dengan judul “Wacana Tujaqi pada Prosesi Adat

Perkawinan Masyarakat Suwawa Kabupaten Bone

Bolango Provinsi Gorontalo” (2010). Karya besar tersebut

diabadikan dalam bentuk buku Ideologi Tujaqi: Analisis

Wacana Kritis (2011). Beliau tergolong dosen yang

produktif karena banyak mempublikasikan karya tulis baik

dalam bidang pendidikan, bahasa, sastra, maupun sastra

lisan Gorontalo.

Beberapa karya penting beliau adalah: (1) Wacana Tujaqi

pada Prosesi Adat Perkawinan Masyarakat Suwawa Kab.

Bone Bolango Provinsi Gorontalo (Disertasi) Thn 2010; (2)

Ideologi Tujaqi: Analisis Wacana Kritis (Buku) (2011); (3)

Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Etnografi da

Komunikasi (2010); (4) Pebelajaran Budaya di Era

Globalisasi (Makalah) Thn 2011; (5) Sosok Ideal Manusia

Generasi Indonesi 2045 Dilihat dari Representasi Ideologi

Wacana Tujaqi (2012); (6) Konkretisasi Wacana Tujaqi

Melalui Analisis Wacana Kritis (Makalah) Thn 2016; (7)

Wacana Tujaqi dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikn

(Makalah) Thn 2016; (8) Kearfan Lokal dan Komunikasi

Lintas Budaya dalam Konteks Pendidikan (2017); (9)

Page 84: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

70 Herman Didipu

Pelestarian Budaya Suwawa Berbasis Lingkungan (2017);

(10) Representasi Budaya Tumbilo Tohe dalam Bingkai

Tradisi dan Modernitas (2018); (11) Cerminan Kehidupan

Sosial Budaya Masyarakat Suwawa dalam Bingkai Tradisi

dan Modernitas (2019).

Page 85: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 71

HADI KANALIA

Hadi Kanadi atau yang sering

disapa oleh masyarakat Pa’ Ana,

lahir di Limbatuhu, Kecamatan

Batuda’a Pantai, Kabupaten

Boalemo, pada 4 Juli 1947.

Kedudukan Pa’ Ana dalam sistem

adat sebagai Utoliya. Beliau

menggeluti jenis sastra lisan

daerah, yaitu mi’raji. Pa Ana

biasanya menembangkan mi’raji pada saat memperingati

isra mikraj Nabi Muhammad saw., khususnya di daerah

Paguyaman Pantai. Riwayat pendidikan terakhir Pa Ana

adalah sekolah dasar. Beliau meninggal dunia di usia 61

tahun dan dikebumikan di Limbatuhu, Batuda’a Pantai,

Kabupaten Boalemo pada tanggal 28 November 2008.

Walaupun beliau telah meninggal, namun beliau tetap

dikenang dan dikenal sebagai penembang sastra lisan yang

hebat di mata masyarakat Limbatuhu.

Page 86: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

72 Herman Didipu

HADIJA AHMAD

Hadija Ahmad lahir di Kabupaten Gorontalo,

tepatnya di Kecamatan Telaga, Desa Bulota. Dilahirkan

pada tanggal 3 Februari 1948. Wanita yang sering disapa

masyarakat dengan sebutan Aci Dari ini merupakan salah

satu penggiat sastra yang gemar melestarikan sastra lisan.

Ia mulai aktif menembangkan sastra lisan pada tahun 2001.

Hal ini dimulainya dengan menembangkan salah satu

sastra lisan yakni dikili di masjid tempat tinggalnya.

Meskipun, riwayat pendidikannya hanya sampai tingkatan

Sekolah Dasar, tetapi hal tersebut bukanlah halangan bagi

Aci Dari untuk terus melestarikan kebudayaan yang

terdapat di daerahnya. Wanita 72 tahun ini merupakan

seorang kepala rumah tangga di keluarganya. Walaupun

seringkali disibukkan dengan tugasnya menjadi kepala

rumah tangga yang harus mengurus dan memenuhi segala

kebutuhan dalam keluarganya, ia selalu menyisihkan

waktu untuk ikut menembangkan dikili bersama teman-

temannya untuk memenuhi kegiatan adat istiadat.

Page 87: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 73

HADIJA POU

Hadija Pou biasa disapa dengan sebutan sehari-hari

Ta Oku. Beliau dilahirkan di Desa Popayato, Kabupaten

Pohuwato dari keluarga yang sederhana bertepatan pada

tanggal 18 Januari pada tahun 1959. Perempuan yang

sudah lansia ini hingga sekarang masih bersemangat

melantunkan sastra lisan Gorontalo, yaitu Tinilo dan Dikili.

Ta Oku menempuh pendidikan terakhir di bangku Sekolah

Dasar. Aktivitas sehari-harinya sebagai Ibu Rumah Tangga.

Sastra lisan tinilo tersebut, selain biasa dipakai dalam acara

memperingati 40 hari kematian seseorang, juga

dilantunkan saat memperingati perayaan Maulid Nabi

Muhammad saw..

Page 88: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

74 Herman Didipu

HADIJAH IBRAHIM

Hadijah Ibrahim atau biasa disapa Ma Inggi, lahir

di Gorontalo pada tanggal 12 Juni 1966. Pendidikan

terakhir Ma Inggi yaitu Sekolah Dasar. Pekerjaan sehari-

hari Ma Inggi sebagai ibu rumah tangga. Ma Inggi dikenal

sebagai salah seorang tokoh budaya yang menggeluti

berbagai jenis sastra lisan. Beberapa ragam sastra lisan yang

biasa ditembangkan adalah tinilo, leningo, lohidu,

pantungi, dikili, debe, dan buruda. Kebiasaannya dalam

menembangkan sastra lisan Gorontalo telah dimulai sejak

tahun 1980-an. Secara umum, beliau menembangkan

satsra lisan pada prosesi upacara adat pernikahan,

pemakaman, dan hari-hari besar keagamaan seperti

peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Untuk ragam

lohidu dan pantungi, biasanya ditembangkan dalam situasi

santai di mana pun ia berada.

Page 89: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 75

HALIMAH NADIKU

Halimah Nadiku atau lebih dikenal dengan sapaan

Sisa Ima. Menjadi penggiat sastra daerah sudah digeluti

wanita kelahiran Gorontalo ini sejak berusia 13 tahun.

Dengan usia yang terbilang masih sangat belia, ia mulai

belajar menekuni sastra daerah dikili. Ia menekuni sastra

daerah dikili sejak tahun 2007 hingga sekarang. Saat

berusia 13 tahun Sisa Ima telah menamatkan pendidikan

Sekolah Dasar, namun karena faktor ekonomi pendidikan

Ima tidak dapat berlanjut pada tingkat Sekolah Menengah

Pertama. Sisa Ima menekuni beberapa sastra daerah

Gorontalo, yaitu Tinilo, Taleningo, Lohidu Pantungi,

Dikili, Debe, dan Buruda hingga sekarang usianya sudah

berumur 50 tahun. Ketekunan dalam menggeluti sastra

daerah telah membuahkan hasil, Sisa Ima kini telah

menjadi salah satu anggota pemangku adat Kabupaten

Bone bolango. Keberhasilan menjadi anggota yang sudah

diakui masyarakat luas membuat Sisa Ima mulai

mendapatkan pekerjaan sampingan untuk mengisi acara-

acara keagamaan, baik yang dilaksanakan di masjid

maupun rumah warga. Selain sebagai penggiat sastra

daerah, Sisa Ima tidak pernah melupakan kodratnya

sebagai perempuan yang bekerja ibu rumah tangga.

Page 90: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

76 Herman Didipu

HAMZAH ALI

Hamzah Ali atau kerap disapa Hamu, lahir pada 9

Februari 1957 di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai,

Kabupaten Gorontalo. Hamu merupakan salah seorang

pemerhati budaya yang banyak menggeluti bidang sastra

lisan Gorontalo, di antaranya dikili, turunani, dan buruda.

Terhitung sejak tahun 1995, Hamzah Ali menggeluti

bidang sastra lisan tersebut. Sebagai anggota pemangku

adat di desanya, ia masih aktif menembangkan berbagai

jenis sastra lisan ini di masjid maupun rumah-rumah warga

di sekitar desanya. Walaupun hanya bisa menyelesaikan

pendidikannya di tingkatan Sekolah Dasar (SD), namun ia

memiliki kedudukan yang baik di mata masyarakat sebagai

sastrawan lisan daerah. Di dalam kesehariannya, ia bekerja

sebagai seorang petani. Ia juga tetap menyibukkan dirinya

dalam menggeluti sastra lisan daerah.

Page 91: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 77

HANIRA LADIKU

Hanira Ladiku biasa disapa dengan

Sisa Hani lahir di Desa Bongoine,

pada tanggal 15 September pada

tahun 1953. Beliau menempuh

pendidikan terakhir di SD. Sisa

Hani turut andil dalam

melestarikan adat dan budaya yang

ada di daerah Gorontalo,

khususnya jenis satra lisan debe. Ia

diketahui sedang menggeluti sastra lisan yaitu debe sejak

pada tahun 2015 bertepatan pada usianya 52 tahun.

Sekarang beliau masih aktif dalam kedudukannya sebagai

anggota debe di Desa Bongopini, Kabupaten Bone

Bolango.

Page 92: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

78 Herman Didipu

HANO BOTUTIHE

Hano Botutihe atau dengan sebutan Ma Kuni

Hano. Hano lahir di Gorontalo pada 7 Desember 1941.

Kesibukan menjadi seorang ibu rumah tangga tidak

membuat semangat Ma Kuni Hano surut untuk menjaga

kelestarian adat istiadat dan kebudayaan daerah tempat

kelahirannya. Pendidikan terakhirnya yang hanya sebatas

SD tidak membuat dirinya kesulitan untuk menekuni sastra

daerah Gorontalo. Ada beberapa jenis sastra daerah yang

dikuasainya, yaitu tinilo, lumadu, dikili, turunani dan

buruda. Ketekunan yang ditunjukkan olehnya selama

kurang lebih 20 tahun hingga sekarang membuat dirinya

dikenal masyarakat sebagai salah satu tokoh adat di Desa

Butu, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango.

Selain dikenal luas masyarakat berkat kepiawaian yang

ditunjukkannya, Ma Kuni Hano sering diundang untuk

menembangkan sastra daerah yang digeluti di rumah-

rumah warga yang melaksanakan hajatan.

Page 93: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 79

HANO KUNE

Hano Kune lahir pada tanggal 1 Juli 1997 di Desa

Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Hano

kune atau yang sering disapa dengan Oma Haji ini,

merupakan salah satu pelestari sastra lisan Gorontalo

gemar menembangkan sastra lisan ditempat tinggalnya.

Wanita 63 tahun ini, merupakan seorang ibu rumah tangga

yang diketahui tingkat pendidikannya hanya sampai di

tingkat sekolah dasar. Meskipun, disibukan dengan

tugasnya seorang ibu rumah tangga yang mengatur segala

keperluan dan kebutuhan anggota keluarga, hal tersebut

tidak menyurutkan rasa cinta oma haji terhadap

kebudayaan yang ditinggalkan leluhurnya. Oma haji mulai

menggeluti sastra lisan pada tahun 2000. Sudah 20 tahun

lamanya, beliau merawat dan melestarikan

kebudayaannya. Hal ini dimulainya dengan

menembangkan dikili di masjid sekitar rumahnya, hingga

menjadi ahlul dalam bidang sastra lisan dikili di Desa

Hulawa. Diketahui, alasan oma haji untuk terus merawat

dan melestarikan sastra lisan dikili, bukan hanya karena

kecintaanya terhadap sastra lisan namun juga dikili

merupakan adat istiadat yang telah ada sejak lama. Karena

itu, ia berprinsip bahwa sudah sepatutnya masyarakat

Gorontalo untuk terus merawat, mencintai, dan

melestarikan kebudayaan daerahnya.

Page 94: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

80 Herman Didipu

HAPIPA HULUNGGI

Hapipa Hulunggi lahir pada tahun 1944.

Perempuan kelahiran Bongopini ini biasa disapa dengan

Oma Tinggi. Beliau menamatkan pendidikan terakhir

Sekolah Dasar, di Desa Bongopini, Kabupaten

Bonebolango. Oma Tinggi merupakan salah satu tokoh

adat yang menggeluti sastra daerah tinilo. Ketekunan

beliau dalam menggeluti sastra daerah telah membuat

dirinya menjadi ketua adat tinilo di Desa Bongopini. Beliau

menggeluti sastra daerah sejak 45 Tahun yang lalu. Ia

sering menembangkan sastra lisan tinilo di rumah-rumah

warga yang berduka. Biasanya, Oma Tinggi diundang saat

ada pihak keluarga yang menurunkan pa’ita saat 40 hari

setelah kematian anggota keluarga. Alamat tempat tinggal

beliau saat ini di Desa Bongopini, Kabupaten Bone

Bolango, Provinsi Gorontalo.

Page 95: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 81

Dr. H. HARTO MALIK, M.Hum.

Lahir di Gorontalo, 4 Oktober

1966. Pendidikan sekolah dasar

dari SDN 2 Dungaliyo (1980),

SMPN Strandar Bongomeme

(1983), SMAN Limboto (1986).

Kemudian melanjutkan pendidikan

sarjana di Universitas Samratulangi

(1991), pendidikan pascasarjana di

Universitas Gajah Mada, dan

berhasil meraih gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada

2000. Terakhir beliau menyelesaikan pendidikan Doktor

di Universitas Negeri Jakarta pada 2012. Beberapa jabatan

penting pernah dipercayakan kepadanya, di antaranya (1)

Kepala Laboratorium Bahasa STKIP Gorontalo; (2) Kepala

Perpustakaan STKIP Gorontalo; (3) Sekretaris Jurusan

Bahasa Inggris STKIP Gorontalo; (4) Sekretaris Bidang

Kerjasama STKIP Gorontalo; (5) Sekretaris Tim

Pengembang IKIP Negeri Gorontalo; (6) Pembantu Dekan

Bidang Akademik FSB UNG; (7) Dekan Fakultas Sastra dan

Budaya UNG; dan sejak 2019 s.d. sekarang menjabat

Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Negeri

Gorontalo.

Meskipun berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris,

tidak menyurutkan kecintaan beliau terhadap bahasa dan

sastra daerah Gorontalo sebagai tanah kelahirannya. Hal

tersebut dibuktikan dengan keseriusan beliau melakukan

penelitian dalam bidang sastra lisan Gorontalo. Dalam

penyelesaian studi S-3 di Universitas Negeri Jakarta (2010),

beliau memfokuskan kajian pada ragam sastra lisan

Page 96: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

82 Herman Didipu

Gorontalo lohidu, dengan judul Lohidu sebagai Ragam

Pantun pada Masyarakat Gorontalo: Suatu Kajian

Etnografi. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian

pertama yang secara spesifik dan njelimet mengungkap

berbagai aspek dalam sastra lisan lohidu. Lohidu

merupakan jenis pantun Gorontalo selain paantugi dan

pa’iya lohungolopoli. Lohidu umumnya terdengar

dilagukan, berirama, bahkan diiringi dengan alat musik

berupa gambus dan marwas. Isi lohidu juga banyak

berhubungan dengan cinta muda-mudi.

Tidak hanya berhenti pada kebutuhan penelitian akhir

studi program doktor, hasil penelitian terhadap lohidu pun

telah dipresentasikannya dalam berbagai forum ilmiah.

Salah satu kegiatan tersebut, mendapatkan Piagam

Penghargaan dalam Seminar Internasional yang diadakan

di Universitas Brawijaya, Malang. Kontribusi beliau dalam

usaha pengembangan sastra lisan lohidu, bersama tim, Dr.

Harto Malik menulis buku yang berjudul Lohidu: Pantun

of Gorontalo (2016). Hal menarik dalam buku ini adalah,

terjemahan pantun lohidu ke dalam dua bahasa, yaitu

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ini merupakan usaha

yang sangat luar biasa karena lohidu tidak hanya bisa

dinikmati oleh orang Gorontalo, lebih luas lagi, lohidu

dapat dinikmati oleh orang-orang se-Indonesia, hingga

masyarakat internasional. Dengan begitu, sastra lisan

Gorontalo lohidu tidak hanya bisa dikenal oleh

masyarakat lokal, tapi nasional, bahkan hingga taraf

internasional.

Page 97: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 83

HARUN ABDULLAH

Harun Abdullah atau yang sering

disapa Harun. Lahir di Desa Pangi,

3 Juni 1968. Saat ini, beliau

berdominsili di Desa Rumbia,

Kecamatan Botumoito, Kabupaten

Boalemo. Beliau salah satu penggiat

sastra lisan daerah Gorontalo,

khususnya sastra lisan dikili. Saat ini,

beliau aktif menembangkan sastra

lisan dikili di rumah, masjid dan acara penikahan.

Pendidikan terakhir yang ditempuhnya adalah Sekolah

Dasar. Bapak Harun Abdullah dan kelompoknya akan

terlihat secara berkelompok saat perayaan Maulid Nabi

Muhammad saw. di masjid-masjid Kabupaten Boalemo.

Jika perayaan maulid nabi telah selesai, beliau dan

kelompoknya biasa menembangkan syair-syair dikili di

rumah warga. Waktu menembangkan dikili di rumah

warga, biasanya mereka memiliki jadwal khusus. Untuk di

pesta pernikahan, mereka melantunkan dikili untuk

mengisi rangkaian acara pernikahan setelah proses akad

nikah dilaksanakan.

Page 98: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

84 Herman Didipu

HAWARIA HAMSIA

Hawaria Hamsia biasa disapa oleh masyarakat

dengan Mami Olau. Beliau lahir pada tanggal 7 Juli 1967.

Ia merupakan wanita kelahiran Bongo, Batudaa Pantai,

Gorontalo. Beliau menempuh pendidikan terakhirnya di

sekolah dasar pada tahun 1973 sampai 1978. Untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mami Olau mencari

nafka dengan bekerja sebagai perajin kerawang. Pekerjaan

tersebut sudah ditekuninya sejak tahun 2001 sampai

sekarang. Mami Olau juga dikenal oleh masyarakat sebagai

salah satu tokoh adat yang berkedudukan sebagai anggota.

Terpilihnya ia sebagai tokoh adat karena sampai sekarang

Hawaria melestarikan dan mengembangkan sastra

lisandaerah Gorontalo. Sastra lisan yang digeluti

diantarnya adalah dikili, debe, dan buruda. Biasanya

beliau menembangkan sastra lisan tersebut di beberapa

tempat di antaranya masjid dan rumah warga. Pada saat

memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. beliau

pun ikut serta dalam menembangkan dikili. Selain itu,

Mami Olau juga sering menembangkan sastra lisan Buruda

di rumah warga yang sedang melaksanakan hajatan

pernikahan. Kecintaanya terhadap sastra lisan Gorontalo

dibuktikan dengan aktivitas bersastra lisannya sejak tahun

1981 hingga sekarang ini. Hal ini dilakukanya agar sastra

lisan daerah gorontalo tetap lestari dan tidak hilang

tergerus zaman.

Page 99: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 85

HEMIS GOIYO

Hemis Goiyo atau yang biasa disapa Pak Imam. Ia

lahir di Tilamuta pada 12 Maret 1969. Sekarang beliau

menjabat sebagai kasisi dalam struktur adat di desanya.

Pendidikan terakhirnya adalah Madrasah Tsanawiah atau

setingkat SMP. Berbekal lulusan MTs, Pak Imam

menggeluti sastra lisan Gorontalo mi`raji. Suara yang

merdu dan khas menjadi cirinya ketika menembangkan

miraji di masjid-masjid di desanya. Sejak 2001, Hermis

Goiyo sudah menggeluti sastra lisan tersebut, dan sudah

dipercaya oleh masyarakat Desa sebagai penembang

mi`raji tetap di lingkungan desanya. Berkat keahliannya

beliau sudah mendapat berbagai macam penghargaan dari

pihak dinas parawisata sebagai tokoh pelestari budaya

Gorontalo. Tidak hanya itu, Hemis gaiyo juga sering

mendapatkan undangan pribadi sebagai penembang

mi`raji di pagelaran-pagelaran budaya Gorontalo di

Gorontalo.

Page 100: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

86 Herman Didipu

HERLINA ABDULLAH

Herlina Abdullah yang akrab

dipanggil Ta Chi adalah

perempuan kelahiran Tilamuta, 10

Desember 1965. Wanita

berkacamata ini adalah seorang

Sarjana Pendidikan (S.Pd.) yang

menjadi guru di Sekolah Dasar

Negeri 7, Botumoito, Kabupaten

Boalemo. Meskipun tugas utamanya sebagai seorang guru

di sekolah, ia tetap menjaga bahkan melestarikan budaya

Gorontalo. Wanita yang tegas dan penuh pendirian ini

memiliki keahlian di bidang sastra lisan. Terdapat dua

sastra lisan yang dgelutinya yaitu debe dan sastra lisan

turunani. Ketertarikannya untuk mempelajari dua sastra

lisan tersebut, bermula ketika melihat banyak teman-

teman seperjuangannya aktif bahkan selalu

menembangkan sastra lisan di setiap minggunya. Dengan

melihat kebiasaan teman-temannya tersebut, membuat

semangatnya muncul bahkan tidak pernah pudar

menembangkan sastra lisan. Beliau sudah bergelut dengan

sastra lisan ini sejak berusia 39 tahun atau tepatnya pada

tahun 2003. Ibu Herlina biasa menembangkan debe setiap

pekan sekali, tepatnya setiap malam Jumat. Adapun

turunani biasa ditembangkan pada acara pernikahan.

Sekarang beliau bertempat tinggal di Dusun II Pasir Putih,

Desa Bolihutu’o, Kecamatan Botumoito, Kabupaten

Boalemo.

Page 101: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 87

HERLINA NUSI

Herlina Nusi lahir pada tanggal 29

November 1975. Beliau lahir di

Desa Bongo, Kabupaten

Gorontalo. Wanita yang lebih

akrab disapa dengan Bibi Ina ini,

diketahui hanya dapat menempuh

pendidikan hingga tingkat Sekolah

Dasar. Dengan tekunnya, beliau

mulai menggeluti sastra lisan pada

tahun 2012 di tengah-tengah kesibukannya sebagai ibu

rumah tangga. Bibi Ina tetap konsisten dan berperan aktif

dalam menembangkan sastra lisan dikili dan debe di mesjid

sekitar tempat tinggalnya. Sastra lisan tersebut biasanya

ditembangkannya bersama kelompoknya pada saat

penyambutan tamu di desa atau tempat tinggalnya.

Page 102: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

88 Herman Didipu

HINDAR SAHIHU

Hindar Sahihu, akrab disapa dengan Pada’a. Ia lahir

di Pinogu, pada 1 Januari 1961. Pendidikan terakhir adalah

Sekolah Dasar. Sejak tahun 1990-an, ia menggeluti

beberapa jenis sastra lisan Gorontalo, yaitu Tuja’i,

Palebohu, Tinilo, Lohidu dan Pantungi, Pa’ia Lo Hungo Lo

Poli, Tanggomo, Me’eraji, Dikili, Sa’iya, Debe, Turunani,

dan Buruda. Sebagai bentuk kecintaan terhadap daerah

Gorontalo, beliau bahkan memiliki beberapa naskah sastra

lisan yang sudah digelutinya, di antaranya, naskah Tinilo,

Me’eraji, Dikili, Sa’iya, Debe, Turunani, dan Buruda.

Keuletan dalam menggeluti sastra lisan tersebut,

menjadikannya sebagai tokoh adat Gorontalo dan telah

menerima beberapa penghargaan dari pemerintah daerah.

Tidak hanya merupakan salah satu tokoh adat Gorontalo,

beliau juga memiliki kedudukan sebagai Imam di Wilayah

4 Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango.

Page 103: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 89

ISMAIL DJUMULI

Ismail Djumuli adalah tokoh sastra

lisan mi’raji di daerah Kabupaten

Gorontalo. Ia mulai menggeluti

sastra lisan Mi’raji pada tahun 1943

hingga sekarang. Ia juga dikenal

oleh masyarakat sebagai wali-wali

adat. Lelaki kelahiran Tibawa,

pada 24 April 1972 ini, biasa

disapa Paci oleh masyarakat

setempat. Walaupun beliau hanya mengenyam

pendidikan sekolah dasar, namun Paci memiliki kedudukan

sangat penting dan sentral di dalam tingkatan keadatan.

Ismail Djumula menduduki perangkat adat bagian Bibito.

Paci sering menembangkan sastra lisan Mi’raji dalam

kegiatan peringatan hari-hari besar Islam lebih khususnya

pada peringatan isra mikraj Nabi besar Muhammad saw.

ketika melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke

Masjdil Aqsa dan dari Masjidil Aqsa ke sitdrotul muntoha

untuk melaksanakan perintah Allah Swt. Keahliannya

dalam menembangkan Mi’raji menghasilkan suatu

kebanggaan yang luar biasa bagi dirinya bahkan

keluarganya. Paci menjadi salah satu anggota masyarakat

yang dinobatkan sebagai budayawan daerah ketika

pelantikan adat istiadat Gorontalo yang dilaksanakan oleh

pemerintah desa dan kecamatan. Penghargaan tersebut dia

dapatkan, di samping Ismail Djumuli sebagai penembang

mi`raji, beliau juga sering mengajari pemuda-pemuda desa

menembangkan sastra lisan tersebut.

Page 104: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

90 Herman Didipu

ISMAIL HABIBU

Ismail Habibu dilahirkan pada tanggal 21 Agustus

1943 di Bone Pantai. Pria yang lebih akrab disapa dengan

Ka’da suma ini merupakan salah satu pemangku adat yang

masih aktif dalam menembangkan sastra lisan di

daerahnya. Dalam kesehariannya, Ka’da suma bekerja

sebagai seorang petani. Ka’da suma hanya dapat

menyelesaikan pendidikanya hingga tingkat sekolah dasar.

Beliau mulai menembangkan sastra lisan Gorontalo pada

tahun 2010. Terhitung telah sepuluh tahun beliau menjaga

warisan leluhurnya. Sastra lisan yang biasa beliau

tembangkan yakni tuja’i dan dikili. Tuja’I merupakan puisi

bersajak dalam bahasa Gorontalo, namun tidak terikat

oleh jumlah baris. Tuja’i berisi pujian, nasihat, dan petuah

yang sering diucapkan pada prosesi adat setempat, seperti

acara lamaran, perkawinan, pemberian gelar dan lainnya.

Adapun dikili merupakan sebuah tradisi turun temurun

yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo dalam

memperingati hari kelahiran Rasulullah Muhammad saw.

atau yang lebih dikenal dengan perayaan maulid Nabi.

Page 105: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 91

ISMAIL MALIU

Ismail Maliu, lelaki yang biasa lebih akrab disapa

Ka Ise. Lahir di Tinemba, 11 Oktober 1950. Pendidikan

terakhirnya hanya sampai pada jenjang Sekolah Dasar.

Usaha dan semangat untuk melestarikan sastra lisan daerah

Gorontalo begitu kuat, khususnya jenis sastra lisan tuja`i.

Beliau menggeluti ini sejak 20 tahun yang lalu. Beliau

menembangkan tujai pada acara-acara pesta pernikahan.

Kedudukannya dalam adat sekarang adalah anggota yang

masih aktif dalam mengikuti acara-acara adat istiadat,

terutama adat pernikahan.

Page 106: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

92 Herman Didipu

ISWAN LAHAY

Iswan Lahay atau yang sering dipanggil dengan

Pakuni Iru oleh masyarakat setempat, lahir di Lemito,

tanggal 07 Juli 1971. Beliau yang sekarang berusia 49

tahun, pernah menempuh pendidikan di SD Lemito.

Walaupun demikian, beliau memiliki kedudukan dalam

adat, Pakuni Iru diberi gelar sebagai Wu’u. Pekerjaan

beliau saat ini adalah petani di daerah Lemito. Pakuni

termasuk dalam salah satu penggiat sastra lisan daerah

Gorontalo. Jenis sastra lisan yang digeluti oleh beliau

adalah tuja’i dan mala-mala. Beliau menggeluti kedua jenis

sastra daerah ini sejak beliau berumur 20 tahun. Untuk

kedua jenis sastra daerah ini, Pakuni Iru sering diundang

untuk menembangkan tuja’i dan mala-mala di acara

pernikahan di daerah setempat. Pakuni Iru sendiri pernah

diberi penghargaan oleh pemerintah dalam bentuk piagam

kabupaten di tahun 2010. Hal itu membuatnya semakin

mencintai dan ingi lebih melestarikan sastra daerah

Gorontalo.

Page 107: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 93

IWAN BARUWADI

Iwan Baruwadi lahir di Upomela,

5 Desember 1962. Dalam

kesehariannya, Irwan Baruadi

sering di sapa dengan panggilan

Kaci`i Bago. Ia beralamat di Desa

Huntulohulawo Kecamatan

Bongomeme kabupaten

Gorontalo. Sekolah Dasar adalah

bangku pendidikan terakhirnya.

Pekerjaan sehari-harinya adalah petani yang menggarap

lahannya sendiri yang tidak jauh dari pemukiman warga di

Huntulohulawo. Hidup di lingkungan masyarakat desa

yang kental dengan berbagai sastra lisan Gorontalo, Kaci`i

Bago memiliki keahlian yang tidak banyak dimiliki oleh

orang-orang pada umumnya. Dia bisa melantunkan sastra

lisan Gorontalo lohidu dan pantungi dengan sesukannya

tanpa harus melihat dan membuat terlebih dahulu teks

tersebut. Semua yang ditembangkannya sudah terpola

dalam kepala beliau sehingga dengan mudah beliau

menembangkan Lohidu dan pantungi. Tahun 1985

merupakan awal Kaci`i menggeluti sastra lisan tersebut

hingga sekarang. Untuk menembangkannya, beliau sering

mengiringi orang-orang bermain jambra bahkan sering

beliau berbalas pantun dengan para pendengar atau

penonton. Ia juga masuk pada sastra lisan Gorontalo pa`ia

lo hungolopoli. Untuk menembangkannya, Kaci`i Bago

biasanya diundang oleh warga yang melaksanakan

khitanan atau biasanya juga sampai di pelaminan Kaci`i

mengiringi pengantin. Selama menggeluti lohidu pantungi

Page 108: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

94 Herman Didipu

dan pa`ia lo hungolopoli beliau pernah meraih pemenang

I dalam lomba pantungi di tingkat Desa Huntulohulawa.

Page 109: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 95

IWAN YUSUF

Pria kelahiran Gorontalo, 26 September 1958 yang

memiliki nama lengkap Iwan Yusuf merupakan salah satu

tokoh penggiat sastra lisan daerah. Pria yang akrab disapa

Iwan ini, memiliki latar belakang pendidikan Sekolah

Menengah Atas. Selain itu, Iwan juga merupakan

pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Memiliki profesi sebagai

Pegawai Negeri Sipil tidak membuat dia hengkang dalam

melestarikan adat istiadat dan budaya daerah tercinta.

Setelah menjadi pensiunan Pegawai Negeri Sipil, beliau

secara aktif mulai menggeluti sastra lisan daerah, yaitu

tuja’i. Dua tahun terakhir, terhitung sejak tahun 2018,

beliau mulai dikenal masyarakat sebagai salah satu tokoh

adat di tempat kelahirannya, yaitu Kelurahan Tumbihe,

Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Tuja’i

merupakan puisi dalam bahasa Gorontalo yang berisi

pujian, nasihat, dan petuah yang biasanya diucapkan pada

prosesi adat setempat. Berkat kepiawaiannya dalam

melantunkan tuja’i, beliau seringkali diundang dalam acara

pernikahan, molo’apu, dan pulana di Kelurahan Tumbihe.

Namun, tidak hanya melantunkan tuja’i di rumah warga,

pria kelahiran Gorontalo ini juga sering diundang

melantukan tuja’i di kediaman iladiya atau camat.

Page 110: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

96 Herman Didipu

JANTU ABDULLAH

Jantu Abdullah lahir di Kecamatan

Tilamuta, Kabupaten Boalemo

pada tanggal 8 Oktober 1935, oleh

masyarakat setempat biasa di sapa

Pa Ade Yantu. Pekerjaan Pa Ade

Yantu adalah petani dan

pendidikan terakhirnya adalah

Sekolah Dasar. Pada tahun 1950, ia

sudah menggeluti beberapa jenis

sastra lisan, di antaranya adalah sastra lisan dikili, sa’iya,

dan buruda. Dari ketiga sastra lisan tersebut yang paling

digeluti oleh Pa Ade Yantu adalah sastra lisan dikili. Beliau

sering menembangkan sastra lisan dikili ini dalam perayaan

hari besar Islam atau dalam perayaan Maulid Nabi

Muhammad saw. Sekarang beliau tinggal di Dusun Pasir

Putih, Desa Bolihutu’o, Kecamatan Botumoito, Kabupaten

Boalemo.

Page 111: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 97

JERITA TAGUGE

Jerita Taguge, wanita paruh baya

ini bertempat tinggal di Dusun I,

Alumbango, Desa Bolihutu`o,

Kabupaten Boalemo Di samping

sebagai ibu rumah tangga, ia juga

merangkap sebagai seorang pegiat

sastra lisan. Keseharianya yang

berkutat dengan keluarganya tidak

menyurutkan semangat beliau

tetap berkarya di tengah-tengah masyarakat. Wanita

kelahiran tahun 1965 ini, adalah wanita yang memiliki

kepribadian yang sangat baik. Dalam keseharianya ia

dikenal sebagai wanita pendiam, namun tetap dengan

kemurahan senyumnya. Masyarakat setempat

memangilnya Ma Kuni Koci. Tidak hanya mengurusi

keluarga dan menggiatkan budaya sastra lisan Gorontalo,

beliau juga berprofesi sebagai petani aktif di desanya. Di

pagi hari sembari menyiapkan keperluan sekolah untuk

anak-anaknya, dia juga tidak lupa mempersiapkan segala

kebutuhannya untuk mengerjakan ladang perkebunannya.

Pendidikan terakhir beliau hanyalah Sekolah Dasar (SD),

keadaan itu terjadi kerena keterbatasan ekonomi yang

mereka hadapi kala itu. Terdapat tiga sastra lisan

Gorontalo yang dikuasainya, di antaranya adalah dikili,

debe, dan turunani. Beliau sudah bergelut dengan sastra

lisan sejak tahun 2012 atau tepatnya saat beliau berumur

42 tahun. Biasanya beliau sering menembangkan sastra

lisan di perayaan hari besar Islam. Tujuh tahun lebih beliau

menekuni sastra lisan tersebut, dengan penuh kebahagiaan,

Page 112: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

98 Herman Didipu

sebab dengan terjunnya ia menggeluti sastra lisan

Gorontalo, banyak teman baru yang ia temukan. Bahkan,

ada yang dari luar kabupaten yang memiliki keahlian sama

seperti yang dia kuasai.

Page 113: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 99

JIBA UMAN

Jiba Uman atau yang kerap disapa denga Iki Nou

ini, lahir di Desa Bongo, Kabupaten Gorontalo. Wanita

yang lahir pada tahun 1962 ini, merupakan salah satu

tokoh sastra daerah yang aktif dalam menembangkan

sastra lisan daerah gorontalo. Sehari-hari wanita ini bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Riwayat pendidikannya hanya

sampai tingkat sekolah dasar. Namun, Iki Nou

membuktikan hal tersebut bukanlah penghalang untuknya

dalam ikut serta merawat, menjaga, dan melestarikan

sastra lisan yang berada di daerahnya. Iki nou mulai

menggeluti dan menembangkan sastra lisan daerah pada

tahun 1990. Beragam jenis sastra daerah yang sering

ditembangkannya, yakni tinilo, dikili, sa’iya, debe,

turunani dan buruda. Sastra lisan tersebut biasanya

ditembangkan Iki Nou pada saat pesta pernikahan,

peringatan 40 hari kedukaan, dan perayaan maulid nabi.

Hal tersebut dilakukannya untuk menjaga adat istiadat

yang telah ada sejak lama.

Page 114: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

100 Herman Didipu

JUFRI AMARA

Jufri Amara lahir di Hutu’o, 16 September 1967.

Jufri Amara atau yang sering disapa Ka Nonu ini

menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA). Ia merupakan lelaki yang dikenal

oleh masyarakat sebagai orang yang ahli dalam bersastra

lisan. Tak hanya itu, beliau pun merupakan seorang

mayulu-mayulu atau yang menjadi penjaga atau bagian

pengamanan di setiap pelaksanaan kegiatan adat. Karena

itu pulalah, ia menjadi kepala lingkungan di tempat

tinggalnya. Salah satu sastra lisan yang ia gelutiadalah

tuja’i. Tuja’i digelutinya sejak tahun 2019. Walaupun

belum begitu lama dalam bersastra lisan, tetapi ia sudah

dikenal terampil dan mahir dalam menembangkan tuja’i.

Dia menembangkan tuja’i di upacara adat pernikahan.

Dengan keahlian tersebut, membuat beliau aktif menjadi

pelestari budaya di Gorontalo.

Page 115: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 101

JUMRAN TAWA’A

Jumran Tawa’a lahir di Motolohu

tahun 1950. Lelaki yang akrab

disapa Ka Ku’u ini tinggal di Desa

Motolohu, Kecamatan

Randangan, Kabupaten

Pohuwato. Jumran Tawa’a

menamatkan pendidikan

terakhirnya di sekolah dasar (SD).

Walaupun demikian, ia bekerja

sebagai seorang wirausaha di desanya. Di usianya yang

tidak lagi muda, Jumran Tawa’a masih bergelut dengan

sastra lisan daerah Gorontlo. Hal ini dibuktikannya dengan

mengikuti aktivitas pelestarian kebudayaan. Sastra lisan

yang digelutinya ialah turunani dan buruda. Hal itu telah

ia geluti dan tembangkan sejak tahun 1978 atau ketika

sekitar usianya masih 28 tahun. Dengan naskah yang

dipegangnya, Jumran Tawa’a sering menembangkan sastra

lisan ini di upacara adat pernikahan.

Page 116: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

102 Herman Didipu

KADAR ABUBAKAR

Kadar Abubakar atau biasa disapa Pak Dari, lahir di

Gorontalo, 10 Januari 1970. Usia 50 tahun, merupakan

usia yang tidak muda lagi, namun hal itu tidak menurunkan

motivasi beliau untuk melestarikan kebudayaan

Gorontalo, khususnya sastra lisan me’eraji. Pendidikan

terakhir Pak Dari adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai nelayan. Oleh

masyarakat setempat, Pak Dari dipercaya untuk menjadi

imam di desanya. Pada masa-masa peringatan Isra Mikraj,

tepatnya pada bulan Rajab, Pak Dari banyak mendapat

undangan untuk mengisi perayaan Isra Mikraj tersebut

secara tradisional, yaitu melantunkan sastra lisan me’eraji.

Pekerjaan sampingan sebagai pelantun me’eraji sudah

digelutinya sejak 10 tahun lalu.

Page 117: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 103

KARIM L. ABUDI

Karim L. Abudi sering disebut dengan sapaan Paci

atau Pa Kuni. Ia lahir di Boludawa pada 1 Januari 1993.

Pendidikan terakhir Pakuni hanya sampai di Sekolah Dasar.

Meskipun tidak mengeyam pendidikan tinggi, Pakuni

pernah diangkat sebagai Kepala Desa. Dia merupakan

salah satu tokoh adat Gorontalo yang memiliki kedudukan

sebagai Wu’u. Beberapa jenis sastra lisan yang digelutinya

yaitu Tuja’i, Palebohu, Tinilo, Lohidu, Pantungi, Piliu, dan

Buruda. Sejak tahun 1956 ia sudah menggeluti sastra lisan

tersebut. Pakuni menembangkan sastra lisan ini di acara-

acara tertentu seperti di acara pernikahan, kematian,

penyambutan tamu, momulanga dan doa arwah 40 hari.

Sebagai bentuk kecintaan terhadap daerah Gorontalo,

Pakuni bahkan memiliki beberapa naskah sastra lisan yang

digeluti, di antaranya, naskah tinilo, dan buruda. Keuletan

dalam menggeluti sastra lisan tersebut, menjadikan Pakuni

sebagai tokoh adat Gorontalo dan telah menerima

beberapa penghargaan.

Page 118: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

104 Herman Didipu

KARTIN NURDIN

Kartin Nurdin atau akrab disapa masyarakat Desa

Butu dengan sebutan Sisa Kara. Ibu rumah tangga kelahiran

Gorontalo 7 Desember 1960 ini, menduduki jabatan

sebagai ketua atau ahlul adat di Desa Butu, Kecamatan

Tilongkabila, Kabupaten Bone bolango. Beliau memiliki

latar belakang pendidikan Sekolah Dasar. Kini beliau

memiliki kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga.

Latar belakang pendidikan Sekolah Dasar tidak membuat

beliau patah semangat untuk menjaga kelestarian tradisi

dan budaya daerah Gorontalo. Kartin memiliki

kecenderungan pada sastra daerah dikili. Sastra daerah

dikili sering dilantukan dalam rangka memperingati maulid

Nabi Muhammad saw. Lantunan dikili akan menggema di

seluruh belahan daerah Gorontalo secara bersamaan

setelah selesai salat Isya hingga Subuh. Inilah keunikan dari

adat istiadat dan budaya daerah yang dijuluki sebagai

serambi madinah setelah Aceh yang mendapat julukan

serambi Mekkah. Tidak hanya itu, kegiatan modikili juga

sering dimeriahkan dengan adanya tradisi walima atau kue

berhias yang penuh dengan makna simbolik.

Page 119: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 105

LATIFA KINO

Latifa Kino, wanita ini lahir pada tahun 1947 di

Kota Gorontalo. Latifa Kino ini lebih akrab di sapa dengan

Ma Ita Latifa. Dalam kesehariannya Ma Ita Latifa bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Beliau menempuh pendidikan

terakhir pada tingkat SD. Beliau sekarang mempelajari

beberapa jenis sastra lisan Gorontalo. Salah satunya adalah

dikili yang sudah digelutinya sekitar kurang lebih 10 tahun

yang lalu. Beliau biasa menembangkan dikili pada acara

untuk memperingati maulid nabi. Latifa Kino biasa

menembangkan dikili di masjid atau di rumah warga di

Desa Buhu, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone

Bolango.

Page 120: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

106 Herman Didipu

LENI THALIB

Leni Thalib merupakan wanita

yang lahir pada 3 Maret 1968 di

Gorontalo. Sekarang ia bertempat

tinggal di Desa Bongo. Masyarakat

Desa Bongo sering menyapa ibu

rumah tangga ini dengan panggilan

Ta Eni. Walaupun ia hanya seorang

ibu rumah tangga, namun Ta Eni

sapaan akrabnya, juga ikut serta

dalam kegiatan di masyarakat seperti acara pernikahan,

akikah, doa syukuran, dan biasanya juga beliau menjadi

penyambut tamu. Masyarakat mengenal Ta Eni sebagai

salah satu tokoh wanita yang menggeluti sastra lisan

Gorontalo. Hal itu dibuktikan dengan keterampilanya

dalam menembangkan tinilo atau syair-syair yang

digunakan untuk mengantar batu nisan di hari yang ke

empat puluh kematian dan juga syair yang diharapkan

dapat menghibur keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, Ta

Eni pun sering menembangkan debe setiap malam Jumat

di masjid. Ketertarikannya pada sastra lisan daerah

Gorontalo bermula pada tahun 2006. Hingga saat ini, Ta

Eni aktif dalam kegiatan-kegiatan adat di Desa Bongo.

Page 121: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 107

LEWAN LAHAY

Lewan Lahay dilahirkan di Lemito, pada tanggal 7

Juli tahun 1971. Beliau lebih akrab dengan sapaan Pakuni

Iru. Jalur pendidikan beliau memang hanya sampai dan

berhenti di Sekolah Dasar. Walaupun demikian,

pengetahuannya tentang sastra lisan daerah Gorontalo

sangat baik dan bervariasi. Beliau memiliki kedudukan adat

sebagai Wu’u di Suwawa, Kabupaten Bone Bolango bukti

dari keluasan pengetahuannya. Jenis sastra lisan yang

digeluti Pakuni Iru yaitu, tuja’i dan mala-mala.

Ketertarikannya dalam menggeluti sastra lisan daerah

Gorontalo bermula sejak 20 tahun yang lalu. Sastra lisan

yang ia geluti sekarang biasa ditembangkan pada pesta

pernikahan. Dengan keuletan dalam menggeluti sastra lisan

Gorontalo, beliau sudah menerima sebuah penghargaan

dari kabupaten setempat pada tahun 2010.

Page 122: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

108 Herman Didipu

LUKMAN OLI`I

Lukman Oli`i atau biasa di sapa Ka

Nuku. Ia lahir di Gentuma pada 10

Oktober 1966. Dengan usia seperti

itu, beliau masih aktif berkecimpung

dengan lingkungan adat di

daerahnya. Tokoh yang lahir di

Desa Gentuma tersebut telah

menamatkan jenjang

pendidikannya sampai pada tingkat

SMA. Dengan kepiawaian bersastra lisan di tengah-tengah

masyarakat, Ka Nuku diangkat oleh para petinggi adat

sebagai anggota dalam lingkaran adat di Desa Gentuma.

Keahliannya tidak diragukan lagi tatkala menembangkan

mala-mala. Mala-mala merupakan sastra lisan ragam adat

yang biasa dilantunkan sebagai pembuka sebelum

melakukan tuja`i pada acara-acara besar di daerah, seperti

penyambutan tamu negeri yang disebut ta`uwa lo lipu.

Sejak tahun 2005, Ka Nuku sudah dipercayakan untuk

menembangkan sastra lisan tersebut. Bahkan, Ka Nuku

dipercayakan sebagai petugas tetap untuk mengantar

khatib ke atas mimbar dengan menembangkan mala-mala

di masjid ketika menunaikan salat idul fitri.

Page 123: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 109

MAHMUD HAMZAH

Mahmud Hamzah lahir di

Kecamatan Batuda’a Pantai,

Kabupaten Gorontalo, tepatnya di

Desa Bongo, pada 19 juli 1963.

Mahmud Hamzah yang oleh

masyarakat sering disapa Kawali

Mudi berkedudukan sebagai

pemangku adat di Desa Bongo,

Kecamatan Batuda’a. Kawali Mudi

mengenyam pendidikan sekolah dasar pada tahun 1969

dan tamat pada tahun 1976. Dalam kesehariannya, Kawali

Mudi bekerja sebagai imam masjid dan seorang

wiraswasta. Sejak tahun 2013, Kawali Mudi bergelut dalam

dunia pelestarian dan pengembangan kebudayaan

Gorontalo, dalam hal ini sastra lisan mi’raji. Kawali Mudi

biasa menembangkan mi’raji di masjid pada setiap

peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad saw.

Page 124: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

110 Herman Didipu

MAKU DJAFAR

Maku Djafar lahir di Duhiyada’a

pada tahun 1958. Oleh

masyarakat, Maku Djafar kerap

disapa Pa Imam. Hal tersebut

melihat keaktifannya dalam

bidang keagaamaan, Maku Djafar

juga bertugas sebagai imam masjid

di Desanya. Maku Djafar hanya

bisa menamatkan pendidikannya

pada tingkat Sekolah Dasar (SD) Duhiyada’a. Selain aktif di

bidang keagamaan, Maku Djafar juga aktif di bidang

pelestarian budaya, sastra lisan Gorontalo. Di antara sastra

lisan yang digelutinya yaitu tinilo, dikili, dan debe. Maku

Djafar biasa menembangkan tinilo pada peringatan malam

ke-40 setelah seseorang meninggal dunia yang

dilaksanakan oleh keluarga yang berduka. Maku Djafar

biasa menembangkan dikili pada setiap perayaan Maulid

Nabi Muhammad saw. Beliau dikenal sebagai guru bagi

setiap orang yang meminati sastra lisan dikili. Sedangkan

debe dilantunkan setiap malam jumat di masjid

kampungnya.

Page 125: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 111

Prof. Dr. MANSOER PATEDA

Lahir di Gorontalo tahun 1940 dan

meninggal dunia pada usia 70

tahun, tepatnya pada 4 September

2010. Beliau menyelesaikan

pendidikan Sarjana (1970),

kemudian melanjutkan pendidikan

pascasarjana di Universitas Leiden

(1976-1977) dalam bidang

Linguistik, dan terakhir meraih

gelar Doktor Linguistik dari Universitas Hasanuddin,

Makassar (1986). Sejak bertugas sebagai dosen, beliau

banyak dipercayakan menduduki jabatan strategis di

lembaganya. Di antaranya adalah (1) Sekretaris Jurusan

Pendididikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (2) Kepala Biro

Umum, (3) Pembantu Dekan Muda 1 Fakultas Sastra dan

Seni IKIP Negeri Manado Cabang Gorontalo (1966-1970);

dan terakhir (3) Direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Gorontalo.

Di kalangan akademisi, khsususnya para pakar linguistik di

Indonesia, nama Prof. Mansoer Pateda sudah tidak asing

lagi karena pemikiran dan karya-karya besarnya. Beliau

aktif menulis dan mempresentasikan makalah dalam

berbagai pertemuan ilmiah, baik tingkat lokal, nasional,

hingga internasional. Artikel-artikel ilmiahnya telah

diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah. Nama besar beliau

pun dikenal lewat buku-buku ilmiah yang ditulis dan

diterbitkan secara nasional. Beberapa di antaranya adalah,

(1) Semantik Leksikal; (2) Linguistik Terapan; (3)

Page 126: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

112 Herman Didipu

Sosiolinguistik; (4) Linguistik (Sebuah Pengantar); (5)

Fonologi; (6) Morfologi; dan (7) Analisis Kesalahan.

Di kalangan budayawan, pemangku adat, bahkan

masyarakat Gorontalo pada umumnya, nama besar Prof.

Mansoer Pateda sangat dikenal. Pemikiran dan karya-

karya monumental beliau akan terus dinikmati/dibaca oleh

generasi masa kini, hingga masa akan datang. Kepakaran

dalam bidang linguistik dipraktikkannya dalam bentuk

kajian-kajian ilmiah terhadap bahasa, sastra, dan budaya

Gorontalo. Beberapa karya beliau dalam bidang bahasa,

sastra, dan budaya Gorontalo adalah: (1) Kamus Bahasa

Gorontalo-Indonesia; (2) Kamus Indonesia-Gorontalo; (3)

Kaidah Bahasa Gorontalo; (4) Risalah Bahasa Gorontalo;

(5) Peribahasa Gorontalo; (6) Kamus Bahasa Suwawa-

Indonesia; (7) Morfologi Dialek Bune Bonda; (8) Sistem

Perulangan Bahasa Atinggola; (9) Geografi Dialek Bahasa

Gorontalo; (10) Pantun Nasehat Gorontalo; (11) Budaya

Penghambat Pembangunan; (12) Ejaan Bahasa Gorontalo;

(13) Cerita Nenekku; (14) Cerita untuk Anak dalam Bahasa

Gorontalo dan Bahasa Indonesia; (15) Pembelajaran

Muatan Lokal Bahasa Gorontalo untuk tingkat SD dan

SMP; (16) Panduan Prosesi Upacara yang Bernuansa Adat

Gorontalo. Karya besar beliau sebelum akhir hayatnya

adalah terjemahan Alquran ke dalam Bahasa Gorontalo

(bersama tim).

Sebagai penghargaan terhadap jasa-jasa Prof. Mansoer

Pateda semasa hidup, beliau dianugerahi gelar adat “Ta

Lopo’olamahe Popoli” yang artinya ‘Putra terbaik bangsa

pelestari budaya Gorontalo’. Kemasyhuran nama Prof.

Mansoer Pateda pun disandingkan dengan nama-nama

Page 127: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 113

tokoh besar dari Gorontalo, seperti Hans Bague Jassin

(H.B. Jassin), Jusuf Syarief Badudu (J.S. Badudu).

Page 128: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

114 Herman Didipu

MANSUR DALI

Haji Mansyur Dali, S.Pd., sering

disapa juga sebagai Pak Tengku,

merupakan tokoh pendidikan yang

dikenal luas masyarakat di

Kabupaten Gorontalo Utara,

Provinsi Gorontalo. Ia berprinsip

tidak akan pernah bosan mendidik

generasi bangsa khususnya di

daerah ini. Ia dikenal aktif melestarikan bahasa dan budaya

daerah Gorontalo di kalangan pelajar, semasa ia masih

menjadi guru hingga memasuki masa pensiun sejak 1

Agustus 2011. Bahkan, hingga mulai menikmati masa

pensiun, langkah melestarikan bahasa Gorontalo itu terus

ia lakukan mulai dari lingkungan keluarga, yaitu anak-anak

dan para cucu, warga di sekitar rumah hingga masyarakat

luas. Yang menarik, ia dikenal memiliki banyak koleksi

pantun (pantungi). Dengan kedalaman pengetahuannya

tentang sastra daerah sehingga hampir semua jenis sastra

lisan Gorontalo pun ia pahami dengan baik.

Ratusan penghargaan yang ia raih di dunia pendidikan

sejak meniti karir pada tahun 1971 sebagai guru honorer di

Kota Manado, Sulawesi Utara hingga pensiun pada jabatan

Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Ponelo Kepulauan.

Di antaranya, ia pernah meraih Juara I guru teladan tingkat

Kabupaten Gorontalo Utara dan Juara II guru teladan

tingkat Provinsi Gorontalo. Meski telah memasuki usia

senja, pria kelahiran Kwandang 3 Juli 1951 ini mengaku,

takkan pernah bosan dan patah semangat untuk berbagi

Page 129: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 115

ilmu pengetahuan yang dimiliki baik kepada guru maupun

para generasi muda di daerah ini. Alasan tersebut membuat

ia hingga saat ini memilih aktif di beberapa organisasi yang

bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan, di

antaranya Gerakan Pramuka serta mengembangkan kursus

rumahan karya sastra Inggris yang dipadukan dengan

Bahasa Gorontalo, yang ia kelola bersama putri

bungsunya, Mimi Dali yang juga mengikuti jejaknya

sebagai guru sastra jurusan Bahasa Inggris. Peraih

penghargaan sebagai Ketua Dewan Kehormatan Guru

Tergiat Kabupaten Gorontalo Utara ini mengaku, telah

berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di daerah

ini agar semakin maju dan mampu melahirkan generasi

bangsa mandiri, berkualitas dan berdaya saing

(https://gorontalo.antaranews.com/berita/9969).

Beberapa kali ia turut berpartisipasi dalam kegiatan Kantor

Bahasa Provinsi Gorontalo dengan melatih para pelajar

dan komunitas sastra dalam usaha memperkenalkan sastra

lisan tanggomo, pantungi, lohidu, dan pa’iya lo hulango

poli.

Page 130: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

116 Herman Didipu

MARIYA TAIB

Mariya Taib atau biasa disapa Aci Kona, lahir di

Kota Utara tepatnya di Dusun Biluntu pada tanggal 9 Juni

1950. Pendidikan terakhir Aci Kona yaitu Sekolah

Menengah Pertama. Pekerjaan sehari-hari Aci Kona sebagai

penjahit di daerah beliau tinggal. Aci Kona dikenal sebagai

salah seorang yang menggeluti jenis sastra lisan dikili sejak

tahun 1970 hingga sekarang. Ia biasa menembangkan

sastra lisan dikili pada perayaan maulid Nabi Muhammad

saw, tepatnya pada bulan Rabiul Awal hijiriah.

Page 131: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 117

MARTA KAMARU

Marta Kamaru lebih akrab disapa dengan Ta Ata.

Wanita ini lahir di Desa Suwawa, 30 September tahun

1960. Beliau menempuh pendidikan terakhir di SMP.

Meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan tertinggi

tapi tidak membuat beliau putus asa dalam melestarikan

adat dan budaya yang ada di daerah Gorontalo. Salah satu

adat dan budaya yang masih tetap dilestarikan adalah

sastra lisan. Sastra lisan Gorontalo ini merupakan karya

yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut

secara turun-temurun. Marta Kamaru atau yang lebih

akrab disapa dengan Ta Ata ini, diketahui sedang

menggeluti beberapa jenis sastra lisan yang ada di daerah

Gorontalo atau lebih tepatnya di Kabupaten Bone

Bolango, yaitu Tinilo, Dikili dan Turanani sejak pada tahun

1970-an. Sebagai bentuk rasa kebanggaannya atas adat dan

budaya gorontalo, beliau menjadi salah satu masyarakat

yang masih cinta dan peduli dengan adat dan budaya

Gorontalo. Ia juga memiliki beberapa jenis naskah Tinilo,

Dikili dan Turanani. Sekarang Ta Ata masih terlihat sangat

aktif dalam kedudukannya sebagai anggota Tinilo, Dikili

dan Turanani di Desa Tingkohubu, Kecamatan Suwawa,

Kabupaten Bone Bolango.

Page 132: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

118 Herman Didipu

MARTIN RAHMAN

Martin Rahman lahir di Gorontalo pada tanggal

1956. Wanita ini berdomisili di Desa Bongo, tepatnya di

Dusun Barat. Saat ini, Martin Rahman aktif pada setiap

kegiatan adat di Desa Bongo. Wanita yang biasa dipanggil

Bibi Nui ini dikenal oleh masyarakat sebagai penembang

Tinilo, Taleningo, Dikili, Sa’iya, Debe, dan Turunani.

Keahliannya dalam bersastra lisan tersebut membuatnya

sering diundang di pesta pernikahan di desanya. Selain itu,

ia pun sering ikut serta dalam kegiatan keagamaan di

masjid. Kepiawaiannya bersastra lisan bermula sejak tahun

1979. Ia belajar dari orang tuanya sendiri. Dengan

kepiawaiannya menembangkan sastra lisan tersebut, Bibi

Nui menjadi wanita yang diperhitungkan ketika perayaan

hari-hari besar Islam dilaksanakan. Dengan perhatian dan

kepercayaan masyarakat atas dirinya tersebut, ia pun

menganggapnya sebuah kebanggaan tersendiri. Memang

tidak begitu banyak wanita yang dapat menguasai

berbagai jenis sastra lisan di kampungnya. Walaupun

demikian, ia tetap menurunkan keterampilannya tersebut

pada anak-anak agar sastra lisan tersebut dapat lestari,

terutama di Desa Bonga dan di Gorontalo.

Page 133: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 119

MARYAM KATU

Maryam Katu atau yang kerap

disapa Mami, lahir di Pantungo

pada April tahun 1971. Maryam

Katu merupakan penggiat yang

turut melestarikan sastra daerah

Gorontalo, khususnya di sastra

lisan dikili. Mami menyelesaikan

pendidikannya sampai pada

tingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Saat ini, ia beraktivitas sebagai seorang Ibu

Rumah Tangga (IRT). Walaupun memiliki kesibukan

sebagai IRT, hal itu tidak menghalanginya untuk

mengembangkan sastra lisan dikili. Maryam Katu mulai

menggeluti dikili sejak tahun 2013 dan masih aktif

menembangkan dikili pada peringatan mauled Nabi

Muhammad saw., yang dilaksanakan di masjid-masjid.

Dengan keahlianya tersebut, ia dikenal sebagai wanita

penggiat sastra lisan Gorontalo.

Page 134: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

120 Herman Didipu

MASTIN KALUKU

Mastin Kaluku lahir di Batudaa, 6

November tahun 1953.. Mastin

Kaluku sering disapa dengan

panggilan Mami Masi.

Kedudukannya dalam adat

sebagai ketua adat di Desa

Batuda`a. Wanita yang

mengeyam pendidikan hanya

sampai sekolah dasar tersebut,

bekerja sebagai wiraswasta. Mami Masi selalu meluangkan

waktunya untuk menembangkan sastra lisan Gorontalo

tinilo, piilu, dikili, turunani, dan buruda. Keterampilannya

menguasai berbagai sastra lisan tersebut karena sejak tahun

1968, beliau sudah menggeluti lima sastra lisan tersebut.

Tempat yang biasa digunakan untuk menembangkan sastra

lisan tersebut di antaranya acara yang sering

diselenggarakan oleh pihak pemerintah kabupaten untuk

melestarikan dan mengembangkan sastra lisan Gorontalo

tersebut. Sekarang Mami Masi bertempat tinggal di

Huntulohulawa, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten

Gorontalo.

Page 135: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 121

Dr. (Hc) H. MEDI BITUTIHE

Lahir di Gorontalo, 12 September

1941. Meninggal dunia pada usia

75 tahun 6 hari, tepatnya pada

Minggu, 18 September 2016. Ia

dikenal sebagai seorang birokrat,

politisi, tokoh lingkungan,

sekaligus budayawan di

Gorontalo. Beliau pernah

menjabat Walikota Gorontalo

selama dua periode, yaitu 1998-2003 dan 2003-2008.

Semasa hidup, ia aktif dalam upaya pelestarian

kebudayaan Gorontalo. Pada 1974 saat mejabat Kepala

Bagian Pembangunan Kantor Pemda Kabupaten

Gorontalo, Medi Botutihe menciptakan paduma (salah

satu ragam sastra lisan Gorontalo) yang sangat terkenal

dan menjadi filosofi pada masyarakat Gorontalo, yaitu

“Payu Limo to Talu, Lipu Pe’i Hulalo”. Artinya, ‘Dengan

lima prinsip dasar, negeri kita bangun/muliakan’. Berkat

usaha-usaha beliau dalam melestarikan adat dan budaya

Gorontalo, ia dianugerahi gelar adat (pulanga) Ta’uwa Lo

Lingguwa (Raja Negeri) pada 2001.

Khusus dalam bidang sastra lisan daerah Gorontalo, Medi

Botutihe telah menulis dan menerbitkan beberapa buku

yang di dalamnya membahas beberapa ragam sastra lisan

daerah Gorontalo. Beberapa di antaranya adalah, (1)

Sejarah Perkembangan Limo Pohala'a di Daerah

Gorontalo; (2) Mo'odelo: sifat dan perilaku pemimpin

berdasarkan nilai lokal Gorontalo; dan (3) Tata Upacara

Adat Gorontalo (disusun bersama Farha Daulima). Karya-

Page 136: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

122 Herman Didipu

karya beliau sarat dengan muatan pelajaran sastra lisan

daerah Gorontalo, yaitu: tuja’i, palebohu, lumadu,

tahuda, dan paduma.

Page 137: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 123

MIA RASYID

Mia Rasyid atau yang sering disapa dengan Susi

Mia oleh masyarakat Bolihutuo, lahir pada 5 April 1951 di

Tilamuta, Kabupaten Boalemo. Beliau yang sehari-hari

bekerja sebagai ibu rumah tangga ini, menempuh

pendidikan terakhirnya sampai sekolah dasar (SD). Susi

Mia termasuk dalam anggota masyarakat yang menggeluti

sastra daerah. Jenis sastra daerah yang digeluti oleh Susi

Mia adalah dikili, debe, turunani, dan buruda. Beliau

menggeluti keempat jenis sastra daerah ini sejak 1965.

Keahliannya dalam bersastra lisan terlihat dengan

seringnya diundang dalam perayaan hari besar Islam. Susi

Mia sering menembangkan debe setiap malam Jumat di

rumah warga. Sedangkan turunani dan buruda, Susi Mia

menembangkannnya di acara pernikahan di lingkungan

daerahnya saja. Sekarang, Susi Mia tinggal di Dusun 2 Wita,

Desa Bolihutuo, Kecamatan Botumoito, Kabupaten

Boalemo. Susi Mia masih aktif sebagai penembang

keempat jenis sastra daerah tersebut. Selain itu, Susi Mia

juga masih menyimpan naskah sastra daerah yang

digelutinya.

Page 138: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

124 Herman Didipu

Prof. Dr. H. MOH. KARMIN

BARUADI, M.Hum.

Lahir di Gorontalo, 26 Oktober

1958. Mengawali pendidikan di

SDN 16 Gorontalo (1971);

selanjutnya SMPN 2 Gorontalo

(1974); SPGN 2 Gorontalo (1977).

Pendidikan tinggi diawali di FKIP

Unsrat Manado di Gorontalo

(1984); S-2 di Universitas

Padjadjaran Bandung (1998); dan program S-3 dari

Universitas Sam Ratulangi (2011). Sejak 1986 bertugas

sebagai dosen di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas

Negeri Gorontalo.

Sebagai seorang dosen, beliau pernah menduduki

beberapa jabatan strategis di lembaganya, di antaranya (1)

Sekretaris Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

Unsrat di Gorontalo (1987-1982); (2) Sekretaris Ketua

STKIP Gorontalo (1992-1995); (3) Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni STKIP Gorontalo (1999-2001);

(4) Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Negeri

Gorontalo (2001-2002); (5) Pembantu Rektor Bidang

Kemahasis-waan (2006-2007); (6) Pembantu Rektor

Bidang Akademik (2007-2009); (7) Ketua Lembaga

Penelitian (2011-2012); dan (8) Ketua Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (2012-

2014). Selain di lembaganya, Prof. Karmin juga dipercaya

duduk pada lembaga peradatan Gorontalo, yaitu (1) Ketua

Bidang Didito/Dilito/Bibito/Ayito Lembaga Adat

Dulohupa Kota Gorontalo sejak 2015; dan (2) Pengurus

Page 139: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 125

Duango lo Adati (Dewan Adat) Provinsi Gorontalo, sejak

2018.

Perhatiannya terhadap sastra lisan Gorontalo sudah ada

sejak studi S-1, sehingga bersama beberapa teman

tergabung dalam penelitian kolaboratif dengan dosen dan

menghasilkan karya penelitian seperti Puisi Sastra Lisan

Gorontalo, juga penelitian tentang Nilai Budaya dalam

Cerita Rakyat Lahilote, dll. Dalam mengakhiri studi S-2 di

Unpad Bandung, beliau memfokuskan kajian/penelitian

terhadap sastra pengaruh Islam di Gorontalo. Kepakaran

beliau dalam bidang sastra lisan daerah Gorontalo terus

dikembangkan dengan melahirkan banyak karya, baik

yang berupa laporan hasil penelitian, buku, makalah,

maupun artikel jurnal ilmiah, yang dipresetasikan dan

dipublikasikan dalam lingkup lokal, nasional, maupun

internasional. Selain itu, beliau pun menjadi narasumber

dalam berbagai kegiatan peradatan dan sebagai

narasumber dalam siaran kebudayaan Gorontalo di

beberapa stasiun radio.

Prof. Karmin termasuk salah seorang akademisi yang intens

dalam upaya pelestarian dan pengembangan sastra lisan

Gorontalo. Lebih kurang 30 tulisan beliau tentang sastra

lisan Gorontalo yang telah dipublikasi, baik dalam bentuk

buku maupun makalah dan artikel jurnal ilmiah. Beberapa

di antaranya adalah: (1) Me’eraji, Sastra Pengaruh Islam

Bernuansa Budaya Gorontalo; (2) Appellation in

Gorontalese: An Antropo-linguistics Approach towards

Language and Culture in gorontalo, Indonesia; (3)

Kumpulan Cerita Rakyat Gorontalo; (4) Tradisi Sastra

Dikili Dalam Pelaksanaan Adat Maulidan di Gorontalo; (5)

Page 140: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

126 Herman Didipu

Panduan Perkawinan Kebesaran Adat Gorontal; (6) The

Role of Folk Culture in The Promoting Tourism. A Case of

Folklore of Otanaha Fort in Gorontalo Province; (7) Buku

Percakapan Bahasa Gorontalo; (8) Cultural Tourism as a

Support of Local Content Learning in Gorontalo Regency;

(9) Lenggota lo Pohutu (Upacara Adat Perkawinan

Gorontalo); (10) Buku Sejarah Benteng Otanaha; (11) Buku

Cerita Potensi Wisata Berdasarkan Kearifan Lokal; (12)

Potret Cerita Wisata Budaya Kabupaten Gorontalo; (13)

Sastra Lisan Gorontalo Bagian dari Tradisi Lisan Universal;

(14) Exploring Lahilote Folklore as an Effort in Promoting

cultural Tourism in Gorontalo City; (15) Folklore dalam

Legenda Danau Limboto.

Page 141: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 127

MUSLIM LANUR

Muslim Lanur, biasa di sapa Ayah

Musu, merupakan Kepala Desa

Dulamayo, Kecamatan

Bongomeme. Lahir di Desa Iluta

pada 5 Desember 1941. Lelaki ini

menempuh jenjang pendidikan

pada Sekolah Pendidikan Guru

(SPG). Riwayat pekerjaannya

adalah pernah menjadi Guru di

sekolah dasar pada tahun 1965 sampai Mei 1998. Setelah

pensiun, Ayah Musu mulai belajar dan menggeluti sastra

lisan tuja`i. Pada tahun 2001. Ia selalu mendapatkan

kepercayaan untuk mengiringi pada pesta-pesta

penikahan, penyambutan tamu, dan upara adat untuk

pelantikan dalam kedudukan adat di Kecamatan

Bongomeme. Walaupun 19 tahun menggeluti tuja`i, Ayah

Musu sudah pernah menjadi pemenang utama dalam

perlombaan kebudayaan di tingkat desa bahkan sampai di

tingkat Provinsi Gorontalo. Alamat sekarang adalah Desa

Dulamayo, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten

Gorontalo.

Page 142: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

128 Herman Didipu

Prof. Dr. NANI TULOLI

Lahir di Gorontalo, 1 Juni 1945.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah

Rakyat Pentadio (1956), SMP

Negeri 2 Gorontalo (1959), SGA

Negeri Gorontalo (1962), Sarjana

Jurusan Bahasa Indonesia IKIP

Negeri Manado (1970),

melanjutkan pendidikan Post

Graduate Training Programme for

General and Austronesia Linguistics, Rijksuniversiteit

(1981), dan terakhir pendidikan Doktor dalam bidang

Sastra dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlade

(1990).

Bertugas sebagai seorang akademisi/dosen sejak 1966.

Sejak itu, beliau dipercayakan menduduki jabatan penting,

di antaranya (1) Kepala Bidang Pengajaran IKIP Manado

cabang Gorontalo (1977-1980), (2) Sekretaris Pusat

Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan FKIP Unsrat (1982-

1984); (3) Pembantu Dekan II FKIP Unsrat, (1984-1986);

(4) Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP

Unsrat, (1987-1989); (5) Dekan FKIP Unsrat (1992-1993);

Ketua STKIP Gorontalo (1993-2000); (6) Pjs Rektor IKIP

N. Gorontalo (2000-2002). Di luar almamaternya, beliau

pernah menjabat (1) Kepala UPBJJ Universitas Terbuka

Gorontalo (2002-2004); (2) menjadi Anggota Dewan

Perwakilan Daerah (DPD) utusan Provinsi Gorontalo

(periode 2004-2009); (3) Rektor Universitas

Muhammadiyah Gorontalo (2008).

Page 143: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 129

Nani Tuloli dikenal sebagai salah seorang tokoh

pengembang dan pelestari sastra lisan Gorontalo. Hal

tersebut dapat dilihat dari berbagai usaha beliau dalam

upaya inventarisasi dan eksplorasi ragam sastra lisan

Gorontalo. Beberapa hasil penelitian dalam bidang sastra

lisan Gorontalo adalah, (1) penelitian tentang ragam sastra

daerah Gorontalo dalam rangka Penataran Sastra yang

dilaksanakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa (1979); (2) penelitian mengenai Fungsi Sastra Lisan

Gorontalo (1982); (3) Penelitian Sastra Lisan Gorontalo

(1982/1983); (4) Tanggomo Salah Satu Ragam Sastra Lisan

Gorontalo, Disertasi UI (1990); (5) Tim Peneliti Adat

Daerah Gorontalo (1992-1995); (6) Ketua Penelitian

Pengumpulan Puisi Lisan Gorontalo (1994).

Selain melakukan penelitian, beliau juga produktif dalam

penulisan karya ilmiah, baik dalam bentuk makalah yang

dipresentasikan dalam berbagai seminar ilmiah, serta buku

yang diterbitkan. Beberapa di antaranya adalah, (1) Teori

Sastra Lisan (1982); (2) Teori Fiksi (1986); (3) Sejarah,

Teori, dan Kritik Sastra (1986); (4) Nilai-Nilai Budaya

dalam Sastra Daerah Gorontalo (1983); (5) Te Ambalo:

Terjemaha 8 Cerita Rakyat Gorontalo (1984); (6) Sastra

Daerah dalam Masyarakat dan Budaya Gorontalo (1985);

(7) Tanggomo Salah Satu Ragam Sastra Lisan Gorontalo

(1990); (8) Cerita Rakyat Kepahlawanan Gorontalo

(1993); (9) Kumpulan Puisi Lisan Gorontalo (Transkripsi

dan Terjemahan) (2003); (10) Cerita Rakyat Gorontalo

(2004); (11) Kumpulan dan Terjemahan Ragam Pantun

Gorontalo (2013).

Page 144: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

130 Herman Didipu

NASIR RAHMAN

Nasir Rahman lahir di Gorontalo

pada 9 November 1956. Beliau

bekerja sebagai nelayan kecil yang

kesehariannya menangkap ikan

dipinggir pantai dengan

menggunakan perahu dengan alat

sederhana. Lelaki yang pada masa

kecilnya ini tidak sempat

merasakan dunia pendidikan,

mempunyai keahlian khusus yang tidak semua orang

memilikinya. Masyarakat setempat memanggilnya Pada’a.

Panggilan tersebut adalah panggilan akrabnya karena

tubuhnya besar di antara saudara-saudaranya.

Ketertinggalannya di dunia pendidikan bukanlah

hambatan baginya untuk menggeluti sastra lisan Gorontalo

yang lebih dekat dengan kehidupannya. Sekarang ia adalah

tokoh masyarakat yang menggeluti sastra lisan daerah

Gorontalo. Ia dinobatkan sebagai tokoh masyarakat

karena memiliki keterampilan menembangkan tuja’i,

mi’raji, dan dikili. Beliau sering menembangkan sastra lisan

di acara hajatan dan pernikahan. Tidak hanya acara-acara

seperti itu, lelaki berusia senja tersebut sering

menembangkan teks mi`raji pada perayaan maulid nabi

yang dilaksanakan di masjid.

Page 145: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 131

NORMAWATI GOLONGGOMO

Normawati Golonggomo dikenal dengan sapaan

Mama Pelti. Ia lahir di Bone Pantai, pada tanggal 2

Februari 1963. Riwayat pendidikan yang berakhir pada

tingkatan Sekolah Dasar. Pendidikan yang ditempuhnya

sama sekali tidak menjadikan Mama Pelti mundur untuk

ikut serta melestarikan sastra daerah. Sejak 2009, beliau

mulai menggeluti sastra daerah Gorontalo. Mama Pelti

masih tercatat sebagai anggota aktif dalam menembangkan

tinilo dan dikili. Tinilo dan dikili merupakan sastra daerah

yang hingga sekarang masih dilestarikan di wilayah pesisir

Bone Pantai.

Page 146: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

132 Herman Didipu

Hj. NURMIN MARTOSONO

Hj. Nurmin Martosono lahir pada 29 desember

1954, di Limboto. Hj. Nurmin Martosono atau yang akrab

disapa Bunda Eni ini merupakan salah satu perempuan

pemerhati kebudayaan yang berkedudukan sebagai

mongolito dalam adat. Pendidikan terakhir yang ditempuh

oleh Hj. Nurmin Martosono adalah PGSLP. Ibu ini adalah

seorang pensiunan pengawas guru. Sejak tahun 1990,

beliau aktif menembangkan sastra lisan Gorontalo. Sastra

lisan yang digeluti Bunda Eni adalah tinilo. Beliau biasa

menembangkan tinilo di upacara pernikahan di

daerahnya. Selain itu,beliau juga sering kali

menembangkan tinilo di luar Gorontalo pada kegiatan-

kegiatan seminar kebudayaan. Keahliannya dalam

menembangkan tinilo membuatnya menerima

penghargaan, salah satunya pada Gebyar Adat Hulanga.

Page 147: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 133

Dra. NURTINA INAKU

Dra. Nurtina Inaku lahir di Gorontalo, pada

tanggal 12 Maret 1965. Wanita ini menyelesaikan

pendidikan S1 Administrasi Pendidikan. Aktivitas sehari-

harinya bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil.

Masyarakat mengenalnya sebagai pemerhati sekaligus

pengembang kebudayaan Gorontalo, khususnya sastra

lisan daerah. Bidang sastra lisan yang digelutinya adalah

tinilo. Ia menembangkan tinilo bermula pada tahun 2002.

Tinilo ditembangkan umumnya pada upacara adat

pernikahan. Dengan keahlianya dalam menggeluti sastra

lisan tinilo, ia sering kali diundang pada kegiatan-kegiatan

kebudayaan di luar wilayah Gorontalo, antara lain di

Makassar, Jakarta, dan Manado. Hal itu membuat beliau

banyak menerima penghargaan sebagai seorang

narasumber pada kegiatan seminar dan kebudayaan.

Page 148: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

134 Herman Didipu

NYOKU LASENA

Perempuan dengan nama lengkap

Nyoku Lasena yang akrab disapa

dengan Mama Nyoku. Ia lahir di

Dulamayo, pada tanggal 1 Juli 1949

silam. Mama Nyoku adalah

penduduk asli Desa

Huntulohulawa, Kecamatan

Bongomeme, Kabupaten

Gorontalo. Beliau menamatkan pendidikan terakhir pada

jenjang Sekolah Dasar. Selain menjalani kehidupan sebagai

ibu rumah tangga, Mama Nyoku juga aktif dalam

menembangkan beberapa sastra lisan daerah Gorontalo.

Di antaranya, tinilo, dikili, dan buruda yang telah

digelutinya sejak tahun 1981 silam. Beliau menembangkan

tinilo pada acara kedukaan untuk memperingati hari ke

tujuh dan hari ke empat puluh, menembangkan dikili pada

acara peringatan hari besar Islam seperti peringatan 10

Muharam dan maulid nabi, dan menembangkan buruda

pada acara bahagia seperti perkawinan di Kecamatan

Bongomeme dan sekitarnya.

Page 149: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 135

ONO MAKUTA

Ono Makuta atau biasa dipanggil

Ka Ono merupakan pemuda

kelahiran Gorontalo yang bekerja

sebagai petani. Pekerjaan tersebut

ia lakukan untuk menopang

kebutuhan dan keberlangsungan

kehidupan keluarganya. Lelaki

yang sekarang sudah menjadi

warga masyarakat Duhiyada’a

tersebut, dahulunya hanya menjadi masyarakat pada

umumnya yang tidak memiliki kedudukan dan

keterampilan apa-apa selain berkebun. Setelah berusaha

mempelajari dan mendalami kebudayaan Gorontalo,

khususnya sastra lisan Gorontalo, sekarang Ka Ono juga

menjadi pembantu imam dalam acara-acara keagamaan di

masjid. Ia pun tahu bahwa dengan mendalami dan

mengeluti kebudayaan Gorontalo, kita akan dihargai

bahkan akan diberikan kedudukan di antara warga

masyarakat Gorontalo. Semua tergambarkan pada Ka

Uno. Walaupun hanya lulusan sekolah dasar, hal itu

tidaklah menjadi penghalang dalam usahanya menguasai

sastra lisan daerah seperti mala-mala dan mi'raji. Ia sudah

terbiasa menembangkan sastra lisan pada hari besar Islam.

Page 150: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

136 Herman Didipu

PULU UMAR

Pulu Umar lahir di Bone Pantai

pada tanggal 7 Agustus 1955.

Sehari-harinya bekerja sabagai

petani. Pulu Umar yang biasa

dipanggil Pak Ade Pulu,

merupakan seseorang yang

menggeluti sastra lisan daerah

Gorontalo. Hingga saat ini, beliau

selalu menjadi penembang sastra

lisan pada acara-acara adat, seperti pernikahan maupun

acara keagamaan. Ketertarikannya terhadap sastra lisan

dimulai saat beliau berumur 50 tahun. Pak Ade Pulu

menggeluti banyak sastra lisan Gorontalo seperti tuja’i,

palebohu, tinilo, mala-mala, taleningo, leningo, lumadu,

bungga, lohidu dan pantingi, pa’ia lo hungo lo poli,

tanggomo, piilu, wulito, wungguli, mi’raji, dikili, sa’iya,

debe, turunani, dan buruda. Dengan dikuasainya sastra

lisan tersebut, maka tak heran jika beliau menjadi

pemangku adat di daerahnya sendiri. Dengan

keterampilannya dalam bersastra lisan, beliau sudah

mendapatkan berbagai apresiasi dari instansi pemerintah.

Salah satunya ialah penghargaan yang diberikan oleh

Pemerintah Kecamatan Bone Pantai sebagai tokoh

pemerhati budaya Gorontalo.

Page 151: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 137

RADEN RASID

Raden Rasid adalah tokoh panutan

di desanya yang menjadi rujukan

orang-orang untuk menanyakan

perihal berbagai macam sastra lisan

Gorontalo. Beliau sering di sapa

Atu Ruko oleh masyarakat

setempat. Ia dikenal oleh para

pemangku-pemangku adat sebagai

seorang pengiat budaya aktif di

Kecamatan Botumoito. Lelaki ini lahir pada 1 Juni 1958 di

Bolihutuo. Pekerjaan beliau adalah petani. Ia hanya

mengenyam pendidikan terakhir pada Sekolah Dasar. Atu

Ruko sangat aktif menjaga dan melestarikan adat budaya

Gorontalo yaitu sastra lisan. Hal ini diaktualisasikannya

dalam hafalan-hafalan mengenai sastra lisan tersebut, di

antaranya adalah tuja’i, mala-mala, lohidu dan pandungi,

pa’ia lo hungo lo poli, dikili dan sa’iya. Ia sering

menembangkan sastra lisan ini di berbagai tempat dan

acara yang berbeda tergantung sastra lisan apa yang

dibawakan. Misalnya sastra lisan dikili biasa ditembangkan

pada acara perayaan Maulid Nabi saw., kemudian untuk

sastra lisan tuja’i dan sa’iya biasa ditembangkan pada

acara-acara pernikahan, dan sastra lisan mala-mala biasa

ditembangkan pada hari Idul Fitri maupun hari raya Idul

adha.

Page 152: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

138 Herman Didipu

RAHMAN NASARU

Rahman Nasaru atau sering disapa

Ka Ramin, lahir 15 April 1977 di

Bolihutuo Kecamatan Botumoito,

Kabupaten Ia adalah pengiat

budaya yang sangat mencintai adat

budaya Gorontalo. Pendidikan

terakhir adalah Madrasah Aliyah di

Al-khairat Tilamuta. Pekerjaan

sehari-hari adalah petani. Karena

kecintaannya terhadap adat budaya Gorontalo, Ka Ramin

menguasai banyak macam sastra lisan, di antaranya adalah

sastra lisan wungguli, sa’iya, dan debe. Ka Ramin sering

menembangkan sastra lisan ini di berbagai tempat,

tergantung jenis sastra lisan apa yang dibawakan. Misalnya

sastra lisan sa’iya sering dibawakan pada acara-acara

pernikahan, dan sastra lisan debe dibawakan di masjid. Hal

itu karena kebiasaan masyarakat setempat sering

mengadakan Debe setiap pekan sekali atau tepatnya pada

malam Jumat di masjid.

Ia pun telah berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 18

Desember 2019 atau tepatnya pada umur yang ke 43

tahun. Suatu kesedihan yang mendalam bagi masyarakat

Gorontalo, bagaimana tidak seorang pegiat budaya yang

sangat mencintai adat budaya Gorontalo telah dipanggil

ke hadapan Allah Swt semoga apa yang diwariskannya

kepada anak-cucunya menjadi syafaat di yaumul mizan

nanti, amin.

Page 153: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 139

Hj. RAHMAWATI ISA

Rahmawati Isa dikenal juga dengan sapaan Mami

Runu. Wanita ini lahir di Gorontalo pada tanggal 14

Agustus 1966. Ia beralamat di Jalan Sawah Besar, Kel.

Heledulaa Utara, Kota Gorontalo. Riwayat pendidikannya

diketahui berhenti pada tingkatan Sekolah Menengah

Pertama. Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, beliau

bekerja sebagai pedagang kecil. Selain disibukkan dengan

pekerjaan sebagai pedagang dan suguhan kehidupan

modern kota tidak membuat surut keinginannya untuk

mempertahankan sastra daerah. Ia menguasai beberapa

sastra lisan daerah, yakni dikili, turunani, tinilo, buruda,

dan me’eraji. Sekitar tahun 1970-an, Mami Runu sudah

ikut berkecimpung dengan pelestarian sastra daerah

Gorontalo. Keikutsertaannya membuat dirinya sering

diundang menembangkan sastra lisan daerah di rumah-

rumah warga.

Page 154: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

140 Herman Didipu

RAJAK NUSI

Rajak Nusi yang biasa di sapa Pasisa merupakan

salah satu tokoh pelestari sastra lisan Gorontalo. Ia lahir

pada 25 Mei 1945. Bangku pendidikannya hanya lulusan

sekolah dasar disebabkan oleh keluarga mereka memiliki

permasalahan ekonomi. Jenjang pendidikan tidak

menjadikan Pasisa sebagai orang yang tertinggal di

lingkungan desanya. Ini dapat dilihat dengan tugas yang

diembannya sekarang, Rajak Nusi sering dipercaya untuk

mendampingi para pengantin untuk menembangkan

tuja`i. Bahkan dari tugas tersebut, beliau bisa menghidupi

keluargannya. Tidak seperti tokoh-tokoh penutur sastra

lisan pada umumnya, Pasisa hanya dipercayakan untuk

menembangkan tuja`i khusus pernikahan di rumah-rumah

warga yang melaksanakan pernikahanan dengan tatanan

adat Gorontalo. Kelihaiannya menembangkan sastra lisan

Gorontalo yaitu tuja`i tidak perlu diragukan lagi. Sebab

sudah 1984, Pasisi sudah menekuni tugas tersebut. bahkan

ketika beliau menuturkan tuja`i terdengar lugas dan lancar.

Page 155: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 141

RAJIKU SI’U

Rajiku Si’u lahir di Limbatihu,

Kecamatan Batudaa Pantai, 15 Mei

1958. Beliau sering disapa oleh

masyarakat setempat dengan Pa

Tenga. Walaupun sudah berusia 62

tahun, ia masih giat bekerja sebagai

petani di daerah Limbatuhu. Selain

itu, ia memiliki kedudukan dalam

adat sebagai Hatibi atau Imam

Desa. Pendidikan terakhir Pa Tenga adalah Sekolah Dasar.

Walaupun memiliki pekerjaan sebagai seorang petani,

beliau sangat terampil dalam menembangkan sastra lisan

daerah. Di antaranya adalah sastra lisanTuja’i, Palebohu,

dan Pa’ia Lo Hungo Lo Poli. Untuk Tuja’i dan Palebohu. Ia

sering diundang dalam acara pernikahan. Sedangkan untuk

sastra daerah Pa’ia Lo Hungo Lo Poli, ia juga sering di

undang di acara pelamaran. Selain itu, ia pun sering

menembangkan Tuja’i, Palebohu, dan Pa’ia Lo Hungo Lo

Poli di daerah Paguyaman Pantai. Saat ini, ia menetap

menjadi warga di Desa Limbatihu, Kecamatan Paguyaman

Pantai, Kabupaten Boalemo.

Page 156: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

142 Herman Didipu

RANI NUSI

Rani Nusi atau Ma Satu, lahir pada

12 Desember 1955 di Desa

Bolihutuo, Gorontalo. Sebutan ini

didapatkannya karena Ibu Rani

adalah anak satu-satunya. Seperti

wanita pada umumnya Ma satu

adalah ibu rumah tangga, yang

menghabiskan siang dan

malamnya untuk mengurusi suami

dan anak-anaknya. Ia memiliki keterampilan

menembangkan dikili dan turunani. Telah lama beliau

mempelajari sastra lisan ini, namun mulai aktif pada tahun

2015. Ma Satu biasanya menembangkan sastra lisan dikili

ini saat momentum hari besar Islam, seperti Maulid Nabi.

Dikili biasanya ditembangkan di masjid-masjid. Selain

dikili, wanita ini juga sering menembangkan sastra lisan

turunani saat momentum pernikahan. Di Gorontalo,

turunani adalah salah satu sastra lisan yang ditembangkan

saat prosesi pernikahan, Turunani ditembangkan di rumah

mempelai wanita dan biasanya ditembangkan pada waktu

pagi atau selesai salat asar sampai menjelang salat magrib.

Page 157: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 143

RASUNA BAKARI

Rasuna Bakari akrab disapa masyarakat dengan

sebutan Sisa Nou. Perempuan yang lahir di Gorontalo

tanggal 19 September tahun 1959 ini, memiliki riwayat

pendidikan hanya pada tingkatan Sekolah Dasar. Beliau

saat ini beralamat tinggal di Desa Iloheluma, Kabupaten

Bonebolango. Sejak tahun 2008 silam, ia turut serta

berkecimpung dengan sastra daerah yang ada di tanah

kelahirannya. Saat ini, perempuan ini bekerja sebagai

hulango yang bertugas membantu persalinan para ibu

hamil. Hulango sering dilakukannya di rumah-rumah

warga di Desa Iloheluma, Kabupaten Bone Bolango.

Page 158: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

144 Herman Didipu

REN AGUGE

Ren Aguge, biasa juga disapa Da’a,

lahir di Bolihutuo pada 12 Juni

tahun 1959. Wanita ini merupakan

seorang pengiat adat budaya

Gorontalo ini. Ibu rumah tangga

ini hanya mengenyam pendidikan

terakhir di Sekolah Dasar (SD).

Banyak sastra lisan yang digeluti

olehnya seperti dikili, debe, dan

turunani. Dari ketiga jenis sastra lisan tersebut, yang paling

digeluti oleh ibu Ren Taguge yaitu sastra lisan dikili. Ren

atau Da`a sudah bergelut dengan sastra lisan ini sejak

tahun 2017 atau saat beliau berumur 58 tahun. Beliau biasa

menembangkan sastra lisan turunani dan debe pada acara

pernikahan, kemudian untuk sastra lisan Dikili biasa

ditembangkan pada perayaan hari besar Islam atau pada

perayaan Maulid Nabi saw. Ti Da`a dan teman-temanya

ketika menembangkan debe dan turunani lebih banyak di

rumah-rumah warga di seputaran desanya. Yang

mengundang pasti keluarga mempelai pria dan wanita

yang melaksanakan prosesi adat pernikahan. Untuk dikili,

ditembangkannya di dua tempat, yaitu di rumah-rumah

kelompoknya yang termasuk dalam cakupan kumbulu

atau arisan setiap minggunya dan di masjid ketika

dilaksanakan palillati atau maulid nabi. Sekarang ia

beralamat di Dusun I Alumbango, Kecamatan Botumoito,

Kabupaten Boalemo.

Page 159: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 145

RETI SUNANI

Reti Sunani lahir pada tanggal 23

Maret 1974. Ia lahir di Gorontalo,

tepatnya di Desa Butu. Perempuan

yang akrab disapa Reti ini

merupakan salah satu pelaku

budaya yang giat melestarikan

sastra lisan di tempat kelahirannya,

yakni Desa Butu. Ibu rumah tangga

ini menggeluti sastra lisan

Gorontalo kurang lebih sudah 16 tahun. Meskipun,

pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Menengah

Pertama, hal tersebut tidak menyurutkan rasa cintanya

terhadap sastra lisan daerah. Sastra lisan yang digeluti yakni

dikili. Perempuan berusia 46 tahun ini, sering

menembangkan sastra lisan dikili di masjid pada

peringatan maulid Nabi Muhammad saw.

Page 160: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

146 Herman Didipu

RINCE HARMAIN

Rince Harmain atau biasa di sebut dengan sapaan

Ice, dilahirkan di Biau, pada 13 Maret 1974. Pendidikan

terakhir beliau adalah Sekolah Menengah Pertama. Jenis

sastra lisan yang digelutinya di Kecamatan Suwawa, yaitu

dikili dan turunani sejak tahun 2013. Dikili tersebut

biasanya diadakan untuk memperingati hari kelahiran

Nabi Muhammad saw. Sebagai bantuk kecintaan terhadap

sastra daerah Gorontalo, ia bahkan sudah memiliki naskah

dikili.

Page 161: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 147

RISMAN TANTU

Risman Tantu atau akrab disapa

Pak Imam lahir pada 29 September

1983, di Marisa. Risman Tantu

bertempat tinggal di Desa Bongo,

Kecamatan Marisa, Kabupaten

Pohuwato. Ia menyelesaikan

pendidikannya hingga tingkat

SMA. Dalam kesehariannya,

Risman bekerja sebagai nelayan.

Walaupun demikian, ia dikenal oleh masyarakat sebagai

seorang yang ahli dalam sastra lisan. Sejak tahun 2009,

Risman mulai menggeluti bidang sastra lisasn daerah

Gorontalo, yaitu mi’raji dan debe. Risman menembangkan

mi’raji pada setiap perayaan Isra Mikraj Nabi Muhammad

saw., dan menembangkan debe secara rutin setiap malam

jumat di masjid sekitar tempat tinggalnya.

Page 162: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

148 Herman Didipu

RISNO AHAYA

Nama pria 60 tahun ini tidak asing

lagi bagi masyarakat Gorontalo.

Selain dikenal sebagai seniman

gambus Gorontalo, ia juga dikenal

sebagai seorang praktisi sastra lisan

daerah Gorontalo, khususnya

pantungi, lohidu, pa’iya lo hungo

lo poli, dan tanggomo. Bahkan,

oleh sebagian masyarakat Gorontalo, Risno Ahaya

dinobatkan sebagai maestro tanggomo. Sastra lisan

baginya bukan sekadar budaya yang perlu dihidupkan,

tetapi menjadi sumber penghidupan bagi diri dan

keluarganya. Itulah sebabnya, sastra lisan sudah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya sendiri.

Meskipun ditakdirkan dengan kondisi tunanetra, tidak

menyurutkan semangatnya untuk belajar sastra lisan

Gorontalo. Secara autodidak, Risno sudah menggeluti

sastra lisan daerah Gorontalo sejak usia 10 tahun. Ia biasa

menembangkan sastra lisan daerah Gorontalo di pasar, di

rumah, di lembaga-lembaga pemerintah, atau tempat

khusus atas permintaan atau undangan lembaga atau

pihak-pihak tertentu. Berkat bakat dan ketekunannya

dalam menembangkan sastra lisan, ia berhasil mendapat

Pemenang I pada lomba Festival Budaya secara berturut-

turut sejak tahun 1982-1984. Lebih kurang 200 lirik sastra

lisan telah diciptakan. Uniknya lagi, ia mampu

menciptakan lirik-lirik tersebut secara spontan sesuai

kondisi maupun sesuai permintaan audiens. Tembang

sastra lisannya pun sudah banyak direkam dan dapat

Page 163: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 149

didengar lewat radio (RRI), ditonton lewat TV, dan dapat

pula diunduh lewat internet.

Kepiawaiannya dalam menembangkan sastra lisan

Gorontalo, seperti pantungi, lohidu, pa’iya lo hungo lo

poli, dan tanggomo, menjadikannya sebagai salah satu

sumber data primer dalam penelitian maupun kajian

ilmiah yang dilakukan oleh para akademisi. Sudah banyak

hasil penelitian (skripsi, tesis, dan disertasi), buku, makalah,

dan artikel ilmiah, yang disusun oleh para akademisi berkat

informasi dari seorang Risno Ahaya. Oleh sebab itu, Risno

Ahaya layak dinobatkan sebagai salah seorang informan

kunci sastra lisan Gorontalo.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap kiprahnya dalam

melestarikan sastra lisan daerah Gorontalo, beberapa

lembaga pemerintah dan perguruan tinggi telah

menyematkan berbagai penghargaan kepadanya. Di

antaranya adalah Apresiasi Pelestari Sastra Lisan yang

diberikan oleh Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo (2014),

dan penghargaan yang diberikan oleh Fakultas Sastra dan

Budaya Universitas Negeri Gorontalo pada acara Kongres

Budaya Gorontalo (2016). Dalam kurun waktu lebih

kurang 4 tahun terakhir, senyum kehangatan dan suara

khasnya tidak dapat dinikmati lagi oleh masyarakat

Gorontalo karena Sang Maestro Tanggomo, Risno Ahaya

sedang dalam keadaan sakit.

Page 164: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

150 Herman Didipu

RISTAN RASADINGI

Ristan Rasadingi lahir di Desa Pinogu, pada 15 Mei

1957. Akrab di sapa dengan Opa Latu. Beliau menempuh

pendidikan terakhir di bangku sekolah dasar. Meskipun

Opa Latu tidak mengenyam pendidikan tinggi tapi tidak

membuat Opa Latu putus asa dalam melestarikan adat dan

budaya Gorontalo. Opa Latu ini diketahui sedang

menggeluti dua jenis sastra lisan yaitu mi’raji dan dikili.

Sejak tahun 2000-an, sebagai bentuk rasa cinta dan rasa

peduli terhadap daerah Gorontalo, Opa Latu sudah

mempunyai beberapa naskah mi’raji dan dikili. Beliau

biasa menembangkan mi’raji dan dikili hanya pada sebuah

mesjid yang berada di sekitar Desa Tingkohubu Timur,

Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Sampai

sekarang beliau masih terlihat aktif dalam sastra lisan yang

ia geluti.

Page 165: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 151

ROBINSO TAHIR

Robinso Tahir atau yang sering disapa Ka Pende

atau Pa Satu Robi, lahir pada 7 Maret 1956 di Paguyaman,

Kabupaten Boalemo. Sehari-hari ia bekerja sebagai petani

di desanya. Ia merupakan seorang penggiat budaya,

khususnya di bidang sastra lisan mi’raji dan dikili. Beliau

menggeluti kedua jenis sastra itu sejak tahun 1971. Ia

biasanya menembangkan kedua sastra lisan di saat ada

perayaan hari besar islam. Untuk sastra lisan mi’raji, Pa

Satu Robi biasa menembangkannya di masjid atau di

rumah. Untuk sastra lisan dikili, beliau biasa

menembangkannya di masjid. Saat ini ia tinggal di Dusun

II Pasir Putih, Desa Boliohuto, Kecamatan Botumoito,

Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Ia menamatkan

pendidikan terakhir di Sekolah Dasar tidak melunturkan

semangatnya untuk mempelajari sastra lisan. Kecintaannya

terhadap sastra lisan dibuktikanya sampai saat ini. Selain

itu, beliau masih menyimpan naskah mi’raji dan dikili

untuk dijadikan sebagai pegangan atau arsip apabila suatu

waktu dibutuhkan.

Page 166: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

152 Herman Didipu

ROMI H. ABDUL

Romi H. Abdul atau yang lebih akrab dikenal

dengan Omi, lahir pada tanggal 22 Januari 1973. Omi lahir

di Desa Bunggalo, Kecamatan Telaga, Kabupaten

Gorontalo. Ia merupakan salah satu tokoh sastra daerah

yang gemar menembangkan sastra lisan daerah gorontalo

di tempat tinggalnya. Tokoh sastra daerah satu ini, dalam

kesehariannya bekerja sebagai tukang bentor. Meskipun

disibukkan dengan pekerjaannya, Omi selalu aktif dalam

ikut serta melestarikan sastra daerahnya. Ia menamatkan

pendidikannya di Pesantren Hubulo. Rasa cinta Omi

terhadap sastra lisan Gorontalo sudah terpupuk sejak lama.

Omi mulai menggeluti salah satu sastra lisan daerah, yakni

miraji pada umur 16 tahun di mesjid sekitar tempat

tinggalnya. Sudah 31 tahun lamanya, Omi ikut serta dalam

merawat dan melestarikan salah satu kebudayaan

daerahnya. Omi beranggapan bahwa hal inilah yang

semestinya diajarkan kepada khalayak muda saat ini

karena kebudayaan merupakan salah satu aset yang harus

dijaga, dirawat dan dilestarikan.

Page 167: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 153

RONI MOLI

Roni Moli lahir di Tilamuta, Kabupaten Boalemo,

Provinsi Gorontalo. Roni Moli lahir. Roni masih aktif

dalam menembangkan sastra lisan di daerahnya.

Diketahui, Roni bekerja sebagai Guru. Kesibukannya

sebagai guru tidak membuat roni lupa akan tugasnya

sebagai pemuda daerah Gorontalo yang sudah seharusnya

terus melestarikan adat istiadat daerahnya. Roni mulai

menembangkan sastra lisan pada tahun 1997. Ia pun masih

konsisten menjaga dan merawat sastra lisan kebanggaan

daerahnya. Sastra lisan yang biasa beliau tembangkan

yakni tuja’i. Sastra lisan ini adalah puisi bersajak dalam

bahasa Gorontalo, namun tidak terikat oleh jumlah baris.

Tuja’i berisi pujian, nasihat, dan petuah yang sering

diucapkan pada prosesi adat setempat, seperti acara

lamaran, perkawinan, pemberian gelar dan lainnya. Roni

pun biasa menembangkan tuja’i di rumah-rumah warga

yang melakukan perkawinan. Hal inilah yang membuat

beliau diangkat menjadi Bate Tundungiyo dalam

kedudukan adat Gorontalo.

Page 168: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

154 Herman Didipu

ROSTIN TARIF

Rostin Tarif akrab disapa dengan

Ka Satu diketahui lahir di Tapa, 12

November 1942. Pendidikan

terakhir Ka Satu adalah Sekolah

Menengah Pertama, selain dikenal

dengan julukan Kota Serambi

Madinah, daerah Gorontalo juga

dikenal karena memiliki

keberagaman adat dan budaya

yang menjadi ciri khas. salah satu adat dan budaya

Gorontalo yang hingga saat ini masih dilestarikan adalah

sastra lisan. Lelaki yang biasa di sapa Ka Satu ini menggeluti

sastra lisan mi’raji sejak tahun 1974 dan belajar

menembangkan bahkan sampai sekarang. Mi’raj ini biasa

diadakan untuk memperingati Isra Mikraj di masjid.

Dengan keterampilannya bersastra lisan, beliau juga sudah

mendapatkan apresiasi atau sebuah penghargaan.

Walaupun tidak mengenyam pendidikan tinggi tapi

pengetahuan beliau terhadap sastra lisan daerah Gorontalo

sangat luas. Bahkan, Ka Satu juga sudah memiliki naskah

mi’raji.

Page 169: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 155

RUGAIYAH B. SINO

Rugaiyah B. Sino lahir di Tahele, pada tanggal 12

September 1952. Rugaiyah B. Sino atau yang akrab disapa

Ate Kano ini pernah menempuh pendidikan nonformal di

Utusan Guru Agama (UGA). Pada tahun 1970-an, Ate

Kano pernah menjadi guru agama di SDN 2 Tahele. Sejak

kelas 4 SD, beliau telah bergelut di dunia pelestarian

budaya khususnya sastra lisan Gorontalo. Dengan umur

yang muda tersebut, membuktikanya sebagai seorang yang

sangat aktif menjadi pemerhati budaya Gorontalo. Bidang

sastra lisan yag menjadi fokus perhatianya ialah debe.

Melalui sastra lisan debe, beliau dikenal oleh masyarakat

sebab sudah biasa menembangkan debe dalam kegiatan-

kegiatan keagamaan di desanya.

Page 170: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

156 Herman Didipu

RUKMIN THAIB

Rukmin Thaib lahir di Hulawa, Kabupaten

Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Beliau lahir pada tanggal

4 Juni 1980. Walaupun tingkat pendidikannya hanya

sampai tingkat sekolah dasar, namun hal ini tidak

membatasi wanita 40 tahun ini untuk mengembangkan

kreatifitasnya. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan wanita

yang lebih akrab disapa dengan Ibu Mimin ini sebagai

pengrajin karawo. Karawo merupakan kain tradisional

khas Gorontalo, yang pembuatannya merupakan hasil

kerajinan tangan. Dengan kesibukannya sebagai pengrajin

karawo dan ibu rumah tangga sekaligus, ia tetap berperan

aktif dalam melestarikan salah satu sastra lisan dikili di

daerah sekitar tempat tinggalnya.

Page 171: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 157

RUSDI BUKOTING

Rusdi Bukoting merupakan putra asli

daerah Desa Gentuma. Beliau lahir

pada 14 Agustus 1953. Masyarakat

Desa Gentuma sering menyapa

beliau dengan sapaan Aba Rusu. Ia

termasuk dalam anggota perangkat

adat setempat. Pendidikan terakhir

Aba Rusu sampai di tingkat sekolah

dasar. Saat ini Aba Rusu sehari-hari

bekerja sebagai petani. Sebagai salah satu tokoh

masyarakat, beliau sering menembangkan sastra lisan

Gorontalo yaitu mi`raji. Tugas yang diembannya bermula

tahun 2009, khususnya pada perayaan hari-hari besar

Islam. Salah satunya adalah perayaan maulid nabi yang

biasa disebut oleh masyarakat Gorontalo palillati. yang

pelaksanaannya sering diadakan di masjid-masjid.

Page 172: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

158 Herman Didipu

RUSDIN HUSAIN

Rusdin Husain atau yang sering

disapa dengan Kaperudi. Ia lahir

di Rumbia, pada 12 Januari 1952.

Kaperudi saat ini berdomisili di

Desa Rumbia. Kedudukan beliau

dalam sistem adat, sebagai imamu

atau imam desa. Pendidikan

terakhir yang berhasil ditempuh

Kaperudi adalah PG

Muhammadiyah Limboto. Beliau merupakan salah satu

tokoh yang menekuni sastra lisan mi`raji. Mi’raji ini

dilaksanakan setiap peringatan Isra Mikraj Nabi

Muhammad saw. Teks mi`raji adalah teks yang memuat

perjalanan nabi dalam bahasa Gorontalo dengan

menggunakan aksara arab pegon. Beliau menekuni sastra

lisan tersebut sejak tahun 1980 sampai saat ini. Biasanya

Kaperudi menembangkan sastra lisan di masjid-masjid di

lingkungan Rumbia.

Page 173: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 159

RUSMIN IBRAHIM

Rusmin Ibrahim lahir di Gorontalo pada 3 Maret

1955. Wanita yang akrab disapa Sisa Usu ini merupakan

tamatan Sekolah Dasar (SD). Aktivitas kesehariannya

sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Di dalam adat

Gorontalo, Rusmin Ibrahim berkedudukan sebagai seorang

penembang tinilo yang sudah digelutinya sejak tahun

1970. Rusmin Ibrahim biasa menembangkan tinilo pada

setiap pelaksanaan adat, khususnya pada peringatan

malam ke 40 kematian seseorang atau biasa disebut

dengan tinilo pa’ita.

Page 174: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

160 Herman Didipu

RUSNI DINGO

Rusni Dingolahir di Bolihutuo,

Kecamatan Botumoito, Kabupaten

Boalemo pada 18 Maret 1966.

Wanita ini juga akrab disapa Aci

Yoyo. Wanita kelahiran dari

keluarga yang sederhana ini

menguasai beberapa sastra lisan

Gorontalo, di antaranya adalah

dikili, debe, turunani, dan buruda.

Pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, dan pendidikan

terakhir beliau hanya sampai di sekolah dasar (SD). Untuk

melestarikan budaya Gorontalo agar tidak tergerus zaman,

ia pun sudah mempunyai naskah dari sastra lisan tersebut.

Bahkan, sebagian sudah di hafalnya. Beliau sering

menembangkan sastra lisan di berbagai tempat. Ia dan

teman-temannya menembangkan dikili untuk

memperingati hari besar Islam atau sering di sebut

perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Untuk sastra lisan

turunani dan buruda, ia selalu menembangkan pada acara-

acara pernikahan. Berbeda dengan debe aci yoyo hanya

menembangkan pada malam Jumat di masjid. Sekarang

beliau tinggal di Dusun II Pasir Putih, Bolihutu’o,

Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo.

Page 175: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 161

RUWIDIN A. PAKAYA

Ruwidin A. Pakaya atau yang lebih

dikenal dengan sapaan Pasisa

Ruwi. Pria kelahiran Gorontalo, 6

Juli 1960, dalam kesehariannya

bekerja sebagai petani. Pendidikan

terakhir beliau adalah PGA

(Pendidikan Guru Agama). Bekal

pengetahuan agama yang

diperolehnya semasa sekolah,

menjadikan pria 59 tahun ini dipercaya oleh masyarakat

sekitar untuk menjadi imam di masjid. Untuk itu, Pa Sisa

Ruwi dipercayakan sebagai salah seorang pegawai sarah

yaitu sebagai khatib sejak tahun 1996 hingga sekarang. Ia

dikenal sebagai salah seorang yang menggeluti jenis sastra

lisan barzanji. Kemampuan beliau dalam melantunkan

barzanji menjadikan beliau sering diundang pada acara

mohuntingo atau gunting rambut.

Page 176: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

162 Herman Didipu

SA’ADIAH IBURA

Sa’adiah Ibura atau yang sering

disapa masyarakat dengan Ta

Cindonga, lahir pada tahun 1966,

di Botumoito, Kabupaten

Boalemo. Pendidikan terakhir

yang ditempuh adalah sekolah

dasar. Bidang sastra lisan daerah

yang digeluti oleh Ta Cindonga

adalah dikili dan debe. Beliau

menggeluti sastra daerah dikili dan debe sejak remaja, di

umur 20 tahun. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi

keahliannya dalam menembangkan dikili. Ia juga diundang

untuk menembangkan dikili dan debe untuk maulid nabi

dan doa rutin kegiatan ibu-ibu tiap pekan. Ia biasanya

menembangkan sastra lisan tersebut di masjid dan di

rumah-rumah masyarakat yang menjadi kesepakatan ibu-

ibu yang tergabung dalam kelompok penembang debe.

Page 177: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 163

SABRIN LATIF

Sabrin latif, lahir di Wanggarasi, Kabupaten

Pohuwato, tanggal 8 November 1948. Beliau yang sehari-

harinya disapa Pa Mani Sabumenempuh pendidikan

terakhirnya sampai kelas 5 di SDN Lemito. Saat ini, beliau

bekerja sebagai seorang petani. Di dalam sistem adat

masyarakat, beliau termasuk dalam Baate. Pa Mani Sabu

termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam

melestarikan kebudayaan masyarakat khususnya sastra

lisan daerah Gorontalo. Jenis sastra daerah yang digeluti

Pa Mani Sabu di antaranya; mi’raji, sa’iya, debe, turunani,

dan buruda. Keahliannya dalam bersastra lisan

dikarenakan Pa Mani Sabu telah menggeluti jenis sastra ini

sejak ia berumur 20 tahun. Beliau biasa diundang untuk

menembangkan sastra daerah di pesta pernikahan dan

maulid Nabi. Dulu, ia pernah mendapatkan penghargaan

dari pemerintah berupa uang sebesar Rp300.000,00. Saat

ini, ia bermukim di Dusun Tihungo Utara, Desa Motolohu,

Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato. Sampai

dengan saat ini, beliau aktif menembangkan lima jenis

sastra daerah tersebut.

Page 178: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

164 Herman Didipu

SAFRUDIN MALITU

Safrudin Malitu adalah salah satu anggota

masyarakat yang termasuk dalam penggiat kebudayaan

lokal Gorontalo. Beliau lahir pada 21 September 1990 di

Tilamuta, Kabupaten Boalemo. Pendidikan terakhirnya

adalah Sekolah Menengah Atas. Ia pernah bekerja di salah

satu perusahaan swasta di Kabupaten Boalemo. Ia juga

sebagai anggota penggiat kebudayaan pada sastra lisan

tanggomo hingga saat ini. Sejak tahun 2012, ia mulai aktif

dalam menembangkan tanggomo. Biasanya, Safrudin

Malitu sering diundang untuk menembangkan tanggomo

pada festival budaya yang diadakan oleh pemerintah

daerah setempat. Ia juga pernah mendapatkan piala dan

piagam penghargaan dari pemerintah sebagai salah satu

anggota penggiat kebudayaan lokal.

Page 179: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 165

SALAMI NYOLE

Salami Nyole lahir pada tanggal 3 April 1950.

Wanita kelahiran Tibawa ini menamatkan pendidikanya

pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Sehari-hari, ia

membantu suaminya mencari nafkah dengan bekerja

sebagai petani di wilayah Kabupaten Gorontalo. Ia biasa

dikenal dengan nama lain Masisa Ani. Sejak tahun 1970

hingga sekarang, ia sering diundang untuk menembangkan

sastra lisan tinilo pada saat memperingati hari ke 40 di

acara kedukaan. Selain itu, Masisa Ani pun menjalankan

profesi sampingan sebagai bidan kampung atau hulango

untuk membantu persalinan ibu hamil secara tradisional.

Di dalam masyarakat, Masisa Ani memiliki kedudukan adat

sebagai biyanga. Masisa Ani di mata masyarakat di

Kabupaten Gorontalo dikenal sebagai salah satu tokoh

sastra daerah Gorontalo.

Page 180: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

166 Herman Didipu

SALEH YUSUF

S aleh Yusuf lahir pada 6 April 1960 di Desa Tibawa,

Kabupaten Gorontalo. Masyarakat Tibawa sering

menyapa lelaki tersebut dengan sapaan Ka Pulu. Sekarang

ia menjabat sebagai Kepala Desa Sukma. Riwayat

pendidikannya juga cukup baik karena pernah mengeyam

pendidikan sarjana di perguruan tinggi dengan gelar S.A.P.

Walaupun menjabat sebagai Kepala Desa, hal itu tidak

menyurutkan semangatnya untuk menjaga sastra lisan

Gorontalo agar tetap lestari. Hal itu di buktikan oleh Ka

Pulu dengan kebiasaannya menembangkan sastra lisan

Gorontalo mi`raji. Sejak 2006, ia sudah aktif

menembangkan sastra lisan tersebut. Biasanya beliau

menembangkan sastra lisan untuk memperingati

perjalanan nabi besar Muhammad saw. yang

diselenggarakan di masjid-masjid.

Page 181: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 167

SALIM KUDE

Salim Kude akrab disapa Pasisa

Kohu lahir di Gorontalo, 18

September 1954. Pada tahun 1967

Pasisa Kohu menempuh

pendidikan di Sekolah Rakyat.

Sejak tahun 1971, Pasisa Kohu

mulai menggeluti sastra daerah.

Ketekunan Pasisa Kohu dalam

menggeluti sastra daerah dapat

dilihat dari penguasaan beberapa sastra daerah, yaitu tinilo

dan sa’iya. Selain itu, ia juga telah memiliki kedudukan

sebagai gambusi dalam adat.. Semangatnya tidak pernah

surut yang dibuktikan dengan keaktifannya dalam

menembangkan sastra daerah tnilo dan sa’iya di rumah-

rumah warga.

Page 182: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

168 Herman Didipu

SALINI MONOARFA

Salini Monoarfa lahir pada tanggal

20 Oktober 1953. Perempuan

kelahiran Gorontalo ini akrab

disapa oleh masyarakat dengan

sebutan Mami. Beliau menamatkan

pendidikan di Sekolah Dasar. Saat

ini, Salini atau Mami beralamat

tinggal di Jl. Gani Hulukati,

Kelurahan Tumbihe, Kecamatan

Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja sebagai pembuat

kue. Sejak tahun 1997, Salini mulai menggeluti sastra lisan

Gorontalo. Jenis sastra lisan yang digelutinya adalah dikili.

Karena itu, ia serng diundang masyarakat untuk

menembangkan dikili sebagai rangkaian kegiatan adat

dalam peringatan maulid nabi.

Page 183: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 169

SALMA HUSAIN

Salma Husain atau lebih akrab

disapa Aci, lahir pada 11 September

1963 di Desa Ulanta, Kecamatan

Suwawa, Kab. Bone Bolango.

Pendidikan terakhir Aci hanya

sampai pada Sekolah Dasar. Ibu

rumah tangga ini sehari-hari

bekerja sebagai petani. Dalam

melestarikan budaya Gorontalo, ia

menekuni beberapa sastra lisan daerah gorontalo yaitu

dikili dan debe sejak tahun 2004. Bahkan, wanita ini

memiliki beberapa naskah sastra lisan dikili dan debe.

Aktifitasnya menembangkan dikili dan debe biasanya pada

acara peringantan maulid nabi di Desa Ulantha,

Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.

Page 184: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

170 Herman Didipu

SALMA MOHI

Salma Mohi, lebih akrab di sapa oleh masyarakat

sekitar dengan sapaan Ta Salma. Lahir di Desa Kaidundu,

pada tanggal 5 Februari 1969. Ta Salma menempuh

pendidikan terakhir di bangku Sekolah Menengah Atas.

Salah satu adat dan budaya yang masih sangat menonjol

di daerah gorontalo adalah satra lisan. Ia diketahui sedang

menggeluti dua sastra lisan yaitu tinilo dan dikili pada

tahun 2020. Beliau sekarang memiliki kedudukan dalam

adat sebagai anggota tinilo dan dikili. Ta Salma biasa

menembangkan tinilo dan dikili untuk memperingati

Maulid Nabi di Desa Tingkohubu Timur, Kecamatan

Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.

Page 185: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 171

SALMIN ALI

Salmin Ali atau yang bisa di sapa

Ka Sale, lahir pada tahun 1967 di

Botumoito. Pendidikan terakhir

yang ditempuhnya adalah sekolah

dasar. Ka Sale adalah tokoh

masyarakat Desa Botumoito yang

menguasai tiga jenis sastra lisan

Gorontalo. Ketiga jenis sastra lisan

itu adalah tuja`i, leningo,dan

palebohu. Pada tahun 2002, ia mendapat gelar sebagai

Kilama Ipilo atau pemangku adat di Desa Botumoito.

Biasanya ia menembangkan ketiga jenis sastra lisan ini saat

menyambut tamu penting seperti camat, bupati, atau

Gubernur. Tempat yang sering dijadikan sebagai lokasi Ka

Sale untuk menembangkan ketiga jenis sastra lisan ini,

biasanya di kantor-kantor dinas pemerintah dan rumah

dinas pejabat negara.

Page 186: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

172 Herman Didipu

SAMIN UTINA

Samin Utina atau yang lebih akrab

disapa dengan Ta Samin lahir di

Batuda’a pada tanggal 16 Januari

1968. Beliau tinggal di Desa

Potanga, Kabupaten Gorontalo.

Wanita ini merupakan salah salah

pelestari sastra lisan daerah

Gorontalo. Diketahui, riwayat

pendidikan Ta Samin hanya

sampai tingkat sekolah dasar. Walaupun demikian, hal itu

bukanlah halangan baginya untuk terus menjaga dan

melestarikan kebudayaan yang berada di daerahnya. Pada

tahun 1994, Ta Samin mulai bergelut dengan dunia sastra

lisan daerah Gorontalo.

Page 187: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 173

SAMSUDIN MOHA

Samsudin Moha lahir di

Botumoito, Kabupaten Boalemo.

Tokoh masyarakat yang kerap

disebut Musi atau Pasusi ini,

sekarang sudah berumur lebih 70

tahun. Ia memiliki riwayat hanya

pada jenjang sekolah dasar (SD).

Pasusi termasuk dalam salah satu

penggiat sastra daerah Gorontalo,

khususnya sastra daerah jenis dikili. Ia memang dikenal

oleh masyarakat sebagai salah satu pelantun dikili di

Botumoito. Sejak usia muda, dikili sudah digelutinyai. Ia

sering menembangkan sastra lisan untuk kegiatan Maulid

Nabi di masjid-masjid area Botumoito. Keahliannya dalam

menembangkan dikili membuatnya dikenal oleh

masyarakat setempat maupun masyarakat yang tinggal di

luar kampungnya.

Page 188: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

174 Herman Didipu

SAMSUDIN THAIB

Samsudin Thaib lahir di Batuda`a

pada 4 Mei 1954. Masyarakat

Batuda`a sering menyapa

Samsudin dengan sapaan Ka Sudi.

Kedudukannya dalam masyarakat

sebagai ketua adat (Ahululu) di

Desa Dulamayo. Lelaki ini adalah

lulusan sekolah guru agama. Selain

bekerja sebagai guru agama, ia

juga merangkap menjadi aparat Desa, beliau tetap

meluangkan waktunya untuk menggeluti sastra lisan tuja`i,

tinilo, mi`raji, dikili dan debe. Untuk menembangkannya

Ka Sudi memiliki waktu-waktu tertentu. Tuja`i

ditembangkan pada acara pernikahan, tinilo di waktu 40

hari setelah kematian, mi`raji ketika hari kelahiran nabi

Muhammad saw. Adapun dikili biasanya beliau

menembangkannya secara berkelompok pada perhelatan

maulid nabi atau yang biasa disebut palillati pada 12 Rabiul

Awal dan debe pada acara-acara arisan. Sejak tahun 1977

ia sudah aktif menembangkan jenis-jenis sastra lisan di atas.

Daerah yang menjadi kawasannya untuk menembangkan

sastra lisan mulai dari seputaran Pilohayanga hingga sekitar

Bungalio, Bongememe.

Page 189: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 175

SAMSUDIN TIALO

Samsudin Tialo atau Ti Pali Sama

adalah putra asli Desa Potanga,

Kecamatan Botumoito. Beliau lahir

pada tanggal 20 Juli 1952 di Desa

Potanga. Pendidikan formalnya

hanya pada bangku sekolah dasar.

Sastra lisan yang digelutinya adalah

dikili. Pali Sama biasa

menembangkan sastra lisan dikili

pada perhelatan maulid Nabi Muhammad saw. yang

sering juga disebut oleh masyarakat Gorotalo dengan

perayaan palillati. Sejak tahun 1970, beliau sudah bergelut

dengan sastra lisan tersebut. Biasanya Pali Sama

menembangkan dkili di masjid-masjid se-Kabupaten

Boalemo.

Page 190: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

176 Herman Didipu

SANTI KARIM

Santi karim merupakan salah satu

penggiat sastra lisan daerah

Gorontalo yang tinggal di Desa

Bulota, Kecamatan Telaga,

Kabupaten Gorontalo. Wanita ini

lahir pada 18 April 1985 di Desa

Bulota. Pendidikan formalnya

hanya sampai tingkat SD. Meskipun

disibukkan dengan tugasnya

sebagai ibu rumah tangga, Santi selalu menyisihkan

waktunya untuk ikut serta menembangkan sastra lisan

dengan teman-teman lainnya. Ia mulai bergelut dengan

sastra lisan dikili pada tahun 2015. Menurutnya, ia mulai

menembangkan sastra lisan ini di Masjid Nurul Iman. Dari

penuturan juga, ia menembangkan sastra lisan daerah,

yakni dikili, karena untuk memenuhi pelaksanaan adat

istiadat yang berlaku di daerahnya.

Page 191: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 177

SARCO IBURA

Sarco Ibura merupakan warga

Botumoito yang dikenal oleh

masyarakat karena keahlianya

dalam bersastra lisan. Ia sering

disapa oleh masyarakat dengan

Ndo’u atau Ci Ndo’u. Ia lahir di

Botumoito pada tahun 1957. Di

dalam keseharianya, Ci Ndo’u

menjalani aktivitas sebagai ibu

rumah tangga. Pendidikan terakhir yang ditempuh beliau

yaitu sekolah dasar (SD). Walaupun demikian, ia termasuk

salah satu anggota masyarakat penggiat sastra daerah

Gorontalo. Kesibukannya sebagai ibu rumah tangga tidak

menghalangi kegemaranya dalam menggeluti sastra lisan

daerah Gorontalo. Ia menggeluti sastra lisan daerah,

khususnya dikili dan debe. Hal ini dilakukannya sejek

tahun 1970. Ci Ndo’u biasanya menembangkan dikili dan

debe pada kegiatan maulid nabi dan kegiatan rutin setiap

Jumat oleh ibu-ibu desa. Biasanya, dikili dan debe

ditembangkanya di masjid dan rumah warga.

Page 192: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

178 Herman Didipu

SARDI MANOPO

Sardi Manopo lahir pada 1 Mei 1962 di Alo. Ia

memiliki kedudukan adat sebagai Ketua Adat. Pendidikan

terakhirnya hanya sampai peringkat sekolah dasar. Ia

sehari-hari bekerja sebagai petani. Sebagai seorang petani,

ia tetap bersemangat untuk belajar dan melestarikan sastra

lisan Gorontalo yaitu tujai. Tuja`i sebagai sastra lisan

Gorontalo ragam adat selalu ditembangkannya di rumah-

rumah masyarakat pada saat pesta pernikahan, khususnya

pada mempelai pria. Sejak tahun 2012, Sardi masih aktif

sebagai penyair tuja`i. Sekarang, Sardi bertempat tinggal di

Desa Nanati Jaya, Kecamatan Gentuma Raya, Kabupaten

Gorontalo Utara.

Page 193: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 179

SARIPA DAMA

Saripa merupakan wanita yang termasuk dalam

anggota masyarakat penggiat kebudayaan local di daerah

Tilamuta. Beliau lahir di Tilamuta, Kabupaten Boalemo,

pada 13 Juli 1949. Pendidikan terakhirnya adalah sekolah

dasar. Beliau aktif dan termasuk dalam salah satu anggota

masyarakat yang menggeluti sastra lisan, khusunya tinilo.

Wanita yang akrab disapa Tausa ini, mulai menggeluti

Tinilo sejak tahun 1989. Biasanya, Tausa sering diundang

untuk menembangkan Tinilo di upacara kematian dan

beberapa lomba MTQ di daerah Boalemo. Selain itu, ia

sering diundang untuk menembangkan tinilo di rumah

warga yang mengadakan upacara kematian sanak keluarga

mereka. Beliau pernah menerima penghargaan berupa

sertifikat dari pemerintah sebagai penggiat kebudayaan

lokal khususnya tinilo di daerahnya. Sampai dengan saat

ini, beliau aktif menembangkan sastra lisan jenis tinilo.

Page 194: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

180 Herman Didipu

SARIPA TIALO

Saripa Tialo atau yang sering disapa oleh

masyarakat sekitar dengan Ma Ade Ipa lahir pada 28

Maret 1959 di Bolihutuo. Dia menamatkan pendidikan

terakhir sampai jenjang sekolah dasar. Sastra daerah yang

digelutinya, di antaranya, dikili, debe, dan turunani. sejak

tahun 2017. Ia juga sering diundang untuk menembangkan

ketiga jenis sastra daerah ini pada acara pernikahan dan

hari-hari besar Islam. Lokasi Ma Ade Ipa menembangkan

ketiga jenis sastra daerah ini di masjid dan rumah warga.

Dengan pekerjaannya sebagai petani di daerahnya, ia pun

masih aktif menembangkan ketiga jenis sastra daerah itu.

Untuk naskah sendiri, beliau menyimpan naskah turunani

dan dikili saja. Ma Ade Ipa saat ini menetap di Dusun 1

Alumbango, Desa Bolihutuo, Kabupaten Boalemo.

Page 195: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 181

SARIPAH HULINGGI

Saripah Hulinggi lahir pada 20 Desember tahun

1962 di Gorontalo. Perempuan yang akrab disapa dengan

sebutan Ma Ipah ini, beralamat tinggal di Jalan Abdullah,

Kota Gorontalo. Pendidikan terakhir yang ditempuhnya

adalah tingkatan Sekolah Menengah Atas. Perempuan

kelahiran Gorontalo ini tercatat sebagai salah satu tokoh

penggiat adat daerah Gorontalo. Dalam sistem adat

daerah Gorontalo, beliau menempati kedudukan sebagai

hulungo. Sebagai salah satu penggiat sastra daerah, dia

tercatat sebagai salah satu tokoh adat yang aktif dalam

melaksanakan adat polihu lolimu dan molondalo. Adat

polihu lolimu merupakan salah satu adat yang

dilaksanakan pada saat pembaiatan untuk anak

perempuan atau laki-laki. Selain itu, juga adat molondalo

atau rabu-raba puru yang juga merupakan salah satu adat

daerah Gorontalo yang dilaksanakan pada saat usia

kehamilan pertama menginjak 7-8 bulan.

Page 196: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

182 Herman Didipu

SARTIN AHMAD

Sartin Ahmad lahir di Suwawa pada

tanggal 28 Desember 1948, atau

lebih akrab disapa dengan sebutan

Kuni Oku. Pendidikan terakhirnya

hanya menjejaki sampai Sekolah

Menengah Pertama. Kuni Oku

tidak berputus asa untuk

melestarikan adat dan budaya

Gorontalo. Baginya, jenjang

pendidikan tidak menjamin terampilnya orang Gorontalo

menembangkan sastra lisan. Ia pun menjadi penembang

sastra lisan pada acara-acara dengan jenis sastra lisan debe

dan dikili. Ketertarikannya terhadap sastra lisan sejak tahun

1986. Dengan keterampilannya bersastra lisan, ia pun

mendapatkan berbagai apresiasi dan penghormatan.

Kedudukannya dalam adat di Desa Ulanta, Kecamatan

Suwawa, Kabupaten Bone Bolango adalah Ketua Majelis

Taklim. Kuni Oku biasa menembangkan sastra lisan di

masjid untuk memperingati hari kelahiran Nabi

Muhammad saw. Sebagai bentuk kecintaan terhadap

daerah Gorontalo, Kuni Oku bahkan sudah memiliki

naskahnya. Kepandaiannya dalam menggeluti sastra lisan

tersebut sehingga ia mendapatkan beberapa penghargaan

dari pemerintah.

Page 197: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 183

Prof. Dr. SAYAMA MALABAR,

M.Pd.

Prof. Dr. Sayama Malabar, M. Pd,

lahir di Gorontalo, 29 Juli 1960. Ia

menyelesaikan pendidikan SD

(1972), PGAN 4 (1976), dan PGAN

6 (1979). Pendidikan S-1 di FKIP

Unsrat diselesaikan pada tahun

1986, pendidikan S-2 di Prodi

Pendidikan Bahasa IKIP Jakarta

tahun 1997, dan terakhir pendidikan S-3 (Doktor) program

studi Linguistik di Unsrat Manado diselesaikan pada tahun

2011. Berkat ketekunan beliau, pada tahun 2013

memperoleh gelar jabatan akademik tertinggi sebagai

Profesor atau Guru Besar di bidang Linguistik. Hingga saat

ini, Prof. Sayama aktif mengajar pada jenjang S-1, S-2, dan

S-3 di Universitas Negeri Gorontalo.

Berbagai jabatan strategis pernah diduduki, di

antaranya: (1) Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia STKIP Negeri Gorontalo, 1999-2000; (2)

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FPBS IKIP Negeri Gorontalo, tahun 2001; (3) Pembantu

Dekan I FPBS IKIP Negeri Gorontalo, tahun 2001-2004;

(4) Dekan Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri

Gorontalo, pada tahun 2004-pertengahan tahun 2009; (5)

Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan dan

Pengajaran (LP3) UNG tahun 2011-2012, (6) Ketua

Program studi S-2 Pendidikan Bahasa Indonesia

Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo tahun 2012;

Page 198: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

184 Herman Didipu

dan (7) Ketua Program studi S-3 Pendidikan Bahasa

Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013.

Kontribusi Prof. Sayama dalam upaya

pengembangan sastra lisan Gorontalo sudah dimulai sejak

menjadi Tim Peneliti Ragam Sastra Lisan Gorontalo

bersama para dosen senior tahun 1980-an. Beberapa

tulisannya dalam ranah sastra dan budaya Gorontalo telah

dipublikasi dalam berbagai prosiding dan jurnal ilmiah,

antara lain: (1) Makna Tanda-Tanda Bau Kemenyan dalam

Aktivitas Kehidupan Masyarakat Gorontalo (Suatu Kajian

dari Segi Semiotika) (2007); (2) Eksistensi Bahasa Daerah

Gorontalo dan Upaya sebagai Wujud Ketahanan Budaya:

Prosiding Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Kemendikbud, 2014; (3) Pelestarian Bahasa Daerah sebagai

Media Revolusi Mental, Prosiding APPI-Bastra, Surabaya,

2016; dan (4) Revitalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui

Pembelajaran Sastra Daerah, Prosiding Hiski Bengkulu,

2017.

Page 199: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 185

SIMON GANI

Simon Gani atau biasa disapa Om

Simon, lahir di Gorontalo pada 6

Desember 1967. Pendidikan

terakhir Om Simon yaitu Sekolah

Menengah Atas. Untuk memenuhi

kebutahan keluarga, ia bekerja

sebagai tukang bentor. Bekal

pengetahuan agamanya,

menjadikan Om Simon dipercaya

oleh masyarakat sekitar untuk menjadi imam masjid. Pada

peringatan Isra Mikraj di Gorontalo, ia rutin melantunkan

sastra lisan me’eraji, baik di masjid maupun di rumah

warga sesuai permintaan pihak yang mengundang.

Keinginan Om Simon menjadi pelantun mi’raji di masjid-

masjid terdekat dan di rumah-rumah secara tradisional

yang bertujuan mengembangkan budaya yang telah lama

dilaksanakan di daerah Gorontalo. Berkat keuletannya

dalam melantunkan me’eraji, Om Simon berhasil

mendapat piagam penghargaan terbaik III pada kegiatan

Festival Mi’raj tingkat Kota Gorontalo. Selain itu, ia pun

pernah meraih Piagam Penghargaan Festival Mi’raj II se-

Provinsi Gorontalo, serta Piagam penghargaan Juara II

Tilawah Dewasa Qori’.

Page 200: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

186 Herman Didipu

SITRA HUSAIN

Sitra Husain atau yang sering

disapa Sisa Nina, lahir di

Tilongkabila, Kabupaten Bone

Bolango pada 14 Agustus 1965.

Riwayat pendidikan terakhir Sisa

Nina tingkat Sekolah Dasar. Untuk

kelangsungan hidupnya, ia bekerja

sebagai pedagang. Ia merupakan

salah satu anggota masyarakat

yang termasuk dalam penggiat sastra daerah khusunya di

bidang dikili dan buruda sejak dua tahun terakhir. Sisa Nina

biasanya menembangkan kedua sastra lisan tersebut, di

saat perayaan-perayaan hari besar Islam. Untuk sastra lisan

dikili, Sisa Nina menembangkannya di masjid. Sedangkan,

sastra lisan buruda ditembangkannya tidak hanya di

masjid, melainkan juga di rumah warga yang mengadakan

acara tertentu. Saat ini, beliau tinggal di Desa Butu,

Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango,

Gorontalo. Sampai saat ini, beliau masih aktif dalam

mengikuti perayaan-perayaan Islam yang sudah menjadi

tradisi di Gorontalo. Keaktifan tersebut membuat Sisa Nina

menjadi bagian dari kelompok adat di Desa Butu.

Page 201: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 187

SOFYAN LASIMPALA

Sofyan Lasimpala sangat akrab di kenal dengan

sapaan Paci Yani. Ia lahir di Suwawa pada 24 Oktober

tahun 1957. Pendidikan terakhir Paci Yani hanya sampai di

Sekolah Dasar. Pekerjaannya sehari-hari adalah petani.

Ketertarikannya terhadap sastra lisan sejak tahun 1994.

Paci Yani menggeluti sastra lisan tuja’i dan mi’raji. Tuja’i

biasa dilaksanakan di pesta pernikahan dan mi’raji

diadakan di bulan Rajab atau Syaban untuk memperingati

peringatan Isra Mikraj. Malahan, ia sudah menjadi petugas

tetap untuk menembangkan sastra lisan, Beliau telah

berinisiatif membuat naskah sendiri, tetapi masih

berpatokan pada naskah-naskah sebelumnya. Dari

keuletan Paci Yani dalam menggeluti sastra lisan tersebut,

pemerintah setempat menjadikannya sebagai Kimalaha.

Kimalaha merupakan kedudukan adat yang diberikan oleh

pemangku adat, karena seseorang tersebut berpengaruh di

daerahnya dan memiliki keterampilan khusus, terutama

berhubungan dengan sastra lisan. Paci Yani sampai saat ini

masih aktif dalam pelestarian sastra lisan Gorontalo yang

kaya akan makna kehidupan tersebut.

Page 202: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

188 Herman Didipu

SRIVONI KUMAL

Srivoni Kumal merupakan wanita kelahiran

Tilamuta, tanggal 22 Juni 1980. Ia telah menyelesaikan

pendidikan terakhir pada jenjang S-1 Pendidikan Anak Usia

Dini. Saat ini, Srivoni tercatat sebagai Aparatur Sipil Negara

sebagai guru pada salah satu taman kanak-kanak. Dengan

pekerjaannya seperti itu, tidak membuat Srivoni tidak acuh

dengan kebudayaan daerah Gorontalo. Sejak tahun 2010,

ia menjadi salah satu warga yang ikut aktif menembangkan

sastra lisan daerah. Sastra lisan yang digeluti Srivoni adalah

debe. Debe merupakan sastra lisan yang biasa

ditembangkan di masjid untuk memperingati acara

keagamaan.

Page 203: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 189

SUDIRMAN PANTO

Sudirman Panto yang biasa disebut dengan sapaan

Bali Dima. Ia lahir di Buata, 1 Februari 1994. Pendidikan

terakhir Bali Dima berhenti di Sekolah Dasar. Ia merupakan

salah satu tokoh adat Gorontalo yang memiliki kedudukan

adat sebagai sarada’a. Salah satu adat dan budaya

Gorontalo tersebut adalah sastra lisan. Salah satu

pelestarinya adalah Bali Dima. Jenis sastra lisan yang

ditekuninya adalah dikili di Suwawa. Dikili ini biasa

dilaksanakan untuk memperingati kelahiran Nabi

Muhammad saw. dan biasanya diadakan di masjid. Sejak

tahun 1998, ia sudah menggeluti sastra lisan tersebut.

Sebagai bentuk kecintaan terhadap daerah Gorontalo, Bali

Dima sudah memiliki naskah dikili sendiri. Keuletan dalam

menggeluti sastra lisan tersebut, Bali Dima sudah menerima

suatu penghargaan dari pejabat pemerintah desa dan

kecamatan setempat.

Page 204: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

190 Herman Didipu

SUHARDI HASAN

Suhardi Hasan adalah nama salah

satu anggota mansyarakat yang

berada di Botumoito. Suhardi

Hasan lahir di Botumoito 14

Februari 1971. Masyarakat sering

memanggilnya Aya atau Baate. Ia

mendapat panggilan Aya karena

Suhardi Hasan pernah menjadi

Kepala Desa di Desa Botumoito.

Sedangkan panggilan Baate didapatkan beliau, karena

diangkat oleh para pemangku adat sebelumnya menjadi

Baate. Pendidikan terakhir yang ditempuh Suhardi Hasan

adalah Sekolah Menengah Atas. Ia sering menembangkan

sastra lisan Gorontalo yaitu tuja`i dan tinilo. Ia menggeluti

kedua jenis sastra lisan ini sejak 2012. Saat ini, ia sudah aktif

sebagai penembang kedua jenis sastra lisan tersebut.

Biasanya, ia diundang untuk menembangkan kedua sastra

lisan ini saat menyambut menteri dan tamu-tamu istimewa

lainnya. Penyambutan tersebut dilakukannya di Kantor

Dinas Pendidikan, Kecamatan Botumoito.

Page 205: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 191

SUKO KASIM

Suko Kasim atau yang lebih akrab

disapa dengan Ka Suko merupakan

salah satu tokoh sastra daerah yang

tinggal di Desa Bulota, Kecamatan

Telaga, Kabupaten Gorontalo. Ia

lahir pada tanggal 10 Maret 1951 di

Limba U. Pria ini sehari-hari bekerja

sebagai petani. Riwayat pendidikan

Ka Suko hanya sampai di tingkat

Sekolah Menengah Pertama. Walaupun demikian, hal

tersebut tidak membuat Ka Suko berhenti untuk terus

merawat, menjaga dan melestarikan sastra lisan daerah

Gorontalo. Jika melihat dari sisi sistem adat masyarakat,

Ka Suko memiliki kedudukan adat sebagai Ketua Ahlul.

Jenis sastra lisan yang digeluti Ka Suko adalah dikili. Ia

menggeluti sastra daerah dikili sejak tahun 2001. Ia

menjadi seorang yang menembangkan dikili, berawal dari

keluarganya yang sudah mewarisi secara turun-temurun

untuk menembangkan dikili. Ka Suko biasanya

menembangkan dikili hanya di satu masjid saja, yaitu

Masjid Nurul Iman. Sampai saat ini, Ka Suko masih aktif

menembangkan dikili di masjid Nurul Iman.

Page 206: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

192 Herman Didipu

SUPARDI DEHI

Supardi Dehi yang akrab disapa

masyarakat setempat Baate

Tuntungiyoini, dilahirkan di

Batuda’a pada tanggal 29 Juli

1967. Supardi menyelesaikan

pendidikan terakhir di bangku

SLTA atau yang dikenal saat ini

dengan SMA. Saat ini Supardi

menjabat sebagai Kepala Desa

Huntulohulawa, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten

Gorontalo setelah menyelesaikan periode pertama tahun

2009-2014. Tanggung jawab yang diamanahkan kepada

Supardi tidak membuat dirinya pongah. Sejak Supardi

terpilih menjadi Kepala Desa, dirinya ikut andil dalam

melestarikan sastra daerah Gorontalo. Sastra daerah yang

digeluti beliau, ialah tuja’i. Selain berkedudukan sebagai

kepala Desa, beliau juga memiliki kedudukan dalam adat,

yaitu sebagai baate tuntungi to limutolodunggalaa to

Bongememe. Supardi sering menembangkan tuja’i pada

acara perkawinan, penyambutan tamu dan moloapu di

wilayah Batuda’a.

Page 207: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 193

SURIANTO MUSTAPA

Surianto Mustapa atau sering

disapa Ka Ogi adalah warga yang

berdomisili di Desa Bongo

tepatnya di Dusun Tengah. Tempat

kelahirannya di Gorontalo pada 12

Juli 1971. Untuk memenui

kebutuhan sehari-hari, beliau

bekerja sebagai sebagai

wiraswasta. Hal ini

dilatarbelakangi oleh pendidikan terakhirnya di Sekolah

Menengah Pertama (SMA). Memiliki pekerjaan sebagai

wiraswasta tidak menghalangi kegemarannya dalam

menekuni sastra lisan Daerah. Sejak tahun 2014, Kak Ogi

mengeluti sastra lisan mala-mala dan m’raji. Walaupun

tidak memiliki kedudukan di dalam adat, tetapi lelaki

murah senyum ini turut aktif dalam kegiatan masyarakat.

Biasanya dia ikut dalam menembangkan mi’raji di masjid.

Selain itu, Kak Ogi pun sering menembangkan mala-mala

untuk sebuah pengumuman. Kegemarannya dalam

bersastra lisan membuatnya dikenal oleh masyarakat

sebagai salah satu tokoh penting di lingkungan masyarakat.

Karena kehadirannya, ia sering membantu para lebi,

sarada`a dan baate dalam menjalankan tugas mereka dan

sering memberikan pemikiran-pemikiran tambahan ketika

ada urusan-urusan yang berhubungan dengan kebudayan

Gorontalo. Terlebih lagi dengan upacara-upacara adat

yang membutuhkan orang seperti Ka Ogi.

Page 208: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

194 Herman Didipu

TAHIR RAHMAN

Tahir Rahman, biasa akrab disapa oleh masyarakat

sekitar dengan sapaan Ka Tinggi Ino. Ia lahir di Gorontalo

pada tanggal 7 juli 1969. Ia menempuh pendidikan

terakhir pada bangku Sekolah Dasar. Meskipun beliau

tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi tidak membuat

Ka Tinggi Ino putus asa dalam melestarikan adat dan

budaya yang ada di daerah Gorontalo. Salah satu adat dan

budaya yang sampai saat ini masih tetap menonjol adalah

sastra lisan. Sastra lisan Gorontalo memiliki banyak

keunikan baik dari segi bahasa, segi pelaksanaan, maupun

segi manfaatnya. Keseharian Ka Tinggi Ino bekerja sebagai

tukang. Ia menggeluti sastra lisan tuja’i kurang lebih satu

tahun yang lalu. Sastra lisan itu ditembangkannya pada

acara pernikahan. Dengan keuletannya dalam menggeluti

sastra lisan tersebut, menjadikan Ka Tinggi Ino sebagai

tokoh adat gorontalo dan membuat masyarakat

Gorontalo percaya terhadap dirinya sebagai ketua

pemangku adat di daerah sendiri yaitu di Desa Buhu,

Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango.

Page 209: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 195

THAIB KAMA

Thaib Kama merupakan salah satu

tokoh sastra Gorontalo yang

tinggal di Desa Hulawa,

Kecamatan Telaga, Kabupaten

Gorontalo. Ia lahir pada tahun

1955 di Desa Hulawa. Thaib Kama

atau yang sering disapa dengan Pak

Kuni ini bekerja sebagai imam

wilayah. Meskipun riwayat

pendidikan Pak Kuni hanya sampai tingkat sekolah dasar,

namun hal tersebut tidak menghentikan Pak Kuni untuk

meraih prestasi di bidang sastra lisan Gorontalo. Hal ini

dibuktikan dengan dipilihnya Pak Kuni sebagai Imam

Wilayah dan ahlul dikili. Ini membuktikan bahwa untuk

menjaga dan melestarikan kebudayaan, dapat dilakukan

oleh semua orang selama ada kemauan dan rasa cinta akan

kebudayaan yang ada. Pak Kuni mulai menembangkan

sastra lisan dikili pada tahun 2000, namun kecintaannya

dengan sastra lisan telah tertanam sejak ia kelas 6 SD yakni

dengan mempelajari sastra lisan dikili. Biasanya, Pak Kuni

menembangkan sastra lisan dikili di masjid sekitar tempat

tinggalnya. Selain itu, ia juga menembangkan sastra lisan

tersebut di rumah-rumah tempat penyelenggaraan

kegiatan dikili. Alasan Pak kuni untuk terus

menembangkan dikili adalah untuk melanjutkan tugas

keluarganya dalam merawat dan menjaga adat istiadat

yang telah ada sejak lama. Ia berprinsip bahwa hal tersebut

perlu ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini,

Page 210: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

196 Herman Didipu

agar kebudayaan yang merupakan aset daerah bisa terus

ada dan tidak akan tenggelam oleh modernisasi.

Page 211: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 197

UDIN MALELA

Udin Malela lahir pada tanggal 12

desember tahun 1973 di Tosora.

Lelaki paruh baya itu menamatkan

pendidikannya di Sekolah Dasar

Tosora. Dalam kesehariannya, ia

bekerja sebagai seorang petani.

Udin Malela oleh masyarakat

desanya dipercayakan sebagai

Imam Masjid yang juga aktif

mengembangkan sastra lisan Gorontalo. Dengan naskah

yang dipegangnya, Udin Malela aktif menembangkan

tinilo pada peringatan malam ke-40 setelah seseorang

meninggal dunia. Bersamaan dengan pelaksanaan ta’jia

yang dilaksanakan keluarga yang berduka, Udin juga ikut

serta dalam menembangkan tinilo.

Page 212: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

198 Herman Didipu

UMAR HUSAIN

Umar Husain atau biasa disapa Kadim Uma, lahir

di Gorontalo pada 20 Oktober 1960. Pendidikan terakhir

Kadim Uma adalah Sekolah Dasar. Pria 60 tahun ini

dikenal aktif dalam melestarikan kebudayaan Gorontalo,

khususnya sastra lisan me’eraji, dikili, turunani, dan

buruda. Mata pencaharian utama beliau adalah bertani.

Kemahiran beliau dalam melantunkan sastra lisan

(me’eraji, dikili, turunani, dan buruda), menjadi pekerjaan

sampingan beliau. Ia sering mendapat undangan untuk

mengisi berbagai prosesi upacara adat, seperti perkawinan,

maulid Nabi, dan Isra Mikraj. Kemampuannya dalam

melantunkan sastra lisan sudah diasah sejak dini. Oleh

pemerintah Gorontalo, Kadim Uma pernah mendapat

penghargaan dari pemerintah daerah karena upayanya

dalam pelestarian budaya musik etnik Gorontalo.

Page 213: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 199

UMIRA MOLOLONTO

Umira Mololonto lahir pada

tanggal 25 Desember tahun 1957,

di Kecamatan Suwawa, Kabupaten

Bone Bolango, lebih tepatnya di

Desa Huluduatamo yang kini

dikenal masyarakat dengan Desa

Ulantha. Wanita ini sering disapa

masyarakat dengan sebutan Oma

Biji. Beliau menempuh pendidikan

terakhir di bangku SD (Sekolah Dasar). Dalam

kesehariannya, Oma Biji bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah

Tangga). Dengan usia yang sudah beranjak 62 tahun, ia

masih terlihat aktif dalam kegiatan sastra yang beliau geluti

sekarang. Oma Biji sudah menggeluti dua sastra lisan

daerah Gorontalo yaitu, dikili dan debe sejak pada tahun

2010. Sebagai bentuk kecintaannya terhadap daerah

Gorontalo, ia pun memiliki beberapa naskah dikili dan

debe. Oma biji biasa menembangkan dua jenis sastra lisan

ini pada acara peringatan maulid Nabi.

Page 214: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

200 Herman Didipu

UPIK TAIB KAMA

Upik Taib Kama lahir pada tanggal 21 Maret 1982

di Kabupaten Gorontalo, Kecamatan Telaga, tepatnya di

Desa Hulawa. Pria ini bekerja sebagai karyawan di kantor

Dinas Perhubungan. Tingkat pendidikannya hanya sampai

tingkat SMP. Upik Taib Kama yang lebih akrab disapa

dengan Upik ini merupakan salah satu penggiat sastra lisan

daerah Gorontalo yakni meraji. Meskipun disibukan

dengan pekerjaannya, namun upik tetap menjaga

kebudayaan yang ditinggalkan leluhurnya. Ia mulai aktif

dalam menembangkan sastra lisan meraji pada tahun 2014.

Sastra lisan meraji dibacakan pada saat perayaan Isra

Mikraj. Meraji dituliskan dengan menggunakan bahasa

Arab yang digabungkan dengan bahasa Gorontalo. Ia

merupakan anggota meraji yang aktif dalam

menembangkan sastra lisan tersebut. Dari penuturannya,

alasannya menembangkan sastra lisan meraji, selain karena

kecintaannya terhadap sastra lisan tersebut, tetapi juga

merupakan tugasnya untuk terus menjaga adat istiadat

yang ditinggalkan leluhurnya.

Page 215: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 201

USMAN RAHMAN

Usman Rahman, oleh keluarga dan masyarakat

sekitar dikenal dengan sapaan Kawali Mani. Pria ini lahir

di Gorontalo pada tahun 1961. Pendidikan terakhir Kawali

Mani yaitu Sekolah Dasar. Untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari, Kawali Mani berprofesi sebagai seorang

nelayan. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang

nelayan, ia masih menyempatkan diri untuk

menembangkan sastra lisan dalam berbagai prosesi

peradatan. Terutamanya pada perayaan hari besar

keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad saw dan

peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. Pada

peringatan hari-hari besar keagamaan tersebut, ia aktif

menembangkan jenis sastra lisan mi’raji dan dikili. Mo

me’eraji dan mo dikili menjadi profesi tambahan beliau

pada waktu-waktu tersebut. Ini sudah digelutinya sejak

tahun 2016. Ia sering menembangkan dikili dan me’eraji di

masjid maupun di rumah sesuai permintaan atau undangan

pihak pengundang atau keluarga.

Page 216: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

202 Herman Didipu

YAN DUE

Yan Due lahir di Botumoito pada 1

Januari seribu 1970, di Kabupaten

Boalemo. Bagi masyarakat

setempat, beliau sering disapa

dengan sapaan Papa Alim. Ia

merupakan salah satu pemangku

adat di Desa Botumoito,

Kecamatan Botumoito. Sekarang,

ia menjabat sebagai Tamburu atau

pemegang salah satu alat musik (mayuru). Pendidikan

terakhir yang ditempuhnya sampai di tingkat SMA

(Sekolah Menengah Atas). Ia sangat lihai melantunkan

sastra lisan tuja’i. Diangkatnya Yan Due sebagai tokoh

penutur tuja’i pada tahun 2009, melalui hasil musyawarah

secara adat oleh Baate Kecamatan Botumoito. Tidak

semua orang bisa diangkat menjadi tokoh penutur tujai.

Beliau diangkat menjadi tokoh penutur tuja’i karena

memiliki keterampilan khusus dan mampu memberikan

dampak baik kepada orang-orang sekitar seperti istilah

para pemangku adat (mo`odelo). Masyarakat Kecamatan

Botumoito sering mempercayakan Papa Alim sebagai

tokoh yang bertugas untuk penyambutan tamu undangan

atau pejabat daerah seperti bupati, camat, dan gubernur

ketika datang bertamu di Kecamatan Botumoito.

Penyambutan-penyambutan tamu selalu dilakukan oleh

Papa Alim di rumah dinas, masjid kecamatan, dan Polres.

Selain untuk menyambut pemimpin-pemimpin daerah,

Yan Due juga dipercayakan sebagai para penutur tuja’i

dalam acara penikahan.

Page 217: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 203

YENI MATANA

Yeni Matana atau yang sering disapa Pakuni Yeni,

lahir di Bolihutu’o, Kabupaten Boalemo, tanggal 9

September 1959. Sehari-hari ia berprofesi sebagai petani. Ia

menempuh pendidikan terakhirnya sampai jenjang sekolah

dasar. Namun, tepat pada tanggal 19 Februari 2019, beliau

wafat pada usia 66 tahun. Walaupun telah wafat,

masyarakat mengenang beliau sebagai ahli sastra lisan

daerah Gorontalo. Hal ini pun dibuktikan dengan riwayat

beliau yang termasuk dalam salah satu anggota masyarakat

yang aktif melestarikan kebudayaan khususnya sastra

daerah. Jenis sastra daerah yang digeluti beliau di

antaranya; tuja’i, palebohu, mala-Mala, lohidu, pantungi,

dan tanggomo. Ia menggeluti sastra daerah ini sejak tahun

1970. Biasanya beliau menembangkan sastra daerah di

acara pernikahan, hari raya, dan acara-acara besar Islam.

Beberapa tempat Pakuni Yeni untuk menembangkan sastra

daerah biasanya di rumah, masjid, dan tempat-tempat

berkumpul masyarakat. Beliau tinggal di dusun 1

Alumbango, Kelurahan Bolihutu’o, Kabupaten Boalemo

dan itu merupakan alamat kediaman keluarganya saat ini.

Page 218: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

204 Herman Didipu

YUNUS HASIN

Yunus Hasin lahir di Labanu, tanggal 28 November

1965. Pasisa Pulu adalah sapaan masyarakat setempat

kepada beliau. Pendidikan terakhir yang ditempuhnya

adalah sekolah dasar atau SD. Saat ini, ia bekerja sebagai

petani. Sehari-hari ia bekerja sebagai penggarap ladang

jagung miliknya sendiri. Ia bisa menguasai sastra lisan

Gorontalo Lohidu dan Pantungi. Kebiasaan Pasisa Pulu

dalam menembangkan sastra lisan tersebut, membuat

orang-orang sangat senang. Hal ini disebabkan dengan

hadirnya Pasisa Pulu di tengah-tengah lingkungan

masyarakat, mampu membuat orang yang mendengarkan

Lohidu dan Pantungi yang ditembangkannya merasa adem

dan akan teringat pada zaman-zaman sebelum kabupaten

Gorontalo berkembang seperti sekarang. Untuk

melantunkan Lohidu dan Pantungi, ia sering menyertakan

gambus yang selalu dipetiknya. Ia juga bisa menarik

pendengar untuk berkumpul saat ada pertunjukan yang

istimewa. Keahliannya dalam menggeluti sastra lisan

tersebut sudah cukup lama, tepatnya sejak tahun 1980.

Karena itu, ia sering mendapatkan undangan untuk

menembangkan sastra lisan di ibukota Kabupaten

Gorontalo tepatnya di area Menara Limboto. Bahkan

perayaan-perayaan hari ulang tahun daerah Kabupaten

Gorontalo, Pasisa Pulu sering diundang sebagai pelantun

Pantungi dan Lohidu.

Page 219: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 205

YUSNI IJULA

Yusni Ijula merupakan salah satu

anggota masyarakat yang berada di

Kecamatan Botumoito sebagai

penutur tetap sastra lisan Dikili.

Sastra lisan ini, biasanya

dilantunkan pada hari kelahiran

nabi besar Muhammad saw.

Masyarakat sekitar rumahnya

sering menyapanya dengan sapaan

Ci`i Yuni. Sapaan tersebut disematkan oleh masyarakat

setempat karena beliau memiliki mata yang cipit seperti

orang Cina. Beliau lahir di Botumoito 27 April 1966.

Sekarang ia menetap di Desa Botumoito dengan

keluarganya. Ia mengenyam pendidikan pada Sekolah

Menengah Pertama dan hanya sampai kelas dua. Artinya

beliau hanya memiliki ijazah Sekolah Dasar. Ia

melantunkan sastra lisan dikili sejak umur 15 tahun. Sejak

tahun 1981, Ci’i Yuni belajar dan fasih menlantunkan sastra

lisan dikili.

Page 220: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

206 Herman Didipu

YUSUF HASAN

Yusuf Hasan lahir pada 4

Desember 1964. Lelaki murah

senyum ini, biasa disapa dengan Ka

Pude. Ia lahir dan besar di Kabila,

Bone Bolango. Pendidikan terakhir

Ka Pude hanya berhenti di Sekolah

Dasar. Meskipun demikian,

pengetahuannya terhadap sastra

lisan sangat luas. Bahkan

kedudukan dalam adat, Ka Pude di Suwawa adalah Wu’u.

Dalam kesehariannya Ka Pude bekerja sebagai petani. Ia

juga masih terlihat aktif dalam kegiatan sastra lisan yang ia

geluti. Jenis sastra lisan yang digeluti adalah Palebohu dan

Sa’iya. Ia menggeluti sastra lisan tersebut sejak tahun 1987.

Ia biasa menembangkan sastra lisan ini di acara pernikahan.

Dari keuletannya menggeluti sastra lisan, masyarakat

Suwawa memilih dia sebagai tokoh adat daerah Gorontalo

atau biasa disebut pemangku adat.

Page 221: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 207

YUSUF ILAHUDE

Yusuf Ilahude lahir 7 Mei 1965.

Masyarakat Desa Botumoito sering

menyapanyasebagai Pa Ade Juma.

Lahir dan besar di Bolihutu’o,

Kecamatan Botumoito, Kabupeten

Boalemo. Ia juga sangat dekat

dengan laut dan pekerjaan sehari-

harinya adalah sebagai nelayan.

Walaupun kesehariannya di dekat

pantai, ia juga tetap membuka lahan pertanian yang

ditanami jagung dan cabai. Dulunya ia pernah mengenyam

pendidikan di Sekolah Dasar atau (SD). Namun kala itu

dalam pemikiran keluarga mereka bertani lebih

menjanjikan masa depan ketimbang bersekolah. Karena

itu, ia hanya menamatkan pendidikannya sampai pada

Sekolah Dasar. Meskipun demikian, ia banyak menguasai

berbagai macam sastra lisan di Gorontalo di antaranya

sastra lisan Tuja’i, Palebohu, Lohidu, Pandungi, Pa’iya lo

hungo lo poli dan Sa’iya. Ia telah banyak bergelut dengan

sastra lisan ini, sebab sejak tahun 1995 atau tepatnya saat

berusia 31 tahun, ia sudah mulai belajar dan cepat terampil

menembangkan sastra lisan tersebut. Untuk tempat

penembangannya tergantung sastra lisan apa yang di

bawakan. Misalnya jika tuja’i dan Sa’iya biasa

ditembangkan pada acara-acara pernikahan. Yang

menraik, ia sudah menghafal semua naskah sastra lisan

tersebut. Sedangkan Lohidu, Pandungi, lebih banyak Pa

Ade habiskan di kebunnya ketika menjaga tanamannya

serta Pa’iya lo hungo lo poli ditembangkannya ketika ada

Page 222: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

208 Herman Didipu

acara-acara kemasyarakatan yang berhubungan dengan

pementasan seni. Alamat tempat tinggalnya di Dusun II

Pasir Putih, Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo.

Page 223: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 209

YUSUF LIMONU

Yusuf Limonu atau biasa disapa Ka Usu. Lahir di

Buata, 9 Juni 1965. Pendidikan terakhir Ka usu adalah

Sekolah Dasar. Pria 55 tahun ini bermata pencaharian

utama sebagai petani. Selain sebagai petani, Ka Usu dikenal

juga oleh masyarakat sekitar sebagai pemangku adat di

desanya. Ia sering diundang oleh masyarakat untuk

menuturkan tuja’i khususnya pada upacara adat

perkawinan. Sebenarnya bakat Ka Usu dalam ber-tuja’i

sudah ada sejak remaja, tetapi lebih serius

dikembangkannya pada tahun 2017. Sejak saat itulah, Ka

Usu mulai sering diundang warga yang akan

melangsungkan perkawinan.

Page 224: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

210 Herman Didipu

ZAKIA TOMBOTITA

Zakia Tombotita lahir pada tanggal

14 Juli 1947 di Gentuma.

Masyarakat sekitar memanggilnya

dengan sapaan Ma Ade yang

artinya mama yang paling adik atau

dari persaudaraanya.

Kedudukannya dalam adat adalah

ketua adat yang masih aktif bekerja

untuk kerukunan adat di Desa

Gentuma. Pekerjaan sehari-harinya sebagai ibu rumah

tangga. Usia tidak menjadi hambatan untuknya

melestarikan sastra lisan Gorontalo. Hal ini dibuktikan

dengan kebiasaannya sebagai pemimpin kelompok ketika

melantukan Tinilo untuk mengantarkan batu nisan di

empat puluh hari kematian. Tinilo yang dimaksud adalah

Tinilo Pa`ita. Sejak tahun 1966, Ma Ade sudah menggeluti

sastra lisan Tinilo tersebut. Biasanya untuk proses

pelantunannya ia mulai menembangkannya mulai dari

rumah kemudian berjalan mengikuti batu nisan yang

dibawa oleh Leebi sampai di pekuburan dan setelah di atas

kubur barulah Ma Ade berhenti menyelesaikan bacaan

tinilo tersebut.

Page 225: ENSIKLOPEDIA...bentuk prosa, yang meliputi ragam-ragam dongeng (piilu), ragam penuturan silsilah raja-raja dan keluarga tertentu (wulito), dan cerita yang dianggap benar-benar terjadi

Ensiklopedia Tokoh Sastra Daerah Gorontalo 211

ZUHURA ABAS

Zuhura Abas lahir di Desa Bongo,

Kecamatan Batudaa Pantai,

Kabupaten Gorontalo, pada

tanggal 6 Juni 1948. Zuhura Abas

atau yang sering disapa Kuni Zura

ini merupakan tamatan SD di SDN

1 Batudaa Pantai. Ia merupakan

anggota masyarakat sekaligus

pemerhati budaya yang aktif

dalam bidang pelestarian budaya khususnya sastra lisan

Gorontalo. Beberapa bidang sastra lisan yang digeluti Kuni

Zura di antaranya, dikili, debe, turunani, dan buruda. Sejak

tahun 1970, Kuni Zura bergelut di bidang tersebut. Ia biasa

menembangkan sastra lisan ini di masjid sekitar maupun

ruamh-rumah warga di desanya. Walaupun usianya tidak

muda lagi, ia masih ingin tetap melesarikan kebudayaan

lisan Gorontalo agar tidak mengalami kepunahan.