engineering dan desain
TRANSCRIPT
5/16/2018 Engineering Dan Desain - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/engineering-dan-desain 1/4
A. PENDAHULUAN
Engineering merupakan disiplin ilmu yang menerapkan kajian Matematika dan Pengetahuan
alam yang di aplikasikan dalam menciptakan atau memperbarui suatu barang atau sistem.
Desain merupakan suatu rancangan dalam menciptakan suatu sistem tertentu sesuai dengan
kebutuhan manusia.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Engineering dan Desain merupakan
penerapan ilmu matematika, ilmu pengetahuan, dan rancangan seni dalam membuat atau
memperbarui suatu sistem atau barang sesuai kebutuhan manusia.
Jadi dalam pembuatan suatu barang memerlukan dua disiplin ilmu tersebut yang dapat
saling melengkapi dalam penggunaannya.
Seperti halnya dalam pembuatan sebuah jembatan.
B. ENGINEERING DAN DESAIN PADA JEMBATAN
Berdasarkan teknologi jembatan gantung maka perkembangannya dapat disarikan dalam
tiga generasi, yaitu :
1.Teknologi Generasi Pertama
Generasi pertama merupakan jembatan gantung
konvensional dan klasik dengan bentang beberapa ratus
meter. Beban yang dominan adalah gravitasi, sedangkan
beban angin tidak signifikan. Kekakuan geometrik kabel
tidak terlalu besar sehinga perlu deck jembatan yangcukup berat dan kaku yang umumnya berupa stiffening
truss girder . Jembatan yang dimaksud adalah jembatan
Golden Gate (1937) bentang 1280 m, yang memerlukan
deck ketinggian 7.6 m.
Golden Gate Bridge L=1280 m di San Fransico
Perilaku seismik pada jembatan karena pilon dan deck -nya kaku cukup terpengaruh,
jembatan akan mengalami gaya gempa yang cukup besar.
Menggunakan konsep teknologi seperti itu jika bentang ditingkatkan akan kesulitan karena berat
sendiri deck semakin besar sedangkan sumbangannya terhadap kekakuan secara keseluruhan tidak signifikan. Ketinggian deck agar kekakuannya cukup besar menyebabkan gaya drag angin
bertambah sehingga tidak bisa lagi diatasi oleh kekakuan deck itu sendiri, tetapi harus dibantu oleh
hanger , yang selanjutnya ke kabel dan akhirnya berujung ke ujung pilon. Semuanya itu menambah
dimensi hanger , kabel utama dan pilon berarti jembatan semakin besar.
Bertambah besarnya pengaruh angin akan meningkatkan pula fenomena buffeting, vortex
shedding dan flutter . Konfigurasi deck yang terdiri dari stiffening truss girder tidak dapat
menghasilkan kekakuan torsi yang mencukupi oleh karena itu sensitif terhadap terjadinya flutter
artinya tidak tahan terhadap suatu kecepatan angin tertentu (atau terbatas).
Vortex shedding adalah fenomena yang menyebabkan gerakan pada arah tegak lurus arah
angin. Jika kecepatan angin kritis dari struktur terlampaui maka dapat timbul resonansi.
5/16/2018 Engineering Dan Desain - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/engineering-dan-desain 2/4
Flutter adalah vibrasi yang timbul dengan
sendirinya akibat adanya permukaan yang melengkung
akibat beban aerodinamis. Akibat permukaan yang
melengkung, beban aerodinamis berkurang, sehingga
permukaan kembali ke bentuk semula. Karenapermukaan kembali kebentuk semula maka jika masih
ada angin akan timbul gaya aerodinamis yang
mengakibatkan melengkung kembali. Kondisi tersebut
berulang-ulang sebagai suatu vibrasi.
Akashi Kaikyo Bridge (1998) L=1991 m Japan
Oleh karena itulah mengapa generasi jembatan gantung yang pertama tidak pernah
mencapai bentang lebih dari 2000 m. Batas itu ditunjukkan dengan keberadaan jembatan Akashi
Kaikyo (1998) dengan bentang 1991 m dengan tinggi stiffening truss girder mencapai 14 m.
2.Teknologi Generasi Kedua
Untuk mendapatkan bentang yang panjang dan sekaligus ekonomis dalam pemakaian material,
maka jelaslah bahwa jembatan harus didesain mengacu hal-hal berikut :
beban mati harus seminimum mungkin yaitu dengan menerapkan konfigurasi deck yang
ringan.
pengaruh angin dalam bentuk drag (gaya angkat/apung), buffeting dan vortex shedding
harus dibikin seminimum mungkin dengan mengadopsi bentuk yang aerodinamis dan
mengabaikan ketinggian atau pengaku rangka girder yang berat.
sensitivitas terhadap flutter harud dibikin seminimum juga dengan mengenalkan konfigurasdeck yang bersama-sama dengan konfigurasi geometri kabel memberikan efek pengkaku
torsi.
Sebagai jawabannya maka konsep jembatan generasi ke-2 diperkenalkan memakai deck single
closed-box yang terdiri dari baja panel pengaku. Berat sendiri deck cukup kecil dan memberikan
penampang yang aerodinamis, juga memberikan tahanan drag yang kecil, juga buffeting dan vortex
shedding. Penampang box tertutup bersama-sama dengan konfigurasi kabel memberikan kekakuan
torsi yang baik sehingga menghasilkan sensitivitas rendah terhadap bahaya flutter , artinya tahanan
kritis pada kecepatan angin yang cukup tinggi.
Perilaku gempa pada generasi ke-2 pada deck nggak terlalu tinggi karena relatif flesibel dan
hanya berpengaruh pada pilon yang relatif kaku. Jembatan yang termasuk generasi ke-2 adalah
5/16/2018 Engineering Dan Desain - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/engineering-dan-desain 3/4
jembatan Severn Birdge (1966) dengan bentang 988 m dan ketebalan deck 3.05 m dan Humber
Bridge (1981) dengan betang 1410 m dengan ketinggian deck 3.82 m.
Untuk mendapatkan bentang yang lebih panjang, maka penampang box perlu lebih tinggi untuk
mendapatkan cukup kekakuan dan hal tersebut bertentangang dengan prinsip pengurangan berat
sendiri dan pengaruh angin. Hal tersebut yang menyebabkan bentang jembatan kesulitan mencapai
bentang lebih dari 2000 m. Jembatan Great Belt-Eastern Bridge (1988) dengan bentang 1624 m danketinggian deck 4.35 m mewakili generasi kedua jembatan gantung yang mendekati batas bentang
yang memungkinkan dilaksanakan.
3.Teknologi Generasi Ketiga
Untuk mendapatkan bentang
jembatan > 2000 m maka perlu
dikembangkan sistem baru dalam
perencanaan jembatan. Jika yang sebelumnya
adalah teknologi generasi ke-2 maka perludikembangkan konsep perencanaan generasi
ke-3. Berat sendiri dipertahankan tetap ringan
memakai sistem box rendah. Untuk
menghasilkan kekakuan torsi yang tinggi
maka beberapa box dijajarkan. Setiap box
tunggal mempunyai perilaku aerodinamis
yang cukup baik sehingga masalah drag,
buffeting dan vortex shedding dapat
diminimalis. Kekakuaan torsi yang
mencukupi juga menghasilkan sensivitas
rendah terhadap flutter sehingga mempunyai
ketahanan terhadap kecepatan angin yang
cukup tinggi.
Great Belt Eastern Bridge (1988) L=1624 m Denmark
Karena bentang jembatan yang sangat panjang maka pilon jembatan juga semakin tinggi dan
langsing, yaitu untuk mempertahankan bentang kabel. Karena pilon yang langsing juga deck yang
lentur maka beban gempa yang diserap kecil, bahkan menurut Prof. Wiratman karena kelenturan
pilon maka efeknya seperti base-isolation untuk mencegah perambatan getaran gempa dengan
demikian pada saat gempa, deck akan tetap stabil. Sebagai pembanding jembatan generasi ke tiga
adalah jembatan selat Messina di Itali yang memang pada saat ide ini dilontarkan (1997) sedang
dalam tahap perencanaan. Karena jembatan Messina di tahun 2006 dibatalkan dilaksanakan maka
sampai saat ini belum ada jembatan generasi ke-3 yang dibangun. Sedangkan jembatan bentang
terpanjang saat ini adalah jembatan Akshi Kaikyo (1991 m), jembatan gantung dengan teknologi
generasi pertama.
5/16/2018 Engineering Dan Desain - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/engineering-dan-desain 4/4
Penampang deck
jembatan gantung
(a) Akashi Kaikyo
Bridge (1998), first
generation bridges (b) Great Belt-East
Bridge (1988), second
generation bridges
(c) Messina Strait
Bridge (?), third
generation bridges
Perkembangan Jembatan Bentang Panjang di Indonesia
1996 Membramo (235 m) 1st
generation
1997 Barito (240 m) 1st
generation
1998 Mahakam II (270 m) 1st
generation
1998 Batam-Tonton (350 m) 2nd
generation cable-stayed
(?) Bali Strait 2100 m 3rd
generation
(?) Sunda Strait > 3000 m 3rd
generation
C. KESIMPULAN
Jadi Engineering dan Desain merupakan dua disiplin ilmu yang saling melengkapi yang
tidak dapat dipisahkan, termasuk dalam pembangunan jembatan gantung bentang panjang. Proses
engineering terhadap jembatan gantung terus berkembang hingga diharapkan jembatan gantung
generasi ketiga dapat terwujud.
D. DAFTAR PUSTAKA
.2007.”The Works of Wiryanto Dewobroto”, (online),
(http://wiryanto.wordpress.com/2007/11/01/jembatan-selat-sunda/ ), diakses 11 Maret 2012 pukul13.00)