drilling engineering

23
Drilling Engineering Rekayasa pengeboran adalah bagian dari teknik perminyakan, Drilling Engineer mendesain dan menerapkna perosedur Standard untuk mengebor sumur dengan aman dan seekonomis mungkin. Drilling engineer adalah orang yang membuat well plan berdasarkan data2 seismic, geology dan data2 dari offset wells. Productnya adalah berupa well plan, drilling program dan prosedur, yang nantinya (setelah di approved oleh management atau pihak yang berwenang) akan digunakan oleh Company Man (Drilling Supervisor) di rig untuk melaksanakan drilling project tsb. Drilling engineer merupakan penasehat Company Man terutama dalam hal2 yang berhubungan dengan perhitungan perhitungan engineering terlebih lagi well plan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Drilling engineer umumnya memiliki latar belakang engineering (akademis), seperti teknik mesin, perminyakan, elektro, teknik kimia, teknik sipil, dsb. Drilling engineer umumnya di kantor, dan sekali2 berkunjung ke rig. Tahap perencanaan yang terlibat dalam pengeboran sumur minyak atau gas biasanya melibatkan engineer untuk memperkirakan nilai cadangan minyak dan gas, memperkirakan biaya untuk mengakses cadangan, memperoleh properti dengan sewa, perkiraan kandungan mineral, survei geologi, perencanaan sumur minyak dan gas, dan tata letak jenis peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai kedalaman sumur. Drilling Engineer bertanggung jawab atas proses perencanaan dan pengeboran sumur. Tanggung jawab mereka meliputi: 1. Merancang program dengan baik (misalnya, ukuran casing dan pengaturan kedalaman) untuk mencegah ledakan gas (release baik-cairan yang tidak terkontrol) sedangkan yang memungkinkan evaluasi formasi yang memadai.

Upload: whulandtfadhillah-belieberna-jbzllu

Post on 28-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Drilling Engineering

TRANSCRIPT

Page 1: Drilling Engineering

Drilling EngineeringRekayasa pengeboran adalah bagian dari teknik perminyakan, Drilling Engineer mendesain dan menerapkna perosedur Standard untuk mengebor sumur dengan aman dan seekonomis mungkin.

Drilling engineer adalah orang yang membuat well plan berdasarkan data2 seismic, geology dan data2 dari offset wells. Productnya adalah berupa well plan, drilling program dan prosedur, yang nantinya (setelah di approved oleh management atau pihak yang berwenang) akan digunakan oleh Company Man (Drilling Supervisor) di rig untuk melaksanakan drilling project tsb. Drilling engineer merupakan penasehat Company Man terutama dalam hal2 yang berhubungan dengan perhitungan perhitungan engineering terlebih lagi well plan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Drilling engineer umumnya memiliki latar belakang engineering (akademis), seperti teknik mesin, perminyakan, elektro, teknik kimia, teknik sipil, dsb. Drilling engineer umumnya di kantor, dan sekali2 berkunjung ke rig.

Tahap perencanaan yang terlibat dalam pengeboran sumur minyak atau gas biasanya melibatkan engineer untuk memperkirakan nilai cadangan minyak dan gas, memperkirakan biaya untuk mengakses cadangan, memperoleh properti dengan sewa, perkiraan kandungan mineral, survei geologi, perencanaan sumur minyak dan gas, dan tata letak jenis peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai kedalaman sumur. Drilling Engineer bertanggung jawab atas proses perencanaan dan pengeboran sumur. Tanggung jawab mereka meliputi:

1. Merancang program dengan baik (misalnya, ukuran casing dan pengaturan kedalaman) untuk mencegah ledakan gas (release baik-cairan yang tidak terkontrol) sedangkan yang memungkinkan evaluasi formasi yang memadai.

2. Merancang atau berkontribusi terhadap desain string casing dan perencanaan cementing, rencana pengeboran directional, program pengeboran cairan, dan program pemboran.

3. Menentukan peralatan, material dan peringkat serta nilai yang akan digunakan dalam proses pengeboran.

4. Memberikan dukungan teknis dan audit yang selama proses pengeboran.5. Pertunjukan perkiraan biaya dan analisis.6. Mengembangkan kontrak dengan vendor.

Page 2: Drilling Engineering

Insinyur pengeboran sering disebut sebagai insinyur perminyakan, meskipun mereka mungkin berasal dari disiplin teknis lainnya (misalnya, teknik mesin atau geologi) dan selanjutnya dilatih oleh perusahaan minyak dan gas.

Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut dalam eksplorasi minyak bumi hal ini disebut kajian geologi. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:

1. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih (Shale). batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C)yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon

2. Tekanan dan Temperatur, untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.

3. Migrasi, Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.

4. Reservoir, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.

5. Caps Rock, Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat menahan dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus mempunyai penutup di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservoir biasanva merupakan lapisan batuan yang rnempunyai sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat meloloskan fluida yarg dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang berada dibagian atas dan tepi reservoir yang dapat dan melindungi fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya.

6. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap), Merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah, hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali.

Page 3: Drilling Engineering

Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah berikutnya.Setelah kajian secara regional dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya mengindikasikan potensihidrokarbon, maka tahap selanjutnya adalah tahapan kajian geofisika. Pada tahapan ini metoda – metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat guna memastikan keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat di ekploitasi. Data-data yang dihasilkan dari pengukuran pengukuran merupakan cerminan kondisi dan sifat-sifat batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan batuan tersebut memiliki sifat – sifat sebagai batuan sumber, reservoir, dan batuan perangkap atau hanya batuan yang tidak penting dalam artian hidrokarbon. Metoda-metoda ini menggunakan prinsip-prinsip fisika yang digunakan sebagai aplikasi engineering.Metoda tersebut adalah:

1. Survey Geologi Permukaan, pemetaan geologi pada permukaan secara detail dapat dilakukan jika memang terdapat singkapan. Pemetaan dilakukan pada rintisan dan juga di sepanjang sungai.

2. Eksplorasi seismik, Ini adalah ekplorasi yang dilakukan sebelum pengeboran. kajiannya meliputi daerah yang luas. dari hasil kajian ini akan didapat gambaran lapisan batuan di dalam bumi. Untuk survey detail, metode seismik merupakan metode yang paling teliti dan dewasa ini telah melampaui kemampuan geologi permukaan. Metode yang digunakan adalah khusus metode refleksi. Walaupun pemetaan geologi detail terhadap tutupan telah dilakukan, pengecekan seismik selalu harus dilaksanakan, untuk penentuan kedalam objektif pemboran serta batuan dasar dan juga lapisan yang akan menghasilkan minyak

3. Data resistivity, prinsip dasarnya adalah bahwa setiap batuan berpori akan diisi oleh fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak atau gas. Membedakan kandungan fluida di dalam batuan salah satunya dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida. Fluida air memiliki nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian pula nilai resistan minyak lebih rendah dari pada gas. dari data log kita hanya bisa membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai resitan fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisa fluida perlu kita ambil sampel fluida di dalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita dalam interpretasi jenis fluida dari data resistiviti yang kita miliki

4. Data porositas5. Data berat jenis, data ini diambil dengan menggunakan alat logging dengan bantuan

bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma. Pantulan dari sinar ini akan menggambarkan berat jenis batuan. Dapat kita bandingkan bila pori batuan berisi air dengan batuan berisi hidrokarbon akan mempunyai berat jenis yang berbeda.

Page 4: Drilling Engineering

Sebagai tambahan semua propek yang telah dipilih serta dinilai dalam suatu sistem penilaian, kemudian dipih untuk dilakukan pemboran eksplorasi terhadapnya. Maka semua prospek ini haruslah diberi prognosis. Yang dimaksud Prognosis adalah rencana pemboran secara terperinci serta ramalan-ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan pada kedalaman berapa. Prognosis meliputi ;

1. Lokasi Yang Tepat, lokasi ini biasanya harus diberikan dalam koordinat. Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam lokasi titik terhadap tutupan struktur, sebaliknya semua koordinat lokasi tersebut penentuannya dilakukan dari pengukuran seismik, terutama jika tutupan ditentukan oleh metode seismik. Jika hal ini terjadi di laut misalnya, maka pengukuran harus dilakukan dari pelampung (buoy) yang sengaja ditinggalkan di laut pada pengukuran seismik, juga dari titik pengukuran radar di darat. Setidak-tidaknya pengukuran lokasi itu harus teliti sekali sebab kemelesetan beberapa ratus meter dapat menyebabkan objektif tidak diketemukan.

2. Kedalaman Akhir, kedalaman Akhir pemboran eksplorasi biasanya merupakan batuan dasar cekungan sampai mana pemboran itu pada umumnya direncanakan. penntuan kedalaman akhir ini sangat penting karena dengan demikian kita dapat memperkirakan berapa lama pemboran itu akan berlangsung dan dalam hal ini juga untuk berapa lama alat bor itu kita sewa. Penentuan kedalaman akhir ini diasarkan atas data seismik, setelah dilakukan korelasi dengan semua sumur yang ada dan juga dari kecepatan rambat reflektor yang ditentukan sebagai batuan dasar.

3. Latar Belakang Geologi, alasan untuk pemboran didsarkan atas latar belakang geologi. Maka harus disebutkan keadaan geologi daerah tersebut, alasan pemboran eksplorasi dilakukan di daerah tersebut, jenis tutupan prospek dan juga struktur yang diharapkan dari prospek tersebut.

4. Objektif Atau Lapisan Reservoir Yang Diharapkan, ini biasanya sudah ditentukan dan stratigrafi regional dan juga diikat dengan refleksi yang didapat dari seismik. Objektif lapisan reservoir ini harus ditentukan pada tingginya kedalaman yang diharapkan akan dicapai oleh pemboran, dimana diperoleh dari perhitungan kecepatan rambat seismik.

5. Kedalaman Puncak Formasi Yang Akan Ditembus, juga dalam prognosis ini harus kita tentukan formasi-formasi mana yang akan dilalui bor, maka kedalaman puncak (batas) formasi ini harus ditentukan dari data seismik.

6. Jenis Survey Lubang Bor Yang Akan Dilaksanakan, pada setiap Pemboran eksplorasi selalu dilakukan survey lubang bor. Survey meliputi misalnya peng-Logan lumpur, Peng-Logan Cutting, Peng-Logan Listrik, Peng-Logan Radioaktif, dan sebagainya. Sebaiknya pada pemboran eksplorasi dilakukan survey yang lengkap , selain itu juga harus direncanakan apakah akan dilakukan pengambilan batu inti (coring) atau tidak.

Page 5: Drilling Engineering

Dalam pembuatan prognosis ini juga ahli geologi harus bekerja sama dengan bagian eksploitasi dan bagian pemboran. Dengan demikian diharapkan diperoleh hasil yang sangat baik dalam pengembangan suatu lapangan nantinya.

Rig pengeboran

Rig pengeboran adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Walaupun rig lepas pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk mencari mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah laut belum dapat dilakukan secara komersial. Oleh karena itu, istilah "rig" mengacu pada kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada permukaan kerak Bumi untuk mengambil contoh minyak, air, atau mineral. Dalam suatu Instalasi pemboran, terutama untuk pemboran migas & geothermal, lazimnya menggunakan spesifikasi peralatan yang mampu bekerja pada rating tekanan yang cukup tinggi mulai dari 2000 psi sampai 15000 psi.

Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut.

System utama dalam Rig pemboran terdiri dari :

1. Hoisting System

Sistem Pengangkat (Hoisting System) adalah salah satu dari antara komponen-komponen utama dari Rig yang berfungsi untuk membantu sistem alat-alat pemutar di dalam mengebor sumur dengan menyediakan alat-alat yang sesuai serta ruang kerja yang dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan drill string, casing string dan peralatan subsurface (bawah tanah) lainnya dari dan ke lubang sumur. Sistem Pengangkat terdiri dari 2 (dua) sub bagian utama, yaitu :

1.1. Rangka pendukung (Supporting Structure) Adalah konstruksi rangka baja yang dirakit atau dibangun di atas titik sumur (lokasi pengeboran) yang tugasnya adalah untuk mendukung rangkaian peralatan pipa bor dan lain-lain peralatan yang digunakan oleh sistem pemutar untuk mengebor lubang.

Rangka Pendukung (Supporting Structure) terdiri dari : a. Substructure adalah Konstuksi baja yang besar yang dibangun untuk menjadi dasar dan menunjang menara bor yang tingginya ditentukan oleh kebutuhan pencegah semburan liar. Substructure ini menjadi tempat kerja untuk kegiatan-kegiatan di atas dan di bawah lantai Rig.

Page 6: Drilling Engineering

b. Menara Pengeboran (Derrick/Mast) Fungsi dari menara bor adalah untuk menyediakan ruang untuk mengangkat atau memasukan rangkaian pipa bor dari atau ke dalam lubang bor. Semakin tinggi menara bor, semakin panjang rangkaian pipa bor yang dapat ditangani, sehingga semakin cepat proses operasi making a trip.

1.2. Peralatan pengangkat (Hoisting equipment)

Adalah peralatan khusus untuk mengangkat, menurunkan dan menggantung rangkaian pipa bor (terdiri dari Drill Pipe, Drill Collar, dsb.) dan mata bor (Drilling bit) di dalam lubang sumur.

Alat pengangkat ini terdiri dari :

a. Drawwork (Mesin Penarik) Adalah unit mesin penarik/pengangkat yang kuat (mesin derek) yang terletak di dekat meja pemutar di lantai Rig.

b. Overhead Tools (Alat-alat Bagian Atas)

Merupakan “mata rantai penghubung” di dalam sistem pengangkat yang terdiri dari : - Crown Block : Unit roda-roda/puli-puli (sheaves-sheaves) yang terletak di puncak menara pengeboran.

- Travelling Block :

Susunan roda-roda/puli-puli (sheaves-sheaves) yang digantung di bawah crown block di atas lantai bor. Bersama-sama dengan crown block membentuk sistem kerek katrol. - Hook (kait) :

Alat berbentuk kait yang besar terletak di bawah travelling block di mana swivel dan rangkaian pipa bor tergantung selama operasi-operasi pengeboran.

- Elevator :

Penjepit yang sangat kuat dan digantung pada lick (gantungan elevator) yang dikaitkan di sisi Travelling block atau di hook. Elevator-elevator ini dipakai untuk menurunkan atau menaikkan bagian-bagian rangkaian pipa bor ke dan dari lubang bor.

c. Drilling Line

Tali kawat baja berkekuatan tinggi yang menjadi penghubung dari Drawwork, Crown Block dan Travelling Block untuk menarik peralatan overhead lainnya di dalam tugasnya menurunkan, menarik atau menggantung rangkaian pipa bor dan lain-lain.

2. Circulating System

Circulating System adalah suatu bagian dari system utama dalam rig pemboran yang difungsikan untuk mengalirkan lumpur pemboran, turun melewati rangkaian pipa pemboran dan naik ke annulus membawa serbuk bor ke permukaan.Aliran lumpur bor pada saat sirkulasi akan melewati bagian-bagian: a. Mud tank ke mud pump b. Mud pump ke high pressure surface

Page 7: Drilling Engineering

connection dan ke drillstring c. Drillstring ke bit d. Bit ke atas melalui annulus hingga ke permukaan e. Sampai dipermukaan akan melalui solid control equipment, seperti;

1. Shale Shaker

2. Desander

3. Desilter

4. Centrifuge

Hal ini bertujuan untuk penyaringan cutting dari lumpur bor agar lumpur yang kembali ke tangki penghisapan (suction pit) kembali bersih. Dan terus berulang hingga selesai pekerjaan pengeboran.

Dalam Perjalanan lumpur dari bit ke permukaan akan membawa banyak informasi diantaranya adalah sample batuan dalam bentuk cutting, selain itu juga terkadang pada lokasi tertentu akan membawa gas non hydrocarbon seperti H2S, CO yang berbahaya bagi makhluk hidup disekitar tempat tersebut.

3. Rotating System

Rotating system (Sistim Pemutar) adalah salah satu dari komponen – komponen utama suatu drilling rig. Tugas utamanya adalah memutar mata bor, memberi beban mata bor dan memberi saluran lumpur bertekanan tinggi ke mata bor untuk mengebor membuat lubang sumur. System pemutar ini terdiri dari empat sub komponen utama :

Swivel (kepala pembasuh) Rotating Assembly (Unit pemutar) Drill Stem (batang bor) Bit (mata bor)

Swivel (kepala pembasuh) merupakan alat berbentuk khusus yang digantung pada hook yang terletak dibawah block jalan (travelling block) dan mempunyai fungsi utama untuk :

Menghubungkan bagian alat yang diam dengan batang bor yang berputar bebas, sambil dialiri lumpur bertekanan tinggi tanpa kebocoran Menahan beban menggantung dari batang bor selama sirkulasi. Rotari Assembly (unit pemutar) adalah suatu perangkat mesin pemutar yang berkekuatan besar dan mempunyai fungsi utama untuk : Memutar batang bor selama operasi – operasi pemboran Menahan dan menggantung batang bor dimeja putar dengan selip – selip putar (rotary slips) sewaktu menambah atau melepas pipa dari rangkaian pipa bor.

Unit pemutar terletak dilantai bor dibawah block mahkota (crown block) dan terdiri dari :

Rotary table (meja putar) Master bushing (bantalan utama) Kelly bushing (bantalan pipa segi) Rotary slips (Selip – selip putar) Make up dan break out tong (kunci – kunci pengikat dan pelepas).

Page 8: Drilling Engineering

4. BOP System

Merupakan system rig pemboran yang berfungsi : - Menutup lubang sumur pd keadaan ada pipa atau tidak ada pipa dlm lubang serta utk pekerjaan stripping in atau stripping out - Menahan tekanan sumur yg timbul dan dpt dilalui semua peralatan yang dipakai utk operasi pemboran / kerja ulang - Mengendalikan tekanan sumur & dpt dipakai utk pekerjaan sirkulasi mematikan kick - Menggantung (hanging off) dan memotong pipa bor pd keadaan darurat. - Memiliki system peralatan cadangan apabila salah satu rusak, khusus utk sumur bertekanan tinggi. peralatan untuk mencegah blowout (meledaknya sumur di permukaan akibat tekanan tinggi dari dalam sumur). Yang utama adalah BOP (Blow Out Preventer) yang tersusun atas berbagai katup (valve) dan dipasang di kepala sumur (wellhead).

5. Power System

Suatu system dalam rig pemboran dimana suatu perangkat instalasi pemboran menadaptkan supply daya untuk menggerakan system-sytem yang lain. Dalam suatu rig pemboran terdiri dari power system yaitu mechanical & Electrical.

suatu Rig pengeboran darat dapat dikategorikan menjadi:

Portable Derrick Rig dimana Rig pemboran tipe ini mudah dipindahkan, seperti yang digunakan dalam pengeboran dangkal (kurang dari 1000 meter), serta operasi kerja ulang pindah lapisan dan perawatan sumur. Mobile Rig biasanya memiliki menara yang lebih kecil dari menara fixed Rig. Rig ini relatif lebih mudah dipindahkan dan diset dibanding fixed mast rig.portable derrick berukuran dan memiliki kapasitas yang lebih kecil dari Mast. Umumnya derrick banyak digunakan untuk pemboran menengah (kapasitas 500 – 750HP) dan untuk pekerjaan workover dan well services. Pada saat instalasi, portable mast dilengkapi dengan pemasangan guy line (labrang) untuk menjaga kestabilannya.

Setiap menara guyed mast di dalam operasi harus dipasang guy line, dengan ketentuan pemasangan seperti yang disarankan oleh pabrik. Setiap guy line harus memiliki breaking strength paling kecil 2 1/2 x maksimum guy line load dan tidak lebih kecil dari 3/8”.

Fixed Mast Rig, biasanya memiliki kapasitas 1000HP ke atas. Untuk memudahkan transportasi dan pemasangannya, struktur mast biasanya di bagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu: upper, middle dan lower mast.Fixed Mast Rig mampu melakukan pengeboran hingga ribuan meter ke dalam kerak Bumi. Pompa lumpur yang besar digunakan untuk melakukan

Page 9: Drilling Engineering

sirkulasilumpur pengeboran melalui mata bor dan casing (selubung), untuk mendinginkan sekaligus mengambil "bagian tanah yang terpotong" selama sumur dibor.

Katrol di rig dapat mengangkat ratusan ton pipa pemboran. Peralatan lain dapat mendorong asam atau pasir ke dalam reservoir untuk mengambil contoh minyak dan mineral; akomodasi untuk kru yang bisa berjumlah ratusan. Rig lepas pantai dapat beroperasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pinggir pantai.

Pada umumnya RIG pengeboran dapat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai daerah

RIG Darat : Untuk pengeboran di darat. Bentuk paling sederhana, terdiri dari menara dan struktur penopang.

Rig Rawa : Biasa dikenal dengan sebuat "Swamp Barge". Untuk kelengkapan alat pengeboran sama dengan RIG darat, hanya saja menara dan sistem pengeboran ditempatkan di atas Ponton. Ponton ini akan duduk di dasar rawa saat operasi pengeboran berlangsung. Biasa beroperasi di perairan dengan kedalaman sekitar 5 M.

Jack Up Rig : Satu unit alat pengeboran dengan kaki yang panjang. Kaki ini dapat naik dan turun untuk menopang struktur utama. RIG jenis ini biasa digunakan pada daerah dengan kedalaman sekitar 100 M atau kurang

Tender RIG : Sistem pengeboran dipasang pada platform. Tender RIG digunakan untuk membantu operasi pengeboran (pengangkatan pipa, strultur dll). Tender RIG akan menempel di platform saat operasi pengeboran berlangsung.

Semisubmersible RIG : Sesuai namanya, RIG semisub merupakan obyek terapung yang dipasang alat pengeboran. Biasa digunakan untuk mengebor daerah laut dalam (lebih dari 100 M).

Drill Ship : Semua peralatan untuk pengeboran dipasang pada kapal. Digunakan untuk mengebor laut yang sangat dalam.

Page 10: Drilling Engineering

Proses Pengeboran

Proses Pengeboran minyak bumi mungkin berbeda antara yang satu dengan yang lainnya karena memiliki prosedur yang distandarisasi oleh masing masing perusahaan. Namun Secara garis besar proses pengeboran minyak dapat melalui prosedur berikut :

1. No. 10-30 mungkin berbeda untuk masing masing perusahaan.2. Setiap perusahaan yang bekerja dengan baik harus mematuhi penjadwalan, keselamatan dan

praktik lingkungan.3. Membangun jalan baru untuk mengakses lokasi rig.4. Membersihkan daerah untuk rig baru.5. Membangun infrastruktur untuk air dan listrik di sekitar lokasi rig.6. Menggali lubang tanah untuk mencegah tanah atau air tanah kontaminasi.7. Menggali lubang percontohan di lokasi yang tepat ditandai dengan kru survei.8. Menggali dua lubang lainnya (“mouse” lubang dan “tikus” lubang) terdekat untuk menahan

potongan peralatan dan pipa selama pengeboran.9. Sebuah rig yang dapat menggali 10.000 ft. Juga membutuhkan 50-75 orang dan 35-45 semi-truk

untuk memindahkan dan merakit rig.10. Perakitan rig memakan waktu sekitar 3 setengah hari.11. Sebuah pemeriksaan ketat dari rig harus berlangsung sekali dibangun.12. Operasi rig pergi 24/7, biasanya berhenti hanya satu hari setiap tahun untuk Natal.13. Dua shift dua kru lengkap harus bekerja di rig setiap hari.14. Ada dua tahap pengeboran:

1. berjalan dan cementing kasus dan 2. pengeboran sampai bit mencapai kedalaman zona target.

15. Setiap bor biasanya berlangsung 4.500 – 6.500 kaki pengeboran.16. Mengganti bit membutuhkan penghapusan seluruh string pipa bor dalam proses yang disebut

“tersandung”. “Tripping out” mengambil beberapa jam dan membutuhkan kru untuk mendinginkan bit dan menjaga tanah dan lubang utuh.

17. Untuk membantu menjaga stek dari plugging lubang, lumpur harus dikirim melalui shaker untuk mengirim potongan ke daerah yang dipisahkan.

18. Tambahan sistem mug peralatan: de-sanders, de-silters dan de-Gassers, menghilangkan partikel yang lebih kecil dan gas dari lumpur.

19. Lumpur bersih kemudian diresirkulasi kembali ke dalam lubang.20. Blow-Out Preventer (atau “BOP”) dipasang di atas kepala casing sebelum pengeboran

berlangsung.

Page 11: Drilling Engineering

21. BOP harus memiliki tekanan tinggi safetly katup dirancang untuk menutup dengan baik dan memblokir setiap gas melarikan diri atau cairan dari lubang bawah untuk mencegah pukulan-out dari terjadi.

22. Pengeboran harus dimulai dengan kedalaman permukaan yang ditunjuk, biasanya sekitar 50-100 kaki di bawah permukaan air.

23. Perhatian khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi air dalam tabel air saat pengeboran dengan mengisolasi permukaan air dan dinding dengan beton dan baja membungkus.

24. Bagian baru dari pipa harus ditambahkan ke string sebagai latihan sedikit lebih dalam.Ketika lubang mencapai kedalaman yang ditunjuk, derrickhands mengeluarkan cairan melalui lubang untuk kondisi untuk logging.

25. Sebuah “alat logging” mengukur kedalaman dan kondisi lubang untuk perusahaan minyak.26. Alat ini memberikan informasi apakah atau tidak baik memang bisa menghasilkan minyak atau

gas.27. Pada titik ini, harus ditentukan apakah sumur ini menjadi lengkap atau terpasang dan

ditinggalkan.28. Jika sumur ditunjuk sebagai produser, kru harus memasukkan kembali pipa kembali ke dalam

lubang untuk memastikan lubang masih utuh.29. Untuk menguji lubang, lumpur harus diedarkan kembali.30. Setelah semuanya tes positif, pipa bor dihapus.31. Pada titik ini, para kru harus memasukkan string terakhir dari casing produksi menjalankan

seluruh kedalaman lubang.32. Kemudian, casing disemen dalam lubang.33. Kru produksi kemudian membawa unit kerja-over dan rig itu untuk mempersiapkan lubang

untuk produksi.34. Awak berjalan tabung berdiameter kecil ke dalam lubang sebagai saluran minyak atau gas

mengalir melalui dan atas sumur.35. Berikutnya, pekerjaan lebih satuan perjalanan keluar dari lubang dan mengambil pistol

perforasi.36. The perforating gun diturunkan ke dalam lubang kedalaman produksi menggunakan kabel

logam tipis yang disebut “wireline”.37. Sinyal listrik diturunkan wireline, menembakkan pistol dan memicu bahan peledak.38. Biaya ini membuat lubang melalui membungkus semen dan pembentukan menghubungkan

sumur bor ke reservoir.39. Untuk merangsang aliran hidrokarbon (atau minyak), kadang-kadang perlu untuk “Frack”

sumur.40. “Fracking” melibatkan memompa udara, pasir dan cairan di bawah tekanan yang ekstrim ke

dalam lubang dan keluar melalui perforasi.

Page 12: Drilling Engineering

41. patah atau retak item ke dalam formasi.42. Partikel yang tersisa akan terus retak terbuka, melepaskan aliran minyak atau gas.43. Pemantauan aliran memungkinkan kru untuk menentukan lokasi terbaik untuk “choke”.44. The “choke” mengontrol aliran minyak atau gas.45. Setelah tekanan dilepaskan, hidrokarbon diperbolehkan melarikan diri melalui zona retak dan

mengalir ke dalam sumur bor.46. Minyak atau gas sekarang dapat melakukan perjalanan hingga string casing dengan baik.47. Sumur bor terisolasi dari formasi sekitarnya dengan casing dan semen, mencegah kontaminasi.48. Langkah terakhir adalah dengan menginstal jack pompa atau produksi baik kepala, atau apa

yang disebut “Pohon Natal”.

Kesalahan prosuder etika engineering

A. Kasus Etika EngineeringBanjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah

peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui.

Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan kimia itu berada di bawah baku mutu.

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak

Page 13: Drilling Engineering

Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

Dilakukan 3 skenario penghentian semburan lumpur, 3 skenario itu yaitu :1. menghentikan luapan lumpur dengan menggunakan snubbing unit pada sumur Banjar Panji-12. melakukan pengeboran miring (sidetracking) menghindari mata bor yang tertinggal tersebut. 3. pemadaman lumpur dilakukan dengan terlebih dulu membuat tiga sumur baru (relief well).

Tiga lokasi tersebut antara lain: Pertama, sekitar 500 meter barat daya Sumur Banjar Panji-1. Kedua, sekitar 500 meter barat barat laut sumur Banjar Panji 1. Ketiga, sekitar utara timur laut dari Sumur Banjar Panji-1.

Namun ternyata ketiga skenario ini tidak dapat menghentikan semburan lumpur yang terjadi sehingga diambil solusi lain. Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan pantai Kabupaten Sidoardjo.

Dalam kasus ini, Polda Jawa Timur telah menetapkan 13 tersangka yakni :1. Ir. EDI SUTRIONO selaku Drilling Manager PT. Energy Mega Persada, Tbk.2. Ir. NUR ROCHMAT SAWOLO, MESc selaku Vice President Drilling Share Services PT. Energy

Mega Persada, Tbk.3. Ir. RAHENOD selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.4. SLAMET BK selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.5. SUBIE selaku Drilling Supervisor PT. Medici Citra Nusa.6. SLAMET RIYANTO selaku Project Manager PT. Medici Citra Nusa.7. YENNY NAWAWI, SE selaku Dirut PT. Medici Citra Nusa.8. SULAIMAN Bin H.M. ALI selaku Rig Superintendent PT. Tiga Musim Mas Jaya.9. SARDIANTO selaku Tool Pusher PT. Tiga Musim Mas Jaya.10. LILIK MARSUDI selaku Driller PT. Tiga Musim Mas Jaya.11. WILLEM HUNILA selaku Company Man Lapindo Brantas, Inc.12. Ir. H. IMAM PRIA AGUSTINO selaku General Manager Lapindo Brantas, Inc.13. Ir. ASWAN PINAYUNGAN SIREGAR selaku mantan General Manager Lapindo Brantas, Inc.

Namun perkara pidana tersebut dihentikan oleh penyidik Polda Jawa Timur dengan alasan bahwa dalam perkara perdatanya gugatan YLBHI dan Walhi kepada Lapindo dan pemerintah telah gagal. Selain itu, adanya perbedaan pendapat para ahli. Gerakan Menutup Lumpur Lapindo pernah mengajukan nama-nama ahli tambahan, para ahli terkemuka Indonesia dan luar negeri yang tergabung dalam Engineer Drilling Club (EDC) yang mendukung fakta kesalahan

Page 14: Drilling Engineering

pemboran berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan tersebut, tetapi ditolak oleh penyidik Polda Jawa Timur (tidak ditanggapi).

B. Kasus Lumpur Lapindo dan kaitannya dengan etika engineeringKasus lumpur lapindo adalah bencana nasional bahkan mungkin internasional. Kasus ini

telah menggangu perekonomian negara ini. Banyak kerugian yang didapat baik dari masyarakat maupun pemerintah. Tidak heran kasus ini mendapat perhatian dunia. Berbagai spekulasi muncul menyatakan teori tentang asal muasal lumpur ini diantaranya :

1. Menurut lapindo-brantas.co.id. Pasca penyidikan, para peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kegiatan pengeboran dan semburan lumpur dan bahwa kegiatan pengeboran telah dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah dan prosedur operasional yang telah disepakati oleh rekan perusahaan. Para ahli geologi Lapindo Brantas Inc. meyakini bahwa semburan lumpur tersebut memiliki kaitan dengan kegiatan seismik akibat gempa yang terjadi dua hari sebelumnya, yang juga berkaitan dengan aktifnya kembali Gunung Semeru yang terletak 300 km dari episentrum gempa bumi di Yogyakarta.

2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah melakukan investigas lapangan menggunakan para ahli dari PT Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) menjelaskan kronologi sebagai berikut: Pada tanggal 27 Mei 2006 atau hari ke-80 telah mencapai kedalaman 9.297 kaki. Pada kedalaman tersebut terjadi total loss circulation (hilangnya lumpur pemboran) dan kemudian LBI/PT. MCN (PT. MCN = PT. Medici Citra Nusa, pen) mencabut pipa bor. Pada saat mencabut pipa bor, terjadi kick dan pipa terjepit (stuckpipe) pada kedalaman 4.241 kaki. Pipa tidak dapat digerakkan ke atas dan ke bawah maupun berputar/berotasi.Hal ini sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh Rudi Rubiandini, ahli geologi dan pemboran perminyakan dari ITB, ditugaskan pemerintah selaku Ketua Tim Investigasi Independen Semburan Lumpur Sidoarjo. Menurutnya, penyebab utama semburan lumpur ini ada dua secara teknis. Pertama, terjadinya kick yaitu luapan tekanan dari bawah yang tidak terkontrol. Kedua, tidak terpasangnya casing dari kedalaman 3.580 sampai 9.200, karena kedua penyebab ini terjadilah sebuah keretakan kemudian terjadi semburan.Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboranini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Pendapat tentang gempa sebagai penyebab lumpur lapindo telah ditolak oleh para ahli dalam konferensi di cape town, afrika selatan yang dilaksanakan oleh 90 orang ahli geologi dunia. 42 ahli geologi menyimpulkan PT Lapindo Brantas melakukan kesalahan prosedur pengeboran sehingga mengakibatkan munculnya lumpur ke permukaan. Sedangkan faktor gempa bumi di Yogyakarta yang terjadi dua hari sebelum munculnya semburan lumpur hanya didukung oleh tiga geolog. Ahli lain tidak berpendapat atau menyebut semburan lumpur dipicu dua faktor,

Page 15: Drilling Engineering

yakni kesalahan pengeboran dan gempa bumi. Adanya teori gempa sepertinya hanya alasan yang dijadikan lapindo brantas atau tepatnya para engineer di lapindo untuk menutupi kesalahan yang telah mereka buat. Isu itu digembar-gemborkan agar mereka tidak terkena dampak hukum maupun sosial dari masyarakat.

Usaha ini membuahkan hasil tidak ada satupun yang dinyatakan bersalah Hal ini memperlihatkan kurang tegasnya penerapan etika engineering dan hukum di negara kita. Walaupun sudah terlihat jelas bahwa penyebabnya adalah pengeboran oleh lumpur lapindo dan bukan karena faktor alam. Disini terlihat bagaimana pemerintah masih patuh dan tunduk terhadap ekonomi yang berkuasa. Kasus ini ditutup dengan faktor alam sebagai kambing hitamnya.

Etika engineering yang masih dipandang sebelah mata di negara kita mungkin berperan besar dalam menyumbang tragedi ini. Faktor terlambatnya dipasang casing pada kedalaman 3580 sampai 9200 meter menyebabkan terjadinya keretakan kemudian menghasilkan semburan. Peran seorang rekayasawan sangat terlihat disini, bagaimana pengambilan keputusan seorang rekayasawan dapat menentukan berapa keuntungan dan kerugian yang akan negara dan masyarakat dapat.

Namun sayangnya dikasus ini yang kita dapat adalah sebuah kerugian sangat besar baik materi maupun moril. Banyak warga yang kehilangan rumah, infrastruktur milik pemerintah yang rusak dan lain sebagainya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan Aktivitas pengeboran, teknik apa yang digunakan, serta lokasi pengeboran yang dilakukan oleh manusia telah mengakibatkan kegagalan pengoperasian sistem teknologi. Seperti yang dipaparkan James Chiles dalam Inviting Disaster: Lessons from the Edge of Technology (2002) banyak kasus kegagalan teknologi yang tidak hanya merugikan secara ekonomis tetapi juga menelan ribuan nyawa. Tidak jarang bencana teknologi terjadi hanya karena satu kesalahan kecil yang tadinya dianggap remeh. Kasus Three Miles Island di Pennsylvania, Union Carbide di Bhopal, dan kebocoran nuklir di Chernobyl adalah contoh-contoh mengerikan bagaimana teknologi mampu menjadi mesin pembunuh massal. Bencana lumpur Lapindo memiliki karakter yang sama karena berawal dari keputusan teknis yang sepele namun ceroboh.

Dalam pengambilan suatu keputusan seorang rekayasawan harus memperhatikan etika rekayasa. Etka rekayasa adalah studi tentang permasalahan dan perilaku moral, karakter, cita-cita orang secara individu dan ataupun secara berkelompok yang terlibat dalam perancangan, pengembangan dan penyebarluasan teknologi. etika rekayasa menjadi hal yang penting dan perlu selalu dikaji oleh seorang rekayasawan agar memahami batas-batas tanggung jawabnya. Dengan studi etika rekayasa seorang rekayasawan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalarannya agar lebih efektif di dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral. Jadi tujuan etika rekayasa adalah untuk meningkatkan otonomi moral, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu-isu moral berlandaskan kaidah-kaidah moral yang berlaku.

Page 16: Drilling Engineering

Etika rekayasa mencakup kepentingan dan keselamatan publik. Oleh sebab itu, sudah sewajarnyalah para engineer-engineer sebelum merancang suatu infrastruktur, mereka juga memikirkan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Seorang rekayasawan juga perlu memikirkan keselamatan pekerja para pembangun infrastruktur tersebut. Pemilihan lokasi dan pemasangan yang tepat juga perlu diperhatikan agar kejadian seperti ini tidak perlu terulang.