encephalitis
DESCRIPTION
mfmfTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS ANAK
I. IDENTITAS
Nama : An. M D
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Maret 2008
Umur : 7 tahun 4 bulan
Suku bangsa/Bangsa : Indonesia
Alamat : Pasir Gadung RT02/01. Tangerang
Tanggal masuk RS : 29 juli 2015
IDENTITAS ORANG TUA
Data orang tua Ibu Ayah
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Ny. R
32 tahun
Ibu Rumah Tangga
SMA
Tn. R
32 tahun
Wiraswasta
D3
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 29 juli 2015
a. Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran semenjak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki umur 7 tahun 8 bulan datang dengan penurunan kesadaran
semenjak 4 hari SMRS, penurunan kesadaran secara perlahan. Sekitar 2 minggu
SMRS pasien mengeluhkan demam yang terus menerus, sakit kepala, dan perut
terasa kembung serta nyeri. Pasien di bawa ke RS arya medika, disana di pasang
NGT dan keluar cairan hijau dari lambungnya, susah tidur dan gelisah sepanjang
hari. Setelah itu pasien makin lemas dan bicara hanya sepatah kata saja. Di RS Arya
medika di rawat 4 hari. Setelah itu pindah ke RS Ciputra, dan dirawat di PICU. Di
RS Arya Medika dirawat selama 4 hari dan tidak ada perubahan dan karena alasan
financial pasien pindah ke RSU Siloam. Di Arya medika pasien sudah di CT
SCAN dengan hasil meningitis dan ventrikulomegali ringan,dan hematologi
morfologi darah infeksi bakterialis serta didiagnosis meningoencephalitis. Pasien
sudah diberikan terapi meropenem 3 X 1 gram, sanmol 6 x 300 mg, cortidex 3 x 5
mg, mannitol 3 x 50 cc, ca gluconas 1 x 15 cc, pantoprazole 1 x 40 mg,
kloramfenikol 3 x 1 gram, piracetam 3 x 300 mg, tetapi keadaan pasien belum
membaik. Pasien tidak mempunyai riwayat kejang sebelumnya, tidak ada riwayat
mencret, mual atau muntah sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah dirawat di umah sakit sebelumnya, tidak pernah mengkonsumsi
obat OAT atau penyakit TB sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang sakit serupa dengan pasien, dan tidak ada riwayat kontak
dengan pasien TB
e. Riwayat Kehamilan Ibu :
Rutin antenatal care dengan bidan
f. Riwayat Kelahiran :
Anak ke III, dari IV bersaudara. Pasien dilahirkan secara normal di bidan dan
langsung menangis saat lahir, tidak ada cacat maupun trauma. Berat saat lahir
3200g dan panjang badan 50 cm.
g. Riwayat Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I : ± 8 bulan
Tengkurap : ± 3 bulan
Duduk : ± 6 bulan
Berjalan : ± 10 bulan
1
Bicara : ± 18 bulan
Mengeja : ± 3 tahun
Saat ini pasien sekolah SD kelas II, dan bisa mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh gurunya. Pasien tidak pernah tinggal kelas.
Kesan : perkembangan pasien sesuai anak seusianya
Riwayat Imunisasi :
Macam Dasar Ulangan
I II III
BCG
DPT I
Polio II
Campak
Hepatitis B III
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan usia
Saran : imunisasi ulangan harus dilakukan sesuai dengan waktu imunisasi
h. Riwayat Makanan :
Umur
(bulan)
ASI/
PASI
Buah Biskuit Bubur
susu
Nasi
TIM
Makanan keluarga
0 – 2 ASI - - - - -
2 – 4 ASI - - - - -
4 – 6 ASI + + + - -
6 – 8 ASI + + + + -
8 – 10 ASI + + + + -
2
10 – 12 ASI + + + + -
12-
Sekarang
Susu
kotak
high
kalsiu
m 2-3x
sehari
ukuran
200ml
+ 2x
sehari
(melon,
apple,pi
sang)
+ 1x
sehari
- - + 2x sehari
(nasi+ayam/daging
/ikan+sayur)
Jenis Makanan Frekuensi
Nasi Setiap hari, 3x sehari, @ 1 centong nasi tidak penuh
Sayur Setiap hari, 2x sehari @1 mangkok kecil
Daging ±2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong
Telur ±3 x seminggu, 2x/hari @ 1/2 butir telur
Ikan ±2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong kecil
Tahu Hampir setiap hari 1 potong kecil
Tempe Hampir setiap hari 1 potong kecil
Buah-buahan 1 hari 1-2 kali (alpukat, melon, apel dan pisang)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Coma
Berat badan : 29 Kg
3
Tinggi badan : 125 cm
LLA :
Lingkar kepala :
BB/U :
TB/U :
BB/TB :
Status Gizi : Gizi cukup perawakan normal
Tanda-tanda vital : Tekanan darah = 100/60mmHg
Nadi = 105 x /menit teraba lemah, isi cukup, reguler,
equal kiri dan kanan
Pernapasan = 22 x/menit
Suhu = 36,5 °C
Status Generalis :
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Kulit : Sawo matang, tidak ada rash atau kemerahan
Mata : Palpebra kanan dan kiri tidak cekung dan tidak edema,
konjungtiva kanan dan kiri tidak pucat, sklera kanan dan kiri
tidak ikterik, iris kanan dan kiri berwarna hitam, pupil isokor
diameter 2 mm/2mm. Doll’s eye movement (+)
Telinga : Bentuk daun telinga kanan dan kiri normal, liang telinga kanan
dan kiri tidak terdapat serumen dan tidak terdapat cairan.
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada,
epistaksis tidak ada.
Mulut : Merah, kering, mukosa bibir basah, pecah-pecah dan tidak ada
sianosis
Tenggorokan : tidak dapat dinilai
Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba,
Thoraks : Bentuk normal, gerak simetris dan pola pernapasan abdomen -
thorakal, retraksi tidak ada.
4
Paru
Inspeksi : Gerak simetris , retraksi suprasternal,intercostal, epigastric
suprasternal dan intercostal tidak ada.
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki tidak ada.
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri, tidak ada
thrill
Perkusi : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri
Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan
Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada massa, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus positif kurang lebih 6-8 kali/ menit
Palpasi : tampak datar, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Nyeri tekan
di epigastrium tidak ada.
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen
- punggung dan tulang belakang : tidak ada kelainan
- Genitalia : tidak hiperemis, tidak ada edema, dan intak
- KGB : Tidak ada pembesaran
- Status pubertas : Tanner 1
Ektremitas : Tidak ada edema, akral dingin, CRT< 2S, tidak ada deformitas.
5
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis
I. Refleks Bisep : +/+ hiporefleks
II. Refleks Trisep : +/+ hiporefleks
III. Refleks patella : +/+ hiporefleks
IV. Refleks Achilles : +/+ hiporefleks
Refleks
I. Kaku kuduk : -
II. Refleks babinski : -/-
III. Refleks Oppenheim : -/-
IV. Refleks Chaddock : -/-
V. Brusisnki I Dan II : -/-
VI. Gordon : -/-
VII. Kernig : Negatif
Kekuatan motorik : Superior 1/1, Inferior 1/1
Tonus otot : Baik
Diagnosis Kerja : Encephalitis viral dd/ bakterial
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 25-07-2015 ( Ciputra Hospital)
Hematologi Nilai
Darah Rutin
Hemoglobin 10,6
Hematokrit 30
Leukosit 16240
Trombosit 3390000
RBC 3.73
B/E/B/S/L/M 0.3/13,2/60,8
/16,2(H)/35/9
ESR 5 mm/Hours
MCV/MCH/MCHC 80/28/36
SGOT 11 U/L
SGPT 6 U/L
6
Ureum 14
Creatinine 0,4(L)
BRG 75 mg/dl
Na 133 mmol/L
K 4,2 mmol /L
Cl 101 mmol/L
CRP kuantitatif 7,7(H)
7
Hematologi(pemeriksaan khusus; morfologi darah)
Eritrosit Normositik normokrom
Leukosit Jumlah cukup, granula toksik +, vakuolisasi sitoplasma PMN +,
Hipersegmentasi +
Trombosit Jumlah cukup dan tersebar
Kesan Tanda-tanda infeksi bakterialis
Kesimpulan Infeksi bakterialis
8
pH 7,4
pC02 31,9 ( L)
PO2 161 (H)
HCO3 23,6
O2 Saturasi 98
BE 1,7
CT SCAN kepala tanpa dan dengan kontras :
Sulkus kortikalis dan fissura sylvii tampak normal
Sistem ventrikel tampak melebar ringan dan sisterna tampak normal
Tak tampak midline shift
Differensiasi substansia alba dan grisea tampak normal
Tak tampak lesi hipodens maupun hiperdense pada parenkim otak
Cerebellopontine angle tampak normal
Bulbus okuli dan kavum orbita tamak normal
Sinus paranasal tampak normal
Mastoid air cell tampak normal
Tak tampak fraktur pada calvaria
Pasca pemberian kontras tampak giral enhancement
Kesan : sugestif gambaran meningitis dengan ventrikulomegali ringan
XRay thorax dan BNO 3 posisi 24 juli 2015
Trakea intak ditengah
Cor : CTR <50%, contour baik
Aorta : Baik
9
Hilus : normal
Pulmo : Corakan bronkovaskular baik, tidak tampak infiltrat di perihiler dan parakardial bilateral
Kedua Sinus Costophrenicus dan diafragma normal. Tulang-tulang dada baik, kesan: cord an
pulmo dalam batas normal
BNO 3 posisi :
Praeperitonel fat normal, abdoman tampak distended
Distribusi udara colon bertambah, juga tampak udara didalam intestinum
Skeletal normal
Bayangan ke-2 ginjal dan muskulus psoas normal
Tak tampak bayangan konkremen opaque sepanjang tractus urinarius
Kesan : tak tampak tanda-tanda urolithiasis
Meteorismus suspek subilius
Tanggal 28/07/15
Hematologi Nilai
10
Darah Rutin
Hemoglobin 10,7
Hematokrit 30.30
WBC 7.17
RBC 7.17
B/E/BN/SN/L/M 0/0/3/75(H)/14(L)/8
MCV/MCH/MCHC 80.20/28.30/35.30
SGOT 9
SGPT 5
Albumin 3.33 (L)
Blood random glucose 143
Na 126 (L)
K 4.1
Cl 108
Tanggal 29/07/15
Analisa cairan otak
Makroskopik
11
color Colorless
Clarity Clear
Clot -
Sediment -
Mikroskopik
Cell count 84 (H)
Differential count
PMN 75%
MN 25%
Chemicals
Nonne -
Pandy -
Glucose 78 (H)
Cl 130 mmol/L
Protein quantitative 0,36 g/dl
Kesan : infeksi Viral
IV. DIAGNOSIS
Encephalitis virus dd/ Meningitis bakterial
V. TATALAKSANA
IVFD RL 300 ml loading
Ceftriaxone IV 1 x 1500 mg
12
Dexamethasone IV 3x 3 mg
Mannitol 20 % iv 3 x 15 gr = 75 ml
Parasetamol Po 300 mg prn demam
Acyclovir IV 3x500 mg
D5% 1600 mg/24 jam
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
VI. FOLLOW UP
S29/07/15
30/07/15 31/07/15 01/08/15 02/08/15
Kesadaran E1M3V2
E1M1V1 E1M2V1 E1M2V1 E1M2V1
Sesak (-) (-) (-) (+) (+)
Kejang - - - - -
IVFD D5%
1600
ml/ 24
jam
NS(425)+Nacl
3%(75)42
ml/jam
Nacl 0,9%(400)
+Nacl 3%(100)42
ml/jam
Albumin 25%100ml
dalam 4 jam + lasix
2 mg di tengah-tengah
D51/4 NS +kcl
(15meq) 42
ml/jam
D10% 500ml/8
jam
Makan Makan
Makan cair
Makan cair
puasa Puasa
13
cair 8X120ml/NGT
8x120ml /NGT
8x200ml /NGT
NGT - - Hitam kehijauan 100 cc/24
jam
Hitam kehijauan 150 cc/24
jam
Hitam kecoklatan 100 cc/ 24
jam
BAB (-) (-) (+) (+) (-)
BAK
24 jam
(+)
200cc/6
jam
(+)
1200cc/24 jam
(+)
1600 cc
(+)
1500cc
(+)
2200 cc
Diuresis 1,14
ml/kgbb/
jam
1,75 ml/kgbb/
jam
2,96 ml/kgbb/
jam
2,7 ml/kgbb/
jam
4,07 ml/kgbb/
jam
OTD (mmHg) 100
/6090/60 110/60 100/70 110/60
Nadi
(x/mnt)
96 94 92 86 84
RR
(x/mnt)
20 22 20 27 20
T (oC) 36,9
37.4 37,8 36,9 36,8
BB (kg) 29 29 29 29 29
14
AEncephalitis viral dd/ meningitis bacterial
P
Ceftriaxone iv 1500 mg OD
Acyclovir iv 300 mg TDS
500mg TDS
Dexamethasone IV 3 mg TID
Paracetamol 300 mg
RanitidineIV 30mg
- - - -
15
Analisa Kasus
Ensefalitis merupakan suatu inflamasi parenkim otak yang biasanya disebabkan
oleh virus. Ensefalitis berarti jaringan otak yang terinflamasi sehingga menyebabkan
masalah pada fungsi otak. Inflamasi tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan
kondisi neurologis anak termasuk konfusi mental dan kejang.[1,2]
Pada umumnya terdapat 4 jenis bentuk manifestasi kliniknya yaitu :
a. Bentuk asimtomatik : gejala ringan sekali, kadang ada nyeri kepala ringan atau
demam tanpa diketahui sebabnya. Diplopia, vertigo dan parestesi juga berlangsung
sepintas saja. Diagnosis hanya ditegakkan atas pemeriksaan CSS.
b. Bentuk abortif : Gejala-gejala berupa nyeri kepala, demam yang tidak tinggi dan kaku
kuduk ringan. Umumnya terdapat gejala-gejala seperti infeksi saluran pernafasan
bagian atas atau gastrointestinal.
c. Bentuk fulminan : bentuk ini beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir
dengan kematian. Pada stadium akut: demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat masuk ke
dalam koma yang dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan
bulbar atau jantung
d. Bentuk khas ensefalitis : bentuk ini mulai secara bertahap, gejala awal nyeri kepala
ringan, demam, gejala ISPA atau gastrointestinal selama beberapa hari. muncul tanda
radang SSP (kaku kuduk, tanda Kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur). Defisit
neurologik yang timbul bergantung pada tempat kerusakan. Penurunan kesadaran
menyebabkan koma, dapat terjadi kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan
koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental
Gejala trias ensefalitis: demam, kejang dan kesadaran menurun. Gejala klinis: bersifat
akut/sub akut, yaitu demam, nyeri kepala, gejala psikiatrik, kejang, muntah,
kelemahan otot fokal, hilangnya memori,gangguan status mental, fotofobia, kelainan
gerakan. Pada neonatus: gejala tampak usia 4-11 hari, yaitu letargik, malas minum,
iritabel, dan kejang. Tanda klinik: gangguan kesadaran, demam, disfasia, ataxia,
16
kejang fokal-general, hemiparesis, gangguan saraf otak, hilangnya lapangan pandang
dan papil edema.
Ensefalitis - Ensefalitis adalah peradangan pada parenkim otak, diwujudkan dengan disfungsi
neurologis (misalnya, perubahan status mental, perilaku, atau kepribadian; motorik atau sensorik
defisit; pidato atau gerakan gangguan, hemiparesis, dan parestesia) [3,4]. Ada atau tidak adanya
disfungsi neurologis membedakan ensefalitis dari meningitis. Namun, perbedaan antara
meningitis dan encephalitis kadang-kadang kabur (misalnya, meningoencephalitis).
Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan penunjang yang dilakukan.
a. Panas tinggi, nyeri kepala hebat, kaku kuduk, stupor, koma, kejang dan gejala-
gejala kerusakan SSP
b. Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (CSS) terdapat pleocytosis dan sedikit
peningkatan protein
c. Isolasi virus dari darah, CSS. Identifikasi serum antibodi dilakukan dengan 2
spesimen yang diperoleh dalam 3-4 minggu secara terpisah
Pemeriksaan laboratorium :
a. Pungsi lumbal : CSS jernih, jumlah sel 20-500 / ml, kadang-kadang bisa
mencapai 2000/lebih. Kadar protein meningkat sampai 80-100 mg%, sementara
kadar glukosa dan klorida normal.
Pemeriksaan penunjang :
a. Isolasi virus : identifikasi mikroorganisme penyebabnya (terutama virus). Virus
diisolasi dari otak→ inokulasi intraserebral mencit
b. Serologi : dalam membuat diagnosis perlu untuk menentukan kenaikan titer
antibodi spesifik selama infeksi
c. EEG : Perubahan tidak spesifik menyeluruh. Gambaran melambatnya aktivitas
otak.
17
d. CT scan kepala dan MRI : CT scan : perubahan parenkimal, odem otak dan
daerah lesi yang densitasnya berbeda dengan parenkim otak. CT scan berguna
untuk menunjukkkan adanya komplikasi (perdarahan, hidrocephalus, atau
herniasi). MRI lebih sensitive daripada CT scan dalam mengidentifikasi
ensefalitis virus
Farmakologis
1. Mengatasi kejang → Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering
terjadi, perlu diberikanDiazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus
selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis : infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung
umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebri dan akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri :
Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intracranial : Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-
2,0 g/kgBB selama 30-60 menit, diulang setiap 8-12 jam
5. Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan etiologi bakteri diberikan
antibiotik parenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena infeksi virus herpes
simplek Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10
hari. Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah
sakit. Penanganan ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penanganan
tersebut adalah mempertahankan fungsi organ, yang caranya hampir sama dengan
perawatan pasien koma yaitu mengusahakan jalan napas tetap terbuka, pemberian
makanan secara enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, koreksi terhadap gangguan asam basa darah. Bila kejang dapat
diberi Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB IV dilanjutkan fenobarbital. Paracetamol 10
mg/kgBB dan kompres dingin dapat diberikan apabila pasien panas. Apabila
didapatkan tanda kenaikan tekanan intrakranial dapat diberi Dexamethasone 1
mg/kgBB/hari dilanjutkan pemberian 0,25-0,5 mg/kgBB/hari. Pemberian
Dexamethasone tidak diindikasikan pada pasien tanpa tekanan intrakranial yang
meningkat atau keadaan umum telah stabil. Mannitol juga dapat diberikan dengan
18
dosis 1,5-2 mg/kgBB IV dalam periode 8-12 jam. Perawatan yang baik berupa
drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik pada pasien ensefalitis yang
mengalami gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorokan serta adanya
paralisis pita suara atau otot-otot pernapasan. Pada pasien herpes ensefalitis
(EHS) dapat diberikan Adenosine Arabinose 15 mg/kgBB/hari IV diberikan
selama 10 hari. Pada beberapa penelitian dikatakan pemberian Adenosine
Arabinose untuk herpes ensefalitis dapat menurunkan angka kematian dari 70%
menjadi 28%. Saat ini Acyclovir IV telah terbukti lebih baik dibandingkan
vidarabin, dan merupakan obat pilihan pertama. Dosis Acyclovir 30 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
PATOGENESIS
Virus masuk tubuh melalui beberapa jalan. Tempat permulaan masuknya virus dapat
melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh
dengan beberapa cara:
1. Setempat: virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ-organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder: virus berkembang biak di daerah pertama kali masuk
(permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.[5]
Pada keadaan permulaan akan timbul demam pada pasien, tetapi belum ada kelainan
neurologis. Virus akan terus berkembang biak, kemudian menyerang susunan saraf pusat
dan akhirnya diikuti oleh kelainan neurologis. [5]
HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson saraf.[7]
Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh:
1. Invasi dan pengrusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang
biak.
19
2. Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat demielinisasi,
kerusakan vaskular dan paravaskular. Sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam
jaringan otak.
3. Reaksi aktivitas virus neurotopik yang bersifat laten.[5]
Tingkat demielinasi yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan aksonnya terutama
dianggap menggambarkan ensefalitis “pascainfeksi” atau alergi. Korteks serebri terutama
lobus temporalis, sering terkena oleh virus herpes simpleks; arbovirus cenderung mengenai
seluruh otak; rabies mempunyai kecenderungan pada struktur basal.[7]
II. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Dalam beberapa kasus, pembengkakan otak dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen dan komplikasi tetap seperti kesulitan belajar, masalah berbicara, kehilangan
memori, atau berkurangnya kontrol otot.[11]
Prognosis tergantung dari keparahan penyakit klinis, etiologi spesifik, dan umur anak.
Jika penyakit klinis berat dengan bukti adanya keterlibatan parenkim maka prognosisnya
jelek dengan kemungkinan defisit yang bersifat intelektual, motorik, psikiatri, epileptik,
penglihatan atau pendengaran. Sekuele berat juga harus dipikirkan pada infeksi yang
disebabkan oleh virus Herpes simpleks.[7]
Clinical clues to viral infections of the central nervous system in children
Etiology
Frequency of meningitis versus encephalitis*
Potential clinical clues
Meningitis Encephalitis
Enteroviruses
Coxsackie A and B viruses
Common Rare Herpangina, hand-foot-mouth disease, conjunctivitis, pharyngitis, pleurodynia, myopericarditis, rash
Echoviruses Common Rare Rash
Polioviruses Common Rare Flaccid paralysis
20
Arthropod-borne viruses (arboviruses)
West Nile virus Infrequent Common Rash; mosquito exposure
St. Louis encephalitis virus
Common Common Mosquito exposure
La Crosse (California) encephalitis virus
Common Common Mosquito exposure
Eastern equine encephalitis virus
Rare Common Mosquito exposure
Western equine encephalitis virus
Common Common Mosquito exposure
Powassan virus Uncommon Common Tick exposure
Herpesviruses
Herpes simplex type 1 Rare Common Oral lesions
Herpes simplex type 2 Common Rare Genital lesions, sacral radiculopathy (urinary retention, constipation, paresthesia, weakness)
Cytomegalovirus Infrequent Common Immunocompromised host
Varicella zoster virus Common Infrequent
Vesicular rash; shingles
Epstein-Barr virus Infrequent Common
Other viruses
Human immunodeficiency virus
Common Common Intravenous drug use, risky sexual behavior
21
Rabies virus Rare Common Animal exposure; prodrome of nonspecific symptoms (fever, headache, malaise, myalgia, cough, sore throat, nausea, vomiting)
Lymphocytic choriomeningitis virus
Common Infrequent
Rodent pets or contact with rodent droppings or urine
PathogenWBC(cells/mm3)
RBCGlucose(mg/dL)
Protein(mg/dL)
Viral diagnosis
Enterovirus 100-1000 None NL/SL↓ <160 Cell culture: NP, rectal, CSF; PCR: CSF
Herpes simplex virus
~100 None or ↑
~ ~100 or higher Cell culture: skin or mucosal lesion; PCR: CSF, blood
Epstein Barr virus ↑ None NL ↑ PCR: CSF
Serum serology
Cytomegalovirus ↑ None ↓ ↑ Cell culture and CSF PCR
Lymphocytic choriomeningitis virus
↑ None NL/SL↓ NL/SL↑ Serology, cell culture and PCR
Influenza NL/SL↑ None NL NL/SL↑ NP cell culture, antigen testing and
22
PCR
CSF PCR
Arboviruses <200 None NL ↑ Serum and CSF serology testing
Cell culture: research laboratories
WEE virus: PCR: CSF
Eastern equine encephalitis
400-4000
Western equine encephalitis (WEE)
≤2000
West Nile virus
<200 Up to 900
St. Louis encephalitis virus
<200 ~200
NL: normal; SL: slightly; NP: nasopharyngeal aspirate; CSF: cerebrospinal fluid; PCR: polymerase chain reaction; ↓: decrease; ↑: increase.
Initial evaluation and management of suspected encephalitis in children older than one month of age
History
Symptoms: Altered mental status; decreased level of consciousness; lethargy; personality change; fever; seizure; ataxia
Travel
Exposure (animals, insects, freshwater swimming, toxins)
Immunizations
Immune status
23
Physical findings
Vital signs and general examination
Neurologic examination, particularly for focal findings and GCS
Laboratory studies
Screening laboratories: CBC; glucose; electrolytes; BUN; creatinine; ammonia; blood pH; blood cultures; LFTs; urinalysis; urine drug screen; save a sample of acute serum
Lumbar puncture: perform emergently, often after neuroimaging if a focal lesion is suspected; obtain opening pressure when clinically feasible; send CSF for cell count/differential, glucose, protein, bacterial culture, HSV PCR, enterovirus PCR; save a sample of CSF
Other laboratory tests to consider: influenza testing during influenza season; tests for toxic metabolic encephalopathy and inborn errors of metabolism (see text); antibody studies for NMDAR and VGKC (see text)
Ancillary studies
Neuroimaging: MRI preferred, but CT if MRI not promptly available, impractical, or cannot be performed
EEG: as soon as is feasible (for evidence of encephalitis or nonconvulsive seizure)
Treatment
Stabilization
Support airway, breathing and circulation:
Endotracheal intubation for GCS ≤8 or compromised airway
Fluid resuscitation with normal saline (20 mL/kg, initial bolus) for signs of shock
Obtain rapid glucose; treat if hypoglycemic with 2.5 mL/kg of 10 percent dextrose solution
24
Treat seizures with lorazepam (0.1 mg/kg intravenously) or equivalent benzodiazepine
Empiric therapy (initial dose)*
Treat for influenza, as indicated, during influenza season with oseltamivir (0 to 3 months: 12 mg orally; 4 to 5 months: 17 mg orally; 6 to 11 months: 24 mg orally; ≥12 months and ≤15 kg: 30 mg orally; 15 to 23 kg: 45 mg orally; 23 to 40 kg: 60 mg orally; >40 kg and/or >12 years old: 75 mg orally)
Administer acyclovir¶ (>28 days to <3 months: 20 mg/kg intravenously; ≥3 months to <12 years: 10 to 15 mg/kg intravenously; ≥12 years: 10 mg/kg intravenously) to all patients without a specific diagnosis other than HSV
Treat for bacterial meningitis as indicated (eg, vancomycin [15 mg/kg intravenously] plus either ceftriaxone [50 mg/kg intravenously] or cefotaxime [100 mg/kg intravenously])Δ
Treat for rickettsial infection (eg, Rocky Mountain spotted fever, Q fever) or ehrlichiosis in children at risk (doxycycline [2.2 mg/kg intravenously or orally])◊
GCS: Glasgow coma scale; CBC: complete blood count; BUN: blood urea nitrogen; LFT: liver function tests; CSF: cerebrospinal fluid; HSV: herpes simplex virus; PCR: polymerase chain reaction; NMDAR: anti-N-methyl-D-aspartate receptor; VGKC: voltage-gated potassium channel; MRI: magnetic resonance imaging; CT: computed tomography; EEG: electroencephalography.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Sevigny, Jeffrey MD. Frontera, Jennifer MD. Acute Viral Encephalitis. Brust, John C.M.
In: Current Diagnosis & Treatment In Neurology. International Edition. New York. Mc
Graw Hill. 2007;p449-54
2. Suleiman J, Brenner T, Gill D, et al. VGKC antibodies in pediatric encephalitis presenting with status
epilepticus. Neurology 2011; 76:1252.
3. Huttunen P, Lappalainen M, Salo E, et al. Differential diagnosis of acute central nervous system
infections in children using modern microbiological methods. Acta Paediatr 2009; 98:1300.
25
26