elny fitri pemeriksaan kualitas beberapa sediaan...

32
SKRIPSI ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN TABLET NIFEDIPIN YANG BEREDAR DI MALANG PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011

Upload: phungtuong

Post on 08-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

SKRIPSI

ELNY FITRI

PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA

SEDIAAN TABLET NIFEDIPIN YANG

BEREDAR DI MALANG

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

Page 2: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan komponen yang sangat penting dalam pelayanan

kesehatan. Intervensi obat diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik

upaya preventif, kuratif dan rehabilitatif. Obat merupakan komponen biaya

terbesar dalam pelayanan kesehatan yakni dapat mencapai hingga 70% dari total

biaya pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit

khususnya penyakit kardiovaskular tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi

dengan obat atau farmakoterapi (DepKes RI, 2000). Obat-obat jantung khususnya

nifedipin yang beredar di pasaran ada dalam berbagai bentuk sediaan, diantaranya

dalam bentuk tablet. Tablet yang beredar di pasaran diharapkan terjamin

kualitasnya. Hal ini dikarenakan kualitas dapat dijadikan dasar acuan untuk

menetapkan kebenaran khasiat (efficacy) dan keamanan (safety) dari suatu produk

obat.

Nifedipin merupakan CCB (calcium channel blockers) turunan

phenyldihidropyridine yang digunakan untuk pengobatan hipertensi serta untuk

pencegahan dan pengobatan angina pektoris (Siswandono & Bambang, 1995).

Nifedipin termasuk bahan obat yang dalam sistem klasifikasi biofarmaseutik

(BCS) tergolong kelas dua yaitu obat dengan kelarutan rendah, namun

permeabilitas terhadap membran baik dan merupakan salah satu obat esensial

nasional di Indonesia yang memperlihatkan kualitas dan efektivitas yang rendah

dilihat dari segi disolusinya (BPOM, 2004). Obat yang memiliki profil disolusi

yang baik akan memberikan bioavailabilitas yang baik karena ketersediaan

farmaseutik dari obat tersebut tinggi, namun bioavailabilitas akan menurun untuk

obat-obatan yang mempunyai profil disolusi yang buruk.

Berdasarkan data spesialite obat yang beredar di Indonesia (ISO 2009)

terdapat 21 macam nama dagang (non generik) produk obat yang mengandung

nifedipin (ISFI, 2009). Produk sediaan tablet nifedipin yang beredar di pasaran

mempunyai kualitas yang sangat bervariasi karena adanya faktor-faktor yang

mempengaruhinya, antara lain bahan baku obat yang digunakan (polimorfisme

Page 3: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

3

atau ukuran partikel), bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam proses

formulasi serta prosedur manufaktur dari sediaan obat tersebut. Sediaan tablet

yang berkualitas dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari segi

ketersediaan hayati (bioavailabilitas) obat, selain itu kualitas juga ditinjau dari

aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia dimana tablet harus

memenuhi kriteria yang dipersyaratkan Farmakope.

Banyak literatur mengatakan bahwa sifat fisika kimia dari zat aktif,

perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan tambahan dalam

formulasi berpengaruh terhadap kualitas sediaan tablet khususnya menyangkut

laju disolusi dari zat aktif yang tentunya mempengaruhi bioavailabilitas.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna

untuk mengetahui apakah beberapa sediaan tablet nifedipin yang beredar di

Malang baik yang diproduksi oleh pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik telah

memenuhi persyaratan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah beberapa sediaan tablet nifedipin yang beredar di Malang baik

yang diproduksi oleh pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik telah memenuhi

persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV dan United Stated

Pharmacopeia XXXII?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas beberapa sediaan tablet nifedipin yang

diproduksi pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik yang beredar di Malang.

1.4 Hipotesis

Terdapat perbedaan kualitas sediaan tablet nifedipin yang diproduksi

pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik yang beredar di Malang.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan didapatkannya data kualitas beberapa sediaan tablet nifedipin

yang diproduksi pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik yang beredar di

Malang, maka diharapkan dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan

terjadinya penggunaan obat-obatan yang tidak memenuhi persyaratan.

Page 4: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nifedipin

Nifedipin merupakan salah satu obat yang digunakan untuk pengobatan

hipertensi serta untuk pencegahan dan pengobatan angina pektoris dengan

mekanisme kerja menghambat influks Ca2+

(calcium channel blockers) melalui

saluran kalsium, terutama melalui voltage dependent channel pada membran sel

jantung dan sel otot polos. Ca2+

ekstraseluler diperlukan otot jantung, begitu pula

nodus SA dan AV juga terutama tergantung pada Ca2+

untuk automatisitas dan

konduksinya. Dengan demikian terhadap otot polos pembuluh darah, nifedipin

akan menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi penurunan resistensi perifer dan

tekanan darah. Nifedipin sering digunakan dibandingkan penghambat saluran

kalsium lainnya, karena nifedipin merupakan golongan dihidropiridin bersifat

vaskuloselektif dengan selektivitas yang tinggi (Gunawan, 2007). Nifedipin

diindikasikan untuk vasodilatasi terutama digunakan pada hipertensi esensial

(ringan atau sedang), juga pada angina variant berdasarkan efeknya terhadap

jantung yang relatif ringan, tidak berkhasiat inotrop negatif. Pada angina stabil

hanya digunakan bila β - blockers dikontraindikasikan atau kurang efektif (Tjay &

Rahardja, 2008).

Pada pemberian oral kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 20-45 menit,

waktu paronya ± 2-5 jam, dengan masa kerja ± 8-12 jam (Siswandono &

Bambang, 1995). Resorpsinya dari usus baik (90%), tetapi bioavailabilitas rata-

rata hanya 60% karena mengalami FPE (first pass effect), dimana dalam hati akan

dirombak menjadi metabolit inaktif yang dieksresikan lewat kemih (90%) dan

tinja (10%) (Tjay & Rahardja, 2008). Dosis nifedipin biasanya 30-60 mg/hari

(Mutschler, 1999).

Efek samping yang paling umum dari nifedipin terkait dengan khasiatnya

sebagai vasodilator yakni pusing, sakit kepala, hipotensi, edema perifer,

takikardia, dan jantung berdebar (Sweetman, 2009). Pada pasien dengan penyakit

jantung koroner dapat meningkatkan resiko infark miokard dan stroke iskemik

Page 5: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

5

(Gunawan, 2007). Nifedipin tersedia dalam bentuk sediaan tablet 5 mg dan 10 mg

(BPOM, 2000).

Nifedipin merupakan derivat phenylpyridine yang relatif sensitif terhadap

paparan cahaya, yang dapat teurai menjadi derivat nitrosophenylpyridine bila

kontak dengan cahaya matahari serta juga dapat terurai menjadi derivat

nitrophenylpyridine apabila kontak dengan sinar ultraviolet (Sweetman, 2009).

Nifedipin mempunyai spektrum serapan maksimum pada daerah ultraviolet dalam

larutan asam dan basa pada panjang gelombang 238 nm dan 340 nm sedangkan

dalam metanol pada panjang gelombang 235 nm dan 340 nm. Semua percobaan

dengan larutan nifedipin harus dilakukan di bawah cahaya merah, cahaya kuning

atau lampu natrium (Ali, 1989). Nifedipin mempunyai bobot molekul 346,30

dengan titik lebur 171° - 175°C dan larut pada suhu 20°C dalam aseton (250 g/l),

metilen klorida (160 g/l), kloroform (140 g/l), etil asetat (50 g/l), metanol (26 g/l),

etanol (17 g/l) namun praktis tidak larut dalam air (Ali, 1989). Menurut sistem

klasifikasi biofarmaseutik (BCS), nifedipin tergolong kelas dua yaitu obat dengan

kelarutan rendah, namun permeabilitas terhadap membran baik (BPOM, 2004).

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan laju

disolusi dari nifedipin diantaranya dengan memberi pra-perlakuan pada bahan

baku zat aktif dengan membuat dispersi padat (Vippagunta, 2002) dan dengan

penambahan PEG 6000 saat proses granulasi (Sulistyowati, 2008). Nifedipin

mempunyai rumus molekul C17H18N2O6, sedangkan rumus struktur ditunjukkan

pada pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus Struktur Nifedipin

(DepKes RI, 1995)

Page 6: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

6

2.2 Tablet

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (DepKes RI, 1995).

Dari sudut pandang farmaseutika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil

daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat lebih cocok untuk obat-obat

yang kurang stabil (Ansel, 1989).

Apabila pemakaian obat harus secara oral, baik ditelan, ditempatkan dalam

rongga mulut tanpa ditelan, dikunyah dulu baru ditelan, atau hanya dihisap maka

bentuk sediaan tablet yang paling sering digunakan. Selain tablet yang diberikan

melalui oral, terdapat juga tablet yang diberikan melalui rektal, vaginal,

implantasi-transdermal dan sebagainya. Dewasa ini diperkirakan paling tidak 40%

dari seluruh obat diracik dalam bentuk tablet.

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,

ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi, tergantung pada cara pemakaian tablet

dan metode pembuatannya. Tablet umumnya memiliki diameter 5-17 mm,

sedangkan bobot tablet 0,1-1 gram (Voight, 1995).

Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan

tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan. Tablet

kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul

menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa

serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan dimana kepadatan

tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan

selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (DepKes

RI, 1995).

2.3 Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin

2.3.1 Pemeriksaan Keseragaman Bobot

Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat didalam sejumlah

formula, berat tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk membantu

memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah zat aktif yang tepat

(Banker & Anderson, 1986). Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang

cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari

tablet atau jika tablet bersalut gula (DepKes RI, 1995).

Page 7: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

7

2.3.2 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah zat aktif dalam tablet

harus dipantau pada setiap tablet atau batch. Hal ini umumnya dilakukan dengan

cara analisis kimiawi (Voight, 1995). Farmakope mensyaratkan bahwa tablet

bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat

aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman

kandungan (DepKes RI, 1995). Menurut USP XXXII, kapsul nifedipin

mengandung tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110 % nifedipin

(C17H18N2O6) dari jumlah yang tertera pada etiket (USP, 2009).

2.3.3 Pemeriksaan Waktu Hancur

Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya

tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul-granul (Banker & Anderson,

1986). Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi

partikel dibawah kondisi yang ditetapkan (King, 1980). Pada umumnya waktu

hancur akan mempengaruhi laju pelarutan zat aktif (Hermann dkk, 1993). Sebagai

medium biasanya digunakan air atau cairan pencernaan buatan bersuhu 37°C,

dimana pengujian dilakukan pada kondisi yang sedapat mungkin mendekati

situasi fisiologis (Voight, 1995). Waktu hancur tablet dapat dianggap sebagai

kriteria untuk memprediksi penyerapan obat secara in vitro (Swarbrick, 2010).

Menurut USP, tablet tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling

rendah 5 menit, akan tetapi kebanyakkan tablet tidak bersalut memiliki waktu

hancur 30 menit (Banker & Anderson, 1986).

2.3.4 Uji Disolusi

Bahan obat dalam bentuk sediaan farmaseutik solid yang diberikan peroral

yaitu tablet setelah dikonsumsi seseorang akan terlepas dari sediaannya dan

mengalami disolusi dalam media biologis diikuti dengan absorpsi zat aktif ke

dalam sirkulasi sistemik dalam tubuh melalui suatu rangkaian proses yang dapat

digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Page 8: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

8

Gambar 2.2 Hubungan Antara Disolusi dan Proses Absorpsi

(Hermann dkk, 1993)

Berdasarkan skema diatas, kemampuan obat berada dalam tubuh atau

ketersediaan hayati dari produk sediaan farmaseutik solid yang diberikan peroral

sangat besar tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, maka

karakteristik disolusi merupakan sifat yang penting dari produk obat (Ansel,

1989). Disolusi merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi

terlarut dalam suatu pelarut (Shargel, 2005). Jika bentuk sediaan farmaseutik yang

diberikan peroral masuk dan berada di saluran cerna dalam bentuk sediaan solid,

ada dua kemungkinan yang dapat terjadi untuk tahap pembatasan kecepatan zat

aktif dalam sirkulasi. Pertama, bentuk sediaan solid harus terdisintegrasi dan zat

aktif larut dalam media cair dan kemudian melewati membran saluran cerna. Zat

aktif yang mudah larut akan cenderung cepat melarut, membuat tahap pembatasan

kecepatan, yakni difusi pasif dan transpor aktif zat aktif, untuk absorpsi melalui

membran saluran cerna. Sebaliknya, kecepatan absorpsi zat aktif yang sukar larut

akan dibatasi oleh laju disolusi zat aktif yang tidak larut atau juga dapat dibatasi

oleh kecepatan disintegrasi bentuk sediaan (Siregar & Wikarsa, 2010).

Maka seringkali laju disolusi bahan obat sangat kecil bila dibandingkan

dengan laju absorpsinya sehingga laju disolusi merupakan tahap penentu

kecepatan (rate limiting step) dalam proses absorpsi (Shargel, 2005). Kecepatan

disolusi suatu senyawa tergantung pada beberapa parameter, diantaranya

(Hermann dkk, 1993):

Karakteristik fisika-kimia bahan obat

Tablet Agregat Partikel

Zat aktif terlarut

Zat aktif terserap

Penghancuran I Penghancuran II

Pelarutan Pelarutan

Penyerapan

Page 9: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

9

Luas permukaan yang berubah antara senyawa dan cairan pelarut

Sifat cairan pelarutan (pH, kekentalan, tegangan permukaan)

Parameter yang berkaitan dengan alat (suhu dan volume cairan uji serta

pengadukan)

Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas, disolusi akan lebih berarti

daripada waktu hancur. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat dikorelasikan

dengan ketersediaan hayati zat aktif (DepKes RI, 1995). Bioavailabilitas

(ketersediaan hayati) dapat ditentukan secara in vitro dalam laboratorium dengan

mengukur laju disolusi zat aktif dalam waktu tertentu (dissolution rate). Untuk

laju disolusi nifedipin kapsul setelah waktu 20 menit harus larut tidak kurang 80%

(Q) C17H18N2O6 dari jumlah yang tertera pada etiket, dengan media disolusi

berupa cairan lambung buatan tanpa pepsin (USP, 2009).

2.4 Obat Generik dan Non Generik (Merek Dagang)

Kebijakan Obat Nasional mengamanatkan bahwa upaya peningkatan mutu

pelayanan kesehatan, jaminan ketersediaan obat yang aman, bermanfaat serta

bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup, keterjangkauan serta akses obat bagi

seluruh masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah Indonesia

telah memberikan perhatian serius dalam pencegahan dan penanggulangan

penyakit tidak menular termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat dengan

dibentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun 2005 dalam melaksanakan

pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk

hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik dan

penyakit generatif lainnya serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. Dalam

pencegahan dan penanggulangan hipertensi berbagai upaya juga telah dilakukan,

diantaranya pemerintah mengambil kebijakan untuk memproduksi obat generik

diantaranya seperti nifedipin, captopril dan hidroklortiazid.

Obat generik adalah salah satu kebijakkan pemerintah dalam rangka

meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas

khususnya dalam hal daya beli obat, dimana obat dipasarkan dengan nama bahan

aktifnya terutama untuk obat-obatan yang banyak dibutuhkan masyarakat. Obat

generik adalah obat yang mengandung zat aktif sesuai nama generiknya (DepKes

Page 10: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

10

RI, 2008). Memang bukan pemerintah langsung yang memproduksinya, tetapi

melalui perusahaan-perusahaan milik negara atau milik swasta yang bersedia

memproduksinya. Biaya produksi ditekan seminimal mungkin, namun tetap harus

memenuhi persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

Pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan atau

seminar), kalaupun ada iklan untuk obat generik, sifatnya massal dan dilakukan

oleh pemerintah yang dikenal dengan iklan layanan masyarakat, maka harga obat

dapat ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap punya keuntungan, begitu

pula konsumen mampu membeli dengan harga terjangkau.

Obat paten atau spesialite (non generik) adalah obat milik suatu

perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau

proprietary name (Tjay & Rahardja, 2008). Biaya yang dikeluarkan produsen

untuk menghasilkan obat paten, lebih dari 50% merupakan biaya non produksi

salah satunya biaya pemasaran untuk mempromosikan masing-masing produknya,

maka harga obat dengan nama dagang umumnya relatif lebih mahal dibandingkan

obat generik (Puspitasari, 2006).

Page 11: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

11

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Uraian Kerangka Konseptual

Sampai saat ini, banyak sekali penelitian bioavailabilitas diantaranya

bioavailabilitas secara in vitro diterapkan khususnya untuk sediaan padat berupa

tablet yang mengandung bahan obat yang mempunyai kelarutan rendah yang

diberikan secara oral namun dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik. Obat

yang memiliki profil disolusi yang baik akan memberikan bioavailabilitas yang

baik karena ketersediaan farmaseutik dari obat tersebut tinggi, namun

bioavailabilitas akan menurun untuk obat-obatan yang mempunyai profil disolusi

yang buruk. Sediaan tablet yang berkualitas dapat ditinjau dari berbagai aspek

antara lain dari dari segi ketersediaan hayati (bioavailabilitas) obat, selain itu

kualitas obat juga ditinjau dari aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan

kimia dimana tablet harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan Farmakope.

Nifedipin merupakan CCB (calcium channel blockers) golongan

dihidropiridin bersifat vaskuloselektif dengan selektivitas tinggi yang digunakan

pada pengobatan hipertensi serta angina pektoris. Dalam sistem klasifikasi

biofarmaseutik (BCS), nifedipin tergolong kelas dua yaitu obat dengan kelarutan

rendah, namun permeabilitas terhadap membran baik dan termasuk salah satu obat

esensial nasional di Indonesia yang memperlihatkan kualitas dan efektivitas yang

rendah dilihat dari segi disolusinya (BPOM, 2004). Berbagai penelitian telah

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari

nifedipin diantaranya dengan memodifikasi sifat-sifat fisika kimia, menambahkan

bahan-bahan peningkat kelarutan maupun membentuk senyawa komplek. Bahan

obat tertentu bila diformulasi dan dibuat secara berbeda menjadi bentuk sediaan

padat cenderung mempunyai laju disolusi yang bervariasi sehingga mengalami

perbedaan bioavailabilitas (Ansel, 1989). Berdasarkan data tersebut, maka

dilakukan penelitian guna untuk mengetahui apakah beberapa sediaan tablet

nifedipin yang beredar di Malang baik yang diproduksi oleh pabrik PMA, PMDN

dan PMDN Generik telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot,

Page 12: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

12

keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi seperti yang tertera pada

Farmakope Indonesia edisi IV dan United Stated Pharmacopeia XXXII.

3.2 Alur Kerangka Konseptual

Gambar 3.3 Skema Kerangka Konseptual

Sistem Klasifikasi Biofarmaseutik (BCS) kelas II

Nifedipin

(Calcium channel blockers)

Disolusi dipengaruhi oleh:

Karakteristik fisika-kimia bahan obat

Formulasi

Prosedur manufaktur

Perbedaan kualitas sediaan tablet nifedipin yang diproduksi oleh

pabrik PMA, PMDN dan PMDN Generik

Kelarutan rendah dan permeabilitas membran baik

Page 13: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

13

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nifedipin (Baku

Pembanding Farmakope Indonesia), tablet nifedipin dari tiga pabrik yang berbeda

(PMA, PMDN dan PMDN Generik), asam klorida p.a (E. Merck), natrium klorida

p.a (E. Merck), metanol p.a (E. Merck) dan air suling.

4.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah single beam

spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu UV-1240), alat uji disolusi: dissolution

tester, alat uji waktu hancur: disintegration tester 2 cavity, pH meter (Crison),

neraca analitik (Mettler Toledo), beaker glass, labu ukur, pipet volume, milipore

membran filter 0,45 mikron, dan alat laboratorium lainnya.

4.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metodologi penelitian eksperimental

dengan membandingkan kualitas sediaan tablet yang mengandung nifedipin 10

mg yang beredar di Malang baik generik dan non generik (nama dagang) dari tiga

pabrik yang berbeda PMA, PMDN dan PMDN Generik yang meliputi

keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Tablet nifedipin generik (PMDN Generik) dan non

generik (PMA dan PMDN).

Variabel terikat : Kualitas tablet meliputi keseragaman bobot,

keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.

4.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah tablet nifedipin yang beredar di Malang (PMA, PMDN

dan PMDN Generik) dengan kandungan zat aktif 10 mg per tablet. Pengambilan

sampel tablet nifedipin dari tiga pabrik yang berbeda (PMA, PMDN dan PMDN

Generik) dilakukan secara random dengan teknik probability sampling - Simple

Page 14: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

14

Randomized Sampling dengan jumlah sampel sesuai dengan jumlah tablet yang

diperlukan untuk pemeriksaan.

4.3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilakukan selama 3 bulan bertempat di Laboratorium Teknologi

Sediaan Farmasi dan Laboratorium Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah

Malang.

4.4 Metode Penelitian

4.4.1 Kerangka Kerja

Kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 4.4.

Gambar 4.4 Skema Kerangka Kerja

Pengambilan Sampel

Tablet nifedipin 3 pabrik:

PMA

PMDN

PMDN Generik

Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin

Waktu Hancur Keseragaman Bobot Uji Disolusi

Analisa Statistik

Keseragaman Kandungan

Page 15: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

15

4.4.2 Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin

Pemeriksaan kualitas tablet nifedipin yang dilakukan meliputi

keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.

4.4.2.1 Pemeriksaan Keseragaman Bobot

Untuk produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang

merupakan 50 % atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman

sediaan dilakukan dengan cara keseragaman bobot (DepKes, 1995). Prosedur

pemeriksaan keseragaman bobot adalah:

Ditimbang seksama 10 tablet satu per satu dan hitung bobot rata-rata. Dari

hasil pemeriksaan keseragaman kandungan, dihitung jumlah zat aktif dari masing-

masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

4.4.2.2 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nifedipin dalam Media

Cairan Lambung Buatan tanpa Pepsin

Panjang gelombang maksimum ditentukan menggunakan larutan baku

kerja nifedipin 8,0 µg/ml diamati dengan single beam spektrofotometri UV-Vis

pada panjang gelombang 200 sampai 300 nm. Pada larutan baku kerja tersebut

dilakukan pengamatan nilai absorbansi terhadap panjang gelombang sehingga

panjang gelombang maksimum dapat diketahui.

2. Pembuatan Kurva Baku Nifedipin dalam Media Cairan Lambung

Buatan tanpa Pepsin

Pembuatan kurva baku terlebih dahulu diawali dengan pembuatan larutan

baku induk (500,0 µg/ml) dengan cara ditimbang nifedipin BPFI sebanyak 50,0

mg, dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 ml, ditambahkan

metanol hingga garis tanda dan dikocok homogen. Kemudian larutan baku induk

(500,0 µg/ml) tersebut dipipet 5,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0

ml, diencerkan dengan cairan lambung buatan tanpa pepsin hingga garis tanda

sehingga diperoleh larutan baku induk (50,0 µg/ml). Kemudian dilanjutkan

dengan pembuatan larutan baku kerja nifedipin yang dibuat dengan cara dipipet

larutan baku induk (50,0 µg/ml) yaitu 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 dan 6,0 ml,

Page 16: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

16

masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml, ditambahkan cairan

lambung buatan tanpa pepsin sampai garis tanda, lalu dikocok homogen.

Diperoleh larutan baku kerja dengan kadar 1; 2; 4; 6; 8; 10; dan 12 µg/ml yang

diamati absorbannya pada panjang gelombang maksimum dan sebagai blanko

cairan lambung buatan tanpa pepsin. Data yang diperoleh dibuat kurva absorbansi

terhadap kadar.

3. Keseragaman Kandungan

Tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang,

dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan harus memenuhi uji

keseragaman kandungan (Depkes RI, 1995). Adapun prosedur pemeriksaan

keseragaman kandungan tablet sebagai berikut:

Sejumlah 10 tablet yang telah memenuhi keseragaman bobot digerus

sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 10 mg nifedipin

sebanyak 5 kali. Masing-masing serbuk tablet tersebut dimasukkan ke dalam labu

ukur 10,0 ml dan ditambah metanol hingga garis tanda lalu dikocok. Larutan

tersebut disaring dengan milipore membran filter 0,45 mikron kemudian dipipet

1,0 ml dan dimasukkan dalam labu ukur 100,0 ml, ditambahkan cairan lambung

buatan tanpa pepsin hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan konsentrasi

10,0 µg/ml. Sebagai larutan standar dipakai larutan baku kerja 10,0 ppm.

Absorban larutan diamati dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada λ

maksimum. Sebagai blanko digunakan cairan lambung buatan tanpa pepsin.

4.4.2.3 Pemeriksaan Waktu Hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur

yang tertera dalam masing-masing monografi. Untuk menetapkan waktu hancur

dari tablet nifedipin dapat menggunakan alat Disintegration tester 2 cavity dengan

prosedur sebagai berikut (Depkes RI, 1995):

Untuk tablet tidak bersalut. Dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing

tabung dari keranjang, lalu dimasukkan satu cakram pada tiap tabung dan

dijalankan alat. Gerakan turun naik keranjang dalam cairan media pada frekuensi

yang tetap antara 29 hingga 32 kali per menit dan gunakan air suhu 37°C ± 2°C

sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam monografi.

Page 17: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

17

Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi diangkat keranjang

dan amati semua tablet (semua tablet harus hancur sempurna). Untuk tablet

bersalut bukan enterik. Dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung dari

keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan

keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit kemudian dimasukkan

cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan

bersuhu 37°C ± 2°C sebagai media. Setelah alat dijalankan selama 30 menit,

angkat keranjang dan amati semua tablet (semua tablet harus hancur sempurna).

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12

tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

4.4.2.4 Uji Disolusi

Untuk mengukur laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan

Dissolution tester, dengan prosedur sebagai berikut (Depkes RI, 1995):

Sebanyak 900,0 ml cairan lambung buatan tanpa pepsin sebagai media

disolusi dimasukkan ke dalam wadah, biarkan media disolusi hingga suhu 37°C ±

0,5°C. Apabila suhu telah tercapai, dimasukkan 1 tablet ke dalam wadah dan

segera dijalankan alat dengan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing

monografi dengan kecepatan 50 putaran per menit. Pada interval waktu 5, 10, 15

dan 20 menit larutan dipipet sebanyak 10,0 ml. Kemudian disaring melalui

milipore membran filter 0,45 mikron. Setiap kali setelah pengambilan cuplikan,

media disolusi diganti dengan cairan lambung buatan tanpa pepsin sebanyak

volume yang diambil. Kemudian absorban masing-masing cuplikan diamati

dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum. Konsentrasi nifedipin yang terlarut setiap interval waktu, didapatkan

dengan memasukkan data absorban kedalam persamaan kurva baku. Untuk blanko

digunakan cairan lambung buatan tanpa pepsin. Pengujian disolusi dilakukan

terhadap 6 tablet.

4.4.3 Analisis Statistik

Data hasil pemeriksaan kualitas tablet yang mengandung nifedipin 10 mg

baik generik dan non generik (nama dagang) secara in vitro yang meliputi

Page 18: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

18

keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi,

dianalisa dengan One Way Anova (Analisys of Variances).

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna secara signifikan pada

masing-masing tablet nifedipin generik dan non generik (nama dagang) dari tiga

pabrik yang berbeda (PMA, PMDN dan PMDN Generik) dengan membandingkan

harga F hitung yang diperoleh dengan harga F tabel pada tingkat signifikan (α =

0,05). Apabila diperoleh harga F hitung lebih besar dari F tabel, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan bemakna antar tablet-tablet nifedipin tersebut,

maka dilakukan analisis lanjut dari uji Anova menggunakan uji HSD (Honestly

Significant Difference Test) menurut Tukey untuk mengetahui produk tablet

nifedipin mana saja yang berbeda bermakna.

Page 19: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

19

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tablet nifedipin dilakukan dengan membeli tablet

nifedipin di apotik yang ada di Malang sebanyak 100 tablet untuk masing-masing

produk baik PMA, PMDN dan PMDN Generik dengan ketentuan tablet nifedipin

yang diambil dari satu pabrik mempunyai nomor batch dan waktu edar yang

sama. Profil sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.2 Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin

Data Pemeriksaan kualitas tablet nifedipin meliputi keseragaman bobot,

keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.

5.2.1 Pemeriksaan Keseragaman Bobot

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bobot tablet nifedipin dari ketiga

produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik) yang diperiksa memenuhi persyaratan

keseragaman bobot yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV yaitu

persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-

masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0 % - 115,0 % dari jumlah yang

tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0 %

(DepKes, 1995). Data hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet nifedipin dapat

dilihat pada Tabel V.1.

Page 20: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

20

Tabel V.1 Data Pemeriksaan Keseragaman Bobot Tablet Nifedipin

Replikasi

Bobot Tablet (gram)

PMA PMDN PMDN

Generik

1 0,224 0,315 0,327

2 0,230 0,314 0,322

3 0,229 0,318 0,326

4 0,234 0,319 0,327

5 0,227 0,316 0,327

6 0,228 0,313 0,322

7 0,229 0,318 0,327

8 0,224 0,316 0,324

9 0,238 0,315 0,330

10 0,234 0,313 0,324

Rata-rata ± SD 0,230 ± 0,004 0,316 ± 0,002 0,326 ± 0,003

RSD 1,74 0,63 0,61

Dari hasil analisis statistik dengan analisis varian (Anova) dalam bentuk

one way didapatkan harga F hitung (2676,717) lebih besar dibandingkan F tabel

(2,96) pada tingkat signifikan (α = 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antar produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik), maka analisis

dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan

diperoleh produk PMA dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan PMDN

dengan PMDN Generik memiliki perbedaan yang bermakna. Data hasil analisis

statistik pemeriksaan keseragaman bobot tablet nifedipin dapat dilihat pada

lampiran 19.

Page 21: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

21

5.2.2 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan

5.2.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nifedipin dalam Media

Cairan Lambung Buatan tanpa Pepsin

Hasil pengamatan nilai absorbansi nifedipin dalam media cairan lambung

buatan tanpa pepsin pada panjang gelombang 200 sampai 300 nm dapat dilihat

pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Spektra Nifedipin dalam Media Cairan Lambung Buatan

tanpa Pepsin

Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa pada panjang gelombang 241,0 nm

larutan baku kerja nifedipin 8,0 µg/ml memberikan nilai serapan yang maksimum

yaitu 2,041.

5.2.2.2 Pembuatan Kurva Baku Nifedipin dalam Media Cairan Lambung

Buatan tanpa Pepsin

Kurva baku dibuat dengan 7 konsentrasi larutan baku kerja nifedipin yang

diamati serapannya pada panjang gelombang maksimum 241,0 nm yang diperoleh

dari hasil pengukuran seperti terlihat pada Gambar 5.2

Page 22: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

22

Tabel V.2 Absorban Larutan Nifedipin dalam Media Cairan Lambung

Buatan tanpa Pepsin

Kadar (ppm) Absorban

1,0 0,066

2,0 0,113

4,0 0,242

6,0 0,322

8,0 0,466

10,0 0,549

12,0 0,716

Gambar 5.2 Kurva Baku Larutan Nifedipin dalam Media Cairan Lambung

Buatan tanpa Pepsin

Dari hasil perhitungan diperoleh data persamaan regresi Y = 0,0574x-

0,0004 dengan koefisien korelasi (r) = 0,997, dimana kriteria penerimaan untuk

korelasi adalah ≥ 0,98 (BPOM, 2004).

5.2.2.3 Keseragaman Kandungan

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tablet nifedipin dari ketiga produk

(PMA, PMDN dan PMDN Generik) yang diperiksa memenuhi persyaratan

keseragaman kandungan yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV dan

United Stated Pharmacopeia XXXII yaitu mengandung tidak kurang dari 90 %

dan tidak lebih dari 110 % nifedipin (C17H18N2O6) dari jumlah yang tertera pada

etiket (USP, 2009). Semua produk memenuhi persyaratan simpangan baku relatif

Page 23: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

23

yaitu kurang dari 6,0% (DepKes, 1995). Data hasil pemeriksaan keseragaman

kandungan tablet nifedipin dapat dilihat pada Tabel V.3.

Tabel V.3 Data Pemeriksaan Keseragaman Kandungan Tablet Nifedipin

Replikasi Kandungan Tablet (%)

PMA PMDN PMDN Generik

1 96 95 105

2 91 90 98

3 98 92 108

4 98 93 103

5 100 101 107

Rata-rata ± SD 97 ± 3,43 94 ± 4,21 104 ± 3,96

RSD 3,54 4,48 3,81

Dari hasil analisis statistik dengan analisis varian (Anova) dalam bentuk

one way didapatkan harga F hitung (9,044) lebih besar dibandingkan F tabel

(3,88) pada tingkat signifikan (α = 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antar produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik), maka analisis

dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan

diperoleh produk PMA dengan PMDN tidak terdapat perbedaan bermakna

sedangkan PMA dengan PMDN Generik dan PMDN dengan PMDN Generik

terdapat perbedaan bermakna. Data hasil analisis statistik pemeriksaan

keseragaman kandungan tablet nifedipin dapat dilihat pada lampiran 19.

5.2.3 Pemeriksaan Waktu Hancur

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tablet nifedipin dari ketiga produk

(PMA, PMDN dan PMDN Generik) yang diperiksa memenuhi persyaratan waktu

hancur yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV. Data hasil

pemeriksaan waktu hancur tablet nifedipin dapat dilihat pada Tabel V.4.

Page 24: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

24

Tabel V.4 Data Pemeriksaan Waktu Hancur Tablet Nifedipin

Replikasi

Waktu Hancur (menit)

PMA PMDN PMDN

Generik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

5,98

6,50

6,77

6,95

7,37

7,18

2,82

3,07

2,97

3,37

3,17

3,93

4,17

4,57

5,33

6,58

5,70

6,35

Rata-rata ± SD 6,79 ± 0,50 3,22 ± 0,40 5,45 ± 0,96

Dari hasil analisis statistik dengan analisis varian (Anova) dalam bentuk

one way didapatkan harga F hitung (44,306) lebih besar dibandingkan F tabel

(3,68) pada tingkat signifikan (α = 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antar produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik), maka analisis

dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan

diperoleh bahwa produk PMA dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan

PMDN dengan PMDN Generik memiliki perbedaan yang bermakna. Data hasil

analisis statistik pemeriksaan waktu hancur tablet nifedipin dapat dilihat pada

lampiran 19.

5.2.4 Uji Disolusi

Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa tablet nifedipin dari ketiga produk

(PMA, PMDN dan PMDN Generik) yang diuji memenuhi persyaratan uji disolusi

yang tercantum pada United Stated Pharmacopeia XXXII yaitu tidak kurang dari

(Q) 80% + 5% terlarut dalam waktu 20 menit (USP, 2009). Data hasil uji disolusi

tablet nifedipin dapat dilihat pada Tabel V.5.

Page 25: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

25

Tabel V.5 Data Persen nifedipin terlarut

Waktu

Sampling

(menit)

(%) Nifedipin Terlarut

PMA PMDN PMDN Generik

5

10

15

20

36 ± 18,28 %

71 ± 13,19 %

91 ± 5,89 %

97 ± 1,97 %

40 ± 19,78 %

78 ± 9,83 %

90 ± 3,20 %

91 ± 1,52 %

33 ± 16,59 %

71 ± 10,31 %

84 ± 2,88 %

87 ± 1,52 %

Keterangan: Hasil rata-rata 6 kali replikasi

Adapun profil dari hasil uji disolusi dari ketiga produk (PMA, PMDN dan

PMDN Generik) dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Profil Disolusi Tablet Nifedipin

Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa produk PMA, PMDN dan PMDN Generik

mempunyai profil disolusi yang hampir sama meskipun secara statistik produk

PMA, PMDN dan PMDN Generik berbeda makna dimana dengan analisis varian

(Anova) dalam bentuk one way didapatkan harga F hitung (44,902) lebih besar

dibandingkan F tabel (3,68) pada tingkat signifikan (α = 0,05) dan dengan uji

Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) diperoleh bahwa produk PMA

dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan PMDN dengan PMDN Generik

memiliki perbedaan yang bermakna. Beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya perbedaan yang bermakna antar produk diantaranya perbedaan bahan

Page 26: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

26

baku obat, perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan tambahan

dalam formulasi antar pabrik baik PMA, PMDN dan PMDN Generik.

Page 27: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

27

BAB 6

PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian terhadap kualitas beberapa sediaan tablet yang

mengandung nifedipin 10 mg yang beredar di Malang baik generik maupun non

generik (nama dagang) dari tiga pabrik yang berbeda (PMA, PMDN dan PMDN

Generik). Nifedipin termasuk bahan obat yang dalam sistem klasifikasi

biofarmaseutik (BCS) tergolong kelas dua yaitu obat dengan kelarutan rendah,

namun permeabilitas terhadap membran baik. Sediaan tablet yang berkualitas

dapat ditinjau dari berbagai aspek selain dari segi ketersediaan hayati

(bioavailabilitas) obat, kualitas obat juga ditinjau dari aspek dimana tablet harus

memenuhi kriteria yang dipersyaratkan Farmakope. Produk sediaan tablet

nifedipin yang beredar mempunyai kualitas yang bervariasi. Perbedaan kualitas

dari tiap produk adalah multifaktorial, antara lain dikarenakan perbedaan bahan

baku obat, bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam proses formulasi serta

prosedur manufaktur dari masing-masing pabrik. Kualitas dapat dijadikan dasar

acuan untuk menetapkan kebenaran khasiat (efficacy) dan keamanan (safety) dari

suatu produk obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah beberapa

sediaan tablet nifedipin yang beredar di Malang baik yang diproduksi oleh pabrik

PMA, PMDN dan PMDN Generik telah memenuhi persyaratan keseragaman

bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi seperti yang tertera

pada Farmakope Indonesia edisi IV dan United Stated Pharmacopeia XXXII.

Pengambilan sampel tablet nifedipin dilakukan dengan membeli tablet

nifedipin di apotik yang ada di Malang sebanyak 100 tablet untuk masing-masing

produk baik PMA, PMDN dan PMDN Generik dengan ketentuan tablet nifedipin

yang diambil dari satu pabrik mempunyai nomor batch dan waktu edar yang

sama. Profil sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemeriksaan keseragaman bobot tablet nifedipin dilakukan dengan

menimbang 10 tablet satu per satu dan dihitung bobot rata-ratanya. Setelah

dilakukan penimbangan terhadap tablet nifedipin dari ketiga produk diperoleh

bobot tablet rata-rata produk PMA 0,230 ± 0,004 gram, produk PMDN 0,316 ±

Page 28: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

28

0,002 gram dan produk PMDN Generik 0,326 ± 0,003 gram, dengan simpangan

baku relatif kurang dari 6,0 %. Data hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet

nifedipin dari ketiga produk dapat dilihat pada Tabel V.1. Hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa bobot tablet nifedipin dari ketiga produk (PMA, PMDN dan

PMDN Generik) telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot seperti yang

tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV yaitu persyaratan keseragaman bobot

dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan

terletak antara 85,0 % - 115 % dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan

baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0 %. Dari hasil perhitungan statistik

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) tipe 17 dengan

analisis varian (Anova) dalam bentuk one way anova diperoleh F hitung

(2676,717) lebih besar dari F tabel (2,96) dengan tingkat signifikan (α = 0,05)

yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna dari ketiga produk. Untuk

mengetahui produk yang berbeda makna maka analisis dilanjutkan dengan uji

Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan diperoleh hasil antara

produk PMA dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan PMDN dengan

PMDN Generik memiliki perbedaan yang bermakna. Data hasil analisis statistik

pemeriksaan keseragaman bobot tablet nifedipin dapat dilihat pada lampiran 19.

Dengan demikian perbedaan bahan baku obat, prosedur manufaktur serta bahan-

bahan tambahan dalam formulasi antar pabrik memberikan pengaruh yang

bermakna terhadap keseragaman bobot tablet nifedipin.

Pemeriksaan keseragaman kandungan tablet nifedipin diawali dengan

penentuan panjang gelombang maksimum nifedipin (Baku Pembanding

Farmakope Indonesia) dengan menggunakan larutan baku kerja 8,0 µg/ml yang

diamati dengan single beam spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

200 sampai 300 nm, dan absorban tertinggi diperoleh pada panjang gelombang

241,0 nm. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan kurva baku menggunakan

larutan baku kerja nifedipin yang diamati absorbannya pada λ maksimum. Dari

hasil perhitungan diperoleh data persamaan garis regresi yaitu y = 0,0574x-0,0004

dengan koefisien korelasi r = 0,997, dimana kriteria penerimaan untuk korelasi

adalah ≥ 0,98 (BPOM, 2004). Dari 10 tablet yang telah memenuhi keseragaman

bobot kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara

Page 29: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

29

dengan 10 mg nifedipin sebanyak 5 kali. Masing-masing serbuk tablet tersebut

dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan ditambah metanol hingga garis tanda

lalu dikocok. Larutan tersebut disaring dengan milipore membran filter 0,45

mikron kemudian dipipet 1,0 ml dan dimasukkan dalam labu ukur 100,0 ml,

ditambahkan cairan lambung buatan tanpa pepsin hingga garis tanda sehingga

diperoleh larutan konsentrasi 10,0 µg/ml. Dari pemeriksaan diperoleh kandungan

rata-rata nifedipin per tablet produk PMA 97 ± 3,43 %, produk PMDN 94 ± 4,21

% dan produk PMDN Generik 104 ± 3,96 %. Hasil pemeriksaan keseragaman

kandungan tablet nifedipin menunjukkan bahwa tablet nifedipin dari ketiga

produk baik PMA, PMDN dan PMDN Generik telah memenuhi persyaratan

seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV dan United Stated

Pharmacopeia XXXII yaitu mengandung tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih

dari 110 % nifedipin (C17H18N2O6) dari jumlah yang tertera pada etiket dengan

simpangan baku relatif kurang dari 6%. Data hasil pemeriksaan keseragaman

kandungan tablet nifedipin dari ketiga produk dapat dilihat pada Tabel V.3. Hasil

perhitungan statistik menggunakan SPSS (Statistical Product and Service

Solution) tipe 17 dengan analisis varian (Anova) dalam bentuk one way anova

diperoleh F hitung (9,044) lebih besar dari F tabel (3,88) dengan tingkat signifikan

(α = 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna dari ketiga produk.

Untuk mengetahui produk yang berbeda makna maka analisis dilanjutkan dengan

uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan diperoleh hasil produk

PMA dengan PMDN tidak terdapat perbedaan bermakna sedangkan PMA dengan

PMDN Generik dan PMDN dengan PMDN Generik terdapat perbedaan

bermakna. Data hasil analisis statistik pemeriksaan keseragaman kandungan tablet

nifedipin dari ketiga produk dapat dilihat pada lampiran 19. Dengan demikian

perbedaan bahan baku obat, prosedur manufaktur serta bahan-bahan tambahan

dalam formulasi antar pabrik memberikan pengaruh yang bermakna terhadap

keseragaman kandungan tablet nifedipin.

Pemeriksaan waktu hancur tablet nifedipin dilakukan dengan alat

Disintegration tester 2 cavity menggunakan 6 tablet dimana masing-masing 1

tablet dimasukkan ke dalam tabung dari keranjang, lalu dimasukkan satu cakram

pada tiap tabung dan dijalankan alat. Dari hasil pemeriksaan tablet menjadi hancur

Page 30: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

30

sempurna, tablet dari produk PMA memerlukan waktu 6,79 ± 0,50 menit, produk

PMDN memerlukan waktu 3,22 ± 0,40 menit sedangkan produk PMDN Generik

memerlukan waktu 5,45 ± 0,96 menit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

tablet nifedipin dari ketiga produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik) telah

memenuhi persyaratan waktu hancur seperti yang tertera pada Farmakope

Indonesia edisi IV. Data hasil pemeriksaan waktu hancur tablet nifedipin dari

ketiga produk dapat dilihat pada Tabel V.4. Hasil perhitungan statistik

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) tipe 17 dengan

analisis varian (Anova) dalam bentuk one way anova diperoleh F hitung (44,306)

lebih besar dari F tabel (3,68) dengan tingkat signifikan (α = 0,05) yang

menunjukkan adanya perbedaan bermakna dari ketiga produk. Untuk mengetahui

produk yang berbeda makna maka analisis dilanjutkan dengan uji Tukey HSD

(Honestly Significant Difference Test) dan diperoleh hasil bahwa produk PMA

dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan PMDN dengan PMDN Generik

memiliki perbedaan yang bermakna sehingga dengan demikian perbedaan bahan

baku obat, prosedur manufaktur serta bahan-bahan tambahan dalam formulasi

antar pabrik memberikan pengaruh yang bermakna terhadap waktu hancur tablet

nifedipin. Data hasil analisis statistik pemeriksaan waktu hancur tablet nifedipin

dari ketiga produk dapat dilihat pada lampiran 19.

Uji disolusi merupakan suatu prosedur tetap dalam Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB) yang menjamin kualitas produk obat. Pengujian laju disolusi

menggunakan alat Dissolution tester yang dilakukan terhadap 6 tablet. Tablet

nifedipin 10 mg dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 900,0 ml cairan

lambung buatan tanpa pepsin bersuhu 37°C ± 0,5°C dan kemudian paddle diputar

dengan kecepatan 50 putaran per menit. Pada interval waktu 5, 10, 15 dan 20

menit larutan dipipet sebanyak 10,0 ml dan selanjutnya disaring melalui milipore

membran filter 0,45 mikron. Volume media disolusi diusahakan tetap dengan

menambahkan cairan lambung buatan tanpa pepsin sebanyak 10,0 ml setelah

pemipetan. Setiap cuplikan diamati absorbannya dengan menggunakan single

beam spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 241,0 nm dan sebagai

blanko digunakan cairan lambung buatan tanpa pepsin. Dari data hasil uji disolusi

tablet nifedipin dari ketiga produk pada Tabel V.5. Dari tabel ini dapat dilihat

Page 31: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

31

bahwa rata-rata persen nifedipin terlarut pada menit ke-20 untuk tablet nifedipin

produk PMA sebesar 97 ± 1,97%, produk PMDN sebesar 91 ± 1,52 % sedangkan

produk PMDN Generik sebesar 87 ± 1,52 %. Hasil uji disolusi menunjukkan

bahwa tablet nifedipin dari ketiga produk (PMA, PMDN dan PMDN Generik)

yang diuji telah memenuhi persyaratan uji disolusi yang tercantum pada United

Stated Pharmacopeia XXXII yaitu tidak kurang dari (Q) 80% + 5% terlarut dalam

waktu 20 menit (USP, 2009). Laju disolusi secara tidak langsung digunakan

sebagai parameter bioavailabilitas in vitro zat aktif khususnya yang sukar larut

sehingga biasanya laju disolusi sangat menentukan khasiat atau kemanjuran dari

suatu produk sediaan tablet yang dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik

(Banker & Anderson, 1986). Hasil perhitungan statistik menggunakan SPSS

(Statistical Product and Service Solution) tipe 17 dengan analisis varian (Anova)

dalam bentuk one way anova diperoleh F hitung (44,902) lebih besar dari F tabel

(3,68) dengan tingkat signifikan (α = 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan

bermakna dari ketiga produk meskipun dari Gambar 5.3 terlihat bahwa produk

PMA, PMDN dan PMDN Generik mempunyai profil disolusi yang hampir sama.

Untuk mengetahui produk yang berbeda makna maka analisis dilanjutkan dengan

uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference Test) dan didapatkan hasil bahwa

produk PMA dengan PMDN, PMA dengan PMDN Generik dan PMDN dengan

PMDN Generik memiliki perbedaan yang bermakna. Data hasil analisis statistik

uji disolusi tablet nifedipin dari ketiga produk dapat dilihat pada lampiran 19.

Dengan demikian perbedaan bahan baku obat, prosedur manufaktur serta bahan-

bahan tambahan dalam formulasi antar pabrik baik PMA, PMDN dan PMDN

Generik memberikan pengaruh yang bermakna terhadap laju disolusi nifedipin.

Page 32: ELNY FITRI PEMERIKSAAN KUALITAS BEBERAPA SEDIAAN …eprints.umm.ac.id/31318/2/jiptummpp-gdl-s1-2011-elnyfitri0-22822... · perbedaan dalam prosedur manufaktur serta bahan-bahan

32

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa

produk PMA, PMDN dan PMDN Generik memenuhi persyaratan keseragaman

bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi seperti yang

tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV dan United Stated Pharmacopeia

XXXII.

7.2 Saran

Perlu dilakukannya pengujian terhadap produk-produk khususnya yang

mengandung bahan obat dengan kelarutan rendah yang diproduksi oleh pabrik

PMA, PMDN dan PMDN Generik yang beredar di pasaran secara lebih luas.