elek trol it

19
KOMPOSISI CAIRAN ELEKTROLIT Didalam tubuh, komposisi elektrolit tersusun dalam ion-ion. Ion tersebut ada yang tergolong kation dan anion. Yang masuk kedalam golongan kation adalah Natrium (Na + ), Kalium (K + ), Magnesium (Mg 2+ ), serta Besi yang tergabung dalam hemoglobin. Sedangkan, yang termasuk kedalam golongan anion adalah Cl - , HCO 3 - , PO 4 - . Cairan elektrolit ini sebenarnya masih dalam ruang lingkup dari cairan tubuh, hanya saja disini akan dibahas apa saja yang terkandung di dalam cairan tubuh tersebut. Sebagai pendahuluan, cairan tubuh seperti yang sudah diketahui terbagi menjadi dua : yaitu (1) cairan ekstrasel dan (2) cairan intrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat didalam sel yang jumlahnya milyaran. Cairan intrasel biasanya berguna untuk kehidupan sel itu tersebut, dan dari tingkat rendah sampai manusia, susunan cairan didalam sel tersebut kurang lebih sama yaitu terdiri dari beberapa komponen ion. Lain halnya dengan cairan ekstrasel, cairan ini terbagi atas dua, yaitu (1)cairan interstitium dan (2) plasma. Cairan interstitium merupakan cairan yang berada di antara membran sel dan membaran plasma. Cairan interstitium ini merupakan jembatan utama transpor elektron dan ion yang terjadi di seluruh tubuh kita. Sedangkan, plasma adalah bagian dari darah yang tidak mengandung sel darah. Komposisi ion-ion dalam tubuh ini bekerja secara sinergis dalam kerjanya pada sistem tubuh. Komposisinya juga berbeda didalam –kompartemen-kompartemen tubuh. Didalam plasma, kation Na + mendominasi sedangkan anion bikarbonat dan clorida mendominasi, hal ini juga terlihat dalam kompartemen cairan interstitium. Namun, hal ini sangatlah berbeda apabila kita melihat susunan ion didalam cairan intrasel contohnya didalam

Upload: mufidah-fida

Post on 02-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

elektrolit

TRANSCRIPT

Page 1: Elek Trol It

KOMPOSISI CAIRAN ELEKTROLIT

Didalam tubuh, komposisi elektrolit tersusun dalam ion-ion. Ion tersebut ada yang tergolong kation dan anion. Yang masuk kedalam golongan kation adalah Natrium (Na+), Kalium (K+), Magnesium (Mg2+), serta Besi yang tergabung dalam hemoglobin. Sedangkan, yang termasuk kedalam golongan anion adalah Cl-, HCO3

-, PO4-.

Cairan elektrolit ini sebenarnya masih dalam ruang lingkup dari cairan tubuh, hanya saja disini akan dibahas apa saja yang terkandung di dalam cairan tubuh tersebut. Sebagai pendahuluan, cairan tubuh seperti yang sudah diketahui terbagi menjadi dua : yaitu (1) cairan ekstrasel dan (2) cairan intrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat didalam sel yang jumlahnya milyaran. Cairan intrasel biasanya berguna untuk kehidupan sel itu tersebut, dan dari tingkat rendah sampai manusia, susunan cairan didalam sel tersebut kurang lebih sama yaitu terdiri dari beberapa komponen ion.

Lain halnya dengan cairan ekstrasel, cairan ini terbagi atas dua, yaitu (1)cairan interstitium dan (2) plasma. Cairan interstitium merupakan cairan yang berada di antara membran sel dan membaran plasma. Cairan interstitium ini merupakan jembatan utama transpor elektron dan ion yang terjadi di seluruh tubuh kita. Sedangkan, plasma adalah bagian dari darah yang tidak mengandung sel darah.

Komposisi ion-ion dalam tubuh ini bekerja secara sinergis dalam kerjanya pada sistem tubuh. Komposisinya juga berbeda didalam –kompartemen-kompartemen tubuh. Didalam plasma, kation Na+ mendominasi sedangkan anion bikarbonat dan clorida mendominasi, hal ini juga terlihat dalam kompartemen cairan interstitium. Namun, hal ini sangatlah berbeda apabila kita melihat susunan ion didalam cairan intrasel contohnya didalam otot rangka. Kation Kalium mendominasi untuk kerjanya dalam potensial aksi otot rangka. Sedangkan anion PO4

- mendominasi dan beberapa anion protein di kompartemen cairan intrasel tersebut.

Perlunya untuk mengetahui ini agar nantinya kita akan mengetahui bagaimana hubungan antar elektrolit dan pengaturannya dalam berbagai sistem tubuh dalam kesetimbangan

Page 2: Elek Trol It

Elektrolit

a. Ion Hidrogen

Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama dengan

pengaturan ion lain dalam tubuh. Untuk mencapai keseimbangan anatara asupan atau

produksi H+ dan pembuangan dari tubuh. Dan pada ion ion lain, ginjal memainkan

peranan kunci dalam pengaturan pengeluaran H+. Pengaturan konsentrasi H+ cairan

ekstrasel melibatkan jauh lebih banyak hal daripada eliminasi sederhana oleh ginjal H+.

Terdapat juga banyak mekansime dapar asam basa yang melibatkan darah, sel, dan paru

yang di perlukan untuk mempertahankan konsentrasi H+ normal dalam cairan ekstrasel

dan intrasel .

3 sistem utama yang mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk

mencegah asidosis atau alkalosis: (1) system dapar asam basa kimiawi dalam cairan

tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan

konsentrasi H+ yang berlebihan. (2) pusat pernafasan, yang mengatur pembuangan CO2

(dan oleh karena itu, H2CO3) dari cairan ekstrasel dan (3) ginjal, yang dapat

mengeksresikan urin asam atau urin alkali, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi

H+ cairan ektrasel menuju normal selama asidosis atau alkalosis.

Apabila terjadi perubahan dalam konsetrasi H+, system dapar cairan tubuh

bekerja dalam waktu sepersekian detik untuk memperkecil perubahan ini. Sistem dapar

tidak mengeluarkan H+ dari tubuh atau menambahkannya ke dalam tubuh tetapi hanya

menjaga agar ion H+ terjaga sampai terjadi keseimbangan. Pertahanan selanjutnya adalah

system pernafasan, yang bekerja dalam beberapa menit untuk mengeluarkan CO2 dan

H2CO3 dari tubuh, kedua pertahanan ini bekerjauntuk menjaga konsentrasi yang terlalu

banyak sampai garis pertahanan ginjal yang bereaksi lambat, dapat mengeluarkan

kelebihan asam atau basa dari tubuh. Ginjal adalah system yang paling kuat dalam

mengatur asam – basa .

PENDAPARAN ION HIDROGEN DALAM CAIRAN TUBUH .

Page 3: Elek Trol It

Dapar adalah zat yang secara irreversible dapat mengikat H+. Contoh, apabila H+

bergabung dengan dapar untuk membentuk asam lemah ( dapar H ) yang dapat tetap

sebagai suatu molekul yang tidak terkait maupun yang dapat terurai kembali menjadi

dapar dan H+. Apabila H+ meningkat, reaksi lebih banyak yang berpindah ke sebelah

kanan dan banyak yang berikatan dengan dapar, selama dapar masih tersedia. Sebaliknya

apabila konsentrasi H+ menurun, reaksi akan bergeser ke kiri dan H+ akan dilepaskan dari

dapar. Dengan begini perubahan konsentrasi H+ diperkecil. Setiap harinya sekitar 80 mEq

hidrogen kita cerna, sementara konsentrasi H+ dalam cairan tubuh normalnya hanya

sekitar 0,00004 mEq/L. Tanpa pendaparan, produksi dan pencernaan asam sehari-harinya

akan menyebabkan perubahan yang besar terhadap konsentrasi H+ cairan tubuh.

b. Ion Magnesium

Lebih dari sebuah magnesium tubuh disimpan dalam tulang; kebanyakan dari

sisanya tersimpandalam sel, dengan jumlah kurang dari 1 persen terletak dalam cairan

ekstraselular. Walaupun total konsentrasi magnesium plasma sekitar 1,8 mEq/liter, lebih

dari separuhnya terikat pada protein plasma. Oleh karena itu, konsentrasi magnesium

terionisasiyang bebas hanya 0,8 mEq/liter.

Asupan harian normal dari magnesium adalah sekitar 250 sampai 300 mg/hari,

tetapi hanya sekitar separuh dari asupan ini yang diabsorbsi oleh traktus

gastrointestinalis. Untuk mempertahankan keseimbangan magnesium, ginjal harus

mengeluarkan magnesium yang diabsorbsi, yaitu sekitar separuh dari asupan magnesium

harian atau 125 sampai 150 mg/hari. Ginjal normalnya mengeluarkan sekitar 10 sampai

15 persen magnesium dalam filtrate glomerulus.

Ekskresi magnesium oleh ginjal dapat meningkat dengan nyata selama

magnesium berlebihan, atau menurun sampai hampir nol selama penurunan magnesium.

Karena magnesium terlibat dalam banyak proses biokimia dalam tubuh, termasuk

aktivasi berbagai enzim, konsentrasinya harus diatur secara ketat.

Pengaturan ekskresi magnesium terutama dicapai melalui perubahan reabsorbsi

tubulus. Tubulus proksimal biasanya mereabsorbsi hanya sekitar 25 persen daru

magnesium yang difiltrasi. Tempat utama reabsorbsi adalah ansa Henle, di mana sekitar

Page 4: Elek Trol It

65 persen dari beban magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi. Hanya sejumalh kecil

(biasanya kurang dari 5 persen) dari magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi dalam

tubulus distal dan tubulus koligentes.

Mekanisme-mekanisme yang mengatur ekskresi magnesium tidak dipahami

dengan baik, tetapi gangguan-gangguan berikut ini menimbulkan peningkatan ekskresi

magnesium: (1) peningkatan konsentrasi magnesium cairan ekstraselular, (2) perluasan

volume ekstraselular, dan (3) peningkatan konsentrasi kalsium cairan.

c. Pengaturan Ekskresi Kalium dan Konsentrasi Kalium dalam Cairan

Ekstrasel

Konsentrasi Kalium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan tepat kira-kira 4,2

mEq/L, peningkatan konsentrasi kalium plasma hanya sebesar 3 hingga 4 mEq/L dapat

menyebabkan aritmia jantung dan konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan

henti jantung atau fibrilasi jantung. Untuk orang dewasa dengan berat 70 kilogram, yang

memilki sekitar 28 liter cairan intrasel dan 14 liter cairan ekstrasel, sekitar 3920 mEq

kalium terdapat di dalam sel dan hanya sekitar 59 mEq di cairan ekstrasel. Juga, kalium

yang terkandung dalam satu kali makan seringkali sebanyak 50 mEq, dan asupan harian

biasanya berkisar antara 50-200 mEq/hari. Oleh karena itu, kegagalan untuk

menghilangkan dengan cepat CES yang mengandung kalium yang dicerna dapat

menyebabkan hiperkaalemia. Kehilangan sedikit kalium dari CES dapat menyebabkan

hipokalemia (konsentrasi kalium plasma yang rendah).

Untuk mencegah terjadinya kelebihan kalium yang telah masuk dalam CES, maka

kalium dikeluarkan dalam bentuk 92% urin dan 8% melalui feces. Kelebihan kalium lain

juga diberikan ke dalam sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalium dari

luar sel ke dalam sel antara lain :

1. Insulin yang merangsang ambilan kalium ke dalam sel.

2. Aldosteron yang sekresinya meningkat seiring dengan peningkatan asupan

kalium. Aldosteron ini merangsang ambilan kalium ke dalam sel.

3. Rangsangan -adrenergik meningkatkan ambilan kalium seluler

4. Abnormalitas asam-basa dapat menyebabkan perubahan distribusi kalium

5. Lisis sel menyebabkan peningkatan kalium ekstrasel

Page 5: Elek Trol It

6. Kerja berat dapat menyababkan hiperkalemia dengan melepaskan kalium

dari otot rangka

7. Kenaikan osmolaritas CES menyebabkan pendistribusian ulang kalium

dari sel ke CES.

Pengaturan Ekresi Kalsium oleh Ginjal dan Konsentrasi Ion Kalsium

EkstraSel

Konsentrasi ion kalsium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan ketat agar tetap

dalam beberapa persentase dari nilai normalnya,2,4 mEq/L. Bila konsentrasi ion kalsium

turun hingga kadar yang rendah (hipokalsemia),ambang rangsang sel-sel saraf dan otot

meningkat dengan nyata dan pada beberapa keadaan ekstrem ,dapat mengakibatkan

tetani hipokalsemik. Keadaan ini ditandai oleh kekakuan kontraksi otot rangka.

Hiperkalsemia(Peninggkatan konsentrasi kalsium)menekan ambang rangsang

neuromuskulus dan dapat mengakibatkan aritmia jantung.

Sekitar 50% kalsium total dalam plasma (5mEq/L)berada dalam bentuk

terionisasi ,yaitu bentuk yang memiliki aktivitas biologis pada membrane sel. Sisanya

terikat pada protein plasma (sekitar 40%)atau dalam ikatan kompleks dalam bentuk

nonionisasi dengan anion-anion seperti fosfat dan sitrat (sekitar 10%).

Perubahan konsentrasi ion hydrogen plasma dapat mempengaruhi derajat ikatan

kalsium terhadap protein plasma. Pada asidosis,lebih sedikit kalsium berikatan dengan

protein plasma. Sebaliknya, pada alkalosis,jumlah kalsium yang terikat pada protein

plasma lebih besar. Oleh karena itu,pasien dengan alkalosis,lebih rentan terhadap tetani

hipokalsemik.

Seperti zat-zat lain dalam tubuh asupan kalsium harus diseimbangkan dengan

kehilangan netto kalsium dalam waktu yang lama. Akan tetapi, tidak seperti ion-ion

natrium,klorida,sebagian besar ekresi kalsium terjadi dalam feses. Nilai asupan kalsium

dalam makanan normalnya sekitar 100mg/hari,dengan sekitar 900mg/hari kalsium

diekresikan didalam feses. Dalam kondisi tertentu ,ekresi kalsium di feses dapat

melebihi kalsium yang dicerna, karena kalsium juga dapat di sekresi ke dalam lumen

usus. Oleh karena itu,traktus gastrointestinal dan mekanisme regulasi yang

Page 6: Elek Trol It

mempengaruhi absorpsi dan sekresi kalsium intestinal berperan penting dalam

homeostasis kalsium.

Hampir semua kalsium dalam tubuh (99%)disimpan dalam tulang,dan 1% dalam

cairan ekstrasel,0,1% dalam cairan intrasel. Oleh karena itu,tulang berperan sebagai

penampung yang besar untuk menyimpan kalsium bila konsentrasi kalsium cairan

ekstrasel cenderung menurun.

Salah satu pengatur ambilan dan pelepasan kalsium tulang yang paling penting

adalah PTH. Bila konsentrasi kalsium cairan ekstrasel turun dibawah normal,kelenjar

paratiroid langsung di rangsang oleh kadar kalsium yang rendah untuk meningkatkan

sekresi PTH. Hormon ini kemudian bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan

reabsorpsi garam-garam tulang (pelepasan garam dari tulang) dan,oleh karena itu,

melepaskan sejumlah besar kalsium kedalam cairan ekstrasel ,sehingga mengembalikan

kadar kalsium kembali normal. Bila konsentrasi ion kalsium meningkat,sekresi PTH

menurun, sehingga hampir tidak terjadi reabsorpsi tulang; kalisium yang berlebihan

justru di deposit di dalam tulang karena pembentukan tulang baru. Jadi,pengaturan

konsentrasi ion kalsium dari hari ke hari sebagian besar diperantarai oleh pengaruh PTH

pada reabsopsi tulang.

Akan tetapi ,tulang tidak memiliki persediaan kalsium yang banyak. Oleh karena

itu, dalam jangka panjang,asupan kalsium harus di imbangi dengan ekskresi kalsium

oleh traktus gastrointestinal dan ginjal . Pengaturan reabsorpsi kalsium yang paling

penting adalah PTH,jadi PTH mengatur konsentrasi kalsium plasma melalui tiga efek

utama:

1. Dengan merangsang reabsopsi tulang

2. Dengan merangsang aktivitas vitamin D. yang kemudian meningkatkan

reabsorpsi kalsium intestinal,dan

3. Dengan meningkatkan secara langsung reabsorpsi kalsium oleh tubulus

ginjal.

Page 7: Elek Trol It

Konsentrasi Ekresi Kalsium oleh Ginjal

Karena kalsium difiltrasi dan di reabsorpsi dalam ginjal tetapi tidak di sekresikan,

laju ekskresi kalsium ginjal di hitung sebagai :

Ekskresi kalsium ginjal = Kalsium yang di filtrrasi – kalsium yang di reabsorpsi

Hanya sekitar 50% kkalsium plasma yang terionisasi, dan sisanya terikat pada

protein plasma atau dalam ikatan kompleks dengan anion seperti fosfat. Oleh karena

itu,hanya sekitar 50% kalsium plasma difiltrasi di glomerulus. Normalnya, sekitar 99%

kalsium yang di filtrasi akan direabsorpsi oleh tubulus, dan hanya sekitar 1 % kalsium

yang difiltrasi akan di ekskresikan. Sekitar 65% kalsium yang difiltrasi akan di

reabsorpsi dalam tubulus proksimal, 25% - 30% di reabsorbsorpsi dalam ansaHenle, dan

4 – 9 % di reabsorpsi dalam tubulus distal dan tubulus koligentes. Pola reabsorpsi ini

mirip dengan reabsorpsi pada natrium.

Seperti halnya dengan ion-ion lain ,eksresi kalsium di sesuaikan dengan

kebutuhan tubuh. Sengan peningkatan asupan kalsium,juga terdapat peningkatan

eksksresi kalsium ginjal, walaupun sebagian beasr peningkatan asupan kalsium dibuang

dalam feses. Dengan hilangnya kalsium,ekskresi kalsium oleh ginjal menurun sebagai

akibat dari peningkatan reabsorspsi tubulus.

Salah satu pengatur utama reabsorpsi kalsium tubulus ginjal adalah PTH. Dengan

peningkatan kadar PTH, terdapat peningkatan reabsorpsi kalsium di segmen tebal

asenden ansa henle dan tubulus distal, yang mengurangi ekskresi kalsium dalam urin.

Sebalikanya, penurunan PTH meningkatkan eksresi kalsium dengan menurunkan

reabsorpsi di ansa Henle dan tubulus distal.

Di tubulus proksimal, reabsorpsi kalsium biasanya bersamaan dengan reabsorpsi

natrium dan air. Oleh karena itu, pada keadaan terjadinya perluasan volume ekstrasel

atau peningkatan tekanan arteri –yang masing-masing menurunkan reabsorpsi natrium

dan air dibagian proksimal-juga terjadi penurunan reabsorpsi kalsium dalam urin

meningkat. Sebaliknya, dengan pengurangan volume ekstrasel atau penurunan tekanan

darah,ekskresi kalsium menurun terutama karena peningkatan reabsorpsi di tubulus

proksimal.

Page 8: Elek Trol It

Faktor lain yang mempengaruhi reabsopsi kalsium adalah konsentrsi fosfat

plasma. Peningkatan fosfat plasma merangsang PTH,yang meningkatan reabsorpsi

kalsium oleh tubulus ginjal,dengan demikian mengurangi eksresi kalsium. Bila

konsentrasi fosfat plasma menurun , terjadi keadaan yang berlawanan.

Reabsorpsi kalsium juga di rangsang oleh asidosis metabolic dan di hambat oleh

alkalosis metabolic. Sebagian besar efek konsentrasi ion hydrogen pada ekskresi

kalsium berasal dari perubahan reabsorpsi kalsium di tubulus distal.

d. Pengaturan Ekskresi fosfat

Ekskresi fosfat oleh ginjal terutama diatur oleh mekanisme sebagai berikut:

tubulus ginjal memiliki transpor maksimum normal untuk mengabsorbsi fosfat sekitar

0,1mM/ menit. Bila ditemukan jumlah fosfat yang kurang dalam nilai ini di filtrat

glomerulus, pada dasarnya semua fosfat yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali. Bila

terlalu tinggi jumlah fosfat, maka akan diekskresikan. Oleh karena itu, secara normal

fosfat mulai masuk dalam urin saat konsentrasi dalam cairan ekstrasel meningkat diatas

kadar ambang sekitar 0,8mM/L yang memberikan muatan fosfat dalam tubulus sekitar

0,1mM/L, dengan menganggap GFR sebesar 125 ml/ menit. Karena kebanyakan orang

mencerna sejumlah besar fosfat dari produk susu dan daging, konsentrasi fosfat biasanya

dipertahankan diatas 1mM/L, suatu kadar yang menyebabkan terjadinya ekskresi fosfat

yang terus menerus ke dalam urin. Perubahan reabsorbsi fosfat tubulus dapat juga

mempengaruhi ekskresi fosfat.

Paratiroid dapat berperan penting dalam mengatur konsentrasi fosfat melalui dua

efek : Paratiroid meningkatkan resorpsi tulang, sehingga membuang sejumlah besar ion

fosfat kedalam cairan ekstrasel dari garam-garam tulang dan paratiroid akan

menurunkan transpor maksimum untuk fosfat dalam tubulus ginjal, sehingga sebagian

besar fosfat dalam tubulus dapat dikeluarkan melalui urin. Jadi kapanpun paratiroid

plasma meningkat, reabsorbsi fosfat tubulus diturunkan dan lebih banyak fosfat

diekskresikan.

Page 9: Elek Trol It

SISTEM DAPAR FOSFAT

Sistem ini tidak berperan penting pada bagian cairan ekstrasel tetapi

berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel . Elemen

utama dalam system dapar fosfat adalah H2PO4- dan HPO4

- . Sistem dapar fosfat memiliki

pK 6,8 yng tidak jauh dari pH normal 7,4 dalam cairan tubuh , keadaan ini yang

membuat system bekerja mendekati kekuatan dapar maksimum . Tetapi , konsentrasi

dalam cairan ekstrasel rendah sehingga kekuatan dapar di ekstrasel lebih kecil di

bandingkan dengan kekuatan system dapar bikarbonat . Dapar fosfat sangat penting

dalam cairan tubulus ginjal untuk 2 alasan berikut , yaitu :

a . Fosfat menjadi sangat pekat di tubulus , sehingga meningkatkan tenaga dapar system

fosfat

b . Cairan tubulus biasanya memliki pH yang lebih rendah di bandingkan dengan

cairan ekstrasel , yang menyebabkan jangkauan kerja dapar mendekati pK 6,8 .

Sistem dapar fosfat juga penting dalam pendaparan cairan intrasel karena

konsentrasi fosfat lebih besar daripada cairan ekstrasel dan juga pH intrasel lebih

rendah daripada cairan ekstrasel da oleh karena itu lebih mendekati pK system dapar

fosfat dibandingkan ekstrasel .

e. Sistem Dapar bikarbonat

Sistem ini terdiri dari larutan air yang mengandung dua unsur yaitu asam lemah

( H2CO3) dan garam bikarbonat , seperti NaHCO3 .

CO2 + H2O H2CO3

H2CO3 di bentuk oleh reaksi CO2 + H2O. Reaksi ini lambat dan sedikit jumlah

H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase . Enzim ini banyak di

temukan pada alveoli paru dan juga pada sel epitel tubulus ginjal .

H2CO3banyak berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan

HCO3- .

H2CO3 H + + HCO3- .

Page 10: Elek Trol It

Komponen kedua dari sistem ini , yaitu garam bikarbonat , terdapat secara

dominan sebagai natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam cairan ektrasel . NaHCO3

berionisasi secara lengkap untuk membentuk ion bikarbonat (HCO3- ) dan ion ion natrium

( Na + ) sebagai berikut .

NaHCO3 Na + + HCO3- .

Apabila system dikumpulkan maka akan terbentuk , sebagai berikut :

CO2 + H2O H2CO3 H + + HCO3- .

Na +

Karena penguraian H2CO3 maka konsentrasi H+ menjadi sangat kecil . Bila asam

kkuat seperti HHCl ditambah ke larutan dapar bikarbonat , peningkatan H+ yang di

lepaskan dari asam didapar oleh HCO3- .

H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O

Pada reaksi tersebut lebih banyak H2CO3 yang di bentuk , yang menyebabkan

peningkatan produksi CO2 + H2O. Dari reaksi ini , kita melihat bahwa CO2 yang

berlebihan merangsang pernafasan , yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstrasel .

Sistem dapar bikarbonat merupakan dapar ekstrasel yang paling kuat karena dapar

yang berbentuk HCO3- sebanyak 20 kali lebih besar daripadabentuk CO2 yang terlarut

dan karena konsentrasi kedua elemen system bikarbonat , yaitu CO2 dan HCO3- tidak

besar . PH cairan eksrtasel dapat diatur dengan tepat oleh kecepatan relative

pengeluaran dan penambahan HCO3- oleh ginjal dan kecepatan pengeluaran CO2 oleh

paru paru.

f. Natrium

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel berhubungan erat dengan konsentrasi

natrium, karena natrium merupakan ion utama ekstrasel. Secara normal, konsentrasi

natrium plasma diatur dalam batas yang kecil 140 sampai 145 mEq/L dengan konsentrasi

Page 11: Elek Trol It

rata-rata sekitar 142 mEq/L. Osmolaritas rata-rata berkisar sekitar 300 mOsm/L.

Osmolaritas ini harus diatur secara tepat karena variabel tersebut menentukan distribusi

cairan antara ruang intrasel & ekstrasel.

Ada beberapa mekanisme yang mengatur jumlah natrium dan sekresi air oleh

ginjal, tetapi dua sistem utama yang terlibat khusus antara lain :

a. Sistem Umpan Balik Osmoreseptor-ADH

Sebagai contoh, apabila osmolaritas (konsentrasi natrium plasma) meningkat di

atas normal akibat kekurangan air, maka sistem umpan balik ini akan bekerja sebagai

berikut :

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel menyebabkan sel syaraf khusus

yang disebut sel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior

mengkerut.

Pengerutan tersebut mengakibatkan sel tersebut terangsang , dan

kemudian meneruskan sinyal ini ke hipofisis posterior.

Potensial aksi yang disalurkan akan merangsang pelepasan ADH, yang

selam ini disimpan di glandula sekretorik di ujung syaraf.

ADH masuk ke darah dan ditransport ke ginjal, dimana akan

meningkatkan permebilitas tubulus distal, tubulus koligentes, dan duktus

koligebtes medula akan reabsorpsi air.

Hal ini akan mengakibatkan peningkatan reabsorpsi air dan pengeluaran

sejumlah kecil urin yang pekat.

Begitu juga sebaliknya apabila terdapat cairan ekstrasel yang terlalu encer (hipo-

osmotik), akan terjadi serangkaian kejadian yang berlawanan. Hal tersebut kemudian

akan memekatkan cairan tubuh dan mengembalikan osmolaritas plasma ke nilai normal.

Mekanisme di atas dapat dilihat dalam bagan di bawah ini

Page 12: Elek Trol It

Volume CES

Reseptor kardiovaskuler

Pelepasan ADH

Peningkatan permeabilitas terhadap H2O

Osmoreseptor Reabsorpsi H2O

Osmolaritas plasma Ekskresi H2O

VOLUME CAIRAN NORMAL