elek trol it
DESCRIPTION
elektrolitTRANSCRIPT
KOMPOSISI CAIRAN ELEKTROLIT
Didalam tubuh, komposisi elektrolit tersusun dalam ion-ion. Ion tersebut ada yang tergolong kation dan anion. Yang masuk kedalam golongan kation adalah Natrium (Na+), Kalium (K+), Magnesium (Mg2+), serta Besi yang tergabung dalam hemoglobin. Sedangkan, yang termasuk kedalam golongan anion adalah Cl-, HCO3
-, PO4-.
Cairan elektrolit ini sebenarnya masih dalam ruang lingkup dari cairan tubuh, hanya saja disini akan dibahas apa saja yang terkandung di dalam cairan tubuh tersebut. Sebagai pendahuluan, cairan tubuh seperti yang sudah diketahui terbagi menjadi dua : yaitu (1) cairan ekstrasel dan (2) cairan intrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat didalam sel yang jumlahnya milyaran. Cairan intrasel biasanya berguna untuk kehidupan sel itu tersebut, dan dari tingkat rendah sampai manusia, susunan cairan didalam sel tersebut kurang lebih sama yaitu terdiri dari beberapa komponen ion.
Lain halnya dengan cairan ekstrasel, cairan ini terbagi atas dua, yaitu (1)cairan interstitium dan (2) plasma. Cairan interstitium merupakan cairan yang berada di antara membran sel dan membaran plasma. Cairan interstitium ini merupakan jembatan utama transpor elektron dan ion yang terjadi di seluruh tubuh kita. Sedangkan, plasma adalah bagian dari darah yang tidak mengandung sel darah.
Komposisi ion-ion dalam tubuh ini bekerja secara sinergis dalam kerjanya pada sistem tubuh. Komposisinya juga berbeda didalam –kompartemen-kompartemen tubuh. Didalam plasma, kation Na+ mendominasi sedangkan anion bikarbonat dan clorida mendominasi, hal ini juga terlihat dalam kompartemen cairan interstitium. Namun, hal ini sangatlah berbeda apabila kita melihat susunan ion didalam cairan intrasel contohnya didalam otot rangka. Kation Kalium mendominasi untuk kerjanya dalam potensial aksi otot rangka. Sedangkan anion PO4
- mendominasi dan beberapa anion protein di kompartemen cairan intrasel tersebut.
Perlunya untuk mengetahui ini agar nantinya kita akan mengetahui bagaimana hubungan antar elektrolit dan pengaturannya dalam berbagai sistem tubuh dalam kesetimbangan
Elektrolit
a. Ion Hidrogen
Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion lain dalam tubuh. Untuk mencapai keseimbangan anatara asupan atau
produksi H+ dan pembuangan dari tubuh. Dan pada ion ion lain, ginjal memainkan
peranan kunci dalam pengaturan pengeluaran H+. Pengaturan konsentrasi H+ cairan
ekstrasel melibatkan jauh lebih banyak hal daripada eliminasi sederhana oleh ginjal H+.
Terdapat juga banyak mekansime dapar asam basa yang melibatkan darah, sel, dan paru
yang di perlukan untuk mempertahankan konsentrasi H+ normal dalam cairan ekstrasel
dan intrasel .
3 sistem utama yang mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk
mencegah asidosis atau alkalosis: (1) system dapar asam basa kimiawi dalam cairan
tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi H+ yang berlebihan. (2) pusat pernafasan, yang mengatur pembuangan CO2
(dan oleh karena itu, H2CO3) dari cairan ekstrasel dan (3) ginjal, yang dapat
mengeksresikan urin asam atau urin alkali, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi
H+ cairan ektrasel menuju normal selama asidosis atau alkalosis.
Apabila terjadi perubahan dalam konsetrasi H+, system dapar cairan tubuh
bekerja dalam waktu sepersekian detik untuk memperkecil perubahan ini. Sistem dapar
tidak mengeluarkan H+ dari tubuh atau menambahkannya ke dalam tubuh tetapi hanya
menjaga agar ion H+ terjaga sampai terjadi keseimbangan. Pertahanan selanjutnya adalah
system pernafasan, yang bekerja dalam beberapa menit untuk mengeluarkan CO2 dan
H2CO3 dari tubuh, kedua pertahanan ini bekerjauntuk menjaga konsentrasi yang terlalu
banyak sampai garis pertahanan ginjal yang bereaksi lambat, dapat mengeluarkan
kelebihan asam atau basa dari tubuh. Ginjal adalah system yang paling kuat dalam
mengatur asam – basa .
PENDAPARAN ION HIDROGEN DALAM CAIRAN TUBUH .
Dapar adalah zat yang secara irreversible dapat mengikat H+. Contoh, apabila H+
bergabung dengan dapar untuk membentuk asam lemah ( dapar H ) yang dapat tetap
sebagai suatu molekul yang tidak terkait maupun yang dapat terurai kembali menjadi
dapar dan H+. Apabila H+ meningkat, reaksi lebih banyak yang berpindah ke sebelah
kanan dan banyak yang berikatan dengan dapar, selama dapar masih tersedia. Sebaliknya
apabila konsentrasi H+ menurun, reaksi akan bergeser ke kiri dan H+ akan dilepaskan dari
dapar. Dengan begini perubahan konsentrasi H+ diperkecil. Setiap harinya sekitar 80 mEq
hidrogen kita cerna, sementara konsentrasi H+ dalam cairan tubuh normalnya hanya
sekitar 0,00004 mEq/L. Tanpa pendaparan, produksi dan pencernaan asam sehari-harinya
akan menyebabkan perubahan yang besar terhadap konsentrasi H+ cairan tubuh.
b. Ion Magnesium
Lebih dari sebuah magnesium tubuh disimpan dalam tulang; kebanyakan dari
sisanya tersimpandalam sel, dengan jumlah kurang dari 1 persen terletak dalam cairan
ekstraselular. Walaupun total konsentrasi magnesium plasma sekitar 1,8 mEq/liter, lebih
dari separuhnya terikat pada protein plasma. Oleh karena itu, konsentrasi magnesium
terionisasiyang bebas hanya 0,8 mEq/liter.
Asupan harian normal dari magnesium adalah sekitar 250 sampai 300 mg/hari,
tetapi hanya sekitar separuh dari asupan ini yang diabsorbsi oleh traktus
gastrointestinalis. Untuk mempertahankan keseimbangan magnesium, ginjal harus
mengeluarkan magnesium yang diabsorbsi, yaitu sekitar separuh dari asupan magnesium
harian atau 125 sampai 150 mg/hari. Ginjal normalnya mengeluarkan sekitar 10 sampai
15 persen magnesium dalam filtrate glomerulus.
Ekskresi magnesium oleh ginjal dapat meningkat dengan nyata selama
magnesium berlebihan, atau menurun sampai hampir nol selama penurunan magnesium.
Karena magnesium terlibat dalam banyak proses biokimia dalam tubuh, termasuk
aktivasi berbagai enzim, konsentrasinya harus diatur secara ketat.
Pengaturan ekskresi magnesium terutama dicapai melalui perubahan reabsorbsi
tubulus. Tubulus proksimal biasanya mereabsorbsi hanya sekitar 25 persen daru
magnesium yang difiltrasi. Tempat utama reabsorbsi adalah ansa Henle, di mana sekitar
65 persen dari beban magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi. Hanya sejumalh kecil
(biasanya kurang dari 5 persen) dari magnesium yang difiltrasi akan direabsorbsi dalam
tubulus distal dan tubulus koligentes.
Mekanisme-mekanisme yang mengatur ekskresi magnesium tidak dipahami
dengan baik, tetapi gangguan-gangguan berikut ini menimbulkan peningkatan ekskresi
magnesium: (1) peningkatan konsentrasi magnesium cairan ekstraselular, (2) perluasan
volume ekstraselular, dan (3) peningkatan konsentrasi kalsium cairan.
c. Pengaturan Ekskresi Kalium dan Konsentrasi Kalium dalam Cairan
Ekstrasel
Konsentrasi Kalium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan tepat kira-kira 4,2
mEq/L, peningkatan konsentrasi kalium plasma hanya sebesar 3 hingga 4 mEq/L dapat
menyebabkan aritmia jantung dan konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan
henti jantung atau fibrilasi jantung. Untuk orang dewasa dengan berat 70 kilogram, yang
memilki sekitar 28 liter cairan intrasel dan 14 liter cairan ekstrasel, sekitar 3920 mEq
kalium terdapat di dalam sel dan hanya sekitar 59 mEq di cairan ekstrasel. Juga, kalium
yang terkandung dalam satu kali makan seringkali sebanyak 50 mEq, dan asupan harian
biasanya berkisar antara 50-200 mEq/hari. Oleh karena itu, kegagalan untuk
menghilangkan dengan cepat CES yang mengandung kalium yang dicerna dapat
menyebabkan hiperkaalemia. Kehilangan sedikit kalium dari CES dapat menyebabkan
hipokalemia (konsentrasi kalium plasma yang rendah).
Untuk mencegah terjadinya kelebihan kalium yang telah masuk dalam CES, maka
kalium dikeluarkan dalam bentuk 92% urin dan 8% melalui feces. Kelebihan kalium lain
juga diberikan ke dalam sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalium dari
luar sel ke dalam sel antara lain :
1. Insulin yang merangsang ambilan kalium ke dalam sel.
2. Aldosteron yang sekresinya meningkat seiring dengan peningkatan asupan
kalium. Aldosteron ini merangsang ambilan kalium ke dalam sel.
3. Rangsangan -adrenergik meningkatkan ambilan kalium seluler
4. Abnormalitas asam-basa dapat menyebabkan perubahan distribusi kalium
5. Lisis sel menyebabkan peningkatan kalium ekstrasel
6. Kerja berat dapat menyababkan hiperkalemia dengan melepaskan kalium
dari otot rangka
7. Kenaikan osmolaritas CES menyebabkan pendistribusian ulang kalium
dari sel ke CES.
Pengaturan Ekresi Kalsium oleh Ginjal dan Konsentrasi Ion Kalsium
EkstraSel
Konsentrasi ion kalsium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan ketat agar tetap
dalam beberapa persentase dari nilai normalnya,2,4 mEq/L. Bila konsentrasi ion kalsium
turun hingga kadar yang rendah (hipokalsemia),ambang rangsang sel-sel saraf dan otot
meningkat dengan nyata dan pada beberapa keadaan ekstrem ,dapat mengakibatkan
tetani hipokalsemik. Keadaan ini ditandai oleh kekakuan kontraksi otot rangka.
Hiperkalsemia(Peninggkatan konsentrasi kalsium)menekan ambang rangsang
neuromuskulus dan dapat mengakibatkan aritmia jantung.
Sekitar 50% kalsium total dalam plasma (5mEq/L)berada dalam bentuk
terionisasi ,yaitu bentuk yang memiliki aktivitas biologis pada membrane sel. Sisanya
terikat pada protein plasma (sekitar 40%)atau dalam ikatan kompleks dalam bentuk
nonionisasi dengan anion-anion seperti fosfat dan sitrat (sekitar 10%).
Perubahan konsentrasi ion hydrogen plasma dapat mempengaruhi derajat ikatan
kalsium terhadap protein plasma. Pada asidosis,lebih sedikit kalsium berikatan dengan
protein plasma. Sebaliknya, pada alkalosis,jumlah kalsium yang terikat pada protein
plasma lebih besar. Oleh karena itu,pasien dengan alkalosis,lebih rentan terhadap tetani
hipokalsemik.
Seperti zat-zat lain dalam tubuh asupan kalsium harus diseimbangkan dengan
kehilangan netto kalsium dalam waktu yang lama. Akan tetapi, tidak seperti ion-ion
natrium,klorida,sebagian besar ekresi kalsium terjadi dalam feses. Nilai asupan kalsium
dalam makanan normalnya sekitar 100mg/hari,dengan sekitar 900mg/hari kalsium
diekresikan didalam feses. Dalam kondisi tertentu ,ekresi kalsium di feses dapat
melebihi kalsium yang dicerna, karena kalsium juga dapat di sekresi ke dalam lumen
usus. Oleh karena itu,traktus gastrointestinal dan mekanisme regulasi yang
mempengaruhi absorpsi dan sekresi kalsium intestinal berperan penting dalam
homeostasis kalsium.
Hampir semua kalsium dalam tubuh (99%)disimpan dalam tulang,dan 1% dalam
cairan ekstrasel,0,1% dalam cairan intrasel. Oleh karena itu,tulang berperan sebagai
penampung yang besar untuk menyimpan kalsium bila konsentrasi kalsium cairan
ekstrasel cenderung menurun.
Salah satu pengatur ambilan dan pelepasan kalsium tulang yang paling penting
adalah PTH. Bila konsentrasi kalsium cairan ekstrasel turun dibawah normal,kelenjar
paratiroid langsung di rangsang oleh kadar kalsium yang rendah untuk meningkatkan
sekresi PTH. Hormon ini kemudian bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan
reabsorpsi garam-garam tulang (pelepasan garam dari tulang) dan,oleh karena itu,
melepaskan sejumlah besar kalsium kedalam cairan ekstrasel ,sehingga mengembalikan
kadar kalsium kembali normal. Bila konsentrasi ion kalsium meningkat,sekresi PTH
menurun, sehingga hampir tidak terjadi reabsorpsi tulang; kalisium yang berlebihan
justru di deposit di dalam tulang karena pembentukan tulang baru. Jadi,pengaturan
konsentrasi ion kalsium dari hari ke hari sebagian besar diperantarai oleh pengaruh PTH
pada reabsopsi tulang.
Akan tetapi ,tulang tidak memiliki persediaan kalsium yang banyak. Oleh karena
itu, dalam jangka panjang,asupan kalsium harus di imbangi dengan ekskresi kalsium
oleh traktus gastrointestinal dan ginjal . Pengaturan reabsorpsi kalsium yang paling
penting adalah PTH,jadi PTH mengatur konsentrasi kalsium plasma melalui tiga efek
utama:
1. Dengan merangsang reabsopsi tulang
2. Dengan merangsang aktivitas vitamin D. yang kemudian meningkatkan
reabsorpsi kalsium intestinal,dan
3. Dengan meningkatkan secara langsung reabsorpsi kalsium oleh tubulus
ginjal.
Konsentrasi Ekresi Kalsium oleh Ginjal
Karena kalsium difiltrasi dan di reabsorpsi dalam ginjal tetapi tidak di sekresikan,
laju ekskresi kalsium ginjal di hitung sebagai :
Ekskresi kalsium ginjal = Kalsium yang di filtrrasi – kalsium yang di reabsorpsi
Hanya sekitar 50% kkalsium plasma yang terionisasi, dan sisanya terikat pada
protein plasma atau dalam ikatan kompleks dengan anion seperti fosfat. Oleh karena
itu,hanya sekitar 50% kalsium plasma difiltrasi di glomerulus. Normalnya, sekitar 99%
kalsium yang di filtrasi akan direabsorpsi oleh tubulus, dan hanya sekitar 1 % kalsium
yang difiltrasi akan di ekskresikan. Sekitar 65% kalsium yang difiltrasi akan di
reabsorpsi dalam tubulus proksimal, 25% - 30% di reabsorbsorpsi dalam ansaHenle, dan
4 – 9 % di reabsorpsi dalam tubulus distal dan tubulus koligentes. Pola reabsorpsi ini
mirip dengan reabsorpsi pada natrium.
Seperti halnya dengan ion-ion lain ,eksresi kalsium di sesuaikan dengan
kebutuhan tubuh. Sengan peningkatan asupan kalsium,juga terdapat peningkatan
eksksresi kalsium ginjal, walaupun sebagian beasr peningkatan asupan kalsium dibuang
dalam feses. Dengan hilangnya kalsium,ekskresi kalsium oleh ginjal menurun sebagai
akibat dari peningkatan reabsorspsi tubulus.
Salah satu pengatur utama reabsorpsi kalsium tubulus ginjal adalah PTH. Dengan
peningkatan kadar PTH, terdapat peningkatan reabsorpsi kalsium di segmen tebal
asenden ansa henle dan tubulus distal, yang mengurangi ekskresi kalsium dalam urin.
Sebalikanya, penurunan PTH meningkatkan eksresi kalsium dengan menurunkan
reabsorpsi di ansa Henle dan tubulus distal.
Di tubulus proksimal, reabsorpsi kalsium biasanya bersamaan dengan reabsorpsi
natrium dan air. Oleh karena itu, pada keadaan terjadinya perluasan volume ekstrasel
atau peningkatan tekanan arteri –yang masing-masing menurunkan reabsorpsi natrium
dan air dibagian proksimal-juga terjadi penurunan reabsorpsi kalsium dalam urin
meningkat. Sebaliknya, dengan pengurangan volume ekstrasel atau penurunan tekanan
darah,ekskresi kalsium menurun terutama karena peningkatan reabsorpsi di tubulus
proksimal.
Faktor lain yang mempengaruhi reabsopsi kalsium adalah konsentrsi fosfat
plasma. Peningkatan fosfat plasma merangsang PTH,yang meningkatan reabsorpsi
kalsium oleh tubulus ginjal,dengan demikian mengurangi eksresi kalsium. Bila
konsentrasi fosfat plasma menurun , terjadi keadaan yang berlawanan.
Reabsorpsi kalsium juga di rangsang oleh asidosis metabolic dan di hambat oleh
alkalosis metabolic. Sebagian besar efek konsentrasi ion hydrogen pada ekskresi
kalsium berasal dari perubahan reabsorpsi kalsium di tubulus distal.
d. Pengaturan Ekskresi fosfat
Ekskresi fosfat oleh ginjal terutama diatur oleh mekanisme sebagai berikut:
tubulus ginjal memiliki transpor maksimum normal untuk mengabsorbsi fosfat sekitar
0,1mM/ menit. Bila ditemukan jumlah fosfat yang kurang dalam nilai ini di filtrat
glomerulus, pada dasarnya semua fosfat yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali. Bila
terlalu tinggi jumlah fosfat, maka akan diekskresikan. Oleh karena itu, secara normal
fosfat mulai masuk dalam urin saat konsentrasi dalam cairan ekstrasel meningkat diatas
kadar ambang sekitar 0,8mM/L yang memberikan muatan fosfat dalam tubulus sekitar
0,1mM/L, dengan menganggap GFR sebesar 125 ml/ menit. Karena kebanyakan orang
mencerna sejumlah besar fosfat dari produk susu dan daging, konsentrasi fosfat biasanya
dipertahankan diatas 1mM/L, suatu kadar yang menyebabkan terjadinya ekskresi fosfat
yang terus menerus ke dalam urin. Perubahan reabsorbsi fosfat tubulus dapat juga
mempengaruhi ekskresi fosfat.
Paratiroid dapat berperan penting dalam mengatur konsentrasi fosfat melalui dua
efek : Paratiroid meningkatkan resorpsi tulang, sehingga membuang sejumlah besar ion
fosfat kedalam cairan ekstrasel dari garam-garam tulang dan paratiroid akan
menurunkan transpor maksimum untuk fosfat dalam tubulus ginjal, sehingga sebagian
besar fosfat dalam tubulus dapat dikeluarkan melalui urin. Jadi kapanpun paratiroid
plasma meningkat, reabsorbsi fosfat tubulus diturunkan dan lebih banyak fosfat
diekskresikan.
SISTEM DAPAR FOSFAT
Sistem ini tidak berperan penting pada bagian cairan ekstrasel tetapi
berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel . Elemen
utama dalam system dapar fosfat adalah H2PO4- dan HPO4
- . Sistem dapar fosfat memiliki
pK 6,8 yng tidak jauh dari pH normal 7,4 dalam cairan tubuh , keadaan ini yang
membuat system bekerja mendekati kekuatan dapar maksimum . Tetapi , konsentrasi
dalam cairan ekstrasel rendah sehingga kekuatan dapar di ekstrasel lebih kecil di
bandingkan dengan kekuatan system dapar bikarbonat . Dapar fosfat sangat penting
dalam cairan tubulus ginjal untuk 2 alasan berikut , yaitu :
a . Fosfat menjadi sangat pekat di tubulus , sehingga meningkatkan tenaga dapar system
fosfat
b . Cairan tubulus biasanya memliki pH yang lebih rendah di bandingkan dengan
cairan ekstrasel , yang menyebabkan jangkauan kerja dapar mendekati pK 6,8 .
Sistem dapar fosfat juga penting dalam pendaparan cairan intrasel karena
konsentrasi fosfat lebih besar daripada cairan ekstrasel dan juga pH intrasel lebih
rendah daripada cairan ekstrasel da oleh karena itu lebih mendekati pK system dapar
fosfat dibandingkan ekstrasel .
e. Sistem Dapar bikarbonat
Sistem ini terdiri dari larutan air yang mengandung dua unsur yaitu asam lemah
( H2CO3) dan garam bikarbonat , seperti NaHCO3 .
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 di bentuk oleh reaksi CO2 + H2O. Reaksi ini lambat dan sedikit jumlah
H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik anhidrase . Enzim ini banyak di
temukan pada alveoli paru dan juga pada sel epitel tubulus ginjal .
H2CO3banyak berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan
HCO3- .
H2CO3 H + + HCO3- .
Komponen kedua dari sistem ini , yaitu garam bikarbonat , terdapat secara
dominan sebagai natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam cairan ektrasel . NaHCO3
berionisasi secara lengkap untuk membentuk ion bikarbonat (HCO3- ) dan ion ion natrium
( Na + ) sebagai berikut .
NaHCO3 Na + + HCO3- .
Apabila system dikumpulkan maka akan terbentuk , sebagai berikut :
CO2 + H2O H2CO3 H + + HCO3- .
Na +
Karena penguraian H2CO3 maka konsentrasi H+ menjadi sangat kecil . Bila asam
kkuat seperti HHCl ditambah ke larutan dapar bikarbonat , peningkatan H+ yang di
lepaskan dari asam didapar oleh HCO3- .
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Pada reaksi tersebut lebih banyak H2CO3 yang di bentuk , yang menyebabkan
peningkatan produksi CO2 + H2O. Dari reaksi ini , kita melihat bahwa CO2 yang
berlebihan merangsang pernafasan , yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstrasel .
Sistem dapar bikarbonat merupakan dapar ekstrasel yang paling kuat karena dapar
yang berbentuk HCO3- sebanyak 20 kali lebih besar daripadabentuk CO2 yang terlarut
dan karena konsentrasi kedua elemen system bikarbonat , yaitu CO2 dan HCO3- tidak
besar . PH cairan eksrtasel dapat diatur dengan tepat oleh kecepatan relative
pengeluaran dan penambahan HCO3- oleh ginjal dan kecepatan pengeluaran CO2 oleh
paru paru.
f. Natrium
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel berhubungan erat dengan konsentrasi
natrium, karena natrium merupakan ion utama ekstrasel. Secara normal, konsentrasi
natrium plasma diatur dalam batas yang kecil 140 sampai 145 mEq/L dengan konsentrasi
rata-rata sekitar 142 mEq/L. Osmolaritas rata-rata berkisar sekitar 300 mOsm/L.
Osmolaritas ini harus diatur secara tepat karena variabel tersebut menentukan distribusi
cairan antara ruang intrasel & ekstrasel.
Ada beberapa mekanisme yang mengatur jumlah natrium dan sekresi air oleh
ginjal, tetapi dua sistem utama yang terlibat khusus antara lain :
a. Sistem Umpan Balik Osmoreseptor-ADH
Sebagai contoh, apabila osmolaritas (konsentrasi natrium plasma) meningkat di
atas normal akibat kekurangan air, maka sistem umpan balik ini akan bekerja sebagai
berikut :
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel menyebabkan sel syaraf khusus
yang disebut sel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior
mengkerut.
Pengerutan tersebut mengakibatkan sel tersebut terangsang , dan
kemudian meneruskan sinyal ini ke hipofisis posterior.
Potensial aksi yang disalurkan akan merangsang pelepasan ADH, yang
selam ini disimpan di glandula sekretorik di ujung syaraf.
ADH masuk ke darah dan ditransport ke ginjal, dimana akan
meningkatkan permebilitas tubulus distal, tubulus koligentes, dan duktus
koligebtes medula akan reabsorpsi air.
Hal ini akan mengakibatkan peningkatan reabsorpsi air dan pengeluaran
sejumlah kecil urin yang pekat.
Begitu juga sebaliknya apabila terdapat cairan ekstrasel yang terlalu encer (hipo-
osmotik), akan terjadi serangkaian kejadian yang berlawanan. Hal tersebut kemudian
akan memekatkan cairan tubuh dan mengembalikan osmolaritas plasma ke nilai normal.
Mekanisme di atas dapat dilihat dalam bagan di bawah ini
Volume CES
Reseptor kardiovaskuler
Pelepasan ADH
Peningkatan permeabilitas terhadap H2O
Osmoreseptor Reabsorpsi H2O
Osmolaritas plasma Ekskresi H2O
VOLUME CAIRAN NORMAL