ektoparasit protozoa pada ikan

31
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Aktivitas budidaya ikan menyebabkan upaya manipulasi dan modifikasi baik terhadap lingkungan, bio-reproduksi, kepadatan, manajemen pakan dan lain- lain. Kondisi tersebut menimbulkan tekanan (stress) terhadap komoditas yang dibudidayakan sehingga rentan terhadap penyakit baik infeksius maupun non infeksius. Munculnya penyakit tersebut merupakan resiko biologis yang harus diantisipasi. Dalam akuakultur atau budidaya perairan, kesehatan lingkungan tempat pemeliharaan ikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Unsur kesehatan lingkungan perairan yang dimaksud adalah terjadinya perkembangan polusi dan penyakit. Pada kegiatan budidaya sistem tertutup, lingkungan perairan yang terpolusi dan berpenyakit akan menyebabkan kematian ikan secara massal dalam waktu yang singkat. Meurut Manoppo (1995) Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian yang 1

Upload: atika-mansur

Post on 05-Aug-2015

1.536 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Aktivitas budidaya ikan menyebabkan upaya manipulasi dan modifikasi

baik terhadap lingkungan, bio-reproduksi, kepadatan, manajemen pakan dan lain-

lain. Kondisi tersebut menimbulkan tekanan (stress) terhadap komoditas yang

dibudidayakan sehingga rentan terhadap penyakit baik infeksius maupun non

infeksius. Munculnya penyakit tersebut merupakan resiko biologis yang harus

diantisipasi.

Dalam akuakultur atau budidaya perairan, kesehatan lingkungan tempat

pemeliharaan ikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Unsur

kesehatan lingkungan perairan yang dimaksud adalah terjadinya perkembangan

polusi dan penyakit. Pada kegiatan budidaya sistem tertutup, lingkungan perairan

yang terpolusi dan berpenyakit akan menyebabkan kematian ikan secara massal

dalam waktu yang singkat.

Meurut Manoppo (1995) Penyakit ikan merupakan salah satu masalah

serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian

yang diakibatkan oleh penyakit ikan selain dapat mematikan ikan juga dapat

menurunkan mutu dari ikan itu sendiri. Kematian yang ditimbulkan oleh penyakit

ikan sangat tergantung pada jenis penyakit ikan yang menyerang, kondisi ikan dan

kondisi lingkungan. Apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian yang

diakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya apabila kondisi

lingkungan baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakit lebih rendah. Tinggi

rendahnya kematian akibat infeksi suatu penyakit juga tergantung pada kondisi

immunitas ikan. Wabah penyakit yang terjadi pada kondisi ikan sedang sehat

1

Page 2: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

tidak akan mengakibatkan kematian yang tinggi, dan sebaliknya akan

mengakibatkan kematian yang tinggi apabila kondisi ikan kurang sehat.

Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi

(infectious diseases) dan non infeksi (non infectious diseases). Penyakit infeksi

disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur dan virus. Penyakit parasiter yaitu

penyakit akibat infeksi jasad parasitik seperti golongan protozoa maupun metazoa.

Protozoa yang sering ditemukan sebagai organisme parasitik meliputi sporozoa,

ciliata dan flagellate, sedangkan metazoa meliputi: crustacea, isopoda dan

helminth (cacing). Jasad parasiter tersebut dapat menginfeksi ikan air tawar

maupun ikan laut (Alifuddin, 1993).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari pembuatan paper ini adalah agar mahasiswa

mengetahui jenis-jenis parasit protozoa yang terdapat pada ikan.

2

Page 3: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Parasitologi adalah ilmu yang mengkaji mengenai segala sesuatu yang

menyebabkan penyakit atau infeksi oleh parasit, baik macam parasit atau cara

menginfeksi kepada induk semang atau hospes Parasitme adalah hubungan

interaksi antar dua individu dimana salah satu pihak dirugikan yaitu inangnya, dan

pihak lain diuntungkan. Parasit adalah organisme yang hidup pada atau didalam

tubuh beberapa organisme lain. Parasit dapat berupa hewan atau tumbuhan yaitu

virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing dan arthropoda. Parasit terdiri dari dua

macam yaitu, endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup

di dalam tubuh inangnya. Contohnya protozoa. Sedangkan ektoparasit yaitu

parasit yang hidup pada bagian luar inangnya (Manoppo, 1995).

Hadiroseyani (1990) menyatakan Protozoa adalah berasal dari bahasa

Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon  artinya hewan. Jadi, Protozoa

adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel

tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa.

Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang

tindih.

Protozoa merupakan jenis organisme yang bersifat mikroskopis dan

termasuk kedalam hewan bersel satu. Gerakan protozoa bersifat pasif ( melekat

pada inang ) dan aktif ( menggunakan kaki atau pseupodia, flagel dan silia ).

Beberapa jenis protozoa yang bersifat phatogen dan sering menyerang ikan adalah

: Ichthyopthirius multifilis, Trichodina sp, Myxosoma sp.

Ektoparasit golongan protozoa pada umumnya menyerang organ luar ikan

seprti insang, sirip dan bagian permukaan. Hal serupa juga diungkapkan oleh),

3

Page 4: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

tingkat infeksi ektoparasit tertinggi dari golongan protozoa yang menyerang

insang dan bagian permukaan. Protozoa dapat menyebabkan penyakit yang

menyebabkan mortalitas yang tinggi dan berdampak pada kerugian ekonomi baik

dalam budidaya air tawar maupun laut (Anshary, 2004). Hasil penelitian Yuasa

(2003), ditemukan spesies ektoparasit dari jenis protozoa pada tubuh ikan

gurami(Osphronemus gouramy Lac) adalah, Trichodina sp., Ichthyophthirius

multifiliis, Chilodonella sp., Epistylis sp.,Vorticella sp.

Trichodina sp. merupakan spesies ektoparasit dari jenis protozoa. Jenis

parasit ini memilki bentuk menyerupai setengah bola dengan diameter 5 μm,

bagian tengah (dorsal) cembung, mulut terletak di bagian iventral. Mulut

trichodina sp. dilengkapi dengan alat penghisap dari chitin yang menyerupai

jangkar melingkar di sekeliling mulut (Anshary, 2004). Trichodina sp. berbentuk

seperti lonceng yang terbalik, sisi dorsalnya cembung, dan dapat berkontraksi

serta memiliki dua makhkota bersilia yang berfungsi sebagai alat penghisap

(Manoppo, 1995). 

Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam yang tergenang dan

dangkal seperti pada kolam pemijahan dan pembibitan (Hoffman 1967 dalam

Yuasa, 2003). Trichodina sp. yang ditemukan diperairan tawar atau payau

merupakan spesies yang memilki toleransi yang cukup tinggi terhadap kisaran

salinitas. Trichodina sp. banyak ditemukan pada bagian permukaan dengan

prosentase 96 %, sementara pada bagian insang hanya mencapai 12 %. Trichodina

sp. memanfaatkan inang hanya sebagai subtrat dan mengambil partikel organik

dari bakteri, akan tetapi pelekatan Trichodina sp. sering menimbulkan luka

(Yuasa, 2003).

4

Page 5: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Gejala yang ditimbulkan karena adanya infeksi Trichodina sp. pada

umumnya ditandai dengan penampilan pucat, dan terjadi pendarahan pada tubuh

ikan, serta mengeluarkan lendir terlalu banyak (Anshary, 2004). Tingkat infeksi

yang rendah tidak mengakibatkan kerugian yang berarti, namun jika ikan

mengalami stres atau kualitas air menurun pertumbuhan Trichodina sp.

berlangsung cepat, akibatnya nafsu makan menurun serta sensitif terhadap infeksi

bakteri, sehingga menyebabkan kerugian yang besar Sedangkan tingkat infeksi

yang tinggi dapat menyebabkan kematian akut tanpa diawali dengan gejala

terlebih dahulu (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Chilodonella sp. adalah pathogen oportunistik, yaitu pathogen yang

mengambil keuntungan dari inang yang ditempelinya. Pemicu dari penularan

protozoa ini adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan yang

buruk.

Lamolo (2001) menyatakan Chilodonella sp. yang menyerang ikan akan

hidup pada mukosa dan system sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak

menginfeksi pada bagian permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan

infeksi pada tubuh ikan banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat

serangan yang parah, protozoa ini dapat menyebabkan luka-lupa pada kulit yang

terkena infeksi dan lapisan mukosa menjadi kusam (Alifuddin, 1993).

Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel

pada substrat seperti insang dan kulit ikan. hidup parasit ini berkoloni dan masing-

masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi. Menurut

Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan

tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat "non-contractile".

5

Page 6: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut Yuasa (2003),

Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang berbentuk silinder tipis

atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan nonkontraktil dengan panjang kira-

kira 0,4-0,5 mikrometer.

Epistylis adalah parasit yang umum di temukan pada perairan baik air

tawar maupun air laut,parasit ini biasanya menempel pada objek objek yang

terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air (Hadiroseyani, 1990).

Vorticella sp. semuanya bersifat soliter dan menempel pada substrat

dengan tangkai yang kontraktil. sel-selnya mempunyai bentuk seperti lonceng

terbalik, disekeliling peristoma terdapat cilia, sel mengandung makronukleus dan

mikronukleus, sel berwarna kekuningan atau kehijauan, dapat hidup di perairan

tawar atau laut, pada stadia dewasa menempel pada obyek-obyek yang terendam

air, baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin, 1993).

Ichthyophthirius multifiliis adalah jenis parasit yang digolongkan kedalam

phylum Protozoa, subphylum Ciliophora, kelas Ciliata, subkelas Holotrichia,

Ordo Hymenostomatida, famili Ophryoglenia dan genus Ichthyophthirius

multifiliis (Hoffman, 1967).

Parasit ini mempunyai panjang tubuh 0,1 – 1,0 mm dan dapat

menyebabkan kerusakan kulit dan dapat menyebabkan kematian.

Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit

ini memiliki diameter antara 30 – 50 m dan individu dewasanya dapat mencapai

ukuran diameter 50– 100 m.

6

Page 7: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Klasifikasi Myxobolus sp., tergolong jenis parasit sporozoa. Parasit dari

golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan dengan

membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan pengikat.

Dampak dari infeksi Myxobolus sp., tergantung pada tingkat infeksi dan

lokasi dari kista. Myxobolus sp., akan sangat berbahaya jika telah menyerang

insang dan organ dalam tubuh lainnya. Myxobolus sp., yang terdapat pada lendir

menandakan tingkat infeksi yang masih rendah, karena belum terjadi infeksi pada

organ dalam yang merupakan spesialisasi infeksi oleh Myxobolus sp (Lamolo,

2001).

7

Page 8: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Berikut ini adalah jenis-jenis ektoparasit golongan protozoa yang sering

menyerang ikan :

3.1.1. Trichodina sp.

Gambar 1. Trichodina sp.

Klasifikasi Trichodina sp. termasuk dalam jenis parasit Ciliata,

yaitu parasit yang bergerak dengan menggunakan bulu-bulu getar (cilia) dan

memiliki susunan taksonomi sebagai berikut :

Filum               : Protozoa

Sub filum        : Ciliophora

Kelas               : Ciliata

Ordo                : Peritrichida

Sub ordo         : Mobilina           

Famili              : Trichodinidae

Genus              : Trichodina

Spesies            : Trichodina sp.

8

Page 9: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan

mikroskop, dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp., yang juga dikenal

dengan Trichodiniella sp., dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang

bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan (Manoppo, 1995).

Gambar 2. Ikan yang terinfeksi parasit Trichodina sp.

3.1.2. Chilodonella sp.

Gambar 3. Chilodonella sp

Klasifikasi :

Filum: Protozoa

Subphylum: Ciliophora

Kelas: Cyrtophora

Subclass: Phyllopharyngea

Urutan: Cyrtophorida

9

Page 10: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Keluarga: Chiliodonelllidae

Genus: Chilodonella sp.

3.1.3. Epistylis sp.

Gambar 4. Epistylis sp.

Epistylis sp. Tergolong ke dalam phylum protozoa, kelas ciliata.

Bentuk dari Epistylis sp. adalah seperti lonceng terbalik. Disekitar mulut

(peristome) seringkali membesar dengan lingkaran sillia yang melingkar

berlawanan arah jarum menuju cytostome, mempunyai makronukleus

berbentuk sosis dan mempunyai tangkai yang tidak dapat berkontraksi

(Syawal, Lukistyowati dan Morina, 2011).

3.1.4. Vorticella sp.

Gambar 5. Vorticella sp.

Vorticella sp. dari golongan protozoa, kelas ciliata. Parasit ini bersifat

soliter dan menempel pada substrat dengan tangkai yang ramping, silindris

10

Page 11: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

dan kontraktil. Selnya ada yang berwarna kekuningan, kehijauan atau

transparan, bentuknya seperti terompet. Di dalamnya terdapat makronukleus

yang bebentuk pita, mikronukleus, serta satu atau dua vakuola kontraktil

(Syawal et al, 2011).

3.1.5. Ichthyophthirius multifiliis

Gambar 6. Ichthyophthirius multifiliis

lchthyophthirius multifiliis merupakan jenis parasit ciliata. 

Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan penyakit bintik putih atau white

spot disease atau “Ich”. Adapun susunan taksonomi dari lchthyophthirius

multifiliis adalah sebagai berikut :

Filum          :     Protozoa

Sub filum   :     Ciliophora

Kelas          :     Ciliata

Sub kelas    :     Holotrichia

Ordo           :    Hymenostomatida

Famili         :     Ophryoglenia

Genus         :     Ichthyophthirius

Spesies       :     Ichthyophthirius multifiliis

Gambar 7. Ikan yang terinfeksi parasit Ich

11

Page 12: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

4.1.6. Myxobolus sp.

Gambar 8. Myxobolus sp.

Klasifikasi Myxobolus sp., tergolong jenis parasit sporozoa. Parasit dari

golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan

dengan membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan

pengikat. Myxobolus sp., memiliki susunan taksonomi sebagai berikut :

Filum          :     Protozoa

Kelas          :     Sporozoa

Sub kelas    :     Neosporidia

Ordo          :    Cnodosporidia

Famili         :     Myxobolidae

Genus         :     Myxobolus

Spesies       :     Myxobolus sp.

12

Page 13: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

3.2. Pembahasan

3.2.1. Trichodina sp.

Trichodina sp merupakan ektoparasit yang menyerang/menginfeksi kulit

dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Populasi

Trichodina sp di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas

ke musim dingin. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang

berlangsung di tubuh inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan

diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang

Parasit ini merupakan protozoa dari golongan ciliata berukuran ± 50µm

berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng, memiliki cincin

dentikel sebagai alat penempel dan memiliki silia di sekeliling tubuhnya

(Manoppo, 1995).

Ikan yang terinfeksi mengalami iritasi pada kulit, produksi lendir

berlebih, insang pucat, megap-megap sehingga ikan sering menggantung di

permukaan air atau dipinggir kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan

lemah, sirip ekor rusak dan berawarna kemerahan akibat pembuluh darah

kapiler pada sirip pecah.

Siklus hidup trichodina sangat sederhana, dia hanya memiliki 1 host

definitif dan tidak memiliki host intermediet. Transmisi Trichodina terjadi

melalui kontak langsung dari host yg terinfeksi kepada host yang tidak

terinfeksi. Trichodina berkembngbiak dengan cara membelah diri atau binner.

Pada saat melakukan pembelahan, dentikel dari sel induk yg menghasilkan sel

anak (Yuasa, 2003).

13

Page 14: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan

dengan bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit

segera berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat

penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan

iritasi yang serius. Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup

tinggi, umumnya apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini

menjadi lebih berbahaya (Yuasa, 2003).

3.2.2. Chilodonella sp.

Parasit jenis ini memiliki ciri-ciri berukuran 80 μm, berbentuk oval

dengan bagian ventral rata, dorsal cembung dan memiliki cilia, hidup secara

eukariota uniseluler atau berkoloni. Parasit jenis protozoa ini hidup pada

lingkungan air atau daerah yang mengandung kelembaban dengan suhu

optimal antara 0,5 s/d 20"C. Protozoa ini tidak dapat hidup tanpa inang dalam

tenggang waktu antara 12 s/d 24 jam, namun dalam bentuk kista mampu

bertahan lama dan sewaktu-waktu siap untuk tumbuh polulasi aktif jika ada

keadaan yang memungkinkan. Kista akan menetas secara baik pada suhu air

9"C. Chilodonella yang menyerang ikan akan hidup pada mukosa dan system

sekresi pada ikan. Parasit ini lebih banyak menginfeksi pada bagian

permukaan tubuh ikan dibandingkan pada insang dan infeksi pada tubuh ikan

banyak didukung oleh suhu yang rendah. Pada tingkat serangan yang parah,

protozoa ini dapat menyebabkan luka-lupa pada kulit yang terkena infeksi

dan lapisan mukosa menjadi kusam Lamolo (2001).

Chilodonella adalah pathogen oportunistik, yaitu pathogen yang

mengambil keuntungan dari inang yang ditempelinya. Pemicu dari penularan

14

Page 15: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

protozoa ini adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kualitas lingkungan

yang buruk.

3.2.3. Epistylis sp.

Berdasarkan hasil pengamatan Yuasa , ciri-ciri dari parasit ini

(2003) adalah berwarna transparan bertangkai namun tidak berkontraktil, sel-

selnya mampu berkontraksi. protozoa ini bukan merupakan parasit obligat

ikan yang sering kami temukan di lapisan insang kepiting dan berbentuk

mirip seperti cangkir atau tulip. Sering membentuk koloni bercabang.

Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel

pada substrat seperti insang dan kulit ikan. hidup parasit ini berkoloni dan

masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi.

Menurut Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk

koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat

"non-contractile". berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut

Yuasa, (2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang

berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan

nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer.

Alifuddin (1993) menyatakan Epistylis adalah parasit yang umum di

temukan pada perairan baik air tawar maupun air laut,parasit ini biasanya

menempel pada objek objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau

hewan air, bagian tubuh Epistylis yang menempel pada substrat adalah bagian

batangnya , sel sel epistylis berbentuk lonceng terbalik dan disekeliling

peristomanya ber cilia, selnya mempunyai makronukleus yang berbentuk

seperti bulan sabit dan mikronucleus berbentuk bulat, parasit ini hidup

15

Page 16: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

berkoloni dan yang terdiri dari 1 – 8 sel tiap koloninya, tangkai sel pada

epistylis tidak berkontraktil dan biasanya bercabang dan pada tiap ujung

cabang terdapat sel. Parasit ini berkembang biak dengan membelah diri .pada

komoditas perikanan parasit ini banyak ditemukan menyerang pada bagian

badan, insang, kaki renang, kaki jalan, karapaks, dan ekor. Gejala serangan

parasit ini biasanya mengakibatkan :

1.Ikan susah bernafas karena insangnya banyak tertutupi parasit ini,

2. Pertumbuhan lambat dan kerusakan pada jaringan yang di serang/

ditempeli.

3.2.4. Vorticella sp.

Parasit ini dapat ditemukan di lapisan insang kepiting, kaki renang

lobster air tawar dan insang ikan, dengan bentuk mirip seperti lonceng

terbalik dan berwarna transparan. memiliki tangkai yang pipih dan silindris.

parasit yang satu ini tidak memiliki percabangan maupun tidak dalam bentuk

koloni, Vorticella memiliki 1 individu tiap tangkainya. berkembang biak

dengan cara bertunas dan konjugasi. konjugasi merupakan reproduksi seksual

dari Vorticella yaitu dengan cara dengan menyisipkan DNA pada individu

yang lain.

Vorticella sp. semuanya bersifat soliter dan menempel pada substrat

dengan tangkai yang kontraktil. sel-selnya mempunyai bentuk seperti lonceng

terbalik, disekeliling peristoma terdapat cilia, sel mengandung makronukleus

dan mikronukleus, sel berwarna kekuningan atau kehijauan, dapat hidup di

perairan tawar atau laut, pada stadia dewasa menempel pada obyek-obyek

16

Page 17: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

yang terendam air, baik berupa tumbuhan maupun hewan air (Alifuddin,

1993).

3.2.5. Ichthyophthirius multifiliis

Hoffman (1967) Menyatakan White spot atau dikenal juga sebagai

penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit.

Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara

potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan

munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white

spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam

akuarium memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit

tersebut.

Tanda-tanda serangan white spot tergantung pada tahapan siklus

hidupnya. Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut

secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak

infektif (sebagai "mahluk" yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai

fase berenang) (lihat gambar). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari

bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif

ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit,

insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai

ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan

dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian

parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam

lainnya.

17

Page 18: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintik-

bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini

sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi

transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik

tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut

makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik

tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu

dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama.

Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan

tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap

terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat

dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan

osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan

berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari

terjangkit berat.

White spot dapat masuk kedalam sistem akuarium melalui ikan yang

terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang.

Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot

terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah

terjangkit white spot sebelumnya.

3.2.6. Myxobolus sp.

Myxobolus sp., yang terdapat pada lendir menandakan tingkat infeksi

yang masih rendah, karena belum terjadi infeksi pada organ dalam yang

merupakan spesialisasi infeksi oleh Myxobolus sp., dan buruknya kualitas air

18

Page 19: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

pada wadah ikan sehingga ditemukan Myxobolus sp., yang menempel pada

tubuh ikan (lendir). Myxobolus sp., yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan

akan memperlihatkan gejala yang sama dengan Trichodina sp., infeksi besar

yang terjadi pada insang menyebabkan occlusion pada sirkulasi branchia,

kematian jaringan (necrosis) dan tidak berfungsinya pernafasan. Infeksi yang

terjadi pada usus, akan menyebabkan myolitic pada dinding usus. Secara

umum, infeksi berat pada sub-cutaneous dan insang menyebabkan penurunan

berat badan, khususnya pada ikan muda, melemah, berenang di dekat

pematang, warna kulit mulai pucat, dan terganggu sistem syarafnya. Apabila

infeksi terjadi pada organ dalam, seperti hati, ginjal, dan selaput usus

cenderung lebih fatal.

Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh

luar (bintil) yang berwarna kemerahmerahan. Bintil ini sebenarnya berisi

ribuan spora yang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika

bintil ini pecah, maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti

plankton. Spora ini berukuran 0,01 – 0,02 mm, sehingga sering tertelan oleh

ikan. Pengaruh serangan myxosporea tergantung pada ketebalan serta lokasi

kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada

sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan. Sedangkan

seranganyang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan

berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh

menjadi gelap dan system syaraf menjadi lemah (Lamolo, 2001).

19

Page 20: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan

oleh protozoa. Parasit protozoa yang Pada umunya menyerang ikan adalah ,

Chilodonella sp., Trichodina sp., Epistylis sp., Chilodonella sp., Vorticella sp.,

Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus.

4.2. Saran

Agar ikan tidak terjangkit parasit, hendaknya kualitas air yang baik di jaga

dan pemberian pakan yang tidak berlebihan.

20

Page 21: Ektoparasit Protozoa Pada Ikan

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Anshary, H. 2004. Modul praktikum Parasitology ikan. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Alifuddin, M. 1993. Penyakit Protozoa pada Ikan. Lab Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan-Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hadiroseyani, Y. 1990. Informasi Praktikum Parasit Ikan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hoffman, G.L. 1967. Parasites of north american freshwater fishes. Berkeley and Los Angeles : University of California Press

Lamolo, Muliana. 2001 Metode Pemeriksaan Parasit Ikan pada Laboratorium Uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai. Fakultas Perikanan Unismuh Luwuk.

Manoppo, H. 1995. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan, Unsrat-Manado.

Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty, M. 2011. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Yuasa, K. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar di Indonesia. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi.

21