ekstensi kota-kota pelabuhan kuno di maluku …...perdagangan internasional di jalur pelayaran dan...
TRANSCRIPT
EKSTENSI KOTA-KOTA
PELABUHAN KUNO DI MALUKU
UTARA DALAM NARASI SEJARAH
LOKAL DAN NASIONAL TENTANG
JALUR REMPAH.
OLEH:AMIRUDDIN RADJILOEN
Kota Ternate dengan latar Pulau Tidore.
DI MALUKU UTARA,POHON CENGKEH TERTUA
MENJADI SAKSI HIDUP KEJAYAAN REMPAH NUSANTARA
BENTENG-BENTENG TUA PENINGGALAN PORTUGIS,
SPAYOL DAN BELANDA YANG ADA DI MALUKU UTARA
TURUT MENYAKSIKAN RAMAINYA PERDANGAN REMPAH
DUNIA DI BUMI NUSANTARA.
RERENTUHAN PERTEMPURAN PEREBUTAN REMPAH,
SEJUMLAH SITUS PERTAHANAN YANG TERSISA DARI
JEJAK HEGOMONI REMPAH OLEH BANGSA ASING DI
PULAU TERNATE DAN TIDORE MASIH ADA SAMPAI SAAT
INI.
Ternate -Tidore merupakan sebuah pulau yang termasuk dalam
wilayah Maluku Utara. Berdasarkan pemberitaan lokal, Ternate -
Tidore pada abad XIV telah menjadi salah satu pusat perhatian bagi
perdagangan internasional di jalur pelayaran dan perdagangan
rempah-rempah di Indonesia bagian Timur.
Ternate- Tidore merupakan pangkalan penting dalam jalur
perdagangan dan pelayaran antar bangsa. sehingga peninggalan –
peninggalan purbakala, kesenian dll yang merupakan bukti tentang
masuknya aneka ragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia
seperti Arab, India, Cina dan Eropa.
Maluku Utara mengenal empat bandar niaga utama yaitu
1. Ternate
2. Tidore
3. Bacan
4. Jailolo
Temate menjangkau ke barat yaitu kepulauan Banggai, pesisir
Sulawesi Timur bahkan ke Sulawesi Utara
Tidore menjadi pusat dari bandar-bandar kecil disebelah Timur yaitu
Halmahera Timur, Kepulauan Raja Ampat dan pesisir Irian Barat,
Jailolo mencakup pesisir barat Halmahera
Sedangkan Bacan fokus hanya mencakup pulau Bacan saja
untuk memahami eksistensi sebuah Bandar atau pelabuhan, Menurut R.
Bintarto, pelabuhan mempunyai empat arti.
Pertama, arti ekonomis karena pelabuhan mempunyai fungsi sebagai tempat
ekspor impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang saling berhubungan sebab akibat.
Kedua, arti budaya karena pelabuhan menjadi tempat pertemuan berbagai
bangsa, sehingga kontak-kontak sosial budaya dapat terjadi dan berpengaruh
terhadap masyarakat setempat.
Ketiga, arti politis karena pelabuhan mempunyai nilai ekonomis dan merupakan
urat nadi negara, maka harus dipertahankan.
Keempat, arti geografis karena keterkaitannya dengan lokasi dan syarat-syarat
dapat berlangsungnya suatu pelabuhan
Sekalipun hampir setiap pulau di gugusan ini menghasilkan
cengkeh dan pala dalam jumlah besar namun bandar niaga di Pulau
Ternate muncul sebagai pelabuhan utama. Hal disebabkan pulau
Ternate sangat strategi dan para penguasanya berhasil mengadakan
hubungan tetap dengan pulau Jawa.
Faktor utama daya tarik Maluku termasuk Ternate bagi para
pedagang antar bangsa adalah rempah-rempah sehingga oleh orang-
orang Barat, Maluku dijuluki "The Spice Islands" (kepulauan
rempah-rempah)
Pada abad XV Temate merupakan pusat kekuatan utama kepulauan
rempah-rempah. Ternate bergabung dengan 4 kerajaan Temate, Tidore
Bacan dan. Jailolo
Dalam aliansi ini Ternate dipilih untuk memimpin aliansi yang didirikan
pada abad XVI dimana pada saat itu Irian Jaya dan Sulawesi menjadi bagian dari
Ternate. Sebagai bandar di jalur rempah. Ternate dan Tidore mengalami
masa Jaya pada abad ke-16. Pada masa itu Ternate dan Tidore berhasil
meluaskan kekuasaan di seluruh wilayah yang terbentang antara Sulawesi dan
Irian Jaya. Ternate mengadakan ekspansi ke barat dan ke selatan
Sejak abad ke-14 pedagang-pedagang Cina peranannya
digantikan oleh pedagang Jawa, Sumatera, Makassar dan Tagalok.
Pada abad ini peranan Majapahit rnenjadi sangat penting bagi
perdagangan rempah-rempah dari Maluku. Bahkan dalam kitab
Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca (1365) mencatat adanya
Maloko yang dapat diartikan sebagai empat pusat kekuasaan di
Maluku Utara atau lazim disebut Malokoe Kie Raha. Maloku Kie
Raha terdiri dari 4 kerajaan besar yaitu Ternate, Tidore, Jailolo dan
Bacan.
komunitas rempah di Indonesia, seperti cengkeh masih berada di
posisi nomor satu dunia, sedangkan pala berada di posisi kedua
setelah Guatemala. Dalam konteks ini pemprov Maluku Utara terus
berkomitmen, mendorong melalui kebijakan strategis hingga usaha-
usaha ekonomi kreatif agar sumber daya rempah-rempah di Maluku
utara tetap lestari dan terus memberi kontirbusi signifikan dan
kesejahteraan masyarakat Maluku Utara.
Menurut Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan
Ternate, Rinto Taib, akan melalui direktorat itulah akan melakukan pengusulan
ke pihak UNESCO.
Sehingga, sangat penting menjadikan Kota Ternate sebagai titik nol jalur
rempah. Ia menyebut, penggunaan istilah ini, bukan karena mengabaikan
daerah lain sebagai penghasil rempah, melainkan karena alasan sejarah,Ini lebih
pada rute sejarah, di mana ketika 1512 dihitung sejak era Portugis datang, itu
menjadikan Ternate sebagai negeri penghasil rempah. Meskipun Tidore dan
Banda juga memiiliki itu, tapi ketika hadirnya Portugis perdagangan rempah
mulai begitu semarak.
Sehingga yang lebih penting adalah membangun kesadaran sejarah
masyarakat Indonesia. Karena Ternate bukan hanya tentang kejayaan masa
lalu, melainkan ada warisan-warisan keilmuan tentang rempah, ada
warisan-warisan kebudayaan tentang rempah, serta warisan peninggalan
yang merupakan dampak dari rempah.
Untuk menyukseskan hal tersebut , ke depan akan menyinergikan
peran para akademisi di perguruan tinggi dengan melakukan riset lebih
mendalam. Sehingga penetapan dengan cagar budaya dan situs-situs
sejarah itu betul-betul memiliki dokumen kesejarahan naskah akademik.
Semoga dengan gagasan ini, rempah-rempah di Maluku Utara
khususnya cengkeh dan pala kembali menjadi perhatian dunia.
Sehingga menjadi sumber kesejahteraan masyarakat di negeri ini.
Dalam rangka membangun Maluku utara yang rukun, religius, damai,
sejahtera, aman berkualitas dan demokratis dijiwai semangat “marimoi
ngone fotoru.” (bersatu kita tegu).
TERIMA KASIH