eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games
TRANSCRIPT
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH
NUZULIA MUFIDA
S850908118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Tesis
Diajukan oleh:
NUZULIA MUFIDA S850908118
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing:
Pada tanggal: …………………..
Pembimbing I
Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc, Ph.D.
NIP. 19630826 198803 1 002
Pembimbing II
Drs. Budi Usodo, M.Pd.
NIP. 19680517 199303 1 002
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP 19660225 199302 1 002
iii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Disusun oleh:
NUZULIA MUFIDA
S850908118
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji:
Pada tanggal: …………………..
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. ……………………
Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. ……………………
Anggota Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc., Ph.D. ……………………
2. Drs. Budi Usodo, M.Pd. ……………………
Mengetahui
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D.
NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP 19660225 199302 1 002
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
HALAMAN MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
ABSTRAK xv
ABSTRACT xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 6
E. Tujuan Penelitian 7
F. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORI 9
A. Tinjauan Pustaka 9
1. Pengertian Belajar 9
2. Hakikat Matematika 10
3. Pengertian Belajar Matematika 12
4. Prestasi Belajar Matematika 14
v
5. Pendekatan Konstruktivisme 16
6. Pembelajaran Kooperatif 17
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 24
8. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
27
9. Pembelajaran Konvensional 32
10. Gaya Belajar Siswa 33
B Penelitian yang Relevan 38
C. Kerangka Berpikir 40
D. Hipotesis Penelitian 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44
A. Tempat Penelitian 44
B. Waktu Penelitian 44
C. Jenis Penelitian 45
D. Populasi dan Sampel 46
1. Populasi 46
2. Sampel 47
E. Teknik Pengumpulan Data 47
1. Variabel Penelitian 47
2. Metode Pengumpulan Data 49
3. Instrumen Penelitian 50
F. Teknik Analisis Data 58
1. Uji Keseimbangan 58
2. Uji Prasyarat Analisis 59
3. Pengujian Hipotesis Penelitian 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 71
A. Deskripsi Data 71
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar 71
2. Instrumen Gaya Belajar 73
3. Data Prestasi Belajar Matematika dan Gaya
Belajar
74
vi
B. Uji Keseimbangan 77
C. Uji Prasyarat Analisis Data 78
1. Uji Normalitas 78
2. Uji Homogenitas 78
D. Hasil Analisis Uji Anava 79
E. Pembahasan Hasil Analisis Data 81
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 84
A. Kesimpulan 84
B. Implikasi 85
C. Saran 86
DAFTAR PUSTAKA 88
LAMPIRAN 91
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Penempatan siswa dalam tim dalam meja turnamen 26
Gambar 2.2. Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa
dalam satu meja turnamen
31
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 45
Tabel 3.2. Tata Letak Data Penelitian 63
Tabel 3.3. Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan 67
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung dan Skor Nilai Gaya
Belajar Siswa
76
Tabel 4.2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung Dikelompokkan
Berdasarkan Model Pembelajaran
76
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Gaya Belajar
Siswa
76
Tabel 4.4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Model
Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa
76
Tabel 4.5. Rangkuman Uji Normalitas 78
Tabel 4.6. Rangkuman Uji Homogenitas 78
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Analisis Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama
79
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis 79
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pembelajaran Model Kooperatif Tipe TGT 91
Lampiran 2. Contoh Cara Membuat Kelompok Diskusi 143
Lampiran 3. Contoh Daftar Kelompok 144
Lampiran 4. Contoh Pembagian Kelompok pada Meja Turnamen 145
Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Uji Coba 146
Lampiran 6. Soal Tes Uji Coba 148
Lampiran 7. Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar 155
Lampiran 8. Uji Coba Angket Gaya Belajar 158
Lampiran 9. Uji Reliabilitas, Derajat Kesukaran, dan Daya
Pembeda Tes Uji Coba
163
Lampiran 10. Uji Reliabilitas Angket 165
Lampiran 11. Uji Konsistensi Internal Angket 171
Lampiran 12. Uji Keseimbangan 174
Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal 177
Lampiran 14. Soal Tes Prestasi Belajar 179
Lampiran 15. Kisi-Kisi Penyusunan Angket Gaya Belajar Siswa 185
Lampiran 16. Angket Gaya Belajar Siswa 188
Lampiran 17. Lembar Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar 192
Lampiran 18. Lembar Validasi Instrumen Angket Gaya Belajar 194
Lampiran 19. Data Penelitian dan Deskripsi Data 200
Lampiran 20. Uji Normalitas 208
Lampiran 21. Uji Homogenitas 217
Lampiran 22. Uji Hipotesis 219
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Tabel – Tabel
Surat – Surat
224
230
x
ABSTRAK Nuzulia Mufida, NIM. S850908118, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX MTs Negeri Se Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis, Surakarta, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. (2) Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. (3) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran konvensional yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah kelas IX semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang berada di Kabupaten Klaten. Sampel penelitian ini adalah kelompok eksperimen (TGT) terdiri dari MTs Negeri Klaten sebanyak 37 siswa, MTs Negeri Trucuk sebanyak 35 siswa dan MTs Negeri Mlinjon sebanyak 35 siswa, jumlah siswa kelompok eksperimen adalah 107. Sedangkan kelompok kontrol (konvensional) terdiri dari MTs Negeri Klaten sebanyak 37 siswa, MTs Negeri Trucuk sebanyak 34 siswa dan MTs Negeri Mlinjon sebanyak 38 siswa, jumlah siswa kelompok kontrol adalah 109. Jadi banyaknya sampel seluruhnya 216 siswa diperoleh dengan cara cluster random sampling cara undian. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Hasil penelitian menunjukkan; (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis bahwa Fa = 17,541 > 3,84 = Ftab dengan rata-rata 52,916 pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 45,224 rerata pada siswa yang dikenai pembelajaran konvensional; (2) gaya belajar siswa yang berbeda-beda tidak memberikan prestasi belajar yang berbeda pula, dengan hasil analisis Fb= 2,549 < 3,00 = Ftab; (3) tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa dengan hasil analisis Fab = 0,0216 < 3,00 = Ftab, yaitu siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing gaya belajar matematika (visual, auditorial maupun kinestetik).
xi
ABSTRACT
Nuzulia Mufida, NIM. S850908118, The experimentation of Cooperative Learning Model Teams-Games-Tournament type (TGT) on subject matter of Space Curve viewed from learning style of Class IX MTs in Klaten Region Period 2009/2010. Thesis, The Program of Mathematics Education, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2010.
This research aims to find out: (1) Whether cooperative learning model TGT'S types give the better achievement compared with conventional learning models. (2) Whether student learning style which variably give mathematics studying achievements that variably too. (3 ) Which cooperative learning model TGT'S type and conventional learning model that give better mathematics studying achievement on student with visual, auditorial, and kinesthetic learning style.
This research is kind of quasi experimental research by 2 x 3 factor design. The population of this research is all students of class IX MTs Negeri in klaten in the first semester of 2009/2010 academic year. The sample of this research involves experimental group (TGT) which consists of 37 students of MTs N Klaten, 35 students of MTs N Trucuk, and 35 students of MTs N Mlinjon. So, there are 107 students for experimental group. Meanwhile, the control group (conventional) consists of 37 students of MTs N Klaten, 34 students of MTs N Trucuk, and 38 students of MTs N Mlinjon. So, there are 109 students for control group. Thus, the sample research constitutes 216 students by cluster random sampling by lottery. Data analysis is carried out by using two ways variance analysis of different cell.
The Experimental result; (1) Purpose the cooperative learning model TGT'S types result the better achievement compared with by conventional learning, it pointed out by analysis count result that Fa = 17.541> 3.84 = Ftab with average 52.916 on student that hit by cooperative learning model TGT's type and 45.224 averages on student that hit by conventional learning; (2) students learned style which variably don't give studying achievement that variably too, with analysis result Fb = 2.549< 3.00 = Ftab ; (3) have no interactions among styled learned and learning model purpose to students learned achievement with yielding analisis Fab = 0.0216< 3.00 = Ftab. Its mean is student which given by learning with model cooperative learning TGT's type have the better studying achievement than student that given by good conventional learning model in common and also if viewed from each mathematics learning style (visual, auditorial and also kinesthetic).
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang pesat
sejalan dengan perkembangan zaman, karena itu diperlukan sumber daya manusia
(SDM) yang mempunyai bobot dan mutu yang tinggi. Sumber daya manusia
tersebut dapat dihasilkan melalui jalur pendidikan. Salah satunya dengan
menekankan matematika sekolah yang diharapkan akan mempunyai kontribusi
yang berarti bagi bangsa masa depan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sujono
(1988:20) yang menyatakan bahwa dalam perkembangan peradaban modern,
matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika
semua ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna.
Mutu pendidikan yang tinggi diyakini mampu membangun insan
Indonesia yang beriman, cerdas dan kompetitif. Sementara itu mutu pendidikan
Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Menurut
Marpaung (2008:2) mutu pendidikan kita dari tahun ke tahun sejak 1975 sampai
sekarang terkesan tidak meningkat, apalagi kalau dibandingkan dengan
perkembangan di negara-negara lain termasuk beberapa negara tetangga yang
dulu keadaannya relatif sama dengan Indonesia, seperti Korea Selatan, dan
Malaysia. Indikator rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diantaranya: prestasi
wakil-wakil Indonesia pada even-even internasional seperti IMO (International
xiii
Mathematics Olympiad) tahun 2007 Indonesia ranking 52 dari 93 negara peserta,
PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2006 Indonesia
rangking 32 dari 33 negara dan prestasi dalam ujian nasional yaitu untuk
mencapai skor 5,0 saja sangat sulit bagi banyak siswa dan menimbulkan masalah
dalam masyarakat. Sementara itu data yang dikeluarkan oleh IES (Institute of
Education Sciences) tahun 2008, Indonesia menempati peringkat 36 dari 49
negara peserta TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
tahun 2007 dengan nilai rata-rata 397. Prestasi ini lebih rendah jika dibandingkan
negara Malaysia yang menempati peringkat 20 dengan nilai rata-rata 474.
Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakteristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang. Selain itu pengalaman belajar
matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang
membingungkan turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran
matematika. Hal ini menjadikan tantangan bagi setiap guru matematika untuk
menyajikan model pembelajaran yang memudahkan siswa, menyenangkan, dan
efektif bagi peningkatan hasil belajar matematika.
Menurut Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2007:57) sejauh
ini paradigma pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi oleh
paradigma pembelajaran konvensional, yakni paradigma mengajar siswa
diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa.
Sementara guru memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai pengetahuan,
xiv
sebagai satu-satunya sumber ilmu. Selama kegiatan pembelajaran, guru cenderung
lebih mendominasi kegiatan pembelajaran, dan hampir tidak ada interaksi antar
siswa. Kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan menulis dengan tekun, hanya
sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Dengan kata lain siswa
cenderung pasif. Selain itu dalam sistem pembelajaran konvensional siswa
dipaksa untuk bekerja secara individu atau kompetitif tanpa ada banyak
kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama. Hal ini dapat
menimbulkan sikap dan hubungan negatif dan dapat merusak motivasi siswa.
Menurut Anita Lie (2008:11) perlu ada perubahan paradigma dalam
menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah
seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa.
Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan
informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar
tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar
dengan sesama siswa yang lainnya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau
cooperative learning (pembelajaran kooperatif).
Sejalan dengan Anita Lie, Terry Wood (1999:171) menyatakan bahwa
beberapa peneliti seperti Confrey dan Labinowicz telah memperoleh pandangan
yang membangun dan berpendapat bahwa siswa akan memahami matematika
dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses pembelajaran
xv
matematika. Sementara menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007) belajar
kelompok/kerjasama dipercaya paling efektif karena murid dengan aktif terlibat
dalam berbagi ide dan pekerjaan untuk melengkapi tugas akademis
Belajar dengan kerja sama (cooperative learning) dapat dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan, seperti dengan permainan atau game. Tipe
pembelajaran kooperatif yang menggunakan permainan adalah pembelajaran
Teams-Games-Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan
jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa setelah belajar dalam kelompok
diadakan turnamen akademik. Dalam turnamen tersebut siswa akan berkompetisi
sebagai wakil-wakil dari kelompok mereka dengan anggota kelompok lainnya
yang berkemampuan sama.
Selain model pembelajaran, ada faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan suatu proses pembelajaran, yaitu faktor yang berasal dari siswa.
Setiap siswa mempunyai karakteristik gaya belajar yang berbeda. Menurut Melvin
(2006:28) kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka lebih suka
menuliskan apa yang dikatakan guru. Sebagian siswa mengandalkan kemampuan
untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak
bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Sebagian
siswa lain lebih suka belajar dengan terlibat langsung dalam kegiatan, seperti
bekerja sama dalam kelompok.
xvi
Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda, diharapkan membantu
para guru dalam membimbing dan menyajikan model pembelajaran yang
memudahkan siswa, menyenangkan dan efektif dalam peningkatan hasil belajar
matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kurang tepatnya model pembelajaran matematika yang digunakan guru
dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran matematika yang berbeda kemungkinan
dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.
3. Adanya perbedaan gaya belajar siswa kemungkinan dapat menyebabkan
perbedaan prestasi belajar matematika siswa.
4. Karena perbedaan gaya belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa
penggunaan suatu model pembelajaran matematika tidak selalu cocok bagi
semua siswa.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang mungkin timbul, maka
penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:
xvii
1. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada nilai tes hasil
belajar siswa MTs kelas IX dengan pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung.
2. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol.
3. Gaya belajar siswa pada penelitian ini merupakan cara yang dimiliki siswa
untuk sukses belajar, yang dibatasi pada gaya belajar menurut Bobbi
DePorter yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi
belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional?
2. Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar
matematika yang berbeda pula?
3. Diantara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran
konvensional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik?
xviii
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi
yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
2. Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar
matematika yang berbeda pula.
3. Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
pembelajaran konvensional yang memberikan prestasi belajar matematika
lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan untuk melihat model
pembelajaran koooperatif sebagai suatu alternatif yang menarik dalam
memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan
siswa dalam belajar.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperhatikan gaya belajar
siswa dalam proses belajar mengajar.
xix
3. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran
khususnya dalam topik bangun ruang sisi lengkung.
4. Sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya.
xx
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan
dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit
maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi
manapun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu
(Abin Syamsuddin Makmun, 2001:157).
Menurut Paul Suparno (1997:11), orang yang belajar itu tidak hanya
meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang ia baca, melainkan
menciptakan pengertian. Belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membentuk
pengetahuan. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang
(guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa
yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman
mereka.
Ciri-ciri belajar menurut Barr dan Tagg dalam Marpaung (2004:6) adalah
sebagai berikut:
a. Pengetahuan itu ada di dalam pikiran orang yang sedang belajar dan
dibentuk oleh pengalaman individual.
xxi
b. Pengetahuan dikonstruksi atau diciptakan.
c. Belajar adalah suatu framework yang interaktif dan merupakan suatu
’nesting’
d. Sesuai dengan metafora ’mengendarai sepeda’
e. Belajar berorientasi pada dan dikontrol oleh siswa/mahasiswa.
f. Yang dikehendaki adalah ’active’ learner bukan ’live’ teacher.
g. Lingkungan belajar dan belajar itu sendiri bersifat kooperatif, kolaboratif,
dan ’supportive’.
h. Bakat dan kemampuan ’melimpah’.
Dari uraian di atas maka pada penelitian ini belajar adalah perubahan
proses mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami
siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Hakikat Matematika
Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”.
Perkataan itu menjadi akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan
sebuah kata lain yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar
xxii
(berpikir). Jadi secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar” (Erman dkk,2001:18).
Menurut Paling (Mulyono Abdurrahman, 2003:252) ide manusia tentang
matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-
masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika merupakan perhitungan yang
mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan topik-
topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Lebih lanjut Paling mengatakan
bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, dan yang
paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat
dan menggunakan hubungan-hubungan.
Sementara itu Herman Hudojo (1988:3) menyatakan matematika
berhubungan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur, dan hubungan-
hubungannya diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak. Selanjutnya Herman Hudojo mengemukakan matematika
sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol
diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-
aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi
dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep baru. Konsep baru
terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga
matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis.
xxiii
Dari pendapat-pendapat di atas maka pada penelitian ini matematika
adalah suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hierarkis dan diberi simbol-simbol serta penalarannya deduktif
sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan
manusia atau ilmu lainnya.
3. Pengertian Belajar Matematika
Robert M Gagne (Bell, 1981:108-109) mengungkapkan dalam belajar
matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek
tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain, kemampuan menyelidiki dan
memecahkan matematika, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain), bersikap
positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Objek
langsung ialah fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
1. Fakta
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti
lambang bilangan, lambang sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya.
2. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan
cepat. Misalnya, membagi sebuah ruas garis menjadi dua buah ruas garis
yang sama panjang, melakukan pembagian cara singkat, membagi
bilangan dengan pecahan, menjumlahkan pecahan, membagi pecahan
desimal.
xxiv
3. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan
benda-benda (objek) ke dalam contoh dan noncontoh. Ambil contoh suatu
konsep ialah garis lurus. Dengan adanya konsep itu memungkinkan kita
memisahkan objek-objek; apakah objek itu garis lurus atau bukan.
4. Aturan
Aturan adalah objek yang paling abstrak. Aturan ini dapat berupa sifat,
dalil, dan teori. Contoh aturan ialah “dua segitiga sama dan sebangun bila
dua sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen.
Menurut Jerome Bruner (Erman dkk, 2001:44-48) dalam teorinya
menyatakan bahwa belajar matematika akan berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok
bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep
dan struktur-struktur.
Michael J. Lawson (2000:26) menyatakan bahwa tujuan utama dari
pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan
harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan
percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural
yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Sementara itu menurut Herman Hudojo (1988:6) seseorang dikatakan
belajar matematika bila dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang
xxv
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku berkaitan dengan matematika yang
didapat dari usaha orang tersebut, dimana tingkah laku itu dapat diamati.
Dengan demikian pada penelitian ini belajar matematika adalah proses
yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan matematika dimana perlu
diperhatikan objek-objek yang dipelajari dan penekanannya pada pemahaman
konsep dan struktur-struktur.
4. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Tirtonegoro (1984:43) selain adanya perubahan
tingkah laku, keberhasilan dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari prestasi
belajar atau hasil belajar dari siswa. Prestasi dapat diartikan sebagai penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
ataupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak
dalam periode tertentu.
Menurut Sowell (Depdiknas, 2001:32), penilaian prestasi dapat
dipersingkat atau diperluas dalam bentuk pertanyaan terbuka (open-ended
question) atau bentuk pilihan berganda (multiple choice). Dalam pengertian lebih
luas, penilain prestasi dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses,
pemecahan masalah, tugas analisis, atau bentuk tugas-tugas lain yang
xxvi
memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam
memenuhi tujuan dan outcome tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi proses pembelajaran. Menurut Slameto (2003), proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi:
a. Faktor jasmaniah yaitu kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi:
a. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media
masa, teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.
xxvii
Berdasarkan uraian di atas pada penelitian ini prestasi belajar adalah
sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut
mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi
belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui nilai tes hasil belajar pokok bahasan
bangun ruang sisi lengkung.
5. Pendekatan Kontruktivisme
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis. Konstruktivisme
adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep
secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses
ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan
yang ada untuk membina pengetahuan baru.
Menurut Sushkin (Isjoni, 2009:32) dalam teori konstruktivisme,
penekanan diberikan kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah
yang berinteraksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh kepahaman
tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru itu siswa membina sendiri konsep dan
membuat penyelesaian kepada masalah. Oleh karena itu, pembelajaran secara
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru
berperanan sebagai fasilitator yang membantu siswa membina pengetahuan dan
menyelesaikan masalah.
xxviii
Prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran menurut Driver dan
Bell (Isjoni, 2009:34) yaitu: (a) hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari
pengalaman pembelajaran di ruangan kelas, tetapi tergantung pula pada
pengetahuan siswa sebelumnya, (b) pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-
konsep, (c) mengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam diri siswa, (d)
konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang selanjutnya konsep
tersebut diterima atau ditolak, (e) siswalah yang sesungguhnya paling
bertanggung jawab terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka, dan (f) adanya
semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikontruksi pelajar dalam struktur
kognitifnya.
Dalam membentuk kepahaman siswa, pembelajaran secara cooperative
learning dapat digunakan untuk siswa paham tentang sesuatu konsep dan ide yang
lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan
baru. Proses mengingat akan lebih bermakna setelah memahami sesuatu konsep,
siswa akan dapat mengingat lebih lama konsep tersebut, karena mereka terlibat
secara aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan
yang ada untuk membina pengetahuan yang baru.
6. Pembelajaran Kooperatif
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson (Isjoni,
2009:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke
xxix
dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok
tersebut.
Anita Lie (2008:12) menyatakan bahwa sistem pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas terstruktur di sebut sebagai sistem pembelajaran gotong
royong atau cooperative learning. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning
hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di
dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 sampai
6 orang saja.
Sedangkan menurut Slavin (2008:4) pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif diharapkan siswa dapat
saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing.
Beberapa ciri dari cooperative learning (Isjoni, 2009:20) adalah: (a) setiap
anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
(c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-
xxx
keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
Ada dua teori dalam pembelajaran kooperatif yang dapat menjelaskan
keunggulan pembelajaran kooperatif, yaitu teori motivasi dan teori kognitif
(Slavin, 2008:34).
1. Teori motivasi
Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar, karena motivasi belajar
tidak hanya mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam
belajar tetapi dapat juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu.
Teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan
pada penghargaan atau struktur di mana para siswa bekerja. Deutsch
(Slavin, 2008:34) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan, yaitu:
a. Kooperatif, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap anggota untuk
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
b. Kompetitif, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap anggota
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
c. Individualistik, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan
anggota lainnya.
Ditinjau dari teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah
situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan
pribadi mereka adalah jika mereka bisa berhasil. Oleh karena itu, untuk
xxxi
mencapai tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu
teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok
mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu
kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain,
penghargaan kelompok yang didasarkan pada kinerja kelompok
menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota
kelompok akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial
(seperti pujian dan dorongan) dalam merespon usaha-usaha yang
berhubungan dengan tugas kelompok.
2. Teori kognitif
Menurut Slavin (2008:36), teori kognitif menekankan pada pengaruh dari
kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan
kelompok ataupun tidak). Terdapat dua kategori dalam teori kognitif, yaitu
teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.
a. Teori perkembangan
Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah bahwa interaksi
diantara para siswa pada setiap kegiatan/tugas-tugas yang sesuai
dapat meningkatkan penguasaan konsep mereka. Vygotsey (Slavin,
2008:36) mendefinisikan wilayah perkembangan paling dekat
sebagai “jarak antara level perkembangan aktual seperti yang
ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level
perkembangan potensial seperti yang ditentukan melalui
penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau
xxxii
dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu”. Kegiatan
kolaboratif di antara anak-anak yang usianya sebaya lebih suka
belajar di dalam wilayah perkembangan paling dekat satu sama
lain. Perilaku yang diperlihatkan di dalam kelompok kolaborasi
lebih berkembang daripada yang dapat mereka tunjukkan sebagai
individu.
Sementara menurut Piaget (Slavin, 2008:37), pengetahuan tentang
perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan
sistem simbol (seperti membaca dan matematika) hanya dapat
dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Banyak penganut
paham Piaget menyerukan untuk meningkatkan penggunaan
aktivitas kooperatif di sekolah. Karena interaksi di antara siswa
dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya
untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Para siswa akan
saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka
mengenai materi pelajaran, konflik kognitif akan timbul, alasan
yang kurang pas juga akan keluar, dan pemahaman dengan kualitas
yang lebih tinggi akan muncul.
b. Teori elaborasi kognitif
Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika
informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan
dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang
belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif,
xxxiii
atau elaborasi dari materi (Slavin, 2008:38). Sebagai contoh,
menulis rangkuman atau ringkasan dari pelajaran yang
disampaikan guru adalah pelajaran tambahan yang lebih baik
daripada sekedar menyalin catatan, karena rangkuman atau
ringkasan menuntut para siswa untuk mengatur kembali materinya
dan memilih bagian yang penting dari pelajaran tersebut.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan
materinya kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi
pembicara dan pendengar, antara pembicara dan pendengar akan
lebih banyak belajar.
Roger dan David dalam Anita lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan
yaitu: (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c)
tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok.
Pada dasarnya metode cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim, et al (Isjoni, 2009:27), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting
lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam
xxxiv
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
metode ini telah menunjukkan, metode struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative
learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain metode cooperative learning adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
Dari uraian di atas maka pada penelitian ini pembelajaran kooperatif
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang di dalam pelaksanaan siswa dibentuk
tim kelompok-kelompok kecil yang merupakan percampuran menurut latar
xxxv
belakang yang berbeda serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu masalah melalui aktif
mengemukakan pendapat, mendengarkan kelompok lain, dan menerima
perbedaan pendapat.
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Teams-Games-Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh
Davids DeVries dan Keith Edwards (Slavin, 2008:13). Dalam pembelajaran
koperatif tipe TGT terdapat lima komponen yaitu: presentasi kelas, tim,
game/permainan, turnamen/ pertandingan dan penghargaan tim.
1. Presentasi kelas.
Presentasi kelas/penyajian materi digunakan guru untuk memperkenalkan
materi pelajaran secara langsung dan klasikal. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, memberi motivasi pada siswa,
menyajikan materi pokok pelajaran, serta memantau pemahaman siswa
tentang materi yang disampaikan.
2. Tim
Tim terdiri dari empat sampai enam siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar. Pada kegiatan kelompok ini siswa mempelajari materi
yang telah disajikan, sekaligus membantu teman sekelompok yang belum
xxxvi
menguasai materi tersebut. Kemudian siswa mengerjakan lembar kegiatan
yang diberikan guru. Lembar kegiatan itu harus dikerjakan dengan
berdiskusi di dalam kelompok. Jika ada pertanyaan yang belum dijawab di
dalam kelompok maka dapat ditanyakan kepada guru.
Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Tekanannya adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu
tiap anggotanya dalam meningkatkan kemampuan akademik. Selain itu
tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang seimbang/sama
terhadap setiap anggota tim, sehingga timbul rasa dihargai dan adanya
penerimaan siswa dalam timnya.
3. Game/permainan
Game/permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi pada presentasi kelas dan pelaksanaan kegiatan kelompok/tim.
Permainan ini dirancang untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa.
Permainan dilakukan oleh tiga atau empat siswa yang berkemampuan
setara/sama dan masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kelengkapan
permainan biasanya berupa pertanyaan atau soal dan kunci jawaban
bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor. Siswa yang mendapat
giliran mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor yang
terambil dan berusaha menjawab pertanyaan.
xxxvii
4. Turnamen/pertandingan
Turnamen adalah sebuah struktur di mana permainan berlangsung.
Turnamen biasanya dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit
setelah guru memberikan presentasi kelas/penyajian materi dan setiap tim
telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan siswa.
Dalam turnamen ini tiga atau empat siswa yang setara dan mewakili tim
yang berbeda bersaing dalam menjawab soal. Persaingan yang setara ini
memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal
menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Ilustrasi hubungan antara
tim yang anggotanya heterogen dan meja turnamen dengan anggota yang
homogen adalah sebagai berikut. Contoh penempatan siswa dalam tim
dalam meja turnamen
A-1Tinggi
A-2Sedang
A-3Sedang
A-4Rendah
B-1Tinggi
B-2Sedang
B-3Sedang
B-4Rendah
C-1Tinggi
C-2Sedang
C-3Sedang
C-4Rendah
MejaTurnamen
1
MejaTurnamen
2
MejaTurnamen
3
MejaTurnamen
4
TEAM A
TEAM B TEAM C
Gambar 2.1. Penempatan siswa dalam tim dalam meja turnamen
xxxviii
Gambar di atas mengilustrasikan penempatan siswa pada meja turnamen
berdasarkan ranking nilai prestasi awal pada setiap tim. Meja turnamen 1
adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan nilai prestasi awal tertinggi
dalam tim dan sebagai meja tertinggi tingkatannya dibanding meja 2. Meja
turnamen 2 lebih tinggi tingkatannya dari meja turnamen 3. Sedangkan
meja turnamen 4 sebagai meja turnamen yang terendah tingkatannya.
Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada
skor mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik
tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya dari meja 4 ke
meja 3), skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan yang
skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya
siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus
dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka
yang sesunguhnya.
5. Penghargaan Tim
Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria
tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.
8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Langkah-langkah yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
xxxix
1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 siswa secara
heterogen. Langkah yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim
adalah sebagai berikut:
a. Merangking prestasi siswa
Informasi tentang kemampuan siswa dapat diperoleh dari skor rata-
rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau raport siswa sebelumnya.
Siswa diurutkan dengan merangking dari yang berkemampuan
tinggi ke kemampuan rendah. Jika sulit merangking dengat tepat
dapat digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk
pendapat sendiri dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat.
b. Menentukan banyak tim
Pedoman yang dapat digunakan dalam menentukan anggota tim
adalah dengan memperhatikan banyak siswa di dalam kelas dan
banyaknya anggota setiap tim.
c. Penyusunan anggota tim
Penyusunan anggota tim didasarkan pada daftar siswa yang sudah
diurutkan prestasinya. Diupayakan setiap tim terdiri dari siswa
dengan kemampuan yang heterogen yaitu kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Sehingga antara tim yang satu dengan tim
yang lain rata-rata kemampuannya seimbang
2. Guru menyampaikan materi atau bahan pelajaran kepada siswa.
Kegiatan pokok pada langkah ini adalah guru mempresentasikan pelajaran
dalam kelas secara langsung atau diskusi antara siswa dan guru.
xl
3. Dengan menggunakan lembar kerja siswa tiap kelompok belajar bersama
mendiskusikan materi yang telah dibahas guru.
Selama belajar kelompok siswa berada dalam timnya, tugas anggota tim
adalah menguasai materi yang diberikan guru, mengerjakan soal-soal yang
ada pada lembar kerja dan membantu teman satu tim untuk menguasai
materi tersebut. Beberapa prinsip yang perlu dipahami siswa dalam belajar
kelompok adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian
dari sebuah kelompok dan mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai.
b. Siswa dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang
mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau
tidaknya kelompok tersebut menjadi tanggung jawab bersama
kelompok.
c. Siswa dalam kelompok harus berdiskusi satu sama lain untuk
menemukan kesimpulan/jawaban suatu masalah.
4. Guru memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan
dari masing-masing kelompok
5. Turnamen akademik.
Dalam turnamen akademik diperlukan perangkat pembelajaran yaitu
kelengkapan turnamen yang berisi:
a. Satu lembar pertanyaan bernomor.
b. Satu lembar kunci jawaban bernomor.
xli
c. Satu set kartu bernomor.
d. Satu lembar pencatat skor
Pada awal permainan turnamen diumumkan penempatan meja bagi setiap
siswa. Nomor peringkat meja turnamen diganti dengan nama/huruf,
sehingga siswa tidak tahu mana meja yang tinggi dan mana meja yang
rendah tingkatannya. Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa
dalam satu meja turnamen adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa dalam satu
meja turnamen
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan
pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi.
Pembaca pertama mengocok kartu bernomor dan mengambil kertas yang
teratas, kemudian mencari soal yang sesuai dan membacanya dengan keras
serta mencoba menjawabnya. Pembaca yang tidak yakin dengan
jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi.
xlii
Jika isi permainan berupa soal, maka semua siswa (bukan hanya si
pembaca) harus mengerjakan soal tersebut sehingga mereka akan siap
menantang, setelah pembaca memberikan jawabannya. Penantang pertama
mempunyai kesempatan untuk menantang dengan memberi jawaban
berbeda atau melewatinya. Jika penantang pertama lewat dan penantang
kedua mempunyai jawaban yang berbeda, maka penantang kedua boleh
memberikan tantangan atau melewatinya.
Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka penantang
kedua mencocokkan jawabannya pada kunci jawaban yang sesuai dan
membacanya keras-keras. Pemain yang menjawab dengan benar dapat
menyimpan kartu tersebut. Jika penantang pertama dan kedua memberi
jawaban salah, maka mereka mendapat sanksi yaitu harus mengembalikan
kartu yang dimenangkan sebelumnya. Jika tidak ada yang menjawab
dengan benar, maka kartu dikembalikan pada tempatnya.
Untuk putaran berikutnya, semua pemain pindah posisi, yaitu penantang
pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama,
dan pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut seperti yang
telah ditentukan oleh guru sampai waktu habis atau jika kartunya habis.
Apabila permainan sudah berakhir, para pemain mencatat jumlah kartu
yang telah mereka menangkan pada lembar pencatat skor dalam game 1.
Jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan
game kedua sampai waktu habis dan mencatat nomor kartu-kartu yang
dimenangkan pada game 2 pada lembar skor.
xliii
6. Penghargaan Tim/Kelompok
Setelah turnamen selesai, siswa menghitung rata-rata yang diperoleh
dalam satu kelompok. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada
masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang
mereka peroleh dari hasil turnamen.
9. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran matematika konvensional merupakan pembelajaran yang
sering diterapkan oleh sebagian besar guru matematika di sekolah. Proses
pembelajaran yang berlangsung pada umumnya didominasi oleh guru, siswa
dijadikan obyek pembelajaran. Guru berusaha memberikan informasi sebanyak-
banyaknya, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk
merenungkan apa yang diberikan guru, dan yang penting bagi mereka adalah
dapat menyelesaikan soal-soal berdasarkan contoh-contoh yang telah diberikan.
Pembelajaran konvensional umumnya dilaksanakan secara klasikal.
Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang diselingi tanya jawab, serta
pemberian pekerjaan rumah. Pada pembelajaran konvensional, biasanya
menitikberatkan pembelajaran yang menuangkan hal-hal yang dianggap penting
oleh guru kepada siswa, dan siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan
oleh guru. Menurut Soedjadi (2001) dalam Joko Bekti Haryono (2005:37)
pembelajaran di sekolah-sekolah kita selama ini terpateri kebiasaan dengan urutan
xliv
sajian pelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/definisi/teorema, (2) diberikan
contoh soal dan (3) diberikan latihan soal.
Dalam pembelajaran konvensional lebih menuntut keaktifan guru daripada
siswa. Guru berperan lebih dominan dan siswa cenderung pasif. Sehingga peluang
siswa untuk mengemukakan dan membahas suatu pandangan atau pendapat
kurang. Selain itu siswa tidak mendapatkan kesempatan yang cukup dalam
mengembangkan kreativitasnya. Hal ini bertentangan dengan paham
konstruktivisme yang mendasari pembelajaraan kooperatif.
10. Gaya Belajar Siswa
Menurut Sardiman (2001:93) mengajar itu harus memperhatikan gaya
belajar atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi atau menggunakan
perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Selanjutnya
dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya
mengajarnya dengan kebutuhan siswa.
Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki dalam terjemahan Alwiyah
Abdurrahman (2000) gaya belajar siswa adalah suatu cara yang dimiliki siswa
sehingga siswa dapat merasakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Setiap
orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah
menyerap dan memproses pelajaran melalui mendengarkan informasi dari guru.
Ada pula orang orang yang lebih mudah belajar dengan cara membaca buku dan
memperhatikan ilustrasi/bagan yang terdapat di dalam buku. Dan ada orang yang
xlv
menyerap pelajaran dengan cara mencoba atau dengan interaksi kelompok.
Menurut Blackman dkk (1982) bagi sebagian siswa gaya pembelajar akan
menyumbangkan keberhasilan di sekolah tetapi bagi sebagian lainnya malah bisa
membawa kemunduran. Tidak ada gaya belajar yang paling benar dan paling baik.
Semua gaya belajar akan sesuai jika pembelajar mengenali gaya belajar yang
paling cocok untuk dirinya. Dari uraian di atas maka pada penelitian ini gaya
belajar adalah cara yang dimiliki siswa untuk sukses belajar Selanjutnya gaya
belajar yang dominan dimiliki siswa dibagi menjadi tiga yaitu gaya belajar visual,
auditorial, dan kinestetik.
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah cara mudah untuk belajar dengan melihat yaitu
mengandalkan penglihatan. Menurut Irvine Clarke III dkk dalam Journal
of Marketing Education (2006) pelajar visual terbaik ingat apa yang
mereka lihat, seperti gambar, diagram, flow chart, garis waktu, film, dan
demonstrasi. Pelajar ingat verbal terbaik di kata-kata lisan, seperti ceramah
dan presentasi. Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciri-
ciri siswa dengan gaya belajar visual diantaranya: (1) rapi dan teratur, (2)
berbicara dengan cepat, (3) perencana dan pengatur jangka panjang yang
baik, (4) teliti terhadap detail, (5) mementingkan penampilan, dalam hal
berpakaian maupun presentasi, (6) pengeja yang baik dan dapat melihat
kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran penulis, (7) lebih mudah
mengingat apa yang dilihat daripada didengar, (8) lebih mudah mengingat
dengan asosiasi visual, (9) biasanya tidak terganggu dengan keributan,
xlvi
(10) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis dan seringkali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya, (11)
pembaca cepat dan tekun, (12) lebih suka membaca daripada dibacakan,
(13) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau
proyek, (14) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan
dalam rapat, (15) lupa menyampaikan pesan verbal, (16) sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, (17) lebih suka
melakukan demonstrasi daripada berpidato, (18) lebih suka seni daripada
musik, (19) mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata, dan (20) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika
mereka ingin memperhatikan.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan
banyak menggunakan simbol dan gambar dalam catatan. Dalam
matematika, tabel dan grafik dapat mempermudah dan memperdalam
pemahaman. Siswa dengan gaya belajar visual sangat baik mulai belajar
dengan gambaran keseluruhan kemudian baru yang detail-detail.
2. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah cara mudah untuk belajar dengan
mendengarkan yaitu mengandalkan pendengaran. Selanjutnya Bobbi
DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciri-ciri siswa dengan gaya
belajar auditorial diantaranya: (1) suka berbicara kepada diri sendiri saat
bekerja, (2) mudah terganggu oleh keributan, (3) menggerakkan bibir dan
xlvii
mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, (4) senang membaca
dengan keras dan mendengarkan, (5) dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, birama dan warna suara dengan mudah, (6) merasa
kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (6) berbicara dalam
irama berpola, (7) biasanya pembicara yang fasih, (8) lebih suka seni
suara, (9) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat, (10) suka berbicara, suka berdiskusi,
dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar, (11) mempunyai masalah-
masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti
memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, (12) lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya, (13) lebih suka lisan
daripada membaca komik dan (14) meminta orang lain untuk mengatakan
caranya ketika merangkai sesuatu.
Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan pelajaran,
contoh, dan cerita serta mengulang informasi. Para siswa dengan gaya
belajar auditorial lebih suka merekam pada kaset daripada mencatat, untuk
didengarkan secara berulang-ulang. Jika guru melihat siswa dengan gaya
belajar auditorial mengalami kesulitan dengan suatu konsep, siswa dengan
gaya belajar auditorial lebih suka dibantu dengan berbicara dengan diri
sendiri untuk memahaminya.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah cara mudah untuk belajar dengan bergerak,
bekerja dan menyentuh yaitu mengandalkan praktik gerakan tubuh.
xlviii
Selanjutnya Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciri-ciri
siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah (1) suka berbicara dengan
perlahan, (2) menanggapi perhatian fisik, (3) menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian, (4) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
lain, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6)
mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui
manipulasi dan praktik, (7) menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
(8) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (9) banyak
menggunakan isyarat tubuh, (10) tidak dapat duduk diam dalam waktu
lama, (11) tidak mudah mengingat secara geografi kecuali jika siswa
kinestetik memang telah berada di tempat itu, (12) menggunakan kata-kata
yang mengandung aksi, (13) menyukai buku-buku yang berorientasi pada
plot yang mencerminkan aksi gerakan tubuh saat membaca, (14)
kemungkinan tulisannya jelek, (15) ingin melakukan segala sesuatu, dan
(16) menyukai permainan yang menyibukkan.
Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai terapan dan suka
belajar melalui gerakan. Selain itu siswa paling baik menghafal informasi
dengan mengasosiasikan gerakan untuk setiap fakta. Banyak siswa
kinestetik menjauhkan diri dari bangku waktu belajar.
Menurut Melvin L. Siberman pada umumnya guru berbicara dengan
kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Berapa banyak yang dapat ditangkap
siswa tentunya bergantung pada cara mereka mendengarkan dan berkonsentrasi.
xlix
Ketika pemberian pelajaran ditambahkan media visual, ingatan akan meningkat
dari 14 hingga 38 persen.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuning Tyas Wulandari (2007) yang
berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL) pada pokok Bahasan Peluang Ditinjau Dari Gaya Belajar
Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri I Donorojo Tahun Pelajaran
2006/2007”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan
prestasi matematika antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan metode
CTL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
konvensional, terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar dan
tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan
dengan gaya belajar siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah
membahas peningkatan prestasi belajar matematika yang ditinjau dari gaya
belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah perlakuan. Pada
penelitian tersebut perlakuannya dengan metode CTL, sedangkan pada
penelitian ini perlakunnya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Penelitian yang dilakukan Dewi Susilowati (2004) yang berjudul
“Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-
Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Belajar Matematika Ditinjau
dari Motivasi Belajar Siswa SLTP Negeri Se Kecamatan Sukoharjo”.
Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan prestasi belajar
matematika yang signifikan yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe
l
TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika secara konvensional, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar
ditinjau dari motivasi belajar siswa, dan tidak terdapat interaksi antara
metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa pada pokok bahasan jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan
trapesium. Persamaaan dengan penelitian tersebut pada perlakuannya yaitu
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pada subyeknya yaitu siswa
SMP/MTs. Sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan
matematika dan tinjauannya. Pada penelitian tersebut pokok bahasannya
jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium ditinjau dari
motivasi belajar siswa, sedangkan pada penelitian ini pokok bahasannya
bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari gaya belajar siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hindarso (2009) yang berjudul
“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Pokok
Rumus-Rumus Trigonometri ditinjau dari Aktivitas Belajar Peserta Didik
SMA Negeri Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah secara umum
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, secara umum aktivitas belajar peserta didik
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika dan tidak ada interaksi
antara model pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik terhadap
prestasi belajar matematika. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada
li
perlakuannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan
perbedaannya pada subyek, pokok bahasan dan tinjauanya.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa menunjukkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya model
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran dan faktor
dalam diri yaitu gaya belajar siswa. Pada penelitian ini dijabarkan kaitan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
matematika siswa, yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Kaitan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat sampai enam
siswa dengan kemampuan yang berbeda, belajar dalam satu kelompok
untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai
pelajaran, setelah guru menyampaikan pelajaran. Kemudian diadakan
game/permainan dan turnamen untuk menguji pengetahuan yang dicapai
siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, pembelajaran
akan lebih bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa
terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu, diharapkan siswa akan merasa
lii
mudah di dalam belajar matematika, karena mereka saling berdiskusi dan
saling berinteraksi. Sehingga diduga perolehan dalam bentuk prestasi
belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model
pembelajaran konvensional yang terdiri dari ceramah dan tanya jawab, di
mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran konvensional ini terbatas
hanya pada mendengarkan, menulis dengan tenang, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, dan menaggapi pendapat siswa
lain.
2. Kaitan perbedaan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus memperhatikan
karakteristik gaya belajar siswa. Siswa yang memiliki gaya belajar visual
lebih senang belajar dengan melihat atau membaca daripada
mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai penyajian informasi yang
runtut. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan
penjelasan dari guru daripada membaca, mereka mengandalkan
kemampuan mendengar dan mengingat. Sedangkan siswa dengan gaya
belajar kinestetik suka belajar melalui gerakan, cenderung tidak suka
mendengarkan ceramah, dan lebih bisa belajar terutama dengan terlibat
langsung dalam kegiatan. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah
jika tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu Dari uraian di
atas diduga siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi
liii
belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual maupun
kinestetik.
3. Kaitan model pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
Model pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa juga
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan gaya
belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran
matematika tidak selalu cocok untuk semua siswa. Suatu model
pembelajaran mungkin cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual,
tetapi tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar auditorial dan
kinestetik, dan sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar kinestetik bisa
belajar terutama jika terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran
matematika seperti belajar kelompok. Sehingga diduga model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi lebih baik baik
pada siswa dengan gaya belajar kinestetik daripada siswa dengan gaya
belajar auditorial dan visual. Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual
lebih suka membaca dan siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka
mendengarkan seperti ceramah. Sehingga diduga model pembelajaran
konvensional memberikan prestasi belajar lebih baik pada siswa dengan
gaya belajar auditorial dan visual daripada siswa dengan gaya belajar
kinestetik
.
liv
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar
matematika dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Gaya belajar auditorial memberikan prestasi belajar matematika dalam
pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik dibandingkan
dengan gaya belajar visual dan kinestetik.
3. Pada siswa dengan gaya belajar kinestetik yang mendapatkan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, memberikan prestasi belajar
matematika dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik
dibandingkan dengan yang mendapatkan penerapan pembelajaran
konvensional. Sedangkan pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan
visual yang mendapatkan penerapan pembelajaran konvensional
memberikan prestasi lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
lv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Se Kabupaten Klaten kelas IX
semester I tahun pelajaran 2009/2010.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 pada
bulan Juli – Desember 2009, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal
penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin tempat penelitian
direncanakan berlangsung pada bulan Maret sampai Juli 2009.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi uji coba instrumen yang kemudian diuji
validitas dan reliabilitasnya dan pengambilan data penelitian dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai Oktober 2009
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan pembuatan laporan
penelitian yang dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2009.
lvi
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Alasan digunakan penelitian eksperimental semu adalah
peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai
yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83), bahwa tujuan penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan /
atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Langkah dalam penelitian ini
adalah dengan cara mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya
dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika sebagai
variabel terikat. Sedangkan variabel bebas yang dimaksud adalah model
pembelajaran dan gaya belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan teknik
analisis varian (ANAVA). Rancangan yang digunakan dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Faktor B
Faktor A Gaya Belajar (B)
Model Pembelajaran Visual (b1) Audiorial (b2) Kinestetik (b3)
1. TGT (a1) (ab11) (ab12) (ab13)
2. Konvensional (a2) (ab21) (ab22) (ab23)
lvii
Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri dari enam sel.
Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Model pembelajaran
(A) dan gaya belajar (B). Indek a1 menunjuk model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan a2 menunjukkan pembelajaran konvensional. Indek b1, b2, dan b3
menunjukkan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Indek ab11
menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar visual diberi
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ab12 menunjukkan
kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial diberi perlakuan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ab13 menunjukkan kelompok siswa
yang mempunyai gaya belajar kinestetik diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, ab21 menunjukkan kelompok siswa yang
mempunyai gaya belajar visual diberi perlakuan dengan pembelajaran
konvensional, ab22 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar
auditorial diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional, ab23 menunjukkan
kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diberi perlakuan dengan
pembelajaran konvensional.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap yang akan dijadikan objek
penelitian, dan memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang sama. (M. Cholik
Adnawan dan Sugiyono, 2006: 48). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di Kabupaten Klaten tahun
lviii
pelajaran 2009/2010. Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di
Kabupaten Klaten adalah 11 MTs.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik cluster random sampling.
Menurut Budiyono (2003:37) sampling random kluster adalah sampling random
yang dikenakan berturut-turut terhadap sub-sub populasi. Sub-sub populasi ini
disebut kluster. Pada pengambilan sampel dengan cara ini, kluster-kluster yang
ada dianggap homogen. Pada penelitian ini, dari 11 Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Negeri dipilih secara acak 3 MTs yang akan dijadikan tempat penelitian.
Selanjutnya pada tiap-tiap MTs yang terpilih, secara acak / melalui pengundian
dipilih dua kelas untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu siswa
kelas IX B pada MTs Negeri Klaten, siswa kelas IX E pada MTs Negeri Mlinjon,
dan kelas IX B pada MTs Negeri Trucuk sebagai kelompok eksperimen, serta
siswa kelas IX D pada MTs Negeri Klaten, siswa kelas IX B pada MTs Negeri
Mlinjon, dan siswa kelas IX C MTs Negeri Trucuk sebagai kelompok kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu
variabel terikat yaitu:
lix
1. Variabel bebas
a. Model Pembelajaran
- Definisi operasional: model pembelajaran adalah cara
membelajarkan pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(a1) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional (a2)
pada kelas kontrol.
- Indikator: berupa langkah-langkah dari masing-masing model
pembelajaran.
- Skala pengukuran: nominal
- Simbol: A
b. Gaya Belajar
- Definisi operasional : gaya belajar adalah cara yang dimiliki
siswa untuk sukses belajar yang dapat diketahui melalui angket
gaya belajar.
- Indikator : skor hasil angket.
- Skala pengukuran : nominal
- Simbol : B
2. Variabel Terikat
- Definisi Operasional: Prestasi belajar siswa adalah hasil tes
belajar siswa yang dicapai berdasarkan tes hasil belajar pokok
bahasan bangun ruang sisi lengkung.
lx
- Indikator: Nilai tes prestasi setelah memperoleh
perlakuan/pembelajaran.
- Skala pengukuran: Interval.
- Simbol : AB
2. Metode Pengumpulan data
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ada
tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.
1. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54) metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada.
Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui data
nilai prestasi awal siswa dan juga untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak.
Pada penelitian ini, data nilai prestasi siswa diambil dari nilai hasil
Ulangan Umum Bersama (UUB) Semester genap kelas VIII.
2. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan
data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek
penelitian, responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara
tertulis. Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya
belajar siswa. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan gaya belajar siswa. Butir pertanyaan angket mengacu pada gaya
lxi
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Diberikan 5 pilihan jawaban yang
sudah tersedia yaitu sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, dan
tidak pernah. Pemberian skor dilakukan dengan cara nilai 5 untuk jawaban
sangat sering, nilai 4 untuk jawaban sering, nilai 3 untuk jawaban kadang-
kadang, nilai 2 untuk jawaban jarang, dan nilai 1 untuk jawaban tidak
pernah.
Kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dari jumlah skor tertinggi
untuk masing-masing gaya belajar siswa yang diperoleh dari jawaban
siswa. Jika terdapat gaya belajar siswa yang memiliki dua skor atau lebih
yang sama, maka kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dengan
melihat dari jumlah jawaban selalu, atau sering yang lebih banyak yang
dijawab oleh siswa.
3. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara pengumpulan data
yang menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada
subjek penelitian. Tes dalam penelitian ini memuat beberapa pertanyaan
yang berisi materi-materi pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Tes
tersebut berupa tes objektif/ pilihan ganda sebanyak tiga puluh butir soal
untuk prestasi belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
Setiap soal obyektif tersedia empat alternatif jawaban.
3. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes untuk
prestasi belajar matematika dan angket untuk mengetahui gaya belajar siswa.
lxii
Sebelum digunakan, instrumen tes dan angket terlebih dahulu diujicobakan di
MTs Muhammadiyah Trucuk untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Setelah dilakukan uji coba, dilakukan analisis butur soal tes dan angket sebagai
berikut:
1. Tes Prestasi Belajar Matematika
Tujuan diadakan tes pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
pembelajaran bangun ruang sisi lengkung. Untuk mendapatkan data yang
akurat maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria tes yang baik. Prosedur penyusunan instrumen tes prestasi belajar
adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruksionalnya.
b. Membuat kisi-kisi soal.
c. Menyusul soal tes.
d. Menelaah soal tes
Sebelum instrumen tes dipergunakan, instrumen tes perlu di uji validitas,
reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya.
a. Uji Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel
yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada
penelitian ini uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah isi
tes sudah sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Agar
lxiii
tes hasil belajar mempunyai validitas isi, perlu diperhatikan hal-hal
berikut (Budiyono, 2003:58):
- Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tujuan
pembelajaran tercapai baik ditinjau dari materi maupun proses
belajar.
- Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik
berat bahan yang diajarkan.
- Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk
menjawab pertanyaan tes dengan benar.
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi yang
tinggi, biasanya penilaian dilakukan oleh para pakar (experts
judgment). Dalam hal ini, para pakar menilai apakah kisi-kisi yang
dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-
kisi telah mewakili isi yang akan diukur. Langkah selanjutnya, para
penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun
cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
b. Uji Reliabilitas
Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian adalah tes
obyektif. yaitu untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan
jawaban salah diberi skor 0. Untuk itu digunakan rumus Kuder-
Richardson dengan KR-20 untuk menghitung tingkat reliabilitas
yakni:
lxiv
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2
2
11 1t
iit
s
qps
nn
r
dengan :
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
st2 : variansi total
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar
: pada butir ke-i
qi = 1 - pi, i = 1, 2, ..., n
(Budiyono, 2003:69)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0, 70 (r11 > 0, 70).
c. Daya Pembeda
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika
kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari
kelompok siswa yang kurang pandai.
Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal digunakan rumus:
N
BBD ba
21
-=
Keterangan :
D : indeks daya pembeda untuk butir ke-i
Ba : 27 % responsi betul kelompok atas (pandai)
Bb : 27 % responsi betul kelompok bawah (bodoh)
lxv
N : Jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
(Joesmani, 1988: 120)
Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka
butir tersebut harus dibuang.
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan
rumus:
sJB
P =
dengan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi Arikunto, 2005:208)
Pada penelitian ini soal dianggap baik jika 0, 30 £ P < 0, 70.
2. Angket
Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar
siswa. Sebelum angket disusun oleh peneliti, terlebih dahulu dibuat kisi-
kisinya. Instrumen angket sebelum digunakan perlu diuji validitas,
konsistensi internal butir angket, dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
lxvi
a. Uji Validitas
Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel
yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada
penelitian ini uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah
angket tersebut mampu mempresentasikan validitas seluruh isi hal
yang akan diukur. Untuk analisis validitas angket harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pertanyaan harus representatif ditinjau dari materi yang akan
dikaji.
- Titik berat pertanyaan harus sesuai dengan tujuan
- Tidak terdapat pertanyaan yang mempunyai makna ganda..
- Tidak diperlukan pengetahuan yang tidak atau belum diketahui
untuk menjawab pertanyaan.
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan validitas isi soal angket
dinilai validitasnya oleh pakar atau validator. Validator angket
yang digunakan pada penelitian ini adalah ahli psikologi yang
berkompeten pada gaya belajar siswa.
b. Konsistensi Internal
Menurut Budiyono (2003:65) konsistensi internal pada angket
menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing
butir angket tersebut, sehingga butir-butir tersebut mengukur hal
yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
lxvii
Untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus
yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl
Pearson sebagai berikut:
( )( )( )( ) ( )( )å å-å å-
å åå-=
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
dengan :
rxy : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Butir ke-i dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika
mempunyai indeks konsistensi internal yang lebih besar dari 0,3.
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus dibuang.
c. Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang
sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang
sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas digunakan rumus Anava Hoyt, yaitu sebagai berikut :
lxviii
2
2
' 1SsSe
rxx -=
dengan :
)1)(1(
)()()( 2222
2
--
å+
å-
å-å
=kn
nki
nY
kX
iSe
dan
1
)()( 22
2
-
å-
å
=n
nki
kX
Ss
Keterangan:
Se2 : varians error
Ss2 : varians antar subjek
i : skor seorang subjek pada satu aitem, yaitu skor
aitem
X : jumlah skor seorang subjek pada seluruh aitem,
yaitu skor tes
Y : jumlah skor seluruh subjek dalam satu aitem
k : banyaknya aitem
n : banyaknya subjek
(Saifuddin Azwar, 2008 : 93)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0,70 (rxx2 > 0,70).
lxix
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Untuk
mengetahuai uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t. Sedangkan prasyarat
uji-t adalah sub-sub populasi yang berdistribusi normal dan sub-sub populasi
tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen). Prosedur uji-t adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang berkemampuan
awal sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang
berkemampuan awal sama)
2. Taraf signifikansi : α = 0,05
3. Statistik uji
( ))2n(nt ~
11s
t 21
21p
21 -++
-=
nn
XX
dengan :
t : t hitung
: X1 rata-rata dari sampel kelompok eksperimen
: X 2 rata-rata dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
lxx
n2 : ukuran sampel kelompok eksperimen
sp2 : Variansi gabungan : sp
2 =
2n)1()1(
21
222
211
-+-+-
nsnsn
4. Daerah Kritik
DK = { t|t < -t α/2, v atau t > t α/2, v}
5. Keputusan uji
H0 ditolak jika t Î DK
6. Kesimpulan
Kedua kelompok memiliki nilai rataan yang berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004:151)
2. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
distribusi normal atau tidak. Karena data tidak dalam frekuensi data
bergolong maka digunakan metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai
berikut:
a. Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
b. Statistik Uji
L = Maks |F(zi) – S(zi)|
dengan :
lxxi
F(zi) = P(Z≤zi) ; Z ~ N(0,1)
zi : skor standar
s
XXz i
i
)( -=
s : standar deviasi
S(zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
Xi : skor aitem
c. Taraf Signifikansi : α = 0,05
d. Daerah Kritik (DK)
DK = { L| L > L α ; n }
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
f. Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima
Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
H0 ditolak.
(Budiyono, 2004:170-171)
2. Uji Homogenitas Variansi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan uji Bartlett dengan prosedur uji sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : σ12 = σ 2
2 = … = σ k2 (variansi populasi homogen/sama)
lxxii
H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
b. Taraf signifikansi : α = 0,05
c. Stastistik uji
( )å-= 2jj
2 slogfRKG log fc
2,203 χ
dengan :
k : banyaknya sampel
N : banyaknya seluruh nilai
nj : ukuran sampel ke-j
fj = nj – 1 : derajat kebebasan untuk sj2 ; j = 1, 2, …, k
f = N – k : derajat kebebasan untuk RKG
c = 1 + ÷÷ø
öççè
æ-å ff j
111)-3(k
1;
RKG = ;åå
i
i
f
SS
RKG : rataan kuadrat galat ( )
j
2
j2jj n
XXSS åå -=
d. Daerah Kritik
DK = { χ2 | χ > χ 2 (α, k-1) }
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ2 Î DK
f. Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang homogen jika H0 diterima
(Budiyono, 2004:176-177)
lxxiii
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, dengan model sebagai berikut:
ijkijjiijk eabbam ++++= )(X
dengan :
ijkX = data ( nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
ia = efek baris ke-i pada variabel terikat
jb = efek kolom ke-j pada variabel terikat
( )ijab = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijke = deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya ( )ijµ yang
berdistribusi normal rataan 0.
i = 1, 2, ..., p; p = banyaknya baris = 2;
j = 1, 2, ..., q; q = banyaknya kolom = 3;
k = 1, 2 ,..., n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel
(Budiyono, 2004:228)
Untuk Notasi dan Tata Letak adalak sebagai berikut :
lxxiv
Tabel 3.2. Tata Letak Data Penelitian
B
A Gaya Belajar
b1 b2 b3
a1 ab11 ab12 ab13
a2 ab21 ab22 ab23
Keterangan :
A : Model Pembelajaran
B : Gaya Belajar
a1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
a2 : Model Pembelajaran Konvensional
b1 : Gaya Belajar Visual
b2 : Gaya Belajar Auditorial
b3 : Gaya Belajar Kinestetik
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan jalan sel tak sama, yaitu :
1. Hipotesis
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p (tidak ada perbedaan efek antara
baris terhadap variabel terikat)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek
antara baris terhadap variabel terikat)
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ..., q (tidak ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
lxxv
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
H0AB : ( )ijab = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu ( )ijab yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono, 2004:211)
2. Komputasi
a. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åj,i ijn
1pq
å=j,i
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
ij
kijk
kijkij n
X
XSS
2
2
÷ø
öçè
æ
-=å
å
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij.
å=i
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i
lxxvi
å=j
ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j
å=j,i
ijABG = jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran
(1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:
( )pqG
12
= ; ( ) å=j,i
ijSS2 ; ( ) å=i
2i
q
A3 ;
( ) å=j
2j
p
B4 ; ( ) ( )å=
j,i
2
ijAB5
b. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat, yaitu:
JKA = hn { (3) – (1) }; JKG = (2);
JKB = hn { (4) – (1) }; JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG;
JKAB = hn { (1) + (5) – (3) – (4) }
dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
lxxvii
c. Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah
dkA = p – 1 dkB = q – 1
dkAb = (p – 1) (q – 1) dkG = N – pq
dkT = N – 1
d. Rataan kuadrat
dkAJKA
RKA = dkABJKAB
RKAB =
dkBJKB
RKB = dkGJKG
RKG =
3. Statistik Uji
a. Untuk H0A adalah RKGRKA
Fa = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan
N – pq.
b. Untuk H0B adalah RKGRKB
Fb = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan
N – pq.
c. Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab = yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
(p – 1) (q – 1) dan N – pq.
4. Taraf Signifikansi α = 0,05
5. Daerah Kritik
lxxviii
a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq }
b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq }
c. Daerah kritik untuk Fab adalah
DK = { Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq}
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik.
7. Rangkuman Analisis
Tabel 3.3. Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan
Sumber JK dk RK Fhit Ftabel
Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa Ftabel Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb Ftabel Interaksi (AB) JKAB (p – 1) (q – 1) RKAB Fab Ftabel Galat (G) JKG N – pq RKG - - Total JKT N – 1 - - -
(Budiyono, 2004: 229-233)
8. Uji Komparasi Ganda
Untuk uji lanjut pasca anava, digunakan metode Scheffe' untuk anava dua
jalan.
Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut.
- Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
- Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
- Menentukan taraf signifikansi α = 0,05.
- Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
a. Komparasi rataan antar baris
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar baris adalah:
lxxix
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
.j.i
2.j.i
.j.i
n1
n1
RKG
XXF
dengan:
.j.iF - : nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
.iX : rataan pada baris ke-i
.jX : rataan pada baris ke-j
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
: analisis variansi
.in : ukuran sampel baris ke-i
.jn : ukuran sampel baris ke-j
Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F > (p – 1)Fα; p – 1, N – pq }
b. Komparasi rataan antar kolom
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
j.i.
2j.i.
j.i.
n1
n1
RKG
XXF
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq}.
Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan antar
kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi ganda
rataan antar baris hanya dengan mengganti baris menjadi kolom.
c. Komparasi rataan antarsel pada kolom yang sama
lxxx
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang
sama adalah sebagai berikut.
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjij
2kjij
kjij
n1
n1
RKG
XXF
dengan:
kjijF - : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan
: rataan pada sel kj
ijX : rataan pada sel ij
kjX : rataan pada sel kj
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
: analisis variansi
ijn : ukuran sel ij
kjn : ukuran sel kj
Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F>(pq–1)Fα; pq – 1, N – pq}
d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah sebagai berikut.
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
ikij
2ikij
ikij
n1
n1
RKG
XXF
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK={F|F>(pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}.
lxxxi
- Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.
- Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2004:214-215)
lxxxii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di MTs
N Trucuk, MTs N Klaten dan MTs N Mlinjon kelas IX semester I tahun ajaran
2009/2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes prestasi
belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dan angket gaya
belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan
penelaahan instrumen dengan mengujicobakan terlebih dahulu kemudian
dilakukan analisis. Adapun hasil penelaahan dan analisis instrumen adalah sebagai
berikut:
1. Instrumen Tes Prestasi Belajar
1. Validitas isi
Sebelum diujicobakan, instrumen tes prestasi belajar matematika terlebih
dahulu diuji validasi isi oleh validator untuk mengetahui apakah isi
instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang diukur. Uji validasi pada tes prestasi belajar
dilakukan oleh dua orang validator yaitu Sayidah,S.Ag,Dip.Ed yang
merupakan pengurus MGMP Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Klaten
dan pembuat soal try out UAN K3M Kabupaten Klaten, dan Drs. Muh
Syahruddin Nur guru senior MTs N Mlinjon. Berdasarkan uji validasi isi
lxxxiii
yang dilakukan oleh validator diperoleh hasil bahwa semua item soal pada
instrumen tes prestasi belajar adalah valid. (lihat pada Lampiran 17)
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas pada instrumen tes prestasi belajar matematika digunakan
rumus dari Kuder-Ricardson yang biasa disebut dengan rumus KR-20.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap soal tes prestasi
yang terdiri dari 30 butir soal yang diujicobakan menunjukkan bahwa soal
tes tersebut memiliki indeks reliabilitas r11= 0,78 yang berarti instrumen
tes prestasi belajar matematika reliabel. (lihat pada Lampiran 9)
3. Daya Pembeda
Uji daya pembeda dilakukan berdasarkan rumus dari Joesmani. Daya
pembeda masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butir-
butir tersebut dengan skor totalnya. Jika indeks daya pembeda untuk butir
ke-i kurang dari 0,30 maka butir soal tersebut tidak dipakai. Dari 30 butir
soal tes prestasi belajar yang mempunyai indeks daya pembeda kurang
dari 0,30 ada 5 butir soal yaitu nomor 1, 6, 12, 23, dan 28. Sehingga ada
25 butir soal yang dipakai. (lihat pada Lampiran 9)
4. Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran digunakan rumus dari Suharsimi Arikunto.
Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah soal 30 butir diperoleh
sebanyak 4 soal dengan tingkat kesukaran tinggi, 25 soal dengan tingkat
kesukaran sedang, dan 1 soal dengan tingkat kesukaran rendah (lihat pada
lampiran 9)
lxxxiv
Berdasarkan hasil uji coba di atas, dari 30 butir soal yang diujicobakan ada
5 butir soal yang tidak dapat dipakai karena indeks daya beda < 0,3 (harus
dibuang) yaitu nomor 1, 6, 12, 23 dan 28, p ≥ 0,30 (tingkat kesukarannya
tinggi) yaitu nomor 1, 12, 23, 28, dan p > 0,70 (tingkat kesukarannya
terlalu mudah) yaitu nomor 6. Jadi butir soal nomor : 1, 6, 12, 23 dan 25
tidak dipakai untuk tes prestasi belajar matematika. Sehingga instrumen
prestasi belajar siswa terdiri dari 25 butir soal. (lihat pada Lampiran 13).
2. Instrumen Gaya Belajar
1. Validasi Isi
Uji validasi isi pada angket gaya belajar siswa dilakukan oleh dua orang
validator yaitu guru BK MTs N Mlinjon Wiwik Arfiatun S.Pd dan guru
BK MTs N Trucuk Suratmi, S.Pd. Berdasarkan uji validasi isi yang
dilakukan oleh validator, dari 20 butir soal angket gaya belajar visual
semuanya valid, untuk 20 butir soal angket gaya auditorial 1 soal invalid
dan untuk 20 butir soal angket gaya belajar kinestetik 1 invalid. (lihat pada
Lampiran 18)
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas pada instrumen angket gaya belajar digunakan rumus dari
Hoyt. Dari 20 butir soal angket gaya belajar visual diperoleh hasil
perhitungan rxx’ = 0,807 yang berarti bahwa instrumen angket gaya belajar
visual baik, dari 20 butir soal angket gaya belajar auditorial diperoleh
hasil perhitungan rxx’ = 0,846 yang berarti bahwa instrumen angket gaya
lxxxv
belajar auditorial baik dan dari 20 butir soal angket gaya belajar kinestetik
diperoleh hasil perhitungan rxx’ = 0,724 yang berarti bahwa instrumen
angket gaya belajar kinestetik adalah baik. (lihat pada Lampiran 10)
3. Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal angket gaya belajar digunakan rumus produk
momen dari Karl Pearson. Uji konsistensi internal dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur apakah semua butir soal memiliki kecenderungan
yang sama. Dari hasil perhitungan diperoleh pada instrumen gaya belajar
visual terdapat 6 butir soal rxy < 0,3 yaitu nomor 3, 4, 11, 16, 17 dan 19,
pada instrumen gaya belajar auditorial 6 butir soal rxy < 0,3 yaitu nomor1,
6, 13, 16, 17 dan 20 dan pada instrumen gaya belajar kinestetik 6 butir soal
rxy < 0,3 yaitu nomor 2, 3, 7, 8, 19, dan 20. (lihat pada Lampiran 11)
Dari analisis butir soal instrumen di atas dapat disimpulkan banyaknya
butir soal untuk masing-masing gaya belajar adalah 14 soal. (lihat pada
Lampiran 15)
3. Data Prestasi Belajar Matematika dan Gaya Belajar
Sebelum menyajikan hasil analisis data maka terlebih dahulu disajikan
diskripsi data. Diskripsi data digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum
tentang hasil penelitian. Dalam penelitian ini diskripsi data yang akan disajikan
adalah diskripsi data tentang prestasi prestasi belajar matematika pada materi
bangun ruang sisi lengkung secara keseluruhan dan skor angket gaya belajar
siswa, diskripsi data tentang prestasi belajar matematika pada materi bangun
lxxxvi
ruang sisi lengkung berdasarkan model pembelajaran, diskripsi data tentang
prestasi belajar matematika berdasarkan gaya belajar siswa, dan diskripsi data
tentang prestasi belajar matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung
berdasarkan pembelajaran dan gaya belajar siswa. (lihat pada Lampiran 19)
Prestasi belajar matematika berdasarkan model pembelajaran yang
digunakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu prestasi belajar matematika untuk
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional. Prestasi
matematika berdasarkan gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu prestasi belajar matematika pada gaya belajar visual, gaya belajar auditorial,
dan gaya belajar kinestetik. Sedangkan prestasi belajar matematika yang
dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran dan gaya belajar dikelompokkan
menjadi 6 kelompok, yaitu prestasi belajar matematika untuk model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada kelompok gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik
serta prestasi belajar matematika untuk pembelajaran konvensional pada gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Untuk mengetahui rangkuman diskripsi
data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Tabel 4.1. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung dan Skor Nilai Gaya Belajar Siswa
Variabel N Mean St Deviasi Median Minimum Maksimum
Prestasi 216 48,977 13.623 48 16 84
Gaya Belajar 216 46.685 4,810 46 31 60
lxxxvii
Tabel 4.1 menunjukkan dari jumlah 216 siswa diperoleh rata-rata untuk nilai
prestasi sebesar 48,977. Sedangkan untuk skor gaya belajar dari 216 siswa
diperoleh rata-rata 46, 685.
Tabel 4.2. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung Dikelompokkan Berdasarkan Model Pembelajaran
Variabel Model N Mean St
Deviasi Median Minimum Maksimum
Kooperatif
tipe TGT 107 52,916 12,948 52 24 84
Prestasi
Konvensional 109 45,224 13,248 40 16 80
Tabel 4.2 menunjukkan dari kelompok eksperimen (pembelajaran kooperatif tipe
TGT) sebanyak 107 diperoleh nilai rata-rata 52,916 dan kelompok kontrol
(pembelajaran konvensional) sebanyak 109 diperoleh nilai rata-rata 45,224.
Tabel 4.3. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung Berdasarkan Gaya Belajar Siswa
Variabel Gaya
Belajar N Mean
St
Deviasi Median Minimum Maksimum
Visual 100 50,230 13,672 52 24 84
Auditorial 67 48,262 13,262 48 20 80 Prestasi
Kinestetik 49 52,122 15,157 56 16 76
Tabel 4.3 menunjukkan dari 216 siswa diperoleh gaya belajar visual sebanyak 100
siswa dengan skor rata-rata 50,230, gaya belajar auditorial sebanyak 67 siswa
dengan skor rata-rata 48,262 dan gaya belajar kinestetik 49 siswa dengan skor
rata-rata 52,122.
lxxxviii
Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung Berdasarkan Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa
Variabel Model Gaya
Belajar N Mean
St
Deviasi Median Minimum Maksimum
Visual 52 53,885 13,048 54 24 84
Auditorial 37 52,216 12,856 48 24 80 Kooperatif tipe
TGT Kinestetik 18 57,333 12,943 56 36 76
Visual 48 46,271 13,349 42 24 80
Auditorial 30 43,600 12,356 40 20 64
Prestasi
Konvensi-onal
Kinestetik 31 49,097 15,713 48 16 72
Tabel 4.4 menunjukkan dari 107 kelompok eksperimen diperoleh siswa dengan
gaya belajar visual sebanyak 52 siswa, gaya belajar auditorial 37 siswa dan gaya
belajar kinestetik 18 siswa. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh siswa
dengan gaya belajar visual sebanyak 48 siswa, gaya belajar auditorial 30 siswa
dan gaya belajar kinestetik 31 siswa.
B. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Pada uji
keseimbangan ini, data diambil dari nilai Ulangan Semester Genap kelas delapan.
Dari kelompok eksperimen yang terdiri dari 107 siswa diperoleh nilai rerata
45,944 dengan variansi 208,487. Sedangkan pada kelompok kontrol, terdiri dari
109 siswa dengan rerata 44,560 dan variansi 174,205.
Uji keseimbanagn keadaan awal antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol digunakan uji-t. Dari hasil pengujian terhadap data diperoleh
tobs = -0,7357 dengan daerah kritik DK = { t | t < -1,960 atau t > 1,960 } yang
lxxxix
berarti bahwa tobs bukan anggota dari daerah kritik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa keadaan awal dari kedua kelompok sama. (lihat pada Lampiran 12).
C. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan metode
Lilliefors dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Rangkuman Uji Normalitas
Sumber n Lobs Ltab Keputusan
Uji
Kesimpulan
Kooperatif
tipe TGT
107 0,0767 0,0857 Ho diterima Normal
Konvensional 109 0,0739 0,0857 Ho diterima Normal
Visual 100 0,0765 0,0886 Ho diterima Normal
Auditorial 67 0,0911 0,1082 Ho diterima Normal
Kinestetik 49 0,1202 0,1266 Ho diterima Normal
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa Lobs bukan anggota daerah kritik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal. (lihat pada Lampiran 20)
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini
xc
menggunakan uji Barttlet. Rangkuman hasil uji homogenitas adalah sebagai
berikut:
Tabel. 4.6. Rangkuman Uji Homogenitas
Sumber k 2obsc 2
1;05,0 -kc Keputusan uji Kesimpulan
Model
Pembelajaran
2 1,2502 3,841 Ho diterima Homogen
Gaya Belajar 3 -39,6556 5,991 Ho diterima Homogen
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa 2obsc bukan anggota daerah kritik sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. (lihat pada
Lampiran 21).
D. Hasil Analisis Uji Anava
Prosedur uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Pengujian hipotesis
pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
variabel-variabel bebas yaitu model pembelajaran dan gaya belajar siswa serta
interaksi antara variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya, yaitu
prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
Tampilan hasil pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Rangkuman hasil analisis dua jalan dengan sel tak sama tersebut disajikan pada
Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 berikut:
xci
Tabel 4.7. Rangkuman hasil analisis dua jalan dengan sel tak sama
B Gaya Belajar Siswa A Visual (b1) Auditorial (b2) Kinestetik (b3) n 52 37 18 Model ∑X 2802 1932 1032 Pembelajaran Mean 53.88462 52.21622 57.33333 kooperatif ∑X2 159668 106832 62016 Tipe TGT C 150984.7 100881.7 59168 (a1) SS 8683.308 5950.27 2848 n 48 30 31 Pembelajaran ∑X 2221 1308 1524 Konvensional Mean 46.27083 43.6 49.16129 (a2) ∑X2 111143 61456 82512 C 102767.5 57028.8 74921.81 SS 8375.479 4427.2 7590.194
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Sumber JK dK RK Fobs Ftab Keputusan
Model
Pembelajaran
(A)
3163,666 1 3163,666 17,5414 3,84 Ho diolak
Gaya Belajar
Siswa (B)
919,4632 2 459,7316 2,5490 3,00 Ho diterima
Interaksi (AB) 7,8006 2 3,90032 0,0216 3,00 Ho diterima
Galat (G) 37874,451 210 180,3545 - - -
Total 41965,3808 215 - - -
Berdasarkan hasil analisis variansi pada tabel rangkuman analisis variansi di atas
tampak bahwa:
1. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 17,5414
> F(0,05;1; 210) = 3,84 maka H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa penerapan
nX
C2)(å
= ; SS = ∑X2 - C
xcii
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional
mempunyai pengaruh berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung siswa kelas IX MTs Negeri
se Kabupaten Klaten.
2. Pada efek utama B (gaya belajar) harga statistik uji Fb = 2,5490 < F(0,05;2;
210) = 3,00 maka H0B diterima. Hal ini berarti bahwa gaya belajar tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
3. Pada efek utama AB (model pembelajaran dan gaya belajar), harga
statistik uji Fab = 0,0216 < F(0,05;1;210) = 3,00 maka H0AB diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara penerapan model
pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. (lihat
pada Lampiran 17).
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk
efek utama A (model pembelajaran) diperoleh Fa = 17,5414 > F(0,05;1; 210)
= 3,84, maka H0A ditolak, yang berarti bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional
mempunyai pengaruh berbeda terhadap prestasi belajar matematika.
Karena H0A menunjukkan telah ditolak dan variabel jenis pada model
pembelajaran hanya terdiri dari dua nilai yaitu kooperatif tipe TGT dan
konvensional maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar
xciii
antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran
konvensional.
Selanjutnya dengan melihat rerata nilai prestasi belajar kelompok siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar
52,9159 dan kelompok siswa yang belajar pembelajaran konvesional
sebesar 45,2243, berarti bahwa prestasi siswa yang diberikan perlakuan
pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai rerata yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan rataan prestasi siswa yang diberi perlakuan
pembelajaran konvensional. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa
pembelajaraan kooperatif tipe TGT akan menghasilkan prestasi yang lebih
baik daripada pembelajaran konvensional atau model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama
B (gaya belajar siswa) diperoleh Fb = 2,5490 < F(0,05;2; 210) = 3,00 maka
H0B diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan gaya belajar
terhadap prestasi belajar matematika atau dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan rataan prestasi siswa yang signifikan antara ketiganya.
Tidak adanya perbedaan prestasi antara ketiga gaya belajar dimungkinkan
karena siswa sudah pernah mendapatkan materi bangun ruang seperti
kerucut, tabung dan bola di tingkat Sekolah Dasar, sehingga
dimungkinkan siswa dengan berbagai gaya belajar mempunyai prestasi
xciv
yang tidak jauh berbeda dan juga menurut landasan teori bahwa tidak ada
gaya belajar yang paling benar dan paling baik antara ketiganya.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
interaksi AB (model pembelajaran dan gaya belajar siswa) diperoleh Fab =
0,0216 < F(0,05;1;210) = 3,00, sehingga H0AB diterima yang berarti bahwa
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran (kooperatif tipe TGT
dan konvensional) dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa yang diberi pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional baik secara umum
maupun kalau ditinjau dari masing-masing gaya belajar siswa (visual,
auditorial, maupun kinestetik).
Dengan memperhatikan kesimpulan pada hipotesis pertama dan karena
tidak ada interaksi maka dengan melihat rataan marginalnya bahwa 21x =
46,2708 < 53,8846 = 11x (pada gaya belajar visual), 22x = 43,6 < 52,2162
= 12x (gaya belajar auditorial) dan 23x = 49,1613 < 57,3333 = 13x (gaya
belajar kinestetik), maka dapat dikatakan bahwa prestasi siswa yang
dikenai perlakukan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dibandingkan dengan prestasi siswa yang dikenai perlakuan model
pembelajaran konvensional baik pada siswa dengan gaya belajar visual,
auditorial, maupun kinestetik.
xcv
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional, yaitu siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.
2. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tidak memberikan prestasi belajar
matematika yang berbeda-beda pula.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional pada masing-masing gaya belajar siswa yaitu gaya belajar
visual, auditorial maupun kinestetik.
xcvi
B. Implikasi
Berdasarkan landasan teori serta mengacu pada hasil penelitian, maka
implikasi yang dapat disampaikan adalah keefektifan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung secara
teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
mengembangkan model pembelajaran matematika pada pokok bahasan tersebut
khususnya dan pada pokok bahasan lain pada umumnya. Karena dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dimungkinkan siswa aktif dalam
belajar, saling membantu, saling berdiskusi dan diadakan permainan. Meskipun
perbedaan gaya belajar tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru sebaiknya
tetap memperhatikan gaya belajar siswa dengan memperluas pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya bagi
pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat
menentukan model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien yang sesuai
dengan pokok bahasan pembelajaran dengan tetap memperhatikan faktor-faktor
yang mungkin ikut mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
xcvii
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk materi bangun ruang sisi
lengkung dan materi lainnya untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa, dengan mempersiapkan sarana pembelajaran kooperatif
tipe TGT secara baik.
2. Bagi Peneliti yang lain
a. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk materi
yang berbeda.
b. Menyelidiki lebih mendalam efek perbedaan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
3. Bagi Pengambil Kebijakan
a. Kepada Kepala Madrasah Tsanawiyah khususnya di wilayah
kabupaten Klaten, agar menekankan kepada setiap guru agar selalu
aktif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran,
seperti menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
disesuikan dengan pokok bahasannya.
xcviii
b. Kepada Kepala Departemen Agama Kabupaten Klaten, khususnya
MAPENDAIS agar mengadakan pelatihan dan diklat tentang
model pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika.
xcix
LAMPIRAN 1:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF
TIPE TGT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2.1)
PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : IX / 1 (satu) Pokok bahasan : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) Standar Kompetensi :2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 2.1 Mengidentifikasikan unsur-unsur tabung, kerucut,
dan bola.
Indikator :2.1.1 Menyebutkan unsur-unsur: jari-jari, diameter,
tinggi, sisi alas dari tabung, kerucut dan bola.
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur jari-jari, diameter, tinggi, sisi alas
dari abung, kerucut, dan bola.
B. Materi Ajar
I. Tabung
Tabung merupakan bangun ruang sisi lengkung yang alas dan tutupnya
berupa lingkaran.
A A
B
C D tutup
c
Unsur-unsur tabung antara lain:
1. Alas tabung = bidang lingkaran O (bawah)
2. Tutup tabung = bidang lingkaran P (atas)
3. Selimut tabung = bidang lengkung berbentuk persegi
panjang
4. Jari-jari tabung (r) = OA = OB = PC = PD
5. Diameter tabung (d) = AB = CD
6. Tinggi tabung = OP =AD = BC
II. Kerucut
Kerucut merupakan bangun ruang sisi lengkung yang menyerupai limas
dengan alasnya berupa lingkaran
Unsur-unsur kerucut antara lain:
1. Alas kerucut = bidang lingkaran O (alas)
2. Selimut kerucut = bidang lengkung berbentuk juring
3. Jari-jari kerucut (r) = OA = OB
4. Diameter (d) = AB
5. Tinggi kerucut (t) = OT
t Selimut
alas
s
B A
t
Garis pelukis
alas
Selimut kerucut
T
ci
6. Garis pelukis (s) = TA = TB
III. Bola
Bola merupakan bangun ruang sisi lengkung yang terjadi dari tumpukan
empat buah lingkaran. Keempat lingkaran itu dinamakan kulit
tabung.
Unsur-unsur bola antara lain
1. Jari-jari bola = garis OA = OB = OC
2. Diameter bola (d) = AB
3. Bola mempunyai satu sisi lengkung
C. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
D. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E. Sumber Belajar
Buku paket matematika kelas IX
M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX.
Jakarta: Erlangga
F. Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Pertama
A B
sisi
O
cii
1. Pendahuluan No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1. 2
3. 4
Menjelaskan materi: mengingat kembali tentang bangun ruang sisi lengkung dan menyebutkan unsur-unsur tabung, kerucut dan bola Membagikan lembar kerja peserta didik untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Memperhatikan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh. - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk
60 menit
TGT langkah 2 TGT langkah 3 TGT langkah 4 TGT langkah 5
ciii
menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah untuk mendalami materi yang
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di
10 menit
TGT langkah 6
civ
akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
rumah
G. Penilaian
Tehnik : Kuis (Kelompok dan Turnamen) Bentuk Tes : Uraian
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1 (Tugas Kelompok)
1. Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang termasuk tabung!
2. Apa yang kamu ketahui tentang tabung?
3. Gambarlah sebuah tabung dan tunjukkan jari-jari, diameter, dan tingginya!
4. Berupa apakah alas tabung?
5. Berupa apakah tutup tabung?
6. Berupa apakah selimut tabung?
7. Berapa banyak bidang sisi tabung?
8. Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang termasuk kerucut!
9. Apa yang kamu ketahui tentang kerucut?
10. Gambarlah sebuah kerucut dan tunjukkan jari-jari, diameter, tinggi kerucut,
dan garis pelukisnya?
11. Berupa apakah alas kerucut?
12. Berupa apakah selimut kerucut?
13. Berapa banyak bidang sisi kerucut?
14. Berapa banyak rusuk kerucut?
15. Sebutkan benda – benda di sekitarmu yang termasuk bola.
16. Apa yang kamu ketahui tentang bola?
17. Gambarlah sebuah bola dan tunjukkan jari-jarinya.
18. Berupa apakah bidang bola?
19. Berapa banyak rusuk bola?
20. Berapa banyak bidang bola?
SOAL TURNAMEN 1
cv
1. Berupa apakah bidang alas tabung ?
2. Tulislah ruas garis yang menyatakan garis pelukis pada gambar di
bawah !
T
3. Berupa apakah selimut tabung ?
4. Berupa banyak rusuk tabung ?
5.
6. Berupa apakah selimut kerucut?
7. Berupa apakah alas kerucut ?
8. Berapa banyak bidang sisi kerucut ?
9. Berapa banyak rusuk kerucut ?
10. Berapa banyak titik sudut tabung ?
11.
12. Berapa banyak rusuk bola ?
13. Berapa banyak titik bola ?
14. Berapa banyak bidang sudut bola ?
15. Berupa apakah tutup tabung ?
Tulislah ruas garis yang menyatakan diameter alas
tabung pada gambar di samping!
A B
Disebut apakah ruas garis OC?
R P
B A
C D
cvi
Kunci Jawaban 1. Bidang lingkaran
2. Garis TR
3 Bidang lengkung berbentuk persegi panjang 4 2 rusuk 5 Garis AB atau garis CD 6 Bidang lengkung berbentuk jaring 7 Bidang lingkaran 8 2 sisi 9 Sebuah rusuk / satu rusuk 10 Tidak mempunyai 11 Jari-jari bola 12 Tidak mempunyai 13 Tidak mempunyai 14 Satu buah 15 Bidang lingkaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2.2)
PERTEMUAN 2, 3, 4, DAN 5 Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Matematika
cvii
Kelas / Semester : IX / 1 (satu) Pokok bahasan : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) Standar Kompetensi :2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 2.2 Menghitung luas selimut dan volume tabung,
kerucut, dan bola
Indikator : 2.2.1 Menghitung luas selimut tabung, kerucut, dan bola
2.2.2 Menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola
bila diketahui luasnya
2.2.3 Menghitung volume tabung, kerucut, dan bola
2.2.4 Menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola
bila diketahui
Alokasi Waktu : 8 x 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menghitung luas tabung, kerucut, dan bola.
2. Siswa dapat menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola bila
diketahui luasnya.
3. Siswa dapat menghitung volume tabung, kerucut, dan bola.
4. Siswa dapat menghitung unsure-unsur tabung, kerucut, dan bola bila
diketahui volumenya.
B. Materi Ajar
I. Luas tabung, kerucut, dan bola
(i). Luas tabung
Perhatikan gambar berikut:
2πr
selimut
tutup
cviii
Berdasarkan gambar jarring-jaring tabung di atas diperoleh keterangan
sebagai berikut:
(a). Luas alas = luas tutup = luas lingkaran = πr2
(b). Luas selimut tabung = keliling alas x tinggi
= 2πr x t = 2πrt
(c). Luas tabung/permukaan tabung = luas alas + luas selimut + luas
tutup
= 2πr + 2πrt + πr2
= 2πr (r + t)
(d). Luas tabung tanpa tutup = luas alas + luas selimut
= 2πr + 2πrt = πr (r + 2t)
(ii) Luas Kerucut
Dari gambar jaring-jaring kerucut di atas diperoleh keterangan sebagai
berikut:
(a). Panjang garis pelukis s =
alas
tabung Jarring-jaring tabung
Garis pelukis
Selimut kerucut
Keliling lingkaran alas
Alas kerucut
2πr
s
kerucut Jaring-jaring kerucut
cix
(b). Luas alas = luas lingkaran = πr2
(c). Luas selimut kerucut = πrs
(d). Luas kerucut/permukaan kerucut = luas alas + luas selimut
= πr2 + πrs = πr (r + s)
(iii) Luas Bola
Perhatikan gambar berikut:
Pada gambar di atas sebuah bola menempati sebuah tabung yang
diameter dan tinggi tabung sama tepat dengan diameter bola, maka luas
bola itu sama dengan luas selimut tabung, sehingga diperoleh:
(a). Luas bola/permukaan bola = 4πr2
(b). Luas belahan bola = x 4πr2 = 2πr2
©. Luas belahan bola padat = Luas lingkaran + Luas setengah bola = πr2 + 2πr2
= 3πr2
II. Volume tabung, kerucut, dan bola
(i). Volume tabung = luas alas x tinggi
= πr2t
(ii). Volume kerucut = x volume tabung
= πr2t
(iii). Volume bola = πr3
C. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
d = 2r
t= d
Luas selimut tabung = 2πr x t = 2πr x 2r = 4πr2
cx
D. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E. Sumber Belajar
Buku Paket matematika kelas IX
M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX.
Jakarta: Erlangga
F. Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar Pertemuan Kedua 1. Pendahuluan
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1. 2
3.
Menjelaskan materi: menghitung luas tabung, kerucut, dan bola Membagikan lembar kerja peserta didik-2 untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi
Memperhatikan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas
60 menit
TGT langkah 2 TGT langkah 3 TGT langkah 4
cxi
4
jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh. - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
TGT langkah 5
cxii
3. Penutup No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (lembar kerja peserta didik 2 nomor 3, 6 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 (Tugas Kelompok)
1. Sebuah tabung dengan panjang jari-jari alas 14 cm dan tinggi tabung 30 cm.
Hitung dan lengkapilah titik-titik di bawah ini (π = )!
a. Keliling alas = 2πr = … x … x … =
b. Luas alas = …
c. Luas selimut tabung = …
d. Luas tabung = …
e. Luas tabung tanpa tutup = …
2. Diketahui sebuah tabung memiliki diameter 6 cm dan tinggi 9 cm, hitunglah:
a. Luas selimut tabung.
b. Luas permukaan tabung, dan
c. Luas permukaan tabung tanpa tutup.
Jawab:
cxiii
Diketahui: d = … → r = …
t = …
π = ..
a. Luas selimut tabung = … (rumus)
= … x … x … x …
= …
Jadi, luas selimut tabung adalah …
b. Luas permukaan tabung = … (rumus)
= … x … x … x ( … + … )
= … x … = …
Jadi, luas permukaan tabung adalah …
c. Luas permukaan tabung tanpa tutup = . . . (rumus)
= . . . x … x ( … + … x … )
= … x … = …
Jadi, luas permukaan tabung tanpa tutup adalah …
3. Sebuah tabung tanpa tutup, jari-jari alas 10 cm. Hitunglah luas permukaan
tabung tersebut! ( = 3,14 )
4. Sebuah kerucut berjari-jari 10 cm dan tinggi kerucut 24 cm. Hitunglah dan
lengkapilah titik-titik di bawah ini!
a. Keliling alas = 2πr = . . .
b. Panjang garis pelukis = . . .
c. Luas alas = . . .
d. Luas selimut kerucut = . . .
e. Luas kerucut = . . .
5. Hitunglah luas permukaan kerucut dengan jari-jari alas 7 cm dan panjang
garis pelukis 12 cm (π = )!
Jawab:
Diketahui: r = . . .
s = . . .
Luas permukaan kerucut = . . . (rumus)
cxiv
= . . .x . . . x ( … + . . . )
= . . . x . . . = . . .
Jadi, luas permukaan kerucut adalah . . .
6. Luas alas kerucut adalah 154 cm2 dan panjang garis pelukisnya 18 cm.
Hitunglah luas selimut kerucut!
7. Hitunglah luas permukaan bola yang berjari-jari 14 cm!
Jawab:
Diketahui: r = . . .
Luas permukaan bola = . . . (rumus)
= … x … x …
= …
Jadi luas permukaan bola adalah …
8. Belahan bola padat mempunyai diameter 20 cm. Hitunglah luas belahan bola
padat tersebut!
Jawab:
Diketahui: d = … → r = …
Luas belahan bola padat = … (rumus)
= … x … x …
= …
Jadi luas belahan bola padat adalah …
9. Apabila luas permukaan tiga buah bola yang masing-masing berjari-jari 10 m,
20 m, dan 30 m adalah L1, L2, dan L3, tentukan perbandingan L1 : L2 : L3!
SOAL TURNAMEN 2
1. Sebuah tabung memiliki jari-jari 7cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah luas
selimut tabung tersebut!
2. Jari-jari alas sebuah tabung tanpa tutup 10 cm dan tinggi tabung 20 cm.
Hitunglah luas tabung tersebut! (π = 3,14)
cxv
3.
4. Diameter alas suatu kerucut 12 cm dan panjang garis pelukisnya 10 cm.
Hitunglah luas selimut kerucut tersebut!
5.
6. Keliling alas sebuah kerucut 132 cm. Jika panjang garis pelukisnya 50 cm,
hitunglah luas kerucut tersebut!
7. Suatu bola memiliki diameter 14 cm. Apabila pendekatan nilai π = ,
hitunglah luas permukaan bola tersebut!
8. Hitunglah luas belahan bola padat jika mempunyai jari-jari 20 cm dan π =
3,14.
9. Ada dua buah bola yang masing-masing berjari-jari r1 dan r2. Luas
permukaan dua bola tersebut adalah L1 dan r1 : r2 = 1 : 3, tentukan
perbandingan L1 dan L2.
10. Keliling alas sebuah tabung adalah 62,8 cm dan tingginya 50 cm. Hitunglah
luas selimut tabung tersebut!
Kunci Jawaban
1. 440 cm2
2. 1570 cm2
3. 489,84 cm2
4. 188,4 cm2
6 Cm
7 Cm
Hitunglah luas permukaan tabung di samping!
Hitunglah luas kerucut di samping!
12 cm
6 Cm
cxvi
5. 418 cm2
6. 4686 cm2
7. 616 cm2
8. 3768 cm2
9. 1 : 9
10. 3140 cm2
Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya. Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan Memperhatikan dan menanggapi Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
Menjelaskan materi: menghitung unsur-unsur
Memperhatikan
60 menit
TGT langkah 2
cxvii
2.
3.
4.
tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luasnya Membagikan Lembar kerja pesera didik 3 untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa
TGT langkah 3 TGT langkah 4 TGT langkah 5
cxviii
telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1. 2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 3 nomor 7, 8 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 3 (Tugas Kelompok)
1. Luas selimut tabung adalah 314 cm2. Jika jari-jari alas tabung 5 cm dan π =
3,14, hitunglah tinggi tabung!
Jawab:
Diketahui: Luas selimut tabung = …
r = …
π = …
Luas selimut tabung = … (rumus)
… = … x … x … x …
t = = . . .
Jadi, tinggi tabung adalah . . .
cxix
2. Luas permukaan sebuah kerucut 282,86 cm2. Jika jari-jari kerucut 5 cm,
hitunglah panjang garis pelukisnya!
Jawab: Luas permukaan kerucut = . . .
r = . . .
Luas permukaan kerucut = . . . (rumus)
. . . = . . .
. . . = . . .
. . . =
s = . . .
Jadi panjang garis pelukis adalah . . .
3. Hitunglah jari-jari bola yang mempunyai luas permukaan 154 cm2!
Jawab:
Diketahui:Luas permukaan bola = 154 cm2
Luas permukaan bola = . . . (rumus)
. . . = . . . x . . . x
r2 =
r =
r = . . .
Jadi jari-jari bola adalah . . .
4. Diketahui luas sebuah tabung 1188 cm2. Apabila tinggi tabung 20 cm,
hitunglah diameter alas tabung!
Jawab:
Diketahui:Luas tabung = . . .
t = . . .
Luas tabung = . . . (rumus)
. . . = . . .
. . . = . . .
. . . = . . .
. . . = . . .
cxx
r = . . .
d = . . .
Jadi diameter tabung adalah . . .
5. Jika luas permukaan suatu bola 2.464 cm2, hitunglah diameter bola itu!
Jawab:
Diketahui:Luas permukaan bola = 2.464 cm2
Luas permukaan bola = . . . (rumus)
. . . = . . . x . . . x
r2 =
r =
r = . . . d = . . .
Jadi diameter bola adalah . . . 6. Luas selimut kerucut 264 cm2. Jika jari-jari alas kerucut 6 cm. hitunglah
tinggi kerucut!
Jawab:
Diketahui : Luas selimut kerucut = . . .
r = . . .
Luas selimut kerucut = . . . (rumus)
. . . = . . .
s =
s = . . .
t =
=
= . . .
Jadi tinggi kerucut adalah . . .
7. Jika luas permukaan tabung 1.760 cm2 dan jari-jari alasnya 14 cm, hitunglah
tinggi tabung!
8. Luas selimut kerucut yang panjang garis pelukisnya 13 adalah 204,10 cm2.
Hitunglah panjang jari-jari lingkaran alas kerucut!
cxxi
9. Luas permukaan suatu belahan bola padat 942 cm2. Hitunglah diameternya
(π = 3,14)!
SOAL TURNAMEN 3
1. Hitunglah jari-jari bola yang mempunyai luas permukaan 616 cm2. (π = )
2. Luas selimut kerucut 264 cm2. Jika jari-jari alas kerucut 6 cm, hitunglah
panjang garis pelukisnya. (π = )
3. Luas selimut tabung 176 cm2. Jika tinggi tabung 8 cm, hitunglah jari-
jarinya. (π = )
4. Hitunglah diameter bola yang memiliki luas permukaan 1256 cm2 (π = 3,14)
5. Diketahui luas selimut kerucut adalah 550 cm2 dan jari-jari alasnya 7 cm.
Hitunglah panjang garis pelukisnya.
6. Luas permukaan sebuah tabung tertutup adalah 528 cm3 dan jari-jari tabung
14 cm. Dengan π = hitunglah jari-jari tabung.
7. Diketahui luas permukaan bola 5.024 cm2 Hitunglah diameter bola itu (π =
3,14).
8. Luas selimut tabung 616 cm2. Jika diketahui tingginya 28 cm, hitunglah
diameter alasnya (π = 3,14).
9. Luas sisi sebuah kerucut 125,6 cm2 dan jari-jari alasnya 5 cm. Hitunglah
panjang garis pelukisnya (π = 3,14).
10. Jika luas permukaan tabung 1.760 cm2 dan jari-jari alasnya 14 cm, hitunglah
tingginya.
Kunci Jawaban
1. 7 cm
2. 14 cm
3. 3,5 cm
4. 20 cm
5. 25 cm
6. 7 cm
cxxii
7. 40 cm
8. 7 cm
9. 3 cm
10. 6 cm
Pertemuan Keempat 1. Pendahuluan
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya. Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan Memperhatikan dan menanggapi Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
4.
Menjelaskan materi: menghitung volume tabung, kerucut, dan bola. Membagikan Lembar kerja pesera didik 4 untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk
Memperhatikan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas
60 menit
TGT langkah 2 TGT langkah 3 TGT langkah 4 TGT
cxxiii
mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
langkah 5
cxxiv
3. Penutup
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 4 nomor 3, 6 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 4 (Tugas Kelompok)
1. Tentukan volume tabung yang jari-jari alasnya 10 cm dan tingginya 25 cm.
Diketahui: r = . . .
t = . . .
Volume tabung = . . . (rumus)
= . . .x . . . x . . .
= . . .
Jadi, volume tabung adalah . . .
2.
Jawab:
Diketahui: d = . . .
t = . . .
Volume tabung = . . . (rumus)
= . . .x . . . x . . . x . . .
= . . .
kopi
Hitunglah volume kaleng kopi
pada gambar di samping!
cxxv
Jadi, volume kaleng kopi adalah . . .
3. Diketahui sebuah tabung (tanpa tulip) berisi susu, jari-jari tabung itu 10 dm
dan luas seluruhnya 1.884 dm2. Tentukan volume tabung tersebut.
4. Hitunglah volume kerucut yang deameternya 14cm dan tingginya 30 cm.
Jawab:
Diketahui d = . . . à r =
t = . . .
Volume kerucut = . . . (rumus)
= . . .
= . . .
Jadi volume kerucut adalah . . .
5. Sebuah kerucut beralaskan lingkaran dengan jari-jari 8 cm jika panjang garis
pelukis pada kerucut 10 cm, hitunglah volume kerucut tersebut.
Jawab :
Diketahui : r = . . .
s = . . .
t =
=
=
t = . . .
volume kerucut =. . . . . (rumus)
=. . . . .
=. . . . .
Jadi volume kerucut adalah . . .
6. Jika tinggi dua buah kerucut mempunyai rasio 1:4 dan rasio jari-jari alasnya
4:1, tentukan rasio dari volume kedua kerucut itu.
cxxvi
7. Hitunglah volume bola yang deameternya 42 cm !
jawab :
diketahui : d = . . . à r = . . .
volume bola = . . . (rumus)
= . . .
= . . .
Jadi volume bola adalah. . .
8. Luas permukaan suatu bola adalah 2.464 cm2. Hitunglah volume bola tersebut
( )
Jawab :
Diketahui : luas permukaan bola = . . .
Luas permukaan bola = . . . . .(rumus)
=. . . .
r2 =
r =
r = . . . .
Volume bola = . . . (rumus)
= . . .
= . . .
Jadi volume bola adalah . . .
9.
Gambar di samping menunjukkan benda yang
terbentuk dari gabungan kerucut dan belahan
bola. Hitunglah volumenya (π = 3,14)!
cxxvii
SOAL TURNAMEN 4
1. Hitunglah volume bola yang berdiameter 42 cm.
2. Sebuah kerucut dengan tinggi 10 cm dan jari-jari alas 2 cm. hitunglah
volume kerucut itu. (π = 3,14)
3. Sebuah kerucut beralaskan lingkaran dengan diameter 16 cm. Apabila
panjang garis pelukis pada kerucut 10 cm, hitunglah volume kerucut itu.
4. Keliling alas sebuah tabung 88 cm dan tingginya 20 cm. Hitunglah volume
tabung tersebut dengan π = .
5. Diketahui luas permukaan suatu bola 144 π cm2. Hitunglah volume bola itu.
6. Hitunglah volume kerucut yang memiliki jari-jari 7 cm dan panjang garis
pelukis 25 cm. (π = )
7. Tiga bola bervolume V1, V2, dan V3 dengan jari-jari 1 m, 2 m, dan 3 m.
Tentukan perbandingan volumenya.
8. Panjang jari-jari alas sebuah kerucut 5 cm dan panjang garis pelukisnya 13
cm. Untuk π = 3,14, hitunglah volume kerucut tersebut!
9.
10. Jika diameter sebuah tabung adalah 14 cm dan tingginya 3 cm, hitunglah
volumenya.
Kunci Jawaban
1. 38808 cm3
2. 41,87 cm3
12 Cm
Hitunglah volume tabung di samping!
cxxviii
3. 401,92 cm3
4. 12320 cm3
5. 904,32 cm3
6. 183,3 cm3
7. 1 : 8 : 27
8. 314 cm3
9. 602,88 cm3
10. 1848 cm3
Pertemuan Kelima
1. Pendahuluan No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran
Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan Memperhatikan dan memberikan tanggapan Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
Menjelaskan materi: menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola
Memperhatikan
60 menit
TGT langkah 2
cxxix
2.
3.
4.
jika diketahui volumenya. Membagikan Lembar kerja pesera didik 5 untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa
TGT langkah 3 TGT langkah 4 TGT langkah 5
cxxx
telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 5 nomor 3, 6 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 5 (Tugas Kelompok)
1. Hitunglah jari-jari tabung yang volumenya 47,1 cm3 dan tingginya 1,5 cm
dengan π = 3,14.
Jawab:
Diketahui: V = . . .
t = . . .
Volume tabung = . . . (rumus)
. . . = . . .
r2 =
r =
= . . .
cxxxi
Jadi jari-jari tabung adalah . . .
2. Volume sebuah tabung 46,2 liter. Jika diameternya 7 dm, berapakah tinggi
tabung tersebut?
Jawab:
Diketahui: V = . . .
t= . . .
Volume tabung = . . . (rumus)
. . . = . . .
t=
= . . . Jadi tinggi tabung tersebut adalah . .
3. Apabila dua buah tabung mempunyai perbandingan volume V2 : V1 = 4:3,
tentukan perbandingan jari – jarinya ( r2 : r1)
4. Diketahui jari-jari alas sebuah kerucut 8 cm. Apabila kerucut itu mempunyai
volume 640π cm3, hitunglah tinggi kerucut itu!
Jawab:
Diketahui: r = . . .
V = . . .
Volume kerucut = . . . (rumus)
. . . = . . .
t =
Jadi tinggi kerucut adalah . . .
5. Volume sebuah kerucut 8.316 cm3 dan tingginya 18 cm. Hitunglah panjang
jari-jari alas kerucut itu dengan π = !
Jawab:
Diketahui: V = . . .
t = . . .
Volume kerucut = . . . (rumus)
. . . = . . .
cxxxii
r2 = . . .
r =
= . . . Jadi panjang jari-jari alas kerucut adalah . . .
6. Volume sebuah kerucut adalah 314 cm3. Apabila jari-jari alasnya 5 cm,
hitunglah luas permukaan kerucut tersebut (π = 3,14)
7. Hitunglah panjang jari-jari bola yang volumenya 904,32 cm3 dengan π = 3,14 !
Jawab:
Diketahui: V = . . .
= . . .
Volume bola = . . . (rumus)
. . . = . . .
= . . .
r3 =
r =
= . . .
Jadi panjang jari-jari bola adalah . . .
8. Volume suatu bola 36π cm3. Hitunglah luas permukaan bola tersebut!
Jawab:
Diketahui: V = . . .
Volume bola = . . . (rumus)
. . . = . . .
= . . .
r3 =
r =
= . . .
Luas permukaan bola = . . . (rumus)
= . . .
Jadi permukaan bola adalah . . .
cxxxiii
9. Jika rasio volume dari dua bola adalah 1 : 8, maka tentukan rasio dari luas
permukaan bola itu!
SOAL TURNAMEN 5
1. Tinggi sebuah kerucut 7 cm dan volumenya 66 cm3. Hitunglah panjang jari-
jari alas kerucut.
2. Volume suatu tabung 18.840 cm3. Jika tinggi tabung 15 cm, hitunglah
panjang jari-jari alas tabung itu dengan π = 3,14.
3. Volume suatu kerucut 8.316 cm3 dan panjang jari-jarinya 21 cm. Hitunglah
tinggi kerucut dengan π =
4. Volume suatu tabung 628 cm3 dan tingginya 8 cm. Dengan π = 3,14
tentukan diameter alas tabung tersebut.
5. Hitunglah tinggi suatu kaleng silinder yang berisi penuh zat cair sebanyak
785 cm3 dan berdiameter 10 cm (π = 3,14).
6. Volume sebuah kerucut adalah 314 cm3. Jika jari-jari alasnya 5 cm dan π =
3,14 maka hitunglah panjang garis pelukisnya.
7. Tentukan jari-jari suatu bola yang bervolume 288π cm3.
8. Hitunglah tinggi suatu wadah yang berbentuk kerucut yang berisi 602,88
cm3 air, apabila diameternya 24 cm (π = 3,14).
9. Volume suatu bola 38.808 cm3. Hitunglah diameternya (π = ).
10. Volume sebuah silinder 352 cm3, tinggi silinder 7 cm. Apabila π = maka
hitunglah panjang jari-jari silinder.
Kunci jawaban
1. 3 cm
2. 20 cm
3. 18 cm
4. 10 cm
5. 10 cm
6. 13 cm
cxxxiv
7. 6 cm
8. 4 cm
9. 21 cm
10. 4 cm
G. Penilaian
Tehnik : Kuis (Kelompok dan Turnamen) Bentuk Tes : Uraian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 2.3)
PERTEMUAN 6 DAN 7
Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : IX / 1 (satu) Pokok bahasan : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) Standar Kompetensi : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 2.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
tabung, kerucut, dan bola.
Indikator : 2.3.1 Menggunakan rumus luas selimut dan volume
untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan tabung, kerucut dan bola.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran
cxxxv
Siswa dapat menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola.
B. Materi Pelajaran
Soal-soal yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola.
C. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
D. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E. Sumber Belajar
Buku paket matematika
M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX.
Jakarta:Erlangga
F. Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Keenam 1. Pendahuluan
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan Memperhatikan dan memberikan tanggapan Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti
cxxxvi
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
4.
Menjelaskan materi: menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas tabung, kerucut, dan bola Membagikan Lembar kerja pesera didik 6 untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Memperhatikan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain
60 menit
TGT langkah 2
TGT langkah 3 TGT langkah 4 TGT langkah 5
cxxxvii
(penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 6 nomor 5) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 6
(Tugas Kelompok) 1.
2. Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda yang dibentuk dari belahan
bola, tabung, dan kerucut. Hitunglah luas permukaan benda itu dengan
π=3,14!
Gambar disamping menunjukkan kap lampu dengan
panjang jari-jari lingkaran atas 5cm dan jari-jari
lingkaran bawah 10 cm. hitunglah luas bahan yang
digunakan untuk membuat kap lampu tersebut!
10 cm 4 cm
6 cm
cxxxviii
3. Bola udara berbentuk bola terbuat dari bahan elastis. Hitunglah luas bahan
yang diperlukan untuk membuat balon udara tersebut jika diameaternya 10 m
dangan π =3,14!
4. Sebuah tempat es krim berbentuk kerucut terbuat dari kertas berdiameter alas
10 cm. Bila tinggi kerucut tersebut 12 cm, hitunglah luas kertas yang
digunakan untuk membuat tempat es krim tersebut!
5. Sebuah tabung berisi bola yang menyinggung pad sisi alas, sisi atas, dan pada
selimut tabung. Jika diketahui luas bola 616 cm2 dan π = maka hitunglah
luas selimut tabung tersebut!
SOAL TURNAMEN 6
1. Kubah sebuah masjid berbentuk setengah bola dengan diameter 14 cm.
Hitunglah luas permukaan kubah itu.
2. Sebuah tangki berbentuk tabung tertutup, berisi solar 471 liter dengan jari-
jari alas tangki 50 cm. Hitunglah luas permukaan tangki tersebut.
3. Akan dibuat sebuah topi berbentuk kerucut dari karton. Tinggi topi kerucut
15 cm jari-jari alas 8 cm. Hitunglah luas karton yang diperlukan untuk
membuat topi tersebut.
4. Sebuah bola besar berdiameter 15 cm akan diisi penuh dengan bola-bola
kecil berjari-jari 3 cm. Berapa banyak bola kecil yang diperlukan untuk
memenuhi bola besar tersebut?
5. Nina membuat tandon air berbentuk tabung tanpa tutup. Tinggi tandon 0,5 m
dan volumenya 770 liter. Ternyata biaya yang dikeluarkan berdasarkan luas
bahan yang digunakan. Berapa luas bahan untuk membuat tandon air itu?
Kunci Jawaban
1. 616 cm2
cxxxix
2. 34.540 cm2
3. 628 cm2
4. 25 bola
5. 374 dm2
Pertemuan Ketujuh 1. Pendahuluan
No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
3.
Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan Memperhatikan dan memberikan tanggapan Mendengarkan informasi dari guru
10 menit
Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Menjelaskan materi: menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume tabung, kerucut, dan bola Membagikan Lembar kerja pesera didik 6 untuk
Memperhatikan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan
60 menit
TGT langkah 2
TGT langkah 3
cxl
3.
4.
dikerjakan oleh masing-masing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan
penempatan meja bagi setiap siswa.
- Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok Mengikuti diskusi kelas Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa
menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru.
- Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi
- Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal.
- Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal
- Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban
TGT langkah 4 TGT langkah 5
cxli
dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai.
- Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu Keterangan 1.
2.
Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 7 nomor 4) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
10 menit
TGT langkah 6
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 7 (Kerja Kelompok)
1. Sebuah lilin berbentuk tabung dengan diameter 15 cm dan tinggi 20 cm.
Berapa lamakah lilin tersebut akan terbakar habis jika 1 cm3 lilin akan habis
terbakar selama 4 menit?
2. Sebuah bola logam dimasukkan ke dalam tabung yang berisi air sehingga
permukaan air di dalam tabung menjadi naik. Hitunglah tinggi air yang naik
jika diameter bola = 3 cm dan diameter tabung = 5 cm!
3. Sebuah bandul logam terdiri dari gabungan sebuah kerucut dan sebuah bola
yang berjari-jari 3 cm, dan tinggi kerucut 12 cm. alas kerucut berimpit dengan
belahan bola. Jika berat 1 cm3 logam adalah 8 gram, tentukan berat bandul
logam tersebut dengan π = 3,14!
cxlii
4. Balon udara berbentuk bola berdiameter 30 m diisi gas helium, sehingga dapat
membawa penumpang naik ke udara. Berapa m3 volume gas helium dalam
balon tersebut?
5. Sebuah penampung air berbentuk tabung dengan diameter alas 84 cm dan
tinggi 1,5 m. Penampung air itu diisi menggunakan mesin air yang kecepatan
aliran airnya rata-rata 10 liter permenit. Berapa lamakah waktu yang
diperlukan untuk mengisi penampung air tersebut sampai penuh?
SOAL TURNAMEN 7
1. Balon udara berbentuk bola berjari-jari 15 m diisi gas helium, sehingga
dapat membawa penumpang naik ke udara. Berapa m3 volume gas helium
dalam balon tersebut?
2. Sebuah lilin berbentuk tabung dengan diameter 5 cm dan tinggi 14 cm.
Berapa lamakah lilin tersebut akan terbakar habis jika 1 cm3 lilin akan habis
terbakar selama 3 menit?
3. Sebuah logam berbentuk balok dimasukkan ke dalam tabung yang berisi air.
Jika balok itu berukuran 11 cm x 7 cm x 5 cm dan diameter alas tabung 28
cm, hitunglah tinggi air yang naik!
4. Sebuah tandon air berbentuk tabung mempunyai jari-jari 21 cm dan tinggi 1
m. Tandon air itu diisi menggunakan mesin air yang kecepatan aliran airnya
rata-rata 10 liter permenit. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk
mengisi tandon tersebut sampai penuh?
5. Sebuah bandul logam yang merupakan gabungan dari sebuah kerucut dan
setengah bola yang berjari-jari 7 cm, dan tinggi kerucut 20 cm. Alas kerucut
berimpit dengan belahan bola. Jika berat 1 cm3 logam adalah 8 gram,
tentukan berat bandul logam tersebut!
Kunci Jawaban
1. 14.130 m3
2. 91,7 menit
cxliii
3. 0,625 cm
4. 13,86 menit
5. 19.712 gram
G. Penilaian
Tehnik : Kuis (Kelompok dan Turnamen) Bentuk tes : Uraian
cxliv
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Ayuning Tyas Wulandari (2007). Eksperimentasi Metode Pembelajaran
Contekstual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Peluang Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Negri 1 Donorojo Tahun Pembelajaran 2006/2007. Surakarta : Tesis Pascasarjana UNS
Bell, Frederick. H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary
School) Second Edition Duboque. Lowa : Wn. C Brown Company Publishers
Blacman Derek etc. al. 1982. Cognitive Styles and Learning Disabilities. Journal
of Leaning Disabilities volume 21, number 5, page 106-115. Bobbi DePorter & Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning : Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Penerjemah : Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Sari Meutia
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : Sebelas Maret
Universitas Press Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University
Press Depdiknas. 2001. Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta Dewi Susilowati. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-
Games-Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SLTP Negeri Se Kecamatan Sukoharjo. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS
Effandi Zakaria and Zanaton Iksan. 2007. Promoting Cooperative Learning in
Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, volume 3, number 1, page 35-39.
cxlv
Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA-UPI Herman Hudoyo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Hindarso. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Pokok Rumus-Rumus Trigonometri ditinjau dari Aktivitas
Belajar Peserta Didik SMA Negeri Kota Surakarta. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS
Irvine Clarke III, Theresia B. Flaherty and Michael Yankey. 2006. Teaching the
Visual Learner: The Use of Visual Summaries in Marketing Education. Journal of Marketing Education, volume 28, Number.3, page 218-226.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta. Joko Bekti Haryono. 2005. Pembelajaran Matematika Realistik Pokok Bahasan
Relasi dan Pemetaan pada Siswa kelas II SMP Negeri di Sukoharjo. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS
Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Marpaung. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika (kumpulan makalah). FKIP
Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Marpaung. 2008. Mengembangkan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di Universitas Ganesha, Singaraja Bali, 21 Juni 2008.
M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2006. Seribu Pena Matematika untuk
SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga. Melvin. L Sill Berman. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Secara Aktif.
Bandung: Nusamedia Michael J. Lawson. 2000. Knowledge Connectedness in Geometry Problem
Solving. Journal for Research in Mathematics Education Volume 31, Number 1, page 26-43
cxlvi
Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2007. Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melath Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta :Ar-Ruzz Media.
Mulyono Abdurrahman. 2003 Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta
: Depdikbud DIKTI M. Nur. 1987. Pengantar Teori Tes. IKIP Surabaya Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Paul Suparno.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius. Slavin E. Robert. 2008. Cooperative Learning : Tesis, Riset dan Praktik. Bandung
: Nusa Media Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta : Bumi
Aksara Syaifuddin Azwar. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Terry Wood. 1999. Creating a Context for Argument in Mathematics Class.
Journal for Research in Mathematics Education Volume 30, Number 2, page 171-179
Tirtonegoro. S. 1984. Anak Super Normal dan Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.