eksperimental bendungan bukaan bawah...

Download EKSPERIMENTAL BENDUNGAN BUKAAN BAWAH …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7e5ab7d87de836562c0eed5cc64b4a2f.pdf · eksperimental bendungan bukaan bawah untuk retensi banjir experimental

If you can't read please download the document

Upload: dangdung

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EKSPERIMENTAL BENDUNGAN BUKAAN BAWAH UNTUK RETENSI BANJIR

    EXPERIMENTAL DAMS OPENING UNDER FLOOD RETIONSION

    Muh. Husni Tamrin, Mary Selintung, Muh. Arsyad Thaha

    Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar

    Alamat Korespondensi

    Muh. Husni Tamrin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp : 0853 96596 999 Email : [email protected]

  • ABSTRAK

    Masalah banjir terjadi karena adanya interaksi peristiwa alam serta campur tangan manusia di daerah pengaliran sungai dan permasalahan timbul karena kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai dimana mereka sering memanfaatkan sungai sebagai tempat sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh efektivitas bendungan bukaan bawah dalam mereduksi debit banjir dan untuk menganalisa hubungan antara debit banjir (Q max), diameter lubang (d) dan waktu pengaliran (t) dalam mereduksi banjir. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sungai, Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin. Simulasi model fisik dilakukan pada 36 simulasi pengaliran. dibagi dalam 2 simulasi pengaliran, yang pertama tanpa bendungan bukaan bawah, yang kedua dengan bendungan bukaan bawah. Hasil penelitian menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai debit banjir maksimum berbanding lurus dengan diameter lubang bendungan retensi, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengeluaran debit banjir maksimum untuk kembali ke pengaliran debit normal berbanding terbalik dengan diameter lubang bendungan retensi. Pemasangan bendungan retensi dapat mereduksi banjir, yang mana semakin kecil diameter lubang, reduksi banjir semakin besar. Hal ini terlihat pada pemasangan bendung retensi dengan diameter 4.50 cm dapat mereduksi banjir mencapai 50 %, diameter 5.50 cm dapat mereduksi banjir sebesar 30 % - 35 % dan pemasangan bendungan retensi dengan diameter lubang 6.50 cm dapat mereduksi debit banjir sebesar 25% - 30%.

    Kata kunci : Reduksi Banjir, Debit banjir (Q max), diameter lubang (d), waktu pengaliran (t)

    ABSTRACT Flooding problems occur due to the interaction of natural events and human intervention in the drainage area of the river and the problems arise because of lack of awareness of the people who live along the river where they often use the river as a trash can. This study aims to assess the effectiveness of the dam openings under the influence in reducing flood discharge and to analyze the relationship between flood discharge (Q max), the hole diameter (d) and the drainage time (t) in reducing flooding. This is an experimental study conducted in River Engineering Laboratory, Center for Research Activities (PKP) Hasanuddin University. Physical model simulations performed on 36 simulated drainage. divided into two drainage simulation, the first with no openings below the dam, the dam openings were both down. The results showed that the time required to reach the maximum flood discharge is directly proportional to the diameter of the hole dam retention, whereas the time required for the maximum flood discharge expenses to return to normal drainage of discharge is inversely proportional to the diameter of the hole retention dam. Installation can reduce flood retention dam, which is the smaller diameter of the hole, the greater the reduction of flooding. This can be seen in the installation of retention weir 4:50 cm in diameter can reduce the flooding reaches 50%, 5:50 cm diameter could reduce flooding by 30% - 35% with a retention dam and mounting hole diameter 6:50 cm flood discharge can be reduced by 25% - 30%.

    Keywords : Reduction of Flood, flood discharge (Q max), the hole diameter (d), the drainage time (t)

  • PENDAHULUAN

    Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia dilanda berbagai bencana alam

    akibat perubahan cuaca/iklim global, yang ditandai seringnya banjir, kekeringan,

    tanah longsor serta kebakaran hutan dan lahan. Salah satu fenomena alam yang

    menimbulkan kerugian besar adalah bencana banjir. Fenomena banjir tidak dapat

    terlepas dari siklus hidrologi yang terjadi di dunia. Perjalanan air di bumi terjadi

    dalam suatu wadah yang disebut daerah aliran sungai (DAS).

    Di dalam sistem DAS, fenomena banjir merupakan dampak negatif yang

    terjadi di bagian hilir DAS akibat buruknya pengelolaan di daerah hulu. Dalam suatu

    DAS, terdapat hubungan sebab akibat antara bagian hulu dan hilir DAS. Pengelolaan

    yang dilakukan di hulu akan memberikan dampak pada wilayah hilir. DAS sendiri

    dapat dianggap sebagai suatu prosesor, dengan input berupa air hujan serta output

    berupa hasil air (debit air limpasan) di wilayah hilir. Agar keluaran yang dihasilkan

    baik, maka di dalam DAS perlu dilakukan upaya pengelolaan.

    Montarcih, (2010) mengatakan bahwa dalam suatu DAS terdapat satu sifat

    khas yang menunjukkan sifat tanggapan DAS terhadap masukan hujan. Tanggapan

    ini diandaikan untuk masukan hujan dengan besaran dan penyebaran tertentu.

    Tanggapan demikian dalam konsep model hidrograf dikenal sebagai hidrograf

    satuan.

    Suyono, (2008) mengatakan mengatakan defenisi sungai adalah sebagian

    besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang

    lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat,

    akhirnya melimpah ke danau atau laut. Linsley, (1989) suatu alur yang panjang

    diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur

    sungai.

    Sungai atau saluran terbuka menurut Triatmodjo, (1996) adalah saluran

    dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada saluran terbuka, misalnya sungai

    (saluran alam), variabel aliran sangat tidak teratur terhadap ruang dan waktu.

    Salah satu cara untuk pengendalian debit banjir dengan membangun suatu

    Bendungan. Sugianto, (2002) bendungan digunakan untuk menampung dan

  • mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air

    sungai disebelah hilir bendungan..

    Bedungan retensi berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai

    sehingga puncak banjir dapat dikurangi dan untuk menggantikan peran lahan resapan

    yang dijadikan lahan tertutup, perumahan dan perkantoran. Pada umumnya,

    bendungan biasanya menggunakan spillway untuk mengalirkan kelebihan debit air di

    bendungan, pada penelitian ini bendungan menggunakan bukaan bawah / dasar untuk

    menahan kelebihan air dan mengalirkannya secara terkontrol yang keluar dari lubang

    konduit pada periode dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan

    banjir.

    Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya Darsono, (2008) penelitian

    ini mengkaji tentang efisiensi pendistribusian banjir dengan menyusun konsep

    Flood Distribution Management di DAS perkotaan (Urban Rivers) sehingga dapat

    dijadikan acuan dalam memecahkan permasalahan sungai perkotaan. Daerah Aliran

    Sungai Ciliwung dijadikan lokasi uji coba atau studi kasus penyusunan konsep

    Flood Distribution Management. Software yang di gunakan sebagai alat bantu

    didalam penelitian ini adalah HECHMS dan HECRAS, yang merupakan publik

    software. HECHMS adalah model hidrologi, sedang HECRAS adalah model

    hidrolika satu dimensi. Hasil penelitian menunjukan pengendalian banjir terpadu

    adalah konsep yang paling cocok untuk pengendalian banjir sungai perkotaan seperti

    Ciliwung. Cara pengendalian banjir non-fisik sangat diperlukan untuk mengatasi

    banjir sungai perkotaan dan keseimbangan hulu-hilir, dimana sistem distribusi banjir

    (Flood Distribution) merupakan bagiannya.

    Anwar, (2009) mengkaji penentuan koefisien aliran permukaan

    menggunakan tabel, dalam penentuan debit banjir terkadang menimbulkan keraguan,

    karena belum tentu cocok diterapkan pada setiap daerah aliran sungai (DAS).

    Kondisi ini menuntut usaha pengembangan model pendugaan debit banjir yang dapat

    memenuhi kondisi fisik DAS. Apalagi jika dikaitkan dengan usaha pengendalian

    banjir pada DAS tersebut. Oleh karena itu, perlu diteliti penentuan karakteristik fisik

    DAS yang berpengaruh terhadap koefisien aliran permukaan, menyusun bentuk

    hubungan karakteristik bentuk hubungan karakteristik fisik DAS dan koefisien aliran

  • permukaan. Penelitian ini menemukan karakteristik fisik DAS Bango (anak Sungai

    Brantas) yang berpengaruh terhadap koefisien aliran permukaan adalah rasio

    percabangan sungai, kemiringan rerata DAS, kerapatan drainase, indeks Gravelius,

    panjang sungai utama, dan faktor penggunaan lahan. Peramalan banjir rencana dan

    alokasi luas jenis penggunaan lahan setiap sub DAS pada DAS Bango yang

    didasarkan pada karakteristik fisik DAS memberikan pengaruh nyata terhadap

    keseimbangan tata air pada DAS Bango, yang ditunjukkan dengan penurunan debit

    banjir hasil optimasi terhadap debit banjir rencana kondisi existing sehingga dapat

    digunakan sebagai landasan pengendalian banjir.

    Zulkarnain, (2011) mengevaluasi kondisi umum masalah banjir di kota

    Tebing Tinggi akibat seringnya air meluap di Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

    Oleh karena itu dibuat salah satu solusi penanggulangan masalah banjir dengan

    mengevaluasi tinggi tanggul Sungai Padang Tebing Tinggi. Diharapkan dengan

    perencanaan tinggi tanggul yang sesuai dengan debit banjir maksimum Sungai

    Padang maka banjir yang selalu terjadi di kota Tebing Tinggi dapat diminimalisasi

    secara perlahan. Di dalam studi kasus tentang permasalahan banjir Sungai Padang

    Kota Tebing Tinggi ini diawali dengan pengumpulan data primer dan sekunder yang

    berkenaan dengan lokasi serta inventarisasi data curah hujan dan data kondisi

    eksisting sungai. Selanjutnya dilakukan analisa frekuensi curah hujan dan dilakukan

    perhitungan debit banjir rencana dengan metode Mean Annual Flood, Melchior dan

    Haspers. Dari hasil analisa debit banjir rancangan, untuk merencanakan tanggul

    banjir digunakan debit banjir kala ulang 25 tahun dengan metode Mean Annual

    Flood diperoleh Q25= 335,792 m3/detik, sedangkan kombinasi metode Melchior-

    Log Pearson III Q25= 450,197 m3/detik dan kombinasi metode Melchior-Haspers

    Q25= 519,971 m3/detik, kombinasi metode Haspers-Log Pearson III Q25= 1.280,405

    m3/detik dan kombinasi Haspers-Haspers Q25= 1.478,847 m3/detik. Hasil

    perhitungan dengan menggunakan standard step method menunjukkan bahwa terjadi

    penambahan elevasi muka air banjir yang sudah tidak mampu lagi untuk ditampung

    oleh Sungai Padang.

  • Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh efektivitas bendungan

    bukaan bawah dalam mereduksi debit banjir dan menganalisa hubungan antara debit

    banjir, diameter lubang dan waktu pengaliran dalam mereduksi banjir.

    BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Sungai, Pusat Kegiatan

    Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, dengan waktu penelitian mulai 1 Juni

    sampai 23 Juni 2012. Rancangan model penelitian bisa dilihat pada Gambar 1.

    Triatmodjo, (2003) model fisik digunakan apabila fenomena fisik dapat

    direproduksi dengan kesamaan yang cukup dengan memperkecil dimensi bangunan

    yang sesungguhnya.

    Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium.

    Rancangan model observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition), dimana

    kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti, dengan demikian penelitian

    eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi

    terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol, dengan tujuan untuk menyelidiki ada

    tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut

    dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok

    eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.

    Metode Pengumpulan Data

    Penelitian ini dilaksanakan dengan 36 kali simulasi/pengaliran, yaitu 9

    simulasi tanpa pemasangan bendungan retensi untuk 3 variasi debit banjir. Variasi

    debit banjir yang diberikan adalah Q1 = 5.612,50 cm3/det, Q2 = 8.385,75 cm3/det

    dan Q3 = 12210 cm3/det.

    Sedangkan simulasi dengan pemasangan bendungan retensi dilakukan

    sebanyak 27 simulasi dengan 3 variasi debit banjir, 3 variasi waktu 5 menit, 10 menit

    15 menit dan 3 variasi diameter lubang. Variasi diameter lubang yang digunakan

    adalah D1 = 4,5 cm, D2 = 5,5 Cm dan D3 = 6,5 Cm.

    Pengukuran dilakukan terhadap kecepatan dan ketinggian aliran pada setiap

    simulasi pengaliran yang dilakukan. Untuk simulasi dengan pemasangan bendungan

  • retensi dilakukan pengukuran kecepatan dan ketinggian aliran di hulu dan dihilir

    bendungan dengan tujuan memprediksi besarnya debit yang dapat direduksi oleh

    bendungan bukaan bawah yang dipasang.

    HASIL

    Penelusuran banjir tanpa bendungan bukaan bawah hasil simulasinya

    sebagai berikut simulasi dengan pengaliran debit banjir Q1 = 5.617 cm3/det pada

    saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak sebesar 6200 cm3/det

    dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 240 detik, dan untuk kembali

    ke debit normal diperlukan waktu selama 1080 detik. Simulasi dengan pengaliran

    debit banjir Q2 = 8.583 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya

    debit puncak sebesar 8000 cm3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak

    selama 360 detik, dan untuk kembali ke debit normal diperlukan waktu selama 1200

    Detik. Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q3 = 12.210 cm3/det pada saluran

    penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak sebesar 9800 cm3/det dengan

    waktu untuk sampai pada debit puncak selama 360 detik, dan untuk kembali ke debit

    normal diperlukan waktu selama 1320 detik.

    Penelusuran banjir dengan pemasangan bendungan bukaan bawah diameter

    4,50 cm hasil simulasinya sebagai berikut, simulasi dengan pengaliran debit banjir

    Q1 = 5.617 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 3870 cm3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 750

    detik, dan untuk kembali ke debit normal diperlukan waktu sebesar 3000 detik.

    Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q2 = 8.583 cm3/det pada saluran penelitian

    mengakibatkan terjadinya debit puncak sebesar 4258 cm3/det dengan waktu untuk

    sampai pada debit puncak selama 720 detik, dan untuk kembali ke debit normal

    diperlukan waktu sebesar 3120 detik. Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q3 =

    12.210 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 4647 m3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 690

    detik, dan untuk kembali ke debit normal diperlukan waktu sebesar 3360 detik.

    Penelusuran Banjir dengan pemasangan bendungan bukaan bawah diameter

    5,50 cm hasil simulasinya sebagai berikut simulasi dengan pengaliran debit banjir Q1

  • = 5.617 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 3900 cm3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 720

    detik, dan untuk kembali kedebit normal diperlukan waktu sebesar 3120 detik.

    Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q2 = 8.583 cm3/det pada saluran penelitian

    mengakibatkan terjadinya debit puncak sebesar 5500 cm3/det dengan waktu untuk

    sampai pada debit puncak selama 700 detik, dan untuk kembali kedebit normal

    diperlukan waktu sebesar 1680 detik. Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q3 =

    12.210 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 6900 m3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 680

    detik, dan untuk kembali kedebit normal diperlukan waktu sebesar 2040 detik.

    Penelusuran Banjir dengan pemasangan bendungan bukaan bawah diameter

    6,50 cm hasil simulasinya sebagai berikut, simulasi dengan pengaliran debit banjir

    Q1 = 5.617 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 5000 cm3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 600

    detik, dan untuk kembali ke debit normal diperlukan waktu sebesar 1200 detik.

    Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q2 = 8.583 cm3/det pada saluran penelitian

    mengakibatkan terjadinya debit puncak sebesar 6600 cm3/det dengan waktu untuk

    sampai pada debit puncak selama 580 detik, dan untuk kembali kedebit normal

    diperlukan waktu sebesar 1320 detik. Simulasi dengan pengaliran debit banjir Q3 =

    12.210 cm3/det pada saluran penelitian mengakibatkan terjadinya debit puncak

    sebesar 7400 cm3/det dengan waktu untuk sampai pada debit puncak selama 550

    detik, dan untuk kembali ke debit normal diperlukan waktu sebesar 1440 detik.

    hasilnya dapat dilihat sebagaimana yang terangkum pada Tabel 1 (lampiran).

    PEMBAHASAN

    Hubungan antara diameter lubang dengan debit banjir maksimum yang

    terjadi dibagian hilir dari bendungan bukaan bawah dapat dinyatakan bahwa semakin

    besar diameter lubang bendungan bukaan bawah, debit banjir maksimum yang

    terjadi di bagian hilir dari bendungan bukaan semakin besar, atau dapat dinyatakan

    bahwa semakin kecil tampungan dari bendungan, hal ini terjadi untuk ketiga kondisi

    variasi debit banjir rencana yang diberikan.

  • Hubungan antara diameter lubang dengan waktu yang dibutuhkan untuk

    mencapai debit maksimum dapat dinyatakan bahwa semakin besar diameter lubang

    bendungan retensi maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai debit puncak

    semakin lama, hal ini terjadi untuk ketiga kondisi variasi debit banjir rencana yang

    diberikan.

    Hubungan antara diameter lubang dengan waktu yang dibutuhkan untuk dari

    kondisi debit maksimum ke kondisi pengaliran debit normal, dapat dinyatakan

    bahwa semakin besar diameter lubang bendungan retensi maka waktu yang

    dibutuhkan untuk kembali ke pengaliran debit normal semakin cepat, hal ini terjadi

    untuk ketiga kondisi variasi debit banjir rencana yang diberikan.

    Hubungan antara diameter lubang dengan reduksi banjir yang oleh

    bendungan bukaan bawah dinyatakan bahwa semakin besar lubang bendungan

    bukaan bawah persentase reduksi banjir semakin kecil, dimana bendungan bukaan

    bawah dengan diameter 4,50 cm reduksi banjir mencapai 50%, untuk bendungan

    bukaan bawah dengan diameter 5,50 cm reduksi banjir berkisar antara 30% - 35%,

    dan untuk bendungan bukaan bawah dengan diameter 6,50 cm reduksi banjir berkisar

    antara 25% - 30%.

    Bilangan tak berdimensi digunakan untuk menyatakan hubungan antar

    parameter serta dipakai untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian. Untuk

    menentukan bilangan tak berdimensi tersebut dapat dilakukan dengan analisis

    dimensi. Beberapa cara/metode yang umum digunakan untuk analisis dimensi yaitu

    Metode Basic Echelon, Metode Buckingham, Metode Rayleight, Metode Stepwise

    dan Metode Langhaar (Yuwono, 1996). Untuk penelitian ini digunakan metode

    Langhaar karena variabel yang berpengaruh relatif sedikit serta metode ini tersusun

    sistemik.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemasangan bendungan retensi dapat

    mereduksi banjir, yang mana semakin kecil diameter lubang, reduksi banjir semakin

    besar dan semakin besar diameter lubang bendungan retensi maka waktu yang

    dibutuhkan untuk kembali ke pengaliran debit normal semakin cepat, hal ini terjadi

  • untuk ketiga kondisi variasi debit banjir rencana yang diberikan. Berdasarkan

    penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan kemiringan dasar saluran di

    hulu bendungan retensi perlu divariasikan mengingat waktu untuk mencapai debit

    puncak juga dipengaruhi oleh kemiringan dasar saluran, namun dalam penelitian ini

    digunakan kemiringan dasar saluran yang sama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar (2008), Model Koefisien Aliran Permukaan Menggunakan Pendekatan Karakteristik Fisik DAS pada DAS Bango, Universitas Brawijaya, Malang

    Darsono (2008). Konsep Flood Distribution Management. Universitas Diponegoro, Semarang

    Linsley (1989). Hidrologi Untuk Insinyur. Penerbit Erlangga, Jakarta Montarcih (2010). Hidrologi Praktis. Lubuk Agung, Bandung Sugianto (2002). Banjir & Beberapa Metode Pengendaliannya. Pustaka Pelajar,

    Yogyakarta Suyono (2008). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Pradnya Paramita, Jakarta Triatmodjo (1996). Hidrolika 1. Beta Offset, Yogyakarta Triatmodjo (2003). Hidrolika 2. Beta Offset, Yogyakarta Yuwono (1996), Perencanaan Model Hidraulik, Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta. Zulkarnain. (2011). Evaluasi Pengendalian Banjir Sungai Padang. Universitas

    Sumatera Utara, Medan

  • LAMPIRAN

    Tabel 1. Hasil penelitian di Laboratorium

    Sumber : Hasil olah data penelitian, Tahun 2013

    cm3/det (cm) (cm3/det) (det) (det) (%)

    Tanpa Dam 6156.15

    4.5 3076.15 600 1800 50.03

    5.5 3944.40 780 960 35.93

    6.5 4160.00 840 780 32.43

    Tanpa Dam 7967.40

    4.5 3729.60 540 2130 53.19

    5.5 5470.50 690 1260 31.34

    6.5 6562.50 720 870 17.63

    Tanpa Dam 9835.35

    4.5 4593.60 480 2160 53.30

    5.5 6890.40 540 1800 29.94

    6.5 7392.00 600 1140 24.84

    Q1 = 5617.50

    Q2 = 8583.75

    Q3 = 12210,00

    Debit Banjir Masukan (Qn)

    Diameter Lubang Bendung Retensi

    (d)

    Debit Banjir Maksimum Yang

    Terjadi (Qmax)

    Waktu pengaliran sampai Debit Banjir

    Maksimum (tmax)

    Waktu yang dibutuhkan dari debit banjir

    maksimum ke debit

    Reduksi Banjir

  • 19.70

    4.00

    A

    A'

    - 0.10

    - 0.30

    - 0.10

    0.50

    1.75

    3.00

    0.43 0.00

    10.00

    B

    B'

    POTONGAN A-A'

    0.431.76

    0.50

    0.430.90

    POTONGAN B-B'

    0.431.76

    0.50

    0.430.90

    h1 h20.20 0.20

    Gambar 1. Rancangan model penelitian