eksotropia

9
EKSOTROPIA Strabismus Divergens Non paralitik Akomodatif ( Eksotropi Konkomitan Akomodatif), dimana ditemukan posisi bola mata berdeviasi kearah temporal. Sering juga didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar. Dapat dimulai dengan : 1. Kelebihan divergensi 2. Kelemahan konvergensi. Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopia hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan konvergensi dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk penglihatan jauhnya normal. Namun, pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan yang biasanya merupakan kelainan primer mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat. I. DEFINISI Eksotropia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.Ekstropia lebih jarang dijumpai

Upload: rosi-oktarina

Post on 21-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSOTROPIA

EKSOTROPIA

Strabismus Divergens Non paralitik Akomodatif ( Eksotropi Konkomitan

Akomodatif), dimana ditemukan posisi bola mata berdeviasi kearah temporal. Sering juga

didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya

tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi

keluar.

Dapat dimulai dengan :

1. Kelebihan divergensi

2. Kelemahan konvergensi.

Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopia

hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan

konvergensi dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk

penglihatan jauhnya normal. Namun, pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia

pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan yang biasanya merupakan

kelainan primer mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan

kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh

maupun dekat.

I. DEFINISI

Eksotropia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang dimana salah satu sumbu

penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada

bidang horizontal ke arah lateral.Ekstropia lebih jarang dijumpai dibandingkan esotropia,

terutama pada masa bayi dan anak. Insidensnya meningkat secara bertahap seiring dengan

usia. Tidak jarang bahwa suatu tendensi strabismus divergen berawal dari suatu eksoforia

yang berkembang menjadi eksotropia intermiten dan akhirnya menjadi eksotropia yang

menetap apabila tidak dilakukan terapi. Kasus- kasus lain berawal sebagai eksotropia

intermiten atau konstan dan tetap stasioner. Seperti halnya esotropia, pada beberapa kasus

mungkin terdapat unsur herediter. Eksoforia dan eksotropia (yang dianggap sebagai sebuah

entitas deviasi divergen) sering diwariskan sebagai ciri autosomal dominan; salah satu atau

kedua orangtua dari seorang anak eksotropia mungkin memperlihatkan eksotropia atau

eksoforia derajat tinggi.

Page 2: EKSOTROPIA

Bentuk-bentuk eksotropia:

1. Eksotropia konkomitan yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah

pandangan.

2. Eksotropia nonkomitan yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah

pandangan yang berbeda-beda.

Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan eksotropia adalah hanya yang nonkomitan.

II. ETIOLOGI

Penyebab eksotropia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominan

2) Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensorimotor

3) Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon

III. KLASIFIKASI

1. Eksotropia Intermiten

2. Eksotropia Konstan

1. Eksotropia Intermiten

Eksotropia intermiten merupakan penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari

anamnesis sering diketahui bahwa kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda

khas adalah penutupan satu mata dalam cahaya terang. Eksotropia manifes pertama –tama

terlihat pada fiksasi jauh. Pasien biasanya melakukan fusi pada penglihatan dekat, mengatasi

eksoforia bersudut besar atau kecil.

Pemeriksaan ekstropia intermiten

Observasi : ekstropia tidak menetap, sering kembali normal

Visus : normal

Deviasi : divergen

Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik

Motility : tidak terdapat tahanan

Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah

Akomodasi : miopia

Fiksasi : nistagmus

Binokular : abnormal

Supresi : diplopia

Page 3: EKSOTROPIA

Refraksi dengan siklopegik: normal

Terapi

a. Terapi Medis

Terapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.

Apabila rasio AC / A tinggi, pemakaian lensa minum dapat menunda tindakan bedah untuk

sementara waktu. Kadang – kadang latihan konvergensi atau antisupresi dapat memberi

keuntungan sementara.

b. Terapi Bedah

Sebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila kontrol

terhadap fusi nya memburuk. Tindakan bedah dapat juga menghilangkan diplopia atau gejala

astenopia lainnya.

Pilihan prosedur tergantung pada pengukuran deviasi. Dianjurkan resesi otot rektus

lateralis bilateral bila deviasi lebih besar pada penglihatan jauh. Apabila deviasi lebih besar

pada penglihatan dekat, sebaiknya dilakukan reseksi otot rektus medialis dan resesi rektus

lateralis ipsilateral. Mungkin diperlukan tindakan bedah pada satu atau bahkan dua otot

horizontal lainnya untuk deviasi yang sangat besar ( > 50 PD )

Eksotropia Konstan

Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini

dapat dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten

berkembang menjadi eksotropia konstan. Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi.

Lamanya penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan

deviasi semakin besar. Aduksi mungkin terbatas, dan mungkin juga dijumpai hipertropia

Pemeriksaan eksotropia konstan

Observasi : ekstropia menetap

Visus : ambliopia

Deviasi : divergen

Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik

Motility : terdapat tahanan

Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah

Akomodasi : miopia

Page 4: EKSOTROPIA

Fiksasi : nistagmus

Binokular : abnormal

Supresi : diplopia

Refraksi dengan siklopegik: diplopia

Terapi

Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti yang

dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa dapat

menyebabkan diplopia. Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini, terutama

bila mereka telah diberitahu mengenai kemungkinan ini sebelumnya.

Apabila salah satu mata mengalami penurunan penglihatan, prognosis untuk

mempertahankan posisi yang stabil kurang baik, dengan kemungkinan yang besar akan

kambuhnya eksotropia setelah pembedahan.

Pengobatan :

1. koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.

2. hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat.

3. meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).

4. memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.

Pengobatan dengan koreksi refraksi pada eksotropia merupakan hal yang penting dan

harus dilakukan dengan hati-hati. Bila pasien eksotropia dengan hipermetropia maka harus

diberi kacamata dengan ukuran yang kurang dari seharusnya unutk merangsang akomodasi

dan konvergensi.

Bila pasien menderita miopia maka harus diberi kacamata yang lebih besar ukurannya

dari seharusnya untuk merangsangakomodasi konvergensi. Namun pada dasarnya pengobatan

ialah operasi. Harus dipertimbangkan sebelumnya hal-hal sebagai berikut:

1. Besarnya sudut deviasi

2. Perbandingan pengukuran deviasi untuk jauh dan dekat.

Operasi pada eksotropia tergantung pada jenis eksotropianya, biasanya dilakukan

resesi otot rektus lateral dan reseksi otot rektus medial mata yang sama pada yang berdeviasi.

Page 5: EKSOTROPIA

BAB III

KESIMPULAN

Eksotropia merupakan jenis strabismus divergen. Eksotropia intermiten merupakan

penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari anamnesis sering diketahui bahwa

kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda khas adalah penutupan satu mata

dalam cahaya terang. Eksotropia manifes pertama – tama terlihat pada fiksasi jauh. Pasien

biasanya melakukan fusi pada penglihatan dekat, mengatasi eksoforia bersudut besar atau

kecil. Terapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.

Sebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila kontrol

terhadap fusinya memburuk.

Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini

dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten berkembang

menjadi eksotropia intermiten. Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi. Lamanya

penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada satu mata. Ambliopia jarang terjadi bila

tidak ada anisometropia dan sering terlihat perpindahan spontan mata yang melakukan

fiksasi. Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti yang

dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa dapat

menyebabkan diplopia.

Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini, terutama bila mereka telah

dijelaskan mengenai kemungkinan ini sebelumnya. Apabila salah satu mata mengalami

penurunan penglihatan, prognosis untuk mempertahankan posisi yang stabil kurang baik,

dengan kemungkinan yang besar akan kambuhnya eksotropia setelah pembedahan

Page 6: EKSOTROPIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Constance, West, Abury. 2000. Oftamologi Umum: Strabismus, Edisi 14. Jakarta: Widya

Medika

2. Ilyas S, Rahayu S. 2012. Ilmu Penyakit Mata: Otot penggerak mata, Edisi 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

3. Gergard L, Doris R. 2006. Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas: Ocular motility and

strabismus, 2nd edition. New York: Thieme.

4. Olver J, Cassidy L. 2005. Ophtamology At A Glance: Strabismus, 1st edition. USA:

Blackwell Science

5. Eva, Paul Riordan, John P. Witcher. 2010. Vaughan dan Asbury : Oftalmologi Umum,

Edisi 17. Jakarta : EGC