eksotropia
TRANSCRIPT
EKSOTROPIA
Strabismus Divergens Non paralitik Akomodatif ( Eksotropi Konkomitan
Akomodatif), dimana ditemukan posisi bola mata berdeviasi kearah temporal. Sering juga
didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya
tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi
keluar.
Dapat dimulai dengan :
1. Kelebihan divergensi
2. Kelemahan konvergensi.
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopia
hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan
konvergensi dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk
penglihatan jauhnya normal. Namun, pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia
pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan yang biasanya merupakan
kelainan primer mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan
kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh
maupun dekat.
I. DEFINISI
Eksotropia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang dimana salah satu sumbu
penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada
bidang horizontal ke arah lateral.Ekstropia lebih jarang dijumpai dibandingkan esotropia,
terutama pada masa bayi dan anak. Insidensnya meningkat secara bertahap seiring dengan
usia. Tidak jarang bahwa suatu tendensi strabismus divergen berawal dari suatu eksoforia
yang berkembang menjadi eksotropia intermiten dan akhirnya menjadi eksotropia yang
menetap apabila tidak dilakukan terapi. Kasus- kasus lain berawal sebagai eksotropia
intermiten atau konstan dan tetap stasioner. Seperti halnya esotropia, pada beberapa kasus
mungkin terdapat unsur herediter. Eksoforia dan eksotropia (yang dianggap sebagai sebuah
entitas deviasi divergen) sering diwariskan sebagai ciri autosomal dominan; salah satu atau
kedua orangtua dari seorang anak eksotropia mungkin memperlihatkan eksotropia atau
eksoforia derajat tinggi.
Bentuk-bentuk eksotropia:
1. Eksotropia konkomitan yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada semua arah
pandangan.
2. Eksotropia nonkomitan yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-beda pada arah
pandangan yang berbeda-beda.
Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan eksotropia adalah hanya yang nonkomitan.
II. ETIOLOGI
Penyebab eksotropia dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominan
2) Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang sensorimotor
3) Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon
III. KLASIFIKASI
1. Eksotropia Intermiten
2. Eksotropia Konstan
1. Eksotropia Intermiten
Eksotropia intermiten merupakan penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari
anamnesis sering diketahui bahwa kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda
khas adalah penutupan satu mata dalam cahaya terang. Eksotropia manifes pertama –tama
terlihat pada fiksasi jauh. Pasien biasanya melakukan fusi pada penglihatan dekat, mengatasi
eksoforia bersudut besar atau kecil.
Pemeriksaan ekstropia intermiten
Observasi : ekstropia tidak menetap, sering kembali normal
Visus : normal
Deviasi : divergen
Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik
Motility : tidak terdapat tahanan
Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah
Akomodasi : miopia
Fiksasi : nistagmus
Binokular : abnormal
Supresi : diplopia
Refraksi dengan siklopegik: normal
Terapi
a. Terapi Medis
Terapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.
Apabila rasio AC / A tinggi, pemakaian lensa minum dapat menunda tindakan bedah untuk
sementara waktu. Kadang – kadang latihan konvergensi atau antisupresi dapat memberi
keuntungan sementara.
b. Terapi Bedah
Sebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila kontrol
terhadap fusi nya memburuk. Tindakan bedah dapat juga menghilangkan diplopia atau gejala
astenopia lainnya.
Pilihan prosedur tergantung pada pengukuran deviasi. Dianjurkan resesi otot rektus
lateralis bilateral bila deviasi lebih besar pada penglihatan jauh. Apabila deviasi lebih besar
pada penglihatan dekat, sebaiknya dilakukan reseksi otot rektus medialis dan resesi rektus
lateralis ipsilateral. Mungkin diperlukan tindakan bedah pada satu atau bahkan dua otot
horizontal lainnya untuk deviasi yang sangat besar ( > 50 PD )
Eksotropia Konstan
Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini
dapat dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten
berkembang menjadi eksotropia konstan. Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi.
Lamanya penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan
deviasi semakin besar. Aduksi mungkin terbatas, dan mungkin juga dijumpai hipertropia
Pemeriksaan eksotropia konstan
Observasi : ekstropia menetap
Visus : ambliopia
Deviasi : divergen
Fusion : melihat 2 objek pada 1 titik
Motility : terdapat tahanan
Duksi dan versi : tidak dapat ke segala arah
Akomodasi : miopia
Fiksasi : nistagmus
Binokular : abnormal
Supresi : diplopia
Refraksi dengan siklopegik: diplopia
Terapi
Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti yang
dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa dapat
menyebabkan diplopia. Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini, terutama
bila mereka telah diberitahu mengenai kemungkinan ini sebelumnya.
Apabila salah satu mata mengalami penurunan penglihatan, prognosis untuk
mempertahankan posisi yang stabil kurang baik, dengan kemungkinan yang besar akan
kambuhnya eksotropia setelah pembedahan.
Pengobatan :
1. koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
2. hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat.
3. meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).
4. memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
Pengobatan dengan koreksi refraksi pada eksotropia merupakan hal yang penting dan
harus dilakukan dengan hati-hati. Bila pasien eksotropia dengan hipermetropia maka harus
diberi kacamata dengan ukuran yang kurang dari seharusnya unutk merangsang akomodasi
dan konvergensi.
Bila pasien menderita miopia maka harus diberi kacamata yang lebih besar ukurannya
dari seharusnya untuk merangsangakomodasi konvergensi. Namun pada dasarnya pengobatan
ialah operasi. Harus dipertimbangkan sebelumnya hal-hal sebagai berikut:
1. Besarnya sudut deviasi
2. Perbandingan pengukuran deviasi untuk jauh dan dekat.
Operasi pada eksotropia tergantung pada jenis eksotropianya, biasanya dilakukan
resesi otot rektus lateral dan reseksi otot rektus medial mata yang sama pada yang berdeviasi.
BAB III
KESIMPULAN
Eksotropia merupakan jenis strabismus divergen. Eksotropia intermiten merupakan
penyebab lebih dari separuh kasus eksotropia. Dari anamnesis sering diketahui bahwa
kelainan tersebut memburuk secara progresif. Suatu tanda khas adalah penutupan satu mata
dalam cahaya terang. Eksotropia manifes pertama – tama terlihat pada fiksasi jauh. Pasien
biasanya melakukan fusi pada penglihatan dekat, mengatasi eksoforia bersudut besar atau
kecil. Terapi non bedah sebagian besar terbatas pada koreksi refraksi dan terapi ambliopia.
Sebagian besar pasien eksotropia intermiten memerlukan tindakan bedah bila kontrol
terhadap fusinya memburuk.
Eksotropia konstan lebih jarang dibandingkan eksotropia intermiten. Kelainan ini
dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu eksotropia intermiten berkembang
menjadi eksotropia intermiten. Derajat eksotropia konstan dapat bervariasi. Lamanya
penyakit atau adanya penurunan penglihatan pada satu mata. Ambliopia jarang terjadi bila
tidak ada anisometropia dan sering terlihat perpindahan spontan mata yang melakukan
fiksasi. Hampir selalu diindikasikan tindakan bedah. Pilihan dan jumlah tindakan seperti yang
dijelaskan untuk eksotropia intermiten. Overcorrection ringan pada orang dewasa dapat
menyebabkan diplopia.
Sebagian pasien dapat menyesuaikan diri dengan hal ini, terutama bila mereka telah
dijelaskan mengenai kemungkinan ini sebelumnya. Apabila salah satu mata mengalami
penurunan penglihatan, prognosis untuk mempertahankan posisi yang stabil kurang baik,
dengan kemungkinan yang besar akan kambuhnya eksotropia setelah pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
1. Constance, West, Abury. 2000. Oftamologi Umum: Strabismus, Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika
2. Ilyas S, Rahayu S. 2012. Ilmu Penyakit Mata: Otot penggerak mata, Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3. Gergard L, Doris R. 2006. Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas: Ocular motility and
strabismus, 2nd edition. New York: Thieme.
4. Olver J, Cassidy L. 2005. Ophtamology At A Glance: Strabismus, 1st edition. USA:
Blackwell Science
5. Eva, Paul Riordan, John P. Witcher. 2010. Vaughan dan Asbury : Oftalmologi Umum,
Edisi 17. Jakarta : EGC