eksistensi kaum lesbi di kota bandung dalam sosial media facebook
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
EKSISTENSI KAUM LESBI DI KOTA BANDUNG DALAM SOSIAL MEDIA
( Dramaturgi, Panggung Belakang ( Back Stage ) dan Panggung Depan ( Front Stage)
Komunitas Family Belokers Bandung di Group Facebook)
Latar Belakang masalah
Pada dasarnya manusia diciptakan secara berpasangan, yaitu laki-laki dan
perempuan. Mereka diciptakan untuk salaing melengkapi, termasuk dalam orientasi
seksual dimana secara fitrah akan tertarik terhadap lawan jeninya. Akan tetapi jika kita
melihat pada kenyataan yang ada, tidak semua orang memiliki orientassi seksual pada
lewan jenis yang berbeda, namun ada juga orang yang memiliki orientasi seksual pada
sesama jenis.
Pada kajian kali ini penulis cenderung tertarik dengan kelompok yang kedua
yakni kelompok homoseksual yaitu orang yang memiliki orientasi seksual pada sesama
jenis. Namun berhubung sangat kentalnya nuansa gender dalam kelompok tersebut yang
tentunya akan berimbas pada tujuan penelitian yakni perihal perilaku komunikasi pelaku,
maka yang akan menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah kelompok homoseksual pada
perempuan atau disebut lesbian.
Di Indonesia, tentunya hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di barat
terkait dengan penerimaan kaum lesbian. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih
beranggapan bahwa mencintai sesama jenisnya adalah sesuatu hal yang tabu, aneh dan
menjijikan. Walaupun kecendrungan lesbian itu oleh beberapa orang dokter yang
memakai pengobatan klinis dianggap masih pada tingkatan yang normal, tetapi jika
dipandang dari sudut pandang yang legal dalam beberapa kelompok masyarakat, lesbian
yang tampak jelas itu masih dianggap sebagai perbuatan yang kurang wajar, sehingga
masyarakat menjadi anti-homoseksual. Freud menyebut hal ini sebagai Homofobia
(Kaplan & Sadock, 2010).
Secara umum diperkirakan jumlah kaum lesbian dan gay di dalam masyarakat
adalah 1% hingga 10% dari populasi. Di Indonesia sendiri, data statistik menyatakan
bahwa 8 dari 10 juta populasi pria indonesia pada suatu waktu pernah terlibat
pengalaman homoseksual. Sebagai catatan dari suatu survei dari Yayasan Priangan
beberapa tahun yang lalu menyebutkan bahwa ada 21% pelajar SMP dan 35% SMU
yang pernah terlibat perilaku homoseksual. Data lain juga menyebutkan kaum
homoseksual ditanah air memilki sekitar 221 tempat pertemuan di 53 kota di Indonesia.
Berdasarkan catatan LSM Abiasa dan Komisi penanggulangan AIDS Jawa Barat yang
terlibat pendampingan untuk HIV/AIDS, di kota Bandung saja tidak kurang dari 656
orang tercatat sebagai homoseksual (Saputri, 2011).
Kota Bandung merupakan kota besar di Indonesia yang sebagian besar masyarakat
diluar kota akan datang berkunjung untuk belajar ataupun bekerja. Di kota Bandung ini
tidak hanya dikenal dengan warganya yang ramah, cantik, dan tampan saja, akan tetapi
keberadaaan kaum homoseksual terutama kaum lesbi sudah mulai dikenal oleh
sebagian masyarakat. Namun sejarah praktik homoseksual di Indonesia termasuk di kota
Bandung, serta peningkatan jumlah homoseksual yang ada di masyarakat tidak lantas
menjadikan kaum homoseksual dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat.
Saat ini kaum homoseksual terutama kaum lesbi sudah memperlihatkan
eksistensinya di kota Bandung, hal ini tidak terlepas dari peran kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi terutama internet. Mereka sangat memahami pemanfaatan
kemajuan teknologi tersebut dan mereka memanfaatkan beberapa media sosial untuk
mengangkat citra dan eksistensi mereka agar dapat diterima di masayarakat.
Dan diantara beberapa media sosial yang mereka gunakan, situs jejaring sosial
facebook merupakan media yang menjadi pilihan utama mereka, hal ini dapat terlihat dari
banyaknya akun-akun facebook yang sudah secara terang-terangan dan terbuka bahwa
mereka adalah kaum yang termarjinalkan yang perlu sebuah pengakuan.
Dalam jejaring sosial facebook tersebut, mereka banyak sekali membuat akun-akun
facebook baik secara pribadi maupun kelompok yang tergabung dalam berbagai group.
Bandung Lesbi Mania yang saat ini sudah disukai oleh lebih dari 700 (tujuh ratus) orang,
Barudak Belok Fantastic Bandung (BBF) yang sudah mempunyai anggota 639 (enam ratus
tiga puluh Sembilan) orang, Kumpulan Barudak Belok Garut Bandung (KBBGB) yang
telah mencapai anggotanya sebanyak 784 (tujuh ratus delapan puluh empat) orang,
Familiy Belokers Bandung anggotanya telah mencapai seribu orang lebih komunitas lesbi
di kota Bandung. Adapun rata-rata usia mereka adalah usia remaja dari tingkat SLTP
sampai perguruan tinggi.
Indonesia menjadi salah satu negara yang sebagian warga negaranya adalah pengguna
situs facebook tersebut. Melalui situs jejaring sosial, komunitas homoseksual terutana
kaum lesbi menjadi semakin meluas ke berbagai daerah yang ada di wilayah Jawa Barat.
Mereka membuat akun facebook dengan tampilan mereka sendiri, seolah tidak
ada kata risih lagi atau malu untuk memperlihatkan tentang identitas mereka yang selama
ini disembunyikan. Dan yang sangat menarik perhatian penulis adalah bagaimana mereka
memperlihatkan eksistensi dirinya di depan panggung (front stage) yang mereka lakukan
di facebook dengan perilaku mereka di belakang panggung (back stage) sebagai kaum
yang termarjinalkan.
Bila kita berkaca pada teori Dramaturgi dari Goufman, bahwa kehidupan itu
dibagi kedalam dua wilayah yaitu wilayah depan (front region) dan wilayah belakang
(back region). Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage)
yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung
sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara
bersantai, mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung
depan. Goffman membagai panggung depan menjadi dua bagian: front pribadi
(personal front), dan setting, yakni situasi fisik yang harus ada ketika aktor harus
melakukakn pertunjukan. Tanpa setting, aktor biasanya tidak dapat melakukan
pertunjukan. Begitu juga yang dilakukan para komunitas lesbi Bandung dalam
eksistensinya di masyarakat dengan mempergunakan jejaring sosial yang diuraikan di
atas.
Namun tidak lantas apa yang dilakukan komunitas lesbi Bandung tersebut dalam
melakukan eksistensinya dimasyarakat dapat serta merta diterima, masyarakat kota
Bandung yang masih cukup kuat memegang kendali agamis dan juga adat istiadat
kesundaanya masih tetap menganggap tabu dan aib terhadap komunitas kaum
homoseksual sebab hal itu dianggap keluar dari fitrah sebagai manusia dan diluar
kewajaran.
Apalagi Undang-undang yang berlaku di Indonesia sangat menentang sekali
pernikahan sesama jenis . Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”), perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Pasal 1
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.”
Selain itu, di dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan dikatakan juga bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya. Ini berarti selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita dan
pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing.
Kemudian, dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis secara tegas
dilarang. Hal ini dapat dilihat dalam Surah Al-A’raaf (7): 80-84, yang artinya sebagai
berikut:
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya (yang beriman) kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu."
Gereja Katolik, misalnya, tetap mempertahankan doktrinnya yang menolak
praktik homoseksual. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan keputusan bertajuk “The
Vatican Declaration on Sexual Ethics.” Isinya, antara lain menegaskan: “It (Scripture)
does attest to the fact that homosexual acts are intrinsically disordered and can in no
case be approved of.” Dalam Pidatonya pada malam Tahun Baru 2006, Paus Benediktus
XVI juga menegaskan kembali tentang terkutuknya perilaku homoseksual. Dalam Islam,
soal homoseksual ini sudah jelas hukumnya. Meskipun sudah sejak dulu ada orang-orang
yang orientasi seksualnya homoseks, ajaran Islam tetap tidak berubah, dan tidak
mengikuti hawa nafsu kaum homo atau pendukungnya.
Perumusan Masalah
Berkembangnya komunitas homoseksual terutama kaum lesbi yang ada di kota
Bandung merupakan sesuatu yang menjadi bidang kajian berbagai pihak terutama yang
berkaitan dengan masalah kehidupan sosial masyarakat di kota kembang tersebut. Salah satu
faktor pendukung dari pesatnya perkembangan komunitas lesbi tersebut adalah berkaitan
dengan berkembangnya kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi terutama
jaringan internet.
Jejaring sosial yang begitu marak dalam dunia maya (internet) sudah dapat diakses
oleh berbagai bentuk perangkat media dari mulai PC sampai dengan hand phone, terutama
yang menjadi andalan dari jejaring sosial adalah facebook.
Eksistensi kaum lesbi di kota Bandung dengan memanfaatkan facebook sebagai
media untuk berkomunikasi baik dengn sesama komunitas maupun dengan masyarakat
sudah tidak canggung dan ragu lagi untuk memperlihatkan identitas mereka. Berkaitan
dengan hal tersebut, tulisan ini berupaya untuk mengungkapkan permasalahan pokok yang
muncul diantaranya adalah :
Bagaimana eksistensi komunitas lesbi Family Belokers Bandung di media sosial
facebook pada masyarakat kota Bandung?
Bagaimana peran panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage)
komunitas lesbi Family Belokers Bandung di media sosial facebook pada masyarakat
kota Bandung?
Pembahasan
Lesbian dan Komunitas Family Belokers Bandung
Lesbian adalah seorang perempuan yang memiliki ikatan emosional-erotis dan
seksual terutama dengan perempuan atau yang melihat dirinya terutama sebagai bagian
dari sebuah komunitas yang mengidentifikasikan diri lesbian yang memiliki ikatan
emosional erotis dan seksual dengan perempuan dan yang mengidentifikasikan dirinya
seorang lesbian (Adhiati,2007). Lesbian adalah perempuan-perempuan yang hidup dan
bercinta secara mandiri dari laki-laki (Rueda, dkk, 2007).
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya
kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan
baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Lesbian adalah seorang yang
penuh kasih. Pada saat ini kata lesbian digunakan untuk menunjukkan kaum gay
wanita
Lesbian atau lesbianisme berasal dari kata Lesbos yaitu pulau di tengah Lautan
Egeis yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita. Konon siapa saja yang lahir
di pulau itu nama belakangnya akan di ikuti kata Lesbia, namun tidak semua orang
yang memakai nama tersebut adalah lesbian. Mereka meneruskan kebiasaan tersebut
untuk menghormati leluhur sebelumnya dan agar kebiasaan itu tidak hilang oleh
waktu karena semakin zaman terus berkembang orang-orang pun lebih mengenal istilah
lesbian sebagai lesbian (Kartono, 2009 : 249).
Komunitas Family Belokers Bandung adalah sebuah kelompok sosial dari
beberapa organisme lesbian di kota Bandung yang berbagi lingkungan melalui media
sosial facebook dalam satu group yang umumnya memiliki ketertarikan yang sama.
Dalam komunitas tersebut di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber
daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Dramaturgi Erving Goffman
Manusia mampu menjalankan berbagai peran sesuai dengan situasi dan kondisi
yang berbeda. Menurut George Ritzer, manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas
sosialnya. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah
satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan
karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Dalam
sosiologi terdapat istilah dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self) untuk
menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung
tertentu.
Erving Goffman memperkenalkan teori dramaturgi yang melihat kehidupan sosial
sebagai serangkaian pertunjukan drama yang serupa dengan apa yang ditampilkan diatas
panggung. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia tidaklah stabil,
berubah-ubah tergantung dengan siapa individu berinteraksi. Goffman berasumsi bahwa
ketika individu berinteraksi, mereka ingin menyajikan pemahaman tertentu tentang diri
yang akan diterima oleh orang lain. Setiap individu sebagai aktor berusaha melakukan
peran dalam “pertunjukkan dramanya” sebaik mngkin dengan tujuan orang lain melihat
karakteristik personalnya sesuai dengan apa yang diperankan. Untuk mencapai tujuannya
ini, actor perlu menggunakan teknik “manajemen kesan” atau impression management
agar penonton yakin dengan apa yang diperankan dan tidak mengetahui karakter asli dari
aktor. Dengan impression management, aktor mampu mengendalikan ekspresi muka dan
suara serta skenario yang perankan..
Dalam konsep dramaturgi terdapat dua jenis panggung yaitu, panggung depan
(front stage) dan panggung belakang (back stage). Panggung depan (front stage) adalah
bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front
stage dibagi dua, setting pemandangan fisik yang harus ada jika aktor ingin
memainkannya dan front personal berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa
perasaan dari aktor. Front personal terbagi dua, yaitu penampilan berbagai jenis barang
yang mengenalkan status sosial aktor (appereance), dan gaya mengenalkan peran macam
apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu (manner)atau dalam bahasa lain di front
stage inilah aktor melakukan pencitraan dirinya sebaik mungkin.
Panggung belakang (Back stage) merupakan ruang dimana berjalan skenario
pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing
aktor) atau dalam bahasa lain di back stage inilah karakter aktor yang asli ditunjukan.
Individu bebas berperilaku sesuai dengan karakter asli tanpa harus mengkhawatirkan ada
yang memperhatikannya. Tujuan dari orang melakukan dramaturgi menurut Goffman
adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Ketika aktor berhasil menjalankan
perannya maka penonton akan melihat aktor sesuai dengan apa yang memamg
diperrtunjukkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah membawa penonton
untuk mencapai tujuan dari pertunjukkan yang dilakukan.
Eksistensi Lesbian Familiy Belokers Bandung Pada Media Sosial facebook Baik di
Depan maupun Belakang Panggung
Menjadi seorang lesbian bukanlah hal yang mudah untuk di jalani. Masih
banyak orang beranggapan lesbian merupakan hal yang tidak wajar dan tabu untuk
berada di sekitarnya. Dengan adanya penolakan dari masyarakat sebenarnya membuat
komunitas ini enggan untuk mengungkapkan keberadaannya. Tapi dengan penampilan
yang apa adanya membuat komunitas ini merasa dirinya mulai memiliki
kepercayaan diri untuk mengungkapkan siapa dirinya tanpa menutupinya lagi. Mereka
lebih merasa percaya diri bila orang lain (orang diluar komunitas lesbian) di
sekitarnya mengetahui keadaannya tersebut dan dapat mengakui keberadaan dari
komunitas ini. Tapi sebagai manusia, mereka juga memiliki rasa minder atau kurang
percaya diri dengan keadaannya ini. Namun apa yang mau dikata semua itu sudah
terlanjur dan tidak dapat ditarik lagi apa yang sudah terjadi. Mereka mencoba untuk
dapat bersosialisasi dengan orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dirinya yang
lain di masyarakat.
Komunitas ini mengharapkan agar masyarakat dapat memahami keadaannya
khususnya di kota Bandung karena bagaimanapun juga komunitas ini manusia yang
memiliki haknya untuk menetap di tempat yang mereka tinggali. Dengan adanya pro
dan kontra dalam masalah ini, komunitas di Bandung lebih memilih untuk diam
karena mereka tahu dengan dilakukannya protes maka keberadaannya terancam, oleh
sebab itu mereka tidak banyak mengambil tindakan yang berbahaya yang dapat
mengancam komunitasnya dan sekarang ini di Bandung komunitas lesbian dapat
menunjukkan diri karena pro-kontra tersebut tidak mengusik mereka.
Perkembangan teknologi pun menjadi salah satu penyebab penyebarannya,
dimana kemampuan teknologi saat ini sangat menjamin orang untuk mendapatkan
informasi dengan mudah. Biasanya komunitas ini melakukan perkenalan lewat jejaring
sosial di internet seperti Facebook yang sekarang memang sedang banyak di gandrungi
orang, Friendster, Twitter, Blog, dan MiRC serta situs pribadi untuk komunitasnya.
Semua itu mereka lakukan untuk tetap dapat menjaga ke eksistensian komunitasnya di
dunia maya.
Komunitas Family Belokers Bandung juga merupakan group yang memanfaatkan
media sosial facebook, dan saat ini mereka sudah tidak ada keraguan lagi untuk
memperlihatkan eksistensi dirinya di depan masyarakat. Pengamatan penulis dalam group
Familiy Belokers Bandung para anggotanya sudah secara terang-terangan mengakui
bahwa dirinya adalah seorang lesbian tanpa mengganti atau merubah identitas dirinya.
Panggung depan (front stage) mereka dalam facebook sudah memperlihatkan
identitasnya sebagai lesbi, misalnya untuk yang lesbian Butchy selain memakai pakaian
laki-laki mereka pun memperlihatkan status-statusnya yang ada di wall facebook serta
komentar dan foto-foto yang berperilaku sebagaimana laki-laki. Sehingga sulit
mengatakan bahwa mereka itu sebenarnya perempuan tapi bila melihat seperti itu
orang-orangpun dapat mengatakan bahwa mereka adalah laki-laki berpenampilan
perempuan dan terjebak dalam badan tersebut. Berbeda dengan lesbian Femme, dimana
penampilannya sangat feminim
Bagaimana dengan belakang panggungnya (back stage) berdasarkan hasil tinjauan
di lapangan untuk komunitas group facebook Family Beloker Bandung sudah mempunyai
tempat untuk berkumpul dimana komunitas ini senang untuk ”unjuk gigi” di depan
masyarakat dengan sering ”nongkrong” di tempat-tempat ramai. Di Bandung ini
khususnya, komunitas ini biasanya ”nongkrong” di Tony Jack Bandung Indah Plaza
(BIP) orang-orang atau komunitas ini menyebutnya komunitas TJ (Tony Jack).
Paris Van Java (PVJ), Dago Plaza (Dapla) dan tempat hiburan malam Planet atau lebih
dikenal dengan komunitas PL ini juga menjadi tempat biasa mereka kumpul untuk
sekedar ngobrol atau sharing dengan teman-teman di komunitasnya tersebut.
Untuk mengetahui keberadaan pasangan lesbian dari komunitas facebook Family
Belokers Bandung tersebut, kita dapat mencoba untuk memperhatikan butchy yang
sedang membawa pasangannya. Dari sana dapat dibedakan mana perempuan normal
dan mana yang lesbian. Karena komunitas lesbian di Tony Jack sudah berani untuk
memperlihatkan kemesraannya dengan pasangannya yaitu dengan bergandengan tangan,
berpelukan bahkan duduk dipangkuan pasangannya.
Jadi komunitas Family Belokers Bandung yang ada di kota Bandung untuk saat ini
telah mencoba untuk merubah eksistensi mereka dan telah terjadi pergeseran pada
komunitas tersebut yang tadinya untuk panggung depan (front stage) mereka masih ragu
dan malu secara terbuka membuka identitas dirinya sekarang dengan sangat terbuka
mereka memperlihatkan jati diri mereka sebagai kaum yang termarjinalkan. Begitu pula
dengan panggung belakang (back stage) saat ini mereka yang juga tergabung dalam
komunitas Tony Jack sudah berani untuk memperlihatkan kemesraannya dengan
pasangannya yaitu dengan bergandengan tangan, berpelukan bahkan duduk dipangkuan
pasangannya.
Kesimpulan
Sebenarnya komunitas Family Belokers Bandung dalam group facebook
memiliki sikap acuh tak acuh terhadap pandangan orang lain, mereka tidak
menganggap pandangan orang menjadi masalah dalam hidupnya, tapi selama orang
tersebut tidak melakukan hal yang dapat menyakiti hati komunitas ini maka
komunitas ini pun tidak akan membuat masalah. Oleh karena itu mereka mencoba
untuk menghargai hak masing-masing orang untuk tetap berdampingan. Dan dengan
cara berkomunikasi serta bersosialisasi dengan masyarakat melalui group Family
Belokers Bandung itulah yang dapat membuat komunitas ini dapat mempertahankan
eksistensinya dan memperlihatkan bagaimana eksistensi mereka di depan panggung (front
stage) d a n eksistensi mereka dibelakang panggung (back stage) terhadap masyarakat
khususnya di kota Bandung sendiri.
DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA
Adhiati, Triana. (2007). Gerakan Feminis Lesbian Studi Kasusu politik Amerika 1990-an. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Departeman Agama RI, (1989). Terjemahan Al-Qur’an, CV.Toha Putra:Semarang.
George Ritzer dan Douglas J.Goodman.(2008) Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Muktahir Teori Sosial Postmodern. Penerjemah Nurhadi Yogyakarta:Kreasi Wacana,
Kaplan, H.I.,Sadock, B.J.&Gerbb, J.A. (2010). Sinopsis psikiatri, Jakarta:Binapura Aksara
Kartono, K. (2009). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Yogyakarta: Jala Sutra
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
New Merah Putih (2009) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan , Gallang Press:Yogyakarta
Rueda, Marisa. Rodriguez, Marta. Watkins, Susan Alice. 2007. Feminisme Untuk
Pemula. Resist Book. Yogyakarta.
Saputri, M. (2011), Krisis identitas seorang lesbian (skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang) Jawa Timur.