eksekusi terhadap obyek hak tanggungan dengan
TRANSCRIPT
1
EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN
DENGAN BANTUAN PENGADILAN
(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen)
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Oleh :
NUR HIDAYAH
C.100.080.088
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012/2013
2
HALAMAN PENGESAHAN
Naskah publikasi skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh
Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing I
(Septarina Budiwati, S.H, M.H. C.N)
Pembimbing II
(Mutimatun Ni’ami S.H, M.H)
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Muchamad Iksan, S.H., M.H.)
ii
3
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : NUR HIDAYAH
NIM : C 100 080 088
Fakultas/ Jurusan : HUKUM / ILMU HUKUM
Jenis : SKRIPSI
Judul : EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN
DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di
Pengadilan Negeri Sragen)
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perusahaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya,
serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagai semestinya.
Surakarta, 21 Maret 2013
Yang menyatakan
Nur Hidayah
iii
4
ABSTRAK
Eksekusi Terhadap Obyek Hak Tanggungan Dengan Bantuan Pengadilan (Studi
Kasus di Pengadilan Negeri Sragen). Nur Hidayah. Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau biasa disebut dengan UUHT
memberikan berbagai kemudahan kepada para pihak terutama bagi kreditur
khususnya dalam hal eksekusi terhadap obyek jaminan apabila debitur cidera janji
(wanprestasi). Salah satu cara eksekusi yang diberikan dalam UUHT adalah
dengan jalan eksekusi title eksekutorial berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan
yang dilakukan dengan bantuan pengadilan. Dalam skripsi ini penulis mencoba
memberikan analisis pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan
dengan bantuan pengadilan di Pengadilan Negeri Sragen. Dari hasil penelitian
yang dilakukan penulis dari data permohonan eksekusi di Pengadilan Negeri
Sragen dari tahun 2007 s/d 2012 didapatkan data bahwa pelaksanaan eksekusi
terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan masih menjadi
pilihan bagi kreditur dalam rangka mendapatkan haknya yang telah diciderai oleh
debitur. Pada prinsipnya Pengadilan Negeri Sragen tidak dapat melaksanakan
eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan apabila tidak ada permohonan dari
pihak kreditur. Hal ini merupakan representasi dari asas pasif hakim dalam
peradilan perdata. Peran utama pelaksanaan eksekusi sendiri berada pada Ketua
Pengadilan Negeri Sragen seperti halnya diatur dalam pasal 224 HIR/258 RBg
dimana Ketua Pengadilan Negeri Sragen mencoba menyeimbangkan perannya
kepada kreditur sebagai pemohon eksekusi dan debitur sebagai termohon
eksekusi. Dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di
Pengadilan Negeri Sragen ditemui beberapa hambatan diantaranya keseriusan
para pihak yang berperkara, perlawanan dari pihak debitur saat pelaksanaan sita
eksekusi, dan tidak adanya peminat atau pembeli pada saat pelelangan.
Kata Kunci : Eksekusi, Hak Tanggungan, Pengadilan Negeri Sragen.
iv
1
EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN
BANTUAN PENGADILAN
(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen)
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional,
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil
dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam
rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, yang para pelakunya
meliputi baik pihak pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perseorangan
dan badan hukum, meningkat juga keperluan akan tersedianya dana yang sebagian
besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan.1
Dalam praktek perbankan di Indonesia, pemberian kredit umumnya diikuti
penyediaan jaminan khusus oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang
tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank.2
Jaminan berupa tanah adalah yang banyak digunakan dalam praktek perbankan
didasarkan pada pertimbangan tanah merupakan jaminan yang aman dan punya
nilai ekonomis yang relatif tinggi.3
Dasar yuridis pengikatan jaminan terhadap tanah adalah Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah atau biasa disebut dengan UUHT sebagai pengganti
ketentuan hypotheek dan creditverband. Dalam UUHT sendiri memberikan
kemudahan bagi kreditur khusunya dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek
Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi/ cidera janji yaitu adanya tiga
pilihan cara eksekusi yaitu dengan parate executie, penjualan dibawah tangan, dan
Titel eksekutorial.
1Penjelasan umum point 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah 2Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2004, Hal140
3Agus Yudha Hernoko, Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Penunjang Kegiatan
Perkreditas Perbankan Nasional (Surabaya: Tesis, Pascasarjana, UNAIR, 1998), Hal 7
2
Penelitian ini mencoba mengkaji secara komprehensif berkaiatan dengan
eksekusi dengan cara title eksekutorial (dengan bantuan pengadilan) yang
harapanya dapat dijadikan pijakan bagi masyarakat dalam rangka mendapatkan
haknya kembali yang telah diciderai oleh pihak debitur.
KERANGKA PEMIKIRAN
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana tersebut dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditur-kreditur lain.4 Sebagai salah satu bentuk perjanjian jaminan, Hak
Tanggungan mempunyai sifat accesoir, artinya perjanjian ini tidak dapat berdiri
sendiri akan tetapi mengikuti perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit.
Kemudahan yang disediakan oleh UUHT bagi para kreditur pemegang Hak
Tanggungan adalah apabila debitur cidera janji, berdasarkan Pasal 20 ayat (1)
huruf a dan b UUHT eksekusi atas benda jaminan Hak Tanggungan dapat
ditempuh melalui 3 (tiga) cara yaitu Parate executie, Penjualan dibawah tangan
dan Titel Eksekutorial.5
Secara etimologis parate executie berasal dari kata “parat” artinya siap di
tangan sehingga parate executie adalah sarana eksekusi yang siap ditangan.6
Ketentuan mengenai Parate excecutie ini didasarkan pada Pasal 6 UUHT yang
berbunyi:
“Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak
untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil penjualan
tersebut”.
4 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996
5 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan ( Inkonsistensi Konflik Norma dan
Kesesatan Penalaran dala UUHT ), laksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2007, Hal 4 6 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan kebendaan, Hak Tanggungan Buku2, Hal. 267, dikutip
dari Herowati Poesoko, Op.cit., Hal 241
3
Eksekusi dengan cara penjualan dibawah tangan maksudnya adalah eksekusi
dengan cara menjual obyek Hak Tanggungan yang didasarkan atas kesepakatan
antara debitur maupun kreditur untuk medapatkan harga tertinggi dari hasil
penjualan obyek Hak Tanggungan.
Pelaksanaan titel eksekutorial pada dasarnya mengacu pada ketentuan Pasal
224 HIR/258 RBg, hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 26 UUHT yang
menyatakan bahwa sebelum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
secara khusus tentang eksekusi Hak Tanggungan maka peraturan eksekusi
Hypotheek tertap berlaku dalam eksekusi Hak Tanggungan.
METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yuridis
empiris. Pendekatan ini mengkaji bentuk normative atau yuridis prosedur
pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
realisasinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Obyek Hak Tanggungan di Pengadilan
Negeri Sragen
Mengkaji proses eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan
bantuan pengadilan atau dengan cara title eksekutorial berdasarkan sertifikat
Hak Tanggungan maka tidak akan bisa dilepaskan dari dasar yuridis
pelaksanaan eksekusi dengan cara ini. Pelaksanaan eksekusi dengan cara title
eksekutorial berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan mengacu pada ketentuan
Pasal 224 HIR/258 RBg. Hal ini didasarkan pada ketentuan pasal 26 UUHT
yang menyatakan bahwa sebelum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur secara khusus tentang eksekusi Hak Tanggungan maka peraturan
eksekusi hipotik tetap berlaku dalam eksekusi Hak Tanggungan
Berdasarkan data yang diperoleh penulis berkaitan dengan perkara
permohonan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan yang masuk di
4
Pengadilan Negeri Sragen dari tahun 2007 s/d terdapat 22 (dua puluh dua)
kasus. Perkara yang dicabut oleh pihak kreditur sebelum aanmaning sejumlah 1
(satu) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap aanmaning sejumlah 15 (lima
belas) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap sita eksekusi sejumlah 4
(empat) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap lelang sejumlah 1 (satu)
kasus. Dan perkara yang selesai dengan mediasi sejumlah 1 (satu) kasus.
Dari jumlah tersebut maka penulis memberikan kesimpulan bahwa
bahwa eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan
masih menjadi pilihan bagi sebagian kreditur untuk mendapatkan haknya
kembali yang telah diciderai oleh pihak debitur. Walaupun dalam
pelaksanaanya dari tahun 2007 s/d 2012 hanya 1 (satu) perkara saja yang
sampai tahap pelelangan.
Sedangkan berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan penulis
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek
Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen diperoleh data bahwa
pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu:7
a. Tahap Permohonan
Pengadilan Negeri Sragen tidak bisa melakukan pelaksanaan eksekusi
terhadap obyek Hak Tanggungan sebelum adanya permohonan eksekusi dari
pihak kreditur. Hal ini merupakan reperesentasi pelaksanaan asas pasif bagi
hakim dalam perkara perdata yang secara tegas dicantumkan dalam Pasal 5
ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997.
b. Tahap Aanmaning
Setelah adanya permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri
Sragen, maka tahapan selanjutnya Ketua Pengadilan Sragen melakukan
pemanggilan kepada pihak debitur pada hari dan tanggal yang telah
ditentukan untuk diberikan peringatan (aanmaning). Dalam hal ini Ketua
Pengadilan Negeri Sragen memberikan nasihat dan pertimbangan hukum
7 Hasil wawancara dengan Bapak Joko Suhatno SH MH(Panitera Pengadilan Negeri Sragen) Pada
Hari Rabu, 20 Februari 2013
5
kepada pihak debitur agar bisa memahami dan segera membayar
kewajibanya. Hal ini dimaksudkan agar pihak debitur tidak mengalami
kerugian yang cukup banyak apabila perkara sampai tahap pelelangan.
Karena semua biaya pemeriksaan perkara dari awal sampai dengan akhir
akan ditanggung oleh pihak debitur
c. Tahap Sita Eksekusi
Sita eksekusi pada dasarnya merupakan tahap peringatan terakhir dari
Ketua Pengadilan Negeri Sragen kepada pihak debitur sebelum obyek Hak
Tanggungan dilakukan eksekusi melalui pelelangan. Dalam hal ini setelah
ada penetapan sita eksekusi dari ketua Pengadilan Negeri Sragen, kemudian
jurusita Pengadilan Negeri Sragen melakukan pembacaan penetapan sita
eksekusi dengan didampingi oleh Muspika setempat (Kapolsek, Camat, dan
Kepala desa) dihalaman/pelataran Balai Desa tempat obyek Hak
Tanggungan berada
d. Tahap Pelelangan.
Tahapan selanjutnya setelah dilakukanya sita eksekusi terhadap obyek
Hak Tanggungan adalah tahapan pelelangan terhadap obyek Hak
Tanggungan. Tahapan ini diawali dengan Ketua Pengadilan Sragen
mengirim surat permohonan agar dilakukannya lelang terhadap obyek Hak
Tanggungan kepada Kantor Lelang. Kemudian Terhadap surat permohonan
tersebut kemudian Kantor Lelang memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri
Sragen untuk :
1) Membuat pengumuman akan dilaksanakanya lelang dengan
mencantumkan jadwal pelaksanaan lelang melalui selebaran ini
dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari.
2) Setelah jangka waktu pengumuman tersebut habis, maka Ketua
Pengadilan Negeri membuat pengumuman yang sama melalui media
masa seperti koran selama jangka waktu 2 (dua) minggu.
3) Dan harus dicantumkan pula bahwa peminat obyek lelang harus
membayar 20% dari harga limit yang telah ditentukan dan dibayarkan
6
kepada rekening KPKNL maksimal sehari sebelum dilaksanakanya
lelang.
Alur pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di
Pengadilan Negeri Sragen dapat dilihat dalam skema berikut:
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Obyek Hak
Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen
Beberapa hambatan yang sering dijumpai dalam pelaksanaan eksekusi
terhadap obyak Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen diantaranya
adalah :8
8 Hasil wawancara dengan Bapak Sapto Kendrow SH (Jurusita Pengadilan Negeri Sragen) Pada
Hari Rabu, 20 Februari 2013
Permohonan Eksekusi dari Pihak Kreditur
Ke Pengadilan Negeri Sragen
Aanmaning kepada debitur
Sita Eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri Sragen
Permohonan Lelang
Ketua Pengadilan Negeri kepada KPKNL
Pelelangan obyek Hak Tanggungan
7
1. Keseriusan dari para pihak yang berperkara.
2. Perlawanan dari pihak debitur pada waktu pelaksanaan sita eksekusi oleh
Pengadilan.
3. Tidak adanya peminat/pembeli lelang.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di
Pengadilan Negeri Sragen mulai tahun 2007 s/d tahun 2012 dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan
melalui bantuan pengadilan Negeri masih menjadi pilihan bagi pihak
kreditur dalam rangka mendapatkan haknya kembali yang telah diciderai
oleh pihak debitur.
2. Pengadilan Negeri Sragen pada prinsipya tidak bisa melakukan pelaksanaan
eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan apabila tidak ada permohonan
eksekusi dari pihak kreditur. Ini merupakan representasi pelaksanaan asas
pasif bagi hakim dalam acara perdata sebagaimana tertuang dalam pasal 5
ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
3. Ketua Pengadilan Negeri Sragen pada prinsipnya mempuyai peran utama
dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan yang masuk
di Pengadilan Negeri Sragen. Peran ini dibagi secara seimbang baik kepada
pihak kreditur agar segera mendapatkan haknya, dan kepada pihak debitur
agar segera membayar kewajibanya kepada pihak kreditur dan tidak
mengalami kerugian yang besar kalau perkara samapai tahap pelelangan.
4. Dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di
Pengadilan Negeri Sragen terkadang ditemui beberapa hambatan yang
bersifat non-yuridis diantaranya adalah keseriusan dari para pihak yang
berperkara, perlawanan dari pihak debitur pada waktu pelaksanaan sita
eksekusi oleh pengadilan, tidak adanya peminat/pembeli lelang.
8
B. SARAN
1. Pihak kreditur sebaiknya lebih cermat dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemberian kredit dengan untuk meminimalisir terjadinya kredit macet
sehingga eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan bisa diminimalisir.
2. Nilai jaminan harus lebih tinggi dari pada nilai pinjaman agar apabila terjadi
lelang eksekusi terhadap obyek jaminan, hasil penjualanya mencukupi untuk
biaya denda, bunga, dan biaya lelang itu sendiri.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta:Raja Grafindo
Persada
Boedi Harsono. 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA,
Isi dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan
Djoni S Gazali & Rachmadi Usman. 2010, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar
Grafika
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani. 2000, Jaminan Fiduisa, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Harahap, M Yahya. 2005. Ruang Ligkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata.Jakarta: Sinar Grafika
Hernoko, Agus Yudha. Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Penunjang
Kegiatan Perkreditas Perbankan Nasional (Surabaya: Tesis, Pascasarjana,
UNAIR, 1998)
Herowati, Poesoko. 2007. Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi
Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dala UUHT). Yogyakarta:
LaksBang PRESSindo
J. Satrio. 1991, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra
Aditya Bakti
Kasmir. 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja. 2005, Hak Istimewa, Gadai dan Hipotek,
Jakarta: Kencana
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono. 2004. Metode Penelitian Hukum,
Surakarta: FakultasHukum UMS
Lilik Mulyadi. 2002, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan
Indonesia, Jakarta: Djambatan
M. Bahsan. 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mariam Darus Badrulzaman. 1989, Perjanjian Kredit Bank Cet 1, Bandung:
Alumni
10
Mariam Daruz badrulzaman. 2005, Aneka Hukum Bisnis, cet.2, Bandung: Alumni
Mustofa.2010, Tuntunan Pembuatan Akta-Akta PPAT, Yogyakarta: Karya Media
Purwahid Patrik. 2004, Kashadi, Hukum Jaminan Edisi revisi dengan
UUHT, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Retno Wulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata. 1989, Hukum Acara Perdata
Dalam Teori dan Prektek, Bandung: Mandar Maju
Salim HS. 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: Rajawali
Pers
Sri Wardah, Bambang Sutiyoso. 2007, Hukum Acara Perdata dan
Perkembanganya di Indonesia, Yogyakarta: Gama Media
Subekti, Hukum Perjanjian, cet 4, Jakarta: PT. Intermasa
Subekti. 1996, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak
Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti
Subekti, Hukum Acara Perdata, Bandung: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Sutarno. 2004.Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung: Alfabeta
Soerjono dan Abdulrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka
Cipta
Thomas Suyatno. 1989, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia
Yahya Harahap. 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni
Hukum Acara Perdata (HIR/RBg)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan
Tanah