ekonomi politik

15
ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT Page 1 “RUMAH MURAH UNTUK RAKYAT” ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT 1. PERMASALAHAN Tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum”. Tugas ini terbilang cukup luas cakupannya, karena mengandung pengertian bahwa masyarakat harus merasa aman dan nyaman untuk hidup dan beraktivitas, serta terlepas dari belenggu kemiskinan. Rasa aman dan nyaman itu dapat terwujud jika kebutuhan pokok masyarakat yang terdiri atas sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan dasar setiap individu telah terpenuhi. Kebutuhan akan rumah (papan) merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap umat manusia. Dengan memiliki rumah maka perasaan aman dan mandiri akan terpenuhi, di samping itu juga, rumah merupakan perwujudan jati diri dan ungkapan kualitas hidup setiap orang. Kebutuhan rumah di Indonesia saat ini mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan hitungan Real Estate Indonesia (REI), total kebutuhan rumah per tahun bisa mencapai 2,6 juta akibat dorongan oleh pertumbuhan penduduk, perbaikan rumah rusak dan yang kekurangan rumah (backlog). Sementara versi pemerintah terdapat 13 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki rumah tinggal, dan sebanyak empat juta rumah tidak layak huni (Neraca.co.id). Pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman ini melalui berbagai program. Salah satu program pemerintah dalam

Upload: vines-tupan

Post on 30-Nov-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rumah Miskin Untuk Masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi Politik

“RUMAH MURAH UNTUK RAKYAT”

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

1. PERMASALAHAN

Tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat seperti yang diamanatkan dalam

UUD 1945 adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum”.

Tugas ini terbilang cukup luas cakupannya, karena mengandung pengertian bahwa masyarakat

harus merasa aman dan nyaman untuk hidup dan beraktivitas, serta terlepas dari belenggu

kemiskinan. Rasa aman dan nyaman itu dapat terwujud jika kebutuhan pokok masyarakat yang

terdiri atas sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan dasar setiap individu telah

terpenuhi. Kebutuhan akan rumah (papan) merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap umat

manusia. Dengan memiliki rumah maka perasaan aman dan mandiri akan terpenuhi, di samping

itu juga, rumah merupakan perwujudan jati diri dan ungkapan kualitas hidup setiap orang.

Kebutuhan rumah di Indonesia saat ini mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan hitungan Real Estate Indonesia (REI), total

kebutuhan rumah per tahun bisa mencapai 2,6 juta akibat dorongan oleh pertumbuhan

penduduk, perbaikan rumah rusak dan yang kekurangan rumah (backlog). Sementara versi

pemerintah terdapat 13 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki rumah tinggal, dan

sebanyak empat juta rumah tidak layak huni (Neraca.co.id).

Pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman ini melalui berbagai

program. Salah satu program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan adalah Masterplan

Program Perencanaan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI), dimana di dalamnya

terdapat Program Pembangunan Rumah Sehat Sederhana, yang merupakan kelanjutan dari

program-program pengadaan perumahan untuk rakyat yang telah ada sebelumnya. Sasaran

program ini adalah masyarakat yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 2 juta per bulan,

termasuk juga pegawai negeri sipil (PNS) golongan rendah. Target total tahun 2012 adalah

pembangunan 200.000 rumah pada 49 wilayah kabupaten/kota (Inilah.com, 28 Februari 2012).

Menurut Menteri Perumahan Rakyat, perumahan murah untuk PNS golongan rendah disiapkan di

50 kabupaten/kota, sedangkan perumahan murah untuk golongan buruh dan rakyat miskin telah

disiapkan di 49 kabupaten/kota di 33 Propinsi. Setiap kabupaten akan dibangun 1000 unit rumah

dengan menggunakan APBN 2012 sebesar Rp. 8 triliun. Rumah murah tersebut akan dibangun

Page 1ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 2: Ekonomi Politik

dengan tipe 36, yang per unitnya akan dijual seharga Rp. 25 juta. Harga jual yang sangat murah

ini juga masih menimbulakan berbagai pertanyaan. Program ini membutuhkan keterlibatan aktif

semua stakeholder-nya, yaitu pemerintah, pengembang (developer), perbankan dan masyarakat.

Mekanisme pengadaan rumah murah bagi rakyat ini mengikuti mekanisme yang

ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 4 tahun 2012 tentang

Pengadaan Perumahan Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Secara ringkas mekanismenya adalah sebagai

berikut (disadur dari Permen 4/2012):

Bank Umum, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah mengajukan Surat Pernyataan

Minat menjadi Bank Pelaksana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)

ditujukan kepada Menteri cq. Deputi Bidang Pembiayaan dengan tembusan kepada

Pemimpin Satker BLU-Kemenpera.

Jika memenuhi persyaratan dan disetujui, Bank pelaksana akan menandatangani

Kesepakatan Bersama.

Kelompok sasaran mengajukan KPR Sejahtera ke Bank Pelaksana dengan melengkapi

berbagai dokumen seperti yang dipersyaratkan.

Program Pembangunan Rumah Sehat Sederhana yang dicanangkan pemerintah untuk

mengentaskan kemiskinan ini bukannya tanpa masalah. Berbagai masalah yang muncul dapat

diutarakan sebagai berikut :

a. Proses administrasi yang berjalan lambat dalam hal penyediaan tanah, penerbitan

sertifikat tanah, penerbitan IMB, pencairan kredit kronstruksi.

b. Verifikasi lokasi belum dilakukan Kemenpera. Verifikasi ini penting bagi pelaksanaan

semua program yang masuk dalam Kluster IV pengentasan kemiskinan, karena harus

dilakukan secara komprehensif. Program-program tersebut selain pembangunan rumah

murah yaitu, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah

dan hemat, serta peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

c. Harga jual yang tergolong sangat murah tidak menguntungkan bagi pengembang

(developer).

d. Regulasi pemerintah tentang suku bunga maupun tipe rumah yang akan dibangun

sering berubah, menimbulkan keraguan dari pengembang maupun masyarakat.

e. Sosialisasi pembiayaan rumah melalui KPR LFPP ini belum tersosialisasikan baik kepada

masyarakat, sehingga belum banyak masyarakat sasaran (masyarakat berpenghasilan

rendah) yang mengetahui mekanisme pelaksanaan program ini.

Page 2ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 3: Ekonomi Politik

f. Pembangunan rumah murah di perkotaan seakan kurang diperhatikan, jika

dibandingkan dengan pembangunan rumah mewah yang telah merambah sampai ke

perkotaan, yang makin marak dan menjamur.

Berdasarkan sejumlah permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

analisa ekonomi politik program pembangunan rumah sehat sederhana.

2. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami keterlibatan stakeholder dalam

pelaksanaan program pembangunan rumah sehat sederhana, serta kontribusi masing-masing

stakeholder terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini.

3. TINJAUAN TEORI

3.1. Pembangunan

Begitu banyak pengertian pembangunan telah dikemukakan oleh para ahli. Pengertian-

pengertian tersebut selalu berlandaskan pada sudut pandang mereka terhadap topik atau fokus

kajian tertentu, dan mengalami perkembangan sepanjang peradaban manusia. Menurut Nugroho

dan Rochmin Dahuri (Syamsiah Badruddin, 2009), pembangunan adalah ‘suatu upaya

terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga

negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi’. Tema pertama

adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan. Tema

kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan

bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek

kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan

hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema

ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus

berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika. Katz

dalam Said Zainal Abidin (2008:21-22) mendefinisikan pembangunan sebagai ‘… dynamic change

of a whole society from one state of national being to another, with the connotation that the

latter state is preferable.’ Artinya bahwa adalah perubahan yang bersifat dinamis, yang terjadi

pada seluruh masyarakat dan berlangsung secara bertahap, dari suatu keadaan ke keadaan yang

Page 3ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 4: Ekonomi Politik

lebih baik. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soetomo (2009:8) mendefinisikan pembangunan

sebagai ‘proses perubahan menuju kondisi yang ideal, atau kondisi kehidupan yang lebih baik

sebagai konsep netral.’ Perkembangan atau pembangunan masyarakat (development) lebih

dimaksudkan untuk menggambarkan realitas sosial berupa perubahan kualitatif dalam hal

struktur dan fungsi dalam kehidupan sosial yang membawa masyarakat berada dalam kondisi

yang lebih baik dalam memenuhi tujuan dan harapannya. Terdapat kesamaan dari defenisi-

defenisi pembangunan seperti yang dikemukakan di atas, juga beberapa defenisi pembangunan

oleh para ahli, bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan terhadap seluruh aspek

kehidupan dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, mampu memecahkan masalah dalam

masyarakat menuju pada keadaan yang lebih baik.

3.2. Peran Pemangku Kepentingan (stakeholder) Pembangunan

Dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan, maka penyusunan konsep

pembangunan tersebut haruslah menjadi proses lintas pelaku, dimana setiap unsur

pembangunan harus terlibat di dalam proses tersebut. Pelaku-pelaku pembangunan yang

lazimnya disebut pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki saling keterkaitan dan saling

ketergantungan. Secara sederhana defenisi stakeholder adalah kelompok-kelompok yang

mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut sebagai dampak dari aktivitas-

aktivitasnya (Tanari dalam Rahmatullah dan Trianita Kurniati, 2011:11). Hummels (Nor Hadi,

2011:94) mendefenisikan ‘… (stakeholder are) individuals or groups who have legitimate claim on

organization to participate in the decision making process simply because they are affected by the

organization’s practice, policies and actions.’ Batasan stakeholder tersebut menyatakan bahwa

stakeholder harus diperhatikan, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan

dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang

diambil dan dilakukan. Dalam implementasi program pembangunan, pemangku kepentingan

memiliki defenisi dan pengertian yang beraneka ragam. Istilah pemangku kepentingan digunakan

untuk mendeskripsikan komunitas atau organisasi yang secara permanen menerima dampak dari

aktivitas atau kebijakan, dimana mereka berkepentingan terhadap hasil aktivitas atau kebijakan

tersebut. Hal ini perlu disadari, mengingat masyarakat tidak selalu menerima dampak secara adil.

Sebagian masyarakat mungkin menanggung biaya dan sebagian masyarakat lainnya justru

memperoleh manfaat dari suatu kegiatan atau kebijakan (Race dan Millar dalam Muhammad

Iqbal, 2007).

Dari berbagai defenisi dan pemaparan di atas, peran stakeholder (pemangku

kepentingan) sangatlah penting, karena secara langsung maupun tidak langsung mereka

Page 4ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 5: Ekonomi Politik

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengambilan dan pelaksanaan kebijakan. Dampak yang

diterima mungkin saja berbeda, tapi ketiadaan suatu komponen akan mempengaruhi

keseluruhan proses pembangunan. Dalam konteks pembangunan rumah sejahtera sehat ini,

stakeholder pembangunan adalah Pemerintah, Pihak Pengembang (Developer), Bank Pelaksana

dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

3.3. Keterlibatan Pemerintah dalam Pembangunan

Konsep keterlibatan pemerintah dalam pembangunan (perekonomian) telah

dikemukakan sejak dulu. Abad ke-14 dikenal dengan aliran merkantilis yaitu aliran pertama yang

menghendaki adanya campur tangan negara dalam perekonomian. Campur tangan negara dalam

perekonomian bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan memberikan berbagai

fasilitas bagi “industri yang masih bayi”, memonopoli perdagangan, atau mengenakan pajak

impor. Tujuan campur tangan negara tidak lain adalah untuk memperbesar surplus. Jika surplus

yang dibayarkan dalam bentuk batangan emas lebih banyak diperoleh, otomatis negara makin

jaya (Deliarnov, 2006:23). Perlunya campur tangan pemerintah pada masa merkantilis adalah

untuk mengakumulasikan surplus, agar Negara semakin jaya. Sayangnya, praktik campur tangan

negara tersebut lebih banyak dinikmati oleh pengusaha yang berkolaborasi dengan penguasa.

Konsep keterlibatan pemerintah dalam pembangunan (perekonomian) selanjutnya

lebih luas diterapkan sejak era tahun 60-an sebagai dampak dari ajaran Keynes, yang menyatakan

bahwa depresi perekonomian terjadi karena permintaan agregat jauh lebih kecil daripada

penawaran agregat, menyebabkan perekonomian berada pada posisi ketidakseimbangan dalam

pemanfaatan sumberdaya (low level equilibrium). Ajaran Keynes ini memicu keterlibatan

pemerintah bukan hanya terbatas dalam mengatasi kegagalan pasar saja tapi merambah juga ke

sektor-sektor lain. Pemerintah telah terlibat dalam membuat kebijakan-kebijakan ekonomi

(fiskal, moneter, perdagangan internasional); membuat peraturan dan undang-undang (seperti

undang-undang anti monopili untuk memerangi praktik bisnis yang tidak adil); UU

ketenagakerjaan dan UU perburuhan untuk melindungi buruh; UU perlindungan konsumen dari

praktik-praktik bisnis yang merugikan konsumen; UU pelestarian atau perlindungan lingkungan,

HAM, dan sebagainya; menciptakan iklim usaha yang kondusif; dan bahkan juga tidak sedikit

yang terlibat sebagai pelaku ekonomi dengan mendirikan BUMN/BUMD (Deliarnov, 2006:58-59).

Dari teori keterlibatan pemerintah dalam pembangunan di atas dapat terlihat bahwa

tujuannya adalah menstabilkan pasar, melindungi konsumen dan menghindari monopoli pasar.

Dalam perkembangannya, ternyata tidak berjalan mulus, karena campur tangan pihak lain dalam

keterlibatan pemerintah ini juga turut mempengaruhi arah kebijakan pemerintah.

Page 5ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 6: Ekonomi Politik

4. ANALISIS

Kebutuhan akan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah

dipenuhi pemerintah dengan menyediakan akses untuk pembiayaan rumah melalui penerbitan

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2012, tentang Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan Permenpera No 05 Tahun 2012, tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengadaan Perumahan Melalui Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

dengan FLPP, yang selanjutnya diubah dengan Permenpera No 7 & 8 tahun 2012. Perubahan ini

terjadi setelah Mahkamah Konstitusi membatalkan ketentuan batas minimal ukuran rumah

seperti diatur Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman. Dalam pasal itu disebutkan, luas lantai rumah tunggal dan rumah deret

memiliki ukuran paling sedikit 36 meter persegi. Dengan ketentuan ini, pemerintah mensyaratkan

perumahan yang berhak menerima subsidi pembiayaan dalam bentuk fasilitas likuditas

pembiayaan perumahan (FLPP) minimal berukuran sama. Beberapa ketentuan yang berubah

dapat di lihat pada tabel berikut :

Table 1. Daftar Perubahan Batas Maksimal Harga Rumah & Batas Maksimal KPR

WilayahMaksimal Harga

Rumah (Juta/Unit)Maksimal KPR FLPP

(Juta Rupiah) Minimal Uang Muka

Lama Baru Lama BaruI. Jawa, Sumatera, Sulawesi

(kecuali Jabodetabek) 70 88 63 79,2 10% dari Harga Rumah

II. Kalimantan, Maluku, NTB, NTT

70 95 63 85,510%

III. Papua dan Papua Barat 70 145 63 126,875 12,5%IV. Jabodetabek, Batam, Bali 70 95 63 85,5 10%

Sumber: Kemenpera

Dengan skema pembiayaan 70:30, dimana pemerintah menyediakan dana 70%, dan

pihak bank 30%, suku bunga yang diterapkan flat 7,25 persen bertenor 20 tahun, sampai akhir

Agustus 2012, tercatat ada 7 bank yang mengelola KPR FLPP ini, kebanyakan adalah BUMN, yaitu:

BTN, BTN Syariah, BUKOPIN, BNI, BRI Syariah, BRI, Mandiri, dengan realisasi pengeluaran dana

sebesar Rp. 631.317.642.692,- (daftar pada Tabel 2), dari rencana anggaran tahun 2012 sebesar

Page 6ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 7: Ekonomi Politik

Rp. 4,7 triliun. Sementara target rumah KPR oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

setiap tahun antara 130 ribu hingga 250 ribu unit di seluruh Indonesia.

Tabel 2. Perbandingan Realisasi Dana dan Dana Bergulir FLPP per Agustus 2012

BankRealisasi Dana Bergulir

Rp % Rp %BTN 613,047,705,674 88.7 468,550,206,432 25.8BTN Syariah 68,242,788,900 9.9 198,908,550,849 11.0BUKOPIN 4,846,068,118 0.7 175,636,664 0.0BNI 2,842,200,000 0.4 399,775,013,826 22.0BRI Syariah 423,250,000 0.1 49,578,183,409 2.7BRI 436,500,000 0.1 299,664,278,300 16.5Mandiri 1,479,130,000 0.2 398,702,092,328 22.0

Total 691,317,642,692 100 1,815,353,961,808 100Sumber: Rumah.com

Dari tabel realisasi di atas, terlihat bahwa dana yang menganggur di bank masih cukup

besar, dan target pemerintah untuk membangun 200.000 rumah tapak sederhana dalam tahun

2012 ini akan sulit tercapai. Hal ini dapat terjadi karena :

a. Regulasi yang berubah-ubah membuat pengembang tidak memperoleh kepastian yang

jelas tentang tipe rumah yang akan dibangun.

b. Masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah tentang sistem kepemilikan

rumah dengan bantuan FLPP.

c. Kebutuhan perumahan di kota jauh lebih besar dari kebutuhan perumahan di luar kota,

sementara harga tanah di kota sangat tinggi, di samping biaya-biaya lain yang harus

dikeluarkan pengembang cukup besar. Ini menjadi faktor pembatas pembangunan

perumahan di kota, sementara banyak masyarakat dari golongan MBR tinggal di kota.

d. Program ini haruslah diselaraskan dengan program-program lain yang pro poor, seperti

kendaraan angkutan umum murah; air bersih untuk rakyat; listrik murah dan hemat;

serta peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan, yang ada dalam cluster

empat MP3KI, sehingga bukan hanya rumah yang disediakan tapi juga fasilitas lain,

sehingga masyarakat mau membeli dan menempati rumah-rumah tersebut.

e. Kebijakan pemerintah pusat ini belum diikuti dengan peraturan-peraturan teknis di

tingkat daerah secara merata, sehingga membatasi pengembang dalam implementasi

kebijakan tersebut.

Page 7ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 8: Ekonomi Politik

Dari penyusunan sampai pada implementasi program pembangunan rumah sederhana

sehat dengan bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ini, berbagai pihak telah

memperoleh keuntungan, maupun kerugian, diantaranya:

Dengan pelibatan banyak BUMN dalam implementasi program ini, maka keuntungan

akan dirasakan oleh BUMN, yang notabene juga ‘dihuni’ oleh orang-orang titipan

partai politik. Hal ini sejalan dengan teori George Stigler yang menyatakan bahwa:

“Regulation is the results of pressure group action and results in laws and politics to

support business and protect consumers, workers, and environment”.

Dengan penyediaan dana dari pemerintah melalui kebijakan ini, akan melindungi Bank

(terutama BUMN) dari resiko persaingan antar Bank yang sangat dinamis.

Masih banyaknya dana bergulir yang menganggur di Bank-Bank pelaksana FLPP, tidak

tertutup kemungkinan bagi Bank untuk menempatkan dana tersebut pada pendapatan

giro, sehingga menaikan pendapatan Bank tersebut.

Skema pembiayaan 70:30 dengan bunga 7.25%, pemerintah akan meminta pembagian

keuntungan sebesar 3%, sisanya 4.25% untuk pihak Bank. Pembagian keuntungan

tersebut dapat menjadi lahan atau sumber masalah, jika tidak jelas pengaturannya.

Pihak pengembang (developer) akan memperoleh margin keuntungan cukup besar

pada daerah-daerah yang memiliki ketersediaan lahan yang cukup, pengurusan

perijinan yang tidak berbelit-belit dan murah dan didukung Perda dari Pemerintah

Daerah. Sebaliknya, pada daerah-daerah dengan harga tanah cukup tinggi dan proses

perijinan yang berbelit-belit (high cost), para pengembang tidak bersedia untuk

membangun perumahan.

Masyarakat miskin (MBR) memperoleh peluang mendapatkan rumah dibawah Tipe 36

dengan cicilan bulanan yang rendah. Akan tetapi dengan suku bunga 7.25% flat dengan

tenor 30 tahun, siapa yang akan menjamin bahwa regulasi tersebut tidak akan

berubah? Karena bank harus memiliki sumber pendanaan jangka panjang yang cukup

kuat, terutama dari pihak ketiga. Pada kondisi inilah, kerugian bisa dirasakan oleh

masyarakat jika suku bunga kredit berubah.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan analisa di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

Page 8ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 9: Ekonomi Politik

Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah, jika dianalisa lebih jauh tidak lepas dari

campur tangan pihak lain, dengan tujuan untuk melindungi bahkan memperkuat

kepentingan pihak tersebut.

Kurangnya pelibatan berbagai pemangku kepentingan dalam penyusunan regulasi,

akan membuat regulasi tersebut rentan terhadap perubahan, yang tentunya akan

menghambat pelaksanaan regulasi tersebut.

Program Pembangunan Rumah Sederhana Sehat adalah salah satu program

pemerintah yang pro poor dan harus memperoleh perhatian serius dan dikerjakan

secara berkesinambungan. Namun program ini hanya akan menumbuhkan budaya

“ego sectoral” dari Kementerian Perumahan Rakyat, jika tidak dikoordinasikan dengan

program-program lain yang pro rakyat, sehingga penyediaan fasilitas lain juga akan

memperoleh perhatian yang sama.

Pengelolaan dana bantuan pemerintah untuk dijadikan dana bergulir di bank-bank

pelaksana FLPP belum dilakukan secara transparan dan tidak dievaluasi secara serius.

Hal ini menyebabkan beberapa bank tidak termotivasi untuk mengejar target

penyaluran dana bergulir dan cenderung memanfaatkan dana tersebut untuk tujuan

yang lain.

Kurangnya sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah menyebabkan

program ini tidak berjalan secara seirama di seluruh Indonesia. Penetapan target yang

terus berubah-ubah juga merupakan indikasi kurangnya kesiapan pemerintah dalam

implementasi program ini.

6. REKOMENDASI

Usulan atau rekomendasi terhadap Program Pembangunan Rumah Sederhana Sehat:

Perlu dukungan Peraturan Daerah, yang memudahkan proses perijinan dan

penyediaan lahan, juga untuk memberikan sanksi kepada pengembang yang tidak

melakukan pekerjaan dengan baik.

Perlu jaminan pemerintah dalam penyediaan dana jangka panjang untuk mengurangi

resiko perubahan angka bunga kredit.

Koordinasi antar pemerintah sangat dibutuhkan, agar pemenuhan fasilitas lain seperti

listrik, air, ruang publik, dan sarana umum lainnya dapat dilakukan.

Transparansi dan evaluasi yang dilakukan pemerintah akan menjamin program ini

dilaksanakan tepat sasaran.

Page 9ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 10: Ekonomi Politik

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Z (2008), Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Jakarta, Suara Bebas.

Badruddin, Syamsiah (2009), Pengertian Pembangunan. 19 Maret 2009. http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/

Deliarnov (2006), Ekonomi Politik, Jakarta, Erlangga.

Muhammad, Iqbal (2007), “Analisis Peran Pemangku Kepentingan Dan Implementasinya Dalam Pembangunan Pertanian”, Jurnal Litbang Pertanian 26,(3),2007.

Nabhani, Ahmad (2012), Rumah Murah Untuk Rakyat, 9 Oktober 2012. http://neraca.co.id/2012/10/09/rumah-murah-untuk-rakyat/

Nor Hadi (2011), Corporate Social Responsibility, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2012, Tentang Pengelolaan Perumahan Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Rahmatullah dan Kurniati, Trianita (2011), Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility), Yogyakarta, Samudra Biru.

Soetomo (2009), Pembangunan Masyarakat. Merangkai Sebuah Kerangka, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Tranghanda, Ali (2012), Titik Nadir Kinerja Perumahan Rakyat, 4 September 2012. http://rumah.com/berita-properti/2012/9/1697/titik-nadir-kinerja-perumahan-rakyat.

Zahra, Laela (2012), Inilah Rumah Murah Untuk Rakyat, 28 februari 2012. http://nasional.inilah.com/read/detail/1835205/inilah-rumah-murah-untuk-rakyat.

Page 10ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT