ekonomi - ftp.unpad.ac.id filenamun di sisi lain, biaya pengelolaan dana (cost of fund ... laysia...

1
BANK Indonesia (BI) dan pe- merintah diminta mengkaji kebijakan penaikan loan to de- posit ratio (LDR) dan giro wajib minimum (GWM). Menurut Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani, BI dan pemerintah berjalan send- iri-sendiri dalam memutuskan penaikan LDR dan GWM. “Yang perlu dilakukan adalah berkoordinasi dengan pemerin- tah,” kata Aviliani di Jakarta, pekan lalu. Ia mengatakan ke- bijakan BI menaikkan LDR dan GWM juga harus membangun sektor riil. Saat ini, BI dinilai memaksakan penaikan LDR dan GWM tanpa memikirkan perbaikan ke sektor riil. Menurutnya, jika GWM primer jadi naik ke 8% dari 5%, inasi memang akan berkurang karena bank menarik likuidi- tas. Namun di sisi lain, biaya pengelolaan dana (cost of fund) juga naik sehingga suku bunga otomatis meningkat dan mem- buat inasi lebih tinggi. “Kurang tepat menaik- kan GWM primer kalau ber- tujuan mengurangi inflasi. Kontraproduktif karena nanti akhirnya bank jadi menaikkan suku bunga,” jelasnya. Karena itu, ia menilai pe- naikan LDR dan GWM akan menjadi disinsentif atau ber- banding terbalik. “GWM tidak perlu naik jika LDR sudah dinaikkan,” imbuhnya. Ia memperkirakan ada dua perilaku yang mungkin terjadi jika BI jadi menaikkan LDR dan GWM. Pertama, bank mungkin akan ekspansi de- ngan kredit konsumsi. “Kalau konsumsi artinya kredit macet (non performing loan) berpotensi tinggi,” jelasnya. Kedua, akan terjadi inasi yang terdorong oleh mening- katnya kredit konsumsi. “Jadi saya pikir ini kebijakan kontraproduktif semua. Harus- nya pemerintah menyelesaikan bersama dengan BI,” ucapnya. Misalnya, jika pemerintah ingin membangun sektor ma- nufaktur, manufakturlah yang kemudian oleh BI diarahkan ke sana. Harus ada dua yang jalan bersamaan. “Sekarang stuck di sini, tidak ada investasi,” tuturnya. (*/E-5) Pemekaran Daerah Mungkinkah Moratorium? Presiden cuma bisa teriak supaya pemekaran daerah dihentikan sementara. Politik & HAM, hal 18-19 HALAMAN 13 SENIN, 13 SEPTEMBER 2010 Ekonomi EKONOMIKA Bakrie Life Siap Bayar Cicilan Seusai Lebaran MANAJEMEN PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) menya- takan siap kembali membayar tunggakan cicilan dana nasabah pascalibur Lebaran. Namun, manajemen belum dapat menentu- kan berapa besaran dan kepastian waktu pembayaran. “Setelah Lebaran ini insya Allah akan ada pembayaran,” kata Direktur Utama Bakrie Life Timoer Sutanto dalam pesan singkatnya ke- pada Media Indonesia, kemarin. Menurut Timoer, mungkin untuk nasabah Diamond Investa baru akan dibayar sebagian dahulu. Seperti diketahui, manajemen Bakrie Life belum membayarkan dana pokok nasabah Diamond Investa sebesar Rp22,5 miliar atau 6,25% dari total dana pokok nasabah. (AT/E-2) Sebar Intel, Kemenkeu Perkuat Ditjen Pajak KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) berencana memperkuat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dalam meningkatkan kinerja mereka pada 2010-2011. Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (10/9), menyebutkan salah satunya adalah me nempatkan intelijen pajak untuk memperbaiki masalah pemalsuan dan transfer pricing. Selain penempatan intelijen, Kemenkeu pada kuartal IV 2010 akan memisahkan tugas Ditjen Pajak sebagai pembuat aturan pajak dengan Ditjen Pajak sebagai pelaksana administrasi perpajakan. Kemenkeu juga akan membentuk unit quality assurance untuk memeriksa perbedaan pandangan antara Wajib Pajak dan Ditjen Pajak. (*/E-2) BI dan Pemerintah Kurang Koordinasi Aviliani Sekretaris KEN I NDONESIA berhasil me- naikkan peringkat daya saing global (global com- petitiveness ) 2010-2011 versi World Economic Forum (WEF) sebanyak 10 tingkat. Namun demikian, Indonesia hanya mampu menempati urutan ke-5 di ASEAN. “Indonesia tahun ini men- duduki ranking 44 dari posisi 54 sebelumnya. Kenaikan pe- ringkat dan merupakan salah satu negara dengan prestasi terbaik yang naik peringkat sebanyak 10 tingkat,” ujar Men- teri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu dalam ke- terangan tertulis yang diterima Media Indonesia, pekan lalu. Indonesia berhasil mengung- guli peringkat daya saing dua dari negara BRIC (Brasil, Rusia, India dan China). Brasil hanya mampu menduduki peringkat 58, adapun Rusia di peringkat 63. BRIC adalah negara-nega- ra berkembang yang dinilai memiliki pertumbuhan ekono- mi paling pesat dan diprediksi menjadi raksasa-raksasa baru ekonomi dunia. Sayangnya, Indonesia masih belum mampu mendongkrak peringkat daya saing di ASE- AN dan hanya bisa mengekor Singapura (peringkat 3), Ma- laysia (26), Brunei (28) dan Thailand (38). Meski demikian, Mendag menilai Indonesia sudah meng- ukir prestasi. Menurutnya, penaikan peringkat ini terkait dengan penilaian terhadap kondisi makroekonomi yang sehat serta perbaikan pada indikator pendidikan. Keberhasilan ini membawa Indonesia naik 18 peringkat dari sisi kesehatan makro- ekonomi ke posisi 34. Pasalnya, Ketika banyak negara meng- alami desit anggaran, Indone- sia berhasil mengatasi masalah tersebut dengan sangat baik. “Utang publik tetap pada titik yang terkendali, yakni sejum- lah 31% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun tingkat tabungan meningkat sebesar 33% dari PDB,” tutur Mari. Ia menegaskan, Indonesia akan terus mengejar keterting- galan dari Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand. Masih terdapat beberapa hal yang bisa diperbaiki agar Indonesia dapat terus menjadi lebih baik. Salah satu yang patut menjadi perhatian adalah kondisi in- frastruktur jalan dan keterse- diaan pasokan listrik. Andalkan swasta Sementara itu, Menko Pereko- nomian Hatta Rajasa kembali menegaskan pemerintah akan mendorong pembangunan in- frastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta. “Jangan dibebankan selu- ruhnya di APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Kalaupun kita pompa APBN sampai maksimum 3%, kita juga masih belum bisa untuk membiayai infrastruktur.” Menurut Hatta, penggunaan APBN hanya untuk proyek- proyek yang tidak diminati swasta, seper ti waduk dan irigasi. “Kalau jalan tol, pe- merintah tidak ikut lagi. Kita dorong saja swasta. Pelabuhan, bandara sudah sangat me- narik,” katanya. Sebelumnya, baik kalangan ekonom maupun pengusaha menilai anggaran pemerin- tah untuk pembangunan in- frastruktur masih jauh dari memadai. Padahal seharusnya, pemerintahlah yang menja- di penggerak dan bukannya mengandalkan swasta. (*/E-2) [email protected] Daya Saing RI Urutan Ke-5 di ASEAN Salah satu yang menjadi perhatian adalah buruknya kondisi infrastruktur jalan dan pasokan listrik. Jajang Sumantri Kalaupun kita pompa (defisit) APBN sampai 3%, masih belum bisa membiayai infrastruktur.” Hatta Rajasa Menko Perekonomian ANTARA BELUM MELAUT: Nelayan melintasi perahu yang ditambatkan di Pantai Grajagan, Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (12/9). Ratusan nelayan tidak melaut selama Hari Raya Idul Fitri 1431 H, dan akan melaut lagi setelah Lebaran Ketupat atau tujuh hari setelah Idul Fitri. Indonesia mempunyai potensi di sektor perikanan yang sangat besar, namun produksinya baru sekitar 10 juta ton selama tahun 2009. Pada 2010, produksi tersebut diharapkan bisa ditingkatkan minimal menjadi 12 juta ton. ANTARA/SENO S. MI/M SOLEH

Upload: buitruc

Post on 30-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileNamun di sisi lain, biaya pengelolaan dana (cost of fund ... laysia (26), Brunei (28) dan Thailand (38). Meski demikian, Mendag menilai Indonesia sudah

BANK Indonesia (BI) dan pe-merintah diminta mengkaji kebijakan penaikan loan to de-posit ratio (LDR) dan giro wajib minimum (GWM). Menurut Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani, BI dan peme rintah berjalan send-iri-sendiri dalam memutuskan penaikan LDR dan GWM.

“Yang perlu dilakukan adalah berkoordinasi dengan pemerin-tah,” kata Aviliani di Jakarta, pekan lalu. Ia mengatakan ke-bijakan BI menaikkan LDR dan GWM juga harus membangun sektor riil. Saat ini, BI dinilai memaksakan penaikan LDR dan GWM tanpa memikirkan perbaikan ke sektor riil.

Menurutnya, jika GWM primer jadi naik ke 8% dari 5%, infl asi memang akan berkurang karena bank menarik likuidi-tas. Namun di sisi lain, biaya pengelolaan dana (cost of fund) juga naik sehingga suku bunga otomatis meningkat dan mem-buat infl asi lebih tinggi.

“Kurang tepat menaik-kan GWM primer kalau ber-tujuan mengurangi inflasi. Kontraproduktif karena nanti akhir nya bank jadi menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Karena itu, ia menilai pe-naikan LDR dan GWM akan menjadi disinsentif atau ber-banding terbalik. “GWM tidak

perlu naik jika LDR sudah dinaikkan,” imbuhnya.

Ia memperkirakan ada dua perilaku yang mungkin terjadi jika BI jadi menaikkan LDR dan GWM. Pertama, bank mungkin akan ekspansi de-ngan kredit konsumsi. “Kalau konsumsi artinya kredit macet (non performing loan) berpotensi tinggi,” jelasnya.

Kedua, akan terjadi infl asi yang terdorong oleh mening-katnya kredit konsumsi.

“Jadi saya pikir ini kebijakan kontraproduktif semua. Harus-nya pemerintah menyelesaikan bersama dengan BI,” ucapnya. Misalnya, jika pemerintah ingin memba ngun sektor ma-nufaktur, manu fakturlah yang kemudian oleh BI diarahkan ke sana. Harus ada dua yang jalan bersamaan. “Sekarang stuck di sini, tidak ada investasi,” tuturnya. (*/E-5)

Pemekaran Daerah Mungkinkah Moratorium?

Presiden cuma bisa teriak supaya pemekaran daerah dihentikan sementara.

Politik & HAM, hal 18-19HALAMAN 13SENIN, 13 SEPTEMBER 2010Ekonomi

EKONOMIKA

Bakrie Life Siap Bayar Cicilan Seusai Lebaran

MANAJEMEN PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) menya-takan siap kembali membayar tunggakan cicilan dana nasabah pascalibur Lebaran. Namun, manajemen belum dapat menentu-kan berapa besaran dan kepastian waktu pembayaran. “Setelah Lebaran ini insya Allah akan ada pembayaran,” kata Direktur Utama Bakrie Life Timoer Sutanto dalam pesan singkatnya ke-pada Media Indonesia, kemarin. Menurut Timoer, mungkin untuk nasabah Diamond Investa baru akan dibayar sebagian dahulu. Seperti diketahui, manajemen Bakrie Life belum membayarkan dana pokok nasabah Diamond Investa sebesar Rp22,5 miliar atau 6,25% dari total dana pokok nasabah. (AT/E-2)

Sebar Intel, Kemenkeu Perkuat Ditjen Pajak

KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) berencana memperkuat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dalam meningkatkan kinerja mereka pada 2010-2011. Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (10/9), menyebutkan salah satunya adalah me nempatkan intelijen pajak untuk memperbaiki masalah pemalsuan dan transfer pricing. Selain penempatan intelijen, Kemenkeu pada kuartal IV 2010 akan memisahkan tugas Ditjen Pajak sebagai pembuat aturan pajak dengan Ditjen Pajak sebagai pelaksana administrasi perpajakan. Kemenkeu juga akan membentuk unit quality assurance untuk memeriksa perbedaan pandangan antara Wajib Pajak dan Ditjen Pajak. (*/E-2)

BI dan Pemerintah Kurang Koordinasi

AvilianiSekretaris KEN

INDONESIA berhasil me-naikkan peringkat daya saing global (global com-petitiveness) 2010-2011

versi World Economic Forum (WEF) sebanyak 10 tingkat. Namun demikian, Indonesia hanya mampu menempati urutan ke-5 di ASEAN.

“Indonesia tahun ini men-duduki ranking 44 dari posisi 54 sebelumnya. Kenaikan pe-ringkat dan merupakan salah satu negara dengan prestasi terbaik yang naik peringkat

sebanyak 10 tingkat,” ujar Men-teri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu dalam ke-terangan tertulis yang diterima Media Indonesia, pekan lalu.

Indonesia berhasil mengung-guli peringkat daya saing dua dari negara BRIC (Brasil, Rusia, India dan China). Brasil hanya mampu menduduki peringkat 58, adapun Rusia di peringkat 63. BRIC adalah negara-nega-ra berkembang yang dinilai memiliki pertumbuhan ekono-mi paling pesat dan diprediksi menjadi raksasa-raksasa baru ekonomi dunia.

Sayangnya, Indonesia masih belum mampu mendongkrak peringkat daya saing di ASE-AN dan hanya bisa mengekor Singapura (peringkat 3), Ma-laysia (26), Brunei (28) dan Thailand (38).

Meski demikian, Mendag menilai Indonesia sudah meng-ukir prestasi. Menurutnya,

penaikan peringkat ini terkait dengan penilaian terhadap kondisi makroekonomi yang sehat serta perbaikan pada indikator pendidikan.

Keberhasilan ini membawa Indonesia naik 18 peringkat dari sisi kesehatan makro-ekonomi ke posisi 34. Pasalnya, Ketika banyak negara meng-alami defi sit anggaran, Indone-

sia berhasil mengatasi masalah tersebut dengan sangat baik.

“Utang publik tetap pada titik yang terkendali, yakni sejum-lah 31% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun tingkat tabungan meningkat sebesar 33% dari PDB,” tutur Mari.

Ia menegaskan, Indonesia akan terus mengejar keterting-galan dari Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand. Masih terdapat beberapa hal yang bisa diperbaiki agar Indonesia dapat terus menjadi lebih baik. Salah satu yang patut menjadi perhatian adalah kondisi in-frastruktur jalan dan keterse-diaan pasokan listrik.

Andalkan swastaSementara itu, Menko Pereko-

nomian Hatta Rajasa kembali menegaskan pemerintah akan mendorong pemba ngunan in-frastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta.

“Jangan dibebankan selu-ruhnya di APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Kalaupun kita pompa APBN sampai maksimum 3%, kita juga masih belum bisa untuk membiayai infrastruktur.”

Menurut Hatta, penggunaan APBN hanya untuk proyek-proyek yang tidak diminati swasta, seper ti waduk dan irigasi. “Kalau jalan tol, pe-merintah tidak ikut lagi. Kita dorong saja swasta. Pelabuhan, bandara sudah sangat me-narik,” katanya.

Sebelumnya, baik kalangan ekonom maupun pengusaha menilai anggaran pemerin-tah untuk pembangunan in-frastruktur masih jauh dari memadai. Padahal seharusnya, pemerintahlah yang menja-di penggerak dan bukannya meng andalkan swasta. (*/E-2)

[email protected]

Daya Saing RI Urutan Ke-5 di ASEAN

Salah satu yang menjadi perhatian adalah buruknya kondisi infrastruktur jalan dan pasokan listrik.

Jajang Sumantri Kalaupun kita pompa (defisit) APBN sampai 3%, masih belum bisa membiayai infrastruktur.”Hatta RajasaMenko Perekonomian

ANTARA

BELUM MELAUT: Nelayan melintasi perahu yang ditambatkan di Pantai Grajagan, Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (12/9). Ratusan nelayan tidak melaut selama Hari Raya Idul Fitri 1431 H, dan akan melaut lagi setelah Lebaran Ketupat atau tujuh hari setelah Idul Fitri. Indonesia mempunyai potensi di sektor perikanan yang sangat besar, namun produksinya baru sekitar 10 juta ton selama tahun 2009. Pada 2010, produksi tersebut diharapkan bisa ditingkatkan minimal menjadi 12 juta ton.

ANTARA/SENO S.

MI/M SOLEH