ejaan
DESCRIPTION
ejaan bahasa indonesia ringkasTRANSCRIPT
A. Ejaan
Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan serta menggunakan tanda baca. Arifin dan Tasai
mengemukakan bahwa ejaan adalah keselurughan peraturan bagaimana
melambangkan buni ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu
(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ang dimaksud
dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Hal-hal yang
B. Kalimat Efektif
1. Penulisan Kalimat Efektif
Kalimat edektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan penulisnya
sedemikian rupa, sehingga pembaca memahami gagasan yang sama.
Syarat kalimat efektif:
a. Adanya kesatuan gagasan
b. Perpaduan unsur-unsur pembentuknya
Kesatuan gagasan diungkapkan uleh subjek (pokok kalimat) dan predikat
sebagai inti kalimat. Sementara itu, unsur-unsur lain merupakan keterangan,
pelengkap, atau objek.
Dalam berbahasa, orang tidak selalu menggunakan kalimat tungggal yang
sederhana, tetapi kadag-kadang, dan bahkan sering menggunakan dua kalimat atau
lebih menjadi kalimat baru yang biasa disebut kalimat majemuk. Dalam kalimat
majemuk, setiap klausa pembentuknya harus mempunyai kesatuan gagasan juga.
Dengan demikian kalimat majemuk mengandung lebih dari satu subjek dan/ satu
perdikat.
Apabila sebuah kalimat terdiri atas sebuah konstruksi S/P ang disebut
klausa, atau sebuah konstruksi non S/P ang ekuivalen dengan klausa, maka
kalimat berikut tergolong kalimat tunggal.
Contoh:
a. Pasukan Fedayen siap memasuki kota Bagdad.
b. Pasukan Marinir meninggalkan Aceh Utara.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal ialah
kalimat yang terdiri atas satu klausa. Jika dua kalimat tunggal digabungkan,
hasilnya berupa kallimat baru yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat ang
demikian itu disebut kalimat majemuk.
Contoh:
a. Pasukan Fedayen siap memasuki kota Bagdad setelah pasukan Amerika dan
Inggris menguasai Bandara Internasional Saddam Husein.
Klausa-klausa yang didahului kata sambung (konjungsi) setelah pada
contoh diatas adalah klausa subordinatif (bawahan) pengganti K, sedangkan
klausa- klausa lainnya merupakan klausa utama (prinsipal), tempat bergantungnya
klausa bawahan. Klausa utama sering disebut klausa induk sedangkan klausa
bawahan sering disebut klausa anak. Kalimat majemuk ang terdiri atas klausa
induk dan klausa anak dinamai kalimat majemuk bertingkat (beranak, bersusun,
subordinatif, tidak setara).
Ciri lahiriah yang mungkin dilihat pada kalimat majemuk bertingkat
adalah dimungkinkanna konjungsi (beserta klausa anaknya) dipindahkan ke depan
atau ke belakang klausa induknya tanpa mengubah maksud kalimat. Pemindahan
semacam itu tidak mungknn dilakukan pada kalimat majemuk jenis lain.
Kepaduan kalimat tercermin dalam huungan logis, diantaranya unsur-
unsur pembentuk kalimat. Untuk menandai kepaduan kalimat diperlukan berbagai
pemarkah, seperti pengejaan, preposisi (kata depan), dan kata sambung
(konjungtor).
2. Pengejaan/Pengimbuhan
Sejak diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia ang Disempurnakan
(1972), sekalipun sampai sekarang dianggap belum sempurna dan terus
disempurnakan, semua huruf/tulisan dalam abjad Latin secara resmi sudah
menjadi huruf bahasa indonesia. Beberaa masalah yang sering muncul dan
ditemukan dalam kasus pengejaan dan pengimbuhan serta penulisan istilah
serapan dari bahasa asing adalah sebagai berikut:
a. Pemakaian huruf f dan v tertukar dengan p, misalnya:
Negatif - bukan negatip atau negativ
Provinsi - bukan propinsi atau atau profinsi
b. Tidak dikenal adanya konsonan rangkap, misalnya:
Klasifikasi - bukan klassifikasi
Efisien - bukan effisien
c. Huruf sebagai pengganti huruf j dulu, tidak dapat dipakai sebgai huruf i lagi,
misalnya:
Analisis - bukan analysis/analisa apalagi analysa
Hipokrit - bukan hypokrit
d. Huruf x hana dipakai di awal kata, ditempat lain diganti dengan ks, misalnya:
Export - ekspor
Taxi - taksi
e. Huruf h pada gugus gh, rh, teh dihilangkan sedangkan huruf ph menjadi f dan ch
menjadi k, misalnya:
Sorgum - bukan sorghum
Tesis - bukan thesis
Fisik - bukan phisik
f. Kata sulit yang selalu ditulis secara salah, misalnya:
Kuantitas - bukan kwantitas
Jadwal - bukan jadual
g. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran –ika, misalnya:
Sistematika- bukan sistematik atau sistimatika
Genetika - bukan genetik
h. Dalam bahasa Indonesia, satu bentuk kata dapat berfungsi sebagai kata benda,
misalnya:
Depatement of genetics - jurusan genetika
Genetical evidence - bukti genetika, bukan bukti genetis atau bukti genetik
3. Penulisan Kata Depan (Preposisi)
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur
pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur
ang mengikutinya dapat berupa nomina pasar dan verba mengail dapat dibentuk
frasa preposisional ke pasar, di pasar, dari pasar dan dengan mengail. Frasa
preposisional seperti itu bersifat eksosentrik, artinya ditinjau dari segi bentuknya,
preposisi dapat berupa monorfemis atau polimorfemis.
Preposisi monofermis adalah preposisi yang terdiri atas satu morfem,
karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut ini adalah contoh
preposisi dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya:
a. bagi
untuk
buat
guna : menandai hubungan peruntukan
b. dari : menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik
dengan : menandai hubungan kesetaraan atau cara
di : menandai hubungan tempat berada
c. karena/sebab : menandai hubungan sebab
ke : menandai hubungan arah menuju suatu tempat
oleh : menandai hubungan pelaku
pada : menandai hubungan tempat atau waktu
tentang : menandai hubungan ihwal peristiwa
sejak : menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain
Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam:
a. yang dibantuk dengan memakai afiks (imbuhan)
contoh : semacam, bagaikan, bersama/beserta, menjelang, menuju,
menurut, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, semacam terhadap,
bagaikan
b. yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih
contoh : daripada, kepada, oleh karena, selain dari
4. Kata sambung (Konjungsi)
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua
klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah kata sambung.
5. Hubungan Logis Intrakalimat
Di dalam tulisan ilmiah, hubungan logis harus diungkapkan secara
eksplisit agar pembaca mudah memahami maksud penulis. Bahasa Indonesia
mengenal tiga macam hubungan logis.
a. Hubungan koordinatif (setara) diantara bagian-bagian kalimat
(proposisi). Ditandai oleh kata sambung : dan, serta, atau, tetapi
dan padahal.
b. Hubungan korelatif adalah hubungan saling mengait diantara
bagian-bagian kalimat. Ditandai oleh kata sambung:
baik ...maupun; tidak hanya..., tetapi juga, dll.
c. Hubungan subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara
induk kalimat dan anak kalimat. Ditandai oleh kata sambung:
sejak, semenjak, sedai, sewaktu, ketika, dll.
6. Hubungan Logis Antarkalimat
Hubungan logis antarkalimat pada dasarnya sama dengan hubungan lois
antarklausa walaupun ada hubungan logis tertentu yang hanya terungkap dalam
kalimat, sementara hubungan logis ang lain hanya terungkap di antara dua
kalimat. Kata sambung yang digunakan harus mengacu ke kalimat terdahulu. Kata
sambung antar kalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan paragraf
yang satu dengan yang lain. Didalam penulisannya kata sambung antarkalimat
harus disertai tanda koma.
7. Kesejajaran Satuan dalam Kalimat
Yang dimaksud satuan disini adalah satuan bahasa, seperti subjek,
predikat, objek, keterangan, dsb. Sejajar ang dibahas adalah sejajar atau tidaknya
satuan-satuan pembentuk kalimat, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna.
Tentu dengan mengandaikan unsur pembentuk kalimat lebih dari satu.
Contoh kalimat sejajar:
Zakaria kini memerlukan perhatian dan pertolongan.
8. Strukur Kalimat yang bernalar
Syarat kalimat yang benar strukurnya harus lengkap dan tidak terdapat
kesalahan penalaran atau penafsiran dari kalimat tersebut jelas.