ejaan

8
A. Ejaan Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan serta menggunakan tanda baca. Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa ejaan adalah keselurughan peraturan bagaimana melambangkan buni ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. Hal-hal yang B. Kalimat Efektif 1. Penulisan Kalimat Efektif Kalimat edektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan penulisnya sedemikian rupa, sehingga pembaca memahami gagasan yang sama. Syarat kalimat efektif: a. Adanya kesatuan gagasan b. Perpaduan unsur-unsur pembentuknya Kesatuan gagasan diungkapkan uleh subjek (pokok kalimat) dan predikat sebagai inti kalimat. Sementara

Upload: ratika-nur-jasmin

Post on 06-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ejaan bahasa indonesia ringkas

TRANSCRIPT

Page 1: ejaan

A. Ejaan

Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,

kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan serta menggunakan tanda baca. Arifin dan Tasai

mengemukakan bahwa ejaan adalah keselurughan peraturan bagaimana

melambangkan buni ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu

(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ang dimaksud

dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.

Hal-hal yang

B. Kalimat Efektif

1. Penulisan Kalimat Efektif

Kalimat edektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan penulisnya

sedemikian rupa, sehingga pembaca memahami gagasan yang sama.

Syarat kalimat efektif:

a. Adanya kesatuan gagasan

b. Perpaduan unsur-unsur pembentuknya

Kesatuan gagasan diungkapkan uleh subjek (pokok kalimat) dan predikat

sebagai inti kalimat. Sementara itu, unsur-unsur lain merupakan keterangan,

pelengkap, atau objek.

Dalam berbahasa, orang tidak selalu menggunakan kalimat tungggal yang

sederhana, tetapi kadag-kadang, dan bahkan sering menggunakan dua kalimat atau

lebih menjadi kalimat baru yang biasa disebut kalimat majemuk. Dalam kalimat

majemuk, setiap klausa pembentuknya harus mempunyai kesatuan gagasan juga.

Dengan demikian kalimat majemuk mengandung lebih dari satu subjek dan/ satu

perdikat.

Page 2: ejaan

Apabila sebuah kalimat terdiri atas sebuah konstruksi S/P ang disebut

klausa, atau sebuah konstruksi non S/P ang ekuivalen dengan klausa, maka

kalimat berikut tergolong kalimat tunggal.

Contoh:

a. Pasukan Fedayen siap memasuki kota Bagdad.

b. Pasukan Marinir meninggalkan Aceh Utara.

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal ialah

kalimat yang terdiri atas satu klausa. Jika dua kalimat tunggal digabungkan,

hasilnya berupa kallimat baru yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat ang

demikian itu disebut kalimat majemuk.

Contoh:

a. Pasukan Fedayen siap memasuki kota Bagdad setelah pasukan Amerika dan

Inggris menguasai Bandara Internasional Saddam Husein.

Klausa-klausa yang didahului kata sambung (konjungsi) setelah pada

contoh diatas adalah klausa subordinatif (bawahan) pengganti K, sedangkan

klausa- klausa lainnya merupakan klausa utama (prinsipal), tempat bergantungnya

klausa bawahan. Klausa utama sering disebut klausa induk sedangkan klausa

bawahan sering disebut klausa anak. Kalimat majemuk ang terdiri atas klausa

induk dan klausa anak dinamai kalimat majemuk bertingkat (beranak, bersusun,

subordinatif, tidak setara).

Ciri lahiriah yang mungkin dilihat pada kalimat majemuk bertingkat

adalah dimungkinkanna konjungsi (beserta klausa anaknya) dipindahkan ke depan

atau ke belakang klausa induknya tanpa mengubah maksud kalimat. Pemindahan

semacam itu tidak mungknn dilakukan pada kalimat majemuk jenis lain.

Kepaduan kalimat tercermin dalam huungan logis, diantaranya unsur-

unsur pembentuk kalimat. Untuk menandai kepaduan kalimat diperlukan berbagai

pemarkah, seperti pengejaan, preposisi (kata depan), dan kata sambung

(konjungtor).

2. Pengejaan/Pengimbuhan

Page 3: ejaan

Sejak diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia ang Disempurnakan

(1972), sekalipun sampai sekarang dianggap belum sempurna dan terus

disempurnakan, semua huruf/tulisan dalam abjad Latin secara resmi sudah

menjadi huruf bahasa indonesia. Beberaa masalah yang sering muncul dan

ditemukan dalam kasus pengejaan dan pengimbuhan serta penulisan istilah

serapan dari bahasa asing adalah sebagai berikut:

a. Pemakaian huruf f dan v tertukar dengan p, misalnya:

Negatif - bukan negatip atau negativ

Provinsi - bukan propinsi atau atau profinsi

b. Tidak dikenal adanya konsonan rangkap, misalnya:

Klasifikasi - bukan klassifikasi

Efisien - bukan effisien

c. Huruf sebagai pengganti huruf j dulu, tidak dapat dipakai sebgai huruf i lagi,

misalnya:

Analisis - bukan analysis/analisa apalagi analysa

Hipokrit - bukan hypokrit

d. Huruf x hana dipakai di awal kata, ditempat lain diganti dengan ks, misalnya:

Export - ekspor

Taxi - taksi

e. Huruf h pada gugus gh, rh, teh dihilangkan sedangkan huruf ph menjadi f dan ch

menjadi k, misalnya:

Sorgum - bukan sorghum

Tesis - bukan thesis

Fisik - bukan phisik

f. Kata sulit yang selalu ditulis secara salah, misalnya:

Kuantitas - bukan kwantitas

Jadwal - bukan jadual

Page 4: ejaan

g. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran –ika, misalnya:

Sistematika- bukan sistematik atau sistimatika

Genetika - bukan genetik

h. Dalam bahasa Indonesia, satu bentuk kata dapat berfungsi sebagai kata benda,

misalnya:

Depatement of genetics - jurusan genetika

Genetical evidence - bukti genetika, bukan bukti genetis atau bukti genetik

3. Penulisan Kata Depan (Preposisi)

Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur

pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur

ang mengikutinya dapat berupa nomina pasar dan verba mengail dapat dibentuk

frasa preposisional ke pasar, di pasar, dari pasar dan dengan mengail. Frasa

preposisional seperti itu bersifat eksosentrik, artinya ditinjau dari segi bentuknya,

preposisi dapat berupa monorfemis atau polimorfemis.

Preposisi monofermis adalah preposisi yang terdiri atas satu morfem,

karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut ini adalah contoh

preposisi dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya:

a. bagi

untuk

buat

guna : menandai hubungan peruntukan

b. dari : menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik

dengan : menandai hubungan kesetaraan atau cara

di : menandai hubungan tempat berada

c. karena/sebab : menandai hubungan sebab

ke : menandai hubungan arah menuju suatu tempat

oleh : menandai hubungan pelaku

pada : menandai hubungan tempat atau waktu

tentang : menandai hubungan ihwal peristiwa

sejak : menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain

Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam:

Page 5: ejaan

a. yang dibantuk dengan memakai afiks (imbuhan)

contoh : semacam, bagaikan, bersama/beserta, menjelang, menuju,

menurut, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, semacam terhadap,

bagaikan

b. yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih

contoh : daripada, kepada, oleh karena, selain dari

4. Kata sambung (Konjungsi)

Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua

klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah kata sambung.

5. Hubungan Logis Intrakalimat

Di dalam tulisan ilmiah, hubungan logis harus diungkapkan secara

eksplisit agar pembaca mudah memahami maksud penulis. Bahasa Indonesia

mengenal tiga macam hubungan logis.

a. Hubungan koordinatif (setara) diantara bagian-bagian kalimat

(proposisi). Ditandai oleh kata sambung : dan, serta, atau, tetapi

dan padahal.

b. Hubungan korelatif adalah hubungan saling mengait diantara

bagian-bagian kalimat. Ditandai oleh kata sambung:

baik ...maupun; tidak hanya..., tetapi juga, dll.

c. Hubungan subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara

induk kalimat dan anak kalimat. Ditandai oleh kata sambung:

sejak, semenjak, sedai, sewaktu, ketika, dll.

6. Hubungan Logis Antarkalimat

Hubungan logis antarkalimat pada dasarnya sama dengan hubungan lois

antarklausa walaupun ada hubungan logis tertentu yang hanya terungkap dalam

kalimat, sementara hubungan logis ang lain hanya terungkap di antara dua

kalimat. Kata sambung yang digunakan harus mengacu ke kalimat terdahulu. Kata

sambung antar kalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan paragraf

Page 6: ejaan

yang satu dengan yang lain. Didalam penulisannya kata sambung antarkalimat

harus disertai tanda koma.

7. Kesejajaran Satuan dalam Kalimat

Yang dimaksud satuan disini adalah satuan bahasa, seperti subjek,

predikat, objek, keterangan, dsb. Sejajar ang dibahas adalah sejajar atau tidaknya

satuan-satuan pembentuk kalimat, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna.

Tentu dengan mengandaikan unsur pembentuk kalimat lebih dari satu.

Contoh kalimat sejajar:

Zakaria kini memerlukan perhatian dan pertolongan.

8. Strukur Kalimat yang bernalar

Syarat kalimat yang benar strukurnya harus lengkap dan tidak terdapat

kesalahan penalaran atau penafsiran dari kalimat tersebut jelas.