efektivitas sistem rujukan maternal dan neonatal

7
Artikel Penelitian J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012 428 Efektivitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur Nuri Purwito Adi,* Arietta Pusponegoro,** Risma K. Kaban*** *Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ***Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Abstrak Pendahuluan: Tingginya angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang dipengaruhi sistem rujukan. Belum pernah dilakukan evaluasi terhadap efektivitas sistem rujukan di Jakarta. Studi ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk perencanaan program yang tepat. Tujuan studi ini untuk mengetahui kompetensi, kelengkapan fasilitas dan aplikasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian dari sistem rujukan. Metode: Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi dan diskusi. Studi dilakukan di Jakarta Timur, melibatkan anam Puskesmas, dua Rumah Sakit Daerah dan Rumah Sakit Rujukan Pusat. Hasil: Semua pelayanan medis Puskesmas berpedoman pada dokumen informasi kesehatan, namun tidak ada tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED. Tenaga medis di rumah sakit cukup kompeten, hanya tenaga di unit gawat darurat belum mendapatkan pelatihan yang sesuai. Fasilitas pelayanan lengkap, kecuali ambulance yang sesuai untuk transport bayi baru lahir dan sarana di ruang perinatologi. SIK sudah dikembangkan pada masing-masing unit pelayanan namun belum terkoneksi satu sama lain. Pengembangan SIK di Puskesmas terkesan lambat dibanding rumah sakit. Rujukan pasien masih terhambat, dan saling menyalahkan antar fasilitas kesehatan karena tidak adanya prosedur. Kesimpulan: Sistem rujukan di Jakarta Timur masih belum efektif karena tidak adanya sistem rujukan yang baku yang disepakati oleh sarana pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan. Aplikasi SIK juga tidak optimal untuk mendukung sistem rujukan. J Indon Med Assoc. 2012;62:428-34. Kata kunci : Sistem Rujukan, Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Urban Health Program, Jakarta Timur Korespondensi : Nuri Purwito Adi, Email: [email protected], [email protected]

Upload: budi-iman-santoso

Post on 24-Nov-2015

82 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sistem Rujukan

TRANSCRIPT

  • Artikel Penelitian

    J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012428

    Efektivitas Sistem Rujukan Maternal danNeonatal di Jakarta Timur

    Nuri Purwito Adi,* Arietta Pusponegoro,** Risma K. Kaban***

    *Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta**Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta***Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    AbstrakPendahuluan: Tingginya angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitaspelayanan kesehatan yang dipengaruhi sistem rujukan. Belum pernah dilakukan evaluasiterhadap efektivitas sistem rujukan di Jakarta. Studi ini diharapkan bisa menjadi masukanuntuk perencanaan program yang tepat. Tujuan studi ini untuk mengetahui kompetensi,kelengkapan fasilitas dan aplikasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian dari sistemrujukan.Metode: Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi dan diskusi. Studidilakukan di Jakarta Timur, melibatkan anam Puskesmas, dua Rumah Sakit Daerah dan RumahSakit Rujukan Pusat.Hasil: Semua pelayanan medis Puskesmas berpedoman pada dokumen informasi kesehatan,namun tidak ada tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED. Tenaga medis di rumah sakitcukup kompeten, hanya tenaga di unit gawat darurat belum mendapatkan pelatihan yangsesuai. Fasilitas pelayanan lengkap, kecuali ambulance yang sesuai untuk transport bayi barulahir dan sarana di ruang perinatologi. SIK sudah dikembangkan pada masing-masing unitpelayanan namun belum terkoneksi satu sama lain. Pengembangan SIK di Puskesmas terkesanlambat dibanding rumah sakit. Rujukan pasien masih terhambat, dan saling menyalahkanantar fasilitas kesehatan karena tidak adanya prosedur.Kesimpulan: Sistem rujukan di Jakarta Timur masih belum efektif karena tidak adanya sistemrujukan yang baku yang disepakati oleh sarana pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan.Aplikasi SIK juga tidak optimal untuk mendukung sistem rujukan. J Indon Med Assoc.2012;62:428-34.Kata kunci : Sistem Rujukan, Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Urban Health Program, JakartaTimur

    Korespondensi: Nuri Purwito Adi,Email: [email protected], [email protected]

  • J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012 429

    Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    The Effectiveness of Maternal and Neonatal Refferal System in East Jakarta

    Nuri Purwito Adi,* Arietta Pusponegoro,** Risma K. Kaban***

    *Department of Community Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta**Department of Obstetric and Gynaecology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta

    ***Department of Pediatric, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta

    AbstractIntroduction: High maternal mortality rate in Indonesia reflected poor quality of health serviceswhich is affected by referral system. Health services referral system in Jakarta has never beenevaluated. This study is expected to give an input for prospective program. The purposes of thisstudy were determined competency, completeness facilities and application of health informationsystem (HIS) as part of the referral system.Methods: This study used a qualitative approach such as observation and discussion. Study wasconducted in East Jakarta, involving six Primary Health Center (Puskesmas), two District Hos-pital and Referral Hospital.Results: All medical services in Puskesmas were done based on SOP. But there is no healthpersonnel had been trained PONED. Health personnel at the hospital were adequately competent,only at ER Department, not all personnel were appropriately trained. All health services facilitieshad proper facilities, except for ambulance, especially ambulance for newborns. Health Informa-tion System (HIS) was developed for each health services but not yet been connected each other.HIS development in Puskesmas was less compared to hospital. Referral of patients were stillblocked, and there were miscommunication between health facilities due to lack of procedures.Conclusion: Health Referral system in East Jakarta have not been effective in the absence of astandard reference system agreed upon by health facilities. Application of HIS was also notoptimal to support the referral system. J Indon Med Assoc. 2012;62:428-34.Keywords: Health referral systems, Health Information Systems (HIS), Urban Health Program,East Jakarta.

    PendahuluanTingginya angka kematian ibu di Indonesia menun-

    jukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan terutamakesehatan ibu.1 Penurunan angka kematian ibu dikatakanmustahil tanpa adanya sistem rujukan yang efektif terutamauntuk kasus dengan komplikasi.2,3 WHO juga menyatakanbahwa salah satu aspek fundamental pelayanan kesehatanprimer (termasuk ibu dan anak) adalah adanya hubunganyang erat dengan level di atasnya. Hubungan yang erat initercermin sebagai suatu sistem rujukan yang efektif.4

    Sistem rujukan maternal dan neonatal di Indonesiabelum pernah dilakukan penilaian penerapannya. Namunsecara umum masih banyak keluhan mengenai sistem rujukantersebut antara lain dokter umum yang dianggap asal rujukatau selalu merujuk, sehingga terjadi pengulanganpemeriksaan diagnostik, tidak ada sistem rujuk balik danpenumpukan pasien strata primer di rumah sakit. Walaupunbelum terdapat data secara empiris, secara logika fenomenaini membuat pelayanan kesehatan menjadi tidak efisien danmahal. Suatu penelitian kasus kontrol di Maharasthra, India

    menunjukkan bahwa kematian ibu lebih banyak terjadi padakomplikasi kasus kebidanan yang mengalami penundaanrujukan dan ibu yang terlalu banyak dirujuk.5

    World Health Organization (WHO) menyatakan bahwauntuk membuat layanan rujukan yang baik perlu disertaidengan mekanisme pengawasan sistem.4 Pengawasan sistemdapat berlangsung bila kita menerapkan Sistem InformasiKesehatan (Health Information System). SIK akan membantumengarahkan dokter untuk membuat diagnosis yang tepatkarena kemudahan akses informasi, termasuk yang berkaitandengan rujukan pasien.6 Aspek SIK ini menjadi pentingkarena semua fasilitas kesehatan di Jakarta Timur sudahmengaplikasikan sistem ini. Namun penilaian atas kinerja danefektivitas sistem ini belum pernah dilakukan.

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersamadengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov) telahmembangun komitmen bersama lewat penandatangananPerjanjian Kerja Sama (PKS). PKS ini juga melibatkan RumahSakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada PKS ini disebutkan

  • Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012430

    pihak terkait akan melaksanakan usaha bersama untukmemperbaiki pelayanan kesehatan di DKI Jakarta.7 Kegiatanyang dilaksanakan adalah membuat Urban Health Programdengan salah satu aspek yang akan diintervensi adalahsistem rujukan pelayanan kesehatan. Pada tahap awal Ur-ban Health Program akan memfokuskan area studi di JakartaTimur oleh karena itu penelitian ini hanya meliputi daerahtersebut dan diharapkan penelitian dapat memberikankontribusi terhadap Urban Health Program.

    Mengingat penilaian tentang efektivitas sistem rujukandi Jakarta Timur belum pernah dilakukan sehingga penelitianini layak untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menilaiefektifitas sistem rujukan maternal dan neonatal dari sisikompetensi tenaga medis, fasilitas, dan aplikasi SIK di saranakesehatan di Jakarta Timur. Secara skematis ditunjukkan olehkerangka konsep sebagai berikut :

    MetodeDesain penelitian adalah potong lintang dengan

    pendekatan kualitatifyang pengambilan datanya dilakukanmelalui diskusi dan pengamatan langsung di fasilitaskesehatan.Diskusi dilakukan dengan pihak yang bersing-gungan langsung seperti dokter, bidan, perawat, dokterspesialis kebidanan dan anak, direktur pelayanan medis danpenanggung jawab UGD. Diskusi juga dilakukan denganpenanggung jawab IT. Hasil dari diskusi dan pengamatankemudian dibandingkan dengan acuan yang berlaku, sertaarahan ideal mengenai pelayanan tersebut di DKI Jakarta.Penilaian kompetensi dan fasilitas akan dibandingkan denganfasilitas standar layanan PONED/PONEK. Penilaian aplikasiSIK digunakan pendekatan PRISM Framework.

    Sesuai dengan kesepakatan dengan pihak DinasKesehatan DKI Jakarta, studi ini akan melibatkan dua rumahsakit daerah di Jakarta Timur yaitu RS Budi Asih dan RSPasar Rebo. Untuk setiap RS dipilih tiga Puskesmas jejaringyang akan dilakukan evaluasi, yaitu Puskesmas Ciracas,Puskesmas Kramat Jati dan Puskesmas Pasar Rebo denganRS Pasar Rebo dan Puskesmas Cakung, Pukesmas Jatinegaradan Puskesmas Pulo Gadung dengan RS Budi Asih. Kedua

    Efektivitas Sistem Rujukan Maternal

    Neonatal

    Kompetensi dan Fasilitas Sistem

    Rujukan Maternal

    Kompetensi dan Fasilitas Sistem

    Rujukan Neonatal

    Penilaian Aplikasi sistem SIK

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

    RS tersebut juga akan dinilai mekanisme rujukannya denganRS pusat (RSCM).HasilPelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas

    Puskesmas telah menyelenggarakan pelayanan asuhankehamilan sejak trimester awal dan memberikan suplemen besidan multivitamin untuk ibu selama kehamilan. Tidak satu punPuskesmas yang memiliki tenaga kesehatan yang telahmengikuti pelatihan standar PONED selain faktor kurangnyatenaga medis itu sendiri. Berdasarkan pengamatan, pena-nganan yang dilakukan Puskesmas juga tidak melakukanperawatan kasus obstetri seperti yang disyaratkan padaPONED, seperti kasus sungsang dan persalinan dengantindakan dikarenakan anggapan penanganan kasus tersebutbukan wewenang dokter umum atau bidan. Perawatan kasusobstetri yang dilakukan di Puskesmas adalah perawatanpersalinan normal tanpa penyulit.Disini terlihat bahwa pro-gram kerja Puskesmas di Jakarta Timur tidak sepenuhnyasama dengan arahan secara nasional maupun WHO. Bebe-rapa puskesmas telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001.Fasilitas dan sarana prasarana penanganan kasus obstetrijuga telah dimiliki oleh semua Puskesmas dengan baik. Semuaalat-alat pertolongan persalinan serta obat-obatan tersimpandengan rapi di ruang bersalin.

    Pelayanan Rujukan di PuskesmasKendala yang dihadapi oleh Puskesmas di Jakarta Timur

    adalah ibu yang tidak mau dirujuk dengan alasan biaya trans-port dan alasan lainnya. Rujukan juga dilakukan olehPuskesmas pada fase in partu, biasanya hal ini terjadi karenaibu yang seharusnya sudah dirujuk ke fasilitas yang lebihtinggi, tidak mau datang ke fasilitas tersebut, dan datang lagike Puskesmas dalam keadaan in partu. Untuk menanganikasus ini, Puskesmas akan menilai apakah ibu dapat ditolongdi Puskesmas, bila pada penilaian tersebut dinyatakan tidakdapat ditolong, Puskesmas akan mengirim pasien tersebutke rumah sakit dengan menggunakan ambulans dan ditemanioleh bidan. Hal ini berlaku standar di semua Puskesmas. Halyang ditemukan tidak dilakukan secara serempak adalah tidaksemua Puskesmas melakukan komunikasi terlebih dahuludengan fasilitas terujuk.Aplikasi SIK di Puskesmas

    Aplikasi SIK merupakan bantuan suku dinas Kemen-terian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) berupakomputer, piranti lunak dan pelatihan penanggung jawabinformation technology (IT). Data tidak dimasukkan langsungke komputer, melainkan ditulis di dalam status sebelum disalinke komputer. Dalam struktur puskesmas hanya ada satu or-ang penanggung jawab IT yang bekerja dalam satuan kerjapuskesmas tanpa dibantu oleh staf lain. Di sisi lain, petugaskesehatan merasa keberatan jika harus memasukkan data kedalam komputer.

  • Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012 431

    Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah SakitDaerah

    Bila dilihat dari tenaga medis rumah sakit juga terlihatbahwa kemampuan tenaga medis yang ada sudah sesuai.Semua bidan sudah mendapatkan pelatihan AsuhanPersalinan Normal (APN), perawat di ruang perinatologi sudahmendapatkan pelatihan, terdapat dokter spesialis kebidanandan spesialis anak dengan fellow perinatologi. Hal serupajuga berlaku pada RS di Belanda, yaitu kepentingan pelayananadalah untuk menemui spesialis sebagai bagian dari prosesrujukan. Meskipun begitu masih ada sebagian kecil masya-rakat Belanda yang ingin langsung mendapat pelayanan dirumah sakit tanpa melalui proses rujukan dengan biaya yangtidak ditanggung oleh asuransi.

    Pelayanan Rujukan Rumah Sakit DaerahRumah sakit daerah menerima rujukan dari sarana

    kesehatan primer seperti puskesmas atau rumah sakit lainnya.Keluhan dari puskesmas mengenai telpon yang tidak pernahdiangkat atau pasien yang diterlantarkan patut menjadiperhatian. Ambulans yang ada saat ini tidak bisa digunakanuntuk rujukan perinatologi mengingat tidak adanya fasilitasatau ambulans khusus untuk kasus perinatologi. Sisteminformasi kesehatan juga telah tersedia di rumah sakitwalaupun belum optimal.

    Pelayanan Kesehatan dan Rujukan Ibu dan Anak diRumah Sakit Pusat

    Pelayanan kesehatan ibu dan anak di pusat telah me-miliki sumber daya yang memadai walaupun sarana ruangperawatan kurang. Jalur komunikasi juga sulit dilakukan.Selain itu, banyak pula kasus yang dirujuk padahal sebe-narnya dapat ditangani pada penyedia layanan kesehatanyang lebih rendah. Sistem informasi kesehatan juga belumterintegrasi.

    DiskusiPelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas

    Sesuai dengan arahan WHO tentang program SafeMotherhood, terdapat program-program yang diaplikasikanuntuk sarana kesehatan primer di Indonesia, namun padapengamatan yang dilakukan pada penelitian ini tidak semuaaspek sudah dipenuhi dan beberapa aspek sudah mengalamimodifikasi. Aspek yang telah dipenuhi adalah pelayanankesehatan untuk kasus obstetri dan konsep sayang ibudan sayang bayi. Bentuk konsep itu terlihat dari pemberiankonseling dan edukasi selama ANC (Antenatal Care).

    Safe motherhood mensyaratkan sarana pelayanankesehatan primer memenuhi semua ketentuan pelayananPONED, namun dari sisi ketenagaan tidak satu pun Pus-kesmas yang memiliki tenaga kesehatan yang telah mengikutipelatihan standar PONED selain faktor kurangnya tenagamedis itu sendiri.

    Di Belanda juga tidak dicantumkan secara pasti acuanapakah seorang tenaga medis harus mengikuti pelatihanPONED. Walau demikian sebagian besar kehamilan akanditangani oleh bidan karena asuransi hanya mengganti biayabidan bila kehamilan tersebut normal. Dokter umum dapatmelakukan pemeriksaan ginekologi sederhana bila diperlukandan bahkan ANC bila tidak ada bidan di daerah tersebut.

    Di sisi lain, puskesmas telah melakukan pendekatanyang positif dengan mendapatkan sertifikasi ISO 9001.Melalui sertifikasi tersebut semua kegiatan pelayanan harusdidokumentasikan, termasuk kegiatan pelayanan kebidanan.Dengan sertifikasi ISO ini, Puskesmas memiliki form yangdigunakan untuk skrining faktor risiko ibu hamil untukkemudian menilai apakah ibu tersebut dapat ditolongpersalinannya di puskesmas atau harus dirujuk ke rumah sakit.Puskesmas juga dituntut mendokumentasikan tatacaraprosedur tindakan medis, yang dikenal sebagai Instruksi Kerja(IK) Melalui IK, setiap tindakan yang dilakukan petugas medisdapat dinilai ketepatannya, dan petugas medis juga akanmerasa lebih percaya diri karena ada petunjuk yang jelasuntuk setiap tindakannya. Hal ini sejalan dengan kebijakanpemerintah daerah untuk mendorong sarana pelayanankesehatan memiliki kualitas pelayanan yang baik yangdibuktikan dengan pencapaian standar sertifikasi ISO 9001.

    Ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana penanganankasus obstetri juga terkait dengan sertifikasi ISO danpenggantian biaya persalinan bagi yang tidak mampu denganprogram jaminan persalinan (jampersal). Dengan adanya pro-gram ini ketersediaan suplai obat-obatan dan juga peng-gantian biaya perawatan lebih terjamin, walaupun sifatpembayarannya adalah reimbursement.

    Pelayanan Rujukan di PuskesmasPelayanan rujukan Puskesmas untuk kasus kebidanan

    dilakukan sejak masa ANC. Penemuan kasus ibu dengan risikotinggi mengharuskan Puskesmas untuk merujuk ibu ke rumahsakit. Kebijakan ini juga berlaku di Belanda dimana dokterumum atau bidan akan merujuk ke rumah sakit untuk ditanganioleh spesialis bila ditemukan kasus dengan resiko tinggi ataukomplikasi. Proses rujukan ini masih ditanggung biayanyaoleh asuransi selama ada proses rujukan.

    Kendala dalam merujuk pasien dari puskesmas perluditangkap oleh Pemerintah Daerah untuk dicarikan solusi.Program subsidi transportasi seperti yang dilakukan padaprogram-program tata laksana TB di Afrika dapat dipikirkansebagai salah satu alternatif. Dana dapat diberikan melaluiPuskesmas, namun perlu dipastikan, dana digunakan untukalokasi yang sesuai yaitu transportasi ke Rumah Sakit. Modellain adalah upaya penyediaan transportasi untuk pasien tidakmampu yang dapat dikoordinir oleh Puskesmas. Anggaranuntuk hal ini dapat dibebankan pada program Jampersal bilamemungkinkan.

    Seperti disampaikan oleh Murray10, rujukan yang efektifmemerlukan komunikasi antar fasilitas. Tujuan dari komunikasi

  • J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012

    Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    432

    itu adalah agar pihak fasilitas terujuk mengetahui keadaanpasien dan dapat menyiapkan secara dini penanganan yangdiperlukan pasien segera setelah pasien sampai di rumahsakit. Beberapa Puskesmas telah menyebutkan alasan tidakmelakukan komunikasi terlebih dahulu karena seringdikatakan bahwa ruangan penuh sehingga pasien tidak bisadirujuk di rumah sakit tersebut. Aspek ini perlu dibenahi olehpemerintah daerah dengan membuat suatu sistem. Suatusistem yang dapat memberikan gambaran mengenai keter-sediaan ruang perawatan, panduan mengenai tatalaksanaspesifik untuk kasus gawat darurat, serta bantuan trans-portasi dengan fasilitas yang memadai. Sistem ini mungkinmemerlukan jejaring yang lebih luas, juga melibatkan saranakesehatan swasta yang mau untuk berpartisipasi. Sistem inihendaknya dapat memutuskan kemana seorang pasien dapatdikirim bila memerlukan rujukan, dengan cara bagaimanapasien tersebut dibawa, dan dengan menggunakan trans-portasi apa. Sistem ini juga mampu untuk menyiapkan saranakesehatan terujuk dengan fasilitas yang dibutuhkan untukpenanganan pasien tersebut. Sistem ini akan lebih efisiententunya bila didukung adanya jaringan saranan pelayanankesehatan yang memiliki kedekatan secara geografis.

    Sistem ini pula yang dikehendaki oleh Murray10 padarekomendasinya mengenai pelayanan rujukan yang efisien.Kendala lain yang dihadapi Puskesmas berkaitan denganmasalah rujukan adalah tidak adanya sarana ambulans,bekaitan dengan tidak adanya supir atau ambulans sedangdigunakan oleh pasien lain. Bila sistem seperti yang telahdisebutkan sebelumnya dapat berjalan, permasalahan iniagaknya juga sekaligus akan bisa diselesaikan.

    Sebagai contoh, ambulans di Belanda hanya dapatdipanggil melalui telp 112 atau perintah langsung dari dokterumum. Karena sebagian besarambulans merupakan sektorswasta, bila tidak sesuai prosedur normal maka akan adabiaya tambahan yang dikenakan kepada pasien. Namundemikian sistem transportasi pasien dari klinik ke rumah sakitdi Belanda sudah terintegrasi dengan baik sehingga pasienmerasa nyaman.

    Aplikasi SIK di PuskesmasSesuai dengan konsep PRISM Framework dari Aqil,

    aplikasi SIK di sarana pelayanan kesehatan dapat dilihat dari:

    Faktor TeknisDari pengakuan pihak penanggung jawab IT,

    kompleksitas tugasnya relatif minmal mengingat merekahanya diminta untuk memasukkan data ke dalam komputerdengan jenis komputer yang sama dilakukan untuk tugasadministrasi sehari-hari. Formulir yang digunakan sudahdibuat secara standar. Aspek yang dikeluhkan adalah stafharus memasukkan data lagi ke dalam komputer selain harusmenuliskannya ke dalam status. Staf puskesmas merasa halini sebagai pekerjaan yang dilakukan dua kali. Pada beberapapuskesmas mereka menyewa tenaga sendiri untuk mema-

    sukkan data ke dalam komputer pada akhir waktu pelayanan.

    Faktor OrganisasiPuskesmas menyebutkan hanya ada satu penanggung

    jawab IT yang diletakkan dalam satuan kerja (satker) khususPuskesmas. Artinya petugas ini tidak bertugas pada unittertentu di Puskesmas. Namun pada pelaksanaanya penang-gung jawab ini tidak memiliki staf penunjang di masing-masingunit di Puskesmas. Pekerjaan memasukkan data dan perawatandi tiap unit diserahkan pada perawat di unit tersebut dibantuoleh penanggung jawab IT bila ditemukan ada masalah. Darisisi penyegaran pengetahuan, penanggung jawab merasatidak pernah mendapatkan pelatihan spesifik tentang ITsetalah diberikan training pada awal penggunaan. Hanya biladitemukan ada masalah yang tidak bisa diselesaikanpenannggung jawab, mereka akan meminta bantuan staf sukudinas kominfo tersebut. Beberapa Puskesmas telah menga-lokasikan dana spesifik untuk pemeliharaan IT/SIK ini,namun sebagian yang lain tidak menganggarkannya.

    Faktor Perilaku Tenaga KesehatanDari aspek perilaku, beberapa petugas kesehatan merasa

    melakukan upaya memasukkan data lagi ke dalam komputermerupakan pekerjaan tambahan yang memberatkan. Merekamengatakan terpaksa harus malakukan hal tersebut karenamemang sudah menjadi komitmen Puskesmas. BeberapaPuskesmas yang menggunakan tenaga khusus untukmemasukkan data, merasa pekerjaannya lebih ringan. Daripihak penanggung jawab IT menyebutkan tidak pernah adapermintaan data dari staf Puskesmas. Data yang didapatkandigunakan untuk pembuatan laporan Puskesmas. Salahseorang penanggung jawab IT mengeluhkan adanyakomputer lemot sebagai salah satu penghambat kinerja.

    Proses Aplikasi SIKSelama ini di Puskesmas data yang dimasukkan

    digunakan untuk membuat laporan ke dinas kesehatan danrekapitulasi keuangan. Diluar kebutuhan tersebut tidakpernah ada permintaan atas data seperti untuk penelitian.

    Pembaharuan SIK di Sarana Pelayanan KesehatanTidak pernah dilakukan pembaharuan sistem SIK di

    puskesmas sejak pertama kali diaplikasikan oleh masing-masing puskesmas.

    Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah SakitDaerah

    WHO mensyaratkan pelayanan rujukan untuk kasusobstetri hendaknya bisa melakukan pelayanan strata primerditambah adanya fasilitas untuk pembedahan, anestesi, dantransfusi darah.9 Apabila dilihat dari ketiga syarat tersebutkeberadaan dua rumah sakit daerah di Jakarta Timur sudahmemenuhi standar.

  • Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012 433

    Hal yang perlu ditingkatkan pada salah satu rumah sakitadalah kemampuan tenaga dokter umum di UGD terutamaberkaitan dengan penanganan kasus kebidanan, sehinggapenanganan kasus kebidanan tidak lagi dioper ke ruangbersalin sehingga akan meningkatkan respon penanganankedaruratannya. Aspek yang perlu ditinjau di dalah saturumah sakit berkaitan dengan manajemen pengaturan stafdan remunerasi. Adanya tenaga dokter yang tidak bisadatang saat panggilan padahal yang bersangkutan sedangjaga on call adalah hal yang fatal. Hal itu perlu dibenahiterutama dari manajemen internal rumah sakit. Kebijakanuntuk mengangkat dokter umum sebagai dokter tetap jugapatut dipertimbangkan, mengingat hal ini berkaitan dengantanggung jawab dan alokasi waktu dokter untuk rumah sakit.Pelayanan Rujukan Rumah Sakit Daerah

    Rumah sakit daerah sebenarnya sudah punya aturanyang menurut mereka sudah disosialisikan ke Puskesmasmengenai cara merujuk yang mereka kehendaki, diantaranyadipersilahkan untuk menghubungi melalui telepon. Namunagaknya hal ini perlu dieavaluasi bersama. Peran dari peme-rintah daerah sebagai pembuat peraturan menjadi penting,untuk membuat aturan atau sistem rujukan yang jelas dantegas, diketahui oleh pihak puskesmas dan rumah sakit,sehingga masing-masing tidak membela kepentingan sendirinamun bekerja dengan sistem demi kebaikan pasien yangdirujuk.

    Keberadaan ambulans sebagai sarana penunjangrujukan juga mesti dievalusi. Hendaknya pemerintah daerahmenginisiasi suatu upaya untuk pengadaan ambulans ini.Beberapa rumah sakit swasta di DKI Jakarta telah memilikifasilitas ini, sehingga kerjasama untuk penggunaan saranaini amat dimungkinkan.

    Semua rumah sakit daerah telah memiliki SIK. SIKdibangun untuk meningkatkan efisiensi keuangan rumahsakit. Jadi sejauh ini data medis yang diakomodir dalam SIKmasih minimal. Bila diamati dengan menggunakan pendekatanPRISM Framework dari Aqil, pengamatannya sebagai berikut:

    Faktor TeknisRumah sakit mendesain arsitektur SIK nya sendiri

    mengingat hal inI diperlukan untuk efisisensi keuangan.Awalnya hanya identitas pasien yang diasukkan ke dalamsistem namun lambat laun meningkat dengan menambahkaninformasi medis. Untuk penanggung jawab SIK, kompleksitastugas nya dapat dikatakan berat mengingat harus memeliharasistem, memahami kebutuhan user, dan mengembangkan lagisesuai yang diharapkan staf rumah sakit. Software yangdigunakan dikembangkan tersendiri oleh masing-masingpenanggung jawab SIK di rumah sakitFaktor Organisasi

    Secara organisasi sudah terlihat dibandingkan dengandi Puskesmas. Penanggung jawab SIK memliki staf di tiap

    unit. Walaupun staf di unit merangkap jabatan dengan tugaslain, namun secara organisasi mereka mendapatkan mandatuntuk melakukan tugas-tugas SIK juga. Hal ini memudahkanpenanggung jawab SIK dalam bekerja. Penanggung jawabSIK bertanggung jawab secara langsung kepada DirekturUmum Rumah Sakit.

    Faktor Perilaku Petugas KesehatanAspek ini dapat dikatakan sebagai salah satu kendala

    yang besar. Sebagian staf di rumah sakit keberatan denganpenggunaan komputer untuk keperluan medis. Memasukkandata ke dalam komputer akan menghambat kerja mereka,apalagi dengan jumlah pasien yang banyak. Namun sebagianlain merasa hal ini adalah tuntutan yang harus dijawab.Mereka ingin aplikasi sistem SIK ini bisa lebih canggih danmampu mengakomodir kebutuhan mereka untuk membuatresume pasien, sorting data, atau embuat suatu penelitian.Hal ini pula yang dikeluhkan oleh penanggung jawab SIK.Proses Aplikasi SIK

    Pembangunan SIK di salah satu rumah sakit sudah lebihdari 10 tahun. Perkembangan dari yang awalnya hanya untukkeuangan kemudian mampu memasukkan aspek medis danberanjak pada koneksi ke semua unit. Proses ini bukanlahsuatu proses yang mudah menurut penanggung jawab SIKdisalah satu RS.

    Pembaharuan SIK di Saran Pelayanan KesehatanProses pembaharuan berlangsung dinamis. Bahkan

    untuk tahun mendatang, kedua rumah sakit sudah merancanguntuk membuat koneksi ke semua unit dan memasukkan lebihbanyak informasi medis ke dalam komputer. Mereka juga telahmemikirkan kompatibilitas interface agar sistem yang merekapunyai dapat dihubungkan dengan sistem lain di luar rumahsakit, dengan rumah sakit pusat, puskesmas, atau dinaskesehatan misalnya. Hal ini tentunya akan mendukung sistemrujukan.

    Pelayanan Kesehatan dan Rujukan Ibu dan Anak diRumah Sakit Pusat

    Rumah sakit pusat memiliki jumlah tenaga medis yangrelatif banyak dengan keahlian subspesialistik. Permasalahanyang dikeluhkan berkaitan dengan kurangnya ruanganperawatan. Rumah sakit pusat ini juga dikeluhkan oleh rumahsakit daerah bahwa susah untuk dihubungi melalui telpon.Hal ini berbeda dengan filosofi rumah sakit pusat diantaranyatidak boleh untuk menolak pasien.

    Permasalahan lain yang dikeluhkan adalah banyak nyapasien yang seharusnya tidak diindikasikan untuk dirawatdi rumah sakit pusat, yang seharusnya dirawat di rumah sakitdaerah atau malah puskesmas. Koordinasi antar lini pelayanandalam suatu sistem rujukan hendaknya perlu diperkuat.Adanya sistem yang kuat yang dibuat oleh pemerintahdaerah dapat mengatasi hal ini. Pendidikan kepada masya-

  • Efektifitas Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Jakarta Timur

    J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, November 2012

    rakat juga menjadi suatu prioritas agar masyarakat tidaklangsung menuju sarana pelayanan kesehatan tersier.

    Aplikasi SIK di Rumah Sakit PusatSIK di RS pusat digunakan secara segmental. Beberapa

    unit sudah memiliki fasilitas SIK yang maju namun tempatyang lain masih belum memiliki sama sekali. Untuk unitkebidanan dan anak belum memiliki sistem SIK khusus.Komunikasi dengan rumah sakit daerah juga tidak meng-gunakan sarana komunikasi spesifik. Berdasarkan penuturanstaf di RS daerah, komunikasi dibangun secara personaldengan konsultan di rumah sakit pusat sehingga sifathubungan adalah personal bukan institutional.

    Jadi dapat dikatakan bahwa dari segi kompetensi tenagamedis semua lini pelayanan memilki tenaga medis yangkompeten. Meskipun pada strata primer tidak memenuhianjuran yang direkomendasikan WHO, namun standar mutuyang diterapkan saat ini mampu menjaga kualitas pelayananyang diberikan oleh tenaga medis. Di sisi fasilitas, secaraumum setiap lini memiliki fasilitas yang baik untuk pelayanansesuai stratanya. Beberapa fasilitas yang kurang saat inisudah dalam upaya pembenahan dan perbaikan. Fasilitasyang perlu ditingkatkan adalah ambulans untuk rujukanterutama rujukan perinatologi, mengingat tidak dijumpaimodel ambulans yang sesuai peralatannya untuk rujukanperinatologi. Namun dari sisi efektifitas pelayanan rujukandan aplikasi SIK sebagai pendukung sistem rujukan perludibenahi lebih jauh. Ketiadaan sistem rujukan terpadu di DKIJakarta yang dipahami oleh semua fasilitas kesehatan menjadikendala utama. Pengembangan SIK yang bersifat lokal jugamesti dibenahi, SIK yang dikembangkan seyogyanya mampumengakomodir komunikasi dengan SIK fasilitas atau pusatpelayanan lainnya. Peran dinas kesehatan cukup besar dalamperbaikan sistem ini.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebaiknya membuatkebijakan tersendiri mengenai sistem rujukan di Jakarta danmeningkatkan koordinasi antara lini pelayanan kesehatan diJakarta serta membahas bersama prosedur rujukan yang dapatdipahami dan ditaati bersama; membuat koordinasi denganfasilitas pelayanan kesehatan swasta terutama berakaitandengan kurangnya sarana perawatan; mengembangkansistem SIK terintegrasi yang mengkoordinasikan SIK masing-masing sarana pelayanan kesehatan sebagai tulang pung-gung sistem rujukan. SIK ini diharapkan bisa mengetahuisarana pelayanan kesehatan yang memiliki ruang perawatanyang masih kososng sesuai dengan stratanya.

    Selain itu, sarana pelayanan kesehatan juga diharapkandapat meningkatkan konsolidasi internal sehingga setiapkebijakan fasilitas kesehatan dapat diikuti oleh stafnyadengan baik; menilai kesiapan staf di fasilitas kesehatan untukmenggunakan SIK dan membuat pentahapan yang sesuaiagar aplikasi SIK dapat digunakan dengan efektif;

    meningkatkan koordinasi dengan fasilitas kesehatan lainnyaterutama berkaitan dengan proses rujukan pasien. Institusipendidikan sebaiknya dapat mengawal proses perbaikanmodel pelayanan kesehatan di Jakarta dengan baik; membuatstudi mengenai kesiapan aplikasi SIK di sarana pelayanankesehatan dan membantu sarana pelayanan kesehatan untukpentahapan aplikasi SIK; membantu dinas kesehatanmengembangkan sisitem rujukan terintegrasi dengan pene-rapan SIK yang tepat.

    KesimpulanSecara umum kompetensi tenaga medis dan fasilitas

    penunjang di Jakarta Timur untuk sistem pelayanan danrujukan maternal dan neonatal sudah baik, namun pelayananrujukan dan aplikasi SIK sebagai pendukung sistem rujukanmasih belum efektif dan perlu perbaikan.

    Daftar Pustaka1. Manuaba IBG. Ilmu maternal dan neonatal, penyakit kandungan

    dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC;1998.

    2. WHO. Indicators to monitor maternal health goals. Report of atechnical working group, 8-12 November 1993. WHO/FHE/MSM/94.14. Geneva: World Health Organization; 1994.

    3. Kusiako T, Ronsmans C, van der Paal L. Perinatal mortalityattributable to complications of chilbirth in Matlab. Bangladesh.Bulletin of the World Health Organization. 2000;78:621-7.

    4. WHO. Section 6 referral system guidelines [Revised 2003 Febru-ary 3]. Available from: http://www.who.int/management/referralnotes.doc.

    5. Ganatra BR, Coyaji KJ, Rao VN. Too far, too little, too late: acommunity-based case-control study of maternal mortality inrural west Maharashtra, India. Bulletin of the World Health Or-ganization. 1998;76:591-8.

    6. Singh H, Naik A, Rao R, Petersen L. Reducing diagnostics errorsthrough effective communications: harsening the power of in-formation technology. J Gen Intern Med. 2008;23:489-94.

    7. Perjanjian Kerja Sama FKUI, RSCM, Dinas Kesehatan DKIJakarta. 2010. Internal documents.

    8. Safe Motherhood. Farmacia. 2007;12.9. WHO. Essential Obstetric care. Fact Sheet No. 245. Available

    from: http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs245/en/index.html.

    10. Murray SF, Davies S, Phiri RK, Ahmed Y. Tools for monitoringthe effectiveness of district maternity referral systems. HealthPolicy Plan. 2001;16;353-61.

    11. Bourguet C, Gilchrist V, McCord G. The consultation and referralprocess. A report from NEON. Northeastern Ohio Network Re-search Group. J Fam Pract. 1998;46(1):47-53.

    12. Green LW, Krauter MW. Health promotion planning: An educa-tional and ecological approach. 3rd ed. New York: McGraw Hill;2002.

    13. Aqil A, Lippeveld T, Hozumi D. PRISM Framework: a paradigmshift for designing, strengthening and evaluating, routine healthinformation system. Health Policy Plan. 2009;24:217-28.

    14. van Rooij E, Kodner LD, Rijsemus T, Schriyvers AJP. Health andhealth care in the Netherlands: a critical self-assessment of Dutchexperts in medical and health sciences. 2nd ed. Maarsen: Elseviergezondheidszorg; 2002.

    434